Multiband Wire Antennas The Classic Designs: 135 Doublet Windom (dan Spencer) Antenna Antenna Kumis Kucing

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Multiband Wire Antennas The Classic Designs: 135 Doublet Windom (dan Spencer) Antenna Antenna Kumis Kucing"

Transkripsi

1 Multiband Wire Antennas The Classic Designs: 135 Doublet Windom (dan Spencer) Antenna Antenna Kumis Kucing Antenna untuk lahan terbatas: G5RV W6JJZ Suburband Multibander Cebik, W4RNL s 88 Doublet Yang layak dicoba: N4PC Skywire + OD5CG (half section W8JK) Buat rata-rata amatir negri ini, antenna HF pertama yang kebayang mau dinaikin tentunya antenna yang bisa dipakai buat main di 80M. Baru belakangan bakal kepikir band-band lain, misalnya 40 (+ 15 dan 10M) buat mereka yang sudah tingkat Penggalang (walaupun menurut Kepmen 49/2002 dengan beberapa batasan YD pun sudah boleh main di band-band atas tersebut), sedangkan buat Penegak berkantong cekak, cakupan sampai ke 20M dan WARC band (30, 17 dan 12M) barangkali jadi pertimbangan lain (karena nggak semua Penegak punya nyali dan doku buat naikin monobander di masing-masing band privilege mereka itu). Sesuai dengan judulnya, orèk-orèkan ini bakal ngobrolin rancangan yang dengan satu antenna bisa dipakai untuk bekerja di beberapa band (80-10M). Kecuali disebut secara khusus, hampir semua antenna yang dibahas adalah dari jenis NON-resonant, artinya tidak dibuat KHUSUS untuk resonan di band tertentu. Ada beberapa hal yang kudu diingat sebelon jadi kuciwa di belakang: 1. Namanya juga satu antenna mau dipakai buat beberapa band, kinerjanya ya bakalan serba kompromistis, jadi lantas mesti dicermati bagaimana kerja di masing-masing band, kelebihan (sisi plus) apa yang mau dioptimalkan dan sisi minus apa yang mau dikorbankan di band-band tersebut. 2. Jangan kaget (dan lantas jadi keder) kalo hampir semua antenna yang diwedar disini memakai open wire sebagai feeder line. Disamping murah (lantaran bisa dibuat sendiri), di band HF open wire bisa dibilang lossless dan lebih tahan menghadapi SWR tinggi (ketimbang coax). Buat yang belum pernah baca, dibagian belakang tulisan ini diselipin beberapa baris tentang cara bikin open wire yang bisa dikerjakan siapapun. 3. Merujuk pada butir 2 di atas (open wire sebagai feeder line), walaupun tidak disebutkan secara khusus pada uraian tentang masing-masing antenna, memang sebaiknya selalu disediakan ATU (Antenna Tuning Unit = Antenna Tuner) di hamsack atau operating table anda. Disamping untuk membantu meng-optimal-kan kinerja antenna, adanya ATU juga akan menunjang kemudahan (convenience) dalam mengoperasikan perangkat amatir anda. THE CLASSIC DESIGNS Catatan: Untuk rancangan ATU yang bisa dibuat sendiri, silah cari rangkuman tentang ATU dan Z-matcher yang pernah beredar, baik sebagai tulisan lepas maupun yang ada di BEON edisi 10-II, Maret Doublet antenna Di semua literatur tentang antenna buat amatir, yang pertama disebut-sebut sebagai Multiband Antenna adalah yang disebut dengan 135 Doublet. Kaya nya antenna ini kurang lebih sama umurnya dengan hobby radio amatir itu sendiri, dan karenanya sudah nggak pernah keinget dan disebut-sebut lagi siapa penemunya. Tidak seperti doublet (bentangan kawat dengan feed point ditengah-tengah, yang sejak awal TIDAK direncanakan untuk resonan di frekwensi tertentu) biasa yang panjangnya boleh direka sak-maunya, yang satu ini dibuat dengan bentangan horizontal (flat top) sepanjang 135 feet (= mtr), yang di feed dengan open-wire line (antenna ini kan sudah ada sejak zaman pre-coax doeloe). Dengan ATU yang baik, antenna ini bisa bekerja multiband dari M, dan dengan ukuran seperti itu (yang merupakan full size half wave dipole di band 80M), banyak diantara pemakai (a.l. OM Sur, YB1BA yang sampai awal tahun 2000an setia memakai antenna ini, baik waktu working portable maupun sebagai fix instalation di home base) yang mengakui kelebihan kinerja rancangan ini ketimbang rancangan multibander lainnya yang diinstall pada kondisi instalasi yang sama (a.l. ketinggian feed point, konduktivitas tanah dibawahnya, keberadaan gedung atau bangunan sekitar atau dibawah instalasi antenna dll.), baik melihat pola radiasi (radiation pattern) dimasing-masing band, maupun side lobes yang dihasilkan di band-band atas (20M up). < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 1/1 >

2 135 ' open wire, panjang sebarang, ke ATU 135 Doublet dengan bentangan flat-top yang 135 = mtr (untuk versi anak-negri bikin aja dengan flat-top sepanjang 40 mtr) 2. Windom Antenna Ukuran panjang sekitar 40 meteran (yang +/- 1/2 lambda untuk band 80 M) lantas banyak di eksperimen orang. Salah satu-nya - yang juga pernah nge-trend di sini di sekitar tahun 70-80an - adalah rancangan Loren G Windom, W8GZ (karenanya lebih lazim disebut sbg antenna Windom ketimbang nama off-center fed dipole yang disebutkan perancangnya). Rancangan ini berbentuk sebuah antenna 1/2 Lambda 80M yang di feed dengan single wire feeder, yang langsung di short pada feedpoint yang terletak % dari ujung salah satu sisi (lihat gambar kiri). 14 mtr 27 mtr titik tengah (50%) Single wire feeder, any length to TX/ATU The Basic Windom antenna 300 ohm twin-lead TV, any length Balun 4:1 Coax 50 ohm to TX/ATU Modified Windom antenna Rancangan pada gambar kiri mungkin memang cocok pada zamannya, saat kebanyakan TX memakai rangkaian Pi-section dibagian outputnya, yang bakalan èntèng saja (karena gampang di adjust) menghadapi impedansi tinggi di ujung (sisi yang dicolokin ke antenna terminal pada TX) single wire feeder tersebut. < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 2/2 >

3 Pada zaman itu banyak pengguna antenna ini yang me lapor kan agak susah nurunin SWR di 15M (karena nggak ke uber dengan Pi-Section-nya), tetapi di zaman modern ini sepertinya masalah ini mudah diatasi dengan pemakaian ATU/Tuner masa kini yang kebanyakan ada di ham-shack atau malah sudah built-in di kebanyakan transceiver modern. Sepanjang perjalanan waktu, berbagai usaha dilakukan untuk memperbaiki kinerja antenna Windom antara lain dengan mengganti single wire feeder dengan 300 ohm Twinlead TV. Modifikasi ini (lihat gambar kanan di atas) dianggap lebih cocok untuk rig modern dengan output 50 ohm, karena masalah ke-tidak-laras-an impedansi (mismatch) bisa dengan mudah diatasi dengan me nyisip kan Balun 4:1 di antara ujung-ujung Twinlead dan kabel coax, walaupun sepertinya di 15M masih ada sedikit bocoran liar disepanjang feeder yang tentunya juga akan mudah diatasi dengan ATU. 3. The Spencer, W4HDL Multiband Dipole Pengembangan lebih lanjut rancangan Windom dijajagi oleh Spencer, W4HDL yang mengganti feedernya dengan 2 dua kabel coax 73 ohm (RG-59, RG-11, 3C-2V dll.) yang diparalel, seperti bisa dilihat pada gambar berikut. Ada beberapa kelebihan yang dijanjikan Spencer dengan rancangannya ini: 1. Dengan dimensi yang kurang lebih sama dengan 1/2 lambda Dipole untuk 80M antenna ini bisa dipakai untuk bekerja Multiband M. 2. Dual coax feeder line memberikan kemampuan noise-suppressing (meredam derau) yang cukup signifikan. Lew Mc Coy, W1ICP dalam bukunya (Mc Coy on Antennas) meng-claim kemampuan menekan noise sampai 4 (empat) S-unit, artinya noise level S8 pada receiver yang memakai antenna Windom (atau Dipole biasa) dengan feeder konvensional (pakai single wire, twin lead TV, open wire atau coax biasa) akan diterima pada S4 (bahkan bisa sampai tinggal S2, kata Spencer) di receiver yang pakai antenna ini. 3. Kemudahan instalasi, karena dual coax feeder (yang relatip lebih berat) ini bisa di klèm pada tower atau dimasukin pipa PVC (sekalian biar jadi rapi kan, nggak kelihatan feeder yang nglèwèr dan juga nggak mobat-mabit kena angina.) mtr 25 mtr Dua buah coax 70 ohm-an yang di parallel, perhatikan bahwa outer conductor ke dua coax harus di short dan di-tanah-kan (grounded) ATU Coax 50 ohm to TX/ATU M SPENCER Antenna dengan dual-coax feeder Seperti bisa diamati pada gambar di atas, yang disambung ke kedua sisi flat-top adalah inner conductor dari masing-masing coax, sedangkan outer conductor kedua coax mesti di short (di solder atau di jumper) jadi satu. Kalau tlatèn, shorting atau jumpering seyogyanya dilakukan selang 2-3 mtr sepanjang coax (disamping supaya rapi juga biar sifat paralel dan balance kedua sisi coax bisa tetap dipertahankan), atau paling nggak ya di masing-masing ujung + di tengah-tengah seperti pada gambar. Kedua outer conductor (yang sudah diparalel tsb.) mesti di ground-kan, syukur-syukur kalo bisa dijadikan satu dengan grounding dari ATU dan rig-nya sendiri. < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 3/3 >

4 Catatan: Mengamati konstruksi feeder line seperti ini, dapat disimpulkan bahwa dual-coax tersebut berfungsi [tidak-kurang-dan-tidak-lebih] sebagai parallel open wire feeder biasa, hanya saja disini masing-masing konduktor dari open wire tersebut terbikin dari shielded wire, yang lantas memberikannya sifat-sifat unggulan seperti disebut di atas. Makanya, terpikir oleh perangkum untuk nyobain mengganti coax tersebut dengan afscherm kabel yang biasa dipakai di dunia audio (misalnya sebagai kabel mikropon), yang lebih murah, lebih kecil dan lebih ringan dari kabel coax. 4. Antenna Kumis Kucing Kalo Multiband antennas yang diwedar diatas tidak dibuat untuk resonan di band tertentu dan memakai open wire sebagai feederline, yang satu ini justru harus ditala baik-baik sampai resonan di band yang dikehendaki, dan paké coax biasa sebagai feeder line. Kalau toh mau dipakai dengan ATU, maka fungsi utama ATU di sini adalah lebih untuk nguber bandwidth di band-band tertentu yang memang lebar bandwidthnya, seperti di 80, 20, 15 dan (apalagi) 10M - terutama buat mereka yang senang bekerja multimode: CW dan digital di segment bawah, phone di segment atas. Sebenarnya ide dasarnya sih sederhana saja: buat beberapa buah dipole (1 band 1 dipole, kecuali dipole yang untuk 40M yang sekalian bisa dipaké di 15M sebagai triple harmonic) dan lantas di feed jadi satu paké satu coax. Dari segi konstruksi, tentunya antenna yang paling panjang (frekwensi paling rendah) dibentang paling atas, terus elemen lain (yang lebih pendek) dibentang dibawahnya. Karena titik umpan (feedpoint)-nya jadi satu, dan masing-masing ujung elemen yang lebih pendek berurutan nglèwèr yang satu di bawah yang lain, maka jadilah tongkrongannya seperti kumis kucing raksasa seperti di gambar di bawah ini: elemen 40 M elemen 20 M elemen 80 M kabel coax, panjang sebarang, ke ATU Panjang masing-masing elemen dihitung paké rumus motong dipole yang L(mtr) = 143/f itu. Jangan kaget kalo waktu dipaké nanti akan ada interaksi antar band, artinya walaupun misalnya di 80M di design frequencynya sudah bisa didapatkan SWR 1:1, begitu naik ke 40M (yang sebelumnya waktu ditala sendiri juga sudah ketemu SWR 1:1) tahu-tahu SWR ngejeplak jadi 2:1. Nah, di sinilah ATU bisa dimanfaatkan, karena ditala bagaimanapun interaksi antar-band pasti terjadi. Konstruksi lebih sederhana bisa didapatkan kalo yang diinginkan adalah antenna untuk dua band saja, misalnya untuk 80 dan 40M. Sediakan feeder TV (Twinlead atau ribbon line) biasa (sisa-sisa zaman TV item-putih doeloe) yang barangkali masih bisa dicari di toko-toko elektronik lama (maksudnya sudah ada sejak zaman Abah, Aki atau Engkong doeloe suka belanja barang elektronik) secukupnya. Bikin dipole 80M dari bahan ini (potong sekitar 38 meteran, terus potong lagi jadi 19 mtr). Titik potong ini nantinya jadi feed point. Tandai salah satu konduktor yang nantinya difungsikan sebagai elemen antenna 80M, dan anggap saja konduktor yang ditandai ini sebagai konduktor (bagian) atas. Langkah berikut adalah memotong konduktor bagian bawah pada titik sekitar mtr (ukuran-ukuran persisnya ya hitung aja paké rumus seperti di atas) dari feedpoint, kemudian buang (dicowak) konduktor bawah tsb. kira-kira 1-2 cm dari titik potong tersebut. Nah, jadilah sudah dual-band antenna anda, yang tongkrongannya kira-kira seperti bisa diamati pada gambar berikut (bahasa sononya: drawing is NOT made to scale. jadi ya serba kira-kira aja dah, sekedar bisa memberi gambaran di titik mana cowakan atau pemotongan mesti dibuat, bagaimana nyambung ke feeder line dsb.) < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 4/4 >

5 2 x 19 mtr 10,25 mtr kabel coax, panjang sebarang, ke ATU Kalo antenna diumpan dengan sinyal 80M, maka sinyal akan nyari konduktor sebelah atas (yang utuh tanpa potongan) yang merupakan radiator (media untuk radiate something) untuk 80M, lha kalo yang mau lewat sinyal 40M tanpa diswitch macem-macem pun dia bakal milih sendiri konduktor bagian bawah yang merupakan radiator (=elemen antenna) untuk 40M. Trus ada BONUSnya lagi antenna ini bisa kerja juga di 15M, yang merupakan harmonic ke 3 (triple harmonic) dari band 40M (misalnya antenna ditala di MHz, triple harmonicnya jatuh di 21,150 MHz). Cuma ya itu tadi, bagaimanapun rapinya kita menala di masing-masing band, begitu dikerek keatas dan diempani sinyal, interaksi antar band so pasti bakal ada (makanya, seyogyanya ATU selalu di-standby- kan). Supaya nggak cepet putus (karena angin) dan distribusi arus bisa merata sepanjang elemen, waktu naikin seyogyanya Twinlead TV-nya diplintir jarang-jarang, kurang lebih cm sekali plintir. Catatan: Twinlead TV yang masih ada dipasaran rasanya terlalu ringkih dan meragukan kekuatannya kalo dipaké ngebahan versi 80-40, jadi yang mau eksperimen silah coba aja versi half-size, yang bakal mencakup band (dan 15M juga) 5. Antenna G5RV (antenna paling populer untuk lahan terbatas) Nama antenna ini merujuk dan 'ngikuti call sign dari penemunya: Louis Varney, G5RV (SK, 28/ ) dari West Sussex, UK - yang di tahun 1946 merancang antenna ini sebagai antenna Multiband dengan cakupan band M. Mengulas antenna ini, dari awal harus di cam kan bahwa Varney merancang-kembangkan antenna ini dari niatan untuk punya wire-antenna yang berkinerja optimum di band 20 M, yang lantas dia kembangkan dari rancangan center-fed Zepp 3/2-wave dipole di 20 M yang memakai open wire sebagai penyalur transmisi. Kalau pada antenna Zepp panjang feeder line-nya boleh sebarang (any length), pada G5RV feedernya (bisa dari open wire atau feeder TV 300 ohm) sengaja dipotong sebagai HALF-WAVE Matching Transformer (atau stub) 1:1 pada band 20 M tersebut. Rancangan asli G5RV dibuat dengan memakai penyalur transmisi yang seumur-umur tidak pernah dijumpai di kawasan sini macam twin-lead 75 ohm, coax 80-ohm dsb., tetapi sejak diperkenalkannya versi yang memakai coax 50 ohm biasa sebagai feeder line (di majalah Ham Radio 06/77) antenna ini jadi populer di mana-mana. Varney memakai MHz sebagai design frequency rancangannya, dan mendapatkan ukuran panjang flat-top sepanjang 102 (31.08 mtr) sebagai pembulatan dari hasil perhitungan berdasarkan rumus: LENGTH (ft) = 492(n-.05)/f(MHz) = (492 x 2.95)/14.15 = ft (31.27 m) dimana n = jumlah kelipatan half wavelengths pada design frequency (dalam hal ini = 3) STUB (matching transformer): Seperti disebut diatas, matching section dipotong dengan ukuran ELECTRICAL half-wave pada 14 MHz, yang dihitung dengan rumus: L= (150 x VF)/f (MHz) - dimana VF adalah velocity factor dari feeder yang dipakai. < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 5/5 >

6 Velocity factor dari berbagai jenis feeder yang bisa dijumpai di pasaran adalah 0.97 (Open wire), 0.90 (untuk Window type open wire) dan 0.82 (Twinlead TV), sehingga dengan mengaplikasikan rumus di atas untuk design frequency MHz didapatkan ukuran masing-masing 10.36, 9.32 dan 8.5 mtr untuk Open wire, Window line dan Twinlead TV. Stub ini langsung di solderkan ke feed point, dan usahakan untuk bisa bener-bener tergantung vertikal paling tidak sepanjang 6 meteran sebelum dibelokin kemana-mana (sesuai dengan kondisi setempat) dan di splice dengan coaxial feeder-nya. Perakitan G5RV dan instalasinya mirip dengan antenna dipole biasa, hanya saja feed point tidak langsung disambungkan ke coax tapi disela dulu dengan Matching Stub tadi. Adjustment (kalau perlu) dilakukan di ujung Matching Stub ini. Mengacu skema potokopian (yg sudah kucel karena sudah melewati proses kopi-mengkopi sekian kali) yang didapat dari Alrijanto YBØFH (yang alkisah mendapatkannya dari kang Sukri YB1HF) yang sudah duluan naikin antenna ini, sejak awal 80-an ybøko memakai ukuran 2 x mtr untuk elemen horizontal (flat-top), dengan Matching Stub dari 9 mtr feeder TV 300 ohm sebagai sisi vertikal yang disambung (diserie) dengan (paling tidak) mtr RG58A/U ke TX. Ukuran-ukuran inilah yang juga dirujuk pada artikel di majalah Ham Radio edisi 06/77yang disebut diatas. 2x mtr 9 mtr 300 ohm TV Twinlead > mtr coax RG58A/U ke ATU/TX Antenna G5RV, versi yang banyak dicontèk di seantero negeri Karena tidak ada trap atau loading coil apapun (untuk membuatnya resonan pada berbagai band selain 20M) di sisi flat-top, bagian horizontal ini secara elektris menjadi bertambah panjang (becomes progressivily longer in electrical length) dengan naiknya frekwensi, yang akan memberikan beberapa advantage karena penambahan panjang (relatip = kelipatan n dari 1/2 lambda) akan menurunkan radiation atau take off angle pancarannya, sehingga di band 20M keatas sinyal akan dipancarkan dengan radiation angle DI BAWAH 15 0, yang cukup ideal untuk DX-ing (di samping some db gain over a simple dipole pada band-band atas sebagai akibat bertambahnya electrical length yang disebut duluan). Inilah yang sebenarnya jadi selling point rancangan G5RV kalo dibandingin dengan antena multiband lain, terutama Antenna KUMIS KUCING di atas, di mana pada tiap band masing-masing elemen hanya bekerja sebagai dipole biasa. Walaupun SWRnya bakal njeplak di 80M, jumlah panjang elemen horisontal + elemen vertikal yang dekatdekat ukuran Dipole 1/2wl membuat polar diagram di band ini nggak jauh beda dengan antenna Dipole 80M biasa (yang dipasang dengan kondisi instalasi yang sama). Di 40 (+ 30)M antenna bekerja sebagai 2x half-wave in phase atau collinear antenna (dengan F/S Gain teoritis sebesar 1.9 dbd), sedangkan kinerja optimum (seperti diniatkan Varney) bisa didapati di 20M, yakni sebagai 3x halfwave collinear atau extended-double-zepp yang teoritis menjanjikan Gain sekitar 3 dbd (faktor penguatan 2x lipat ketimbang pancaran dengan dipole biasa). < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 6/6 >

7 Di band-band atas lainnya (15M up) pola pancarannya akan sama dengan pola yang dihasilkan sebuah longwire antenna (rincian lebih lanjut tentang polar diagram antenna collinear, longwire dsb bisa dilihat di ARRL Handbook, Antenna Handbook atau literature tentang antenna lainnya). Catatan: buat yang ingin tahu lebih rinci bagaimana karakterisrtik pancaran G5RV di masing-masing band silah tulis pendek ke BALUN: Banyak pengguna yang menanyakan apakah perlu diselakan BALUN di ujung-ujung coax dan matching stub. Selama beberapa dekade kontroversi BALUN or NO BALUN ini berkembang, tetapi pengenalan lebih dekat atas karakteristik G5RV (dan Balun-nya sendiri) akhirnya menyimpulkan: DON'T USE BALUN ON THE G5RV, karena dikhawatirkan balun macam manapun (kecuali choke balun yang nanti disebut di belakang) tidak akan bisa menolerir reactance yang cukup tinggi pada ujung matching stub tersebut. Singkat cerita, kalau balun di beban i SWR > 2:1 (pada band-band selain 20M) maka internal losses nya akan meningkat, yang akan menyebabkan core-nya menjadi jenuh (saturated) dan panas. Disamping memberi berbagai dampak negatip pada karakteristik sinyal ynag melewatinya, seperti berubahnya pola radiasi, timbulnya pancaran harmonisa dll., pada kondisi ekstrim bisa menyebabnya terbakar habisnya balun itu sendiri, sehingga terjadi short atau kortsluit yang bisa menyebabkan jebolnya rangkaian final pada transceiver. Menimbang hal-hal tersebut, untuk men jinak kan SWR yang cenderung tinggi, dari awal memang harus di siapkan ATU yang dapat melayani load dan reactance yang saling berbeda pada tiap band. Kalau tidak ada ATU lepasan (sebagai unit terpisah), automatic ATU yang built-in pada transceiver generasi sekarang biasanya akan cukup aman untuk dipakai dengan G5RV ini.. MODIFIKASI Sejak Varney memperkenalkan hasil eksperimennya di thn. 1946, boleh dibilang perlu waktu tahunan bagi G5RV untuk mendapatkan kepopulerannya seperti sekarang ini, sebagai antenna pertama yang terpikir untuk dinaikin amatir bermodal pas-pasan yang pingin bekerja Multiband, dan dirujuk serta diulas hampir di semua literatur tentang antenna di lingkungan amatir. Sepanjang kurun waktu tersebut berbagai modifikasi telah dilakukan untuk memperbaiki kinerjanya, terutama untuk bisa menekan SWR tinggi di band selain 20M: 1. Varney sendiri (di majalah RadioCommunication, 06/84) menganjurkan untuk memakai saja 25.6 mtr (84') open wire langsung dari feedpoint di tengah flat top sampai ke terminal tuner untuk memudahkan penalaan (dengan parallel tuning) di semua band. 2. Bill, GØFAH (di QST 06/95) dengan flat-top sepanjang 2x mtr (total mtr) dan 12.5 mtr open wire + RG58A/U any length berhasil menekan SWR 2.4 : 1 di 40 dan 10M, 2 : 1 di 17M, 1.5 : 1 di 20 dan 12M walaupun di 80M tetap tidak bisa kurang dari 7.6 : 1 (sehingga bagaimanapun tidak bisa mengoperasikannya tanpa ATU). 3. ZS6BKW (di majalah Ham Radio, 03/96) memendekkan lagi elemen flat-top jadi 2x 13,75 mtr (total 27.5 mtr) dengan open wire 12.2 mtr atau 2x 14.5 mtr (total 28.1 mtr) dengan 11.2 mtr TV feeder, baru disambungkan dengan RG58A/U any length. Menurutnya, penunjukan SWR yang lebih baik bisa didapat di 40 (jangan-jangan di luar jatah di YB-land yang MHz) dan sebagian 10 M, walaupun di 80 dan 15 M SWR kembali melonjak diatas 10 : 1. Di milist qrp-l (tgl. 22/ ) Glenn, WA4AOS memperkenalkan modifikasi sbb.: 1. Naikkan ketinggian feedpoint sampai paling tidak 13 mtr. 2. Bentangkan kedua sisi flat-top dan matching stub (+ coax) pada satu bidang horizontal sehingga membentuk sudut antar element dengan feedpoint sebagai titik pusat. Kalo perlu, ketiga kaki element (2 ex sisi horizontal dan 1 sisi vertical) tersebut bisa dipakai sebagai guy wire bagi tiang yang 13 mtr tadi, atau kalau takut solderan pada copot kalau elemen-elemen tsb. sepenuhnya difungsikan sebagai guy wire pakai nonconductive material (senar pancing, bungee cord, tambang plastic dsb.) sebagai guy wire, kemudian tambatkan/tempelkan (dengan plak-band atau tie-wrapper) ketiga elemen pada guy wires tsb. 3. Usahakan ujung-ujung ketiga elemen bisa berada di ketinggian > 6 meteran. Bagi sisi vertical (stub) ketinggian ini diukur pada titik sambung (splicing point) antara stub dengan coaxial feeder. 4. Potong coaxial feeder dengan ukuran yang non-resonant pada band manapun. Walaupun kelihatan sepele, hal ini dipercaya bisa meningkatkan kinerja G5RV. Ambil ukuran mtr (yang ada pada gambar di atas) < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 7/7 >

8 sebagai titik awal. Kalau perlu lebih panjang, ambil angka perkalian berikutnya, misalnya 21 mtr. Kalau ini lantas jadi kepanjangan, gulung saja bagian yang berlebih tersebut dengan memakai jarak antara siku dan jempol anda sebagai diameter gulungan. Kalo bisa dapetin toroid beads yang inner diameternya deket-deket diameter kabel coax, sisipkan barang 4-6 buah di ujung dekat splicing point (yang nantinya berfungsi sebagai choke balun*), SATU-SATUnya jenis balun yang bisa dipakai pada instalasi G5RV). [I see performance that rivals an 80M dipole. On 40M the other station will be as much as an S unit higher (over a 40M full size dipole) for close in and DX. On 20M WOW. It s 2 S units over a 20M dipole anywhere I have used it. 15 and 10 meters are also an S to 2 units above comparable Dipoles. In my opinion, this is the perfect antenna for someone who just wants one antenna. Apparently the combination of non resonant coax length, 300 ohm feed line, toroid beads, height, and spacing of the 3 segments of the G5RV makes a significant improvement in the efficiency of this antenna. I would be very interested if someone who is a GURU with modeling antennas could set this arrangement up on the computer and report what improvement this configuration has over a standard G5RV or Dipole. I can say that from an imperial approach to antenna configuration this arrangement works very well and to the point that I was VERY IMPRESSED 73, de Glenn, WA4AOS] Glenn, WA4AOS style of G5RV (Tampak atas, drawing NOT to scale) Stuart, K5KDV s style of G5RV (Tampak atas, drawing NOT to scale) *) Choke balun dari toroid beads ini bisa disubstitusi dengan menggulung 8-10x ujung feeder line coax dengan diameter gulungan sekitar cm sebelum di splice dengan matching stub. BTW, Stuart K5KVH menawarkan alternatip instalasi yang lebih sederhana. Alih-alih menaruh ketiga kaki elemen dengan sudut antar kaki ( nggak kebayanglah bagaimana repotnya kalo mesti sendirian ngerjain yang beginian), Stu menaikkan ketiga kaki JUGA pada bidang horizontal, tetapi dengan kaki stub TEGAK LURUS terhadap elemen flat-top (lihat gambar atas, kanan), dan dengan bangga meng claim. One of the best DX antennas I have ever had. Stu mengambil ukuran yang mirip ukuran pada versi ZS6BKW tersebut diatas, dengan 12.2 mtr 450 ohm open wire sebagai matching stub.. [Hi Bam, no problem with the metric dimensions! Yes, the K5KVH is identical, but the doublet wire (flat top) and matching stub (450 ohm ladder line in mine) describes a letter "T" if you look down on it from an airplane. Thus, that is what I meant by the dipole and the feeder being in same reference plane, they are all horizontal above earth at same elevation. The parallel feeder ties off in a tree, then the coax leads 65 feet to the shack, using RG 8x. The pattern was about as omnidirectional as it would be if the wire was altered to 120 degree spacing to the feeder, I think. Contrary to most of G5RV users believe, there is no requirement that the first section of feeder be vertical from center of the antenna! When I realized that, I could put it up on the short trees I had. The wire dimensions of doublet part are 92 feet over all, fed in center. The ladder line is 40 Ft. and the coax is whatever is needed to go to shack. (IF using 300 ohm line, the flat top becomes 90 feet as I recall, the 300 ohm twin lead 32 (34?) feet. Sorry I do not have the metric conversions at hand, but it follows exactly the paper by ZS6BKW as quoted in "CQ"(and later in his Antenna book by Bill Orr, W6SAI). My invention was putting the parallel feeder and antenna wire all horizontal for ease of use of short supports. One example of its utility was on 20M where from my qth in central TX (Texas) I was in round table with VK, ZL, a KL7 and a CE station (in Chile), all at same time and was only one to hear all with S9 signals, and they could hear me that well also. < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 8/8 >

9 The antenna played super well for DX on 40m to such as Norfolk Island (SSB at 100 watts or less), and was low in SWR except on 15M (was 3:1 with poorer pattern into Pacific rim most likely caused by lobing). It is a good antenna, and was found better with my final modification (by installing a bow tie 15 m dipole, run off same feeder, and supported off the longer doublet). Mine worked all that DX at only average height of 15 to 20 feet! Was not in the peak of sunspot cycle either, with max. power of 100 watts SSB - 73, de Stuart K5KVH] 6. Antenna W6JJZ SUBURBAN MULTIBANDER Walaupun kalau sudah tergantung diatas sono tongkrongannya mirip-mirip G5RV (apalagi yang modifikasian ZS6BKW), kalau diamati cara kerjanya ternyata pendekatan Charles A Lofgren, W6JJZ dalam merancang Suburban Multibander ini jauh berbeda dengan Varney. Kalau G5RV memilih band 20 M sebagai design frequency antenna rancangannya, Lofgren justru memilih frequency di band 40M (!) Perbedaan lain adalah pada G5RV panjang flat top TIDAK perlu dirubah kalau sisi vertikalnya diganti dari feeder TV ke open wire atau sebaliknya (kecuali pada modifikasian ZS6BKW tsb diatas) - sedangkan W6JJZ mengsyaratkan perubahan ukuran sisi horizontal kalau bahan pembuatan sisi vertikal-nya diganti. Menurut perangkum, walaupun sama-sama bisa bekerja dari M, pendekatan Lofgren yang memilih 40M sebagai design frequency justru akan lebih pas untuk amatir di sini. Jarang (atau nggak ada) amatir YBland yang menjadikan band 20M sebagai band utama (biarpun sudah YB), karena begitu lulus ujian Penggalang yang kepikir dulu pasti untuk bisa bekerja di 40M (untuk lokal-lokalan disamping di 80M) dan 15M untuk ngedx. Karena baru sekitar 2-3 tahun belakangan nekuni Suburbander ini (sejak qsy ke call area 1), ybøko/1 belum sempat njlimeti cara kerjanya, apalagi sampé bikin studi perbandingan kinerjanya dengan G5RV yang sudah belasan tahun jadi standby antenna. Cuma saja karena sehari-hari lebih banyak bekerja di 40 M, untuk jangka panjang kedepan mungkin W6JJZ ini bakal lebih sreg untuk dipertahankan ngegantung terus diujung tower sebagai antenna utama yang dipakai sehari-hari, ataupun sebagai antenna rujukan kalau lagi ngeksperimen antenna lain. Untuk yang mau kenal lebih dekat atau sebagai bahan untuk bereksperimen lebih lanjut, rumus untuk menghitung flat-top dan feeder line-nya adalah: L HOR = 180/f dan L VERT = 80/f, (dengan feeder TV 300 ohm sebagai sisi vertikal) L HOR = 192/f dan L VERT = 90.47/f (dengan OPEN WIRE feeder sebagai sisi vertikal) dimana L HOR = panjang sisi horizontal dalam Mtr, L VERT = panjang sisi tegak dalam Mtr, f = frekwensi di band 40M. Pada kedua rumus, dalam menghitung sisi tegak (L VERT ) Velocity Factor untuk masing-masing jenis feeder line SUDAH diperhitungkan. JANGAN lupa untuk mengurangi sekitar 2-3% dari ukuran hasil perhitungan rumus kalau memakai kabel bersalut (ingat capacitive effect dari salut plastik pada kabel) sebagai elemen flat-top nya. Dari rumus di atas, dengan mengambil MHz sebagai design frequency - W6JJZ dibuat dengan bentangan flat top 2x 12,44 M (kalau dipakai TV FEEDER sepanjang mtr sebagai sisi vertical), atau flat top sepanjang 2 x Mtr dengan sisi vertikal dari OPEN WIRE sepanjang mtr., seperti yang bisa diamati pada gambar di halaman berikut: Kalau punya tuner dengan balance output, feeder line bisa langsung dihubungkan ke situ, tetapi kalau lebih seneng pakai coax maka coax tersebut di splice di ujung feeder line (seperti pada G5RV) baru masuk ke tuner atau LANGSUNG KE TX. Disini kelebihan W6JJZ ketimbang G5RV - kalau dibuat dan ditala dengan pas, di 40 dan 20 M W6JJZ bisa langsung dipakai TANPA tuner karena SWR di kedua band ini bisa < 1,3 : 1 (di ybøko/1 di 40M bisa 1:1, di 20M from edge-to-edge nggak lebih dari 1.4 : 1). Di 80, 15 dan 10 M SWR memang bisa nglunjak tinggi, makanya dianjurkan untuk menyisipkan CHOKE BALUN di titik sambung feeder line dengan coax, supaya nggak terjadi kebocoran RF lewat kulit luar outer braid sepanjang coax ini. < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 9/9 >

10 2x mtr mtr 300 ohm TV Twinlead any length coax RG58A/U ke ATU/TX Suburban Multibander (80-10 M) dari Lofgren, W6JJZ seperti yang dipakai di ybøko/1 Trus, seberapa pantesnya kita naikin antenna yang bentangannya setara dengan deretan 4 kapling BTN di perkotaan (yang 7 x 15 mtr) ini? Salah satu "aksioma" perantennaan HF adalah motto yang berbunyi: the higher is the better. makin tinggi kian bagus juga hasilnya. Tapi lantas ada embel-embelnya: unless anda bisa naruh feed point di sekitar ketinggian free space, JANGAN HARAP anda bisa mendapatkan directivity... tambah rendah posisi feed point (terhadap free space) tambah cenderung omni directional pula arah pancarannya. Jadi, untuk 80M dimana buat rata2 amatir sulit untuk mendapatkan ketinggian free space yang sekitar 40 meteran (taruhlah biasanya kan paling pol sekitar mtr) ya nggak usah terlalu concern dengan arah bentangan antena, karena kalo' untuk coverage dari NAD (Nangroe Aceh Darussalaam) sampai ke Papua sono dari titik manapun di negeri ini rasanya dengan average power rekan-rekan yang sekitar 100 watt-an toh bakal nyampé juga (tentunya dengan mempertimbangkan band condition, propagasi, time of the day dsb). Lha kalo memang pancaran omni-directonal murni yang dicari, rasanya instalasi model bentangan pada horizontal plane seperti yang dijajal Glenn, WA4AOS dan Stuart, K5KDV dengan G5RV mereka kaya nya pantas dan cukup menantang untuk di jajal juga, apalagi instalasi model begini TIDAK memerlukan ketinggian tiang yang berlebihan (rasanya tiang dari bambu tali atau andong yang tingginya rata-rata sekitar 7-8 mtr itu sudah cukup untuk eksperimen macem-macem) Catatan: Buat para pengguna diharapkan feed back nya, ya tukar pengalaman gitu lah - karena dengan beberapa kelebihan (apalagi dimensi flat-topnya yang lebih pendek) yang disebut diatas kaya nya ada harapan W6JJZ ini bisa jadi sepopuler G5RV atau malah menggantikannya. Sekedar informasi, untuk versi dengan Twinlead TV sebagai feeder line ini Lofgren sendiri-pun BELUM pernah mempraktekkan untuk membuatnya Doublet a la Cebik, W4RNL (Desain Antenna masa-kini untuk penghuni kapling BTN) Perkembangan jaman, dimana kebanyakan amatir tinggalnya di daerah padat yang tidak memungkinkan untuk ngebentang antenna sepanjang 40 meteran merangsang para ahli pikir per-antenna-an untuk merekareka antenna multiband yang lebih pendek Di awal tahun 2000an, empu LB Cebik, W4RNL memperkenalkan rancangan antenna 88 Doublet (sepanjang mtr, atau 2 x mtr), yang dipercayainya (dari hasil simulasi komputer dan praktek lapangan ) cukup efisien untuk bekerja multiband 80-10M. [A simpler antenna that I use and works fine is just 88 feet of antenna, fed with 450 ohm line to a balun and then an antenna tuner. This antenna has better radiation patterns on 80 and 40 meters. It has gain off the sides on 20 meters. Karl Larsen, K5DI - 22/ ] Sebenarnya, kalau lahan yang tersedia hanya memungkinkan bentangan +/- 2 x 10 mtr, ada satu trick yang sebenarnya sudah di baku kan sejak tahun 1946 (di ARRL Antenna Handbook) dan selalu muncul di ARRL < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 10/10 >

11 Radio Amateur Handbook sampai akhir dasawarsa 70an, yaitu dengan mengoperasikannya sebagai sebuah center-fed doublet yang diumpan dengan openwire feeder, asal saja. make sure the total length of the flat top and vertical feeders is 1/2 wave length on the lowest band wanted. (pastikan bahwa panjang total antenna + feeder = 1/2 wl pada band terrendah) Antenna book (they were big into open wire feed antennas back then) on multiband antenna recommend if you use a wire shorter than 1/2 wave length, make sure the total length of the antenna wire and feeders is 1/2 wave length on the lowest band wanted. So, a 67-foot = mtr antenna (1/2 wave 40 meter) with 34 feet = mtr of feeder line will work on 80 meters and give you low impedance feed point. Since this is a 1/4 wave feed line on 40, it will turn into a high impedance feed point on 40. So, I would think adding another 34-foot length of feed line for operation on 40 would be a good idea. (the '46 book simply says to go from a series to parallel matching circuit). 72, Steve, KD1JV Contoh klasik yang ada di literature adalah doublet sepanjang 67 (=20.42 mtr atau 2x mtr) dengan feeder line sepanjang 34 ( = mtr), yang diyakini bisa bekerja cukup baik di 80-10M. 2 x +/- 10 mtr +/- 10 mtr Total panjang kawat keseluruhan = 2 (10+10) mtr = +/- 40 mtr Untuk beberapa waktu perangkum pernah bereksperimen dengan kepanjangan 2 x 10 mtr (dengan materi dari kabel speaker Monster, yang dengan salut vynilnya ingat capacitive effect - diharapkan bisa mengkompensir ke-kurang-panjang-an yang cuma beberapa cm tersebut) seperti gambar di atas, dan setelah melalui beberapa waktu menyimpulkan bahwa kinerja antenna dengan ukuran segini paling optimal kalo dikonfigurasikan sebagai L antenna (karena lantas bekerja dengan dual-polarization: horizontal dan vertical), dan BUKAN sebagai doublet (baca bahasan tentang L antenna ini di artikel lepas yang pernah beredar, atau baca ulasan sekilas di BEON beberapa waktu yll.). Karena tidak dibuat untuk resonan di band manapun, untuk mengoperasikan antenna beginian memang HARUS dibantu dengan ATU (Antenna Tuning Unit) atau Matching Unit. Itupun nggak sebarang ATU bisa dipakai, karena untuk menjodohkannya dengan rig atau transceiver masa kini (baik yang bikinan pabrik maupun yang homebrew) yang kebanyakan ber-output UNBALANCE 50 ohm tentunya ATU-nya ya musti yang ber-input UNBALANCE, low (50 ohm) impedance dan ber-output BALANCE, hi-impedance (seperti disebut di awal tulisan, baca cerita lanjutan tentang ihwal ATU ini di risalah khusus tentang Z-matcher yang pernah perangkum release, baik sebagai artikel lepas maupun yang di BEON edisi 10-II, Maret 2002). Solusi lain adalah dengan paké ATU biasa (yang banyak dijual dipasaran), terus di outputnya diselakan sebuah BALUN (mestinya disebut UN-BAL dong, karena kenyataannya kan dipaké untuk menjodohkan output ATU yang unbalance dengan feeder line yang balance), tapi solusi ini sifatnya ya jadi kompromistis lagi, seperti antennanya sendiri.. 8. N4PC Skywire, a Multiband Loop (yang lebih cocok buat mereka yang tinggal di pedesaan) Kalau tulisan di halaman-halaman depan mengarah kepada berjenis antenna yang dalam pembuatan dan instalasinya kudu memperhitungkan baik-baik luas lahan yang tersedia, maka antenna rancangan Paul Carr, N4PC berikut ini hanya cocok bagi mereka yang dari sononya tidak ambil pusing dengan urusan lahan, karena rancangan ini membutuhkan lahan bebas setidaknya 400 m2 (!)untuk ngebentangnya. < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 11/11 >

12 Antenna N4PC ini SANGAT direkomendasikan oleh empu-antenna Lew Mc Coy, W1ICP buat mereka yang menginginkan sebuah multiband omni-directional antenna dengan sudut pancar/take-off angle yang relatip rendah (sekitar 40 0 di 80M) dengan ketinggian instalasi yang cuma sekitar meteran diatas tanah (bandingkan dengan Antena Dipole 80M yang untuk mendapatkan take-off angle yang sama feed pointnya mesti berada di ketinggian sekitar 30 meteran dari permukaan tanah). Karena berbentuk loop, antenna ini juga relatip lebih kebal terhadap gangguan noise, baik yang man made macam QRN dari SUTET (saluran utama tegangan tinggi)-nya PLN, atau neon tetangga yang mbleret waktu tegangan turun, atau bajaj yang nurunin penumpang didepan rumah - maupun yang alamiah misalnya krothokan yang terdengar di receiver waktu mau ada badai atau hujan angin. Pengalaman perangkum yang pernah ngeksperimen N4PC ini di qth-nya di Bogor (yang murah hujan disertai petir, atau petir di siang hari bolong tanpa hujan) menunjukkan bahwa antenna ini masih dapat mengangkat sinyal yang kempas-kempis ketimpa noise krothokan sebelon ujan - (yang nggak kebaca sama sekali dengan antenna lain yang jadi pembanding). Juga 80M QSO di siang hari bolong dengan mas Sur, YB1BA di Tangerang (yang juga paké horizontal loop) bisa jalan mulus selama +/- 1/2 jam di saat band sudah bener-bener mati bagi pengguna antenna jenis lain, biarpun powernya lebih gedé (pada saat yang sama, lewat janjian per telpon, mas Yanto, YBØFH muncul dari qth-nya di Cipete) membuktikan efektifitas pancaran ground wave dari loop antenna ini untuk close-in qso. Sebutan Skywire biasanya diberikan pada antena Loop 1wl (wave length) yang dibentang secara horizontal atau telentang menghadap langit. Walaupun rancangan N4PC ini panjang total elemennya nggak sampai 1wl, tapi karena masangnya dibentang menghadap langit ya ikutan disebut Sky wire juga. Untuk memahami prisip kerjanya, sebelum memotong kawat untuk mengawali proses perakitan bayangkan dulu sebuah belah ketupat ABCD dengan titik-titik A, B, C dan D sebagai masing-masing sudutnya (lihat dan ikuti proses pengembangan pada gambar di bawah). Panjang tiap sisinya dibuat atau diandaikan = 1/4wl. A A D B D B Feed point C C N4PC Skywire Antenna Kalau belah ketupat ABCD ini kita buka (lepas) pada masing-masing titik B dan D, kita akan mendapatkan dua buah dipole 1/2wl yang ditekuk (bent) di tengah-tengah (masing-masing garis DAB dan DCB pada gambar di tengah). Kalau kemudian kita hubungkan titik D dan B lewat 1/4wl phasing line berupa open wire yang diplintir 1/2x putar (180 0 tranposed) di tengah-tengah, maka jadilah bentuk dasar N4PC Skywire seperti terlihat pada gambar ketiga (paling kanan) di atas. Antena ini diumpan lewat open wire juga, dengan feed point yang terletak di tengah phasing line. Feeder line disolder-sambungkan pada titik dimana phasing line diplintir tadi. Pada instalasinya, untuk nguber agar 1/4wl phasing line tersebut bisa terbentang lempeng (lurus dan rata) maka tongkrongan N4PC ini jatuhnya justru kaya Diamond, dan tidak mirip Square (segiempat sama sisi, dengan kaki-kaki saling membentuk sudut 90 0 ) seperti lazimnya antena Sky wire yang lain (gambar berikut). Untuk versi full size diperlukan kawat (untuk) elemen sepanjang 4 x mtr, trus open wire sepanjang mtr untuk phasing line dan any length (secukupnya) sebagai feeder line ke TX (lewat Tuner). (Kalau lahan dan bahan yang ada nggak memungkinkan untuk naikin ukuran full-size, versi half size dengan ketinggian feed point 7-8 mtr saja bisa diharapkan untuk bekerja baik sebagai multiband antenna untuk band 40 M keatas) < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 12/12 >

13 21.94 mtr Phasing line Feed point 4x mtr Yang mesti diperhatikan pada waktu perakitan dan instalasi adalah penyambungan feeder line ke feed point JANGAN SAMPAI TERBALIK (!) Dengan ukuran dan bentuk yang dicontohkan, begitu dikèrèk ke posisinya (seyogyanya >10 mtr) Skywire ini langsung bisa dipantheng sinyal dan SWR 1:1 dicari lewat tuner. Seperti juga dengan jenis antenna multiband lain, bertambah tinggi frekwensi kerja bertambah rendah pula radiation angle yang dihasilkan. Tampak atas N4PC Skywire Drawing NOT to scale, for clarity purpose only Walaupun di literatur tidak disebutkan secara eksplisit berapa besar perolehan Gain pada masing-masing band (yang seharusnya cukup gedé melihat bertambah panjangnya elemen bagi masing-masing band), kaya nya kelebihan antena ini ketimbang desain lain memang BUKAN pada perolehan Gain, melainkan pada radiation angle yang cukup rendah di masing-masing band, sehingga diharapkan bisa efektip untuk dipakai DX-ing dari M. Sayang, sampai tulisan ini dibuat, perangkum belum bisa ber-korespondensi dengan Paul, N4PC sendiri untuk menanyakan darimana dia mendapatkan ukuran-ukuran yang dia trapkan pada rancangannya, dan bagaimana pula cara kerjanya. Dari Mc Coy, W1ICP dan Cebik, W4RNL pun informasi tsb tidak bisa didapatkan. sehingga ya terpaksa nrimo aja-lah nyobain dengan ukuran-ukuran yang disebut di literatur tsb., dan me-reka-reka sendiri tentang bagaimana cara kerja antenna tsb. (lihat paragrap berikut tentang OD5CG antenna) 9 OD5CG, Multiband 2 element phased array Melihat tongkrongannya, perangkum membayangkan cara kerja N4PC antena di atas kaya nya mirip (BUKAN sama) dengan antenna rancangan Frank, OD5CG (dia sendiri menyebut rancangannya sebagai half-section W8JK), yakni berupa 2 buah antena 1/2wl yang di paralel dan diumpan bareng lewat phasing line Gambar kiri bawah adalah tongkrongan OD5CG tsb., sedangkan disebelah kanan adalah adalah rekaan perangkum dengan menekuk masuk masing-masing elemen, untuk menggambarkan betapa miripnya rancangan ini dengan N4PC (lihat gambar di halaman berikut). 1/2 wl (2x 1/4 wl) 1/8 wl Half-section W8JK rekaan Frank, OD5CG OD5CG dengan kaki-kaki yang ditekuk < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 13/13 >

14 Perbedaan terletak pada cara pengumpanan: N4PC melakukannya lewat phasing line 1/4wl (OD5CG dengan 1/8wl), trus pada OD5CG kedua dipole tetap dibentang lurus sehingga titik-titik voltage maxima tetap terbuka (dan dipisahkan dengan jarak 1/8wl), sedangkan pada N4PC kedua dipole ditekuk dan ujung-ujungnya (titiktitik voltage maxima) di temu kan. OD5CG dengan kaki ditekuk jadi mirip sekali sama N4PC, yang pada gambar kanan diatas dijungkir/rotated 90 0 supaya lebih jelas Entah darimana nalar nya, N4PC lantas cenderung bekerja omni-directional, sedangkan OD5CG pada dasarnya adalah antenna bi-directional (perangkum BELUM sempat mempelajari perjalanan arus current distribution masing-masing antenna, yang mungkin bisa menjelaskan semua fenomena ini) Frank Regier, OD5CG (di majalah Ham Radio 07/81) mengulas rancangan antena yang dikembangkannya dari antena W8JK temuan Prof John D Kraus, W8JK (QST 01/38). Seperti Prof Hidetsugu YAGI dan Prof Shintaro UDA (Tokyo University, tahun 20'an) yang memperkenalkan penggunaan parasitic element (sebagai Director dan Reflector, yang jadi cikal bakal rancangan antena YAGI seperti yang kita kenal sekarang), maka Prof Kraus-lah yang memperkenalkan dasar-dasar Phase-Fed Multi Element Array (beberapa elemen diumpan sekali gus lewat sebuah phasing-line) dengan rancangan W8JK-nya. Pada W8JK versi asli, antena ini merupakan 2 buah 2x half-wave antenna (atau = 2 buah full wave antenna) yang dirangkai secara collinear/parallel, sedangkan pada versi OD5CG rancangan tersebut diringkas menjadi hanya 2 buah half-wave dipole (karena itu lantas disebut single-section W8JK) yang dirangkai secara paralel. Kedua rancangan mengtrapkan jarak (spacing) antar elemen sebesar 1/8wl dan diumpan lewat phasing line (yang juga diplintir/transposed seperti pada N4PC) yang menghubungkan masing-masing elemen. Phased array adalah Ground independent antenna (artinya kinerjanya tidak atau sedikit sekali dipengaruhi konduktivitas tanah di bawahnya), karenanya dengan ketinggian ala kadarnya (kurang dari 1/4 wl)) Frank lebih berani merekomendasikan antena ini ketimbang rancangan Yagi 2 atau 3 elemen (yang teoritis mempunyai Gain sekitar 5-8 dbd pada FREE SPACE) karena: 1. pada ketinggian tersebut parasitic element (Director dan Reflector) pada Yagi Antenna BELUM atau nggak bakalan bekerja sempurna karena masih terlalu dekat Ground dibawahnya (sehingga mengalami detuning effect atau detuned), sehingga yang bekerja efektip cuma driven elemennya doang (sebagai sebuah Dipole biasa), 2. bandwidthnya lebih lebar, 3. bisa bekerja multiband, dan 4. perakitannya sederhana (cuma 2 elemen) dengan ukuran-ukuran yang nggak terlalu kritis untuk diikuti (taruhlah 2x 10 mtr dengan jarak antar elemen 5-6 mtr untuk band 40M). OD5CG meng-claim Antena ini mempunyai F/S Gain 4dBd pada design frequency, 6 dbd pada kelipatan 2x design frequency (= 20 M jika design frequency ada di band 40 M), dan >7 dbd pada kelipatan 3x (15 M), dengan arah pancaran bi-directional, dan dengan kinerja keseluruhan yang tidak jauh berbeda ketimbang W8JK beneran (versi full section). Kalau semua bagian antena ini (eleme, phasing line dan feeder) dibuat dari kawat bersalut dan semua titik solderan (termasuk ikatan pada isolator) di-seal rapat-rapat dengan selotape atau di cor dengan lem epoxy (mis.: Araldit atau Epoxy steel) atau dicat tebal-tebal dengan cat epoxy, maka antena ini bisa dipakai disegala cuaca tanpa terjadi perubahan SWR yang berarti. < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 14/14 >

15 Membuat open wire Penyalur transmisi yang pertama dikenal adalah open wire ini, yang berupa SEPASANG konduktor yang terbuat dari kawat atau kabel dari bahan dan ukuran yang sama, yang dipasang berjajar dengan menempatkan penyekat dari dielectric material di antara kedua konduktor tersebut. Banyak rekan amatir yang belum apa-apa sudah keder duluan kalo lihat atau baca rancangan antenna yang memakai open wire sebagai feederline. Yang kebayang duluan adalah bagaimana repot dan ribetnya proses pembuatan, perakitan dan instalasi-nya nanti. Barangkali ini karena trauma melihat open wire versi dekade an, yang dipakai untuk mengumpan (to feed) folded dipole atau three-wire dipole yang lagi nge-trend di zaman itu. Zaman itu open wire dibuat dengan jarak (spasi antar konduktor) sekitar cm, sehingga baru mikir bahan buat bikin spacer-nya aja sudah bikin ogah duluan.. Open wire bikinan pabrik dibuat dengan langsung mencetak (mold) konduktornya di dalam materi dielektrik tadi, sedangkan para home brewer membuatnya dengan memasang spacer dengan interval tertentu di antara kedua konduktor. Karena dibuat pakai spacer dengan udara kosong diantara kedua konduktor, bentuknya jadi kaya tangga - dan sebenarnya dari sinilah sebutan LADDER LINE bermula (ladder = tangga), yang lantas meng ilhami lahirnya sebutan tangga monyet (ondo munyuk, kata orang Kulonprogo, mbantul, Sleman dan sekitarnya), karena memang dari jauh kelihatan seperti tangga (buat) monyet di sirkus atau topeng monyet. Open wire buatan sendiri doeloenya memakai penyekat dibuat dari bambu, kayu, bakelite, pertinax dsb., sedangkan di era plastik ini lazimnya dibuat dari acrylic/plexiglass, Teflon, PVC atau berjenis plastik lainnya (macam PE, polystyrene, polycarbonate/pc dll.), yang umunya lebih ringan tetapi lebih kuat dari bahan-bahan yang disebut pertama. Kalo maunya pakai potongan pipa PVC, mesti dicari merek yang memang sudah dikenal baik kwalitasnya seperti Pralon, Wavin, Banlon dsb. supaya tidak mudah patah, melengkung, melintir atau jadi getas ditimpa perubahan cuaca. Syukur-syukur kalo bisa didapat pipa PVC yang dikenal dengan sebutan PVC Schedule 40, yang dipakai sebagai penyalur air panas (contoh: merk Wavin type Tigris Green) Kalo adanya cuma belahan bambu, kayu, atau rotan, sebelum dipakai bahan-bahan tersebut kudu di olah dulu dengan mencelupkannya (beberapa kali) ke larutan parafine (bisa didapat di apotik atau toko barang-barang kimia) atau malam batik (numpang minta dikiiiit aja sama tukang atau juragan batik) yang lagi mendidih, atau kalo ngeri tangan keslomot ya kuaskan aja politur, pernis (varnish) atau cat kayu jenis out-door beberapa kali (ada beberapa macam, cari yang bahan dasarnya polyurethane, melamic atau acrylic). Ini semua akan membuatnya lebih tahan cuaca (di musim hujan nggak ngisep air karena pori-porinya tertutup, di musim panas bisa menahan terpaan panas dan sinar UV-ultra violet yang membuatnya cepat jadi getas/brittle) Banyak amatir (termasuk penyunting) yang bikin open wire ini dengan main kira-kira aja, atau nyontèk ukuran barang bikinan pabrik (atau bikinan rekan lain), tetapi kalo mau main resmi-resmi an, rumus berikut adalah rumus paling sederhana yang bisa dijumpai di literatur: Z (ohm) = 276 log (2S : d) dimana Z = impedansi dalam ohm, S = jarak antar as konduktor, d = diameter konduktor S dan d dihitung dalam satuan ukur yang sama (kalau paké cm, ya keduanya mesti dinyatakan dalam cm) Sekedar informasi (buat mereka yang suka keder kalo mesti ngitung paké rumus), pembuatan open wire sih nggak usah presisi banget, karena salah satu sifat dasar open wire yang membuatnya di cari (dan dibuat) orang untuk feeder line adalah toleransi-nya yang besar sekali dalam menghadapi ke-tidak-laras-an (mismatch) berbagai load dan reactance. Rasanya, perangkum sendiri belum pernah ngikuti 100% plek hasil itung-itungan paké rumus tsb., cukuplah sekedar untuk ancer-ancer waktu motong-motong acrylic sheet untuk spacer-nya. Untuk kawatnya selama ini perangkum paké enamel wire (kawat dinamo) # 18 atau 16 (diameter mm). Pernah dicoba paké kabel speaker, tapi lantaran kelewat lemes jadinya gampang kusut dan mbundel kalo nggak sabaran waktu nggulung dan ngebentangnya kembali (kalo lagi dipakai working portable). Ada juga yang paké kawat # 14/1.6 mm) atau # 12/2 mm, mungkin lantaran ybs. memang senengnya WKG QRO ;-) ;-) BTW, kalo mau ngebahan spacer dari acrylic atau plexiglass jangan kaget karena doku-nya memang antep (mahal) kalo mesti beli baru di toko, apalagi belinya mesti utuh (1 x 2 mtr), nggak boleh dikèthèng - jadi paké aja potongan acrylic sheet yang bisa dipulung dari biro iklan (advertising agency), sebagai sisa-sisa pembuatan barang-barang promosi, neon sign, papan iklan dll. Tebalnya macam-macam, dari 1 10 mm. Tambah tebal < bam, ybøko/1: Multiband Wire Antennas, halaman 15/15 >

Antena Dipole Oleh YC0PE Ridwan Lesmana

Antena Dipole Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Hal 1 dari 5 halaman Antena Dipole Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Untuk LEMLOKTA Edisi pertama ini, sengaja Penulis menurunkan artikel tentang Antena Dipole. Mengapa???. Jika Anda adalah seorang anggota ORARI

Lebih terperinci

ANTENA YAGI untuk 2 m Band Oleh YC0PE Ridwan Lesmana

ANTENA YAGI untuk 2 m Band Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Hal 1 dari 8 halaman ANTENA YAGI untuk 2 m Band Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Pengantar : Antena Yagi diketemukan oleh Professor Hidetsugu Yagi dan Assistannya Shintaro Uda pada tahun 1925. Antena Yagi merupakan

Lebih terperinci

BALUN Bagian Pertama Oleh YC0PE Ridwan Lesmana

BALUN Bagian Pertama Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Hal 1 dari 5 halaman BALUN Bagian Pertama Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Untuk LEMLOKTA Edisi kedua ini, sesuai janji sebelumnya, Penulis menurunkan artikel tentang Bagaimana membuat BALUN yang murah dan meriah.

Lebih terperinci

ROTARY DIPOLE untuk Band 80m Oleh YC0PE Ridwan Lesmana

ROTARY DIPOLE untuk Band 80m Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Hal 1 dari 8 halaman ROTARY DIPOLE untuk Band 80m Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Pada LEMLOKTA Edisi-04 yang lalu, Penulis sudah menguraikan secara detail bagaimana mengatasi masalah mendirikan antenna untuk

Lebih terperinci

ANTENA YAGI. Oleh : Sunarto YBØUSJ

ANTENA YAGI. Oleh : Sunarto YBØUSJ ANTENA YAGI Oleh : Sunarto YBØUSJ UMUM Sebelum kita berbicara tentang antena Yagi atau antena pengarah marilah kita menengok terlebih dahulu antena isotropic. Antena isotropic adalah antena yang memancarkan

Lebih terperinci

SHORTY DIPOLE Oleh YC0PE Ridwan Lesmana

SHORTY DIPOLE Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Hal 1 dari 8 halaman SHORTY DIPOLE Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Bagi Rekan-rekan amatir radio yang tinggal dikota atau kompleks perumahan yang padat, tentu ada yang mengalami masalah sulit untuk mendirikan

Lebih terperinci

Antenna Super J-Pole untuk 70 cm Band Oleh YC0PE Ridwan Lesmana

Antenna Super J-Pole untuk 70 cm Band Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Hal 1 dari 6 halaman Antenna Super J-Pole untuk 70 cm Band Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Gambar antena Super J-Pole dapat dilihat berikut ini. Seperti sudah Penulis janjikan dalam LEMLOKTA Edisi 10 yang lalu,

Lebih terperinci

Antenna J-Pole untuk 70 cm Band atau 2 m Band Oleh YC0PE Ridwan Lesmana

Antenna J-Pole untuk 70 cm Band atau 2 m Band Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Hal 1 dari 7 halaman Antenna J-Pole untuk 70 cm Band atau 2 m Band Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Rubrik pembinaan dalam Teknik Radio kali ini menampilkan suatu jenis antena yang disebut J-Pole. Disedbut demikian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATCHING IMPEDANSI ANTENA DIPOLE SEDERHANA 152 MHz DENGAN ANTENA DIPOLE GAMMA MATCH 152 MHz

PERBANDINGAN MATCHING IMPEDANSI ANTENA DIPOLE SEDERHANA 152 MHz DENGAN ANTENA DIPOLE GAMMA MATCH 152 MHz JETri, Volume 9, Nomor 1, Agustus 2009, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372 PERBANDINGAN MATCHING IMPEDANSI ANTENA DIPOLE SEDERHANA 152 MHz DENGAN ANTENA DIPOLE GAMMA MATCH 152 MHz Henry Candra & Ferdinansyah*

Lebih terperinci

Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.

Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui bagian-bagian antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.

Lebih terperinci

mqw pasd hjklz bnm erty pasd hjklz bnm erty pasd hjklz bnm uiop fghjk

mqw pasd hjklz bnm erty pasd hjklz bnm erty pasd hjklz bnm uiop fghjk Jpa asd klzx nm asd klzx nm asd klzx we opa hjk lzxc mq 1/9 a e e asdf k cvbn qwer erty erty fghjk nmq The mrty klzx qwe TIGA e Legenda da t y pas y pas j e asd serup Disunti [b ary G5RV an W5GI, opa jklz

Lebih terperinci

Skypper Antenna. Pada posting kali ini saya akan mereview tentang antenna yang menjadi favorit saya sendiri yaitu Skypper Antenna.

Skypper Antenna. Pada posting kali ini saya akan mereview tentang antenna yang menjadi favorit saya sendiri yaitu Skypper Antenna. SKYPPER ANTENNA Skypper Antenna Pada posting kali ini saya akan mereview tentang antenna yang menjadi favorit saya sendiri yaitu Skypper Antenna. Apakah Skypper Antenna itu? Diantara rekan2 pecinta 27

Lebih terperinci

Pertemuan 9 SISTEM ANTENA. DAHLAN ABDULLAH

Pertemuan 9 SISTEM ANTENA. DAHLAN ABDULLAH Pertemuan 9 SISTEM ANTENA DAHLAN ABDULLAH dahlan.unimal@gmail.com http://www.dahlan.web.id PENDAHULUAN Dalam sejarah komunikasi, perkembangan teknik informasi tanpa menggunakan kabel ditetapkan dengan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR RADIO KOMUNIKASI ANTENA DIPOLE DAN MONOPOLE JAKARTA Diterbitkan oleh :

PENGETAHUAN DASAR RADIO KOMUNIKASI ANTENA DIPOLE DAN MONOPOLE JAKARTA Diterbitkan oleh : PAKET LATIH DIRI Nomor TEK-9805 PENGETAHUAN DASAR RADIO KOMUNIKASI ANTENA DIPOLE DAN MONOPOLE JAKARTA 1998 Diterbitkan oleh : ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA PUSAT PO BOX 6797 JKSRB, Jakarta 12067 ANTENA

Lebih terperinci

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band High Frequency (HF). Mahasiswa

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

CARA PEMASANGAN RADIO KOMUNIKASI DAN ANTENA I. Alat yang harus disiapkan 1. Radio Transceiver VHF/HF 2. Power Supply /Accu 12 Volt min 20 Amp 3.

CARA PEMASANGAN RADIO KOMUNIKASI DAN ANTENA I. Alat yang harus disiapkan 1. Radio Transceiver VHF/HF 2. Power Supply /Accu 12 Volt min 20 Amp 3. CARA PEMASANGAN RADIO KOMUNIKASI DAN ANTENA I. Alat yang harus disiapkan 1. Radio Transceiver VHF/HF 2. Power Supply /Accu 12 Volt min 20 Amp 3. Kabel coaxial 50 ohm secukupnya 4. Antena VHF/HF 5. Tiang

Lebih terperinci

<< serial ngobrol- ngalor- ngidul ihwal per-antenna-an bersama bam, ybøko/1 >> << Edisi TULISAN LEPAS, Lebaran 2005 >>

<< serial ngobrol- ngalor- ngidul ihwal per-antenna-an bersama bam, ybøko/1 >> << Edisi TULISAN LEPAS, Lebaran 2005 >> OCF (off-center fed) Dipole Antenna ato yang suka di-gebyah-uyah dengan sebutan WINDOM Antenna > OCF (off-center fed) Antenna Sejarahnya: Menyadari bahwa antenna seharusnya

Lebih terperinci

ANTENA TELEKOMUNIKASI

ANTENA TELEKOMUNIKASI BAGIAN 6 ANTENA TELEKOMUNIKASI Tujuan Setelah mempelajari bagian ini diharapkan dapat: 5. Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. 6. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam

Lebih terperinci

Antena ½ Folded Dipole Vertikal untuk Komunikasi Jarak Sedang

Antena ½ Folded Dipole Vertikal untuk Komunikasi Jarak Sedang Antena ½ Folded Dipole Vertikal untuk Komunikasi Jarak Sedang Hari Satriyo Basuki Pusat Penelitian Informatika LIPI harisb1@yahoo.com Abstract There are many antenna type used in high frequency band for

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI MODIFIKASI OMNIDIRECTIONAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENERIMA SIARAN TELEVISI ULTRA HIGH FREQUENCY

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI MODIFIKASI OMNIDIRECTIONAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENERIMA SIARAN TELEVISI ULTRA HIGH FREQUENCY RANCANG BANGUN ANTENA YAGI MODIFIKASI OMNIDIRECTIONAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENERIMA SIARAN TELEVISI ULTRA HIGH FREQUENCY Asep Saadilah 1, Fitri Imansyah 2, Dedy Suryadi 3 Prodi Teknik Elektro, Jurusn

Lebih terperinci

ANTENA DIPOLE DAN MONOPOLE

ANTENA DIPOLE DAN MONOPOLE DIPOL E MO NOPO LE ANTENA DIPOLE DAN MONOPOLE Oleh : Sunarto YB0USJ UMUM Salah satu bagian penting dari suatu stasiun radio adalah antena, ia adalah sebatang logam yang berfungsi menerima getaran listrik

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY (LPDA) PADA RENTANG FREKUENSI MHZ

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY (LPDA) PADA RENTANG FREKUENSI MHZ DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY (LPDA) PADA RENTANG FREKUENSI 412-810 MHZ LAPORAN TUGAS AKHIR Ditulis untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma 3 oleh : ANA INGIN

Lebih terperinci

Makalah Peserta Pemakalah

Makalah Peserta Pemakalah Makalah Peserta Pemakalah ISBN : 978-979-17763-3-2 PERANCANGAN ANTENNA YAGI FREKUENSI 400-405 MHZDIGUNAKAN PADA TRACKING OBSERVASI METEO VERTIKAL DARI PAYLOAD RADIOSONDE RS II-80 VAISALA Lalu Husnan Wijaya

Lebih terperinci

80-40m shortened FAN Dipole (antena pendek yang cukup efisien buat dibentang di lahan cekak)

80-40m shortened FAN Dipole (antena pendek yang cukup efisien buat dibentang di lahan cekak) 80-40m shortened FAN Dipole (antena pendek yang cukup efisien buat dibentang di lahan cekak) Sejalan dengan obsesi penulis yang pingin liat dan dengar lebih banyak dan lebih banyak lagi rekans amatir yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND BAB 4 PENERAPAN PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND 4.1 ANTENA SINGLE ELEMENT MULTIBAND Perancangan antena single element multiband melalui beberapa tahap penelitian. Pertama dilakukan penelitian single element

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Perangkat elektronik atau perangkat komunikasi dapat saling berhubungan diperlukan antena yang menggunakan frekuensi baik sebagai pemancar ataupun penerima.

Lebih terperinci

Varian Antena Dipole dan Monopole

Varian Antena Dipole dan Monopole LOGO Varian Antena Dipole dan Monopole Materi di ambil dari berbagai sumber : ANTENNAS Oleh John D. Kraus Dan ANTENNAS FROM THEORY TO PRACTICE Oleh Yi Huang dan Kevin Boyle Dan ANTENNA THEORY ANALYSIS

Lebih terperinci

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP Fandy Himawan [1], Aad Hariyadi [2], Moch.Taufik [3] Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital,

Lebih terperinci

VARIAN ANTENA DIPOLE DAN MONOPOLE

VARIAN ANTENA DIPOLE DAN MONOPOLE VARIAN ANTENA DIPOLE DAN MONOPOLE LOGO Varian Antena Dipole dan Monopole Materi di ambil dari berbagai sumber : ANTENNAS Oleh John D. Kraus Dan ANTENNAS FROM THEORY TO PRACTICE Oleh Yi Huang dan Kevin

Lebih terperinci

Tri Nopiani Damayanti,ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT ANTENA PADA SISTEM SELULER

Tri Nopiani Damayanti,ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT ANTENA PADA SISTEM SELULER Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Tri Nopiani Damayanti,ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT ANTENA PADA SISTEM SELULER Macam-Macam Jenis Antena yang ada di BTS

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI 727.25 MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V. 1.6.2e Andi Azizah andiazizah_az@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Prosedur & konvensi standard untuk memanggil, menjawab dan berbicara. Memulai dan memutuskan hubungan / kontak. Teknik Pertukaran callsign.

Prosedur & konvensi standard untuk memanggil, menjawab dan berbicara. Memulai dan memutuskan hubungan / kontak. Teknik Pertukaran callsign. Sylabus Materi Penegak Peraturan radio Peraturan lingkungan regulasi, PP, UU, KEPMEN ijin amatir radio biaya / fee callsign batasan power / daya pancar batasan 3 rd party traffic operasi emergency chipher

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan antenna saat ini semakin berkembang terutama untuk system komunikasi. Antenna adalah salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis. Perancangan

Lebih terperinci

Sheet1. Prosedur & konvensi standard untuk memanggil, menjawab dan berbicara. Memulai dan memutuskan hubungan / kontak. Teknik Pertukaran callsign.

Sheet1. Prosedur & konvensi standard untuk memanggil, menjawab dan berbicara. Memulai dan memutuskan hubungan / kontak. Teknik Pertukaran callsign. Sylabus Amatir Radio Peraturan radio Peraturan lingkungan regulasi, PP, UU, KEPMEN ijin amatir radio biaya / fee callsign batasan power / daya pancar Sheet1 YB YC YD/YH batasan 3 rd party traffic operasi

Lebih terperinci

Merancang Antenna Amatir Radio Menggunakan Software MMANA

Merancang Antenna Amatir Radio Menggunakan Software MMANA Merancang Antenna Amatir Radio Menggunakan Software MMANA Onno W. Purbo, YC0MLC Seharusnya, saya menulis tentang komunikasi digital. Untuk memperkuat minat rekan-rekan amatir radio dalam menggunakan komputer.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA 3G UNTUK WIRELESS INTERNET ABSTRAK

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA 3G UNTUK WIRELESS INTERNET ABSTRAK PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA 3G UNTUK WIRELESS INTERNET Arief Tegar Laksono / 0322143 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Krtisten Maranatha, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH no. 65,

Lebih terperinci

MENDESAIN DAN MEMBUAT ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 10 dbi

MENDESAIN DAN MEMBUAT ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 10 dbi MENDESAIN DAN MEMBUAT ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI 400-970 MHz DENGAN GAIN 10 dbi LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Televisi pada dasarnya terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu, sisi penghasil sinyal yang disebut sebagai sisi studio, dan sisi penyaluran yang disebut

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI 425-890 MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA 2.1 Antena Dipole Antena dipole tunggal adalah suatu antena resonan yang mempunyai panjang total nominal ½ λ pada frekuensi pembawa, biasanya disebut antena dipole setengah gelombang

Lebih terperinci

PENGUJIAN DAYA PANCAR ANTENA YAGI TERHADAP EMPAT JENIS ANTENA PENERIMA

PENGUJIAN DAYA PANCAR ANTENA YAGI TERHADAP EMPAT JENIS ANTENA PENERIMA PENGUJIAN DAYA PANCAR ANTENA YAGI TERHADAP EMPAT JENIS ANTENA PENERIMA Andi Sri Irtawaty 1, Maria Ulfah 2, Hadiyanto 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Negeri Balikpapan E-mail: andi.sri@poltekba.ac.id,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN FABRIKASI ANTENA LTE MIKROSTRIP DENGAN FREKUENSI FIXED 2,6 GHZ DAN MOBILE 2,3 GHZ

ANALISIS DAN FABRIKASI ANTENA LTE MIKROSTRIP DENGAN FREKUENSI FIXED 2,6 GHZ DAN MOBILE 2,3 GHZ Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS DAN FABRIKASI ANTENA LTE MIKROSTRIP DENGAN FREKUENSI FIXED 2,6 GHZ DAN MOBILE 2,3 GHZ LTE ANALYSIS AND FABRICATION OF MICROTRIP ANTENNA WITH A FIXED FREQUENCY 2,6

Lebih terperinci

orari dari redaksi Daftar Komponen b u l e t i n e l e k t r o n i s b u l a n a n Mei 2002 nomor 12 diterbitkan oleh mailing list orari-news

orari dari redaksi Daftar Komponen b u l e t i n e l e k t r o n i s b u l a n a n Mei 2002 nomor 12 diterbitkan oleh mailing list orari-news b u l e t i n e l e k t r o n i s b u l a n a n orari Mei 2002 nomor 12 diterbitkan oleh mailing list orari-news Tim Redaksi Arman Yusuf, YBØKLI D. Farianto, YB7UE Handoko Prasodjo, YC2RK Buletin ini diterbitkan

Lebih terperinci

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0 SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0 Hermanto Siambaton, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

Simulasi Peredaman Gangguan Sag Pada Tegangan Masukan Power Supply Di Personal Computer

Simulasi Peredaman Gangguan Sag Pada Tegangan Masukan Power Supply Di Personal Computer Simulasi Peredaman Gangguan Sag Pada Tegangan Masukan Power Supply Di Personal Computer Andreas D Simanjuntak (1122061) Email: andreasdouglas.simanjuntak@gmail.com Program Studi Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Akses Internet Gratis dengan Antena Kaleng

Akses Internet Gratis dengan Antena Kaleng Akses Internet Gratis dengan Antena Kaleng Author: NOESAPATI Ebook ini dapat anda gandakan dan sebarkan kepada siapapun secara gratis, dengan syarat anda tidak mengubah isi dari ebook ini. hidup gue bergantung

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 9 dbi

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 9 dbi DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI 430-1000 MHz DENGAN GAIN 9 dbi LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G Abdullah Habibi Lubis, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN, SIMULASI dan PABRIKASI ANTENA

BAB 3 PERANCANGAN, SIMULASI dan PABRIKASI ANTENA BAB 3 PERANCANGAN, SIMULASI dan PABRIKASI ANTENA 3.1 Bahan dan Spesifikasi Antena Rancangan Antena mikrostrip segiempat susun empat elemen pada tesis ini dirancang untuk beroperasi pada frekuensi kerja

Lebih terperinci

A Case Study and Analysis on Input Reactance and Resistance, Electric Field and Losses of Crossed Field Antenna (CFA) ABSTRACT

A Case Study and Analysis on Input Reactance and Resistance, Electric Field and Losses of Crossed Field Antenna (CFA) ABSTRACT A Case Study and Analysis on Input Reactance and Resistance, Electric Field and Losses of Crossed Field Antenna (CFA) Mochamad Ricky Firmansyah / Nrp. 0222112 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Spider Beam adalah fullsize 3-Band Beam yang ringan, dikonstruksi dari fiberglas dan kawat. Ini adalah antena pengarah idaman untuk para Dxpedition.

Spider Beam adalah fullsize 3-Band Beam yang ringan, dikonstruksi dari fiberglas dan kawat. Ini adalah antena pengarah idaman untuk para Dxpedition. Spider Beam adalah fullsize 3-Band Beam yang ringan, dikonstruksi dari fiberglas dan kawat. Ini adalah antena pengarah idaman untuk para Dxpedition. Berat total dari antena hanya kg ini sangat ideal untuk

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz

BAB III. PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz BAB III PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz 3.1 Perencanaan Suatu Antena Yagi Dari rumus-rumus antena yang diketahui, dapat direncanakan suatu antena yagi. Perancangan antena ini meliputi beberapa hal, diantaranya:

Lebih terperinci

Varian Antena Dipole dan Monopole

Varian Antena Dipole dan Monopole LOGO Varian Antena Dipole dan Monopole Materi di sadur dari buku ANTENNA THEORY ANALYSIS AND DESIGN oleh Constantine A. Balanis Dan ANTENNAS FROM THEORY TO PRACTICE Oleh Yi Huang dan Kevin Boyle Dan Referensi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY 3.1 UMUM Pada Tesis ini akan merancang dan fabrikasi antena mikrostrip array linier 4 elemen dengan pencatu berbentuk T untuk aplikasi WiMAX yang beroperasi di

Lebih terperinci

ALUMUNIUM BAHAN ANTENA UNTUK OPTIMASI TRANSMISI GELOMBANG RADIO

ALUMUNIUM BAHAN ANTENA UNTUK OPTIMASI TRANSMISI GELOMBANG RADIO ALUMUNIUM BAHAN ANTENA UNTUK OPTIMASI TRANSMISI GELOMBANG RADIO Roni Kartika Pramuyanti Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Semarang Email: elektro@umk.ac.id ABSTRAK Antena merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP WIDEBAND H-SHAPED PADA FREKUENSI GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP WIDEBAND H-SHAPED PADA FREKUENSI GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP WIDEBAND H-SHAPED PADA FREKUENSI 2.3-2.8 GHz Harry Natanael Mountana 1, Bambang Setia Nugroho 2, Yuyu Wahyu 3 Fakultas Teknik Elektro,Universitas Telkom Bandung Harrynael@yahoo.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA DUAL CIRCULAR LOOP SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI DIGITAL PADA RENTANG FREKUENSI UHF (ULTRA HIGH FREQUENCY)

PERANCANGAN ANTENA DUAL CIRCULAR LOOP SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI DIGITAL PADA RENTANG FREKUENSI UHF (ULTRA HIGH FREQUENCY) PERANCANGAN ANTENA DUAL CIRCULAR LOOP SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI DIGITAL PADA RENTANG FREKUENSI UHF (ULTRA HIGH FREQUENCY) Hanardi Satrio *), Imam Santoso, and Teguh Prakoso Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

Merakit sendiri Zee-matcher, ATU/Matching Unit sederhana yang

Merakit sendiri Zee-matcher, ATU/Matching Unit sederhana yang Merakit sendiri Zee-matcher, ATU/Matching Unit sederhana yang serbaguna Prakata: Artikel tentang Z-matcher ini untuk pertama kali ditulis di awal 2000, sebagai Bab V dari kompilasi tulisan bertajuk: ANTENA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Umum Antena adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel. Sistem Telekomunikasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENNA STAR BOLIC SOLUSI MENERIMA SIGNAL WIFI JARAK JAUH

PERANCANGAN ANTENNA STAR BOLIC SOLUSI MENERIMA SIGNAL WIFI JARAK JAUH PERANCANGAN ANTENNA STAR BOLIC SOLUSI MENERIMA SIGNAL WIFI JARAK JAUH Mulyana Sandi 1), Taufik Baidawi 2) 1) AMIK BSI Sukabumi Email:info@mulyanasandi.web.id 2) AMIK BSI Sukabumi Email:tfb_bdw@yahoo.com

Lebih terperinci

Contents. Pendahuluan. Jenis-jenis Antenna feedline. Feedline pada antena tunggal dan array. Matching Impedance. Balun

Contents. Pendahuluan. Jenis-jenis Antenna feedline. Feedline pada antena tunggal dan array. Matching Impedance. Balun LOGO Contents 1 2 3 4 5 Pendahuluan Jenis-jenis Antenna feedline Feedline pada antena tunggal dan array Matching Impedance Balun 6 7 2 Where are We? 1 2 3 4 5 6 7 3 Pendahuluan Antena biasanya tidak dicatu

Lebih terperinci

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran 11 BAB III WAVEGUIDE 3.1 Bumbung Gelombang Persegi (waveguide) Bumbung gelombang merupakan pipa yang terbuat dari konduktor sempurna dan di dalamnya kosong atau di isi dielektrik, seluruhnya atau sebagian.

Lebih terperinci

BALUN Bagian Kedua Oleh YC0PE Ridwan Lesmana

BALUN Bagian Kedua Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Hal 1 dari 5 halaman BALUN Bagian Kedua Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Sesuai janji Penulis sebelumnya pada Artikel BALUN Bagian Pertama, maka pada kesempatan ini Penulis akan melanjutkan dengan artikel Bagaimana

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX Eva Smitha Sinaga, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater,

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 10,5 dbi

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 10,5 dbi DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI 430-1000 MHz DENGAN GAIN 10,5 dbi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Oleh :

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena pada Frekuensi HF sebagai Base Station untuk Komunikasi di Laut

Rancang Bangun Antena pada Frekuensi HF sebagai Base Station untuk Komunikasi di Laut 1/6 Rancang Bangun Antena pada Frekuensi HF sebagai Base Station untuk Komunikasi di Laut Dhika Dwiputra1), Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA1),Eko Setijadi, S.T., M.T., Ph.D.1) 1) Bidang Studi Telekomunikasi

Lebih terperinci

Telekomunikasi Radio. Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta

Telekomunikasi Radio. Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta Telekomunikasi Radio Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta Telekomunikasi Radio Merupakan suatu bentuk komunikasi modern yang memanfaatkan gelombang radio sebagai sarana untuk membawa suatu pesan

Lebih terperinci

EKA SETIA N,S.T.,M.T.

EKA SETIA N,S.T.,M.T. EKA SETIA N,S.T.,M.T. Varian Antena Dipole dan Monopole Materi di sadur dari buku ANTENNAS Oleh John D. Kraus Dan ANTENNAS FROM THEORY TO PRACTICE Oleh Yi Huang dan Kevin Boyle Dan ANTENNA THEORY ANALYSIS

Lebih terperinci

BLEKOK QRP SSB TRANSCEIVER

BLEKOK QRP SSB TRANSCEIVER BLEKOK QRP SSB TRANSCEIVER INDRA S EKOPUTRO (YD1JJJ) Jl.Srikandi V/21 Bumi Indraprasta Bogor INDONESIA Email: indrasep@gmail.com indrasep@yahoo.com Hobi komunikasi radio, saya tekuni sejak masih sekolah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Antena Double Cross Dipole, Satelit NOAA,, WXtoImg.

ABSTRAK. Kata Kunci : Antena Double Cross Dipole, Satelit NOAA,, WXtoImg. ABSTRAK Pada saat ini terdapat banyak satelit penginderaan jauh yang beroperasi dengan masing-masing misi dan karakteristiknya. Salah satu diantaranya ialah satelit cuaca NOAA (National Oceanic and Atmospheric

Lebih terperinci

Mendengar Sinyal DX yang Lemah pada 80 & 160

Mendengar Sinyal DX yang Lemah pada 80 & 160 Mendengar Sinyal DX yang Lemah pada 80 & 160 Jo, YC0LOW 11 Februari, 2007 ORARI, Lokal Cilandak * Bahan-bahan dari Bill, W4ZV 2/12/2007 1 Pengantar You can t work em if you can t hear em! ~The Old Timer

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA DUAL CIRCULAR LOOP SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI DIGITAL PADA RENTANG FREKUENSI UHF (ULTRA HIGH FREQUENCY)

PERANCANGAN ANTENA DUAL CIRCULAR LOOP SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI DIGITAL PADA RENTANG FREKUENSI UHF (ULTRA HIGH FREQUENCY) PERANCANGAN ANTENA DUAL CIRCULAR LOOP SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI DIGITAL PADA RENTANG FREKUENSI UHF (ULTRA HIGH FREQUENCY) Hanardi Satrio *), Imam Santoso, Teguh Prakoso Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

Budi Basuki Subagio 1, Ika Aditya Febriani Putri 2, Ridwan Bagus Santoso 3. Keywords : antenna;folde;dipole;radio;communication

Budi Basuki Subagio 1, Ika Aditya Febriani Putri 2, Ridwan Bagus Santoso 3. Keywords : antenna;folde;dipole;radio;communication . JURNAL TELE Volume 13 Nomor 2 Edisi Oktober 2015 Rancang Bangun Antena Folde Dipole Pada Frekuensi Kerja 7,070 MHz Dan 11,2420 MHz Untuk Mendukung Praktikum Komunikasi Radio Di Laboratorium Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Secara umum, antena adalah sebuah perangkat yang mentransformasikan sinyal EM dari saluran transmisi kedalam bentuk sinyal radiasi gelombang EM dalam ruang

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA DELTA LOOP DOUBLE BAND SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI VHF (VERY HIGH FREQUENCY) DAN UHF (ULTRA HIGH FRQUENCY)

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA DELTA LOOP DOUBLE BAND SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI VHF (VERY HIGH FREQUENCY) DAN UHF (ULTRA HIGH FRQUENCY) PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA DELTA LOOP DOUBLE BAND SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI (VERY HIGH FREQUENCY) DAN (ULTRA HIGH FRQUENCY) Aditya Pratama *), Yuli Christiyono, and Munawar Agus Riyadi Jurusan

Lebih terperinci

Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom BANDUNG, 2012

Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom BANDUNG, 2012 PENGENALAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI Modul : 06 Media Transmisi Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom BANDUNG, 2012 1 2 3 Konfigurasi Sistem Transmisi Sistem

Lebih terperinci

Teknik Transmisi. Radio

Teknik Transmisi. Radio Teknik Transmisi By : Dwi Andi Nurmantris Radio 8. SMITH CHART (Pengenalan dan Aplikasinya) PENGENALAN SMITH CHART Skala Resistansi (bagian Real) Skala Reaktansi (bagian imajiner) Skala Sudut Koefisien

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless, BAB II TEORI DASAR ANTENA 2.1 Umum Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless, antena radio pertama dibuat oleh Heinrich Hertz yang tujuannya untuk membuktikan keberadaan gelombang

Lebih terperinci

BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT

BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT 3.1. Pendahuluan Antena slot mikrostrip menggunakan slot berbentuk persegi panjang ini merupakan modifikasi dari desain-desain

Lebih terperinci

Connecting & Using the BGAN for Internet Access Menghubungkan dan Menggunakan Alat BGAN

Connecting & Using the BGAN for Internet Access Menghubungkan dan Menggunakan Alat BGAN Connecting & Using the BGAN for Internet Access Menghubungkan dan Menggunakan Alat BGAN 1. Set the BGAN on a flat, stable surface outside where you can see the screen. There should not be anything above

Lebih terperinci

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band Ultra High Frequency (HF).

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz 1 Antonius Irianto. S, ST., MT 2 Betty Savitri, ST., MT 3 Busono Soerowirdjo, Ph.D 1 Univ. Gunadarma, irianto@staff.gunadarma.ac.id 2 Univ. Gunadarma, bsavitri@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

Internet Gratis dengan Wajan Bolic By Purwanto SN Medio Januari 2010.

Internet Gratis dengan Wajan Bolic By Purwanto SN Medio Januari 2010. Internet Gratis dengan Wajan Bolic By Purwanto SN purwantosetyonugroho@yahoo.com Medio Januari 2010. Pagi hari pertengahan bulan januari 2010, saya melihat sebuah wajan hitam tergeletak di sudut rumah,

Lebih terperinci

MENDIRIKAN STASIUN RADIO AMATIR Oleh : Sunarto YBØUSJ PERALATAN DAN FASILITAS YANG DIPERLUKAN

MENDIRIKAN STASIUN RADIO AMATIR Oleh : Sunarto YBØUSJ PERALATAN DAN FASILITAS YANG DIPERLUKAN MENDIRIKAN STASIUN RADIO AMATIR Oleh : Sunarto YBØUSJ PERALATAN DAN FASILITAS YANG DIPERLUKAN RUANGAN STASIUN Perangkat radio amatir buatan pabrik makin hari makin kecil dimensinya, sehingga relatif makin

Lebih terperinci

Varian Antena Dipole dan Monopole

Varian Antena Dipole dan Monopole LOGO Varian Antena Dipole dan Monopole Materi di sadur dari buku ANTENNAS Oleh John D. Kraus Dan ANTENNAS FROM THEORY TO PRACTICE Oleh Yi Huang dan Kevin Boyle Dan ANTENNA THEORY ANALYSIS AND DESIGN oleh

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ABSTRAK Transceiver (transmitter receiver) tidak hanya digunakan untuk komunikasi suara saja tetapi dapat digunakan untuk komunikasi data dengan menggunakan sebuah modem. Untuk komunikasi jarak jauh biasa

Lebih terperinci

Antena Cobra. (contoh lain dari sebuah linear loaded antena) kolom per-antena-an. bersama bam, ybøko/1

Antena Cobra. (contoh lain dari sebuah linear loaded antena) kolom per-antena-an. bersama bam, ybøko/1 Antena Cobra (contoh lain dari sebuah linear loaded antena) kolom per-antena-an Pengantar: bersama bam, ybøko/1 Antena yang bisa bekerja Multiband, misalnya yang mencakup band 80 ~ 10m, sepertinya merupakan

Lebih terperinci

POWER SUPPLY 13,8 Volt 25 Ampere Oleh YC0PE Ridwan Lesmana

POWER SUPPLY 13,8 Volt 25 Ampere Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Hal 1 dari 9 halaman POWER SUPPLY 13,8 Volt 25 Ampere Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Pengantar : Power Supply merupakan salah satu peralatan yang dibutuhkan dalam komunikasi radio, khususnya bagi Rekan-Rekan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penyewanya untuk layanan TV broadcast sehingga. Dikarenakan parameter dan terbatasnya alat ukur yang digunakan maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penyewanya untuk layanan TV broadcast sehingga. Dikarenakan parameter dan terbatasnya alat ukur yang digunakan maka BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Telah diinformasikan pada bab 1 bahwa di mall Senayan City system Master Antenna Televisi (MATV) digunakan untuk mendukung aktifitas serta memenuhi kebutuhan penyewanya

Lebih terperinci

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Perancangan Grounding untuk Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Di Teknik Elektro (Wahyudi Budi P dkk) PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Global Positioning System (GPS) Global Positioning System (GPS) merupakan sebuah sistem navigasi satelit yang digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat pada permukaan bumi.

Lebih terperinci

Designing WLAN based Metropolitan Area Network (MAN)

Designing WLAN based Metropolitan Area Network (MAN) Designing WLAN based Metropolitan Area Network (MAN) Mengapa Disain MAN Menjadi Penting? Salah satu penyebab utama mengapa hancurnya jaringan Wireless LAN yang dikembangkan untuk WARNET di Jogyakarta &

Lebih terperinci

Perancangan dan Realisasi Antena Double Cross Dipole Untuk Stasiun Bumi Sebagai Antena Penerima Sinyal Satelit NOAA

Perancangan dan Realisasi Antena Double Cross Dipole Untuk Stasiun Bumi Sebagai Antena Penerima Sinyal Satelit NOAA 1 ISSN 1979-2867 (print) Electrical Engineering Journal Vol. 4 (2013) No. 1, pp. 1-17 Perancangan dan Realisasi Antena Double Cross Dipole Untuk Stasiun Bumi Sebagai Antena Penerima Sinyal Satelit NOAA

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENGOPTIMALKAN POLA RADIASI SUSUNAN ANTENA

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENGOPTIMALKAN POLA RADIASI SUSUNAN ANTENA APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENGOPTIMALKAN POLA RADIASI SUSUNAN ANTENA Eston Damanus Lingga/0222180 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl.Prof.Drg.Suria Sumantri 65, Bandung 40164, Indonesia

Lebih terperinci

Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)

Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band) 24 Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band) Rudy Yuwono,ST.,MSc. Abstrak -Kemajuan teknologi komunikasi menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, khususnya komunikasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz 1 Antonius Irianto. S, ST., MT 2 Betty Savitri, ST., MT 3 Busono Soerowirdjo, Ph.D 1 Univ. Gunadarma, irianto@staff.gunadarma.ac.id 2 Univ. Gunadarma, bsavitri@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci