MAKNA SAINS DIBELAJARKAN PADA AUD DAN IMPLIKASINYA DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI BELAJAR ANAK
|
|
- Bambang Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MAKNA SAINS DIBELAJARKAN PADA AUD DAN IMPLIKASINYA DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI BELAJAR ANAK Oleh: Ida Fiteriani, M. Pd fiteriani@yahoo.co.id Abstrak Dalam membelajarkan sains pada AUD, banyak urgensi manfaatnya bagi perkembangan potensi belajar anak. Pembelajaran sains yang desain secara menarik dan menantang curiosity anak dapat menumbuhkan minat dan semangat (motivasi) anak dalam belajar sains. Ketika kebiasaan belajar seperti ini terus berlanjut hingga anak dewasa, maka karakter sifat selalu haus terhadap ilmu pengetahuan akan menjelma menjadi kepribadiannya. Fiqur anak seperti ini yang sangat diharapkan sebab dapat mewujudkan cita-cita terciptanya ilmuwan-ilmuwan (cendikiawan) muslim sains yang memiliki keluasan ilmu, terampil eksperimen sains, dan memiliki kedalaman spritual agama. Kualitas SDM seperti ini bisa menjadi generasi penerus bangsa yang mampu berkonstribusi positif terhadap pembangunan bangsa dan negara. Kata Kunci: makna sains, potensi belajar, dan AUD A. PENDAHULUAN Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dalam kegiatan belajar, pada hakikatnya setiap manusia memiliki fitrah (potensi) untuk belajar, sebab manusia sebagai makhluk homo-sapiens, memiliki kemampuan untuk berfikir. Karena itu, manusia sebagai makhluk pedagogik, artinya makhluk yang dapat dididik dan mendidik, atau homo educandum, memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam tinjauan agama, kemuliaan manusia dipandang dari kemampuannya untuk mengoptimalkan fitrah kemanusiaannya tersebut yaitu kemampuan berpikir. Terkait dengan pengoptimalan potensi belajar di tingkat AUD, maka sains di AUD berperan penting memgembangkan kemampuan berpikir AUD guna proses menumbuhkan kecintaan pada ilmu pengetahuan (sains) sejak mereka masih kecil. Sebagaimana layaknya pada mata pelajaran lain, selalu memiliki makna hakiki terdalam yang menyebabkan mata pelajaran itu sangat penting harus diajarkan dari sejak dini. Menurut berbagai kajian penulis, bicara makna, maka kita bicara tentang kandungan, esensi, substansi, maupun konsep/pengertian terdalam mengenai sesuatu yang menyebabkan sesuatu itu sangat berharga/penting. Misalkan saja, analogi sederhana, apa makna pendidikan agama dibelajarkan 1
2 pada anak sejak kecil, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Dalam menjawab pertanyan ini, banyak alasan logis atau argumen konstruktif yang dikemukakan untuk mendeskripsikan pertanyaan ini, diantaranya sebagai bekal agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah, berbakti pada orang tua, dan ketika mereka dewasa nantinya dapat berguna dalam pembanguanan bangsa dan negara. Oleh karenanya, sama halnya dengan pengajaran sains ini, maka dalam konteks ini, kita membicarakan makna filosofis urgensitasnya yang menjadi latar belakang nalar analistis kita dalam mengajarkan sains ini pada anak, khususnya pada AUD yang kaitannya untuk mengoptimalkan potensi belajar mereka, sehingga ke depannya anak diharapkan dapat menjadi generasi muda yang unggul yang dapat melestarikan, melindungi dan mempergunakan alam dengan segala isinya secara arif dan bijaksana demi kesejahteraan seluruh umat manusia dan makhluk hidup lainnya. B. Pembahasan 1. Pengertian Sains : Tinjauan etimologi dan terminologi Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Terus diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan istilah Ilmu Pengetahuan Alam. IPA mengandung arti merujuk pada rumpun ilmu benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum. Kemudian dalam Webster New Collegiate Dictionary, dijelaskan pula bahwa sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum hukum alam yang terjadi, misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Terkait definisi ini, untuk memperkuat pengertian di atas, berikut secara terminologis Carin dan Sund (1985) mendefinisikan sains sebagai sistem pengetahuan alam semesta melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan eksperimen. Lalu, Powler menyatakan bahwa sains merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. Merunut pada uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sains adalah sebuah ilmu pengetahuan yang dimulai dari rasa ingin tahu manusia terhadap gejala- 2
3 gejala dan fenomena alam yang muncul dalam lingkungan sekitar. Untuk menjawab rasa penasaran tersebut, maka manusia berusaha menggambarkan dan menjelaskan fenomena fenomena yang terjadi di alam tersebut dengan melakukan proses pengamatan secara cermat dan eksperimen secara ilmiah. Tujuannya agar hasil pembuktian dan pengujian kebenarannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara rasional, empiris, dan objektif. Pada hakikatnya sains merupakan salah satu cabang ilmu yang objek dan persoalannya mengkaji tentang fakta-fakta/kenyataan yang terkait dengan semua gejala alam dan peristiwa yang dapat diindera dan diukur. Dalam konteks objek dan material sains dibedakan menjadi tiga, yaitu Ilmu Biologi (life science) yang mempelajari tentang kehidupan makhluk hidup meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi. Ilmu Fisik (physical sciences) yang mempelajari tentang astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, dan Ilmu Bumi yang mempelajari tentang benda-benda langit dan bumi. Pada lingkup materi biologi, sains mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan dengan fenomena makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan. Untuk lingkup materi fisika, sains memfokuskan pada benda tak hidup, mulai dari benda yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam. Sedangkan, pada lingkup materi ilmu bumi, sains memfokuskan pada benda-benda di luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi. Dengan mempelajari ketiganya yaitu ilmu biologi, ilmu fisika, dan ilmu bumi anak dapat mengkaji secara simultan sehingga menghasilkan konsep utuh yang menggambarkagn konsep-konsep dalam kajian Sains. Adapun sifat empiris materi sains di atas menjadikan pembelajaran sains tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa sains sebagai suatu materi pembelajaran perlu disampaikan secara nyata melalui serangkaian kegiatan ilmiah yang mampu melatih ketrampilan proses anak terkait bagaimana cara sains itu ditemukan. Dalam hal ini, berupa langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Rangkaian kegiatan ilmiah tersebut, diantaranya melakukan pengamatan, pengelompokkan, pengukuran, prediksi, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau 3
4 penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; membuat kesimpulan sementara, evaluasi, dan penarikan kesimpulan. Pembelajaran sains yang dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan ilmiah sebagaimana diuraikan di atas bertujuan agar anak memahami proses. Dalam artian, anak mampu berfikir logis, kritis, dan sistematis terhadap gejala alam yang terjadi di lingkungannya. Hal ini bertujuan pula agar anak mampu melakukan analisis terhadap apa yang dipelajari, cermat dan teliti dalam mengambil keputusan, serta mampu menalar hubungan suatu peristiwa/gejala alam yang satu dengan yang lainnya sehingga mampu menciptakan pola pikir ilmiah yang kritis sejak dini. Selain itu pula, dari serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan anak tersebut bertujuan untuk melatih mereka menanamkan sikap-sikap ilmiah atau karakter saintis layaknya para ilmuwan sains ketika mereka melakukan eksperimen sains. Sikap sains yang dibiasakan, seperti memiliki rasa ingin tahu yang besar, tidak pantang menyerah, sabar, jujur, mendahulukan bukti, terbuka pada pendapat orang lain, cermat, teliti, dan mampu bekerjasama dalam tim., Dari paparan di atas, Sains (IPA) dapat dipandang sebagai produk pengetahuan, sebagai proses, dan sebagai pembentukan karakter ilmiah. Sains sebagai produk (pengetahuan) adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis, berupa pengetahuan tentang ilmu biologi, ilmu fisika, dan ilmu bumi. Sains sebagai proses adalah serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan para ahli saintis (ilmuwan) dalam menemukan pengetahuan sains tersebut sebagai implikasi adanya keingintahuan terhadap kejadiankejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Kemudian, sains sebagai pembentukan karakter saintis yang mana harus melekat dan menjadi kepribadian layaknya seorang ilmuwan sains, seperti Albert Einstein, dll. Dalam implementasinya, ketiganya menjadi satu kesatuan yang utuh yang membentuk pemahaman dan kepribadian anak tentang sains. 2. Makna Sains pada AUD dan Implikasinya Pertanyaan korelatif, apa signifikansi sains dibelajarkan pada AUD dengan pengoptimalan potensi belajar anak?. untuk memulai nalar analitis ini, dapat dilakukan dengan mentelaahnya dari tahapan perkembangan berpikir AUD. Pada usia AUD merupakan masa Golden Age, maksudnya anak berada dalam masa emas 4
5 perkembangan otaknya. Ciri yang paling menonjol diantaranya memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar untuk mengenali lingkungannya. Mengingat potensi belajar anak yang begitu besar tersebut dan sesuai hakikat sains adalah penemuan, maka selayaknya pendidikan sains yang diberikan mampu mengoptimalkan potensi belajar sains anak dengan menumbuhkan semangat rasa ingin tahu anak untuk mengenal dan memahami sains guna menghasilkan penemuan-penemuan ilmiah di bidang sains. Dari makna ini, pengajaran sains pada AUD bertujuan untuk memupuk rasa ingin tahu dan minat anak terhadap sains. Sebab dimulai dari rasa ingin tahu yang tinggi ini dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi pula dalam diri anak untuk memahami dan menguasai lebih jauh tentang sains yang membuatnya penasaran. Tentunya, anak yang berminat akan termotivasi untuk belajar lebih banyak. Anak yang belajar lebih banyak, maka wawasan pengetahuannya lebih luas, keterampilan proses sains semakin terasah, dan sikap ilmiahnya menjadi lebih baik. Ini sejalan dengan pendapat Bimo Walgito yang menyatakan motivasi merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan bertindak dan berbuat. Hal sama juga dikemukakan oleh Sardiman bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar. Dari definisi ini, maka anak yang memiliki motivasi belajar sains yang tinggi lebih memiliki keterlibatannya yang besar dalam proses belajar, diantaranya banyak membaca buku atau referensi-referensi sains, sering berdiskusi, mengutarakan pertanyaan-pertanyaan, hingga berusaha merancang kegiatan eksperimen/percobaan sains. Lebih jauh, sebagaimana dikatakan di atas anak yang termotivasi belajar sains akan berusaha merancang kegiatan eksperimen sains. Sebenarnya, ketika anak melakukan percobaan, anak berlatih untuk berpikir secara logis dalam menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber dengan praktek langsung. Oleh karenanya ketika anak praktek, mereka dituntut bisa terampil melakukan proses-proses ilmiah, seperti mengamati (observing), mengelompokkan (classifying), mengukur (measuring), melakukan eksperimen (experimenting), dan mengkomunikasikannya (communicating). Hal ini 5
6 sama dengan pendapat Paolo & Marten mengutarakan sains untuk anak-anak, adalah sebagai: (1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, dan (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Pembelajaran sains yang dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan ilmiah sebagaimana diuraikan di atas bertujuan agar anak terampil dalam memahami proses. Sebagaimana maknanya, terampil berarti kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar, seorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi tidak benar tidak dapat dikatakan terampil demikian pula apabila seseorang melakukannya dengan benar tetapi lambat belum dapat dikatakan terampil. Ketrampilan proses sains di sini tidak tumbuh dan bekerja secara otomatis, tetapi perlu dilatih agar tumbuh dan berkembang baik dalam diri anak. Melalui kegiatan-kegiatan sains yang dilakukan, anak akan menghayati proses ilmiah. Guru dapat merencanakan berbagai kegiatan belajar aktif, yang dapat mengembangkan ketrampilan prosesnya. Begitu pentingnya keterampilan proses ini dipahami siswa, maka itulah salah satu alasan mengapa dalam proses pembelajaran sains lebih diorientasikan pada penemuan ilmiah (scientific inquiry). Sebab beranjak dari penemuan ini akan tersibak rahasia alam yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan begitu, dari pengalaman bergumul keras untuk menyibak rahasia alam guna memecahkan/menemukan solusi terhadap persoalan dalam sains tersebut maka sebenarnya anak secara langsung telah berlatih beberapa sikap ilmiah dalam dirinya, misalnya bersikap gigih, tekun, dan tidak putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan, bahkan semakin ulet dan tertantang ingin mendalami dan terus mencoba dan mencoba hingga berhasil. Dalam usahanya menjawab permasalahan, anak pasti membuka diri terhadap masukan, saran, dan kritikan dari teman maupun guru guna menemukan ide-ide gagasan. Nah dari sini, sebenarnya anak melatih sikap ilmiahnya yaitu berpikir logis, kreatif, inovatif, dan kaya akan inspirasi. Dari kegiatan eksperimen itu pula, anak belajar untuk bersikap sportiftivitas dengan tidak boleh menyembunyikan suatu kegagalan. Artinya, berlapang dada menerima kebelumberhasilan. Dari sini anak berlatih memiliki mental positif, berpikir logis, dan urut (sistematis). Selain itu, anak 6
7 juga melatih bagaimana cara menggunakan lima inderanya secara efektif untuk mengenal berbagai gejala alam. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru dari hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal untuk bersikap cermat yang sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan eksperimen. Dengan demikian, singkatnya dari kegiatan eksperimen yang dilakukan, anak banyak belajar dan berlatih memiliki sikap-sikap layaknya seorang saintis yang sejati. Dengan demikian, untuk mencapai terlaksananya pembelajaran sains yang efektif maka dalam kegiatan belajar anak harus memadukan scientific knowledge, scienific process, scientifik attitued. Dalam hal ini sangat dibutuhkan kreativitas guru dalam membelajarkan siswanya. Seperti kecerdasan guru dalam mentelaah kurikulum, menyusun silabus dan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sesuai kurikulum 2013 di TK, menggunakan strategi, metode, dan media (APE) yang tepat, serta mengelola kelas yang menyenangkan. Persiapan belajar tersebut penting, sebab di kehidupan masa mendatang, anak PAUD akan hidup di zaman yang lebih penuh kompetisi, perubahan, dan ketidaktentuan. Menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat yang semakin maju dan dinamis, maka anak perlu dibekali pengetahuan/wawasan, keterampilan, dan sikap saintis yang unggul. Dalam konteks ini, pembelajaran sains yang bermutu berkonstribusi luar biasa memberikan pemecahan masalah pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar anak, sehingga akan menjadikan mereka semakin melek, mengerti dan memahami tentang pemanfaatan sains untuk kehidupan manusia. Dapat dikemukakan secara singkat, pendidikan sains mempunyai potensi yang sangat besar dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berperan penting dalam pembangunan bangsa sekaligus berguna mengangkat martabat bangsa, sebab kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan anak bangsa itu dalam bidang sains dan sains merupakan dasar teknologi untuk memperlancar proses terjadinya pembangunan di segala aspek kehidupan. C. Kesimpulan 7
8 Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sains yang dibelajarkan sejak anak usia dini dapat membawa pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan potensi belajar siswa untuk semangat meraih prestasi belajar. Hal ini dikarenakan sains menjadi motivasi belajar siswa untuk lebih tekun, giat, dan tidak cepat putus asa dalam belajar. Dalam proses kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Guru hendaknya tidak menjejalkan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental Learning dari Carl Roger mengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi pendidik hanyalah memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972) anak prasekolah usia 4-6 tahun berada pada fase perkembangan pra operasional dan menuju konkret operasional. Untuk itu kegiatan sains sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakterstik anak tersebut. Memperkenalkan sains pada anak sejak dini merupakan pilihan yang tepat untuk menumbuhkan berbagai sikap ilmiah yang akan sangat membantunya kelak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi di masa mendatang, terlebih untuk menghadapi tantangan globalisasi yang luar biasa saat ini. Secara tidak langsung pembelajaran sains pada anak usia dini akan membentuk mental anak untuk menjadi pribadi yang tangguh sekaligus siap dalam menghadapi tantangan globalisasi dengan berbagai kemajuan-kemajuan teknologi yang pesat REFERENSI Baharuddin dan Moh. Makin. Pendidikan Humanistic (Konsep, teori, dan aplikasi praksis dalam dunia pendidikan).yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007 Depdiknas. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas, 2007 M. Iskandar, Srini. Pendidikan IPA. Bandung: Maulana, 2001 Standar Isi Permendiknas No.22 tahun 2006 Sudirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar (Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru), Jakarta: Rajawali, 2001 Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta : Indeks, 2008 Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Penerbit Andi,
9 Winaputra, Udin S. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka(UT)
TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) AWALAN PENGERTIAN IPA
TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) AWALAN PENGERTIAN IPA TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Telah kita ketahuo bahwa Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang berlangsung sepanjang hayat (life long learning). Oleh karena itu, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL
STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL Eny Nur Aisyah PG-PAUD/KSDP/FIP Universitas Negeri Malang Abstrak Anak merupakan pembelajar aktif yang membangun pengetahuannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja, tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan, keingintahuan, keteguhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya akan memperoleh sebuah pengalaman baru dan tanpa disadari ia telah mengalami proses belajar. Sependapat
Lebih terperinci2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Diskusi. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,
7 Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang yang berlangsung seumur hidup. 2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media
Lebih terperinciDIKTAT PENDIDIKAN SAINS. Asri Widowati, M.Pd
DIKTAT PENDIDIKAN SAINS Asri Widowati, M.Pd Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Yogyakarta 2008 A. Tujuan BAB I HAKIKAT SAINS 1. Mahasiswa mengetahui pengertian sains menurut berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini, memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukkan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum mendapatkan pendidikan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PENDIDIKAN IPA PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN IPA DI TINGKAT SMP. Disusun Oleh : Sani Wirayati Kelas A
LAPORAN PRAKTIKUM PENDIDIKAN IPA PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN IPA DI TINGKAT SMP Disusun Oleh : Sani Wirayati 07312241018 Kelas A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0 6 tahun yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya suatu negara sangat ditentukan oleh majunya pendidikan di negara tersebut. Pada era globalisasi saat ini, seluruh negara di dunia berusaha melakukan pembenahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sitem pendidikan nasional mempunyai peran amat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya yang cerdas dan terampil, yang hanya akan terwujud jika setiap anak bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan di Indonesia selalu berkembang mengikuti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Hakikat Sains 2.1.1 Pengertian Sains Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan bakat untuk menjadi ilmuwan, ia dilahirkan dengan membawa sesuatu keajaiban
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu anak berada pada posisi keemasan (golden age). Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003) bahwa sains
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pergantian zaman, pendidikan juga mengalami perkembangan, yaitu. menyesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan.seiring pergantian zaman, pendidikan juga mengalami perkembangan, yaitu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses kompleks yang mencakup
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru merupakan pendidik profesional. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, tugas utama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu pranata sosial yang menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan potensi siswa. Keberhasilan pendidikan ini didukung dengan adanya
Lebih terperinciILMU ALAMIAH DASAR. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015
ILMU ALAMIAH DASAR Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 Menurut Anda, apakah dasar munculnya sains? Ketidakpuasan terhadap penjelasan mitos
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji benda-benda yang ada di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari bendabenda di alam tersebut
Lebih terperinci2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Gambar. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,
6 2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Gambar Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan, keaktifan atau suatu kegiatan belajar yang dilaksanakan di tiap bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak); dalam Taman
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Yang Dibimbing Oleh Drs. Masjhudi, M.Pd. Oleh Kelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting bagi kehidupan diri sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003Pasal 1 tentang
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan khususnya sains (IPA) dan teknologi, di satu sisi memang memberikan banyak manfaat bagi penyediaan beragam kebutuhan manusia.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran
Lebih terperinciPENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA. Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
ISBN: 978-602-70471-1-2 69 PENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta ana.destya@gmail.com Abstrak Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dikatakan bahwa pembelajaran fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan mata pelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. segenap kedalaman dan keleluasaan pribadi sebagai cadangan pikiran dan
21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Pembelajaran Koeswara(2005:45),menjelaskan bahwa proses belajar yang baik adalah proses pembekalan yang melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paradigma mengukur kemajuan suatu bangsa saat ini sudah bergeser,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paradigma mengukur kemajuan suatu bangsa saat ini sudah bergeser, yaitu dari yang semula mengukur kemajuan suatu bangsa dengan bertumpu semata-mata pada kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting sehingga suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di tengah pesatnya perkembangan zaman sekarang ini, tak bisa dipungkiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah pesatnya perkembangan zaman sekarang ini, tak bisa dipungkiri bahwa pendidikan mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan salah satu jalur utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk
Lebih terperinciPRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO HAKIKAT IPA. By Nurratri Kurnia Sari, M. Pd
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO HAKIKAT IPA By Nurratri Kurnia Sari, M. Pd HAKEKAT SAINS SCIENCE (SAINS) ILMU PENGETAHUAN ALAM ILMU ALAMIAH INTEGRASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Neng Dini Endang Dewi Krisnaningrum, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada zaman era globalisasi kemajuan diberbagai bidang kehidupan begitu pesat, untuk dapat mengimbanginya maka haruslah dicetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan masa paling tepat dalam memberikan dorongan atau upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling fundamental karena perkembangan anak usia dini ditentukan oleh berbagai stimulasi bermakna
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki kualitas yang baik, mempertinggi budi pekerti, meningkatkan harkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Tuntutan era globalisasi saat ini adalah kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Yang bertujuan untuk mewujudkan negara yang mampu berkompetisi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk menemukan dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat familiar kita dengarkan di dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan kegiatan penting yang dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panas. Pada zaman modern sekarang ini, ilmu fisika sangat mendukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi yang ada di dalamnya. Fisika sebagai cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses penemuan (Depdiknas, 2003(a)). Oleh karena itu, tuntutan untuk terus. melakukan aktivitas ilmiah (Hidayat, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sains merupakan sekumpulan ilmu Biologi, Fisika, Geologi dan Astronomi yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Di dalam proses pembelajarannya
Lebih terperinciFISIKA SEKOLAH 1 FI SKS
FISIKA SEKOLAH 1 FI 132 2 SKS Latar Belakang Standar Isi UU RI No. 20/2003 tentang S P N PP RI No 19/2005 tentang S N P PERMENDIKNAS No.22/2006 tentang Standar ISI IPA berkaitan dengan cara mencari tahu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan untuk rentang usia nol sampai dengan enam tahun, yang memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pemebelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari Bahasa Inggris, yaitu natural science. Nature artinya berhubungan dengan alam atau yang bersangkut paut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan
Lebih terperinciII._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses
6 II._TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan abad 21 saat ini ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi. Terutama pada pembangunan nasional yaitu bidang pendidikan. Oleh karena
Lebih terperinciIII. PERKEMBANGAN DAN PENEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM. DANNER SAGALA, S.P., M.Si.
III. PERKEMBANGAN DAN PENEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DANNER SAGALA, S.P., M.Si. Contents Metode Ilmiah Sebagai Dasar IPA Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA dan Pengembangannya Metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normatif, karena pendidikan menurut hakikatnya memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dan nantinya dapat menjadi salah satu jembatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru di Sekolah Dasar merupakan guru yang sangat penting dan sangat berpengaruh bagi berkelanjutannya proses pendidikan yang akan di tempuh. Guru Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan. Tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah berusaha untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mengembangkan aspek kepribadian manusia salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan di tingkat satuan pendidikan berupaya untuk membekali peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstitusional ini menjiwai dan dijabarkan dalam semua aspek kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Pernyatan ini secara eksplisit (tersurat) dalam Pembukaan dan pasal 29 ayat 1 UUD 1945. Dasar konstitusional ini
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang melibatkan
Lebih terperinciSiti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang
Lebih terperinciMenurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :
A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di setiap kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan sampai kepada masalah yang sulit untuk didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi manusia termasuk dirinya sendiri. Dalam Undang-Undang RI No.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, maka diperlukan suatu peningkatan pendidikan. Pendidikan itu sendiri merupakan upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan pelajaran pokok di Sekolah Dasar (SD) pengetahuan dan pemahaman konsep Sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran Sains adalah salah satu pelajaran dalam muatan kurikulum yang merupakan pelajaran pokok di Sekolah Dasar (SD) yang mempunyai tujuan diantaranya agar peserta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan ilmiah merupakan suatu pendekatan yang diamanatkan oleh kurikulum 2013 yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu masalah. Tim Penyusun (2013)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan investasi masa depan yang harus dikembangkan secara optimal. Tanpa adanya stimulus yang tepat dari orang tua, potensi yang dibawa anak sejak lahir
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guide Discovery Guru dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu begitu pesat, sehingga berdampak kepada jalannya proses penerapan pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)
Lebih terperinciKeterampilan proses sains menurut Rustaman (2003, hlm. 94), terdiri dari : melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi),
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas latar belakang yang menjadi landasan dilaksanakan penelitian ini, rumusan masalah yang ditemukan peneliti untuk menjadi acuan penelitian, tujuan dilakansanakan penelitian,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia
Lebih terperinci