PEDOMAN PENGEMBANGAN GARIS BESAR ISI MATERI (GBIM) PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PENGEMBANGAN GARIS BESAR ISI MATERI (GBIM) PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP"

Transkripsi

1 PEDOMAN PENGEMBANGAN GARIS BESAR ISI MATERI (GBIM) LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN LINGKUNGAN HIDUP PADA JENJANG DASAR DAN MENENGAH DEPUTI BIDANG KOMUNIKASI LINGKUNGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Jalan D.I. Panjaitan Kav. 24, Kebon Nanas, Jakarta Timur. Gd. B Lt. 5 Telepon / Fax: (021) / TAHUN 2012

2 TIM KLH PELINDUNG Prof. Dr. Balthasar M. Ba, Kambuaya, Menteri Negara Lingkungan Hidup TIM PEMBINA 1. Ir. Ilyas Asaad, MP, Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat, KLH 2. Chaerudin Chasyim SKM, M. Si, Asdep Penguatan Inisiatif Masyarakat, KLH (Koordinator) TIM TEKNIS 1. Susi H.R.Sadikin, SE, Kabid Pendidikan Lingkungan Hidup, KLH (Wakil koordinator) 2. Sasmita Nugroho, SE Kasubid Pembinaan, Asdep Penguatan Inisiatif Masyarakat, KLH 3. Drs. Parus, M.Si, Kasubid Evaluasi, Asdep Penguatan Inisiatif Masyarakat, KLH TIM PENYUSUN No Nama Keterangan 1. Prof. Dr.Rukaesyh Achmad Ketua 2. Prof.Dr.I Made Putrawan Anggota 3. Prof.Dr. Nadiroh Anggota 4. Dr. Setyo Moersidik Anggota 5. Dr. Nurbaity Anggota 6. Ir.Edy Syair, M.Si Anggota

3 KATA PENGANTAR Undangundang Dasar 1945 (UUD 1945) dalam pasal 28H ayat (1) menyampaikan bahwa setiap orang berhak sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan dalam pasal 33 ayat (4) disampaikan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Undang undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 menyampaikan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Demikian pula dalam Undangundang 32 Tahun 2009 tentang PPLH, dalam Pasal 63 ayat (1) huruf w ayat (2) huruf q, ayat (3) huruf n, meyampaikan bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah pusat/ propinsi/ kabupaten bertugas dan berwenang memberikan pendidikan,pelatihan, pembinaan, dan penghargaan dan dalam pasal 65 ayat (2), Setiap Orang Berhak Mendapatkan Pendidikan Lingkungan Hidup, Akses Informasi, Akses Partisipasi, Dan Akses Keadilan Dalam Memenuhi Hak Atas Lingkungan Yang Baik Dan Sehat. Ke 3 (tiga) undangundang tersebut di atas diakomodir dan diwujudkan dalam bentuk kesepakatan bersama antara Menetri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor : 03/MENLH/02/2010 dan 01/II/KB/2010 Tentang Pendidikan Lingkungan Hidup. Kesepakatan ini bertujuan untuk (a) menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, perilaku, dan wawasan, serta kepedulian lingkungan hidup peserta didik dan masyarakat (b) meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai pelaksana pembangunan berkelanjutan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan kebijakan,

4 pedoman, program, dan materi PLH serta pelasanaan, pembinaan dan pemantauan terhadap pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup tersebut. Pendidikan lingkungan hidup yang diwujudkan dalam materi lingkungan hidup khususnya jalur dan jenjang pendidikan dasar dan menengah sudah menjadi tuntutan dan tertuang dalam standar kompetensi kelulusan yang menjadi prasyarat dan harus dimiliki seriap peserta didik setelah tamat dari jenjang pendidikan dasar dan menengah. Materi pendidikan lingkungan hidup mengakomodir masalah ekonomi, sosial, lingkungan hidup (ekologi) yang merupakan masalah nasional dan local yang harus disosialisasikan, dilaksanakan dan diselesaikan masalahnya guna mewujudkan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Panduan materi pendidikan lingkungan hidup ini, dapat menjadikan acuan bagi pihak terkait (propinsi dan kabupaten/kota) sebagai materi ajar lingkungan hidup dalam pembelajaran baik secara terintegrasi maupun secara monolitik atau muatan lokal. Materi lingkungan hidup ini dibuat untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku ramah lingkungan dan mudahmudahan dapat ditanamkan pada peserta didik dan pengelola pendidikan sehingga kecintaan, kepedulian, serta toleransinya terhadap lingkungan hidup akan meningkat dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup manusia dan lingkungan hidupnya. Kepada tim penyusun dan tim KLH yang telah mewujudkan buku ini, kami menyampaikan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Amien Jakarta, 11 Nopember 2011

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I. PENDAHULUAN A. Landasan Hukum Pendidikan Lingkungan Hidup B. Rasional Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolahm BAB II. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. SKL untuk Tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah B. SKL untuk Tingkat Sekolah Menengah dan Madrasah Tsanawiyah C. SKL untuk Tingkat Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah D. SKL untuk Tingkat Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Kejuruan BAB III. GARIS BESAR ISI MATERI LINGKUNGAN UNTUK TINGKAT DASAR DAN MENENGAH A. Tabel 1. Garis Besar Materi Pendidikan Lingkungan Hidup dalam rangka memenuhi SKL B. Tabel 2. Garis Besar Materi Pendidikan Lingkungan Hidup Tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah C. Tabel 3. Garis Besar Materi Pendidikan Lingkungan Hidup Tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah D. Tabel 4. Garis Besar Materi Pendidikan Lingkungan Hidup Tingkat Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliy

6 BAB I PENDAHULUAN A. Landasan Hukum Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Undang undang Dasar 1945 (UUD 1945) : 1. Setiap orang berhak sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (UUD 1945 pasal 28H ayat 1). 2. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (UUD 1945 pasal 33 ayat 4). Undang undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) : 1. Pasal 63 ayat 1 butir W, ayat 2 butir Q, ayat 3 butir N, Dalam PPLH Pemerintah Pusat/Propinsi/Kabupaten Bertugas Dan Berwenang Memberikan Pendidikan, Pelatihan, Pembinaan, dan Penghargaan. 2. Pasal 65 ayat 2, Setiap Orang Berhak Mendapatkan Pendidikan Lingkungan Hidup, Akses Informasi, Akses Partisipasi, Dan Akses Keadilan Dalam Memenuhi Hak Atas Lingkungan Hidup yang Baik Dan Sehat. MOU antara Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dengan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) tanggal 1 Februari 2010 tentang Pendidikan Lingkungan Hidup. 3. Rasional Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah

7 Secara historis keprihatinan masyarakat dunia terhadap degradasi lingkungan dimulai sejak 1972, pada saat konferensi Stockholm, dan kemudian berlanjut dengan dirumuskannya strategi pembangunan terlanjutkan (sustainable development) oleh Komisi Dunia bagi Lingkungan dan Pembangunan (1987) yang kemudian dikenal dengan sebutan laporan komisi Brundlant. Kemudian kembali pertemuan bumi (earth summit) dilaksanakan di Rio, Brasil, pada bulan Juni 1992, setelah dua puluh tahun sejak konferensi Stockholm, dengan menghasilkan berbagai rekomendasi melalui Agenda 21. Bahkan sebelumnya konsep pembangunan terlanjutkan sudah disempurnakan menjadi Sustainable Development. Dalam hal ini, konsep pembangunan berwawasan lingkungan adalah bagaimana setiap negara dapat terus membangun untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan cepat seimbang dengan pertumbuhan penduduk yang juga bertambah dengan cepat. Salah satu cara adalah melalui industrialisasi. Tidak ada alternatif lain yang lebih dapat diandalkan selalin industrialisasi. Pembangunan industri harus berwawasan lingkungan artinya tetap dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk dengan cepat, karena tingkat pertumbuhan penduduk juga masih tinggi, tanpa mengeksploitasi sumber daya alam secara irasional. Oleh karena itu, dalam strategi Sustainable Development, pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang utama meliputi lapangan kerja, pangan, dan energi, sangat mendesak menjadi prioritas. Antara tahun , di negara sedang berkembang mempunyai sekitar 60 juta tenaga kerja per tahun. Jadi sustainable development berarti pula terlanjutkan dalam penyediaan lapangan pekerjaan (WCED, 1987). Penyediaan pangan Bumi juga harus naik, karena tingkat kenaikan penduduk yang masih cukup tinggi. Sumber pangan pokok penduduk di negara sedang berkembang biasanya adalah karbohidrat. Sedangkan sumber kalori protein di Afrika baru hanya 55,8%, di Amerka Latin hanya 3,44,0%, dan di Asia hanya

8 3,5 4,5% kalori dalam protein. Jadi sumber daya akuatik dan laut menjadi penting untuk penyediaan kalori protein (WCED, 1987). Diperkirakan sekitar 3 milyar penduduk bumi akan memotong kayu di hutan dan jumlah hutan yang dipotong jauh melebihi daripada laju generasinya, sehingga perlu dipikirkan sumber energi dari limbah dan sampah (WCED, 1987). Berdasarkan fakta tersebut pembangunan berkelanjutan (sustainable development) didefinisikan sebagai development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generation to meet their own needs (Connect, September, 1992). Dalam hal ini perlu dibedakan antara pembangunan (development) dan pertumbuhnan (growth). Pada umumnya, pertumbuhan berkaitan dengan berbagai aspek kuantitatif, sedangkan pembangunan sudah mengarah kepada tujuan (goal) pembangunan itu sendiri yakni kualitas hidup (Quality of life). Kualitas hidup ini berkaitan dengan kesehatan dan panjang umur, pekerjaan, pendidikan, kebebasan dan keamanan, kebudayaan dan menghormati hakhak azasi manusia, dan kadangkadang ditambahkan lagi dimensi estetika. Oleh karena itu, ahli ilmu lingkungan Kanada, Jacobs dan Sadler (Connect, September, 1992) menawarkan suatu model dalam kaitannya dengan Sustainable Development seperti tampak pada gambar 1. Economic Quality of Life Ecological Social

9 Gambar 1. Model Sustainable Development Kualitas hidup manusia merupakan tujuan utama setiap Sustainable Development dengan menjadikan ketiga parameter yaitu ekologi, ekonomi dan sosial berada dalam sebuah sistem dan merupakan perspektif pembangunan berkelanjutan. Model di atas berkembang setelah konferensi bumi di Rio yang menghasilkan Agenda 21 dan berisi 800 halaman program aksi untuk masa sekarang sampai abad ke 21. Program aksi tersebut adalah a programme of action for a sustainable future, for the human family, and a first step toward ensuring that the word become a more just, secure and prosperous habitat for all of humanity (dalam connect, Juni 1992). Salah satu tujuan program aksi ini adalah untuk meningkatkan kesadaran publik secara luas sebagai suatu bagian dari upaya pendidikan global dalam rangka memperkuat sikap, nilainilai, dan aksi (actions) yang sesuai dengan sustainable development. Sebagai dampak dari program aksi ini, maka dirumuskannya beberapa kurikulum pendidikan lingkungan hidup formal maupun non formal, khususnya untuk masyarakat ASEAN (Connect, Juni 1993). Jadi konsekuensinya, pendidikan lingkungan merupakan salah satu sarana dalam rangka membentuk warga negara yang berwawasan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh berbagai fakta menunjukkan bahwa akar penyebab krisis lingkungan adalah manusia. Mengubah segala aspek psikologis manusia tiada jalan lain kecuali melalui pendidikan. Dalam kaitannya dengan berpikir ekologis, Swan (1974) memberikan batasan bahwa pendidikan adalah suatu proses, bukan suatu produk, sehingga semua programprogram pendidikan lingkungan harus diarahkan kepada pengajaran masyarakat tentang what to think daripada how to think.

10 Pendidikan lingkungan, pada awalnya muncul dalam Belgrade Charter (1975) dan UNESCO mengeluarkan rekomendasi tentang pendidikan lingkungan pada konferensi Tbilisi pada tahun 1977 (UNESCO, 1980). Sejak itu pendidikan lingkungan terus berkembang sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolahsekolah (terintegrasi ke beberapa bidang studi atau monolitik) dan sebagai bidang spesialisasi pada jenjang pascasarjana. Secara lebih jelas Stapp (1978) mengutip batasan pendidikan lingkungan sebagai suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan suatu penduduk dunia yang sadar dan peduli terhadap berbagai persoalan lingkungan dan yang memiliki pengetahuan, sikap, motivasi, komitmen, serta keterampilan untuk bekerja secara individual atau kolektif dalam rangka memecahkan masalahmasalah lingkungan dan mencegah timbulnya masalah baru. Untuk mencapai tujuan tersebut, jelas merupakan tugas berat terutama bagi para pendidik, khususnya di sekolahsekolah formal, sehingga diperlukan strategi yang tepat. Apalagi menyangkut masalah nilainilai (human values) yang memerlukan waktu bertahuntahun untuk mengubah dan membentuknya. Dalam hal ini belakangan muncul istilah environmental value education sebagai masukan yang memperjelas tujuan pendidikan lingkungan itu sendiri agar tidak terfokus pada aspek pengetahuan saja. Oleh karena itu pemilihan metode yang tepat sebagai bagian dari strategi pendidikan lingkungan sangat membantu pencapaian tujuan tersebut. Di samping itu, pendidikan lingkungan juga mampu memberikan informasi yang akurat, khususnya mengenai biodiversitas, sehingga program aksi yang direncanakan akan menjadi lebih efektif ((McNeely, et al., 1990). Dalam majalah Connect (Juni, 1994) secara jelas diungkapkan bahwa melalui pendidikan lingkungan dan informasi sebenarnya bertujuan untuk mengembangkan pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan motivasi yang mengarah kepada perolehan sikap, nilainilai, dan mentalitas yang sangat diperlukan secara efektif dalam memecahkan berbagai isu dan masalah lingkungan.

11 Dalam suatu proses belajar mengajar keterkaitan antara tujuan instruksional, strategi (di dalamnya terdapat berbagai metode pembelajaran), isi/materi, dan evaluasi tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, menentukan tujuan pendidikan lingkungan sebelum menetapkan metode adalah langkah yang tepat. Tujuan umum (goal) pendidikan lingkungan yang telah ditetapkan, didasarkan pada batasan pendidikan lingkungan di atas dan juga didasarkan pada model sikapperilaku yang dikembangkan oleh Bennett (1974) seperti tampak pada gambar 2. Penentuan tujuan itu berkembang setelah diakuinya akar penyebab krisis lingkungan bukan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri, dan juga bukan system politik atau ekonomi, tetapi human attitudes and values which motivate human decisions (Swan, 1971; dikutip oleh Bennett, 1974). Pernyataan Swan ini sesuai dengan pandangan Harrison (1993) yang tidak begitu setuju terhadap pemecahan masalah secara fragmentaris antara pertumbuhan penduduk dengan lingkungan. Dia menyebutkan terdapat tiga komponen penting yang perlu mendapat fokus perhatian dalam menanggulangi krisis lingkungan yaitu jumlah penduduk, tingkat konsumsi, dan teknologi. Ketiga komponen ini menurut dia merupakan kunci revolusi ketiga setelah revolusi pertama yaitu pertanian, dan kedua yakni industri. Pada gambar 2 (model Bennett, 1974) tampak bahwa setiap individu memiliki kebutuhan psikologi dasar dan dimotivasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut individu termotivasi untuk mengembangkan sikap yang berfungsi membantu pencapaian pemenuhan kebutuhan, sehingga terdapat hubungan dua arah antara sikap dengan kebutuhankebutuhan dasar. Semua kebutuhan memotivasi individu mengadopsi sikap tertentu, selanjutnya memuaskan kebutuhan dasarnya. Sikap terdiri atas komponen kognitif dan afektif yang dipercaya akan membentuk komponen ketiga yaitu kecenderungan bertindak ( a tendency to act).

12 Sikap akan membentuk nilainilai (values). Nilainilai ini yang menuntun seseorang untuk bertindak (action). Dalam hal ini berpikir merupakan proses mental yang terkait antara komponen sikap dengan nilainilai yang mengarahkan perilakunya. Perilaku Lingkungan Nilai Sikap Action tendency Pengetahuan Feeling Kebutuhan Dasar Gambar 2. Model Sikap Perilaku Perilaku (behavior) terjadi karena sikap dan nilainilai yang telah teradopsi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut dan perilaku ini juga membantu dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Namun kadangkadang perilaku juga menentukan sikap. Demikian sebaliknya. Dalam model tersebut juga tergambar adanya keterkaitan antara lingkungan dengan perilaku. Artinya seorang individu mungkin bertindak terhadap lingkungannya dan kondisi lingkungan juga, sebaliknya, akan mempengaruhi individu berperilaku. Demikian juga hubungan timbal balik terjadi antara sikap dengan lingkungan seperti yang ditunjukkan oleh arah anak panah.

13 Secara lebih rinci Stapp (1978) merumuskan tujuan khusus untuk pendidikan lingkungan di sekolahsekolah yaitu: (1) Kesadaran; membantu individu dan kelompok sosial memperoleh kesadaran tentang sensitivitas terhadap lingkungan dan berbagai masalah yang berkaitan; (2) Pengetahuan; membantu individu atau kelompok sosial memperoleh berbagai pengalaman tentang lingkungan dan pemahaman dasar mengenai masalahmasalah yang berhubungan; (3) Sikap; membantu individu atau kelompok sosial memperoleh nilainilai sosial, perasaan kuat, dan kepedulian terhadap lingkungan serta motivasi; (4) Keterampilan; membantu individu dan kelompok sosial memperoleh keterampilan dalam pemecahan masalah lingkungan; (5) Partisipasi; membantu individu dan kelompok sosial mengembangkan rasa tanggungjawab terhadap berbagai masalah lingkungan dan mencoba menerapkan tindakan yang tepat untuk membantu memecahkan masalahmasalah tersebut. Jadi apa yang dikemukakan oleh Stapp sesuai dengan model sikapperilaku yang dikembangkan oleh Bennett di atas yaitu adanya kesadaran dan pengetahuan, adanya sikap dan nilainilai, serta perilaku (keterampilan dan partisipasi). Berdasarkan Deklarasi Rio, pendidikan lingkungan sudah seharusnya mengarah kepada perilaku, sebab dalam program aksi yang dipentingkan adalah action dalam bentuk partisipasi. Oleh karena itu, modelmodel dalam menentukan tujuan pendidikan lingkungan diarahkan kepada model perilaku tersebut. Salah satu model tradisional dalam hubungan timbal balik antara learningbehavior tampak pada gambar 3. berikut (Orams, 1994). Belajar Peningkatan Perubahan Perubahan pengetahua Sikap Perilaku n Gambar 3. Model Tradisional Hubungan BelajarPerilaku

14 Model linier sederhana tersebut digunakan awal lahirnya bidang pendidikan lingkungan yaitu sekitar tahun 1960an dan 1970an (Hungerford & Volk, 1990), namun model tersebut belum didukung oleh hasil penelitian empiris. CONCLUDING REMARK (KESIMPULAN) Pada dasarnya, kharakteristik umum yang dapat menjelaskan manusia mempengaruhi perilaku lingkungan dan semua konsekuensi dari pengaruhpengaruh ini dapat diidentifikasi. Faktorfaktor penyebab kerusakan lingkungan ini yang disebut key factors, yang secara tidak langsung akan menurunkan tingkat Biodiversitas ekosistem. Pengaruh faktorfaktor kunci ini dalam perubahan lingkungan berdampak pada perubahanperubahan terhadap polapola normal perilaku lingkungan, baik unsurunsur biotik maupun abiotik dalam ekosistem. Perubahanperubahan dalam energy budget dari suatu ekosistem dapat juga merupakan key factors penting yang dapat berkaitan dengan perubahan iklim (Dickinson & Murphy, 2007, pp ). Variasi dalam input radiasi matahari ke dalam ekosistem merupakan key forcing factors terhadap perubahan iklim. Karena itu apabila terjadi penurunan radiasi input yang disebabkan oleh karena polusi atmosfer akan mereduksi cahaya dan temperatur, sementara terbentuknya greenhouse gases akan menaikkan temperatur. Perubahan temperatur atmosfer sering dikaitkan dengan perubahan kelembaban (moisture) atmosfer. Key factors dalam hal ini adalah human factors seperti: (1) Besarnya populasi manusia yang diestimasi akan mencapai 7,1 milyar penduduk dunia dengan perkiraan pertumbuhan 90 juta orang pertahun, (2) Teknologi dan sumbersumber alam (resources) dimana batasan terhadap resources adalah anything that is of use to man, dan

15 teknologi didefinisikan sebagai knowledge required in order to apply resources to some purpose of human use...., (3) Dampak terhadap atmosfer bumi dan perubahan iklim juga dipengaruhi oleh greatest human impact, (4) Meningkatnya carbon dioxide di atmosfer, seperti meningkatnya temperatur bumi juga merupakan hasil kegiatan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, (5) Deplesi ozon juga akibat penggunaan chlorofluorocarbons (CFCs) secara berlebihan yang merupakan bahan dalam penyejuk ruangan (AC) dan refrigerator, (6) Meningkatnya debu (dust) dan aerosol pada atmosfer tidak lepas dari aktivitas manusia. Berbagai fakta di atas menunjukkan manusia turut berperan dalam terjadinya degradasi lingkungan, terutama turunnya tingkat Biodiversitas, secara langsung maupun tidak langsung, disamping memang karena faktor alami. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh sikap manusia yang menganut paradigma sosial dominant atau bermental frontier, meminjam istilahnya Rands (1990) dan Chiras (1991). Oleh karena itu, kehadiran pendidikan lingkungan sebagai salah satu sarana membentuk sikap secara dini dan mengubah sikap yang mengarah kepada perilaku bertanggung jawab merupakan suatu keharusan, sekalipun dampaknya memerlukan jangka waktu yang sangat panjang, dibandingkan dengan caracara lain seperti misalnya pemberian sangsi hukum. Berdasarkan modelmodel di atas dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka pendidikan lingkungan diharapkan mampu mengentaskan ignorance manusia tentang konsepkonsep dasar ekologi.

16 BAB II STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) Standar kompetensi lulusan satuan pendidikan (SKLSP) meliputi: 1. SD/MI/SDLB/Paket A; 2. SMP/MTs/SMPLB/Paket B; 3. SMA/MA/SMALB/Paket C 4. SMK/MAK. Standar kompetensi lulusan satuan pendidikan (SKLSP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yaitu: 1. Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs/SMPLB/Paket B bertujuan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2. Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3. Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Adapun Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKLSP) selengkapnya adalah : A. SKL untuk Tingkat SD/MI/SDLB/Paket A 1. Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak. 2. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri

17 3. Mematuhi aturanaturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya 4. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya 5. Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif 6. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif dengan bimbingan guru/pendidik 7. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya 8. Menunjukan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan seharihari 9. Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar 10. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan 11. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, Negara, dan tanah air Indonesia 12. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya local 13. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang 14. Berkomunikasi secara jelas dan santun 15. Bekerja sama dalam kelompok tolong menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya 16. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis 17. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung B. SKL untuk Tingkat SMP/MTs/SMPLB/Paket B 1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja

18 2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri 3. Menunjukkan sikap percaya diri 4. Mematuhi aturanaturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas 5. Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional 6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumbersumber lain secara logis, kritis dan kreatif 7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif 8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya 9. Menunjukkan kemapuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari 10. Mendeskripsi gejala alam dan sosial 11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab 12. Menerapkan nilainilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia 13. Menghargai karya seni dan budaya nasional 14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya 15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang 16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun 17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat 18. Menghargai adanya perbedaan pendapat 19. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana

19 20. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana 21. Menguasai pengetahuan yang diperlukan pendidikan menengah. C. SKL untuk Tingkat SMA/MA/SMALB/Paket C 1. Berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja 2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya 3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya 4. Berpartisipasi dalam penegakan aturanaturan sosial 5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global 6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif 7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan 8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri 9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik 10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks 11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial 12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan brtanggung jawab 13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokrattis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia 14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya

20 15. Mengapresiasi karya seni dan budaya 16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok 17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan 18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun 19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat 20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain 21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis 22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris 23. Menguasai penngetahuan yang diperluakan untuk mengikuti pendidikan tinggi. D. SKL untuk Tingkat SMK/MAK 1. Berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan berkembangan remaja 2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya 3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan dan pekerjaannya 4. Berpartisipasi dalam penegakan aturanaturan sosial 5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global 6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif dan inovatif

21 7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan 8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri 9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik 10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks 11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial 12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab 13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia 14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya 15. Menghargai karya seni dan budaya 16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok 17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan 18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun 19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan dimasyarakat 20. Menghargai adanya berbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain 21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis 22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris 23. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya.

22 BAB III GARISGARIS BESAR MATERI LINGKUNGAN UNTUK TINGKAT DASAR DAN MENENGAH Kehadiran pendidikan lingkungan di sekolah sebagai salah satu sarana dalam membentuk sikap dan perilaku peserta didik yang mengarah kepada perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan hidupnya. Garisgaris besar materi Pendidikan Lingkungan ini disusun untuk menunjang Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKLSP) di setiap jenjang pendidikan. Untuk para guru di sekolah perlu diperhatikan dalam menyusun kompetensi dasar hendaknya dari setiap materi disesuaikan dengan tingkat kognitif peserta didik dengan tingkat kognitif dari Taksonomi Bloom (2001) sebagai berikut: C 1 = Mengingat C 2 = Memahami C 3 = Menerapkan C 4 = Menganalisis C 5 = Mengevaluasi C 6 = Menciptakan Untuk tingkat sekolah dasar mungkin baru sampai tingkat kognitif C 3 (Menerapkan) tapi untuk tingkat SMP bisa sampai tingkat kognitif C 4 dan C 5 dan untuk tingkat SMA sampai C 6, karena diharapkan dari peserta didik tingkat SMA sudah muncul ideide/kreatifitasnya dalam turut serta memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan. Berikut ini disusun garis besar materi Pendidikan Lingkungan secara urut untuk tingkat SD, SMP, dan SMA (Tabel 1), dan pada tabel 2, 3, dan 4 berisi garis besar materi untuk setiap tingkatan pendidikan dan tingkat kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan bisa berbentuk monolitik dan integratif. Bila mengacu kepada konsep ESD (Education for Sustainable Development) maka pembelajaran dilakukan secara integratif.

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2006 KATA PENGANTAR Buku Panduan ini dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP ii PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP Buku Ajar MKU By Tim MKU PLH Editor: Dewi Liesnoor Setyowati Sunarko Rudatin Sri Mantini Rahayu Sedyawati UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FEBRUARI 2014 iii Kata Pengantar Saat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk. oleh SEMARANG

SKRIPSI untuk. oleh SEMARANG i HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS RUMAH HUNIAN PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Apriani Yunita

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN

PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 25 TAHUN 2000 (25/2000) Tanggal: 20 NOVEMBER 2000 (JAKARTA) Sumber: LN 2000/206 Tentang: 2000-2004 PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR ISI UNTUK PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PEMINATAN PESERTA DIDIK

PEMINATAN PESERTA DIDIK PEMINATAN PESERTA DIDIK KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN TENAGA KEPENDIDIK 2013 i

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka konservasi sungai, pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kondisi Ekonomi dan Kebijakan Sektor Pertanian. menjadi krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia ternyata sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kondisi Ekonomi dan Kebijakan Sektor Pertanian. menjadi krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia ternyata sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kondisi Ekonomi dan Kebijakan Sektor Pertanian Sejak terjadinya krisis ekonomi pada bulan Juli 1977 yang berlanjut menjadi krisis multi dimensi yang dialami bangsa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan Dr.Gatot Hari Priowirjanto

KATA PENGANTAR. Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan Dr.Gatot Hari Priowirjanto KATA PENGANTAR Modul ini merupakan salah satu modul yang membahas tentang demokrasi. Sub kompetensi yang harus dicapai siswa dengan mempelajari modul Menjunjung tinggi mekanisme dan hasil keputusan dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal : 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber : LN 1997/68; TLN

Lebih terperinci

PERSEPSI PUBLIK MENGENAI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA SEMARANG

PERSEPSI PUBLIK MENGENAI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA SEMARANG PERSEPSI PUBLIK MENGENAI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM BAHAN AJAR HUKUM LINGKUNGAN Mata Kuliah Prasyarat Wajib Program Sarjana HKU 1123 Koordinator: Abdullah Abdul Patah, S.H., LL.M. Pengampu:

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 2006/2007

HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 2006/2007 HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 006/007 Skripsi Oleh AGUS P. ANDI W. NIM. K5103003 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright 2002 BPHN UU 24/1992, PENATAAN RUANG *8375 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 24 TAHUN 1992 (24/1992) Tanggal: 13 OKTOBER 1992 (JAKARTA) Sumber: LN 1992/115;

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang STANDAR Proses UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Badan Standar Nasional Pendidikan Tahun 2007 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

MODEL PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MODEL PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MODEL PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2014

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak

Lebih terperinci

RENCANA PELAJARAN HAK ASASI MANUSIA

RENCANA PELAJARAN HAK ASASI MANUSIA HURIGHTS OSAKA HURIGHTS OSAKA 1-2-1500 Benten 1-chome Mirato-ku, Osaka 552-007 Japan Tel: (816) 6577-35-78 Fax: (816) 6577-35-83 e-mail: webmail@hurights.or.jp www.hurights.or.jp United Nations Educational,

Lebih terperinci

Skripsi. disajikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh. Muhamad Farid 1401409015

Skripsi. disajikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh. Muhamad Farid 1401409015 PENINGKATAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS TEORI BELAJAR BRUNER PADA SISWA KELAS IV SDN KALIGAYAM 02 KABUPATEN TEGAL Skripsi disajikan

Lebih terperinci

UNAAN MULTIMEDIA DASAR PENDIDIKAN. Skripsi. gelar. oleh

UNAAN MULTIMEDIA DASAR PENDIDIKAN. Skripsi. gelar. oleh KEEFEKTIFAN PENGGU UNAAN MULTIMEDIA MICROSOFT POWERP POINT TERHADAP HASIL BELAJAR IPS MATERI PERKEMBANGANTEKNOLOGI TRANSPORTASI PADA SISWA KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI PESAYANGAN 01 KABUPATEN TEGAL

Lebih terperinci