Trombositemi Esensial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Trombositemi Esensial"

Transkripsi

1 Trombositemi Esensial Amaylia Oehadian Sub Bagian HematologiOnkologi Medik SMF Penyakit Dalam FK UNPAD / RS Perjan Hasan Sadikin Diajukan pada Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, Bandung 35 April 2003 Pendahuluan Trombositemi/trombositosis adalah peningkatan jumlah trombosit di atas /mm 3 atau /mm 3. Terdapat 3 kelainan utama penyebab trombositemi, yaitu : kelainan klonal (Trombositemi esensial/primer dan kelainan mieloproliferatif lain), familial (mutasi trombopoietin) dan trombositosis reaktif terhadap berbagai penyebab akut dan kronis. 1 Trombositemi primer sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan hematologi pada penderita yang asimtomatis. Trombositemi esensial pertama kali dilaporkan oleh di Guglielmo pada tahun 1920 dan Epstein dan Goedel pada tahun Pada saat itu, Trombositemi esensial dianggap merupakan bagian dari penyakit mieloproliferatif yang lain (Polisitemia vera, Lekemi mielositik kronik, Mielofibrosis dengan mieloid metaplasia). 1,2 Pada tahun1960, Trombositemi esensial ditentukan sebagai suatu penyakit mieloproliferatif yang berbeda. 1 Pada makalah ini akan dibicarakan definisi, patofisiologi, kriteria diagnostik, terapi, komplikasi dan prognosis Trombositemi esensial. Defisini Trombositemi esensial adalah kelainan klonal sel induk hematopoietik multipotensial, termasuk kelainan mieloproliferatif dengan ekspresi fenotipe predominan pada jalur megakariosit dan trombosit. 1 Patofisiologi Trombopoietin, suatu ligan reseptor faktor pertumbuhan megakariosit (cmpl / murine myeloproliferative leukemia virus), saat ini dikenal sebagai regulator humoral utama produksi megakariosit dan trombosit. Trombopoietin mempengaruhi pertumbuhan megakariosit mulai dari sel induk sampai produksi trombosit. Sitokinsitokin lain (interlekin 1, interlekin 6, interlekin 11) juga mempengaruhi produksi trombosit pada berbagai tingkat, kemungkinan berkerja sinergi dengan trombopoietin. Trombosit matur berperan penting dalam regulasi kadar trombopoietin plasma. Trombosit mempunyai reseptor terhadap trombopoietin (cmpl) dan memobilisasi trombopoietin dari plasma. Pada keadaan trombositopeni, terjadi peningkatan kadar trombopoietin plasma karena berkurangnya pengikatan trombopoietin oleh trombosit. Peningkatan kadar trombopoietin plasma ini akan merangsang megakariopoiesis. Sebaliknya pada keadaan tombositosis, deplesi plasma trombopoietin akan menurunkan megakariopoiesis. Mekanisme regulasi ini mengatur produksi trombosit. 1

2 Mekanisme pengaturan pertumbuhan megakariosit dan produksi trombosit oleh trombopoietin. 3 Pada Trombositemi esensial, kadar trombopoietin normal atau bahkan meningkat meskipun terjadi peningkatan massa trombosit dan megakariosit. 3,4 Terjadinya disregulasi kadar trombopoietin plasma pada trombositemi esensial diduga disebabkan karena : Produksi trombopoieitin yang berlebihan dan/atau Abnormalitas pengikatan dan pemakainan trombopoietin oleh trombosit dan megakariosit. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya ekspresi cmpl pada trombosit penderita trombositemi esensial. 1,5 Pada Trombositemi esensial, mekanisme mengapa terjadinya ekspresi fenotipe dominan pada jalur megakariosit dan trombosit sebagai akibat kelainan sel induk hematopoietik multipotensial tidak diketahui dengan pasti. Hal tersebut diduga disebabkan karena : 1 Perbedaan respon klon hematopoietik abnormal terhadap faktorfaktor regulator yang cenderung berdiferensiasi menjadi jalur megakariosittrombosit Terjadinya mutasi pada sel multipotensial tertentu yang hanya dapat berdiferensiasi terbatas terutama menjadi trombosit Mekanisme lain yang berperan dalam terjadinya trombositosis pada Trombositemi primer adalah : 1,2 Peningkatan jumlah colonyforming unit megakaryocyte (CFUMEG) Peningkatan pertumbuhan megakariosit tanpa adanya stimulasi faktor pertumbuhan yang diduga disebabkan adanya : megakariopoiesis otonom, atau peningkatan sensitivitas klon trombosit abnormal terhadap aktivitas megakaryocyte colonystimulating activity Penurunan efek inhibisi platelet inhibiting factor (TGF 1) Defek microenvironment Pada trombositosis esensial sering terjadi trombosis terutama di arteri dan perdarahan. Mekanisme terjadinya trombosis dan perdarahan masih belum jelas. 2 Trombosis diduga disebabkan karena : Peningkatan massa trombosit disertai hiperagregabilitas trombosit. 2

3 Aktivasi hemostasis oleh lekosit polimorfonuklear. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan elastase, mieloperoksidase, ekspresi CD11b dan LAP (leucocyte alkaline phosphatase) antigen pada permukaan lekosit yang menyebabkan kerusakan endotel (peningkatan trombomodulin dan faktor von Willebrand antigen) dan hiperkoagulasi (peningkatan kompleks trombinantitrombin, fragmen protrombin 12, Ddimer) pada penderita Trombositemi esensial. 6 Perdarahan diduga disebabkan karena abnormalitas fungsi trombosit (defek kualitatif ) atau inhibisi koagulasi karena trombositosis. 2 Defek kualitatif trombosit yang ditemukan pada trombositopeni esensial adalah: 1 Penyakit von Willebrand didapat Penurunan reseptor adrenergik yang berhubungan dengan menurunnya agregasi terhadap epinefrin Acquired storage pool disease Gangguan aktivitas membran prokoagulan Defisiensi 12lipooksigenase selektif Glikoprotein membran abnormal Peningkatan reseptor Fc Penurunan reseptor prostaglandin D2 Gambaran klinis Penderita Trombositemi esensial biasanya berusia 5070 tahun, insidensi tidak berbeda antara lakilaki dan perempuan. 1 Pada beberapa literatur, Trombositemi esensial dilaporkan ditemukan pada usia muda dan anakanak. 2 Berbeda dengan kelainan mieloproliferatif yang lain, pada trombositemi esensial jarang ditemukan gejala konstitusional atau metabolik seperti demam, berkeringat dan penurunan berat badan. 1 Kelainan fisik yang dapat ditemukan : 1,2 Manifestasi perdarahan ( 1337 % penderita) : epistaksis, easy bruising, petekie, perdarahan traktus gastrointestinal berulang Manifestasi trombosis (1884 % penderita) banyak ditemukan pada orang tua trombosis vena : vena hepatica (sindroma BuddChiari), mesenterika, lienalis, priapism (trombosis vena penis), emboli paru trombosis arteri : transient cerebral ischemia, eritromelalgia (obstruksi mikrosirkulasi jarijari kaki/tangan), dapat berlanjut menjadi akrosianois Spenonegali ringan dapat ditemukan pada 40 % penderita, splenonegali moderate ditemukan pada 2050 % penderita Hepatomegali Limfadenopati (jarang) Ulkus peptikum, varises gaster dan esofagus Gout Abortus berulang dan gangguan pertumbuhan fetus, karena adanya infark multipel di plasenta yang disebabkan thrombus trombosit yang mengakibatkan insufisiensi plasenta

4 Laboratorium Pada Trombositemi esensial didapatkan peningkatan jumlah trombosit ynag bervariasi dari sedikit di atas normal sampai berberapa juta /mm 3. Pada beberapa penderita juga ditemukan anemi ringan dan lekositosis ( /mm 3 ). Kelainan laboratorium lainnya adalah : 1,2,4 Apus darah tepi : Eritrosit : normokrom normositer, dapat hipokrom mikrositer ( pada perdarahan kronik) Lekosit : dapat lekositosis, bergeser ke kiri sampai mielosit, eosinofili, basofili ringan Trombosit : bergumpalgumpal, abnormalitas bentuk, ukuran dan struktur (heavy granulation, hipo granular), giant trombocyte, kadang kadang didapatkan fragmen megakariosit Sumsum tulang: hiperplasia megakariosit, kadangkadang disertai hiperplasia granulosit atau eritrosit, retikulin meningkat LAP ( leucocyte alkaline phosphatase) meningkat pada 40 % penderita LDH dan asam urat meningkat (pada 25 % penderita) Pseudohiperkalemi (karena pelepasan kalium intraseluler dari trombosit dan lekosit selama proses pembekuan invitro ) Trombopoetin normal atau meningkat Kadar interlekin 6 dan CRP rendah Pemanjangan waktu perdarahan (pada < 20 % penderita) Abnormalitas agregasi trombosit : penurunan respon agregasi terhadap kolagen, ADP dan asam arakhidonat ( didapatkan pada kurang dari 1/3 kasus) menghilangnya respon trombosit terhadap epinefrin hiperagregabilitas Kriteria diagnostik Pada tahun 1986, Murphy et al dari Polycthemia Vera Study Group membuat kriteria diagnosis Trombositemi esensial. Barbui pada tahun 2002 membuat modifikasi kriteria diagnosis tersebut menjadi. 7 Kriteria diagnostik Trombositemi Essensial. 7 I Jumlah trombosit > /mm 3 II Hematokrit < 0,46 atau massa eritrosit normal ( lakilaki < 36 ml/kg, wanita < 32 ml/kg) III Cadangan Fe sumsum tulang normal (dengan pewarnaan) atau serum Feritin normal atau MCV (mean corpuscular volume) normal IV Tidak didapatkan kromosom Philadelphia atau mutasi bcr/abl V Fibrosis kolagen pada sumsum tulang : tidak ada atau kurang < 1/3 area biopsi, tanpa disertai splenomegali yang menonjol dan reaksi lekoeritroblastik VI Tidak didapatkan kelainan morfologi atau sitogenetik sindroma mielodisplasi VII Tidak didapatkan penyebab reaktif trombositosis

5 Diagnosis banding Diagnosis banding trombositemi esensial adalah semua penyebab trombositosis sekunder/reaktif, antara lain : 2 fisiologis : latihan fisik, parturien, epinefrin sekunder : infeksi inflamasi neoplasma perdarahan rebound setelah trombositopeni asplenia (anatomik atau fungsional) anemi defisiensi Fe post operasi Perbedaan klinis dan laboratorium antara Trombositemi esensial dan trombositosis reaktif adalah :. 2 Perbedaan Trombositemi esensial dan trombositosis reaktif. 2 Gambaran klinis/laboratorium Trombositemi esensial Trombositosis reaktif trombosis/perdarahan splenomegali peningkatan reaktan fase akut (IL 6, CRP, fibrinogen) fibrosis retikulum pada sumsum tulang kelompok megakariosit pada sumsum tulang klonal hematopoiesis pembentukan koloni spontan kelainan sitogenetik Pengelolaan Pengelolaan Trombositemi esensial harus didasarkan pertimbangan besarnya risiko terjadinya komplikasi trombosis. Faktorfaktor risiko yang menjadi pertimbangan adalah : 7 Stratifikasi risiko trombohemoragik pada Trombositemi esensial Risiko rendah : Umur < 60 tahun, dan Tidak ada riwayat trombosis, dan Jumlah trombosit < /mm 3 Risiko tinggi : Usia > 60 tahun, atau Riwayat trombosis, atau Jumlah trombosit > /mm 3

6 Pada tahun 2002, Gale merekomendasikan pengelolaan Trombositemi esensial sebagai berikut : 8 Rekomendasi pengelolaan penderita Trombositemi esensial. 8 Risiko rendah : hindari obatobatan sitoreduktif (dapat dipertimbangkan bila ada komplikasi) aspirin dosis rendah ( mg/hari) untuk gejalagejala mikrovaskuler (misalnya eritromelalgia) Risiko tinggi : Sitoreduksi hidroksiurea sebagai pilihan pertama pertimbangkan interferon atau Anagrelide pada penderita berusia muda ( < 40 tahun) pertimbangkan Busulfan pada penderita usia tua ( > 70 tahun) Aspirin dosis rendah bila ada riwayat trombosis Obatobat sitoreduksi : 1. Hidroksiurea Hidroksi urea menjadi pilihan terapi Trombositemi esensial karena efektivitasnya dan efek toksik yang rendah. Dosis awal pemberian dalah 1520 mg/kg/hari, kemudian disesuaikan untuk mempertahankan jumlah trombosit kurang dari /mm 3 tanpa disertai penurunan netrofil. Pemberian hidroksiurea menurunkan jumlah trombosit di bawah /mm 3 dalam waktu 8 minggu pad 80 % penderita. Penurunan jumlah trombosit dengan pemberian hidroksiurea berhubungan secara bermakna dengan perbaikan gejala iskemi dan perdarahan. 8 Pada uji klinik random terhadap 114 penderita Esensial trombositemi berusia > 60 tahun, atau adanya riwayat trombosis, atau trombosit > /mm 3, pemberian hidroksiurea selama ratarata 27 bulan menurunkan episode trombosis sebesar 20,4 % (episode trombosis pada kelompok hidroksiurea adalah 3,6 %, sedangkan pada kelompok kontrol 24 %). 9 Efek samping yang sering ditemukan adalah netropeni, anemi makrositik. Netropeni berhubungan dengan dosis dan reversibel dengan penghentian obat selama beberapa hari. Efek samping yang jarang terjadi adalah demam, gejala kutaneus, ulkus tungkai. Penghentian hidroksiurea akan diikuti rebound jumlah tormbosit. Kegagalan hidroksiurea dalam menurunkan jumlah trombosit dilaporkan antara 1121 %. 8 Peningkatan risiko terjadinya lekemi pada pemberian hidroksiurea merupakan hal yang sering dibicarakan akhirakhir ini dan menjadi suatu pertanyaan dalam penggunaannya pada terapi Trombositemi esensial. Hidroksiurea merupakan obat nonalkilating, pada awalnya dianggap tidak bersifat mutagenik. Meskipun demikian pada pemantauan jangka panjang, didapatkan kejadian lekemi akut antara 3,510 % setelah 410 tahun penggunaan hidroksiurea pada penderita Trombositemi esensial dan Polisitemi vera. 8,10 Risiko ini meningkat sebesar 14 % pada penggunaan kombinasi hidroksiurea dengan obat sitotoksik lain selama 8 tahun. 5

7 Faktorfaktor yang diduga berperan dalam transformasi menjadi lekemi akut adalah : Kelainan sitogenetik Kirakira 5 % penderita Trombositemi esensial mempunyai kelainan sitogenetik, terbanyak ditemukan pada kromosom 1,2,5,17,20,21. Delesi 17p merupakan kelainan yang ditemukan pada sebagian besar kasus Trombositemi esensial yang mengalami transformasi menjadi lekemi mieloblastik akut dan sindroma mielodisplasi setelah terapi hidroksiurea. 8,10 Adanya mielofibrosis. 8 Penggunaan obatobat sitotoksik lain. 5,8 Dengan mempertimbangkan risiko dan manfaat, dapat disimpulkan terdapat bukti bahwa pemberian hidroksiurea pada penderita trombositemi esensial dengan risiko tinggi bermanfaat dalam menurunkan risiko trombosis. Sebaliknya, risiko terjadinya lekemi akut pada pemberian hidroksiurea merupakan hal yang sulit diterima pada penderita Trombositemi esensial dengan risiko rendah. Pada saat ini hidroksiurea direkomendasikan hanya pada pengobatan penderita Trombositemi esensial dengan risiko tinggi Busulfan Busulfan merupakan obat alkilating dengan kerja spesifik terhadap proliferasi megakariosit. Dosis yang dipergunakan antara 24 mg/hari, disesuaikan dengan respon hematologis dan pemeriksaan trombosit setiap minggu. Setelah jumlah trombosit normal, kontrol jangka panjang dapat dicapai dengan pemberian intermiten. Dengan cara pemberian ini dapat dihindari efek samping obat yang biasa terjadi pada pemberian dosis tinggi seperti aplasi sumsum tulang, pigmentasi kulit, amenore dan fibrosis paru.meskipun tidak ditemukan adanya transformasi menjadi lekemi akut pada pemberian busulfan pada Trombositemi esensial, pertimbangan adanya kemungkinan efek lekemogenik membatasi penggunaannya hanya pada orang tua Interferon Rekombinan interferon (IFN) mempunyai efek sitoreduktif tanpa efek samping mutagenik. Dasar pertimbangan penggunaan IFN adalah efek mielosupresif dan efek antagonis PDGF (plateletderified growthfactor). PDGF merupakan produk megakariopoiesis yang merangsang proliferasi fibroblas. 8 Dosis interferon yang digunakan berkisar antara juta unit/ minggu pada fase induksi, biasanya berlangsung 46 minggu. Repon komplit dan parsial biasanya di atas 80 %. Dosis pemeliharaan adalah dosis minimal yang diperlukan untuk mempertahankan respon komplit ( trombosit < /mm 3 ) atau parsial ( trombosit < /mm 3 ), biasanya 3 juta unit 3 kali seminggu sampai 3 juta unit/hari. 2 Penggunaan IFN pada Trombositemi esensial telah diteliti pada berberapa penelitian kohort. Pada 90 % dari 212 penderita, didapatkan penurunan trombosit < /mm 3 setelah 3 bulan pemberian IFN dengan dosis ratarata 3 jutaiu/hari. Waktu dan derajat penurunan trombosit pada fase induksi bergantung kepada dosis. Selama fase pemeliharaan, dosis IFN dapat diturunkan. Penghentian IFN menyebabkan rebound pada sebagian besar pasien. IFN tidak berefek teratogenik dan tidak melalui plasenta, karena itu IFN digunakan untuk terapi Trombositemi esensial pada kehamilan. Efek samping yang sering terjadi adalah demam, flu like symptoms, kelemahan, mialgia, penurunan berat badan, rambut rontok, depresi berat, gejala gastrointestinal dan kardiovaskuler, tiroiditis atau terbentuknya antibody tiroid. Efekefek samping ini menyebabkan penghentian pemakaian IFN pada 25 % kasus. Tidak ditemukan efek lekemogenik pada pemberian IFN. 2,8 Meskipun adanya efek samping dan harga yang mahal, IFN merupakan pilihan terapi terutama pada penderita Trombositemi esensial usia muda. 8

8 4. Anagrelide Anagrelide merupakan senyawa imidazo (2,1b) quinazolin2one dengan efek inhibisi agregasi trombosit melalui penghambatan cyclic nucleotide phosphodiesterase dan phospholipase A2. 8,10,11 Pada dosis yang lebih rendah, anagrelide mempunyai efek menurunkan jumlah trombosit. Mekanisme kerja anagrelide dalam menurunkan jumlah trombosit tanpa mempengaruhi lekosit dan eritrosit belum sepenuhnya diketahui. Datadata menunjukkan, kerja utama anagrelide adalah inhibisi maturasi megakariosit. 8,10 Efektivitas anagrelide telah diteliti dalam beberapa penelitian non komparatif. Respon didefinisikan sebagai penurunan jumlah trombosit < /mm 3 atau /mm 3 atau penurunan 50 % jumlah trombosit. Respon pemberian anagrelide berkisar antara %. Ratarata dosis yang diperlukan untuk mengontrol jumlah trombosit adalah 22,5 mg/hari dan ratarata respon dicapai dalam waktu 11 hari. 8,12 Enam puluh delapan penderita Trombositemi esensial yang refrakter terhadap hidroksiurea memberikan respon dengan pemberian anagrelide. 8 Dosis awal anagrelide yang direkomendasikan adalah 4 x 0,5 mg, kemudian dosis disesuaikan untuk mempertahankan trombosit < /mm 3 11,12,13. Peningkatan dosis tidak boleh melebihi 0,5 mg/hari dalam waktu 1 minggu. Dosis tidak boleh melebihi 10 mg/hari atau 2,5 mg dalam 1 kali pemberian. 13 Efek samping yang paling serius adalah efek kardiak, termasuk palpitasi (27 %), takikardi atau aritmia lain (< 10 %) dan gagal jantung kongestif (2%). Efek vasodilatasi anagrelide menimbulkan sakit kepala (> 1/3 penderita), retensi cairan dan edema (24 %), dizziness (15 %), hipotensi postural. Efek samping yang lebih jarang adalah efek gastrointestinal (nausea, nyeri abdomen, diare), rash 8,14 Sekitar 16 % dari 424 penderita penyakit mieloproliferatif, termasuk 262 penderita Trombositemi esensial menghentikan anagrelide karena efek sampingnya. Tidak didapatkan transformasi menjadi lekemi akut selama pemantauan sampai 55 bulan pengobatan. 5,8,12 Efektivitas dan keamanan jangka panjang anagrelide telah diteliti pada 35 penderita Trombositemi esensial usia muda (ratarata 38 tahun) selama periode ratarata 10,8 tahun. Respon didapatkan sebesar 94 %, penurunan trombosit dapat dipertahankan pada 66 % penderita selama penelitian. Dua puluh empat persen penderita mengalami penurunan hemoglobin > 3 gr% dan 9 % menghentikan pengobatan karena toksisitas. Dua puluh persen penderita mengalami trombosis, 20 % penderita mengalami komplikasi perdarahan mayor. Penelitian ini menunjukkan bahwa komplikasi trombohemoragik kemungkinan disebabkan karena kurang optimalnya penurunan trombosit. Tidak ada penderita yang mengalami transformasi menjadi lekemi akut. 8 Penempatan anagrelide dalam strategi terapi Trombositosis esensial masih harus ditentukan dalam penelitian klinis terkontrol seperti penellitan PT 1 yang sedang berlangsung di Inggris dan penelitian MRC Primary Thrombocythaemia yang membandingkan hidroksiurea dan anagrelide dengan penelitian random prospektif. 5,8 Obat antitrombosit Aspirin merupakan obat antitrombosit yang sangat efektif pada penderita Trombositemi esensial dengan komplikasi trombosis rekuren, terutama iskemi digital atau serebrovaskuler. Aspirin memperbaiki peningkatan turnover trombosit dan gejala klinik eritromelalgia. Meskipun demikian, aspirin juga dapat menyebabkan pemanjangan waktu perdarahan dan perdarahan serius pada penderita Trombositemi esensial. Masih terdapat perbedaan pendapat mengenai penggunaan aspirin pada Trombositemi esensial, beberapa peneliti menganjurkan digunakan dengan hatihati, peneliti yang lain merekomendasikan penggunaan rutin untuk mencegah trombosis kecuali bila terdapt kontraindikasi (adanya riwayat perdarahan). 1

9 Prognosis Penyebab utama mobiditas dan mortalitas penderita Trombositemi esensial adalah trombositosis dan perdarahan (kirakira terjadi pada 40 % penderita) (Andrew, Anna). Pada beberapa kasus, Trombositemi esensial mengalami transformasi menjadi penyakit mieloproliferatif yang lain. Penggunaan fosfor radioaktif atau obatobat alkilating dan kemungkinan juga hidroksiurea dalam terapi Trombisitemi esensial tampaknya meningkatkan kemungkinan konversi menjadi lekemi akut. Kelangsungan hidup penderita Trombositemi esensial tidak berbeda dengan populasi normal pada usia yang sama. 1 Kesimpulan Trombositemi esensial merupakan kelainan mieloproliferatif yang disebabkan kelainan klonal sel induk hematopoietik multipoten dengan ekspresi fenotipe predominan pada jalur megakariosit dan trombosit. Dalam penegakkan diagnosis, perlu disingkirkan adanya trombositosi reaktif. Pengelolaan Trombositemi esensial memerlukan pertimbangan besarnya risiko trombohemoragik. Pemberian obatobat sitoreduksi (hidroksiurea, busulfan, IFN, anagrelide) dapat dipertimbangkan pada penderita dengan risiko tinggi. Anagrelide merupakan obat sitoreduksi yang bekerja selektif terhadap megakariosit, tidak lekemogenik, dapat menjadi pertimbangan pada trombositemi usia muda atau yang tidak berespon dengan pemberian hidroksiurea. Penempatan anagrelide sebagai sitoreduksi pilihan pertama pada Trombositemi esensial masih harus ditentukan dalam penelitian klinis terkontrol dan penelitian random prospektif yang sedang berlangsung untuk membandingkan dengan efektivitas hidroksiurea.

10 Daftar pustaka : 1. Schafer AI. Thrombocytosis and Essential Thrombocythemia. In : Beutler E, Coller BS, Lichtman MA, Kipps TJ, Seligsohn U, eds. William Hematology, 6 th ed. New York : McGraw Hill, 2001 : Levine SP. Thrombocytosis. In : Lee GR, Foester J, Lukens J, Parakevas F, Greer JP, Rodgers GM. eds.wintrobe s Clinical Hematology, 10th ed. Volume 2. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins, 1999 : Kuter DJ. Thrombopoietin : Biology and Clinical Applications. The Oncologist 1996 ;12: Espanol I, Hernandez A, Cortes M, Mateo J, PujolMoix N. Patiens with Thrombocytosis have Normal or Slightly Elevated Thrombopoietin Levels. Haematologica 1999;84: Green AR. The Pathogenesis and Management of Essential Thrombocythaemia. Haematologica 1999 ;84: Falanga A, Marchetti M, Evangelista V, Vidnoli A, Licini M, Balicco M, et al. Polymorphonuclear Leucocyte Activation and Hemostasis in Patients with Essential Thrombocythemia and Polycythemia Vera. Blood 2000 ;98 : Barbui T. What is the Standard Treatment in Essential Thrombocythemia. International Journal of Hematology, Supplement II 2002 ;76: Gale ER. Basic Sciences of Myeloproliferative Diseases : Pathogenic Mechanisms of ET and PV. International Journal of Hematology, Supplement II 2002 ;76: Cortelazzo S, Finaazzi G, Ruggeri M, Vestri O, Galli M, Rodeghiero F, et al. Hydroxyurea for Patients with Essential Thrombocythenia and a High Risk of Thrombosis. NEJM 1995;332 : Bennet CL, Weinberg P. Anagrelide : New Perspectives in The Treatment of Essential Thrombocythemia and Polycythemia Vera. Monograph 11. Silverten MN., Petitt RM. Solberg LA, Felmming JS, Knight RC, Schacter LP. Anagrelide : a New Drug for Treating Thrombocytosis. NEJM 1988 : 318: Anagrelide Study Group. Anagrelide, a Therapy for Thrombocythemic State : Experience in 577 Patients. The American Journal of Medicine 1992 ; 92 : Roberts Pharmaceutical Corporation. The Standard of Care for ET : Agrylin Silverstein MN.,Tefferi A. Treatment of Essential Thrombocythemia with Anagrelide. Seminars in Hematology 1999;36, suppl 2 : Beutler E, Coller BS, Lichtman MA, Kipps TJ, Seligsohn U, eds. William Hematology, 6 th ed. New York : McGraw Hill, Lee GR, Foester J, Lukens J, Parakevas F, Greer JP, Rodgers GM. eds.wintrobe s Clinical Hematology, 10th ed. Volume 1, 2. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins, De Vita Jr VT, Hellman S, Rosenberg SA. Cancer Principles and Practice of Oncology, 6 th ed. Philadephia : Lippincot Williams and Wilkins, Casciato DA, Lowitz BB. Manual of Clinical Oncology, 4 th ed. Philadelphia : Lippincot Williams and Wilkins, Mazza 20. JCO St gallen Ca Mammae 21. Cines DB. Blanchette VS. Immune Thrombocytopenic Purpura, NEJM 2002 ; 346 : American Society of Clinical Oncology 2000 Educational Book, ThirtySixth Annual Meeting. 23. American Society of Clinical Oncology 2001 Educational Book, ThirtySeventh Annual Meeting. 24. American Society of Clinical Oncology 2002 Educational Book, ThirtyEighth Annual Meeting. 25. Hathaway WE, Goodnight Jr Sh. Disorders of Hemostasis and Thrombosis, A Clinical Guide. New York : McGrawHill, 1993.

BAB I PENDAHULUAN. Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis keganasan mieloproliferatif.

BAB I PENDAHULUAN. Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis keganasan mieloproliferatif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis mieloproliferatif. Pada penderita PV, terdapat produksi berlebih sel-sel darah akibat hipersensitifitas proses hematopoesis

Lebih terperinci

Amaylia Oehadian, Pandji Irani Fianza, Trinugroho Heri Fadjari Rachmat Sumantri, Iman Supandiman

Amaylia Oehadian, Pandji Irani Fianza, Trinugroho Heri Fadjari Rachmat Sumantri, Iman Supandiman KARAKTERISTIK PENDERITA SINDROMA MIELODISPLASI DI SUB BAGIAN HEMATOLOGIONKOLOGI MEDIK BAGIAN PENYAKIT DALAM RS. HASAN SADIKIN BANDUNG SELAMA 5 TAHUN (1997 2001) Amaylia Oehadian, Pandji Irani Fianza, Trinugroho

Lebih terperinci

ASPEK HEMATOLOGI TUBERKULOSIS. Amaylia Oehadian Sub-Bagian Hematologi-Onkologi Medik SMF Penyakti Dalam RS Perjan Hasan Sadikin/FK UNPAD Bandung

ASPEK HEMATOLOGI TUBERKULOSIS. Amaylia Oehadian Sub-Bagian Hematologi-Onkologi Medik SMF Penyakti Dalam RS Perjan Hasan Sadikin/FK UNPAD Bandung ASPEK HEMATOLOGI TUBERKULOSIS Amaylia Oehadian Sub-Bagian Hematologi-Onkologi Medik SMF Penyakti Dalam RS Perjan Hasan Sadikin/FK UNPAD Bandung Diajukan pada Lokakarya TB dalam rangka acara Simposium Pendidikan

Lebih terperinci

Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Lebih terperinci

TROMBOSITOSIS ESENSIAL. Savita Handayani. Divisi Hematologi Onkologi Medik. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU / RSUP.H.

TROMBOSITOSIS ESENSIAL. Savita Handayani. Divisi Hematologi Onkologi Medik. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU / RSUP.H. TROMBOSITOSIS ESENSIAL Savita Handayani Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU / RSUP.H.Adam Malik Medan PENDAHULUAN Trombositosis primer / esensial (ET) sering ditemukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil

Lebih terperinci

Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RS. Dr. Pirngadi Medan

Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RS. Dr. Pirngadi Medan Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUSU/RS. Dr. Pirngadi Medan Zairul Arifin Bagian Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Abstrak Telah dilakukan suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam keadaan tidak mudah melekat (adhesi) terhadap endotel pembuluh darah atau menempel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polisitemia Vera 2.1.1 Sejarah Polisitemia vera pertama kali diperkenalkan pada tahun 1882 oleh Louis Henri Vaquez 20,21 kemudian diperjelas oleh William Osler (1849-1919) pada

Lebih terperinci

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN Fakultas : Kedokteran Program Studi : Pendidikan Dokter Blok : Hematologi Bobot : 4 SKS Semester : II Standar Kompetensi : etiologi, patogenesis dan

Lebih terperinci

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA

KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA Penyakit Mieloproliferatif Suatu penyakit kronik, akibat proliferasi clone sel sumsum tulang,sehingga peningkatan produksi satu atau lebih seri hematopoisis. Terdiri

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori. digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel

Lebih terperinci

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak terhadap pergeseran epidemiologi penyakit. Kecenderungan penyakit bergeser dari penyakit dominasi penyakit

Lebih terperinci

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN MASITA FUJIKO Divisi Fetomaternal, Departemen Obgin FK UNHAS/ RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar Hipertiroid adalah kondisi klinik dan biokimiawi yang menunjukkan meningkatnya

Lebih terperinci

LEUKEMIA. - pendesakan kegagalan sumsum tulang - infiltrasi ke jaringan lain

LEUKEMIA. - pendesakan kegagalan sumsum tulang - infiltrasi ke jaringan lain LEUKEMIA Keganasan sistem hemopoietik: transformasi maligna suatu progenitor/prekursor sel darah klon sel ganas proliferasi patologis (abnormal) & tidak terkendali menyebabkan: - pendesakan kegagalan sumsum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beratnya komplikasi medis dan bahkan menyebabkan kematian. (1)

BAB I PENDAHULUAN. beratnya komplikasi medis dan bahkan menyebabkan kematian. (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemoterapi pada pasien keganasan sering diiringi dengan anemia, netropenia, trombositopenia, atau gabungan dari beberapa kondisi tersebut. Komplikasi ini berkontribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DBD (Demam Berdarah Dengue) DBD adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Trombosit 1. Asal Trombosit Trombosit dihasilkan di dalam sumsum tulang dengan cara melepaskan diri (fragmentasi) dari perifer sitoplasma sel induknya (megakariosit) melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan salah satu kasus kegawatan dibidang gastroenterologi yang saat ini masih menjadi permasalahan dalam bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK Anemia Hemolitik Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK Anemia hemolitik didefinisikan : kerusakan sel eritrosit yang lebih awal.bila tingkat kerusakan lebih cepat dan kapasitas sumsum tulang

Lebih terperinci

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

EMBOLI CAIRAN KETUBAN EMBOLI CAIRAN KETUBAN DEFINISI Sindroma akut, ditandai dyspnea dan hipotensi, diikuti renjatan, edema paru-paru dan henti jantung scr cepat pd wanita dlm proses persalinan atau segera stlh melahirkan sbg

Lebih terperinci

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut: MEKANISME HEMOSTASIS Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh darah yang rusak itu menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok telah diketahui menjadi salah satu faktor risiko dari beberapa macam penyakit. Efek yang paling banyak ditimbulkan seperti pada sistem kardiovaskuler yang

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling sering

Lebih terperinci

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh MONITORING EFEKTIVITAS TERAPI DAN EFEK-EFEK TIDAK DIINGINKAN DARI PENGGUNAAN DIURETIK DAN KOMBINASINYA PADA PASIEN HIPERTENSI POLIKLINIK KHUSUS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh YUANITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan

Lebih terperinci

Korelasi Mutasi JAK2 V617F dengan Keparahan Klinis pada Pasien Neoplasma Myeloproliferatif yang Memiliki Kromosom Philadelphia Negatif

Korelasi Mutasi JAK2 V617F dengan Keparahan Klinis pada Pasien Neoplasma Myeloproliferatif yang Memiliki Kromosom Philadelphia Negatif LAPORAN AKHIR PENELITIAN Korelasi Mutasi JAK2 V617F dengan Keparahan Klinis pada Pasien Neoplasma Myeloproliferatif yang Memiliki Kromosom Philadelphia Negatif Penyusun Laporan : 1. dr. Santosa, SpPD 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Trombosit merupakan salah satu komponen sel darah yang tidak berinti dalam jumlah normal 150-450x10 9 sel/l. Ukuran sel ini bervariasi dengan rerata diameter 8-10 fl

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi depresi pada populasi umum sekitar 4 % sampai 7 %.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi depresi pada populasi umum sekitar 4 % sampai 7 %. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi depresi pada populasi umum sekitar 4 % sampai 7 %. Prevalensi depresi pada pasien coronary artery disease (CAD) meningkat menjadi 14 % sampai 47 % dengan

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan Curriculum vitae Nama : AA G Sudewa Djelantik Tempat/tgl lahir : Karangasem/ 24 Juli 1944 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jln Natuna 9 Denpasar Bali Istri : Dewi Indrawati Anak : AAAyu Dewindra Djelantik

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara herediter. Centre of Disease Control (CDC) melaporkan bahwa thalassemia sering dijumpai pada populasi

Lebih terperinci

PERAN ASPIRIN DI BIDANG KARDIOVASKULAR

PERAN ASPIRIN DI BIDANG KARDIOVASKULAR PERAN ASPIRIN DI BIDANG KARDIOVASKULAR Augustine Purnomowati Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak, mencetak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik / penyakit ginjal tahap akhir (ESRD / End Stage Renal Disease) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dibanyak negara tropis Asia Tenggara dan wilayah Pasifik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut

Lebih terperinci

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian pada pasien DBD (DSS) anak ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit idiopatik, yang diperkirakan melibatkan. reaksi imun dalam tubuh terhadap saluran

BAB I PENDAHULUAN. penyakit idiopatik, yang diperkirakan melibatkan. reaksi imun dalam tubuh terhadap saluran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan penyakit idiopatik, yang diperkirakan melibatkan reaksi imun dalam tubuh terhadap saluran pencernaan. Dua tipe

Lebih terperinci

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Chronic Myelogenous Leukemia (CML) merupakan suatu. keganasan hematologi yang berupa kelainan klonal dari

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Chronic Myelogenous Leukemia (CML) merupakan suatu. keganasan hematologi yang berupa kelainan klonal dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Chronic Myelogenous Leukemia (CML) merupakan suatu keganasan hematologi yang berupa kelainan klonal dari sel hematopoietik, dan mempunyai karakteristik jumlah leukosit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka a. Kardiovaskuler Penyakit kardiovaskular adalah penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Karena sistem kardiovaskular sangat vital, maka penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pada lumen arteri koroner akibat arterosklerosis, atau spasme, atau gabungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di intensive care unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% pada 28 hari pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah merupakan

Lebih terperinci

1. Nama Penyakit/ Diagnosis : Sindrom Down

1. Nama Penyakit/ Diagnosis : Sindrom Down 1. Nama Penyakit/ Diagnosis : Sindrom Down 2. Definisi : Sindrom down atau yang dikenal dengan Trisomy 21 merupakan kelainan kromosom berupa penambahan sebagian atau seluruh kromosom 21. Kelainan kromosom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh

Lebih terperinci

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed. Author : Hirawati, S.Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk Definisi Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN

ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN 1997-2004 Eric Widjaja, 2006. Pembimbing utama : Dani Brataatmadja, dr, Sp.PK Pembimbing pendamping : Henki Pertamana, dr, Sp.PK ITP adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian

Lebih terperinci

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Patogenesis Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Cytokine-mediated signaling pertumbuhan dan ketahanan sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang hingga manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perifer dan hiperplasia mieloid di sumsum tulang. Leukemia granulositik kronik juga

BAB 1 PENDAHULUAN. perifer dan hiperplasia mieloid di sumsum tulang. Leukemia granulositik kronik juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Leukemia Granulositik Kronik (LGK) adalah penyakit keganasan klonal sel induk hemopoetik yang menyebabkan peningkatan sel mieloid, eritroid, trombosit di darah perifer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman. utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman. utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap

Lebih terperinci

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64 14 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Frekuensi Karakteristik Trombosit, Perdarahan Kulit, Petechiae, Perdarahan Mukosa, Epistaxis, Perdarahan Gusi, Melena 60 Hasil Uji Statistik Trombosit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Chronic myelogenous leukemia (CML) merupakan keganasan hematologi yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia, CML merupakan keganasan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Defenisi dan Diagnosis Sindrom Nefrotik Relaps Sering

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Defenisi dan Diagnosis Sindrom Nefrotik Relaps Sering BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Defenisi dan Diagnosis Sindrom Nefrotik Relaps Sering Sindrom nefrotik adalah kondisi klinis yang ditandai dengan proteinuria berat, hipoalbuminemia, edema dan hiperlipidemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Dengue telah menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia internasional. Infeksi Dengue terutama Dengue Haemorrhagic

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivasi koagulasi dan fibrinolitik merupakan bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Aktivasi koagulasi dan fibrinolitik merupakan bagian dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivasi koagulasi dan fibrinolitik merupakan bagian dari sistem hemostasis dalam upaya menjaga homeostasis tubuh terhadap terjadinya perdarahan atau trombosis. 1 Trombosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tubuh manusia, mineral berperan dalam proses fisiologis. Dalam sistem fisiologis manusia, mineral tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen antara lain

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan 1. Definisi Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai terakhir.

Lebih terperinci

Dr. Indra G. Munthe, SpOG

Dr. Indra G. Munthe, SpOG Dr. Indra G. Munthe, SpOG PENDAHULUAN Suatu kumpulan gejala berupa trombosis vena atau arteri disertai peninggian kadar antibodi anti post polipid (APA). SAF mengakibatkan kegagalan kehamilan yg berubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum melanda dunia. Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena dapat mempengaruhi resiko penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Leukemia 1. Definisi Leukemia Leukemia dijelaskan oleh Vircochow sebagai darah putih, yang merupakan penyakit neoplastik dimana ditandai dengan adanya diferensiasi dan poliferasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Trombosit merupakan sel darah yang berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Trombosit merupakan sel darah yang berperan penting BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Trombosit merupakan sel darah yang berperan penting dalam hemostasis, yakni suatu proses penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak (Ciesla,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah suatu penyakit herediter yang ditandai dengan adanya defek pada sintesis satu atau lebih rantai globin. Defek sintesis rantai globin pada penderita

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen) tertentu dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis, yang mana

Lebih terperinci

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN 1.1 Definisi Definisi hipertensi pada kehamilan berdasarkan nilai tekanan darah absolut (sistolik 140 atau diastolik 90 mmhg) dan dibedakan antara kenaikan tekanan darah ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan peradangan pada sinovium, terutama sendi sendi kecil dan seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. 1 Dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 50 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 25 minggu yang dilakukan pemeriksaan kadar aktivin A serum. Selama perjalanan kehamilan didapatkan 11 subyek

Lebih terperinci