POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN LETAK KALIMAT UTAMA DAN PENYIMPANGAN PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA TAJUK RENCANA DI HARIAN KOMPAS JUNI 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN LETAK KALIMAT UTAMA DAN PENYIMPANGAN PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA TAJUK RENCANA DI HARIAN KOMPAS JUNI 2009"

Transkripsi

1 POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN LETAK KALIMAT UTAMA DAN PENYIMPANGAN PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA TAJUK RENCANA DI HARIAN KOMPAS JUNI 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Oleh: Yustinus Anang Krismiyanto NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

2 POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN LETAK KALIMAT UTAMA DAN PENYIMPANGAN PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA TAJUK RENCANA DI HARIAN KOMPAS JUNI 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Oleh: Yustinus Anang Krismiyanto NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 i

3 SKRIPSI POLA PENGEMBANGANN PARAGRAF BERDASARKAN LETAK KALIMAT UTAMA DAN PENYIMPANGANN PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA TAJUK RENCANA DI HARIAN KOMPAS JUNI 2009 Oleh: Yustinus Anang Krismiyanto NIM: Telah disetujui oleh: Dosen Pembimbing, Tanggal: 7 Juni 2011 ii

4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Yogyakarta, 11 Juli 2011 Dekan, iii

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan secara khusus untuk kedua orang tuaku Tc. Poniman dan Fr. Patmiyasih iv

6 MOTO Hal apapun yang kita kerjakan dengan niat baik dan semampu kita yakinlah hasilnya tidak akan mengecewakan. ( Yustinus Anang K.) v

7 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang disebutkan didalam daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah. Yogyakarta, 7 Juni 2011 Penulis Yustinus Anang Krismiyanto vi

8 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Yustinus Anang Krismiyanto Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN LETAK KALIMAT UTAMA DAN PENYIMPANGAN PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA TAJUK RENCANA DI HARIAN KOMPAS JUNI 2009 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 7 Juni 2011 Yang menyatakan (Yustinus Anang Krismiyanto) vii

9 ABSTRAK Krismiyanto, Yustinus Anang Pola Pengembangan Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama Dan Penyimpangan Pengembangan Paragraf Pada Tajuk Rencana Di Harian Kompas Juni Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini memiliki dua masalah, yaitu: (1) pola pengembangan paragraf apa sajakah yang terdapat pada wacana tajuk rencana dalam harian Kompas Juni 2009 dan (2) penyimpangan pengembangan paragraf yang terdapat pada wacana tajuk rencana dalam harian Kompas Juni Data dalam penelitian ini berupa paragraf-paragraf dalam tajuk rencana yang ada di dalam surat kabar, yaitu pada kolom tajuk rencana Kompas periode Juni Langkah-langkah pengumpulan data penelitian ini adalah (1) mengumpulkan tajuk rencana dari Kompas Juni 2009, (2) memberi kode (pengkodean) pada setiap paragraf dalam tajuk rencana tersebut berdasarkan urutan tanggal, (3) mengidentifikasi pola pengembagan paragraf dan penyimpangannya. Dalam penelitian ini Analisis data dilakukan dengan langkahlangkah (1) menganalisis pola pengembangan paragraf, (2) menganalisis penyimpangan paragraf, (3) hasil analisis yang berupa data dicek keabsahannya oleh triangulator. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, pola pengembangan paragraf yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar ada enam jenis, yakni pola pengembangan paragraf umum-khusus, pola pengembangan paragraf klasifikasi, pola pengembangan paragraf contoh, pola pengembangan paragraf pertanyaan, pola pengembangan paragraf perbandingan dan pertentangan, dan pola pengembangan paragraf sebab-akibat. Kedua, penyimpangan pengembangan paragraf yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar ada tiga jenis, yakni penyimpangan kelengkapan, penyimpangan kepaduan, dan penyimpangan kesatuan. Berdasarkan hasil penelitian diatas Implikasi penelitian ini adalah penulisan tajuk rencana cenderung mengutamakan isi dari tajuk rencana, berita yang disampaikan singkat, jelas, lugas dan menarik, serta mudah dipahami, tetapi tidak memperhatikan pola pengembangan paragraf dan syarat pengembangan paragraf. Penulisan tajuk rencana harus lebih memahami tentang teknik menulis tajuk rencana yang tidak hanya mementingkan isi dan mudah dipahami saja, tetapi juga menerapkan pola pengembangan paragraf dan syarat pengembangan paragraf. Saran dari penelitian ini adalah untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang sejenis tetapi membahas aspek dari ilmu linguistik selain yang sudah dibahas dalam penelitian ini. viii

10 ABSTRACT Krismiyanto, Yustinus Anang The Paragraph Development Patterns Based on the Position of the Main Ideas And the Paragraph Development Irrelevancy in Tajuk Rencana on Kompas Daily Newspaper June Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University. This research is a descriptive qualitative research. This research has two problems, they are: (1) what paragraph development patterns are there in tajuk rencana on Kompas June 2009 and (2) the irrelevancy of paragraph development in tajuk rencana on Kompas June The data in this research were in the form of paragraphs in tajuk rencana written in the newspaper. They were in tajuk rencana columns June The steps to collect data used in this research were (1) the researcher collected tajuk rencana from Kompas June 2009, (2) the researcher gave codes to every paragraph in those tajuk rencana based on the dates, (3) the researcher identified the paragraph development patterns and the irrelevancy. In this researh, the data analysis done in 3 steps: (1) analysing the paragraph development patterns, (2) analysing the paragraph irrelevancy, (3) checking the reliability of the data, done by a triangulator. The results of this research were as follow. First, there were six kinds of patterns in paragraph development. They were general-specific paragraph development pattern, classification paragraph development pattern, example paragraph development pattern, question paragraph development pattern, comparison and contrast paragraph development pattern, and cause-effect paragraph development pattern. Second, there were three kinds of paragraph development irrelevancy in the newspaper s tajuk rencana. They were completion irrelevancy, harmony irrelevancy, and unity irrelevancy. Based on the results of this research mentioned above, the implication of this research was that the writing of tajuk rencana should have used the paragraph writing technique, not only about how easy the content is to understand, but also about the application of paragraph development patterns and paragraph development conditions. This research suggests that similar researches can be conducted to discuss the other aspects of tajuk rencana, but the aspect that has been done in this research. ix

11 KATA PENGANTAR Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif yang digunakan di dalam penulisan berita di media massa. Bahasa jurnalistik kerap disebut bahasa pers dan juga memiliki karakter yang berbeda, sesuai dengan jenis berita yang akan diberitakan (Setiati, 2005:85). Kini bahasa jurnalistik mulai beragam digunakan untuk menulis berita ekonomi, politik ataupun tajuk rencana, disesuaikan dengan angle tulisan, sumber berita dan keterbatasan media massa, baik cetak atau elektronik (Setiati, 2005:87). Badudu (Setiati, 2005:87) mengemukakan bahwa bahasa jurnalistik memiliki sifat khas, yaitu singkat, padat, sederhana, jelas, lugas dan menarik serta tetap berpedoman pada kaidah bahasa Indonesia baku. Bahasa jurnalistik harus benar-benar informatif dan komunikatif. Bahasa yang demikian juga tidak mudah menimbulkan salah paham, tidak mudah menimbulkan tafsir ganda, dan sifatnya tidak ambigu. Dengan begitu sangatlah diharapkan, bahwa paragraf-paragraf jurnalistik yang disusun, dalam setiap karya kejurnalistikan, memenuhi kualifikasi sebagai paragraf jurnalistik yang berdimensi linguistik, yang berkarakter kebahasaan, sehingga ketajaman dan keapikan dari penyampaian informasi, benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Di dalam tulisan ini, penulis mencoba mengungkapkan gagasannya berdasarkan hasil penelitian terhadap pola pengembangan paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya dan penyimpangan pengembangan paragraf pada wacana tajuk rencana. Penulis menyadari bahwa upaya meneliti dan x

12 menuliskan kembali hasil penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik karena berkat penyertaan dan kasih Tuhan Yesus Kristus yang tak pernah putus kepada penulis. Di samping itu ada banyak pihak yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. B Widharyanto, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang bersedia membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah; 3. Dosen PBSID, yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan; 4. FX. Sudadi, yang sudah membantu dan melayani penulis dalam mengurusi berbagai hal yang sifatnya administratif; 5. Universitas Sanata Dharma, yang telah menciptakan kondisi serta menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung penulis dalam studi dan penyelesaian skripsi ini. 6. Tc. Poniman dan Fr. Patmiyasih, mereka adalah orang tuaku yang luar biasa. Semangat perjuangan mereka yang selalu memberi motivasi kepada penulis. 7. Bernadus Harry Kurniawan, adikku yang selalu menghibur penulis. 8. Kety Virginia Margaretha, S.Pd., temanku yang selalu memberi semangat dan membantu penulis. 9. Teman-teman PBSID angkatan 2004 Universitas Sanata Dharma, yang selalu memberi dukungan kepada penulis. xi

13 10. Teman-teman kontrakan Brotoseno, Teguh Wiyono, S.T., Harsono, Bowo, Wahyu, Lutfiana dan Ratna Intani Dwi Putri, S.T., yang selalu membantu dan menghibur penulis. 11. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Walaupun demikian, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis xii

14 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN. iii HALAMAN PERSEMBAHAN. iv MOTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii ABSTRAK... Viii ABSTRACT. ix KATA PENGANTAR Xii DAFTAR ISI. xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Istilah Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penyajian... 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Hakikat Paragraf... 7 xiii

15 2.3 Komponen Dasar Pembentuk Paragraf Kalimat Topik Kalimat Penjelas Syarat Pengembangan Paragraf Kelengkapan Paragraf Kesatuan Paragraf Kepaduan Paragraf Penyimpangan Pengembangan paragraf Penyimpangan Kelengkapan Paragraf Penyimpangan Kesatuan Paragraf Penyimpangan Kepaduan Paragraf Pola Pengembangan Paragraf Pola Pengembangan Paragraf Perbandingan dan Pertentangan Pola Pengembangan Paragraf Contoh Pola Pengembangan Paragraf sebab-akibat Pola Pengembangan Paragraf Umum-Khusus Pola Pengembangan Paragraf Klasifikasi Pola Pengembangan Paragraf Pertanyaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Sumber Data dan Data Penelitian Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data 31 xiv

16 3.4 Analisis data Triangulasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian Pola Pengembangan Paragraf Penyimpangan Pengembangan Paragraf Pembahasan Pola Pengembangan Paragraf Pola Pengembangan Paragraf Umum-Khusus Pola Pengembangan Paragraf Klasifikasi Pola Pengembangan Paragraf Contoh Pola Pengembangan Paragraf Pertanyaan Pola Pengembangan Paragraf Perbandingan dan Pertentangan Pola Pengembangan Paragraf Sebab-akibat Penyimpangan Pengembangan Paragraf Penyimpangan Kelengkapan Penyimpangan Kepaduan Penyimpangan Kesatuan 43 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan xv

17 5.2 Implementasi Saran DAFTAR PUSTAKA.. LAMPIRAN BIODATA PENULIS xvi

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif yang digunakan di dalam penulisan berita di media massa. Bahasa jurnalistik kerap disebut bahasa pers dan juga memiliki karakter yang berbeda, sesuai dengan jenis berita yang akan diberitakan (Badudu, 2005:85). Kini bahasa jurnalistik mulai beragam digunakan untuk menulis berita ekonomi, politik ataupun tajuk rencana, disesuaikan dengan angle tulisan, sumber berita dan keterbatasan media massa, baik cetak atau elektronik (badudu, 2005:87). bahasa jurnalistik memiliki sifat khas, yaitu singkat, padat, sederhana, jelas, lugas dan menarik serta tetap berpedoman pada kaidah bahasa Indonesia baku. Bahasa jurnalistik harus mudah dipahami oleh setiap orang yang membacanya. Bahasa jurnalistik bahkan harus bisa dipahami oleh tingkat masyarakat berintelektual rendah. Jadi sosok bahasa dalam jurnalistik itu harus lugas, harus bersifat sederhana, harus tegas, benar-benar tepat dan akurat dalam diksi atau pemilihan katanya (Rahardi, 2006:12). Orwell (Setiati, 2005:89) mengemukakan bahwa bahasa jurnalistik bukan sekadar alat komunikasi. Bahasa jurnalistik juga merupakan bagian dari kegiatan sosial yang terstruktur dan terikat pada kondisi riil, terkait dengan isi pemberitaan. Bahasa jurnalistik juga memiliki kekuatan dalam membentuk perilaku pembaca. Bahasa jurnalistik di dalam pemberitaan jangan hanya memfokuskan diri pada 1

19 2 upaya menarik perhatian khayalak pada masalah tertentu. Bahasa setidaknya dapat membatasi persepsi dan membantu pembaca memikirkan sesuatu yang diyakininya. Bahasa dalam jurnalistik itu harus berciri sederhana, tidak berbelit-belit, tidak boleh berbunga-bunga, dan harus apa adanya, harus sesuai dengan data atau faktanya, dan sajiannya harus langsung menuju sasaran atau pokok permasalahannya (straight to the point). Bahasa jurnalistik harus benar-benar informatif dan komunikatif. Bahasa yang demikian juga tidak mudah menimbulkan salah paham, tidak mudah menimbulkan tafsir ganda, dan sifatnya tidak ambigu. Bagaimanapun juga, tugas pokok media massa adalah menyampaikan informasi, menyampaikan pesan entah sosok informasi atau pesan yang wujudnya berita, fakta, dan lain-lain, yang dikemas dalam kolom atau rubrik media yang ada. Untuk itu, harus benar-benar memperhatikan ciri-ciri bahasa dalam ragam jurnalistik dengan baik. Dengan begitu sangatlah diharapkan, bahwa paragraf-paragraf jurnalistik yang disusun, dalam setiap karya kejurnalistikan, memenuhi kualifikasi sebagai paragraf jurnalistik yang berdimensi linguistik, yang berkarakter kebahasaan, sehingga ketajaman dan keapikan dari penyampaian informasi, benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

20 3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pola pengembangan paragraf apa sajakah yang terdapat pada wacana Tajuk Rencana dalam harian Kompas Juni 2009 berdasarkan letak kalimat utamanya? 2. Penyimpangan pengembangan paragraf apa sajakah yang terdapat pada wacana Tajuk Rencana dalam harian Kompas Juni 2009 berdasarkan letak kalimat utamanya? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan pola pengembangan paragraf yang terdapat pada wacana Tajuk Rencana dalam harian Kompas Juni 2009? 2. Mendeskripsikan penyimpangan pengembangan paragraf yang terdapat pada wacana Tajuk Rencana dalam harian Kompas Juni 2009? 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan sumbangan tersendiri bagi penelitian analisis wacana, khususnya mengenai pola pengembangan tajuk rencana dalam surat kabar. 2. Berbagai landasan teori yang dipakai di dalam penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang pola pengembangan paragraf dalam tajuk rencana dalam surat kabar.

21 4 3. Menambah wawasan pembaca mengenai pola pengembangan paragraf dalam tajuk rencana dalam surat kabar. 4. Menambah pengetahuan pembaca mengenai penyimpangan paragraf yang terdapat pada wacana Tajuk Rencana dalam surat kabar. 1.5 Batasan Istilah 1. Tajuk rencana Tajuk rencana adalah tulisan kolom yang dibuat oleh redaksi penerbit pers. Ia dimuat di halaman khusus bagi tulisan- tulisan opini tentang suatu masalah atau peristiwa (Romli 2005 : 88). 2. Paragraf Paragraf adalah seperangkat alat tersusun logis-sistematis relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan (Tarigan1981 : 10). 3. Wacana Menyatakan bahwa wacana tulis atau writen discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, meliputi media tulis (Tarigan 1987 : 52). Hal serupa diungkapkan oleh Hayon (2003 : 26) yang menyatakan bahwa wacana tulis terutama pada media yang menggunakan bahasa tulis. 4. Penyimpangan Penyimpangan adalah sesuatu yang menyimpang atau diluar kaidah yang berlaku. Dalam hal ini kaidah tentang pengembangan paragraf yang baik (KBBI 2007 : 1067).

22 5 5. Pola Pola adalah bentuk (struktur yang tetap) (KBBI 2007 : 885). 6. Kalimat Kalimat adalah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, perasaan atau pikiran yang relatif lengkap (Mustakim 1999:65). 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sebagai suatu penelitian deskripsi kualitatif, penelitian ini hanya dibatasi pada upaya mendeskripsikan pola pengembangan paragraf tajuk rencana di dalam surat kabar. Adapun surat kabar yang diteliti adalah Kompas Juni Sistematika Penyajian Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pada bab I akan diuraikan tentang pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, definisi istilah, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori, yang terdiri dari penelitian sejenis dan landasan teori. Bab III berisi metodologi penelitian, yang terdiri dari jenis penelitian, populasi dan sampel, instrumen, analisis data, teknik pengumpulan data. Bab IV berisi pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

23 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dengan judul Penyimpangan Pengembangan Paragraf dalam Wacana Tajuk Rencana Harian Kompas Tahun Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis penyimpangan paragraf dalam wacana tajuk rencana harian Kompas. Hasil penelitiannya yakni, ditemukan dua jenis penyimpangan pengembangan paragraf pada wacana Tajuk Rencana harian Kompas tahun Pertama, gagasan pokok pada paragraf satu dilanjutkan pada paragraf berikutnya. Kedua, adanya penggunaan kata penghubung yang tidak tepat dalam pengembangan paragraf. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Febiyanto dengan judul Aspek Gramatikal Dan Leksikal Pada Wacana Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas. Salah satu tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan aspek gramatikal pada wacana Tajuk Rencana surat kabar Kompas. Hasil penelitiannya yakni, aspek gramatikal terdiri atas pengacuan referensi, penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), perangkaian (konjungsi). Kedua penelitian di atas merupakan penelitian terdahulu yang relevan karena sesuai dengan penelitian ini. Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni adalah sama-sama meneliti tentang penyimpangan pengembangan paragraf dalam wacana tajuk rencana harian Kompas. Sedangkan relevansi 6

24 7 penelitian yang dilakukan Febiyanto adalah sama-sama meneliti tentang tajuk rencana harian Kompas. 2.2 Hakikat Paragraf Menurut Akhadiah (1989: 144) paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Hal di atas sejalan dengan pendapat Arifin (1987: 131) yang menyatakan bahwa paragraf adalah satuan bahasa yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Satuan bahasa itu terdiri atas seperangkat kalimat. Paragraf merupakan perpaduan kalimat-kalimat yang memperlihatkan kesatuan pikiran atau kalimatkalimat yang berkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita temukan bahwa suatu paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu. Gorys Keraf menyebut paragraf dengan istilah yang berbeda. Beliau menggunakan istilah alenia untuk merujuk ada konsep yang sama dengan

25 8 paragraf. Menurut Keraf (1980: 62) alinea tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam alenia, gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran secara jelas. Pakar lain menggunakan istilah untuk merujuk konsep yang sama dengan paragraf adalah The Liang Gie (1992:73). Menurut beliau alinea adalah bagian dari karangan yang biasanya terdiri dari beberapa kalimat, yang merupakan kesatuan pembicaraan. Sebuah alinea menurut isinya memuat satu ide utama atau satu kalimat utama kalau ditinjau dari kalimat yang membangun alinea itu. Ide-ide atau kalimat lain yang menjadi kelanjutnya harus bersumber pada ide utama itu sebagai pembantunya, penegasnya, atau pengembangnya. Dari berbagai pendapat mengenai paragraf yang diberikan oleh beberapa pakar di atas, maka dapat dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat paragraf, yakni (1) sebuah paragraf hanya mengandung satu gagasan atau ide pokok, (2) gagasan atau ide pokok dalam sebuah paragraf dituangkan dalam satu kalimat utama, (3) kalimat utama dikembangkan oleh beberapa kalimat penjelas, (4) kalimat-kalimat penjelas tidak boleh ada yang menyimpang dari kalimat utama, (5) paragraf adalah himpunan kalimat yang saling berhubungan membentuk sebuah gagasan.

26 9 2.3 Komponen Dasar Pembentuk Paragraf Pada dasarnya, paragraf terbentuk dari dua komponen dasar, yakni kalimat topik dan kalimat penjelas. Kalimat topik merupakan dasar pengembangan suatu paragraf, sedangkan kalimat penjelas merupakan pernyataan-pernyataan yang mendukung kalimat topik sehingga terbentuk suatu kesatuan gagasan yang menjadikan paragraf menjadi utuh. Di bawah ini akan dipaparan teori-teori yang berkaitan dengan komponen-komponen dasar pembentuk paragraf, yakni kalimat topik dan kalimat penjelas Kalimat Topik Menurut Mustakim (1994: 116) sebuah paragraf hendaknya hanya mengandung satu pikiran atau gagasan utama, yang diikuti oleh beberapa gagasan penunjang. Oleh karena itu, kalimat yang terjalin dalam sebuah paragraf hanya mempersoalkan satu masalah. Jika dalam satu paragraf terdapat dua gagasan atau lebih, tiap-tiap gagasan utama itu seharusnya dituangkan dalam paragraf yang berbeda. Sebaliknya, jika dua paragraf hanya mengandung satu gagasan utama, kedua paragraf seharusnya digabungkan menjadi satu. Dengan demikian paragraf yang dihasilkan memiliki kesatuan pikiran. Kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum atau abstrak (Tarigan, 1987:18). Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut kalimat topik. Istilah-istilah itu sebenarnya mengacu pada konsep yang sama dengan kalimat topik. Istilah itu misalnya kalimat utama, kalimat pokok, kalimat inti, atau kalimat program. Sebuah paragraf yang baik mengandung satu pokok pikiran. Pokok pikiran

27 10 itu dituangkan dalam salah satu kalimat di antara kalimat-kalimat yang tergabung dalam sebuah paragraf. Kalimat yang mengandung pokok pikiran paragraf disebut kalimat utama atau kalimat topik. Isi kalimat utama masih bersifat umum karena belum mengungkapkan pokok pikiran penulis secara rinci. Bagi pembaca, kalimat utama belum memberi informasi Karena itu, dalam sebuah paragraf, selain terdapat kalimat utama, juga terdapat kalimat-kalimat penjelas Kalimat Penjelas Seperti halnya kalimat topik, kalimat penjelas pun disebut dengan istilah yang berbeda-beda. Tarigan (1987: 19) menyebutnya sebagai kalimat pengembang sedangkan Akhadiah (1989: 156) menyebutnya dengan kalimat penunjang. Meskipun istilah yang digunakan berbeda, pada dasarnya merujuk pada konsep yang sama dengan kalimat penjelas. Menurut Akahdiah (1989: 156) menulis paragraf memerlukan penyusunan dan pengekspresian gagasan-gagasan penunjang. Gagasan pokok dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci dengan gagasan-gagasan penunjang. Dengan kata lain, kalimat penjelas atau kalimat penunjang berfungsi memperjelas gagasan pokok yang ada dalam sebuah paragraf. Setiap gagasan penunjang dapat dituangkan ke dalam satu kalimat penunjang atau lebih. Ada juga kemungkinan beberapa gagasan penunjang dituangkan ke dalam satu kalimat penunjang. Tetapi sebaliknya satu gagasan penunjang dijadikan satu kalimat penunjang. Sebagian besar kalimat dalam paragraf termasuk kategori kalimat pengembang. Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat

28 11 pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok (Tarigan, 1987:19). Pada dasarnya, kalimat penjelas berfungsi untuk menjelaskan kalimat topik, sehingga tercapai kelengkapan dan kesatuan gagasan. Dengan adanya kalimat penjelas, menjadikan kalimat topik dalam paragraf semakin jelas dan isi paragraf lebih mudah dipahami oleh pembaca. 2.4 Syarat Pengembangan Paragraf Pengembangan paragraf adalah penyusunan sebuah paragraf berdasarkan sebuah kalimat topik. Menurut Keraf (1980: 84) pengembangan paragraf mencakup dua hal utama. Yang pertama kemampuan memperinci secara maksimal gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan bawahan. Yang kedua kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam urutan yang teratur. Willis (1980: 59) menyatakan bahwa paragraf harus memenuhi tiga syarat dalam pengembangannya: (1) kelengkapan, (2) kesatuan, (3) koherensi. Kelengkapan dimaksudkan sebagai terurainya kalimat topik dengan kalimatkalimat penjelas yang relevan. Apabila penulis gagal mengembangkan ide utama secara utuh maka paragraf menjadi tidak lengkap. Kesatuan diartikan sebagai kesatuan gagasan paragraf. Sebuah paragraf merupakan satu unit komposisi karena dalam paragraf hanya dikembangkan satu ide pokok. Kesatuan terbukti bila masing-masing kalimatnya menyinggung satu ide pokok yang terdapat dalam paragraf. Koherensi paragraf terjadi apabila kalimat-kalimat dalam paragraf

29 12 menunjukkan kerja sama yang erat antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Koherensi paragraf dapat terjadi lewat penggunaan kata atau frasa transisi, pengulangan kata kunci, dan lewat perujukan kata ganti (ibid, ) Menurut Gorys Keraf (1980: 67) alinea yang baik dan efektif harus memenuhi tiga syarat, yakni (1) kesatuan, (2) koherensi, dan (3) perkembangan alinea. Kesatuan dalam alinea adalah bahwa semua kalimat yang membina alinea itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu. Koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alinea itu. Perkembangan alinea adalah penyusunan atau perincian gagasan-gagasan yang membina alinea itu. Tarigan (1987: 36) menjelaskan ada enam kriteria kualitas paragraf, yakni (1) isi paragraf berpusat pada satu hal saja, (2) isi paragraf relevan dengan isi karangan, (3) paragraf harus koheren dan unity, (4) kalimat topik harus dikembangkan dengan jelas dan sempurna, (5) struktur paragraf harus bervariasi sesuai dengan: (a) latar belakang pembaca, (b) sifat media tempat paragraf (karangan) diterbitkan, (c) sifat dan tuntutan kalimat topik, (6) paragraf tertulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pendapat tentang syarat pengembangan paragraf yang telah dijelaskan di atas sangat bervariasi. Tetapi, pada dasarnya syarat pengembangan paragraf menyangkut tiga hal, yakni kelengkapan, kesatuan, dan kepaduan paragraf. Ketiga hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut Kelengkapan Paragraf Menurut Akhadiah (1989: 152) suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi

30 13 kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan Kesatuan Paragraf Dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Jika ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak padu, tidak utuh (Arifin, 1987: 132). Sependapat dengan Arifin, Akhadiah (1989: 148) menjelaskan bahwa tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan. Menurut Gorys Keraf (1980: 67-68) kesatuan paragraf akan terganggu apabila dalam mengembangkan paragraf terjadi penyimpangan-penyimpangan. Penyimpangan-penyimpangan itu dapat berbentuk: pertama, pemasukan sebuah sisipan atau interupsi yang jelas dalam urutan-urutan gagasan yang ada; kedua,

31 14 sebuah penyimpangan secara gradual dari tema yang ahrus dibina oleh alinea itu, yakni setiap kalimat berikutnya semakin menyimpang dari tujuan utamanya. Kesatuan dalam paragraf tidak tercapai disebabkan juga oleh tiga hal lain yang lazim disebut diferinsiasi berlebihan, kurang diferensiasi, dan degresi. Sebuah paragraf disebut dalam keadaan diferensiasi berlebihan, bila rentangan pikiran yang ada dipecah beberapa kali sehingga kelihatan paragrafnya berlabih, dan menimbulkan kesan seolah-olah dasar pembagian paragraf diletakkan dengan sekehendak hati, atau sekurang-kurangnya tidak logis. Sebuah tulisan disebut kurang berdiferensiasi, bila tulisan tersebut mempunyai hanya sedikit atau tidak ada paragraf. Tulisan yang kurang berdiferensiasi biasa ditemukan dalam ensiklopedia atau tulisan yang bersifat renungan, seperti filsafat atau tulisan tanpa perencanaan. Kesatuan dalam paragraf dapat juga terganggu oleh apa yang disebut digresi, yakni adanya satu pokok pikiran baru yang diselipkan di tengah-tengah sebuah rentang pikiran, tanpa ada hubungan langsung baik dengan peristiwa yang mendahuluinya maupun yang menyusulnya (Enre, 1988:52-57) Kepaduan Paragraf Menurut Akhadiah (1989: 150) satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena tidak ada loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur, akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi, kepaduan

32 15 dititkberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat dalam paragraf. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperlihatkan dua hal, yakni (1) unsur kebahasaan yang digambarkan dengan (a) repetisi atau pengulangan kata kunci, (b) kata ganti, (c) kata transisi atau ungkapan penghubung, dan (d) paralisme, (2) pemerincian dan urutan isi paragraf. Yang dimaksud dengan pemerincian dan urutan isi paragraf adalah cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf dan hubungan antara pikiran utama dengan pikiran-pikiran penjelas. Perincian ini dapat diurutkan secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab akibat, akibat sebab, khusus umum, umum khusus), menurut urutan ruang (spasial), menurut proses, dan sebagainya. Kepaduan terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membina alinea itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Jika sebuah alinea tidak memiliki kepaduan, maka tampaknya pembaca hanya menghadapi sekelompok kalimat yang masing-masing berdiri sendiri, dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang integral. Alinea yang tidak memiliki kepaduan akan menghadapkan pembaca dengan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan-urutan waktu dan fakta yang tidak teratur atau pengembangan gagasan yang tidak berorientasi pada pokok pikiran utama (Keraf, 1980: 75). Menurut Keraf (1980: 76-81) untuk memperoleh kepaduan yang baik dan mesra antara kalimat-kalimat dalam sebuah alinea, maka harus memperhatikan persyaratan (1) masalah kebahasaan dan (2) perincian dan urutan alinea. Masalah

33 16 kebahasaan yang turut mempengaruhi kepaduan sebuah alinea adalah repetisi, kata ganti, dan kata-kata transisi. Repitisi adalah pengulangan kata kunci, yakni kata yang dianggap penting dalam sebuah alinea. Kata kunci ini mula-mula muncul dalam kalimat pertama lalu diulang dalam kalimat-kalimat berikutnya. Kehadiran kata kunci berulang-ulang berfungsi untuk memelihara koherensi atau kepaduan semua kalimat dalam alinea itu. Kepaduan melalui kata ganti adalah kepaduan yang yang diciptakan dengan cara mengganti unsur-unsur tertentu dengan menggunakan kata ganti. Pengunaan kata ganti dimaksudkan untuk menghindari pengulangan kata dalam kalimatkalimat berikutnya. Dengan demikian, kata ganti berfungsi untuk menjaga kepaduan yang baik dan teratur antarkalimat pembentuk alinea. Dalam hal ini, penulis dapat menunjukkan kepaduan melalui penggunaan kata ganti seperti kata ganti orang. Kata-kata transisi juga dapat turut memelihara kepaduan dalam alinea. Katakata transisi fungsinya terletak antara kata ganti dan repitisi. Bila repetisi menghendaki pengulangan kata-kata kunci, serta kata ganti tidak menghendaki pengulangan sebuah kata benda, maka dalam kata transisi ditempuh jalan tengah. Seringkali terjadi bahwa hubungan antara gagasan-gagasan agak sulit dirumuskan. Sebab itu diperlukan bantuan kata-kata atau frasa-frasa transisi sebagai penghubung atau katalisator antara gagasan dengan gagasan lainnya, atau antara satu kalimat dengan kalimat. Bahkan, dapat terjadi pula hubungan antara alinea dengan alinea. Kata atau frasa transisi yang digunakan dalam tulisan-tulisan ada bermacam-

34 17 macam. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa kata atau frasa sesuai dengan jenis hubungannya. Kata atau transisi itu adalah sebagai berikut. a. Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah disebut sebelumnya. Bentuk transisi yang digunakan biasanya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan pula, dan demikian juga. b. Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebut sebelumnya, digunakan: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun. c. Hubungan yang menyatakan perbandingan, menggunakan: lain halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana. d. Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil, dengan kata transisi: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya. e. Hubungan yang menyatakan tujuan, dengan kata penghubung: untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, dan supaya. f. Hubungan yang menyatakan singkatan, menggunakan: pendeknya, ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, sesungguhnya. g. Hubungan yang menyatakan waktu, misalnya: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah itu, kemudian. h. Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di sana, dekat, di seberang, berdekatan, berdampingan dengan. Perincian dan urutan pikiran juga dapat turut memelihara kepaduan dalam

35 18 alinea. Yang dimaksud dengan perincian dan urutan pikiran adalah bagaimana pengembangan sebuah gagasan utama dan bagaimana hubungan antara gagasan bawahan yang menunjang gagasan utama tadi. Penulis dapat menjamin kepaduan dengan mengemukakan perincian isi berdasarkan urutan ruang, dinilai dari sudut tertentu dan berangsur-angsur bergerak ke sudut yang berlawanan. Ia dapat juga mempergunakan urutan waktu atau urutan kronologis atau mempergunakan urutan-urutan logis: sebab-akibat, umum-khusus, klimaks, proses, dan sebagainya. 2.5 Penyimpangan Pengembangan Paragraf. Pengembangan paragraf yang baik harus memenuhi tiga syarat yakni, (1) kelengkapan, (2) kesatuan, dan (3) kepaduan (Willis, 1980: 59). Apabila sebuah paragraf tidak memenuhi ketiga syarat tersebut, maka telah terjadi penyimpangan pengembangan paragraf. Penyimpangan pengembangan paragraf juga dapat terjadi jika salah satu syarat pengembangan paragraf tidak terpenuhi Penyimpangan Kelengkapan Paragraf Kelengkapan paragraf adalah paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama (Akhadiah, 1989: 152). Jika dalam sebuah paragraf tidak berisi kalimat-kalimat penjelas yang menunjang kalimat utama, maka paragraf tersebut mengalami penyimpangan kelengkapan paragraf. Penyimpangan kelengkapan paragraf juga dapat terjadi jika hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan. Berikut ini adalah contoh paragraf yang mengalami penyimpangan kelengkapan paragraf. Mendeteksi penyakit TBC pada anak memang sulit. Lebih mudah mendeteksi penyakit maag misalnya. Obatnya pun sudah ditemukan. TBC

36 19 adalah penyakit yang sangat menular tetapi belum dapat ditangani secara cepat. Paragraf tersebut mengalami penyimpangan kelengkapan paragraf karena kalimat penjelasnya tidak menunjuang kejelasan kalimat utama (kalimat pertama). Kalimat utamanya berisi tentang sulitnya mendetksi panyakit TBC pada anak. Tetapi, kalimat penjelasnya berisi tentang penyakit maag yang mudah dideteksi. Kalimat terakhir juga tidak mendukung kalimat utama karena berisi tentang TBC yang sangat menular. Jadi, kalimat penjelasnya tidak menunjang kejelasan kalimat utama Penyimpangan Kesatuan Paragraf Kesatuan paragraf adalah paragraf hanya terdapat satu pokok pikiran. Kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tidak boleh ada satu pun yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu (Arifin, 1987: 132). Jika ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, maka paragraf tersebut mengalami penyimpangan kesatuan paragraf. Penyimpangan kesatuan paragraf juga dapat terjadi jika dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari satu pokok pikiran. Berikut ini adalah contoh paragraf yang mengalami penyimpangan kesatuan paragraf. Secara umum saat ini setiap tahun ditemukan sekitar setengah juta kasus baru TB. Separuh diantaranya adalah TB menular. Sekitar 70 persen penderita TB adalah usia produktif. Penderita TB anak akan sembuh dalam kurun waktu 6 bulan dengan syarat tidak kontak dengan penderita TB dewasa. Pengobatan harus dilakukan secara terus menerus karena jika terputus akan menimbulkan resistensi obat. Artinya penderita akan kebal terhadap obat tersebut. Paragraf tersebut mengalami penyimpangan kesatuan karena mengandung dua pokok pikiran, yakni jumlah pendetita TB dan Pengobatan TB pada anak.

37 20 Seharusnya sebuah paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran saja Penyimpangan Kepaduan Paragraf Kepaduan paragraf adalah paragraf yang kalimat-kalimatnya saling berhubungan. Paragraf bukanlah kumpulan atau kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik (Akhadiah, 1989: 150). Jika dalam sebuah paragraf berisi kalimat-kalimat yang tidak saling berhubungan, maka paragraf tersebut telah mengalami penyimpangan kepaduan paragraf. Penyimpangan kepaduan paragraf terjadi juga karena adanya loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, urutan-urutan waktu dan fakta yang tidak teratur atau pengembangan gagasan yang tidak berorientasi pada pokok pikiran utama (Keraf, 1980: 75). Berikut ini adalah contoh paragraf yang mengalami penyimpangan kepaduan paragraf. Tuberculosis (sering dikenal sebagai TB ) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sangat menular. TB sulit dideteksi. Bakteri tersebut, umumnya menginfeksi paruparu, walaupun dapat pula menginfeksi organ tubuh lainnya. Paragraf tersebut mengalami penyimpangan kepaduan paragraf karena tidak ada kalimat-kalimat penjelas yang saling berhubungan. Selain itu, juga terjadi loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan. 2.6 Pola Pengembangan Paragraf Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yakni pertama, kemampuan memperinci secara maksimal kalimat topik paragraf ke dalam kalimat penjelas dan kedua, kemampuan mengurutkan kalimat penjelas ke dalam suatu urutan yang teratur.

38 21 Untuk mengembangkan suatu paragraf, baik untuk memperinci kalimat topik, maupun untuk mengurutkan kalimat penjelas dengan teratur, dikembangkan bermacam-macam pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai tergantung dari sifat paragraf itu. Dasar pengembangan paragraf dapat terjadi karena adanya hubungan alamiah, hubungan logis serta ilustrasi-ilustrasi. Hubungan alamiah didasarkan pada keadaan yang nyata di alam, sedangkan hubungan logis didasarkan pada tanggapan penulis atas relasi dari perincian-perincian gagasan utama. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pola pengembangan paragraf menurut Keraf (1980: 88-98) Pola Pengembangan Paragraf Perbandingan dan Pertentangan Yang dimaksud dengan perbandingan dan pertentangan adalah suatu cara pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, obyek atau gagasan berdasarkan pada segi-segi tertentu. Kita dapat membandingkan misalnya dua tokoh pendidikan, bagaimana politik pendidikan yang dijalankan dengan memperhatikan pula segi-segi lain untuk menerangkan gagasan sentral itu. Maksud dari perbandingan itu adalah untuk sampai kepada suatu penilaian yang relatif mengenai kedua tokoh tersebut. Segisegi perbandingan harus disusun sekian macam sehingga kita dapat sampai kepada gagasan sentralnya. Misalnya kita mula-mula membandingkan rasa humor mereka, cara mereka menghadapi lawan-lawannya, cara mereka menghargai pendukung-pendukungnya, serta tingkah laku pribadi mereka. Rangkaian

39 22 perbandingan-perbandingan itu diarahkan kepada gagasan sentral, yakni bagaimana rasa humor mereka menjadi senjata politis, serta bagaimana mereka menghadapi lawan-lawan mereka, sehingga tidak merugikan sahabat-sahabat dan sekutu-sekutu mereka. Berikut ini adalah contoh paragraf perbandingan dan pertentangan. (1) Keuntungan seorang pedagang berkaitan erat dengan modal yang digunakan. (2) Hal ini dapat disamakan dengan nelayan yang memancing di laut. (3) Jika pedagang memerlukan modal, nelayan memerlukan umpan. (4) Ikan yang dapat ditangkap nelayan sangat tergantung pada umpan yang digunakan. (5) Jika umpannya hanya udang kecil, ikan yang ditangkap juga akan kecil seperti ikan tongkol. (5) Nah, kalau yang digunakan sebagai umpan ikan tongkol, ada kemungkinan sang nelayan akan mendapat ikan besar semacam ikan kakap. (6) Demikian pula seorang pedagang. (7) Jika modalnya sedikit, keuntungan yang diraih juga sedikit. (8) Sebaliknya, bila mengingingkan keuntungan besar, modal yang digunakan harus banyak. Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat (1). Kalimat-kalimat penjelasnya adalah kalimat (2) sampai dengan kalimat (8). Kalimat (2) sampai dengan kalimat (8) berisi perbandingan antara seorang pedagang dengan seorang nelayan. Dijelaskan bahwa seorang pedagang membutuhkan modal, hal ini dibandingan dengan seorang nelayan yang membutuhkan umpan Pola Pengembangan Paragraf Contoh Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya atau generalisasi-generalisasi memerlukan ilustrasi-ilustrasi yang konkret sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Untuk ilustrasi terhadap gagasan-gagasan atau pendapat yang umum itu maka sering digunakan contoh-contoh yang konkret. Tetapi sebuah contoh sama sekali tidak berfungsi untuk membuktikan pendapat seseorang, tetapi dipakai hanya sekadar untuk menjelaskan maksud penulis. Berikut ini adalah contoh paragraf contoh.

40 23 (1 )Sejak dulu sudah kita ketahui bahwa penyebaran penduduk Indonesia tidak merata. (2) Sebagai contoh, Pulau Jawa dan Madura yang luasnya hanya 6,7% dari luas Indonesia, saat ini dihuni oleh 60% penduduk Indonesia. (3) Kepadatan penduduk di Jawa kurang lebih 900 orang per kilometer persegi. (4) Kepadatan penduduk itu sangat luar biasa bedanya dengan wilayah Indonesia lain. (5) Di Papua Barat kepadatannya hanya empat orang per kilometer persegi. (6) Bahkan di kabupaten Merauke yang luas daerahnya hampi sama dengan Pulau Jawa dan hanya dihuni orang itu, kepadatannya hanya dua orang per kilo meter persegi. Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat (1). Kalimat-kalimat penjelasnya adalah kalimat (2) sampai dengan kalimat (6). Kalimat (2) sampai dengan kalimat (6) berisi contoh-contoh mengenai penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata. Dengan demikian jelaslah bahwa contoh-contoh dalam paragraf di atas digunakan untuk memperjelas kalimat utama Pola Pengembangan Paragraf Sebab-Akibat Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dengan menggunakan sebabakibat sebagai dasar. Dalam hal ini sebab dapat bertindak sebagai kalimat topik, sedangkan akibat sebagai kalimat penjelasnya. Sebaliknya, akibat sebagai kalimat topik, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai kalimat penjelasnya. Dalam mengemukakan hubungan sebab-akibat tersebut penulis harus menggarap persoalannya berdasarkan kepentingan relatifnya, berdasarkan kesederhanaan atau kekompleksannya, kelangsungan atau ketidaklangsungan sebab atau akibat itu terhadap pokok utamanya. Dalam eksposisi biasa, sebab dan akibat dikemukakan berdasarkan observasi dan refleksi yang ada. Seseorang yang menderita penyakit flu akan dihadapkan pada serangkaian sebab yang diduga mungkin telah mengakibatkan penyakit flu

41 24 tersebut. Ia harus memilih di antara sebab-sebab yang paling mungkin: karena mengendarai motor malam-malam, tidak menyelimuti badan dengan baik waktu tidur, terlalu lama brjemur di panas, terlalu kedinginan, atau karena terjangkit oleh orang lain yang jga menderita flu. Beberapa dari sebab-sebab itu mungkin merupakan sebab yang langsung, bila dibandingkan dengan sebab-sebab lainnya. Dengan memisahkan sebab langsung dan sebab tidak langsung, maka dapat diambil tindakan pencegahannya pada waktu mendatang. Berikut ini adalah contoh paragraf sebab-akibat. (1) Sepuluh tahun yang lalu hutan bakau dibabat habis-habisan. (2) Lahan bekas hutan bakau itu disulap menjadi tambak-tambak udang windu. (3) Memang, pada waktu itu pengusaha udang windu memperoleh keuntungan besar karena harganya sangat mahal di luar negeri. (4) Akan tetapi, setelah barang dagangan itu tidak laku di pasaran internasional, para pengusaha kembali ke kota, meninggalkan kerusakan lingkungan. (5) Laut tercemar karena hutan bakau yang menyaring limbah yang masuk ke laut tidak ada lagi. (6) Sekarang, puluhan ribu nelayan sulit menghidupi keluarganya karena tak ada ikan yang dapat ditangkap di tepi pantai. Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat (1) yang bertindak sebagai sebab. Kalimat-kalimat penjelasnya adalah kalimat (2) sampai dengan kalimat (6) yang bertindak sebagai akibat. Dituliskan dalam paragraf di atas bahwa penebangan hutan yang tidak bertanggung jawab menimbulkan beberapa akibat yang dijelaskan dalam kalimat (2) sampai dengan kalimat (6) Pola Pengembangan Paragraf Umum-Khusus Pola pengembangan paragraf umum-khusus dan khusus-umum, merupakan cara yang paling umum untuk mengembangkan gagasan-gagsan dalam paragraf secara teratur. Dalam pola pengembangan umum-khusus, kalimat topik ditempatkan pada awal paragraf, serta pengkhususan atau kalimat penjelas

42 25 terdapat pada kalimat-kalimat berikutnya. Sebaliknya, dalam pola pengembangan khusus-umum, mula-mula dikemukakan kalimat-kalimat penjelasnya kemudian pada akhir alinea generalisasinya atau kalimat topiknya. Jadi, pola pengembangan umum-khusus bersifat deduktif, sedangkan pola pengembangan khusus-umum bersifat induktif. Variasi dalam kedua pola pengembangan alinea itu adalah semacam penggabungan, yakni pada awal paragraf terdapat kalimat topik (jadi bersifat deduktif), tetapi pada akhir paragraf kalimat topik tadi diulang sekali lagi (jadi bersifat induktif). Berikut ini adalah contoh paragraf umum-khusus. (1) Keadaan pengungsi amat memprihatinkan. Mereka tinggal berdesakdesakan di tempat penampungan yang sederhana.(2) Bahan makanan memang cukup, tetapi alat memasak kurang memadai sehingga jadwal makan mereka tidak menentu. (3) Air bersih yang menjadi kebutuhan paling pokok harus dihemat karena diambil dari tempat yang jauh. (4) Soal pakaian, agaknya mereka tak terlalu memikirkan. (5) Yang sangat mereka risaukan adalah masalah kesehatan. (6) Setiap hari jumlah yang sakit selalu bertambah. Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat (1). Kalimat (1) berupa pernyataan umum. Pernyataan khususnya terdapat dalam kalimat (2) sampai dengan kalimat (6). Dengan demikian kalimat (2) sampai dengan kalimat (6) merupakan kalimat-kalimat penjelasnya Pola Pengembangan Paragraf Klasifikasi Yang dimaksud dengan klasifikasi adalah sebuah proses untuk mengelompokkan barang-barang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. Oleh sebab itu, klasifikasi bekerja kedua arah yang berlawanan, yakni pertama, mempersatukan satuan-satuaan ke dalam suatu kelompok, dan kedua, memisahkan kesatuan tadi dari kelompok yang lain. Dengan demikian klasifikasi mempunyai persamaan-persamaan tertentu baik dengan pertentangan dan

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung 1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia Paragraf atau sering disebut dengan istilah alenia, dalam satu sisi kedunya memiliki pengertian yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), disebutkan bahwa

Lebih terperinci

PARAGRAF. 1. Pengertian Paragraf 2. Unsur Paragraf 3. Struktur Paragraf 4. Fungsi Paragraf 5. Syarat Paragraf yang Baik 6. Pengembangan Paragraf

PARAGRAF. 1. Pengertian Paragraf 2. Unsur Paragraf 3. Struktur Paragraf 4. Fungsi Paragraf 5. Syarat Paragraf yang Baik 6. Pengembangan Paragraf Topik 5 PARAGRAF 1. Pengertian Paragraf 2. Unsur Paragraf 3. Struktur Paragraf 4. Fungsi Paragraf 5. Syarat Paragraf yang Baik 6. Pengembangan Paragraf 1 1. Pengertian Paragraf Paragraf adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

Oleh: Sri Hertanti Wulan

Oleh: Sri Hertanti Wulan Oleh: Sri Hertanti Wulan - pertama kemampuan memperinci (secara maksimal) gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasan bawahan. - Kedua, kemampuan mengurutkan gagasangagasan bawahan ke dalam suatu urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia baik lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem lambang bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Fungsi bahasa terutama sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun. Menyusun suatu gagasan menjadi rangkaian bahasa tulis yang teratur,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Siti Sumarni (Sitisumarni27@gmail.com) Drs. Sanggup

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS X SMK TARUNA BHAKTI MALANG TAHUN AJARAN 2008/2009. Oleh: Rovimiyanti SMK Taruna Bhakti Malang.

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS X SMK TARUNA BHAKTI MALANG TAHUN AJARAN 2008/2009. Oleh: Rovimiyanti SMK Taruna Bhakti Malang. KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS X SMK TARUNA BHAKTI MALANG TAHUN AJARAN 2008/2009 Oleh: Rovimiyanti SMK Taruna Bhakti Malang Abstrak Penelitian ini merupakan hasil penelaahan deskriptif analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PARAGRAF DALAM KARYA TULIS ILMIAH 1) Oleh Wahya 2)

PENYUSUNAN PARAGRAF DALAM KARYA TULIS ILMIAH 1) Oleh Wahya 2) PENYUSUNAN PARAGRAF DALAM KARYA TULIS ILMIAH 1) Oleh Wahya 2) 1. Karya Tulis Ilmiah Karya tulis adalah sesuatu yang dihasilkan oleh aktivitas menulis. Karya tulis sering dikatakan karangan. Karangan adalah

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X ASMA NEGERI 1 MENYUKE

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X ASMA NEGERI 1 MENYUKE KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X ASMA NEGERI 1 MENYUKE Seriati, Cristanto Syam, Martono Pascasarjana Bahasa Indonesia, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak e-mail: Seriati.afhun@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia secara umum merupakan bahasa resmi negara Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting dalam dunia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

BAB II KAJIAN TEORI. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin interaksi dengan orang lain, manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 Penulis: Editor: Ika Setiyaningsih Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri DISKLAIMER Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai

Lebih terperinci

OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK

OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK HUBUNGAN KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK PARAGRAF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KEMBALI DONGENG SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KOTARIH TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010 OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK NIA ELCERIA

Lebih terperinci

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) KARYA BENNY RACHMADI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai sesuai yang diinginkan ( Hamalik, 2001 : 56) pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai sesuai yang diinginkan ( Hamalik, 2001 : 56) pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Paragraf 1

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Paragraf 1 Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Paragraf 1 Pertemuan 08 Tujuan 1. Menjelaskan pengertan paragraf. 2. Menjelaskan ciri-ciri paragraf yang baik dan benar. 3. Menjelaskan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, bahasa Indonesia juga memiliki peranan

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM KARYA ILMIAH. Nurismilida Dosen Koopertis Medan Surel:

ANALISIS PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM KARYA ILMIAH. Nurismilida Dosen Koopertis Medan Surel: ANALISIS PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM KARYA ILMIAH Nurismilida Dosen Koopertis Medan Surel: eminuris@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam hal apapun termasuk dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam hal apapun termasuk dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran menulis sangat penting untuk diperhatikan, menulis merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam hal apapun termasuk dalam dunia pendidikan. Berkaitan

Lebih terperinci

PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK

PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK 1 PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK Nofriani 1, Abdul Razak 2, Charlina 3 riaa111194@gmail.com Hp: 082173887766, encikabdulrazak25@gmail.com, charlinahadi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan ekspresi bahasa. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan menulis jika tidak

Lebih terperinci

BAB IV TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB IV TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB IV TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ekplanasi Kompleks Teks eksplanasi berisi penjelasan tentang keadaan sesuatu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan antara penguasaan kosakata (X 1), kemampuan menyusun kalimat efektif (X 2

Lebih terperinci

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Menulis di Media Massa Jenis-jenis Tulisan di Media Massa Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Peluang Dimuat Berita Opini Berita Ditulis oleh wartawan Bisa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA UMB Tata Paragraf

BAHASA INDONESIA UMB Tata Paragraf Modul ke: BAHASA INDONESIA UMB Tata Paragraf Fakultas Psikologi Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Definisi Paragraf Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang membicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 2.1.1 Kompetensi Inti Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter harus melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting dimiliki seseorang. Menulis sendiri bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel, esai, laporan,

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Menulis Artikel Ilmiah

Menulis Artikel Ilmiah Menulis Artikel Ilmiah Disampaikan dalam rangka kegiatan PPM Pelatihan penulisan Artikel Ilmiah bagi Guru-guru Bahasa Prancis Se-Karisidenan Banyumas di SMAN 1 Cilacap pada Tanggal 28-29 Mei 2011 Oleh

Lebih terperinci

Mencermati Kata, Kalimat dan Paragraf dalam Penulisan Ilmiah (part 2) By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep

Mencermati Kata, Kalimat dan Paragraf dalam Penulisan Ilmiah (part 2) By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Mencermati Kata, Kalimat dan Paragraf dalam Penulisan Ilmiah (part 2) By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Kalimat???? Kalimat Efektif??? KALIMAT EFEKTIF Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian

Lebih terperinci

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Program Bahasa ini berorientasi pada hakikat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARAGRAF. Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia. bahasa lisan digunakan istilah paraton (Brown dan Yule, 1996).

PENGEMBANGAN PARAGRAF. Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia. bahasa lisan digunakan istilah paraton (Brown dan Yule, 1996). PENGEMBANGAN PARAGRAF Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia 1. Pendahuluan Paragraf atau alinea berlaku pada bahasa tulis, sedangkan pada bahasa lisan digunakan istilah paraton (Brown dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEMBANGKAN PARAGRAF DENGAN METODE STAD PADA SISWA SMK PGRI PONTIANAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEMBANGKAN PARAGRAF DENGAN METODE STAD PADA SISWA SMK PGRI PONTIANAK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEMBANGKAN PARAGRAF DENGAN METODE STAD PADA SISWA SMK PGRI PONTIANAK Fitri Heryani Widyartika, Abdussamad, Syambasril Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menulis adalah suatu proses kegiatan menuangkan pikiran manusia yang hendak

II. LANDASAN TEORI. Menulis adalah suatu proses kegiatan menuangkan pikiran manusia yang hendak 7 II. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Menulis Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh setiap orang. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP N 2 LEMBAH GUMANTI ARTIKEL ILMIAH SURTI YULIA FAUZI NPM

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP N 2 LEMBAH GUMANTI ARTIKEL ILMIAH SURTI YULIA FAUZI NPM PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP N 2 LEMBAH GUMANTI ARTIKEL ILMIAH SURTI YULIA FAUZI NPM 10080234 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Hal ini menyebabkan kemudahan pemerolehan informasi secara cepat dan efisien. Perkembangan tersebut menjangkau dunia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI PADANG Risa Marjuniati ), Marsis ), Hj. Syofiani ) ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ) Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ujaran atau ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ujaran atau ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan ujaran atau ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan interaksi yang sangat penting bagi manusia. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di masyarakat. Bahasa adalah alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Bahasa sebagai lambang mampu

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH

SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH SEKELUMIT TENTANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH 1. Pendahuluan Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi salah satu fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai alat pengembangan kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi. Komunikasi terjadi setiap saat ketika seseorang melakukan aktivitas, baik komunikasi langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

TATA PARAGRAF. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen.

TATA PARAGRAF. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen. Modul ke: TATA PARAGRAF Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 1 Kode / SKS : PB012101 / 1 SKS Program Studi : Sistem Komputer Fakultas : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Peranan dan fungsi bahasa Indonesia Sub Instruksional Khusus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

Vol. 2 No. 2 Juli 2012 ISSN

Vol. 2 No. 2 Juli 2012 ISSN MENGEMBANGKAN PARAGRAF SESUAI FUNGSI DAN POSISI DALAM RANGKA MENULIS SEBUAH TULISAN ESAI Herman Budiyono* FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This article explains expansion of paragraph in writing of an article

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. Dalam mengungkapkan ide atau gagasan itu diperlukan bahasa. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rafina Widowati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rafina Widowati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis tergolong dalam kegiatan kebahasaan yang bersifat produktif. Chaedar Alwasilah (2007: 43) mengungkapkan bahwa menulis pada dasarnya bukan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Meringkas karya ilmiah yang sudah ada dengan menggunakan bahasa pengarang asli.

RINGKASAN. Meringkas karya ilmiah yang sudah ada dengan menggunakan bahasa pengarang asli. Ada sejumlah istilah yang berkaitan dengan reproduksi karya ilmiah: 1. Ringkasan (KI, buku) 2. Ikhtisar (KI, buku) 3. Sinopsis (novel) 4. Artikel ilmiah (KI) 5. Resensi (KI, buku, novel) 6. Abstrak (KI).

Lebih terperinci

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

Pengembangan Paragraf

Pengembangan Paragraf Bahan Diskusi Mata Kuliah Bahasa Indonesia Cermat Berbahasa Indonesia Pengembangan Paragraf Dwi Budiyanto, S.Pd., M.Hum. email: dwi_budiyanto@uny.ac.id twitter: @dwiboediyanto facebook: Dwi Budiyanto HP.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam potensi dan kreativitas dalam berimajinasi. Dalam menuangkan kemampuannya, manusia memiliki cara yang bervariasi dan beragam jenisnnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS Kedudukan Pembelajaran Menyimpulkan Isi Bacaan dalam KTSP

BAB II KAJIAN TEORITIS Kedudukan Pembelajaran Menyimpulkan Isi Bacaan dalam KTSP BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Kedudukan Pembelajaran Menyimpulkan Isi Bacaan dalam KTSP 2.1.1 Standar Kompetensi Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnalistik dalam bahasa Inggris disebut Journalistics yang secara harfiah

BAB I PENDAHULUAN. Jurnalistik dalam bahasa Inggris disebut Journalistics yang secara harfiah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jurnalistik dalam bahasa Inggris disebut Journalistics yang secara harfiah lazimnya diartikan sebagai sesuatu yang bersifat kewartawanan. Akan tetapi, Rahardi (2011:5)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea kalimat yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat meriangkan pembaca, bukan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.

Lebih terperinci

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN Oleh: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang e-mail:

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Ira Widyawati Napitupulu Drs. H. Sigalingging,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci