BERMAIN SEBAGAI SARANA INOVASI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR. Isna Rahmawati Universitas Widya Dharma Klaten

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BERMAIN SEBAGAI SARANA INOVASI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR. Isna Rahmawati Universitas Widya Dharma Klaten"

Transkripsi

1 BERMAIN SEBAGAI SARANA INOVASI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Isna Rahmawati Universitas Widya Dharma Klaten Abstrak Pembelajaran merupakan aktifitas yang memerlukan keterampilan khusus di dalamnya supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Melakukan pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa sangatlah penting bagi seorang pendidik. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak sekolah dasar dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di sekolah dasar, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri. Karakteristik anak sekolah dasar adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru sekolah dasar untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan. Oleh karena itu, guru sekolah dasar seyogyanya dapat melakukan inovasi pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Pada fase anak usia sekolah dasar, anak cenderung untuk bermain. Oleh karena itu aktifitas bermain dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam melakukan inovasi pembelajaran di sekolah dasar. Permainan mempunyai peranan penting dalam pembinaan pribadi anak. Bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, maupun emosional. 250

2 Pendahuluan Proses pembelajaran yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pendidikan dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sebagai wahana untuk memberikan pengetahuan dan mengembangkan nilai-nilai sehingga keberadaannya sangat penting. Pendidikan usia sekolah dasar memegang peranan penting sebagai pondasi bagi dasar kepribadian anak yang akan menentukan sejarah perkembangan anak selanjutnya. Oleh karena itu dalam prosesnya diperlukan berbagi inovasi dan pelayanan yang tepat, pemberian pengalaman awal yang posistif serta stimulasi yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Karakteristik anak usia sekolah dasar terletak pada perkembangan yang bersifat holistik terpadu. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Aspek perkembangan tersebut saling berkaitan dan akan terpadu dengan pengalaman kehidupan dan lingkungan. Salah satu sifat khas anak usia sekolah dasar yaitu gemar membentuk kelompok sebaya, bisanya untuk dapat bermain bersama-sama (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 125). Disamping itu anak usia sekolah dasar juga mempunyai kebutuhan dasar, antara lain adalah kebutuhan untuk bermain, ini merupakan kegiatan alami dan bermakna bagi anak (Oemar Hamalik, 2009: ). Oleh karena itu dalam melakukan pembelajaran di sekolah dasar pendidik dapat memanfaatkan kegiatan bermain sebagai salah satu sarana untuk melakukan inovasi. Pembahasan Pengertian Bermain Permainan adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Setiap permainan harus mempunyai empat komponen utama, yaitu: (1) adanya pemain; (2) adanya lingkungan di mana para pemain berinteraksi; (3) adanya aturanaturan main; dan (4) adanya tujuantujuan tertentu yang ingin dicapai (Arif S. Sandiman, dkk, 2009: 75-76). Sedangkan menurut Weed ( Athif Abul id & Syeikh Muhammad Sa id Marsa, 2009: 12) bermain adalah sebuah aktivitas yang terarah atau tidak, yang dilakukan oleh anak-anak untuk mendapatkan kepuasan dan hiburan serta dimanfaatkan oleh orang-orang dewasa untuk membantu mengembangkan perilaku dan kepribadian mereka dengan berbagai macam dimensinya, baik intelektualitas, jasmani, maupun rohani. Dalam terma psikologis, bermain adalah suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional (Andang Ismail, 2006: 16). 251

3 Encyclopedia of Children's Health (2010: 3) menyatakan bahwa: Play reinforces the child's growth and development. Some of the more common functions of play are to facilitate physical, emotional, cognitive, social, and moral development. Artinya bermain berfungsi memperkuat pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa fungsi yang lebih umum bermain adalah untuk memfasilitasi perkembangan fisik, emosi, kognitif, sosial, dan moral. Manfaat Bermain Bermain mempunyai manfaat yang banyak sekali bagi anak-anak yang melakukannya. Menurut Tedjasaputra (2005: 39) bermain mempunyai manfaat untuk membantu proses perkembangan aspek fisik, motorik kasar dan motorik halus, perkembangan aspek sosial, perkembangan emosi dan kepribadian, perkembangan aspek kognisi, mengasah ketajaman penginderaan, mengembangkan keterampilan olahraga dan menari, media terapi, serta media intervensi. Elliot et, all (2000: 75) menyatakan bahwa: Play also helps social development because the involvement of others demands a give-and-take that teaches early childhood youngsters the basics of forming relationships. Artinya, bermain juga membantu pembangunan sosial karena keterlibatan orang lain menuntut memberi dan menerima hal itu mengajarkan anak hal mendasar membentuk hubungan. Permainan adalah aktivitas penting yang bersifat psikis, sosial, dan intelektual yang dilakukan oleh anak, sehingga membuat kepribadiannya menjadi terbuka. Permainan membuat anak dapat memperoleh keahlian bergerak, kemampuan untuk memahami dunia sekitar, dan berinteraksi dengan orang lain. Melalui permainan anak dapat belajar tentang kebiasaankebiasaan mengendalikan diri, kebiasaan bergaul, dan percaya pada diri sendiri. Melalui permainan perkembangan psikologis, intelektual, sosial, dan emosional pada anak dapat terwujud ( Athif Abul id & Syeikh Muhammad Sa id Marsa, 2009: 5). Lebih lanjut Tasmin (2002: 2) mengemukakan bahwa saat bermain anak bisa berimajinasi, mengeluarkan ide-ide yang ada dalam benaknya. Anak juga mengekspresikan pengetahuan yang dimiliki tentang dunia di sekitarnya dan sekaligus mendapatkan pengetahuan dari hal tersebut dengan rasa senang dan gembira. Saat bermain anak akan mengekspresikan hal-hal yang dirasakannya dari rasa senang, sedih, atau takut, yang mana hal ini sebenarnya perlu untuk diperhatikan oleh orang tua sehingga orang tua mengetahui apa yang sebenarnya dirasakan oleh anak tersebut. Permainan sangat bagi siswa dan guru karena: berguna 1) Permainan membuat orang keluar dari kegiatan rutinitas di kelas dengan cara yang menyenangkan 2) Permainan dapat memberikan anak-anak peluang agar lebih 252

4 mengenal materi dalam suatu hal yang baru 3) Permainan dapat menjadi motivasi yang bagus bagi seluruh siswa untuk jenis pelajaran yang memerlukan driil. Fakta bahwa siswa tertarik dalam permainan akan dapat mengganti reaksi mereka terhadap drill yang mungkin membosankan(grambs & Care, 1979: 310). National Association of Early Childhood Specialists In State Departments of Education (Thompson, 2003: 4) mengemukakan bahwa: 1. Bermain merupakan bentuk pembelajaran aktif yang menyatukan pikiran, tubuh dan jiwa. 2. Bermain mengurangi ketegangan yang sering datang dengan harus mencapai atau perlu untuk belajar. 3. Anak-anak mengekspresikan dan bekerja di luar aspek emosional dari pengalaman sehari-hari melalui bermain tidak terstruktur. 4. Anak-anak diizinkan bermain secara bebas dengan rekan-rekan untuk mengembangkan keterampilan untuk melihat sesuatu melalui titik pandang orang lain, bekerja sama, membantu, berbagi, dan memecahkan masalah. Dengan demikian permainan akan dapat membantu siswa yang tidak tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam kelas. Dengan menggunakan metode permainan siswa akan lebih mudah untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, karena dengan metode permainan ini suasana belajar akan lebih menyenangkan dan penuh daya tarik. Melalui metode permainan diharapkan dalam proses pembelajaran terjadi interaksi di antara siswa dan antara guru dan siswa lewat permainan. Para psikolog anak menekankan akan pentingnya bermain bagi anak-anak. Bagi anak bermain merupakan kegiatan yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain, anak mendapat kesempatan untuk mengadakan hubungan yang erat dengan lingkungannya. Piaget memandang permainan sebagai perkenalan dan arena untuk melatih berilaku berfikir simbolis dan pemecahan masalah. Di samping itu, permainan sangat penting untuk melatih otot-otot, ketrampilan fisik, keseimbangan, bekerjasama dengan orang lain, belajar bercakap-cakap, persahabatan, dan latihan tata krama. Permainan juga akan memberikan kepuasan emosional. Permainan akan memberikan kecepatan pada anak untuk melatih keterampilanketerampilan fisik, sosial, dan mendapat kepuasan emosional dan latihan intelektual (Oemar Hamalik, 2009: 104). Bermain sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Para ahli sepakat, anak-anak harus bermain agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Tanpa bermain anak akan bermasalah di kemudian hari. Melalui bermain anak akan mengembangkan rasa harga diri karena dengan bermain anak memperoleh kemampuan untuk 253

5 menguasai tubuh, benda-benda, dan keterampilan sosial (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 5). Beberapa ahli pengikut Vygotsky yakin bahwa bermain mempengaruhi perkembangan anak melalui tiga cara. Pertama, bermain menciptakan zona of proximal developmental (ZPD), yakni wilayah yang menghubungkan antara kemampuan aktual anak dan kemampuan potensial anak. Kedua, bermain memfasilitasi separasi (pemisahan) pikiran dari objek dan aksi. Di dalam bermain anak lebih menuruti apa yang ada dalam pikirannya dari yang ada dalam realita. Ketiga, bermain mengembangkan penguasaan diri. Di dalam bermain anak tidak dapat bertindak sembarangan. Anak mesti bertindak sesuai skenario (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 6-7; ). Lebih lanjut Catron dan Allen (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 11) mengemukakan bahwa bermain mendukung perkembangan sosialisasi anak dalam hal-hal: 1) interaksi sosial, yakni interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan memecahkan konflik; 2) kerjasama, yakni interaksi saling membantu, berbagi, dan pola bergiliran; 3) peduli terhadap orang lain, seperti memahami dan menerima perbedaan individu, memahami masalah multi budaya dan agama. Anak mempelajari banyak hal dalam bermain. Hal-hal yang dipelajari anak melalui bermain antara lain: a) anak belajar untuk menerima, mengekspresikan, dan menguasai perasaan mereka secara posistif dan konstruktif; b) anak belajar tentang diri mereka sendiri, untuk mengembangkan jati diri, kepercayaan diri, ketenangan diri, dan harga diri; c) anak belajar tentang tingkah laku sosial, seperti bergiliran bicara, bekerja sama, berbagi, dan saling membantu; d) anak belajar untuk mengungkapkan ide dan perasaannya secara verbal, menyimak tuturan orang lain, memahami sudut pandang orang lain, dan belajar memutuskan suatu rencana kegiatan untuk memecahkan masalah; e) Anak belajar untuk menjadi penengah (pendamai) dan memilih jalan damai yang saling menjaga satu sama lain; f) Anak belajar menghargai dan mempedulikan orang lain dan saling menjaga satu sama lain; g) Anak belajar menggunakan konsep matematika; h) Anak belajar baerbagai ketrampilan motorik; i) dan lain sebagainya (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 31). Dalam aktivitas bermain terkandung nilai-nilai di dalamnya, di antaranya yaitu : 1) Nilai Ragawi; Permainan yang aktif sangat penting bagi perkembangan 254

6 tulang anak. Dengan bermain anak belajar mengenal kecakapan untuk mencari dan mengumpulkan sesuatu. 2) Nilai Edukatif Bermain membuka ruang yang luas di hadapan anak. Anak mempelajari banyak hal melalui bermacam-macam permainan dan alat permainan, seperti anak menjadi tahu berbagai macam bentuk, warna, ukuran, sifat, dan sebagainya. Dalam banyak kesempatan anak memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan melalui permainan yang tidak bisa dia peroleh melalui sumber-sumber lain. 3) Nilai Sosial Melalui bermain anak belajar membangun hubungan sosial dengan orang lain, serta mempelajari cara agar sukses bergaul. Dengan bermain anak mempelajari untuk bekerjasama dan berinteraksi secra baik dengan orang lain. 4) Nilai Moral Melalui bermain anak mulai mempelajari tentang salah dan benar. Secara fundamental anak juga mempelajari beberapa standar moral, misalnya keadilan, kejujuran, amanah, tanggung jawab, dan lain sebagainya. 5) Nilai Kreasi Dengan bermain anak mampu mengekspresikan kemampuan kreatif inovatifnya dan mencoba ide-ide yang dia simpan dalam otaknya. 6) Nilai Personalitas Melalui bermain anak mampu menemukan banyak hal dari dirinya sendiri, misalnya mengetahui kemampuan dan kecakapannya melalui pergaulannya dengan temanteman sebayanya. Anak juga belajar dari masalah-masalah dan bagaimana cara mengatasinya ( Athif Abul id & Syeikh Muhammad Sa id Marsa, 2009: 77-78). Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui bermain, anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan fisik. Melalui kegiatan bermain dengan berbagai macam bentuk permainan anak dirangsang untuk berkembang, baik perkembangan berpikir, emosi, maupun sosial. Tahapan Bermain Dalam perkembangannya anak mengalami beberapa tahapan dalam aktivitas bermain yang dilakukan. Tahapan tersebut dikemukakan oleh beberapa ahli dalam berbagai sudut pandang. Parten (Santrock, 2007: 573; Hyun, 1988: 2; Andang Ismail, 2006: 32-35) membagi enam tahapan bermain anak, yaitu: 1) Unoccopied play Pada tahapan ini anak sebenarnya tidak melakukan aktivitas bermain secara nyata, akan tetapi hanya mengamati kejadian yang menarik di sekitarnya, apabila ia tidak ada hal yang menarik, maka anak akan menyibukkan diri dengan memainkan anggota tubuhnya atau mengikuti orang tanpa tujuan yang jelas. 255

7 2) Solitary play Pada tahapan ini anak lebih suka dengan aktivitas atau permainannya sendiri tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya. Anak akan merasa eksis ketika mainan yang digunakannya diambil oleh anak atau orang lain dan ia akan marah, karena pada tahapan ini anak lebih bersifat egosentris. 3) Onlooker play Pada tahapan ini anak mulai tertarik dengan aktivitas atau permainan yang dilakukan oleh anak di sekitarnya. Tahapan ini juga bisa terjadi bila anak mengalami perpindahan lingkungan atau perpindahan pada situasi yang baru. 4) Pararel play Bermain pararel ini nampak apabila ada dua anak atau lebih yang sedang bermain bersama tapi dengan jenis atau alat permainan yang berbeda. Mereka (anakanak) ada interaksi tetapi hanya sebatas interaksi tanpa ada hubungannya dengan kerjasama dalam melakukan permaianan tersebut, karena pada dasarnya pada tahapan ini anak masih sangat bersifat egosentris. 5) Assosiative play Jenis permainan ini ditandai dengan adanya interaksi, komunikasi antara satu anak dengan anak yang lain dengan jenis permainan yang sama, akan tetapi tahapan kerjasama belum nampak. Tahapan ini biasanya muncul atau masih nampak pada anak-anak usia pra sekolah atau taman kanak-kanak. Aktivitas yang biasanya melakukan anakanak pada tahapan ini yaitu menggambar, anak-anak samasama menggambar kemudian bertukar pensil gambar atau crayon dan saling mengomentari satu sama lain, akan tetapi mereka tidak ada interaksi untuk saling membantu atau kerjasama 6) Cooperative play Cooperative play biasanya ditandai dengan adanya kerjasama antara satu anak dengan anak yang lain, atau adanya pembagian peran yang dilakukan dalam memaikan sebuah permainan, misalnya, bermain pasar-pasaran. Tahapan ini biasanya akan muncul pada anak usia lima tahun, akan tetapi dukungan dari orang tua juga akan mempengaruhi terhadap perkembangan anak. Bila orang tua tidak mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak yang lain ada kemungkinan anak tidak mengalami tahapan ini. Perkembangan bermain terjadi melalui tahap sebagai berikut: a) Exploratory Stage Ciri khas pada tahap ini adalah berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain. Anak mulai bisa mengamati benda-benda yang ada di sekelilingnya kemudian berusaha mencoba menjangkau atau meraihnya. Ketika anak sudah dapat merangkak dan berjalan penjelajahan anak semakin luas sehingga anak akan mengamati setiap benda yang dapat diraihnya. Semakin aktif anak tersebut semakin luas pula jangkauan dari anak. 256

8 b) Toy Stage Tahap ini dimulai saat anak berusia antara 2-3 tahun, dan puncaknya adalah pada usia anak mencapai 4-5 tahun. Pada tahap ini anak biasanya mengamati mainan yang ada di sekitarnya dan mencoba berinteraksi dengan mainan tersebut. Pada usia pra sekolah anak-anak biasa bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap-cakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya. c) Play Stage Tahap ini muncul bersamaan pada saat anak mulai memasuki lingkungan sekolah dasar. Anak mulai melakukan berbagai jenis permainan semakin bertambah banyak dengan berbagai macam alat dan dengan berbagai macam interaksi dengan teman-temannya. Tahap ini semakin berkembang lama kelamaan anak bermain dengan permainan yang juga dilakukan oleh orang dewasa. d) Daydream Stage Tahap ini diawali saat anak mendekati masa pubertas. Anak sudah mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai banyak menghabiskan waktunya untuk melamun atau berkhayal (Hurlock (Andang Ismail: 2006: 39-40). Sejalan dengan perkembangan kognitif anak Jean Piaget (Lin, 2002: 1) mengemukakan empat tahapan pola bermain anak, yaitu: 1) Sensory Motor Play (¾-6 bulan) Pada usia sebelum ¾ bulan anak belum bisa melakukan atau merasakan aktivitas bermain yang nyata. Pada tahapan ini anak hanya bisa melakukan gerakan atau aktivitas yang baginya merupakan kesenangan, seperti menyusu pada ibunya. Kemudian pada usia 3-4 bulan kegiatan anak semakin terkoordinasi, hal ini akan nampak ketika anak bisa menarik mainan yang digantung di atas tempat tidurnya sehingga mengeluarkan bunyi-bunyian yang berbeda. Kemudian pada usia 7-11 bulan kegiatan yang dilakukan bukan hanya pengulangan semata, tetapi sudah ada variasi, misalnya anak akan senang bila bisa menemukan mainan di balik selimutnya, atau senang ketika melihat wajah di balik bantalnya. 2) Symbolic/Make Believe Play (2-7 tahun) Tahap bermain ini merupakan cirri periode pra operasional yang terjadi antara usia 2-7 tahun yang ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak juga akan sering bertanya dan terus bertanya meski tidak mempedulikan jawabannya. Bentuk aktivitas lain yang nampak adalah anak mulai bisa mempresentasikan simbol atau benda dalam permainannya, seperti sapu untuk bermain kudakudaan atau menganggap sobekan kertas sebagai uang ketika bermain dengan temannya. 3) Social Play With Rules (8-11 tahun) Masa ini bisa dikatakan sebagai tahapan tertinggi dalam proses 257

9 bermain anak, karena dalam melakukan permainannya anak sudah mengedepankan logika, simbol lebih banyak diwarnai oleh nalar, dan yang paling bagus adalah ketika anak bisa memainkan permainan dengan teman-temannya dengan menggunakan aturan yang dibuat sendiri, dan anak berusaha untuk mematuhinya, dan ketika ada kesalahan mereka bisa menerima sanksi yang diberikan. 4) Games With Rules and Sport (11 tahun ke atas) Pada tahapan ini, olahraga merupakan permainan yang menarik bagi anak meskipun dalam olahraga akan ada peraturan yang lebih ketat bila dibandingkan dengan permainan yang sebelumnya mereka lakukan. Dalam tahapan ini bukan kesenangan saja yang diinginkan oleh anak, akan tetapi kemenangan dan memperoleh hasil kerja yang baik juga menjadi tujuan yang diinginkan. Sejalan dengan berjalannya kognitif anak, Rubin, Fein & Vandenberg (Tedjasaputra, 2005: 28; Andang Ismail, 2006: 41-43) mengemukakan tahapan bermain sebagai berikut: a) Functional Play Tahapan ini biasanya nampak pada anak usia 1-2 tahun, berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Kegiatan bermain ini dapat dilakukan dengan atau tanpa alat permainan. Misalnya anak-anak banyak bergerak berlari-larian mondarmandir mengelilingi ruangan atau menarik mobil-mobilan. b) Constructive Play Tahap constructive play sudah mulai terlihat pada saat anak berusia 3-6 tahun. Pada tahap ini yang muncul pada anak adalah kemampuan untuk membangun atau menyususn suatu bentuk permaianan. Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia. Misalnya, membuat rumah-rumahan dengan balok kayu, menyusun potonganpotongan gambar atau menggambar. c) Make-Believe Play Tahapan ini terlihat dilakukan pada anak usia 3-7 tahun, anak mulai banyak melakukan. Make- Believe Play (bermain pura-pura). Anak-anak menirukan apa yang pernah dilihatnya. Anak menirukan kegiatan orang yang pernah dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari atau melakukan peran imajinatif memainkan peran tokoh yang dikenal melalui film kartun atau dongeng. Misal, main rumahrumahan, polisi dan penjahat, jadi ksatria, dsb. d) Games With Rule Kegiatan bermain jenis ini umumnya sudah dapat dilakukan oleh anak usia 6-11 tahun, yaitu anak usia sekolah dasar. Dalam kegiatan bermain anak sudah memahami dan bersedia mematuhi aturan-aturan permainan. Pada tahap ini mulamula anak melakukan permainan 258

10 dengan aturan yang diarahkan, akan tetapi lama kelamaan mereka bisa memodifikasi aturan yang dibuat bersama dengan persetujuan teman-temannya. Bermaian adalah sebagai bagian kegiatan utama anak yang sudah dapat dilakukan sejak anak masih bayi. Perkembangan tahapan bermain anak sangat penting untuk diketahui karena bermain sangat penting bagi perkembangan kognisi, afeksi, dan psikomotorik anak. Kegiatan bermain dalam pembelajaran di sekolah dasar dapat disesuaikan sesuai dengan tahapannya. Jenis-Jenis Permaianan Kuczaj (Kozulin, et al, 2007: 355) membedakan tiga jenis permainan, yaitu social play yaitu bermain dengan berinteraksi/melakukan interaksi; social contact play, yaitu bermain yang tidak melakukan interaksi tapi yang terjadi di depan anak-anak lain; dan solitary play, yaitu bermain yang terjadi saat anak sendirian, seperti ketika dalam buaian. Kathleen Stassen Berger (Mayke S. Tedjasaputra, 2001: 28-29) mengemukakan bahwa kegiatan bermain dapat dibedakan atas: 1) Sensory Motor Play Sensory Motor Play terlihat pada saat anak mengamati, mendengar suara di sekelilingnya, atau merasakan sesuatu dengan mulutnya. Selain itu juga ketika anak menikmati berbagai tekstur yang mereka rasakan saat bermain dengan lilin, pasir, tanah liat, atau adonan terigu. 2) Mastery Play Sebagian besar kegiatan bermain anak adalah mastery play, karena dalam kegiatan bermain tersebut dapat merupakan latihan bagi anak untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan yang baru baginya melalui pengulangan-pengulangan yang dilakukan anak. Sejalan dengan bertambahnya usia dan berkembangnya kemampuan kognitif anak, mastery play pada anak semakin banyak mencakup permainan mengasah kecerdasan dan melibatkan kegiatan berpikir memecahkan masalah. Misalnya, mengisi teka-teki atau bermain tebak-tebakan. 3) Rough and Tumble Play Bentuk kegiatan bermain jenis ini merupakan bentuk kegiatan fisik yang aktif, seperti berguling, saling dorong, dan saling pukul (tinju). 4) Social Play Social p lay merupakan tonggak penting dalam tahapan perkembangan sosial anak. Social play mulai tampak pada usia pra sekolah. Kegiatan bermain sosial ini ditandai dengan adanya interaksi dengan orang lain di sekeliling anak, sehingga akhirnya anak mampu terlibat dalam kerja sama dalam bermain. Misalnya bermain kasti atau kelereng. Melalui kegiatan bermain sosial tampak bahwa egosentrisme anak semakin berkurang dan anak secara bertahap berkembang menjadi makhluk sosial yang bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. 259

11 5) Dramatic Play Dramatic play mulai tampak seiring dengan mulai tumbuhnya kemampuan anak untuk berpikir simbolik. Dalam kegiatan bermain, sekelompok anak dapat bekerja sama menciptakan jalan cerita sendiri. Misal, main sekolah-sekolahan atau main polisi-polisian, dan sebagainya. Berdasarkan perspektif subjek dan ruangnya, Andang Ismail (2006: 92-94) mengemukakan jenisjenis permainan terdiri atas: 1) Permainan Bayi; merupakan permainan sederhana yang dimainkan dengan anggota keluarga atau anak yang lebih besar akan menyenangkan bayi sebelum mereka berusia satu tahun. Bentuk permainan ini berupa permainan tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi. 2) Permainan Individu; merupakan permainan yang bersifat perorangan dan bersaing dengan prestasinya di masa lampau. 3) Permainan Sosial; merupakan permainan kelompok yang tidak terdefinisi, di mana setiap orang dapat bermain. 4) Permainan Tim; merupakan permainan yang sangat terorganisasi, mempunyai peraturan, dan mengandung suasana persaingan yang kuat. Permainan tim mulai populer di kalangan anak usia delapan hingga sepuluh tahun. 5) Permainan dalam Ruang; merupakan permainan yang dilakukan di dalam ruangan. Permainan ini kurang menekankan aktivitas fisik, tetapi lebih menekankan pada keterampilan motorik halus. Bermain merupakan kebutuhan bagi anak-anak. Bermain merupakan kegiatan yang melibatkan anak secara aktif dan menyenangkan sehingga menimbulkan suatu kegembiraan pada diri anak. Proses belajar pembelajaran yang dilakukan dengan bermain akan mendorong anak untuk aktif belajar pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan berkembangnya daya fantasi anak. Suasana senang dan gembira dalam proses pembelajaran dapat diciptakan dengan tanpa mengesampingkan tujuan belajar, salah satunya yaitu dengan menggunakan metode permainan. Penutup Permainan pada anak dapat melatih ketrampilan-ketrampilan fisik, sosial, dan mendapat kepuasan emosional dan latihan intelektual. Melalui bermain, anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan fisik. Melalui kegiatan bermain dengan berbagai macam bentuk permainan anak dirangsang untuk berkembang, baik perkembangan berpikir, emosi, maupun sosial Daftar Pustaka Athif Abul id & Syeikh Muhammad Sa id Marsa. (2009). Bermain lebih baik daripada nonton tv. Surakarta: Ziyad Visi Media. Andang Ismail. (2006). Education games, menjadi cerdas dan 260

12 ceria dengan permainan edukatif. Yogyakarta: Pilar Media. Arif S. Sandiman; dkk. (2009). Mediapendidikan: pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers. Elliot, Stephen. N, et al. (2000) Educational psychology: effective teaching, effective learning 3. McGraw-Hill Companies, Inc. Encyclopedia of Children's Health. (2010). Play. Diambil pada tanggal 10 Januari 2010, dari com/p/play.html Hyun, E. (1998) Making sense of developmentally and culturally appropiate practice (DCAP) in early childhood educational. New York: Peter Lang. Diambil pada tanggal 10 Juni 2009, dari Kozulin, Alex, et al. (2007). Vygotsky s educational theory in cultural context. New York: Cambridge University Press. Mayke S. Tedjasaputra. (2001). Bermain, mainan, dan permainan untuk anak usia dini. Jakarta: Grasindo. Oemar Hamalik. (2009). Psikologi belajar dan mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Santrock, John. W. (2007). A tipical approach to life span development 3ED ed. Boston: McGraw Hill. Syaiful Bahri Djamrah. (2008). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Tadkiroatun Musfiroh. (2008). Cerdas melalui bermain. Cara mengasah multiple intelligence pada anak sejak usia dini. Jakarta: Grasindo. Tasmin, M.R.S. (2005). Belajar lebih penting daripada bermain? Artikel. Diambil pada tanggal 10 Juni 2009, dari tm Thompson, Keith. (Desember 2003). Playing around. Diambil pada tanggal 10 Juni 2009, dari chive/t/kthompson/

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

Bermain dan Permainan UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PLPG PAUD 2017

Bermain dan Permainan UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PLPG PAUD 2017 Bermain dan Permainan UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PLPG PAUD 2017 KOMPETENSI INTI Menganalisis teori bermain sesuai aspek dan tahapan perkembangan, kebutuhan, potensi, bakat, dan minat anak usia dini KOMPETENSI

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar 8 II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar ditaman kanak-kanak adalah

Lebih terperinci

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS Oleh : Nining Sriningsih, M.Pd NIP. 197912112006042001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN PERMAINAN KONSTRUKTIF DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL SAMBIROTO

PENERAPAN PERMAINAN KONSTRUKTIF DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL SAMBIROTO PENERAPAN PERMAINAN KONSTRUKTIF DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL SAMBIROTO Luluk Iffatur Rocmah Dosen PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Surel: luluk.iffatur@umsida.ac.id

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF

UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di TK Indria Putra II Semanggi Tahun Ajaran 2010/2011) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

Ati Kusumawati dan Sunaria Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ABSTRAK

Ati Kusumawati dan Sunaria Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI PERMAINAN PLASTISIN (Penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-kanak Al-Faruqiyah Cipondoh Tangerang) Ati Kusumawati dan Sunaria

Lebih terperinci

MODEL BERMAIN EDUKATIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANAK USIA PRASEKOLAH

MODEL BERMAIN EDUKATIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANAK USIA PRASEKOLAH MODEL BERMAIN EDUKATIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANAK USIA PRASEKOLAH Oleh Eka Supriatna (Prodi Penjaskesrek, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Pendidikan anak usia prasekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul

Lebih terperinci

ESENSI BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI

ESENSI BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI ESENSI BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI Pada hakikatnya semua anak suka bermain, hanya anak-anak yang sedang tidak enak badan yang tidak suka bermain. Mereka menggunakan sebagian besar waktunya untuk bermain,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh : Tadkiroatun Musfiroh, M.Hum. (Pusdi PAUD-Lemlit UNY, FBS-UNY, PGTK-UNY) A. Pendahuluan Bermain adalah sarana tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB II DASAR PEMIKIRAN.

BAB II DASAR PEMIKIRAN. BAB II DASAR PEMIKIRAN 2.1. Definisi Anak www.sumberdalem.com Setiap orang pernah merasakan masa anak-anak, dimana pada masa itulah rasa ingin tahu yang tinggi muncul dan berkembang. Untuk menjadi pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PSIKOMOTOR

PENGEMBANGAN PSIKOMOTOR PENGEMBANGAN PSIKOMOTOR Oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd lismadiana@uny.ac.id MOTOR atau MOTORIK : kegiatan dasar biologi atau mekanika yg menyebabkan erjadinya gerak. GERAK: Perubahan posisi akibat tindakan

Lebih terperinci

Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk

Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk BERMAIN DAN KREATIVITAS SEBAGAI FONDASI BAGI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk PENDAHULUAN Bermain bagi anak: tidak hanya sekedar mengisi waktu, tapi sebagai media untuk belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) telah berkembang sangat pesat. Salah satu diantaranya adalah pendidikan yang menitikberatkan pada perkembangan dan pertumbuhan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI 1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang ASUH ; gizi, perawatan dasar imunisasi, ASIpengobatan bila sakit, kebersihan diri dan lingkungan, sandang, olah tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11) 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kea rah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH Oleh: Sri Maslihah PENDAHULUAN Dunia anak adalah dunia yang senantiasa menarik perhatian dengan berbagai tingkah laku anak yang luar biasa dinamis, variatif dan inovatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa menginginkan negara itu berkembang dan maju. Maju dan berkembangnya suatu negara itu dipengaruhi oleh pendidikan dalam negara itu sendiri. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebaya ataupun orang dewasa lainnya (Yusuf,2001;122, Mubiar: 2008;13).

BAB I PENDAHULUAN. sebaya ataupun orang dewasa lainnya (Yusuf,2001;122, Mubiar: 2008;13). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga PAUD yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd Staf Pengajar Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY

PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd Staf Pengajar Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd Staf Pengajar Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY A.PENGERTIAN ANAK USIA DINI Dalam Wikipedia Indonesia, Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam kandungan

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN PENGARUH PERMAINAN RABA RASA (TACTILE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Pre Eksperimen di TK PGRI Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017 PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN Program PLPG PAUD UAD 2017 PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL 1. Anak perlu distimulasi dan difasilitasi, sehingga perkembangan sosialnya dapat berkembang dengan baik. Anak

Lebih terperinci

Konsepsi Bermain dalam menumbuhkan Kreativitas Pada Anak Usia Dini

Konsepsi Bermain dalam menumbuhkan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Konsepsi Bermain dalam menumbuhkan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Dosen Prodi PG PAUD FKIP UNRI Abstrak: Dengan bermain anak-anak belajar mengenai kerjasama, komunikasi, ketangkasan fisik, pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. Untuk mengoptimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Perkembangan Anak 2.1.1 Definisi Anak Peneliti mengambil tiga definisi anak menurut para ahli. Definisi anak menurut APA Dictionary of Psychology (2006) adalah laki-laki dan

Lebih terperinci

CARA BELAJAR ANAK USIA DINI (BELAJAR MELALUI BERMAIN) Oleh : HERLINA BAKARI SKB KAB.BONE BOLANGO

CARA BELAJAR ANAK USIA DINI (BELAJAR MELALUI BERMAIN) Oleh : HERLINA BAKARI SKB KAB.BONE BOLANGO CARA BELAJAR ANAK USIA DINI (BELAJAR MELALUI BERMAIN) Oleh : HERLINA BAKARI SKB KAB.BONE BOLANGO JIKA ANDA MAU MEMBUAT SESUATU ANDA AKAN CARI JALANNYA TETAPI JIKA ANDA TIDAK MAU MEMBUAT SESUATU MAKA ANDA

Lebih terperinci

PERMAINAN TRADISIOANAL. A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas

PERMAINAN TRADISIOANAL. A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas PERMAINAN TRADISIOANAL A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas 3. Mengubah permainan tradisional suatu daerah shg mudah dilakukan dan disenangi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun. Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Dalam masa tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak yang berusia antara 0 sampai enam tahun (Masnipal, 2013). Usia dini merupakan usia emas bagi anak. Usia tersebut merupakan usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mempunyai pengertian sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Merupakan tugas orang tua dan guru sebagai pendidik untuk dapat menemukan potensi tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sudah berubah, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sudah berubah, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman sudah berubah, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat membawa manusia kepada era globalisasi. Menghadapi era tersebut bangsa Indonesia menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Pendidikan Anak Usia Dini menjadi wacana yang sering menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem Pendidikan Nasional sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengingat zaman semakin maju, sekarang ini banyak sekali bermunculan permaian anak yang semakin beraneka ragam. Seiring dengan kemajuan tersebut membawa dampak

Lebih terperinci

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI Oleh: Serli Marlina serlifipunp@gmail.com Universitas Negeri Padang Abstract Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri

Lebih terperinci

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih Karakteristik Anak Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kognitif Pada Anak Usia Dini Kognitif adalah suatu proses yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU Indriwati 1 ABSTRAK Masalahan pokok dalam artikel ini adalah kreativitas anak yang belum berkembang sesuai harapan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Bermain Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitan. Anak-anak secara bertahap berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini bagi seorang anak merupakan masa terpenting dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini bagi seorang anak merupakan masa terpenting dan masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa usia dini bagi seorang anak merupakan masa terpenting dan masa belajar yang potensial, karena masa tersebut pertumbuhan dan perkembangan yang akan berpengaruh

Lebih terperinci

Tumbuh Kembang Anak Usia KOMPETESI DASAR. 5-6 Tahun

Tumbuh Kembang Anak Usia KOMPETESI DASAR. 5-6 Tahun Tumbuh Kembang Anak Usia KOMPETESI DASAR 5-6 Tahun Masa kanak-kanak Awal= masa Pra Sekolah Tugas Perkembangan: Harapan sosial untuk setiap tahap perkembangan TUGAS PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK AWAL Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merpakan hal yang sangat mendasar bagi kehidupan mansia, salah satunya adalah pendidikan anak usia dini. PAUD merupakan pendidikan pertama dan utama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan sebagaimana yang tersebut dalam Undangundang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa kanak-kanak, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang sangat pesat. Hurlock (1997) mengatakan bahwa masa golden age atau masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap individu. Sejak lahir, setiap individu sudah membutuhkan layanan pendidikan. Secara formal, layanan pendidikan

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini Yanuarita Niken P. I Pendahuluan Pendidikan Anak

Peran Guru dalam Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini Yanuarita Niken P. I Pendahuluan Pendidikan Anak Peran Guru dalam Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini Yanuarita Niken P. I 125120307111024 Pendahuluan Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu pendidikan yang ditujukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses pendidikan yang berlangsung di Indonesia yang terdiri dari pendidikan formal dan non formal. Di samping itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah aset yang sangat berharga, tidak hanya bagi orang tua, keluarga, masyarakatnya tetapi juga bagi keberlangsungan sebuah peradaban, sehingga anak juga disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian perkembangan, pengertian emosi, dan pengertian pendidikan anak usia dini. A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling mendasar bagi pembentukan sumber daya manusia di masa mendatang (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BERMAIN DAN PERMAINAN BAGI ANAK USIA DINI

BERMAIN DAN PERMAINAN BAGI ANAK USIA DINI 51 Bermain dan Permainan Bagi Anak Usia Dini BERMAIN DAN PERMAINAN BAGI ANAK USIA DINI Oleh: Elfiadi Dosen Prodi PGRA Jurusan Tarbiyah STAIN Malikussaleh Lhokseumawe adyelfiadi@yahoo.co.id Abstrak Bermain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu membudayakan manusia. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun sebagian dari kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi terdapat bermacam-macam pengertian tentang pendidikan. Pendidikan atau pengajaran merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berbagai bentuk aktivitas, anak-anak tidak terlepas dari dunia bermain. Hal ini dapat ditemui pada saat mereka bernyanyi, bermain di tanah, membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

B A B 4 A N A L I S I S

B A B 4 A N A L I S I S B A B 4 A N A L I S I S Pada bab ini saya ingin melakukan analisis terhadap data yang sudah didapat dari studi kasus berdasarkan tiga teori pada bab sebelumnya. Pertama, saya ingin melihat hubungan keempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan sebuah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Melalui proses tersebut, pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci