BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN"

Transkripsi

1 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PDAM Tirta Kerta Raharja Tangerang Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (PDAM TKR) merupakan perusahaan yang mengelola usaha pengadaan dan penyaluran air minum Kabupaten Tangerang. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Pada tahun 1923, pemerintah Hindia Belanda membangun sistem penyediaan air minum di kota Tangerang dengan kapasitas 6 liter per detik. Sistem ini dikelola oleh sebuah badan yang bernama Water Leiding Bedrijf. Pada tahun 1943, saat pembentukan Kabupaten Tangerang, pengelolaan sistem penyediaan air minum dialihkan ke Bupati Tangerang, dan badan pengelola "Water Leiding Bedrijf" " berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum. Tahun 1945, setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, nama "Water Leiding Bedrijf" " diubah menjadi "Perusahaan Air Minum Kabupaten Tangerang". Tiga puluh tahun kemudian, pengelolaan penyediaan air minum menjadi tanggung jawab dari Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang ("PDAM"), sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang No. 10/HUK/1976 tanggal 13 April Perda ini dilegalisasi oleh Gubernur Propinsi Jawa Barat sesuai dengan Keputusan Gubernur No. 347/HK.011/SK/1976 tanggal 1 Agustus Tahun 1999, melalui Keputusan No /SK.108-HUK/1999 tanggal 27 Mei 1999, yang dikeluarkan oleh Bupati Tangerang, nama dan logo PDAM dilegalisasi. Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang. Untuk memenuhi kebutuhan air wilayah pelayanan kota Tangerang, dibangun IPA Cikokol pada tahun Tahap pertama dengan kapasitas 500 liter per detik dirancang oleh James M. Montgomery Consulting Engineers, Inc.

2 USA, serta dibangun oleh PT. Multi Structure (pekerjaan sipil) dan Biwater dari Inggris (Mekanikal & Elektrikal) yang berasosiasi dengan PT. Mitra Napa. Pada tahun 1996 sebuah instalasi paket baja berkapasitas 80 liter per detik dibangun, dan dikerjakan oleh PT. Maswandi, dibiayai oleh Departemen Pekerjaan Umum. Pembangunan tahap kedua dari instalasi - kapasitas 500 liter per detik dirancang oleh PT. Ceria Konsulindo, dibangun oleh PT. Nindya Karya, dan PT. Cahaya Murni Dirganusa untuk pekerjaan sipil, adapun peralatan mekanikal, dan elektrikal di supply oleh Metax Engineering PTE Ltd. dari Singapore. Proyek ini didanai oleh Asian Development Bank, dan selesai pada tahun Profil PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri IPA Cikokol saat ini dikelola oleh PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri (TKCM).TKCM adalah perusahaan patungan, antara PT. Tanah Alam Makmur dan PT. Tirta Bangun Nusantara, untuk rehabilitasi, dan peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air Minum Cikokol, termasuk operasi dan pemeliharaan instalasi selama 15 tahun. Perusahaan ini telah mendapat ijin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), tanggal 25 Agustus 2004 berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (No. 565/I/PMA/2004), dan berdiri sebagai perusahaan terbatas pada tanggal 8 September Selain itu, TKCM juga telah mendapat persetujuan dari Departemen Hukum dan Hak Asazi Manusia pada tanggal 30 September 2004, dengan nomor ijin C HT TH.2004, dan terdaftar di Departemen Perdagangan dan Perindustrian tanggal 19 Oktober Visi Perusahaan: Menyediakan jasa pengelolaan air yang terbaik melalui pengembangan kualitas sumber daya manusia dan teknologi yang inovatif. Misi Perusahaan: Misi perusahaan adalah memberikan pelayanan terbaik bagi PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang, untuk rehabilitasi, peningkatan kapasitas (dari 900 liter per detik menjadi 1,275 liter per detik), pengoperasian, dan

3 pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Cikokol, termasuk memberikan jaminan atas kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk serta terpemuhinya persyaratan dan kewajiban kepada stakeholders perusahaan. Nilai-Nilai Perusahaan: 1) Dedikasi terhadap penggunaan dana yang efektif, serta integritas, dan transparasi dalam pengelolaan keuangan. 2) Mengembangkan teknologi melalui inovasi, dan keahlian. 3) Pengembangan sumber daya manusia, dengan mendorong karyawan mencapai potensi terbaiknya, melalui program pelatihan yang ekstensif, dan penghargaan atas kontribusi mereka. 4) Siap mengantisipasi resiko-resiko terhadap kesehatan, dan lingkungan. PT. TKCM telah memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, dalam pelaksanaan operasional, dan pemeliharaan instalasi pengolahan air Cikokol. Sertifikasi ini diperoleh dari lembaga auditor internasional manajemen Loyld Register, pada bulan Oktober 2005, setahun setelah proses pengambil alihan operasional IPA Cikokol dari PDAM TKR. Masalah yang terjadi sebelum implementasi ISO 9001:2008 diantaranya adalah: 1) Minimnya kompetensi dan pelatihan bagi karyawan, 2) Terdapat banyak peralatan yang rusak, 3) Tidak mempunyai sistem, seperti standar operasi serta rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja, 4) Kualitas air yang rendah (terutama kekeruhan yang masih tingggi, dan sisa chlor), serta tidak adanya personel untuk menangani dan menindaklanjuti keluhan konsumen. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan, PT. TKCM juga telah melakukan sertifikasi sistem manajemen kesehatan, dan keselamatan kerja, OHSAS 18001:2007, pada bulan Oktober tahun Sertifikasi oleh Loyld Register.

4 Struktur Organisasi PT. TKCM Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. TKCM Sumber: Manual Sistem Manajemen PT. TKCM, Rev. 03 (2012)

5 Sumber Daya Manusia Sesuai data terakhir pada tahun 2015, jumlah tenaga kerja yang ada di PT. TKCM adalah 53 orang, yang terdiri dari 47 orang laki-laki dan 6 orang wanita. Secara umum sebaran komposisi tenaga kerja tersebut berdasarkan tingkat jabatannya adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. Sebaran Komposisi Tenaga Kerja PT. TKCM No. Posisi Jabatan Jumlah Orang Kualifikasi Pendidikan 1. Direksi 1 S1 2. Manajer 2 S1 3. Asisten Manajer 6 Min. D3 4. Supervisor 4 Min. SLTA 5. Staf 40 Min. SLTA Sumber : Data bagian HRD PT. TKCM (2015) Tingkat pendidikan dari komposisi tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut: Gambar 2.2. Komposisi Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sumber: Data bagian HRD PT. TKCM (2015) 2.3. Kerjasama PDAM TKR dengan PT. TKCM Berkenaan dengan mendesaknya kebutuhan untuk memperbaiki pelayanan air minum bagi masyarakat, maka PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang memilih PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri sebagai pengelola Instalasi Pengolahan Air Minum Cikokol. Setelah mengevaluasi berbagai pilihan, termasuk penawaran dari beberapa perusahaan swasta, PDAM berpendapat bahwa, PT. TKCM memiliki sumber daya terbaik untuk

6 melaksanakan investasi, dan pengelolaan atas Instalasi Pengolahan Air Cikokol. Mencakup pula operasi dan pemeliharaan instalasi selama jangka waktu 15 tahun. Jumlah investasi yang telah dikeluarkan PT. TKCM selama 4 tahun pertama operasinya adalah sebesar Rp miliar, yaitu untuk rehabilitasi instalasi eksisting, dan peningkatan kapasitas produksi dari 950 liter per detik menjadi 1,275 liter per detik. Dengan tambahan kapasitas produksi ini, PDAM akan dapat menyalurkan kualitas air yang lebih baik, dan dapat meningkatkan cakupan pelayanannya di wilayah Tangerang. Perjanjian Kerjasama PDAM dengan PT. TKCM ditanda-tangani pada tanggal 11 Juni 2004, antara Direktur Utama PDAM, Bpk. H. Utar Sutarya, dan Mr. Hubert Broux, Presiden Komisaris PT. Enviro Nusantara (sebelum dialihkan kepada PT. Tirta Bangun Nusantara). PT. Enviro Nusantara merupakan pemegang 28% saham PT. TKCM), yang mewakili PT. TKCM. Penandatanganan disaksikan oleh Bupati Tangerang. Proses kerjasama bisnis antara PDAM TKR dan PT. TKCM dalam pengelolaan IPA Cikokol selama masa perjanjian konsesi 15 tahun dari tanggal 20 September 2004 dapat penulis gambarkan dalam skema berikut. Gambar 2.3. Skema Proses Bisnis Kerjasama Pengelolaan IPA Cikokol Sumber: Hasil olahan penulis (2015) Dari Gambar 2.3. tersebut air baku dari sungai Cisadane diproses di IPA Cikokol oleh operator mitra swasta yaitu PT. TKCM. Hasil akhir air proses/olahan dengan standar air minum dialirkan melalui pipa jaringan induk, dimana pipa jaringan ini dikelola oleh PDAM TKR sendiri. Sebelum masuk pipa jaringan induk, air minum tersebut dialirkan melalui meter induk utama. Pendapatan PT. TKCM

7 per-bulannya dihitung dari total air minum yang dialirkan ke pipa jaringan induk utama. PDAM TKR akan membayar kepada PT. TKCM berdasarkan jumlah meter kubik air yang dihitung oleh meter induk utama dikalikan besaran tarif tahunan yang berlaku dalam perjanjian kontrak kerjasama. Sementara pendapatan PDAM TKR sendiri berasal dari penjualan air yang dikonsumsi konsumen, berdasarkan perhitungan volume air dari meter induk yang ada pada masingmasing konsumen Instalasi Pengolahan Air IPA Cikokol terdiri atas 2 (dua) bagian bangunan utama, yaitu: 1) Bangunan intake 2) Bangunan proses pengolahan Bangunan intake, memiliki kelengkapan sebagai berikut: 1) Coarse bar screen 2) Kanal air baku 3) Penstock 4) Automatic fine screen 5) Pompa air baku

8 2 Bak Flokulasi Bak Sedimentasi Filter Pasir Cepat M M M Static Mixer Bak Kontorl Efluen Reservoir Air Olahan 1 P 5 Air Brsih Untuk Distribusi Sungai Cisadane Bangunan Intake P Pompa Air Baku P Pompa Pencucian Filter Pompa Distribusi Gambar 2.4. Diagram Alir Proses IPA Cikokol Sumber: Laporan Akhir: Review ew Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

9 Adapun bangunan proses pengolahan berupa unit-unit pengolahan fisika dan pengolahan kimiawi, yang terdiri dari: 1) Inline Static Mixer 2) Bak Flokulasi 3) Bak Sedimentasi 4) Bak Filter 5) Bak Kontrol Efluen 6) Reservoir, yang dilengkapi dengan Pompa Distribusi 7) Unit Pembubuhan Koagulan : PAC 8) Unit Pembubuhan : Soda Abu 9) Unit Klorinasi : Gas Klor dan/atau Larutan Natrium Hipoklorit Diagram alir proses IPA Cikokol diketengahkan pada Gambar 2.4. pada halaman sebelumnya. elumnya Proses Pengolahan Air Tahapan-tahapan proses pengolahan air di IPA Cikokol secara umum dapat at dijelaskan sebagai berikut: 1) Bangunan Intake Dari Sungai Cisadane, air baku dialirkan secara gravitasi melalui coarse bar screen dan automatic fine screen untuk menahan benda-benda berukuran besar yang terbawa bersama air. Selanjutnya air baku dipompakan menuju bangunan pengolahan air minum. 2) Inline Static Mixer Pembubuhan bahan kimia PAC sebagai koagulan dilakukan pada Inline Static Mixer. Pre-chlorination sebagai shock treatment dilakukan pada periodik tertentu untuk mencegah pertumbuhan alga di unit-unit pengolahan khususnya di permukaan bak-bak sedimentasi. Pembubuhan klor dilakukan setelah Inline Static Mixer.

10 3) Bak Flokulasi Pengadukan lambat dalam bak flokulasi ini dilakukan secara mekanis. Jumlah bak flokulasi adalah 6 (enam) unit. Tiap-tiap bak flokulasi terdiri dari dua buah kompartemen yang dilengkapi oleh pengadukan mekanis lambat. 4) Bak Sedimentasi Flok-flok yang terbentuk dalam unit flokulasi terendapkan dalam unit bak sedimentasi sehingga air yang keluar dari unit bak sedimentasi memiliki kekeruhan kurang dari 3 NTU. Jumlah bak sedimentasi adalah 6 unit. Unit bak-bak sedimentasi ini dilengkapi dengan tube settler, sludge scraper dan sistem pembuangan lumpur. Secara periodik, lumpur yang terendapkan di dasar bak sedimentasi dibuang menggunakan katup-katup pembuangan lumpur (sludge extraction valve) menuju saluran pembuangan lumpur. Secara periodik pula dilakukan pengurasan dan pembersihan untuk membuang seluruh deposit dan sedimen di dasar bak. 5) Filter Pasir Cepat Air yang keluar dari unit bak-bak sedimentasi telah memiliki tingkat kekeruhan kurang dari 3 Nephelometric Turbidity Units (NTU), kemudian disaring oleh media pasir dalam bak-bak filter pasir cepat. Jumlah filter pasir cepat adalah 14 (empat belas) unit. Fungsi unit bak-bak filter ini adalah untuk menyaring partikel-partikel flok halus dan tersuspensi yang tidak mengendap dalam unit bak-bak sedimentasi. Filtrat atau air olahan dari unit bak filter pasir cepat diharapkan memiliki tingkat kekeruhan kurang dari 0,5 NTU. Setelah filter beroperasi selama kurang lebih 30 jam, dilakukan pencucian media filter dengan menggunakan udara (menggunakan air blower) dan air (menggunakan pompa backwash). Air bekas pencucian filter tersebut mengalir ke saluran pembuangan lumpur tercampur bersama lumpur dari unit bak-bak sedimentasi.

11 6) Bak Kontrol Efluen Filtrat dari filter pasir cepat selanjutnya mengalir ke bak kontrol efluen. Dalam bak kontrol ini dilakukan dua pembubuhan bahan kimia, yaitu: 1) Soda abu (Na 2 CO 3 ) 2) Gas klorin dan/atau larutan natrium hipoklorit Pembubuhan soda abu dilakukan untuk pengaturan ph air sebelum didistribusikan, ph air minum yang dijaga pada rentang Menurut data hasil analisis pemeriksaan air oleh PT. Sucofindo pada periode antara Januari 2010 sampai dengan Desember 2012, ph air olahan bervariasi dari 6.59 sampai dengan sampai Pembubuhan gas klorin dan/atau larutan kaporit dimaksudkan untuk membunuh bakteri, virus dan mikroba patogen lainnya yang masih ada dalam air. Dosis klor sebagai post-chlorination yang dibubuhkan di bak kontrol ini agar sisa klor pada outlet t IPA Cikokol tepat sebelum memasuki jaringan distribusi air minum sekurang-kurangnya 0,5 mg/liter. Menurut data hasil analisis kualitas air oleh PT. Sucofindo pada periode antara Januari 2010 sampai dengan Desember 2013, sisa klor berkisar antara 0.75 sampai dengan 1.2 mg/liter. 7) Reservoir Air yang telah dibubuhkan bahan-bahan kimia kemudian mengalir ke reservoir dan untuk selanjutnya dipompakan ke jaringan distribusi. 8) Unit Pembubuhan Kimia Bahan-bahan kimia yang digunakan di IPA Cikokol pada saat ini adalah : 1) Poly Aluminium Chloride (PAC) 2) Soda abu (Na 2 CO 3 ) 3) Gas klor (Cl 2 ) dan/atau larutan natrium hipoklorit (NaOCl). PAC dalam bentuk larutan dibubuhkan di jalur pipa tepat sebelum inline static mixer. Adapun untuk IPA Paket, dibubuhkan di bak koagulasi. Dosis rata-rata pembubuhan PAC adalah 35 mg/liter. Soda abu (Na 2 CO 3 ) dalam bentuk larutan digunakan untuk pengaturan ph air olahan dibubuhkan di bak kontrol efluen.

12 Gas klor digunakan untuk pre-chlorination, intermediate chlorination di filter pasir cepat dan post-chlorination di bak kontrol efluen. Sedangkan larutan natrium hipoklorit (NaOCl dengan konsentrasi 12%) digunakan sebagai bahan kimia cadangan pengganti gas klor Sistem Pembuangan Lumpur Pada IPA Cikokol terdapat dua unit proses pengolahan yang menghasilkan sebagian besar pembuangan residu setiap harinya, yaitu pembuangan lumpur dari bak-bak sedimentasi dan air bekas pencucian dari bakbak filter pasir cepat. Pada unit-unit pengolahan lainnya seperti bak flokulasi dan reservoir rvoir juga terkumpul sedimen atau deposit, yang secara berkala dibuang ke saluran pembuangan lumpur. Pengukuran secara tepat untuk mengetahui volume lumpur baik di bakbak sedimentasi maupun air bekas pencucian dari filter pasir cepat belum dilakukan. Sistem pembuangan lumpur untuk tiap bak sedimentasi: 1) Bak sedimentasi nomor 1, 2 dan 3 - Posisi atas: 3 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø 200 mm - Posisi bawah: 1 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø150 mm 2) Bak sedimentasi nomor 4, 5 dan 6 - Posisi atas: 2 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø 200 mm - Posisi bawah: 2 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø 150 mm Berdasarkan pengambilan sampel lumpur pada bak sedimentasi pada tanggal 22 November 2013, didapatkan hasil sebagai berikut: - Konsentrasi TSS pada bagian bawah bak sedimentasi = 5,240 mg/liter - Konsentrasi TSS pada bagian atas bak sedimentasi = 4,883 mg/liter Perkiraan produksi lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi berada pada kisaran m 3 /hari dengan konsentrasi TSS sebesar sampai mg/liter.

13 Lumpur yang dihasilkan dari unit bak-bak sedimentasi dari volume harian dan tingkat konsentrasi suspended solid sangat terpengaruhi oleh kekeruhan dan konsentrasi TSS dalam air baku. Volume lumpur harian akan bertambah bila ada satu unit bak sedimentasi sedang dalam dikuras, dan dibersihkan. Perkiraan air bekas pencucian bak-bak filter pasir cepat adalah m 3 /hari per filter dengan operasi filtrasi selama 24 sampai 36 jam. Dengan jumlah filter pasir cepat sebanyak unit dicuci setiap hari, maka diperkirakan air hasil pencucian filter adalah m 3 /hari dengan konsentrasi TSS berkisar mg/liter Penerapan Peraturan tentang Pengelolaan Limbah Cair Dalam pengelolaan limbah cair telah diatur dan diterbitkan Undangundang dan Peraturan Peraturan Pemerintah terkait sebagai berikut: Undang-undang dan Peraturan tentang Air Minum Undang-undang tentang pemanfaatan air, yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Undang-undang ini mengamanatkan untuk uk melaksanakan perencanaan, pemeliharaan, dan peningkatan kualitas air. Salah ah satu hal pokok penting tentang pengelolaan sumber daya air sesuai UU No. 7 tahun 2004, yaitu pemanfaatan air sebagai sumber air baku untuk air minum. Peraturan pemerintah tentang air minum yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Sesuai Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Bagian Ketiga Pasal 9, Limbah akhir dari unit proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah sebelum dibuang ke badan air. Pasal 9 ini terdiri dari 3 ayat, yaitu sebagai berikut: (1) Unit produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/ atau biologi. (2) Unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional,

14 alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum. (3) Limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah terbuka Undang-undang Tentang Pencemaran Air UU No. 7 tahun 2004 mengamanatkan untuk melaksanakan perencanaan, pemeliharaan dan peningkatan kualitas air. Salah satu hal pokok penting tentang pengelolaan sumber daya air sesuai UU No. 7 tahun 2004, yaitu pengendalian pencemaran air Peraturan Pemerintah tentang Kualitas Air dan Pencemaran Air Peraturan pemerintah tentang kualitas air dan pencemaran air yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sesuai PP No. 82 Tahun 2001 Pasal al 8, Baku Mutu Kelas 1, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk uk air baku untuk air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu u air yang sama untuk kegunaan tersebut. Sesuai Lampiran PP No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas: Mutu Air Kelas 1 mencakup beberapa erapa tolak ukur mutu, yaitu: 1) Chemical Oxygen Demand (COD) maksimum 10 mg/liter, 2) Biochemical Oxygen Demand (BOD) maksimum 2 mg/liter, 3) Kandungan Total Suspended Solids (TSS) maksimum 50 mg/liter, 4) Konsentrasi oksigen terlarut minimum 6.0 mg/liter, 5) Konsentrasi besi maksimum 0.3 mg/liter, 6) Konsentrasi mangan maksimum 0.1 mg/liter. Terkait dengan pengendalian pencemaran air tertuang pada PP No. 82 Tahun 2001 pasal 18 ayat 2, Pemerintah Propinsi melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber air lintas Kabupaten/Kota dan ayat 3, Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber air yang berada pada Kabupaten/Kota.

15 Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Limbah B3 Setiap kegiatan industri dalam hal ini pengolahan air baku menjadi air minum diwajibkan mengelola limbah yang dihasilkan. Limbah dari IPA harus diuji karakteristik dan uji toksikologi untuk mengidentifikasi apakah limbah tersebut sebagai limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah B3 yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah B3 ini dapat menggunakan baku mutu konsentrasi Toxic Concentration Leaching Procedure (TCLP) pencemar organik dan anorganik. Tabel 2.2. Baku Mutu TCLP Zat Pencemar dalam Limbah No. Parameter Unit Baku Mutu 1. Arsenic As mg/liter Barium Ba mg/liter Boron Ba mg/liter Cadmium Cd mg/liter Chromium Cr mg/liter Copper Cu mg/liter Free Cyanide CN mg/liter Fluoride F mg/liter Lead Pb mg/liter Mercury Hg mg/liter Nitrate + Nitrite NO3 + NO2 mg/liter 1, Nitrite NO2 mg/liter Selenium Se mg/liter Silver Ag mg/liter Zinc Zn mg/liter 50.0 Sumber : Lampiran II PP No. 85 Tahun Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang Limbah Cair Baku mutu air limbah nasional telah ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup didasarkan pada teknologi pengolahan air limbah terbaik yang mampu dilaksanakan oleh setiap sektor industri di Indonesia. Keputusan Menteri

16 Negara Lingkungan Hidup tentang pengelolaan limbah cair yang terkait penanganan residu dari instalasi pengolahan air adalah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995, yaitu Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Sesuai Lampiran C dari Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/10/1995, baku mutu limbah cair ditetapkan sejumlah parameter antara lain: - ph dalam rentang COD maksimum 100 mg/liter - BOD maksimum 50 mg/liter - Kandungan Total Suspended Solids (TSS) maksimum 200 mg/liter Peraturan Daerah tentang Limbah Cair Pemerintah Propinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Peraturan Daerah dapat menetapkan baku mutu air limbah daerah dengan ketentuan sama atau lebih ketat dari baku mutu air limbah nasional yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup untuk diberlakukan di wilayah yang menjadi kewenangannya. Peraturan daerah di tingkat kabupaten/kota tentang pengelolaan limbah cair yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Daerah Walikota Tangerang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri. Dalam Peraturan Daerah Walikota Tangerang No, 16 Tahun 2009 tersebut, ebut, definisi baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemaran yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang ke dalam sumber air dari suatu jenis usaha dan/atau kegiatan. Residu dari IPA dikategorikan dalam baku mutu air limbah untuk kegiatan industri pengolahan air bersih/air minum/air mineral, dan pabrik es. Sesuai Lampiran I Perda Walikota No. 16 Tahun 2009, Tahapan operasional implementasi Baku Mutu Air Limbah Industri meliputi dua bagian, yaitu: - Target operasional I, dilaksanakan selama 5 (lima) tahun pertama sejak dikeluarkannya Peraturan Daerah ini dengan mengimplementasikaan Baku Mutu Air Limbah Industri I.

17 - Target operasional II, dilaksanakan selama 5 (lima) tahun berikutnya setelah Target Operasional I selesai dengan mengimplementasikaan Baku Mutu Air Limbah Industri II. Selain penetapan baku mutu air limbah, Ada 2 (dua) peraturan yang diberlakukan terkait dengan pengelolaan air limbah di kota Tangerang yaitu: - Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 18 Tahun 2003 tentang ijin Pembuangan Limbah Cair. - Peraturan Walikota Tangerang Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah. Tabel 2.3. Baku Mutu Air Limbah Industri untuk Industri Pengolahan Air Konsentrasi dalam No. Parameter Baku Mutu Air Limbah Unit Limbah Cair Baku Mutu I Baku Mutu II 1. ph COD mg/liter TSS mg/liter Sisa Klor mg/liter Aluminium mg/liter Besi mg/liter Sulfat mg/liter Debit air limbah maksimum liter/m Sumber : Lampiran II Peraturan Walikota Tangerang No. 16 Tahun Metoda Pengolahan Lumpur dan Kriteria Perencanaan Berbeda dengan limbah lumpur dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik yang banyak mengandung endapan organik dan nutrien seperti nitrogen dan fosfor, residu dari IPA memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu: - Sebagian besar mengandung presipitasi senyawa alum dan besi dengan campuran material organik dan anorganik serta presipitasi hidroksida. - Kandungan TSS yang tinggi.

18 - Kandungan nutrien yang rendah. - Dalam sejumlah kejadian kandungan logam-logam berat dalam batas tidak normal. - Lumpur hasil koagulasi ini yang secara alami sulit untuk diproses penghilangan kadar air dari lumpurnya (proses sludge dewatering). Ada berbagai metoda pengolahan yang secara praktis umumnya diterapkan untuk mengolah residu dari instalasi pengolahan air minum. Metode pengolahan lumpur, dan pembuangan untuk residu dari instalasi pengolahan air minum (IPA) secara garis besar terbagi menjadi 4 (empat) tahapan seperti pada Gambar 2.5. berikut. Gambar 2.5. Diagram Alir Sistem Pengolahan Lumpur Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

19 Fungsi dari bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut: 1) Sludge Thickening Sludge thickening adalah proses peningkatan konsentrasi lumpur dengan cara menjadikan lumpur menjadi lebih pekat. Bangunan proses yang dipakai pada sistem sludge thickening ini adalah Lamellar Thickener. Lamellar thickener merupakan bak berbentuk lingkaran atau segi empat, dan memiliki prinsip kerja sama dengan bak sedimentasi dimana pengendapan lumpur terjadi secara gravitasi. Kriteria perencanaan untuk Lamellar Thickener diketengahkan pada Tabel 2.4. terlampir. Tabel 2.4. Kriteria Perencanaan dari Lamellar Thickener No. Deskripsi Nilai Kriteria yang Ditetapkan 1. Resirkulasi lumpur 10 25% 2. Kedalaman air meter 3. Waktu detensi 4 8 jam 4. Hydraulic loading m 3 /m 2 /hari 5. Solids loading kg SS/m 2 /hari 6. Konsentrasi padatan hasil pemekatan 3 5% DS 7. Solids capture 85 95% Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013) Gambar 2.6. Prinsip Pengaliran dari Lamellar Thickener Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

20 2) Sludge Conditioning Sludge Conditioning adalah proses pengkondisian lumpur dengan penambahan bahan-bahan kimia agar mudah diproses pada pengolahan lumpur selanjutnya. Sludge Conditioning dengan penggunaan bahan-bahan kimia dapat dilakukan dengan dua macam bahan kimia: - Penambahan koagulan - Penambahan polimer Kriteria perencanaan untuk penambahan koagulan seperti besi (III) klorida atau FeCl 3 (konsentrasi larutan 15-20%) untuk pengkondisian lumpur, agar lumpur mudah diolah di unit sludge dewatering: - ph mencapai Dosis pembubuhan : kg koagulan tiap ton Dry Solids (DS). - Pengadukan sempurna agar koagulan dan lumpur tercampur homogen. Kriteria perencanaan untuk penambahan polimer (konsentrasi larutan 0.1%) untuk pengkondisian lumpur, agar lumpur mudah diolah di unit sludge dewatering: - ph dalam rentang Dosis pembubuhan : 2 6 kg polimer tiap ton DS. - Waktu kontak pembubuhan adalah minimum 2 menit. - Pengadukan sempurna agar polimer dan lumpur tercampur homogen. 3) Sludge Dewatering Sludge Dewatering adalah proses pengurangan atau penghilangan kadar air dari lumpur hingga didapatkan lumpur padat dengan kadar padatan di atas 20% DS. Bangunan proses yang digunakan dalam proses sludge dewatering adalah Centrifuge atau Decanter. Prinsip kerja dari decanter atau centrifuge adalah menggunakan gaya sentrifugal untuk pemisahan antara padatan dengan cairan. Dalam solid bowl centrifuge, lumpur yang masuk kedalam mangkok berputar dengan

21 aliran konstan. Dimana kemudian akibat putaran, dan gaya sentrifugal terjadi pemisahan antara lumpur dan cairan dan terbentuk lumpur padat, yang keluar pada bagian outlet, dan air jernih berupa centrate keluar pada bagian outlet yang lain. Dengan pengolahan awal sludge thickening dan sludge conditioning, kadar padatan dalam lumpur padat setelah diolah dalam sebuah unit decanter adalah 20 25% DS untuk limbah lumpur dari instalasi pengolahan air. Gambar 2.7. Prinsip dari Decanter Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013) 4) Sludge Disposal/Pembuangan Akhir Ada tiga kriteria untuk pembuangan akhir lumpur yang harus dipenuhi, yaitu: - Padatan lumpur bukan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). - Pemanfaatan lumpur tidak mencemari air tanah dan air permukaan. - Pembuangan lumpur tidak menimbulkan gangguan debu, bau dan estetika lainnya terhadap masyarakat.

22 Residu dari IPA yang banyak mengandung unsur alum, dan besi tidak dikategorikan sebagai limbah B3, pembuangan akhir padatan lumpur dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode: 1) Landfilling Pembuangan padatan lumpur aman dibuang sebagai material urugan ke lahan-lahan terbuka. Padatan lumpur yang dipersyaratkan adalah lumpur dengan kandungan 20 40% DS, sehingga lebih mudah untuk dipadatkan. Untuk landfilling, lumpur padatan tidak boleh digunakan untuk urugan dari bangunan struktural. 2) Land Application Padatan lumpur aman untuk ditebar di permukaan lahan-lahan pertanian sekaligus memberikan keuntungan agronomis, dan sebagai urugan di lahan-lahan pinggiran untuk reklamasi lahan Pendanaan Proyek Proyek Pengolahan Limbah Lumpur ini akan dibangun oleh konsorsium PT. ABC (PT. ABC nantinya merupakan sister company dari PT. TKCM) dan PDAM TKR dengan skema kerja sama BOT. PT. ABC ini yang akan menyediakan sejumlah dana yang diperlukan bagi investasi di proyek ini, dan pihak PDAM TKR yang menyediakan aset lahan bagi rencana proyek ini. Struktur pendanaan investasi proyek direncanakan akan dibiayai oleh modal sendiri, dan pinjaman dari bank untuk mendapatkan biaya modal optimal, dengan komposisi adalah: Modal Sendiri 30% dan Pinjaman 70%. Modal sendiri akan disediakan oleh konsorsium PT. ABC yang terdiri dari PT. Tanah Alam Makmur dan PT. Tirta Bangun Nusantara. Dimana andil dari pendanaan masingmasing adalah PT. Tanah Alam Makmur (PT. TAM) sebesar 72% dan PT. Tirta Bangun Nusantara (PT. TBN) sebesar 28%. Kebutuhan kredit jangka panjang diasumsikan selama 8 tahun untuk masa repayment. Skema pendanaan proyek Pengolahan Limbah Lumpur dapat dilihat pada Gambar 2.8. pada halaman berikut.

23 Gambar 2.8. Struktur Pendaanaan Investasi Pengolahan Limbah Lumpur Sumber: Hasil olahan penulis (2015) 2.8. Pengoperasian Proyek Instalasi Pengolahan Limbah Lumpur Proyek Pengolahan Limbah Lumpur ini akan dibiayai, dibangun dan dioperasikan oleh pihak konsorsium PT. ABC dengan skema BOT. Sebagai penggantian atas biaya pembangunan proyek oleh pihak konsorsium, maka PDAM TKR mengizinkan konsorsium PT. ABC untuk mengoperasikan proyek Pengolahan Limbah Lumpur, dan berhak untuk menerima penghasilan dari hasil pengolahan lumpur per-kg lumpur kering dari proyek tersebut, hingga masa tertentu. Hal ini akan dituangkan dalam perjanjian antara konsorsium PT. ABC dengan pihak PDAM TKR. Pada saat berakhirnya masa perjanjian, maka proyek Pengolahan Limbah Lumpur akan dikembalikan kepada PDAM TKR. Berdasarkan pada Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan No. 96/PMK.06/2007 tentang tata cara pelaksanaan kerjasama pemanfaatan barang milik Negara, pada bagian V butir 3 menyebutkan bahwa Jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang Milik Negara paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak ditandatanganinya perjanjian, dan dapat diperpanjang. Mengacu pada Peraturan tersebut masa konsesi pengoperasian Instalasi Pengolahan Limbah Lumpur oleh pihak konsorsium PT. ABC disepakati bersama selama 15 tahun.

24

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Volume Air Minum yang Dialirkan dari IPA Cikokol. Sumber: Hasil olahan penulis (2015)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Volume Air Minum yang Dialirkan dari IPA Cikokol. Sumber: Hasil olahan penulis (2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Cikokol yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (PDAM TKR) Kabupaten Tangerang, memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti mencuci, dan mandi. Jenis air yang digunakan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04 Yuniati, PhD KOMPONEN SPAM Materi yang akan dibahas : 1.Komponen SPAM 2.Air baku dan bangunan intake KOMPONEN SPAM Sumber air baku Pipa transimisi IPAM Reservoar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PDAM TIRTA KHATULISTIWA KOTA PONTIANAK Oleh : Ir. Tano Baya Ir. Tatit Palgunadi Camelia Indah Murniwati, ST Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA disusun oleh : ERVANDO TOMMY AL-HANIF 21080113140081 FAKULTAS TEKNIK SEMARANG 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 2 L/det V.1. Umum Pelayanan air bersih di Kota Kendari diawali pada tahun 1928 (zaman Hindia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU BAB II II.1 Profil PDAM Tirta Darma Ayu II.1.1 Sejarah PDAM Tirta Darma Ayu Bermula pada tahun 1932 dibangunlah sebuah instalasi pengolahan air di Kabupaten Indramayu dengan kapasitas 20 liter/detik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

DESAIN PROTOTIPE INSTALASI KOAGULASI DAN KOLAM FAKULTATIF UNTUK PENGOLAHAN AIR LINDI (STUDI KASUS TPA BAKUNG BANDAR LAMPUNG)

DESAIN PROTOTIPE INSTALASI KOAGULASI DAN KOLAM FAKULTATIF UNTUK PENGOLAHAN AIR LINDI (STUDI KASUS TPA BAKUNG BANDAR LAMPUNG) DESAIN PROTOTIPE INSTALASI KOAGULASI DAN KOLAM FAKULTATIF UNTUK PENGOLAHAN AIR LINDI (STUDI KASUS TPA BAKUNG BANDAR LAMPUNG) Ahmad Herison 1 Abstrak Air lindi adalah cairan yang timbul sebagai limbah akibat

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN. - Kuvet 20 ml. - Pipet Volume 10 ml Pyrex. - Pipet volume 0,5 ml Pyrex. - Beaker glass 500 ml Pyrex

BAB III METODE PERCOBAAN. - Kuvet 20 ml. - Pipet Volume 10 ml Pyrex. - Pipet volume 0,5 ml Pyrex. - Beaker glass 500 ml Pyrex BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Alat-alat - Kuvet 20 ml - Pipet Volume 10 ml Pyrex - Pipet volume 0,5 ml Pyrex - Pipet Tetes - Botol aquadest - Beaker glass 500 ml Pyrex - Colorimeter DR/890 Hach USA 3.2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc Oleh: Rizqi Amalia (3307100016) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

Kawasaki Motor Indonesia Green Industry Sumber Limbah

Kawasaki Motor Indonesia Green Industry Sumber Limbah Bab ii Limbah pt. Kawasaki motor indonesia 2.1. Sumber Limbah Dalam pelaksanaan kegiatan perakitan tersebut, PT. Kawasaki banyak menggunakan air untuk proses produksi (terutama untuk proses pengecatan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah cair Menurut PP No 82 tahun 2001 limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair berasal dari dua jenis sumber yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal Januari 1994 Desember 1995 yang kemudian dioperasikan pada tahun 1996. IPAL Sewon dibangun di lahan

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT. SEMINAR AKHIR KAJIAN KINERJA TEKNIS PROSES DAN OPERASI UNIT KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BABAT PDAM KABUPATEN LAMONGAN Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari 3309 100

Lebih terperinci

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat 1 2 Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PARAMETER BIOLOGIS BADAN AIR SUNGAI NGRINGO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI TEKSTIL Nanik Dwi Nurhayati Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: nanikdn@uns.ac.id ABSTRAK Berbagai bakteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Air merupakan senyawa kimia yang berbentuk cair, sehingga sangat fleksibel oleh makhluk hidup sebagai media transportasi makanan di dalam tubuhnya (Bambang, 2011). Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Agustus 2009 di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor. Lokasi pengambilan contoh (Dekeng)

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN BAB VII PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN 7.1. Sumber Limbah Di BTIK-LIK Magetan terdapat kurang lebih 43 unit usaha penyamak kulit, dan saat ini ada 37

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Air merupakan kebutuhan vital makhluk hidup. Tanpa adanya air, metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berjalan dengan sempurna. Manusia membutuhkan air, terutama

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG Laksmi Handayani, Taufik Anwar dan Bambang Prayitno Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: laksmihandayani6@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia merupakan salah satu penyebab tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, sudah menunjukkan gejala yang cukup serius. Penyebabnya tidak hanya berasal

Lebih terperinci

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Bak Sedimentasi Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran

Lebih terperinci

PENANGANAN LIMBAH CAIR KILANG PENGOLAHAN KAYU DENGAN SISTEM RECYCLING

PENANGANAN LIMBAH CAIR KILANG PENGOLAHAN KAYU DENGAN SISTEM RECYCLING PENANGANAN LIMBAH CAIR KILANG PENGOLAHAN KAYU DENGAN SISTEM RECYCLING Heri Soedarmanto (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Telah dilakukan penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) dengan beberapa ketentuan antara lain : Waktu aerasi lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING

BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING 2.1 Sejarah Berdirinya PDAM TIRTA KAMUNING Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kamuning Kabupaten Kuningan adalah satu-satunya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari

Lebih terperinci

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) Tujuan pengolahan pertama (Primary Treatment) dalam pengolahan limbah cair adalah penyisihan bahan padat dari limbah cair

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

TARIF LINGKUP AKREDITASI

TARIF LINGKUP AKREDITASI TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak yang melakukan penelitian mengenai analisis kualitas air dengan alat uji model filtrasi buatan diantaranya; Eka Wahyu Andriyanto, (2010) Uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak PDAM Tirta Kerta Raharja mempunyai beberapa Instalasi Pengolahan Air bersih (

BAB I PENDAHULUAN. banyak PDAM Tirta Kerta Raharja mempunyai beberapa Instalasi Pengolahan Air bersih ( BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kebutuhan air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok dari manusia, Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia dapat mengusahakannya dengan berbagai cara yaitu

Lebih terperinci

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi). KINERJA KOAGULAN UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU KETUT SUMADA Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur email : ketutaditya@yaoo.com Abstrak Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disegala

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi kegiatan industri sangat potensial untuk menimbulkan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penurunan kualitas air merupakan salah satu bentuk penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat dari tingkat pertambahan penduduk yang semakin tinggi dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Arut Kabupaten Kotawaringin Barat adalah perusahaan yang termasuk dalam Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja Alat dan Bahan 1. Sampel air yaitu sungai dan sumur sebagai bahan uji 2. Filter sebagai media filtrasi, batu basal, ijuk, karbon aktif, pasir silica (batu kuarsa) 3. Bak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga dan dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Oktober 2010. 3. 2 Alat dan Bahan 3.2.

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI Pendahuluan PENCEMARAN AIR masuknya atau dimasukkannya

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Lokasi Penelitian Penulis melakukan penelitian di PDAM Tirta Tarum yang beralamat di Jl. Surotokunto No. 205 kabupaten Karawang Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK Hadi Iswanto 1) dan Nieke Karnaningroem 2) 1) Teknik Sanitasi Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI VINYL CHLORIDE MONOMER DAN POLY VINYL CHLORIDE MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING

PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING PROCEEDING NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING Alien Kurniawan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kebutuhan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, masak, mandi, mencuci, pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK TUGAS 1 MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK 1. Feriska Yuanita (105100200111012) 2. Alifian Juantono Sahwal (105100213111003) 3. Nadia Sabila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan

Lebih terperinci

Sewage Treatment Plant

Sewage Treatment Plant Sewage Treatment Plant Sewage Treatment Plant Adalah sebuah sistem pengolahan air limbah menjadi air berkualitas 3, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman atau dibuang ke saluran pembuangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan terutama bagi makhluk hidup, makhluk hidup tidak dapat hidup tanpa air, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai

Lebih terperinci

PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK

PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK BAB IV PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK 4.1. Penentuan Dosis Bahan Kimia (Untuk Proses Koagulasi Flokulasi) 4.1.1. Jar Test Proses pengolahan limbah secara Koagulasi Flokulasi didasari dengan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang dapat memajukan kesejahteraan umum yang. kebutuhan hidup manusia sehari hari terhadap air berbeda beda untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang dapat memajukan kesejahteraan umum yang. kebutuhan hidup manusia sehari hari terhadap air berbeda beda untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih dan sehat merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia. Karena tidak ada satu mahluk yang dapat hidup tanpa air. Air merupakan sumber daya alam yang dapat

Lebih terperinci

Gambar 4. Kondisi ekosistem sekitar intake PDAM Tirta Pakuan

Gambar 4. Kondisi ekosistem sekitar intake PDAM Tirta Pakuan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Ekosistem di Sekitar Intake dan IPA Kondisi ekosistem meliputi gambaran bio-fisik dan aktifitas manusia disekitar dan di dalam lokasi pengambilan air baku oleh PDAM

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng 59 Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng 60 Lampiran 2. Diagram alir pengolahan air oleh PDAM TP Bogor 61 Lampiran 3. Perbandingan antara kualitas air baku dengan baku mutu pemerintah

Lebih terperinci

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 7, Nomor 1, Januari 2015 Hal. 29-40 Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK 29 4.1 Prosedur Start-Up IPAL Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Start-up IPAL dilakukan pada saat IPAL baru selesai dibangun atau pada saat

Lebih terperinci