MENGKAJI TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILUKADA LANGSUNG GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH
|
|
- Hamdani Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENGKAJI TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILUKADA LANGSUNG GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH Oleh : Drs. Sugiyanto, MSi. Dosen PNS dipekerjakan pada STIA ASMI Solo Abstrak Pemilukada secara langsung diselenggarakan untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota sebagaimana dilandasi dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 diharapkan dapat meningkatkan kualitas atau kadar demokrasi sehingga legitimasi pemimpin terpilih melalui peningkatan partisipasi masyarakat menjadi lebih kuat dan tidak mudah jatuh atau dijatuhkan di tengah jalan pemerintahannya. Akan tetapi dari waktu ke waktu pelaksanaan pemilukada langsung baik di tingkat provinsi maupun di kabupaten atau kota partisipasi masyarakat yang menjadi indikator berkualitas tidaknya pelaksanaan pemilukada langsung mengalami penurunan. Demikian halnya dengan pemilihan gubernur dan wakil gubernur Provinsi Jawa Tengah dengan sistem pemilukada langsung pada tahun 2008 dan 2013, angka partisipasi masyarakat mengalami penurunan. Untuk itu tulisan ini dipaparkan untuk mengkaji penyebab terjadinya penurunan angka partisipasi masyarakat dan solusi yang mungkin bisa diterapkan untuk pelaksanaan pemilukada secara langsung periode berikutnya. Kata-kata kunci : Partisipasi Masyarakat, Pemilukada Langsung A. Pendahuluan Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, membawa suatu konsekuensi terhadap penyelenggaraan atau pengelolaan pemerintahan daerah. Jika dalam regulasi sebelumnya, semua pengaturan terkait dengan pemerintahan daerah terpusat pada satu pintu yaitu di pemerintahan pusat Jakarta. Dengan ketentuan baru tersebut, maka masing-masing Kota atau Kabupaten serta provinsi mendapatkan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu dampak pemberlakuan regulasi itu adalah pada penyelenggaraan pemilihan kepala daerah secara langsung yang sebelum berlaku ketentuan baru tersebut dilaksanakan secara tidak langsung yaitu melalui mekanisme di DPRD, baik di tingkat kota atau kabupaten maupun provinsi Adapun dasar terhadap pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung terdapat pada pasal 24 ayat (5) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 yang berbunyi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. Pemilihan kepala daerah secara langsung sebagaimana diatur dalam ketentuan dimaksud merupakan manifestasi kedaulatan dan pengukuhan bahwa pemilih adalah masyarkat di daerah, yang mengandung 3 (tiga) fungsi utama sebagai berikut: 1. Memilih kepala daerah sesuai dengan kehendak bersama masyarakat di daerah sehingga ia diharapkan dapat memahami dan mewujudkan kehendak bersama masyarakat di daerah 2. Melalui pemilukada diharapkan pilihan masyarakat di daerah di dasarkan pada visi, misi, program serta kualitas dan integritas calon kepala daerah yang sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan di daerah 3. Pemilukada merupakan sarana pertanggungjawaban sekaligus sarana evaluasi dan kontrol publik secara politik terhadap seorang kepala daerah dan kekuatan politik yang menopang. (Gaffar, 2012:85) Melalui pemilukada, masyarakat di daerah dapat memutuskan apakah akan memperpanjang atau menghentikan mandat seorang kepala daerah. Juga apakah organisasi politik penopang masih dapat dipercaya atau tidak. Oleh karena itu sebagai bagian dari pemilu, pemilukada harus dilaksanakan secara demokrasi sehingga betul-betul dapat memenuhi peran dan fungsi tersebut. Begitu pentingnya peran masyarakat di dalam pemilu, khususnya pemilukada secara langsung, partisipasi masyarakat merupakan komponen utama di dalam menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan pemilukada. Hal itu dapat dipahami mengingat dalam pemilukada secara langsung tingkat partisipasi masyarakat yang datang ke bilik suara untuk
2 memilih calon pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diinginkan sangat menentukan, apakah pemilukada dilangsungkan dalam satu putaran atau dua putaran. Sejak pertama diberlakukan pemilukada secara langsung pada bulan Juni 2005, kecenderungan masyarakat berpartisipasi dalam pemilukada secara langsung menunjukkan adanya penurunan. Padahal jikalau pemilukada dilangsungkan dalam dua putaran ataupun dalam satu putaran namun dengan tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah akan menjadi preseden kurang baik pada pelaksanaan pemilukada langsung periode berikutnya. Demikian halnya dengan pemilukada secara langsung gubernur dan wakil gubernur jawa tengah yang telah dilaksanakan dua kali yaitu pada tahun 2008 dan 2013 juga menunjukkan trend penurunan tingkat partisipasi masyarakat. Oleh karena itu tulisan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan adanya penurunan serta penyebab dan mencari solusi terhadap persoalan yang merupakan momok menakutkan di setiap perhelatan pemilukada secara langsung. B. Permasalahan Pemilukada langsung baik untuk memilih gubernur dan wakil gubernur maupun memilih bupati dan wakil bupati atau memilih walikota dan wakil walikota diharapkan memiliki legitimasi atau kadar demokrasi yang tinggi melalui tingkat partisipasi masyarakat mulai dari proses persiapan, pelaksanaan sampai dengan perhitungan suara dan penetapan pemenang. Akan tetapi di tengah pelaksanaan banyak kendala yang ditemui antara lain yang paling utama adalah menurunnya tingkat partisipasi masyarakat terhadap perhelatan yang membutuhkan biaya besar. Kondisi ini menimbulkan wacana agar sistem pemilukada dikembalikan ke sistem perwakilan atau kalau tetap dengan pemilihan langsung sistemnya harus disempurnakan. C. Pembahasan 1. Pemilukada Secara Langsung Sejak dipayungi dengan landasan hukum Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 khususnya pasal 24 ayat (5), pemilukada langsung dilaksanakan pertama kali pada bulan Juni 2005 dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Kutai Kartanegara. Pada Pemilukada secara langsung tersebut yang dipandang sebagai sarana pembelajaran demokrasi (politik) bagi rakyat, di samping secara langsung merupakan sarana memperkuat otonomi daerah dan sarana penting bagi proses kaderisasi kepemimpinan nasional menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat sangat tinggi. Tingginya antusiasme masyarakat berpartisipasi dalam pemilukada yang dilaksanakan secara langsung tersebut dapat dipahami dan dimengerti mengingat pada pemilukada sebelumnya masyarakat benar-benar dikondisikan dalam posisi lemah dimana pada waktu itu pemilihan kepala daerah dilakukan melalui cara perwakiilan oleh DPRD, sehingga kepala daerah terpilih tidak mencerminkan aspirasi masyarakat yang menyerahkan dan memberi mandat sepenuhnya kepada DPRD untuk memilih kepala daerah. Diberlakukannya sistem pemilihan langsung dalam memilih pemimpin dalam jabatan politik didasarkan pada beberapa alasan, pertama: pemilihan dapat menciptakan suatu suasana dimana masyarakat mampu menilai arti dan manfaat sebuah pemerintahan, kedua: pemilihan dapat memberikan suksesi yang tertib dalam pemerintahan melalui transfer kewenangan yang damai kepada pemimpin yang baru ketika tiba waktunya bagi pemimpin lama untuk melepaskan jabatannya, baik karena berhalangan tetap atau karena berakhirnya periode kepemimpinannya. (Melfa, 2013:13-14). Sedangkan menurut M. Ma ruf selaku Menteri Dalam Negeri pada saat lahirnya UU NO. 32 tahun 2004 (dalam Arbas, 2012:44) ada beberapa pertimbangan penting penyelenggaraan pemilukada secara langsung bagi perkembangan demokrasi di Indonesia diantaranya : a. Pemilukada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, bahkan Kepala Desa selama ini telah dilakukan secara langsung. b. Pemilukada secara langsung merupakan perwujudan konstitusi dan Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pada Pasal 18 ayat 4 c. Pemilukada secara langsung dipandang sebagai sarana pembelajaran demokrasi (politik) bagi rakyat d. Pemilukada secara langsung merupakan sarana untuk memperkuat otonomi daerah
3 e. Pemilukada secara langsung merupakan sarana penting bagi proses kaderisasi kepemimpinan nasional. Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, maka pemilukada secara langsung merupakan langkah penyempurnaan sistem pemilihan kepala daerah yang sebelum diberlakukan UU No. 32 tahun 2004 dilakukan secara perwakilan sehingga hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan keinginan rakyat yang memberi kepercayaan kepada wakil mereka di Dewan Perwakilan Rakyat, baik di tingkat pusat maupun daerah. Di samping itu pemilukada secara langsung juga dimaksudkan sebagai pencerminan pelaksanaan pembelajaran demokrasi dengan memberdayakan masyarakat atau rakyat melalui kontrol terhadap kepala daerah terpilih agar melaksanakan aspirasi masyarakat yang memilihnya. 2. Partisipasi Masyarakat dalam Pemilukada Sejak diberlakukannya pemilukada secara langsung, perubahan besar terkait dengan sistem pemilu mulai terjadi, khususnya dalam hal partisipasi masyarakat. Partai politik pengusung maupun bakal calon kepala dan wakil kepala daerah sejak diimplementasikannya regulasi tersebut telah mengalihkan perhatiannya. Semula kepada anggota DPR di tingkat pusat dan DPRD di tingkat daerah beralih kepada masyarakat, mengingat terpilihnya bakal calon sangat ditentukan oleh masyarakat yang memiliki hak memilih dalam pemilukada langsung. Pada saat pemilukada langsung pertama kali dilaksanakan tingkat partisipasi masyarakat menunjukkan angka sangat tinggi, mengingat selama ini dalam pemilukada perwakilan rakyat tidak bisa berpartisipasi secara langsung. Dalam hal ini yang berperan besar menentukan terpilihnya kepala dan wakil kepala daerah adalah DPR di tingkat pusat dan DPRD di tingkat daerah. Oleh karena itu merupakan hal wajar jika dalam praktiknya tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung kepala dan wakil kepala daerah terpilih hasil pemilukada perwakilan sangatlah rendah. Dengan dilaksanakannya pemilukada secara langsung diharapkan tingkat partisipasi masyarakat menjadi sangat tinggi dan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai hasil kerjasama atau kolaborasi antara pemimpin terpilih secara langsung dengan masyarakat atau rakyat sebagai pendukung utama program pemerintahan dari pemimpin hasil pemilukada secara langsung. Memang pada awalnya pemilukada langsung diselenggarakan, tingkat partisipasi masyarakat sangat tinggi, namun seiring dengan perjalanan pelaksanaan pemilukada langsung dari waktu ke waktu tingkat partisipasi masyarakat terhadap pemilukada secara langsung semakin menurun. Kondisi menurunnya tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan pemilukada langsung telah menjadi wacana dan diskursus untuk kembali kepada sistem pemilihan kepala dan wakil kepala daerah melalui perwakilan di Dewan Perwakilan. Berdasarkan hal tersebut di atas, partisipasi diartikan sebagai bentuk tingkah laku, baik menyangkut aspek sosial maupun politik. Tindakan-tindakan dan aktivitas politik tidak hanya menyangkut apa yang telah dilakukan saja, tetapi juga menyangkut hal-hal apa yang mendorong individu berpartisipasi. Artinya motif-motif apa yang telah mendorong individu untuk berpartisipasi. Hal itu penting, karena tindakan-tindakan politik itu memiliki kaitan dengan partisipasi politik itu sendiri. (Sudijono, 1995:82). Selanjutnya partisipasi oleh Nie dan Verba dalam Leo Agustino (2007:59) diartikan sebagai kegiatan legal oleh warga perorangan yang secara langsung atau tidak ditujukan untuk mempengaruhi pilihan petinggi pemerintah dan atau tindakan mereka. Sedangkan partisipasi politik oleh Parry, Moesley dan Day dalam Leo Agustino (Ibid) diartikan sebagai keikutsertaan dalam proses formulasi, pengesahan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah. Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka partisipasi diartikan sebagai perilaku masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan secara legal untuk mempengaruhi pilihan petinggi pemerintah melalui proses formulasi, pengesahan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah. Pemilukada secara langsung untuk memilih kepala dan wakil kepala daerah merupakan produk kebijakan pemerintah, oleh karena sukses tidaknya pelaksanaan kebijakan yang menjadi pilihan petinggi pemerintah akan sangat ditentukan oleh perilaku masyarakat melalui tindakan mereka secara legal sebagai bentuk keikutsertaan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Dengan demikian, maka tingkat partisipasi masyarakat dalam keikutsertaan dalam pemilukada secara langsung akan menjadi indikasi berhasil tidaknya pemilukada tersebut. Mengingat komponen utama pemilukada secara langsung adalah masyarakat yang terdaftar secara sah dalam daftar pemilih tetap (DPT).
4 3. Partisipasi Masyarakat dalam Pemilukada Secara Langsung Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Pemilukada langsung Gubernur dan Wakil Gubernur mengacu pada Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 telah dilaksanakan dua kali yaitu pada tahun 2008 dan Pada pemilukada langsung pertama diselenggarakan pada tanggal tanggal 22 Juni 2008 diikuti oleh lima pasang calon gubernur dan wakil gubernur antara lain Bambang Sadono-Muhammad Adnan diusung Partai Golkar, Agus Soeyitno-Kholik Arif (PKB), Sukawi Sutarip-Sudharto (PD-PKS), Bibit Waluyo-Rustriningsing (PDIP), dan Muhammad Tamzil-Abdul Rozaq (PPP-PAN). Adapun perhitungan suara akhir atau rekapitulasi suara hasil pemilihan gubernur Jawa Tengah dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1 Hasil Perhitungan Suara Akhir Pilgub Jateng tahun 2008 Hasil Perhitungan Akhir No Pasangan Jumlah Pemilih Jumlah Prosentase Suara 1 Bambang Adnan ,79 2 Agus-Kholiq ,83 3 Sukawi-Sudarto ,58 4 Bibit Rustri ,44 5 Tamzil Rozak , Sumber KPUD Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan tabel nomor 2 tersebut pasangan Bibit Waluyo-Rustriningsih memperoleh suara terbanyak dengan suara atau 43,44%, menyusul Bambang Sadono-Mohammad Adnan dengan suara atau 22,79%. Kemudian menyusul pada peringkat tiga dan empat adalah pasangan Sukawi Sutarip-Sudarto dengan suara atau 15,58% dan Mohammad Tamzil - Rozak Rais dengan atau 11,36%. Sebagai juru kunci adalah pasangan Agus Suyitno Kholiq dengan suara atau 6,83%. Sedangkan pemilih yang tidak menggunakan hak suara adalah ,924 pemilih dari pemilih yang terdaftar dalam DPT. Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 3 Jumlah Partisipasi pada Pilgub Jateng 2008 Jumlah Partisipasi No Partisipasi Pemilih Prosentase
5 1 Total Suara Sah ,16 2 Total Suara Tidak Sah dan Tidak Memilih , ,00 Sumber KPUD Provinsi Jawa Tengah Data dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi Jateng sebagaimana tersaji pada tabel dua tersebut menunjukkan bahwa angka pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya atau dikenal golput dalam pilgub yang digelar Minggu (22/6) lalu mencapai 45,84 persen. Angka itu jauh lebih tinggi daripada perolehan suara pasangan Bibit Waluyo-Rustriningsih. yang hanya mengumpulkan suara atau 43,44 persen. Adapun pemilukada langsung gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah tahun 2013, diikuti oleh tiga pasang calon yaitu pasangan Hadi Prabowo Don Murdono (HP Don) diusung PKS, PKB, PPP, Gerindra, Hanura dan PKNU, pasangan Bibit Waluyo Sudijono SA diusung partai Golkar, Partai Demokrat dan PAN, sedangkan pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sujatmoko diusung PDIP. Perhelatan pemilukada gubernur dan wakil gubernur Jateng yang dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2013 yang akan dikuti oleh orang dengan komposisi pemilih perempuan berjumlah dan pemilih laki-laki dan membutuhkan TPS (Suara Merdeka, 24 Mei 2013). Sesuai dengan hasil pemilukada Jateng yang telah dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 dan didasarkan pada perhitungan suara secara manual oleh KPU Provinsi Jateng pada hari Selasa tanggal 4 Juni 2013 di kantor KPU Provinsi Jateng menempatkan pasangan Ganjar Pranowo Heru Sujatmoko sebagai pemenang dengan perolehan suara atau 48,82%, disusul pasangan Bibit Waluyo Sudijono dengan mendulang suara atau 30,26% dan pasangan Hadi Prabowo Don Murdono di urutan ketiga dengan meraih suara atau 20,92%. Adapun angka partisipasi mencapai atau 55,37%, sedangka angka golongan putih mencapai atau 44,27%. Berdasarkan data tersebut Fitriyah mantan Ketua KPU Provinsi Jateng mengatakan bahwa pada pemilukada tahun 2008 dari DPT 25,8 juta tercatat orang datang ke TPS atau 58.46% sementara yang tidak datang ke TPS sebanyak atau 41,54%. Berdasarkan data tersebut maka angka partisipasi masyarakat pada pemilukada 2013 menurun 3,09% dan golongan putih naik 2,73%. Tren setiap pemilu memang angka partisipasi selalu menurun, kata Fitriyah. (Suara Merdeka, 5 Juni 2013). Mencermati dua pemilukada langsung gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah, tampak bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam mensukseskan pelaksanaan pemilukada langsung tersebut mengalami penurunan selama dua kali. Pada pemilukada langsung pertama pada tanggal 22 Juni 2008, jumlah partisipasi masyarakat hanya mencapai angka atau 54,16% sedangkan yang tidak menggunakan hak pilihnya mencapai angka atau 45,84% suatu jumlah yang mengungguli perolehan suara pasangan Bibit Waluyo-Rustriningsih yang hanya mengumpulkan suara atau 43,44 persen. Sedangkan pada pemilukada kedua yang dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2013 lalu angka angka golongan putih mencapai atau 44,27%. Berdasarkan data tersebut, maka apabila dibandingkan dengan data tingkat partisipasi masyarakat pada pemilukada langsung gubernur dan wakil gubernur tahun 2008 maka angka partisipasi masyarakat pada pemilukada 2013 menurun 3,09% dan golongan putih naik 2,73%. Terdapat beberapa penyebab menurunnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilukada langsung gubernur dan wakil gubernur pada tahun 2008 dan Menurut Eriyanto sebagaimana dikutip Ihwan Sudrajat (Suara Merdeka, 21 Mei 2013) antara lain disebabkan (1) pemilih terbentur prosedur administrasi antara lain tak punya kartu pemilih dan tidak terdaftar, (2) pada hari pemilihan mereka harus bekerja walaupun resmi jadi hari libur (3) pemilih tidak tertarik pada figur calon atau tidak ada calon yang disukai. Selanjutnya menurut pengamat politik M. Yulianto dari Undip Semarang sebagaimana dikutip Solopos.com, tanggal 7 Mei 2013 karena sosialiasi kurang dan adanya anggapan gubernur tidak penting. Menurut dia, sosialisi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang sosok calon gubernur (cagub) dan calon wakil
6 gubernur (cawagub) kurang. Sehingga warga di pedesaan belum menentukan pilihan, karena tidak tahu sosok cagub-cawagub yang akan dipilih, bebernya. Di sisi lain, kata Yulianto, di perkotaan yang didominasi kalangan menengah ke atas yang terdidik menganggap peran gubernur dalam era otonomi daerah kurang penting. Kalangan menengah ke atas yang terdidik akan memilih golput, karena menganggap peran gubernur tak begitu penting, katanya. Tingginya golput ini, imbuh Yulianto, memang secara langsung tidak memengaruhi pelaksanaan Pilgub Jateng, tapi kualitas demokrasi berkurang. Hasil pilgub tetap sah, hanya saja kualitasnya kurang, karena partisipasi masyarakat rendah, ujarnya. Selain itu faktor meningkatnya kecerdasan politik rakyat, kenaikan bahan bakar minyak, maraknya berbagai pelanggaran sebelum dan selama kampanye, adanya kampanye hitam, serta semakin banyak tokoh parpol pengusung dan calon gubernur yang mempunyai track record tidak baik juga menjadi pemicu menurunnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilukada langsung gubernur dan wakil gubernur Provinsi Jawa Tengah selama dua periode. Terkait dengan permasalahan tersebut di atas, terdapat dua alternatif sebagai solusi terhadap rendahnya tingkat partisipasi masyarakat pada pemilukada langsung gubernur dan wakil gubernur Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 dan 2013, antara lain (1) dikembalikan kepada mekanisme perwakilan, dimana yang berhak memilih adalah anggota dewan, dengan asumsi efektivitas dan efisiensi anggaran mengingat selama ini pemilukada langsung ditengarai boros anggaran, marak dengan praktik politik uang banyaknya sengketa hasil pemilukada langsung (2) tetap dilaksanakan pemilukada langsung dengan berbagai perbaikan dan perubahan, terutama terkait dengan berbagai pelanggaran dan penyimpangan. D. Penutup Pemilukada secara langsung gubernur dan wakil gubernur Provinsi Jawa Tengah dengan payung hukum Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 telah dilaksanakan dua kali yaitu pada tahun 2008 dan Pada kedua pemilukada secara langsung tersebut tingkat partisipasi masyarakat dalam mensukseskan pelaksanaan pemilukada mengalami penurunan. Terlebih pada pemilukada tahun 2013 lalu angka golongan putih naik 2,73% dibandingkan angka golongan putih pada pemilukada tahun Ditengarai penyebabnya antara lain (1) kurangnya sosialisasi, (2) faktor administratif (3) figur calon gubernur dan wakil gubernur (4) meningkatnya kecerdasan politik rakyat (5) banyaknya pelanggaran pada masa sebelum dan sesudah pemilihan (6) rendahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan bahan bakar minyak yang berimbas apatisme masyarakat terhadap pemilukada. DAFTAR PUSTAKA Agustini, Leo, Perihal Ilmu Politik Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik, Graha Ilmu, Yogyakarta. Arbas, Cakra, Jalan Terjal Calon Independen pada Pemilukada di Provinsi Aceh, PT. Sofmedia, Medan. Gaffar, M Janedjri, Politik Hukum Pemilu, Konstitusi Press, Jakarta. Melfa, Wendy, Pemilukada (Demokrasi dan Otonomi Daerah), BE Press, Lampung. Rosidin, Utang, 2010, Otonomi Daerah dan Desentralisasi, CV. Pustaka Setia, Bandung. Sudijono, Perilaku Politik, IKIP Semarang Press, Semarang. Suara Merdeka, 21 Mei Suara Merdeka, 24 Mei 2013 Suara Merdeka, 5 Juni 2013
TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI
TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI ENI MISDAYANI, S.Ag, MM KPU KABUPATEN KUDUS 26 MEI 2014 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan
Lebih terperinciMATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD
MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan
Lebih terperinciDAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH
DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH No Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Umum 1 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2012. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Tetap (DPT)
Lebih terperinciMEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum
MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan
Lebih terperinciMEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018
MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pilkada merupakan pesta demokrasi rakyat dalam memilih kepala daerah beserta wakilnya yang berasal dari usulan partai politik tertentu, gabungan partai politik
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v
i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya Pemilu legislatif adalah untuk memilih anggota DPR dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA PERMASAALAHAN YANG TIMBUL DARI PILKADA 2005 TERKAIT DENGAN PANCASILA
TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA PERMASAALAHAN YANG TIMBUL DARI PILKADA 2005 TERKAIT DENGAN PANCASILA DISUSUN OLEH : BAGUS AMAR KHUSNA 11.11.4685 KELOMPOK C DOSEN : Drs. TAHAJUDIN SUDIBYO TEKNIK INFORMATIKA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa
Lebih terperinciPublik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD
Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini
Lebih terperinciTERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN
28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinci- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan
Lebih terperinci2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG
1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan
BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian pemimpin pada tingkatan daerah sebagai syarat meneruskan estafet pemerintahan. Pemilu
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM
BAB 1 Pendahuluan SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang merupakan salah satu instrument penting penyelenggaraan pemerintah setelah digulirkan otonomi
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack
PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Abstrack Pilkada telah memiliki aturan pemilihan secara jelas, dan adanya pembatasan oleh
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. PEMBAHASAN Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses Pencalonan Non Partai Pemilihan Kepala Daerah (Tanggapan Partai Politik Khusus DIY) dapat dijabarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,
Lebih terperinci- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu
Lebih terperinciC. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa demokrasi ini, pelaksanaan pemiliham umum secara langsung tidak hanya untuk lembaga legislatif serta presiden dan wakil presiden. Pemilihan umum kepala daerah
Lebih terperinciDAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA
DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA NO NO. PUTUSAN TANGGAL ISI PUTUSAN 1 011-017/PUU-I/2003 LARANGAN MENJADI ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK
RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN
Lebih terperinciPenanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi
NAMA PPID SKPK/UNIT KERJA FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Rahmad Sadli, SE, MM : Komisi Independen Pemilihan Kota Banda Aceh No Nama informasi/dokumentasi Ringkasan Isi Informasi
Lebih terperinciNaskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata Pemerintahan antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR/WAKIL GUBERNUR, BUPATI/WAKIL BUPATI
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan
136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pilkada di Indonesia
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pemilihan kepala daerah yang kemudian disingkat menjadi Pilkada adalah salah sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk menentukan siapa pemimpin yang akan menjalankan
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN
Lebih terperinciBAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik
BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik Bab ini menjelaskan tentang: A. Ketahui Visi, Misi dan Program Peserta Pemilu. B. Kenali Riwayat Hidup Calon.
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN Nomor 11/Kpts/022.658791/III/2014 TENTANG JADWAL KAMPANYE RAPAT UMUM PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciPEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS
PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,
Lebih terperinci2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciPENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?
PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? Jakarta, 29 Januari 2014 Q: Apakah Ibu/Bapak/Saudara tahu atau tidak tahu bahwa Tahun 2014 akan dilaksanakan Pemilihan Legislatif
Lebih terperinci2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2017 KPU. Penyelenggaraan PEMILU. Tahapan, Program dan Jadwal. Tahun 2019. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN,
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum kepala daerah merupakan sarana pelaksana kedaulatan rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara republik Indonesia tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN
Lebih terperinciSTRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN
STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN Oleh: Ignatius Mulyono 1 I. Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah
Lebih terperinci: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang
BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN
Lebih terperinciREKAPITULASI JUMLAH PEMILIH, TPS DAN SURAT SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2008 TINGKAT KABUPATEN/KOTA
LAMPIRAN 1 MODEL DB-1- KWK REKAPITULASI PEMILIH, TPS DAN SURAT SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 008 TINGKAT KABUPATEN/KOTA KABUPATEN PROVINSI : WOGIRI : JAWA TENGAH PEMILIH,
Lebih terperinciDraft Peraturan KPU tentang Pencalonan Dalam Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESI
Draft Peraturan KPU tentang Pencalonan Dalam Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESI TAHAPAN DALAM PENCALONAN 1. Pendaftaran Bakal Calon 2. Uji Publik 3. Pendaftaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada) dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni pemilukada langsung dan pemilukada tidak langsung. Faktor utama yang
Lebih terperinciSALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG
SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum
Lebih terperinciPASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *
PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 10 September 2015; disetujui: 16 September 2015 Pasangan Calon Tunggal Dalam Pilkada Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses pengambilan hak suara
Lebih terperinciBUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG
BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG
top PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar
Lebih terperinciPengantar. Purnomo S. Pringgodigdo
Pengantar Membaca peraturan perundang undangan bukanlah sesuatu yang mudah. Selain bahasa dan struktur, dalam hal Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tantangan ini bertambah dengan perubahan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan
BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1. Visi Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengkajian Perilaku pemilih di Indonesia secara spesifik memberi perhatian mendalam tentang pemungutan suara, khususnya mengenai dukungan dan pola perilaku yang berkenaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan
Lebih terperinci