BAB III PROSES PENERIMAAN PANCASILA DAN ALASAN PENERIMAAN PARA PENDIRI NEGARA TERHADAP PANCASILA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PROSES PENERIMAAN PANCASILA DAN ALASAN PENERIMAAN PARA PENDIRI NEGARA TERHADAP PANCASILA"

Transkripsi

1 BAB III PROSES PENERIMAAN PANCASILA DAN ALASAN PENERIMAAN PARA PENDIRI NEGARA TERHADAP PANCASILA A. Substansi Pembicaraan dalam Sidang-sidang BPUPKI Pada dua kali masa persidangan paripurna dari Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yaitu berturut-turut: pertama, pada tanggal 29 Mei 1 Juni 1945; dan kedua, pada tanggal 10 Juli 17 Juli 1945 telah diperbincangkan secara substansial a.l. tentang (1) Dasar Negara, (2) Wilayah Negara, serta (3) Rancangan Undang-undang Dasar. 1 Sedangkan pada masa persidangan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang berlangsung dari tanggal Agustus 1945 telah dilakukan pembahasan substansial a.l. tentang (1) Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus, (2) Pengesahan Pembukaan UUD, (3) Susunan Pemerintahan, serta (4) Pengesahan Batang Tubuh UUD. 2 Badan Penyelidik mulai mengadakan persidangan untuk merumuskan Undangundang Dasar yang dimulai dengan persoalan dasar untuk mendirikan suatu negara merdeka. Ketua Badan Penyelidik ini ialah dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat yang diangkat pada tanggal 29 April Pada kata pembukaannya, ketua meminta pandangan para anggota mengenai dasar negara Indonesia merdeka. Ada empat orang 1 Saafroedin Bahar, Nannie Hudawati (eds.), Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI): 28 Mei Agustus 1945 (Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998), Ibid.,

2 yang memenuhi permintaan Ketua, yaitu Mr. Muh. Yamin, 3 Ki Bagoes Hadikoesoemo, 4 Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Rapat persidangan pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945 yaitu pada pidato Ir. Soekarno. Pidato ini disambut hampir semua anggota dengan tepuktangan yang riuh. Tepuk tangan yang riuh itu dianggap sebagai suatu persetujuan. 5 Ir. Soekarno berkesempatan mengucapkan pidatonya yang kemudian dikenal dengan nama Lahirnya Pancasila. Soekarno memberikan pandangan atau usul mengenai dasar Indonesia Merdeka, yakni Pancasila. Kemudian diperasnya lagi, jika tidak ada yang setuju dengan angka lima, menjadi Trisila. Lalu diperasnya kembali, jika hanya permintaan untuk satu asas, menjadi Ekasila. Lima asas yang dikemukakan oleh Soekarno sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau peri-kemanusiaan, Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Kemudian diperas menjadi Trisila: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau peri-kemanusiaan, Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Sosio-nasionalisme Sosio-demokrasi Ketuhanan 3 Menurut para editor tersebut di atas, naskah pidato ini tidak ditemukan baik dalam Koleksi Mr. M. Yamin maupun Koleksi Pringgodigdo yang tersimpan di Arsip Nasional. Ibid., Menurut para editor tersebut di atas, naskah pidato ini tidak ditemukan baik dalam buku Mr. Muh. Yamin yang terbit pada tahun 1959 maupun dalam berkas arsip yang diterima dari Negeri Belanda dan yang ditemukan dalam perpustakaan Puri Mangkunegaraan Solo. Risalah ini diterima Sekretariat Negara dari Arsip keluarga Ki Bagoes Hadikosoemo yang diserahkan oleh putra beliau, Kolonel (L) Basmal Hadikoesoemo. Ibid., Mohammad Hatta, Untuk Negeriku: Menuju Gerbang Kemerdekaan (Sebuah Otobiografi) (Jakarta: Buku Kompas, Januari 2011),

3 Kemudian diperas lagi menjadi satu: G o t o n g r o y o n g. 6 Pidato ini sebagai jawaban atas pertanyaan Ketua Radjiman: Negara Indonesia Merdeka yang akan kita bentuk, apa dasarnya? 7 Pada awal pidatonya, Soekarno terlebih dahulu mencoba memberikan pendapatnya mengenai apa yang dimaksud oleh ketua Radjiman yaitu: Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan Ketua Yang Mulia, yaitu bukan d a s a r n y a Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya yang diminta oleh Paduka Tuan Yang Mulia ialah, dalam bahasa Belanda: P h i l o s o f i s c h e g r o n d s l a g daripada Indonesia Merdeka. Philosofische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat, yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. 8 Kemudian mulailah Soekarno memaparkan pandangannya tentang dasar-dasar negara Indonesia Merdeka. Menurut Soekarno, dasar pertama yang baik dijadikan dasar buat negara Indonesia ialah dasar Kebangsaan Negara Kebangsaan Indonesia. Istilah bangsa sangat erat kaitannya dengan kehendak akan bersatu, yang timbul karena persatuan nasib, persatuan antara orang (masyarakat) dan tempat (Tanah Air). Dalam hal ini Soekarno langsung menegaskan bahwa istilah kebangsaan bukanlah dalam arti sempit. Kebangsaan yang meliputi seluruh kepulauan Indonesia, yang sebagai cetakan alam terkumpul di sana, di khatulistiwa sebagai satu kesatuan. Sumatera, Jawa atau Sunda, atau Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Maluku, dan lain-lain (pulau-pulau kecil). 6 Saafroedin Bahar, Nannie Hudawati, Ibid. 7 Panitia Lima: Moh. Hatta, A. Subardjo Dj., A.A. Maramis, dkk., Uraian Pancasila (Jakarta: Mutiara, 1980), Saafroedin Bahar, Nannie Hudawati, Risalah, 84. Lih. juga Ign. Gatut Saksono, Pancasila Soekarno: Idiologi Alternatif Terhadap Globalisasi dan Syariat Islam. (Yogyakarta: Rumah Belajar Yabinkas, 2007),

4 Soekarno menggunakan dalil-dalil teori Geo-Politik untuk menjelaskan makna persatuan orang dan tempat. 9 Selain itu, Soekarno menambahkan makna bangsa ini sendiri bukan makna individualistik dalam keberadaan Indonesia di tengah-tengah negara-negara lainnya, bukan juga chauvinisme yang meremehkan bangsa lain dan menjunjung diri sendiri sebagai yang terbagus dan termulia. Oleh karena itu, bukan saja harus mendirikan Negara Indonesia Merdeka, tetapi juga harus menuju kepada kekeluargaan bangsa-bangsa. 10 Dasar kedua ialah Internasionalisme atau Perikemanusiaan. Dasar ini sangat berkaitan erat sebagai pernyataan bangsa Indonesia yang turut menuju kepada kekeluargaan bangsa-bangsa. Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme. Jadi, dua hal ini, saudara-saudara, prinsip pertama dan prinsip kedua, yang pertama-tama saya usulkan kepada Tuan-tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama lain. 11 Dasar yang ketiga ialah dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan. Pada dasar inilah muncul salah satu semboyan Soekarno yang terkenal: satu buat semua, semua buat satu. Beliau menegaskan bahwa Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan walaupun golongan kaya, karena kuatnya Negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan. Dasar ketiga ini juga sekaligus, menurut Soekarno, sebagai solusi untuk keberadaan masyarakat mayoritas (Islam) yang ikut andil dalam perjalanan sejarah sebuah bangsa, di mana orang bukan Islam pun ikut ambil bagian di dalamnya. 9 Ibid., 94. Lih. juga Panitia Lima, Uraian Ibid., Ibid. 46

5 Badan perwakilan, inilah tempat kita untuk mengemukakan tuntutan Islam. Di sinilah kita usulkan kepada pemimpinpemimpin rakyat, apa-apa yang perlu kita rasa perlu bagi perbaikan. Jikalau memang kita rakyat Islam, marilah kita bekerja sehebat-hebatnya, agar supaya sebagian yang terbesar daripada kursi-kursi Badan Perwakilan Rakyat yang kita adakan, diduduki oleh utusan-utusan Islam. Jika memang rakyat Indonesia rakyat yang bagian besarnya rakyat Islam,..., marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap rakyat itu, agar supaya mengerahkan sebanyak mungkin utusan-utusan Islam ke dalam badan perwakilan ini. Ibaratnya Badan Perwakilan Rakyat 100 orang anggotanya,..., agar supaya 60, 70, 80, 90 utusan yang duduk dalam perwakilan rakyat ini orang Islam, pemuka-pemuka Islam. Dengan sendirinya hukumhukum yang keluar dari Badan Perwakilan Rakyat itu, hukum Islam pula. Malahan saya yakin, jikalau hal yang demikian itu nyata terjadi, barulah boleh dikatakan bahwa agama Islam benar-benar hidup di dalam jiwa rakyat, sehingga 60%, 70%, 80%, 90% utusan adalah utusan orang Islam, pemuka-pemuka Islam, ulama-ulama Islam. 12 Melalui cara mufakat dalam pemusyawaratan ini Soekarno mengharapkan tidak adanya permasalahan agama. Soekarno menekankan bahwa prinsip ketiga ini ialah tempat yang terbaik untuk memelihara agama, terkhusus pihak Islam. Bahkan, Soekarno sendiri ingin membela Islam dalam permusyawaratan. Kristen: Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Kita, saya pun, adalah orang Islam maaf beribu-ribu maaf keislaman saya jauh belum sempurna, - tetapi kalau saudara-saudara membuka saya punya dada, dan melihat saya punya hati, Tuan-tuan akan dapati tidak lain tidak bukan hati hati Islam. Dan hati Islam Bung Karno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalam permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal juga keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan atau permusyawaratan di dalam Badan Perwakilan Rakyat. 13 Kemudian Soekarno juga menjelaskan perjuangan orang Kalau misalnya orang Kristen ingin bahwa tiap-tiap letter di dalam peraturan-peraturan Negara Indonesia harus menurut 12 Ibid., Ibid. 47

6 Injil, bekerjalah mati-matian, agar supaya sebagian besar daripada utusan-utusan yang masuk Badan Perwakilan Indonesia ialah orang Kristen. Itu adil, fair play! Tidak ada satu negara boleh dikatakan negara hidup, kalau tidak ada perjuangan di dalamnya. 14 Dasar yang keempat ialah Kesejahteraan. Inilah permusyawaratan yang memberi hidup, yakni demokrasi politik ekonomi yang mendatangkan kesejahteraan sosial. Ini juga yang ada dalam pembicaraan di sidang tentang Ratu-Adil yang mempunyai paham bahwa rakyat yang tadinya merasa dirinya kurang makan-kurang pakaian, menciptakan dunia baru yang di dalamnya ada keadilan, di bawah pimpinan Ratu-Adil, harus ada persamaan artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya. 15 Dasar yang kelima ialah Ketuhanan. Sukarno menegaskan bahwa hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme-agama. Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, yang hormat-menghormati satu sama lain. Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-tuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al-masih, yang belum ber-tuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad saw, orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-tuhan. Hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme-agama. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang ber-tuhan. 16 Soekarno lebih dari dua kali menggunakan kata hendaknya daripada kata harus dan wajib. Apakah di sini Soekarno memberi tempat kepada setiap warga 14 Ibid., Ibid., Ibid.,

7 negara yang belum ber-tuhan supaya ber-tuhan, atau lebih lanjut memberi kesan belum semua orang Indonesia ber-tuhan. Di sini mengandung arti bahwa keyakinan untuk sampai kepada (adanya) Tuhan tidak dapat dipaksakan. Dengan demikian apabila selanjutnya tetap belum sampai untuk mengakui adanya Tuhan, dan kemudian tentu tidak mempunyai salah satu agama/keyakinan, Negara Indonesia harus tetap melindungi mereka sebagai warga negara yang sah, sejajar dengan warga NKRI yang lain. Bahkan di sisi lain, bisa jadi yang dimaksudkan memberi kebebasan warganya bukan hanya sekadar bebas untuk memeluk agama/keyakinannya, melainkan bebas juga untuk ber- Tuhan dan tidak ber-tuhan. 17 Pernyataan Soekarno atas prinsip Ke-Tuhanan ini menggambarkan begitu besarnya harapan pendiri bangsa meletakkan prinsip ini sebagai salah satu asas atas berdirinya Indonesia Merdeka. Sebagian besar para pendiri bangsa pada masa persidangan pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni) mengajukan Ke-Tuhanan sebagai dasar yang penting. Pernyataan pentingnya nilai Ke-Tuhanan ini sebagai dasar kenegaraan a.l. dikemukakan oleh Muh. Yamin, Wiranatakoesoema, Soesantotirtoprodjo, Dasaad, Agoes Salim, Abdoelrachim Pratalykrama, Abdul Kadir, K.H. Sanoesi, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Soekarno, Moh. Hatta, dan Soepomo Pembentukan Panitia Kecil Selama persidangan berlangsung itu tidak menghasilkan suatu kesimpulan atau perumusan, para angota hanya mendengarkan pemandangan umum dari pembicarapembicara yang mengemukakan usul-usul rumusan dasar negara bagi Indonesia 17 Saksono, Pancasila..., Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (Jakarta: Gramedia, cetakan kedua, 2011),

8 Merdeka. Setelah persidangan pertama itu selesai, diadakan reses selama satu bulan lebih. Badan penyelidik membentuk suatu panitia kecil di bawah pimpinan Ir. Soekarno dengan anggotanya Drs. Moh. Hatta, Sutardjo Kartohadikusumo, Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Muh. Yamin, dan Mr. A.A. Maramis sebelum memasuki masa reses. 19 Tugas panitia kecil ini menampung saransaran, usul-usul dan konsepsi-konsepsi para anggota, yang oleh Ketua Radjiman telah diminta untuk diserahkan melalui sekretariat. Pada rapat pertama tanggal 10 Juli 1945 setelah masa reses, Ketua Radjiman meminta panitia kecil untuk melaporkan tugastugasnya. 20 Ir. Sukarno melaporkan bahwa panitia kecil pada tanggal 22 Juni mengambil prakarsa untuk mengadakan pertemuan dengan anggota-anggota BPUPKI yang pada saat itu ada di Jakarta untuk menghadiri sidang Dewan Penasihat Pusat (DPP / Tyuuoo Sang-In) dan anggota BPUPKI lainnya yang bukan anggota DPP, di mana semua berjumlah 38 orang, di gedung kantor Jawa Hookoo Kai. Pertemuan ini diduga oleh Bahar sebagai pertemuan yang tidak termasuk acara sidang BPUPKI. Motif pertemuan ini ialah untuk menyelesaikan perbedaan pendapat antara Ki Bagus Hadikusumo yang mengusulkan negara Islam dengan Prof. Supomo yang menginginkan negara nasional. 21 Dalam pertemuan itu dibentuk juga sebuah panitia kecil lain yang berjumlah 9 orang, yakni Soekarno, Moh. Hatta, Muh. Yamin, Ahmad Subardjo, A.A. Maramis (golongan Kebangsaan), K.H. Abdul Kahar Moezakir, K.H. Wachid Hasyim, Abikusno 19 Ibid. 20 Saafroedin Bahar, Nannie Hudawati, Risalah, 109. Dalam catatan harian Moh. Hatta, pengangkatan panitia kecil ini juga untuk merumuskan kembali pokok-pokok pidato Sukarno. Oleh karena itu, ada perubahan tata letak urutan konsep Pancasila. Lih. Hatta, Untuk... Op.cit. 21 Ibid.,

9 Tjokrosoejoso, dan Haji Agoes Salim (golongan Islam). Mereka dikenal dengan sebutan Panitia Sembilan. Tugas panitia ini ialah menyusun rumusan dasar negara berdasarkan pandangan-pandangan umum para anggota. Mereka menghasilkan suatu rumusan kolektif yang menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan negara Indonesia merdeka, satu modus, satu persetujuan antara golongan Islam dan Kebangsaan. Mr. Muh. Yamin menyebutkan rumusan kolektif itu dengan nama Piagam Jakarta /Jakarta Charter. 22 Rumusan kolektif itu mencerminkan usaha kompromi antara golongan Islam dan Kebangsaan: Maka oleh karena itu, Panitia Kecil Penyelidik usul-usul berkeyakinan bahwa inilah preambule yang bisa menghubungkan, mempersatukan segenap aliran yang ada di kalangan anggota-anggota Dokuritzu Zyunbi Tyookasai. 23 Ujung kompromi bermuara pada alinea terakhir yang mengandung rumusan dasar negara berdasarkan prinsip-prinsip Pancasila yang berbunyi sebagai berikut: 1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syari at Islam bagi pemelukpemeluknya; 2. (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab; 3. Persatuan Indonesia; 4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; 5. (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 24 Perpindahan urutan sila-sila Pancasila ini merupakan keberatan golongan Islam dengan peletakan prinsip Ke-Tuhanan pada sila terakhir. Hal ini dilakukan karena mereka memandang urutan itu dalam skala prioritas. Menurut pengakuan Soekarno 22 Latif, Negara, Saafroedin Bahar, Nannie Hudawati, Risalah, Ibid., Lih. juga Muh. Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia (Jakarta- Amsterdam, 1954),

10 sendiri dikatakan bahwa ia tidak memandang susunan urutan sila-sila Pancasila sebagai suatu yang prinsipil. 25 Dalam rapat ini Preambule hampir dimufakati oleh para anggota rapat. Perdebatannya hanya mengacu kepada bentuk negara yang juga ada di dalam preambule itu, yakni Republik Indonesia. Perdebatan dimulai dari Wongsonagoro hingga diambil keputusan oleh Ketua Radjiman, bahwa bentuk negara Indonesia merdeka adalah Republik. 26 Dalam pada itu, Paduka Tuan Ketua, bilamana kami menerima dan membaca usul panitia itu, janganlah diartikan bahwa kita dapat menyetujui 100%, sebab ada sebuah perkataan di dalamnya yang menurut keyakinan, barangkali dapat bertentangan dengan perasaan rakyat, yaitu perkataan republik Pembentukan Panitia Perancang Undang-undang Dasar Pada tanggal 11 Juli, Ketua Radjiman membentuk tiga kelompok panitia: (1) panitia perancang hukum dasar, 28 (2) panitia perancang keuangan, 29 (3) panitia perancang pembelaan tanah air. 30 Untuk membahas isi preambule dan disepakati 25 Soekarno, Pantja-Sila Sebagai Dasar Negara, Jilid IV-V (Jakarta: Kementrian Penerangan RI, 1958), Saafroedin Bahar, Nannie Hudawati, Risalah, Ibid., Anggotanya yaitu: A.A. Maramis, Oto Iskandar, Poeroebojo, A. Salim, Soebardjo, Soepomo, Ny. Maria Ulfah Santoso, Wachid Hasjim, Parada Harahap, Latuharhary, Soesanto, Sartono, Wongsonagoro, Woerjaningrat, Singgih, Tan Eng Hoa, Hoesein Djajadiningrat, Soekiman, Soekarno. Kepanitiaan ini diketuai oleh Soekarno. Lih. Yudi Latif, Negara, Anggotanya yaitu: Soerachman, Margono, Soetardjo, Sanoesi, Rooseno, Soerjo Amidjojo, Dewantara, Koesoema Atmadja, Dassaad, Oei Tjong Haum, Asikin, Dahler, Besar, Yamin, Baswedan, Hadikoesoemo, Sastromoeljono, Abd. Fatah Hasan, Mansoer, Oei Tiang Tjoe, Wiranatakoesoeman, Soewandi. Kepanitiaan ini diketuai oleh Moh. Hatta. Lih. Ibid. 30 Anggotanya yaitu: Abd. Kadir, Asikin, Bintoro, Hendromartono, Moedzakir, Sanoesi, Moenandar, Sasoedin, Soekardjo Wirjopranoto, Soerio, Abd. Kafar, Maskoer, Abd. Halim, Kolopaking, Soedirman, Aris, Moh.Noor, Pratalykrama, Lim Koen Hian, Boentaran, Roeslan, Ny. R.S.S. Soenarjo Mangoenpoespito. Kepanitian ini diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso. Lih. Ibid. 52

11 dengan mengambil dari Piagam Jakarta. 31 Melalui kepanitiaan Perancang Hukum Dasar ini dibentuklah Panitia Kecil perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Supomo (atas usul Wongsonagoro) dengan anggota-anggotanya Mr. Wongsonagoro, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. A.A. Maramis, Mr. R.P. Singgih, H. Agus Salim dan dr. Soekiman. 32 Penunjukkan Soepomo mencerminkan kualitasnya sebagai ahli hukum karena ia adalah seorang sarjana yang cemerlang, yang meraih gelar Doktor dari Universitas Leiden dalam bidang hukum pada 1927, dan merupakan orang kedua yang mendapat gelar profesor pada zaman Hindia Belanda (1942). Ia memiliki pengalaman keterlibatan dalam komisi ketatanegaraan yang dibentuk pada 14 September 1940 untuk menanggapi aspirasi kalangan pergerakan yang meminta agar Indonesia berparlemen. 33 Ada tiga pokok perdebatan yang timbul, yaitu: (1) Di dalam Republik apakah menjadi unitarisme atau federalisme? ; (2) Keberatan dengan prinsip tentang Ke- Tuhanan ; (3) Perhatian pada isu Hak Asasi Manusia (HAM). Tiga pokok perdebatan ini akan penulis jelaskan sebagai berikut: Pertama, dengan tidak melalui perdebatan yang sengit, keputusan dilakukan dengan pemungutan suara atas usul Singgih dan hasilnya ialah Negara Indonesia Merdeka mufakat untuk Unitarisme. Latuharhary: Saya mempertahankan Bondstaat, tetapi berhubung dengan keadaan sekarang ini sudah tentu soal Bondstaat tidak dapat diselidiki dan tidak dapat dipandang dengan seluas-luasnya, bukan saja oleh kita yang duduk dalam Badan Penyelidik, tetapi oleh rakyat seluruhnya. Saya berpendapat bahwa soal unitarisme atau bondsaat adalah hak rakyat untuk menetapkannya. Jadi, saya meminta supaya dalam 31 Marwati Dj. Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI. (Jakarta: Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, edisi keempat, 1993), Saafroedin Bahar, Nannie Hudawati, Risalah, Latif, Negara...,

12 hukum dasar diadakan satu formule bahwa sesudah aman kembali di tanah air kita, supaya soal ini dimajukan lagi. Ketua Soekarno: kalau sudah aman, semua akan dibicarakan lagi. Siapa mufakat dengan unitarisme, saya minta berdiri. (Kecuali dua anggota yang tinggal duduk, sekalian anggota berdiri). 34 Kedua, keberatan ini diajukan oleh Latuharhary, karena hal ini merupakan benih-benih atau kemungkinan yang dapat diartikan dalam rupa macam-macam, dan menimbulkan perasaan tidak senang pada golongan-golongan yang bersangkutan. Kemudian ditambah lagi dengan terjadinya benturan pada adat-istiadat karena agama Islam dalam menjalankan Syariat Islam harus murni tanpa ada unsur adat-istiadat. anggota Latuharhary: saya tidak setuju dengan semuanya, yaitu dengan perkataan tentang: Ke-Tuhanan. Anggota Latuharhary: Akibatnya akan besar sekali. Umpamanya terhadap pada agama lain. Maka dari itu saya harap supaya dalam hukum dasar, meskipun ini berlaku buat sementara waktu, dalam hal ini tidak boleh diadakan benih-benih atau kemungkinan yang dapat diartikan dalam rupa-rupa macam. Saya usulkan supaya dalam hukum dasar diadakan pasal 1 yang terang supaya tidak ada kemungkinan apa pun juga yang dapat membawa perasaan tidak senang pada golongan-golongan yang bersangkutan. Umpamanya dalam hal ini yang mewajibkan syariat Islam pada pemeluk-pemeluknya, yaitu bagiamana mewajibkan untuk menjalankannya? Salah satu anggota mengatakan pada saya bahwa terhadap pada adat-istiadat di Minangkabau, rakyat yang menjalankan agama Islam harus meninggalkan adat-istiadatnya. 35 Perdebatan ini memicu beberapa anggota angkat bicara, seperti: Agus Salim yang menyangkal ketakutan Latuharhary dengan mengatakan bahwa ketakutan itu berlaku pada orang Islam yang umur agamanya masih muda. Orang Minangkabau yang sudah menganut Islam sejak lama tidak lagi kesulitan tentang hal tersebut; anggota Salim: Orang Minangkabau bukan Islam sejak sekarang, malah orang Minangkabau dapat nama paling Islamnya di Indonesia ini. Berhubung dengan adat Minangkabau dan pertikaian atau sasaran adat Minangkabau dengan hukum 34 Saafroedin Bahar, Nannie Hudawati, Risalah, Ibid.,

13 Islam bukanlah masalah baru. Hal itu tidak dapat dijalankan dengan paksaan cuma saja percaya bahwa perubahan aliran adat pada kita pihak Islam kepada Syariat Islam, adalah satu perkara yang dengan sengaja harus dijaga oleh kekuasaan pemerintah, sehingga kalau boleh dijalankan dengan jernih dan tegas pertikaian di Minangkabau sudah selesai, bisa ditentukan di mana dasar hukum adat dan di mana dasar hukum agama. Jadi, itu satu perkara yang tidak akan menerbitkan kekacauan sebagaimana disangkakan. 36 Wonsonagoro mengusulkan: Seandainya tidak diubah tetapi ditambah bagi pemeluk-pemeluk agama lain dengan jalan menurut agamanya masing-masing ; Djajadiningrat mengusulkan: Apakah ini tidak bisa menimbulkan fanatisme, misalnya memaksa sembahyang, memaksa shalat, dan lain-lain.; dan Wachid Hasjim memberi solusi pada Djajadinigrat kalau hal itu terjadi, akan ada wadah perwakilan rakyat untuk menyelesaikan paksaan-paksaan itu dan menyarankan untuk tidak lagi memperpanjang perdebatan tersebut. Anggota Wachid Hasjim: Ini semuanya tergantung kepada jalannya dan oleh karena kita sudah berkali-kali menegaskan di antara kita semua bahwa susunan pemerintahan didasarkan atas perwakilan dan permusyawaratan, jadi kalau ada kejadian paksaan, soal ini dapat dimajukan dan diselesaikan. Dalam hal ini saya perlu memberikan keterangan sedikit. Seperi kemarin telah dikatakan oleh anggota Sanoesi, kalimat ini baginya kurang tajam. Saya sudah mengemukakan ini hasil kompromis yang kita peroleh, dan jika dijadikan lebih tajam, bisa menimbulkan kesukaran. Kita tidak usah khawatir dan saya rasa bagi kita masih banyak daya upaya untuk menjaga jangan sampai kejadian hal-hal yang kita khawatirkan, malah saya yakin tidak akan terjadi apa yang dikhawatirkan. Saya sebagai orang yang banyak sedikitnya mempunyai perhubungan dengan masyarakat Islam dapat mengatakan bahwa jika ada badan perwalian kejadian itu tidak akan terjadi. Saya kemukakan ini supaya soal ini tidak akan menjadi pembicaraan panjang lebar, hingga menimbulkan macam-macam kekhawatiran yang sebenarnya tidak dirasa. 36 Ibid.,

14 Dan jika masih ada yang kurang puas karena seakan-akan terlalu tajam, saya katakan bahwa masih ada yang berpikir sebaliknya, sampai ada yang menanyakan pada saya apakah dengan ketetapan yang demikian itu orang Islam sudah boleh berjuang menyeburkan jiwanya untuk negara yang kita dirikan ini. Jadi, dengan ini saya minta supaya hal ini jangan diperpanjang. 37 Perdebatan ditutup oleh Soekarno dengan mengatakan bahwa rumusan itu adalah hasil kompromis antara dua golongan dan menegaskan kembali bahwa kompromi itu telah diterima oleh Panitia: Jadi, manakala kalimat ini tidak dimasukkan, saya yakin bahwa pihak Islam tidak bisa menerima preambule ini. 38 Ketiga, beberapa anggota mengikuti pola Declaration of Rights yang ada di luar negeri. Pengalaman terjajah dan keterlibatan para pendiri bangsa dalam pelbagai gerakan anti-kolonialisme dan anti-imperialisme memberi pembelajaran dan kepekaan bagi pembebasan umat manusia, mendasarkan negara pada hukum atas dasar pengakuan akan kemerdekaan manusia. Kesadaran akan pentingnya internasionalisme sebagai wahana saling belajar dan saling membantu dalam kebaikan serta luasnya wawasan internasionalisme para pendiri bangsa tampak pada penyusunan rancangan UUD yang disusun pada semasa persidangan kedua BPUPKI. Internasionalisasi diakomodasi dalam bentuk usaha mewujudkan kedaulatan negara dalam pergaulan internasional serta kedaulatan rakyat dengan menjunjung tinggi HAM. 39 Perhatian pada isu HAM ini dikaitkan dengan konsepsi negara kesatuan. Soepomo dalam hal ini berpendapat bahwa jangan sekali-kali menyandarkan diri pada 37 Ibid., Ibid., Latif, Negara.,

15 perseorangan, tetapi pada aliran kekeluargaan, sehingga tidak perlu lagi adanya Declaration of Rights. 40 Pada tanggal 13 Juli kembali dicuatkan tentang kompromis antara golongan kebangsaan dan golongan Islam pada rapat Panitia Perancang Undang-undang. Wachid Hasjim memberikan dua usul, sebagai berikut: a. buat masyarakat Islam penting sekali perhubungan antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, diusulkan pasal 4 ayat (2) ditambah dengan kata-kata: yang beragama Islam. Jika presiden orang Islam, maka perintah-perintah berbau Islam, dan akan besar pengaruhnya. b. Diusulkan supaya pasal 29 diubah, sehingga bunyinya kirakira: agama negara ialah agama Islam, dengan menjamin kemerdekaan orang-orang yang beragama lain, untuk dsb. Hal ini erat perhubungan dengan pembelaan. Pada umumnya pembelaan yang berdasarkan atas kepercayaan sangat hebat, karena menurut ajaran agama, nayawa hanya boleh diserahkan buat ideologi agama. 41 Usulan ini dimentahkan kembali oleh Salim dengan mengatakan: dengan ini kompromis antara golongan kebangsaan dan Islam mentah lagi; apakah hal ini tidak dapat diserahkan kepada Badan Permusyawaratan Rakyat? Jika presiden harus orang Islam, bagaimana halnya terhadap wakil presiden, duta-duta, dsb. Apakah artinya janji kita untuk melindungi agama lain? 42 Soekiman mengajukan pendapatnya dengan mengatakan setuju dengan pendapat Hasjim. Ia berpendapat bahwa itu akan memuaskan rakyat dan pada hakikatnya tidak berakibat apa-apa ketika dipraktekkan. Namun, Djajadiningrat menangkis dihadirkannya kalimat tersebut karena sebenarnya dalam praktiknya sudah tentu yang menjadi presiden ialah yang beragama 40 Pernyataan ini persetujuan Soepomo terhadap usul Soekarno tentang suasana kekeluargaan (in de damkring van kekeluargaan). 41 Ibid., Ibid. 57

16 Islam. Oleh karena itu, lebih baik dihapuskan saja pasal 4 ayat 2, dan ia juga sempat menanyakan apakah hal tersebut sungguh-sungguh tidak terjadi apa-apa jikalau kalimat itu diberlakukan. Usulnya ini disetujui oleh Oto Iskandardinata dan Wongsonagoro. 43 Panitia ini berhasil merancang undang-undang dasar dan kemudian Ketua Radjiman membentuk Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri dari Hoessein Djajadiningrat, Agus Salim, dan Supomo untuk menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan undangundang dasar yang telah dibahas. 44 Setelah itu, persidangan dilanjutkan pada tanggal 14 Juli untuk menerima laporan Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia Perancang melaporkan tiga hasil rapat, yaitu berturut-turut: Pernyataan Indonesia Merdeka, Pembukaan Undang-undang Dasar, dan Batang Tubuh Undangundang Dasar. Dalam persidangan ini terjadi perdebatan awal yang diangkat oleh Hadikoesoemo dengan juga mengusung usul Kiai Sanusi yang a.l mengatakan, bahwa perkataan dengan kewajiban umat Allah swt, bagi pemeluk-pemeluknya, tidak ada haknya dalam kata-kata Arab, tidak ada artinya, dan justru menambah janggalnya katakata yang, bahkan menjurus kepada pemecahan bangsa Indonesia sendiri itu supaya dihilangkan saja. Hadikoesoemo masih ragu dengan kata-kata tersebut, sebab di Indonesia banyak perpecahan-perpecahan dan pada praktiknya maksudnya sama saja. 45 Namun, respon ketua panitia, Ir. Soekarno justru menolak hal tersebut a.l dengan alasan, bahwa kalimat itu seluruhnya berdasar ke-tuhanan. Itulah hasil kompromis di antara dua pihak, yakni 43 Ibid., 248. Keputusan yang diambil Ketua Panitia Kecil ialah menerima usulan Oto dan Wongsonagoro yang menyetujui pendapat Djajadiningrat. 44 Ibid., 249. Lih. juga Nugroho Notosusanto, Mengamankan Pancasila Dasar Negara, Persepsi, I, No. 1, 1979, 12-3; dan lih. juga Muh. Yamin, Naskah Persiapan..., Ibid.,

17 pihak Islam dan Kebangsaan. Sebelum ini dipaparkan ke dalam sidang, kalimat tersebut telah ditinjau sedalam dalamnya, di mana ada juga anggota-anggota yang dikenal sebagai pemuka Islam, seperti Wachid Hasjim dan Agus Salim ikut dalam peninjauan tersebut. Inilah kompromis yang baik. Panitia memegang teguh kompromis ini yang oleh Yamin diberi nama Djakarta Charter atau ungkapan lain dari Soekiman sebagai gentlemen agreement. Setelah mendengar penjelasan ketua panitia, Hadikoesoemo di tengah-tengah diskusi yang diangkat oleh beberapa anggota lainnya mengajukan keberatannya kembali dengan alasan yang sangat nasionalistik, yaitu alasan kurang enak terhadap warga yang bukan umat Islam, karena ada pengkhususan di salah satu golongan yang mengakibatkan akan ada dua peraturan yakni satu untuk umat Islam dan satu untuk yang bukan Islam di dalam satu negara. Oleh karena itu, anak kalimat dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya itu lebih baik dihapuskan dan ini diajukannya sampai empat kali dengan cara masih memegang teguh pendiriannya. Akhirnya, Abikoesno angkat bicara untuk menerangkan maksud Ketua Panitia a.l., bahwa hasil kompromis itu sudah ada perdamaian di dalamnya ialah buah kompromi antara golongan Islam dan golongan kebangsaan. Kalau tiap-tiap daripada kita harus misalnya membentuk kompromi itu, dan kita dari golongan Islam harus menyatakan pendirian, tentu saja kita menyatakan, sebagaimana harapan Tuan Hadikoesoemo. Tetapi kita sudah melakukan kompromi, sudah melakukan perdamaian dan dengan tegas oleh Paduka Tuan Ketua Panitia sudah dinyatakan, bahwa kita harus memberi dan mendapat. Untuk mengadakan persatuan. Janganlah terlihat perbedaan faham tentang soal ini dari steman... Kita harapkan sungguh-sungguh, kita mendesak kepada segenap golongan yang ada dalam Badan ini, sudilah kiranya kita mengadakan suatu perdamaian Ibid., Ibid.,

18 Di sisi lain, Hadikoesoemo masih belum merasa jelas dengan perdebatan yang dia angkat sehingga pada 15 Juli dia tetap mempertanyakan kejelasan makna dan arti tentang anak kalimat dengan kewajiban melakukan syari at Islam bagi pemeluknya itu. Ketua Radjiman mengakui penjelasan arti anak kalimat itu sulit sekali dan intinya tetap kembali kepada penjelasan Abikoesno (yang sampai saat itu belum dipahami dengan jelas dan terang oleh Hadikoesoemo). 48 Kemudian anggota Abd. Pratalykrama kembali mengusulkan tentang presiden ialah orang indonesia asli yang beragama Islam, yang umurnya tidak kurang dari 40 tahun. Soepomo menanggapi usulan ini dengan mengatakan bahwa untuk usia presiden tidak perlu dibatasi karena pertimbangan kepandaian, kebijaksanaan, dan luhur budi bisa dimiliki oleh siapa saja dan tidak terbatas oleh umur, sedangkan mengenai agama presiden, sudah diatur dalam piagam jakarta yang sekali lagi ditekankan sebagai hasil kompromis antara golongan Islam dan kebangsaan. Lalu tambahan usulan datang dari anggota Masjkoer. Ia mengatakan bahwa ada dua pasal yang akan mendatangkan permasalahan, yaitu pasal 7 yang berbicara soal Presiden beragama Islam dan pasal 28 soal anak kalimat dengan kewajiban melakukan syari at Islam bagi pemeluknya. Pada, rapat-rapat sebelumnya mengenai Presiden sudah cukup jelas bahwa Presiden akan disumpah menurut agamanya, artinya orang Indonesia asli beragama apa saja boleh menjadi presiden. Namun, pada pasal 28 dikatakan bahwa ada kewajiban menjalankan Syariat Islam untuk pemeluk-pemeluknya. Oleh karena itu, ia berasumsi bahwa apakah keadaan itu dapat dijalankan dengan baik, apakah umumnya golongan Islam dapat menerimanya. Masjkoer mengusulkan bahwa lebih baik ada salah satu 48 Ibid., 291. Dalam rapat itu Hadikoesoemo menegaskan ketika sidang rapat setuju, dia juga setuju. Akan tetapi, itu diterimanya dengan sangat terpaksa (2 kali mengatakan saya terpaksa ). 60

19 pasal yang diubah, seperti pasal 7 diubah menjadi Presiden harus orang Islam, atau pada pasal 28 diubah kalimat yang sebelumnya menjadi Agama resmi bagi Republik Indonesia ialah agama Islam. Paham pada pasal 28 ini lebih ringan karena tidak ditulis harus memikul kewajiban, tetapi hanya mengakui sebagai halnya mengakui agama-agama lainnya. Pada sidang itu, akhirnya Ketua Radjiman meminta Soekarno untuk angkat bicara sebagai Ketua Panitia. Soekarno mengatakan bahwa ketika diadakan pemilihan presiden, maka mereka (Penyusun Rancangan UUD) berkepercayaan terhadap rakyat Indonesia kalau yang dipilih adalah orang yang bisa menjalankan pasal 28 tersebut. Oleh karena itu, Soekarno kembali menekankan alasannya supaya umat Islam yang mempunyai penduduk 95% berupaya keras di Badan Perwakilan Rakyat. Soekarno mengajak para pendiri bangsa yang beragama Islam untuk menerima apa yang dinamakan fair play. Hasil rancangan UUD itu merupakan perdamaian kita dengan kita, yang menghindari perselisihan antara dua pihak yang bertentangan. Itulah gentleagreement. 49 Namun, melalui penjelasannya tersebut Soekarno melakukan kompromi lagi dengan usul Masjkoer, yaitu pada pasal 7 tentang Presiden harus bersumpah dan kata menurut agamanya itu dihapus karena ditakutkan dalam penafsirannya jadi berbeda dengan yang diharapkan Sokearno melalui jebakan kalimat pada pasal 28. Akan tetapi, tiba-tiba anggota Moezakir mengusulkan kompromi (dengan mengatasnamakan kami wakil-wakil umat Islam Usul saya disetujui oleh semua ulama di sini ) yang lain, yaitu supaya dari permulaan pernyataan Indonesia Merdeka sampai kepada pasal di 49 Ibid.,

20 dalam UUD itu yang menyebut-nyebut nama Allah atau agama Islam atau apa saja untuk dicoret sama sekali. Usulan ini didukung oleh Soekardjo Wirjopranoto yang mengambil alasan dari pasal 27 yang telah disepakati tentang satu keadilan yang ia percayakan diterima dan dihormati oleh segenap rakyat, apa pun agamanya, keadilan itu tercantum seterangterangnya, seindah-indahnya: Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan. Artinya tiap-tiap warga negara mempunyai hak yang sama di dalam penghidupannya yang sudah tentu diperlindungi oleh hukum dan oleh pemerintah. Pendek kata, di dalam Negara Indonesia tidak akan ada kelaskelas, kelas warga negara. Artinya tidak akan ada warga negara kelas satu, warga negara kelas dua, inilah keadilan. Konsekuensinya daripada keadilan itu ialah, bahwa tiap-tiap putra Indonesia berhak juga untuk menempati kedudukan Presiden Republik Indonesia. Janganlah sebelumnya sudah diadakan suatu pagar, bahwa putera Inodnesia yang bukan beragama Islam, meskipun ia bijaksana, meskipun ia tinggi budinya, meskipun ia pandai, meskipun ia giat, tidak bisa ia akan menduduki kedudukan Presiden Indonesia, hanya oleh karena ia tidak beragama Islam. Ini yang saya khawatirkan, kalau usul Kiai Haji Masjkoer diterima. Saya mengerti, saya menghargai usul atau pikiran Haji Masjkoer, tetapi saya juga harus mempertahankan keadilan yang sudah tentu akan mendapat perlindungan dari agama Islam. 50 Dalam perbincangan ini Ketua Radjiman selalu mengusulkan untuk distem (dijedah/pending) dulu karena baginya persoalan ini sudah cukup jelas diterangkan oleh Ketua Panitia Soekarno. Anggota Sanoesi dengan sangat tegas menolak stem tersebut agar persoalan itu dapat diputuskan kalau tidak menerima usul Masjkoer, berarti menerima Moezakir dan ia menekankan bahwa persoalan ini bukan persoalan yang berbau agama. Oleh karena telalu berat Ketua BPUPKI dan Ketua Panitia berpikir, 50 Ibid.,

21 maka ia mengusulkan kompromi lainnya lagi yaitu untuk menghapus kata nya pada kata menurut agamanya. Melalui usul Sanoesi ini, Soekarno mengambil keputusan untuk menghapus kata nya saja, sehingga menjadi menurut agama. Alasan Sanoesi melakukan ini karena ia berpendapat bahwa tindakan yang mereka lakukan dalam sidang demi sidang merupakan pertanggungjawaban yang serius terhadap rakyat. Jangan pernah menerima usul secara mentah-mentah, harus disusul oleh alasan-alasannya agar dapat bertukar pikiran terus menerus sampai kepada keadaan yang senyata-nyatanya Indonesia menjadi satu, negara persatuan baru. 51 Kemudian mengenai usul Moezakir, Soekarno menyatakan bahwa panitia tidak mufakat dengan usulnya. Lalu Moezakir meminta hal itu untuk dipertimbangkan sekali lagi. Hadikoesoemo angkat bicara dalam hal ini. Ia mengatakan bahwa Islam mengandung ideologi, maka tidak bisa negara dipisahkan dari Islam. Begitu banyak ideologi Islam masuk dalam Perancangan UUD, seperti tentang pembelaan, tentang hal ekonominya, dan segala-galanya. Artinya, ia menyetujui usul Moezakir, jikalau ideologi Islam tidak diterima lebih baik memang tidak menerimanya. Hal ini menegaskan bahwa negara ini tidak berdiri di atas agama dan negara akan netral. Hasil ini akan menjadi terang, tidak lagi seperti yang selalu dikatakan oleh Soekarno tentang hasil kompromis. Hendaknya untuk keadilan dan kewajiban seperti ini tidak ada kompromis. 52 Perdebatan tentang anak kalimat yang berdampak pada batang tubuh UUD ini ditangguhkan sementara oleh Soekarno. Ia melakukan perundingan kompromis terhadap 51 Ibid., Ibid.,

22 beberapa pemuka kebangsaan dan pemuka pihak Islam. Kemudian pada sidang pada 16 Juli, Soekarno meminta untuk pengorbanan besar dari pihak kebangsaan untuk menerima keyakinan yang telah ditetapkan karena itu merupakan bagian dari proses sulit dari suatu bangsa: Sebelum terbentuk sesuatu Undang-undang Dasar daripada sesuatu rakyat, selalu didahului oleh kesukaran-kesukaran yang amat hebat, kesukaran-kesukaran, pertikaian dan perselisihan pendapat, tetapi akhirnya jikalau sesuatu bangsa cukup kekuatan batinnya untuk mengatasi segala kesukaran-kesukaran itu, barulah disusun Undang-undang Dasar itu, oleh karenanya maka Undang-undang Dasar itu menjadi suatu hal yang dikeramatkan dikeramatkan oleh bangsa yang membuatnya.... Kepada kaum yang dinamakan kaum kebangsaan Indonesia, saya minta dengan tegas, supaya suka menjalankan sesuatu pengorbanan, menjalankan suatu offer kepada keyakinan itu. Alangkah gilang-gemilang kita kaum kebangsaan, jikalau kita bisa menunjukkan kepada dunia umum, dunia Indonesia khususnya, bahwa kita demi persatuan, demi Indonesia Merdeka yang hendaknya datang selekas-lekasnya, bisa menjalankan suatu offer mengenai keyakinan itu sendiri. Saya berkata, bahwa adalah sifat kebesaran di dalam pengorbanan,... Marilah kita sekarang menjalankan pengorbanan itu, dan pengorbanan yang saya minta kepada saudara-saudara yang tidak sepaham dengan golongan-golongan yang dinamakan golongan Islam ialah supaya saudara-saudara mufakati apa yang saya usulkan ini. Yang saya usulkan, ialah: baiklah kita terima, bahwa di dalam Undang-undang Dasar dituliskan, bahwa Presiden Republik Indonesia haruslah orang Indonesia aseli yang beragama Islam. Saya mengetahui, bahwa buat sebahagian pihak kaum kebangsaan ini berarti sesuatu hal yang berarti pengorbanan mengenai keyakinan. Tetapi apa boleh buat! Karena bagaimana pun kita sekalian yang hadir di sini, dikatakan 100% telah yakin, bahwa justru oleh karena penduduk Indonesia, rakyat Indonesia terdiri dari pada 90 atau 95% orang-orang yang beragama Islam, bagaimana pun, tidak boleh tidak, nanti yang menjadi Presiden Indonesia tentulah orang yang beragama Islam.... Kemudian artikel 28, yang mengenai urusan agama, tetapi sebagai yang telah kita putuskan, yaitu ayat ke-1 berbunyi: Negara berdasar atas Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. Ayat ke-2: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama lain dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan masing-masing.... Terutama sekali dari pihak saudara-saudara kaum patriot Latuharhary dan Maramis yang tidak beragama Islam. Saya 64

23 minta dengan rasa menangis, rasa menangis, supaya sukalah saudara-saudara menjalankan offer ini kepada tanah air dan bangsa kita, pengorbanan untuk keinginan kita, supaya kita bisa lekas menyelesaikan supaya Indonesia Merdeka bisa lekas damai. 53 Keputusan sidang mengenai pertikaian antara pihak Islam dan Kebangsaan pada pasal 4 tentang Presiden dan pasal 28 tentang agama. Pasal 4 tetap berbunyi: Presiden Republik Indonesia haruslah orang Indonesia asli yang beragama Islam, dan pasal 28 ayat ke-1: Negara berdasarkan atas ke-tuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluknya ; ayat ke-2: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama lain dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masing-masing. Walaupun Soekarno meminta dengan tegas kepada segenap pihak kebangsaan dalam sidang itu, tetap ada tiga orang Tiong Hoa tidak mufakat. 54 B. Substansi Pembicaraan dalam Sidang PPKI Pada tanggal 7 Agustus Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai ganti BPUPKI yang diketuai oleh Ir. Soekarno dengan 21 orang anggotanya. Anggotanya diangkat dari dari seluruh Indonesia, sembilan orang dari Jawa dan 12 orang dari daerah-daerah luar Jawa. Mereka itu dipandang sebagai wakil seluruh Indonesia. 55 Akan tetapi, kemudian hari ditambah sendiri anggotaanggotanya oleh pihak Indonesia lepas dari pengendalian Jepang. Dengan demikian 53 Ibid., 380. Soekarno lebih memilih kata keyakinan untuk menunjukkan pada pasal-pasal yang akan diputuskannya pada 16Juli ini. 54 Ibid., 383. Ada catatan kaki dari Saafroedin Bahar sendiri. Ia mengatakan bahwa keputusan ini tidak masuk akal baginya mengingat pada hari kemarin judtru para tokoh tokoh Islam sendiri yang meminta seluruh anak kalimat yang menyebut Islam dan Allah itu dicabut dari rancangan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD. 55 Hatta, Untuk...,

24 dapat dianggap bahwa PPKI telah diambil-alih oleh rakyat Indonesia dari pihak Jepang. Panitia ini telah ditetapkan dengan kewajiban: Pertama, syarat pertama untuk mencapai kemerdekaan ialah menyelesaikan perang yang sekarang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia; karena itu bangsa Indonesia harus mengerahkan tenaga sebesar-besarnya, dan bersama-sama dengan pemerintahan Jepang meneruskan perjuangan untuk memperoleh kemenangan akhir dalam Perang Asia Timur Raya. Kedua, Negara Indonesia merupakan anggota Lingkungan Kemakmuran Bersama di Asia Timur Raya, maka cita-cita bangsa Indonesia itu harus disesuaikan dengan cita-cita pemerintah Jepang yang bersemangat Hakkō-Iciu (Delapan Benang di bawah satu atap) Keberatan Masyarakat Indonesia Timur Begitu besar harapan Moh. Hatta, sebagai wakil PPKI, pada saat itu untuk bisa segera diadakan rapat agar Preambule beserta batang tubuh UUD bisa disahkan. Tepatnya setelah pembacaan Proklamasi oleh Ir. Soekarno pada saat itu, sore hari, Moh. Hatta menerima telepon dari Tuan Nishiyama, pembantu Admiral Maeda. Keperluannya adalah mengungkapkan keberatan yang diajukan oleh sebagian masyarakat Indonesia Timur terhadap anak kalimat dengan kewajiban menjalankan syariat Islam, bagi pemeluk-pemeluknya dan Presiden Republik Indonesia ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam. Keberadaan kalimat-kalimat ini dianggap tidak mengikat mereka karena hanya mengenai rakyat yang beragama Islam, ada diskriminasi di dalamnya yang mengakibatkan adanya golongan minoritas dan mereka lebih suka 56 Marwati Dj. Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah..., 77. Lih. juga Pengumuman Gunseikan Mayor Jenderal Moiciro Yomamoto, Kan Pō, no. 72 (10 Agustus 1945),

25 berdiri di luar Republik Indonesia. Padahal pada saat itu ada juga beberapa anggota yang dapat dikatakan mewakili umat Kristen. 57 Keesokan harinya, 18 Agustus, sebelum sidang Panitia Persiapan mulai, Sukarno dan Moh. Hatta mendekati tokoh-tokoh Islam, seperti Ki Bagus Hadikoesoemo, Wachid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr. Teuku Hasan untuk membicarakan permasalahan kalimat itu dan mereka dapat menerima keberatan tersebut. 58 Supaya kita jangan pecah sebagai bangsa, kami mufakat untuk menghilangkan bagian kalimat yang menusuk hati kaum Kristen itu dan menggantinya dengan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Apabila suatu masalah yang serius dan bisa membahayakan keutuhan negara dapat diatasi dalam sidang kecil yang lamanya kurang dari 15 menit, itu adalah suatu tanda bahwa pemimpinpemimpin tersebut pada waktu itu benar-benar mementingkan nasib dan persatuan bangsa. 59 Alasan di atas adalah alasan yang dikemukakan oleh Hatta. Adapun alasanalasan lain dari pihak Islam yang diajak berdiskusi oleh Hatta. Alasan mereka tersebut dapat disaksikan ketika mereka (Hasan dan Kasman) membujuk Hadikoesoemo Menurut pengakuan Hasan, dia meyakinkan Hadikoesoemo dengan alasan bahwa untuk sementara akan masuk dalam aturan peralihan. Menurut Kasman, upaya terakhir dilakukan olehnya dengan mengajukan argumen bahwa dalam situasi krisis, di mana persatuan nasional sangat penting untuk menyelamatkan kemerdekaan Indonesia yang 57 Mohammad Hatta, Untuk..., 95. Lih. juga catatan kaki pada Saafroedin Bahar, Nannie Hudawati, Risalah, 533. Lih. juga Moh. Hatta, Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 (Jakarta, 1970), Marwati Dj. Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah..., 77. Lih. juga Moh. Hassan, Bung Hatta di Sumatera, dalam Bung Hatta Mengabdi Pada Tjita-Tjita Perdjoangan Bangsa (Jakarta, 1972), Lih. juga Ahmad Syafii Maarif, Studi tentang Percaturan dalam Konstituante: Islam dan Masalah Kenegaraan (Jakarta: LP3ES, cetakan ketiga, 1996), 109. Ada beberapa sumber juga mengatakan bahwa Wachid Hasjim sendiri tidak hadir karena pada saat itu sedang pergi ke Surabaya. Lih. Yamin, Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945, vol. 1 (Jakarta: Prapantja, 1959), 438; A. B. Kusuma, Lahirnya Undang-undang Dasar 1945: Memuat Salinan DokumenOtentik Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha2 Persiapan Kemerdekaan (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004), Mohammad Hatta, Untuk...,

26 terancam oleh kedatangan pasukan sekutu, kepentingan golongan Islam harus bisa mengalah. Pada saat itu, Wachid Hasjim tidak hadir karena sedang pergi ke Surabaya. 60 Pemikiran Hattta dapat dilihat pada pergulatannya dalam merumuskan pasal UUD A.B. Nasution mengungkapkan pendapatnya tentang Hatta dengan menyoroti kepiawaiannya dalam berdiskusi dengan tokoh-tokoh Islam agar mencabut tujuh kata ini. Bagi Nasution, Hatta memiliki pertimbangan obyektif dan subyektif dalam mengambil tindakan demikian. Pertimbangan obyektifnya ialah berdasarkan aspirasi yang berkembang antara lain didukung oleh laporan Tuan Nishiyama tentang keberadaan tujuh kata. Sedangkan pertimbangan subjektifnya ialah penghayatan Hatta yang mendalam mengenai hakikat demokrasi selama tinggal di Eropa, di mana masalah agama merupakan urusan pribadi yang terpisah dari campur tangan negara. Salah satu prasastinya adalah pernah memimpin Perhimpoenan Indonesia dan dengan tepat merumuskan nilai-nilai demokrasi yang tidak dapat diganggu gugat, antara lain membuka kran partisipasi yang luas bagi rakyat tanpa membedakan latar belakang suku dan agama. Selain itu, pencantuman kata Syariat Islam juga menunjukkan sikap diskriminatif terhadap golongan minoritas yang bukan Islam. 61 Kemudian sidang dimulai dan Moh. Hatta membacakan hasil rapat kecil tadi dengan tegas dan hasil tersebut berimplikasi terhadap UUD pasal 6 ayat 1 yang semula Presiden Republik Indonesia ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam diubah menjadi Presiden ialah orang Indonesia asli. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa oleh karena mungkin dengan adanya 95% jumlahnya di Indonesia ini dengan sendirinya 60 Ada pada catatan kaki Latif, Negara..., Lih. juga Panitia Peringatan 75 Tahun Kasman (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Latif mengutarakan bahwa tidak ada seorang pun wakil golongan Islam yang ikut menandatangani Piagam Jakarta pada saat rapat PPKI tanggal 18 Agustus Rikard Bangun, Bung Hatta (Jakarta: Buku Kompas, 2003),

27 barangkali orang Islam yang akan menjadi Presiden sedangkan dengan membuang ini maka seluruh Hukum UUD dapat diterima oleh daerah-daerah Indonesia yang tidak beragama Islam umpamanya yang pada waktu sekarang diperintah oleh Kaigun. 62 Selain itu, juga berubah pasal 29 ayat 1 (ini juga bersangkutan dengan preambule), yang semula Negara berdasar atas Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya berubah menjadi Negara berdasar atas Ke-Tuhanan Yang Maha Esa saja. Moh. Hatta di dalam sidang mengatakan bahwa inilah perubahan yang maha penting untuk menyatukan segala bangsa. 2. Keberatan Ki Hadikoesoemo Setelah itu, Sukarno membacakan ulang Pembukaan UUD. Ada beberapa keberatan lainnya, seperti Hadikoesoemo yang mengusulkan untuk mencoret kata menurut dasar dalam Ke-Tuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Keberatan I Gusti Ktut Pudja I Gusti Ktut Pudja juga mengusulkan perkataan Allah Yang Maha Esa diganti dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. I Gusti Ktut Pudja: Ayat 3 Atas berkat Rahmat Allah diganti dengan Tuhan saja, Tuhan Yang Maha Kuasa Soekarno: Diusulkan, supaya perkataan Allah Yang Maha Esa diganti dengan Tuhan Yang Maha Esa. Tuan-tuan semua mufakau kalau perkataan Allah diganti dengan atas berkat Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak ada lagi, Tuan-tuan? Kemudian, Soekarno mengesahkan preambule ini dengan membacakannya sekali lagi Saafroedin Bahar, Nannie Hudawati, Risalah Op.cit. 69

2. Perumusan Dasar Negara oleh Pendiri Negara

2. Perumusan Dasar Negara oleh Pendiri Negara 2. Perumusan Dasar Negara oleh Pendiri Negara Ketua BPUPKI dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat pada pidato awal sidang pertama BPUPKI, menyatakan bahwa untuk mendirikan Indonesia merdeka maka diperlukan suatu

Lebih terperinci

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA Nama : Chikita Putri M. Kelas : 8A Panitia Sembilan Panitia Sembilan dibentuk pada 1 Juni 1945. Panitia Sembilan ini adalah panitia yang beranggotakan

Lebih terperinci

MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Sejarah lahirnya Pancasila Tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk

Lebih terperinci

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA Pancasila dalam Konteks Sejarah Bangsa Zaman Kuno Sejak adanya kerajaan-kerajaan di nusantara dan masuknya agama Hindu, Budha, dan Islam unsur-unsur Pancasila sudah ada di masyarakat,

Lebih terperinci

Menumbuhkan Kesadaran Berkonstitusi

Menumbuhkan Kesadaran Berkonstitusi Bab II Menumbuhkan Kesadaran Berkonstitusi Ayo kita bangun kesadaran berkonstitusi! (a) (b) Sumber: (a) www.mpr.go.id, (b) www.mahkamahkonstitusi.go.id Gambar 2.1 Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat

Lebih terperinci

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA Tatap muka ke -3 suranto@uny.ac.id 1 Asalmula Pancasila Pancasila sebagai dasar negara RI digali dari nilai-nilai agama dan budaya bangsa Indonesia Sebelum Pancasila disahkan

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / I Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit Standar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses

Lebih terperinci

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Nama : Muhammad Anis NIM : 11.11.5300 Kelompok : E Jurusan S1 TI Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. ABSTRAKSI Artinya

Lebih terperinci

Realisasi, 29 Apr 45 dibentuk Dekuritsu Zyunbi Tyoosakai / BPUPKI Dilantik 28 Mei 45

Realisasi, 29 Apr 45 dibentuk Dekuritsu Zyunbi Tyoosakai / BPUPKI Dilantik 28 Mei 45 PERTEMUAN KE 4 7 Sept. 44, Teikuku Gikoi (Parlemen Jepang) Janji Indonesia merdeka 24 Agust, 45 Realisasi, 29 Apr 45 dibentuk Dekuritsu Zyunbi Tyoosakai / BPUPKI Dilantik 28 Mei 45 Ketua Ketua muda Ketua

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Nilai Juang Proses. Sumber: ClipArt Corel Gambar 1.1 Garuda Pancasila

Nilai Juang Proses. Sumber: ClipArt Corel Gambar 1.1 Garuda Pancasila I Nilai Juang Proses Per erum umusan usan Pancasila Seba bagai ai Dasar Negar ara Sumber: ClipArt Corel Gambar 1.1 Garuda Pancasila Pancasila 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA MUHAMAD AZIS MUSLIM (D3MI) NIM : 11.02.7919 KELOMPOK : A DOSEN : Drs. KALIS PURWANTO, MM STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 ABSTRAK Pancasila

Lebih terperinci

BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA Pasal 29 Ayat (2)

BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA Pasal 29 Ayat (2) BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar Indonesia merupakan negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modren adalah negara yang pembentukannya didasarkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA Nama : Dini Fathnin Suroyo NIM :11.02.8137 Kelompok A Dosen : Drs. Khalis Purwanto,MM DIII MANAJEMEN INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PANCASILA

Lebih terperinci

MAKALAH PANCASILA TINJAUAN HISTORIS PANCASILA

MAKALAH PANCASILA TINJAUAN HISTORIS PANCASILA MAKALAH PANCASILA TINJAUAN HISTORIS PANCASILA DisusunOleh: MahendraWahyuAngkasa[11.11.5241] JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA Nama : Ika Nur Lathifah NIM : 11.11.5445 Kelompok Jurusan Dosen : E : S1-TI : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jalan Ring Road Utara Condong Catur,

Lebih terperinci

1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat

1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Zaka nurhadi Nim : 11.11.5663 Kelompok : F Program studi : S1-Teknik informatika Dosen : Dr.

Lebih terperinci

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3.

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. PANCASILA LANJUT Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. Peri ketuhanan 4. Peri kerakyatan 5. Kesejahteraan

Lebih terperinci

Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi"

Habib Rizieq: Indonesia bukan Negara Demokrasi Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi" http://www.arrahmah.com/news/2013/02/23/habib-rizieq-indonesia-bukan-negara-demokrasi.html#.us5v0febjlk Oleh Saif Al Battar Sabtu, 17 Rabiul Akhir 1434

Lebih terperinci

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Modul ke: 03 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS A. Sejarah Lahirnya Pancasila B. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia C. Implementasi Pancasila dalam Kehidupan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS; MENGETAHUI SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA MENJELASKAN

Lebih terperinci

ARTI PENTING UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 BAGI BANGSA DAN NEGARA INDONESIA

ARTI PENTING UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 BAGI BANGSA DAN NEGARA INDONESIA ARTI PENTING UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 BAGI BANGSA DAN NEGARA INDONESIA Arti Penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bagi Bangsa dan Negara Indonesia Setiap negara mempunyai UUD

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah ABSTRAKSI Mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban moral seluruh warga negara Indonesia. Pancasila yang

Lebih terperinci

MATERI TES WAWASAN KEBANGSAAN 1. PANCASILA Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini berasal dari bahasa Sansekerta yaitu pañca

MATERI TES WAWASAN KEBANGSAAN 1. PANCASILA Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini berasal dari bahasa Sansekerta yaitu pañca MATERI TES WAWASAN KEBANGSAAN 1. PANCASILA Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini berasal dari bahasa Sansekerta yaitu pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Dengan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA Dosen: Muhammad Idris Disusun Oleh: Nama : Dimas Pandu W. NIM : 11.01.3005 Kelompok : B Kelas : 11-D3TI-03 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PENETAPAN PANCASILA Dosen: Muhammad Idris

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH PANCASILA. `: Roni Guswiyanto NIM : : S1 Teknik Informatika. : DR. Abidarin Rosyidi, MMa.

TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH PANCASILA. `: Roni Guswiyanto NIM : : S1 Teknik Informatika. : DR. Abidarin Rosyidi, MMa. TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH PANCASILA Nama `: Roni Guswiyanto NIM : 11.11.5434 Kelompok Jurusan Dosen : E : S1 Teknik Informatika : DR. Abidarin Rosyidi, MMa. STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI Pancasila

Lebih terperinci

PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Nama : Rakhmat Subandi NIM : 11.11.5598 Kelompok : F Jurusan : S1-TI Dosen Pembimbing : DR. Abidarin Rosyidi, Mma JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 4 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

BAB 4 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA BAB 4 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Modul ke: Mengapa mempelajari? Agar memahami Pancasila yang hidup dalam setiap tata peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia Fakultas Rina Kurniawati, SHI,

Lebih terperinci

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Galang Swawinasis (11.02.8059) Dosen Pembimbing : Kalis Purwanto Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Pancasila

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oby rohyadi Nomer mahasiswa : 11.11.5471 Kelompok : F Program studi : STRATA 1 Jurusan Nama Dosen : Teknik Informatika : Dr.abidarin rosidi,m.ma Implementasi

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH PANCASILA Disusun Oleh : Nama : DIMAS RIZA RAHMAN NIM : 11.11.5313 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TEKNIK INFORMATIKA Dosen Pembimbing : DR. Abidarin Rosyidin,MMa STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Pancasila, Ideologi Negara, Implementasi Pancasila di Negara Indonesia. Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA ALASAN PARA PENDIRI NEGARA MENERIMA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. A. Sidang BPUPKI-PPKI Sebagai Landasan Tindakan Komunikatif

BAB IV ANALISA ALASAN PARA PENDIRI NEGARA MENERIMA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. A. Sidang BPUPKI-PPKI Sebagai Landasan Tindakan Komunikatif BAB IV ANALISA ALASAN PARA PENDIRI NEGARA MENERIMA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA A. Sidang BPUPKI-PPKI Sebagai Landasan Tindakan Komunikatif Tidak tepat untuk membaca pendapat para anggota BPUPKI-PPKI

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA PANCASILA Modul ke: 03Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia Presiden

Lebih terperinci

Pidato Sukarno Tanggal 1 Juni 1945

Pidato Sukarno Tanggal 1 Juni 1945 II Nilai Keber bersamaan dalam Proses Per erum umusan usan Pancasila Seba bagai ai Dasar Negar ara Pidato Sukarno Tanggal 1 Juni 1945 Gambar 2.1 Pidato Sukarno Tanggal 1 Juni 1945 Sumber: www.puas.or.id...

Lebih terperinci

Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke:

Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke: Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke: Pokok Bahasan PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA FIKOM Fakultas Program Studi SISTEM INFORMASI Dosen : Cuntoko, SE., MM. www.mercubuana.ac.id PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA.

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PANCASILA PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA NAMA : ANASTASYA SAHIM NIM : 11.02.8098 KELAS :11-D3 MI 03 DOSEN KELOMPOK : M.Khalis Purwanto, Drs, MM : A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK

Lebih terperinci

MAKALAH PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

MAKALAH PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Muhammad Noor Dwi Hadnomo NIM : 11.02.7965 Kelompok Program studi dan jurusan Nama dosen : A : D3 Manajemen Informatika :

Lebih terperinci

PANCASILA. Pancasila sebagai Dasar Negara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Manajemen

PANCASILA. Pancasila sebagai Dasar Negara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.  Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Manajemen PANCASILA Modul ke: Pancasila sebagai Dasar Negara www.mercubuana.ac.id Fakultas MKCU Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen Dasar Negara Indonesia dalam pengertian historisnya merupakan

Lebih terperinci

INSTRUMEN SOAL DAN PEDOMAN PENILAIAN

INSTRUMEN SOAL DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN SOAL DAN PEDOMAN PENILAIAN Mata Pelajaran Kelas/ Semester Teknik Penilaian Bentuk Soal/ Instrumen : Pendidikan Kewarganegaraan : VII A- VII D/ BAB I : Tes Tertulis : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

Kegiatan. Kegiatan. A. Pancasila sebagai Dasar Negara. Tidak sulit menghafalkan atau melafalkan. hikmat kebijaksanaan dalam

Kegiatan. Kegiatan. A. Pancasila sebagai Dasar Negara. Tidak sulit menghafalkan atau melafalkan. hikmat kebijaksanaan dalam A. Pancasila sebagai Dasar Negara Nilai-nilai Perjuangan dalam Perumusan Pancasila Bangunan akan berdiri kokoh dan kuat bila fondasinya kuat. Seperti halnya bangunan, negara juga membutuhkan fondasi. Fondasi

Lebih terperinci

Nama : Yogi Alfayed. Kelas : X ips 1. Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN :

Nama : Yogi Alfayed. Kelas : X ips 1. Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN : Nama : Yogi Alfayed Kelas : X ips 1 Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN : 1. Pengertian pokok kaidah fundamental negara Nilai-nilai pancasila sebagai dasar filsafat negara bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Pembentukan BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) Pembentukan PPKI (Dokuritsu Junbi Inkai) Peristiwa Rengasdengklok Perumusan Teks

Lebih terperinci

ETIKA POLITIK PANCASILA

ETIKA POLITIK PANCASILA ETIKA POLITIK PANCASILA Oleh: Dwi Yanto Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Ma arif Buntok, Kalimantan Tengah Abstrak Pengertian secara sederhana tentang Politik adalah, Suatu kegiatan untuk mencapai

Lebih terperinci

Pancasila dan Implementasinya

Pancasila dan Implementasinya Modul ke: Pancasila dan Implementasinya Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Sejarah Lahirnya Pancasila Kata Pancasila pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karya Mpu

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pancasila PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Pancasila Sebagai Dasar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA PADA MASA KINI

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA PADA MASA KINI TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA PADA MASA KINI DI SUSUN NAMA : LEVYNA ISTA NIM : 11.01.2856 PROGRAM STUDY JURUSAN DOSEN : DIPLOMA TIGA : TEKNIK INFORMATIKA : IRTON SE, M.Si SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Di Susun Oleh : Jumat Waskito Aji 11.11.5242 11 S1.TI 09 KELOMPOK E PENDIDIKAN PANCASILA S1 TEKNIK

Lebih terperinci

Tugas Akhir Kuliah Pancasila Pancasila Sebagai Dasar Negara

Tugas Akhir Kuliah Pancasila Pancasila Sebagai Dasar Negara Tugas Akhir Kuliah Pancasila Pancasila Sebagai Dasar Negara Dosen Pembimbing : Drs. M. Khalis Purwanto, MM Disusun Oleh : NAMA : Winda Ristamayanti NIM : 11.02.7928 KELOMPOK JURUSAN : A : D III Manajemen

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN TERKAIT PENGGUNAAN KONSEP EMPAT PILAR DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN DPD RI. Sudijono Sastroatmodjo

POKOK-POKOK PIKIRAN TERKAIT PENGGUNAAN KONSEP EMPAT PILAR DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN DPD RI. Sudijono Sastroatmodjo POKOK-POKOK PIKIRAN TERKAIT PENGGUNAAN KONSEP EMPAT PILAR DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN DPD RI Sudijono Sastroatmodjo 1. Berawal dari Tugas Pimpinan MPR 1.1 Berawal dari Pasal 15 ayat (1) huruf e Undang Undang

Lebih terperinci

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Tabel 2.3 Arti Penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 No Unsur Manfaat Akibat apabila tidak ada UUD 1 Warga Negara 2 Bangsa dan Negara Kesimpulan : C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Disusun oleh : NAMA : ANDHIKA WAHYU PRATAMA NIM : 11.11.4962 KELOMPOK : D Untuk memenuhi salah satu syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK

Lebih terperinci

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah

Lebih terperinci

KISI-KISI PTS PKN KELAS 8 SEMESTER GASAL 2017

KISI-KISI PTS PKN KELAS 8 SEMESTER GASAL 2017 KISI-KISI PTS PKN KELAS 8 SEMESTER GASAL 2017 BAB I. PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA 1. Latar belakang Pancasila sebagai Ideologi Negara Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Repulik Indonesia

Lebih terperinci

PERSIAPAN KEMERDEKAAN

PERSIAPAN KEMERDEKAAN PERSIAPAN KEMERDEKAAN Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas, sehingga melalui Koiso Kumaika, pada 7 September 1944 Jepang memberi janji kemerdekaan terhadap bangsa Indonesia. Kekalahan Jepang

Lebih terperinci

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma.

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR Disusun oleh : Sani Hizbul Haq 11.11.5585 Kelompok F Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. JURUSAN S1 TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

Latar Belakang Masalah

Latar Belakang Masalah Di Susun Oleh : Nama :Fredy Sipta Hartanto NPM : 11.12.5791 Kelompok : H Nama Dosen : Mohammad Idris P.Drs. MM Kelompok : HAK ASAZI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 5 OLEH: TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA 9 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Kemudian dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Iinkai)

Lebih terperinci

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA Disusun oleh: Nama : Gigih Fajar Kurniawan Nim : 11.11.5519 Kelompok Jurusan Nama Dosen : F : S1-TI :Abidarin

Lebih terperinci

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut 2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut diamandemen. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA POSISI PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : DARMAN NIM : 11.11.5570 KELOMPOK : F PROGRAM STUDI : S1 JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA NAMA DOSEN :ABIDARIN ROSIDI. Dr,M,MA BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Pendidikan Pancasila Program D3-TI STMIK AMIKOM Yogyakarta Disusun oleh: ERVANDA YUDHA

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Dasar Negara-1

Pancasila sebagai Dasar Negara-1 PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 04 Pancasila sebagai Dasar Negara-1 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi AKUNTANSI Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara Dasar negara

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN AGAMA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi Pancasila

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh : Richi Ardianto 11.11.5468 Kelompok F S1 TI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA

MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA A. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara Pancasila sebagai Dasar Negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia Pancasila sebagai dasar negara

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 05 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Sebagai Dasar Negara Modul ini membahas mengenai Pancasila Sebagai Dasar Negara Yang Merupakan Ideologi Terbuka, Batasan keterbukaan Pancasila sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila 1

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 8 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA Pancasila Material ; Filsafat hidup bangsa, Jiwa bangsa, Kepribadian bangsa, Sarana tujuan hidup bangsa, Pandangan

Lebih terperinci

Sejarah Singkat Pancasila dan Perlunya Pancasila sebagai Ideologi Bangsa

Sejarah Singkat Pancasila dan Perlunya Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Sejarah Singkat Pancasila dan Perlunya Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Disusun oleh : Nama : Arief Wahyu Wibowo NIM : 11.11.5231 Kelas : 11-S1TI-09 Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

AKU WARGA NEGARA YANG BAIK

AKU WARGA NEGARA YANG BAIK AKU WARGA NEGARA YANG BAIK Dosen Pembimbing: M. Ayub Pramana SH Disusun oleh Nama: Surya Widianto P.Y NIM : 11.12.5487 Kel : G Program studi : Pancasila Jurusan : S1 Sistem Informatika SEKOLAH TINGGI MANAJEMN

Lebih terperinci

PENTINGNYA PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

PENTINGNYA PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA PENTINGNYA PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN -ABSTRAKSI BERNEGARA Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki arti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita

Lebih terperinci

SEJARAH TERBENTUKNYA PANCASILA

SEJARAH TERBENTUKNYA PANCASILA SEJARAH TERBENTUKNYA PANCASILA Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Akhir mata kuliah Pancasila Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun oleh : Nama : Arief Setiawan NIM : 11.11.5674 Kelompok :

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 5

BAHAN TAYANG MODUL 5 Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA PENJABARAN PADA PASAL- PASAL UUD 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA SEMESTER GASAL

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945

TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945 TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945 Di susun oleh : Nama : Garna Nur Rohiman NIM : 11.11.4975 Kelompok : D Jurusan Dosen : S1-TI : Tahajudin Sudibyo, Drs Untuk memenuhi Mata Kuliah Pendidikan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA. Rakyat Indonesia

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA. Rakyat Indonesia TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA Penerapan Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Disusun oleh: Nama : Mario Olyvius Ora Melano Nim : 11.11.5571 Kelompok Jurusan Nama Dosen : F : S1-TI : Dr.Abidarin

Lebih terperinci

Kedudukan Pembukaan UUD Anggota Kelompok : -Alfin Anthony -Benadasa -Jeeva Laksamana -Nicolas Crothers -Steven David -Lukas Gilang

Kedudukan Pembukaan UUD Anggota Kelompok : -Alfin Anthony -Benadasa -Jeeva Laksamana -Nicolas Crothers -Steven David -Lukas Gilang Kedudukan Pembukaan UUD 1945 Anggota Kelompok : -Alfin Anthony -Benadasa -Jeeva Laksamana -Nicolas Crothers -Steven David -Lukas Gilang Pertanyaan 1. Jelaskan Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA Perilaku Dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Di Indonesia Dan Hubungannya Dengan Pancasila Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo Disusun Oleh : Wicaksono Dwi Utomo 11.11.4716

Lebih terperinci

HAM DALAM PANCASILA. Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama Penyusun : Galit Rizky Fauzi NIM :

HAM DALAM PANCASILA. Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama Penyusun : Galit Rizky Fauzi NIM : HAM DALAM PANCASILA Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama Penyusun : Galit Rizky Fauzi NIM : 11.12.5854 Jurusan : S1-SI Kelas : 11-S1SI-07 Kelompok : Nusantara Dosen : Drs. Muhammad

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 BAB II ISI... 4 2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan... 2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d.1949...

Lebih terperinci

MASA PENJAJAHAN JEPANG. A. Masuknya Jepang di Idonesia

MASA PENJAJAHAN JEPANG. A. Masuknya Jepang di Idonesia B A B II MASA PENJAJAHAN JEPANG A. Masuknya Jepang di Idonesia Dengan berhasilnya jepang merebut Indonesia dari Belanda tanggal 9 Maret 1942, maka pada tanggal 7 Maret 1942 atau 2 Hari sebelum Jepang masuk

Lebih terperinci

BERPERILAKU PANCASILA

BERPERILAKU PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH PANCASILA BERPERILAKU PANCASILA DISUSUN OLEH : NAMA : EKO RAHMANTO NPM : 11.01.2979 KELOMPOK PRODI : B : PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN : D3 - TEKHIK INFORMATIKA 03 NAMA DOSEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG Jl. Sompok No. 43 Telp. 8446802 Semarang Website.www.smp 37.smg.sch.id Email: smp 37 smg @ yahoo.co.id ULANGAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Pancasila sebagai Dasar Negara-1

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Pancasila sebagai Dasar Negara-1 PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 04 Pancasila sebagai Dasar Negara-1 Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara

Lebih terperinci

tercantum Meskipun yaitu : Indonesia Limaa berikut: Rakyat. Dia Pancasila yang dasar Sekarang S Setelah Rumusan

tercantum Meskipun yaitu : Indonesia Limaa berikut: Rakyat. Dia Pancasila yang dasar Sekarang S Setelah Rumusan PANCASILAA Perisai Pancasila menampilkan lima lambang Pancasila Pancasilaa adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañcaberarti lima dan śīla berarti

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA Indonesia Dahulu Kala Sebagai sebuah bangsa, embrio bangsa Indonesia dapat dilacak dari abad ke-7m Ditandai munculnya kerajaan Kutai, Mataram Kuno, Sriwijaya,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusun,

KATA PENGANTAR. Penyusun, KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunianya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan

Lebih terperinci

MAKALAH KULIAH PANCASILA DAMPAK PANCASILA TERHADAP HAM (HAK ASASI MANUSIA) NAMA : AGUNG NUR HIDAYAT NIM : KELAS : D3 MI B

MAKALAH KULIAH PANCASILA DAMPAK PANCASILA TERHADAP HAM (HAK ASASI MANUSIA) NAMA : AGUNG NUR HIDAYAT NIM : KELAS : D3 MI B MAKALAH KULIAH PANCASILA DAMPAK PANCASILA TERHADAP HAM (HAK ASASI MANUSIA) NAMA : AGUNG NUR HIDAYAT NIM : 09.02.7478 KELAS : D3 MI B BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila

Lebih terperinci

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila 1. Nilai Semangat Pendiri Negara Sebelum kamu mempelajari tentang semangat kebangsaan para pendiri negara

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi Gerakan Pembasisan Pancasila Pancasila

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI TUGAS AKHIR disusun oleh Rosyied Hamidy 11.11.5633 KELOMPOK PANCASILA F Dr. Abidarin Rosidi, M.Ma. STRATA 1 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

Pancasila dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Pancasila dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Modul ke: Pancasila dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia Asal

Lebih terperinci

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Maria Alfonsa Chintia Dea P. NIM : A12.2013.04844 Kelompok : A12.6701 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI SISTEM

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA AGAMA SEBAGAI DASAR PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA AGAMA SEBAGAI DASAR PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA AGAMA SEBAGAI DASAR PANCASILA DI SUSUN : NAMA : NANDA GILANG YUDHA PRATAMA NIM : 11. 11. 4788 KELAS : 11 S1T1 03 KELOMPOK : C DOSEN : TAHAJUDIN S. Drs SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e )

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e ) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e ) Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL PANCASILA ( waktu : 36 menit )

LATIHAN SOAL PANCASILA ( waktu : 36 menit ) LATIHAN SOAL PANCASILA ( waktu : 36 menit ) 1. Bunyi sila pertama Pancasila adalah a. Allah yang Maha Esa b. Budha yang Maha Esa c. Dewa yang Maha Esa d. Ketuhanan Yang Maha Esa e. Yesus yang Maha Esa

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci