EKSTRAK ETANOL RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) SEBAGAI ANTIHEPATOTOKSIK PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSTRAK ETANOL RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) SEBAGAI ANTIHEPATOTOKSIK PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL"

Transkripsi

1 1 EKSTRAK ETANOL RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) SEBAGAI ANTIHEPATOTOKSIK PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL LUSIANA ALAWIYAH PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 ABSTRAK LUSIANA ALAWIYAH. Ekstrak Etanol Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam) sebagai Antihepatotoksik pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol. Dibimbing oleh ANNA P. ROSWIEM dan EMAN KUSTAMAN. Rumput mutiara merupakan rumput liar yang digunakan sebagai obat tradisional dan diduga berpotensi sebagai antihepatotoksik. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan potensi antihepatotoksik tanaman rumput mutiara. Tanaman rumput mutiara diekstraksi dengan pelarut etanol 70%. Hasil ekstraksi diperoleh nilai rendemen sebesar 30.06%. Ekstrak kasar rumput mutiara diidentifikasi dengan uji fitokimia, mempunyai senyawa metabolit sekunder di antaranya alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Ekstrak kasar rumput mutiara tersebut diujikan pada hewan coba tikus putih galur Spraque-Dawley yang menderita gangguan fungsi hati. Pemberian ekstrak etanol rumput mutiara dosis 400 dan 800 mg/kgbb terhadap penurunan kadar SGPT dan SGOT tidak berbeda nyata (P < 0.05) baik pada kelompok yang dihentikan pemberian parasetamolnya pada minggu keempat maupun yang terus dipapar parasetamol. Dosis 400 mg/kgbb ekstrak etanol 70% rumput mutiara sudah mampu menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus setingkat hepatitis kronis pada manusia, yaitu kadar SGPT dan SGOT 4-5 kali dari keadaan normalnya. 2

3 3 ABSTRACT LUSIANA ALAWIYAH. Ethanol Extract of Pearl Grass (Hedyotis corymbosa (L.) Lam) as Antihepatotoxic on White Rat which is Induced by Paracetamol. Under the direction of ANNA P. ROSWIEM and EMAN KUSTAMAN. Pearl grass (Hedyotis corymbosa (L.) Lam) is well-recognized as traditional medicine and predicted having antihepatotoxic potency. This research is conducted to prove that pearl grass have antihepatotoxic effect. Pearl grass was extracted with ethanol solution 70 % and rendemen value is 30.16%. The identification of phytochemical test of crude extract of pearl grass, it s has secondary metabolite compound such as alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, and steroid. Crude extract of pearl grass was induced to white rat Spraque-Dawley that have liver disease. Ethanol extract 70 % of pearl grass with dose 400 mg/kgbw and 800 mg/kgbw can be able to decrease SGPT and SGOT level but have not any significant differences (P < 0.05) between group which was stopped to be induced with paracetamol in 4 th week and group which was continuing to be induced with paracetamol. The conclusion is ethanol extract 70 % of pearl grass with dose 400 mg/kgbw and 800 mg/kgbw is able to decrease SGPT and SGOT level of white rat which have SGPT and SGOT level 4-5 times from normal condition.

4 4 EKSTRAK ETANOL RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) SEBAGAI ANTIHEPATOTOKSIK PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL LUSIANA ALAWIYAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biokimia PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

5 5 Judul skripsi : Ekstrak Etanol Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) sebagai Antihepatotoksik pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol Nama : Lusiana Alawiyah NIP : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Anna P Roswiem, M.S. Ketua Ir. Eman Kustaman. Anggota Diketahui. Dr. drh. Hasim, DEA Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Tanggal Lulus:

6 6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah khasiat dari tanaman rumput mutiara sebagai antihepatotoksik, dengan judul Ekstrak Etanol Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) sebagai Antihepatotoksik pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Agustus 2007 di Laboratorium Biokimia, Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Anna P Roswiem, M.S selaku pembimbing utama, Ir. Eman Kustaman selaku pembimbing kedua. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh staf Laboratorium Biokimia, dan semua teman-teman di Biokimia. Ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada keluarga besar dan suamiku yang telah memberikan dukungan moril, materil, doa dan kasih sayangnya. Penulis menyadari dalam penulisan usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Desember 2007 Lusiana Alawiyah

7 7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 15 Juli 1985 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Ade Juandi dan Euis Herawati. Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Sukabumi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah melaksanakan Praktik Lapang (PL) di PT Biofarma Persero Bandung selama periode bulan Juli sampai Agustus 2006, dan menyusun laporan berjudul Proses Produksi Plasma Antitetanus. Selain itu, penulis juga pernah aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, yaitu Organisasi kemahasiswaan daerah, dan ketua departemen keilmuan serta ketua subbidang Biokimia Industri dan Fermentasi pada Commmunity of Reasearch and Education in Biochemistry (CREB s) periode 2005/2006.

8 8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... viii PENDAHULUAN... 1 TINJAUAN PUSTAKA Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.)... 1 Organ Hati dan Fungsinya... 2 Parasetamol... 2 SGOT dan SGPT... 3 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat... 4 Ekstraksi Tanaman Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) 4 Uji Fitokimia... 4 Pembuatan Dosis Ekstrak Rumput Mutiara... 4 Hewan Coba dan Rancangan Percobaan... 5 Penimbangan Berat Badan dan Analisis SGPT, SGOT... 5 Analisis Data Statistik... 5 PEMBAHASAN Ekstraksi... 5 Uji Fitokimia... 6 Hepatotoksik Parasetamol... 6 Uji Antihepatotoksik... 7 Bobot Badan... 8 SIMPULAN... 9 SARAN... 9 DAFTAR PUSTAKA... 9 LAMPIRAN... 12

9 9 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Tanaman rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) Struktur parasetamol Tikus Percobaan Spraque-Dawley Kadar SGPT rata-rata tikus selama perlakuan Kadar SGOT rata-rata tikus selama perlakuan Rataan bobot badan tikus selama perlakuan... 9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Tahapan penelitian Ekstraksi rumput mutiara Rendemen hasil ekstraksi rumput mutiara Dosis parasetamol dan ekstrak rumput mutiara Contoh perhitungan kadar SGPT dan SGOT Daftar bobot badan tikus selama perlakuan Kadar SGPT tikus pada masa perlakuan Kadar SGOT tikus pada masa perlakuan Hasil analisis ragam dan annova SGPT program SAS Hasil analisis ragam dan annova SGOT program SAS Foto hasil uji fitokimia... 25

10 1 PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya penggunaan tanaman obat dalam kesehatan dengan semboyan back to nature, keingintahuan masyarakat terhadap khasiat dan manfaat tanaman obatpun semakin berkembang. Saat ini masyarakat mulai menyadari bahwa pemakaian bahan kimia sering menimbulkan efek samping, sehingga lebih memilih menggunakan bahan alami yang berasal dari tumbuhan. Obat tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah ke bawah terutama dalam upaya preventif, promotif dan rehabilitasi. Senyawa fitokimia sebagai senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesehatan termasuk fungsinya dalam pencegahan terhadap berbagai penyakit degeneratif dan penyakit infeksi. Beberapa senyawa fitokimia yang diketahui mempunyai fungsi fisiologis adalah karotenoid, fitosterol, saponin, glikosinolat, polifenol, inhibitor protease, monoterpen, fitoestrogen, turunan senyawa flavonoid, sulfida, alkaloid, dan asam fitat. Penyakit hati atau yang lebih dikenal sebagai hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati. Penyebab timbulnya kerusakan fungsi hati ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, aflatoksin, konsumsi alkohol yang berkepanjangan serta obat-obatan. Hati merupakan organ yang sangat penting dan memiliki aneka fungsi dalam proses metabolisme sehingga organ ini sering terpajan zat kimia. Zat kimia tersebut akan mengalami detoksikasi dan inaktivasi sehingga menjadi tidak berbahaya bagi tubuh. Kerusakan hati karena obat dan zat kimia dapat terjadi jika cadangan daya tahan hati berkurang dan kemampuan regenerasi sel hati hilang dan selanjutnya akan mengalami kerusakan permanen sehingga dapat fatal. Berbagai upaya pengobatan gangguan fungsi hati secara klinis telah dilakukan, namun cara ini membutuhkan pengeluaran biaya yang mahal dan menyebabkan efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, penelitian mulai dialihkan pada pengobatan tradisional yang dapat dijangkau masyarakat. Secara tradisional. Banyak jenis tumbuhan yang digunakan karena aktivitas antihepatotoksiknya sebagai obat peradangan hati, salah satunya adalah rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.). Masyarakat menggunakan tanaman tersebut dengan cara meminum air rebusannya. Penggunaan parasetamol sebagai model penelitian karena pemberian parasetamol dosis berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kerusakan sel hati secara konsisten. Hepatotoksisitas adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan kerusakan pada hati akibat penggunaan obat. Hepatotoksik dari parasetamol pada manusia dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal g ( mg/kgbb). Gejala pada hari pertama keracunan akut parasetamol tidak mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksia, mual dan muntah serta sakit perut terjadi 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama seminggu atau lebih. Gangguan fungsi hati terjadi dalam waktu 24 jam dan mencapai puncak lebih kurang 4 hari setelah pemberian obat tersebut (Boyer & Rouff 1977). Donatus dan Susana (1992) menyatakan bahwa dosis parasetamol 250 mg/kgbb telah memberikan efek hepatotoksik yang nyata (P<0.05) pada mencit percobaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek pemberian ekstrak etanol rumput mutiara sebagai antihepatotoksik terhadap penurunan kadar SGOT dan SGPT tikus putih yang diinduksi parasetamol dosis tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah informasi ilmiah mengenai pemanfaatan rumput mutiara dalam mengobati penyakit hati. Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara dapat menurunkan kadar SGOT dan SGPT tikus putih yang diinduksi parasetamol dosis hepatotoksik. TINJAUAN PUSTAKA Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam. ) mempunyai nama sinonim, yaitu Oldenlandia corymbosa, Linn. Rumput ini juga mempunyai beberapa nama lokal, diantaranya rumput siku-siku, bunga telor belungkas (Indonesia); daun mutiara, rumput mutiara (Jakarta), katepan, urek-urek polo (Jawa), pengka (Makasar), Shui xian cao (China). Rumput mutiara diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae, subkingdom Tracheobionta, superdivisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, subkelas Asterdae, ordo Rubiales, famili Rubiaceae, genus Oldenlandia L, spesies

11 2 Oldenlandia corymbosa L. atau Hedyotis corymbosa L. (DepKes BPPK 1999). Rumput mutiara ini tumbuh rindang berserak, berupa semak, batang tegak, berbulu, agak lemah, tinggi cm, tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan, pinggir selokan dan cukup sinar matahari, 1 batang bersegi dan mempunyai banyak percabangan. Daun berhadapan bersilang, tangkai daun pendek/hampir duduk, berbentuk lanset, dan berwarna hijau panjang daun 2-5 cm, ujung runcing, tulang daun satu di tengah dan ujung daun mempunyai rambut yang pendek. Bunga ke luar dari ketiak daun, bentuknya seperti payung berwarna putih, berupa bunga majemuk 2-5, tangkai bunga (induk) keras seperti kawat, panjangnya 5-10 mm. Buahnya bulat, berwarna coklat dan ujungnya pecahpecah (Anonim 2005) ditunjukan pada Gambar 1. Menurut Kusuma dan Zazky (2005), bagian tanaman yang digunakan sebagai obat, yaitu seluruh tanaman, segar atau yang dikeringkan. Sifat kimiawi dan efek farmakologisnya diantaranya rasa manis, tawar, sedikit pahit, netral, lembut dan sejuk agak dingin (Dalimarta 2006; Kusuma & Zaky 2005). Kandungan kimia yang terkandung dalam rumput mutiara diantaranya hentriakontan, stigmasterol, asam ursolat, asam oleanolat, Beta-sitosterol, sitosterol-dglukosida, p-asam kumarat, flavonoid glikosida, baihuasheshecaosu (analog kumarin), iridoid glikosida, alizarin, krorogenin, dan ikatan antragalol (Wijaya 2004; Soenanto & Kuncoro 2005). Rumput mutiara memiliki khasiat sebagai antiradang (antiinflamasi), diuretik, antipiretik, antitoksin, antikarbunkular (menyembuhkan bisul), memperlancar sumbatan sperma (Kusuma & Zaky 2005 ; trubus 2005), meningkatkan daya fagositosis sel darah putih dan imunitas hormonal (Dalimarta 2005). Rumput ini juga dapat mengobati berbagai penyakit, seperti hepatitis, radang kandung empedu, hipertensi, tonsilis, brochitis, gondongan, pneumonia, radang usus buntu, infeksi saluran kemih, radang panggul, infeksi saluiran kemih, bisul dan borok (Anonim 2005, Permadi 2006). Gambar 1 Tanaman Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa (L.) Lam) Organ Hati dan Fungsinya Hati merupakan organ tempat proses metabolisme terbesar dan terpenting dalam tubuh. Letaknya di perut bagian kanan, di belakang tulang iga. Sebagai organ terbesar di antara organ dalam lain, hati berbobot sekitar 1/36 berat badan orang dewasa, atau kira-kira gram. Normalnya, hati berukuran selebar telapak tangan pemiliknya atau 7-10 cm. Hati memiliki beberapa fungsi penting, yaitu pembentukan dan ekskresi cairan empedu, fungsi metabolik, pertahanan tubuh, dan tempat detoksifikasi berbagai macam zat toksik.. Empedu dibentuk oleh hati. Sekitar satu liter cairan empedu diekskresikan (dikeluarkan) oleh hati setiap hari. Garam empedu yang dihasilkan penting untuk pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus halus. Garam ini sebagian diserap kembali oleh usus halus dan dialirkan ke hati. Hati terlibat dalam sintesis, penyimpanan dan metabolisme banyak senyawa endogen dan klirens senyawa eksogen, termasuk obat dan toksin yang lain dari tubuh (Kenward & Chik 2003). Sebagian besar racun memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal, dan setelah diserap racun dibawa oleh vena vorta hati ke hati. Hati akan mengubah senyawa racun menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut air (Casarett & Doull s 1989). Senyawa racun dapat menyebabkan berbagai jenis efek toksik pada berbagai organel dalam sel hati sehingga dapat menyebabkan kerusakan hati, seperti steatosis, kolestasis, nekrosis, dan sirosis. Steatosis (perlemakan hati) adalah hati yang mengandung berat lipid lebih dari 5%. Toksin dari tetrasiklin dapat menyebabkan butiran lemak dalam suatu sel, sedangkan etanol dapat menyebabkan butiran lemak besar yang menggantikan inti, yang paling umum adalah mekanisme rusaknya pelepasan trigliserida hati ke plasma. Nekrosis adalah kematian hepatosit dan merupakan suatu manifestasi akut yang berbahaya tetapi tidak terlalu kritis karena hati mempunyai kapasitas pertumbuhan kembali (Lu 1995). Sirosis adalah suatu kondisi di mana jaringan hati yang sehat digantikan oleh jaringan parut. Akibatnya, aliran darah menuju hati menjadi terhambat, sehingga fungsi hati pun menjadi terganggu. Parasetamol Parasetamol atau asetaminofen merupakan kelompok obat para amino fenol yang berfungsi sebagai analgesik dan

12 3 antipiretik. Struktur parasetamol ditunjukkan pada Gambar 3. Parasetamol memberikan efek yang sangat baik dan aman jika digunakan dalam dosis pengobatan yang tepat. Clark (1973) menyatakan bahwa penggunaan parasetamol secara terus menerus dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati karena terbentuknya ikatan antara makromolekul sel hati dengan metabolit intermediet parasetamol. Toksisitas parasetamol akan berbeda pada setiap spesies. Penurunan jumlah glutation jaringan hati lebih peka terhadap hewan-hewan yang peka terhadap keracunan parasetamol dibandingkan pada binatang yang tidak peka walaupun diberikan dosis parasetamol yang sama (Davis et al. 1976). Menurut Goodman dan Gilman s (1980), parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim mikrosomal hati. Parasetamol mengalami biotranformasi di hati dan sebagian besar dieksekresikan setelah berkonjugasi dengan glukuronat (60%), asam sulfat (3%) dan sistein (3%). Jika mengkonsumsi dalam dosis yang tinggi, maka parasetamol ikut mengalami N-hidroksilasi dengan secara spontan mengalami dehidratasi membentuk metabolit N-asetil-pbenzoquinone yang bersifat hepatotoksik. Masih menurut Goodman dan Gilman s, hepatotoksis dapat terjadi setelah mengkonsumsi dosis tunggal g ( mg/kg) parasetamol. Dosis di atas 250 mg/kg secara potensial sangat fatal. Indikasi klinik terhadap manifestasi kerusakan hati terjadi 2-6 hari setelah mengkonsumsi parasetamol dosis toksik. Hipotesis mekanisme toksisitas parasetamol dibagi menjadi dua yaitu melalui antaraksi kovalen dan antaraksi nirkovalen. Antaraksi kovalen, terjadi karena pemberian parasetamol dosis toksik akan menguras kandungan GSH-sitosol sehingga N-asetil-pbenzokuinonimina (NAPBKI) akan berikatan secara kovalen dengan makromolekul protein sel hati, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan sel (Gillette 1981; Tirmenstein & Nelson 1990), sedangkan antaraksi nirkovalen, melibatkan pembentukan radikal bebas N-asetil-p-semikuinonimina (NAPSKI), pembangkitan oksigen reaktif, anion superoksida serta gangguan homeostasis Ca 2+, yang semuanya akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Chan, Han & Kan 2001). Kematian sel terjadi bersama dengan pecahnya membran plasma, pada nekrosis, terjadi pembengkakan mitokondria, pembengkakan sitoplasma, penghancuran organel dan inti, dan pecahnya membran plasma. HN OH O C CH 3 Gambar 2 Struktur parasetamol SGPT dan SGOT Jaringan hati mengandung enzim-enzim transaminase dalam jumlah yang besar seperti Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) dan Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT). Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permeabilitas membran akan mengakibatkan enzim GOT dan GPT, arginase, laktat dehidrogenase (LDH) dan gamma-glutamil transaminase (GGT) bebas keluar sel, sehingga enzim masuk ke pembuluh darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat (Girindra 1986). Indikator yang lebih baik untuk mendeteksi kerusakan jaringan hati adalah SGPT dan SGOT, karena kedua enzim tersebut akan meningkat terlebih dahulu dan peningkatannya lebih nyata bila dibandingkan dengan enzim-enzim lainnya (Calbreath 1982). Kenaikan kadar transaminase dalam serum disebabkan oleh sel sel yang kaya akan transaminase mengalami nekrosis atau hancur. SGPT adalah ukuran nekrosis hepatoseluler yang paling spesifik dan paling luas digunakan, SGOT bekerja serupa tetapi kurang spesifik (Sujono 2002). Enzim GPT akan memindahkan gugus amino pada alanin ke gugus keto dari α- ketoglutarat membentuk glutamat dan piruvat. Selanjutnya piruvat diubah menjadi laktat. Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim laktat dehidrogenase (LDH) yang membutuhkan NADH dalam reaksi yang dikatalisisnya. Enzim GPT merupakan enzim yang spesifik ada pada hati. Persamaan reaksi dari aktivitas GPT dan LDH terlihat pada reaksi sebagai berikut: (GPT) α-ketoglutarat + L-alanin piruvat + L-glutamat piruvat + NADH +H + (LDH) L-laktat + NAD + Enzim GOT mengkatalisis pemindahan gugus amino pada L-aspartat ke gugus keto dari α-ketoglutarat membentuk glutamat dan oksalat. Selanjutnya oksaloasetat diubah menjadi malat. Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase (MDH) yang

13 4 membutuhkan NADH dalam reaksi yang dikatalisisnya. Persamaan reaksi aktivitas GOT sebagai berikut: α-ketoglutarat + L-aspartat (GOT) Lglutamat + oksaloasetat oksaloasetat + NADH +H + (MDH) L-malat + NAD + Enzim GOT tidak spesifik untuk disfungsi hati karena enzim ini juga ditemukan pada otot rangka, ginjal, dan pankreas. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Spraque Dawley (bobot ± g, umur 6 minggu), tanaman rumput mutiara yang diperoleh dari Balitro, parasetamol yang diproduksi Indo Farma, reagen kit GPT dan GOT merk HUMAN, air destilata, etanol 99.8% dan 70%, pakan standar tikus. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang, alat-alat gelas, stop watch, syringe, timbangan analitik, kertas saring, kuvet, vial, mikropipet, bulp, gegep, vorteks, oven, ph meter, eksikator, microfuge, rotavapor, penangas air, freezer, spektrofotometer, dan alat-alat bantu lainnya. Metode Penelitian Ekstraksi Tanaman Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa (L.) Lam) Keseluruhan bagian tanaman digunakan, sebanyak 5 kg dicuci sampai bersih, kemudian dikeringkan di udara terbuka sampai cukup kering selama kurang lebih 7 hari. Pengeringan selanjutnya dalam oven pada suhu ºC lalu dibuat serbuk. Serbuk kering tanaman sebanyak 100 g diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1:10 selama 24 jam pada suhu ruang, sambil dikocok menggunakan inkubator bergoyang, maserasi ini dilakukan triplo. Setelah 24 jam sampel tersebut disaring untuk memisahkan filtrat dengan ampas. Masing-masing filtrat dievaporasi menggunakan evaporator vakum 40 o C untuk menguapkan ekstrak pekat yang diperoleh kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu ºC. Ekstrak yang diperoleh digunakan untuk uji fitokimia dan uji antihepatotoksik. Uji Fitokimia (Harborne 1987) Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik. Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambah metanol sampai terendam lalu dipanaskan. Filtratnya ditambah NaOH 10% atau H 2 SO 4. Terbentuknya warna merah karena penambahan NaOH 10% menunjukkan adanya senyawa fenolik hidrokuinon sedangkan warna merah yang terbentuk akibat penambahan H 2 SO 4 pekat menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Uji Alkaloid. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara ditambahkan 5 ml kloroform dan 3 tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan 2 tetes H 2 SO 4 2M. Fraksi Asam dibagi menjadi tiga tabung kemudian masing-masing ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer dan Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih ada pereaksi Meyer, endapan merah pada perekasi Dragendorf, dan endapan coklat pada pereaksi Wagner. Uji Tanin. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara ditambahkan 5 ml akuades kemudian dididihkan selama 5 menit. Kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan dengan 5 tetes FeCl 3 1% (b/v). Warna biru tua atau hitam kehijauan yang terbentuk menunjukkan adanya tanin. Uji Saponin. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara ditambahkan 5 ml akuades lalu dipanaskan selama 5 menit. Kemudian dikocok selama 5 menit. Busa yang terbentuk setinggi kurang lebih 1 cm dan tetep stabil setelah didiamkan selama 10 menit menunjukkan adanya saponin. Uji Steroid dan Terpenoid. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etanol rumput mutiara kotok ditambahkan 5 ml etanol 30% lalu selama 5 menit dipanaskan dan disaring. Filtratnya diuapkan kemudian ditambahkan dengan eter. Lapisan eter ditambahkan dengan pereaksi Liebermen Burchard (3 tetes asetat anhidrida dan 1 tetes H 2 SO 4 pekat). Warna merah atau ungu yang terbentuk menunjukkan adanya triterprnoid dan warna hijau menunujukkan adanya steroid. Pembuatan Dosis Ekstrak Rumput Mutiara Dosis ekstrak rumput mutiara yang digunakan adalah 400 mg/kgbb dan 800 mg/kgbb, hal ini berdasarkan penelitian Ardiningsih (1995) pada penggunaan dosis rumput laut Sargassum sp. Dosis 400 mg/kgbb dan 800 mg/kgbb kemudian dikonversikan dengan rendemen hasil ekstraksi yang diinduksikan ke tikus.

14 5 Hewan Coba dan Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan lima kali ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Spraque-Dawley dengan jenis kelamin jantan, sehat, mempunyai aktivitas normal, dengan berat badan ± g, dan berumur ± 6 minggu (Gambar 4). Sebelum mendapatkan perlakuan, tikus diadaptasikan selama dua minggu untuk menyesuaikan kondisi fisiologis, menyeragamkan cara hidup dan makanannya, yaitu dengan memberi pakan standar dan air minum ad libitum. Selama perlakuan, tujuh minggu tikus diberi pakan standar dan air minum ad libitum. Adapun pembagian kelompok perlakuan, yaitu kelompok A sebagai kontrol tikus diinduksi aquades selama 7 minggu; kelompok B sebagai kelompok hepatotoksik, tikus diinduksi parasetamol dosis 250 mg/kgbb selama 7 minggu; kelompok C tikus diinduksi parasetamol 250 mg/kgbb selama 7 minggu, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 400 mg/kgbb; kelompok D tikus diinduksi parasetamol selama 7 minggu, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 800 mg/kgbb; kelompok E tikus diinduksi parasetamol sampai minggu ke-4, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 400 mg/kgbb; kelompok F tikus diinduksi parasetamol sampai minggu ke-4, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 800 mg/kgbb. minggu ke-empat, ke-lima, ke-enam dan ketujuh. Darah tikus diambil melalui pembuluh vena ekor, dan ditampung dalam tabung sentrifus kemudian disentrifus pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan serumnya (serum berada di bagian atas), serum berwarna kuning muda bening. Setelah itu dilakukan analisis kadar SGPT dan SGOT. Prosedur analisis SGPT dan SGOT mengikuti metode dari International Federation of Clinical Chemystry (IFCC). Penentuan kadar GPT dan GOT caranya sama hanya berbeda jenis reagen yang digunakan. Metode analisis GPT dan GOT adalah serum darah tikus diambil sebanyak 100 μl dicampur dengan reagen GPT sebanyak 1000 μl, setelah itu campuran disimpan di penangas air suhu 37 0 C kemudian absorbannya dibaca dengan menggunakan fotometer UV pada panjang gelombang 340 nm. Pembacaan dilakukan pada menit ke-1, 2 dan 3. Kadar GPT dicari dengan rumus Δ A/menit x Kadar GOT dicari dengan cara yang sama seperti GPT tetapi menggunakan reagen GOT. Analisis Data Statistik Analisis data terhadap kadar enzim SGPT dan SGOT menggunakan analisis ragam (ANOVA) rancangan acak lengkap (RAL) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0,05 dan kemudian dilanjutkan dengan uji duncan untuk melihat perbedaan pengaruh perlakuan antar kelompok percobaan. Data kadar SGPT dan SGOT dianalisis menggunakan program SAS. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 3 Tikus percobaan galur Spraque-Dawley Penimbangan Berat Badan dan Analisis Kadar SGPT dan SGOT Penimbangan berat badan pada masa adaptasi dilakukan pada awal minggu pertama, akhir minggu pertama dan akhir minggu ke-dua. Setelah dilakukan perlakuan, penimbangan bobot badan dilakukan setiap hari untuk menyesuaikan dosis pemberian parasetamol dan ekstrak rumput mutiara. Pengambilan darah tikus dilakukan sebanyak lima kali, yaitu satu kali sebelum perlakuan, dan empat kali setelah perlakuan, yaitu akhir Ekstraksi Sebelum ekstraksi dilakukan perlu dilakukan beberapa perlakuan khusus. Tanaman rumput mutiara yang baru dipetik dikeringudarakan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mematikan enzim guna mencegah terjadinya oksidasi enzimatik atau hidrolisis senyawaan yang akan diisolasi. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Maserasi digunakan untuk mengekstrak sampel yang relatif tidak tahan panas. Teknik ini digunakan karena relatif sederhana tapi menghasilkan produk yang baik (Meloan 1999, diacu dalam Wulandari 2005). Maserasi ini dilakukan dengan merendam serbuk kering rumput mutiara

15 6 dengan pelarut selama 3x24 jam dengan mengganti pelarut setiap 24 jam. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil ekstrak yang maksimal. Perbandingan bahan dan pelarut dapat mempengaruhi hasil ekstraksi. Menurut Cowley (1973), diacu dalam Melawati (2006) perbandingan yang baik antara bahan dan pelarut adalah 1:10. Oleh karena itu penelitian ini juga menggunakan perbandingan tersebut. Pada penelitian ini, pelarut yang digunakan untuk maserasi rumput mutiara adalah etanol 70%. Pemilihan etanol 70% sebagai pelarut karena etanol 70% sering digunakan untuk ekstraksi dan menghasilkan senyawa bahan aktif yang optimal dan kemungkinan jumlah pengotor yang ikut dalam larutan pengekstrak sangat kecil (Harbone 1997). Rendemen ekstrak rumput mutiara yang telah dirotavapor/dipekatkan adalah sebesar 30.06% dari 3 kali ulangan. Rendemen ekstrak ini kemudian akan digunakan untuk menentukan dosis ekstrak yang akan diberikan ke tikus. Uji Fitokimia Sampel yang digunakan adalah ekstrak pekat rumput mutiara Penapisan fitokimia secara kualitatif dilakukan sebagai uji awal untuk mengetahui keberadaan senyawa kimia spesifik, yaitu senyawa metabolit sekunder yang diharapkan dapat berperan sebagai antihepatotoksik. Penapisan fitokimia ini didasarkan pada metode Harborne (1987). Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak rumput mutiara mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan steroid (Tabel 1). Pada uji alkaloid sampel menunjukkan hasil positif terhadap ketiga pereaksi (Wagner, Mayer, dan Dragendorf). Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna merah jingga. Tanin ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna hitam kehijauan. Saponin ditunjukkan dengan adanya busa dan tetap stabil setelah didiamkan selama 10 menit. Steroid ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna hijau. Senyawa-senyawa metabolit sekunder yang dapat bersifat sebagai hepatoprotektor adalah flavonoid berdasarkan penelitian Ardiningsih (1995) dan saponin berdasarkan penelitian Kayun (2003). Menurut Robinson (1995), flavonoid sering merupakan senyawa pereduksi yang baik, karena mampu menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzimatis maupun nonenzimatis. Aktivitas antioksidan dari beberapa golongan flavonoid dapat menjelaskan mengapa flavonoid yang merupakan komponen aktif dari tumbuhan digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan fungsi hati (Robinson 1995). Keberadan saponin dalam tumbuhan dapat juga dimanfaatkan sebagai obat. Menurut Lacaile dan Wagner (1996) aktivitas spesifik saponin termasuk aktivitas yang berhubungan dengan kanker, seperti sitotoksik, antitumor, antiperadangan, antialergenik, antivirus, antihepatotoksik, antidiabetes, dan antifungal. Tabel 1 Hasil uji fitokimia ekstrak pekat rumput mutiara. Uji Hasil Alkaloid + Flavonoid + Saponin + Triterpenoid - Steroid + Tanin + Keterangan : (+) = mengandung senyawa uji, (-) = tidak mengandung senyawa uji Hepatotoksik Parasetamol Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada minggu ke-0 (sebelum perlakuan) kadar SGPT tikus kelompok B, E, dan D tidak berbeda nyata (P<0.05) dengan kelompok A, sedangkan kelompok F dan C berbeda nyata dengan kelompok A tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok B. Hasil yang tidak berbeda nyata ini disebabkan oleh kondisi fisioligis hewan coba yang tidak seragam, lingkungan juga bisa mempengaruhi fisiologis hewan coba tersebut, ada beberapa tikus yang terlihat sangat agresif, ada tikus yang membuangbuang pakan yang diberikan, serta ada tikus yang terlihat lemah. Walaupun demikian kadar SGPT tikus masih dalam keadaan normal, hal ini sesuai dengan kisaran kadar SGPT tikus normal menurut Girindra (1989), yaitu sebesar 17 U/L 30.2 U/L. Kelompok C dan F kadar rata-rata kadar SGPTnya berada diluar kisaran normal, yaitu U/L dan U/L. Namun hal ini masih bisa dianggap normal karena nilai kadar tersebut tidak begitu jauh dari kisaran normal kadar SGPT tikus menurut Girindra (1989). Kadar SGOT tikus pada minggu ke-0 (sebelum perlakuan) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata setiap antar kelompok. Kadar SGOTnya tersebut berada dalam keadaan normal dan sesuai dengan kisaran kadar SGOT tikus normal menurut Girindra (1989), yaitu U/L.

16 7 Setelah dilakukan perlakuan pemberian parasetamol dosis 250 mg/kgbb selama 4 minggu terhadap kelompok B, C, D, E dan F telah menaikkan kadar SGPT 4-5 kali dan kadar SGOT tikus 4-6 kali keadaan normalnya, terlihat pada Gambar 4 dan 5. Kadar SGPT kelompok perlakuan yang diberi parasetamol 250 mg/kgbb berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan berbeda nyata dengan kelompok A (normal). Kadar SGPT kelompok E dan F tidak saling berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan kelompok B dan D, sedangkan kelompok C tidak berbeda nyata dengan kelompok B, D dan E. Kadar SGOT tikus setelah diinduksi perasetamol 250 mg/kgbb selama 4 minggu telah menyebabkan kenaikan kadar SGOTnya dan berbeda nyata dengan kelompok normalnya. Kenaikan 4-6 kali kadar SGPT dan SGOT mengindikasikan telah terjadi kerusakan fungsi hati yang bersifat hepatitis kronis. Menurut Suarsana dan Budiasa (2005) peningkatan kadar SGPT dan SGPT 1-5 kali lebih tinggi dari keadaan normalnya menunjukkan kerusakan hati yang terjadi bersifat hepatotoksis kronis. Kelompok B (kelompok hepatotoksik), yaitu tikus diinduksi perasetamol sampai minggu ke-7 ternyata mengalami kenaikan kadar SGPT dan SGOT yang cukup tajam pada minggu ke-7, Kerusakan fungsi hati yang terjadi dapat bersifat hepatotoksik kronis yang permanen. Uji Antihepatotoksik Setelah dilakukan pemberian ekstrak etanol rumput mutiara, pada minggu ke-5 (seminggu setelah pemberian ekstrak etanol rumput mutiara), kadar SGPT kelompok C, D dan E berbeda nyata dengan kelompok B juga berbeda nyata dengan kelompok A. Kelompok F tidak berbeda nyata dengan kelompok B, tetapi berbeda nyata dengan kelompok C, D dan E Kelompok F penurunan kadar SGPTnya sangat kecil sehingga masih tidak berbeda nyata dengan kelompok B, dan berbeda nyata dengan kelompok C, D dan E. Namun semua kelompok yang telah seminggu diberi ekstrak etanol rumput mutiara berdasarkan uji statistik menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) dengan kelompok A. Kadar SGOT setelah seminggu diberi ekstrak etanol rumput mutiara mengalami penurunan yang sangat kecil dan penurunannya belum begitu terlihat, sehingga kelompok yang telah diberi ekstrak etanol rumput mutiara pada minggu ke-5 memperlihatkan hasil uji statistik yang tidak berbeda nyata dengan kelompok B, dan berbeda nyata dengan kelompok A. Hal ini disebabkan pemberian ekstrak 400 maupun 800 mg/kgbb yang diberikan belum dapat melawan efek hepatotoksik parasetamol karena waktu pemberian masih relatif singkat. Penurunan kadar SGPT dan SGOT baru terlihat jelas setelah minggu ketujuh, tetapi pada minggu ketujuh pun belum mencapai keadaan normalnya seperti sebelum diberi perlakuan dan masih berbeda nyata dengan kelompok normal yang dicekok akuades, kemungkinan pemberian ekstrak etanol rumput mutiara perlu diperpanjang lagi waktunya. Kadar SGPT pada minggu ke-7 berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa kelompok C, D, E dan F tidak saling berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap kelompok B. Kelompok C tidak berbeda nyata dengan kelompok A tetapi kelompok D, E, dan F berbeda nyata dengan kelompok A. Kadar SGOT tikus pada minggu ke-7 berdasarkan uji statistik menujukkan bahwa kelompok C, D, E dan F tidak saling berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap kelompok B dan juga terhadap kelompok A. Kelompok normal juga mengalami kenaikan kadar SGPT dan SGOT disebabkan tikus mengalami stres akibat pencekokan, dan pemotongan ekor untuk pengambilan darah, seperti terlihat pada Gambar 4 dan 5. Perlakuan C dan D ingin membuktikan apakah ekstrak etanol rumput mutiara bersifat hepatoprotektor. Pemberian ekstrak rumput mutiara dilakukan memasuki minggu ke-5 sampai minggu ke-7 dengan tidak menghentikan pemberian parasetamol. Hasil analisis memperlihatkan pemberian ekstrak etanol rumput mutiara selama tiga minggu pada kelompok C dengan dosis 400 mg/kgbb dan kelompok D dosis 800 mg/kgbb dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus. Berdasarkan data statistik setelah pemberian ekstrak etanol rumput mutiara selama 3 minggu, pada minggu ke-7 kadar SGPT tikus kelompok C dan D menujukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) bila dibandingkan dengan perlakuan B juga berbeda nyata dengan kelompok A. Kadar SGOTnya pada minggu ke-7 memperlihatkan hasil uji statistik yang berbeda nyata terhadap kelompok B dan juga kelompok A, namun telah memperlihatkan penurunan yang cukup berarti (Gambar 4 dan 5). Perlakuan E dan F ingin membuktikan apakah ekstrak etanol rumput mutiara bersifat antihepatotoksik. Pemberian ekstrak rumput mutiara dilakukan memasuki minggu ke-5 sampai minggu ke-7 pemberian parasetamol

17 8 250 mg/kgbb dihentikan pada minggu ke-4. Hasil analisis memperlihatkan pemberian ekstrak etanol rumput mutiara selama tiga minggu pada kelompok E dengan dosis 400 mg/kgbb dan kelompok F dosis 800 mg/kgbb dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus. Hal ini dapat dilihat dari penurunan aktivitas enzim SGPT serta SGOT pada minggu ke-7, berdasarkan uji statistiknya berbeda secara nyata (P<0.05) bila dibandingkan dengan perlakuan B, tetapi kelompok E sudah tidak berbeda nyata dengan kelompok A sedangkan kelompok F masih berbeda nyata dengan kelompok A. Pemberian ekstrak etanol rumput mutiara dosis 400 dan 800 mg/hari/kgbb selama 3 minggu memperlihatkan efek sebagai hepatoprotektif yaitu mampu menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus yang terus dipapar dengan parasetamol. Ekstrak etanol rumput mutiara juga mempunyai efek antihepatotoksik, menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus akibat pemberian parasetamol selama 4 minggu. Gambar 4 dan 5 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rumput mutiara dosis 400 dan 800 mg/kgbb selama 3 minggu pada kelompok yang dipapar terus parasetamol, yaitu kelompok C dan D pada minggu ke-7 berdasarkan uji statistiknya menunjukkan tidak saling berbeda nyata. Kelompok E dan F yang dihentikan pemberian parasetamolnya pada minggu keempat dan dilanjutkan dengan pemberian ektrak rumput mutiara dosis 400 dan 800 mg/kgbb selama 3 minggu menunjukkan adanya penurunan kadar SGPT dan SGOT yang tidak saling berbeda nyata. Kelompok E dan F juga tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok C dan D yang terus dipapar parasetamol. Artinya dari keempat kelompok tersebut dengan dosis ekstrak rumput mutiara 400 dan 800 mg/kgbb mampu melindungi hati dan mampu mengobati kerusakan fungsi hati. Hal ini menunjukkan bahwa sampai dengan dosis 800 mg/kgbb, pengaruh pemberian ekstrak rumput mutiara antara kedua dosis tersebut tidak berbeda, artinya pengaruh antara kedua dosis tersebut sama saja. Sehingga dosis 400 mg/kgbb sudah cukup efektif untuk menurunkan kadar SGPT maupun SGOT tikus pada tingkat 4-6 kali keadaan normalnya. Dosis 400 mg/kgbb tersebut tidak berbeda dengan hasil penelitian Ardiningsih (1995) yang menyatakan bahwa ekstrak kasar dari rumput laut (Sargassum sp.) dapat berfungsi sebagai antihepatotoksik pada ayam yang dinduksi parasetamol (250 mg/kgbb). minggu kekadar SGPT (U/L) minggu kekadar SGOT (U/L) SGPT kelompok A SGPT kelompok B SGPT kelompok C SGPT kelompok D SGPT kelompok E SGPT kelompok F Gambar 4 Kadar SGPT rata-rata tikus selama perlakuan SGOT kelompok A SGOT kelompok B SGOT kelompok C SGOT kelompok D SGOT kelompok E SGOT kelompok F Gambar 5 Kadar SGOT rata-rata tikus selama Perlakuan Bobot Badan Gambar 6 menyajikan rataan bobot badan hewan uji untuk keenam kelompok. Sebelum perlakuan selama masa adaptasi konsumsi pakan semua kelompok tikus sedikit kemungkinan masih belum bisa menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan pemberian jenis pakan yang baru. Memasuki masa perlakuan 1-3 minggu kenaikan bobot badan tikus rata-rata naik, tetapi memasuki minggu keempat kelompok perlakuan yang diinduksi parasetamol mengalami penurunan rata-rata bobot badan. Hal ini disebabkan mungkin karena telah terjadi kerusakan jaringan hati oleh parasetamol sehingga fungsi hati dalam metabolisme menurun, akibatnya tikus berkurang dalam mengkonsumsi pakannya. Gambar 7 memperlihatkan penurunan bobot badan tikus kelompok B dari hari ke-28 mengalami penurunan drastis, hal ini dimungkinkan akibat kerusakan hati akut pada tikus mengakibatkan konsumsi pakan tikus berkurang akibat dari menurunnya fungsi metabolik hati. Kelompok C, D, E dan F setelah dilakukan pemberian ekstrak rumput mutiara dari hari ke-28 mengalami kenaikan bobot badan yang signifikan. Hal ini disebabkan jaringan hati yang rusak telah mengalami regenerasi sel akibat pemberian ekstrak rumput mutiara, sehingga kemampuan metabolismenya normal kembali.

18 9 bobot (gram) hari kelompok A kelompok B kelompok C kelompok D kelompok E kelompok F Gambar 6 Ratan bobot badan tikus selama perlakuan SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Rumput mutiara berpotensi menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus yang telah diinduksi parasetamol 250 mg/kgbb. Pemberian parasetamol dosis 250 mg/kgbb selama 4 minggu telah menyebabkan peningkatan kadar SGPT dan SGOT tikus 4-5 kali dari keadaan normalnya. Setelah pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara dosis 400 dan 800 mg/kgbb selama 3 minggu, terjadi penurunan kadar SGPT dan SGOT yang cukup berarti. Berdasarkan uji fitokimianya ekstrak etanol rumput mutiara mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Pemberian ekstrak etanol rumput mutiara dengan dosis 400 dan 800 mg/kgbb tidak berbeda nyata baik pada kelompok yang dihentikan pemberian parasetamolnya pada minggu keempat maupun yang terus dipapar parasetamol. Dosis 400 mg/kgbb ekstrak etanol 70% rumput mutiara mampu melindungi hati dan mengobati hati dari kerusakan atau peradangan, dosis tersebut sudah cukup efektif untuk menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus setingkat hepatitis kronik pada manusia. SARAN Sebaiknya dilakukan uji histopatologi hati dan waktu penelitian perlu diperpanjang untuk melihat penurunan kadar SGPT dan SGOT yang lebih signifikan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehubungan dengan pelarut-pelarut lain sebagai bahan pengekstrak yang spesifik yang berperan sebagai bahan pengekstrak dan identifikasi senyawa aktif yang berperan sebagai antihepatotoksik serta mekanismenya. antihepatotoksik, dan mempelajari mekanismenya dalam tubuh. DAFTAR PUSTAKA Adijuwana, Nur MA Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologi. Bogor: Pusat Antar Universitas IPB. Amelia G Potensi rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam) sebagai antioksidan alami [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. [Anonim] Rumput mutiara. tanobat/ view.php?id=54. [2 Februari 2007]. Ardiningsih P Efek pemberian rumput laut (Sargassum sp.) terhadap kadar SGOT dan SGPT ayam [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Barry H, Rumack MD Acetaminophen Overdose. Am J Med Boyer TD. Rouff SL Acetaminopheninduced hepatic necrosis and renal failure. J Am Med Assoc 9: 218. Calbreath DF Clinical Chemistry. New York: Saunder Company. Casarett, Doull s Toxicology: The Basic Science of Poisons. New York: Macmillan Company. Chan K, Han XD, Kan YW An important function of nrf2 in combating oxidative stress: detoxification of acetaminophen. Proc Natl Acad Sci 98 (8): Clark R Hepatic damage and death from overdose of parasetamol. Lancet 1: Dalimartha S Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta: Penebar Swadaya. Davis M, Simmon CJ, Harisson NG, Williams R Paracetamol overdose in man: Relationship between patern of urinary metabolites and severity of liver damage. Quartz J Med XL:

19 10 [DepKes BPPK] Departemen Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Inventaris Tanaman Indonesia (V). Jakarta: Bakti Husada. Donatus IA Toksisitas parasetamol dan usaha pencegahanya. Medika 8 (8): Donatus IA, Susana Daya antihepatotoksik seduhan rimpang temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) pada mencit. Di dalam: Risalah Simposium Penelitian Tanaman Obat III. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Fox JG, Cohen BJ, Loew FM Laboratory Animal Medicine. Orlando: Academic-Pr. Gan S Farmakologi dan Terapi. Ed ke- 2. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Gillete JR An integrated approach to the study of chemically reactive metabolites of acetaminophen. Arch Intern Med 141: Girindra A Patologi Klinik Veteriner. Bogor: IPB Pr. Goodman, Gilman s The Pharmecological Basic of Therapeutics. Ed ke-6. New York: MacMilan Publishing Co Inc. Harborne JB Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Padmawinata K, Iwang S, penerjemah; Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods. Hawkins DW, Rahn DW Pharmacoteraphy: Apathophysiological Approach. London: Black well Scientific Publication. Hernani, Rahardjo M Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya. Katzung BG Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Buku Penerbit Kedokteran EGC. Kenward R, Chik KT Farmasi Klinis. Di dalam: Mohammad Aslam, Chik Kaw Tan, Adji Prayitno, editor. Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien Jakarta: PT Gramedia. Kayun SP Ekstrak saponin dari akar kuning sebagai hepatoprotektor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Kusuma FR, Zaky BM Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Lacaile D, Wagner H. (1996). A revief of the biological and pharmacological aktivities of saponins. Phyto med 2: Lu FC Toksikologi Dasar: Asas, Organ, Sasaran, dan Penilaian Risiko. Ed ke-2. Edi Nugroho, penerjemah; Jakarta: UI Pr. Markham KR Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Kosasih Padmawinata, penerjemah; Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Techniques of Flavonoid Identification. Mattjik AA Rancangan Percobaan. Bogor: IPB Pr. Melawati Optimasi proses maserasi panili (Vanilla planifolia A) hasil modifikasi proses kuring [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mitchell Acetaminophen induced hepatic necrosis. J Pharmacol 187 (1): Mutschler E Dinamika Obat. Ed ke-5. Mathilda BW dan Ranti AS, penerjemah; Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Arzeneimittelwirkungen, 5 Vollig Neubearbeitee und Erweiterte Auflauge. Permadi A Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta: Penebar Swadaya. Robinson T Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tinggi. Ed ke-6 K Padmawawinata, penerjemah; Bandung: ITB Pr.

20 11 Rustandi MI Potensi antioksidasi ekstrak daun sangitan. (Sambucus javanica Reinw ex Blume) sebagai hepatoprotektor pada tikus [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor. Santoso, Sardjono H Perspektif Pengembangan Obat Tradisional di Indonesia. Jakarta: UI Pr. Sjaifoellah N Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed ke-3. Jakarta: UI Pr. Soenanto H, Kuncoro S Hancurkan Batu Ginjal Dengan Tanaman Herbal. Jakarta: Puspa swara. Suarsana IN, Budiasa IK potensi hepatoprotektif ekstrak mengkudu pada keracunan parasetamol. Vol 6(3). [2 Februari 2007]. Sujono H Gastroenterology. Bandung: Penerbit Alumni. Tirmenstein MA, Nelson SD. 1990, Acetaminophen-induced oxidation of protein thiols: contribution of impaired thiol-metabolizing enzymes and the breakdown of adenin nucleotides. J Biol Chem 265 (6): Wijayakusuma H Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa swara. Wijayakusuma H, Dalimartha, Wiria AS Tanaman berkhasiat obat di Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Pustaka Kartini. Windyagiri A Potensi hepatoprotektor air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) pada tikus putih hiperglikemia [skripsi]. Bogor: Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Wulandari NDM Perbandingan metode ekstraksi buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan uji toksisitas subkronis pada tikus putih [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

21 LAMPIRAN 12

22 13 Lampiran 1 Tahapan umum penelitian Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) kering Maserasi dengan alkohol 70% Rotavapour sampai pekat Dikeringkan dalam oven C hingga kering Estrak kasar Uji fitokimia uji pada hewan coba (tikus putih) uji uji uji uji uji steriod flavonoid alkaloid tanin saponin dan terpenoid dan senyawa fenolik kelompok I kelompok kelompok kelompok kelompok kelompok (kontrol) II III IV V VI

23 14 Lampiran 2 Ekstraksi rumput mutiara Sampel kering rumput mutiara Ekstraksi : etanol 70% Maserasi Filtrat Rotavapor 50 ºC Oven 40 ºC Ekstrak kasar Lampiran 3 Rendemen hasil ekstraksi rumput mutiara Sampel Bobot sampel (g) Bobot ekstrak (g) Rendemen (%) 100 g g Rumput mutiara 100 g g g g Contoh perhitungan: Bobot ekstrak Rendemen (%) = x 100% bobot simplisia = x 100% = 30.16% % % % Rata-rata rendemen ekstrak (%) = % 3

24 15 Lampiran 4 Dosis parasetamol dan ekstrak rumput mutiara Perhitungan dosis parasetamol yang diinduksikan pada tikus 1 tablet 500 mg parasetamol dilarutkan dalam 10 ml akuades sehingga diperoleh konsentrasi 50 mg/ml Dosis yang diinduksikan pada tikus 250 mg/kgbb Misalkan robot badan tikus 200 g maka: 200 g x 250 mg 50 mg 1000 g kg Larutan stok yang dibuat 50 mg/ml Jadi untuk bobot badan tikus 200 g : 50mg 50mg ; 1 ml 50 mg x 1, 00 ml 1mL 50 mg Perhitungan dosis ektrak rumput mutiara yang diinduksikan pada tikus Dosis yang diinduksikan adalah 400 mg/kgbb dan 800 mg/kgbb Rendemen ektrak yang diperoleh adalah 30.06% = 0.3 Untuk dosis 400 mg/kgbb: 400 mg/kgbb x 0.3 = 120 mg/kgbb Misalkan untuk bobot badan tikus 200 g: 120 mg/kgbb x 0.2 kg = 24 mg/bb Larutan stok dibuat untuk dosis 400 mg/kgbb: 240 mg ekstrak dilarutkan dalam 10 ml akuades, sehingga dalam 1 ml mengandung 24 mg ekstrak rumput mutiara Untuk dosis 800 mg/kgbb: 800 mg/kgbb x 0.3 = 240 mg/kgbb Misalkan untuk bobot badan tikus 200 g: 240 mg/kgbb x 0.2 kg = 48 mg/bb Larutan stok dibuat untuk dosis 800 mg/kgbb: 480 mg ekstrak dilarutkan dalam 10 ml akuades, sehingga dalam 1 ml mengandung 48 mg ekstrak rumput mutiara Jadi untuk bobot tikus badan 200 g dicekok larutan ekstrak dosis 400 maupun 800 mg/kgbb sebanyak 1 ml Untuk bobot badan yang lain dikonversikan terhadap bobot badan 200 g, misalnya untuk bobot badan 150 g: 150 g x 1mL g ml Lampiran 5 Contoh perhitungan kadar SGPT dan SGOT Prosedur analisis kadar GPT dan GOT mengikuti metode dari International Federation of Clinical Chemystry (IFCC) dengan rumus Δ A /menit x Contoh perhitungan kadar SGPT: Nilai absorbans menit ke-0 = menit ke-1 = menit ke-2 = menit ke-3 = Δ A /menit = 0.235/3 = Kadar SGPT = x 1745 = U/L Contoh perhitungan kadar SGOT: Nilai absorbans menit ke-0 = menit ke-1 = menit ke-2 = menit ke-3 = Δ A /menit = 0.105/3 = Kadar SGPT = x 1745 = U/L

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) MARIATI Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia cukup banyak laporan tentang kasus hepatotoksisitas, walaupun jumlah kematian akibat toksisitas ini tidak begitu tinggi. Salah satu penyebab dari toksisitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

PENGHAMBATAN PEROKSIDASI LIPID SEL KHAMIR Candida sp. Y390 OLEH EKSTRAK DAGING BUAH SALAK BONGKOK (Salacca edulis Reinw.

PENGHAMBATAN PEROKSIDASI LIPID SEL KHAMIR Candida sp. Y390 OLEH EKSTRAK DAGING BUAH SALAK BONGKOK (Salacca edulis Reinw. PENGHAMBATAN PEROKSIDASI LIPID SEL KHAMIR Candida sp. Y390 OLEH EKSTRAK DAGING BUAH SALAK BONGKOK (Salacca edulis Reinw.) DEDE FALAHUDIN PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, pengembangan obat obat baru terus dilakukan dengan upaya untuk meningkatkan potensi obat obatan yang ada. Adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang demikian pesatnya,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona Muricata L.) terhadap kadar enzim transaminase (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus musculus)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan

Lebih terperinci

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum Pengaruh FRAKSI HEKSAN EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) terhadap serum glutamate piruvat transaminase PADA TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Secara populer dikenal juga dengan istilah penyakit hati, sakit liver, atau sakit kuning. Hepatitis dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar landep (Barleria prionitis) yang berasal dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang. Penelitian

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Hati merupakan organ yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mengikat, memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat kimia yang tidak berguna/merugikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ metabolisme terpenting dalam proses sintesis, penyimpanan, dan metabolisme. Salah satu fungsi hati adalah detoksifikasi (menawarkan racun tubuh),

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat saat ini berkembang pesat. Oleh karena bahannya yang mudah diperoleh dan diolah sehingga obat tradisional lebih banyak digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan Juli sampai Oktober 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Sawit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, termasuk untuk obat.

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi merupakan minuman psikostimulant yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi merupakan minuman psikostimulant yang akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kopi 1. Pengertian kopi Kopi adalah salah satu minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi merupakan minuman psikostimulant yang akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu, dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cibarunai, Kelurahan Sarijadi, Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati berupa ratusan jenis tanaman obat dan telah banyak dimanfaatkan dalam proses penyembuhan berbagai penyakit. Namun sampai sekarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal 6 dari 1 maka volume bakteri yang diinokulasikan sebanyak 50 µl. Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 gram serbuk hasil ekstraksi flaonoid dilarutkan dengan 3 ml kloroform dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak 20 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober 2009. Pembuatan ekstrak rimpang rumput teki dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jintan hitam (Nigella sativa) yang berasal dari Yogyakarta, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

Ekstrak salam Uji Bogor Sukabumi Cianjur Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid + + +

Ekstrak salam Uji Bogor Sukabumi Cianjur Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid + + + ml larutan uji. Campuran kontrol tanpa perlakuan dibuat sama seperti campuran sampel tetapi 1 ml larutan uji diganti dengan 1 ml air bebas ion. Campuran pembanding yang dibuat terdiri atas ml bufer fosfat.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi sel. Sel hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi dislipidemia cenderung terus meningkat di era modernisasi ini seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat yang hidup dengan sedentary lifestyle. Kesibukan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Juli 2012. Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel yang dilakukan di persawahan daerah Cilegon,

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

POTENSI HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL QAMARUDDIN ARYADI

POTENSI HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL QAMARUDDIN ARYADI POTENSI HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL QAMARUDDIN ARYADI PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) , Vol.04, No.01, Februari 2017, hal: 34-38 ISSN-Print. 2355 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/ Research Article 34 Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.)

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2006 sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA) mammae mencit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida Dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Jawa Barat. Identifikasi dari sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah penting bagi kesehatan karena merupakan salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan obat antipiretik dan analgesik yang sering digunakan sebagai obat manusia. Parasetamol menggantikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Aktivitas Enzim Alanin Amino Transferase Plasma a. Kurva kalibrasi Persamaan garis hasil pengukuran yaitu : Dengan nilai koefisien relasi (r) = 0,998.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2005). Hati terlibat dalam sintesis, penyimpanan dan metabolisme banyak senyawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2005). Hati terlibat dalam sintesis, penyimpanan dan metabolisme banyak senyawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hati adalah organ metabolisme terbesar dalam tubuh, dengan berat rata-rata sekitar 1.500 gram atau 2% dari berat badan orang dewasa normal (Price dan Wilson,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut : 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2012 dengan tempat penelitian sebagai berikut : 1. Laboratorium Mutu Giling Balai Besar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia. a. Uji Alkaloid

Lampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia. a. Uji Alkaloid LAMPIRAN 58 59 Lampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia a. Uji Alkaloid Sampel Daun Enhalus acoroides - Ditimbang sebanyak 1 gram - Dilarutkan dengan amonia (NH₄OH 10%) sampai terendam kemudian ditambahkan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Juli 2014 yang sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci