PERANAN KOMPETENSI GURU IPA FISIKA JALUR PLPG TAHUN 2010 SUB RAYON 26 TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA FISIKA SISWA SMP DI KABUPATEN KOLAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN KOMPETENSI GURU IPA FISIKA JALUR PLPG TAHUN 2010 SUB RAYON 26 TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA FISIKA SISWA SMP DI KABUPATEN KOLAKA"

Transkripsi

1 82 PERANAN KOMPETENSI GURU IPA FISIKA JALUR PLPG TAHUN 2010 SUB RAYON 26 TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA FISIKA SISWA SMP DI KABUPATEN KOLAKA Sitti Kasmiati 1) dan Hj. Nurhayati 2) 1) Jurusan PMIPA/Fisika FKIP Unhalu Kampus Bumi Tridharma Kendari ) Guru Bidang Studi IPA-Fisika SMP Negeri Kolaka Abstrak: Melalui kajian data pada semua guru fisika SMP se-kabupaten Kolaka yang disertifikasi melalui jalur PLPG tahun 2010 yang bejumah 8 Orang yang diperoleh dari panitia penyelenggara sertifikasi guru berupa data dokumentasi nilai skor individu keseluruhan dari penyelenggara sertifikasi guru FKIP Universitas Haluoleo dan data prestasi belajar fisika siswa diambil dari nilai rapor siswa yang diajar oleh guru yang bersangkutan sesudah mengikuti kegiatan PLPG. Berdasarkan hasil kajian melalui statistik deskriptif dan inferensial disimpulkan sebagai berikut: (1) kemampuan guru IPA-Fisika untuk aspek profesionalisme guru, pendalaman materi, model-model pembelajaran, penelitian tindakan, partisipasi, teman sejawat, dan peerteaching memiliki nilai rata-rata secara berurutan adalah 75; 50,8; 68,9; 59,4; 87,88; 56,6; dan 85,6; (2) terdapat hubungan asosiasi yang nyata antara prestasi belajar fisika siswa dengan kemampuan guru IPA Fisika yang telah mengikuti kegiatan PLPG dengan 2 = hit 40,08 2 0,99(28) = 18,3 pada α =0,01 tab Kata Kunci : Kompetensi guru, sertifikasi guru, PLPG, dan Prestasi belajar PENDAHULUAN Kegiatan sertifikasi guru mulai dirintis sejak terbitnya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional. Selain itu, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pemerintah dalam hal ini Depdiknas mewajibkan kepada semua guru mulai dari guru TK, SD, SLTP/MTs dan SMU/MA/SMK untuk disertifikasi secara bertahap sesuai dengan ketersediaan anggaran yang disediakan oleh pemerintah. Tindak lanjut dari undang-undang tersebut diatas adalah Peraturan Mendiknas Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidikan serta Pedoman Sertifikasi bagi guru dalam jabatan untuk Lembaga Pendidikan, Tenaga Kependidikan, Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas pendidikan Kabupaten/Kota, dimana FKIP Universitas Haluoleo Rayon 26 dengan jumlah instruktur kurang lebih 53 orang ditunjuk sebagai tempat penyelenggara kegiatan sertifikasi guru mulai dari guru TK, SD, SLTP/MTs, dan SMU/MA/SMK yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Mengacu pada Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007, tentang proses pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan diproses melalui tahap yakni, peserta sertifikasi membuat berkas portofolio yang kemudian dikirim kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta dikirim kepada rayon LPTK penyelenggara untuk diseleksi sebagai peserta sertifikasi dan MIPMIPA, Vol. 12, No. 1, Februari 2013 : 82-91

2 83 apabila berkas portofolio tersebut dinyatakan lulus maka peserta diberikan nomor peserta sertifkasi. Bila peserta sertifikasi tidak lulus maka peserta diwajibkan untuk mengulang sertifikasi yakni Alternatif tersebut adalah melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan profesi pendidik untuk melangkapi kekurangan portofolio, mengikuti Pendidikan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diakhiri dengan ujian (Ardan, 2001: 5). Materi PLPG mencakup empat kompetisi guru, yang meliputi: (1) pedagogik, (2) profesional, (3) kepribadian, dan (4) sosial. Kemampuan mereka setelah mengikuti sertifikasi diharapkan dapat diaplikasikan pada saat mengajar di kelas sehingga dapat berdampak terhadap peningkatan prestasi belajar siswa yang diajar. Hal ini sejalan dengan tujuan pelaksanaan sertifikasi tersebut, namun kenyataannya berbeda dengan harapan dengan indikator berdasarkan hasil penelitian masih banyak siswa di Kabupaten Kolaka yang memperoleh nilai IPA fisika dibawah KKM yang ditetapkan sekolah. Pada semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010 rata-rata prestasi belajar IPA Fisika Siswa adalah 5,8. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peranan Kompetensi Guru Fisika Jalur PLPG Tahun 2010 Sub Rayon 26 Belajar IPA Fisika Siswa SMP Di Kabupaten Kolaka. KERANGKA TEORITIK 1. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) a) Pengertian Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) terhadap Prestasi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) adalah kegiatan akademik yang melibatkan proses belajar mengajar dan evaluasi. Di dalamnya ada penilaian semua aspek yang dimiliki peserta didik. Nilai didapat dari prestasi peserta didik pada saat pelaksanaan PLPG, baik yang ditemukan peserta sendiri (pada saat ujian tulis), yang ditentukan instruktur (misal pada saat peer teaching atau penugasan yang lain), atau yang ditentukan sesama peserta (pada penilaian skor sejawat), serta dari nilai portofolio. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) adalah diklat yang diperuntukan bagi para peserta sertifikasi yang gagal dalam penilaian portofolio. PLPG dilaksanakan selama 9 hari dengan bobot materi 30 jam teori dan 60 jam praktek. Dalam PLPG peserta dikelompokan sesuai dengan mata pelajaran dan jenjang yang jumlahnya setiap kelas kurang lebih 30 orang. Materi PLPG mencakup empat kompetensi guru, yang meliputi: (1) pedagogik, (2) profesional, (3) kepribadian, dan (4) sosial. Jabaran rin ci materi PLPG ditentukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi dengan mengacu pada rambu-rambu yang ditetapkan oleh Ditjen Dikti. Pada pelaksanaan PLPG tahun 2008 Skor Akhir Kelulusan Peranan Kompetensi Guru IPA Fisika Jalur PLPG Tahun 2010 Sub Rayon 26 Terhadap Prestasi Belajar IPA Fisika Siswa SMP di Kabupaten Kolaka (Sitti Kasmiati dan Hj. Nurhayati)

3 84 (SAK) PLPG 25 % diantaranya ditentukan dari hasil penilaian portofolio. Artinya, bagi mereka yang memiliki skor penilaian portofolio lebih dari 850 berarti memiliki sumbangan yang signifikan terhadap skor akhir Pendidikan dan Latihan Profesi Guru PLPG (Ardan, 2010: 6). b) Tujuan Tujuan PLPG adalah sebagai berikut: (1) Untuk meningkatkan kompetensi guru yang belum lulus dalam penilaian portofolio, dan (2) Untuk menentukan kelulusan peserta sertifikasi guru dalam jabatan yang belum lulus dalam penilaian portofolio. c) Peserta Peserta PLPG adalah peserta sertifikasi yang belum lulus pada penilaian portofolio dan direkomendasikan untuk mengikuti PLPG oleh Rayon LPTK penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam jabatan. d) Penilaian Penialain dilakukan secara obyektif oleh dua orang instruktur dengan menggunakan instrumen yang standar. Aspek yang dinilai meliputi, aspek profesionalisme guru dalam hal ini nilai teori yang berupa aspek pendalaman materi yakni penilaian teori, praktek dan partisipasi; aspek model-model pembelajaran yakni penilaian teori praktek dan partisipasi; aspek penilaian tindakan kelas yakni penilaian teori, praktek dan partisipasi; dan aspek peer teaching penilaian praktek dan partisipasi serta penilaian teman sejawat, dengan menggunakan pesamaan: (Depdiknas, 2009: 25). Keterangan: SAP : Skor akhir PLPG SUT : Skor ujian tulis (skor maksimum 100) SUP : Skor ujian praktek pembelajaran (skor maksimum 100) SP : Skor partisipasi dalam teori & praktek pembelajaran (skor maksimum 100) SS : Jumlah skor dari sejawat (skor maksimum 100) 2. Tugas Guru di Sekolah Apabila dikelompokkan, maka terdapat tiga jenis tugas guru yaitu: 1) bidang profesi, 2) bidang kemanusiaan, dan 3) bidang kemasyarakatan. Guru merupakan jabatan/profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Oleh karena itu guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam proses belajar mengajar. Tugas pokok seorang guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik memiliki tujuan meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai atau norma-norma MIPMIPA, Vol. 12, No. 1, Februari 2013 : 82-91

4 85 yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Mengajar memilki tujuan meneruskan dan mengembangakn ilmu pengetahuan dan teknologi kepada siswa, sedangkan melatih bertujuan mengembangkan keterampilan yang dimiliki seorang siswa. Selain itu mengajar adalah perbuatan komplit yang merupakan pengintegrasian secara untuh berbagai komponen kemampuan berupa pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru yang bersifat umum dan abadi ataupun suatu pembawaan yang dipengaruhi oleh pembelajaran dan pengalaman. Sedangkan keterampilan adalah suatu derajat kemantapan (kesiapan) yang dimiliki oleh seorang guru untuk dapat melakukan teknik-teknik mengajar secara tepat guna dan efektif. 3. Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa merupakan suatu ukuran keberhasilan siswa dalam memperoleh hasil belajarnya, untuk mengetahui prestasi belajar fisika siswa yakni dengan diadakannya tes. Winkel (1984: 120) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah salah satu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri manusia setelah mengalami proses belajar, dimana untuk mengungkapkan belajarnya menggunakan alat yang disusun oleh guru.prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa dapat menghasilkan perubahanperubahan dalam bidang pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Selanjutnya menurut Mappa (1979: 94) me nyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat ukur untuk mengukur keberhasilan seorang siswa. METODE PENELITIAN 1) Tempat dan Subyek Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian terdiri atas dua yaitu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unhalu Rayon 26 Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari, dan di SMP di Kabupaten Kolaka.Subyek penelitian ini meliputi semua guru fisika SMP yang disertifikasi melalui jalur PLPG tahun 2010 yang berjumah 8 Orang, 2) Teknik Pengumpulan Data a. Data Skor kompetensi guru ; Data tersebut diperoleh dari panitia penyelenggara sertifikasi guru yang melalui jalur PLPG berupa data dokumentasi nilai skor individu dari semua aspek yang dinilai selama mengikuti PLPG. b. Data Skor Prestasi Belajar IPA Fisika Siswa ; Data tersebut diambil dari dokumentasi nilai IPA Fisika siswa yang akan dimasukkan ke nilai rapor yang diajar oleh guru yang bersangkutan sesudah mengikuti kegiatan PLPG. Peranan Kompetensi Guru IPA Fisika Jalur PLPG Tahun 2010 Sub Rayon 26 Terhadap Prestasi Belajar IPA Fisika Siswa SMP di Kabupaten Kolaka (Sitti Kasmiati dan Hj. Nurhayati)

5 86 3) Teknik Pengolahan Data Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan pengelolahan secara statistik deskriptif dan inferensial. Untuk distribusi pengkategorian nilai, dapat dilihat pada Tabel 1. berikut: Rentang Nilai K eterangan Baik Sekali/Tinggi Sekali Baik/Tinggi Cukup/Sedang Kurang/Rendah Gagal/Rendah Sekali (Arikunto, 2002: 245). a. Untuk menentukan besar persentase digunakan rumus: b. Untuk mengetahui hubungan asosiasi antara prestasi belajar siswa dengan kompetensi guru yang telah mengikuti kegiatan PLPG, digunakan uji independen antara dua faktor (uji kontingensi) yaitu : Eij = (nio x noj)/n Pasangan hipotesis yang diuji berdasarkan data adalah : H0 H1 : Kedua faktor bebas statistik : Kedua faktor tidak bebas statistik Adapun statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah tolak H0 jika χ 2 (1-α) < B 1 K 1 dalam taraf nyata = α dan derajat kebebasan dk untuk chikuadrat = 1 K 1 B. Dalam hal lainnya terima hipotesis H0. Untuk menghitung nilai chi-kuadrat digunakan persamaan statistik berikut : 2 2 (Sudjana, 2000: 280) B K O ij Eij / Ei j i j j 1 Selanjutnya, untuk mengetahui derajat hubungan antara faktor digunakan koefisien kontingensi C yaitu C = Harga C maksimum ini dihitung dengan rumus = Dengan : m = harga minimum antara B dan K (yakni minimum antara banyak baris dan banyak kolom) MIPMIPA, Vol. 12, No. 1, Februari 2013 : 82-91

6 87 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1) Gambaran Rata-Rata Perolehan Nilai PLPG Guru IPA-Fisika Fisika Tingkat SMP di Kabupaten Kolaka Kuota 2010 Tabel 2. Gambaran Rata-Rata Perolehan Nilai Materi PLPG Guru IPA-Tingkat SMP di Kabupaten Kolaka Kuota 2010 No. Nama NILAI PLPG PER BIDANG Peserta PG PM MP PTK NP TS PT 1 BRN , SWR , ERN , LDI , DKR , NRB , ALD MRM Rata-rata ,88 56,6 85,6 Kategori Tinggi Rendah Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sekali Sekali Keterangan: PG : Profesionalisme Guru NP : Nilai Partisipasi PM : Pendalaman Materi TS : Teman Sejawat MP : Model-Model Pembelajaran PT : Peer Teaching PTK Penelitian Tindakan Kelas Bila memperhatikan data nilai peserta PLPG Guru IPA-Fisika Tingkat SMP di kabupaten kolaka kuota 2010, terlihat bahwa rata-rata aspek peer teaching adalah 85,6 dengan kategori tinggi sekali; rata-rata aspek profesionalisme guru adalah 75,0 dengan kategori tinggi; rata-rata aspek pendalaman materi adalah 50,8 dengan kategori rendah ; rata-rata aspek model-model pembelajaran adalah 68,9 dengan kategori tinggi; rata-rata aspek PTK adalah 59,4 dengan kategori sedang; dan rata-rata aspek teman sejawat adalah 56,6 dengan kategori sedang. 2) Gambaran Skor Akhir PLPG Guru IPA-Fisika Fisika Tingkat SMP di Kabupaten Kolaka Kuota 2010 Tabel 3. Gambaran Rata-Rata Perolehan Skor Akhir PLPG Guru IPA-Fisika Tingkat SMP di Kabupaten Kolaka Kuota Tahun 2010 No. Nama Peserta SUT SUP SP SS SAP 1 BRN 57,5 88,7 86,5 53,3 72,25 2 SWR 75,525 90,1 87,5 66,81 81,25 3 ERN 56,675 81,3 92,5 52,3 69,45 4 LDI 73,025 86,3 92, ,58 5 DKR 78,125 91,3 86,5 61,78 81,78 6 NRB 58,325 84,6 87,5 54,5 71,18 7 ALD 49,7 72, ,3 62,73 8 MRM 59,225 90, ,1 73,84 Rata-rata 63,51 85,61 87,88 56,64 73,76 Kategori Sedang Tinggi Sekali Tinggi Sekali Sedang Tinggi Peranan Kompetensi Guru IPA Fisika Jalur PLPG Tahun 2010 Sub Rayon 26 Terhadap Prestasi Belajar IPA Fisika Siswa SMP di Kabupaten Kolaka (Sitti Kasmiati dan Hj. Nurhayati)

7 88 3) Deskripsi Prestasi Belajar Siswa setelah Guru Mengikuti Kegiatan PLPG Tabel 4. Deskripsi Prestasi Belajar Siswa setelah Guru Mengikuti Kegiatan PLPG INTERVAL KODE GURU NILAI BRN SWR ERN LDI F P (%) K F P (%) K F P (%) K F P (%) K ,57 TS ,84 T 43 51,19 T 35 46,05 T 50 64,94 T ,16 S 40 47,62 S 36 47,37 S 27 35,06 S ,19 R JUMLAH Sambungan Tabel 4... INTERVAL NILAI KODE GURU DKT NRB ALD MRM F P (%) K F P (%) K F P (%) K F P (%) K ,38 ST ,56 T 44 52,38 T 42 53,85 T 41 53,95 T ,22 S 38 45,24 S 36 46,15 S 35 46,05 S , JUMLAH ) Hasil Analisis Hubungan antara Kompetensi Guru setelah mengikuti PLPG dengan Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Hasil anaisis inferensial diperoeh hasil anaisis 2 = 40,08. Dengan α hit = 0,01 dan dk = (5-1)(8-1) = 28, diperoleh 2 tab 0,99(28) = 18,3, Nilai ini jauh lebih kecil dari 2 hit 40,08,sehingga disimpulkan bahwa bahwa terdapat hubungan sangat nyata antara Prestasi belajar siswa dengan Kemampuan guru yang telah mengikuti kegiatan PLPG. B. Pembahasan Deskripsi hasil pelaksanaan sertifikasi guru jalur PLPG guru IPA-Fisika Tingkat Kabupaten Kolaka Tahun 2010, dari 6 aspek yang dinilai diperoleh 3 orang peserta (37,5%) memperoleh nilai berkategori sangat tinggi, 3 orang peserta (37,5%) memperoleh nilai berkategori tinggi, dan 2 orang peserta (25%) memperoleh nilai berkategori sedang. Pada aspek ini tidak ada peserta yang memperoleh nilai berkategori rendah maupun rendah sekali. Hal ini berarti semua peserta telah memahami aspek-aspek yang menunjukkan sifat profesionalisme yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut Jurnal Educational Leadership (Maret 1994) seperti yang dikutip oleh Saratri Wilonoyudho disebutkan, ada lima ukuran seorang guru dinyatakan masuk kategori profesionalisme. Pertama, memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Kedua, secara mendalam menguasai bahan ajar dan cara mengajarkannya. Ketiga, bertanggungjawab memantau MIPMIPA, Vol. 12, No. 1, Februari 2013 : 82-91

8 89 kemajuan belajar siswa melalui beberapa teknik evaluasi. Keempat, mampu berpikir sistematis dalam melakukan tugasnya. Kelima, seyogianya menjadi bagian masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. Sementara itu pada aspek pendalaman materi adalah 50,8 berada pada kategori rendah. Dimana 1 orang peserta (12,5%) memperoleh nilai berkategori tinggi, 2 orang peserta (25%) memperoleh nilai berkategtori sedang, 4 orang peserta (50%) memperoleh nilai berkategori rendah, dan 1 orang peserta (12,5%) memperoleh nilai berkategori rendah sekali. Pada aspek ini, tidak ada peserta yang memperoleh nilai berkategori tinggi sekali. Ini menunjukkan bahwa pada aspek pendalaman materi mata pelajaran yang sudah dikuasai oleh guru masih kurang antara proporsi teori dan praktek yang juga disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. Hal ini juga diperkuat dengan fakta bahwa nilai rata-rata untuk aspek pendalaman materi adalah 50,8 yang berada pada kategori rendah. Pada aspek model-model pembelajaran adalah 68,9 berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat pada sebaran nilai perolehan peserta, dimana 2 orang peserta (25%) memperoleh nilai berkategori tinggi sekali, 4 orang peserta (50%) memperoleh nilai berkategori tinggi, 1 orang peserta (12,5%) memperoleh nilai berkategori sedang, dan 1 orang peserta (12,5%) memperoleh nilai berkategori rendah. Ini menunjukkan bahwa materi yang diajarkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran berupa model-model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, serta pemanfaatan media pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik perkembangan peserta didik yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan, teknologi dan seni termasuk keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Sementara itu, pada aspek penelitian tindakan kelas diperoleh nilai rata-rata 59,4 berada pada kategori sedang. Dimana 2 orang peserta (25%) memperoleh nilai berkategori sangat tinggi, 1 orang peserta (12,5%) memperoleh nilai berkategori tinggi, 2 orang peserta (25%) memperoleh nilai berkategori sedang, 1 orang peserta (12,5%) memperoleh nilai berkategori rendah, dan 2 orang peserta (25%) memperoleh nilai berkategori sangat rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa praktek penyusunan dan penulisan karya ilmiah dalam hal rancangan penelitian tindakan kelas untuk perbaikan pembelajaran telah cukup dikuasai oleh guru. Untuk nilai teman sejawat berada pada kategori rendah, yaitu 55,6. Rendahnya nilai ini disebabkan rendahnya nilai yang diberikan oleh masing-masing teman sejawat. Sedangkan pada aspek skor akhir kelulusan PLPG diperoleh bahwa rata-rata skor akhir Peranan Kompetensi Guru IPA Fisika Jalur PLPG Tahun 2010 Sub Rayon 26 Terhadap Prestasi Belajar IPA Fisika Siswa SMP di Kabupaten Kolaka (Sitti Kasmiati dan Hj. Nurhayati)

9 90 kelulusan PLPG 73,76 dan berada pada kategori tinggi. Sementara itu pada aspek peerteaching diperoleh 87,5% (7 orang) berada pada kategori tinggi sekali, dan 12,5% (1 orang) berada pada kategori rendah sekali. Dengan demikian materi pada aspek pelaksanaan pembelajaran (peer teaching) telah dikuasai dan dipahami karena sering dilaksanakan secara paralel. Adanya perbedaan pada aspek-aspek tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh buruknya manajemen terhadap penanganan peserta PLPG, beratnya beban belajar peserta PLPG yang waktu pelaksanaannya lebih singkat yaitu 9 hari dengan bobot materi 90 jam terbagi atas 30 jam materi teori dan 60 jam materi praktek. Selain itu tidak didukung juga dengan sarana dan prasarana berupa kelengkapan referensi dan buku-buku penunjang untuk materi-materi PLPG, alat peraga dan sarana-sarana pendukung lainnya. Sementara itu berdasarkan hasil analis data hubungan antara prestasi belajar siswa dengan guru IPA-Fisika yang telah mengikuti kegiatan PLPG diperoleh hubungan asosiasi yang sangat berkaitan. Hal tersebut dapat diketahui melalui uji statistik uji chikuadrat atau uji independen Secara umum tugas pokok seorang guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik memiliki tujuan meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Mengajar memilki tujuan meneruskan dan mengembangakn ilmu pengetahuan dan teknologi kepada siswa, sedangkan melatih bertujuan mengembangkan keterampilan yang dimiliki seorang siswa. Hal tersebut di atas sejalan dengan pendapat Munandar (2007) bahwa dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena hasil siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan guru dan kompetensi guru. Guru yang memilki kompetensi yang memadai akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif sehingga hasil belajar siswa dapat lebih optimal. Dalam hal ini keberhasilan siswa akan dipengaruhi oleh kinerja yang dimiliki seorang guru. Oleh karena itu, guru profesional diharapkan akan memberikan sesuatu yang positif yang berkenaan dengan keberhasilan siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka nilai hasil pelaksanaan Sertifikasi Guru IPA- Fisika Sub Rayon 26 Jalur PLPG tahun 2010 tingkat SMP di Kabupaten Kolaka disimpulkan sebagai berikut : (1) Kemampuan guru IPA-Fisika untuk aspek profesionalisme guru, pendalaman materi, model-model pembelajaran, penelitian MIPMIPA, Vol. 12, No. 1, Februari 2013 : 82-91

10 91 tindakan, Nilai partisipasi, teman sejawat, dan peerteaching memiliki nilai rata-rata secara berurutan adalah 75; 50,8; 68,9; 59,4; 87,88; 56,6; dan 85,6 dan (2) Terdapat hubungan asosiasi yang nyata antara prestasi belajar fisika siswa dengan kemampuan guru IPA Fisika yang telah mengikuti kegiatan PLPG dengan 2 = 40,08. Lebih besar 2 hit tab 0,99(28) = 18,3 pada α =0,01. DAFTAR PUSTAKA Ardan, Pelaksanaan Sertifikasi Guru. Rayon 11 UNY, P3 A1-UNY. mailto:daffa_akhtar@yahoo.co.id. Arikunto, Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Tarsito. Ditjen Dikti Depdiknas, Pedoman Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas. Depdiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Sertifikasi Guru. Jakarta: Ditjen Dikti. Depdiknas, Pendidikan Latihan Profesi Guru. Jakarta: Ditjen Dikti. Fadil, Hasan., Pengertian Tujuan, Manfaat, dan Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi Guru. Harahap, Sertifikasi Guru Tidak Akurat. Purwanto, Data Publikasi Riil Pendidikan Jawa Timur dalam Dunia Pendidikan. Santoso, Singgih., Statistik Deskriptif. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Sudjana, Metode statistika. Bandung: Tarsito. Peranan Kompetensi Guru IPA Fisika Jalur PLPG Tahun 2010 Sub Rayon 26 Terhadap Prestasi Belajar IPA Fisika Siswa SMP di Kabupaten Kolaka (Sitti Kasmiati dan Hj. Nurhayati)

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1 SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1 Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. 2 PENDAHULUAN Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 BUKU 5 RAMBU RAMBU PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG)

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 BUKU 5 RAMBU RAMBU PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 BUKU 5 RAMBU RAMBU PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009 SERTIFIKASI

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 BUKU 5 RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG)

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 BUKU 5 RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 BUKU 5 RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009 Buku 1 Buku

Lebih terperinci

Tatacara Sertifikasi Dosen

Tatacara Sertifikasi Dosen Tatacara Sertifikasi Dosen Permendiknas No 42/2007: Pasal 2 ayat 1: Sertifikasi dosen dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Pasal 2 ayat 2: Uji kompetensi sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU, ANTARA PROFESIONALISME, TANTANGAN, DAN REALITA GURU*) Oleh : Badrun Kartowagiran**)

SERTIFIKASI GURU, ANTARA PROFESIONALISME, TANTANGAN, DAN REALITA GURU*) Oleh : Badrun Kartowagiran**) SERTIFIKASI GURU, ANTARA PROFESIONALISME, TANTANGAN, DAN REALITA GURU*) Oleh : Badrun Kartowagiran**) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 ============================= *) Makalah disampaikan dalam Seminar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan masalah dalam proses penyelidikan. Metode merupakan cara seseorang dalam melakukan sesuatu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bagi guru dalam jabatan dilakukan dengan pola Portofolio, Pola Pendidikan dan

BAB V PENUTUP. bagi guru dalam jabatan dilakukan dengan pola Portofolio, Pola Pendidikan dan 129 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah disajikan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 5 PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru? Ada dua macam pelaksanaan sertifikasi guru, yaitu: a. melalui penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan,

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 Buku 5: Rambu-rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009 SERTIFIKASI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Suharsimi Arikunto dalam S. Vianita Zulyan (2014: 80) menjelaskan bahwa Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan beberapa hal berkaitan dengan metode penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan penelitian hingga dapat di peroleh

Lebih terperinci

UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013

UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) TAILOR MADE PELAKSANAAN PLPG PSG RAYON 107 UNIVERSITAS LAMPUNG UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 Panitia Sertifikasi

Lebih terperinci

Tim Sertifikasi Guru

Tim Sertifikasi Guru Tim Sertifikasi Guru 2008 1 PERUBAHAN YANG ESENSI DALAM PEDOMAN PENYUSUNAN PORTOFOLIO 2008 1. Merevisi batas minimal masa kerja sebagai guru, semula 2 tahun menjadi 5 tahun. 2. Merevisi penskoran pengalaman

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) TAILOR-MADE PELAKSANAAN PLPG

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) TAILOR-MADE PELAKSANAAN PLPG PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) TAILOR-MADE PELAKSANAAN PLPG Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat

Lebih terperinci

SIKAP DAN PANDANGAN GURU MATEMATIKA TERHADAP EFEKTIVITAS PENINGKATAN KOMPETENSINYA MELALUI PENDIDIKAN LATIHAN PROFESI GUR U (PLPG)

SIKAP DAN PANDANGAN GURU MATEMATIKA TERHADAP EFEKTIVITAS PENINGKATAN KOMPETENSINYA MELALUI PENDIDIKAN LATIHAN PROFESI GUR U (PLPG) SIKAP DAN PANDANGAN GURU MATEMATIKA TERHADAP EFEKTIVITAS PENINGKATAN KOMPETENSINYA MELALUI PENDIDIKAN LATIHAN PROFESI GUR U (PLPG) Oleh: DADANG JUANDI LATAR BELAKANG 1.Kondisi Obyektif Bangsa 2.Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata membawa perubahan yang signifikan dan menyeluruh terhadap kehidupan manusia tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode sangat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode sangat 58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam suatu penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki karir yang baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN riaumandiri.co I. PENDAHULUAN Tujuan pemerintah negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

SERTIFIKASI PENDIDIK PERLU EVALUASI BERKALA. Oleh : Sukidjo Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta

SERTIFIKASI PENDIDIK PERLU EVALUASI BERKALA. Oleh : Sukidjo Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta SERTIFIKASI PENDIDIK PERLU EVALUASI BERKALA Oleh : Sukidjo Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta A. Latar Belakang Program Sertifikasi Dalam era global keberadaan sumber daya manusia (SDM) yang

Lebih terperinci

TAHUN 2008 KONSOSIUM SERTIFIKASI GURU Tim Sertifikasi Guru Ditjen Dikti

TAHUN 2008 KONSOSIUM SERTIFIKASI GURU Tim Sertifikasi Guru Ditjen Dikti TAHUN 2008 KONSOSIUM SERTIFIKASI GURU 2008 1 Pedoman Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2008 Buku 1: Pedoman Penetapan Peserta. Buku 2: Pedoman Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Penilaian Portofolio.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2008

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2008 KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2008 Disampaikan dalam Seminar Pendidikan dengan teman Isu isu Strategis Sertifikasi Guru di Jawa Barat yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan setiap individu adalah melalui proses pendidikan. Melalui proses pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

Panduan PENILAIAN KINERJA GURU PAI TIM PENGEMBANG PKB-GPAI DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2017

Panduan PENILAIAN KINERJA GURU PAI TIM PENGEMBANG PKB-GPAI DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2017 Panduan PENILAIAN KINERJA GURU PAI TIM PENGEMBANG PKB-GPAI DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2017 Tujuan Peserta dapat menjelaskan tentang konsep, prosedur pelaksanaan,

Lebih terperinci

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri untuk berbagi pengalaman Oleh: Mardiyana Disampaikan pada Seminar Nasional Di FKIP UNS Surakarta, 26 Februari 2011 Landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan guru merupakan profesi yang membanggakan, maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan pendidikan yang memadai seseorang akan mampu menjawab tantangan-tantangan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Teknik Arsitektur yang beralamatkan di Jln. Setiabudhi No. 207 Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Teknik Arsitektur yang beralamatkan di Jln. Setiabudhi No. 207 Bandung. 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur yang beralamatkan di Jln. Setiabudhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek sosial dari program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek sosial dari program pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek sosial dari program pembangunan nasional yang harus diperhatikan dan menjadi sesuatu yang sangat penting karena berhubungan

Lebih terperinci

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 Disajikan dalam Workshop Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tujuan

Lebih terperinci

Pengaruh Model Syndicate Group Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Makassar

Pengaruh Model Syndicate Group Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Makassar JPF Volume Nomor 1 ISSN: 30-8939 9 Pengaruh Model Syndicate Group Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Makassar Rajulaini Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. korelasional, untuk menjelaskan hubungan antara konsep-konsep atau. Ilmiah Remaja Terhadap Pembentukan Sikap Ilmiah Siswa.

III. METODOLOGI PENELITIAN. korelasional, untuk menjelaskan hubungan antara konsep-konsep atau. Ilmiah Remaja Terhadap Pembentukan Sikap Ilmiah Siswa. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional, untuk menjelaskan hubungan antara konsep-konsep atau nilai-nilai dari variabel

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. perencanaan, prosedur hingga teknis pelaksanaan dilapangan. Hal ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. perencanaan, prosedur hingga teknis pelaksanaan dilapangan. Hal ini 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Langkah-Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian merupakan suatu bentuk upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan,

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI Sugeng Muslimin 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Profesi guru adalah profesi yang terhormat, tidak semua orang dapat menjadi guru. Untuk menjadi

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2010 BUKU 4 RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG)

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2010 BUKU 4 RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2010 BUKU 4 RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 SERTIFIKASI

Lebih terperinci

Pelatihan Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru Taman Kanak-kanak. Oleh: Prof. Wawan S. Suherman, M.Ed. Prof. Dr. Suharjana, M.Kes. Darmono, MT.

Pelatihan Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru Taman Kanak-kanak. Oleh: Prof. Wawan S. Suherman, M.Ed. Prof. Dr. Suharjana, M.Kes. Darmono, MT. Abstrak Pelatihan Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru Taman Kanak-kanak Oleh: Prof. Wawan S. Suherman, M.Ed. Prof. Dr. Suharjana, M.Kes. Darmono, MT. Pelatihan penyusunan portofolio sertifikasi guru

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BAGI GURU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DENGAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

UNIVERSITAS SEBELAS MARET PEDOMAN PELAKSANAAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) PENDIDIKAN PROFESI GURU SM3T FKIP UNS TAHUN 2017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian sangat diperlukan suatu metode yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti untuk menentukan data dan mengembangkannya dalam suatu pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui pengaruh antara variabel x dan y yang dideskripsikan secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui pengaruh antara variabel x dan y yang dideskripsikan secara III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu dimana suatu metode penelitian yang bertujuan menggambarkan dan memaparkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA Silka Pendidikan Fisika Universitas Kristen Indonesia Toraja email: kapoorsilka@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM PENERIMAAN DIDIK BARU SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU T.P. 2012/2013

PEDOMAN SISTEM PENERIMAAN DIDIK BARU SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU T.P. 2012/2013 PEDOMAN SISTEM PENERIMAAN DIDIK BARU SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU T.P. 2012/2013 A. LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi mutu pendidikan di Indonesia dinilai masih rendah bila dibandingkan dengan negara negara tetangga di Asia Tenggara lainnya. Harian Kompas, 03 Maret 2011 melansir

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELTIAN. khususnya mengenai Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang

BAB III METODELOGI PENELTIAN. khususnya mengenai Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang 51 BAB III METODELOGI PENELTIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional. Metode ini meneliti masalah-masalah aktual yang berlangsung di lapangan khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

2016 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KECAMATAN PURWADADI KABUPATEN SUBANG

2016 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KECAMATAN PURWADADI KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki kaitan forward linkage (ke depan) dan backward linkage (ke belakang). Forward linkage yaitu syarat untuk menciptakan bangsa yang maju, modern, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan ini memnungkinkan dilakukannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas, yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : P 26 PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, INTELIGENSI QUOTIENT, DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI OLIMPIADE SAINS DI SMA NEGERI 1 BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 ARY WIDAYANTO SMA N 1 BANTUL ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

DEVELOPPING OF TEACHERS HP DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. hubungan antara konsep-konsep atau nilai-nilai dari variabel yang satu

III. METODOLOGI PENELITIAN. hubungan antara konsep-konsep atau nilai-nilai dari variabel yang satu 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi korelasional karena dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Peranan Kinerja MGMP PKn dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru SMP (Studi Kasus Terhadap

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

A. LATAR BELAKANG Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan A. LATAR BELAKANG Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi modern menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi peningkatan harkat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelitian 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam menyelesaikan suatu masalah atau permasalahan yang dihadapi, metodologi penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelitian ilmiah,

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2007

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2007 SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2007 A. Sasaran Sejumlah 190.450 guru kelas dan guru mata pelajaran untuk semua jenjang pendidikan, PNS dan non PNS. Terdiri atas 20.000 guru SD dan SMP yang sudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian guna memperoleh data yang diperlukan. Penelitian

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PORTOFOLIO GURU SEBAGAI INSTRUMEN SERTIFIKASI GURU Disampaikan dalam Seminar Pendidikan Nasional, di Hotel Bumi Wiyata Depok, 2009

PENYUSUNAN PORTOFOLIO GURU SEBAGAI INSTRUMEN SERTIFIKASI GURU Disampaikan dalam Seminar Pendidikan Nasional, di Hotel Bumi Wiyata Depok, 2009 PENYUSUNAN PORTOFOLIO GURU SEBAGAI INSTRUMEN SERTIFIKASI GURU Disampaikan dalam Seminar Pendidikan Nasional, di Hotel Bumi Wiyata Depok, 2009 Liliana Muliastuti, M.Pd. (Pembantu Dekan I Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Setiap kegiatan penelitian diperlukan suatu langkah-langkah pengkajian

METODOLOGI PENELITIAN. Setiap kegiatan penelitian diperlukan suatu langkah-langkah pengkajian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap kegiatan penelitian diperlukan suatu langkah-langkah pengkajian dengan menggunakan metode penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya persaingan dunia yang semakin ketat mengharuskan perbaikan kualitas sistem pendidikan Indonesia dari tahun ke tahun. Perbaikan sistem pendidikan tak lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan diri melalui proses belajar. Tentu sangat logis bagi manusia memilih jalur

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan diri melalui proses belajar. Tentu sangat logis bagi manusia memilih jalur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia karena hanya manusia yang dapat mendidik. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dikaruniai potensi untuk selalu menyempurnakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada 58 BAB III METODE PENELITIAN 3. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan korelasional. Menurut Arikunto (00:70) pendekatan korelasional adalah penelitian yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis (Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, 1998:

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA KKP PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNHALU DALAM MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA SE-KOTA KENDARI

ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA KKP PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNHALU DALAM MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA SE-KOTA KENDARI ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA KKP PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNHALU DALAM MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA SE-KOTA KENDARI Oleh Aceng Haetami ABSTRAK Telah dilakukan penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Guru memiliki peran strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun langkah-langkah yang

METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun langkah-langkah yang 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Langkah-Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian merupakan suatu bentuk upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting karena pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan dengan

Lebih terperinci

Pedagogik Kepribadian Profesional Sosial

Pedagogik Kepribadian Profesional Sosial MENJADI SEORANG GURU PROFESIONAL Oleh Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email : asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.staff.unri.ac.id Disampaikan pada: Pekanbaru, 2012 1 GURU YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Penyelenggaraan PPG SD/MI Pra Jabatan di Indonesia

Analisis Kebijakan Penyelenggaraan PPG SD/MI Pra Jabatan di Indonesia Analisis Kebijakan Penyelenggaraan PPG SD/MI Pra Jabatan di Indonesia Dindin Abdul Muiz Lidinillah Dosen Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya dindin_a_muiz@upi.edu Abstrak Guru sebagai tenaga profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci untuk mencapai kesejahteraan, tentunya langkah utama harus diawali dengan belajar lebih giat baik melalui pendidikan formal atau

Lebih terperinci

Website :

Website : SOSIALISASI PELAKSANAAN PLPG BAGI PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN KUOTA 2013 Website : http://sg.unesa.ac.id Email: sg@unesa.ac.id, psgunesa@yahoo.com Cara Memperoleh Sertifikat Pendidik UU 14 Th

Lebih terperinci

STRATEGI GURU DALAM MENGHADAPI SERTIFIKASI GURU

STRATEGI GURU DALAM MENGHADAPI SERTIFIKASI GURU STRATEGI GURU DALAM MENGHADAPI SERTIFIKASI GURU BADRUN KARTOWAGIRAN (Universitas Negeri Yogyakarta) Disampaikan pada : Seminar Nasional dalam rangka Dies Natalis UNY ke-dengan tema Optimalisasi Penyiapan

Lebih terperinci

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan 1 KONSEP PENDIDIKAN Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih

Lebih terperinci

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **) PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **) A. Pendahuluan Undang- Undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan

Lebih terperinci

MENJADI SEORANG GURU PROFESIONAL

MENJADI SEORANG GURU PROFESIONAL Kebijakan Pengembangan Profesi Guru MENJADI SEORANG GURU PROFESIONAL GURU YANG DIHARAPKAN (Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005) Oleh Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email : asyahza@yahoo.co.id

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

A. LATAR BELAKANG Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan A. LATAR BELAKANG Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH MANDIRI 1

MODEL PENGEMBANGAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH MANDIRI 1 MODEL PENGEMBANGAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH MANDIRI 1 Dr. Zulkifli Matondang, M.Si. 2 Abstraks Kepala sekolah merupakan tenaga kependidikan yang diberi tugas tambahan dalam melakukan pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kelangsungan hidup suatu negara salah satunya ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan teknik analisis komparatif. Penelitian komparatif diarahkan untuk

Lebih terperinci

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009) PROFESIONALISME GURU DAN KARYA TULIS ILMIAH Kardiawarman Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Jl. Setiabudi No. 229-Bandung, Jawa Barat e-mail: yaya_kardiawarman@yahoo.com (Invited Speaker dalam Seminar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu Action Research yang dilakukan dalam kelas (Wardhani, 2008:

Lebih terperinci

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan 1 KONSEP PENDIDIKAN Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih

Lebih terperinci

tercapai seperti yang diharapkan. Metode penelitian adalah ilmu tentang metode-metode

tercapai seperti yang diharapkan. Metode penelitian adalah ilmu tentang metode-metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap kegiatan penelitian, dalam upaya untuk menemukan data yang valid, dan merupakan usaha dalam mengadakan analisa secara logis rasional di perlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam proses belajar mengajar (PBM) itu terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam proses belajar mengajar (PBM) itu terdiri dari tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam proses belajar mengajar (PBM) itu terdiri dari tiga komponen, yaitu Pengajar (Dosen, Guru, Instruktur dan Tutor), peserta didik yang belajar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 49 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif merupakan analisa yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa bagian yaitu. 2. Pengolahan dan analisis data hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa bagian yaitu. 2. Pengolahan dan analisis data hasil penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa bagian yaitu 1. Penyajian data hasil penelitian 2. Pengolahan dan analisis data hasil penelitian 1. Penyajian

Lebih terperinci