BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkas Teks Otomatis Pengertian Konsep sederhana ringkasan adalah mengambil bagian penting dari keseluruhan isi dari artikel. Ringkasan adalah mengambil isi yang paling penting dari sumber informasi yang kemudian menyajikannya kembali dalam bentuk yang lebih ringkas bagi penggunanya [12]. Aplikasi peringkas teks otomatis merupakan teknologi yang menawarkan solusi untuk mencari informasi dengan menghasilkan ringkasan Tahapan Membuat Ringkasan Ada beberapa tahapan untuk membuat ringkasan [8], yaitu sebagai berikut: a. Membaca naskah asli secara menyeluruh untuk mengetahui kesan umum, gagasan pengarang, dan sudut pandangnya. b. Mencatat semua gagasan utama atau gagasan penting. c. Menyusun kembali suatu karangan singkat berdasarkan gagasan tersebut Tujuan Ringkasan Tujuan dari peringkasan teks dapat dikategorikan berdasarkan maksud, fokus, dan cakupannya [13], yaitu sebagai berikut: a. Informatif Tujuannya ringkasan ini adalah untuk menyatakan informasi informasi penting yang terdapat pada dokumen asal. b. Indicatif Tujuannya ringkasan ini adalah untuk dijadikan referensi yang membantu pembaca mengetahui isi dari teks daripada membaca keseluruhan teks yang ada. Ringkasan ini meliputi topik dari teks asal. II-1

2 II-2 c. Evaluatif Yaitu melibatkan pembuatan sebuah pertimbangan pada teks asal, seperti suatu tinjauan ulang atau opini. d. User-Focused Yaitu ringkasan yang dibuat berdasarkan topik yang dipilih oleh user, sering yang merupakan jawaban dari query yang dimiliki oleh user. e. Generic Yaitu sifatnya lebih umum dan berdasarkan pada teks aslinya. f. Single Document Dokumen tunggal (single document) yaitu ringkasan yang dihasilkan merupakan ringkasan dari satu dokumen. g. Multi Document Pada peringkasan multi document, ringkasan merupakan hasil ringkasan dari banyak dokumen Rasio Kompresi Rasio kompresi (compression rate) pada suatu ringkasan berfungsi untuk menentukan persentase batas panjang ringkasan yang akan ditampilkan [13] Pendekatan Peringkas Teks Terdapat 2 pendekatan peringkas teks [19], yaitu: a. Ekstraksi (extractive summary). Pada teknik ekstraksi, sistem menyalin unitunit teks yang dianggap paling penting dari teks sumber menjadi ringkasan. Unit-unit teks yang disalin dapat berupa klausa utama, kalimat utama, atau paragraf utama tanpa ada penambahkan kalimat-kalimat baru yang tidak terdapat pada dokumen aslinya. b. Abstraksi (abstractive summary). Teknik abstraksi menggunakan metode linguistik untuk memeriksa dan menafsirkan teks dokumen menjadi ringkasan. Ringkasan teks tersebut dihasilkan dengan cara menambahkan kalimat-kalimat baru yang merepresentasikan intisari teks sumber ke dalam bentuk yang berbeda dengan kalimat-kalimat yang ada pada teks sumber.

3 II Artikel Artikel adalah tulisan lengkap yang dimuat dalam surat kabar atau majalah yang mempunyai judul, pendahuluan, penyajian masalah, pembahasan dan penutup [17]. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka (2008) mendefinisikan artikel yaitu karya tulis lengkap di majalah dan surat kabar. 2.2 Pra Proses Tahap ini merupakan tahap awal sebelum dilakukannya peringkasan teks. Pada tahap ini proses yang dilakukan antara lain membagi dokumen menjadi kalimat, case folding, menghapus stopword, melakukan proses stemming dan membagi dokumen menjadi kata (tokenizing). a. Pemecahan Kalimat Memecah dokumen menjadi kalimat-kalimat merupakan langkah awal tahapan preprocessing. Pemecahan kalimat yaitu proses memecah string teks dokumen yang panjang menjadi kumpulan kalimat-kalimat. Dalam memecah dokumen menjadi kalimat-kalimat menggunakan fungsi split (), dengan tanda titik., tanda tanya? dan tanda seru! sebagai pemisah (delimiter) untuk memotong string dokumen [13]. b. Case Folding Case folding adalah tahapan proses mengubah semua huruf dalam teks dokumen menjadi huruf kecil, serta menghilangkan karakter selain a-z [13]. c. Penghapusan Stopword Penghapusan Stopword merupakan proses penghilangan kata stopword. Stopword adalah kata - kata yang sering kali muncul dalam dokumen namun arti dari kata-kata tersebut tidak deskriptif dan tidak memiliki keterkaitan dengan tema tertentu. Misalnya di, oleh, pada, sebuah, karena dan lain sebagainya [13]. d. Stemming Stemming adalah proses pemetaan dari penguraian berbagai bentuk kata baik itu prefix, sufix, maupun gabungan antara prefix dan sufix (confix), menjadi

4 II-4 bentuk kata dasarnya [19]. Stemming pada penelitian ini menggunakan Algoritma Nazief dan Adriani. Algoritma stemming Nazief dan Adriani (1996) dikembangkan berdasarkan aturan morfologi Bahasa Indonesia yang mengelompokkan imbuhan menjadi awalan (prefix), sisipan (infix), akhiran (suffix) dan gabungan awalan-akhiran (confixes). Algoritma ini menggunakan kamus kata dasar dan mendukung recoding, yakni penyusunan kembali kata-kata yang mengalami proses stemming berlebih [2]. Algoritma stemmer yang diperkenalkan Nazief dan Adriani didefinisikan sebagai berikut: 1. Di awal proses stemming dan setiap langkah yang selanjutnya dilakukan, lakukan pengecekan hasil proses stemming kata yang di-input-kan pada langkah tersebut ke kamus kata dasar. Jika kata ditemukan, berarti kata tersebut sudah berbentuk kata dasar dan proses stemming dihentikan. Jika tidak ditemukan, maka langkah selanjutnya dilakukan. 2. Hilangkan Inflection Suffixes ( -lah, -kah, -ku, -mu, atau -nya ). Jika berupa particles ( -lah, -kah, -tah atau -pun ) maka langkah ini diulangi lagi untuk menghapus Possesive Pronouns ( -ku, -mu, atau nya ), jika ada. 3. Hapus Derivation Suffixes ( -i, -an atau -kan ). Jika kata ditemukan di kamus, maka algoritma berhenti. Jika tidak maka ke langkah 3a. a. Jika -an telah dihapus dan huruf terakhir dari kata tersebut adalah - k, maka -k juga ikut dihapus. Jika kata tersebut ditemukan dalam kamus maka algoritma berhenti. Jika tidak ditemukan maka lakukan langkah 3b. b. Akhiran yang dihapus ( -i, -an atau -kan ) dikembalikan, lanjut ke langkah 4 4. Hilangkan derivation prefixes. a. Langkah 4 berhenti jika : i. Terjadi kombinasi awalan dan akhiran yang terlarang. ii. Awalan yang dideteksi saat ini sama dengan awalan yang dihilangkan sebelumnya.

5 II-5 iii. Tiga awalan telah dihilangkan. b. Identifikasikan tipe awalan dan hilangkan. Awalan terdiri dari dua tipe: i. Standar ( di-, ke-, se- ) yang dapat langsung dihilangkan dari kata. ii. Kompleks ( me-, be-, pe, te- ) adalah tipe-tipe awalan yang dapat bermorfologi sesuai kata dasar yang mengikutinya. Oleh karena itu, gunakan aturan pada Tabel 2.1 untuk mendapatkan hasil pemenggalan yang tepat. c. Cari kata yang telah dihilangkan awalannya ini di dalam kamus kata dasar. Apabila tidak ditemukan, maka langkah 4 diulangi kembali. Apabila ditemukan, maka keseluruhan proses dihentikan. 5. Apabila setelah langkah 4 kata dasar masih belum ditemukan, maka proses recoding dilakukan dengan mengacu pada aturan pada Tabel 2.1. Recoding dilakukan dengan menambahkan karakter recoding di awal kata yang dipenggal. Pada Tabel 2.1, karakter recoding adalah huruf kecil setelah tanda hubung ( - ) dan terkadang berada sebelum tanda kurung. Sebagai contoh, kata menangkap (aturan 15), setelah dipenggal menjadi nangkap. Karena tidak valid, maka recoding dilakukan dan menghasilkan kata tangkap. 6. Jika semua langkah gagal, maka input kata yang diuji pada algoritma ini dianggap sebagai kata dasar. Tabel 2.1 Aturan Pemenggalan Awalan Stemmer Nazief dan Adriani Aturan Format Kata Pemenggalan 1 berv ber-v be-rv 2 bercap ber-cap dimana C!= r & P!= er 3 bercaerv ber-caerv dimana C!= r 4 belajar bel-ajar 5 bec1erc2 be-c1erc2 dimana C1!={ r l } 6 terv ter-v te-rv 7 tercerv ter-cerv dimana C!= r 8 tercp ter-cp dimana C!= r dan P!= er 9 tec1erc2 te-c1erc2 dimana C!= r

6 II-6 Aturan Format Kata Pemenggalan 10 me{l r w y}v me-{l r w y}v 11 mem{b f v}... mem-{b f v} 12 mempe{r l}... mem-pe 13 mem{rv V}... me-m{rv V}... me-p{rv V} men{c d j z}... men-{c d j z} menv... me-nv... me-tv 16 meng{g h q}... meng-{g h q} mengv... meng-v... meng-kv menyv... meny-sv 19 mempv... mem-pv... dimana V!= e 20 pe{w y}v... pe-{w y}v perv... per-v... pe-rv percap per-cap... dimana C!= r danp!= er 23 percaerv... per-caerv... dimana C!= r 24 pem{b f V}... pem-{b f V} pem{rv V}... pe-m{rv V}... pe-p{rv V} pen{c d j z}.. pen-{c d j z} penv... pe-nv... pe-tv 28 peng{g h q}... peng-{g h q} pengv... peng-v... peng-kv penyv... peny-sv 31 pelv... pe-lv... kecuali pelajar yang menghasilkan ajar 32 pecerv... per-erv... dimana C!={r w y l m n} 33 pecp pe-cp... dimana C!={r w y l m n} dan P!= er dengan : C : huruf konsonan V : huruf vokal A : huruf vokal atau konsonan P: partikel atau fragmen dari suatu kata, misalnya er e. Pemecahan Kata (Tokenizing) Tokenizing adalah proses pemotongan string input berdasarkan tiap kata yang menyusunnya. Pemecahan kalimat menjadi kata-kata tunggal dilakukan dengan men-scan kalimat dengan pemisah (delimiter) white space (spasi, tab, dan newline) [13].

7 II Proses Peringkasan Teks Secara umum terdapat tiga tahapan dalam proses peringkasan teks, yaitu sebagai berikut [13]: a. Topic Identification Tahapan ini meliputi identifikasi faktor yang sangat penting tentang apa yang dibicarakan dala teks tersebut. Ada beberapa teknik untuk melakukannya, diantaranya: 1. Dalam beberapa tipe teks, informasi penting terdapat dalam bagian bagian tertentu dalam teks tersebut, seperti dalam judul, kalimat pertama, kalimat terakhir dan lain sebagainya. 2. Beberapa kata atau frase mengidentifikasi intisari dari suatu teks. 3. Beberapa kata cenderung muncul lebih. Ini dijadikan faktor penentu topik dari suatu teks (word frequency). 4. Ada juga topik diidentifikasi dari jumlah pengertiannya atau makna dibandingkan kata. b. Interpretation Interpretasi peringkas yang ekstraktif berdasarkan pada metode yang digunakan, Ekstraksi merupakan pemilihan terhadap beberapa kalimat yang dianggap paling penting dari sebuah dokumen. c. Generating Tahapan ini adalah pembangkitan atau pembentukan hasil akhir. Terdiri dari penggabungan frase, pencetakan kata atau frase dan pembangkitan kalimat. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya : 1. Extraction, hasil akhir berisi kalimat atau frase yang dihasilkan setelah semua tahap proses pada text summarization selesai dilakukan. 2. Topic list, hasil akhir berisi kata-kata yang sering muncul atau penggabungan pengertian yang telah diinterpretasi. 2.4 Algoritma TF-IDF Metode Term Frequency - Inverse Document Frequency (TF-IDF) merupakan suatu cara untuk memperoleh pembobotan berdasarkan jumlah

8 II-8 kemunculan suatu kata (term) dalam sebuah dokumen term frequency (TF) dan jumlah kemunculan term dalam koleksi dokumen inverse document frequency (IDF) [13]. TF merupakan banyak kata yang muncul pada sebuah dokumen, sedangkan DF merupakan banyaknya dokumen yang mengandung sebuah kata. Nilai IDF sebuah kata (term) dapat dihitung menggunakan persamaan 2.1 sebagai berikut: 2.1 N adalah jumlah dokumen yang berisi term (t) dan df adalah jumlah kemunculan kata (term) terhadap N. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung bobot (W) masing-masing dokumen, yaitu dapat dilihat pada rumus 2.2: 2.2 dengan: d = kalimat ke d t = kata (term) ke t TF = term frequency / frekuensi kata W = bobot kalimat ke d terhadap kata (term) ke t IDF = Inverse Document Frequency Berikut ilustrasi dari TF-IDF: dokumen 1 (d1) : Manajemen transaksi logistik. dokumen 2 (d2) : Pengetahuan antar individu. dokumen 3 (d3) : Dalam manajemen pengetahuan terdapat transfer pengetahuan logistik. Jadi jumlah dokumen (d) = 3

9 II-9 Setelah melalui proses filtering, maka kata antar pada dokumen 2 serta kata dalam dan terdapat pada dokumen 3 dihapus. Tabel 2.2 Contoh Perhitungan TF-IDF TF (W) TF-IDF Token DF IDF d1 d2 d3 d1 d2 d3 manajemen transaksi logistik pengetahuan individu transfer Dari tabel di atas didapat : Bobot (w) untuk d1 = Bobot (w) untuk d2 = Bobot (w) untuk d3 = Teori Fuzzy Teori himpunan logika samar dikembangkan oleh Prof. Lofti Zadeh pada tahun Zadeh berpendapat bahwa logika benar dan salah dalam logika konvensional tidak dapat mengatasi masalah gradasi yang berada pada dunia nyata. Untuk mengatasi masalah gradasi yang tidak terhingga tersebut, Zadeh mengembangkan sebuah himpunan fuzzy. Tidak seperti logika boolean, logika fuzzy mempunyai nilai yang kontinue. Samar dinyatakan dalam derajat dari suatu keanggotaan dan derajat dari kebenaran. Oleh sebab itu sesuatu dapat dikatakan sebagian benar dan sebagian salah pada waktu yang sama [3]. Dalam teori logika fuzzy dikenal himpunan fuzzy (fuzzy set) yang merupakan pengelompokan sesuatu berdasarkan varibel bahasa, yang dinyatakan dalam fungsi keanggotaan. Di dalam semester pembicaraan U, fungsi keanggotaan dari suatu himpunan tersebut bernilai antara 0.0 sampai dengan 1.0. Jika A, hikpunan fuzzy, µa: fungsi keanggotaan dan X: semesta, maka fungsi keanggotaan daam suatu himpunan fuzzy dapat dinyatakan dengan rumus 2.3:

10 II-10 { ( )) 2.3 Fungsi keanggotaan suatu himpunan fuzzy dapat ditentukan dengan fungsi segitiga, trapesium atau fungsi Gauss. 2.6 K-Means Clustering K-Means Clustering merupakan salah satu metode data clustering non hirarki yang berusaha mempartisi data yang ada ke dalam bentuk satu atau lebih cluster/kelompok [16]. Metode ini mempartisi data ke dalam cluster/kelompok sehingga data yang memiliki karakteristik yang sama dikelompokkan ke dalam satu cluster yang sama dan data yang mempunyai karakteristik yang berbeda dikelompokkan ke dalam kelompok yang lain. Adapun tujuan dari data clustering ini adalah untuk meminimalisasikan objective function yang diset dalam proses clustering, yang pada umumnya berusaha meminimalisasikan variasi di dalam suatu cluster dan memaksimalisasikan variasi antar cluster. Manfaat Clustering adalah sebagai Identifikasi Object (Recognition) misalnya dalam bidang Image Processing, Computer Vision atau robot vision. Selain itu adalah sebagai Sistem Pendukung Keputusan dan Data Mining seperti Segmentasi pasar, pemetaan wilayah, Manajemen marketing dll [16]. Data clustering menggunakan metode K-Means ini secara umum dilakukan dengan algoritma dasar sebagai berikut [18]: a. Tentukan jumlah cluster b. Menentukan nilai centroid Dalam menentukan nilai centroid untuk awal iterasi, nilai awal centroid dilakukan secara acak. Sedangkan jika menentukan nilai centroid yang merupakan tahap dari iterasi dihitung berdasarkan nilai rata-rata dari data yang terletak pada centroid yang sama.

11 II-11 c. Menghitung jarak antara data dengan pusat cluster. Untuk menghitung jarak tersebut dapat menggunakan Euclidean Distance dengan rumus 2.4 sebagai berikut. ( ) 2.4 dengan: D e = euclidean distance i = banyaknya data x = bobot dokumen y = pusat cluster d. Pengelompokan Data Untuk menentukan anggota cluster adalah dengan memperhitungkan jarak terpendek data dengan menggunakan rumus 2.3. Nilai yang diperoleh dalam keanggotaan data pada distance matriks adalah 0 atau 1, dimana nilai 1 untuk data yang dialokasikan ke cluster dan nilai 0 untuk data yang dialokasikan ke cluster yang lain. e. Kembali ke tahap 2, lakukan perulangan hingga nilai centroid yang dihasilkan tetap dan anggota cluster tidak berpindah ke cluster lain. 2.7 Fuzzy C Means Clustering Fuzzy C Means adalah suatu teknik peng-cluster-an yang mana keberadaan tiap titik data dalam suatu cluster ditentukan oleh derajat keanggotaan. FCM menggunakan model pengelompokan fuzzy sehingga data dapat menjadi anggota dari semua kelas atau cluster terbentuk dengan derajat atau tingkat keanggotaan yang berbeda antara 0 hingga 1. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Jim Bezdek pada tahun 1981 [3]. Konsep dasar FCM adalah sebagai berikut : a. Tentukan pusat cluster, yang akan menandai lokasi rata-rata untuk tiap-tiap cluster. Pada kondisi awal, pusat cluster ini masih belum akurat. Tiap-tiap titik data memiliki derajat keanggotaan untuk tiap-tiap cluster.

12 II-12 b. Perbaiki pusat cluster dan derajat keanggotaan tiap-tiap titik data secara berulang, maka akan dapat dilihat bahwa pusat cluster akan bergerak menuju suatu lokasi yang tepat. Perulangan ini didasarkan pada minimisasi fungsi objektif yang menggambarkan jarak dari titik data yang diberikan ke pusat cluster yang terboboti oleh derajat keanggotaan titik data tersebut. Output dari FCM bukan merupakan fuzzy inference system, namun merupakan deretan pusat cluster dan beberapa derajat keanggotaan untuk tiap-tiap titik data [3]. Dalam algoritma FCM ini terdapat tahap-tahap yang dilakukan dalam membentuk clusterisasinya. Berikut tahapan yang dilakukan : a. Memasukan data dokumen hasil pembobotan tf-idf yang akan dikelompokan. Setelah itu tentukan parameter yang terlibat, yaitu : 1. Jumlah cluster (c) 2. Pangkat (w) 3. Maksimum iterasi (MaxIter) 4. Eror terkecil yang diharapkan (e) 5. Fungsi objektif awal (P o =0) 6. Iterasi awal (t=1) Jumlah cluster (c) merupakan jumlah pembagian cluster yang akan dibentuk. Pangkat (w) merupakan pangkat pembobot pada nilai-nilai keanggotaan. Maksimum iterasi (MaxIter) merupakan penentuan maksimum perulangan yang dilakukan untuk menemukan pusat cluster. Eror terkecil yang diharapkan (e) merupakan selisih nilai terkecil fungsi objektif antara iterasi sebelumnya dengan iterasi sekarang. Nilai eror terkecil ini harus diatas 0. b. Membangkitkan bilangan acak µ ik sebagai derajat keanggotaan untuk masing-masing dokumen terhadap masing-masing cluster. Dimana i adalah dokumen dan k adalah cluster. Bilangan acak ini berkisar antara 0 sampai 1, dan bilangan acak ini merupakan derajat keanggotaan awal yang nantinya akan diperbarui.

13 II-13 c. Setelah membangkitkan pusat cluster secara acak pada tiap dokumen, langkah selanjutnya adalah menghitung kedekatan nilai term tiap dokumen terhadap masing-masing cluster. Perhitungan dilakukan dengan rumus 2.5 berikut : (( ) ) ( ) 2.5 dengan : 1. v kj adalah nilai kedekatan term dokumen j terhadap cluster k. 2. µ ik adalah nilai pusat cluster k terhadap dokumen i. 3. x ij adalah bobot term j pada dokumen i. 4. w adalah pangkat. 5. i adalah indeks dokumen. 6. j adalah indeks term. 7. k adalah indeks cluster. 8. n adalah jumlah dokumen. d. Langkah selanjutnya adalah menghitung fungsi objektif pada iterasi ke-t. Perhitungan ini dilakukan dengan cara berikut : (( ( ) ) ( ) ) 2.6 dengan : 1. P t adalah fungsi objektif. 2. v kj adalah nilai kedekatan term dokumen j terhadap cluster k. 3. µ ik adalah nilai pusat cluster k terhadap dokumen i. 4. x ij adalah bobot term j pada dokumen i. 5. w adalah pangkat. 6. i adalah indeks dokumen.

14 II j adalah indeks term. 8. k adalah indeks cluster. 9. n adalah jumlah dokumen. 10. c adalah jumlah cluster. 11. m adalah jumlah term. e. Setelah fungsi objektif dihitung, langkah selanjutnya adalah memperbarui derajat keanggotaan (µ ik ). ( ( ) ) ( ( ) ) 2.7 dengan : 1. µ ik adalah nilai pusat cluster k terhadap dokumen i. 2. x ij adalah bobot term j pada dokumen i. 3. v kj adalah nilai kedekatan term dokumen j terhadap cluster k. 4. w adalah pangkat. 5. i adalah indeks dokumen. 6. j adalah indeks term. 7. k adalah indeks cluster. 8. c adalah jumlah cluster. 9. m adalah jumlah term. f. Setelah derajat keanggotaannya selesai diperbarui, langkah selanjutnya adalah mengecek kondisi berhenti : 1. Jika ( P t P t-1 < e) atau (t > MaxIter), maka berhenti 2. Jika tidak : t = t + 1, kembali ke langkah c untuk melakukan perulangan sampai bisa memenuhi kondisi f.1. Setelah selesai melakukan algoritma diatas dan memenuhi kondisi f.1, maka akan didapatkan derajat keanggotaan yang berisi nilai kedekatan dokumen dengan masing-masing cluster. Nilai kedekatan ini berkisar dari 0 sampai 1. Jika

15 II-15 suatu dokumen memiliki nilai kedekatan dengan suatu kelas mendekati angka 1 daripada dengan kelas lainnya, maka dokumen itu berada pada kelas tersebut. 2.8 Object Oriented Analysis and Design Analisis dan desain berorientasi objek adalah cara baru dalam memikirkan satu masalah dengan menggunakan model yang dibuat menurut konsep sekitar dunia nyata. Tujuan dari analisis berorientasi objek adalah untuk mengembangkan model yang menggambarkan perangkat lunak komputer karena bekerja untuk memenuhi seperangkat persyaratan yang ditentukan user. Tools yang dapat digunakan pada pendekatan analisis pengembangan sistem secara objek dapat menggunakan UML [10]. Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah bahasa yg telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak. UML menggunakan class dan operation object dalam konsep dasarnya, maka ia lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa bahasa berorientasi objek. Dalam membangun block UML ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu object (memodelkan konsep), relationship (mengkoneksikan object), dan diagram (grouping yang saling mengkoneksikan antara object dan relationship. Diagram yang umum dipakai dalam analisis dan desain adalah: a. Use Case Diagram Use Case Diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah apa yang diperbuat sistem, dan bukan bagaimana. Sebuah Use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Sebuah use case dapat meng-include fungsionalitas use case lain sebagai bagian dari proses dalam dirinya. Secara umum diasumsikan bahwa use case yang di-include akan dipanggil setiap kali use case yang meng-include dieksekusi secara normal. Sebuah use case dapat di-include oleh lebih dari satu use case lain, sehingga duplikasi fungsionalitas dapat dihindari dengan cara menarik keluar fungsionalitas yang serupa. Sebuah use case juga dapat meng-extend usecase lain dengan behaviour-nya

16 II-16 sendiri. Sementara hubungan generalisasi antar use case menunjukkan bahwa use case yang satu merupakan spesialisasi dari yang lain. Dasar menentukan sebuah use case adalah use case merupakan sesuatu yang menyediakan beberapa hasil terukur kepada pengguna atau sistem eksternal. Use case harus memiliki sangat jelas kriteria lulus/gagal. Pengembang, tester, penulis teknis, dan pengguna harus secara eksplisit tahu apakah sistem memenuhi kasus penggunaan atau tidak. Setiap bagian dari use case yang memenuhi tes sederhana ini mungkin menjadi kandidat yang baik untuk use case [9]. b. Use Case Scenario Sebuah diagram yang menunjukkan use case dan aktor mungkin menjadi titik awal yang bagus, tetapi tidak memberikan detail yang cukup untuk desainer sistem untuk benar-benar memahami persis bagaimana sistem dapat terpenuhi. Cara terbaik untuk mengungkapkan informasi penting ini adalah dalam bentuk penggunaan use case scenario berbasis teks per use casenya. Berikut adalah dasar format penulisan use case scenario [9]. Dasar pembangunan use case scenario dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.3 Dasar Pembangunan Use Case Scenario Use Case Name Berisi nama dari use case yang akan digunakan Goal In Context Menjelaskan apa yang actor coba untuk dapatkan dari use case Description Menjelaskan gambaran dari use case Related Use Case Daftar use case yang berhubungan dengan use case tersebut Successful End Condition Kondisi use case jika berhasil Failed End Condition Kondisi use case jika gagal Actors Daftar actor yang dilakukan untuk mengawali use case Trigger Aktifitas yang dilakukan untuk mengawali use case Main Flow step action 1 Deskripsi urutan aksi dari aktifitas use case 2 3

17 II-17 Extension Step Braching Action 2.1 Deskripsi urutan aksi lain selain urutan aksi utama 2.2 c. Sequence Diagram Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atar dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objekobjek yang terkait). Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan Output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan Output apa yang dihasilkan. Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal. Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya. Pada fase desain berikutnya, message akan dipetakan menjadi operasi/metoda dari class. Activation bar menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses, biasanya diawali dengan diterimanya sebuah message [7]. Untuk objek-objek yang memiliki sifat khusus, standar UML mendefinisikan icon khusus untuk objek boundary, controller dan persistent entity. d. Class Diagram Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) satu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain. Class memiliki tiga area pokok: 1. Nama dan stereotype 2. Atribut

18 II Metode Atribut dan metode dapat memiliki salah satu sifat berikut: 1. Private, tidak dapat dipanggil dari luar class yang bersangkutan. 2. Protected, hanya dapat dipanggil oleh class yang bersangkutan dan anak-anak yang mewarisinya. 3. Public, dapat dipanggil oleh siapa saja. Class dapat merupakan implementasi dari sebuah interface, yaitu class abstrak yang hanya memiliki metoda. Interface tidak dapat langsung diinstansiasikan, tetapi harus diimplementasikan dahulu menjadi sebuah class. Sesuai dengan perkembangan class model, class dapat dikelompokkan menjadi package. Kita juga dapat membuat diagram yang terdiri atas package. Class memiliki tipe-tipe relationship, diantaranya : 1. Asosiasi, yaitu hubungan statis antar class. Umumnya menggambarkan class yang memiliki atribut berupa class lain, atau class yang harus mengetahui eksistensi class lain. 2. Agregasi, yaitu hubungan yang menyatakan bagian terdiri atas dimana ketika satu class di share atau direferensikan kepada objek yang ada di class lain. 3. Pewarisan, yaitu hubungan hirarkis antar class. Class dapat diturunkan dari class lain dan mewarisi semua atribut dan metoda class asalnya dan menambahkan fungsionalitas baru, sehingga ia disebut anak dari class yang diwarisinya. Kebalikan dari pewarisan adalah generalisasi. 4. Komposisi, yaitu jenis relasi class diagram yang kuat dimana jika sebuah class tidak bisa berdiri sendiri dan harus merupakan bagian dari class yang lain, maka class tersebut memiliki relasi Composition terhadap class tempat dia bergantung tersebut. Sebuah relationship composition digambarkan sebagai garis dengan ujung berbentuk jajaran genjang berisi/solid. 5. Depedensi, salah satu jenis relasi class diagram yang lemah dimana objek dalam suatu class akan bekerja sangat singkat dengan objek yang ada pada class lain.

19 II-19 e. Acivity Diagram Activity diagram menggambarkan berbagai alur aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing aliran berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Sebuah aktivitas dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih. Aktivitas menggambarkan proses yang berjalan, sementara use case menggambarkan bagaimana aktor menggunakan sistem untuk melakukan aktivitas. Standar UML menggunakan segiempat dengan sudut membulat untuk menggambarkan aktivitas. Decision digunakan untuk menggambarkan behaviour pada kondisi tertentu. Untuk mengilustrasikan proses-proses paralel (fork dan join) digunakan titik sinkronisasi yang dapat berupa titik, garis horizontal atau vertikal. Activity diagram dapat dibagi menjadi beberapa object swimlane untuk menggambarkan objek mana yang bertanggung jawab untuk aktivitas tertentu. 2.9 Android Android adalah sistem operasi smartphone layar sentuh seperti ios iphone dan OS BlackBerry yang dalam pengembangannya dipimpin oleh google. Sistem operasi ini bersifat Open Source dan dikembangkan berdasarkan kernel Linux yang disematkan pada gadget, baik itu handphone atau tablet [1]. Android memiliki OS yang sangat baik, cepat dan kuat serta memiliki antarmuka pengguna intuitif yang dikemas dengan pilihan dan fleksibilitas. Sedangkan android SDK (Software Development Kit) menyediakan tools dan API yang diperlukan untuk mengembangkan aplikasi pada platform android dengan menggunakan bahasa pemrograman Java. Di dalam android terdapat activity dimana komponen ini memberi interaksi antara user dan aplikasi yang dibangun melalui user interface. Activity ini memiliki Siklus hidup yang dinamakan Android Life Cycle.

20 II-20 Gambar 2.1 Android Life Cycle [14] Gambar diatas menjelaskan mengenai sebuah ilustrasi sederhana dari siklus hidup activity yang dinyatakan sebagai langkah piramida. Hal ini menunjukkan bagaimana untuk setiap callback yang digunakan untuk mengambil aktivitas langkah menuju state atas kemudian dilanjutkan pada metode callback yang mengambil langkah menurun. Kegiatan ini juga dapat kembali ke keadaan dari statepause dan stop. Siklus hidup activity ini menjadi sangat penting ketika kita hendak membuat aplikasi berbasis android. Gunanya adalah agar aplikasi yang dibangun berjalan dengan baik. Berikut penjelasan pada masing-masing state: 1. oncreate(), Method ini dipanggil ketika activity pertama kali dibuat. 2. onstart(), Method ini dipanggil ketika sebuah activity tampil ke pengguna. 3. onresume(), Method ini dipanggil ketika activity yang berjalan pada saat itudihentikan sementara (paused) dan activity sebelumnya dijalankan kembali (resumed). (Hasil dari method OnRestart()). 4. onpause(), Method ini dipanggil ketika activity di hentikan sementara (pause) dan berikutnya ketika dijalankan kembali akan berada dalam posisi resume dan memanggil method OnResume(). 5. onstop(), Method ini dipanggil ketika activity tidak lagi tampak kepada pengguna.

21 II ondestroy(), Method ini dipanggil sebelum activity dihancurkan (destroy) oleh sistem (baik secara manual maupun untuk kepentingan pelonggaran memori). Banyak sekali fitur yang dapat dimanfaatkan pada platform android ini. Diantaranya adalah Location Based Services (LBS) dan Google Cloud Messaging (GCM). Location Based Services (LBS) dapat dimanfaat untuk layanan yang menggunakan informasi geografis dalam memberikan informasi lokasi kepada pengguna, sebagai petunjuk posisi atau lokasi piranti mobile pengguna berada, dan menemukan rute jalan sesuai permintaan. LBS dapat digambarkan sebagai satu layanan yang berada pada pertemuan tiga teknologi yaitu: Geographic Information System (GIS), Internet Service, dan Mobile Devices [14]. Google Cloud Messaging atau disingkat GCM merupakan suatu layanan yang disediakan oleh google, dengan layanan ini kita dapat mengirimkan data dari server ke user yang pada aplikasinya menggunakan layanan ini. Google Cloud Messaging dapat digunakan developer, khususnya developer android untuk mengirimkan push notification SQLite SQLite adalah database yang berukuran kecil, berdiri sendiri, bukan database client server, tanpa konfigurasi namun mempunyai fitur penuh perintah SQL [15].SQLite adalah sebuah open source database yang telah ada cukup lama, cukup stabil, dan sangat terkenal pada perangkat kecil, termasuk Android. Android menyediakan database relasional yang ringan untuk setiap aplikasi menggunakan SQLite. Aplikasi dapat mengambil keuntungan dari itu untuk mengatur relational database engine untuk menyimpan data secara aman dan efiesien. Untuk Android, SQLite dijadikan satu di dalam Android runtime, sehingga setiap aplikasi Android dapat membuat basis data SQLite. Karena SQLite menggunakan antarmuka SQL, cukup mudah untuk digunakan orang orang dengan pengalaman lain yang berbasis databases. Terdapat beberapa alasan mengapa SQLite sangat cocok untuk pengembangan aplikasi Android, yaitu:

22 II-22 a. Database dengan konfigurasi nol, artinya tidak ada konfigurasi database untuk para developer, hal ini membuatnya relatif mudah digunakan. b. Tidak memiliki server. c. Tidak ada proses database SQLite yang berjalan. Pada dasarnya satu set libraries menyediakan fungsionalitas database. d. Single file database yang membuat keamanan database secara langsung. e. Open source membuat developer mudah dalam pengembangan aplikasi Pengujian Black Box Metode pengujian black box fokus pada keperluan penelusuran kesalahan fungsional dari software [10]. Ujicoba black box berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa kategori, diantaranya: a. Fungsi-fungsi yang salah atau hilang b. Kesalahan interface c. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal d. Kesalahan performa e. Kesalahan inisialisasi dan terminasi Pengujian black box cenderung diaplikasikan selama tahap akhir pengujian, karena pengujian black box memperhatikan struktur kontrol maka perhatian berfokus pada domain informasi Teknik Evaluasi Peringkas Teks Adapun Teknik yang digunakan untuk mengevaluasi hasil suatu ringkasan teks merupakan topik yang cukup sulit, baik evaluasi terhadap ringkasan yang dihasilkan dari mesin peringkas otomatis ataupun ringkasan yang dihasilkan secara manual yang dibuat manusia, dikarenakan tidak terdapat definisi ringkasan ideal. Metode untuk melakukan evaluasi terhadap hasil dari ringkasan secara umum dibagi 2 [16], yaitu:

23 II-23 a. Ekstrinsik. Metode evaluasi ekstrinsik adalah menghitung efektivitas dan akseptabilitas dari hasil ringkasan untuk tugas-tugas tertentu, misalnya assessment terhadap hasil ringkasan. b. Intrinsik. Metode evaluasi intrinsik adalah evaluasi yang dilakukan oleh system peringkas itu sendiri, misalnya menggunakan F-Measures. Evaluasi ini difokuskan pada tingkat koheren dan informatif dari hasil ringkasan. Dalam penelitian ini, metode evaluasi yang digunakan adalah metode intrinsik penghitungan F-Measure berdasarkan perhitungan Precision dan Recall merupakan standar evaluasi dalam penghitungan information retrieval. Standar evaluasi perhitungan information retrieval dengan menggunakan precision dan recall juga dapat digunakan dalam evaluasi perhitungan peringkas teks otomatis [19] Kombinasi antara nilai recall dan precision menghasilkan nilai f-measure Precision adalah tingkat ketepatan antara informasi yang diminta oleh pengguna dengan jawaban yang diberikan oleh sistem. Sedangkan recall adalah tingkat keberhasilan sistem dalam menemukan kembali sebuah informasi. Accuracy didefinisikan sebagai tingkat kedekatan antara nilai prediksi dengan nilai aktual. F-measure merupakan salah satu perhitungan evaluasi dalam temu kembali informasi yang mengkombinasikan recall dan precision. Ukuran yang

24 II-24 menampilkan timbal balik antara recall dan precision adalah f-measure yang merupakan bobot harmonic mean dari recall dan precision. Masalah utama dari hasil evaluasi peringkas teks ini adalah sangat nyata, yaitu tidak ada satupun ringkasan yang benar [13]. Untuk membantah pernyataan tersebut maka peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil ringkasan dengan meminta pertimbangan pendapat ahli (Expert Judgment) bahasa Indonesia sebagai pengevaluasi ringkasan teks secara manual untuk menciptakan sekumpulan ringkasan manual, masing-masing satu untuk menguji teks. Pembuat ringkasan manual akan meringkas dengan cara memilih kalimat yang relevan [19]. Pada penelitian ini pembuat ringkasan manual, yaitu Expert judgment. Hasil ringkasan expert judgment akan dibandingkan dengan hasil ringkasan sistem. Yang diukur adalah jumlah kalimat yang sama (overlap), seringkali disebut dengan recall dan precision kalimat atau frase [13]. Expert judgment atau penilaian ahli adalah sebuah pendekatan untuk mengumpulkan dan mendapatkan informasi tentang pendapat dari individuindividu dengan keahlian tertentu. Pendekatan dengan cara seperti ini biasanya digunakan dalam bentuk panel, yaitu menggabungkan pendapat untuk mencakup berbagai isu tentang suatu topik. Expert judgment merupakan bagian integral dari kebanyakan cara pengambilan keputusan [4].

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peringkas Teks Otomatis Berikut ini akan dibahas mengenai teori-teori peringkas teks otomatis dalam beberapa subbab, yaitu sebagai berikut: 2.1.1 Definisi Peringkas Teks Otomatis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plagiarisme Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 dikatakan: "Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SUPPORT VECTOR MACHINES UNTUK PENCARIAN INFORMASI BUKU RIKI HIDAYAT

IMPLEMENTASI METODE SUPPORT VECTOR MACHINES UNTUK PENCARIAN INFORMASI BUKU RIKI HIDAYAT IMPLEMENTASI METODE SUPPORT VECTOR MACHINES UNTUK PENCARIAN INFORMASI BUKU RIKI HIDAYAT 10108371 Latar Belakang Masalah 1. Jumlah buku yang semakin banyak. 2. Belum adanya sistem pencarian informasi buku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Location Based Service (LBS) Location Based Service (LBS) atau layanan berbasis lokasi adalah sebuah layanan informasi yang dapat diakses dengan perangkat bergerak melalui jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan sistematika tahapan yang dilaksanakan selama proses pembuatan tugas akhir. Secara garis besar metodologi penelitian tugas akhir ini dapat dilihat

Lebih terperinci

Unified Modelling Language UML

Unified Modelling Language UML Unified Modelling Language UML Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yang telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kata Pengertian kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) pengertian kata adalah unsur bahasa yang diucapkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Text mining

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Text mining BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini akan membahas landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pikir, dan hipotesis yang mendasari penyelesaian permasalahan dalam pengklasifikasian novel menggunakan TF-IDF.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku merupakan media informasi yang memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, karena dengan buku kita dapat memperoleh banyak informasi, pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Text Mining Text mining merupakan teknik yang digunakan untuk menangani masalah klasifikasi, clustering, information extraction, dan information retrieval (Berry & Kogan, 2010).

Lebih terperinci

Self Organizing Map-Neural Network untuk Pengelompokan Abstrak

Self Organizing Map-Neural Network untuk Pengelompokan Abstrak 160 ISSN: 2354-5771 Self Organizing Map-Neural Network untuk Pengelompokan Abstrak Self Organizing Map - Neural Network for Abstract Clustering Fajar Rohman Hariri* 1, Danar Putra Pamungkas 2 1,2 Universitas

Lebih terperinci

Gambar Use Case Diagram

Gambar Use Case Diagram 1. Use Case Diagram Use case adalah abstraksi dari interaksi antara system dan actor. Use case bekerja dengan cara mendeskripsikan tipe interaksi antara user sebuah system dengan sistemnya sendiri melalui

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODIFIKASI ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER UNTUK BAHASA INDONESIA DENGAN METODE CORPUS BASED STEMMING

IMPLEMENTASI MODIFIKASI ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER UNTUK BAHASA INDONESIA DENGAN METODE CORPUS BASED STEMMING IMPLEMENTASI MODIFIKASI ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER UNTUK BAHASA INDONESIA DENGAN METODE CORPUS BASED STEMMING DOSEN PEMBIMBING Diana Purwitasarti, S.Kom., M.Sc. MAHASISWA Andita Dwiyoga T (5106

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS & PERANCANGAN SISTEM II USE CASE DIAGRAM

MAKALAH ANALISIS & PERANCANGAN SISTEM II USE CASE DIAGRAM MAKALAH T02/Use Case Diagram ANALISIS & PERANCANGAN SISTEM II USE CASE DIAGRAM Nama : Abdul Kholik NIM : 05.05.2684 E mail : ik.kyoe.san@gmail.com Sumber : http://artikel.webgaul.com/iptek/unifiedmodellinglanguage.htm

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi.1 Volume. 1 Bulan AGUSTUS ISSN :

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi.1 Volume. 1 Bulan AGUSTUS ISSN : Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 IMPLEMENTASI METODE VECTOR SPACE MODEL (VSM) UNTUK REKOMENDASI NILAI TERHADAP JAWABAN ESSAY Harry Septianto Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) merupakan pembuatan rangkuman dari sebuah sumber teks secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) merupakan pembuatan rangkuman dari sebuah sumber teks secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi yang sangat luas dan tidak terbatas seiring dengan sumber informasi yang banyak merupakan suatu bukti konkret bahwa informasi sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Text Mining Text Mining merupakan penerapan konsep dan teknik data mining untuk mencari pola dalam teks, proses penganalisaan teks guna menemukan informasi yang bermanfaat untuk

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem 3.1.1 Analisis Masalah Dilihat dari sistem yang sedang berjalan saat ini sistem pencarian yang berlaku masih manual, dimana pengunjung perpustakaan

Lebih terperinci

SISTEM TEMU BALIK INFORMASI

SISTEM TEMU BALIK INFORMASI SISTEM TEMU BALIK INFORMASI Algoritma Nazief dan Adriani Disusun Oleh: Dyan Keke Rian Chikita Agus Dwi Prayogo 11/323494/PA/14356 11/323813/PA/14362 11/323856/PA/14367 PRODI S1 ILMU KOMPUTER JURUSAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi yang sangat luas dan tidak terbatas merupakan sebuah bukti nyata bahwa informasi sangat diperlukan bagi pencari informasi [16]. Dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Pada bab ini dijelaskan mengenai prosedur yang berjalan dan yang diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Kuis Online Kuis, sebagaimana didefinisikan oleh WordWeb Online (2005) adalah "sebuah ujian yang berisi pertanyaan singkat". QuestionMark & League (2004)

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS MASALAH DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS MASALAH DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS MASALAH DAN PERANCANGAN 3.1 State of the Art Pada penelitian sebelumnya sudah ada yang menggunakan metode Stemming untuk preprocessing text dalam mengolah data pelatihan dan data uji untuk

Lebih terperinci

Tugas Mandiri Analisis dan Perancangan Sistem II ACTIVITY & SWIMLANE DIAGRAM

Tugas Mandiri Analisis dan Perancangan Sistem II ACTIVITY & SWIMLANE DIAGRAM T03/ACTIVITY & SWIMLANE DIAGRAM Tugas Mandiri Analisis dan Perancangan Sistem II ACTIVITY & SWIMLANE DIAGRAM Nama : Kresna Kesuma NIM : 05 05 2651 E mail : ineraz_zuri_kriesna@yahoo.co.id Homepage : Tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem dapat beroperasi dalam suatu lingkungan, jika terdapat unsur unsur yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Informasi Penjualan dan Inventori pada PT. Oriental Chitra International

Perancangan Sistem Informasi Penjualan dan Inventori pada PT. Oriental Chitra International Perancangan Sistem Informasi Penjualan dan Inventori pada PT. Oriental Chitra International Sitti Nurbaya Ambo, S.Kom Universitas Gunadarma e-mail : baya_ambo@yahoo.com ABSTRAK Perusahaan membutuhkan adanya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI. Aplikasi chatting mobile phone yang menggunakan NetBeans IDE 6.0 yang di

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI. Aplikasi chatting mobile phone yang menggunakan NetBeans IDE 6.0 yang di BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Tahapan analisis merupakan tahapan yang paling awal dalam membuat sebuah perangkat lunak. Pada tahapan ini dilakukan perancangan terhadap Aplikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan rangkaian dari langkah-langkah yang diterapkan dalam penelitian, secara umum dan khusus langkah-langkah tersebut tertera pada Gambar flowchart

Lebih terperinci

UNIFIED MODELING LANGUAGE

UNIFIED MODELING LANGUAGE UNIFIED MODELING LANGUAGE UML (Unified Modeling Language) adalah metode pemodelan secara visual sebagai sarana untuk merancang dan atau membuat software berorientasi objek. Karena UML ini merupakan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem operasi untuk aplikasi bergerak yang mengalami perkembangan yang cukup pesat yaitu Android. Android adalah sistem operasi berbasis Linux dan bersifat open source.

Lebih terperinci

OOAD (Object Oriented Analysis and Design) UML part 2 (Activity diagram, Class diagram, Sequence diagram)

OOAD (Object Oriented Analysis and Design) UML part 2 (Activity diagram, Class diagram, Sequence diagram) OOAD (Object Oriented Analysis and Design) UML part 2 (Activity diagram, Class diagram, Sequence diagram) Gentisya Tri Mardiani, S.Kom., M.Kom ADSI-2015 Activity Diagram Activity diagram digunakan untuk

Lebih terperinci

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Text mining

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Text mining BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Text mining Text mining adalah proses menemukan hal baru, yang sebelumnya tidak diketahui, mengenai informasi yang berpotensi untuk diambil manfaatnya dari

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003:58) mendefinisikan bahwa:

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003:58) mendefinisikan bahwa: BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data, sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003:58) mendefinisikan bahwa: Objek penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, akan dibahas landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pikir yang mendasari penyelesaian permasalahan stemming dengan menggunakan algoritma enhanced confix

Lebih terperinci

CLASS DIAGRAM. Jerri Agus W ( ) Gendra Budiarti ( )

CLASS DIAGRAM. Jerri Agus W ( ) Gendra Budiarti ( ) CLASS DIAGRAM Rita Rahmawati (06.04.111.00746) Jerri Agus W (06.04.111.00779) Gendra Budiarti (06.04.111.00818) Pokok Bahasan UML UML Diagram Class Diagram Bagian Class Diagram Class Diagram dengan Constructor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis Sistem yang Sedang Berjalan. Untuk merancang sebuah aplikasi mobile pelajaran Kimia dasar untuk

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis Sistem yang Sedang Berjalan. Untuk merancang sebuah aplikasi mobile pelajaran Kimia dasar untuk BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Untuk merancang sebuah aplikasi mobile pelajaran Kimia dasar untuk siswa SMA Negeri 1 Parongpong, maka terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Twitter API Application Programming Interface (API) merupakan fungsi-fungsi/perintah-perintah untuk menggantikan bahasa yang digunakan dalam system calls dengan bahasa yang lebih

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. tertentu dan kemudian dapat ditarik kesimpulan.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. tertentu dan kemudian dapat ditarik kesimpulan. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Menurut Sugiyono menyatakan bahwa, definisi objek penelitian adalah sebagai berikut: Objek penelitian merupakan Suatu atribut atau sifat atau nilai

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com REKAYASA PERANGKAT LUNAK 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com Referensi Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi, Roger S. Pressman, Ph.D, Andi Jogyakarta, 2012 Buku 1 Rekayasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Temu Kembali Informasi Sistem Temu Kembali Informasi atau Information Retrieval (IR) adalah kegiatan untuk menemukan suatu material (dokumen) dari data yang tidak terstruktur

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTERING LIRIK LAGU INDONESIA

ANALISIS KLASTERING LIRIK LAGU INDONESIA ANALISIS KLASTERING LIRIK LAGU INDONESIA Afdilah Marjuki 1, Herny Februariyanti 2 1,2 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank e-mail: 1 bodongben@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang, dan informasi. Sumber daya tersebut bekerjasama menuju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang, dan informasi. Sumber daya tersebut bekerjasama menuju BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan tujuan yang sama. Organisasi terdiri dari sejumlah sumber daya manusia, material, mesin, uang, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Information Retrieval System Sistem temu kembali informasi ( information retrieval system) merupakan sistem yang dapat digunakan untuk menemukan informasi yang relevan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan informasi yang semakin banyak menjadikan ringkasan sebagai kebutuhan yang sangat penting (Mulyana, 2010). Menurut (Hovy, 2001) Ringkasan merupakan teks

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1 Analisa Pada bab ini akan dijelaskan gambaran mengenai analisa pembuatan Aplikasi Pembelajaran Mengenai Nama-Nama Provinsi, dimana rancangan nantinya akan terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kompresi Data Kompresi data adalah proses mengubah sebuah aliran data input menjadi aliran data baru yang memiliki ukuran lebih kecil. Aliran yang dimaksud adalah berupa file

Lebih terperinci

APLIKASI PENDETEKSI KEMIRIPAN PADA DOKUMEN TEKS MENGGUNAKAN ALGORITMA NAZIEF & ADRIANI DAN METODE COSINE SIMILARITY

APLIKASI PENDETEKSI KEMIRIPAN PADA DOKUMEN TEKS MENGGUNAKAN ALGORITMA NAZIEF & ADRIANI DAN METODE COSINE SIMILARITY APLIKASI PENDETEKSI KEMIRIPAN PADA DOKUMEN TEKS MENGGUNAKAN ALGORITMA NAZIEF & ADRIANI DAN METODE COSINE SIMILARITY Azhar Firdaus, Ernawati, dan Arie Vatresia Program Studi Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis sentimen Analisis sentimen atau opinion mining merupakan proses memahami, mengekstrak dan mengolah data tekstual secara otomatis untuk mendapatkan informasi sentimen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan Sistem Informasi 2.1.1 SDLC (System Development Life Cycle) Menurut Dennis, Barbara, dan Roberta (2012:6) System Development Life Cycle (SDLC) merupakan proses menentukan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODIFIKASI ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER UNTUK BAHASA INDONESIA DENGAN METODE CORPUS BASED STEMMING

IMPLEMENTASI MODIFIKASI ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER UNTUK BAHASA INDONESIA DENGAN METODE CORPUS BASED STEMMING 1 IMPLEMENTASI MODIFIKASI ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER UNTUK BAHASA INDONESIA DENGAN METODE CORPUS BASED STEMMING Andita Dwiyoga Tahitoe - Diana Purwitasari Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem 3.1 Tahapan Penelitian dan Pengembangan Sistem Penelitian yang dilakukan, diselesaikan melalui tahapan penelitian yang terbagi dalam lima tahapan, yaitu: (1) Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membaca merupakan bagian kebutuhan manusia, baik membaca buku, surat kabar, dan majalah. Dengan kebutuhan tersebut melalui perkembangan teknologi informasi diantaranya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analsis Sistem Analisis adalah tahap aktifitas kreatif dimana analis berusaha memahami permasalahan secara mendalam. Ini adalah proses interative yang terus berjalan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ARDUINO DALAM PENGEMBANGAN SISTEM RUMAH PINTAR BERBASIS MOBILE DAN WEB (Studi Kasus : Penjadwalan Lampu Rumah)

PEMANFAATAN ARDUINO DALAM PENGEMBANGAN SISTEM RUMAH PINTAR BERBASIS MOBILE DAN WEB (Studi Kasus : Penjadwalan Lampu Rumah) PEMANFAATAN ARDUINO DALAM PENGEMBANGAN SISTEM RUMAH PINTAR BERBASIS MOBILE DAN WEB (Studi Kasus : Penjadwalan Lampu Rumah) TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata 1,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimental dimana metode ini bekerja dengan memanipulasi dan melakukan kontrol pada objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE. Dengan berlakukanya Undang-undang No. 22 Tahun 1999, tentang pemerintahan

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE. Dengan berlakukanya Undang-undang No. 22 Tahun 1999, tentang pemerintahan 41 BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Berdirinya BKPPMD Dengan berlakukanya Undang-undang No. 22 Tahun 1999, tentang pemerintahan daerah yang ditindaklanjuti dengan

Lebih terperinci

Bagian 7 ANALISIS DESAIN PADA PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJECT DENGAN UML

Bagian 7 ANALISIS DESAIN PADA PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJECT DENGAN UML Bagian 7 ANALISIS DESAIN PADA PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJECT DENGAN UML Apa itu UML? Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yg telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan tahapan atau gambaran yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kumpulan kalimat penting dari suatu teks yang menggambarkan inti teks tersebut

BAB II KAJIAN TEORI. kumpulan kalimat penting dari suatu teks yang menggambarkan inti teks tersebut A. Peringkasan Teks Otomatis BAB II KAJIAN TEORI Peringkasan teks merupakan proses untuk mendapatkan ringkasan teks secara otomatis dengan menggunakan bantuan komputer. Ringkasan teks adalah kumpulan kalimat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pemodelan Objek Pemodelan objek merupakan suatu metode untuk menggambarkan struktur sistem yang memperlihatkan semua objek yang ada pada sistem. (Nugroho, 2005, hal:37).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisa Sistem Perancangan aplikasi kamus Bahasa Sunda berbasis Android dengan menggunakan bahasa pemrograman Java ini merupakan sistem yang mempermudah pengguna

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR SIMBOL... xx BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR SIMBOL... xx BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR SIMBOL... xx BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER PENDEK TAHUN AKADEMIK 2015/2016

UJIAN TENGAH SEMESTER PENDEK TAHUN AKADEMIK 2015/2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UJIAN TENGAH SEMESTER PENDEK TAHUN AKADEMIK 2015/2016 Mata Kuliah : PEMODELAN BERORIENTASI OBJEK Petunjuk

Lebih terperinci

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Cosine Similarity Secara umum, fungsi similarity adalah fungsi yang menerima dua buah objek dan mengembalikan nilai kemiripan (similarity) antara kedua objek

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK 1.1 PENDAHULUAN Pada saat kita melakukan pencarian melalui search engine (google.com, yahoo, dsb), kita bisa mendapatkan beberapa hasil, yang berupa dokumen - dokumen yang sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih berarti bagi yang menerimanya. Definisi atau pengertian sistem secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih berarti bagi yang menerimanya. Definisi atau pengertian sistem secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Informasi Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Definisi atau pengertian sistem secara

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I - 1 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I Pendahuluan I - 1 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Masalah Sistem informasi geografis ( SIG ), hingga saat ini, merupakan sistem yang sangat menarik. Sistem ini cenderung selalu dibuat untuk interaktif ini dapat mengintegrasikan

Lebih terperinci

Pengujian Perangkat Lunak

Pengujian Perangkat Lunak Pengujian Perangkat Lunak Shinta P. Sari White Box Pengujian white-box berfokus pada struktur kontrol program. Test case dilakukan untuk memastikan bahwa semua statement pada program telah dieksekusi paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka yang berhubungan dengan topik yang penulis bahas adalah sistem penerimaan siswa baru SMA Al-Muayyad Surakarta (http://psb.sma-almuayyad.sch.id/),

Lebih terperinci

ABSTRACT ABSTRAKSI KATA PENGANTAR

ABSTRACT ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ABSTRACT... i ABSTRAKSI... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR SIMBOL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner (2006) Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Penelitian yang sudah pernah membuat sistem ini berhasil menciptakan pembangkitan pertanyaan non-factoid secara otomatis dengan menggunakan tiga jenis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32 /Pojk.04/2014 Tentang Rencana Dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka. Pasal 2. 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab Tinjauan Pustaka memuat uraian gambaran umum dan fungsi-fungsi pada perpustakaan, pengertian sistem informasi, dan kaitan antara perpustakaan dan sistem informasi. 2.1. Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Informasi Sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling bekerja sama baik secara manual atau berbasis komputer yang didalamnya ada pengumpulan, pengolahan, pemprosesan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Aplikasi Aplikasi adalah suatu subkelas perangkat lunak komputer yang memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan analisis dan perancangan sistem dari aplikasi translator bahasa Indonesia Sunda, Sunda Indonesia berbasis mobile dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

SISTEM MONITORING PENGANTARAN OBAT PADA PT. XYZ DENGAN PEMROGRAMAN JAVA ANDROID DAN WEB

SISTEM MONITORING PENGANTARAN OBAT PADA PT. XYZ DENGAN PEMROGRAMAN JAVA ANDROID DAN WEB SISTEM MONITORING PENGANTARAN OBAT PADA PT. XYZ DENGAN PEMROGRAMAN JAVA ANDROID DAN WEB Rivan Junizar 41513120145 FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA 2015 SISTEM MONITORING PENGANTARAN OBAT

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1 Analisa Pada pembahasan bab ini, akan dilakukan penganalisaan mengenai analisa dan perancangan pembuatan game mancing mania. Game mancing mania yang dirancang tentunya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : voucher elektronik SMS (Short Message Service)

ABSTRAK. Kata kunci : voucher elektronik SMS (Short Message Service) ABSTRAK Pada saat ini penulis melihat banyak distributor voucher elektronik mengalami kesulitan dalam menganalisa dan mendokumentasikan transaksi voucher elektronik yang sudah dilakukan. Perkembangan fitur

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK PENYIRAMAN TANAMAN SECARA OTOMATIS BERBASIS ANDROID

PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK PENYIRAMAN TANAMAN SECARA OTOMATIS BERBASIS ANDROID PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK PENYIRAMAN TANAMAN SECARA OTOMATIS BERBASIS ANDROID (STUDI KASUS PENYIRAMAN TAMAN RUMAH ) TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Kelulusan Program Studi Strata

Lebih terperinci

Tabel 3 Situs berita dan jumlah RSS yang diunduh Situs Berita

Tabel 3 Situs berita dan jumlah RSS yang diunduh Situs Berita 6 besar dibandingkan dengan istilah yang berada pada description. Lingkup Implemental Lingkungan implementasi yang akan digunakan adalah sebagai berikut: Perangkat Lunak : Sistem operasi Windows XP Professional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Klasifikasi Klasifikasi merupakan suatu pekerjaan menilai objek data untuk memasukkannya ke dalam kelas tertentu dari sejumlah kelas yang tersedia. Dalam klasifikasi ada dua pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SIMBOL... x BAB I PENDAHULUAN.... Latar Belakang.... Rumusan Masalah... 3.3 Tujuan...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan sistematika tahap-tahap yang dilaksanakan dalam pembuatan tugas akhir. Adapun tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

2. Fungsi di dalam kelas yang dikombinasikan bentuk tingkah laku kelas dinamakan dengan. c.operasi

2. Fungsi di dalam kelas yang dikombinasikan bentuk tingkah laku kelas dinamakan dengan. c.operasi Soal Kuis I PSBO 1. Konsep awal programming (Basic) dengan kekuatan GOTO statement dinamakan dengan a. Non Procedural Language b. Procedural Language c. Object Oriented Programming d. Visual Object Oriented

Lebih terperinci

Pemanfaatan Aljabar Vektor Pada Mesin Pencari

Pemanfaatan Aljabar Vektor Pada Mesin Pencari Pemanfaatan Aljabar Vektor Pada Mesin Pencari Anwar Ramadha 13514013 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Lokasi Transmisi TVRI Di Sumatera Utara yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain sistem.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Sistem Menurut Alfattah (2007:3) sistem adalah sekumpulan objek-objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta hubungan antar objek yang biasa dilihat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sebuah aplikasi berupa Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) mulai dikembangkan pada tahun 1970. Decision Support Sistem (DSS) dengan

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Penelitian

Bab 3 Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai proses bisnis yang berlangsung pada Toko Istana Boneka dan metode perancangan yang digunakan dalam membuat sistem informasi perhitungan arus kas

Lebih terperinci

Pemodelan Berorientasi Objek

Pemodelan Berorientasi Objek 1 Pemodelan Berorientasi Objek Perancangan Sistem dengan Analisis Dinamis Adam Hendra Brata Pemodelan Kebutuhan Sistem 2 Ruang Lingkup Masalah Analisis Kebutuhan Diagram Use Case Pemodelan Perangkat Lunak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Rahmatulloh (2016). Penelitian yang berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Pencarian Benda Hilang Lost &

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian merupakan acuan dalam pelaksanaan sebuah penelitian. Metodologi penelitian berisi rencana kerja yang berurutan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Sistem Analisis sistem merupakan kegiatan penguraian suatu sistem informasi yang utuh dan nyata ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen komputer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Membangun Aplikasi Database Oracle dengan VB. Koneksi database adalah sebuah modul (obyek) yang bekerja untuk

BAB II LANDASAN TEORI Membangun Aplikasi Database Oracle dengan VB. Koneksi database adalah sebuah modul (obyek) yang bekerja untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Database 2.1.1 Membangun Aplikasi Database Oracle dengan VB KONEKSI DATABASE Koneksi database adalah sebuah modul (obyek) yang bekerja untuk menghubungkan aplikasi dengan sebuah

Lebih terperinci

Bab 3. Metode dan Perancangan Sistem

Bab 3. Metode dan Perancangan Sistem Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem Dalam perancangan dan pengimplementasian perangkat lunak diperlukan perancangan sistem terlebih dahulu yang bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pengguna tentang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1 Analisa Pada pembahasan bab ini, akan dilakukan penganalisaan mengenai analisa dan perancangan pembuatan animasi Iklan Coklat. Dalam mengevaluasi suatu proses diperlukan

Lebih terperinci