PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN Oleh : Abd. Rohman Nawi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN Oleh : Abd. Rohman Nawi"

Transkripsi

1 PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 Oleh : Abd. Rohman Nawi KONSENTRASI SIYASAH SYAR IYYAH (KETATANEGARAAN ISLAM) PROGRAM STUDI JINAYAH DAN SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

2 PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh : Abd. Rohman Nawi NIM Di Bawah Bimbingan Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP KONSENTRASI SIYASAH SYAR IYYAH (KETATANEGARAAN ISLAM) PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

3 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Perspektif Hukum Islam Terhadap Konsep Kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, 08 Desember Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Siyasah Syar iyyah. Jakarta, 08 Desember 2009 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. NIP Panitia Ujian : 1. Ketua : Dr. Asmawi, M.Ag. (..) NIP Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag (..) NIP Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SS, MA, MM (..) NIP

4 4. Penguji I : Prof. Dr. Hj. Amany B. Umar Lubis, Lc, MA (..) NIP Penguji II : Drs. Abu Tamrin, M. Hum (..) NIP

5 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 08 Desember 2009 Abd. Rohman Nawi

6 بسم االله الرحمن الرحيم KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT atas berbagai karunia dan anugerah yang diberikan kepada segenap hamba-hamba-nya yang beriman dan beramal saleh dengan ikhlas mengharapkan ridha-nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada hamba pilihan-nya yang membawa risalah kebenaran, pemimpin bagi pembawa cahaya keridhaan-nya yang abadi, yaitu Sayyidina Muhammad SAW, sebaik-baik makhluk dan dipenuhinya dengan akhlak yang sempurna. Penulis bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana Hukum Islam di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN Penulis menyadari dengan kerendahan hati bahwa dalam setiap tahap penyusunan skripsi ini begitu banyak bantuan, bimbingan, dorongan serta perhatian yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak/Ibu sebagai:

7 1. Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum, Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA.,MM. 2. Ketua Program Studi Jinayah dan Siyasah, Dr. Asmawi, M.Ag., dan Sekretaris Program Studi Jinayah dan Siyasah, Sri Hidayati, M.Ag., beserta staff dan seluruh dosen yang telah memberi ilmu, membimbing dan mengarahkan penulis sejak masa perkuliahan hingga berakhirnya skripsi ini. 3. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA.,MM. Selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan ilmunya dan bimbingannya serta do anya dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Pimpinan Perpustakaan, baik Pimpinan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan fasilitas pada Penulis untuk mengadakan studi kepustakaan. 5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H. Sarmada dan Ibunda tercinta Hj. Hanifah (Almh), bang Sobur, mama Uum, bang Tohir, mpo Idah, bang O.G., mama Ayu, Noer, Yati, ibu Nina yang selalu mendukung penulis dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Teman-teman seperjuangan, Ahmad Syaifuddin, Ana. M, Ana. P, Ahmad Nazir, Qosim, Iswara, Husen, Bonchu sekeluarga dan my best friend Fikriyah yang telah memberikan semangat disaat penulis membutuhkannya.

8 Semoga bantuan, bimbingan, dorongan serta perhatian yang diberikan oleh mereka mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan pembaca pada umumnya. Amîn. Jakarta, 08 Desember 2009 Penulis

9 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ii iii iv vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7 D. Review Studi Terdahulu 8 E. Metode Penelitian 11 F. Sistematika Penulisan 12 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN A. Warga Negara dalam Hukum Kewarganegaraan Indonesia 14 B. Sejarah Perundang-undangan Tentang Kewarganegaraan Indonesia 19 C. Asas Kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

10 D. Syarat Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia Menurut Undang- Undang Nomor 12 Tahun BAB III ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 A. Warga Negara dalam Islam 44 B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Sisi Kelahiran 56 C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Sisi Perkawinan 57 D. Syarat Memperoleh Kewarganegaraan dalam Islam 70 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 74 B. Saran 76 DAFTAR PUSTAKA 77 LAMPIRAN : UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara merupakan suatu organisasi kemasyarakatan, oleh karena itu di dalamnya pasti dihuni oleh sejumlah penduduk. Dalam pengetahuan hukum tata negara, untuk dapat dipandang sebagai suatu negara haruslah memenuhi tiga hal, yang salah satunya adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama di suatu tempat tertentu sehingga merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diatur oleh suatu tertib hukum nasional 1 yang dalam kajian ilmu politik disebut rakyat. Bahkan menurut berbagai teori yang dikembangkan dalam ilmu negara, negara ada demi warga negara. Terutama jika mengacu kepada paham demokratis, yang dianut oleh berbagai negara modern dewasa ini, termasuk Indonesia. Eksistensi negara adalah dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Hal tersebut sudah sepantasnya, sebab maksud adanya negara adalah untuk menyelenggarakan kepentingan warganya. Negara akan menjadi kuat dan sukses bila warga negara sebagai pendukungnya juga kuat. Kuat dalam arti seluas-luasnya, termasuk kuat dalam arti persatuan diantara rakyatnya. Oleh karena itu ketentuan siapa yang akan menjadi warga negara bukanlah persoalan perorangan akan tetapi merupakan persoalan atau wewenang bagi negara yang berdaulat dengan tetap menghormati prinsip-prinsip umum Internasional. Atas 1 Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional (Edisi Revisi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), Cet ke-3, h. 3.

12 dasar itulah diperlukan pengaturan mengenai kewarganegaraan. Di Indonesia mengenai kewarganegaraan diatur dalam Pasal 26 Undang-Undang Dasar Penduduk atau rakyat suatu negara terdiri dari warga negara, yaitu orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara, yang mempunyai hubungan yang tidak terputus dengan tanah airnya, dengan Undang-Undang Dasar negaranya, sekalipun yang bersangkutan berada di luar negeri, selama yang bersangkutan tidak memutuskan hubungannya atau terikat oleh ketentuan hukum Internasional. 3 Selain itu, dalam suatu negara adakalanya dijumpai golongan minoritas yang oleh Wolhoff disebut minoriteit, yaitu golongan orang yang berjumlah kecil atau disebut juga warga negara asing (WNA) 4, sedangkan hubungannya dengan negara yang didiaminya hanyalah selama yang bersangkutan bertempat tinggal dalam wilayah negara tersebut. 5 Dalam wilayah kewarganegaraan Indonesia muncul suatu kendala yang cukup jelas dihadapan kita selama ini, yaitu kendala konsep dalam memahami arti 2 Tim Redaksi Pustaka Pergaulan, UUD 1945, Naskah Asli dan Perubahannya, (Jakarta: Pustaka Pergaulan, 2004), Cet ke-3, h. 74. Cet. Ke-2, h I Wayan Phartiana, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: Mandar Maju, 2003), 4 Abu Bakar Busro dan Abu Daud Busroh, Hukum Tata Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h Mustafa Kamal Pasha, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), (Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri, 2002), h. 23.

13 warga negara. Pertanyaan sederhana yang ada pada kita yaitu, apakah warga negara itu orang yang dalam kartu identitas (KTP, SIM, PASPOR) tertulis kewarganegaraan tertentu? Dalam wilayah ini saja terkadang pemahaman kita masih simpang-siur tentang warga negara itu sendiri. Ada orang yang asal lahirnya di Indonesia, dia adalah warga negara Indonesia, atau sebaliknya bagi warga negara Indonesia yang melahirkan anaknya di luar wilayah teritorial Indonesia anak tersebut menjadi warga negara asing. 6 Sebagai contoh, dalam zaman keterbukaan seperti sekarang ini, tidak setiap warga negara dari suatu negara selalu berada di dalam negaranya. 7 Tidak bisa kita pungkiri bahwa kita sering menyaksikan banyak sekali penduduk suatu negara yang berpergian keluar negeri, baik karena direncanakan dengan sengaja ataupun tidak, dapat saja melahirkan anak-anak di luar negeri. Bahkan dapat pula terjadi, karena alasan pelayanan medis yang lebih baik, orang sengaja melahirkan anak di rumah sakit di luar negeri yang dapat lebih menjamin kesehatan dalam proses persalinan. Dalam hal negara tempat asal seseorang dengan negara tempat ia melahirkan atau dilahirkan menganut sistem kewarganegaraan yang sama tentu tidak akan menimbulkan persoalan. Akan tetapi apabila kedua negara yang 6 Mohammad AS. Hikam, dkk, Fiqh Kewarganegaraan, Intervensi Agama-Negara Terhadap Masyarakat Sipil, (Yogyakarta: CV Adipura, 2000), h R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. Ke-9, h. 82.

14 bersangkutan memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi problem mengenai status kewarganegaraan yang menyebabkan seseorang menyandang status dwi-kewarganegaraan (double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak berkewarganegaraan sama sekali (stateles) 8. Berbeda dengan prinsip kelahiran itu, di beberapa negara dianut prinsip Ius sanguinis yang mendasarkan diri pada faktor pertalian seseorang dengan status orang tua yang berhubungan darah dengannya. Apabila orang tuanya berkewarganegaraan suatu negara, maka otomatis kewarganegaraan anakanaknya dianggap sama dengan kewarganegaraan orang tuanya itu. 9 Akan tetapi, sekali lagi, dalam dinamika pergaulan antar bangsa yang makin terbuka dewasa ini, kita tidak dapat lagi membatasi pergaulan antar penduduk yang berbeda status kewarganegaraannya. Sering terjadi perkawinan campuran yang melibatkan status kewarganegaraan yang berbeda-beda antara pasangan suami dan istri. Terlepas dari perbedaan sistem kewarganegaraan yang dianut oleh masing-masing negara asal pasangan suami istri itu, hubungan hukum antar suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran seperti itu selalu menimbulkan persoalan berkenaan dengan status kewarganegaraan dari putera-puteri mereka C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet ke- 8, h Soependri Soeriadinata, Sendi Pokok Tata Negara Indonesia, (Jakarta: CV. Karya Indah, 1974), h T. May Rudy, Hukum Internasional I, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2002), h. 37.

15 Mengenai masalah kewarganegaraan sistem politik Islam terkandung secara implisit dan dapat dipahami dari al-quran dan al-sunnah. Kewarganegaraan sistem politik Islami pertama-tama berdasarkan agama Islam, tetapi apakah ini berarti bahwa semua orang Islam secara otomatis menjadi warga negara sistem politik Islam atau orang bukan muslim tidak dapat menjadi warga negara sistem politik Islam? 11 Dalam hal konsep kewarganegaraan sistem politik Islam-pun masih banyak orang yang belum mengetahui bagaimana Islam mengatur hal tersebut. Meski pada kenyataannya mayoritas warga negara Indonesia adalah beragama Islam. Oleh karena itu, ada baiknya konsep kewarganegaraan Islam dimasukkan dalam pembahasan ini sebagai bahan perbandingan. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian dan mengangkatnya menjadi sebuah skripsi yang berjudul PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN Abd. Mu'in Salim, Fiqh Siyasah, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Qur'an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), Cet ke-2, h. 300.

16 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk memudahkan pembatasan masalah dan fokus kajian skripsi ini, penulis akan membatasi masalah dan merumuskan permasalahan. Pembatasan permasalahan merupakan hal yang penting untuk menghindari dari melebar dan meluasnya obyek kajian, sedang perumusan masalah ditujukan untuk mengarahkan alur bahasa dan menjawab berbagai permasalahan sebagai suatu substansi dari skripsi ini. Berdasarkan atas pemaparan latar belakang skripsi ini, penulis membatasi permasalahan pada konsep kewarganegaraan menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, dan kemudian ditelaah secara komparatif menurut hukum Islam. Dari pembatasan masalah di atas, secara lebih rinci perumusan masalah dalam skripsi ini lebih mengkhususkan pada beberapa pembahasan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep dan aturan hukum mengenai kewarganegaraan menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 dan dalam hukum Islam? 2. Apakah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia telah sesuai dengan ajaran hukum Islam? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

17 1. Untuk mengetahui konsep dan muatan hukum yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia dan dalam Islam; 2. Untuk mengetahui pandangan menurut Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai aspirasi penulis kepada Pemerintah dan Lembaga yang berwenang untuk semakin baik dan adil dalam pelaksanaannya. Manfaat praktis bagi penulis, pembaca, serta masyarakat pada umumnya, adalah mengetahui bagaimana konsep dan aturan hukum Indonesia mengenai kewarganegaraan menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun Secara akademis dapat bermanfaat bagi para akademisi Fakultas Syariah dan Hukum pada umumnya dan bagi program studi Jinayah Siyasah Syar iyyah khususnya, sebagai tambahan referensi tentang studi komparatif mengenai konsep kewarganegaraan baik dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 dan dalam hukum Islam. D. Review Studi Terdahulu Sejauh penelitian tentang topik yang mengangkat masalah kewarganegaraan baik mengenai konsep, ketentuan-ketentuan, status maupun

18 masalah lain yang berkaitan dengan kewarganegaraan, baik yang mengkaji secara spesifik masalah tersebut maupun yang menyinggung secara umum. Berikut ini paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut. Tim ICCE UIN Jakarta, yang berjudul Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Civic Education). Pokok masalah yang dikaji ialah tinjauan terhadap konsep kewarganegaraan dalam Undang-Undang Nomor 62 Tahun Temuan pokok dalam masalah ini antara lain asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran yang mencakup asas ius soli dan ius sanguinis, berdasarkan perkawinan yang mencakup asas persatuan hukum dan asas persamaan derajat, karena pengangkatan, karena dikabulkannya permohonan untuk menjadi warga negara Indonesia, karena pewarganegaraan, karena turut ayah dan atau ibu, dan karena pernyataan. Karya Drs. Mustafa Kamal Pasha, B.E.d., yang berjudul Pendidikan Kewarganegaraan (civic education). Didalamnya membahas mengenai penentuan kewarganegaraan yang meliputi, asas ius sanguinis (law of the blood), asas ius soli (law of the soil), asas pewarganegaraan (naturalisasi), mengenai problem kewarganegaraan yang meliputi, bipatride dan apatride (stateless), mengenai hak dan kewajiban warga negara menurut Undang-Undang Dasar 1945, yang meliputi hak-hak warga negara yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1, 2, 3), Pasal 28, 28A,28B, 28C, 28D, 28E, 28F, 28G, 28H, 28I, 28J, Pasal 29 ayat (2), Pasal 30, Pasal 31, Pasal 34. mengenai kewajiban warga negara yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 30.

19 Karya A. Ubaidillah.- (et all), yang berjudul Pendidikan Kewargaan (civic education) Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani. Yang membahas mengenai unsur-unsur warga negara yang meliputi, asas ius sanguinis, asas ius soli dan asas naturalisasi, problem kewarganegaraan yang meliputi, problem apatride dan bipatride, dan membahas sejarah Undang-Undang kewarganegaraan di Indonesia, seperti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947, pasal 5 dan 194 Undang-Undang Dasar RIS, persetujuan KMB (1949), perjanjian Soenarjo-Chou en Lai (1955), Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1969, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976, dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun Drs. C.S.T. Kansil, S.H., yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, yang secara umum membahas asas kewarganegaraan, problem yang menyangkut masalah kewarganegaraan Indonesia dalam Undang- Undang RI Nomor 3 Tahun 1946, Undang-Undang RI Nomor 62 Tahun 1958, perubahan Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 62 Tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1976, peraturan pelaksanaan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1976 (PP Nomor 13 Tahun 1976) Moh. Kusnardi, S.H., dan Harmaily Ibrahim, S.H., yang berjudul Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, secara umum pembahasan dalam buku ini tidak jauh berbeda dengan pembahasan buku di atas, yakni sejarah kewarganegaraan sejak proklamasi kemerdekaan dalam Undang-Undang Nomor

20 3 Tahun 1946, Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958, dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 mengenai perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun Dari beberapa kajian yang telah disebutkan di atas, terlihat bahwa semua hanya membahas mengenai konsep kewarganegaraan Indonesia dan itupun dalam Undang-Undang yang sudah tidak berlaku lagi pada saat ini. Akan tetapi, belum terdapat suatu kajian perbandingan yang spesifik mengenai konsep kewarganegaraan dalam sistem ketatanegaraan Islam dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 yang merupakan perbedaan spesifik dibanding karya tulis yang telah ada. Mengenai pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah & Hukum. Penggunaan dari berbagai macam tinjauan pustaka ini untuk menjadi acuan dalam melaksanakan penulisan agar dapat mencapai tujuannya. Dengan adanya patokan diharapkan dapat membuat penulis dapat lebih mudah dalam melaksanakan penulisan skripsi. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian dengan cara

21 mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku-buku, artikel-artikel, makalah, majalah, koran serta bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diangkat. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan, yaitu dengan membaca buku atau literatur yang relevan dengan topik masalah dalam penelitian ini. 3. Sumber Data a. Data Primer, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan bahan penulisan antara lain Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 dan buku-buku lain yang berkaitan dengan bahasan penulisan. b. Data Sekunder yang Penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu artikelartikel dan makalah-makalah yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. 4. Teknik Analisis Data Pada tahap analisis data, data diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian. Adapun data-data tersebut dianalisis dengan metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode menganalisis dan menjelaskan suatu permasalahan dengan memberikan suatu gambaran secara jelas hingga menemukan jawaban yang diharapkan. 5. Teknik Penulisan

22 Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulisan mengacu pada buku "Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007". F. Sistematika Penulisan Untuk lebih memperoleh gambaran yang menyeluruh, skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I Berisi Pendahuluan yang mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Alasan sub-sub bab tersebut diletakkan pada bab 1 adalah untuk lebih mengetahui alasan pokok kenapa penulisan ini dilakukan dan mengetahui batasan dan metode yang dilakukan sehingga maksud dari isi penulisan ini dapat dipahami. Bab II Tinjauan umum tentang kewarganegaraan, yang dibagi kedalam lima sub bab, yaitu: Pengertian Warga Negara dalam Hukum Kewarganegaraan Indonesia, Sejarah Perundang-undangan Tentang Kewarganegaraan Indonesia, Asas Kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, Syarat Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun Bab ini memberikan penjelasan mengenai pembahasan judul penulisan yang dikupas lebih jauh mengenai konsep kewarganegaraan yang tercantum didalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan, sehingga memberikan pemahaman mendalam tentang pokok bahasan penulisan ini.

23 Bab III Membahas mengenai analisis hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, yang dibagi juga kedalam beberapa sub bab, yaitu: Warga Negara dalam Islam, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Sisi Kelahiran, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Sisi Perkawinan, Syarat Memperoleh Kewarganegaraan dalam Islam. Bab IV Merupakan bab terakhir yang menjadi penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Bertujuan memberikan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya tentang apa dan bagaimana isi pokok bahasan tersebut dan selanjutnya memberikan saran mengenai isi dari penulisan ini.

24 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN E. Warga Negara dalam Hukum Kewarganegaraan Indonesia Istilah warga negara merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu citizen dan istilah Perancis-nya adalah citoyen. Secara harfiyah keduanya berarti warga kota. Hal itu terpengaruh oleh konsep polis pada masa Yunani Purba. Polis mempunyai warga yang disebut warga polis atau warga kota. Kemudian istilah ini disempurnakan kedalam bahasa Belanda staatsburger atau warga negara. Dalam bahasa Indonesia dahulu dikenal pula istilah kaulanegara. Istilah tersebut diambil dari bahasa Jawa yang dalam peraturan perundangundangan Hindia-Belanda mempunyai arti yang serupa dengan onderdaan. 12 AS Hikam mendefinisikan bahwa Warga negara adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Istilah tersebut merupakan terjemahan dari citizenship, yang menurutnya istilah itu lebih baik ketimbang istilah kawula negara. Karena istilah warga negara dipakai jika bentuk pemerintahan negara itu republik, sedangkan istilah kawula negara dipakai jika bentuk pemerintahan negara itu kerajaan A. Ubaidillah, dkk, Pendidikan Kewargaan: Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), h AS Hikam, Pengertian Warga Negara, dalam Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan kewargaaan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 1999), h. 74.

25 Warga negara merupakan salah satu tiang daripada adanya negara, atau dalam kata lain merupakan faktor terpenting dalam hal untuk mendukung terbentuknya suatu negara. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa syarat untuk mendirikan suatu negara yang merdeka dan berdaulat salah satunya adalah dengan adanya warga negara disamping dua syarat yang lain, yaitu wilayah dan pemerintah negara. 14 Berdasarkan hubungannya dengan dunia Internasional, maka orang-orang yang bertempat tinggal di dalam suatu wilayah kekuasaan negara harus dibedakan antara warga negara dan penduduk, karena setiap warga negara adalah penduduk dari negara tersebut tetapi tidak setiap penduduk adalah warga negara yang bersangkutan, dalam hal ini disebut penduduk bukan warga negara atau warga negara asing. 15 Warga negara yaitu mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara sehingga yang bersangkutan dapat dikatakan sebagai warga negara dan diperkenankan mempunyai tempat tinggal tetap (domisili). Sedangkan penduduk yang bukan warga negara ialah mereka yang bertempat tinggal di suatu negara tidak untuk selamanya dan tidak ada maksud menetap di wilayah negara tersebut. 14 B.P. Paulus, Kewarganegaraan RI di Tinjau dari UUD 1945: Khususnya Kewarganegaraan Peranakan Tionghoa, (Jakarta: P.T. Pradnya Paramita, 1983), h. 41. CO, 1995), h Abdul Bari Azed, Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan, (Jakarta: IND-HILL-

26 Dengan kata lain warga negara adalah sekelompok manusia yang ada dalam kewenangan hukum suatu negara. Warga negara itu sendiri mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya yaitu hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik diantara keduanya. 16 Berbeda dengan warga negara asing, meski mereka memiliki hak dan kewajiban tetapi dalam bebrapa hal tidaklah sama dengan warga negara dari negara yang bersangkutan. Meskipun seseorang mempunyai status sebagai warga negara asing ia tetap mempunyai hubungan dengan negara yang didatanginya tetapi hanya selama ia bertempat tinggal di wilayah negara tersebut. Warga negara menurut hukum kewarganegaraan Indonesia disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 Bab 1 Pasal 2, yaitu: Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. 1. Hak dan Kewajiban Warga Negara Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya adalah berupa peranan (role). Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai dengan status yang dimiliki, dalam hal ini sebagai warga negara. 16 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (T.tp, CV Sinar Bakti, 1988), h. 291.

27 Hak dan kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam Pasal 27 sampai Pasal 34 Undang Undang Dasar Bebarapa hak warga negara Indonesia antara lain sebagai berikut : a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. b. Hak membela negara c. Hak berpendapat d. Hak kemerdekaan memeluk agama e. Hak mendapatkan pengajaran f. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan Nasional Indonesia g. Hak ekonomi untuk mendapatkan kesejahteraan sosial h. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial Sedangkan kewajiban warga negara Indonesia terhadap negara Indonesia adalah : a. Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan b. Kewajiban membela negara c. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara Selain itu ditentuakan pula hak dan kewajiban negara terhadap warga negara. Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan hak dan kewajiban warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut, anatara lain sebagai berikut:

28 a. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintah b. Hak negara untuk dibela c. Hak negara untuk menguasai bumi, air, dan kekayaan untuk kepentingan rakyat d. Kewajiban negara untuk menajamin sistem hukum yang adil e. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara f. Kewajiban negara mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat g. Kewajiban negara memberi jaminan sosial h. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah Secara garis besar, hak dan kewajiban warga negara yang telah tertuang dalam Undang Undang Dasar 1945 mencakup berbagai bidang. Bidang-bidang ini antara lain bidang politik dan pemerintahan, sosial, keagamaan, pendidikan, ekonomi, dan pertahanan

29 F. Sejarah Perundang-undangan Tentang Kewarganegaraan Indonesia Sebelum Indonesia merdeka, penduduknya terbagi ke dalam tiga macam golongan, yaitu: 1. Golongan Indonesia atau pribumi (yang pada waktu itu oleh kerajaan Belanda disebut inlanders ); 2. Golongan Timur Asing; 3. Golongan orang Eropa. 17 Setelah Indonesia terbebas dari para penjajah kurang lebih satu tahun setelah diproklamasikannya kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan suatu peraturan perundang-undangan tentang kewarganegaraan yaitu Undang-Undang Nomor 3 Tahun Undang-Undang itu mengatur bahwa penduduk negara adalah mereka yang bertempat tinggal di wilayah kekuasaan negara Indonesia selama satu tahun berturut-turut. Selanjutnya disebutkan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia pada pokoknya adalah: 1. Penduduk asli dalam daerah Republik Indonesia, termasuk anak-anak dari penduduk asli itu; 2. Istri seorang warga negara Indonesia; 17 J.S.T. Simorangkir, dkk, Inti Pengetahuan Warga Negara, (Jakarta: Erlangga, 1960), Cet. 3, h. 34, lihat juga Asis Safioedin, Beberapa Hal tentang Burgerlijk Wet Boek, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990), Cet. VII, h. 7.

30 3. Keturunan dari seorang warga negara yang dikawin dengan wanita negara asing; 4. Anak-anak yang lahir dalam daerah Republik Indonesia yang oleh orang tuanya tidak diakui dengan cara yang sah; 5. Anak-anak yang lahir dalam daerah Indonesia dan tidak diketahui siapa orang tuanya; 6. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya, yang memiliki kewarganegaraan Indonesia, meninggal; 7. Orang yang bukan penduduk asli yang paling akhir telah bertempat tinggal di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut, dan telah berumur 21 tahun atau telah kawin. Dalam hal ini bila berkeberatan untuk menjadi warga negara Indonesia, ia boleh menolak dengan keterangan, bahwa ia adalah warga negara dari negara lain; 8. Masuk menjadi warga negara Indonesia dengan jalan pewarganegaraan (naturalisasi). Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 tersebut kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dan diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 Tentang memperpanjang waktu untuk mengajukan pernyataan berhubung dengan kewargaan negara Indonesia dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1948 tentang memperpanjang waktu lagi untuk mengajukan pernyataan berhubung dengan kewargaan negara Indonesia.

31 Dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 1949 telah dicapai suatu persetujuan perihal penentuan warga negara antara Republik Indonesia dan kerajaan Belanda. Menurut persetujuan itu yang menjadi warga negara Republik Indonesia adalah: 1. Penduduk asli Indonesia yaitu mereka yang dulu termasuk golongan bumi Putra, yang berkedudukan di wilayah Republik Indonesia. Apabila mereka lahir di luar Indonesia dan bertempat tinggal di negeri Belanda atau di luar daerah peserta Uni (Indonesia Belanda), maka mereka berhak memilih kewarganegaraan Belanda dalam kurun waktu dua tahun setelah tanggal 27 Desember 1949; 2. Orang Indonesia, kaulanegara Belanda, yang bertempat tinggal di suriname atau antillen (koloni Belanda). Akan tetapi jika mereka lahir di luar kerajaan Belanda maka berhak memilih kewarganegaraan Belanda dalam kurun waktu dua tahun setelah tanggal 27 Desember jika mereka lahir di wilayah kerajaan Belanda mereka memperoleh kewarganegaraan Belanda, akan tetapi mereka berhak memilih kewarganegaraan Republik Indonesia dalam kurun waktu dua tahun setelah tanggal 27 Desember 1949; 3. Orang Cina dan Arab yang lahir di Indonesia atau sedikit-dikitnya bertempat tinggal enam bulan di wilayah Republik Indonesia, apabila dalam kurun waktu dua tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949 tidak menolak kewarganegaraan Indonesia (hak repudiasi = hak menolak kewarganegaraan);

32 4. Orang Belanda yang dilahirkan di wilayah Republik Indonesia atau sedikitdikitnya bertempat tinggal enambulan di wilayah Republik Indonesia dalam kurun waktu dua tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949 menyatakan memilih warga negara Indonesia (hak opsi = hak memilih sesuatu kewarganegaraan); 5. Orang Asing (kaulanegara Belanda) bukan orang Belanda yang lahir di Indonesia dan bertempat tinggal di Republik Indonesia apabila dalam kurun waktu dua tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949 tidak menolak kewarganegaraan Indonesia. Singkatnya orang Indonesia tetap menjadi orang Indonesia, mereka dengan sendirinya menjadi warga negara Indonesia. Untuk orang Timur Asing bagi mereka berlaku yang disebut sistem passif (tidak berbuat apa-apa), maka dengan waktu yang ditentukan mereka dengan sendirinya menjadi warga negara kecuali jika mereka menolak kewarganegaraan itu. Sedangkan untuk orang Eropa bagi mereka berlaku yang biasa disebut sistem aktif. Maksudnya apabila salah seorang dari mereka hendak jadi warga negara Indonesia maka dia harus memintanya dengan mengajukan permohonan. Selanjutnya setelah kurun waktu kurang lebih 12 tahun lahir Undang- Undang baru tentang kewarganegaraan menggantikan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946, yaitu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 yang mulai berlaku sejak diundangkannya pada tanggal 1 Agustus Undang-Undang ini dinyatakan berlaku surut sampai tanggal 27 Desember 1949.

33 Menurut Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 yang dikatakan sebagai warga negara Indonesia adalah: 1. Mereka yang telah menjadi warga negara berdasarkan Undang- Undang/Peraturan/Perjanjian, yang terlebih dahulu berlaku (berlaku surut); 2. Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan Undang- Undang tersebut. Selain warga negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang lebih dahulu telah berlaku, maka seorang dapat menjadi warga negara Indonesia, jika ia memenuhi syarat-syarat berikut: 1. Pada waktu lahirnya mempunyai hubungan kekeluargaan dengan seorang warga negara Indonesia (misalnya ayahnya adalah WNI); 2. Lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dan ayah itu pada waktu meninggal dunia adalah warga negara Republik Indonesia; 3. Lahir dalam wilayah Republik Indonesia selama orang tuanya tidak diketahui; 4. Memperoleh kewarganegaraan Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 62 Tahun Misalnya: a. Anak asing yang berumur 5 tahun yang dianggkat oleh seorang warga negara Republik Indonesia apabila pengangkatan itu disahkan oleh pengadilan negeri; b. Anak di luar perkawinan dari seorang ibu WNI; c. Menjadi warga negara karena pewarganegaraan, dan lain-lain.

34 Dengan demikian seorang dapat dikatakan sebagai orang asing jika ia tidak memenuhi syarat-syarat sebagai warga negara seperti yang telah disebutkan. 18 Pada perkembangannya Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 khususnya Pasal 18 Undang-Undang tersebut pada tanggal 5 April 1976 Presiden Republik Indonesia Telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun Dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 ditegaskan bahwa Seorang yang kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia termaksud dalam Pasal 17 huruf k memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia berdasarkan kartu izin masuk dan menyatakan keterangan untuk itu. Keterangan itu harus dinyatakan kepada pengadilan negeri dari tempat tinggalnya dalam satu tahun setelah orang itu bertempat tinggal di Indonesia. Pasal 17 huruf k Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 memberikan kewajiban warga negara Republik Indonesia mengajukan pernyataan keinginan untuk tetap menjadi warga negara Republik Indonesia dalam jangka waktu 5 tahun yang pertama dan selanjutnya untuk tiap 2 tahun sekali, yaitu bagi mereka yang bertempat tinggal di luar negeri selain untuk menjalankan dinas negara. 18 CST Kansil dan Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-3, Edisi Revisi, h

35 Pada kenyataannya tidak semua warga negara Republik Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri dapat memenuhi kewajiban tersebut bukan dikarenakan lalai melainkan dari suatu keadaan di luar kesalahannya, sehingga mereka terpaksa tidak menyatakan keinginannya tersebut tepat pada waktunya, seperti akibat sengketa Irian Barat yang berakibat pada tidak dapat dilaksanakannya ketentuan Pasal 17 huruf k sama sekali atau sebagian secara keseluruhan oleh Perwakilan Republik Indonesia, dan akibat kasus-kasus lainnya. Guna memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia, maka dianggap perlu melakukan perubahan terhadap Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958, karena pasal tersebut tidak menampung orang-orang di atas. Berdasarkan alasan diatas maka Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1976 menetapkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 diubah sebagai berikut: Pasal Seorang yang kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia termasuk dalam Pasal 17 huruf k memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia berdasarkan Kartu Izin Masuk dan menyatakan keterangan untuk itu. Keterangan itu harus dinyatakan kepada pengadilan negeri dari tempat tinggalnya dalam satu tahun setelah orang itu bertempat tinggal di Indonesia.

36 2. Seorang yang bertempat tinggal di luar negeri, yang telah kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia termaksud dalam Pasal 17 huruf k, karena sebab-sebab yang di luar kesalahannya, sebagai akibat dari keadaan di negara tempat tinggalnya yang menyebabkan tidak dapat dilaksanakannya kewajiban sebagaimana diatur dalam ketentuantersebut dapat memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia: a. Jika ia melaporkan diri dan menyetakan keterangan untuk itu kepada perwakilan Republik Indonesia di negara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya undang-undang ini; b. Jika ia melaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk itu kepada perwakilan Republik Indonesia di negara yang terdekat dari tempat tinggalnya dalam jangka waktu 2 tahun setelah berlakunya undang-undang ini. 3. Selain menyatakan keterangan untuk memperoleh kembali kewarganegaraan republik Indonesia seperti tersebut dalam ayat (2), orang yang bersangkutan harus: a. Menunjukkan keinginan yang sungguh-sungguh untuk menjadi warga negara Republik Indonesia; b. Telah menunjukkan kesetiaannya terhadap negara Republik Indonesia. 4. Seorang yang telah menyatakan sesuai dengan ketentuan dalam ayat (2), memperoleh kembali kewarganegaraan republik Indonesia dalam waktu 1 tahun setelah melaporkan diri dan menyatakan keterangan serta ternyata

37 memenuhi syarat-syarat tersebut dalam ayat (3) dan setelah mendapat keputusan Menteri Kehakiman. Keputusan Menteri Kehakiman yang memberikan kembali kewarganegaraan Republik Indonesia mulai berlaku pada hari permohonan menyatakan sumpah atau janji setia di hadapan Perwakilan Republik Indonesia dan berlaku surut hingga hari tanggal Keputusan Menteri Kehakiman tersebut. 19 Berdasarkan keterangan di atas, bahwa Republik Indonesia telah mengalami banyak perubahan dalam hal perundang-undangan khususnya undangundang mengenai kewarganegaraan Indonesia. Sampai saat ini Undang-Undang yang berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia. Adapun kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 berdasarkan Pasal 2, dinyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Berdasarkan pernyataan di atas, yang dapat disebut sebagai warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli, yaitu orang Indonesia yang menjadi warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri dan orang-orang lain yang disahkan 19 Ibid., h. 229.

38 dengan undang-undang, misalnya dengan cara mengajukan permohonan untuk menjadi warga negara Indonesia. 20 Adapun perincian mengenai siapa saja yang dapat disebut sebagai warga negara Indonesia dilihat pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 yang menyebutkan, warga negara Indonesia adalah: a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia; b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara Indonesia; c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara Indonesia dan ibu warga negara asing; d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu warga negara Indonesia; e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut; 20 Padmo Wahjono, Masalah Ketatanegaraan Indonesia Dewasa Ini, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), Cet. Ke-2, h. 313.

39 f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia; g. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia; h. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin; i. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya; j. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui; k. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya; l. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;

40 m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. Berdasarkan beberapa hal yang telah disebutkan oleh undang-undang tersebut di atas maka sudah cukup jelas siapa saja yang dapat disebut sebagai warga negara Indonesia. Dengan demikian secara otomatis siapa saja yang tidak dan atau belum memenuhi syarat-syarat peraturan kewarganegaraan yang ditetapkan dalam undang-undang dinamakan bukan warga negara atau orang asing. Setelah kita mengetahui siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai warga negara Indonesia maka untuk selanjutnya kita akan membahas mengenai asas-asas kewarganegaraan yang digunakan negara Republik Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006.

41 C. Asas Kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Asas kewarganegaraan merupakan pedoman dasar bagi suatu negara untuk menentukan siapakah yang menjadi warga negaranya. Setiap negara menurut hukum internasional mempunyai kebebasan untuk menentukan siapa saja yang menjadi warga negara dan asas kewarganegaraan mana saja 21 yang hendak dipergunakannya. Adapun asas kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah: 1. Asas kewarganegaraan Indonesia berdasarkan sisi kelahiran Asas kewarganegaraan Indonesia berdasarkan sisi kelahiran adalah asas Ius Sanguinis dan asas Ius Soli. Berikut ini penjelasan mengenai kedua asas tersebut. a. Asas Ius Sanguinis (law of the blood) Asas Ius Sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan garis keturunan tanpa perlu mempersoalkan tempat orang tersebut dilahirkan Kusumadi Pudjosewojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004) Cet. Ke-10, h A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (PT. Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-4, h. 50.

42 Hal ini dapat dibuktikan dari sikap negara kita yang pada hakikatnya baru akan menganggap seorang anak sebagai warga negara Indonesia bila anak tersebut telah memenuhi persyaratan yang oleh negara dapat dinilai sebagai seorang anak yang secara sah dan meyakinkan dapat dibuktikan sebagai keturunan dari ayah dan/atau ibunya yang menjadi warga negara Indonesia. Adapun persyaratan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Anak yang ketika dilahirkan masih mempunyai hubungan hukum keluarga dengan ayah dan/atau ibunya yang menjadi warga negara Indonesia; 2) Anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia, apabila dari status perkawinan yang sah dan ayah itu pada waktu meninggal dunia sebagai warga negara Indonesia; 3) Dalam hal anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah tetapi seorang ayah tidak mempunyai kewarganegaraan atau negara asal ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut, sedangkan ibunya warga negara Indonesia, maka anak tersebut mengikuti kewarganegaraan ibunya; 4) Anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak sah dan salah satu dari kedua orang tuanya adalah warga negara Indonesia. Berdasarkan asas Ius Sanguinis yang di anut oleh Negara Republik Indonesia maka di negara manapun seorang warga negara Indonesia berdomisli dan melahirkan anaknya, hubungan antara anak yang baru lahir dan negara asal orang tuanya tersebut tidak terputus dan tetap menjadi warga negara dari negara asal orang tuanya yakni Indonesia, selama orang tuanya tidak melepaskan

43 kewarganegaraan dari negara asalnya. Oleh karena itu asas Ius Sanguinis cukup menguntungkan Negara Republik Indonesia. Sebagai contoh ilustrasi, seorang ibu berinisial F berkewarganegaraan Indonesia melahirkan di negara tetangga, Malaysia. Kemudian dia melahirkan seorang anak di negara itu, oleh karena negara Indonesia menganut asas Ius Sanguinis maka secara otomatis anak tersebut berkewarganegaraan Indonesia. Seperti tertera dalam Pasal 4 huruf (b, c, d, e, f, g, h, l dan m) b. Asas Ius Soli (law of the soil) Terbatas Ius Soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran tanpa perlu mempersoalkan keturunan darah orang yang bersangkutan. Asas ini diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. 23 Hal ini dapat dibuktikan dari adanya perlakuan terhadap seorang anak atau setiap anak yang dilahirkan di Indonesia bahwa mereka dianggap sebagai warga negara Indonesia atas dasar: 1) Tidak jelas status kewarganegaraan kedua orang tuanya; 2) Kedua orang tuanya tidak diketahui; 3) Kedua orang tuanya tidak mempunyai kewarganegaraan atau keberadaannya tidak diketahui. 23 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia, (revisi) / Lian Nury Sanusi, (Jakarta: PT. Kawan Pustaka, 2006), h. 28.

44 Asas ini dianut terutama oleh yang disebut negara-negara immigrasi diantaranya Amerika Serikat, Australia dan Canada yang memperoleh manfaat dari padanya karena dengan kelahiran anak-anak para immigran di negara tersebut maka terputuslah hubungan anak yang baru lahir itu dengan negara asal orang tuanya. Di Indonesia sendiri asas ini dipakai dengan maksud agar tidak terjadi apatride/stateless yaitu seseorang berstatus tanpa kewarganegaraan yang secara yuridis-formal dia bukanlah warga dari negara manapun juga. 24 Seperti seseorang yang tidak mempunyai atau tidak jelas status kewarganegaraannya, tetapi dia melahirkan anaknya di wilayah negara Republik Indonesia, agar anak tidak menyandang status tanpa kewarganegaraan seperti kedua orang tuanya, maka berdasarkan asas Ius Soli tersebut secara otomatis anak itu mendapat kewarganegaraan Indonesia. Hal itu dapat dilihat pada Pasal 4 huruf (i, j dan k). 2. Asas kewarganegaraan Indonesia berdasarkan sisi perkawinan Perkawinan tidak hanya terjadi antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang berkewarganegaraan sama tetapi dapat saja terjadi dari para pihak yang berbeda kewarganegaraan atau biasa disebut juga perkawinan campuran. Perkawinan campuran telah merambah seluruh pelosok tanah air dan kelas masyarakat. Globalisasi informasi, ekonomi, pendidikan dan transportasi 24 A. Ridwan Halim, Hukum Tata Negara dalam Tanya Jawab, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 260.

45 telah menggugurkan stigma bahwa kawin campur adalah perkawinan antara ekspatriat kaya dan orang Indonesia. 25 Dengan banyak terjadinya perkawinan campur di Indonesia sudah seharusnya perlindungan hukum dalam perkawinan campuran ini diakomodir dengan baik dalam perundang-undangan di Indonesia. Dalam perundang-undangan di Indonesia, perkawinan campuran didefinisikan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 57: Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam undang-undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Sejak dahulu diakui bahwa soal keturunan termasuk status personal (Statuta personalia adalah kelompok kaidah yang mengikuti kemana ia pergi). 26 Negara-negara common law berpegang pada prinsip domisili (ius soli) sedangkan negara-negara civil law berpegang pada prinsip nasionalitas (ius sanguinis). 27 Umumnya yang dipakai ialah hukum personal dari sang ayah sebagai kepala keluarga (pater familias) pada masalah-masalah keturunan secara sah. Hal ini adalah demi kesatuan hukum dalam keluarga dan demi kepentingan kekeluargaan, 25 Nuning Hallet, Mencermati Isi Rancangan UU Kewarganegaraan, Artikel diakses pada 5 Juni 2009 dari 26 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, B, Jilid III Bagian I, Buku ke-7, (Bandung: Penerbit Alumni, 1995), hal Ibid., hal.80.

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA TUGAS MAKALAH WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Disusun oleh: Nama : Niko Arwenda NPM : 1C114899 Kelas : 1KA25 Dosen

Lebih terperinci

Civic Education. Pendidikan Kewarganegaraan

Civic Education. Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education Pendidikan Kewarganegaraan Defenisi Kewarganegaraan: Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

(Negara dan Kedaulatan)

(Negara dan Kedaulatan) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA (Negara dan Kedaulatan) Modul 10 Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/08124446335 77 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah proses

Lebih terperinci

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang)

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang) STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang) A. Latar Belakang Masalah Seorang WNI menikah dengan warga Negara Prancis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa negara

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA I. UMUM Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu negara. Status

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin NEGARA = State (Inggris), Staat (Belanda),Etat (Perancis) Organisasi tertinggi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN

WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN DASAR HUKUM Pasal 26 UUD 1945 UU no 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan KEWARGANEGARAAN Keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus: negara) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA. 1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA. 1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA A. PENGERTIAN DAN ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN. Defenisi kewarganegaraan secara umum yaitu hak dimana manusia tinggal dan menetap di suatu kawasan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA MENURUT UUD 1945 Disusun Oleh : Nama : Ahmad Indra Fatuki NPM : 10210390 Kelas : 2EA13 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma HAK DAN

Lebih terperinci

Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD)

Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi : 5. Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan. Kompetensi Dasar : 5.1. Mendeskripsikan kedudukan warga negara

Lebih terperinci

Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia

Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia Oleh: R. Herlambang Perdana Wiratraman Dosen Hukum Tata Negara dan Hak Asasi Manusia Fakultas Hukum Universitas Airlangga Email: herlambang@unair.ac.id atau HP. 081332809123

Lebih terperinci

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu :

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu : Hak dan Kewajiban Warga Negara Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu : Kewarganegaraan g dalam arti Yuridis Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap warga Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan menjamin hak asasi manusia dalam proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara serta memberikan

Lebih terperinci

Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak dan Kewajiban Warga Negara Modul ke: Hak dan Kewajiban Warga Negara Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian Warga Negara Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) Warga Negara didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti perdagangan, perekonomian bahkan sampai pada masalah perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. seperti perdagangan, perekonomian bahkan sampai pada masalah perkawinan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, dimana teknologi informasi dan transportasi sudah sangat maju dan berkembang, menyebabkan hubungan antar bangsa menjadi sangat

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bendera negara yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga

Lebih terperinci

Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak dan Kewajiban Warga Negara KEWARGANEGARAAN Modul ke: Hak dan Kewajiban Warga Negara by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id DESKRIPSI MODUL 6 KEWARGANEGARAAN HAK DAN KEWAJIBANWARGA NEGARA : Pada

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH[1].

KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH[1]. KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH[1]. WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara adalah adanya unsur warganegara yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa warga negara merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI )

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI ) MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI ) Disusun Oleh DHANI RATIKA 133184006 PENDIDIKAN FISIKA FISIKA 2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA BAB

Lebih terperinci

WARGA NEGARA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

WARGA NEGARA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd WARGA NEGARA Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd WARGA NEGARA 1. Pengertian Warganegara 2. Penentuan Kewarganegaraan 3. Problema Kewarganegaraan 4. Hak dan Kewajiban Warganegara PENGERTIAN WARGA NEGARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instansi vertikal yang melaksanakan tugas dekonsentrasi pusat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. instansi vertikal yang melaksanakan tugas dekonsentrasi pusat di Provinsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau adalah instansi vertikal yang melaksanakan tugas dekonsentrasi pusat di Provinsi Kepulauan Riau,

Lebih terperinci

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT Mixed marriage according to Nomor.1 Act of 1974 on Marriage is a marriage between Indonesian citizens with a foreign citizen (Article 57).

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Modul ke: 06 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara B. Asas Kewarganegaraan. C. Masalah Status Kewarganegaraan. D. Syarat dan Tata Cara

Lebih terperinci

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS. Modul ke: Kewarganegaraan Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan Fakultas Teknik Uly Amrina ST, MM Program Studi Teknik Industri Kode : 90003 Semester 1 2 SKS Hak dan Kewajiban

Lebih terperinci

Kata Pengantar.. i. Daftar Isi..ii. Bab I : A) Pendahuluan 1. A) Pengertian Hak, Kewajiban dan Warga Negara...3

Kata Pengantar.. i. Daftar Isi..ii. Bab I : A) Pendahuluan 1. A) Pengertian Hak, Kewajiban dan Warga Negara...3 MAKALAH HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN UUD 1945 KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga saya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR KEWARGANEGARAAN. dengan bukan warga negara (orang asing).

BAB II KONSEP DASAR KEWARGANEGARAAN. dengan bukan warga negara (orang asing). 19 BAB II KONSEP DASAR KEWARGANEGARAAN A. Pengertian Warga Negara Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada di dalamnya. Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau para pemuka agama. Aturan tata tertib itu terus berkembang maju, bahkan. negara Indonesia dengan warga negara asing.

BAB I PENDAHULUAN. atau para pemuka agama. Aturan tata tertib itu terus berkembang maju, bahkan. negara Indonesia dengan warga negara asing. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Aturan tata tertib perkawinan sudah ada sejak masyarakat masih sederhana dan dipertahankan oleh anggota masyarakat serta para pemuka masyarakat adat atau para

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bendera negara yaitu

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: 06Fakultas Matsani EKONOMI DAN BISNIS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak & Kewajiban Warganegara, SE.,MM. Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah penduduk

Lebih terperinci

KEDUDUKAN WARGA NEGARA & PERWAGA- NEGARAAN DI INDONESIA

KEDUDUKAN WARGA NEGARA & PERWAGA- NEGARAAN DI INDONESIA EDITOR Rakyat Dalam Suatu Negara Penduduk Bukan Penduduk Warga Negara Bukan WN KEDUDUKAN WARGA NEGARA & PERWAGA- NEGARAAN DI INDONESIA Asas Kewarganegaraan Penduduk dan Warga Negara Indonesia Undang-Undang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan

Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Hak Azasi adalah hak yang melekat pada diri manusia

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara

Lebih terperinci

UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI

UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI PENDAHULUAN Pemerintah RI pada tanggal 1 Agustus 2006 telah mensahkan UU No. 12 tentang Kewarganegaraan RI. Dengan diundangkannya UU tersebut, UU kewarganegaraan

Lebih terperinci

KASUS KASUS KEWARGANEGARAAN

KASUS KASUS KEWARGANEGARAAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: KASUS KASUS KEWARGANEGARAAN by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Kasus Kasus Kewarganegaraan Warga Negara Setiap negara memiliki warga

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA MATAKULIAH KEWARGANEGARAAN Fakultas Teknik Muhamad Rosit, M.Si. Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI PENDAHULUAN Pemerinta h RI pada tanggal 1 Agustus 2006 telah mensahkan UU No.

UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI PENDAHULUAN Pemerinta h RI pada tanggal 1 Agustus 2006 telah mensahkan UU No. UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI PENDAHULUAN Pemerinta h RI pada tanggal 1 Agustus 2006 telah mensahkan UU No. 12 tentang Kewarganegaraan RI. Dengan diundangkannya UU tersebut, UU kewarganegaraan

Lebih terperinci

KEWARGANEGRAAN WARGA NEGARA AMYARDI, SH, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi S1 Manajemen.

KEWARGANEGRAAN WARGA NEGARA AMYARDI, SH, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi S1 Manajemen. KEWARGANEGRAAN Modul ke: WARGA NEGARA Fakultas Ekonomi & Bisnis AMYARDI, SH, SE, MM Program Studi S1 Manajemen www.mercubuana.ac.id Warga Negara Dalam resume dinyatakan bahwa Dalam UUD 1945 pasal 26 dinyatakan

Lebih terperinci

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 3

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 3 TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 3 DISUSUN OLEH: NAMA NIM PRODI : IIN SATYA NASTITI : E1M013017 : PENDIDIKAN KIMIA (III-A) S-1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2014

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Mengetahui lebih banyak hak dan kewajiban sebagai warga negara Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI Pengertian

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak dan Kewajiban Warga Negara

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak dan Kewajiban Warga Negara Modul ke: 06 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak dan Kewajiban Warga Negara Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara 2. Asas

Lebih terperinci

HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI NEGARA ORGANISASI KEKUASAAN UNSUR NEGARA WILAYAH PEMERINTAH YANG BERDAULAT RAKYAT PENGAKUAN DARI NEGARA LAIN ISTILAH-ISTILAH WARGA NEGARA Warga suatu

Lebih terperinci

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN WARGA NEGARA, PENDUDUK, DAN BUKAN PENDUDUK

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN WARGA NEGARA, PENDUDUK, DAN BUKAN PENDUDUK WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN WARGA NEGARA, PENDUDUK, DAN BUKAN PENDUDUK 1 WARGA NEGARA Warga negara adalah anggota suatu negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya, yaitu hubungan hak

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Hak Dan Kewajiban Warga Negara Pada Modul ini kita akan mempelajari pengertian, asas kewarganegaraan, serta unsur kewarganegaraan, juga permasalahan dalam memperoleh status warga negara hak serta

Lebih terperinci

IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP

IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP 1. Pengertian rakyat, penduduk, warga negara, kewarganegaraan, dan pewarganegaraan - Rakyat adalah semua orang yang bertempat tinggal atau mendiami wilayah suatu negara yang tunduk terhadap peraturan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewarganegaraan Republik Indonesia, sejak 1 Agustus 2006 untuk. menggantikan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kewarganegaraan Republik Indonesia, sejak 1 Agustus 2006 untuk. menggantikan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, sejak 1 Agustus 2006 untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 62 Tahun

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN INDONESIA

KAJIAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN INDONESIA 83 KAJIAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN INDONESIA Indria Kristiawan ABSTRAK Negara merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, dimana segala aturannya didasarkan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang sebagai warga negara. Berdasarkan Penjelasan BAB X

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang sebagai warga negara. Berdasarkan Penjelasan BAB X BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ditentukan bahwa Yang menjadi warganegara adalah orang-orang bangsa Indonesia

Lebih terperinci

P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Oleh Megawati Purnama Sari wijaya I Nengah Suantra Made Nurmawati Bagian Hukum Penyelenggaraan Negara

Oleh Megawati Purnama Sari wijaya I Nengah Suantra Made Nurmawati Bagian Hukum Penyelenggaraan Negara RELEVANSI PERSYARATAN PEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PERMOHONAN DENGAN PEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PEMBERIAN NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Oleh

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat A. Pengertian Hak

Lebih terperinci

IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP

IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP Disusun oleh Tim MGMP PKN SMK MUH KLATEN Untuk kalangan sendiri 2017 1. Pengertian rakyat, penduduk, warga negara, kewarganegaraan, dan

Lebih terperinci

WARGA NEGARA. Makalah. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan. Dosen Pengampu : Yuli Nur Khasanah.

WARGA NEGARA. Makalah. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan. Dosen Pengampu : Yuli Nur Khasanah. WARGA NEGARA Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan Dosen Pengampu : Yuli Nur Khasanah Disusun Oleh : Sulkhah Khabibah (1601016043) Halimah Sa diyah (1601016058) Laili

Lebih terperinci

PERUNDANG-UNDANGAN UNDANGAN NGR.

PERUNDANG-UNDANGAN UNDANGAN NGR. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KONSEP WARGA NEGARA : ANGGOTA NEGARA ( (CITZEN, CITOYEN, STAATS BURGER) KAWULA NEGARA (WILAYAH JAJAHAN : SEMI WARGA NEGARA (SUBJAECT, SUJET, ONDERDAAN) KINI HANYA NEGARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1976 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1976 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1976 TENTANG PERUBAHAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suami istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat 2. Pada

BAB I PENDAHULUAN. suami istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat 2. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran pelajar, rekan bisnis ataupun sahabat pena 1.

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran pelajar, rekan bisnis ataupun sahabat pena 1. BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Adanya kemajuan teknologi di bidang informasi, ekonomi, pendidikan, dan transportasi akan mempermudah seseorang di belahan dunia manapun untuk berhubungan dengan

Lebih terperinci

2008 di Lt.6 (Dit. Jen. Administrasi Hukum Umum) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pertanyaan sebagai berikut : 1. Berdasarkan Undang-Undang

2008 di Lt.6 (Dit. Jen. Administrasi Hukum Umum) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pertanyaan sebagai berikut : 1. Berdasarkan Undang-Undang Lampiran A. Kutipan Wawancara Dengan A.A.Oka Mahendra, S.H., M.H., Staf Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia dan Salah Satu Tim Perumus Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan (DPR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TLN No. 3019, ps.1.

BAB I PENDAHULUAN. TLN No. 3019, ps.1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia di zaman keterbukaan dan demokrasi sekarang ini, tidak dapat lagi membatasi pergaulan antar penduduk yang berbeda kewarganegaraannya. Sering terjadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 62 TAHUN 1958 Tentang KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 62 TAHUN 1958 Tentang KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 62 TAHUN 1958 Tentang KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : Bahwa perlu diadakan Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, Indonesia mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, Indonesia mengalami perkembangan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, Indonesia mengalami perkembangan di berbagai bidang, seperti perkembangan di bidang politik, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan

Lebih terperinci

HAK WARIS ATAS TANAH YANG DIPEROLEH ANAK BELUM DEWASA DARI HASIL PERKAWINAN BEDA KEWARGANEGARAAN

HAK WARIS ATAS TANAH YANG DIPEROLEH ANAK BELUM DEWASA DARI HASIL PERKAWINAN BEDA KEWARGANEGARAAN KARYA ILMIAH HAK WARIS ATAS TANAH YANG DIPEROLEH ANAK BELUM DEWASA DARI HASIL PERKAWINAN BEDA KEWARGANEGARAAN Oleh : NUR AINI NIM : 12213050 PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Budiarjo, Miiriam, Dasar dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, 2008, Jakarta, Gramedia

DAFTAR PUSTAKA. Budiarjo, Miiriam, Dasar dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, 2008, Jakarta, Gramedia DAFTAR PUSTAKA Kumpulan Buku Budiarjo, Miiriam, Dasar dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, 2008, Jakarta, Gramedia Kansil, C.S.T. 1996. Hukum Kewarganegaraan Republik. Jakarta: Sinar Grafika. Murya, Edy,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Pendahuluan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Di dalam agama islam sendiri perkawinan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana bagi setiap umatnya dituntut untuk mengikutinya.

Lebih terperinci

NEGARA, WARGA NEGARA, DAN PENDUDUK, HUBUNGANNYA DALAM KONSTELASI KEWARGANEGARAAN. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

NEGARA, WARGA NEGARA, DAN PENDUDUK, HUBUNGANNYA DALAM KONSTELASI KEWARGANEGARAAN. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd NEGARA, WARGA NEGARA, DAN PENDUDUK, HUBUNGANNYA DALAM KONSTELASI KEWARGANEGARAAN Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd PENGERTIAN NEGARA Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Warga negara merupakan salah satu hal yang bersifat prinsipal dalam

BAB I PENDAHULUAN. Warga negara merupakan salah satu hal yang bersifat prinsipal dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga negara merupakan salah satu hal yang bersifat prinsipal dalam kehidupan bernegara. Setiap negara mempunyai hak untuk menentukan siapa saja yang dapat menjadi warga

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS TERHADAP HAK MEWARIS ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN CAMPURAN

KAJIAN YURIDIS TERHADAP HAK MEWARIS ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN CAMPURAN SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP HAK MEWARIS ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN CAMPURAN JURIDICAL ANALYSIS TO THE INHERITANCE RIGHTS OF CHILD BORN FROM THE MIXED MARRIAGE TRIA IRNI RAHMAWATI NIM : 070710101100

Lebih terperinci

asas kewarganegaraan BAB I PENDAHULUAN

asas kewarganegaraan BAB I PENDAHULUAN asas kewarganegaraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya yang di sebut warga Negara adalah orang yang berdomisili di Negaranya sendiri atau orang sebagai bagian dari suatu unsur penduduk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGA-NEGARAAN PRESIDEN, Menimbang : Bahwa perlu diadakan Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia; Mengingat : a. pasal-pasal 5 dan 144 Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP; UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH, KEHILANGAN, PEMBATALAN, DAN MEMPEROLEH KEMBALI KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PROBLEM KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI MEMUTUS PERSELISIHAN HASIL PILKADA. (Studi Pemikiran Prof. Dr. Moh. Mahfud MD)

PROBLEM KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI MEMUTUS PERSELISIHAN HASIL PILKADA. (Studi Pemikiran Prof. Dr. Moh. Mahfud MD) PROBLEM KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI MEMUTUS PERSELISIHAN HASIL PILKADA (Studi Pemikiran Prof. Dr. Moh. Mahfud MD) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KEDUDUKAN DAN HAK-HAK HUKUM WARGA NEGARA ASING DALAM NEGARA BERDAULAT

BAB II KONSEP KEDUDUKAN DAN HAK-HAK HUKUM WARGA NEGARA ASING DALAM NEGARA BERDAULAT 23 BAB II KONSEP KEDUDUKAN DAN HAK-HAK HUKUM WARGA NEGARA ASING DALAM NEGARA BERDAULAT 2.1 Konsep Negara Berdaulat Asal kata kedaulatan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah souvereignity yang berasal

Lebih terperinci

Mata Kuliah Kewarganegaraan HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA

Mata Kuliah Kewarganegaraan HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN http://www.mercubuana.ac.id Warga negara: anggota atau bangsa

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas 06Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU A. PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN Hak adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk melakukan

Lebih terperinci

ISSN : Keywords : citizenship, children. Staf Pengajar STMIK Sinar Nusantara Surakarta. Jurnal Ilmiah SINUS.57

ISSN : Keywords : citizenship, children. Staf Pengajar STMIK Sinar Nusantara Surakarta. Jurnal Ilmiah SINUS.57 ISSN : 1693 1173 Status Kewarganegaraan Anak Yang Terlahir Dari Ibu WNI Dan Ayah WNA Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Tika Andarasni Parwitasari

Lebih terperinci

7 Karakteristik Warga Negara Demokratis

7 Karakteristik Warga Negara Demokratis 7 Karakteristik Warga Negara Demokratis PENGERTIAN WARGA NEGARA INDONESIA Istilah warga negara (dalam bahasa Inggris citizen atau bahasa Perancis citoyen, citoyenne) merujuk kepada bahasa Yunani Kuno polites

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa perlu diadakan Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia;

Lebih terperinci

HAK ANAK MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN DARI PERKAWINAN CAMPURAN 1 Oleh: Yunanci Putri Sugeha 2

HAK ANAK MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN DARI PERKAWINAN CAMPURAN 1 Oleh: Yunanci Putri Sugeha 2 HAK ANAK MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN DARI PERKAWINAN CAMPURAN 1 Oleh: Yunanci Putri Sugeha 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlindungan terhadap hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dampak akan pesatnya teknologi yang berakibat pada luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek perkawian campuran. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk membentuk suatu keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap manusia di muka bumi ini diciptakan saling berpasang-pasangan. Seorang pria dan seorang wanita yang ingin hidup bersama dan mereka telah memenuhi persyaratan-persyaratan

Lebih terperinci

RechtsVinding Online Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan Di Indonesia

RechtsVinding Online Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan Di Indonesia Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan Di Indonesia Oleh: Eka Martiana Wulansari * Naskah diterima: 27 Maret 2015; disetujui: 09 April 2015 Setiap negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH, KEHILANGAN, PEMBATALAN, DAN MEMPEROLEH KEMBALI KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN MAHKAMAH KONTITUSI MENGADILI SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DALAM PERSPEKTIF NEGARA HUKUM DI INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN MAHKAMAH KONTITUSI MENGADILI SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DALAM PERSPEKTIF NEGARA HUKUM DI INDONESIA TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN MAHKAMAH KONTITUSI MENGADILI SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DALAM PERSPEKTIF NEGARA HUKUM DI INDONESIA S K R I P S I Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, maka ia tidak akan lepas dari permasalahan tersebut. Ia ingin memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, maka ia tidak akan lepas dari permasalahan tersebut. Ia ingin memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga menyangkut

Lebih terperinci

B A B XII HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA

B A B XII HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA B A B XII HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA A. Pengertian Warga Negara Dalam UUD 1945 Amandemen tentang warga negara dan Penduduk diatur dalam pasal 26 dan pasal 27. Dalam pasal 26 mengatur apa yang telah dimaksud

Lebih terperinci

Modul ke: KEWARGANEGARAAN. Hak dan Kewajiban Warga Negara. Fakultas Teknik. Program Studi Teknik Elektro

Modul ke: KEWARGANEGARAAN. Hak dan Kewajiban Warga Negara. Fakultas Teknik. Program Studi Teknik Elektro Modul ke: 06 Bethriza Fakultas Teknik KEWARGANEGARAAN Hak dan Kewajiban Warga Negara Hanum ST., MT Program Studi Teknik Elektro 5 HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS; 1. MENJELASKAN

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci