Kata Pengantar. Jakarta, Juli 2016 Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen. Kusumaningtuti S. Soetiono

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Pengantar. Jakarta, Juli 2016 Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen. Kusumaningtuti S. Soetiono"

Transkripsi

1

2 Kata Pengantar Sebagaimana amanah yang tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/SEOJK.07/2014 tentang Pelayanan dan Penyelesaian Konsumen pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) dapat mengimplementasi Standar Internal Dispute Resolution (Standar IDR) yang telah disusun bersama untuk mewujudkan perlindungan konsumen yang prima. Standar IDR ini, secara garis besar, memiliki 3 (tiga) manfaat penting bagi PUJK yaitu mendorong PUJK agar memiliki panduan/dasar penyusunan Standar Operating Procedure (SOP) minimum bagi pelaksanaan pelayanan konsumen, memberikan kepastian bisnis proses/mekanisme terkait IDR dan mendorong terjadinya penyelesaian pengaduan yang govern, baik dari sisi PUJK maupun sisi konsumen. Dengan semangat berbenah diri, melalui penerapan Standar IDR yang dipahami dan diterapkan sebagai dasar rujukan/pedoman untuk melaksanakan pelayanan konsumen sektor jasa keuangan yang andal, OJK mengharapkan Standar IDR ini dapat bermanfaat, meningkatkan profesionalisme kerja yang berkualitas, konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi memberikan masukan dalam rangka penyusunan Standar IDR ini. Semoga Standar ini mampu memberikan sumbangsih bagi peningkatan perlindungan konsumen sektor jasa keuangan. Jakarta, Juli 2016 Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S. Soetiono i

3 Sekapur Sirih Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada kita sehingga penyusunan Standar Internal Dispute Resolution (Standar IDR) ini dapat diselesaikan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa eksistensi bidang usaha Lembaga Jasa Keuangan (LJK) dibangun berdasarkan pada kepercayaan konsumen. Oleh karena itu, perlu dibangun hubungan yang baik antara LJK dengan konsumennya. Persepsi konsumen terhadap LJK (the way I am treated) perlu menjadi perhatian serius bagi LJK. Hal ini dapat direalisasikan melalui penyelesaian pengaduan oleh LJK sebagai first line of defense yang akan menghasilkan kepercayaan konsumen (trust) dan keyakinan terhadap LJK (confidence). Wujud nyata dari trust dan confidence tersebut adalah berupa keinginan konsumen untuk meneruskan atau meningkatkan hubungan baik dengan LJK. Standar IDR ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi LJK dalam pelaksanaan IDR sekaligus mendorong LJK menuju level of playing field yang sama di seluruh sektor jasa keuangan. Adapun pengembangannya diserahkan kepada kesiapan dan kebijakan internal masingmasing LJK. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi, baik tenaga maupun pikiran, dalam penyusunan Standar IDR ini. Besar harapan kami agar standar ini dapat memberikan manfaat bagi Konsumen maupun LJK. Jakarta, Juli 2016 Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Anggar B. Nuraini ii

4 Daftar Isi Kata Pengantar... i Sekapur Sirih... ii Daftar Isi... iii A. Pendahuluan Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Dasar Pengaturan Definisi... 3 B. Prinsip Penerapan IDR Visibilitas Aksesibilitas Responsif Perlakuan yang Adil Biaya Layanan Pengaduan Kerahasiaan Data Fokus pada Konsumen Akuntabilitas Perbaikan Berkelanjutan... 6 C. Kerangka Penanganan Pengaduan Komitmen Kebijakan Wewenang dan Tanggung Jawab Pengendalian Internal D. Desain dan Perencanaan Tujuan Penyelenggaraan iii

5 3. Sumber Daya Manusia E. Pelaksanaan Penanganan Pengaduan Media Komunikasi Alur Penanganan Pengaduan Penerimaan dan Pencatatan Pengaduan Pemantauan Pengaduan Penyampaian Bukti Penerimaan Pengaduan Klasifikasi Pengaduan Analisis dan Investigasi Pengaduan Penyelesaian dan Tanggapan Pengaduan Penyampaian Penyelesaian Pengaduan Penutupan Pengaduan Penanganan Pengaduan dari Sistem Layanan Konsumen Terintegrasi Sektor Jasa Keuangan F. Pemeliharaan dan Perbaikan Berkelanjutan Alur Perbaikan Berkelanjutan AdministrasiPengaduan Analisis, Evaluasi dan LaporanPengaduan Pemenuhan Kepentingan Konsumen Terhadap Penanganan Pengaduan Pemantauan Proses Penanganan Pengaduan Audit Penanganan Pengaduan Reviu Manajemen Terhadap Proses Penanganan Pengaduan Perbaikan Berkelanjutan iv

6 A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam pelaksanaan kegiatan usaha sektor jasa keuangan, terkadang tidak seluruh hak Konsumen dapat terlaksana dengan baik sehingga dapat menimbulkan permasalahan antara Konsumen dengan Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) yang disampaikan melalui pengaduan. Pengaduan ini, jika tidak diselesaikan dengan baik, pada akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi Konsumen dan berdampak pada menurunnya kepercayaan Konsumen kepada PUJK-nya. Kepercayaan masyarakat bagi industri sektor jasa keuangan merupakan pilar utama yang akan menopang berkembangnya industri sektor ini. Oleh karena itu, upaya PUJK untuk tetap menjaga kepercayaan Konsumennya adalah hal yang mutlak dilakukan. Sebagaimana diamanahkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK), salah satu tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat. Upaya perlindungan Konsumen dan masyarakat tersebut diarahkan untuk meningkatkan kepercayaan Konsumen (market confidence) dan memberikan peluang dan kesempatan bagi PUJK untuk berkembang secara adil, efisien dan transparan. Di sisi lain Konsumen memiliki pemahaman atas hak dan kewajiban dalam berhubungan dengan PUJK mengenai karakteristik, layanan dan produk (level playing field). OJK dalam mengemban amanah UU OJK, telah menyusun berbagai perangkat untuk memberikan perlindungan bagi Konsumen, namun dengan tetap menjaga kepentingan PUJK dan keberlangsungan industri sektor jasa keuangan. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.2/SEOJK.07/2014 tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan, OJK telah mengatur mekanisme Penanganan Pengaduan Konsumen oleh PUJK. Kedua ketentuan tersebut, antara lain mengatur beberapa kewajiban bagi PUJK terkait upaya perlindungan bagi Konsumen sektor jasa keuangan, antara lain kewajiban untuk (i) memiliki dan melaksanakan mekanisme dan penyelesaian Pengaduan Konsumen beserta pelaporannya; (ii) segera menindaklanjuti dan menyelesaikan Pengaduan yang didukung dengan adanya unit kerja dan/atau fungsi untuk menangani dan menyelesaikan Pengaduan Konsumen; dan (iii) bertanggung jawab atas kerugian Konsumen yang timbul akibat kesalahan dan/atau kelalaian pengurus, karyawan PUJK dan/atau pihak ketiga yang bekerja untuk kepentingan PUJK. 1

7 PUJK diharapkan dapat secara optimal menangani dan menyelesaikan Pengaduan dari Konsumennya melalui mekanisme internal PUJK (Internal Dispute Resolution/IDR) dan menjadikan IDR ini sebagai bagian dari budaya perlindungan Konsumen yang terus dikembangkan, termasuk melakukan perubahan paradigma bahwa Konsumen merupakan mitra dalam perlindungan Konsumen, bukan hanya sebagai objek. Hal ini sangat beralasan karena PUJK adalah pihak yang memiilki pemahaman yang lebih baik, dari sisi produk dan/atau layanan maupun Konsumen. Dengan demikian, penyelesaian yang diberikan oleh PUJK merupakan penyelesaian yang terbaik bagi Konsumen. 2. Maksud dan Tujuan Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan IDR, maka dipandang perlu adanya suatu standar pelaksanaan IDR (Standar IDR) yang dapat diterapkan oleh seluruh PUJK. Standardisasi ini disusun dengan tujuan memberikan acuan bagi seluruh PUJK dalam pelaksanaan IDR sehingga dalam Penanganan dan penyelesaian Pengaduan, Konsumen akan mendapat pengalaman pelayanan dengan standar yang sama ketika berhubungan dengan PUJK dari berbagai sektor jasa keuangan. Standar ini akan menjadi acuan minimal bagi PUJK yang pengembangannya diserahkan kepada kesiapan dan kebijakan internal masingmasing PUJK, serta menyesuaikan dengan karakteristik masing-masing sektor jasa keuangan.dengan demikian, diharapkan acuan standar ini dapat secara tepat dan mudah diterapkan oleh seluruh PUJK dari berbagai sektor. 3. Ruang Lingkup Standar IDR ini membahas aspek Penanganan Pengaduan sebagai berikut: a. Prinsip Penerapan IDR; b. Kerangka Penanganan Pengaduan; c. Desain dan Perencanaan; d. Pelaksanaan Penanganan Pengaduan Konsumen; dan e. Pemeliharaan dan Perbaikan Berkelanjutan. Tidak termasuk dalam Standar IDR ini adalah: a. Permohonan pelaksanaan kewajiban PUJK yang sedang diproses oleh PUJK sesuai Perjanjian Contoh: Permohonan pembayaran klaim asuransi yang sedang diproses oleh Perusahaan Asuransi sesuai dengan tenggat waktu yang tercantum dalampolis. b. Pengajuan kembali Pengaduan yang sebelumnya telah disepakati penyelesaiannya 2

8 Contoh: Konsumen mengajukan kembali Pengaduan terkait penolakan pembayaran klaim asuransi yang sebelumnya telah disepakati oleh Konsumen; dan/atau c. Penyelesaian Pengaduan atau sengketa yang telah atau sedang diproses melalui pengadilan atau Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa. Standar ini tidak mengubah hak atau kewajiban yang diberikan oleh Undang- Undang atau peraturan yang berlaku. 4. Dasar Pengaturan a. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan; b. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan; c. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan; d. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.2/SEOJK.07/2014 tentang Pelayanan dan Penyelesaian PengaduanKonsumen pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan; e. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/SEOJK.07/2014 tentang Penyampaian Informasi Dalam Rangka Pemasaran Produk Dan/Atau Layanan Jasa Keuangan; f. Peraturan Perundang-Undangan lain yang berlaku di masing-masing sektor jasa keuangan. 5. Definisi a. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. b. Pelaku Usaha Jasa Keuangan adalah Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Bank Kustodian, Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Gadai, dan Perusahaan Penjaminan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah. c. Konsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan antara lain nasabah pada Perbankan, pemodal di Pasar Modal, pemegang polis pada perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun, berdasarkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. d. Perlindungan Konsumen adalah perlindungan terhadap Konsumen dengan cakupan perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan. 3

9 e. Pengaduan adalah ungkapan ketidakpuasan Konsumen yang disebabkan oleh adanya kerugian dan/atau potensi kerugian finansial pada Konsumen yang diduga karena kesalahan atau kelalaian Lembaga Jasa Keuangan. f. Penanganan Pengaduan adalah pelayanan dan penyelesaian Pengaduan di sektor jasa keuangan. g. Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga yang melakukan penyelesaian sengketa di luar pengadilan. h. Direksi: 1) bagi PUJK yang merupakan badan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perseroan terbatas; 2) bagi PUJK yang merupakan badan hukum yang berbentuk Perusahaan Daerah adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perusahaan daerah; 3) bagi PUJK yang merupakan badan hukum yang berbentuk Koperasi adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang perkoperasian; dan 4) bagi PUJK yang merupakan badan hukum yang berbentuk Dana Pensiun adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang dana pensiun; 5) bagi kantor cabang bank asing adalah pimpinan kantor cabang bank asing. B. Prinsip Penerapan IDR Perlindungan Konsumen sektor jasa keuangan didasari oleh 5 prinsip sebagaimana tertuang dalam POJK No.1/POJK.03/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, yaitu: a. Transparansi; b. Perlakuan yang adil; c. Keandalan; d. Kerahasiaan dan keamanan data/informasi Konsumen; dan e. Penanganan Pengaduan Konsumen secara sederhana, cepat dan biaya terjangkau 4

10 Terkait Penanganan Pengaduan, berikut ini adalah prinsip penerapan IDR sektor jasa keuangan yang efektif: 1. Visibilitas PUJK mempublikasikan cara menyampaikan Pengaduan kepada Konsumen, masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan. 2. Aksesibilitas PUJK memiliki fasilitas layanan Penanganan Pengaduan yang mudah diakses oleh Konsumen. 3. Responsif PUJK segera melayani, menindaklanjuti dan menyelesaikan Pengaduan Konsumen dan menyediakan informasi status serta hasil Penanganan Pengaduan kepada Konsumen secara jelas, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 4. Perlakuan yang Adil PUJK menangani setiap Pengaduan Konsumen secara adil, obyektif dan tidak memihak. 5. Biaya Layanan Pengaduan PUJK tidak memungut biaya atas Penanganan Pengaduan, kecuali untuk layanan lain yang diminta oleh Konsumen diluar yang telah disediakan oleh PUJK yang besarannya telah dikomunikasikan dan disetujui oleh Konsumen dan dapat dibuktikan kebenarannya. 6. Kerahasiaan Data PUJK menjaga kerahasiaan informasi mengenai Konsumen yang melakukan Pengaduan terhadap pihak manapun, kecuali: b. Kepada Otoritas Jasa Keuangan; c. Dalam rangka penyelesaian Pengaduan; d. Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan; dan/atau e. Atas persetujuan Konsumen. 7. Fokus pada Konsumen PUJK secara berkeseimbangan memperhatikan kepentingan Konsumen melalui komitmen dan implementasi untuk menyelesaikan Pengaduan tanpa mengesampingkan hak dan kewajiban kedua belah pihak. 5

11 8. Akuntabilitas PUJK memiliki kejelasan fungsi, struktur, sistem, hak dan kewajiban, tanggung jawab dan wewenang baik dari pihak PUJK maupun Konsumen dalam hubungannya dengan implementasi, pelaporan, serta pengambilan keputusan PUJK terhadap Penanganan Pengaduan. 9. Perbaikan Berkelanjutan PUJK melakukan perbaikan yang berkelanjutan terkait proses Penanganan Pengaduan untuk meningkatkan kualitas produk dan/atau layanan. C. Kerangka Penanganan Pengaduan 1. Komitmen Perusahaan berkomitmen dalam mengimplementasikan Standar IDR secara efektif dan efisien berdasarkan SEOJK No.2/SEOJK.07/2014, sesuai dengan prinsip perlindungan Konsumen sebagaimana tercantum dalam POJK No. 1/POJK.07/2013, antara lain dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Memberikan perlakuan yang seimbang dan obyektif kepada setiap Pengaduan; b. Memberikan kesempatan yang memadai kepada Konsumen untuk menjelaskan materi Pengaduan; c. Memberikan kesempatan kepada pihak lain yang diberikan kuasa (jika ada) oleh Konsumen yang mempunyai kepentingan terhadap Pengaduan, untuk memberikan penjelasan dalam penyelesaian Pengaduan; dan d. Menjaga kerahasiaan informasi mengenai Konsumen yang melakukan Pengaduan terhadap pihak manapun, kecuali (i) kepada OJK; (ii) dalam rangka penyelesaian Pengaduan; (iii) diatur oleh peraturan perundang-undangan; dan (iv) atas persetujuan Konsumen. Komitmen tersebut didukung dan dilaksanakan oleh seluruh karyawan di setiap level, sebagai berikut: a. Direksi atau Pejabat Setingkat Dibawah Direksi Yang Menjalankan Fungsi Penanganan Pengaduan: 1) Memasukkan pengembangan proses Penanganan Pengaduan pada rencana bisnis perusahaan. 2) Melaporkan Penanganan Pengaduan pada laporan tahunan. 3) Menerima laporan berkala terkait Penanganan Pengaduan. 4) Melakukan review terhadap informasi serta laporan terkait Penanganan Pengaduan. 5) Mengidentifikasi proses yang cacat serta melakukan perbaikan. 6

12 b. Pejabat Penanganan Pengaduan 1) Menciptakan, mengelola, serta bertanggungjawab atas sistem Penanganan Pengaduan yang efektif. 2) Memastikan ketersediaan staf sesuai dengan bidang Penanganan Pengaduan. 3) Memberikan pelatihan terkait Penanganan Pengaduan kepada staf. 4) Mengatur serta mendukung staf dalam melaksanakan proses Penanganan Pengaduan. 5) Menyampaikan laporan berkala kepada manajemen serta satuan kerjalain terkait isu Penanganan Pengaduan. c. Staf Penanganan Pengaduan 1) Bersikap profesional pada saat berhadapan dengan Konsumen. 2) Mengetahui dan mematuhi kebijakan internal Penanganan Pengaduan. 3) Berinisiatif untuk mencari informasi terkait perkembangan program dan layanan Penanganan Pengaduan. 4) Memelihara minat terhadap praktik terbaik (best practice) terkait Penanganan Pengaduan. d. Unit kerja lain yang terkait dengan Penanganan Pengaduan 1) Mengetahui proses Penanganan Pengaduan serta responsif terhadap Penanganannya. 2) Mengetahui prosedur dan kebijakan Penanganan Pengaduan. 3) Membantu unit atau pejabat/staf Penanganan Pengaduan dalam menangani Pengaduan Konsumen. 4) Membantu Konsumen dalam menyampaikan Pengaduannya. 5) Memberikan informasi terkait Pengaduan Konsumen kepada karyawan atau unit Penanganan Pengaduan. 6) Memberikan respon terkait permasalahan sistematis yang timbul akibat Pengaduan Konsumen. 2. Kebijakan PUJK wajib memiliki dan menerapkan kebijakan dan prosedur tertulis Penanganan Pengaduan Konsumen dengan mengacu pada: a. POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan; b. SEOJK Nomor 2/SEOJK.07/2014 tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan; dan c. Standar IDR. Kebijakan dan prosedur dimaksud wajib ditaati oleh seluruh pengurus dan karyawan PUJK. 7

13 3. Wewenang dan Tanggung Jawab Direksi memutuskan pelaksanaan Penanganan Pengaduan melalui pembentukan unit/fungsi dengan menunjuk anggota Direksi, atau pejabat setingkat dibawah Direksi yang menjalankan fungsi tersebut dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Unit kerja atau pejabat Penanganan Pengaduan dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Direksi dan bersifat independen serta memiliki kewenangan dalam memutus sesuai pendelegasian wewenang yang berlaku masing-masing PUJK dan memiliki akses kepada pejabat yang berwenang serta fungsi lainnya yang terkait dengan bidang tugasnya yaitu untuk melayani dan menyelesaikan Pengaduan. Berikut adalah tanggung jawab dari masing-masing level jabatan: a. Direksi atau Pejabat Setingkat Dibawah Direksi Yang Menjalankan Fungsi Penanganan Pengaduan: 1. Memastikan bahwa perusahaan menerapkan proses Penanganan Pengaduan; 2. Memastikan bahwa proses Penanganan Pengaduan telah direncanakan, dirancang, dimonitor dan dikembangkan sesuai dengan prosedur dan kebijakan internal Penanganan Pengaduan; 3. Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan dalam proses Penanganan Pengaduan secara efektif dan efisien; 4. Memastikan perusahaan mengutamakan fokus pada Konsumen dan berkomitmen dalam melaksanakan proses Penanganan Pengaduan; 5. Memastikan bahwa informasi mengenai proses Penanganan Pengaduan mudah diakses oleh Konsumen dan pihak terkait lainya; 6. Memastikan menerima laporan terkait isu Pengaduan; dan 7. Melakukan peninjauan secara berkala dan pengembangan proses Penanganan Pengaduan secara efektif dan efisien. b. Pejabat Penanganan Pengaduan 1. Menetapkan target kinerja, evaluasi dan pelaporan terkait Penanganan Pengaduan; 2. Melaporkan kepada Direksi atau Pejabat Setingkat Dibawah Direksi Yang Menjalankan Fungsi Penanganan Pengaduan mengenai proses Penanganan Pengaduan, serta rekomendasi dalam rangka perbaikan dan pengembangan proses Penanganan Pengaduan; 8

14 3. Memantau pelaksanaaan proses Penanganan Pengaduan, termasuk perekrutan serta pelatihan kepada sumber daya, sistem teknologi, dokumentasi, kebijakan dan jangka waktu serta persyaratan lainnya; dan 4. Menunjuk pejabat dan/atau Staf sebagai Person In Charge (PIC) Pengaduan yang menjadi penghubung dan memiliki hak akses terhadap Sistem Layanan Keuangan Terintegrasi (SLKT) Sektor Jasa Keuangan. c. Staf Penanganan Pengaduan 1. Mendapatkan pelatihan mengenai Penanganan Pengaduan; 2. Mematuhi prosedur dan kebijakan internal Penanganan Pengaduan; 3. Bersikap sopan kepada Konsumen serta dapat menindaklanjuti Penanganan Pengaduan dengan tepat; dan 4. Mempraktikkan keterampilan interpersonal dan komunikasi dengan baik. d. Unit kerja lain yang terkait dengan Penanganan Pengaduan 1. Mengetahui peran, tanggung jawab dan kewenangan dalam proses Penanganan Pengaduan; 2. Mengetahui prosedur dan kebijakan internal yang diterapkan serta informasi yang disampaikan kepada Konsumen; 3. Memastikan bahwa proses Penanganan Pengaduan diimplementasikan dengan efektif dan efisien; 4. Bekerjasama dengan unit kerja/pejabat Penanganan Pengaduan; 5. Memastikan fokus pada Konsumen dan berkomitmen dalam melaksanakan proses Penanganan Pengaduan; 6. Memastikan bahwa informasi proses Penanganan Pengaduan mudah diakses; 7. Melaporkan tindak lanjut serta hasil Penanganan Pengaduan; 8. Memastikan pemantauan proses Penanganan Pengaduan dilakukan dan dicatat; 9. Memastikan upaya yang dilakukan dapat menyelesaikan Pengaduan serta mencegah terjadinya Pengaduan yang serupa berulang, serta mendokumentasikannya; dan 10. Melaporkan Pengaduan yang berdampak secara signifikan kepada Direksi atau Pejabat Setingkat Dibawah Direksi Yang Menjalankan Fungsi Penanganan Pengaduan. 9

15 Dalam hal Pengaduan Konsumen terkait transaksi atau kegiatan melibatkan karyawan PUJK yang memiliki kewenangan untuk menangani Pengaduan atau karyawan PUJK yang menyelesaikan Pengaduan tersebut, maka Penanganan dan penyelesaian Pengaduan wajib dilakukan oleh karyawan lain. 4. Pengendalian Internal PUJK wajib memiliki sistem pengendalian internal terkait dengan Penanganan Pengaduan. Sistem pengendalian internal sekurang-kurangnya mencakup: a. Kepatuhan PUJK terhadap pelaksanaan prinsip penerapan IDR; b. Sistem pelaporan dan monitoring terhadap tindak lanjut Pengaduan Konsumen; dan c. Mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dalam Penanganan Pengaduan. D. Desain dan Perencanaan PUJK wajib memiliki unit kerja dan/atau fungsi untuk menangani dan menyelesaikan Pengaduan yang diajukan Konsumen. Selain itu, PUJK juga wajib memastikan setiap kantor untuk menjalankan fungsi Penanganan Pengaduan Konsumen. PUJK menunjuk minimal 1 (satu) orang karyawan PUJK atau menyediakan sarana dalam rangka mendukung fungsi Penanganan Pengaduan di setiap kantor PUJK. Karyawan tersebut tidak terlibat dalam transaksi atau kegiatan terkait materi Pengaduan. Dalam menentukan unit Pengaduan tersendiri dan/atau fungsi Penanganan Pengaduan, Direksi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Jenis produk dan/atau layanan yang ditawarkan; b. Jenis, jumlah dan penyebaran Konsumen, baik Konsumen ritel maupun korporasi; c. Nilai transaksi yang dilakukan; dan d. Struktur organisasi dan penyebaran kegiatan operasional termasuk penyebaran kantor secara geografis. PUJK merencanakan dan merancang secara efektif dan efisien struktur Penanganan Pengaduan. Skema unit dan/atau fungsi pelayanan dan penyelesaian Pengaduan internal disesuaikan dengan metode layanan di masing-masing PUJK (sentralisasi, desentralisasi atau semi desentralisasi). 10

16 Berikut adalah contoh struktur organisasi unit dan/atau fungsi pelayanan dan penyelesaian Pengaduan: Direksi Unit Kerja Lain Unit Kerja/Pejabat yang ditunjuk menjalankan fungsi pelayanan Unit Kerja lain Unit/fungsi Pendukung Pelayanan Unit/fungsi Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan 1. Tujuan Dalam mendukung kinerja Penanganan Pengaduan, proses penerimaan Pengaduan sampai dengan memberikan tanggapan/selesainya Pengaduan, PUJK memiliki sistem Penanganan Pengaduan yang bertujuan untuk: a. Menjamin efektivitas dan efisiensi proses Penanganan Pengaduan sesuai dengan kebijakan dan tujuan yang telah ditetapkan; b. Terlaksananya tanggung jawab dan wewenang pada setiap level jabatan terkait Penanganan Pengaduan; c. Pemenuhan dan pemberdayaan sumber daya manusia yang tepat dari sisi kompetensi dan kuantitas; d. Memastikan jangka waktu Penanganan Pengaduan dan tingkat kepuasan Konsumen; dan e. Menjamin efektivitas dan efisiensi proses tindakan preventif dan korektif. 2. Penyelenggaraan Agar Konsumen dapat mengetahui adanya aspek perlindungan Konsumen yang diberikan oleh PUJK, maka PUJK perlu menyusun kebijakan terkait pelaksanaan IDR yang terdiri dari : 1. Mekanisme penyampaian informasi kepada Konsumen mengenai tata cara Penanganan Pengaduan; 11

17 2. Prosedur Penanganan Pengaduan disusun dalam format yang mudah dimengerti dan mudah diakses oleh Konsumen; 3. Media dan tata cara penyampaian disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PUJK; dan 4. Pengkinian tata cara Penanganan Pengaduan. 3. Sumber Daya Manusia PUJK melakukan analisis terkait proporsi karyawan terlatih dalam Penanganan Pengaduan yang berhubungan dengan Konsumen. PUJK membuat prioritas pelatihan berdasarkan tugas utama sehari-hari agar fungsi Penanganan Pengaduan berjalan dengan benar dan tepat guna, misalnya: a. Karyawan yang berhadapan langsung dengan Konsumen (frontliner) wajib mendapatkan pelatihan rutin minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan sebelum penempatan wajib mendapatkan pelatihan. Contoh pelatihan rutin yang dapat diterapkan: Pelatihan dasar dan konsep masing-masing sektor jasa keuangan, pengetahuan produk secara umum, dan dasar customer service. b. Setiap peluncuran produk dan layanan baru, PUJK wajib melakukan pelatihan terkait product knowledge kepada frontliner sebagai upaya memastikan pemahaman karyawan atas produk tersebut sehingga dapat memberikan solusi yang tepat kepada Konsumen sesuai karakteristik produk. c. Karyawan yang tidak berhadapan dengan Konsumen langsung (support function) wajib mendapatkan pelatihan minimal 1 (satu) kali dalam masa kerjanya dan tidak diharuskan mendapatkan pelatihan sebelum penempatan. d. Untuk mengetahui tingkat pemahaman karyawan dan kesesuaian materi pelatihan, PUJK melakukan evaluasi terhadap setiap pelatihan yang telah diselenggarakan dan ditindaklanjuti dengan penyempurnaan materi dan metode pelatihan. Tata cara evaluasi disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing PUJK. E. Pelaksanaan Penanganan Pengaduan 1. Media Komunikasi PUJK wajib memiliki dan melaksanakan mekanisme Penanganan Pengaduan bagi Konsumen. Mekanisme Penanganan Pengaduan dimaksud wajib diberitahukan melalui media publikasi yang disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia pada masing-masing PUJK dan mudah diakses oleh Konsumen, sekurangkurangnya tersedia melalui sarana komunikasi lainnya, misalnya surat, surat elektronik, telepon, atau leaflet, maupun tersedia dalam website PUJK. 12

18 Informasi yang tersedia dalam media publikasi tersebut wajib menggunakan istilah, frasa, dan/atau kalimat yang sederhana dalam Bahasa Indonesia yang mudah dimengerti oleh Konsumen dan dapat disandingkan dengan bahasa lain jika diperlukan. Informasi tersebut minimal terdiri dari: a. Lokasi layanan Konsumen; b. Jam kerja layanan; c. Nomor telepon layanan Pengaduan; d. Alamat surat atau surat elektronik layanan Pengaduan; e. Tata cara penyampaian Pengaduan; f. Proses Penanganan Pengaduan; dan g. Pemantauan Pengaduan. Dalam rangka memasarkan produk dan/atau layanan, PUJK memuat tata cara yang dapat ditempuh apabila terjadi Pengaduan atas pembelian produk dan/atau pemanfaatan layanan. Tata cara penyampaian Pengaduan tersebut dicantumkan dalam ringkasan informasi produk dan/atau layanan sebagaimana diatur dalam SEOJK No.12/SEOJK.07/ Alur Penanganan Pengaduan PUJK wajib menindaklanjuti dan menyelesaikan Pengaduan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja setelah tanggal penerimaan Pengaduan PUJK dapat memperpanjang jangka waktu sampai dengan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja berikutnya dengan pemberitahuan tertulis kepada Konsumen sebelum jangka waktu berakhir. Kondisi tertentu yang dimaksud adalah: a. Kantor/cabang yang menerima Pengaduan tidak sama dengan kantor/cabang tempat terjadinya permasalahan yang dilaporkan dan terdapat kendala komunikasi di antara kedua kantor/cabang tersebut; b. Transaksi keuangan yang dilaporkan oleh Konsumen memerlukan penelitian yang lebih mendalam; dan/atau c. Terdapat hal-hal lain di luar kendali PUJK, seperti adanya keterlibatan pihak ketiga di luar PUJK dalam transaksi keuangan yang dilakukan oleh Konsumen. Adapun contoh alur Penanganan Pengaduan, sebagai berikut: 13

19 MULAI Konsumen Menyampaikan Pengaduan PERUSAHAAN 1 Menerima Pengaduan Konsumen Konfirmasi Pengaduan Konsumen Ya PERUSAHAAN 2 Dokumen/ Informasi memadai? Tidak PERUSAHAAN 9 Konfirmasi untuk menunggu dokumen/informasi tambahan dalam 7 hari kerja PERUSAHAAN 3 Koordinasi dengan unit terkait Ya Lengkap dalam 7 hari kerja Tidak Perlu investigasi? Ya PERUSAHAAN 4 Analisis dan Investigasi PERUSAHAAN 10 Mengirim Surat kepada Konsumen Tidak Tidak Perlu eskalasi? Ya PERUSAHAAN 5 Eskalasi Selesai dalam 20 hari kerja? Ya Tidak PERUSAHAAN 6 Menginformasikan kepada Konsumen perihal perpanjangan waktu Penanganan pengaduan yaitu 20 hari kerja PERUSAHAAN 7 Menyampaikan penyelesaian kepada Konsumen dalam bentuk permohonan maaf atau ganti rugi Ya Sepakat? Tidak PERUSAHAAN 8 Mengirimkan surat kepada Konsumen: pilihan LAPS SELESAI 14

20 1. Pengaduan Konsumen diterima secara tatap muka, melalui telepon, surat/ surat elektronik (Kantor Pusat/Kantor Cabang/Kantor Pemasar). Pengaduan yang telah diterima wajib dicatat dan didaftarkan menggunakan kode registrasi yang unik. 2. Apabila dokumen telah dinyatakan lengkap, PUJK memberikan tanda terima registrasi pengaduan sebagai bukti penerimaan pengaduandan dapat digunakan sebagai akses untuk mengetahui perkembangan proses penanganan pengaduan. 3. Petugas Penanganan Pengaduan menganalisa Keluhan & mengindentifikasi Permasalahan Konsumen yang meliputi: Identitias Konsumen Materi Pengaduan serta harus memahami ekspektasi Konsumen. Melakukan koordinasi dengan unit terkait jika dirasa perlu 4. PUJK melakukan verifikasi dan analisis untuk menentukan tindak lanjut penanganan pengaduan. Unit kerja dan/atau fungsi penanganan pengaduan dapat berkoordinasi dengan unit kerja terkait. Dalam hal diperlukan, maka PUJK melakukan investigasi untuk memastikan kebenaran pengaduan yang dikeluhkan oleh Konsumen. 5. PUJK melakukan Eskalasi apabila keluhan tidak dapat diselesaikan langsung oleh Karyawan Penerima Pengaduan. 6. Jika Pengaduan tidak dapat diselesaikan dalam 20 hari kerja sejak dokumen dinyatakan lengkap makapujk menghubungi Konsumen untuk memberikan informasi perpanjangan waktu 20 hari kerja dengan kondisis sesuai dengan Pasal 35 ayat 3 POJK No.1/POJK.07/ Karyawan Penanganan Pengaduan menghubungi Konsumen Untuk menyampaikan penyelesaian pengaduan yang telah dilakukan. Penyelesaian Pengaduan dapat berupa Ganti rugi atau Permohonan maaf. Penyampaian hasil penyelesaian pengaduan Konsumen dapat disampaikan oleh PUJK melalui media antara lain telepon, SMS, surat, surat elektronik, tatap muka, media online. 15

21 8. Apabila Konsumen menolak penyelesaian pengaduan yang diusulkan oleh PUJK, maka PUJK menginformasikan bahwa Konsumen dapat memilih penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau melalui pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) sebagaimana diatur dalam POJK No.1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan. 9. PUJK mengkonfirmasi kepada Konsumen bahwa dibutuhkan kelengkapan dokumen dan akanmenunggu dokumen/informasi tambahan tersebut dalam 7 hari kerja (disesuaikan dengan SOP masing-masing PUJK). 10. Jika Konsumen tidak menyerahkan dokumen/informasi, PUJK mengirimkan Surat kepada Konsumen bahwa pengaduan dianggap selesai sampai Konsumen melengkapi dokumen/informasi yangdiperlukan. *Jika Konsumen menyerahkan dokumen/informasi, dilanjutkan ke nomor Penerimaan dan Pencatatan Pengaduan Apabila PUJK telah menerima Pengaduan dari Konsumen, maka PUJK wajib melakukan pencatatan dan pendaftaran setiap Pengaduan dengan menggunakan kode registrasi yang unik. Pencatatan tersebut paling kurang meliputi rincian data Konsumen, diskripsi Pengaduan dan data pendukung yang relevan. 4. Pemantauan Pengaduan PUJK menyediakan informasi mengenai status Pengaduan Konsumen melalui berbagai sarana komunikasi yang disediakan oleh PUJK antara lain melalui website, surat, surat elektronik, atau telepon. Untuk memastikan proses Penanganan Pengaduan Konsumen dilakukan sesuai dengan mekanisme di atas, maka PUJK melakukan pemantauan internal sebagai berikut: a. Memantau penyelesaian Pengaduan Konsumen yang sedang berjalan; b. Memastikan bahwa Pengaduan tersebut diselesaikan sesuai dengan standar jangka waktu penyelesaian; dan 16

22 c. Memastikan bahwa status dan perkembangan Penanganan Pengaduan telah ditatausahakan. 5. Penyampaian Bukti Penerimaan Pengaduan PUJKmemberikan tanda terima registrasi Pengaduan sebagai bukti penerimaan Pengaduandan dapat digunakan sebagai akses untuk mengetahui perkembangan proses Penanganan Pengaduan. a. Pemberitahuan penerimaan Pengaduan kepada Konsumen minimal memuat informasi sebagai berikut: 1) Nomor registrasi Pengaduan. 2) Tanggal penerimaan Pengaduan sesuai dengan tanggal pada saat PUJK menerima Pengaduan dari Konsumen. b. PUJK menyampaikan bukti penerimaan Pengaduan Konsumen melalui media antara lain: 1) Telepon 2) Short Message Sevices (SMS) 3) Surat/surat elektronik 4) Tatap muka 6. Klasifikasi Pengaduan Pengaduan yang telah diterima oleh PUJK diklasifikasikan sesuai dengan tingkat kesulitan penyelesaian, media/sarana informasi Pengaduan, lokasi Pengaduan, kompleksitas materi Pengaduan, serta hal-hal lain yang dianggap perlu untuk dijadikan klasifikasi Pengaduan oleh masing-masing PUJK misalnya dengan menggunakan parameter sebagai berikut: a. Pengaduan Konsumen yang disampaikan ke unit kerja dan/atau fungsi Penanganan Pengaduan yang dapat diselesaikan dalam beberapa hari berikutnya. b. Pengaduan yang disampaikan melalui Otoritas Jasa Keuangan. c. Pengaduan berulang untuk masalah dan Konsumen yang sama. d. Pengaduan yang disampaikan melalui media cetak atau elektronik. e. Pengaduan yang disampaikan melalui Lembaga Bantuan Hukum, Lembaga Swadaya Masyarakat dan/atau lembaga/badan sejenis. f. Pengaduan yang disampaikan melalui Lembaga Negara terkait, misalnya Ombudsman Republik Indonesia, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Sekretariat Negara. 17

23 7. Analisis dan Investigasi Pengaduan PUJK melakukan verifikasi dan analisis untuk menentukan tindak lanjut Penanganan Pengaduan. Unit kerja dan/atau fungsi Penanganan Pengaduan dapat berkoordinasi dengan unit kerja terkait. Dalam hal diperlukan, maka PUJK melakukan investigasi untuk memastikan kebenaran Pengaduan yang dikeluhkan oleh Konsumen. Tingkat penyelidikan/investigasi disesuaikan dengan tingkat kesulitan Pengaduan yang mencakup frekuensi kejadian dan dampak yang ditimbulkan. PUJK melakukan investigasi dengan cara: a. Pemeriksaan internal atas Pengaduan secara kompeten, benar, dan obyektif; dan b. Melakukan analisis untuk memastikan kebenaran Pengaduan. 8. Penyelesaian dan Tanggapan Pengaduan Setelah PUJK melakukan verifikasi dan investigasi maka bentuk penyelesaian Pengaduan ditindaklanjuti sebagai berikut: a. Pengaduan yang diyakini tidak benar Penyampaian empati dan klarifikasi kepada Konsumen. b. Pengaduan yang diyakini benar 1) Pernyataan Maaf (Redress) Surat pernyataan maaf dapat diberikan oleh PUJK kepada Konsumen apabila: a) Terdapat permintaan Konsumen agar PUJK menyampaikan pernyataan maaf; b) Terdapat bukti dari hasil evaluasi internal bahwa ada kelalaian yang dilakukan oleh pihak PUJK; c) Tidak terdapat keterlibatan dan kelalaian Konsumen terkait materi Pengaduan; d) Terdapat itikad baik dari Konsumen untuk menyelesaikan Pengaduan; e) Terdapat kesepakatan tertulis antara Konsumen dan PUJK mengenai penyelesaian Pengaduan. Sarana atau media/tata cara pernyataan maaf ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Konsumen dan PUJK. Dalam hal tidak terdapat kesepakatan antara PUJK dan Konsumen maka pernyataan maaf dilakukan secara tertulis. 2) Penawaran Penyelesaian Pengaduan a) PUJK menentukan persyaratan atau kondisi penyelesaian Pengaduan; b) Pemberian ganti rugi dapat mempertimbangkan syarat minimal sebagai berikut: 18

24 1. Pengaduan mengandung tuntutan ganti rugi yang berkaitan dengan aspek finansial dan adanya unsur kerugian material; 2. Pengaduan yang disampaikan oleh Konsumen adalah benar berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh PUJK; 3. Adanya ketidaksesuaian antara perjanjian produk dan/ atau layanan dengan produk dan/ atau layanan yang diterima; 4. Konsumen telah memenuhi kewajibannya; 5. Ganti rugi yang diberikan hanya yang berdampak langsung terhadap Konsumen dan paling banyak sebesar nilai transaksi kerugian yang dialami Konsumen. c) Pemberian ganti rugi tersebut tidak diberikan untuk potensi kehilangan keuntungan dan biaya-biaya yang dibayarkan oleh Konsumen dalam rangka memproses Pengaduan, termasuk namun tidak terbatas pada biaya konsultasi, biaya pengurusan dokumen pendukung Pengaduan, akomodasi, transportasi dan biaya telepon. 9. Penyampaian Penyelesaian Pengaduan PUJK melakukan penyelesaian Pengaduan antara lain berupa empati, permintaan maaf atau menawarkan penyelesaian lain yang dapat diterima Konsumen. Penyampaian hasil penyelesaian Pengaduan Konsumen dapat disampaikan oleh PUJK melalui media antara lain telepon, SMS, surat, surat elektronik, tatap muka, media online. 10. Penutupan Pengaduan Dalam hal PUJK menyampaikan penyelesaian Pengaduan kepada Konsumen, maka PUJK melakukan pencatatan dan pengkinian status Pengaduan. Apabila Konsumen menolak penyelesaian Pengaduan yang diusulkan oleh PUJK, maka PUJK menginformasikan bahwa Konsumen dapat memilih penyelesaian Pengaduandi luar pengadilan atau melalui pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) sebagaimana diatur dalam POJK No.1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan. PUJK memantau perkembangan proses Penanganan Pengaduan untuk menjaga reputasi PUJK dan dalam rangka kepuasan Konsumen. 11. Penanganan Pengaduan dari Sistem Layanan Konsumen Terintegrasi Sektor Jasa Keuangan Sistem Layanan Konsumen Terintegrasi di Sektor Jasa Keuangan (SLKT Sektor Jasa Keuangan) adalah perangkat yang dikelola oleh OJK untuk melaksanakan layanan Konsumen di sektor jasa keuangan. 19

25 Dalam sistem ini, terdapat dua fitur utama yang disediakan bagi Konsumen dan PUJK yaitu Trackable dan Traceable. Trackable adalah fasilitas bagi Konsumen untuk memantau tindaklanjut Penanganan Pengaduan yang telah disampaikan kepada OJK. Traceable adalah fasilitas bagi PUJK untuk memantau, mengambil alih, menindaklanjuti dan menyelesaikan Pengaduan yang disampaikan Konsumen melalui OJK.SLKT Sektor Jasa Keuangan dapat diakses melalui website Tugas Person In Charge Pengaduan Dalam rangka efektivitas Penanganan Pengaduan, PUJK menunjuk Karyawan sebagai Person In Charge (PIC) Pengaduan yang berhubungan dengan OJK dan memiliki tugas untuk memberikan tanggapan terhadap permintaan data, informasi dan/atau bukti pendukung dari OJK terkait dengan Penanganan Pengaduan Konsumen yang terdiri atas minimal 1 (satu) orang Pejabat yang menangani Pengaduan Konsumen dan 1 (satu) orang pejabat dari bagian hukum. PUJK wajib meminta hak akses SLKT Sektor Jasa Keuangan kepada OJK. Dalam hal terdapat perubahan PIC Pengaduan, PUJK wajib menyampaikan informasi perubahan tersebut dan meminta hak akses baru SLKT Sektor Jasa Keuangan kepada OJK paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak ditetapkannya perubahan PIC Pengaduan. Melalui hak akses tersebut, PIC Pengaduan wajib mengakses SLKT Sektor Jasa Keuangan. a. Akses SLKT Sektor Jasa Keuangan PIC mengakses SLKT Sektor Jasa Keuangan secara harian.dalam hal Pengaduan Konsumen telah tersedia dalam Daftar Indikasi Pengaduan dan Daftar Pengaduan pada SLKT Sektor Jasa Keuangan, maka langkah-langkah yang wajib dilakukan oleh PUJK adalah sebagai berikut: 1) Memantau Melakukan pemantauan terhadap Pengaduan baru yang tersedia dalam Daftar Indikasi Pengaduan dan Daftar Pengaduan, termasuk melakukan verifikasi data dan/atau informasi Konsumen. 2) Menindaklanjuti dan Menyelesaikan a) Daftar Indikasi Pengaduan melakukan pengkinian Riwayat Layanan dalam rangka mengonfirmasikan bahwa PUJK telah menangani Indikasi Pengaduan Konsumen dimaksud atau Indikasi Pengaduan tersebut belum dilaporkan oleh Konsumen kepada PUJK; 20

26 dalam hal Indikasi Pengaduan telah ditangani oleh PUJK maka PIC menginformasikan perkembangan proses Penanganan Indikasi Pengaduan atau status penyelesaian termasuk adanya kesepakatan atau ketidaksepakatan dalam penyelesaian dengan melampirkan data, informasi dan/atau bukti pendukung Penanganan Pengaduanpada SLKT Sektor Jasa Keuangan; pengkinian Riwayat Layanan dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterbitkannya Daftar Indikasi Pengaduan pada SLKT Sektor Jasa Keuangan. b) Persyaratan dan Analisis Daftar Indikasi Pengaduan menjadi Daftar Pengaduan (1) Daftar Indikasi Pengaduan akan dieskalasi menjadi Daftar Pengaduan, apabila PUJK menginformasikan bahwa Indikasi Pengaduan telahditangani dan memenuhi Persyaratan Pemberian Fasilitasi oleh OJK sebagaimana diatur dalam POJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, sebagai berikut : (a) Konsumen mengalami kerugian finansial yang ditimbulkan oleh: Pelaku Usaha Jasa Keuangan di bidang Perbankan, Pasar Modal, Dana Pensiun, Asuransi Jiwa, Pembiayaan, Perusahaan Gadai, atau Penjaminan, paling banyak sebesar Rp ,00 (lima ratus juta rupiah); Pelaku Usaha Jasa Keuangan di bidang asuransi umum paling banyak sebesar Rp ,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah); (b) Konsumen mengajukan permohonan secara tertulis disertai dengan dokumen pendukung yang berkaitan dengan Pengaduan; (c) Pelaku Usaha Jasa Keuangan telah melakukan upaya penyelesaian Pengaduan namun Konsumen tidak dapat menerima penyelesaian tersebut atau telah melewati batas waktu yaitu 20 (dua puluh) hari kerja setelah tanggal penerimaan Pengaduan yang dapat diperpanjang 20 (dua puluh) hari berikutnya, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan; 21

27 (d) Pengaduan yang diajukan bukan merupakan Sengketa atau sedang dalam proses atau pernah diputus oleh lembaga arbitrase atau peradilan, atau lembaga mediasi lainnya; (e) Pengaduan yang diajukan bersifat keperdataan; (f) Pengaduan yang diajukan belum pernah di Fasilitasi oleh OJK; dan (g) pengajuan penyelesaian Pengaduan tidak melebihi 60 (enam puluh) hari kerja sejak tanggal surat hasil penyelesaian Pengaduan yang disampaikan Pelaku Usaha Jasa Keuangan kepada Konsumen. (2) PUJK memberikan data, informasi dan/atau bukti pendukung secara lengkap yang diperlukan oleh OJK dalam waktu tidak lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja sejak OJK menyampaikan secara lengkap kebutuhan data, informasi dan/atau bukti pendukungpada SLKT Sektor Jasa Keuangan. (3) Dalam hal Daftar Indikasi Pengaduan tidak memenuhi persyaratan sebagai Daftar Pengaduan maka OJK akan menyarankan Konsumen untuk menyelesaikan Indikasi Pengaduan melalui LAPS atau Lembaga lain atau Instansi lain sesuai dengan kewenangannya. Selanjutnya, PUJK dan Konsumen dapat mengikuti proses penyelesaian Pengaduan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c) Daftar Pengaduan Dalam hal indikasi Pengaduan telah memenuhi persyaratan sebagai Daftar Pengaduan, PUJK wajib melakukan hal-hal sebagai berikut : (1) Mengambil alih PUJK wajib untuk mengambilalih penanganan Pengaduan. (2) Membahas Kembali Pengaduan PUJK dan Konsumen membahas kembali Pengaduan merujuk pada hasil reviu OJK selambat-lambatnya dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak OJK menyampaikan hasil reviu. Reviu ini akan diinformasikan kepada Konsumen dan PUJK secara terpisah agar para pihak melakukan pembahasan kembali. Dalam hal jangka waktu tersebut terlampaui maka PUJK menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada OJK. 22

28 (3) Hasil Pembahasan Kembali (a) Sepakat Dalam hal tercapai kesepakatan antara Konsumen dan PUJK maka : PUJK mengusulkan kepada OJK melalui SLKT Sektor Jasa Keuangan dengan mengkinikan Riwayat Layanan dan melampirkan data, informasi dan/atau bukti pendukung penyelesaian pengaduan. kesepakatan yang diajukan oleh PUJK akan dilakukan monitoring oleh OJK sebelum dinyatakan selesai. (b) Tidak Sepakat Dalam hal tidak terjadi kesepakatan antara Konsumen dan PUJK maka : PUJK melakukan pengkinian Riwayat Layanan dan melampirkan data, informasi dan/atau bukti pendukung penyelesaian pengaduan pada SLKT Sektor Jasa Keuangan; dan Kedua belah pihak dapat menyelesaikan pengaduan melalui LAPS Sektor Jasa Keuangan, Forum Penyelesaian Sengketa lainnya atau Fasilitasi oleh OJK sesuai dengan kewenangannya. b. Tanda (alert) kepada PIC Pengaduan Dalam hal PUJK diminta untuk memberikan data, informasi dan/atau bukti pendukungserta perkembangan penanganan pengaduan yang diambil alih melalui SLKT Sektor Jasa Keuangan, maka tanda (alert) muncul untuk mengingatkan tenggat waktu yang wajib dipenuhi oleh PUJK. Tanda (alert) tersebut akan disampaikan melalui surat elektronik kepada masing-masing PIC Pengaduan. PIC Pengaduan dapat mengakses fitur laporan bulanan dalam SLKT Sektor Jasa Keuangan yang berisi tingkat pemanfaatan, pemenuhan tenggat waktu penyampaian informasi dan perkembangan Penanganan Pengaduan yang telah dilakukan oleh PUJK. Laporan Bulanan SLKT Sektor Jasa Keuangan ini akan disampaikan oleh OJK kepada Manajemen PUJK dan Pengawas terkait. Petunjuk hak akses PIC Pengaduan dan pelaksanaan SLKT Sektor Jasa Keuangan dijelaskan lebih lanjutdalam user manual yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari Standar IDR ini. 23

29 F. Pemeliharaan dan Perbaikan Berkelanjutan 1. Alur Perbaikan Berkelanjutan 5. Perbaikan Berkelanjutan 1. Pengumpulan Informasi 4. Review Manajemen 2. Analisis, Evaluasi dan Laporan Pengaduan 3. Audit Penanganan Pengaduan 1. Pengumpulan Informasi Mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklasifikasi sehingga menghasilkan data statistik dan laporan 2. Analisis, Evaluasi dan Laporan Pengaduan Identifikasi rootcause of complaint Mengidentifikasi tren dan mayoritas permasalahan yang sering diadukan 3. Audit Penanganan Pengaduan Memastikan dan mengevaluasi pelaksanaan IDR 4. Review Manajemen Manajemen menerima hasil audit dan informasi lainnya yang diperlukan terkait Penanganan pengduan Melakukan review terhadap hasil laporan Menentukan langkah tindak lanut 5. Perbaikan Berkelanjutan Melaksanakan tindak lanjut atas review manajemen Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses Penanganan Pengaduan 2. AdministrasiPengaduan PUJK wajibmengadministrasikan setiap proses Penanganan Pengaduan dalam rangka memastikan kualitas dan menjaga kinerja Penanganan Pengaduan secara keseluruhan. Pengadministrasian wajib memuat informasi paling kurang: a. Identitas Konsumen; b. Materi Pengaduan; dan c. Tindakan yang telah dilakukan untuk menyelesaikan Pengaduan termasuk status Pengaduan Konsumen. PUJK mengatur, menetapkan dan mengimplementasikan prosedur administrasi setiap proses Penanganan Pengaduan. Prosedur tersebut harus sejalan dan memperhatikan ketentuan kerahasiaan dan kemanan data dan/atau informasi Konsumen/pengadu yang berlaku. Prosedur administrasi proses Penanganan Pengaduan antara lain: a. Langkah-langkah spesifik untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklasifikasi, menjaga dan mengarsip (termasuk jangka waktu retensi) dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Sistem penjagaan dokumentasi Pengaduan terutama dalam bentuk arsip elektronik dan media rekaman magnetik dimana rekaman ini dimungkinkan hilang, disalahgunakan atau usang; 24

30 c. Menentukan prosedur dan batasan terkait penyerahan/pengungkapan suatu dokumentasi atas suatu permintaan dari Konsumen/pengadu/pihak terkait. Hal tersebut meliputi jenis dokumen yang dapat diberikan, pihak yang dapat menerima dokumen berikut dengan formatnya; dan d. Pengungkapan dokumen dalam hal ini data dan statistik Pengaduan ke publik. 3. Analisis, Evaluasi dan LaporanPengaduan PUJK menganalisis dan mengevaluasi Pengaduan secara berkala. Salah satu metode analisis yang dapat digunakan adalah dengan teknik pengolahan data statistik dan laporan-laporan. Hasil analisis dapat digunakan untuk mengevaluasi: a. kesesuaian produk dan layanan PUJK; b. tingkat kepuasan Konsumen; c. kinerja dan efektivitas sistem manajemen kualitas Penanganan Pengaduan; d. efektivitas implementasi dari suatu perencanaan; e. efektivitas tindakan untuk memitigasi risiko; f. kinerja dari pihak eksternal terkait penyelenggaraan Penanganan Pengaduan; dan/atau g. kebutuhan atas peningkatan kualitas dari sistem Penanganan Pengaduan. Selain hal tersebut, hasil analisis juga dibutuhkan untuk mengidentifikasi tren dan mayoritas permasalahan yang sering diadukan dalam rangka membantu menemukan solusi yang komprehensif agar permasalahan tersebut tidak timbul di kemudian hari. Unit kerja dan/atau fungsi Penanganan Pengaduan Konsumen menyampaikan laporan penyelesaian Pengaduan Konsumen kepada Direksi atau Pejabat Setingkat Dibawah Direksi Yang Menjalankan Fungsi Penanganan Pengaduan PUJK secara berkala.bentuk laporan disusun sesuai dengan kebutuhan masing-masing PUJK dan disampaikan dalam bentuk: a. Laporan Internal Laporan yang dibuat secara internal dengan menggunakan format/bentuk laporan yang ada di masing-masing PUJK yang minimal mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) Jenis produk dan/atau layanan dan permasalahan yang diadukan. 2) Pengaduan yang diselesaikan dalam masa laporan, terdiri dari Pengaduan yang diterima pada periode pelaporan sebelumnya dan Pengaduan yang diterima dalam periode pelaporan. 3) Penyebab Pengaduan, misalnya: - pemahaman karakteristik produk oleh Konsumen, - informasi produk yang kurang memadai, - gangguan/kerusakan perangkat dan sistem teknologi informasi, - perubahan/pemutusan akad/perjanjian/kontrak, 25

Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah,

Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah, -1- Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah, di Tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.07/2014

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 TENTANG LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN f Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /SEOJK.07/2017

Lebih terperinci

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun syariah, di tempat, SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.07/2017

Lebih terperinci

FAQ ATAS SE OJK TENTANG PELAYANAN DAN PENYELESAIAN PENGADUAN KONSUMEN PADA PUJK

FAQ ATAS SE OJK TENTANG PELAYANAN DAN PENYELESAIAN PENGADUAN KONSUMEN PADA PUJK NO. FQ TS SE OJK TENTNG PELYNN DN PENYELESIN PENGDUN KONSUMEN PD PUJK Q & 1. Q tas dasar apakah diterbitkannya Surat Edaran tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduaan pada PUJK? Surat Edaran tentang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah,

Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah, -1- Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah, di Tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/SEOJK.07/2014

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen adalah seorang Anggota Dewan Komisioner yang membidangi edukasi dan perlindun

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen adalah seorang Anggota Dewan Komisioner yang membidangi edukasi dan perlindun Yth. 1. Pengurus Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di sektor jasa keuangan; dan 2. Pengurus Asosiasi di sektor jasa keuangan di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /SEOJK.07/2016

Lebih terperinci

No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA

No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran

Lebih terperinci

Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah,

Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah, -1- Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah, di Tempat. SURT EDRN OTORITS JS KEUNGN NOMOR 2/SEOJK.07/2014 TENTNG

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DEWAN KOMISIONER NOMOR 2 /SEDK.07/2015 TENTANG PEDOMAN PEMANTAUAN DAN ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

SURAT EDARAN DEWAN KOMISIONER NOMOR 2 /SEDK.07/2015 TENTANG PEDOMAN PEMANTAUAN DAN ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN DI SEKTOR JASA KEUANGAN 1 Yth. 1. Para Anggota Dewan Komisioner; 2. Para Pemimpin Satuan Kerja; dan 3. Seluruh Pegawai Otoritas Jasa Keuangan; di lingkungan Otoritas Jasa Keuangan SALINAN SURAT EDARAN DEWAN KOMISIONER NOMOR 2

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.07/2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.07/2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.07/2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2014 KEUANGAN. OJK. Sengketa. Penyelesaian. Alternatif. Lembaga. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5499) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) ATAS

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.07/2016 TENTANG PENINGKATAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN BAGI KONSUMEN DAN/ATAU

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang No.349, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Tata Kelola. Terintegrasi. Konglomerasi. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5627) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.303, 2016 KEUANGAN OJK. Asuransi. Reasuransi. Penyelenggaraan Usaha. Kelembagaan. Perusahaan Pialang. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BATANG TUBUH PENJELASAN

BATANG TUBUH PENJELASAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2016 TENTANG TATA CARA DALAM MENGGUNAKAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK BAGI LEMBAGA YANG DIAWASI OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5896 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 127). PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../ /POJK/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DEWAN KOMISIONER NOMOR../.../POJK/2015

Lebih terperinci

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.348, 2014 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5626) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2017 KEUANGAN OJK. Informasi Keuangan. Sistem Layanan. Debitur. Pelaporan. Permintaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat.

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat. Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12/SEOJK.07/2014 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI DALAM RANGKA PEMASARAN PRODUK DAN/ATAU LAYANAN JASA KEUANGAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12/SEOJK.07/2014 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI DALAM RANGKA PEMASARAN PRODUK DAN/ATAU LAYANAN JASA KEUANGAN - 1 - Yth. Direksi atau Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, di Tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12/SEOJK.07/2014 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI DALAM RANGKA PEMASARAN PRODUK DAN/ATAU LAYANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.272, 2015 KEUANGAN OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Manajemen Risiko. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5761). PERATURAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/07 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA Penilaian Sendiri (Self Assessment) atas Penerapan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,

Lebih terperinci

Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Perusahaan atau Unit Syari

Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Perusahaan atau Unit Syari Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; 2. Direksi Perusahan Asuransi Syariah; 3. Direksi Perusahaan Reasuransi; dan 4. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.396, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Penjual. Agen. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5653) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penyelesaian pengaduan nasabah merupakan salah satu bentuk peningkatan

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.980, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tata Kelola. Perusahaan Perasuransian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/2018

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/2018 LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/08 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA - - Penilaian Sendiri (Self Assessment) atas

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.20, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Produk Keuangan Luar Negeri. Keagenan. Prinsip. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5844) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG

Lebih terperinci

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK -1- LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA

Lebih terperinci

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh No.8, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Lembaga Penjamin. Tata Kelola Perusahaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6015) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN MODUL WORKSHOP PERLINDUNGAN KONSUMEN DI SEKTOR JASA KEUANGAN Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OTORITAS JASA KEUANGAN 2015 Sambutan iii Sambutan Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASK QUESTIONS

FREQUENTLY ASK QUESTIONS FREQUENTLY ASK QUESTIONS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.16/ 16 /DKSP TANGGAL 30 SEPTEMBER 2014 PERIHAL TATA CARA PELAKSANAAN N PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN AN -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MELALUI KERJA SAMA DENGAN BANK (BANCASSURANCE)

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MELALUI KERJA SAMA DENGAN BANK (BANCASSURANCE) Yth. 1.!Direksi Perusahaan Asuransi Umum; dan 2.!Direksi Perusahaan Asuransi Jiwa, di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MELALUI KERJA

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI -1- SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan amanat Pasal 51 Peraturan Otoritas

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 9 /PBI/2010 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. SAMBUTAN ANGGOTA DEWAN KOMISIONER BIDANG EDUKASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA SEMINAR NASIONAL PEMBERDAYAAN KONSUMEN DAN PENINGKATAN KAPASITAS LEMBAGA JASA KEUANGAN DALAM PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR

Lebih terperinci

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat. Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/SEOJK.05/2014

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016 TENTANG PENINGKATAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN UNTUK KONSUMEN DAN/ATAU

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain No.62, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Akuntan Publik. Jasa Keuangan. Penggunaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6036) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 75 /POJK.03/2016 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2011 KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR 02 /M/PER/V/2011

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /SEOJK.05/2017 TENTANG PRODUK ASURANSI MIKRO DAN SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MIKRO

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /SEOJK.05/2017 TENTANG PRODUK ASURANSI MIKRO DAN SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MIKRO Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /SEOJK.05/2017 TENTANG PRODUK ASURANSI MIKRO DAN SALURAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Yth. Direksi Manajer Investasi di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal... Peraturan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1255, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI INFORMASI PUBLIK. Pengelolaan. Pelayanan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2016 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5896). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 1 /PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 1 /PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 1 /PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1125, 2014 PPATK. Informasi Publik. Layanan. Standar. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.03/PPATK/07/14 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/ TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALANG REASURANSI, DAN PERUSAHAAN PENILAI KERUGIAN ASURANSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan alat pembayaran

Lebih terperinci

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N No.87,2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pengaduan Publik. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN PENGADUAN PUBLIK DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG LAPORAN PENERAPAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2015 KEUANGAN. OJK. Dana Pensiun. Investasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5692) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN - Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/9/PADG/2017 TENTANG LEMBAGA PENDUKUNG PASAR UANG YANG MELAKUKAN KEGIATAN TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PRODUK DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MIKRO

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PRODUK DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MIKRO **** Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG PRODUK DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MIKRO

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.291, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Nasabah Asing. Perpajakan. Negara Mitra. Informasi Penyampaian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5773).

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2010 PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Kehati-hatian. Prinsip. Keagenan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5139) PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN dan PEMBERDAYAAN NASABAH BANK DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA 1

PERLINDUNGAN dan PEMBERDAYAAN NASABAH BANK DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA 1 PERLINDUNGAN dan PEMBERDAYAAN NASABAH BANK DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA 1 Muliaman D. Hadad 2 I. Pendahuluan Fungsi lembaga perbankan sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.337, 2014 EKONOMI. Asuransi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami

Lebih terperinci

Rencana Aksi. Perlindungan Konsumen di Sektor Jasa Keuangan. Departemen Perlindungan Konsumen OJK Jakarta, 18 September 2017

Rencana Aksi. Perlindungan Konsumen di Sektor Jasa Keuangan. Departemen Perlindungan Konsumen OJK Jakarta, 18 September 2017 Rencana Aksi Perlindungan Konsumen di Sektor Jasa Keuangan Departemen Perlindungan Konsumen OJK Jakarta, 18 September 2017 Agenda 01 Penjelasan Singkat Dasar Hukum PK di Sektor Jasa Keuangan Strategi Perlindungan

Lebih terperinci

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA No.920, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Kenali Pengguna Jasa. Pergadaian. Penerapan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA DENGAN

Lebih terperinci

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Batang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2017 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2017 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2017 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci