Program Studi S2/S3 Bioteknologi Sekolah Pascasarjana UGM. Prosiding. Bioteknologi untuk mendukung kualitas hidup bangsa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Program Studi S2/S3 Bioteknologi Sekolah Pascasarjana UGM. Prosiding. Bioteknologi untuk mendukung kualitas hidup bangsa"

Transkripsi

1 Prosiding S E M I N A R N A S I O N A L B I O T E K N O L O G I U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A Bioteknologi untuk mendukung kualitas hidup bangsa Auditorium, 18 Oktober 2014

2 Program Studi S2/S3 Bioteknologi PROSIDING Seminar Nasional Bioteknologi Universitas Gadjah Mada BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA Sekolah Pasca Sarjana UGM, 18 Oktober 2014 KEYNOTE SPEAKERS Prof. Hajime Watanabe (Osaka University, Japan) Prof. Sofia Mubarika (Universitas Gadjah Mada, Indonesia) Sastia Prama Putri (Osaka University, Japan) REVIEWERS Prof. drh. Widya Asmara, SU, Ph.D Ir. Donny Widianto, Ph.D Dr. Rarastoeti Pratiwi, M.Sc Dr. Yekti Asih Purwestri, M.Si Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55281, Telp : , , sps@ugm.ac.id YOGYAKARTA 18 OKTOBER 2014 i

3 PROSIDING Tema Bioteknologi Untuk Mendukung Kualitas Hidup Bangsa SEKOLAH PASCA SARJANA UGM, 18 OKTOBER 2014 Keynote Speaker : - Prof. Hajime Watanabe (Department of Biotechnology, Osaka University, Japan) - Prof. Sofia Mubarika (Staff of Faculty of Medicine Universitas Gadjah Mada) - Sastia Prama Putri (Department of Biotechnology, Graduate School of Engineering, Osaka University) Reviewer : - Prof. drh. Widya Asmara, SU, Ph.D - Ir. Donny Widianto, Ph.D - Dr. Rarastoeti Pratiwi, M.Sc - Dr. Yekti Asih Purwestri, M.Si Editor : Dinar Mindrati Fardhani, SP. M.Biotech Cover Design : Lintang Pustaka Utama dan Lay Out Publisher : Alamat : Jl. Teknika Utara, Pogung, Sleman, Yogyakarta sps@ugm.ac.id Website : ISBN: All right reserved No part of this publication may be reproducted without written permission of the publisher ii BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPANITIAAN... SUSUNAN ACARA... iii iv vii viii Uji Aktivitas Madu terhadap Eschericia coli dan Aspergilus fumigatus... 1 Ambarwati, Ria Utami, Ratna Puspita Meisyaroh dan Ayu Khoirotul Umaroh The Used of AntiSMASH for Secondary Metabolites Analysis of Anticancer-Producing Streptomyces sp. GMY Camelia Herdini, Sofia Mubarika, Bambang Hariwiyanto, Nastiti Wijayanti, Akira Hosoyama, Atsushi Yamazoe, Hideaki Nojiri, dan Jaka Widada Studi Polimorfisme Sitokrom P450 2A6 pada Etnis Jawa di Indonesia: Identifikasi Sitokrom P450 2A6 alel 1 dan 4 23 Christine Patramurti, Sugiyanto, Arief Nurrochmad, dan Sudibyo Martono Genetic Evaluation of Five Rice Landraces of South Kalimantan s Tidal Swamp Area Based on Chromosomal Character Dindin H. Mursyidin, Yudhi A. Nazari, Budi S. Daryono Isolasi Bakteri Pelarut Fosfat dari Rizosfer Tanaman Pisang (Musa parasidiaca) di Patallasang Gowa Eka Sukmawaty, Hafsan iv BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA

5 Efektivitas Penggunaan Penanda RAPD, SSR, dan cpssr untuk Analisis Keragaman Genetik Lima Klon Kakao Unggul Elea Nur Aziza, Taryono, dan Panjisakti Basunanda Regulasi Genetik Inisiasi Pembungaan pada tanaman Anggrek Phalaenopsis amabilis (L.) Blume pada kultur in vitro Endang Semiarti dan Aziz Purwantoro Ragam Metode dan Sumber Eksplan Sebagai Penentu Keberhasilan Insersi Gen Beta Glu dan Gen Chn Istiyono Kirnoprasetyo dan Muhidin Pengaruh Abu Vulkanik Gunung Kelud terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Merah var Lokal melalui Pemupukan Organik GamaNPK Nendyo Adhi W, Aries Bagus S, Arfian W, dan Cahyono Agus DK Transformasi Genetik Lili (Lilium Longiflorum) dengan Gen MS35 Menggunakan Particle Bombardment Prita Sari Dewi, Zoe Wilson dan Bryan Power Ekspresi Protein Eukariot Dbl5ε dalam Bentuk Fusi dengan 6x-Histidin Tag pada Sel Inang Prokariot Escherichia coli Sapto Nugroho Hadi, Andreas Kusuma, Leily Trianty, Rintis Noviyanti, dan Mustofa Analisis Kekerabatan Salmonella typhi Asal Jateng dan Yogyakarta Berdasarkan Sekuens Gen Flagellin flic Sri Darmawati dan Muhammad Evy Prastiyanto YOGYAKARTA 18 OKTOBER 2014 v

6 KEPANITIAAN Penasihat : Prof. Ir. Suryo Purwono, MA.Sc., Ph.D Prof. drh. Widya Asmara, SU., Ph.D Prof. Irfan D. Prijambada, M.Eng., Ph.D Ir. Donny Widianto, Ph.D Dra. Rarastoeti Pratiwi, M.Sc., Ph.D Widodo Hadisaputro, SP., M.Sc., Ph.D Ketua Pelaksana : Ardiansyah, S.Si., M.Si Sekretaris : Dinar Mindrati Fardhani, SP., M.Biotech Nosa Anindita Septiana, S.Pt., M.Biotech Bendahara : Joko Budisantoso, S.Psi Dra. Emmi Triastuti Seksi Ilmiah : Dr. Yekti Asih Purwestri, S.Si., M.Si Dr. Tri Rini Nuringtyas, S.Si., M.Si Lisa Novita Anggraeni, S.Si Eggie Febrianto Ginanjar, S.Si Sekksi Acara : Agus Purnomohadi, S.Si., M.Biotech Firman Fajar Perdana, S.Si Ajeng Dara Pramita, SP Irianti Kurniasari, SP., M.Biotech Seksi Publikasi dan Dokumentasi : Dwi Purno Widekdo, S.Si., M.Biotech Aldilla Grandis, S.Si Septianto Wikan Nurhidayat, S.Pt Seksi Konsumsi : Arsiyah Tri Purwanti Seksi Perlengkapan : Kaselan Tukijo Tony Ruwaedi Sujono Suharyanto Istarto YOGYAKARTA 18 OKTOBER 2014 vii

7 Regulasi Genetik Inisiasi Pembungaan pada tanaman Anggrek Phalaenopsis amabilis (L.) Blume pada kultur in vitro Endang Semiarti 1,2, Aziz Purwantoro 3, Ixora S. Mercuriani 2, A. B. Sasongko 1, Agus Slamet 1, Bekti S.Utami 1 1 Fakultas Biologi UGM, 2 Pusat Studi Bioteknologi UGM, 3 Fakultas Pertanian UGM, endsemi@ugm.ac.id Abstrak Inisiasi pembungaan pada tanaman ditentukan oleh regulasi antar kelompok gen vegetatif dan generatif yang akan mengubah fungsi meristem apikal batang menjadi meristem bunga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mekanisme regulasi genetik fase transisi dari vegetatif ke generatif. Metode penelitian dilakukan dengan 2 metode: 1) Metode 2 lapis: menanam biji anggrek Phalaenopsis amabilis pada medium New Phalaenopsis (NP), setelah umur 8 minggu disubkultur ke medium NP cair, digoyang 120 rpm, ditransfer pada medium padat ditambah medium cair ½ NP +kombinasi zat pengatur tumbuh benzyl adenin (BA) (1, 3, 9) ppm dan Gibberellin (GA3) (5, 10, 15) ppm); 2) Metode Stres: seedling yang sudah keluar akarnya ditransfer pada medium ½ NP +benzyl adenin (BA) 5 ppm+ KH 2 PO 4 3 mm dengan dan tanpa pemotongan akar. Diukur panjang daun, panjang akar, jumlah daun dan waktu kemunculan tangkai bunga. Analisis ekspresi gen vegetatif dan reproduktif dilakukan dengan ReverseTranscriptase (RT)- PCR menggunakan primer POH1F1R1 dan gen penentu waktu pembungaan PaFT (P. amabilis Flowering Locus T) menggunakan primer spesifik dan PaFTF1R1, diikuti dengan analisis profil protein dengan SDS-PAGE 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi pembungaan dengan metode stres BA+ sukrose +KH 2 PO 4 + pemotongan akar di fase awal dapat memunculkan tangkai bunga dalam kultur in vitro pada tanaman umur 18 bulan. Ukuran daun dan akar pada tanaman hasil perlakuan berukuran lebih kecil dibandingkan tanaman tanpa perlakuan. POH1 mrna terakumulasi pada tanaman umur 4, 8, 12, 24 bulan, tetapi menghilang pada umur 48 bulan setelah tanam (bst). Sebaliknya, akumulasi mrna PaFT baru dapat 70 BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA

8 terdeteksi pada umur 24 dan 48 bulan setelah penanaman, menunjukkan stimulasi gen vegetatif POH1 diperlukan sampai tanaman umur 24 bulan untuk pertumbuhan fase vegetatif. Profil protein menunjukkan terbentuknya protein berukuran 51, 8 kda sesua BM POH1 protein dan 25,9 kda sesuai BM protein PaFT. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan pemotongan akar diikuti dengan penambahan BA + dan KH 2 PO4 dapat menginisiasi pembungaan melalui aktivasi gen PaFT dengan menekan aktivitas gen vegetatif POH1, tetapi dalam aktivitas terbatas POH1 tetap dapat aktif menginduksi regenerasi daun. Kata kunci: Transisi, vegetatif, generatif, regulasi genetik, POH1, PaFT Pendahuluan Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui 3 tahapan, yaitu fase embrio, fase vegetatif dan fase generatif/reproduktif. Pengaturan semua proses pertumbuhan dan perkembangan di setiap fase tersebut diatur oleh sekelompok gen secara poligenik (Howell, 1998). Pada tanaman model Arabidopsis thaliana, pembentukan organ pada fase vegetatif diatur oleh kelompok gen homeobox, antara lain gen KNAT1, sedangkan untuk pembungaan diatur oleh kelompok gen homeotic dan gen MADS-box. Transisi dari fase vegetatif ke fase generatif diatur oleh faktor lingkungan dan fotoperiodesitas yang mengaktifkan gen Flowering Locus T (FT). Aktifnya gen FT akan mengubah meristem tunas menjadi meristem bunga, sehingga terjadi inisiasi pembungaan. Secara biokimiawi, perilaku sel tersebut ditentukan oleh pola ekspresi gen di dalam sel yang diatur pada level transkripsi gen. Dalam banyak kasus, nasib suatu sel tergantung pada produksi atau aktivitas faktor transkripsi. Selanjutnya, faktor transkripsi secara individual akan mengontrol beberapa atau banyak gen yang menentukan perilaku sel tertentu dan oleh karena itu, berperan baik sebagai individu maupun dalam kombinasi sebagai regulator utama penentu nasib sel. Studi perkembangan tanaman telah difokuskan pada mekanisme pengendalian aktivitas regulator utama ini. Ada sejumlah pendekatan eksperimental yang dapat digunakan YOGYAKARTA 18 OKTOBER

9 untuk menyelidiki kontrol regulator dan efeknya pada nasib suatu sel, untuk studi perkembangan tumbuhan (Leyser and Day, 2003). Proses transisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif juga ditentukan oleh banyak faktor, antara lain faktor cahaya (fotoperiodism), suhu dingin (vernalisasi), fitohormon dan faktor otonomi (Kostenyuk et al., 1999). Fase transisi dari vegetatif ke pembungaan pada tanaman Arabidopsis dimulai dari aktivasi gen CONSTAN menginduksi pembentukan protein FT dari gen FT yang akan bergabung dengan protein Flowering Locus D (FD) untuk mengaktifkan gen-gen flowering identity, seperti: LEAFY (LFY) dan APETALA (AP1). Aktivasi AP1 akan mengubah nasib sel meristem sehingga terjadi transisi dari tunas ke inflorescen bunga (Howell, 1998). Gen PaFT (Phalaenopsis amabilis FT1/PaFT1) adalah gen FT-like yang diisolasi dari tanaman anggrek P. amabilis Taiwan oleh Dr. Seonghoe Jang (Academia Sinica-Biotechnology Center in Southern Taiwan, 2010, komunikasi pribadi). BA dan GA 3 merupakan ZPT yang paling sering digunakan untuk induksi pembungaan anggrek secara in vitro. Kedua fitohormon tersebut terbukti dapat menginduksi pembungaan anggrek Dendrobium candidum, Dendrobium nobile, Cymbidium niveo-marginatum, Dendrobium hibrida, Phalaenopsis hibrida, dan Miltoniopsis hibrida (Guangyuan et al., 1997; Oh and Kostenyuk, 2001; Wang et al, 2009; Kostenyuk et al., 1999; Hee et al., 2009; Sim et al., 2007; Duan and Yazawa, 1995; Matsumoto, 2006). Dalam penelitian ini, untuk mengetahui mekanisme dan waktu transisi antara fase vegetatif ke fase reproduktif digunakan gen utama penentu waktu pemungaan PaFT dan gen utama penentu pembentukan tunas adalah gen Phalaenopsis Orchid Homeobox1 (POH1) yang diisolasi oleh Semiarti et al. (2008). Koordinasi kerja kedua gen kunci pertumbuhan ini dapat memberikan informasi yang penting kapan waktu transisi tersebut terjadi pada tanaman anggrek P. amabilis. Anggrek bulan putih P. amabilis adalah tanaman hias asli Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai tanaman pot maupun untuk diambil bunganya, sehingga usaha pemendekan fase vegetatif untuk mempercepat pembungaan sangat diharapkan. Fase vegetatif pada tanaman anggrek 72 BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA

10 umumnya sangat panjang. Yu et al. (2000) telah melaporkan adanya gen kunci pembentukan tunas pada anggrek hibrida Dendrobium Madame Thong in, yaitu gen Dendrobium Orchid Homeobox1(DOH1). Den DOH1 adalah ortholog dari gen KNAT1 pada Arabidopsis thaliana maupun KN1 pada tanaman Zea mays. Yu and Xu (2007) menunjukkan bahwa pada anggrek Dendrobium, selama siklus hidupnya, koordinasi yang baik dan terus menerus berlangsung antara gen vegetatif DOH1 dan gen reproduktif kelompok keluarga gen DOMADS diperlukan, oleh karena itu pada fase reproduktif tanaman anggrek tetap aktif membentuk tunas (batang dan daun) dan akar. Pada paper ini dilaporkan bahwa pada tanaman anggrek yang ditumbuhkan secara in vitro, pembungaan dapat diinduksi dengan perlakuan zat pengatur tumbuh sitokinin, penambahan gula pada media tumbuh dan pemberian stres fisik dengan pemotongan akar. Tanpa perlakuan stres, tanaman belum berbunga pada umur yang sama meskipun koordinasi ekspresi gen POH1 dan PaFT sudah terdeteksi di level mrna dan protein pada tanaman yang telah diberi perlakuan zpt sitokinin dan gibberelin. Metoda Bahan Tanaman Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji anggrek bulan P. amabilis. Biji berasal dari buah berumur 4 bulan setelah selfing. Biji ditanam pada medium New Phalaenopsis (NP) + 15% air kelapa. Tanaman atau protokorm yang dihasilkan kemudian digunakan dalam perlakuan induksi pembungaan menggunakan hormon. Induksi Pembungaan menggunakan zpt BA dan GA3 Induksi pembungaan dilakukan melalui 2 teknik, yaitu: 1) Metode 2 Lapis (Sim et al., 2007): Protokorm anggrek umur 8 minggu setelah tanam (mst) disubkultur pada medium NP cair dengan kombinasi BA (0, 1, 3 dan 9) ppm dan GA 3 (0, 5, 10 dan 15) ppm. Protokom diinkubasi dengan digoyang pada shaker dengan YOGYAKARTA 18 OKTOBER

11 kecepatan 120 rpm dan suhu 25 0 C. Subkultur dilakukan setiap 3 minggu sekali selama 9 minggu pada medium dengan komposisi yang sama. Kultur kemudian dipindahkan pada medium NP 2 lapis, padat:cair (50ml : 20ml), dengan Lapisan bawah adalah medium padat (50 ml) sedangkan lapisan atas adalah medium cair (20 ml) dengan kombinasi BA dan GA 3 ; 2) Metode stres dengan pemotongan akar (Oh and Kostenyuk, 2001): Tanaman anggrek umur 6 bulan setelah tanam (bst) disubkultur pada medium induksi pembungaan ½ NP dengan sukrosa 40 g.l % air kelapa dengan kombinasi perlakuan pemotongan akar dan tanpa pemotongan akar, masing-masing dengan penambahan fosfat 1,5 dan 3 gram/l dan zat pengatur tumbuh BA 5 ppm. Analisis Akumulasi mrna gen vegetatif POH1 dan gen pembungaan PaFT Analisis akumulasi mrna gen POH, PaFT, dan Actin (gen kontrol) diawali dengan Isolasi RNA total dari tanaman anggrek P. amabilis, baik yang tidak maupun yang diberi perlakuan induksi pembungaan. Isolasi RNA dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan RNeasy Kit (Qiagen). Hasil isolasi tersebut kemudian digunakan sebagai cetakan dalam sintesis cdna menggunakan iscript cdna synthesis Kit (Bio-Rad). cdna yang dihasilkan selanjutnya digunakan sebagai cetakan dalam analisis akumulasi mrna gen PaFT, POH1 dan Actin dalam suatu reaksi amplifikasi DNA (PCR) menggunakan primer spesifik terhadap gen-gen tersebut. Hasil amplifikasi kemudian divisualisasikan dengan elektroforesis. Analisis Protein Analisis protein diawali dengan isolasi protein. Sebanyak 0.2 g daun anggrek dihaluskan pada mortar yang telah diisi dengan Nitrogen cair, kemudian dilarutkan dalam buffer (20 mm Tris-Cl ph 7.5 dan 150 mm NaCl). Suspensi disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 20 menit pada suhu 4 o C. Supernatan kemudian ditampung dalam tabung dan disimpan pada suhu -40 o C. 74 BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA

12 Analisis protein dilanjutkan dengan elektroforesis (SDS- PAGE). Gel poliakrilamid yang digunakan terdiri dari stacking gel 5% dan running gel 10%. Pewarnaan protein dilakukan dengan merendam gel dalam coomasie blue 0.1% buffer selama semalam. Setelah pencucian gel, protein tampak berupa pita berwarna biru pada SDS-PAGE. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada biji anggrek yang ditanam pada medium NP tumbuh dan berkembang melalui 4 fase: 1) Fase 1, biji mengembang dengan embrio yang mengembung karena proses imbibisi air yang melepaskan selaput biji (testa), umur 1 MST (Gambar 1B), kemudian embrio berubah warna menjadi kuning kehijauan, dan ukuran bertambah besar pada 2 MST (Gambar 1C); 2) Fase 2, embrio semakin berwarna hijau dengan bentuk bulat pada bagian basal dan mengerucut pada bagian ujungnya (Gambar 1D). 3) Fase 3, terjadi perkembangan lebih lanjut muncul absorbing hair (ah) yang berbentuk seperti rambut halus berwarna putih di sekitar protokorm (Gambar 1E). Daun pertama kemudian terbentuk pada bagian sisi dorsal protokorm (Gambar 1F) dan ; 4) Fase 4, muncul daun kedua, ah sudah tidak tampak, tetapi belum membentuk akar (Gambar 1G); 5) Fase 5, terjadi pembentukan akar pertama pada protokorm yang muncul pada bagian basal (Gambar 1H), sehingga akhirnya protokorm berkembang sempurna menjadi plantlet. Perkembangan embrio anggrek sampai plantlet secara in vitro ini sesuai dengan pola pertumbuhan embrio P. amabilis yang ditemukan sebelumnya (Semiarti et al., 2007 dan 2010) Pada umur 8 minggu (fase 3), protokorm ditransfer ke medium NP ditambah zpt BA (1, 3, 9 ppm) + GA 3 (5, 10, 15) ditumbuhkan sampai umur 12 MST. Pertumbuhan diikuti setiap minggu, dan pada minggu ke-4 terlihat bahwa perlakuan NP+BA 3 ppm + GA 3 10 menghasilkan pertumbuhan tercepat berdasarkan pertambahan ukuran panjang daun ke-1 (Tabel 1). YOGYAKARTA 18 OKTOBER

13 0 MST 1 MST 2 MST 4 MST te em A B C D 8 MST 10 MST 12 MST 24 MST ah E F G H Gambar 1. Fase pertumbuhan protokorm P. amabilis secara in vitro. A Biji anggrek hari ke-0 pada medium budidaya (Fase 0); B embrio umur 1 MST, terjadi pembengkakan, tidak memiliki testa, bentuk embrio bipolar dan berwarna putih (Fase 1); C embrio umur 2 MST berwarna kuning kehijauan, ukuran bertambah besar; D embrio umur 4 MST berwarna hijau (Fase 2); E embrio umur 8 MST muncul absorbsing hair yang berwarna putih pada bagian basal protokorm (Fase 3). F protokorm umur 10 MST dengan daun yang berkembang (Fase 4). G protokorm umur 12 MST mempunyai satu daun dan ah sudah tidak tampak. H protokorm umur 24 MST mempunyai dua daun dan akar mulai terbentuk. em = embrio; te = testa; ah = absorbing hair; MST = minggu setelah tanam. Bar: 100 μm pada A; 0.5 cm pada B H. 76 BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA ah

14 Tabel 1. Perkembangan protokom anggrek pada medium NP ditambah zpt BA dan GA3. Perlakuan BA,GA3 (ppm) Jumlah Tanaman yang diamati Panjang daun ke-1 (cm) 12 MST 16 MST 24 MST Kontrol 16 0,10 ± 0,04 0,3± 0,07 0,73 ± 0,10 BA1,GA ,23± 0,09 0,61 ± 0,10 0,89 ± 0,06 BA 3, GA ,45± 0,04 0,75 ± 0,12 1,06 ± 0,11 BA 9, GA ,64 ± 0,07 0,83 ± 0,19 1,25 ± 0,24 Perlakuan BA,GA3 (ppm) Jumlah Tanaman yang diamati Jumlah Daun 12 MST 16 MST 24 MST Kontrol 16 1,0± 0,00 1,5± 0,57 2,5 ± 0,57 BA1,GA ,5± 0,57 2,25 ± 0,50 3,25 ± 0,50 BA 3, GA ,75± 0,50 2,5 ± 0, 57 3,75 ± 0,95 BA 9, GA ,25± 0,50 3,00 ± 0,00 4,75 ± 0,95 Perlakuan BA,GA3 (ppm) Jumlah Tanaman yang diamati Panjang akar 12 MST 16 MST 24 MST Kontrol 16 0,00 ± 0,00 0,51 ± 0,08 1,80 ± 0,38 BA1,GA ,00 ± 0,00 0,10 ± 0,01 1,55 ± 0,31 BA 3, GA ,00 ± 0,00 0,04 ± 0,01 1,02 ± 0,17 BA 9, GA ,00 ± 0,00 0,01 ± 0,01 0,62 ± 0,22 Perlakuan BA,GA3 (ppm) Jumlah Tanaman yang diamati Jumlah Akar 12 MST 16 MST 24 MST Kontrol 16 0,00 ± 0,00 1,67± 0,57 4,50 ± 0,70 BA1,GA ,00 ± 0,00 1,33 ± 0,57 3,50 ± 0,57 BA 3, GA ,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 3,00 ± 0,00 BA 9, GA ,00 ± 0,00 0,50 ± 1,00 2,50 ± 0,07 Setelah berumur 14 minggu tanaman ditanam pada medium dua lapis yang ditambah dengan zpt BA dan GA3 dengan variasi konsentrasi yang sama menunjukkan terjadinya peningkatan kecepatan pertumbuhan daun dan akar. Pada 24 MST, pertumbuhan plantlet terbaik pada protocorm yang ditanam pada medium 2 lapis NP +BA 9 ppm+ga3 15 pertumbuhan YOGYAKARTA 18 OKTOBER

15 normal dengan daun berwarna hijau dan rasio panjang-lebar daun yang normal (Tabel 2). Pertumbuhan dan perkembangan terbaik dicapai pada tanaman yang ditumbuhkan pada medium NP ditambah dengan BA 3 ppm dan GA10 ppm dengan panjang daun pertama (1-1,5) cm. Tabel 2. Pertumbuhan tanaman anggrek P. amabilis pada medium 2 lapis pada berbagai variasi konsentrasi BA dan GA 3 Parameter Panjang Daun (cm) Jumlah Daun (lembar) Panjang Akar (cm) Jumlah Akar Umur Perlakuan (minggu) A0 A1 A3 A9* 18 2,53 ± 0.1 2,83 ± 0.2 3,36 ± 0.2 4,16 ± ,16 ± 0.1 3,63 ± 0.2 3,9 ± 0.1 4,73 ± ,43 ± 0.3 4,23 ± 0.2 4,36 ± 0.1 5,23 ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ,33 ± 0.2 1,33 ± 0.2 1,10 ± 0.1 1,10 ± ,16 ± 0.2 2,16 ± 0.2 2,46 ± 0.1 1,76 ± ,23 ± 0.1 3,86 ± 0.2 3,23 ± 0.1 3,33 ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 0.6 Keterangan: Standar deviasi dihitung dari 3 sampel, *Perlakuan terbaik. Setelah umur 18 MST pertumbuhan tunas relatif cepat dan sampai 30 MST, ukuran daun dan akar, jumlah daun dan jumlah akar terbaik dicapai pada plantlet yang ditumbuhkan pada media NP ditambah BA 9 ppm + GA 3 15 ppm. Akan tetapi belum ada tanda-tanda kemunculan tangkai bunga. Hasil analisis akumulasi mrna gen POH1 (fase vegetatif) dan gen PaFT (fase transisi ke pembungaan) menunjukkan bahwa gen POH1 terekspresi dari umur 4-16 MST, menghilang pada umur 24 MST, kemudian muncul lagi pad umur 48 dan 96 MST. Sedangkan gen PaFT baru muncul setelah tanaman umur 24 MST sampai 96 MST. Hal ini menunjukkan adanya koordinasi antar gen 78 BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA

16 kunci pertumbuhan, untuk pengaturan (regulasi) transkripsi gen vegetatif dan gen reproduktif yaitu gen POH1 dan gen PaFT. Tanaman Kontrol (tanpa perlakuan) dengan umur yang berbeda (4, 8, 16, 24, 48 dan 96 MST). Tanaman muda (4 16 MST) dianalisis untuk mengetahui gen-gen juvenile, sedangkan tanaman dewasa (48 96 MST) digunakan untuk mengetahui gengen inisiasi pembentukan bunga. Hasil RT-PCR dengan primer spesifik gen POH1 dan gen PaFT yang diteliti menunjukkan bahwa gen POH1 teraktivasi pada tahap awal (umur 4 8 MST), kemudian menurun pada umur 16 MSP dan akhirnya tidak terdeteksi pada umur 24 MSP, sebaliknya keberadaan gen PaFT tidak terdeteksi pada tanaman juvenil sampai umur 24 MSP dan baru terdeteksi pada umur 48 MST. Pada tanaman umur 24 MST hasil induksi pembungaan dengan kombinasi BA dan GA 3 menunjukkan adanya aktivasi gen PaFT, sementara keberadaan gen POH1 dengan intensitas rendah masih terus terdeteksi (Gambar 2). Aktivasi gen POH1 pada tanaman anggrek P. amabilis baik pada kelompok perlakuan kombinasi BA dan GA 3 maupun pada kontrol (UT) menunjukkan adanya akumulasi mrna yang tinggi pada fase juvenil (umur 4 8 MST) dengan teramplifikasinya cdna berukuran 800 bp dengan sangat jelas kemudian terjadi penurunan secara bertahap pada umur 16 minggu dan tidak terdeteksi pada umur 24 MST. Sebaliknya keberadaan gen PaFT tidak terdeteksi pada tanaman UT umur 24 MSTsedangkan pada tanaman yang diperlakukan dengan zpt (BA dan GA 3 ) memperlihatkan adanya aktivasi gen PaFT pada umur 24 MST dengan teramplifikasinya cdna ukuran 700 bp. YOGYAKARTA 18 OKTOBER

17 POH1 PaFT Actin BA - - GA 3 BA + + GA 3 UT1 UT2 UT3 UT5 A1 A MST Gambar 2. Akumulasi mrna gen POH1 dan gen PaFT pada daun tanaman anggrek P. amabilis dengan dan tanpa perlakuan fitohormon BA dan GA 3. Gen POH1 teramplifikasi pada posisi 800 bp dan gen PaFT (700 bp). UT: untreated (tanpa perlakuan/kontrol). MSP = Minggu Setelah Tanam. UT1 umur 4 MST, UT2 umur 8 MST, UT3 umur 16 MST, UT4 umur 24 MST, UT5 umur 48 MST, UT6 umur 96 MST. A1-A9: perlakuan BA + GA 3, umur 24 MST. A1 (BA 1 ppm + GA 3 5 ppm), A3 (BA 3 ppm + GA 3 10 ppm), A9 (BA 9 ppm + GA 3 15 ppm). Aktivasi gen POH1 pada tanaman anggrek P. amabilis baik pada kelompok perlakuan kombinasi BA dan GA 3 maupun pada kontrol (UT) menunjukkan adanya akumulasi mrna yang tinggi pada fase juvenil (umur 4 8 MST) dengan teramplifikasinya cdna berukuran 800 bp dengan sangat jelas kemudian terjadi penurunan secara bertahap pada umur 16 minggu dan tidak terdeteksi pada umur 24 MSP. Sebaliknya keberadaan gen PaFT tidak terdeteksi pada tanaman UT umur 24 MSP sedangkan pada tanaman yang diperlakukan dengan zpt (BA dan GA 3 ) memperlihatkan adanya aktivasi gen PaFT pada umur 24 MST dengan teramplifikasinya cdna ukuran 700 bp. Aktivasi gen POH1 pada tanaman anggrek P. amabilis baik pada kelompok perlakuan kombinasi BA dan GA 3 maupun pada kontrol (UT) menunjukkan adanya akumulasi mrna yang tinggi pada fase juvenil (umur 4 8 MST) dengan teramplifikasinya cdna berukuran 800 bp dengan sangat jelas kemudian terjadi penurunan secara bertahap pada umur 16 minggu dan tidak terdeteksi pada umur 24 MSP. Sebaliknya keberadaan gen PaFT tidak terdeteksi pada tanaman UT umur 24 MSP sedangkan pada tanaman yang diperlakukan dengan zpt (BA dan GA 3 ) BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA

18 memperlihatkan adanya aktivasi gen PaFT pada umur 24 MST dengan teramplifikasinya cdna ukuran 700 bp. Pada tanaman yang telah mendapat perlakuan BA dan GA 3 dengan berbagai konsentrasi menunjukkan data yang sama, baik gen POH1 maupun gen PaFT teraktivasi pada tanaman umur 24 MST. Adanya konsentrasi seimbang antara gen POH1 dan gen PaFT kemungkinan menjadi salah satu penyebab bahwa tanaman anggrek P. amabilis tidak dapat diinduksi pembungaannya secara in vitro. Hew and Yong (2004) menyatakan bahwa suhu yang diperlukan untuk induksi pembungaan pada tanaman anggrek P. amabilis sangat fluktuatif, terutama diperlukan perlakuan stress suhu, perbedaan siang dan malam yang sangat drastis, malam o C dan siang hari o C. Hal ini berbeda dengan tanaman anggrek Dendrobium yang umumnya lebih stabil ritme pembungaannya, sehingga dapat diinduksi pembungaan secara in vito dengan zpt BA (22.2 μm) dan suhu (26 ± 2 o C) (Sim et al., 2007) Pembungaan dengan Medium ½ NP + Fosfat tinggi+sukrosa tinggi dan Pemotongan Akar Hasil induksi pembungaan dengan kombinasi antara perlakuan fisiologi dengan zpt BA 5 mg/l, perlakuan biokimiawi dengan stress nutrisi yaitu ½ konsentrasi makronutrien pada medium dasar untuk pertumbuhan in vitro ditambah sukrose konsentrasi 2 kali lipat (40 gram/l) dan fosfat konsentrasi tinggi (3 mm) ditambah dengan pemotongan pada bagian akarnya dapat menginduksi kemunculan inflorescen bunga pada tanaman in vitro umur 18 bulan (Gambar 3). YOGYAKARTA 18 OKTOBER

19 A B Gambar 3. Pembungaan In vitro tanaman P. amabilis. A. Tananaman Kontrol; B. Tanaman yang ditanam pada medium ½ NP ditambah zpt BA 5 ppm + Fosfat 3mM + sukrose 40 gr/l dan pemotongan akar, berhasil memunculkan tangkai bunga (anak panah). Menurut Taylor dan Marnie (2007) pembungaan secara in vitro sangat tergantung pada beberapa faktor yaitu sifat dan umur eksplan, komposisi dari media (ketersediaan nutrisi, sumber karbohidrat dan zat pengatur tumbuh) serta kondisi lingkungan yang mendukung (suhu, penyinaran dan fotoperiodesitas). Analisis Protein POH1 dan PaFT pada tanaman P. amabilis setelah perlakuan BA+GA 3 Profil protein pada tanaman umur 24 MST digunakan untuk mengetahui regulasi gen POH1 dan gen PaFT yang telah terdeteksi melalui akumulasi mrna hasil RT-PCR, maka dilakukan analisis protein dengan SDS-PAGE. Ukuran protein PaFT ditentukan dengan mengkonversi jumlah nukleotida cdna PaFT menggunakan software convertor bp to kda dari website Hasil konversi menunjukkan bahwa gen PaFT sepanjang 700 bp menyandi protein seberat 25,9 kda, gen POH1 yang panjang cdnanya 1,400 bp setara dengan 51,8 kda. Analisis profil protein juga menunjukkan adanya pita protein dengan ukuran 51, 8 kda dan 25,9 kda pada SDS-PAGE sesuai dengan berat molekul PaFT dan ukuran protein POH1 dan PaFT (Gambar 4). 82 BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA

20 ,8 kda 25,9 kda) Gambar 4. Profil protein tanaman anggrek umur 24 bulan setelah tanam. Yang diduga POH1 dan PaFT. Lajur 1-12 protein hasil isolasi pada berbagai perlakuan. Lajur 1:Kontrol, lajur 1-3 K Terdeteksinya protein PaFT dan POH1 pada tanaman umur 48 MST, membuktikan bahwa pada fase yang sama, di dalam sel telah terjadi produksi protein gen kunci vegetatif maupun generatif pada tanaman umur 48 MST. Sementara hasil RT-PCR menunjukkan bahwa transkrip POH1 terdeteksi pada tanaman umur 4 s.d 16 MST, kemudian hilang/tidak terlihat pada umur 24 MST, tetapi kemudian terdeteksi lagi pada tanaman umur 48 MST. Sedangkan PaFT transkrip baru mulai terdeteksi pada tanaman umur 24 MST, kemudian semakin jelas dengan bertambahnya umur tanaman. Sehingga pada tanaman umur 48 MST terjadi pembentukan protein dari kedua gen tersebut. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme koordinasi antara gen vegetatif dan generatif, mengingat bahwa pada anggrek pada fase generatif pembentukan organ-organ vegetatif, transisi ke fase pembungaan perlu faktor-faktor lain seperti cahaya, temperatur, dan lain-lain yang dapat Hou and Yang (2012) melaporkan bahwa adanya ekspresi gen Oncidium FT (OnFT) yang tinggi pada tunas aksilar selama fase vegetatif awal tidak cukup untuk menginduksi transisi dari fase vegetatif menuju fase generatif tanaman Oncidium Gower Ramsey. Terbentuknya pseudobulb, yang merupakan tempat penyimpanan nutrisi, menjadi faktor yang sangat penting dalam pembungaan Oncidium. Pembungaan tidak dapat terjadi sebelum pseudobulb terbentuk meskipun dengan ekspresi OnFT yang YOGYAKARTA 18 OKTOBER

21 tinggi. Fenomena yang sama juga terlihat pada P. amabilis dalam penelitian ini, yaitu meskipun pada tanaman umur 24 bulan. Hew and Yong (2004) menyatakan bahwa pembungaan pada P. amabilis sangat memerlukan kondisi khusus dan sifatnya sangat fluktuatif, sehingga belum pernah dapat dibungakan secara in vitro, sedangkan hibridanya ada yang pernah berbunga in vitro. Oleh karena itu adanya tanaman P. amabilis yang dapat berbunga secara in vitro pada medium1/2 konsentrasi medium dasar + P tinggi + BA tinggi dan pemotongan akar menunjukkan bahwa untuk induksi pembungaan dapat dilakukan dengan pemberian stress nutrisi/kimiawi/fisiologis dan fisik yang dapat memaksa berfungsinya gen pembungaan dan memunculkan bunga. Kesimpulan 1. Perlakuan zpt dapat memicu ekspresi gen PaFT untuk inisiasi pembungaan/ induksi fase transisi dari vegetatif ke generatif pada tanaman anggrek P. amabilis 2. Protein PaFT terdeteksi pada profil protein P. amabilis umur 24 bulan 3. Perlakuan zpt BA9 ppm + GA3 15 ppm menginduksi pembentukan daun dan akar tanaman anggrek P. amabilis, tetapi belum mampu menginduksi pembungaan 4. Penanaman P.amabilis pada medium ½ NP + KH 2 PO 4 3 ppm + sukrosa 40 gr/l dapat menginduksi pembungaan in vitro Ucapan Terima Kasih Penulis berterima kasih kepada Kemen-terian Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah mendanai penelitian ini melalui Hibah Penelitian STRANAS (Nota kesepakatan No: 001/SP2H/PL/ Dit.litabmas/ III/2012 dan 089/SP2H/PL/ DIT.LITABMAS / V/2013, serta Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah STRANAS, Nomor: LPPM-UGM/1045/ LIT/2014). Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dr. Seonghoe Jang (Academia Sinica, Biotechnology Center in Southern Taiwan) 84 BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA

22 Daftar Pustaka Duan, J.X. & Yazawa, S Floral induction and development in Phalaenopsis in vitro. Plant Cell, tissue and Organ Culture 43: 71-74, 71 Guangyuan, W., Zhihong, X.U., Tet-Fatt, C., & Nam-Hai, C In vitro flowering of Dendrobium candid. Sci. China 4 (1): Hee, K.H., Yeoh, H.H., & Loh, C.S In vitro flowering and in vitro pollination: methods that will benefit the orchid industry. Proc.NIOC. Nagoya, 2009: Hew, C.S. and Yong, J.W.H The Physiology of Tropical Orchids in Relation to the Industry; 2 nd ed., World Scientific Publ., Singapore, 370 p. Hou, C. and Yang, C Functional analysis of FT and TFL1 orthologs from orchid (Oncidium Gower Ramsey) that regulate the vegetative to reproductive transition. Plant Cell Physiol. 50(8): Howell, S.H Molecular Genetics of Plant Development. Cambridge University Press. UK Kostenyuk, I., Oh, B.J., & So, I.S Induction of early flowering in Cymbidium niveo-marginatum Mak in vitro. Plant Cell Rep. 19 : 1 5 Leyser, O. and Day, S Mechanisms in Plant Development, Blackwell Publishing USA, 241 p. Matsumoto, T.K Gibberellic Acid and Benzyladenine Promote Early Flowering and Vegetative Growth of Miltoniopsis Orchid Hybrids. Hort.Sci. 41 (1): Oh, B.J. & Kostenyuk, I Method for Producing Orchids Flowering InVitro. United State Patent. Patent No.: US 6,168,952 B1. Semiarti E, Indrianto, A., Purwantoro, A., Isminingsih, S., Suseno, N., Ishikawa, T., Yoshioka, Y., Machida, Y., Machida,C Agrobacterium-mediated transfor-mation of the wild orchid species Phalaenopsis amabilis. Plant Biotechnol-Nar. 24: YOGYAKARTA 18 OKTOBER

23 Semiarti, E., T. Ishikawa, Y. Yoshioka, M. Ikezakki, Y. Machida, and C. Machida Isolation and charaterization of phalaenopsis orchid homeobox1(poh1) cdnas, knotted1-like homeobox family of genes in phalaenopsis amabilis orchid.the 2nd International Conference on Mathematics and Natural Sciences (ICMNS) Proceeding, ITB, Bandung, Indonesia, November 2008 Semiarti, E., Indrianto, A., Purwantoro, A., Martiwi, I.N.A., Feroniasanti, Y.M.L, Nadifah, F., Mercuriani, I.S, Dwiyani, R., Iwakawa, H., Yoshioka, Y., Machida, Y., and Machida, C High-frequency genetic transformation of Phalaenopsis amabilis orchid using tomato extract-enriched medium for the pre-culture of protocorms. J. Hortic. Sci. Biotech. 85 (3) Sim, G.E., Loh C.S., & Goh C.J High frequency early in vitro flowering of Dendrobium Madame Thong-In (Orchidaceae). Plant Cell Rep 26: Taylor, N. and Marnie, E.L Monosaccharides Promote Flowering in Kniphofi a leucochepala in Vitro. Plant Growth Regulator 52: Wang, Z.H., Wang, L., & Ye, Q.S High frequency early flowering from in vitro seedlings of Dendrobium nobile. Sci. Hort.122: Yu H., Yang S.H, Goh C.J DOH1, a class 1 knoxgene, is required to maintenance of the basic plant architecture and floral transition in orchid. Plant C Blazquez M., Koorneef M., Putteril, J Flowering on time: genes that regulate the floral transition. EMBO reports vol.2(2): Yu, H. and Y. Xu Orchids. In. E.C. Pua and M.R. Davey (Eds.) Transgenic Crops VI. Biotechnology in Agriculture and Forestry, Vol. 61. Springer: BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG KUALITAS HIDUP BANGSA

24 Auditorium Yogyakarta Jl. Teknika Utara, Pogung, Sleman, Yogyakarta, 55281

25 = o l.o) - o 6= ivn s-3.9.q 3 = str*: -v E L qj q ;: ul : A-!.:l v 'r.,r@ -:i:- 3B:' J.a (_, osr e. z 0 E' i S; -Y F r-, q :!s9:e -! 3: S= g g E <,i2 9 x E;z=,i E=gE; e 3s P. <s,^.! c,"r; o <-t -b zs'o =:5 u --: o *.! xv!a oe $<9 = o ) a! o n : z 9s :"r:* t o.. z

Induksi Pembungaan In Vitro Pada Tanaman Anggrek Bulan Phalaenopsis amabilis (L.) Blume Asli Indonesia

Induksi Pembungaan In Vitro Pada Tanaman Anggrek Bulan Phalaenopsis amabilis (L.) Blume Asli Indonesia Induksi Pembungaan In Vitro Pada Tanaman Anggrek Bulan Phalaenopsis amabilis (L.) Blume Asli Indonesia In Vitro Flowering of Indonesian Phalaenopsis amabilis (L.) Blume Ixora Sartika Mercuriani 1, 2, Agus

Lebih terperinci

INDUKSI PEMBUNGAAN IN VITRO PADA ANGGREK BULAN Phalaenopsis amabilis (L.) Blume INDONESIA

INDUKSI PEMBUNGAAN IN VITRO PADA ANGGREK BULAN Phalaenopsis amabilis (L.) Blume INDONESIA Agros Vol.16 No.2, Juli 214: 273-277 ISSN 1411-172 INDUKSI PEMBUNGAAN IN VITRO PADA ANGGREK BULAN Phalaenopsis amabilis (L.) Blume INDONESIA IN VITRO FLOWERING OF INDONESIAN Phalaenopsis amabilis (L.)

Lebih terperinci

ISSN A G R O S J U R N A L I L M I A H I L M U P E R T A N I A N (SCIENTIFIC JOURNAL OF AGRICULTURAL SCIENCE)

ISSN A G R O S J U R N A L I L M I A H I L M U P E R T A N I A N (SCIENTIFIC JOURNAL OF AGRICULTURAL SCIENCE) ISSN 1411-0172 A G R O S J U R N A L I L M I A H I L M U P E R T A N I A N (SCIENTIFIC JOURNAL OF AGRICULTURAL SCIENCE) Vol. 16 No.2, Juli 2014 Teknologi dan Kelayakan Finansial Bawang Merah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa negara seperti Thailand, Australia, Singapura, Malaysia dan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa negara seperti Thailand, Australia, Singapura, Malaysia dan Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman anggrek telah menjadi tanaman industri bernilai tinggi di beberapa negara seperti Thailand, Australia, Singapura, Malaysia dan Indonesia. Anggrek dipasarkan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Biologi 2010 I. Bidang Keanekaragaman Hayati SB/P/KR/01 IDENTIFIKASI GENOTIP HIBRIDA HASIL PERSILANGAN ANGGREK LOKAL Vanda tricolor Lindl. var suavis ASAL MERAPI DAN Vanda limbata Blume.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti Asia, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti Asia, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, terdiri dari 800 genus dan 25.000 hingga 30.000 spesies yang tersebar di seluruh dunia kecuali daerah Antartika (Latifa et

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang unik adalah hibrida Phalaenopsis Sogo Vivien yang merupakan hasil

I. PENDAHULUAN. yang unik adalah hibrida Phalaenopsis Sogo Vivien yang merupakan hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian Indonesia, terutama pada tanaman hias tropis. Permintaan

Lebih terperinci

_ PENINGKATAN PERTUMBUHAN PSEUDOBULB ANGGREK (Dendrobium antennatum) DENGAN PENAMBAHAN KONSENTRASI FOSFOR PADA MEDIUM KULTUR IN VITRO

_ PENINGKATAN PERTUMBUHAN PSEUDOBULB ANGGREK (Dendrobium antennatum) DENGAN PENAMBAHAN KONSENTRASI FOSFOR PADA MEDIUM KULTUR IN VITRO 377 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 6 Tahun 2017 _ PENINGKATAN PERTUMBUHAN PSEUDOBULB ANGGREK (Dendrobium antennatum) DENGAN PENAMBAHAN KONSENTRASI FOSFOR PADA MEDIUM KULTUR IN VITRO INCREASING THE GROWTH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl. Dari berbagai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN GIBERELIN DAN AIR KELAPA TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI ANGGREK BULAN (Phalaenopsis sp.)

PENGARUH PEMBERIAN GIBERELIN DAN AIR KELAPA TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI ANGGREK BULAN (Phalaenopsis sp.) 91 PENGARUH PEMBERIAN GIBERELIN DAN AIR KELAPA TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI ANGGREK BULAN (Phalaenopsis sp.) The Influence of Giberelin Addition and Coconut Water Against Germination of Phalaenopsis sp.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Fosfor Terhadap Pertumbuhan Pseudbulb. tanaman anggrek Dendrobium antennatum selama 10 minggu setelah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Fosfor Terhadap Pertumbuhan Pseudbulb. tanaman anggrek Dendrobium antennatum selama 10 minggu setelah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Fosfor Terhadap Pertumbuhan Pseudbulb Berdasarkan hasil penelitian pengaruh variasi konsentrasi fosfor (P) dalam medium kultur in vitro terhadap, pertumbuhan pseudobulb

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang merupakan salah satu jenis tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanaman pisang memiliki ciri spesifik

Lebih terperinci

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011 Teknologi Kultur Jaringan Tanaman materi kuliah pertemuan ke 9 Isi Materi Kuliah Kultur Kalus Sri Sumarsih Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai nilai estetika

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai nilai estetika I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi. Bisnis anggrek di Indonesia sangat prospektif. Keindahan bunga anggrek memang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggrek merupakan jenis tanaman hias yang digemari konsumen. Jenis anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan Phalaenopsis dari Negara

Lebih terperinci

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL Abstrak Pada berbagai spesies termasuk kakao, gen AP1 (APETALA1) diketahui sebagai gen penanda pembungaan yang mengendalikan terbentuknya

Lebih terperinci

Seminar Nasional Biologi 2010 SB/O/BF/17 MIKROPROPAGASI TANAMAN ANGGREK HITAM Coelogyne pandurata Lindl. DENGAN PENYISIPAN GEN PENUMBUH TUNAS MELALUI Agrobacterium Endang Semiarti 1, Ari Indrianto 1, Eko

Lebih terperinci

Transformasi Gen Pembungaan melalui Agrobacterium tumefaciens Secara In-Vitro pada Tanaman Anggrek Vanda tricolor

Transformasi Gen Pembungaan melalui Agrobacterium tumefaciens Secara In-Vitro pada Tanaman Anggrek Vanda tricolor ISSN: 2088-155X Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia Transformasi Gen Pembungaan melalui Agrobacterium tumefaciens Secara In-Vitro pada Tanaman Anggrek Vanda tricolor RINDANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di beberapa negara tropis produsen anggrek seperti Thailand, Singapura dan Taiwan,

I. PENDAHULUAN. Di beberapa negara tropis produsen anggrek seperti Thailand, Singapura dan Taiwan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di beberapa negara tropis produsen anggrek seperti Thailand, Singapura dan Taiwan, anggrek sebagai bunga potong maupun tanaman hias pot merupakan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek Vanda tricolor merupakan jenis tanaman endemik di kawasan lereng Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah keunguan ini banyak

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan

TUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan TUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan ANGGOTA KELOMPOK 1: Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor anggrek maupun masyarakat pada umumnya. Anggrek menjadi daya tarik tersendiri karena bunganya yang

Lebih terperinci

KULTUR JARINGAN TANAMAN

KULTUR JARINGAN TANAMAN KULTUR JARINGAN TANAMAN Oleh : Victoria Henuhili, MSi Jurdik Biologi victoria@uny.ac.id FAKULTAS MATEMATIKA DA/N ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 Kultur Jaringan Tanaman Pengertian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penggemarnya. Selain itu bunga anggrek memiliki variasi bentuk, warna dan ukuran

I. PENDAHULUAN. penggemarnya. Selain itu bunga anggrek memiliki variasi bentuk, warna dan ukuran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan tanaman dengan bunga yang cukup indah, menarik dan banyak penggemarnya. Selain itu bunga anggrek memiliki variasi bentuk, warna dan ukuran bunga yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Sukrosa Terhadap Jumlah dan Ukuran Pseudobulb Dendrobium antennatum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Sukrosa Terhadap Jumlah dan Ukuran Pseudobulb Dendrobium antennatum BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Sukrosa Terhadap Jumlah dan Ukuran Pseudobulb Dendrobium antennatum Pengamatan terhadap pertumbuhan pseudobulb Dendrobium antennatum

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

INDUKSI PEMBUNGAAN SECARA IN VIRO PADA TANAMAN ANGGREK

INDUKSI PEMBUNGAAN SECARA IN VIRO PADA TANAMAN ANGGREK Makalah Seminar Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor INDUKSI PEMBUNGAAN SECARA IN VIRO PADA TANAMAN ANGGREK Cymbidium VARIETAS LOVELY ANGEL ( In Vitro Flower Induction

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun. oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan.

I. PENDAHULUAN. karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun. oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan. I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Ketertarikan masyarakat terhadap tanaman anggrek, sebagian besar

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bunga adalah salah satu komponen aspek estetika yang merupakan bagian dari hidup manusia. Salah satu bunga yang telah menarik perhatian adalah anggrek. Bunga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan yang menjadi andalan nasional karena merupakan sumber protein nabati penting

Lebih terperinci

INDUKSI KALUS EMBRIOGENIK DAN INISIASI EMBRIO SOMATIK ANGGREK BULAN

INDUKSI KALUS EMBRIOGENIK DAN INISIASI EMBRIO SOMATIK ANGGREK BULAN SKRIPSI INDUKSI KALUS EMBRIOGENIK DAN INISIASI EMBRIO SOMATIK ANGGREK BULAN (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) MENGGUNAKAN ASAM 2,4-DIKLOROFENOKSIASETAT Disusun oleh : Benny Saputra NPM : 080801062 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Kultur in vitro merupakan suatu budidaya dalam botol. Salah satu kegiatan dalam kultur in vitro adalah kultur jaringan yaitu budidaya in vitro yang menggunakan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor berupa rerata pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah tunas, pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan varietas berbagai tanaman hortikultura, salah satunya adalah tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dan varietas berbagai tanaman hortikultura, salah satunya adalah tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan keragaman jenis dan varietas berbagai tanaman hortikultura, salah satunya adalah tanaman anggrek. Dari 20.000 spesies

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D. Selama masa inkubasi, kalus mulai terlihat tumbuh pada minggu ke-5. Data hari tumbuhnya kalus seluruh

Lebih terperinci

KONSERVASI ANGGREK HITAM (Coelogyne pandurata Lindl.) MELALUI MIKROPROPAGASI PADA BERBAGAI MEDIUM KULTUR

KONSERVASI ANGGREK HITAM (Coelogyne pandurata Lindl.) MELALUI MIKROPROPAGASI PADA BERBAGAI MEDIUM KULTUR Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016 p-issn: 2540-752x e-issn: 2528-5726 KONSERVASI ANGGREK HITAM (Coelogyne pandurata

Lebih terperinci

Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

Paramita Cahyaningrum Kuswandi (  FMIPA UNY 2012 Paramita Cahyaningrum Kuswandi (Email : paramita@uny.ac.id) FMIPA UNY 2012 2 BIOTEKNOLOGI 1. PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI 2. METODE-METODE YANG DIGUNAKAN 3. MANFAAT BIOTEKNOLOGI DI BIDANG USAHA TANAMAN HIAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi Konstruksi vektor ekspresi yang digunakan pada penelitian ini adalah p35scamv::tclfy. Promoter p35s CaMV digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011 BAB III METODE PENELITIAN 3. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 0 Maret 0 yang berlokasi di Laboratorium Genetika dan Fisiologi Kultur Jaringan (Genetic and Physiology

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO ABSTRAK Ernitha Panjaitan Staf Pengajar Fakultas Pertanian UMI Medan Percobaan untuk mengetahui respons

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Percobaan I: Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrek Phalaenopsis. Perkembangan Ovari menjadi buah (polong buah). Teknik penyilangan anggrek mudah dipelajari,

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) MATA KULIAH : KULTUR JARINGAN TUMBUHAN KODE / SKS : PSB 327 / 2-0 DESKRIPSI SINGKAT : Ruang lingkup matakuliah ini adalah pengenalan laboratorium kultur jaringan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Jones dan Luchsinger (1979), tumbuhan anggrek termasuk ke dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari sekian banyak tumbuhan berbunga

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 205 ISBN: 978-602-8962-5-9 PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA DAN BUBUR PISANG PADA MEDIA MS TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK KELINCI (Dendrobium antennatum Lindl.) SECARA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 2,4-D terhadap induksi pembelahan sporofitik mikrospora anggrek bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 2,4-D terhadap induksi pembelahan sporofitik mikrospora anggrek bulan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan hormon 2,4-D terhadap induksi pembelahan sporofitik mikrospora anggrek bulan Phalaenopsis amabilis L. (Bl.) dan

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA MEDIA KULTUR JARINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK PHALAENOPSIS BELLINA

PENGARUH BEBERAPA MEDIA KULTUR JARINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK PHALAENOPSIS BELLINA PENGARUH BEBERAPA MEDIA KULTUR JARINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK PHALAENOPSIS BELLINA Astri Oktafiani*, Melia Puspitasari, Titiek Purbiati, Destiwarni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan

Lebih terperinci

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Keragaman Somaklonal Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Mekanisme Terjadinya Keragaman Somaklonal Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik tanaman yang terjadi sebagai hasil kultur

Lebih terperinci

Tugas Akhir - SB091358

Tugas Akhir - SB091358 Tugas Akhir - SB091358 EFEKTIVITAS META-TOPOLIN DAN NAA TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO STROBERI (Fragaria ananassa var. DORIT) PADA MEDIA MS PADAT DAN KETAHANANNYA DI MEDIA AKLIMATISASI Oleh Silvina Resti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons pertumbuuhan tertinggi diperoleh pada eksplan biji panili yang ditanam dalam medium tomat. Pada perlakuan tersebut persentase rata-rata

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, yang sangat banyak menarik perhatian konsumen. Selain mempunyai nilai estetika yang

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO Zohiriah 1, Zulfarina 2, Imam Mahadi 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 14 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai

Lebih terperinci

Topik VI. METODE BIOTEKNOLOGI TANAMAN

Topik VI. METODE BIOTEKNOLOGI TANAMAN MK. BIOTEKNOLOGI (SEM VI) Topik VI. METODE BIOTEKNOLOGI TANAMAN Paramita Cahyaningrum Kuswandi (email : paramita@uny.ac.id) FMIPA UNY 2015 16 maret : metode biotek tnmn 23 maret : transgenesis 30 maret

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK MODUL - 3 DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK Oleh: Pangesti Nugrahani Sukendah Makziah RECOGNITION AND MENTORING PROGRAM PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman sumber daya hayati yang tinggi, khususnya tumbuhan. Keanekaragaman genetik tumbuhan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen xyloglucanase, gen nptii, dan

BAHAN DAN METODE. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen xyloglucanase, gen nptii, dan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium Biologi Molekuler Tanaman, Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI, Cibinong, mulai bulan Agustus 2006 sarnpai dengan Agustus 2007.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau kombinasi TDZ dan BAP (Tabel 1) dapat membentuk plb, tunas, atau plb dan tunas (Gambar 4). Respons eksplan terhadap

Lebih terperinci

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005)

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005) 36 LAMPIRAN 37 Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005) Nilai toksisitas Non-Manusia : Rat LD50 oral 5,3 g / kg; Mouse LD50 oral 2 g / kg; Ip Mouse LD50 0,9-1,3 g / kg; LD50

Lebih terperinci

SHORT CUT PENANAMAN EKSPLAN DAUN STEVIA PADA MEDIUM NEW PHALEONOPSIS

SHORT CUT PENANAMAN EKSPLAN DAUN STEVIA PADA MEDIUM NEW PHALEONOPSIS SHORT CUT PENANAMAN EKSPLAN DAUN STEVIA PADA MEDIUM NEW PHALEONOPSIS Kartinah Wiryosoendjoyo Fakultas Biologi Universitas Setia Budi Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap III. BAHAN DAN METODE Penelitian ini terdiri atas 2 percobaan, yaitu: 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap multiplikasi tunas pisang Kepok Kuning (genom ABB) eksplan

Lebih terperinci

VIII. PEMBAHASAN UMUM. Produktivitas tanaman kakao di Indonesia masih tergolong rendah.

VIII. PEMBAHASAN UMUM. Produktivitas tanaman kakao di Indonesia masih tergolong rendah. VIII. PEMBAHASAN UMUM Produktivitas tanaman kakao di Indonesia masih tergolong rendah. Masalah utama yang dapat menurunkan produksi kakao secara berarti adalah adanya serangan penggerek buah kakao (PBK),

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS PENDAHULUAN. Kultur jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan

Lebih terperinci

PERBANYAKAN KLONAL Phalaenopsis sp. IN VITRO DARI EKSPLAN DAUN DAN EKSPLAN TANGKAI BUNGA

PERBANYAKAN KLONAL Phalaenopsis sp. IN VITRO DARI EKSPLAN DAUN DAN EKSPLAN TANGKAI BUNGA PERBANYAKAN KLONAL Phalaenopsis sp. IN VITRO DARI EKSPLAN DAUN DAN EKSPLAN TANGKAI BUNGA Yusnita, Candra Kesuma, Devina Andiviaty, Sri Ramadiana, dan Dwi Hapsoro Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian

Lebih terperinci

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b)

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b) 45 Pembahasan Penggunaan benih yang bermutu baik merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi tanaman bawang merah. Rendahnya produksi tanaman bawang merah khususnya di daerah sentra

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang (Musa sp.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berasal dari Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboraturium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

Protoplasma TEKNIK FUSI SEL. Fusi Protoplas: Mengapa menggunakan ini? Produksi Hibrida Melalui Fusi Protoplas. Sel tanpa dinding sel

Protoplasma TEKNIK FUSI SEL. Fusi Protoplas: Mengapa menggunakan ini? Produksi Hibrida Melalui Fusi Protoplas. Sel tanpa dinding sel Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 4 TEKNIK FUSI SEL Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai bentuk dan penampilan yang indah (Iswanto, 2002). Tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

Kuliah VI FOTOPERIODISME (Pada Tumbuhan) OLEH: Dra. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si Dra. Elimasni, M.Si

Kuliah VI FOTOPERIODISME (Pada Tumbuhan) OLEH: Dra. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si Dra. Elimasni, M.Si Kuliah VI FOTOPERIODISME (Pada Tumbuhan) OLEH: Dra. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si Dra. Elimasni, M.Si Fenomena: 1. perbungaan pada Angiospermae dalam periode yang sama pada setiap

Lebih terperinci

Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai

Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai Buletin 16 Teknik Pertanian Vol. 16, No. 1, 2011: 16-20 Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili TEKNIK PENGUJIAN TINGKAT SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN

Lebih terperinci

KULTUR PROTOPLAS Berkembang pada tahun1960, setelah diketemukan cara menghilangkan dinding sel secara enzimatis

KULTUR PROTOPLAS Berkembang pada tahun1960, setelah diketemukan cara menghilangkan dinding sel secara enzimatis BIOTEKNOLOGI Victoria Henuhili, MSi *)., Jurdik Biologi FMIPA UNY Sub Topik : FUSI PROTOPLAS KULTUR PROTOPLAS Berkembang pada tahun1960, setelah diketemukan cara menghilangkan dinding sel secara enzimatis

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO Oleh : SITI SYARA A34301027 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi fosfor dalam media kultur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di Indonesia, dan memegang peranan penting diantaranya iklim, tenaga kerja, dan kesediaan lahan yang masih cukup

Lebih terperinci

Kebutuhan Inovasi dalam Pengembangan Industri Anggrek yang Berdaya Saing & Berbasis Sumber Daya Lokal

Kebutuhan Inovasi dalam Pengembangan Industri Anggrek yang Berdaya Saing & Berbasis Sumber Daya Lokal Makalah Utama 2 Kebutuhan Inovasi dalam Pengembangan Industri Anggrek yang Berdaya Saing & Berbasis Sumber Daya Lokal Endang Semiarti Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Biologi UGM, Jl. Teknika Selatan,

Lebih terperinci

MANIPULASI TUMBUHAN MENGGUNAKAN HORMON PERTUMBUHAN TANAMAN

MANIPULASI TUMBUHAN MENGGUNAKAN HORMON PERTUMBUHAN TANAMAN MANIPULASI TUMBUHAN MENGGUNAKAN HORMON PERTUMBUHAN TANAMAN Sebagai organisme yang bersifat sesil tumbuhan tidak dapat pindah dari habitatnya. Tumbuhan harus mampu mengatasi kondisi di sekitarnya termasuk

Lebih terperinci

PRAKATA. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan. hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan

PRAKATA. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan. hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan laporan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Bubur

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH:

UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH: UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH: Dinda Marizka 060307029/BDP-Pemuliaan Tanaman PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010.

Lebih terperinci

K092 ABSTRAK. Kata Kunci: protokorm, Phalaenopsis amabilis, inokulum, transformasi genetik, Agrobacterium tumefaciens.

K092 ABSTRAK. Kata Kunci: protokorm, Phalaenopsis amabilis, inokulum, transformasi genetik, Agrobacterium tumefaciens. K092 PENENTUAN UMUR PROTOKORM ANGGREK Phalaenopsis amabilis TERBAIK SEBAGAI INOKULUM DALAM TRANSFORMASI GENETIK DENGAN MEDIATOR Agrobacterium tumefaciens Ika Nugraheni Ari Martiwi Program Studi Biologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Anggrek Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili tanaman terbesar yang terdiri dari 900 Genus dan 25.000 spesies (La Croix, 2008).

Lebih terperinci

Peningkatan Keberhasilan Dalam Penyediaan Bibit Anggrek

Peningkatan Keberhasilan Dalam Penyediaan Bibit Anggrek Peningkatan Keberhasilan Dalam Penyediaan Bibit Anggrek Potensi ekonomi anggrek sebagai salah satu komoditas tanaman hias telah banyak dimanfaatkan dan dikembangkan oleh banyak negara. Di Indonesia, potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

Agrobacterium-Mediated Transformation for Homolog Function of KNAT1 Gene (Knotted 1- like Arabidopsis thaliana) in Phalaenopsis amabilis (L.) Bl.

Agrobacterium-Mediated Transformation for Homolog Function of KNAT1 Gene (Knotted 1- like Arabidopsis thaliana) in Phalaenopsis amabilis (L.) Bl. HOMOLOGI FUNGSI GEN KNAT1 ( Knotted 1 like Arabidopsis thaliana) PADA ANGGREK BULAN Phalaenopsis amabilis (L.) Bl. DENGAN MEDIATOR Agrobacterium tumefaciens Agrobacterium-Mediated Transformation for Homolog

Lebih terperinci