MENELUSURI JEJAK, HUBUNGAN DAN PERBANDINGAN DUA KEBUDAYAAN KLASIK, YUNANI DAN ROMAWI. Ir. N Vinky Rahman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENELUSURI JEJAK, HUBUNGAN DAN PERBANDINGAN DUA KEBUDAYAAN KLASIK, YUNANI DAN ROMAWI. Ir. N Vinky Rahman"

Transkripsi

1 MENELUSURI JEJAK, HUBUNGAN DAN PERBANDINGAN DUA KEBUDAYAAN KLASIK, YUNANI DAN ROMAWI Ir. N Vinky Rahman Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Kebudayaan adalah merupakan hasil penerapan realita dari buah pikiran, seni dan kreatititas dari kehidupan suatu alam pikiran manusia dengan tanpa melepaskan aspek-aspek alam dan religi sebagai hal-hal yang mempengaruhi. Dengan mempelajari kebudayaan suatu bangsa, kita dapat mengikuti dan menelusuri ciri dan tarat kehidupan yang pernah dicapai oleh bangsa tersebut. Di dalam membahas arsitektur di masa era klasik, tentu tidak terlepas dan menjadi suatu keharusan untuk mempelajari pula kebudayaan dunia klasik tersebut pada masanya. Kebudayaan Yunani dan Romawi adalah dua kebudayaan klasik dunia yang amat menonjol dan menarik untuk di telusuri. Seberapa jauh pengaruh dari kebudayaan mereka tersebut mempengaruhi ciri dan ungkapannya dalam arsitektur mereka. maupun terhadap kebudayaan dan peradaban lain di dunia adalah inti dan maksud dari penelusuran ini. Yunani Wilayah Yunani memiliki keadaan alam yang cukup unik, beragam dan kontras, antara daratan dengan lautan yang mengelilinginya, pegunungan yang ganas dan dingin di satu sisi dengan lembah-lembah sungai yang subur dan senantiasa disinari matahari di sisi lainnya. Kondisi alamnya dikenal tidak mempunyai kekayaan yang melimpah. Keadaan alam inilah yang kemudian diperkirakan membentuk masyarakat dengan perbedaan watak yang beragam dan kontras pula. Ada dua suku asli yang besar yang membentuk bangsa Yunani yaitu, suku Dorians dan suku lonians. Suku lonians dikenal mempunyai sifat yang lembut, sederhana dan terbuka, sementara Suku Dorians memiliki sifat kekasaran, kekakuan dan kebanggaan yang berlebih terhadap dirinya. Yang unik dari perbedaan kedua watak kedua suku tersebut muncul dualisme sistem ketatanegaraan Yunani yang terkenal itu : "Sparta dan Athena." Begitupun mereka cenderung berpikiran moderat, yang merupakan ciri masyarakat Yunani pada umumnya, dan dengan perbedaan yang menyolok tersebut justru mereka dapat menciptakan keseimbangan pada kemasyarakatan dan ketatanegaraannya. Sparta memiliki penduduk mayoritas orang/suku Dorian. Dunia kehidupan mereka menunjukkan gambaran akan kegagahan, kekerasan, dan kepraktisan, tetapi juga terdapat kelembutan yang terlihat dalam karya-karya seni mereka yang kreatif dan artistik yang tidak terpengaruh oleh sifat militeristik yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari di Sparta ini. Athena merupakan negara yang penduduknya kebanyakan merupakan orangorang Ionian yang datang dan menetap di Attica dan di sebelah Selatan Euboes. Salah satu ciri khas dari penduduk Athena ini adalah keinginan dan usaha mereka dalam menciptakan apa yang kemudian amat terkenal dengan istilah "demokrasi". Ada keterkaitan antara masalah kemiskinan yang mereka alami dengan munculnya idealisme demokrasi yang mereka ciptakan tersebut, dimana kemiskinan yang 2003 Digitized by USU digital library 1

2 diakibatkan oleh keadaan alam mereka yang kurang baik melahirkan ide demokrasi, berupa pemikiran-pemikiran yang mencoba mencari jalan keluar dari kesulitankesulitan tersebut. Walaupun begitu, orang-orang Athena menganggap bahwa kemiskinan yang ada adalah sesuatu yang alamiah buat mereka (order of thing) dan ini memberikan mereka kewajaran dan kesederhanaan dalam kehidupannya. Segala sesuatu yang berlebihan menurut mereka hanya pantas diperuntukkan untuk para dewa mereka, dan hal ini mereka lakukan dengan penuh kesadaran. Kalau di daerah Spalia para budak-budak dapat dilihat dengan jelas, maka di Athena hampir tidak dapat di bedakan antara mana yang budak dengan yang bukan budak. Orang-orang Athena dikenal lebih suka hidup di luar rumah, di Gymnasium, Agora (tempat peliemuan) dan di jalan-jalan dalam kota dari pada di dalam rumah yang hanya mereka lakukan hanya untuk tidur dan beristirahat. Kecenderungan mereka yang mengarah pada kemoderatan, menyebabkan bentuk keseimbangan/balance selia keharmonisan dalam mencapai kesempurnaan karya kebudayaan mereka. Kewajaran yang ada pada orang-orang Yunani memberikan simplicity/kesederhanaan di samping keaslian yang di sebabkan oleh tidak adanya sikap-sikap berpretensi dari kehidupan mereka. Walaupun dikenal mempunyai kebudayaan yang tinggi (terutama dalam hal seni, politik dan filsafat ) dan kebijaksanaan pemerintahan Yunani di masa itu yang sedikit tertutup terhadap masuknya budaya dari luar (yang mereka anggap dapat merusak intelektualitas bangsanya), merekapun ternyata tidak murni terlepas dari serapan-serapan kebudayaan dari luar. Beberapa kebudayaan yang terlihat mempengaruhi kebudayaan mereka adalah: Kebudayaan Cretan, Mesir, Dorians, dan kebudayaan Indo European. Pengaruh masuknya budaya asing tersebut membuat mereka menjadi semakin dapat merefleksikan diri, kemampuan untuk berfikir kritis serta menambah kemampuan imajinasi mereka. Bentuk-bentuk abstrak dan geometris yang merupakan pola pikir dasar mereka kemud,ian berkembang dan bertambah dengan bentukan-bentukan naturalis klasik. Begitupun ada terlihat perbedaan pola pikir yang cukup kontras dan unik antara kebudayaan dari luar dengan kebudayaan yang mereka punyai, (terutama antara kebudayaan Yunani dan Mesir, dalam hal kepercayaan dan aktifitas pemujaan mereka). Bila orang Mesir membangun kuil atau temple untuk tempat mereka melakukan pemujaan terhadap para dewanya, di Yunani (Sparta dan Athena), dengan penduduknya yang lebih sekuler, membangun kuil-kuil adalah tidak sebagai tempat mereka melakukan pemujaan tetapi sebagai tempat tinggal para dewa yang melindungi mereka. Di tempat inilah mereka mencurahkan segala keahlian dekorasi dan seni bangunan. Dalam buku "Encyclopedie of The Art" oleh Runes & Schrickel, sejarah kebudayaan Yunani dapat di klasifikasikan dalam 6 fase yaitu: 1. Fase Proto Geometric ( SM), 2. Fase Geometric ( SM) 3. Orientalizing ( SM) 4. Archaic ( SM) 5. Classical ( SM); dan 6. Hellenistis ( SM). Tetapi dari ke enam fase tersebut di atas, yang dikenal bisa dibedakan berdasarkan karya-karya arsitektur yang di hasilkan pada masanya hanya ada pada 4 (empat) fase, yaitu: 1. rase Geometric, 2. rase Archaic, 3. rase Classic; dan 4. rase Hellenistic 2003 Digitized by USU digital library 2

3 1. Fase Geometric ( SM) Era ini dinamakan geometric, karena karya-karya yang dibuat pada masa ini, baik itu berupa. bangunan-bangunan maupun patung-patung, dibuat dengan berdasarkan perhitungan-perhitungan matematis, dengan bentukan-bentukan yang geometris (misalnya: lingkaran, garis-garis sejajar, segitiga dan sebagainya.). Pada masa ini sistem pemerintahan negara adalah "City-state", yang dicirikan dengan posisi kedudukan rakyat yang dinilai sama oleh negara. Mereka (rakyat) diperbolehkan dan diberi kebebasan membicarakan apa saja yang ingin mereka ungkapkan, baik itu mengenai keadaan politik, perkembangan-perkembangan, filosofi, olah raga, seni dan sebagainya. Hal tersebut mereka lakukan di ruangan terbuka yang kemudian dikenal dengan sebutan "Agora". Sistem tatanegara seperti ini pula yang kemudian memicu banyaknya lahir golongan kaum yang mempunyai tingkat intelektualas yang tinggi di Yunani. Pada era ini, dewa-dewa oleh mereka sangat diagungkan dan dihormati. Untuk menunjukkan penghormatan mereka terhadap dewa-dewa tersebut, mereka kemudian membuat patung-patung dewa tersebut dengan skala yang besar dan kemudian mereka tempatkan dalam suatu kuil yang besar dan megah pula. Ciri khas karya desain bangunan-bangunan yang mereka buat untuk ini (kuil) adalah berbentuk solid, masif dan hanya sedikit sekali memikirkan bagaimana hubungan dan kaitanya dengan desain interiornya. Selain hal di atas, ciri khas yang lain adalah adanya 3 tiga macam "order" (identifikasi bentuk tertentu) yang muncul pada jaman ini, yaitu: 1. Doric (dengan ciri desain bentukan kepala kolom pada bangunan yang masih berbentuk sederhana dan sedikit sekali menampilkan hiasan) 2. Ionic (dimana desain bentukan kepala kolom sudah mulai menampilkan corakcorak hiasan) 3. Corinthian (dengan pol a hiasan-hiasan yang lebih semarak) DORIC 2003 Digitized by USU digital library 3

4 IONIC CORINTHIAN 2003 Digitized by USU digital library 4

5 2. Archaic ( SM) Era ini ditunjukkan dengan adanya perkembangan dalam karya-karya arsitektur temple (kuil tempat para dewa). Panggambaran sculpture/patung-patung tampil lebih rasional dan naturalis dengan skala ukuran dibuat dengan ukuran yang sebenarnya. Walau masih deagan ekspresi yang sederhana, kuil-kuil di era ini tampil monumental dengan ciri geometris yang masih kuat, baik bentukan maupun ukuran. Contoh yang terbaik adalah kuil dewa Zeus di Olympia. 3. Classic ( SM) Masa ini ditandai dengan mulai dikembangkannya sistem interior pada karyakarya arsitekturnya. Gubahan bangunannya mulai menampilkan dan memadukan eksterior dan interiornya. Karya-karya arsitektur yang lahir pada era ini banyak yang menjadi fenomenal sebagai wujud karya Arsitektur Yunani. Beberapa contohnya antara lain:kompleks Acropolis di Athena dengan bangunan-bangunan: -Parthenon (Doric); -Erectheum (dengan gaya Ionic); -Kuil Nike Apteros; dan -Propyle. (bergaya Doric dan Ionic). Temple of Zeus Olympius.c. 170 B.C Digitized by USU digital library 5

6 View from the northwest, Parthenon Plan, Erechtheum. Acropolis. Athens c. 420 B.C. Porch of the Maidens, Erechtheum 2003 Digitized by USU digital library 6

7 Propylaea from the east 4. Hellenistic Masa ini berkembang pada masa jayanya kerajaan yang dipimpin oleh Alexander Yang Agung, dimana sistem pemerintahan "City-State" mulai ditinggalkan dalam sistem ketatanegaraannya dan berganti dengan sistem kerajaan. Kaisar Alexander ini juga dikenal sebagai raja yang sangat rajin berperang, sehingga karya seni di Yunani kurang mendapat perhatian pemerintahannya. Tapi pada masa ini ditandai pula dengan lahirnya filosof-filosof Yunani yang besar, yang ajaranajarannya kemudian menjadi panutan bangsanya (bahkan dunia). Mereka antara lain Socrates, Plato dan Aristoteles, yang banyak memberi sumbangan-sumbangan besar dalam membetuk kepribadian bangsanya. Dalam karya arsitektur, pada masa fase hellenistic ini, gaya Ionic kemudian mencapai puncak keemasannya dimana penampilan detail-detail bangunan dibuat degan sangat sempurna. "Interior Space" dan volume bangunan pun sudah mendapat perhatian yang besar, hal ini dapat dilihat pada beberapa bangunan, antara lain: Apollo Temple (Kuil Apollo) dan Puri Basilica di Delos. Pembuatan patung-patung ditampilkan mereka dengan wujud tiga dimensional yang tampil lebih utuh. Pada masa ini pula telah mulai dikenal konsep yang dinamakan City Planning (Miletus dan Priene), yang didasari atas perhitungan matematik, rectanguler, sistemsistem grid desain dan garis-garis geometris. Fase terakhir dari sejarah Yunani inilah yang kemudian banyak mempengaruhi kebudayaan dan karya-karya arsitektur dunia, terutama arsitektur Romawi. Plan, Temple of Apollo Temple of Apollo. Bassae.c B.C Digitized by USU digital library 7

8 Peta Yunani & Romawi ROMAWI (100 SM-400 M) Kawasan Romawi adalah daerah berupa semenanjung (yang sekarang dikenal dengan semenanjung Italia). yang menjorok ke Laut Mediterania. Di bagian sebelah Barat semenanjung adalah daerah pantai yang berkontur landai dengan sungai Tiber bermuara di sisinya, sehingga kemudian daerah ini dikenal sebagai daerah pelabuhan dan pelayaran yang cukup baik dan strategis. Berbeda halnya dengan sisi bagian Timur yang tanahnya sedikit berpegunungan dengan kontur pantai yang curam. Di sisi Utara jajirah Romawi adalah merupakan daerah pegunungan (pegunungan Alpen) yang walaupun mempunyai iklim dan keadaan alam yang tidak terlalu baik, tapi masih cukup mudah dan selalu dilalui dan didaki. Di sisi pegunungan ini mengalir sungai Po yang sangat membantu menyuburkan kawasan sekitar alirannya. Dari kondisi alamnya yang tidak terlalu beragam dan adanya kemudahan akses pencapaian ke kawasan lain disekitarnya (melalui darat maupun laut), diduga menyebabkan bangsa Romawi ini mempunyai kebiasaan hidup yang tidak terlalu variatif dan kreatif pula. Mereka dikenal sebagai bangsa yang tidak terlalu memperhatikan unsur seni. Hal yang lebih terpikirkan oleh mereka dan diupayakan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya. Umumnya bangsa Romawi dikenal berprofesi sebagai petani, pekerja di pemerintahan ataupun sebagai prajurit kerajaan. Begitupun, mereka dikenal sebagai bangsa yang terampil di bidang administrasi dan pemerintahan. Leluhur bangsa Romawi adalah bangsa Latium, disamping itu ada pula percampuran dengan bangsa Atrusia dan bangsa Yunani yang umumnya pendatang dari sisi Utara pegunungan Alpen. Hal ini tentunya mempengaruhi dan memberi sumbangan besar kepada kebudayaan mereka (Romawi), karena bangsa-bangsa pendatang ini membawa serta pula kebudayaan asal daerah dan bangsa mereka Budaya Yunani yang terbawa dan mempengaruhi kebudayaan asli mereka misalnya adanya gaya Ionic dan Doric dalam style disain mereka. Dari bangsa kawasan Mesopotamia dibawa bentukan-bentukan model struktur Busur Lengkungan dan Kubah. Kebudayaan-kebudayaan tersebut selanjutnya sesampainya di Romawi kemudian mengalami penyesuaian dan terasimilasi dengan kebudayaan setempat.hal ini bisa terlihat pada jenis karya "Corinthian" dan "Composit" yang berasal dari Ionic dan Doric di Yunani. Kalau di daerah asalnya Yunani, tiang-tiang 2003 Digitized by USU digital library 8

9 (kolom) Ionic dan Doric tersebut dibuat mempunyai landasan/dasar secara bersamasama, di Romawi tiang-tiang tersebut kemudian diubah dengan masing-masing mempunyai landasannya sendiri-sendiri. Disamping itu, kebudayaan Romawi ini selain didapat dari bangsa Yunani sendiri, juga diperoleh dari orang-orang Etruscan yaitu bangsa-bangsa pelaut dari Mesopotamia, yang kemudian mengajarkan mereka tentang batu cetak dan struktur Arch (busur/lengkungan) untuk banguanan-bangunan dengan bentangan yang lebar. Selain itu, karena letaknya yang cukup strategis ini, dan adanya pelabuhanpelabuhan di sisi Barat Semenanjung Italia tersebut, membuat bangsa ini mempergunakan kesempatan ini untuk menguasai daerah penjelajahannya yaitu daerah sekitarediteranian. Kegemaran bangsa ini menjelajah, kemudian menyebabkan mereka menjadi banyak menyerap kebudayaan-kebudayaan dari luar kawasannya dan tentunya semakin memperkaya pengetahuan dan sekaligus menambah keragaman budaya mereka. Walaupun demikian, ciri khas kepribadian orang Romawi yang berpikiran amat strategis, dengan sifat yang suka menonjolkan kekuatan & kebesaran, fungsional dan realistis, membuat campuran kebudayaankebudayaan serapan mereka tersebut kemudian berubah menjadi suatu kebudayaan baru yang eksis dan selanjutnya diakui dunia. Sebagai bangsa yang dikenal kuat dan haus dalam berperang dan tidak pernah berhenti memperluas daerah jajahannya, kepribadian mereka tersebut selanjutnya mereka tuangkan dalam karya-karya arsitektur bangunan mereka yang mempunyai ciri menonjolkan kemegahan, kekuatan dan besaran mereka. Beberapa contoh karya mereka yang terkenal adalah: - Temple of Fortune Virilis, - The temple of Venus, - Aquaduct dan - Kuil Pantheon. Hal yang unik, sampai untuk urusan rekreasipun sifat kepribadian mereka ditampilkan. Hal ini dapat dilihat melalui arena gladiator (pertarungan manusia dengan binatang, yang konon budaya inipun dibawa oleh orang-orang Etruscan) yang dikenal dengan bangunan "Colosseum" di Roma. Temple of Venus and Rome. Rome. 135 A.D. Temple of Fortuna Virilis. Rome. Late 2 nd century B.C Digitized by USU digital library 9

10 View from the north, Pantheon. Rome.c A.D. Colosseum. Rome A.D Digitized by USU digital library 10

11 Banyak orang lebih mengenal bahwa: tidak banyak bentukan-bentukan baru yang asli merupakan milik budaya bangsa Romawi, dikarenakan arsitektur dan kebudayaan mereka yang berupa asimilasi dari kebudayaan bermacam-macam bangsa. Hal ini didasari oleh pola kebudayaan masyarakatnya yang cenderung sekuler, berpikir fungsional serta sangat mencintai dan mengagungkan kemonumentalan. Karya-karya arsitektur bangunan mereka sering dikritik sebagai karya arsitektur yang kurang kreatif dengan ruang-ruang yang dihasilkan cenderung amat stastis. Begitupun, dengan pola bentukan kebudayaan yang bermacam ragam tersebut pula, karya-karya mereka dinilai menjadi lebih tahan terhadap kemajuan jaman dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan peradaban lain pada masanya maupun di masa berikutnya.. Orang Romawi dikenal sebagai seniman yang kurang baik, tetapi mereka merupakan engineer arsitektur yang ulung. Hal ini disebabkan oleh pandangan dan pola hidupn'ia yang lebih realistis tersebut. Puncak kebudayaan Romawi antara lain ditandai dengan hadirnya bangunanbangunan yang besar dan monumental. Meskipun menghadapi masalah dengan pertumbuhan penduduk yang sejalan dengan makin meningkatnya kekuasaan Kekaisaran Romawi, para kaisar dan pemimpin Romawi tetap berusaha untuk membangun monumen-monumen tersebut untuk menunjukkan kebesaran mereka. Setiap adanya pergantian kekuasaan, para kaisar membangun mimbar-mimbar baru yang lebih besar dari yang dibuat oleh kaisar pendahulunya. Dari peninggalan yang masih ada dapat diketahui bahwa tindakan mereka tersebut ternyata dapatterwujud oleh karena didukung oleh teknologi yang paling maju yang dikenal pada masanya. Kuil Pantheon ( SM) yang saat ini merupakan gereja Santa Maria Rotunda adalah merupakan bukti dari peninggalan kebesaran arsitektur Romawi yang terbaik. Meski banyak dekorasi asli bangunannya telah lama hilang, skala bangunan Pantheon yang cenderung gigantis (raksasa), dengan kesederhanaan bentuk geometrisnya serta perencanaan sistem interiornya yang baik, menjadikan bangunan ini tampil amat mengagumkan. Pada masa ini kepentingan akan ruang dalam "Interior Space" sangat diperhatikan. Hal ini ("Interior Space") adalah menjadi unsur paling utama pada arsitektur Romawi selanjutnya, dimana penggunaan struktur lengkungan dan lipatan, selain amat fungsional untuk ukurannya juga menjadi ciri dari keindahan strukturnya dari sisi interior. Mereka senang dengan rancangan ruangan yang besar-besar, sehingga Arsitektur Romawi cenderung dan umumnya mempunyai skala yang monumental, 2003 Digitized by USU digital library 11

12 dimana bentangan-bentangan bangunan dibuat dengan struktur lengkungan/busur. Disamping itu mereka juga berusaha semaksimal mungkin menghindarkan penggunaan tiang-tiang/kolom penyangga yang banyak (untuk mendapatkan "space' yang besar dalam bangunan). Disamping itu, upaya pengidentifikasian/pengenalan jenis bangunan berdasarkan fungsinya pun sudah mulai mereka kembangkan. Hal ini dapat dilihat pada cara mereka dalam membedakan bentuk tampilan maupun perletakan suatu bangunan yang diidentifikasikan berdasarkan penempatannya di suatu kawasan. Satu lagi hal lain yang tidak kalah pentingnya, walaupun kebudayaan dan desain arsitektur dari bangunannya banyak dipengaruhi oleh kebudayaan berbagai bangsa yang berinteraksi dengan kebudayaan mereka, orang Romawi tidak secara total meniru dan mengambil semua ide-ide tersebut untuk dipergunakan secara langsung pada karya-karya mereka. Mereka mempunyai alasan yang praktis dan cukup rasional dalam menyerap dan mempergunakan masukan-masukan yang mereka peroleh, untuk kemudian diasimilasikan dengan kebudayaan dan pengetahuan yang mereka miliki. Bangsa Romawi juga dikenal banyak memberi sumbangan karya yang kemudian menjadi panutan untuk kebudayaan bangsa-bangsa lain di dunia. Salah satu karya teknologi yang menonjol dari bangsa ini adalah sistem penataan jalan rayanya yang dikemudian hari dibuat menjadi acuan dasar sistem jalan raya di Eropa pada saat itu, bahkan sistem ini masih dipergunakan hingga saat ini. Begitu juga dengan kualitas pekerjaannya, orang-orang Romawi juga dikenal banyak memberikan contoh bagaimana cara bekerja dengan ketepatan dan ketelitian, yang kemudian hal ini diakui oleh dunia. Daftar Pustaka Adam, Robert, "Clasical Architecture", Comprehensive Handbook to The Traditional of Clasical Style, (NY, Henry N Abrams Inc Published) "ARCHITECTURE, From Prehistory to Post Modernism/The Western Tradition", Published: Prentice Hall Inc, New Jersey and Harry N Abrams Inc, New York, 1986 Doxiadis C.A, translated and edited by Tyewhitt, Jaqueline, "Architectural Space in An Greek", (The M.I.T Published, 1972) Kuliah "AR-641 (Sejarah & Kritik Arsitektur)" Pasca Sarjana oleh: Ir Yuswadi Salija March., Sem Runes & Schrickel, "Encyclopedia of The Arts", volume-1, (New York, Philosopphical Library, 1956) 2003 Digitized by USU digital library 12

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Pengertian dan Sejarah (Materi pertemuan 1 )

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Pengertian dan Sejarah (Materi pertemuan 1 ) PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Pengertian dan Sejarah (Materi pertemuan 1 ) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI 23/2/2017 MATERI

Lebih terperinci

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Yunani kuno tidak diragukan lagi merupakan salah satu peradaban paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Dari daerah yang terletak di ujung semenanjung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I Pengertian Perkembangan Arsitektur (Materi pertemuan 1 dan 2)

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I Pengertian Perkembangan Arsitektur (Materi pertemuan 1 dan 2) PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I Pengertian Perkembangan Arsitektur (Materi pertemuan 1 dan 2) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Lebih terperinci

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance SEJARAH RENAISSANCE Masa Renaissance sering disebut juga masa pencerahan Atau masa kelahiran, karena menghidupkan kembali budaya-budaya klasik, hal ini disebabkan banyaknya pengaruh filsuf-filsuf dari

Lebih terperinci

Sejarah Perencanaan Kota Pre-Revolusi Industri. Perencanaan Kota Wahyu Utami,ST,MT

Sejarah Perencanaan Kota Pre-Revolusi Industri. Perencanaan Kota Wahyu Utami,ST,MT Sejarah Perencanaan Kota Pre-Revolusi Industri Perencanaan Kota Wahyu Utami,ST,MT Perencanaan Kota di YUNANI kuno Faktor-Faktor yang mempengaruhi Topografi perencanaan kota Yuuuuu : Iklim, mempengaruhi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

Matakuliah : Sejarah Seni Rupa 1 Tahun : Era Neolitikum Pertemuan 2

Matakuliah : Sejarah Seni Rupa 1 Tahun : Era Neolitikum Pertemuan 2 Matakuliah : Sejarah Seni Rupa 1 Tahun : 2009 Era Neolitikum Pertemuan 2 Era Neolitikum Di Eropa Barat pembaharuan hidup dari berburu dan beternak, mempengaruhi bentuk seni baru: arsitektur batu yang monumental.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN SENI RUPA YUNANI KUNO

TINJAUAN SENI RUPA YUNANI KUNO Apresiasi Seni Rupa Mancanegara TINJAUAN SENI RUPA YUNANI KUNO Drs. Hery Santosa, M. Sn. Drs. Tapip Bahtiar, M. Ds. STANDAR KOMPETENSI / KD SK 1 Mengapresiasi karya seni kriya WILAYAH APRESIASI KOMPETENSI

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA ENCLOSURE Volume 7 No. 2 Juni 2008 Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA M. Sahid Indraswara ABSTRAKSI Gaya Arsitektur mediterania

Lebih terperinci

ARSITEKTUR PERSIA KUNO

ARSITEKTUR PERSIA KUNO ARSITEKTUR PERSIA KUNO ANGGOTA KELOMPOK Fajar Rausyanfikr Ramadhan 36558 Bayu Krisna Suryantara 37107 Helmy Ardiansyah 37485 Brilian Echonery 37053 Ahmad Pratama 37063 Muhammad Indra Fatmoko 36535 I Putu

Lebih terperinci

SISTEM PENCAPAIAN PADA KOMPLEKS KUIL PARTHENON ATHENA YUNANI. Sri Hartuti Wahyuningrum*) Abstraksi

SISTEM PENCAPAIAN PADA KOMPLEKS KUIL PARTHENON ATHENA YUNANI. Sri Hartuti Wahyuningrum*) Abstraksi Sistem Pencapaian Pada Kompleks Kuil Parthenon Athena Yunani SISTEM PENCAPAIAN PADA KOMPLEKS KUIL PARTHENON ATHENA YUNANI Sri Hartuti Wahyuningrum*) Abstraksi Kuil Parthenon ini dibangun dengan maksud

Lebih terperinci

MENEMUKAN ROH SUATU TEMPAT

MENEMUKAN ROH SUATU TEMPAT MENEMUKAN ROH SUATU TEMPAT yunani dan riwayatnya Peradaban Helenik (Yunani) adalah salah satu peletak dasar peradaban Barat, termasuk di dalamnya arsitektur. Rahasia keindahan arsitektur dan pemikiran

Lebih terperinci

EGYPTIAN ARCHITECTURE

EGYPTIAN ARCHITECTURE EGYPTIAN ARCHITECTURE - terdapat pada daerah iklim yang panas kering - material tanah liat atau bebatuan lokal dengan warna asli materialnya. - Monumen dengan gaya arsitektur ini cenderung terdiri dari

Lebih terperinci

ARSITEKTUR PERSIA KUNO

ARSITEKTUR PERSIA KUNO ARSITEKTUR PERSIA KUNO ARSITEKTUR PERSIA KUNO ANGGOTA KELOMPOK Fajar Rausyanfikr Ramadhan 36558 Bayu Krisna Suryantara 37107 Helmy Ardiansyah 37485 Brilian Echonery 37053 Ahmad Pratama 37063 Muhammad Indra

Lebih terperinci

EFESUS KOTA YANG HILANG

EFESUS KOTA YANG HILANG EFESUS KOTA YANG HILANG Anggota Kelompok : Neviana Gusti Kalpikandani (36236) Lini Ocvenety (36321) Okta Liefiani (36415) Anastasia Afa Viananda (36556) Wahyuni Pratiwi (37239) Devina Cinthya Pratiwi (37245)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti aspek ekonomi, religi, seni, filsafat, dan termasuk juga

Lebih terperinci

Peradaban Kuno Amerika By: M. Yusuf A X.3. Page 1

Peradaban Kuno Amerika By: M. Yusuf A X.3. Page 1 Peradaban Kuno Amerika By: M. Yusuf A X.3 Page 1 Peradaban Amerika Keadaan Alam Penduduk Inka Kerajaan Aztek Maya Page 2 Keadaan Alam : Benua amerika terdiri atas bagian utara, bagian tengah, dan bagian

Lebih terperinci

PERADABAN PALMYRA. Sejarah Perkembangan Arsitektur Barat dan Timur

PERADABAN PALMYRA. Sejarah Perkembangan Arsitektur Barat dan Timur PERADABAN PALMYRA Kelompok: 1. Muanisya Sanjaya (37368) 2. Rifan Ridwana (36867) 3. Fauzi Abdul Aziz (37062) 4. Candra Bayu P. (36448) 5. M. Cakra buana (36147) 6. Andhi Ardianto (36625) 7. Wisnu Rizky

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

Pengantar Studi Seni Rupa

Pengantar Studi Seni Rupa PERTEMUAN X Desain? Design (english) Merancang Rancang bangun Designo (itali) = gambar Art & craft perpaduan seni dan ketrampilan Reka bentuk, reka rupa, sketsa ide, pemecahan masalah rupa, berkreasi,

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA Kapan timbulnya ilmu negara (pemikiran tentang negara dan hukum)?. Teori-teori pemahaman tentang negara atau ilmu-ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek nilai budaya dan tingkat peradabannya. Warisan budaya Indonesia yang berupa adat istiadat,

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM

ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM Sejarah Singkat Byzantium Pada mulanya, daerah Eropa Timur yang disebut Byzantium adalah koloni bangsa Yunani sejak tahun 660 sebelum masehi,

Lebih terperinci

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA 3.1. Tata letak Perletakan candi Batujaya menunjukkan adanya indikasi berkelompok-cluster dan berkomposisi secara solid void. Komposisi solid ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus

Lebih terperinci

SEJARAH ARSITEKTUR GOTHIC

SEJARAH ARSITEKTUR GOTHIC SEJARAH ARSITEKTUR GOTHIC Masa Arsitektur Gothic (XII-XVI) yang mewarnai era awal dan akhir dari periode pertengahan evolusi dari Arsiktektur Romawi. Gaya Gothic dimulai di Perancis dikenal sebagai periode

Lebih terperinci

new7wonders 7 Keajaiban Dunia

new7wonders 7 Keajaiban Dunia new7wonders 7 Keajaiban Dunia Mengetahui peninggalan bersejarah atau tempat-tempat unik yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia wajib untuk diketahui setiap orang, apalagi jika tujuh keajaiban dunia tersebut

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009 BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

RETORIKA. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

RETORIKA. Tine A. Wulandari, M.I.Kom. RETORIKA Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Sejarah menunjukkan bahwa public speaking yang kita kenal dewasa ini berakar dari tradisi politik peradaban Yunani Kuno. Asal mula public speaking tidak pernah terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni bertumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia. Dengan kreativitas yang dimilikinya manusia selalu berusaha mengembangkan seni, baik kualitas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

pokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan

pokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan BAB III GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA 3.1. Pengertian Ada beberapa pengertian Galeri Seni (Art Gallery) yang antara lain : a. Menurut Amri Yahya.10 Galeri Seni adalah suatu tempat pemajangan benda-benda

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Kotinuitas Elemen Pembentuk Ruang

BAB V PENUTUP. 1. Kotinuitas Elemen Pembentuk Ruang BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN kesimpulan ini merupakan hasil temuan dari faktor- faktor kontinuitas elemen pembentuk ruang pada Masjid Agung Tuban. 1. Kotinuitas Elemen Pembentuk Ruang a. Adanya kontinuitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

SEJARAH SENI RUPA BARAT. Seni Rupa Mesir Kuno. Bandi Sobandi JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008

SEJARAH SENI RUPA BARAT. Seni Rupa Mesir Kuno. Bandi Sobandi JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 SEJARAH SENI RUPA BARAT Seni Rupa Mesir Kuno Bandi Sobandi JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 Kondisi Geografi Mesir Pertemuan antara budaya Asia Barat, Eropa Selatan, dan

Lebih terperinci

PERADABAN KUNO EROPA DAN AMERIKA DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

PERADABAN KUNO EROPA DAN AMERIKA DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI PERADABAN KUNO EROPA DAN AMERIKA DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Peradaban Yunani Kuno Peradaban Romawi Kuno Peradaban Aztek, Maya, & Inca Peradaban Indian 2 PERADABAN YUNANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Nias merupakan sebuah pulau yang berada di sebelah barat Pulau Sumatera, terletak antara 0 0 12 1 0 32 Lintang Utara (LU) dan 97 0 98 0 Bujur Timur (BT). Secara adimistratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam

Lebih terperinci

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan Mashuri Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur- Universitas Tadulako Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

: memilih yang baik dari yang sudah ada sebelumnya. : aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya dalam bentuk tersendiri.

: memilih yang baik dari yang sudah ada sebelumnya. : aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya dalam bentuk tersendiri. Arsitektur MODERN E K L E K T I K A. PENGERTIAN Eklektik Arsitektur Eklektik Eclectismus : memilih yang baik dari yang sudah ada sebelumnya. : aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Penciptaan Taj Mahal adalahsalah satu keajaiban dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang bernama Agra

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) A. IDENTITAS MATA KULIAH Judul Mata Kuliah : SEJARAH SENI RUPA BARAT Kode Mata Kuliah : RK151 / 2 SKS Program Studi : Pendidikan Seni Rupa Jenjang : S1 Status

Lebih terperinci

OLEH ENCEP SUPRIATNA

OLEH ENCEP SUPRIATNA TRADISI INTELEKTUAL BANGSA YUNANI-ROMAWI OLEH ENCEP SUPRIATNA FAKTOR PENDORONG: FAKTOR GEOGRAFIS; SEMENANJUNG YUNANI YANG BERBUKIT-BUKIT, LAHAN SEMPIT, REKATIF SUBUR, BERPINDAH-----PINDAH PELAUT/MARITIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal

Lebih terperinci

KARYA SENI RUPA TRADISIONAL MANCANEGARA. Oleh : Arna Ningsih Kelas XII IPA 1 MAN 2 PAREPARE

KARYA SENI RUPA TRADISIONAL MANCANEGARA. Oleh : Arna Ningsih Kelas XII IPA 1 MAN 2 PAREPARE KARYA SENI RUPA TRADISIONAL MANCANEGARA Oleh : Arna Ningsih Kelas XII IPA 1 MAN 2 PAREPARE 1. Karnak (mesir) terdiri dari konglomerasi besar candi hancur, kapel, tiang dan bangunan lain, terutama Candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik arsitektur bangunan kuno maupun arsitektur bangunan modern. Arsitektur bangunan dapat berupa

Lebih terperinci

Kalender dalam Sejarah Kebudayaan

Kalender dalam Sejarah Kebudayaan Kalender dalam Sejarah Kebudayaan Oleh I Gede Mugi Raharja Prodi Desain Interior FSRD ISI Denpasar Abstrak Sejak zaman purba telah dilakukan usaha untuk memahami waktu dan gerak waktu oleh para ahli astronomi,

Lebih terperinci

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN AR 2111 APRESIASI ARSITEKTUR MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN (SOLID DAN VOID DALAM ARSITEKTUR GEDUNG BPI ITB) DOSEN : DR. IR. BASKORO TEDJO, MSEB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar 1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 6 Mahasiswa dapat menguraikan materi tugas perancangan arsitektur 4, yaitu : fungsi kegiatan mejemuk dan komplek dalam suatu kawasan

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ARSITEKTUR BYZANTIUM

ARSITEKTUR BYZANTIUM ARSITEKTUR BYZANTIUM Seni bangunan ini kemudian disebut sebagai arsitektur klasik, karena prinsip-prinsip, konsep dan romantika bangunan pada jaman itu akan tetap abadi. Salah satu jenis arsitektur yang

Lebih terperinci

Konsep Politik Menurut Pemikiran Filsuf Barat. By : Amaliatulwalidain, MA

Konsep Politik Menurut Pemikiran Filsuf Barat. By : Amaliatulwalidain, MA Konsep Politik Menurut Pemikiran Filsuf Barat By : Amaliatulwalidain, MA NEGARA KOTA Apakah negara-negara kota itu? Terlebih dahulu perlu dijelaskan bahwa persepsi kita mengenai negara saat ini jelas berbeda

Lebih terperinci

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D. Bab 2 Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi (3D) Peta Materi Pengertian Jenis Karya Berkarya Seni Rupa 3 D Simbol Karya Nilai Estetis Proses Berkarya 32 Kelas X SMA / MA / SMK / MAK Setelah mempelajari Bab 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Ada empat hal yang penulis simpulkan sehubungan dengan

Lebih terperinci

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik 2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia 2.2.1 Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik Pada akhir zaman klasik, timbul kejenuhan terhadap bentuk, konsep dan norma arsitektur klasik, yang sudah merajai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam

Lebih terperinci

Retorika? Encyclopedia Americana, 1995: Rhetoric: The art of using language effectively, whether in speaking or in writing.

Retorika? Encyclopedia Americana, 1995: Rhetoric: The art of using language effectively, whether in speaking or in writing. Retorika? Encyclopedia Americana, 1995: Rhetoric: The art of using language effectively, whether in speaking or in writing. The New Webster s International Encyclopedia, 1996: Oratory, also call rhetoric,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

Peninggalan Islam.

Peninggalan Islam. Peninggalan Islam Seni Pahat Seni pahat (seni patung) yang sangat berkembang pada masa Hindu-Budha tidak berlanjut pada masa Islam, karena ada larangan untuk melukiskan makhluk hidup. Seni ukir berkembang

Lebih terperinci

Dikenal dengan nama Vulkan dalam mitologi Romawi. Ia adalah putra pertama dewa

Dikenal dengan nama Vulkan dalam mitologi Romawi. Ia adalah putra pertama dewa Zeus Dalam mitologi, Zeus adalah Dewa Pemimpin yang bertahta di Olympus. Ia menikah dengan adik perempuannya, Hera yang menjadi Dewi Penikahan. Zeus membagi dunia menjadi tiga dan membagi dunia-dunia tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. menjalar ke Suriah merupakan akar dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Suriah.

BAB V KESIMPULAN. menjalar ke Suriah merupakan akar dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Suriah. BAB V KESIMPULAN Fenomena Arab Spring yang dimulai dari Tunisia, Mesir, Libya, Yaman, dan menjalar ke Suriah merupakan akar dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Suriah. Fenomena ini menjadi momen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Mesir Kuno merupakan salah satu kebudayaan tertua dan paling maju di dunia. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil yang merupakan urat nadi

Lebih terperinci

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya berupa perairan. Nenek moyang bangsa Indonesia juga pada mulanya bermigrasi dari daratan China Selatan

Lebih terperinci

PERADABAN MESOPOTAMIA

PERADABAN MESOPOTAMIA PERADABAN MESOPOTAMIA 1. Keadaan Gegrafis Mesopotamia adalah daerah Irak yang terletak di antara Sungai Tigris dan Eufrat Daerah ini sangat ideal untuk pemukiman penduduk karena kebutuhan air selalu terpenuhi.

Lebih terperinci

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Lebih terperinci

MEMAHAMI KONSEP KEINDAHAN

MEMAHAMI KONSEP KEINDAHAN MEMAHAMI KONSEP KEINDAHAN A. Pengertian Keindahan Keindahan adalah sifat-sifat yang merujuk pada sesuatu yang indah, dimana manusia mengekspresikan perasaan indah tersebut melalui berbagai hal yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Plato,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya, nusantara terdiri dari kerajaan-kerajaan besar yang jaya pada masanya. Kerajaan yang terdiri dari kerajaan Hindu, Buddha dan Islam dikenal dunia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eksistensi manusia di dunia ditandai dengan upaya tidak henti-hentinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eksistensi manusia di dunia ditandai dengan upaya tidak henti-hentinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eksistensi manusia di dunia ditandai dengan upaya tidak henti-hentinya untuk menjadi manusia. Upaya ini berlangsung dalam dunia ciptaannya sendiri, yang berbeda dengan

Lebih terperinci

Survei: Sebuah Perjalanan Mengenal Nusantara

Survei: Sebuah Perjalanan Mengenal Nusantara Survei: Sebuah Perjalanan Mengenal Nusantara Negara ini luas. Indonesia, dengan segala kekayaannya, hamparan pulau ini layaknya sebuah surga untuk mereka yang merasa memilikinya. Penjelajahan mengelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Art deco adalah sebuah gerakan desain yang populer dari 1920 hingga 1939, yang mempengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

KONTRAK PEMBELAJARAN

KONTRAK PEMBELAJARAN KONTRAK PEMBELAJARAN Nama Mata Kuliah : History of Interior Design & Architecture KodeMata Kuliah : DI-412 Pengajar : Ariesa Pandanwangi, M.Sn Semester : Pendek {semester 3 (tiga)} Hari Pertemuan/ Jam

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

Architecture. Home Diary #008 / 2015

Architecture. Home Diary #008 / 2015 Architecture 82 A View of White Teks : Widya Prawira Foto : Bambang Purwanto Sejurus mata memandang, palette putih mendominasi dalam kesederhanaan desain yang elegan, warm dan mewah. K lasik adalah abadi.

Lebih terperinci

SEJARAH SENI RUPA TOPIK 2 SENI RUPA TIMUR TUJUAN INSTRUKSIONAL MATERI PERKULIAHAN BUKU REFERENSI QUIZ LINLS KE INTERNET

SEJARAH SENI RUPA TOPIK 2 SENI RUPA TIMUR TUJUAN INSTRUKSIONAL MATERI PERKULIAHAN BUKU REFERENSI QUIZ LINLS KE INTERNET SEJARAH SENI RUPA TOPIK 2 SENI RUPA TIMUR TUJUAN INSTRUKSIONAL MATERI PERKULIAHAN BUKU REFERENSI QUIZ LINLS KE INTERNET TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Gereja abad pertama terdiri dari berbagai lapisan masyarakat. Lapisan itu berbeda sesuai dengan status sosial dan pekerjaan dalam masyarakat. Mereka bekerja sebagai

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT Disampaikan Pada Acara Kunjungan Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) I Bandung Ke Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia Pada Hari Sabtu Tanggal 5 Juli

Lebih terperinci

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I. BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Griya seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Re-Inventing Tradition

Lebih terperinci