SISTEM DAN PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN DI BMT BERKAH MAKMUR TAHUN 2010 TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM DAN PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN DI BMT BERKAH MAKMUR TAHUN 2010 TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 SISTEM DAN PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN DI BMT BERKAH MAKMUR TAHUN 2010 TUGAS AKHIR Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Perbankan Syariah Oleh FITRI SRI WAHYUNI NIM JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI DIPLOMA 111 PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011 i

2 ii

3 iii

4 PERNYATAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Fitri Sri Wahyuni NIM : Jurusan Program Studi : Syariah : Diploma III Perbankan Syariah Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tugas akhir ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 22 Agustus 2011 Yang menyatakan, Fitri Sri Wahyuni iv

5 MOTTO Jangan anggap masalah sebagai hambatan yang harus dihindari, Tetapi anggaplah masalah sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-nya kamu dikembalikan (Surat Al Baqarah : ayat 245) Tugas utama pemimpin adalah berpikir dan persiapan terbaik untuk memimpin adalah berpikir (David J. Schwartz) Sesungguhnya Allah indah dan senang keindahan (Hadits) v

6 PERSEMBAHAN Karya tulis ini penulis persembahkan kepada : 1. Bapak dan ibu tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang berupa moril serta materi juga doa yang tiada hentinya dipanjatkan bagi penulis. 2. Seluruh anggota keluarga, yang selalu memberi dorongan semangat, inspirasi, dan motivasi. 3. Dosen-dosen STAIN yang telah memberikan ilmu kepada penulis. 4. Teman-teman yang telah memberikan persahabatan yang begitu erat. 5. Almamater tercinta. vi

7 KATA PENGANTAR Assalaamu alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat, dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada beliau Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa atnya di akherat kelak. Penulisan Tugas Akhir ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Perbankan Syariah STAIN Salatiga. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu melalui ruang ini penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Abdul Aziz NP,S.Ag.,MM selaku Ketua Program Studi Diploma III Perbankan Syariah sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan penuh selama penyusunan Tugas Akhir ini dan juga telah memberikan motivasi serta dukungan penuh kepada penulis. 3. Bapak Ahmad Mifdol Muthohar,Lc.,M.Si selaku dosen pembimbing lapangan yang sering mengunjungi penulis saat praktik magang dan memberikan masukan-masukan tentang Tugas Akhir. 4. Segenap dosen pengajar di Program Studi Diploma III Perbankan Syariah yang telah memberikan bekal ilmu dan wacana pengetahuan. vii

8 5. Segenap staf dan karyawan perpustakaan STAIN Salatiga yang berada di kampus II. 6. Bapak Muhammad Nafis Kamal,S.Ag selaku pemimpin pengelola BMT Berkah Makmur yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melaksanakan magang. 7. Seluruh staf karyawan BMT Berkah Makmur; Bu Darsini, Mbak Sri, Mbak Haryati, Pak Tarjo, Pak Rohmani dan juga Mas Andi yang bisa jadi teman baik serta menyayangi penulis seperti keluarga serta telah banyak membantu dan bersedia mengajari segala sesuatu yang belum penulis ketahui. 8. Ibunda dan Ayahnda penulis yang dengan kasih sayangnya yang tulus ikhlas dan tak putus selalu memberikan do a, semangat, dan dukungannya. 9. Kakak-kakakku; Mbak Parti dan Mas Silo yang senantiasa memberikan keceriaan dalam menjalani hidup. 10. Suami tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, motivasi, dukungan, dan bantuan yang tiada tara. 11. Seluruh teman-teman STAIN Salatiga Jurusan Syariah Program studi D III Perbankan Syariah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga telah banyak membantu. 12. Jeng Yani yang selalu menemaniku kemana-mana serta menjadi teman makan sekaligus curhat saat di BMT Berkah Makmur. 13. Segenap pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya penulisan Tugas Akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. viii

9 Penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, sehingga masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan supaya menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap bahwa hasil penulisan Tugas Akhir ini akan bermanfaat bagi pembaca semua terutama akan dapat membantu meningkatkan kinerja lembaga dimana penulis melakukan magang. Amien. Wassalaamualaikum wr.wb Salatiga, Agustus 2011 Penulis ix

10 ABSTRAK Wahyuni, Fitri Sri Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Berkah Makmur Tahun Tugas Akhir. Jurusan Syariah. Progam Studi Diploma III Perbankan Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Abdul Aziz NP, S.Ag.,MM. Kata kunci: Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Berkah Makmur Tahun Tujuan penelitian ini adalah upaya untuk mengetahui sistem dan prosedur pemberian pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada Tahun Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah (1) Bagaimanakah sistem dan prosedur pemberian pembiayaan di BMT Berkah Makmur? dan (2) Bagaimana perkembangan pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada Tahun 2010? Penelitian ini menunjukkan bahwa nasabah BMT Berkah Makmur menggunakan akad mudharabah dan bai bitsaman ajil dalam melaksanakan pembiayaan. Akad tersebut bisa dilakukan apabila pembiayaan digunakan untuk sektor usaha, bukan untuk keperluan yang bersifat konsumtif. Kondisi ini berdampak pada peningkatan loyalitas para nasabah yang umumnya berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha kecil terhadap pembiayaan di BMT Berkah Makmur. Pembiayaan di BMT Berkah Makmur telah sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh BMT Berkah Makmur. Kebanyakan nasabah yang melakukan pembiayaan kurang amanah dalam menggunakan pinjaman dana yang diajukan sesuai saat terjadinya akad. x

11 DAFTAR ISI Hal. HALAMAN JUDUL.. PERSETUJUAN PEMBIMBING.. HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN MOTTO. PERSEMBAHAN.. KATA PENGANTAR.. ABSTRAK. DAFTAR ISI.. DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.... i ii iii iv v vi vii x xi xiv xv xvi BAB I PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah. 5 C. Tujuan dan Kegunaan 5 D. Metode Penulisan.. 6 E. Sistematika Penulisan 8 xi

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA. 9 A. Telaah pustaka B. Kerangka Teoritik.. 11 BAB III LAPORAN OBYEK.. 30 A. Gambaran Umum B. Data Data Deskriptif BAB IV ANALISA 57 A. Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan. 57 B. Kelebihan dan Kekurangan Prosedur Pembiayaan. 62 C. Perhitungan Angsuran BMT Berkah Makmur 63 D. Perkembangan Angsuran Pembiayaan.. 64 E. Perkembangan Nasabah Pembiayaan 65 F. Perkembangan Pembiayaan khusus Pengusaha Kecil.. 81 G. Mengatasi Kredit Bermasalah H. Manfaat Pembiayaan 86 I. Dampak Pembiayaan 87 BAB V PENUTUP. 88 A. Kesimpulan. 88 B. Saran 89 xii

13 DAFTAR PUSTAKA. 90 DAFTAR INFORMAN 91 DAFTAR RIWAYAT HIDUP. 93 LAMPIRAN. 94 xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Hal. Pembimbing dan asisten pembimbing Tugas akhir Akta pendirian koperasi Berkah Makmur. 95 Anggaran Dasar Koperasi Berkah Makmur Produk-produk BMT Berkah Makmur Surat permohonan pembiayaan Surat persetujuan permohonan pembiayaan (SPPP) Form persetujuan pembiayaan Lembar check list BPKB Formulir permohonan pembukaan simpanan pokok anggota Slip angsuran. 126 Slip penyetoran Slip penarikan. 128 Foto BMT xiv

15 DAFTAR TABEL Hal. Tabel 3.1 Jumlah aset di BMT Berkah Makmur. 54 Tabel 3.2 Angsuran pembiayaan pada Tahun Tabel 3.3 Angsuran pembiayaan pada Tahun Tabel 4.1 Data jumlah nasabah yang terealisasi pembiayaan. 65 Tabel 4.2 Data jumlah nasabah yang terealisasi pembiayaan Tahun Tabel 4.3 Data nasabah Tahun Tabel 4.4 Jumlah realisasi pembiayaan Tahun Tabel 4.5 Penggolongan nasabah pada jumlah realisasi Tahun Tabel 4.6 Penggolongan nasabah menurut waktu jatuh tempo Tahun xv

16 DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 3.1 Skema Pembiayaan Mudharabah 48 Gambar 3.2 Skema Pembiayaan Musyarakah 49 Gambar 3.3 Skema Pembiayaan Ijarah Gambar 3.4 Skema Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil 51 Gambar 3.5 Skema Pembiayaan Murabahah Gambar 3.6 Skema Pembiayaan Qord. 53 xvi

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari ah), menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan fakir miskin. Konsep BMT sebenarnya sudah ada sejak zaman Rosulullah SAW yang dikenal dengan nama bait al-maal dan berfungsi sebagai pengelola dana amanah dan harta rampasan perang (ghonimah) pada masa awal islam yang diberikan kepada yang berhak dengan pertimbangan kemaslahatan umat. Secara kongkrit kelembagaan Baitul Maal baru dilakukan pada masa Umar Bin Khatab ketika kebijakan pendistribusian dana yang terkumpul mengalami perubahan. Lembaga Baitul Maal itu berpusat di ibu kota Madinah dan memiliki cabang di propinsi-propinsi wilayah islam. Sejarah munculnya BMT di Indonesia sendiri dimulai Tahun 1984 yang dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari ah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih diberdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindak lanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). BMT secara resmi sebagai lembaga keuangan syari ah dimulai dengan disahkannya UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang 1

18 2 mencantumkan kebebasan penentuan imbalan dan sistem keuangan bagi hasil, juga dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 1992 yang memberikan batasan tegas bahwa bank diperbolehkan melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip bagi hasil. Maka mulailah bermunculan perbankan yang menggunakan sistem syari ah, seperti Bank Muamalat Indonesia (BMI), BNI Syari ah, BPRS, dan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Munculnya BMT sebagai lembaga mikro keuangan islam yang bergerak pada sektor riil masyarakat bawah dan menengah adalah sejalan dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI). BMI sendiri secara operasional tidak dapat menyentuh kalangan masyarakat kecil ini, maka BMT menjadi salah satu Lembaga Mikro Keuangan Islam yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Arsyad dalam bukunya, Lembaga Keuangan Mikro Institusi Kinerja dan Sustanabilitas, 2008 menjelaskan bahwa sektor ekonomi mikro mempunyai ketahanan yang kuat dalam krisis tetapi diimbangi dengan adanya dukungan dalam hal permodalan, melalui Lembaga Keuangan Mikro yang disingkat LKM baik yang dibentuk pemerintah atau swasta. Tujuan LKM sebagai organisasi pembangunan adalah untuk melayani kebutuhan finansial dari pasar yang tidak terlayani. 1 Lubis, S dalam bukunya, Hukum Ekonomi Islam, 2004 menjelaskan bahwa koperasi merupakan satu bentuk dari LKM yang berasas kekeluargaan. Modal usaha koperasi didapatkan dari uang simpanan pokok, 1 Lincolin Arsyad, Lembaga Keuangan Mikro Institusi Kinerja dan Sustanabilitas, CV. Andi Offset, 2008, Hlm 1

19 3 simpanan wajib, simpanan sukarela, pinjaman, pengumpulan hasil usaha, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat gerak koperasi. Setiap tahun tutup buku koperasi harus ada laporan secara tertulis oleh pengurus laporan keuangan menyangkut kerugian atau keuntungan. 2 Salah satu koperasi yang berasas kekeluargaan dan berdasarkan syari ah adalah baitul maal wa tamwil pada umumnya disingkat BMT. Koperasi yang berdasarkan prinsip syari ah sangat diperlukan masyarakat khususnya kaum muslim. Kegiatan utama dari BMT adalah mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan BMT adalah dengan pemberian pembiayaan kepada nasabah yang kekurangan modal. Aktivitas yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen dana BMT adalah pelemparan dana atau pembiayaan yang sering juga disebut dengan lending financing. Istilah ini dalam keuangan konvensional dikenal dengan sebutan kredit. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. 3 Berdasarkan UU No 7 Tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil. Sedangkan menurut PP No 9 Tahun 1995 Tentang 2 Suhrawati Lubis, Hukum Ekonomi Islam, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2004 ) hal Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwill, ( Yogyakarta : UII Press, 2004 ) hal. 163.

20 4 pelaksanaan simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan disertai pembayaran sejumlah imbalan. 4 Agar pemberian pembiayaan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan, maka dibuatlah prosedur yang mudah dan tidak berbelit-belit. Sebelum nasabah mengajukan permohonan pembiayaan, nasabah harus mengetahui sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh BMT. Setiap BMT sesekali tentu akan menjumpai pinjaman yang membawa resiko besar daripada yang diperkirakan saat memberikan persetujuan permohonan pembiayaan, misalnya angsuran pembiayaan mengalami kemacetan, sehingga hal itu dapat merugikan pihak BMT. Dalam penerapan pembiayaan berprinsip bagi hasil disuatu BMT itu biasanya masih mengalami berbagai kendala. Kendala tersebut bisa berasal dari nasabah sendiri, misalnya masalah kejujuran. Kejujuran merupakan faktor yang penting dalam melakukan pembiayaan. Untuk itu pihak BMT harus jeli sebelum memberikan realisasi pembiayaan kepada setiap nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan. Dengan melihat uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan analisa mengenai sistem dan prosedur pemberian pembiayaan, kelebihan dan kekurangan prosedur pembiayaan, perhitungan angsuran, 4 Ibid, hal. 164.

21 5 perkembangan angsuran pembiayaan, perkembangan nasabah pembiayaan, perkembangan pembiayaan khusus untuk pengusaha kecil, mengatasi kredit bermasalah, manfaat pembiayaan, serta dampak pembiayaan. Disini penulis menjadikan BMT Berkah Makmur sebagai obyek dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitiannya pada Tahun Permasalahan tersebut di atas belum pernah dibahas oleh orang lain dan cukup menarik untuk dianalisa dan diteliti. Penelitian tersebut dilakukan untuk memperlancar dalam penulisan Tugas Akhir. Sesuai dengan masalah yang akan dibahas, maka penulis mengambil Judul Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Berkah Makmur Tahun 2010 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas dapat diajukan beberapa rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem dan prosedur pemberian pembiayaan di BMT Berkah Makmur? 2. Bagaimana perkembangan pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada Tahun 2010?

22 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Tujuan penulisan ini mencakup beberapa hal sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sistem dan prosedur pemberian pembiayaan di BMT Berkah Makmur. 2. Untuk mengetahui perkembangan pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada Tahun Kegunaan penulisan ini mencakup beberapa hal yang meliputi : 1. Memberikan informasi pada pembaca mengenai sistem dan prosedur pemberian pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada Tahun Memberikan informasi pada pembaca mengenai perkembangan pembiayaan di BMT Berkah Makmur pada Tahun D. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan proses penemuan kebenaran yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan yang sistematis dan berencana dengan dilandasi metode ilmiah. Penjabaran yang sistematis akan menjadikan Tugas Akhir ini memiliki kualitas dan mutu yang berbobot. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menggunakan beberapa metode yaitu : 1. Tepi penelitian Penelitian dilakukan secara intensif dan terperinci. Perlu diketahui bahwa idealnya seseorang melakukan penelitian ilmiah adalah untuk memperoleh suatu interpelasi yang sistematik dari faktor-faktor yang

23 7 menunjang. Dengan penelitian diharapkan bisa diketahui prosedur yang telah diterapkan oleh BMT Berkah Makmur. 2. Jenis-jenis data a. Data primer Data primer diperoleh langsung dari perusahaan. Sedangkan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : Data register nasabah. Data perkembangan pembiayaan dan angsuran. Data laporan keuangan. b. Data sekunder Data sekunder merupakan data untuk melengkapi data pokok yang diperoleh dari perpustakaan BMT meliputi : 1. Sejarah dan perkembangan BMT Berkah Makmur. 2. Jenis-jenis produk. 3. Struktur organisasi. 4. Pelayanan pembiayaan. 3. Interview (wawancara) Wawancara dilakukan secara langsung dengan karyawan dan pimpinan perusahaan. Teknik pengumpulan data ini digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan.

24 8 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari 5 BAB yaitu : BAB I : PENDAHULUAN Terdiri dari Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan kegunaan penulisan, Metode penelitian, serta Sistematika penulisan. BAB II :KAJIAN PUSTAKA Terdiri dari Telaah Pustaka dan Kerangka Teoritik. BAB III : LAPORAN OBYEK Terdiri dari Gambaran umum serta Data-data deskriptif. BAB IV : ANALISA Terdiri dari Sistem dan prosedur pembiayaan di BMT Berkah Makmur, Kelebihan dan kekurangan prosedur pembiayaan di BMT Berkah Makmur, Perhitungan angsuran BMT Berkah Makmur, Perkembangan angsuran pembiayaan, Perkembangan nasabah pembiayaan, Perkembangan pembiayaan khusus untuk pengusaha kecil, Mengatasi kredit bermasalah, Manfaat pembiayaan, serta Dampak pembiayaan. BAB V : PENUTUP Terdiri dari kesimpulan dan saran.

25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka Penelitian tentang Bank Syariah telah demikian banyak dilakukan. Penelitian tentang Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Berkah Makmur belum pernah dilakukan dan penelitian ini menarik untuk dilakukan. Penelitian yang terkait dengan tema tersebut diuraikan dalam teoriteori atau penjelasan di bawah ini. Drs Muhammad dalam bukunya, Manajemen Bank Syariah, 2002 secara terperinci membahas tentang pengertian pembiayaan secara luas dan sempit. Secara luas, pembiayaan berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai unuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah. 5 Menurut Jhonson, pembiayaan adalah kemampuan untuk memperoleh barang-barang atau jasa dengan memberikan janji akan membayarkan sejumlah uang seketika diminta pembayarannya atau pada suatu hari tertentu dikemudian hari. 6 Mac Leod menyimpulkan bahwa pembiayaan (kredit) adalah reputasi pribadi seseorang yang menyebabkan ia dapat 5 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, ( Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2002 ), hal R. Latumaerissa, Julius, Mengenai Aspek-Aspek Operasi Bank Umum, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1999 ), hal

26 10 membeli uang atau barang atau tenaga kerja dengan memberi pengganti suatu janji untuk membayarkan pada suatu waktu dikemudian hari. 7 Menurut M. Syafi i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. 8 Pembiayaan adalah suatu fasilitasi yang diberikan bank syariah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank syariah dari masyarakat yang surplus dana. 9 Penelitian yang lain menyebutkan peran lembaga keuangan bank dan non bank. Dalam pembiayaan komoditas terpilih UMKM dari tiga sektor penyumbang PDRB terbesar di Jawa Tengah yang dilakukan oleh Bank Indonesia Semarang bekerjasama dengan Center for Micro and Small Enterprise Dynamics (CEMSED) Fakultas Ekonomi UKSW Salatiga menemukan bahwa lembaga keuangan bank semakin mendapat tempat dihati masyarakat. Lembaga keuangan bank menjadi sumber pembiayaan prioritas yang dipilih oleh 418 (43,36%) dari 964 responden untuk pengajuan pinjaman diwaktu yang akan datang. Hal ini ditemui pada semua sektor baik pertanian, industri, maupun perdagangan. Prioritas selanjutnya adalah lembaga keuangan informal dan sumber dana institusi seperti BUMN. Hal ini dapat dimengerti karena sumber dana informal dinilai mempunyai prosedur yang lebih mudah dan sifatnya tidak mengikat. 7 Ibid. 8 Http: // pandidikan. blogspot. com / 2011 / 03/ pengertian - kredit - dan - pembiayaan. html 9 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, ( Yogyakarta : UII Press, 2001 ), hal. 10.

27 11 Sementara itu, sebagian besar responden (41%) menginginkan adanya kegiatan pendampingan usaha oleh pihak lembaga keuangan. Kebutuhan untuk mendapat pendampingan paling banyak muncul pada sektor industri, disusul sektor pertanian. Sebagian besar responden yang membutuhkan pendampingan berharap konsultasi kewirausahaan merupakan bentuk pendampingan yang dapat mereka peroleh dari pihak pendamping terlebih pada sektor industri dan pada sektor pertanian, konsultasi teknik produksi merupakan bentuk pendampingan yang paling diharapkan. Berdasarkan uraian-uraian tersebut nampak bahwa penelitian tentang Sistem dan Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Berkah Makmur belum pernah dilakukan sehingga penting untuk dilakukan. B. Kerangka Teoretik Pembiayaan adalah bentuk kata lain dari kredit. Secara etimologi istilah kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti kepercayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kredit adalah pinjaman sampai batas tertentu, jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. Sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Sedangkan prosedur merupakan serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang harus dijalankan dengan baik dan benar sesuai aturan. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan dana atau uang yang

28 12 dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Menurut Arifin Zainul dalam bukunya, Memahami Bank Syari ah, 2003 menjelaskan bahwa pemberdayaan dan keberpihakan pemerintah terhadap koperasi, usaha kecil dan menengah masih kecil kepada sumbersumber pendanaan, sehingga kuantitas dan kualitas penyaluran pembiayaan pada usaha kecil belum dapat dilaksanakan secara optimal. Permasalahan yang mendasar dalam penyaluran pembiayaan kepada usaha kecil selain aspek permodalan adalah kurangnya jiwa kewirausahaan, terbelakang teknis produksi, serta lemahnya kemampuan dan pemasaran. Oleh karena itu pola pembinaan, pengawasan, dan pendampingan secara teknis harus selalu dilaksanakan dalam setiap aktivitas penyaluran pembiayaan Macam-Macam Pembiayaan Produk-produk pembiayaan dalam penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari nasabah atau masyarakat. Lembaga keuangan syariah menawarkan beberapa produk perbankan yang meliputi : Prinsip Jual Beli (Ba i) Tiga jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syari ah yaitu : 10 Arifin Zainul, Memahami Bank Syari ah, (Jakarta : Alvabet, 2003 ) hal

29 13 a. Bai Al-Murabahah Murabahah (al-ba i bitsaman ajil) lebih dikenal sebagai Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan). Ba i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, Murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh / cicil. Bai al-murabahah dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha. Syarat Bai al-murabahah a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

30 14 Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d) atau (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan : a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual c. Membatalkan kontrak Skema Bai Al-Murabahah 1. Negosiasi dan Persyaratan 2. Akad Jual Beli 3. Beli Barang 4. Kirim Barang dan dokumen 5. Terima 6. Bayar b. Pembiayaan Salam Bai As-Salam berarti pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan jangka waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. Rukun Bai As-Salam: a. Muslam (Pembeli) b. Muslam ilai (penjual) c. Modal atau uang

31 15 d. Muslam fiih (barang) e. Sighat atau ucapan Syarat Bai as-salam: a. Berkaitan dengan modal transaksi bai as-salam, maka modal transaksinya harus diketahui dan berbentuk uang tunai serta pembayaran salam harus dilakukan di tempat kontrak. b. Berkaitan dengan barang, maka barang - Harus spesifik dan dapat diakui sebagai utang. - Harus bisa diidentifikasi secara jelas. - Kebanyakan ulama mensyaratkan penyerahan barang dilakukan dikemudian hari, namun mazhab Syafi i membolehkan penyerahan barang segera. - Dibolehkan menentukan tanggal waktu dimasa datang untuk penyerahan barangnya. - Tempat penyerahan barang harus disepakati pihak-pihak yang berakad. - Tidak dibolehkan mengganti barang dengan barang lain yang berbeda. Tetapi jika barang tersebut diganti dengan barang lain yang memiliki spesifikasi dan kualitas yang sama, hal tersebut dibolehkan Ketentuan umum Salam - Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas, seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya.

32 16 Misalnya jual beli 1 ton cabe merah keriting dengan harga Rp /kg, akan diserahkan pada panen dua bulan mendatang. - Apabila hasil produksi yang diterima ternyata tidak sesuai dengan akad maka nasabah (produsen) harus bertanggung jawab, dengan cara antara lain mengembalikan dana yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan. - Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua). Mekanisme seperti ini disebut dengan salam paralel. c. Pembiayaan Istishna Transaksi bai al-istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Lalu pembuat barang berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Menurut jumhur fuqaha, merupakan suatu jenis khusus dari akad bai as-salam. Dengan demikian, ketentuan bai al-istishna mengikuti ketentuan dan aturan bai as-salam. Istishna dalam Bank Syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

33 17 Ketentuan Umum Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlah. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad Istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah. 2. Prinsip Sewa 1. Al- Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Transaksi Ijaroh dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip Ijaroh sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada Ijaroh objek transaksinya adalah jasa. 2. Al-ijarah Muntahiya Biltamlik/wa Iqtina Adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa

34 18 Skema al-ijarah Pada akhir masa sewa, bank dapat menjual barang yang disewakannya pada nasabah. Karena itu dalam perbankan Syariah dikenal Ijaroh Muntahhiyah Bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. 3. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu : Produk pembiayaan yang didasarkan prinsip bagi hasil diantaranya adalah a. Pembiayaan Musyarakah Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal atau expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah Musyarakah (Syirkah atau Syarikah atau serikat atau kongsi). Transaksi Musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama.

35 19 Jenis-Jenis Al-Musyarakah: i. Musyarakah pemilikan. Tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. ii. Musyarakah akad, tercipta dengan adanya kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Syirkah akad dibagi menjadi: - Syirkah al- Inan - Syirkah Muwafadhah - Syirkah A maal - Syirkah Wujuh - Syirkah al-mudharabah Ketentuan umum - Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek Musyarakah dan dikelola bersama-sama. - Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. - Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh melakukan tindakan seperti : Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.

36 20 Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal lainnya. Memberi pinjaman kepada pihak lain. - Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak lain. - Setiap pemilik modal dapat dianggap mengakhiri kerjasama apabila; Menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, atau menjadi tidak cakap hukum - Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal. - Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. b. Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Rukun Mudharabah: a. Ada shahibul maal (modal/nasabah) b. Adanya mudharib (pengusaha/bank) c. Adanya amal (usaha/pekerjaan)

37 21 d. Adanya hasil (bagi hasil/keuntungan) dana. e. Adanya aqad (ijab-qabul) Syarat-syarat mudharabah : a. Modal / barang yang diserahkan ini berbentuk uang tunai. b. Modal harus diketahui dengan jelas. c. Keuntungannya harus jelas persentasenya. d. Melafazkan ijab dari pemilik modal. Jenis-jenis Mudharabah: a. Mudharabah Muthlaqah yakni kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas tanpa dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. b. Mudharabah Muqayyadah yakni kerja sama antara shahibul maal dan mudharib dimana terdapat pembatasan atas jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Ketentuan umum : Jumlah modal yang diserahkan kepada Mudharib harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang. Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan Mudharabah dapat diperhitungkan dengan dua cara : 1. Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing). 2. Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing). Hasil usaha dibagi dalam prosentase yang disetujui dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang disepakati.

38 22 Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan nasabah namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan / usaha nasabah. 4. Prinsip Jasa Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah ta awuni atau tabarru i yakni akad yang tujuannya tolong menolong dalam hal kebaikan. Berbagai perkembangan dari akad ta awuni meliputi: Al Wakalah, Al Kafalah, Al Qord, Al Hawalah, Ar Rahn. 13 a) Al Wakalah Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, maupun pemberian mandat atau amanah. Dalam kontrak BMT, al wakalah berarti BMT menerima amanah dari investor yang akan menanamkan modalnya kepada nasabah. b) Al Kafalah Kafalah berarti jaminan yang diberikan oleh penenggung kepada pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak yang ditanggung. Dari pengertian ini, kafalah berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin kepada orang lain yang menjamin. 13 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, ( Yogyakarta : UII Press, 2004 ) hal. 171.

39 23 c) Al Qord Al Qord adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali. Dengan kata lain al qord adalah pemberian pinjaman tanpa mengharap imbalan tertentu. d) Al Hawalah Al Hawalah atau Hiwalah berarti pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada si penanggung. e) Ar Rahn (gadai) Ar Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterimanya. Tentu saja yang ditahan adalah barang-barang yang memiliki nilai ekonomis sesuai dengan standar yang ditetapkan. 2. Unsur-Unsur Kredit atau Pembiayaan Menurut Kasmir (2004:74) yang menyampaikan lima unsur kredit atau pembiayaan yaitu kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, resiko, dan balas jasa. 14 a. Kepercayaan Kepercayaan yaitu suatu keyakinan pemberian kredit atau pembiayaan bank bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, karena sebelum dana dikucurkan sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang 14 Kasmir, Manajemen Perbankan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004 ) hal. 74.

40 24 mendalam tentang nasabah. Penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang disalurkan. b. Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu bank dan nasabah. c. Jangka Waktu Setiap waktu yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu. d. Resiko Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu, resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengambilan (jangka waktu). Semakin

41 25 panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar resikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja maupun resiko yang tidak disengaja. e. Balas Jasa Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank, bank mengharap suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syari ah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. 3. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit atau Pembiayaan Menurut Kasmir, prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5 C dan analisis 7P. 15 a. Character Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi, seperti : cara 15 Kasmir, Manajemen Perbankan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004 ) hal. 91.

42 26 hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi, dan social standing. Maksud dari social standing adalah kedudukan sosial disuatu daerah misalnya seorang pemuka agama pasti mempunyai pengaruh yang besar di dalam masyarakat. Character merupakan ukuran untuk melihat kemauan nasabah untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara. b. Capacity Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit, maka penting untuk melihat kemampuan peminjam untuk mengelola bisnis serta kemampuan mencari laba. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka kemampuan untuk membayar kredit semakin baik. c. Capital Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membayar usaha 100% artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. Dengan kata lain capital untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. d. Collateral Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik misalnya sertifikat tanah dan BPKB

43 27 kendaraan motor maupun non fisik misalnya kepercayaan, tanggung jawab, dan kejujuran. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian. e. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu. Contoh : Bila bahan bakar minyak dinaikkan oleh pemerintah maka industri otomotif akan lesu. Perbankan sebaiknya berhatihati dalam memberikan kredit yang menyangkut industri otomotif. Bila perlu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang. Penilaian dengan 7 P adalah sebagai berikut : a. Personality Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi tingkah laku, dan

44 28 tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama dengan character dari 5 C. b. Party Party yaitu mengklasifikasi nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Kredit untuk pengusaha lemah sangat berbeda dengan kredit usaha yang kuat modalnya, baik dari segi jumlah, bunga, dan persyaratan lainnya. c. Purpose Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah untuk tujuan konsumtif atau tujuan produktif atau untuk tujuan perdagangan. d. Prospect Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospect atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospect, bukan hanya bank yang rugi tetapi juga nasabah.

45 29 e. Payment Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengambilan kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka semakin baik, sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. f. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank. g. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

46 BAB III LAPORAN OBYEK A. Gambaran Umum 1. Sejarah Berdirinya BMT Berkah Makmur BMT Berkah Makmur adalah salah satu unit usaha dari Koperasi Berkah Makmur Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. BMT Berkah Makmur mempunyai Badan Hukum dengan Nomor 013/BH/KWK.11-1/X/1998 tanggal 2 Oktober BMT Berkah Makmur juga memiliki beberapa usaha. Usaha yang dilakukan oleh BMT Berkah Makmur dari tahun ketahun semakin meningkat, maka anggota koperasi berkeinginan untuk mengembangkan usaha baru yaitu unit simpan pinjam. Tujuan simpan pinjam tersebut digunakan untuk memberikan kemudahan kepada anggota dalam mengembangkan usahanya khususnya yang berkaitan dengan permodalan. Berdasarkan keinginan tersebut maka pengurus koperasi mengajukan permohonan untuk unit usaha simpan pinjam yang kemudian mendapat ijin dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dengan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Koperasi dengan nomor Tanggal 9 September Mengingat kondisi permodalan yang dibutuhkan sangat besar dan perencanaan yang matang serta unit simpan pinjam ini merupakan unit baru yang dijadikan andalan dari unit-unit usaha yang lain, maka setelah 30

47 31 persiapan dirasa cukup baik dari sisi teknis, manajemen dan sumber daya manusianya, maka diresmikanlah unit simpan pinjam oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Semarang dengan nama BMT Berkah Makmur, yang dalam prinsip usahanya menggunakan sistem syariah, tepatnya pada tanggal 11 Januari Unit simpan pinjam syariah dimulai sejak tanggal 11 Januari 2006, yang dinamakan dengan Unit Jasa Keuangan Syariah BMT Berkah Makmur dengan modal awal 15 juta rupiah. Pada akhir periode 2006, modalnya berkembang menjadi kurang lebih 90 juta rupiah dan total aset yang dimiliki BMT Berkah Makmur pada periode tersebut sebanyak 191 juta rupiah. Pada tutup buku tahun 2010, modalnya mencapai 315 juta rupiah dengan total aset lebih dari 1 milyar rupiah. 16 Sumber dana BMT Berkah Makmur sementara ini berasal dari modal Koperasi Berkah Makmur, modal dari anggota koperasi berupa penanaman saham, bantuan dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Semarang, simpanan anggota koperasi berupa simpanan wajib. Dana yang ada disalurkan untuk pembiayaan usaha-usaha yang produktif di sekitar BMT Berkah Makmur baik anggota maupun calon anggota, yaitu usaha pertukangan, peternakan, pertanian, dan warung. 16 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan BMT Berkah Makmur

48 32 2. Obyek Tempat Praktek Lokasi BMT Berkah Makmur terletak di Dusun Ngangrung, Desa Klero, Kecamatan Tengaran tepatnya di Jalan Raya Salatiga Solo Km. 10 Klero. Lokasi BMT Berkah Makmur sangat strategis, karena terletek di pinggir jalan raya dan dekat dengan pusat keramaian. Letak BMT Berkah Makmur sangat mudah dijangkau dengan sarana transportasi dari berbagai jurusan, baik dari Kota Salatiga maupun Kabupaten Boyolali. Letak BMT Berkah Makmur dekat dengan aktivitas masyarakat, yaitu pasar tengaran, pabrik rindang, PT MAS, dan kompleks indomart. 3. Visi dan Misi BMT Berkah Makmur 17 Visi BMT Berkah Makmur Menjadikan lembaga bisnis keuangan syariah yang mandiri dan profesional dalam menyelenggarakan layanan pembiayaan dan manajemen kewirausahaan serta memberikan manfaat kepada anggota, calon anggota dan masyarakat pada umumnya. Misi BMT Berkah Makmur Memberikan layanan bisnis kepada anggota dan menciptakan sinergi bisnis yang positif. Berperan serta dalam meningkatkan taraf hidup perekonomian umat islam. 17 Sumber : BMT Berkah Makmur

49 33 Memberikan kontribusi yang layak pada manajemen, dan seluruh karyawan. Berperan serta dalam gerakan merubah dari ekonomi ribawi ke ekonomi syariah. 4. Struktur Organisasi Suatu kegiatan usaha agar berjalan sesuai dengan tujuan suatu lembaga atau perusahaan, maka diperlukan adanya struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi yang ditentukan dengan baik juga harus didukung dengan moral karyawan untuk membentuk kerja yang loyal dan harmonis. Struktur organisasi menunjukkan susunan dan kerangka pola tetap hubungan diantara fungsi, bagian-bagian dan menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda dalam organisasi. Dalam menentukan bentuk struktur organisasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan pertumbuhan lembaga atau perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan yang ada dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Adapun struktur organisasi BMT Berkah Makmur sebagai berikut : BADAN PENGAWAS SYARIAH Ketua Anggota : H.M.zaenal : Amir cholis Handono,M.Ag

50 34 BADAN PENGURUS Ketua Sekretaris Bendahara : Joko Triyono : Joko Jafar : Joko Agus Saputro,S.Pd SEKSI-SEKSI Unit Kemitraan Unit Saprodi Unit Waserda : Drs.H.Eko Yudiyanto : Sri Partini,S.Pt : Sri Wahyuni Unit Jasa Keuangan Syariah : Sunaryo,S.Pd BADAN PENGELOLA Manager Accounting (pembukuan) : Muhammad Nafis Kamal,S.Ag : Sri Lestari SE Kabag. Dana dan Marketting : Sutardjo Marketting Teller Bagian Pembiayaan : Haryati, Andi Fitriyanto,A.Md : Darsini,A.Md : Rochmani,S.Si 5. Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian 1. Ketua Tugas-tugas ketua BMT : a. Menyelenggarakan RAT. b. Menyusun atau merumuskan kebijakan umum untuk mendapatkan persetujuan rapat anggota. c. Mengevaluasi kegiatan BMT.

51 35 d. Mensosialisasiakan BMT. e. Menyelenggarakan rapat pengurus. f. Evaluasi bulanan dan perkembangan BMT. g. Menentukan dan membuat kebijakan strategi BMT bersama pengelola. h. Menandatangani dokumen dan surat yang berhubungan dengan lembaga lain. Wewenang ketua BMT : a. Mengangkat dan memberhentikan Manajer BMT. b. Menyetujui atau menolak : 1. Pembiayaan yang nilainya di atas wewenang manajer. 2. Kebijakan baru BMT dengan pertimbangan dari pengurus yang lain. 3. Kerjasama dengan pihak lain yang diusulkan pengurus yang lain. 4. Anggaran yang diajukan manajer dengan pertimbangan bendahara. c. Mengesahkan laporan bulanan yang diajukan manajer. d. Mendelegasikan tugas dan wewenang kepada petugas yang ditunjuk jika berhalangan. e. Memilih dan memutuskan Kantor Akuntan Publik yang ditugaskan untuk mengaudit laporan pengelola (bersama Manajer).

52 36 2. Sekretaris Tugas-tugas sekretaris BMT : a. Mengagendakan acara pada kegiatan, rapat pengurus, rapat anggota dan pertemuan pengurus dengan pengelola. b. Kunjungan pengurus ke instansi atau lembaga. c. Menyusun konsep surat-surat keluar dan kedalam dari pengurus. d. Menerima dan melayani tamu yang berhubungan dengan ketua pengurus BMT. e. Menyampaikan amanat dari ketua dalam pertemuan apabila ketua berhalangan hadir. f. Menyerap dan menyampaikan aspirasi anggota koperasi. g. Menerima masukan (saran dan kritik) yang diajukan oleh para pengelola kepada pengurus. h. Menyusun konsep kebijakan (policy) pengurus atas BMT. Wewenang sekretaris BMT : a. Memberi pertimbangan kepada ketua mengenai masalah legalitas hukum dan protokoler. b. Meminta laporan bulanan, kuartal, semester, dan tahunan yang belum diaudit yang diajukan manajer. c. Mencari masukan dan aspirasi dari anggota yang lain yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi BMT.

53 37 3. Bendahara Tugas-tugas bendahara BMT : a. Menelaah anggaran yang diajukan oleh manajer yang nantinya akan dibahas dalam RAT. b. Memberikan masukan atau saran atas anggaran yang diajukan manajer. c. Menyusun anggaran kompensasi dan keperluan lain yang dibutuhkan pengurus. d. Memberikan konsep kebijakan bagi hasil yang diperoleh pemegang investasi bersama manajer. e. Memeriksa laporan keuangan yang sudah diaudit. Wewenang bendahara BMT : a. Memberikan pendapat kepada ketua mengenai aspek keuangan terhadap usulan pembukaan cabang, kerjasama (misalnya pembentukan afilitasi) atau unit usaha baru. b. Meminta manajer untuk mengoreksi anggaran yang diajukan. c. Meminta manajer untuk menjelaskan dampak keuangan yang ada dari aktivitas yang akan diajukan pengelola. d. Meminta akuntan publik untuk memberikan masukan aspek keuangan BMT.

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah bentuk kata lain dari kredit. Secara etimologi istilah kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti kepercayaan. Dalam Kamus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa tinjauan pustaka terdahulu yang berhubungan dengan sistem screening nasabah pembiayaan yaitu Skripsi oleh Maulana Syam Idris

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perbankan melayani kebutuhan pembiayaan dan memperlancar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian 16 1 BAB I BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnyayang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah menelan korban membawa musibah besar dalam perekonomian nasional. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT), BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin 45 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Penyajian Data 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia Syariah Kantor Cabang Banjarmasin Akad musyārakah ada beberapa prosedur yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perusahaan yang bergerak di dunia bisnis memiliki berbagai macam produk yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Tujuan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perbankan syariah pada saat ini merupakan isu yang hangat dan banyak dibicarakan baik oleh praktisi perbankan syariah dan para ahlinya maupun para pakar

Lebih terperinci

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga 2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga dan bagi hasil sangatlah berbeda. 3) Untuk mengetahui tingkat kejujuran para anggota mengenai

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran 32 BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN A. Profil BMT Fajar Mulia Ungaran 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran Gagasan untuk mendirikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic Banking. Peristilahan dengan menggunakan kata Islamic tidak dapat dilepaskan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana

Lebih terperinci

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.76 Juli 2017 STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya lembaga keuangan di Indonesia ditandai dengan munculnya Perbankan Syariah. Dengan disetujuinya UU No. 21 Tahun 2008 dalam undang-undang tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan utama lembaga keuangan adalah menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit (Konvensional) atau pembiayaan (Syariah) kepada masyarakat yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Hal tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat meneruskan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, manusia secara naluri adalah makhluk yang senantiasa bergantung dan terikat serta saling membutuhkan kepada yang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Oleh karena itu bank dapat dikatakan sebagai baromer

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Oleh karena itu bank dapat dikatakan sebagai baromer 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang berperan besar dalam penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali pada masyarakat. Oleh karena itu bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemiskinan hingga saat ini masih menjadi problem yang terjadi bangsa indonesia. Kemiskinan biasanya diukur dengan pendapatnya. Kemiskinan pada dasarnya dapat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM DAN NAMA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH (PD. BPR SYARIAH) KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bermuamalah dari zaman ke zaman semakin bervariasi karena adanya kebutuhan yang memaksakan manusia untuk melakukan hal tersebut. Salah satu kegiatan transaksi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan lembaga yang kegiatan usahanya di bidang keuangan yang didasarkan pada syariah atau hukum Islam, seperti perbankan,

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008 PERBANKAN SYARIAH Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi Bengkulu, 13 Februari 2008 1 Bank Syariah BANK yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, serta tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat yang tidak mengerti apa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pemerintah mendorong masyarakat bersaing di sektor riil, memacu masyarakat untuk aktif dalam memajukan sektor riil. Masyarakat berlomba-lomba agar mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan. Maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti mereka

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA TENTANG BANK. menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA TENTANG BANK. menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang BAB III TINJAUAN PUSTAKA TENTANG BANK A. Pengertian Bank Kata bank dapat kita telusuri dari kata banque dalam bahasa prancis, dan dari banco dalam bahasa Italia, yang dapat berarti peti/lemari atau bangku.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Analisis Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari Bank Konvensional dan Syariah Arum H. Primandari UU No. 10 tahun 1998: Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

ANALISIS METODE PENGHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK JATENG SYARIAH SKRIPSI

ANALISIS METODE PENGHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK JATENG SYARIAH SKRIPSI ANALISIS METODE PENGHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK JATENG SYARIAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Ekonomi Islam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro

Lebih terperinci

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PAPER KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT Disusun oleh: Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. NIP. 19570214 199302 2 001 Merupakan Bahan untuk Penyuluhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BMT Walisongo Mijen Semarang dilandasi dengan prinsip kehati-hatian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BMT Walisongo Mijen Semarang dilandasi dengan prinsip kehati-hatian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Prinsip pemberian pembiayaan murabahah pada khususnya oleh KJKS BMT Walisongo Mijen Semarang dilandasi dengan prinsip kehati-hatian (prudential banking regulation)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Banyaknya lembaga keuangan khususnya Baitul Maal wa Tamwil

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba Awal berdirinya Bank Syariah di Indonesia adalah pada tanggal 1 November 1991,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Seperti yang telah diketahui bukan hanya lembaga perbankan syariah saja, bahkan lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan membutuhkan jasa perbankan. Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi islam

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH Heny Kurniati dan Hendri Maulana Universitas Ibn Khaldun Bogor ABSTRAK Industri perbankan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59 KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59 by KarimSyah Law Firm Level 11, Sudirman Square Office Tower B Jl. Jend. Sudirman Kav. 45-46, Jakarta

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING

ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memnuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Dalam Ilmu

Lebih terperinci

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTEK GADAI EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG KARANGAYU SEMARANG 1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu Semarang Penerapan Ar-Rahn dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Kebijakan moneter dan perbankan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat Tujuan Instruksional Pembelajaran Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu lembaga keuangan pembiayaan memiliki pola pelayanan yang khas, seperti sasaran nasabah, tipe kredit, serta cara pengajuan, penyaluran, dan pengembalian kredit.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 : a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran.

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran. BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL 1. Pengertian Bai Bitsaman Ajil Pengertian Al-Bai Bitsaman Ajil secara tata bahasa dapat diartikan sebagai pembelian barang dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang jasa perbankan sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan yaitu, menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam kegiatan usaha dan lembaga keuangan (bank, asuransi, pasar modal, reksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT secara defenisi adalah balai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil Koperasi syariah yang lebih dikenal dengan nama KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) dan UJKS (Unit Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan umat Islam, banyak idealisme yang muncul mempertanyakan apakah praktik ekonomi yang sudah dijalankan saat ini sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah dikenal masyarakat yaitu bank yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra 47 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra Sejahtera Subah-Batang Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prosedur juga dapat memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prosedur juga dapat memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan rangkaian atau langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. PERBANKAN SYARIAH Modul ke: SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Definisi Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, telah muncul kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Disamping bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama yang universal tidak hanya berisi mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT yang berupa ibadah, tetapi Islam juga mengatur hubungan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari munculnya perbankan syari ah di Indonesia pada era 1990-an, pertumbuhan bank syari ah di indonesia saat ini begitu pesat. Hal tersebut ditandai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA INSTITUSIONALISASI SYARIAH PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM): STUDI SOSIOLOGIS BMT DI CIPULIR DAN BQ DI BANDA ACEH DISERTASI

UNIVERSITAS INDONESIA INSTITUSIONALISASI SYARIAH PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM): STUDI SOSIOLOGIS BMT DI CIPULIR DAN BQ DI BANDA ACEH DISERTASI UNIVERSITAS INDONESIA INSTITUSIONALISASI SYARIAH PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM): STUDI SOSIOLOGIS BMT DI CIPULIR DAN BQ DI BANDA ACEH DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENGALOKASIAN DANA BANK

PENGALOKASIAN DANA BANK PENGALOKASIAN DANA BANK Alokasi Dana : menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Wujud dari pengalokasian dana adalah kredit atau aset yang dianggap menguntungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Penyaluran dana dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH A. PENGERTIAN PEMBIAYAAN Dalam kamus perbankan konsep yang dimaksud biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara, ditandai dengan semakin meningkat pula permintaan atau kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang kesejahteraan tidak akan lepas dengan lembaga keuangan. Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalam pengembangan dan pertumbuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 membuka semua tabir kerapuhan perbankan konvensional. Akibat krisis ekonomi tersebut telah

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci