PENDAHULUAN Akhir-akhir ini masalah lingkungan semakin menarik untuk dipelajari seiring meningkatnya keterkaitan antara aktivitas bisnis dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Akhir-akhir ini masalah lingkungan semakin menarik untuk dipelajari seiring meningkatnya keterkaitan antara aktivitas bisnis dengan"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Akhir-akhir ini masalah lingkungan semakin menarik untuk dipelajari seiring meningkatnya keterkaitan antara aktivitas bisnis dengan lingkungan. Lingkungan diakui atau tidak diakui memiliki kontribusi yang cukup besar dalam mendukung aktivitas bisnis perusahaan, di sisi lain, aktivitas bisnis seringkali berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Hakikat perusahaan yang berorientasi pada laba menyebabkan penggunaan segala upaya oleh perusahaan untuk meningkatkan laba demi kelangsungan usahanya, masalah timbul ketika upaya perusahaan tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan dan perusahaan tidak mempedulikannya. Terdapat dua pandangan terkait ukuran pencapaian kinerja perusahaan. Pertama, pandangan konvensional yang hanya menggunakan laba sebagai ukuran kinerja perusahaan. Perusahaan dengan kinerja yang baik adalah perusahaan yang mampu memperoleh laba maksimal untuk kesejahteraan stockholder. Kedua, pandangan modern yang bertujuan agar perusahaan tidak hanya mencapai laba maksimal tetapi juga kesejahteraan sosial dan lingkungannya (Glueck dan Jauch, 1984). Pandangan kedua tersebut muncul akibat timbulnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya pelestarian lingkungan yang menjadi control atas dampak negatif operasi bisnis terhadap lingkungan (Yuniarti, 1999). Selama ini perusahaan dianggap sebagai salah satu sumber keuntungan bagi masyarakat pada umumnya. Keberadaan perusahaan dianggap mampu menyediakan kebutuhan masyarakat untuk konsumsi maupun penyedia lapangan pekerjaan. Dengan semakin banyaknya masyarakat bergantung pada perusahaan maka posisi perusahaan menjadi sangat penting. Dengan banyaknya perusahaan maka dampak yang ditimbulkan juga besar. Dampak negatif yang paling sering muncul ditemukan dalam setiap adanya penyelenggaraan operasional usaha perusahaan adalah polusi suara, limbah produksi, kesenjangan, dan lain sebagainya dan dampak semacam inilah yang dinamakan Eksternality (Harahap, 1999). Beberapa kasus kerusakan lingkungan akibat operasi bisnis misalnya PT. Lapindo Brantas yang aktivitas pengeborannya mengakibatkan semburan lumpur 1

2 tiada henti hingga timbul kerusakan alam dan menurunkan kualitas hidup masyarakat sekitar. Selanjutnya, menurut Bank Dunia, di Indonesia, sekitar 15-20% dari limbah dibuang secara baik dan sisanya dibuang di sungai. Diperkirakan 85% dari kota-kota kecil dan lebih dari 50% kota yang berukuran menengah secara resmi membuang limbah mereka di tempat yang terbuka. Sekitar 75% dari limbah perkotaan dapat terurai dan dapat digunakan sebagai kompos. Walaupun adanya pasar yang relatif besar untuk produk-produk daur ulang, hanya sebagian kecil dari limbah tersebut yang dapat di daur ulang (Bank Dunia, 2003 dalam Ikhsan, 2008). Akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat dari lingkungan. Pada dasarnya konsep akuntansi lingkungan meliputi beberapa faktor antara lain biaya konservasi lingkungan (diukur dengan nilai satuan uang), keuntungan konservasi lingkungan (diukur dengan unit fisik), dan keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan (diukur dalam satuan uang) (Ikhsan, 2008). Adapun, tujuan utama akuntansi lingkungan adalah dipatuhinya perundangan perlindungan lingkungan untuk menemukan efisiensi yang mengurangi dampak dan biaya lingkungan (Helvegia, 2001). Penelitian ini merupakan studi kasus dengan objek PT Swastisiddhi Amagra, sebuah perusahaan kelapa sawit di Pekanbaru, Riau. Karakteristik usaha PT. Swastisiddhi Amagra, aktivitas operasi perusahaan tersebut banyak menghasilkan limbah. Adapun permasalahan utama yang dihadapi perusahaan adalah ketidakmampuan dalam pengolahan limbah cair. Sehingga sejak tahun 2011 PT. Swastisiddhi Amagra bekerja sama dengan perusahaan asal Korea yang bergerak di bidang energi dalam proses pengolahan limbah cair. Dengan adanya kerjasama ini, limbah cair perusahaan dapat dengan aman dibuang ke sungai, bahkan disamping itu, hasil pengolahan limbah juga dapat dimanfaatkan sebagai listrik yang dapat digunakan kembali untuk operasi perusahaan. Semakin meningkatnya aktivitas lingkungan yang dilakukan perusahaan membuat perusahaan memutuskan 2

3 menerapakan akuntansi lingkungan dalam penyusunan laporan keuangan sejak tahun Berdasarkan paparan di atas, persoalan penelitian yang diangkat adalah identifikasi biaya lingkungan yang telah dilakukan oleh PT Swastisiddhi Amagra serta bagaimana penerapan akuntansi lingkungan pada PT. Swastisiddhi Amagra? Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menggambarkan penerapan akuntansi lingkungan yang dilakukan di PT. Swastisiddhi Amagra karena pada saat ini masih belum banyak penelitian akuntansi lingkungan di perusahaan kelapa sawit. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada peneliti dan akademisi berupa best practice untuk penerapan dan pengembangan penerapan akuntansi lingkungan pada suatu perusahaan. Bagi perusahaan diharapkan dapat menganalisis cost dalam penelitian ini serta dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan pelaksanaan kebijakan akuntansi lingkungan di masa mendatang. TINJAUAN TEORITIS Akuntansi Lingkungan Akuntansi Lingkungan adalah praktik akuntansi atas dampak, baik moneter maupun non moneter yang terjadi oleh hasil aktivitas perusahaan yang berpengaruh pada kualitas lingkungan (Irfan, 2009). Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection Agency (US EPA) akuntansi lingkungan adalah: Suatu fungsi penting tentang akuntansi lingkungan adalah untuk menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh para stakeholders perusahaan yang mampu mendorong dalam pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan. Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya (Ikhsan, 2008). Tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan antara lain adalah: 1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. 3

4 2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat. Lingkungan Hansen dan Mowen (2007) menyatakan biaya lingkungan adalah biaya-biaya yang terjadi karena adanya kualitas lingkungan yang buruk atau karena kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Maka, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi, deteksi, perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan. Dengan definisi ini, biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori: biaya pencegahan (prevention cost), biaya deteksi (detection cost), biaya kegagalan internal (internal failure cost), dan biaya kegagalan eksternal (external failure cost). 1. pencegahan (prevention costs) -biaya aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah atau sampah yang dapat merusak lingkungan. Contoh: perencanaan kualitas, tinjauan ulang produk baru, pengendalian proses, audit kualitas, pelatihan. 2. deteksi (detection costs) -biaya aktivitas yang dilakukan untuk menentukan bahwa produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak. Contoh: inspeksi dan pengujian kedatangan material, inspeksi dan pengujian produk dalam proses, inspeksi dan pengujian produk akhir, audit kualitas produk, pemeliharaan akurasi, evaluasi stok. 3. kegagalan internal (internal failure costs) -biaya aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Contoh: scrap, pengerjaan ulang, analisis kegagalan, pengujian ulang, down grading. 4. kegagalan eksternal (external failure costs) -biaya aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke lingkungan. 4

5 Contoh: jaminan, penyelesaian keluhan, produk dikembalikan. Manfaat Environmental Accounting Environmental Accounting dikembangkan untuk berbagai keterbatasan dalam akuntansi tradisional. Beberapa poin berikut ini dapat menjadi alasan mengapa dan apa yang dapat diberikan oleh Environmental Accounting dibandingkan dengan akuntansi manajemen tradisional (Burrit et al. 2002): 1. Meningkatnya tingkat kepentingan biaya terkait lingkungan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran lingkungan, peraturan terkait lingkungan menjadi semakin ketat sehingga bisnis harus mengeluarkan investasi yang semakin besar untuk mengakomodasi kepentingan tersebut. Jika dulu biaya pengelolaan lingkungan relatif kecil, kini jumlahnya menjadi cukup signifikan bagi perusahaan. Banyak perusahaan yang kemudian menyadari bahwa potensi untuk meningkatkan efisiensi muncul dari besarnya biaya lingkungan yang harus ditanggung. 2. Menyembunyikan biaya lingkungan dalam pos biaya umum (overhead). Ketidakmampuan akuntansi tradisional menelusuri dan menyeimbangkan akuntansi lingkungan dengan akuntansi keuangan menyebabkan semua biaya dari pengolahan limbah, perizinan dan digabungkan dalam biaya overhead sebagi konsekuensinya biaya overhead menjadi membengkak. 3. Ketidaktepatan alokasi biaya lingkungan sebagai biaya tetap. Karena secara tradisional biaya lingkungan tersembunyi dalam biaya umum, pada saat diperlukan, akan menjadi sulit untuk menelusuri biaya sebenarnya dari proses, produk atau lini produksi tertentu. Jika biaya umum dianggap tetap, biaya limbah sesungguhnya merupakan biaya variabel yang yang mengikuti volume limbah yang dihasilkan berbanding lurus dengan tingkat produksi. 4. Ketidaktepatan perhitungan atas volume dan biaya atas bahan baku yang terbuang. Beberapa sebenarnya biaya limbah, akuntansi tradisional akan menghitungnya sebagai biaya pengelolaannya, yaitu biaya pembuangan. Environmental Accounting akan menghitung biaya limbah sebagai biaya 5

6 pengolahan ditambah biaya pembelian bahan. Sehingga biaya dikeluarkan lebih besar daripada biaya yang selama ini diperhitungkan. 5. Tidak dihitungnya keseluruhan biaya lingkungan yang relevan dan signifikan dalam catatan akuntansi. Banyak sekali biaya yang terkait dengan pengelolaan lingkungan yang seharusnya diperhitungkan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan pengambilan keputusan. tersebut umumnya meliputi biaya pengelolaan limbah, biaya material dan energi, biaya pengembalian material dan energi dan biaya proses. Penting untuk diketahui bahwa, ketika akuntansi lingkungan mendukung pengambilan keputusan internal, penerapan akuntansi lingkungan tidak menjamin setiap tingkat kinerja keuangan atau lingkungan tertentu. Pengungkapan Lingkungan Hidup Pengungkapan lingkungan hidup dibahas dalam tulisan ini karena salah satu tujuan dari dikembangkannya akuntansi lingkungan adalah sebagai alat komunikasi perusahaan dengan masyarakat (Ikhsan, 2008). Pengungkapan lingkungan merupakan salah satu aspek dalam akuntansi lingkungan yang berfungsi memberikan informasi terhadap publik tentang segala informasi terkait lingkungan yang berhubungan dengan perusahaan. Pengungkapan lingkungan atau environmental disclosure adalah pengungkapan informasi-informasi terkait manajemen dan kinerja lingkungan perusahaan di masa lalu, masa kini, dan masa datang termasuk dampak ekonomi dari tiap-tiap kebijakan lingkungan tersebut (Berthelot et al dalam Ling 2007). Menurut Environmental Accounting Guidelines yang diterbitkan oleh Ministry of the Environment Japan (2005) dalam Ikhsan (2008) pengungkapan lingkungan meliputi 3 komponen besar: a) Proses dan Hasil Kegiatan Konservasi Lingkungan Mengenai pengumpulan hasil dari akuntansi lingkungan, perusahaan atau organisasi lainnya akan mempersiapkan suatu ringkasan dan keutamaaan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan, suatu penjelasan dari kumpulan hasil 6

7 dari akuntansi lingkungan, dan kebijakan yang diaktifkan mengenai masa depan kegiatan konservasi lingkungan. b) Item-item yang Membentuk Dasar Akuntansi Lingkungan 1. status 2. Indeks dan standar perhitungan untuk biaya konservasi lingkungan 3. Rincian dari kegiatan konservasi lingkungan dan standar perhitungan 4. Rincian hubungan keuntungan ekonomi 5. Standar Pengumpulan untuk memperkuat akuntansi lingkungan 6. Revisi terhadap pentingnya kebijakan akuntansi lingkungan c) Hasil yang dikumpulkan dari Akuntansi Lingkungan 1. konservasi lingkungan 2. Keuntungan konservasi lingkungan 3. Keuntungan ekonomi berhubungan dengan kegiatan konservasi lingkungan 4. Jadwal pernyataan lingkungan Tujuan Pengungkapan Lingkungan Secara garis besar tujuan pengungkapan lingkungan atau environmental disclosure dapat dibedakan menjadi dua, yakni ditinjau dari segi ekonomi (costbenefit analysis) dan dari segi sosial (alasan etis dan normatif). Tujuan dari segi ekonomi artinya perusahaan merasa bahwa pengungkapan lingkungan yang dilakukan akan memberikan economic benefit tertentu (biasanya diukur dari rasio di laporan keuangan atau pasar modal). Sementara dari sisi sosial, artinya pengungkapan lingkungan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab etis perusahaan karena aktivitas operasi yang berkontribusi terhadap degradasi kualitas lingkungan, maka melalui pengungkapan lingkungan, perusahaan diharapkan tetap mendapatkan kepercayaan dari komunitas sekitarnya (Susi, 2009). Hasil Penelitian Sebelumnya Sampai Akhir tahun 1997,catatan-catatan hasil penelitian The Institute Survey of Australian mengindikasikan kurangnya respon pihak produsen terhadap tuntutan masyarakat. Hanya 4% dari 500 perusahaan besar dunia yang dijadikan sampel telah 7

8 memuat informasi yang cukup memadai di bidang lingkungan dalam laporan keuangan tahunannya. Sementara 19% lainnya hanya membuat laporan namun hanya dalam catatan-catatan kecil dalam lembaran-lembaran yang tentu saja tidak cukup memadai untuk dijadikan bahan analisis. Sedangkan 77% dari sampel perusahaan sama sekali tidak memberikan tempat laporan lingkungan dalam perhatiannya (Media Akuntansi No 31/Th V/ Desember 1998). Menurut Tim dalam Kartini (2008), Dari 474 pengguna laporan keuangan yang dijadikan sampel, 68,7% menyatakan mereka sangat membutuhkan informasi mengenai lingkungan dalam laporan keuangan. Pihak pemerintah menduduki posisi pertama yang membutuhkan laporan keuangan, disusul kalangan akademisi dan kalangan pemegang saham. Jadi, pengungkapan dan pelaporan akuntansi lingkungan dam bentuk laporan keuangan dianggap sangat penting. Menurut Saudagaran (2001), environmental disclosure dapat mempengaruhi pengambilan keputusan para investor. METODE PENELITIAN Objek pada penelitian ini adalah PT. Swastisiddhi Amagra. Perusahaan ini bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang terletak di Pekanbaru. Perusahaan ini menghasilkan minyak kelapa sawit. Dalam Penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Tabel berikut akan menjelaskan mengenai data yang digunakan dalam penelitian: Jenis data Data / informasi Sumber Direktur PT. Swastisiddhi Amagra dan staff Primer Wawancara akuntan PT. Swatisiddhi Amagra. sekunder laporan keuangan Akuntan PT. Swastisiddhi Amagra. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan pengamatan laporan keuangan dan wawancara secara mendalam dengan pihak PT. Swatisiddhi Amagra. Langkahlangkah analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut: 8

9 1. Mengumpulkan data-data di perusahaan. Dari pengumpulan data tersebut peneliti akan melaksanakan penelitian di perusahaan untuk memperoleh gambaran umum dan meyeluruh tentang biayabiaya lingkungan serta kinerja lingkungan perusahaan. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengambilan data, wawancara apabila peneliti masih belum menemukan jawaban atas penelitian yang dilakukan atau belum paham atas data yang diperoleh. 2. Mengidentifikasi setiap biaya-biaya lingkungan dalam laporan keuangan dari hasil wawancara. Dalam tahap ini, peneliti mengidentifikasi item-item biaya lingkungan yang dicatat dalam perusahaan. Ini dilakukan karena tidak semua biaya yang ada di perusahaan merupakan biaya lingkungan. 3. Mengelompokan setiap item biaya-biaya lingkungan yang sudah diidentifikasi dari hasil wawancara. Setelah peneliti melakukan identifikasi biaya lingkungan di laporan keuangan, dengan hasil wawancara maka peneliti menganalisis biaya-biaya terkait dengan lingkungan. 4. Menganalisis penyajian dan pengungkapan biaya-biaya lingkungan yang terjadi dalam perusahaan. Peneliti berusaha mencari tahu penyajian dan pengungkapan biaya-biaya lingkungan yang ada dalam perusahaan dengan membandingkan dari buktibukti yang ada seperti bukti laporan keuangan dengan metode analisis deskripsi yang diinterpretasikan atas dasar data yang ada. 5. Menarik kesimpulan Penarikan kesimpulan harus disesuaikan dengan keseluruhan hasil dari proses pengumpulan data. Kemudian seluruh temuan penelitian disimpulkan sehingga diperoleh penjelasan tentang pencatatan biaya lingkungan serta kinerja lingkungan perusahaan. 9

10 Pengelompokkan dalam tahap analisis lingkungan sebagaimana yang ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tersebut antara lain sebagai berikut (Murni, 2001): 1. Identifikasi Pertama kali perusahaan hendak menentukan biaya untuk pengelolaan biaya penanggulangan eksternality yang mungkin terjadi dalam kegiatan operasional usahanya adalah dengan mengidentifikasi dampak dampak negatif tersebut. 2. Pengakuan Elemen-elemen tersebut yang telah diidentifikasikan selanjutnya diakui sebagai rekening dan disebut sebagai biaya pada saat menerima manfaat dari sejumlah nilai yang telah dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan tersebut. Pengakuan biaya-biaya dalam rekening ini dilakukan pada saat menerima manfaat dari sejumlah nilai yang telah dikeluarkan sebab pada saat sebelum nilai atau jumlah itu dialokasikan tidak dapat disebut sebagai biaya sehingga pengakuan sebagai biaya dilakukan pada saat sejumlah nilai dibayarkan untuk pembiayaan pengelolaan lingkungan (PSAK, 2002). 3. Pengukuran Perusahaan pada umumnya mengukur jumlah dan nilai atas biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungan tersebut dalam satuan moneter yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran nilai dan jumlah biaya yang akan dikeluarkan ini dapat dilakukan dengan mengacu pada realisasi biaya yang telah dikeluarkan pada periode sebelumnya, sehingga akan diperoleh jumlah dan nilai yang tepat sesuai kebutuhan riil setiap periode. Dalam hal ini, pengukuran yang dilakukan untuk menentukan kebutuhan pengalokasian pembiayaan tersebut sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan sebab masing-masing perusahaan memiliki standar pengukuran jumlah dan nilai yang berbeda-beda. 10

11 4. Penyajian yang timbul dalam pengelolaan lingkungan ini disajikan bersama-sama dengan biaya-biaya unit lain yang sejenis dalam sub-sub biaya administrasi dan umum. Penyajian biaya lingkungan ini didalam laporan keuangan dapat dilakukan dengan nama rekening yang berbeda-beda, sebab tidak ada ketentuan yang baku untuk nama rekening yang memuat alokasi pembiayaan lingkungan perusahaan tersebut. 5. Pengungkapan Pada umumnya, akuntan akan mencatat biaya biaya tambahan ini dalam akuntansi konvensional sebagai biaya overhead yang berarti belum dilakukan spesialisasi rekening untuk pos biaya lingkungan. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Environmental Cost Berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh PT. Swastisiddhi Amagra terkait dengan kinerja akuntansi lingkungan, maka ada beberapa penjelasan yang perlu diungkapkan terkait dengan cost atau biaya yang terkait dengan penerapan akuntansi lingkungan. Cost yag dimaksud adalah: 1. Menyewa Eskafator senilai Rp ,00. Fungsi Eskafator untuk mengangkat limbah padat yang terdapat di dasar kolam penampungan limbah cair agar kolam mampu menampung limbah cair lebih banyak. 2. Untuk menjalankan Eskafator perusahaan membutuhkan tenaga ahli yang mampu menjalankan Eskafator. Tenaga ahli Eskafator yang disewa perusahaan digaji sebesar Rp ,00, dimana terdiri dari 4 tenaga ahli. ini dialokasikan ke beban. 3. untuk menguji pengukuran udara yang dihasilkan oleh pihak ke tiga yang dihasilkan oleh incenerator dan di bebankan pada beban sebesar Rp , untuk menguji kelayakan pemeriksaan limbah cair yang dilakukan oleh pihak ke tiga yang di bebankan pada beban sebesar Rp ,00. 11

12 5. ganti rugi kepada masyarakat akibat kerusakan yang disebabkan oleh kebocoran limbah sebesar Rp , Jamsostek sebesar Rp , keselamatan tenaga kerja seperti helm keselamatan dan sepatu sebesar Rp , Membeton lahan untuk mengolah jangkos sebesar Rp , perbaikan jalan sebesar Rp ,00 -biaya yang terkait dengan aktivitas lingkungan sudah diketahui, namun masing-masing aktivitas belum dikelompokkan sesuai dengan kategori biaya kualitas lingkungan yang ada. Dari data diatas, peneliti akan mengelompokkan biaya aktivitas lingkungan sesuai dengan kategori biaya kualitas lingkungan berdasarkan teori Hansen dan Mowen (2009) yaitu biaya pencegahan (Prevention Cost), biaya pendeteksian (Detection Cost), biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost), dan biaya kegagalan eksternal (External Failure Cost). Berikut empat kategori biaya kualitas lingkungan yang terkait dengan aktivitas di PT. Swastisiddhi Amagra yaitu: 1. Pencegahan Lingkungan (Enviromental Prevention Cost) Yaitu biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah atau sampah yang dapat merusak lingkungan. pencegahan lingkungan yang terdapat pada PT. Swastisiddhi Amagra terdiri dari biaya jamsostek sebesar Rp ,00, biaya keselamatan karyawan Rp ,00, biaya untuk membeton lahan Rp ,00, biaya untuk menyewa Eskafator sebesar Rp ,00 dan biaya perbaikan jalan sebesar Rp ,00 2. Deteksi Lingkungan (Environmental Detection Cost) Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan bahwa produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak. deteksi lingkungan yang terdapat pada PT. Swatisiddhi Amagra terdiri dari biaya tenaga ahli Eskafator dengan biaya Rp ,00, biaya pemeriksaan kelayakan limbah cair dengan 12

13 biaya Rp ,00, dan biaya pemeriksaan pengukuran udara dengan biaya Rp ,00. -biaya ini dialokasikan ke beban. 3. Kegagalan Internal (Internal Failure Cost) Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke luar. Pada kasus yang terjadi di PT. Swastidihhi Amagra tidak ditemukan adanya biaya kegagalan yang menyebabkan kerugian bagi PT. Swastisiddhi Amagra dari aktivitas lingkungannya. 4. Kegagalan Eksternal (External Failure Cost) Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke lingkungan.. kegagalan eksternal yang terdapat pada PT. Swatisiddhi Amagra hanya terdiri dari ganti rugi kepada masyarakat akibat kerusakan yang disebabkan oleh kebocoran limbah sebesar Rp ,00. Berikut ini merupakan perbandingan antara biaya-biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh PT. Swastisiddhi Amagra dengan teori yang ada (Hansen dan Mowen, 2005): Tabel 1. Perbandingan biaya antara Hansen dan Mowen dengan PT. Swastisiddhi Amagra No. Keterangan Hansen dan Mowen PT. Swastisiddhi Amagra 1. Pencegahan a. Mengevaluasi dan memilih pemasok b. Mengevaluasi dan memilih alat sewa Eskafator untuk mengedalikan polusi c. Mendesain produk - d. Melaksanakan Studi lingkungan jamsostek dan keselamatan karyawan e. Mengaudit resiko lingkungan - f. Mengembangkan system manajemen lingkungan Perbaikan jalan g. Mendaur ulang produk beton 13

14 h. Memperolehs ertifikasi ISO Deteksi a. Mengaudit aktifitas lingkungan b. Memeriksa produk dan proses Sewa tenaga ahli Eskafator c. Mengembangkan ukuran kinerja lingkungan d. Menguji pencemaran menguji kelayakan limbah cair pemerikasaan pengukuran udara e. Memverifikasi kinerja f. Mengukur tingkat pencemaran 3. Kegagalan Internal a. Mengoperasikan peralatan pengendali polusi b. Mengolah dan membuang sampah beracun c. Memelihara peralatan polusi d. Mendapatkan lisensi fasilitas untuk memproduksi limbah e. Mendaur ulang sisa bahan 4. Kegagalan Eksternal a. Membersihkan danau yang tercemar b. Membersihkan minyak yang tumpah c. Membersihkan tanah yang tercemar d. Menyelesaikan klaim kecelakaan pribadi yang berhubungan dengan lingkungan e. Merestorasi tanah kekeadaan alamiah f. Hilangnya penjualan karena reputasi lingkungan yang buruk g. Menggunakan bahan baku dan listrik secara tidak efisien h. Menerima perawatan medis karena polusi udara 14

15 i. Hilangnya lapangan pekerjaan karena pencemaran j. Hilangnya manfaat danau sebagai tempat rekreasi k. Rusaknya ekosistem karena pembuangan sampah padat dan cair Sumber: Internal PT. Swastisiddhi Amagra Pertanggung jawaban pencemaran lingkungan Dari hasil identifikasi biaya lingkungan yang telah dilakukan oleh PT. Swastisiddhi Amagra Laporan biaya lingkungan menurut penelitian Setyaningtyas dan Andono (2013), penting apabila perusahaan serius memperbaiki kinerja lingkungan dan mengendalikan biaya lingkungan. Menurut Setyaningtyas dan Andono (2013), langkah dalam membuat laporan biaya lingkungan adalah: 1. Memberikan rincian biaya lingkungan menurut klasifikasi. 2. Memasukan rincian biaya tersebut ke dalam laporan biaya lingkungan dan disertai dengan prosentase pada tiap klasifikasi. Pencegahan Jamsostek Tabel 2. Klasifikasi dan Laporan Lingkungan Aktivitas keselamatan karyawan sewa Eskafator perbaikan jalan Persentase 2010 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Prosentase perkategori Persentase bedasarkan biaya produksi TOTAL BIAYA PENCEGAHAN Rp ,00 93% 0,10% Pendeteksian sewa tenaga ahli Eskafator biaya menguji kelayakan limbah cair biaya pemeriksaan pengukuran udara Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 TOTAL BIAYA PENDETEKSIAN Rp ,00 7% 0,01% 15

16 kegagalan Internal TOTAL BIAYA KEGAGALAN INTERNAL kegagalan Eksternal TOTAL BIAYA KEGAGALAN EKSTERNAL TOTAL BIAYA LINGKUNGAN Rp ,00 100% 0,11% Sumber: Diolah Peneliti terbesar ada pada biaya pencegahan yaitu sebesar 93%. Sedangkan untuk biaya pendeteksian sebesar 7%. Dari prosentase diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan lingkungan pada tahun 2010 masih kurang karena kontribusi perusahaan terhadap kinerja lingkungan bila dilihat dari keseluruhan biaya lingkungan yang dibebankan ke biaya operasional. Hal ini berarti bahwa perusahaan telah berkontribusi dengan baik terhadap kinerja lingkungan yang ditunjukan dari hasil persentase biaya lingkungan yaitu biaya pencegahan yang jauh lebih besar dari biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Aktivitas Pencegahan Jamsostek keselamatan karyawan sewa Eskafator beton perbaikan jalan TOTAL BIAYA PENCEGAHAN Pendeteksian sewa tenaga ahli Eskafator biaya menguji kelayakan limbah cair biaya pemeriksaan pengukuran udara Tabel 3. Klasifikasi dan Laporan Lingkungan Persentase 2011 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Persentase per kategori Persentase berdasarkan biaya produksi Rp ,00 81% 0,25% Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 16

17 TOTAL BIAYA PENDETEKSIAN kegagalan Internal TOTAL BIAYA KEGAGALAN INTERNAL kegagalan Eksternal pertanggungjawaban pencemaran lingkungan TOTAL BIAYA KEGAGALAN EKSTERNAL TOTAL BIAYA LINGKUNGAN Sumber: Diolah Peneliti Rp ,00 2% 0,01% Rp ,00 Rp ,00 17% 0,05% Rp ,00 100% 0,31% terbesar ada pada biaya pencegahan yaitu sebesar 81%. Sedangkan untuk biaya pendeteksian sebesar 2% dan biaya kegagalan internal sebesar 17%. Dari persentase di atas dapat disimpulkan bahwa biaya lingkungan yang terjadi pada tahun 2011 sebesar 0,31% dari keseluruhan biaya operasional perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan telah berkontribusi dengan baik terhadap kinerja lingkungan akan tetapi perusahaan mengalami masalah kegagalan eksternal yaitu adanya pencemaran lingkungan dalam bentuk kebocoran limbah cair yang menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk mengganti kerugian atas pencemaran tersebut sebesar Rp ,00. Tetapi secara keseluruhan kinerja lingkungan perusahaan sudah cukup baik jika ditunjukan dari hasil prosentase biaya lingkungan yaitu biaya pencegahan yang jauh lebih besar dari biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Dari tabel klasifikasi yang telah disajikan, pada kolom persentase berdasarkan biaya produksi dapat kita lihat, bahwa persentase total biaya lingkungan terhadap biaya operasional perusahaan adalah sebesar 0,31%. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi biaya lingkungan di dalam perusahaan masih terlalu kecil, yaitu sebesar 0,31%, dan sisanya sebesar 99,69% berasal dari aktivitas operasi perusahaan, dan persentase biaya lingkungan ini sangat kecil dan tidak terlalu signifikan didalam mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Akan tetapi, perusahaan harus lebih memperhatikan biaya lingkungan, dalam laporan biaya lingkungan yang memiliki 17

18 persentase paling besar adalah biaya pencegahan sebesar 0,25% dan kemudian biaya kegagalan eksternal sebesar 0,05% lalu disusul oleh biaya deteksi sebesar 0,01%. Dari hasil persentase ini dapat dijelaskan bahwa kinerja perusahaan masih kurang baik bagi lingkungan dalam perusahaan maupun lingkungan sekitar perusahaan. Menurut Setyaningtyas dan Andono (2013) apabila pencegahan dan pendeteksian terhadap limbah hasil produksi tidak diperbaiki maka lama kelamaan akan semakin berdampak buruk bagi lingkungan, reputasi perusahaan juga akan semakin turun dan biaya untuk perbaikan lingkungan yang ditanggung perusahaan juga akan semakin besar. Berikut merupakan gambaran biaya kinerja lingkungan oleh PT. Swastisiddhi Amagra pada tahun 2010 sebagai berikut: Gambar 1 Klasifikasi Kualitas Lingkungan 2010 Sumber: Data sekunder yang diolah tahun Pada tahun 2010, perusahaan melakukan kinerja yang terkait dengan lingkungan sebesar 0,11%. Hal ini menunjukkan bahwa masih sangat kecil kontribusi perusahaan terhadap kinerja lingkungan bila dilihat dari keseluruhan biaya lingkungan yang dibebankan ke biaya operasional. Penerapan akuntansi lingkungan di PT. Swastisiddhi Amagra pada tahun 2010 sudah dilakukan akan tetapi belum maksimal, dikarenakan perusahaan masih sebatas mengurangi dampak yang akan 18

19 menimbulkan kerugian biaya yang lebih besar lagi, khususnya yang terkait dengan aktivitas lingkungan. Gambar 2 Klasifikasi Kualitas Lingkungan 2011 Sumber: Data sekunder yang diolah Sedangkan diagram pada tahun 2011 menunjukan bahwa biaya terbesar ada pada biaya pencegahan yaitu sebesar 81%. Sedangkan untuk biaya kegagalan eksternal sebesar 17% dan biaya pendeteksian sebesar 2%. Dari persentase diatas dapat disimpulkan ternyata pengelolaan lingkungan pada tahun 2011 sudah cukup besar. Pada tahun 2011 juga menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan yang terkait dengan lingkungan adalah sebesar 0,31%. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi perusahaan terhadap kinerja lingkungan bila dilihat dari keseluruhan biaya lingkungan yang dibebankan ke biaya operasional sudah cukup besar, akan tetapi pada tahun 2011 perusahaan mengalami masalah kegagalan eksternal yaitu adanya pencemaran lingkungan dalam bentuk kebocoran limbah cair yang menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk mengganti kerugian atas pencemaran tersebut sebesar Rp ,00. 19

20 Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT. Swastisiddhi Amagra Penerapan akuntansi lingkungan perlu dilakukan sebagai pertanggungjawaban perusahaan dengan masyarakat yang terkena dampak polusi lingkungan akibat sisa produksi yang dari perusahaan. PT Swastisiddhi Amagra merupakan salah satu contoh perusahaan yang menerapkan akuntansi lingkungan. Hal ini dikarenakan perusahaan PT. Swastisiddhi Amagra bergerak di bidang industri minyak kelapa sawit dimana proses produksinya menimbulkan limbah cair dan limbah padat yang dapat merugikan lingkungan sekitar. Untuk mengolah limbah cair dan padat dalam memproduksi minyak kelapa sawit, perusahaan diwajibkan memiliki insenerator dan kolam limbah guna menampung limbah cair yang merupakan dasar bagi perusahaan produksi kelapa sawit. Perusahaan PT. Swastisiddhi Amagra memiliki 7 kolam saat pertama berdiri yang kemudian pada tahun 2009 menambah jumlah kolamnya menjadi 9 kolam, dimana 9 kolam ini memiliki fungsi yang berbedabeda,diantaranya: Kolam 1-3: Karena kolam 1-3 masih mengandung COD (Chemical Oxygen Demand) dengan kadar yang sangat tinggi (50000 mg/ppl) sehingga masih berbahaya jika langsung dibuang ke sungai. Kolam 4-6: Kolam 4-6 kandungan COD sudah sedang (<5000 mg/ppl) tetapi masih berbahaya jika dibuang ke sungai. Kolam 7-9: Kolam 7-9 kandungan COD sudah rendah (sekitar 250mg/ppl) sehingga aman jika dibuang ke sungai. Pada tahun 2011 terjadi kejadian yang luar biasa yang mengakibatkan kerugian pada PT. Swastisiddhi Amagra yaitu terjadinya kebocoran limbah yang mengakibatkan kematian ikan yang dianggap Tuhan oleh masyarakat sekitar. Kebocoran ini terjadi karena kolam nomor 3 dari 9 kolam limbah cair mengalami kebocoran. Tujuan dibuat kolam limbah adalah untuk menampung limbah cair dari produksi minyak sawit. Setelah kejadian ini PT. Swastisiddhi Amagra mengalami kerugian dan mengeluarkan biaya untuk mengganti kerugian yang diderita masyarakat sebesar Rp ,00 akibat kebocoran tersebut. Oleh karena itu 20

21 limbah cair tidak hanya ditampung ke dalam kolam tetapi juga berfungsi sebagai aliran listrik yang berguna bagi masyarakat sekitar dan membantu produksi pembuatan minyak kelapa sawit di PT. Swastisiddhi Amagra. Proses pembuatan aliran listrik oleh limbah cair dimulai dari Gas metana (CH4) yang terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri pembangkit metana (methan) atau disebut juga bakteri anaerobik atau bakteri biogas. Hasil fermentasi oleh bakteri ini mampu mengurangi sampah, yang banyak mengandung bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4), yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Gas metana sama dengan gas elpiji (Liquidified Petroleum Gas/LPG). Perbedaannya adalah gas metana mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak. Metana (CH4) yang jika dialirkan ke genset bio elektrik akan menjadi energi bagi penerangan, penggerak mesin maupun daya listrik bagi perkakas rumah tangga. Setelah dibangkitkan gas metana (CH4), sisa proses fermentasinya adalah bahan pupuk dan penyubur tanaman dan tanah pertanian. Dengan menempatkan sampah organik secara terpisah, berdasarkan jenisnya, kemudian dibangkitkan gas metananya dalam digester kedap udara, dengan bakteri metana atau bakteri anaerob seperti Green Phoskko (GP-7). Kemudian, gas (CO2 dan CH4) yang diproduksinya dapat ditampung dalam gas holder di bagian atas digester. Dengan dialirkan ke inlet genset (generator biogas), gas akan dikonversikan menjadi energi listrik, dan sisa akhir prosesnya, lumpur sisa hasil pencernaan (slurry) menjadi pupuk kompos yang baik bagi tanaman (facebook.com/notes/biogas-bioelektrik-dan-pupuk). Di samping itu tidak hanya berfungsi sebagai aliran listrik saja tetapi juga membantu proses fermentasi pada limbah padat. 21

22 Sumber gambar: Direktur PT. Swastisiddhi Amagra. Gambar A adalah gambar bola metan yang berguna utnuk menampung gas metan. Sedangkan, Gambar B adalah gambar kolam limbah cair. Selain limbah cair PT. Swastisiddhi Amagra juga menghasilkan limbah padat berupa Janjangan kosong (Jangkos). Untuk mengolah limbah padat tersebut perusahaan menggunakan Incenerator. Incenerator adalah penghancuran limbah organik melalui pembakaran. Dari hasil pembakaran janjangan kosong (jangkos) tersebut digunakan untuk pupuk. Akan tetapi penggunaan Incenerator sangat terbatas, karena terdapat peraturan pemerintah yang mengharuskan PT. Swastisiddhi Amagra untuk mengurangi pembakaran jankos agar tidak menimbulkan polusi udara yang besar yang dapat merugikan masyarakat. Karena penggunaan incenerator terbatas serta jangkos terus bertambah, maka untuk meningkatkan kinerja didalam pengolahan limbah padat, maka perusahaan membeli alat bernama Backhus, sehingga limbah tersebut menjadi pupuk untuk dijual kepada petani. Untuk mengolah jangkos menjadi pupuk yang baik, perusahaan harus memiliki lahan yang rata agar Backhus dapat mengolah jangkos dengan maksimal. Langkah yang dilakukan oleh PT. Swastisiddhi Amagra adalah dengan membeton sebagian lahannya yang bertujuan sebagai tempat mengolah jangkos menjadi pupuk serta tempat berjalannya Backhus agar dapat mengolah jangkos dengan maksimal. Tiap tahun PT. Swastisiddhi Amagra juga bertanggung jawab kepada masyarakat dengan melakukan perbaikan jalan dikarenakan aktivitas perusahaan di dalam mengangkut bahan baku menggunakan kendaraan berat yang mengakibatkan kerusakan jalan di lingkungan masyarakat sekitar. Pada tahun 2011 PT. Swastisiddhi Amagra mengadakan kerjasama dengan perusahaan EN3N yang berasal dari Korea. Dalam hal ini PT. Swastisiddhi Amagra menjadi alat uji coba bagi proyek pengolahan limbah yang dicanangkan oleh perusahaan Korea tersebut. Jika proyek tersebut berhasil maka EN3N akan menerapkan sistem pengolahan limbah dalam skala besar. Untuk melakukan uji coba 22

23 ini EN3N membuat alat pengepresan yang digunakan untuk mengolah limbah padat menjadi pelet, dengan kata lain pengolahan limbah PT. Swastisiddhi Amagra bisa teratasi terlebih lagi pelet hasil pengolahan limbah tersebut bisa dijual ke petani sekitarnya. Sebagai gantinya PT. Swastisiddhi Amagra menyediakan lahan untuk membangun asrama sekaligus tempat untuk menampung alat pengepresan tersebut. Bedasarkan perbandingan hasil wawancara tentang kinerja lingkungan dengan pengamatan laporan keuangan PT. Swastisiddhi Amagra, tampak bahwa biaya-biaya lingkungan yang timbul atas kinerja lingkungan yang dilakukan oleh PT. Swastisiddhi Amagra belum teridentifikasi dalam laporan keuangan. Disamping itu pendapatan lingkungan (listrik, pupuk, dan pelet) sebagai hasil dari kinerja lingkungan juga belum teridentifikasi. Fungsi lain dari akuntansi lingkungan adalah sebagai alat komunikasi dengan masyarakat tentang kinerja lingkungan perusahaan. PT. Swastisiddhi Amagra juga hanya mengungkapkan kinerja lingkungan yang sangat rendah. Hal ini tampak pada Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) yang hanya membahas investasi kebun dan pabrik biogas, mesin pabrik kompos, pengembangan pabrik. Dalam hal ini minimnya pengungkapan tersebut karena perusahaan berfokus pada kinerja lingkungan yang dilakukan dalam rangka menghindari biaya yang lebih besar. Dengan kata lain PT. Swastisiddhi Amagra tidak berfokus untuk mencari keuntungan ekonomi dari pemgungkapan lingkungan, maka PT. Swastisiddhi Amagra tidak melakukan banyak pengungkapan kinerja yang bersifat costly tersebut. Berikut ini adalah laporan biaya lingkungan tahun 2010 dan Tabel 4. Laporan Lingkungan 2010 Laporan Lingkungan 2010 Pencegahan Aktivitas Lingkungan jamsostek keselamatan Yang bertanggung jawab bagian keuangan bagian keuangan Pengukuran Rp Rp Disajikan Beban Gaji Beban Pengungk apan beban usaha beban dan pendapatan Pencatatan Laporan laba rugi Laporan laba rugi 23

24 karyawan Deteksi Lingkungan Kegagalan Internal Kegagalan Eksternal Total menyewa Eskafator perbaikan jalan tenaga ahli Eskafator pemeriksaan kelayakan limbah cair pemeriksaan kelayakan limbah udara bagian keuangan bagian keuangan bagian keuangan bagian keuangan bagian keuangan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Beban Beban beban beban beban beban dan pendapatan beban dan pendapatan beban dan pendapatan beban dan pendapatan beban dan pendapatan Laporan laba rugi Laporan laba rugi Laporan laba rugi Laporan laba rugi Laporan laba rugi Sumber: Diolah Peneliti Tabel 5. Laporan Lingkungan 2011 Laporan Lingkungan 2011 Pencegahan Aktivitas Lingkungan jamsostek keselamatan karyawan beton lahan menyewa Eskafator perbaikan Yang bertanggung jawab bagian keuangan bagian keuangan bagian keuangan bagian keuangan bagian keuangan Pengukuran Disajikan Pengungkapan Pencatatan Rp Rp Rp Rp Rp Beban Gaji Beban Beban Beban Beban beban usaha beban dan pendapatan beban dan pendapatan beban dan pendapatan beban dan pendapatan Laporan laba rugi Laporan laba rugi Laporan laba rugi Laporan laba rugi Laporan laba rugi 24

25 Deteksi Lingkungan Kegagalan Internal Kegagalan Eksternal total jalan tenaga ahli Eskafator pemeriksaan kelayakan limbah cair pemeriksaan kelayakan limbah udara kebocoran limbah Sumber: Diolah Peneliti bagian keuangan bagian keuangan bagian keuangan bagian keuangan Rp Rp Rp Rp Rp beban beban beban beban beban dan pendapatan beban dan pendapatan beban dan pendapatan beban dan pendapatan Analisis yang dilakukan ini akan memperbandingkan kembali tahap-tahap yang akan dilakukan oleh PT. Swastisiddhi Amagra dengan prinsip yang berlaku secara umum: 1. Pengidentifikasian Identifikasi yang dilakukan oleh PT. Swastisiddhi Amagra dalam melakukan tahapan-tahapan perlakuan biaya lingkungan khususnya pengelolaan limbah diperlakukan sebagai biaya. artinya adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam menangani pengelolaan lingkungan yang tidak diperlakukan secara khusus dalam rekening laporan keuangan. 2. Pengakuan PT. Swastisiddhi Amagra mengakui elemen biaya tersebut sebagai biaya lainlain pada laporan keuangan. tersebut digunakan untuk operasional lingkungan. 3. Pengukuran PT. Swastisiddhi Amagra dalam mengukur nilai dan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan ini dengan acuan realisasi anggaran Laporan laba rugi Laporan laba rugi Laporan laba rugi Laporan laba rugi 25

26 periode sebelumnya. PT. Swastisiddhi Amagra mengasumsikan bahwa realisasi anggaran periode yang lalu merupakan pelajaran pengalaman yang valid untuk dijadikan sebagai acuan dalam menentukan nilai dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan lingkungan dalam satu periode tersebut. 4. Penyajian PT. Swastisiddhi Amagra melakukan penyajian alokasi biaya lingkungan tersebut secara bersama-sama dengan biaya unit-unit lain yang serumpun. Penyajian tersebut dilakukan bersama sebagai sub-sub biaya dalam rekening biaya. Hal ini dilakukan oleh PT. Swastisiddhi Amagra sebab biaya pengelolaan lingkungan tersebut dianggap sebagai bagian dari sarana penunjang produksi sehingga tidak perlu melakukan penyajian secara khusus. 5. Pengungkapan PT. Swastisiddhi Amagra mengungkapkan pembiayaan akuntansi lingkungan di dalam laporan keuangan menganut model normatif, artinya pengungkapan biaya lingkungan tersebut seolah-olah diungkapkan sebagaimana biaya overhead dalam perusahaan manufaktur sehingga tidak memerlukan penyajian secara khusus dalam laporan keuangan. Penyajian dalam laporan keuangan dilakukan dengan menggabungkan biaya yang serumpun yakni beban dan pendapatan. PENUTUP Kesimpulan PT. Swastisiddhi Amagra adalah perusahaan yang bergerak di bidang penglolaan minyak kelapa sawit. Dalam mengelola biaya yang diakibatkan dari pengelolaan minyak kelapa sawit, PT. Swastisiddhi Amagra masih menyatukan biaya-biaya tersebut dalam satu akun. Oleh karenanya penulis mengidentifikasi biaya-biaya tersebut ke dalam 4 kategori biaya kualitas lingkungan yaitu biaya pencegahan, biaya deteksi, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Untuk biaya pencegahan meliputi biaya jamsostek, biaya keselamatan karyawan, dan biaya menyewa eskafator. detekesi meliputi biaya tenaga ahli eskafator, biaya 26

27 pemeriksaan kelayakan limbah cair, dan biaya pemeriksaan kelayakan limbah udara. kegagalan eksternal meliputi biaya kebocoran eskafator. Setelah melakukan penelitian, pada tahun 2010 penerapan akuntansi lingkungan di PT. Swastisiddhi Amagra sudah cukup baik hal ini terlihat bahwa biaya pencegahan lebih besar daripada biaya kegagalan interrnal dan eksternal yang ditinjau dari laporan biaya lingkungan. Sedangkan pada tahun 2011 penerapan akuntansi lingkungan sudah cukup baik akan tetapi PT. Swastisiddhi Amagra terlibat masalah pencemaan lingkungan yaitu matinya ikan yang dianggap Tuhan oleh masyarakat sekitar. Hal ini mengakibatkan perusahaan harus ganti rugi sebesar Rp ,00. Lalu PT. Swastisiddhi Amagra diperiksa oleh pihak ketiga terkait dengan pengelolaan limbahnya dan ternyata pengelolaan limbah PT. Swastisiddhi Amagra sudah memenuhi standart kelayakan, hanya saja mungkin dalam pengelolaan limbah PT. Swastisiddhi Amagra kurang maksimal, sehingga masih terdapat kebocoran dan berdampak buruk untuk lingkungan dan perusahaan. Keterbatasan Di dalam memperoleh data peneliti masih memiliki keterbatasan yaitu minimnya informasi yang diberikan manajemen yang terkait dalam biaya lingkungan. Saran Bedasarkan hasil kesimpulan penelitian di atas maka peneliti memberikan saran kepada perusahaan agar perusahaan mengklasifikasikan aktivitas lingkungan ke dalam empat kategori biaya lingkungan yaitu biaya pencegahan, biaya deteksi, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Dari sini terlihat berapa besar biaya pencegahan, biaya deteksi, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal, sehingga dapat diketahui mana saja aktivitas yang belum maksimal dan mana yang perlu dimaksimalkan. Penerapan akuntansi lingkungan yang optimal akan mendorong perusahaan peduli akan lingkungan dan sosial. 27

28 DAFTAR PUSTAKA Belkaoi, A Industrial bond ratings: A new look, Financial Management, Autumn: Belkaoui, A Accounting Theory. Salemba Empat, Jakarta. Brown, N. dan Deegan, C The Public Disclosure of Environmental Performance Information A Dual Test of Media Agenda Setting Theory and Legitimacy Theory, Accounting and Business Research. Burritt, R., Hahn, T., dan Schaltegger, S Towards a Comprehensive Framework for Environmental Management Accounting Links Between Business Actors and Environmental Management Accounting Tools. Australian Accounting Review. 12: Deegan, C.,dan Gordon, B A study of the environmental disclosure practices of Australian corporations, Accounting and Business Research. Glueck, W.,dan Jauch, L Manajemen Strategik dan Kebijaksanaan Perusahaan. Gray, R., Owen, D., dan Adams, C Accounting and Accountability. Hansen, D. R. dan Mowen. M. M Akuntansi Manajerial Jilid 1. Edisi ke tujuh. Salemba Empat, Jakarta Harahap, S. S Teori Akuntansi. Jakarta, Raja Grafindo Persada. Helvegia, T Socio Accounting for Environmental. First Edition, Grammarica press, Journey., Nixxon Offset.,UK. Ikhsan, A Akuntansi Lingkungan dan pengungkapannya, Jakarta. Media Akuntansi.1998.Ikatan Akuntan Indonesia.31(5). Murni, S Akuntansi Sosial: Suatu Tinjauan Mengenai Pengakuan, Pengukuran, dan Pelaporan Eksternalities dalam Laporan Keuangan. Jurnal Penelitian Jurnal Akuntansi dan Investasi Jurusan Akuntansi FE UMY. Naibaho, P.M., Teknologi pengolahan kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Saudagaran, S. M International Accounting: A User Perspective. Cincinnati 28

29 Setyaningtyas, I., dan Andono, F. A Penerapan Enviromental Cost Accounting pada PG. Modjopanggoong di Kabupaten Tulungagung. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(1): Susi, 2009, Why Firms Disclose Environmental Information? A Literatur Review, Jurnal Akuntansi dan Keuangan volume 14, nomor 2, Juli 2009, Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Tampubulon, K. 2008, Hubungan Antara Kinerja Lingkungan, Pengungkapan Lingkungan dan Kinerja Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Yuniati, T Akuntansi Lingkungan: Pengidentifikasian, Pengukuran dan pelaporan. Universitas Negeri Surakarta, Skripsi, tidak dipublikasikan. 29

30 LAMPIRAN 1 Laporan Laba Rugi PT. Swastisiddhi Amagra Sumber: Laporan Keuangan PT. Swastisiddhi Amagra 30

31 LAMPIRAN 2 Catatan Atas Laporan Keuangan PT. Swastisiddhi Amagra 31

32 Sumber: Laporan Keuangan PT. Swastisiddhi Amagra LAMPIRAN 3 Foto Bakchus Sumber : Direktur PT. Swastisiddhi Amagra LAMPIRAN 4 Foto Pelet 32

33 Sumber : Direktur PT. Swastisiddhi Amagra LAMPIRAN 5 Foto Jangkos dan Incenerator Sumber : Direktur PT. Swastisiddhi Amagra LAMPIRAN 6 Struktur Organisasi PT. Swastisiddhi Amagra Komisaris Utama Komisaris Direktur Utama Direktur Direktur Sumber: Internal PT. Swastisiddhi Amagra 33

terutama mengenai alokasi biaya lingkungan. Akuntansi lingkungan menunjukkan

terutama mengenai alokasi biaya lingkungan. Akuntansi lingkungan menunjukkan Latar Belakang Masalah Akuntansi lingkungan sangat penting untuk diterapkan bagi perusahaan terutama mengenai alokasi biaya lingkungan. Akuntansi lingkungan menunjukkan biaya riil atas input dan proses

Lebih terperinci

9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan

9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan 9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan Background Organisasi dapat mengurangi dampak lingkungan dengan : Pencegahan pencemaran menggunakan proses, praktek, teknik, bahan, produk, jasa atau energi untuk menghindari,

Lebih terperinci

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORANNYA. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling dimana

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORANNYA. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling dimana BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORANNYA II.1 LINGKUNGAN Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling dimana organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya alam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu perusahaan akan terus berusaha agar dapat melakukan kegiatan produksi

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu perusahaan akan terus berusaha agar dapat melakukan kegiatan produksi 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan organisasi yang melakukan aktivitas dalam mencapai tujuannya. Tujuan dari perusahaan adalah untuk mencapai laba yang maksimal, oleh sebab

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Pert 8 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya lingkungan mendapatkan perhatian yang semakin besar dalam manajemen perusahaan. Peraturan mengenai lingkungan menjadi

Lebih terperinci

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN. tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN. tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN II.1 Pengertian Lingkungan Definisi lingkungan menurut Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan

Lebih terperinci

BAB II BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling di mana organisasi

BAB II BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling di mana organisasi 12 BAB II BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN II.1 Lingkungan II.1.1 Definisi Lingkungan Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling di mana organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN 1 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Kinerja lingkungan dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap posisi keuangan perusahan. Hal ini juga menunjukkan perlunya informasi biaya lingkungan yang memadai. Bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini persoalan lingkungan sudah menjadi persoalan yang menarik dan menjadi isu sentral bagi negara-negara di dunia. Semenjak tahun 1980-1990, wacana CSR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi seefisien mungkin sehingga terkadang mengabaikan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. teknologi seefisien mungkin sehingga terkadang mengabaikan aspek-aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan lingkungan semakin menarik untuk dikaji seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November

Lebih terperinci

Environmental Accounting : an overview

Environmental Accounting : an overview Environmental Accounting : an overview Environmental Accounting Back Ground Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling dimana organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya

Lebih terperinci

BAB II AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN

BAB II AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN BAB II AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN 2.1 Biaya Lingkungan 2.1.1 Biaya Lingkungan dan ecoefficiency Biaya Lingkungan merupakan biaya dari dampak yang dihasilkan oleh aktivitas-aktivitas organisasi atau perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lingkungan menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan saat ini. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal, yang berarti meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Isu mengenai lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam jumlak konteks yang berbeda seperti: akuntansi keuangan dan pelaporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam jumlak konteks yang berbeda seperti: akuntansi keuangan dan pelaporan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Lingkungan Istilah akuntansi lingkungna mempunyai banyak arti dan kegunaan. Akuntansi lingkungan dapat mendukung akuntansi pendapatan, akuntansi keuangan maupun bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin

BAB I PENDAHULUAN. bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal akan kekayaan alamnya. Hutan, laut, bangunan bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH (PG DJATIROTO)

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH (PG DJATIROTO) 1 ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH (PG DJATIROTO) The Analysis of Implementing Environmental Accounting on Waste Management (PG Djatiroto) Fitri Nilasari Akuntansi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhuk hidup di bumi memiliki keterkaitan satu sama lain salah satunya manusia dengan lingkungan. Seiring berkembangnya teknologi membuat produsen terus berinovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanasebelumnya Indonesia dikenal dengan negara agraris, kini Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. dimanasebelumnya Indonesia dikenal dengan negara agraris, kini Indonesia mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakansalah satu negara yang kaya akansumberdayaalamnya, dimanasebelumnya Indonesia dikenal dengan negara agraris, kini Indonesia mulai memperbanyak kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, teknologi, politik, dan budaya yang selalu berkembang memberikan pengaruh yang besar terhadap kegiatan produksi suatu perusahaan. Seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II BIAYA LINGKUNGAN

BAB II BIAYA LINGKUNGAN 10 BAB II BIAYA LINGKUNGAN 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Secara umum dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut biaya. Beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Konsep akuntansi lingkungan berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Pada

BABl PENDAHULUAN. Konsep akuntansi lingkungan berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Pada BABl PENDAHULUAN 1.1 La tar Belakang Masalah Konsep akuntansi lingkungan berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Pada pertengahan tahun 1990-an komite standar akuntansi internasional ( The International

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN (STUDI PADA UNIT PAPERMILL DI PT PURA BARUTAMA) Alberta Vinanci Rahardjo. Pembimbing: HY.

ANALISIS BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN (STUDI PADA UNIT PAPERMILL DI PT PURA BARUTAMA) Alberta Vinanci Rahardjo. Pembimbing: HY. ANALISIS BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN (STUDI PADA UNIT PAPERMILL DI PT PURA BARUTAMA) Alberta Vinanci Rahardjo Pembimbing: HY. Sri Widodo Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN

PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 20-25 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN Lestario Widodo

Lebih terperinci

Bab 1 Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan ataupun rumah sakit adalah limbah produksi dan limbah operasional untuk

Bab 1 Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan ataupun rumah sakit adalah limbah produksi dan limbah operasional untuk Bab 1 Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan ataupun rumah sakit adalah limbah produksi dan limbah operasional untuk rumah sakit. Dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan: BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. Aktivitas lingkungan yang dilakukan PT. Madubaru pada tahun 2012 hingga 2014 sama, yaitu : (1) aktivitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Laporan biaya lingkungan untuk

Lebih terperinci

N, 2015 PENGARUH PENGUNGKAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

N, 2015 PENGARUH PENGUNGKAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia sebagai makhluk sosial haruslah berinteraksi dengan manusia lain maupun dengan alam. Dan juga dengan semakin berkembangnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era perkembangan teknologi, semakin banyak perusahaan-perusahaan baru yang bermunculan dengan aktivitas operasi yang mengelola sumber daya alam untuk

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu hangat yang sedang marak diperbincangkan di berbagai negara. IFRS merupakan standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan lingkungan di Indonesia merupakan faktor penting yang harus dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan yang semakin nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup sehubungan dengan. dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup sehubungan dengan. dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk melakukan pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keuntungan bagi masyarakat, di mana menurut pendekatan teori akuntansi

I. PENDAHULUAN. keuntungan bagi masyarakat, di mana menurut pendekatan teori akuntansi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat, di mana menurut pendekatan teori akuntansi tradisional, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sampah di Kota Bandung merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Sebagai kota besar, jumlah penduduk Kota Bandung semakin bertambah.

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN PADA RSPI PROF.DR.SULIANTI SAROSO

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN PADA RSPI PROF.DR.SULIANTI SAROSO ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN PADA RSPI PROF.DR.SULIANTI SAROSO Nama : Tressa sariyanti NPM : 28213944 Dosen Pembimbing : Dr.Sigit Sukmono,S.E., M.M. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut peraturan

Lebih terperinci

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK)

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK) J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 15-19 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK) Indriyati Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era ekonomi modern seperti saat ini, permasalahan lingkungan hidup (pencemaran, polusi, limbah,dll) sampai saat ini menjadi isu global yang sering diperdebatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait dengan isu green accounting tersebut di tahun 1980-an. Di

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait dengan isu green accounting tersebut di tahun 1980-an. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep green accounting sebenarnya sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa, diikuti dengan mulai berkembangnya penelitianpenelitian yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan dominasi mesin sebagai alat produksi (Kartasasmita, 1996). Revolusi ini melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENGUKURAN DAN PELAPORAN BIAYA LINGKUNGAN PADA PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA

BAB I PENGUKURAN DAN PELAPORAN BIAYA LINGKUNGAN PADA PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA BAB I PENGUKURAN DAN PELAPORAN BIAYA LINGKUNGAN PADA PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA I.1 Latar Belakang Seiring dengan adanya perkembangan teknologi dan ekonomi global, isu mengenai lingkungan bukan lagi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air limbah dari proses pengolahan kelapa sawit dapat mencemari perairan karena kandungan zat organiknya tinggi, tingkat keasaman yang rendah, dan mengandung unsur hara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian nasional. Namun di dalam pembangunan sektor industri pihak pengembang kurang memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batubara dan lainnya menjadikan harga energi terus maningkat. Negara Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. batubara dan lainnya menjadikan harga energi terus maningkat. Negara Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa mengenai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kebutuhan bahan bakar yang terus meningkat membuat berkurangnya sumber energi, seperti gas bumi, minyak bumi, batubara dan lainnya menjadikan harga energi terus

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA LINGKUNGAN: SEBUAH PENDEKATAN AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN (EMA)

PENENTUAN BIAYA LINGKUNGAN: SEBUAH PENDEKATAN AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN (EMA) PENENTUAN BIAYA LINGKUNGAN: SEBUAH PENDEKATAN AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN (EMA) Sihar Tigor Benjamin Tambunan EMA-SEA Resource Person Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Jl. Ngagel Jaya Tengah 73-77, Surabaya,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada PT. X, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik untuk pribadi, keluarga, masyarakat, perusahaan, pemerintah maupun dunia. Lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1. Akuntansi Lingkungan Akuntansi Lingkungan (Environment Accounting) didefinisikan sebagai pencegahan, pengurangan dan atau penghindaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang baik dapat terwujud apabila komponen-komponen di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang baik dapat terwujud apabila komponen-komponen di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi terbentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan manajemen yang baik dan benar. Manajemen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaanperusahaan dikarenakan sebagai suatu sarana untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa.

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga menunjukkan prospek pada masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga menunjukkan prospek pada masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan dari pendirian sebuah perusahaan adalah mencari laba. Kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba merupakan hal yang utama dalam penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan lingkungan di Indonesia saat ini sangat penting diperhatikan oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini isu tentang kerusakan alam dan pemanasan global menjadi perhatian yang serius. Bumi yang sudah tidak sehat lagi menunjukkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejenis maupun industry secara keseluruhan. Masing-masing perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. sejenis maupun industry secara keseluruhan. Masing-masing perusahaan dituntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu pokok kegiatan perekonomian yang hidup dalam lingkungan dunia usaha yang berubah cepat dan dinamis. Seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan. Kondisi realitas yang terjadi banyak perusahaan manufaktur

BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan. Kondisi realitas yang terjadi banyak perusahaan manufaktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada umumnya setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan sebaiknya memiliki rancangan strategi yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) IFAC (2005) menjelaskan bahwa pada level organisasi, Environmental

BAB II LANDASAN TEORI Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) IFAC (2005) menjelaskan bahwa pada level organisasi, Environmental 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) IFAC (2005) menjelaskan bahwa pada level organisasi, Environmental Accounting (EA) terletak dalam konteks Akuntansi Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan pengaruh green accunting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan pengaruh green accunting BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan pengaruh green accunting terhadap profitabilitas. Diantaranya adalah legitimacy theory (teori legitimasi), stakeholder

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada industrialisasi. Sektor industri makin berperan sangat strategis sebagai motor penggerak pada

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI Cyrilla Indri Parwati 1*, Imam Sodikin 2, Virgilius Marrabang 3 1,2, 3 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta,Jurusan

Lebih terperinci

Environmental Management Accounting and Innovation in Proper Participants Company in Lampung Province

Environmental Management Accounting and Innovation in Proper Participants Company in Lampung Province Jurnal Ilmiah ESAI Volume 10, No.2, Juli 2016 ISSN No. 1978-6034 Environmental Management Accounting and Innovation in Proper Participants Company in Lampung Province Akuntansi Manajemen Lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakannya. Keberhasilan akuntansi lingkungan tidak hanya tergantung

BAB I PENDAHULUAN. menggunakannya. Keberhasilan akuntansi lingkungan tidak hanya tergantung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Isu lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan lingkungan semakin menarik untuk dikaji seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi

Lebih terperinci

PENENTUAN DAN ANALISIS BIAYA KUALITAS MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA LABORATORIUM RSUD FAUZIAH BIREUEN

PENENTUAN DAN ANALISIS BIAYA KUALITAS MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA LABORATORIUM RSUD FAUZIAH BIREUEN Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] PENENTUAN DAN ANALISIS BIAYA KUALITAS MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA LABORATORIUM RSUD FAUZIAH BIREUEN Fatimah 1, Diana Khairani Sofyan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I. UMUM Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan energi fosil yang ada di bumi semakin menipis. Bila hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh ketidakstabilan harga minyak dunia, maka pemerintah mengajak masyarakat untuk mengatasi masalah energi

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Biaya Kualitas Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya kualitas adalah sebagai berikut : Biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Sudah lama kita ketahui bahwa tujuan umum dari sebuah usaha didirikan adalah untuk mencari keuntungan atau laba, laba sendiri merupakan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social Responsibility (CSR) ini

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dekade terakhir ini pertumbuhan kesadaran publik terhadap peran perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini semakin pesat seiring berkembangnya arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus mampu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas Tofik Hidayat*, Mustaqim*, Laely Dewi P** *PS Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal ** Dinas Lingkungan

Lebih terperinci

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Karakteristik Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit... 10 2. Baku Mutu Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit... 11 3. Konversi Energi Biogas... 15 4. Produksi Kelapa Sawit Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor keuangannya saja, namun juga dari faktor non-keuangan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor keuangannya saja, namun juga dari faktor non-keuangan yang sangat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menilai kinerja perusahaan, tidak hanya sebatas menilai dari faktor keuangannya saja, namun juga dari faktor non-keuangan yang sangat berpengaruh besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu demi waktu kini industri baik industri rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN HARGA JUAL DALAM MENINGKATKAN LABA PADA RUMAH MAKAN ULU BETE LAUT DI MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA. I Ketut Patra¹ Agus Salim²

ANALISIS PENETAPAN HARGA JUAL DALAM MENINGKATKAN LABA PADA RUMAH MAKAN ULU BETE LAUT DI MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA. I Ketut Patra¹ Agus Salim² ANALISIS PENETAPAN HARGA JUAL DALAM MENINGKATKAN LABA PADA RUMAH MAKAN ULU BETE LAUT DI MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA I Ketut Patra¹ Agus Salim² No. HP 081355106244¹ ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dunia ini istilahnya tidak akan berputar. Keterkaitan antara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dunia ini istilahnya tidak akan berputar. Keterkaitan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era jaman modern seperti ini, ekonomi merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia seluruhnya, dengan kegiatan ekonomi segala kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Kualitas 1. Pengertian Biaya Kualitas Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang kualitas produk, manajemen perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan dampak yang serius. Perusahaan yang berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan dampak yang serius. Perusahaan yang berusaha untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep perusahaan tentang maksimalisasi laba telah dilakukan sejak dahulu hingga sekarang. Konsep maksimalisasi laba untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan

Lebih terperinci