Mam MAKALAH ISLAM. Bimas Islam dan Upaya Mengawal Kebhinekaan di Indonesia
|
|
- Siska Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Mam MAKALAH ISLAM Bimas Islam dan Upaya Mengawal Kebhinekaan di Indonesia 16 Januari2015
2 Makalah Islam Bimas Islam dan Upaya Mengawal Kebhinekaan di Indonesia Prof. Dr. Muhammadiyah Amin, M. Ag. (Sekretaris Ditjen Bimas Islam, Kemenag RI, mantan Ketua Forum Rektor)
3 Seiring dengan kemajuan teknologi informasi akhirakhir ini, tantangan kehidupan beragama masyarakat Islam Indonesia semakin besar. Kualitas kehidupan beragama masih pada tataran nilai dan simbol-simbol. Pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai agama belum terintegrasi secara optimal dalam perilaku seharihari. Hal ini tercermin dengan masih banyaknya perilaku negatif, seperti tindak kriminalitas, pergaulan bebas, praktek korupsi, penyalahgunaan NAPZA, praktik perjudian, dan lain-lain. Demikian juga, fenomena ketidak-harmonisan keluarga, perselingkuhan, perkawinan sirri, dan kenaikan angka perceraian terus meningkat. Dalam hubungannya dengan kehidupan umat beragama, fenomena kekerasan atas nama agama atau berlatar belakang agama masih tetap terjadi. Namun, berdasarkan catatan Badan Litbang Kemenag RI terakhir dan beberapa pihak (LSM), pada tahun 2014 menunjukkan trend penurunan atas pelanggaran terhadap kebebasan beragama. Dibanding periode yang sama pada dua tahun terakhir, kasus pelanggaran tahun 2014 jauh menurun. Beberapa peristiwa yang dianggap berpengaruh pada penurunan tingkat pelanggaran hak beragama antara lain adanya pemilihan legislatif dan juga pemilihan presiden. Penurunan juga turut dipengaruhi oleh kiprah nyata Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.
4 Beberapa hal terkait dengan kehidupan beragama merupakan problem-problem keumatan yang menjadi tanggung jawab Bimas Islam, Kementerian Agama. Karena itu, dalam rangka optimalisasi peran Kementerian Agama dalam melakukan pembinaan umat, pembangunan bidang agama menjadi salah satu bagian penting dari program pembangunan nasional. RPJMN menyebutkan: Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Kata kunci berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab merupakan ranah bidang Agama. Dalam hal ini agamalah yang diharapkan berperan besar dalam membentuk watak atau karakter bangsa sesuai dengan kata kunci diatas. Agama memiliki andil besar dalam proses pembentukan karakter selama diajarkan secara benar. Tantangan Kebhinekaan NKRI yang telah dibangun oleh founding father belakangan ini mendapat tantangan yang serius. Maraknya radikalisme berbasis agaman ampak identik dengan perilaku intoleran terhadap perbedaan, ekstrim dalam menyikapi masalah, dan menjadikan kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah seperti terorisme. Memang radikalisme di setiap zaman selalu menjadi common enemy karena selalu menimbulkan berbagai kerusakan di tengah-tengah masyarakat. Anehnya, perbedaan hampir selalu menjadi isu utama tumbuhnya
5 radikalisme. Masih ada sebagian kelompok masyarakat yang belum bisa menerima arti perbedaan. Akibatnya perbedaan dipaksa harus melebur dalam satu pemahaman yang mereka bangun. Tragedi kekerasan kelompok radikalis juga meninggalkan pesan bahwa pemahaman merekalah yang paling benar. Perbedaan pendapat yang seyogyanya sebuah dinamika kehidupan yang harus didialogkan, justru menjadi alasan untuk melakukanpemaksaan pendapat terhadap mereka yang kontra. Di satu sisi mereka menegaskan pendapatnya, namun di sisi lain pendapat di luar mereka salahkan. Akibatnya perbedaan selalu identik dengan kekerasan sebagai jalan keluarnya. Hal lain yang juga menjadi tantangan kebhinnekaan adalah kesenjangan sosial sosial antara ulama dan umat. Saat ini terdapat jarak yang cukup jauh antara idealisme pemimpin agama dengan kebutuhan riil umat. Dalam beberapa kasus, tokoh agama sering menampilkan pola pembimbingan (baca: dakwah) yang tidak menyentuh dengan problem riil masyarakat. Di antara para pemimpin agama ada yang mengambil jarak dengan masyarakat. Status sosial pemimpin agama yang bergelimpangan materi menjadi penyekat antara dia dengan masyarakat, terutama masyarakat bawah. Hal ini terlihat dengan tidak adanya komunikasi yang sejajar antara masyarakat dan tokohnya. Masyarakat terasa sungkan untuk mengadu, sementara pemimpin agama pun semakin tidak tahu yang
6 dibutuhkan masyarakat. Dalam konteks ini terjadi kekeringan keteladanan dari tokoh agama yang menjadikan umat semakin galau untuk memegangi nilai-nilai dan ajaran agama. Selain itu juga karena pengaruh negatif globalisasi bagi moralitas kebangsaan. Dari ranah publik, kita menyaksikan berbagai problem kemasyarakatan, baik sebagai dampak globalisasi maupun degradasi spiritual akibat tergerus arus zaman. Berbagai masalah terus berkamupflase, membentuk wajahnya yang baru dan modern, sehingga sangat sulit bagi kita untuk mendeteksinya. Sebagai contoh, isu-isu pluralisme sangat tipis perbedaannya dengan makna kebebasan beragama; isu aliran sempalan terkaburkan oleh isu kebebasan beragama; isu terorisme dan radikalisme Islam yang abuabu dengan konsep perjuangan dalam Islam (jihad). Dan yang cukup penting dari itu semua adalah adanya politik Global yang mengahadapkan vis a vis antar satu peradaban dengan peradaban lainnya. Ada banyak konflik di beberapa belahan dunia juga berusaha dibawa kedalam kehidupan bangsa Indonesianya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kelompok-kelompok yang berafiliasi terhadap satu kelompok tertentu dalam sebuah konflik di beberapa negara. Jika dibiarkan, maka bukan tidak mungkin konflik itu akan masuk dan mempengaruhi pola hubungan antar masyarakat yang selama ini telah terjalin dengan damai.
7 Peran Bimas Islam Dalam Meneguhkan Kebhinnekaan Sebagai institusi yang menangani langsung kehidupan umat Islam, Bimas Islam memiliki tugas yang besardalam membangun dan membimbing umat Islam untuk tumbuh dalam bingkai kebhinekaan NKRI. Bimas Islam dalam tugasnya, bertanggung jawab untuk membangun pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama yang rahmatan lil alamin, ramah dan penuh dengan kedamaian; bersanding dalam kedamaian dalam keragaman Nusantara. Bimas Islam terus mengembangkan 4 (empat) semangat (ruh): semangat beragama (ruh al-din) sebagai semangat beragama yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritualitas; semangat nasionalisme (ruh al-wathaniyah), mendorong semangat cinta NKRI; semangat kebangsaan (ruh al- ashabiyah), semangat menjaga keragaman nusantara yang terdiri dari berbagai bahasa, budaya, dan agama; ruh kemanusiaan (ruh al-basyariyah), semangat saling menghargai dengan sesama manusia. Semua persoalan tersebut bukan tak mungkin ditangani secara efektif dan efisien. Namun, untuk memaksimalkan tugas dan fungsi, kita dituntut memberikan pembinaan Islam kepada masyarakat dengan kebutuhan SDM-SDM yang professional dan berwawasan luas serta memiliki tingkat spiritual yang baik. Karena persoalan-persoalan tersebut bukan sekedar
8 pelibatan fisik dan strategi, melainkan perlu pelibatan spiritual. Mengapa? Karena dimensi spiritual inilah yang sesungguhnya akan terus mengisi jiwa untuk senantiasa optimis dalam melihat persoalan. Dengan kata lain, dibutuhkan sosok pegawai yang berwawasan luas dan professional, juga memiliki visi ketuhanan dalam setiap langkahnya. Wujud kontribusi Kementerian Agama, khususnya Bimas Islamdalam menjaga kebhinnekaan, diantaranya: Penanggulangan Pengaruh ISIS di Indonesia Keberadaan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) diyakini telah mempengaruhi gerakan jihad diindonesia. Pihak otioritas dengan jelasa menyebut adanya keterlibatan WNI dalam gerakan ISIS, dan belakangan muncul video ancaman melalui internet dari pasukan ISIS asal Malang; adanya sebagian umat Islam Indonesia yang mengangkat sumpah dan berjanji setia kepada ISIS; serta tumbuhnya benih-beninh gerakan ini di sejumlah daerah, semakin meneguhkan ancaman bahaya ISIS semakin kuat. Sehingga upaya menangkal gerakan ISIS telah dilakukan dengan cepat dan serius. Pada tanggal 9 Agustus 2014, Ditjen Bimas Islam memprakarsai Silaturrahmi Nasional Pimpinan Ormas Islam dengan Menteri Agama. Hasil dari pertemuan tersebut menyatakan bahwa ideologi Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) bertentangan dengan ideologi
9 Pancasila. Cara-cara radikal dan kekerasan dalam memperjuangkan negara Islam di Iraq dan Suriah, cermin nyata bahwa organisasi ini berpaham radikal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Menteri Agama menegaskan, dalam menyi kapi isu ISIS, seluruh umat Islam Indonesia dan ormas Islam harus mengedepankan semangat ukhuwah Islamiyah dan kerukunan nasional. Umat Islam dan segenap kekuatan bangsa tidak boleh terpecah-belah dan terjebak dalam strategi adu-domba yang dapat merugikan kepentingan umat yang lebih besar. Penanganan Kasus Syiah Sampang, Madura Konflik Syiah Sampang, Madura, termasuk masalah keummatan yang sangat pelik. Berbagai upaya telah dilakukan, namun hingga kini belum mendapat titik terang penyelesaian. Bahkan, Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin, mengunjungi kampung yang dulunya menjadi tempat tinggal pengikut Syiah di Desa Karanggayam, Kecamatan Omben. Kedatangan Menag kemudian melakukan pertemuan di aula SUN Karanggayam dan menanyakan langsung perihal pengikut Syiah yang dipimpin Tajul Muluk. Menag berharap pengikut Tajul yang kini masih berada di Rusunawa Sidoarjo itu bisa dipulangkan ke desa masing-masing dan hidup tenteram damai lagi dengan warga Karanggayam lainnya. Sayangnya, warga dan
10 tokoh di Karanggayam belum mau menerima kepulangan pengikut Tajul jika belum kembali pada ajaran semula. Posisi Kementerian Agama seperti jelas cukup dilematis. Di satu sisi jika pengikut Tajul Mulk enggan melepaskan ajaran Syiah, dan warga menolak. Sementara pada sisi yang lain, pengikut Tajul Mulk belum tentu mau melepaskan paham keagamannya. Hal ini dipersulit dengan fatwa MUI Jawa Timur bahwa Syi ah Sampang merupakan aliran sesat. Penanganan JAI Tasikmalaya (Jabar) dan NTB Pada tahun 2013 dan 2014, Kementerian Agama, cq. Ditjen Bimas Islam mendapat tugas dari Kementerian POLHUKAM agar terlibat aktif dalam penyelesaian JAI, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Tasikmalayan, Kementerian Agama telah melakukan pembinaan kepada pengikut JAI dan memberikan bantuan modal usaha, rumah ibadah, dan Majelis Taklim. Sedangkan penanganan JAI di NTB, Kementerian Agama pada bulan Juni dan September 2014 telah mensosialisasi SKB tentang JAI di 10 Kabupaten se-provinsi NTB. Bersamaan dengan itu, Kanwil Kemenag NTB juga melakukan pendekatan secara terus menerus dan berkoordinasi dengan seluruh kekuatan umat, khususnya ulama, pimpinan Ormas Islam, aparat Pemda, dan Penyuluh Agama Islam agar tidak melakukan tindakan anarkhis dan sepihak yang dapat merusak hubungan antar umat beragama.
11 Penanganan Paham Menyimpang Rasul Baru bernama Cecep Solihin menyebarkan paham keagamaan yang dinilai menyimpang dari mainstream kembali terjadi pada kasus Rasul baru di Bandung, tepatnya di Jalan Cinta Asih Kelurahan Samoja Kecamatan Batununggal Kota Bandung, Jawa Barat. Kini, Cecep telah menyatakan bertaubat dan para jamaah yang semula enggan pulang ke rumah, setelah dilakukan upaya persuasi, akhirnya mau kembali ke rumahnya masing-masing. Kementerian Agama melalui peran penyuluh agama berupaya menggiatkan penyuluhan agar masyarakat tidak terjerumus mengikuti paham-paham yang menyimpang. Para penyuluh juga telah disediakan modul agar menjalankan tugasnya untuk meminimalisir pahampaham yang dinilai keluar dari ajaran mainstream. Ikhtiar mengatasi problem paham keagamaan. Ditjen Bimas Islam telah melakukan berbagai upayaupaya pencegahan melalui sinergitas dengan stakeholder, seperti Ormas Islam, DKM, Lembaga Sosial Keagamaan,Majelis Ta lim, dan lainnya. Upaya ini agar umat tidak mudah disusupi paham keagamaan radikal atau paham-paham yang menyimpang. Melalui lembaga keagamaan, khususnya Majelis Taklim, diharapkan mampu mengajarkan Islam yang damai. Peran penting lainnya adalah bahwa majelis ta lim
12 mayoritas diikuti oleh jamaah ibu-ibu sehingga diharapkan mampu mempersiapkan generasi muslim dengan pemahaman keagamaan yang moderat dan damai. Peran ibu yang menjadi madrasah al-ula (pendidikan pertama) bagi anak-anaknya berperan besar dalam membentuk pemahman dan sikap keberagamaan inklusif. Upaya yang sama juga dilakukan melalui pemberdayaan takmir masjid dan mushala. Mereka diharapkan mampu menjadi jembatan dalam mengkomunikasikan segala persoalan yang muncul di tengah masyarakat, terutama kemunculan gerakan radikal dalam keagamaan. Ta mir masjid dan mushala merupakan tokoh agama yang langsung berhadapan dengan umat dan hidup di tengah-tengah mereka serta berperan melakukan pelayananan keagamaan. Dengan peran strategis ta mir masjid dan mushala diharapkan mampu meminimalisir dan memfilter paham keagamaan radikal dan menyimpang yang menjadi ancaman kebhinnekaan bangsa. Sumber: bimasislam.kemenag.gi.id-informasi-opini
Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI
Mam MAKALAH ISLAM Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI 5 Agustus 2014 Makalah Islam Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI Fuad Nasar (Pemerhati Masalah Sosial Keagamaan) Islamic
Lebih terperinciISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL
ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL Chairman The Institute, Jakarta Islam adalah salah satua agama besar di dunia, dimana saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 milyar umat Muslim
Lebih terperinciMam MAKALAH ISLAM. HAB Ke68- Kemenag, Kritik dan Harapan
Mam MAKALAH ISLAM HAB Ke68- Kemenag, Kritik dan Harapan 15, Januari 2014 Makalah Islam HAB Ke-68 Kemenag, Kritik dan Harapan Dr. H. Thobib Al-Asyhar, M. Si. (Kasubag Data dan Sistem Informasi Ditjen Bimas
Lebih terperinciPEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
BAHAN PAPARAN [ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA S U M A T E R A K A L I M A N T A N I R I A N J A Y A J A V A Ps 28E (1) setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 Rencana Kerja Tahun 2018 Badan Kesbangpol Prov. Kalsel 1 KATA PENGANTAR Puji
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012
Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR'AN TAHUN 1433 H/2012 M
Lebih terperinciBAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME
BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013
Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA
Lebih terperinciBung Karno, pohon sukun dan Pancasila
Bung Karno, pohon sukun dan Pancasila Rabu, 7 Juni 2017 16:28 WIB 88 Views Oleh Kornelis Kaha Masyarakat di depan patung Ir. Soekarno (Bung Karno) di alun-alun Kota Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). (ANTARA)
Lebih terperinciSAMBUTAN DIRJEN KESBANGPOL DISAMPAIKAN PADA FORUM KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PENANGANAN FAHAM RADIKAL WILAYAH BARAT TAHUN 2014
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN DIRJEN KESBANGPOL DISAMPAIKAN PADA FORUM KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PENANGANAN FAHAM RADIKAL WILAYAH BARAT TAHUN 2014 SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA
Lebih terperinciBAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME
BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perubahan yang terjadi di Indonesia selama setengah abad ini sesungguhnya telah membawa masyarakat ke arah yang penuh dengan fragmentasi dan kohesi sekaligus (Abdullah,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19
DAFTAR ISI Daftar Isi.. 5 Kata Pengantar... 7 Bab I Pendahuluan. 10 Bab II Pengertian Manhaj Salaf... 15 2.1. Ahlussunnah wal Jama ah.... 15 2.2. Salaf.. 19 Bab III Salafi dan Wahabisme.. 22 3.1. Sejarah
Lebih terperinciMam MAKALAH ISLAM. Maaf, Saya Muslim
Mam MAKALAH ISLAM Maaf, Saya Muslim 29 Desember 2014 Makalah Islam Maaf, Saya Muslim M. Fuad Nasar (Wakil Sekretaris BAZNAS) Bagaimana sikap elegan seorang pejabat beragama Islam dalam kapasitas sebagai
Lebih terperinciKESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA
KANTOR UTUSAN KHUSUS PRESIDEN UNTUK DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN PERADABAN KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA HASIL MUSYAWARAH BESAR PEMUKA AGAMA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Jakarta 8-10 Februari 2018
Lebih terperinciPengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014
Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA HARI PRAMUKA KE-53 DI LAPANGAN BUMI PERKEMAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sadar ini menunjukkan sifat pendidikan itu yang memanusiakan manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal substantif bagi kehidupan manusia. Manusia sangat membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pada hakekatnya pendidikan adalah upaya sadar dari
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN DIALOG PELIBATAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME T. A.
RENCANA KEGIATAN DIALOG PELIBATAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME T. A. 2017 1. Latar Belakang Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Peringatan Isra Miraj Nasional, Jakarta, 7 Juni 2013 Jumat, 07 Juni 2013
Sambutan Presiden RI pada Peringatan Isra Miraj Nasional, Jakarta, 7 Juni 2013 Jumat, 07 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN ISRA MI'RAJ NASIONAL DI ISTANA NEGARA, JAKARTA, TANGGAL
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE-69 KEMENTERIAN AGAMA TANGGAL 3 JANUARI 2015
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE-69 KEMENTERIAN AGAMA TANGGAL 3 JANUARI 2015 Assalamu alaikum wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Saudara-saudara keluarga besar Kementerian
Lebih terperinciPENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni
113 PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil kajian ini, pada akirnya peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan terkait dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, yakni sebagai berikut: 1. wacana gagasan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa
REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat
Lebih terperinciKELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
20. PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) KELAS: X KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL) 1. Menghayati
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciCITA-CITA NEGARA PANCASILA
CITA-CITA NEGARA PANCASILA Disampaikan Pada Diskusi Harian Pelita di Gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta, 10 Maret 2011 1. Cita-cita Negara Pancasila, sebagaimana dirintis dasar-dasar filosofisnya oleh
Lebih terperinciMata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21 Tanggal Penyerahan Makalah : 25 Juni 2013 Tanggal
Lebih terperinciSTRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK
A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. memiliki prinsip rahmatan lil alamin. Agama yang mengatur kehidupan manusia secara keseluruhan, detail
Lebih terperinci29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)
29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-108 TAHUN 2016
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-108 TAHUN 2016 Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul
BAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul Sejauh ini peneliti telah memberikan ulasan terinci mengenai tema penelitian ini. Ada beberapa simpul yang dapat ditarik dari uraian tersebut, khususnya dalam menjawab terhadap
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat 1. V i s i Sesuai dengan peran Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011
1 Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011 TANGGAL 28 OKTOBER 2011 (DIKIR NEGERI ASSALAMU ALAIKUM WR.
Lebih terperinciPENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Modul ke: RADIKALISME ISLAM DI INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Pengertian Radikal Menurut KBBI radikal adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah kompleks, salah satunya karena lemahnya pemahaman para generasi muda sebagai generasi penerus bangsa
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak
302 BAB VII KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Kemajemukan (pluralitas) etnis, bahasa, budaya dan agama yang tumbuh dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak terbantahkan dalam
Lebih terperinciSAMBUTAN PADA ACARA PERESMIAN MUSDA III PD. BKMM-DMI KOTA BANDUNG HARI/TANGGAL : SELASA, 26 APRIL 2016 : PUKUL WIB
WALI KOTA BANDUNG SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERESMIAN MUSDA III PD. BKMM-DMI KOTA BANDUNG HARI/TANGGAL : SELASA, 26 APRIL 2016 WAKTU TEMPAT : PUKUL 09.00 WIB : BASEMENT MASJID AL-UKHUWAH JL.
Lebih terperinciKOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)
KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dimana kesemuanya itu merupakan anugrah dari Tuhan yang maha
Lebih terperinciSAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.
Lebih terperinciMENDENGARKAN HATI NURANI
Mengejawantahkan Keputusan Kongres Nomor Kep-IX / Kongres XIX /2013 tentang Partisipasi Dalam Partai Politik dan Pemilu Wanita Katolik Republik Indonesia MENDENGARKAN HATI NURANI Ibu-ibu segenap Anggota
Lebih terperinciSOSIALISASI SKB 3 MENTERI DAN SEB TERKAIT JAI DAN GAFATAR
SOSIALISASI SKB 3 MENTERI DAN SEB TERKAIT JAI DAN GAFATAR SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA Disampaikan pada: FASILITASI PENGUATAN TIM KOORDINASI PAKEM DALAM RANGKA KOORDINASI, MONITORING DAN EVALUASI
Lebih terperinciPlenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions
Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Parliamentary Event on Interfaith Dialog 21-24 November 2012, Nusa Dua, Bali Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya
Lebih terperinciRADIKALISME DAN ANTISIPASI ISIS. OLEH: Duski Samad. Ketua MUI Kota Padang
RADIKALISME DAN ANTISIPASI ISIS OLEH: Duski Samad Ketua MUI Kota Padang Meluasnya pemberitaan tentang pengaruh dan rekrutmen anggota ISIS dari Indonesia akhir-akhir ini patut dicermati dan diberikan klarifikasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik melalui proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperoleh berbagai ilmu berupa pengetahuan,
Lebih terperinciBAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA
BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA Beragama dan beribadat menurut keyakinan masing-masing adalah salah satu unsur dari hak azasi manusia (HAM) yang wajib dihormati dan dilindungi keberadaannya.
Lebih terperinciWALIKOTA BANDUNG SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN PIDATO BUNG KARNO 1 JUNI 1945 YANG DIRANGKAI DENGAN BICARA BUKU BERSAMA WAKIL RAKYAT
WALIKOTA BANDUNG SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN PIDATO BUNG KARNO 1 JUNI 1945 YANG DIRANGKAI DENGAN BICARA BUKU BERSAMA WAKIL RAKYAT HARI/TANGGAL : SENIN, 30 MEI 2016 WAKTU : - TEMPAT
Lebih terperinciASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA, OM SWASTIASTU, NAMO BUDHAYA,
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KAMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE 108 TAHUN 2016 ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012
Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERAYAAN NATAL NASIONAL DI PLENARY HALL JAKARTA CONVENTION
Lebih terperinciMaukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke:
Pertemuan ke: Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Salah satu upaya negara membangun nasionalisme rakyatnya yakni melalui sarana pendidikan, dalam hal ini dengan memprogramkan Pendidikan Kewarganegaraan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENGISIAN STRUKTUR ORGANISASI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Lebih terperinciModul ke: Geopolitik. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.
Modul ke: Geopolitik Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian Geopolitik Kata Geopolitik berasal dari kata geo dan politik. Geo berarti bumi, dan politik berasal dari bahasa
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom
BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom 1. Remaja melakukan penyimpangan karena kurangnya pengetahuan agama. Akhlak remaja adalah tingkah laku
Lebih terperinciKODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan
Lebih terperinciAMANAT PADA UPACARA HARI KESAKTIAN PANCASILA TINGKAT KOTA BANDUNG TAHUN 2017
WALI KOTA BANDUNG AMANAT WALI KOTA BANDUNG PADA UPACARA HARI KESAKTIAN PANCASILA TINGKAT KOTA BANDUNG TAHUN 2017 HARI/TANGGAL : SENIN, 2 OKTOBER 2017 WAKTU TEMPAT : PUKUL 07.45 WIB : PLAZA BALAI KOTA JL.
Lebih terperinciLAPORAN PENGAMATAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
LAPORAN PENGAMATAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Tentang IDEOLOGI PANCASILA Pancasila, Alat Pemersatu Bangsa Indonesia Yang Tak Dapat Tergantikan Oleh : Umminun Nasrul Kurnia Putri Kelas : XII IPA 1 MAN KALABAHI
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI
TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : Devit Surtianingsih NIM : 11.01.2851 Kelompok : B Program Studi : Pancasila Jurusan : D3-TI Dosen : Irton. SE., M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus
1 2 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan oleh para pendiri bangsa ini dengan tujuan yang sangat mulia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciNilai-nilai Budaya Kerja Kementerian Agama RI
Nilai-nilai Budaya Kerja Kementerian Agama RI Sambutan Menteri Agama Republik Indonesia Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, Tuhan yang maha kuasa, berkat rahmat dan karunia-nya buku saku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Organisasi ekstra universitas merupakan organisasi mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi ekstra universitas
Lebih terperinciPeningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas
XIX Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas Keamanan dan ketertiban merupakan prasyarat mutlak bagi kenyamanan hidup penduduk, sekaligus menjadi landasan utama bagi pembangunan
Lebih terperinciKEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93 Tahun 2016 NOMOR : KEP-043/A/JA/02/2016 NOMOR : 223-865 Tahun 2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar balakang masalah yang ada dilapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan
Lebih terperinciImplementasi Nilai-nilai Pancasila di Tanah Batak Jadi Tema Bincang Focus Group Discussion FBBI
Foto: Pembicara (kiri), Pengurus dan Peserta FGD KOPI, JAKARTA - Implementasi nilai-nilai Pancasila di Tanah Batak Bona Pasogit (kampung halaman) jadi tema perbincangan Focus Group Discussion (FGD) Dewan
Lebih terperinciPOKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012
POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012 UNTUK PENCERAHAN DAN SOLUSI PERMASALAHAN BANGSA Muhammadiyah merupakan bagian tak terpisahkan dari komponen bangsa. Oleh karena itu, Muhammadiyah sangat peduli atas
Lebih terperinciKementerian Dalam Negeri 2017
Arah Kebijakan Bidang Bina Ideologi Karakter dan Wawasan Kebangsaan oleh Dr. Prabawa Eka Soesanta, S.Sos, M.Si Direktur Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan Kementerian Dalam Negeri 2017 1 Tahapan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 1 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PUSAT PENGEMBANGAN ISLAM BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011
Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN SARANA DAN PRASARANA DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan yang bergerak di bidang dakwah Islam, pendidikan dan sosial kemasyarakatan, mendirikan lembaga pendidikan dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK
BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. Bahkan keduanya saling
Lebih terperinciPerihal : Replik Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor 168/ Pdt. G/ 2013/ PN.Jkt.Pst [REPLIK ATAS EKSEPSI DAN JAWABAN PERTAMA TERGUGAT I]
Perihal : Replik Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor 168/ Pdt. G/ 2013/ PN.Jkt.Pst [REPLIK ATAS EKSEPSI DAN JAWABAN PERTAMA TERGUGAT I] Antara TEGUH SUGIHARTO, SE ----------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. andil pada perubahan sistem dan tata nilai dalam masyarakat Islam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi dalam era globalisasi sekarang ini telah membawa perubahan-perubahan dalam
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang telah dipaparkan di bab-bab sebelumnya, dapat dipahami bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik dasar pemikiran fiqh, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciCEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI
CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI O L E H : PROF. DR. IRFAN IDRIS, MA DIREKTUR DERADIKALISASI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) RI JOGJAKARTA, 11 JUNI 2014 1 Kerangka Konsepsi
Lebih terperinciAlokasi Waktu. Sumber Belajar
Satuan Pendidikan : SMK/MAK Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Kelas : XII (dua belas) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran nasionalisme yang pertama kali muncul di Indonesia adalah kesadaran etnis yang kemudian melahirkan keragaman. Keragaman ini selanjutnya dipersatukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia,
Lebih terperinciMemahami Budaya dan Karakter Bangsa
Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal turut bertanggung jawab dalam pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan karakter
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.
Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,
Lebih terperinciBUPATI BENGKALIS BENGKALIS,7 JANUARI 2017 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA
BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA ACARA TEMU TOKOH AGAMA, ULAMA DAN UMARA DALAM UPAYA PEMBANGUNAN STRATETIS BIDANG KEGAMAAN OLEH MUI KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2017 BENGKALIS,7 JANUARI 2017
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan suatu konsep universal, dan diwajibkan setiap negara untuk memeberikan pendidikan yang layak bagi setiap warga negaranya. Indonesia sebagai salah
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB
Lebih terperinciREVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH
Pengantar Diskusi REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Oleh: Muhammad Purwana PENGERTIAN 1) kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
Lebih terperinciMenguatkan Nasionalisme Baru Generasi Muda yang Berkarakter (dalam Upaya Mengembangkan Model Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kampus)
Seminar 129 Nasional Abdul Hukum Rasyid Saliman Universitas dan Negeri Rio Armanda Semarang Agustian Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017, 129-134 Fakultas Hukum, Faculty of Law Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA ARAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA SE- INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA ARAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA SE- INDONESIA DIREKTORAT KETAHANAN EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA DIREKTORAL JENDERAL POLITIK
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPARAMETER DERADIKALISASI TERORISME DI INDONESIA OLEH : DR. AGUS SUBAGYO, SIP, M.SI DEKAN FISIP UNJANI CIMAHI JABAR
PARAMETER DERADIKALISASI TERORISME DI INDONESIA OLEH : DR. AGUS SUBAGYO, SIP, M.SI DEKAN FISIP UNJANI CIMAHI JABAR DIPRESENTASIKAN DALAM DISKUSI INTERNAL DI KEMENKO POLHUKAM, JAKARTA, 23 AGUSTUS 2016 TAHAPAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciPERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,
1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya sangat diperlukan bagi setiap insan manusia. Pendidikan diarahkan sebagai pondasi untuk membangun individu dan bangsa. Pendidikan adalah
Lebih terperinci- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG
- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA
Lebih terperinciPANCASILA. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bernegara
PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bernegara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pendahuluan
Lebih terperinci