JURNAL PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM PIDANA NASIONAL DAN HUKUM PIDANA ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM PIDANA NASIONAL DAN HUKUM PIDANA ISLAM"

Transkripsi

1 JURNAL PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM PIDANA NASIONAL DAN HUKUM PIDANA ISLAM Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: M DIPO SYAHPUTRA LUBIS DEPARTEMEN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

2 PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM PIDANA NASIONAL DAN HUKUM PIDANA ISLAM JURNAL Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: M DIPO SYAHPUTRA LUBIS Disetujui Oleh KETUA DEPARTEMEN HUKUM PIDANA Dr. Muhammad Hamdan, S.H, M.H NIP DOSEN EDITOR Dr. M. Eka Putra, SH, M.Hum NIP FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

3 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i ABSTRAKSI...ii A. Pendahuluan...1 B. Permasalahan...2 C. Metode Penelitian...2 D. Hasil Penelitian Pencurian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Unsur-Unsur Pencurian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Sanks Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Macam-Macam Pencurian dan Pengertiannya Menurut Hukum Islam.7 5. Unsur-Unsur Pencurian Menurut Hukum Islam Hukuman Untuk Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Islam Hal-Hal Yang Menggugurkan Hukuman Menurut Hukum Islam...9 E. Penutup Kesimpulan Saran...12 DAFTAR PUSTAKA...iii

4 ABSTRAKSI Harta adalah suatu penopang kehidupan setiap umat manusia. Hukum Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menghormati dan melindungi kepemilikan pribadi-pribadi terhadap harta dan menjadikan hak mereka terhadap harta sebagai hak yang suci. Tindak pidana pencurian merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma-norma pokok atau dasar yang hidup di masyarakat, yaitu norma agama dan norma hukum. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan hukum pidana islam (Fiqih Jinayah) adalah sistem-sistem hukum yang mengatur terhadap tindak pidana pencurian yang sering terjadi di dalam kehidupan masyarakat dan melindungi setiap hak untuk memiliki suatu benda yang dimiliki oleh masyarakat. Penilaian yang obyektif tentang berhasil atau tidaknya sebuah sistem hukum seharusnya adalah dengan melihat pengaruh yang ditimbulkan terhadap psikologi pelaku, selain juga dilihat dari berhasil atau tidaknya hukuman itu memberantas kejahatan. Apabila tidak berhasil merealisasikan tujuan ini, maka hukuman tersebut dinyatakan gagal dan malah merusak, dan karenanya harus diganti dengan hukuman lain yang bisa memberantas kejahatan dan mempunyai pengaruh dalam psikologis kejahatan tersebut. Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif Library Research (peneliti pustaka), adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-analisis, artinya dengan mendeskriptif, mencatat, menganalisis, dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang ada. Hasil penelitian sebagai jawaban atas permasalahan di atas adalah bahwa hukum konvensional menjadikan hukuman penjara sebagai hukuman atas tindak pidana pencurian sebenarnya gagal dalam memberantas tindak pidana secara umum dan tindak pidana pencurian secara khusus. Fikih Jinayah yang memberlakukan hukuman hudud atau potong tangan sangat mengurangi pencuri dalam bekerja. Kesempatan untuk mengembangkan usahanya terputus karena hilangnya tangan tersebut sehingga mengurangi jumlah tindak pidana pencurian di suatu negara. Kata Kunci : Perbandingan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian.

5 A. PENDAHULUAN Tindak pidana pencurian merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma-norma pokok atau dasar yang hidup di masyarakat, yaitu norma agama dan norma hukum. Agama manapun akan melarang suatu tindakan pencurian karena hal tersebut merupakan suatu dosa yang harus dipertanggungjawabkan oleh pelakunya di dunia dan akhirat. Hukum positif yang berlaku di suatu negara juga melarang hak-hak pribadi dari setiap orang, salah satunya adalah hak untuk memiliki setiap benda. Tindak pidana pencurian yang diatur dalam Bab XXII Buku II KUHP ialah tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok yang memuat semua unsur dari tindak pidana pencurian. Di dalam hukum Islam harta dimaksudkan sebagai penopang kehidupan. Hukum Islam menghormati kepemilikan pribadi-pribadi terhadap harta dan menjadikan hak mereka terhadap harta sebagai hak yang suci. Seorang pun tidak boleh melakukan tindakan sewenang-wenang terhadapnya dengan pertimbangan apapun. Pencurian menurut syara adalah pengambilan oleh seorang mukallaf yang baligh dan berakal terhadap harta milik orang lain secara diam-diam, apabila barang tersebut mencapai nisab (batas minimal) dari tempat simpanannya tanpa ada subhat barang-barang yang diambil tersebut. Didalam hukum Islam ada dua pencurian: pencurian yang mewajibkan jatuhnya hukum hudud, pencurian yang mewajibkan jatuhnya hukuman ta zir. Pencurian yang mewajibkan jatuhnya hukuman hudud terdiri atas dua hal : pencurian kecil (sariqah sugra) dan pencurian besar (sariqah kubra). Pencurian yang hukumannya takzir. Hukum Islam memandang tindak pidana pencurian sebagai tindak pidana yang berbahaya dan oleh karenanya maka hukumannya sudah ditetapkan oleh syara yaitu hukuman potong tangan sebagaimana tercantum dalam Surat Al- Maidah ayat 38 sebagai berikut :

6 Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencari, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S.Al - Maidah: 38). Dalam menjatuhkan hukuman potong tangan, para mempertimbangkan harta yang dicuri bernilai secara hukum, harus tersimpan di tempat penyimpanan yang biasa dan mencapai nisab. Jika tidak mencapai nisab, maka tidak ada hukuman potong tangan tetapi diganti dengan ta zir (hukuman). ulama B. PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah 1. Bagaimana tindak pidana pencurian diatur didalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP)? 2. Bagaimana tindak pidana pencurian diatur didalam hukum pidana Islam? 3. Bagaimana perbandingan tindak pidana pencurian menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan hukum pidana Islam? C. METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan adalah meliputi: 1. Metode Pendekatan Jenis (tipe) penelitian ini adalah penelitian normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Sumber data sekunder adalah data yang mendukung atau data tambahan bagi data primer. Data sekunder merupakan data yang tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitian Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, h. 91.

7 2. Jenis dan Sumber Data Adapun jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh suatu organisasi atau perorangan yang berasal dari pihak lain yang pernah mengumpulkan atau mengolah sebelumnya. 2 Data sekunder terdiri dari 3 jenis bahan hukum antara lain: bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. 3. Metode Penelitian Penulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, yaitu bentuk penelitian yang tidak terlepas dari norma-norma hukum dan asas-asas hukum yang ada Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, adalah Library Research, yaitu penelitian kepustakaan seperti melakukan inventarisasi terhadap peraturan perundang-undangan dan dokumen serta literatur yang berkaitan dengan persoalan yang dikaji. 5. Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang telah terkumpul dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif, yaitu penarikan 2 Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, UMM Press, Malang, 2002, hal Peter Mahmud Marjuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, hal.87

8 kesimpulan yang berawal dari pengetahuan yang bersifat umum kemudian ditarik suatu kesimpulan khusus. D. HASIL PENELITIAN 1. Pencurian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Tindak pidana pencurian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam Pasal 362, Pasal 364, Pasal 363 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 365, dan Pasal 367 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). 2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencurian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). a. Pencurian Biasa Unsur-unsur tindak pidana pencurian yang diatur di dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terdiri : a) Unsur Subjektif (Met het oogmerk om het zich weder rechtelijk toe te eigenen) atau dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum. Unsur subjektif terdiri dari dua unsur, yakni pertama unsur maksud (kesengajaan sebagai maksud atau opzet als oogmerk). b) Unsur-unsur objektif : 1) Hij atau barang siapa ; 2) Wegnemen atau mengambil ; 3) Eenig goed atau sesuatu benda ; 4) Dat geheel of gedeeltelijk aan een ander toebehoort atau yang sebahagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain. b. Pencurian ringan Pencurian ringan yang diatur di dalam KUHP Pasal 364 adalah pencurian yang mana jika nilai barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah (Rp.250, -). Tentang nilai benda yang dicuri itu semula ditetapkan tidak lebih dari dua puluh lima ribu rupiah (Rp , ) tetapi kemudian dengan

9 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Hukum Pidana telah diubah menjadi dua ratus lima puluh ribu rupiah (Rp ,-). c. Pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde) Pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde diestal) adalah bentuk pencurian yang dirumuskan dalam pasal 363 KUHP baik ayat 1 maupun ayat 2. Unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan dapat dipaparkan sebagai berikut: a) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun: 1) Ke-1 pencurian ternak. 2) Ke-2 pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang. 3) Ke-3 pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada di situ yang tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak. 4) Ke-4 pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama. 5) Ke-5 pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan membongkar, merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan (seragam) palsu. b) Jika pencurian yang diterangkan dalam ke-3 disertai dengan salah satu tersebut ke-4 dan ke-5, maka dikenakan pidana paling lama Sembilan tahun.

10 d. Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan. Tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP juga merupakan gequalificeerde diefstal atau suatu pencurian dengan kualifikasi ataupun merupakan suatu pencurian dengan unsur-unsur yang memberatkan. e. Tindak Pidana Pencurian dalam Keluarga. Tindak pidana pencurian dalam keluarga telah diatur di dalam Pasal 367 KUHP. Tindak pidana pencurian dalam keluarga hanya terhadap harta kekayaan berupa benda-benda bergerak milik istri atau suami meraka telah dijadikan klachtdelict atau delik aduan di dalam Padal 367 ayat (12) KUHP Sanksi Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian Berdasarkan Kitab Undang Undang Hukum Pidana a. Pencurian dalam bentuk pokok dapat dipidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun atau pidana denda setinggi-tingginya Rp.900 (sembilan ratus rupiah). b. Pencurian ringan dipidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp.900 (sembilan ratus rupiah). c. Pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde) dipidana penjara selama-lamanya 7 ( tujuh) tahun. Sedangkan terhadap Pasal 363 Ayat (2) KUHP dikenakan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun. d. Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan dapat dipidana penjara selama-lamanya 9 (sembilan) tahun dengan dapat bertambah menjadi hukuman penjara selama-lamanya 12 (dua belas) tahun apabila tindak pidana pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde). Dapat bertambah menjadi hukuman penjara selama-lamanya 12 (dua belas) tahun apabila tindak pidana pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde) itu membuat mati orang atau Hukuman mati atau seumur hidup atau penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya 20 tahun, dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang yang terluka atau 4 Ibid, h. 64.

11 mati, dan lagi perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih. 4. Macam-Macam Pencurian dan Pengertiannya Menurut Hukum Islam Menurut syara, pencurian adalah mengambil harta orang lain yang oleh mukallaf secara sembunyi-sembunyi dengan nisab 10 dirham yang dicetak, disimpan pada tempat penyimpanan yang biasa digunakan atau dijaga oleh seorang penjaga dan tidak ada syubhat. 5 Adanya persyaratan dalam keadaan sembunyi-sembunyi, seperti dalam definisi tadi, menunjukkan bahwa orang yang mengambil harta orang lain secara terang-terangan tidak termasuk kategori pencurian yang diancam dengan hukuman had, hal ini dialaskan pada Hadist Rasulullah SAW yang menegaskan : Tidak dipotong tangan orang yang menipu, dan tidak pula (dipotong) tangan orang yang mencopet (H.R.Ahmad). Pencurian dalam syariat Islam ada dua macam, yaitu sebagai berikut : a. Pencurian yang hukumannya had adalah pencurian yang ancaman hukuman yang telah ditegaskan macam dan kadarnya dalam Al-Qur an dan Sunnah. Pencurian yang hukumannya had terbagi kepada dua bagian yaitu pencurian ringan (kecil) dan pencurian berat (besar). b. Pencurian yang hukumnnya ta zir. artinya memberi pelajaran. 6 Ta zir juga diartikan dengan Ar-Raddu wal Man u, yang artinya menolak dan mencegah. 7 Secara umum, tindak pidana ta zir terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut : 8 a) Tindak pidana hudud dan tindak pidana kisas yang syubhat, atau tidak jelas, atau tidak memenuhi syarat, tetapi merupakan maksiat. b) Tindak pidana atau kemaksiatan yang ditentukan oleh Al-Qur an dan Hadist, tetapi tidak ditentukan sanksinya. 5 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Opcit, h Ibid, h. xii. 7 Ibid, h. xii. 8 Ibid, h. 55.

12 c) Berbagai tindak pidana atau kemaksiatan yang ditentukan oleh ulil amri (penguasa) berdasarkan ajaran Islam demi kemashlahatan umum. 5. Unsur-Unsur Pencurian Menurut Hukum Islam Pencurian baru diancam dengan hukuman had jika memenuhi beberapa unsur yaitu : a. Tindakan mengambil secara sembunyi-sembunyi, b. Unsur benda yang diambil berupa harta, c. Unsur benda yang diambil adalah hak orang lain d. Adanya niat yang melawan hukum. 6. Hukuman untuk Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Islam. Bila tindakan pencurian telah terbukti dan telah melengkapi segala unsur dan syarat-syaratnya adalah : a. Hukuman Potong Tangan Pencurian yang dikenai had potong tangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a) Perbuatannya termasuk dalam definisi pencurian. b) Harta yang dicuri mencapai nisab. c) Harta yang dicuri adalah harta yang terjaga (diperbolehkan dimiliki), d) Harta yang dicuri berada di tempat penyimpanan. e) Pelaku adalah orang mukalaf, berakal, dan baligh, baik muslim maupun ahlul dzimmah. 9 f) Pelaku bukan ayah, bukan anak, atau bukan suami/istri dari pemilik harta yang dicuri. g) Pelaku tidak memiliki semi kepemilikan terhadap harta yang dicurinya. 9 Ahlul dzimmah adalah orang-orang kafir yang hidup di tengah masyarakat Islam dan di bawah naungan Islam dengan persyaratan dan perjanjian tertentu, serta tidak memusuhi orang muslim.

13 h) Pencurian telah dibuktikan di depan persidangan, yaitu dengan pengakuan pelaku dan atau kesaksian dua orang laki-laki yang adil. b. Pengganti Kerugian (Dhaman) Menurut Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya penggantian kerugian dapat dikenakan terhadap pencuri apabila ia tidak dikenai hukuman potong tangan. 7. Hal Hal yang Menggugurkan Hukuman Menurut Hukum Islam Awdah menyebutkan enam hal yang menggugurkan hukuman potong tangan atas diri seorang pencuri : 10 a. Pemilik harta membantah pengakuan (ikrar) seseorang atau kesaksian para saksi. b. Ada pemberian maaf dari pihak yang dirugikan c. Seseorang membatalkan ikrarnya d. Pihak pelaku pencurian mengembalikan harta yang dicurinya kepada pemilik sebelum pengaduannya sampai ke Pengadilan. e. Harta benda yang dicuri itu kemudian menjadi milik pihak pencuri sebelum kasus tersebut diangkat ke Pengadilan f. Pihak pencuri mengklaim bahwa harta yang dicurinya itu adalah hak miliknya. E. PENUTUP 1. KESIMPULAN a. Perbedaan Antara Tindak Pidana Pencurian Menurut Kitab Undang- Undang Hukum Pidana dengan Hukum Islam. 10 Satria Effendi dan M zein, Kejahatan Terhadap Harta dalam Perspektif Hukum Islam, opcit h

14 a) Ditinjau dari segi sumber dan jenis : Perbandingan antara hukum pidana nasional yang bersumber dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dengan hukum pidana Islam yang bersumber dari Al Qur an terdapat di dalam Qur an Surah Al-Maidah (5) ayat: 38, As-sunnah, Ijma, Qiyas, dan sumber-sumber lainnya b) Ditinjau dari segi unsur. 1) Perbuatan mengambil menurut Fiqih Jinayat harus dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi, sedangkan perbuatan mengambil di dalam KUHP tidak mensyaratkan dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi 2) Terkait unsur barang/benda menurut fiqih Jinayat benda itu harus bernilai sebagai harta dan memilik kasar tertentu (nisab), sedangkan menurut KUHP barang/benda seperti pohon yang ada dipinggir jalan yang merupakan milik masyarakat umum, aliran listrik, bahkan sehelai rambut manusia juga merupaka objek dari tindak pidana pencurian asalkan diambil tanpa izin dari si pemiliknya. 3) Unsur kepemilikan menurut fiqih jinayat jika pada barang/benda itu terdapat syibh al-milk (dianggap sebagai pemiliknya) bagi pencuri, Sedangkan, barang/benda yang menjadi objek tindak pidana pencurian menurut KUHP, tidak perlu seluruhnya kepunyaan orang lain, maka perbuatan seperti yang penulis sampaikan di atas juga merupakan tindak pidana pencurian yang diancam dengan pidana yang sama. c) Ditinjau dari segi jenisnya. Jenis-jenis tindak pidana pencurian menurut Kitab Undang-Undang yaitu terdiri atas : Pencurian dalam bentuk pokok,pencurian ringan ( gepriviligeerde diefstal), Pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde), Pencurian dengan kekerasan, Pencurian dalam kalangan keluarg, Jenis-jenis pencurian menurut hukum islam terdiri atas 2 (dua) bagian yaitu : 1). Pencurian yang hukumnya had, 2). Pencurian yang hukumnya ta zir yang terbagi atas : Semua jenis pencurian yang dikenai hukuman had, tetapi

15 syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada syubhat, Pengambilan harta milik orang lain dengan sepengetahuan pemilik tanpa kerelaannya dan tanpa kekerasan. d) Ditinjau dari Segi Sanksi Sanksi pidana yang timbul terhadap pelaku tindak pidana dalam tindak pidana pencurian menurut KUHP memiliki sanksi yang sama antara satu dengan yang lainnya yaitu sanksi pidana penjara dan denda bagi pelaku sedangkan terhadap sanksi pidana yang dapat ditimbulkan terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku pidana pencurian menurut fiqih jinayat penjatuhan hukuman baik potongan hukum tangan (Qishas), pemukulan, penghinaan, atau embargo, atau pengasingan serta hukuman berupa keharusan mengembalikan harta yang dicurinya. b. Persamaan Antara Tindak Pidana Pencurian Menurut Kitab Undang- Undang Hukum Pidana dengan Hukum Islam. Persamaan antara sistem hukum nasional dengan sistem hukum Islam (fiqih jinayat) adalah sebagai berikut : 1) Dari Segi Unsur. NO Unsur Pencurian (KUHP) Sariqah (hudud) 1. Mengambil Ada Ada 2. Barang/ Benda Ada Ada 3. Milik Orang Lain Ada Ada 4. Dengan Sengaja Ada Ada 2) Dari Segi Landasan Penjatuhan Sanksi Terhadap tindak pidana pencurian baik dari KUHP maupun fikih jinayat melandasi penjatuhan sanksi pidananya kepada nilai-nilai kemanusiaan. Dimana sistem hukum nasional melandaskan hal tersebut kepada Hak Asasi Manusia (HAM) sedangkan sistem hukum islam melandaskan hal tersebut kepada prinsip

16 dasar ajaran agama islam yaitu habbulminannas (hubungan antara manusia dengan manusia itu sendiri). 2. Saran a. Untuk mencapai tujuan utama penegakan hukum dan penerapan hukum pidana yaitu untuk menciptakan keadilan, ketentraman, dan menimbulkan efek jera terhadap masyarakat dan pelaku tindak pidana perlu kiranya menyeimbangkan antara aspek sanksi dunia dan aspek sanksi akhirat yang dapat terwujud dengan membina hubungan saling keterkaitan antara hukum pidana nasional dengan hukum pidana islam. b. Diantara hukum pidana nasional dengan hukum pidana islam terdapat hubungan timbal balik yang saling berhubungan dan melengkapi antara satu dengan lainnya. Dimana dalam hal ini hukum pidana nasional yang memiliki orientasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan juga dianut oleh hukum pidana Islam. Akan tetapi didalam hukum pidana nasional sanksi hukum yang ditimbulkan lambat laun tidak memiliki nilai-nilai efektivitas sebagai penimbul rasa jera di dalam diri masyarakat, maka dalam hal ini kedudukan hukum pidana islam sebagai hukum yang memiliki sanksi hukum yang berat dan tegas dapat melengkapi kekurangan daripada hukum nasional tersebut. c. Penggabungan antara sistem hukum pidana nasional dengan sistem hukum pidana Islam dapat menelurkan sebuah hukum yang relevan dan efektif dan sesuai dengan prinsip kebhinekaan yang dijunjung oleh negara Republik Indonesia untuk memproteksi kehidupan masyarakat Indonesia dari perbuatan tindak pidana pencurian serta sangat ampuh untuk mengurangi tingginya angka pencurian di negara Republik Indonesia dengan suatu syarat konseptual harus dijalankan dengan lurus sebagaimana mestinya dan seadil-adilnya.

17 DAFTAR PUSTAKA : Abdurrahman, Muslan Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum. UMM Press: Malang. Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Effendi, Satria dan M zein. Kejahatan Terhadap Harta dalam Perspektif Hukum Islam. Pejaten Barat: Pustaka Firdaus. Lamintang, P.A.F dan Djisman Samosir Delik-delik Khusus Kejahatan yang Ditujukan Terhadap Hak Milik dan lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik. Bandung: Tarsito. Lamintang, P.A.F dan Theo Lamintang. Delik-delik khusus kejahatan terhadap harta kekayaan. Edisi kedua Jakarta: Sinar Grafika. Peter, Mahmud Marjuki Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press. Soesilo, R Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar- Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia.

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan 2.1.1 Pengertian Tindak Pidana Pencurian pencurian merupakan perbuatan pengambilan barang. Kata mengambil (wegnemen) merupakan

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Bab XXII : Pencurian Pasal 362 Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. an, sehingga menjadi penanggulangan yang berarti proses, cara, perbuatan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. an, sehingga menjadi penanggulangan yang berarti proses, cara, perbuatan BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR 2.1 Penanggulangan Penanggulangan itu sendiri berasal dari kata tanggulang yang berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian ditambah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN. BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.BLB A. Tindak Pencurian Kendaraan Bermotor yang Dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF A. Pencurian Dengan Kekerasan Dalam KUHP 1. Pengertian Pencurian Dengan Kekerasan Pencurian dengan kekerasan adalah suatu tindakan yang menyimpang.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Hak Pemegang Paten Menurut UU.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai

BAB II TINJAUAN UMUM. Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Anak dan Batasan Umur Anak Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai undang-undang. Pengertian tersebut tidak memberikan suatu konsepsi tentang

Lebih terperinci

Kajian Tindak Pidana Dalam Perspektif Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam

Kajian Tindak Pidana Dalam Perspektif Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam Kajian Tindak Pidana Dalam Perspektif Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam Heni Hendrawati 1*, Johny Krisnan 2, Bustra 3 1,2,3 Fakultas Hukum, *Email: henihendrawati@ummgl.ac.id Keywords: Theft,

Lebih terperinci

BAB II UNSUR TINDAK PIDANA PENCURIAN BIASA DAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN. Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi :

BAB II UNSUR TINDAK PIDANA PENCURIAN BIASA DAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN. Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi : BAB II UNSUR TINDAK PIDANA PENCURIAN BIASA DAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN A. Unsur Tindak Pidana Pencurian Biasa Mengenai tindak pidana pencurian biasa ini diatur dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang

Lebih terperinci

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan Surastini Fitriasih Dalam Buku II KUHP: Bab XXII : Pencurian Bab XXIII: Pemerasan & Pengancaman Bab XXIV: Penggelapan Barang Bab XXV : Perbuatan Curang Bab XXVI: Merugikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI A. Analisis tentang Sanksi Pidana atas Pengedaran Makanan Tidak Layak Konsumsi 1. Analisis Tindak Pidana Hukum pidana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan. Pencurian dengan pemberatan adalah pencurian sebagaimana diatur

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan. Pencurian dengan pemberatan adalah pencurian sebagaimana diatur BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Pencurian dengan pemberatan adalah pencurian sebagaimana diatur dalam Pasal 363 KUHP dengan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK A. Analisis Hakim dalam Direktori Putusan Pengadilan Negeri Koto Baru Nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN A. Analisis terhadap ketentuan mengenai batasan usia anak di bawah umur 1. Menurut Hukum

Lebih terperinci

BAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM. HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP

BAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM. HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP BAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP A. Pengertian Pencurian Dikalangan Keluarga Dalam KUHP Pengertian pencurian di kalangan keluarga menurut

Lebih terperinci

PENGANCAMAN/AFDREIGINGAFDREIGING. Fachrizal Afandi

PENGANCAMAN/AFDREIGINGAFDREIGING. Fachrizal Afandi PEMERASAN/AFPERSING AFPERSING DAN PENGANCAMAN/AFDREIGINGAFDREIGING FACHRIZAL AFANDI, S.Psi., SH., MH Fakultas Hukum Universitas Brawijaya PEMERASAN DAN PENGANCAMAN (BAB XXIII) PEMERASAN DALAM BENTUK POKOK

Lebih terperinci

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna 65 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO NO: 832/PID.B/2012/PN.Sda TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1. Pengertian Tindak Pidana Penggelapan Dalam suatu tindak pidana, mengetahui secara jelas tindak pidana yang terjadi adalah suatu keharusan. Beberapa tindak

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF Untuk mengetahui bagaimana persamaan dan perbedaan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ditegaskan bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ditegaskan bahwa Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat). Ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF SANKSI TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DALAM FIFIH JINAYAH DENGAN PASAL 364 KUHP DAN PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF SANKSI TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DALAM FIFIH JINAYAH DENGAN PASAL 364 KUHP DAN PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012 BAB IV ANALISIS KOMPARATIF SANKSI TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DALAM FIFIH JINAYAH DENGAN PASAL 364 KUHP DAN PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012 A. Analisis Persamaan dan Perbedaan Uraian pada sub bab di atas telah

Lebih terperinci

PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DAN PENADAHAN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA. A. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencurian dan Tindak Pidana

PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DAN PENADAHAN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA. A. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencurian dan Tindak Pidana PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DAN PENADAHAN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencurian dan Tindak Pidana Penadahan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) telah mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi. penyidik bukan berdasarkan atas kekuasaan, melainkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi. penyidik bukan berdasarkan atas kekuasaan, melainkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi negara republik indonesia atau pejabat pegawai negri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 362 KUHP mengatur tentang tindak pidana pencurian biasa yang berbunyi 51

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DELIK PENCURIAN DIKALANGAN KELUARGA DALAM KUHP PASAL 367 AYAT 2

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DELIK PENCURIAN DIKALANGAN KELUARGA DALAM KUHP PASAL 367 AYAT 2 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DELIK PENCURIAN DIKALANGAN KELUARGA DALAM KUHP PASAL 367 AYAT 2 A. Analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Delik Pencurian Dikalangan Keluarga Dalam KUHP Pasal 367 ayat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR A. Analisis tentang Kasus Tindak Pidana Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Kata pencurian dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar curi yang memperoleh imbuhan pe diberi akhiran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KLATEN NOMOR 54/Pid.B/2013/PN.Klt. TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KLATEN NOMOR 54/Pid.B/2013/PN.Klt. TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KLATEN NOMOR 54/Pid.B/2013/PN.Klt. TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor : 54/Pid.B/2013/PN.Klt

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang- 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana memiliki makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap orang yang hidup di dunia ini. Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN 2.1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Dasar dari adanya perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dari dapat dipidananya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang tidak dapat terelakkan akibat meningkatnya laju pertumbuhan kendaraan bermotor yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam, yang merupakan agama mayoritas yang dianut oleh bangsa Indonesia adalah agama yang menyerukan manusia untuk menyerahkan diri hanya kepada Allah, dengan

Lebih terperinci

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan BAB IV ANALISIS UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SURABAYA DALAM PERKARA PENCABULAN YANG DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR A. Analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini menganut asas kesalahan sebagai salah satu asas disamping asas legalitas.

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Kejahatan pencurian adalah salah satu kejahatan terhadap kepentingan individu yang merupakan kejahatan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obyektivitas penegakan hukum terasa masih jauh dari harapan

BAB I PENDAHULUAN. Obyektivitas penegakan hukum terasa masih jauh dari harapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obyektivitas penegakan hukum terasa masih jauh dari harapan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari peradilan yang tidak jujur, hakim-hakim yang terkontaminasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Setiap tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang pada dasarnya orang tersebut wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban pidana

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017 PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT PASAL 365 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA 1 Oleh : Fentry Tendean 2 ABSTRAK Pandangan ajaran melawan hukum yang metarial, suatu perbuatan selain

Lebih terperinci

BAB II. Pengaturan Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan. Pemberatan. A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB II. Pengaturan Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan. Pemberatan. A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana BAB II Pengaturan Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pencurian dengan pemberatan, maksudnya adalah pencurian biasa yang diatur dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR A. Analisis Terhadap Pertimbangan Hukum

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JOMBANG NOMOR 23/PID.B/2016/PN.JBG TENTANG PENGGELAPAN DALAM JABATAN A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tindak pidana korupsi meskipun telah diatur

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB II KETENTUAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM BAB II KETENTUAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian 1. Pencurian Menurut Hukum Positif Pencurian dalam bahasa Indonesia berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umumnya tindak pidana atau pelanggaran hukum pidana didasari adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang mudah, jalan pintas serta mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN 75 BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN.LMGTENTANG TINDAK PENGANIAYAAN YANG MENYEBABKAN KORBAN MENINGGAL DUNIA A. Analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINDAK PIDANA PENCURIAN PADA PENDERITA KLEPTOMANIA PRESFEKTIF HUKUMISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB IV ANALISIS TINDAK PIDANA PENCURIAN PADA PENDERITA KLEPTOMANIA PRESFEKTIF HUKUMISLAM DAN HUKUM POSITIF BAB IV ANALISIS TINDAK PIDANA PENCURIAN PADA PENDERITA KLEPTOMANIA PRESFEKTIF HUKUMISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Hukum Tindak Pidana Pencurian Pada Penderita Kleptomania Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif.

Lebih terperinci

BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN. A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan

BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN. A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari bahasa Belanda "straafbaarfeit"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Banyak orang, terutama orang awam tidak paham apa arti Penipuan yang sesungguhnya, yang diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana, khususnya Pasal 378, orang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG 54 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KECELAKAAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN A. Analisis Hukum Pidana Islam tentang pasal 55 KUHP terhadap MenyuruhLakukan Tindak Pidana Pembunuhan

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME

BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME A. Persamaan Hukuman Pelaku Tindak Pidana Terorisme Menurut Hukum Positif dan Pidana Islam Mengenai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN. BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.SKH A. Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR 51 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR A. Analisis Terhadap Sanksi Aborsi yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur di Pengadilan Negeri Gresik Dalam

Lebih terperinci

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan. BAB IV ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO TENTANG TINDAK PIDANA PEMBAKARAN LAHAN PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM A. Pertimbangan Hakim Pengadilan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG 57 BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG 4.1. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Nomor: 191/Pid.B/2016/Pn.Pdg Pada dasarnya hakim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang harus dapat ditegakkan hukumnya. Penghilangan nyawa dengan tujuan kejahatan, baik yang disengaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat ialah tentang kejahatan. Kejahatan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat ialah tentang kejahatan. Kejahatan adalah suatu BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu persoalan yang sering muncul ke permukaan dalam kehidupan bermasyarakat ialah tentang kejahatan. Kejahatan adalah suatu gejala politik. Apa yang dirumuskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPARASI TINDAK PIDANA CARDING MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP

BAB IV ANALISIS KOMPARASI TINDAK PIDANA CARDING MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP BAB IV ANALISIS KOMPARASI TINDAK PIDANA CARDING MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP A. Analisa Menurut Hukum Pidana Islam 1. Dari Segi Unsur-unsurnya Carding adalah sebuah ungkapan mengenai aktivitas berbelanja

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA) PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA) NASKAH HASIL PENELITIAN Disusun Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Lebih terperinci

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL A. Pertimbangan Hakim dalam putusan Pengadialan Negeri Lamongan No.26/Pid.B/2015/PN.Lmg Tentang Membuka Rahasia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB II KAJIAN TEORITIS HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN BAB II KAJIAN TEORITIS HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN A. Konsepsi Hukum Pidana Islam tentang Tindak Pidana Pencurian 1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dan Dasar Hukumnya

Lebih terperinci

BAB III PENCURIAN DALAM HUKUM PIDANA. A. Pengertian Pidana, Hukum Pidana, dan Bentuk-bentuk Pidana

BAB III PENCURIAN DALAM HUKUM PIDANA. A. Pengertian Pidana, Hukum Pidana, dan Bentuk-bentuk Pidana BAB III PENCURIAN DALAM HUKUM PIDANA A. Pengertian Pidana, Hukum Pidana, dan Bentuk-bentuk Pidana 1. Pengertian Pidana Pidana secara bahasa yang dijumpai dalam Kamus Hukum adalah suatu Hukum publik yang

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG BERKEDOK LOWONGAN PEKERJAAN DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KISARAN NO. 317/PID.B/2013/PN.KIS A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Anak Nakal Pengertian masyarakat pada umumnya tentang anak adalah merupakan titipan dari Sang Pencipta yang akan meneruskan keturunan dari kedua orang tuanya,

Lebih terperinci

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa 55 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI KUMULATIF MENGENAI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM PUTUSAN NOMOR 382/ PID. SUS/ 2013/ PN. MKT. DI PENGADILAN NEGERI MOJOKERTO A. Pandangan Hukum Pidana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum pidana Indonesia dengan istilah yang berbeda-beda. Diantaranya ada yang memakai

Lebih terperinci

HUKUM PIDANA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN PERBANDINGANNYA DENGAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

HUKUM PIDANA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN PERBANDINGANNYA DENGAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA Hukum Islam, Vol. XV No. 1 Juni 2015 Hukum Pidana...Lysa Angrayni 46 HUKUM PIDANA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN PERBANDINGANNYA DENGAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA Lysa Angrayni Dosen Fakultas Syariah dan Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang bisa saja melakukan kesalahan. apalagi jika ia kepepet atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada membuka peluang melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT A. Pengertian Hukuman dan Macam-Macam Hukuman Menurut Hukum Pidana Islam 1. Pengertian Hukuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wajar bila selalu terjadi perbuatan-perbuatan yang baik dan perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Wajar bila selalu terjadi perbuatan-perbuatan yang baik dan perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan bermasyarakat yang terdiri atas berbagai jenis manusia, ada manusia yang berbuat baik dan ada pula yang berbuat buruk. Wajar bila selalu terjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FIKIH MURAFA AT TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PENCURIAN HELM TOD YANG DIKENAKAN PASAL 362

BAB IV ANALISIS FIKIH MURAFA AT TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PENCURIAN HELM TOD YANG DIKENAKAN PASAL 362 48 BAB IV ANALISIS FIKIH MURAFA AT TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PENCURIAN HELM TOD YANG DIKENAKAN PASAL 362 A. Analisis Implementasi Peraturan Mahkamah Agung No 2 Tahun 2012 tentang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874] UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874] BAB II TINDAK PIDANA KORUPSI Pasal 2 (1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum wr. wb.

Assalamu alaikum wr. wb. Assalamu alaikum wr. wb. Hukum Jinayat (Tindak Pidana dalam Islam) A. Pengertian Jinayat Jinayat yaitu suatu hukum terhadap bentuk perbuatan kejahatan yang berkaitan pembunuhan, perzinaan, menuduh zina,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN A. Pertimbangan Hakim terhadap Tindak Pidana Percobaan Pencurian dalam Putusan No 488/Pid.B/2015/PN.Sda

Lebih terperinci

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2 Lex Crimen, Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013 KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden, sehingga hasil atau data yang diperoleh benar-benar dari pihak atau

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden, sehingga hasil atau data yang diperoleh benar-benar dari pihak atau IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden merupakan sumber data primer dalam penulisan skripsi, untuk itu sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu perlu diketahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belakangan marak diberitakan tentang tuduhan pencemaran nama baik oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list (milis), meneruskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCURIAN BESAR DAN KECIL. A. Tinjauan Umum Tentang Pencurian Besar Dan Kecil

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCURIAN BESAR DAN KECIL. A. Tinjauan Umum Tentang Pencurian Besar Dan Kecil BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCURIAN BESAR DAN KECIL A. Tinjauan Umum Tentang Pencurian Besar Dan Kecil 1. Definisi dan Unsur-unsur Pencurian Besar dan Kecil Menurut Hukum Positif a. Pencurian Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 372 KUHP tindak pidana penggelapan adalah barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bentuk klasik perbuatan pidana pencurian biasanya sering dilakukan pada waktu malam hari dan pelaku dari perbuatan pidana tersebut biasanya dilakukan oleh satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perusakan barang milik orang lain sangat merugikan pemilik barang, baik barang yang dirusak tersebut hanya sebagian saja atau seluruhnya, sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan 15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan Dactyloscopy adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identifikasi orang dengan cara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hukuman pidana. Suatu peristiwa hukum dapat dinyatakan sebagai peristiwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. hukuman pidana. Suatu peristiwa hukum dapat dinyatakan sebagai peristiwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Abdoel Djamali mengatakan, Peristiwa Pidana atau sering disebut Tindak Pidana (Delict) ialah suatu perbuatan atau rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang populer dengan nama KUHAP sejak diundangkannya pada tanggal 31 Desember 1981,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaksa pada setiap kejaksaan mempunyai tugas pelaksanaan eksekusi putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan untuk kepentingan itu didasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002

ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002 BAB IV ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002 A. Analisis Tentang Penyatuan Penahanan Anak Dengan Nara Pidana Dewasa menurut UU NO. 23 Tahun

Lebih terperinci

Bab XXV : Perbuatan Curang

Bab XXV : Perbuatan Curang Bab XXV : Perbuatan Curang Pasal 378 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan

Lebih terperinci

BAB IV PELANGGARAN KONSERVASI TAMAN HUTAN RAYA R.SOERJO DALAM PERSPEKTIF FIKIH JINAYAH

BAB IV PELANGGARAN KONSERVASI TAMAN HUTAN RAYA R.SOERJO DALAM PERSPEKTIF FIKIH JINAYAH 70 BAB IV PELANGGARAN KONSERVASI TAMAN HUTAN RAYA R.SOERJO DALAM PERSPEKTIF FIKIH JINAYAH A. Bentuk-bentuk Pelanggaran Konservasi Taman Hutan Raya R.Soerjo menurut UU Nomor 41 Tahun 1999. Membicarakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR A. Analisis Terhadap Pidana Cabul Kepada Anak Di Bawah Umur Menurut Pasal 294 Dan Pasal 13 UU No.23 Tahun 2002 Untuk melindungi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penggelapan di Indonesia saat ini menjadi salah satu penyebab terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai kehidupan dalam

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum. PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR Suwarjo, SH., M.Hum. Abstrak Pemberantasan dollar AS palsu di Indonesia terbilang cukup sulit karena tidak terjangkau oleh hukum di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan pada dasarnya ditekankan kepada perbuatan menyimpang dari ketentuan-ketentuan umum atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku dalam suatu negara.

Lebih terperinci

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) 1. Dany Try Hutama Hutabarat, S.H.,M.H, 2. Suriani, S.H.,M.H Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana adalah suatu tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

Lebih terperinci