PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG KELEMBAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG KELEMBAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Transkripsi

1 DRAFT PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG KELEMBAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanakan tugas pokok, fungsi dan kewenangan berjalan secara efektif, optimal dan terarah; b. bahwa dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan kewenangan dituntut memiliki arah dan tujuan sehingga harus memiliki standarisasi sistem Kelembagaan dan batasan-batasan yang harus dipedomani; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b di atas, maka perlu ditetapkan Peraturan Komisi Informasi Provinsi Sulawesi Barat tentang Kelembagaan. Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Peraturan Komisi Informasi Pusat Nomor 1 tahun 2012 tentang Tata Tertib Komisi Informasi Pusat. 3. Peraturan Komisi Informasi Pusat Nomor 3 tahun 2016 tentang Kode Etik Komisi Informasi. Memperhatikan : 1. Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 188.4/351/Sulbar/V/2016 tentang Pengangkatan Komisi Informasi Provinsi Sulawesi Barat. 2. Keputusan Rapat Pleno Anggota Komisi Informasi Provinsi Sulawesi Barat tanggal 2 Juni 2016 di Mamuju. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT TENTANG KELEMBAGAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM, RUANG LINGKUP DAN KEDUDUKAN Pasal 1 Dalam Peraturan tentang Kelembagaan ini yang dimaksud dengan : 1. Komisi Informasi Provinsi Sulawesi Barat, selanjutnya disebut Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi. 2. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Barat, sebagai unsur tertinggi dalam penyelenggara pemerintahan daerah. 3. DPRD adalah DPRD Provinsi Sulawesi Barat, sebagai lembaga perwakilan rakyat daerah provinsi Sulawesi Barat. 4. Ketua adalah Ketua Komisi Informasi Provinsi Sulawesi Barat. 5. Anggota adalah Anggota Komisi Informasi Provinsi Sulawesi. Barat. 6. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat dan/atau luar negeri. 7. Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara badan publik dengan pengguna informasi publik yang berkaitan dengan hak memperoleh dan menggunakan informasi berdasarkan perundang-undangan. 8. Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak melalui bantuan mediator Komisi Informasi. 9. Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak yang diputus oleh Komisi Informasi. 10. Sekretariat Komisi Informasi, selanjutnya disebut Sekretariat adalah bagian dari organ struktur organisasi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur yang memiliki tugas pokok dalam melayani Komisi Informasi secara administratif. 11. Kepala Sekretariat adalah pejabat yang memimpin Sekretariat Komisi Informasi. 12. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi, selanjutnya disebut PPID adalah pejabat yang bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik. 13. Advokasi adalah suatu bentuk kegiatan atau usaha untuk melindungi kepentingan masyarakat dari kebijakan yang tidak berlandaskan pada asas keterbukaan informasi publik. 14. Sosialisasi adalah suatu bentuk kegiatan yang mengundang orang banyak dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang sebuah produk undang-undang atau produk hukum lainnya yang berkaitan dengan keterbukaan informasi publik. 15. Edukasi adalah suatu bentuk kegiatan atau usaha meningkatkan pemahaman di bidang komunikasi dan informasi bagi masyarakat dalam rangka pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya. 16. Literasi adalah suatu bentuk kegiatan atau usaha dalam mendorong masyarakat lebih mudah memahami sebuah kebijakan publik sehingga dapat meningkatkan peran sertanya mendorong keterbukaan informasi pada badan publik.

3 17. Anggota Pengganti Antar Waktu adalah calon Anggota Komisi Informasi yang telah menjalani uji kepatutan dan kelayakan serta ditetapkan oleh DPRD sebagai anggota pengganti antar waktu sesuai dengan urutan hasil uji kepatutan dan kelayakan, yang akan menggantikan Anggota Komisi Informasi yang berhalangan tetap atau berhenti sebelum berakhirnya masa jabatan. 18. Tenaga Ahli adalah seseorang yang memiliki kompetensi dan kualifikasi tertentu yang memiliki tugas utama dalam memberi masukan dan pertimbangan sesuai keahliannya kepada Komisi Informasi. 19. Asisten adalah seorang yang memiliki kompetensi dan kualifikasi tertentu yang ditetapkan oleh Komisi Informasi yang memiliki tugas utama dalam memberi bantuan sesuai kualifikasinya kepada Komisi Informasi. Pasal 2 Ruang Lingkup Ruang lingkup Peraturan Kelembagaan ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan : a. kelengkapan organisasi; b. tugas pokok dan uraian tugas; c. tata cara pengambilan keputusan; d. rapat internal; e. kesekretariatan; f. pemberhentian anggota; g. kerjasama; h. advokasi, sosialisasi dan edukasi; dan i. monitoring dan evaluasi. Pasal 3 Kedudukan Tempat kedudukan KI Sulbar di ibukota provinsi Sulawesi Barat. BAB II KELENGKAPAN ORGANISASI Bagian Pertama Struktur Organisasi Pasal 4 (1) Struktur organisasi KI Sulbar terdiri atas : a. ketua; b. wakil ketua; dan c. koordinator. (2) Jabatan Ketua dan Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merangkap sebagai koordinator. (3) Koordinator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah anggota KI Sulbar yang menempati beberapa bidang. (4) Susunan koordinator KI Sulbar yang menempati beberapa bidang terdiri dari : a. bidang umum dan perencanaan; b. bidang kelembagaan dan hubungan antar lembaga; c. bidang penyelesaian sengketa informasi; d. bidang advokasi, sosialisasi dan edukasi; dan e. bidang monitoring, evaluasi dan pemantauan pasca penyelesaian sengketa informasi.

4 Pasal 5 (1) Pengisian jabatan Ketua dan Wakil Ketua dilakukan berdasarkan hasil musyawarah atau mufakat dalam rapat pleno dan bilamana tidak tercapai maka ditempuh melalui pemilihan dengan suara terbanyak. (2) Masa jabatan Ketua dan Wakil ketua adalah 2 (dua) tahun untuk selanjutnya dapat dipilih kembali. (3) Dalam hal Ketua dan/atau Wakil Ketua berhenti atau diberhentikan sebelum masa jabatan berakhir maka dapat dilakukan pengisian jabatan sebagaimana diatur dalam ayat (1). (4) Pengisian jabatan koordinator dilakukan setelah adanya pengisian jabatan Ketua dan Wakil Ketua, dilakukan berdasarkan hasil musyawarah atau mufakat dalam rapat pleno dan bilamana tidak tercapai maka ditempuh melalui pemilihan dengan suara terbanyak. (5) Masing-masing Koordinator bidang dilakukan evaluasi setiap 2 (dua) tahun dan dapat bertukar posisi antar sesama koordinator berdasarkan hasil evaluasi dan kesepakatan yang ditetapkan dalam rapat pleno. Pasal 6 (1) Ketua dan/atau Wakil Ketua diberhentikan dari jabatannya apabila : a. meninggal dunia; b. telah habis masa jabatan; c. mengundurkan diri; d. melanggar kode etik; dan e. berhalangan tetap karena sakit atau sebab lain yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugasnya selama 3 (tiga) bulan berturut-turut. (2) Pemberhentian Ketua dan/atau Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam rapat pleno. Bagian Kedua Tugas dan Kewenangan Ketua, Wakil Ketua dan Koordinator Pasal 7 (1) Ketua memiliki tugas dan kewenangan dalam : a. menjaga pelaksanaan program dan kegiatan agar sesuai dengan visi, misi dan rencana strategis; b. mengawasi pelaksanaan seluruh program dan kegiatan secara keseluruhan; c. mengkoordinasikan pengelolaan organisasi eksternal; d. memimpin rapat pleno dan rapat kelembagaan lainnya kecuali yang berkaitan dengan sidang penyelesaian sengketa informasi publik; e. menandatangani surat keluar, surat keputusan, peraturan, surat tugas, perjanjian atau kesepakatan dengan pihak lain dan surat kedinasan lainnya; f. melakukan disposisi surat atau arahan bagi koordinator masing-masing bidang; dan g. menghadiri undangan, acara atau kegiatan dari pihak lain. (2) Wakil Ketua memiliki tugas dan kewenangan dalam : a. membantu Ketua dalam menjaga pelaksanaan program dan kegiatan agar sesuai dengan visi, misi dan rencana strategis; b. mengevaluasi pelaksanaan seluruh program dan kegiatan secara keseluruhan; c. mengkoordinasikan pengelolaan organisasi secara internal; dan d. melaksanakan tugas-tugas lain yang ditetapkan dalam rapat pleno.

5 (3) Koordinator memiliki tugas dan kewenangan dalam : a. melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya; b. menyampaikan rencana kegiatan, mengawasi dan melaporkan pelaksanaannya di bidang kerja masing-masing secara berkala melalui rapat pleno; dan c. melaksanakan tugas-tugas lain yang ditetapkan dalam rapat pleno. Bagian Ketiga Pendelegasian Tugas dan Kewenangan Pasal 8 (1) Apabila Ketua berhalangan melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada 7 ayat (1) maka di delegasikan kepada Wakil Ketua. (2) Apabila Wakil Ketua berhalangan melaksanakan pendelegasian kewenangan dari Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka di delegasikan kepada salah seorang anggota. (3) Ketua dapat menunjuk Wakil Ketua dalam memimpin rapat pleno atau rapat internal kecuali rapat tentang penyelesaian sengketa informasi sebagai bentuk pendelegasian kewenangan. (4) Ketua dapat menunjuk Wakil Ketua dan/atau Anggota lainnya dalam menghadiri acara, undangan atau kegiatan dari pihak lain sebagai bentuk pendelegasian kewenangan. (5) Berhalangan dalam melaksanakan tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebuah kondisi apabila : a. tidak berada dalam wilayah tempat kedudukan; dan b. dalam keadaan sakit yang tidak memungkinkan melakukan aktifitas di kantor. BAB III TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS Bagian Pertama Bidang Umum dan Perencanaan Pasal 9 (1) Bidang Umum dan Perencanaan merupakan bidang yang berwenang dalam mengkoordinasikan dan mengendalikan hal-hal menyangkut tata kelola administrasi umum serta perencanaan kerja dan kegiatan. (2) Bidang Umum dan Perencanaan merupakan jabatan bagi Ketua yang mengendalikan seluruh perencanaan program kerja. (3) Tugas pokok bidang Umum dan Perencanaan adalah : a. mengkoordinasikan urusan tata kelola administrasi yang berkaitan dengan penandatanganan urusan surat menyurat, surat keputusan, surat tugas, peraturan dan dokumen lain yang terkait; b. mengkoordinasikan urusan administrasi yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat umum; c. mengkoordinasikan kegiatan rapat internal; d. mengkoordinasikan penugasan kedinasan atau penugasan khusus bagi anggota secara internal dan eksternal; dan e. mengkoordinasikan urusan perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi kerja dan kegiatan; (4) Uraian tugas bidang Umum dan Perencanaan adalah : a. mengeluarkan dan menandatangani lembaran disposisi untuk ditelaah atau dilaksanakan oleh masing-masing koordinator;

6 b. menandatangani surat keluar, surat keputusan, peraturan lembaga, kesepahaman dan/atau kesepakatan bersama, surat tugas dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan urusan umum; c. melakukann koreksi terhadap redaksional surat atau dokumen lainnya sebelum ditandatangani; d. menyelaraskan setiap pelaksanaan kegiatan dengan koordinator masing-masing bidang menyangkut persiapan atau pra kondisi kegiatan; e. mengatur persiapan, bahan dan hasil rapat internal; f. mengatur jadwal kegiatan internal dan eksternal; g. mengawasi absensi kegiatan internal; dan h. mengatur hal-hal lain menyangkut urusan umum dan perencanaan. Bagian Kedua Bidang Kelembagaan dan Hubungan Antar Lembaga Pasal 10 (1) Bidang Kelembagaan dan Hubungan Antar Lembaga merupakan bidang yang berwenang dalam mengkoordinasikan dan mengendalikan hal-hal menyangkut internal kelembagaan dan hubungan antar lembaga. (2) Tugas pokok bidang Kelembagaan dan Hubungan Antar Lembaga adalah : a. mengkoordinasikan pelaksanaan pembuatan peraturan atau surat keputusan internal kelembagaan; b. mengkoordinasikan rancangan dan pelaksanaan kesepahaman dan/atau kesepakatan bersama dengan pihak terkait atau pihak lainnya; c. mengkoordinasikan peningkatan sumber daya manusia dilingkup internal; dan d. melaksanakan fungsi koordinasi dengan badan publik terkait dengan urusan kelembagaan. (3) Uraian tugas bidang Kelembagaan dan Hubungan Antar Lembaga adalah : a. membuat rancangan peraturan, surat keputusan, kesepahaman dan/atau kesepakatan bersama, rencana strategis, standar operasional prosedur dan produk hukum lainnya yang terkait dengan keterbukaan informasi publik; b. melaksanakan koordinasi dan konsolidasi dengan pemerintah provinsi terkait urusan kelembagaan; c. melaksanakan fungsi koordinasi dengan badan publik terkait dengan peningkatan hubungan antar lembaga; d. melaksanakan fungsi koordinasi dengan badan publik terkait dengan pendayagunaan PPID; e. melaksanakan fungsi hubungan masyarakat atau kehumasan; f. membuat rancangan dan pengelolaan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dibidang keterbukaan informasi publik; dan g. mengatur hal-hal lain menyangkut urusan bidang Kelembagaan dan hubungan antar lembaga. Bagian Ketiga Bidang Penyelesaian Sengketa Informasi Pasal 11 (1) Bidang Penyelesaian Sengketa Informasi merupakan bidang yang berwenang dalam mengkoordinasikan dan mengendalikan hal-hal menyangkut dengan pelayanan dan penyelesaian sengketa informasi publik. (2) Tugas pokok bidang Penyelesaian Sengketa Informasi adalah : a. mengkoordinasikan pelayanan dan penyelesaian sengketa informasi publik;

7 b. mengkoordinasikan penyiapan pelaksanaan mediasi; c. mengkoordinasikan penyiapan pelaksanaan ajudikasi nonlitigasi; d. mengkoordinasikan rancangan putusan; dan e. melaksanakan fungsi koordinasi dengan pihak lain terkait penyelesaian sengketa informasi publik. (4) Uraian tugas bidang Penyelesaian Sengketa Informasi adalah : a. melakukan konsolidasi dengan Panitera terkait proses penyelesaian sengketa informasi; b. melakukan verifikasi data pemohon sengketa informasi; c. mengidentifikasi surat panggilan kepada para pihak atau saksi dalam proses penyelesaian sengketa informasi publik; d. mengidentifikasi surat permintaan bantuan tenaga ahli atau pihak lain terkait penyelesaian sengketa informasi publik; e. melakukan paraf surat yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa informasi; f. merancang jadwal pelaksanaan mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi; g. merancang penunjukan mejelis persidangan dan mediator; h. merancang putusan mediasi, putusan ajudikasi, notulensi persidangan dan hal-hal lain terkait dengan proses penyelesaian sengketa informasi; dan i. mengatur hal-hal lain menyangkut urusan penyelesaian sengketa informasi. Bagian Keempat Bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi Pasal 12 (1) Bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi merupakan bidang yang berwenang dalam mengkoordinasikan dan mengendalikan hal-hal menyangkut pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi. (2) Tugas pokok bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi adalah : a. mengkoordinasikan pelaksanaan urusan advokasi; b. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan sosialisasi; c. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan edukasi; dan d. melaksanakan fungsi koordinasi dengan pihak lain terkait pelaksanaan kegiatan advokasi, sosialisasi dan edukasi. (3) Uraian tugas bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi adalah : a. melayani permintaan masyarakat atau badan publik terkait advokasi, baik melalui jalur konsultasi atau aduan; b. mengendalikan pelaksanaan urusan advokasi; c. mengendalikan pelaksanaan kegiatan sosialisasi atau sejenisnya; d. membuat rancangan proposal atau term of reference bagi setiap pelaksanaan kegiatan sosialisasi atau sejenisnya; e. mengendalikan pelaksanaan kegiatan edukasi; f. mengendalikan pelaksanaan peningkatan kapasitas publik dalam mendorong terbentuknya forum masyarakat peduli informasi; g. membuat laporan setiap hasil pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan edukasi; dan h. mengatur hal-hal lain menyangkut urusan advokasi, sosialisasi dan edukasi.

8 Bagian Kelima Bidang Monitoring, Evaluasi dan Pemantauan Pasca Penyelesaian Sengketa Informasi Pasal 13 (1) Bidang Monitoring, Evaluasi dan Pemantauan Pasca Penyelesaian Sengketa Informasi merupakan bidang yang berwenang dalam mengkoordinasikan dan mengendalikan halhal menyangkut pemantauan dan evaluasi keberadaan badan publik terkait layanan informasi publik serta pemantauan hasil penyelesaian sengketa informasi publik. (2) Tugas pokok bidang Monitoring, Evaluasi dan Pemantauan Pasca Penyelesaian Sengketa Informasi adalah : a. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan monitoring terhadap keberadaan badan publik ; b. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan evaluasi terhadap hasil monitoring keberadaan badan publik; c. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pemantauan pasca penyelesaian sengketa informasi; d. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pengumpulan data; dan e. melaksanakan fungsi koordinasi dengan pihak terkait atau pihak lainnya tentang pelaksanaan kegiatan monitoring, evaluasi dan pemantauan pasca penyelesaian sengketa informasi. (3) Uraian tugas bidang Monitoring, Evaluasi dan Pemantauan Pasca Penyelesaian Sengketa Informasi adalah : a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan monitoring terhadap keberadaan badan publik terkait dengan pelayanan publik; b. mengendalikan pelaksanaan kegiatan evaluasi hasil monitoring terhadap keberadaan badan publik; c. mengidentifikasikan data dan pemutakhiran database badan publik berserta aktifitasnya terkait dengan standarisasi layanan informasi publik; d. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pemantauan pasca hasil penyelesaian sengketa informasi; e. membuat laporan setiap hasil pelaksanaan kegiatan evaluasi hasil monitoring terhadap keberadaan badan publik dan pemantauan pasca penyelesaian sengketa informasi; dan f. mengatur hal-hal lain menyangkut urusan bidang monitoring, evaluasi dan pemantauan pasca penyelesaian sengketa informasi. BAB III TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Bagian Pertama Jenis Rapat Pasal 14 (1) Forum pengambilan keputusan tertinggi di KI Sulbar dilakukan melalui rapat pleno.

9 (2) Selain dari rapat pleno, jenis rapat lainnya yang dapat dilaksanakan atau diikuti adalah : a. rapat koordinasi b. rapat koordinasi teknis; c. rapat pimpinan; dan d. rapat kerja; (3) Jenis rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam skala internal dapat dilaksanakan dan dalam skala nasional atau undangan kegiatan dari Komisi Informasi Pusat dapat diikuti. Bagian Kedua Rapat Pleno Pasal 15 (1) Rapat Pleno hanya dapat digelar bilamana : a. dilaksanakan pada hari kerja nasional; b. dihadiri oleh seluruh anggota; dan c. dilaksanakan bilamana tenggat waktu batasan rangkaian proses pengajuan sengketa informasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku telah hampir habis masanya. (2) Dalam hal tidak mencapai kuorum karena keadaan memaksa, rapat pleno dapat digelar dengan dihadiri paling seikit 4 (empat) orang.. (3) Keadaan memaksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebuah kondisi bilamana anggota : a. meninggal dunia dan belum adanya anggota pengganti antar waktu; b. telah mengajukan surat pengunduran diri sebagai anggota komisi informasi dan belum adanya anggota pengganti antar waktu; c. sedang menjalani sanksi pemberhentian sementara; d. sedang melaksanakan perjalanan dinas; e. sedang mengalami sakit yang tidak memungkinkan beraktifitas; dan f. telah mengajukan permintaan izin tidak malaksanakan aktifitas kantor sebelum undangan atau pemberitahuan akan adanya rapat pleno diterima. (4) Apabila kehadiran anggota untuk mengikuti rapat pleno tidak kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka rapat pleno diundur waktunya paling lama 3 (tiga) hari. (5) Rapat Pleno hanya dapat dilaksanakan untuk membahas, merumuskan, menyimpulkan dan menetapkan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan : a. pemilihan dan pemberhentian ketua dan wakil ketua; b. penetapan susunan struktur organisasi kelembagaan beserta jabatannya; c. pengesahan peraturan dan surat keputusan; d. pengesahan rencana anggaran belanja tahunan; e. penetapan rencana strategis dan rencana program atau kegiatan; f. penetapan pembagian tugas dan/atau kewenangan; g. hal-hal berkaitan dengan putusan dalam penyelesaian sengketa informasi publik; h. legal standing pemohon informasi dalam mengajukan sengketa informasi; i. penunjukan mediator; j. penunjukan Majelis Komisioner; k. pembahasan pelanggaran kode etik; l. pembahasan pelanggaran tata tertib; m. pembahasan pemberhentian anggota;

10 n. pembahasan dan pengusulan anggota pengganti antar waktu; o. penunjukan tim monitoring dan evaluasi; p. penetapan hasil monitoring dan evaluasi; q. penetapan standar layanan informasi publik; r. penetapan pemberian penghargaan kepada badan publik atau pihak lain; s. kerja sama dengan pihak terkait atau pihak lainnya; dan t. evaluasi hasil kegiatan secara berkala; u. evaluasi hasil kinerja sekretariat; dan v. hal-hal lain yang dianggap perlu. (6) Rapat pleno digelar paling sedikit 1 (satu) kali dalam sebulan. (7) Rapat Pleno digelar di lingkup Sekretariat KI Sulbar atau di tempat lain berdasarkan hasil keputusan Rapat Pleno. Pasal 16 (1) Rapat Pleno dapat bersifat terbuka atau tertutup. (2) Rapat Pleno terbuka dihadiri oleh Anggota dan Sekretariat. (3) Rapat Pleno tertutup hanya dihadiri oleh Anggota. (4) Rapat Pleno tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berita acara dan notulensinya dikelola oleh salah seorang Anggota atas penunjukan dari Ketua. Pasal 17 (1) Usulan agenda Rapat Pleno disampaikan paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari pelaksanaan atau jika dalam keadaan mendesak yang harus segera diputuskan maka dapat disampaikan pada hari itu juga, dengan ketentuan paling cepat dilaksanakan 3 (tiga) jam berikutnya. (2) Perubahan agenda Rapat Pleno yang berkaitan dengan materi dan urutan pembahasannya dapat dilakukan melalui persetujuan Rapat Pleno pada hari itu juga. Pasal 18 (1) Penyampaian akan digelarnya Rapat Pleno dilaksanakan dengan mengikuti rangkaian prosedur sebagai berikut : a. rapat pleno yang akan digelar berasal dari inisiatif dari Ketua atau beberapa anggota yang menginginkan atau mengingatkan bahwa rapat pleno segera dilaksanakan berdasarkan ketentuan pada pasal 15 ayat (5). b. ketua menyampaikan secara lisan atau melalui sarana komunikasi kepada kepala sekretariat untuk diteruskan kepada seluruh anggota melalui undangan resmi paling lambat 1 (satu) hari sebelum digelar, dengan menggunakan format surat dari Sekretariat; c. kepala Sekretariat yang mendapatkan penugasan sebagaimana dimaksud pada huruf b membuat dan mengedarkan undangan ke rumah atau tempat inap masing-masing anggota di Mamuju dengan disertai format penerimaan undangan; d. bilamana dalam kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan peredaran undangan sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas, Kepala Sekretariat dapat mengedarkan ke meja kerja masing-masing anggota; e. guna mengingatkan atau menguatkan undangan rapat pleno, Ketua menyampaikan secara lisan atau melalui sarana komunikasi kepada seluruh anggota paling lambat 1 (satu) hari sebelum rapat pleno digelar; dan f. apabila dalam keadaan mendesak yang harus dilakukan Rapat Pleno pada hari itu juga, Ketua menyampaikan undangan Rapat Pleno melalui sarana komunikasi.

11 (5) Sebelum Rapat Pleno digelar maka langkah rangkaian prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : a. sekretariat menyiapkan seluruh perangkat pendukung seperti : absensi rapat pleno, alat tulis dan kertas, projector slide dan sarana lain yang diminta oleh anggota sebelum rapat pleno digelar; b. anggota wajib hadir paling lasmbat 5 (lima) menit sebelum dimulai; c. bilamana Rapat Pleno digelar secara terbuka maka Sekretariat harus menyiapkan staf yang bertugas mengetik atau mencatat notulensi hasil keputusan Rapat Pleno; d. bilamana Rapat Pleno digelar secara tertutup maka Ketua menunjuk salah seorang Anggota untuk bertugas mengetik atau mencatat notulensi hasil keputusan Rapat Pleno; e. notulensi hasil keputusan rapat pleno dicatat atau diketik dalam bentuk format yang telah ditetapkan dan sebelum diputuskan terlebih dahulu dibacakan keseluruhannya untuk diketahui lebih lanjut oleh anggota dan setelahnya dicetak sebanyak 2 (dua) rangkap dengan ketentuan 1 (satu) rangkap disimpan oleh Ketua dan 1 (satu) rangkap lainnya disimpan oleh Sekretariat sebagai bahan arsip; f. bilamana terdapat perbedaan pendapat atau dissenting opinion oleh anggota maka dicatat atau diketik pada bagian terakhir halaman di notulensi; dan g. hasil keputusan rapat pleno dan notulensinya yang telah dicetak sebanyak 2 (dua) rangkap di paraf oleh masing-masing anggota untuk setiap halaman dan ditandatangani oleh seluruh anggota; (5) Prosesi pengambilan atau hasil keputusan dalam Rapat Pleno mengacu pada hal-hal sebagai berikut : a. keputusan rapat pleno hanya dapat diambil berdasarkan suara dari anggota; b. bilamana tidak tercapai kesepakatan dalam mencapai kata mufakat maka sidang dapat di skors dan selanjutnya dilakukan voting dengan mencari suara terbanyak sebagai dasar pengesahan keputusan; dan c. staf ahli atau pihak lain yang terkait dapat diminta saran ataun pendapat sebagai bahan pertimbangan sehubungan dengan keputusan yang akan diambil namun tidak dapat mempengaruhi independensi anggota; d. hasil keputusan rapat pleno adalah mengikat, baik secara internal maupun secara eksternal dan wajib dilaksanakan hasilnya oleh seluruh anggota atau pihak yang terkait. Bagian Ketiga Rapat Koordinasi Pasal 19 (1) Rapat Koordinasi dalam pelaksanannya terbagi atas 2 (dua) jenis yaitu : a. rapat koordinasi internal; dan b. rapat koordinasi eksternal. (2) Rapat koordinasi Internal merupakan rapat antara Anggota dengan Sekretariat dengan pokok bahasan tentang perencanaan, pelaksanaan dan hasil evaluasi kegiatan. (3) Rapat Internal hanya dapat dilaksanakan untuk membahas, merumuskan, menyimpulkan dan menetapkan keputusan-keputusan atau kesepakatan yang berkaitan dengan : a. perencanaan program kerja atau kegiatan; b. pelaksanaan teknis kegiatan; c. proses pencairan anggaran; d. pendelegasian untuk menghadiri acara atau undangan kegiatan;

12 e. pengusulan pejabat kepala sekretariat kepada gubernur; f. tindaklanjut adanya surat dari pihak terkait atau pihak lainnya; dan g. hal-hal lain yang bersifat umum. (4) Rapat Internal hanya dapat digelar bilamana : a. dilaksanakan pada hari kerja nasional; dan b. dihadiri oleh minimal 3 (tiga) Anggota; (4) Penyampaian Rapat Internal dilaksanakan dengan mengikuti rangkaian prosedur sebagai berikut : a. rapat umum yang digelar berasal dari inisiatif dari anggota atau usulan dari kepala sekretariat; b. ketua atau kepala sekretariat menyampaikan secara lisan atau melalui sarana komunikasi kepada seluruh komisioner paling lambat 1 (satu) hari sebelum digelar; dan c. bilamana mengikutsertakan pihak terkait atau pihak lainnya maka disampaikan melalui undangan paling lambat 2 (hari) hari sebelum digelar, dengan menggunakan format surat dari KI Sulbar. (5) Rapat Internal dilaksanakan dengan mengikuti langkah prosedur sebagai berikut : a. sekretariat menyiapkan seluruh perangkat pendukung seperti : absensi rapat umum, alat tulis dan kertas, projector slide dan sarana lain yang diminta oleh anggota sebelum rapat umum digelar; b. anggota wajib hadir paling lambat 5 (lima) menit sebelum rapat digelar; c. bilamana sampai dengan 1 (satu) jam sejak waktu pelaksanaan rapat umum belum memenuhi kuota kehadiran anggota, maka rapat umum ditunda waktunya sampai beberapa saat, sepanjang waktu dan keputusannya tidak melebihi tenggat waktu pada hari itu. d. bilamana tenggat waktu yang diberikan melebihi tanggal pelaksanaan rapat umum sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas, maka oleh Ketua atau yang mewakili akan menunda rapat pleno sampai dengan waktu yang disepakati oleh anggota yang hadir; e. rapat umum dipimpin oleh Ketua dan dapat dilimpahkan kepada Wakil Ketua atau salah seorang Anggota; f. notulensi Rapat Internal dicatat atau diketik oleh Sekretariat dalam bentuk format yang telah ditetapkan dan sebelum diputuskan terlebih dahulu dibacakan keseluruhannya untuk diketahui dan setelah itu dicetak sebanyak 2 (dua) rangkap dengan ketentuan 1 (satu) rangkap disimpan oleh Ketua dan 1 (satu) rangkap lainnya disimpan oleh Sekretariat sebagai bahan arsip; g. hasil keputusan rapat umum dan notulensinya yang telah dicetak sebanyak 2 (dua) rangkap di paraf oleh masing-masing Anggota dan Kepala Sekretariat untuk setiap halaman dan ditandatangani pada bagian halaman terakhir; (6) Prosesi pengambilan atau hasil keputusan dalam Rapat Umum mengacu pada hal-hal sebagai berikut : a. keputusan rapat umum diambil berdasarkan suara dari anggota yang hadir ; dan b. bilamana tidak tercapai kesepakatan dalam mencapai kata mufakat dari para anggota maka dilakukan voting dengan suara terbanyak sebagai dasar pengesahan keputusan. (7) Rapat Koordinasi Eksternal adalah Rapat yang diikuti oleh Anggota untuk memenuhi undangan dari KI Pusat, KI daerah atau instansi vertikal lainnya dengan menyesuaikan adanya ketersediaan anggaran.

13 Bagian Keempat Rapat Koordinasi Teknis Pasal 20 (1) Rapat Koordinasi Teknis adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat atau pihak terkait menurut bidang teknis sesuai dengan tugas dan wewenangnya. (2) Rapat Koordinasi Teknis diikuti oleh masing-masing Koordinator terkait dengan bidangnya dan dapat diikuti oleh Koordinator bidang lainnya sepanjang dapat diakomodir melalui pembiayaan APBN atau APBD. (3) Sebelum diselenggarakan Rapat Koordinasi Teknis, anggota yang akan mengikuti wajib mempresentasikan topik atau issu yang akan diusulkan melalui Rapat Koordinasi Internal. (4) Dalam mengikuti Rapat Koordinasi Teknis, Anggota yang mewakili semaksimal mungkin aktif memberikan masukan, saran atau koreksi di forum tersebut. Bagian Kelima Rapat Pimpinan Pasal 21 (1) Rapat Pimpinan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat yang mengundang Ketua dan Wakil Ketua. (2) Rapat Pimpinan dapat diikuti oleh Anggota lainnya sepanjang dapat diakomodir melalui pembiayaan APBN atau APBD. (3) Sebelum diselenggarakan Rapat Pimpinan, Ketua dan Wakil Ketua yang akan mengikuti wajib mempresentasikan topik atau issu yang akan diusulkan melalui Rapat Koordinasi Internal. (4) Dalam mengikuti Rapat Pimpinan, Ketua dan Wakil Ketua semaksimal mungkin aktif memberikan masukan, saran atau koreksi di forum tersebut. Bagian Kelima Rapat Kerja Pasal 22 (1) Rapat Kerja adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat atau pihak terkait yang mengundang kehadiran Anggota. (2) Rapat Kerja dapat dilaksanakan oleh KI Sulbar dalam bentuk kegiatan. (3) Rapat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyesuaikan format acara yang telah ditetapkan. (4) Rapat Kerja dapat diikuti oleh Anggota lainnya sepanjang dapat diakomodir melalui pembiayaan APBN atau APBD. (5) Dalam mengikuti Rapat Kerja, Anggota yang mewakili semaksimal mungkin aktiv memberikan masukan, saran atau koreksi di forum tersebut

14 BAB V SEKRETARIAT Bagian Pertama Penjelasan Umum Pasal 23 (1) Sekretariat dipimpin oleh Kepala Sekretariat yang menyelenggarakan penatakelolaan dukungan administrasi dan keuangan bagi pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan kewenangan Komisi Informasi. (2) Komisi Informasi dapat mengusulkan pengangkatan pejabat Kepala Sekretariat kepada Gubernur sebagai bahan pertimbangan. (3) Pengusulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Rapat Pleno yang hanya dihadiri oleh Anggota, dengan usulan nama lebih dari 1 (satu) orang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. (4) Setiap tahun Komisi Informasi dapat memberikan penilaian kinerja Kepala Sekretariat beserta jajarannya yang disampaikan kepada Gubernur sebagai bagian dari perwujudan tata kelola pemerintah yang baik. (5) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dirumuskan dan ditetapkan dalam Rapat Pleno. Bagian Kedua Penatakelolaan Pasal 24 (1) Sekretariat berfungsi mendukung pelaksanaan tugas-tugas anggota Komisi Informasi pada masing-rnasing bidang. (2) Dalam menjalankan penatakelolaan Komisi Informasi, Kepala Sekretariat berkewajiban : a. memfasilitasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, pelayanan administratif, keuangan, kehumasan, keprotokolan, pengelolaan data dan informasi serta seluruh kelengkapan organisasi untuk mendukung kelancaran fungsi Komisi Informasi sesuai dengan koridor yang berlaku; b. melakukan koordinasi dengan Ketua dan pelaporan dihadapan rapat pleno, terkait dengan perencanaan dan penggunaan anggaran, realisasi pencairan, daya serap anggaran, sisa penggunaan anggaran, prosentase capaian program atau anggaran; c. pelaporan di rapat pleno sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan secara berkala yaitu setiap 3 (tiga) bulan sekali atau atas permintaan Komisi Informasi; dan d. menindaklanjuti hasil keputusan rapat pleno menyangkut tugas pokok, fungsi dan kewenangannya. (3) Dalam melaksanakan kegiatan kedinasan diluar tugas pokok dan kewenangannya, Kepala Sekretaiat wajib melaporkan dan meminta izin melalui Ketua untuk mendapatkan persetujuan. Bagian Ketiga Tenaga Ahli dan Asisten Pasal 25 (1) Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Komisi Informasi dapat dibantu oleh Tenaga Ahli dan/atau Asisten yang secara administratif diangkat oleh Kepala Sekretariat berdasarkan keputusan Rapat Pleno.

15 (2) Syarat-syarat dan ketentuan pengangkatan Tenaga Ahli dan/atau Asisten akan ditetapkan melalui Keputusan Komisi Informasi. (3) Jumlah Tenaga Ahli dan/atau Asisten yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan dan menyesuaikan ketersediaan anggaran. BAB VI PEMBERHENTIAN DAN PERGANTIAN Bagian Pertama Pemberhentian Pasal 26 (1) Anggota berhenti atau diberhentikan karena : a. masa jabatan berakhir; b. mengundurkan diri; c. meninggal dunia; d. sakit jiwa dan raga dan/atau sebab lain yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut; e. melakukan perbuatan tercela dan/atau melanggar kode etik dengan hasil putusan pemberhentian sebagai anggota; dan f. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dengan ancaman pidana paling singkat 5 (lima) tahun penjara; (2) Apabila masa jabatan telah berakhir sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a di atas maka paling lambat 9 (sembilan) bulan sebelumnya Komisi Informasi menyampaikan pemberitahuan melalui surat kepada Gubernur dengan tembusan surat kepada Ketua DPRD. (3) Apabila sampai dengan masa jabatan akan berakhir belum juga ditetapkan Calon Anggota Komisi Informasi baru atau masih berproses, maka untuk mengisi kekosongan jabatan, Komisi Informasi menyampaikan pemberitahuan kepada Gubernur tentang pengusulan perpanjangan masa jabatan sampai dilantiknya Anggota Komisi Informasi baru. (4) Apabila Anggota berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f, maka paling lambat 7 (tujuh) hari beriktunya Komisi Informasi menggelar Rapat Pleno untuk menghasilkan keputusan. (5) Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menggelar Rapat Pleno dan menghasilkan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Komisi Informasi menyampaikan pemberitahuan dan permintaan secara tertulis kepada Gubernur tentang usulan Anggota Pengganti Antar Waktu. Bagian Kedua Pergantian Anggota Karena Mengundurkan Diri Pasal 27 (1) Anggota yang bermaksud mengundurkan diri, maka yang bersangkutan mengajukan surat pengunduran diri disertai dengan alasan. (2) Surat pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuat 3 (tiga) rangkap untuk disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan surat masing-masing kepada Ketua DPRD dan Ketua Komisi Informasi; (3) Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima tembusan surat sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Komisi Informasi menggelar Rapat Pleno.

16 Bagian Ketiga Pergantian Anggota Berdasarkan Putusan Pengadilan Pasal 28 (1) Anggota yang sedang dalam proses pengadilan dan telah dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan tingkat pertama dengan ancaman hukuman penjara paling singkat 5 (lima) tahun, maka yang bersangkutan di nonaktifkan sementara sebagai Anggota. (2) Anggota yang di non aktif sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan dalam Rapat Pleno. (3) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) huruf f akan dibahas dan diputuskan dalam Rapat Pleno, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima amar putusan dari pengadilan. Bagian Keempat Anggota Pengganti Antar Wakrtu Pasal 29 (1) Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menggelar Rapat Pleno yang memutuskan pemberhentian, Komisi Informasi menyampaikan pemberitahuan dan permintaan secara tertulis kepada Gubernur tentang usulan Anggota Pengganti Antar Waktu. (2) Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima Surat Keputusan Gubernur tentang Penetapan Anggota Pengganti Antar Waktu, Komisi Informasi menyampaikannya kepada yang bersangkutan selaku Anggota Pengganti Antar Waktu melalui Sekretariat. (3) Anggota Pengganti Antar Waktu yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur dapat melaksanakan tugas pokok dan kewenangaannya tanpa harus melalui proses pelantikan atau pengukuhan. BAB VII KERJA SAMA Pasal 30 (1) Dalam rangka pengembangan kegiatan edukasi dan literasi serta penguatan fungsi kelembagaan, Komisi Informasi dapat membuat atau menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi, organisasi nirlaba, lembaga swadaya masyarakat atau kelompok masyarakat. (2) Pengembangan kegiatan edukasi dan literasi serta penguatan fungsi kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas berkaitan dengan hal-hal menyangkut : a. nota kesepahaman dan/atau kesepakatan bersama; b. pengembangan advokasi, edukasi atau literasi; dan c. permintaan bahan masukan atau kajian dalam rangka memberikan ruang pendapat untuk perencanaan anggaran atau kegiatan, kebijakan umum dan penyusunan regulasi. (3) Penetapan kegiatan dan pelaksanaan hubungan kerja sama dibahas dan disetujui dalam Rapat Pleno. (4) Pengembangan kegiatan edukasi dan literasi serta penguatan fungsi kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan bilamana telah dianggarkan dan tercantum dalam dokumen palaksanaan anggaran di Sekretariat.

17 BAB VII ADVOKASI, SOSIALISASI DAN EDUKASI Bagian Pertama Advokasi Pasal 31 (1) Kegiatan advokasi hanya dapat dilaksanakan bilamana adanya permintaan dari pihak yang membutuhkan informasi publik terkait dengan penyelesaian sengketa informasi publik dan permohonanya belum diregistrasi di Panitera; (2) Bilamana pihak yamg membutuhkan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) prosesnya telah diregistrasi, maka Anggota yang dapat menangani atau melayani adalah bukan dari Majelis Komisioner atau Mediator. (3) Kegiatan advokasi hanya dapat digelar di kantor Sekretaria. (4) Setiap hasil pelaksanaan kegiatan advokasi wajib dilaporkan dihadapan rapat pleno. Bagian Kedua Sosialisasi Pasal 32 (1) Kegiatan sosialisasi hanya dapat dilaksanakan bilamana telah direncanakan pada tahun anggaran sebelumnya dan adanya ketersediaan anggaran; (2) Pelaksanaan kegiatan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), waktu dan tempatnya ditetapkan dalam rapat pleno. (3) Komisi Informasi membentuk tim pelaksanaan kegiatan sosialisasi yang ditetapkan melalui Surat Keputusan yang ditandatangani oleh Kepala Sekretariat. Bagian Ketiga Edukasi Pasal 33 (1) Kegiatan edukasi dapat dilaksanakan oleh seluruh anggota dengan tempat dan waktu yang tidak terbatas; (2) Pelaksanaan kegiatan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan dengan atau tanpa adanya ketersediaan anggaran; (3) Hasil pelaksanaan kegiatan edukasi wajib dilaporkan dihadapan rapat pleno. BAB IX MONITORING DAN EVALUASI KEBERADAAN BADAN PUBLIK Bagian Pertama Monitoring Pasal 34 (1) Kegiatan monitoring keberadaan badan publik dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. (2) Komisi Informasi membentuk tim pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi yang ditetapkan melalui surat keputusan yang ditandatangani oleh Kepala Sekretariat.

18 (3) Sebelum dilaksanakannya kegiatan monitoring, Komisi Informasi wajib memberitahukan kepada badan publik paling lambat 1 (satu) minggu sebelum hari pelaksanaan. (4) Kegiatan monitoring yang dilaksanakan memuat kuisioner yang formatnya ditetapkan oleh Komisi Informasi dan diserahkan kepada badan publik untuk diisi dan dilengkapi. Bagian Kedua Evaluasi Pasal 35 (1) Kegiatan evaluasi keberadaan badan publik dilaksanakan setelah penyelenggaraan kegiatan monitoring. (2) Paling lambat 3 (tiga) bulan setelah penyelenggaraan kegiatan monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hasilnya telah dirumuskan dalam bentuk evaluasi. (3) Evaluasi memuat hasil isian kuisioner dari badan publik yang dikombinasikan dengan hasil monitoring secara visual oleh tim pelaksana kegiatan dan dirumuskan dalam bentuk instrumen kuisioner. (4) Hasil isntrumen kuisioner yang telah dirumuskan akan diberi nilai dan menjadi dasar bagi pemeringkatan badan publik dalam melakukan pelayanan informasi. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 36 (1) Hal-hal yang belum tercantum dalam Peraturan Kelembagaan ini dan di kemudian perlu diatur demi kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan kewenangan, maka akan diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan Komisi Informasi. (2) Apabila dikemudian hari ditemukan kekeliruan dalam Peraturan Kelembagaan ini yang bertentangan dengan peraturan di atasnya, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. (3) Peraturan Kelembagaan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Mamuju Pada tanggal : KETUA KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT RAHMAT

K O M I S I I N F O R M A S I

K O M I S I I N F O R M A S I K O M I S I I N F O R M A S I PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN TATA TERTIB KOMISI INFORMASI PROVINSI KEPULAUAN RIAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Komisi Informasi

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA KERJA KOMISI INFORMASI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI INFORMASI DAERAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI INFORMASI DAERAH SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI INFORMASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG DRAFT KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN BERKAS PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG KOMISI INFORMASI PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG KOMISI INFORMASI PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG KOMISI INFORMASI PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang :

Lebih terperinci

KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA

KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA, TATA CARA PENGANGKATAN, PENGGANTIAN, DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.104, 2014 KESRA. Dewan Jaminan Sosial Nasional. Susunan Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom No.1190, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KI. Anggota. Seleksi dan Penetapan. Pelaksanaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 12). PERATURAN KOMISI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1035, 2017 OMBUDSMAN. Laporan. Penerimaan, Pemeriksaan, dan Penyelesaian. Pencabutan. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA, TATA CARA PENGANGKATAN, PENGGANTIAN, DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649, 2013 KOMISI INFORMASI. Sengketa Informasi Publik. Penyelesaian. Prosedur. Pencabutan. PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI INFORMASI PROVINSI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI INFORMASI PROVINSI SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI INFORMASI PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014... TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA, TATA CARA PENGANGKATAN, PENGGANTIAN, DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG KOMITE DAERAH PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG KOMITE DAERAH PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG KOMITE DAERAH PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.291, 2017 KEMENDAG. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/2/2017 TENTANG BADAN PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2011 KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR 02 /M/PER/V/2011

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.351, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja. Fungsi. Tugas. Wewenang. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

Komisi Penyiaran Indonesia

Komisi Penyiaran Indonesia Peraturan Terkait Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia 1 2 Peraturan Terkait Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia PERATURAN TERKAIT KELEMBAGAAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA Peraturan Terkait Kelembagaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2016 2 BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1286, 2012 LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN. Rapat. Penyelenggaraan. Tata Cara. PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1255, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI INFORMASI PUBLIK. Pengelolaan. Pelayanan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS AKREDITASI

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI YUDISIAL

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI,

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI, KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Nomor : 01/TUS/BPM FF UI/XII/13 Tentang TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN MAHASISWA PERIODE 2014 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Perwakilan Mahasiswa FakultasFarmasi

Lebih terperinci

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA No.: 06/TAP/BPM FMIPA UI/III/13.

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA No.: 06/TAP/BPM FMIPA UI/III/13. KETETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA No.: 06/TAP/BPM FMIPA UI/III/13 Tentang ATURAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA UNIVERSITAS INDONESIA PERIODE 2013 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Perwakilan Mahasiswa

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG TRANSPARANSI, PARTISIPASI DAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publ

2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publ BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.504, 2015 KEMENKOMINFO. Pejabat Pengelola Informasi. dan Dokumentasi. Badan Publik. Forum Koordinasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015

IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015 IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 02/Kpts/KPU-Wng-012329512/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2005 No.4, 2005 LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG TRANSPARANSI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa pembentukan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH 1 GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS HASANUDDIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS HASANUDDIN PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR: 25918/UN4.0/OT.05/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS HASANUDDIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1154, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Kerjasama. Badan Swasta Asing. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 80 2016 SERI : D PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA. KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA. KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA No.112, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA KERJA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN. No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA, dan PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA

Dengan Persetujuan Bersama SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA, dan PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5729); 4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahu

2017, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5729); 4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1826, 2017 BAWASLU. Penyelesaian Sengketa Pemilu. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1776, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA SJSN. Persidangan.Penyelenggaraan DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERSIDANGAN

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1125, 2014 PPATK. Informasi Publik. Layanan. Standar. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.03/PPATK/07/14 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 03/Kpts-K/KPU-Kab-012.329506/2013 TENTANG PENETAPAN PEDOMAN TEKNIS ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR 639/HK/KPTS/2017 TENTANG

KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR 639/HK/KPTS/2017 TENTANG KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR 639/HK/KPTS/2017 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI SERTA PENGELOLA LAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN SIAK TAHUN 2017 BUPATI SIAK, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA NOMOR : 02/KPTS/BPD/2013 TENTANG TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA Menimbang

Lebih terperinci