Kegiatan Penelitian Percik
|
|
- Sri Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kegiatan Penelitian Percik Kontribusi Dari Administrator Monday, 15 October 2007 Percik menempatkan kegiatan penelitian sebagai salah satu pilar utama disamping kegiatan advokasi dan refleksi. Kegiatan penelitian dilaksanakan berdasar minat dari dalam lingkungan Percik sendiri, kerjasama dengan lembaga lain, ataupun atas 'pesanan'dari pihak luar. Khususnya terhadap penelitian pesanan, Percik berusaha secara kritis mempertimbangkan kandungan kepentingan dan kemanfaatan dari penelitan yang dipesan. Untuk mengembangkan kegiatan di bidang penelitian Percik mengembangkan dua pusat penelitian, yaitu Pusat Penelitian Politik Lokal (P2PL), serta Pusat Studi Transformasi Praktek-praktek Keagamaan Lokal. - Pusat Penelitian Politik Lokal (P2PL) - Pusat Studi Transformasi Praktek-Praktek Keagamaan Lokal - Contoh Kegiatan Penelitian yang Dilakukan oleh Lembaga Percik PUSAT PENELITIAN POLITIK LOKAL (P2PL) Pusat Penelitian Politik Lokal (P2PL), semula bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Politik Lokal (P3PL), berdiri pada pertengahan tahun Pendirian pusat penelitian ini merupakan wujud keinginan Percik untuk mengkaji dinamika dan perkembangan politik lokal sesudah Orde Baru, memberikan dukungan kepada kebijakan yang mempertimbangkan situasi dan kondisi politik lokal, mengembangkan fungsi pusat informasi tentang politk lokal, dan mendorong upaya pemberdayaan masyarakat dalam bidang sosial politk oleh masyarakat yang bersangkutan dengan memperhitungkan temuan penelitian. Berkat antara lain dukungan dana dari The Ford Foundation, selama kurun waktu P2PL telah melakukan sejumlah program yang berorientasi pada gagasan tersebut di atas yang mencakup kegiatan-kegiatan penelitian, pengembangan kelembagaan, dan upaya pengembangan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan penelitian P2PL memfokuskan pada aspek-aspek dari gejala perubahan politik di aras lokal, baik di pedesaan, kecamatan maupun kabupaten/kota. Ada enam gejala perubahan yang ditelaah, yaitu (1) adanya perubahan atau pergeseran pusat-pusat kekuasaan, (2) adanya perubahan basis relasi politik, (3) meluasnya gejala faksionalisme, (4) adanya perubahan pola kepemimpinan, (5) perubahan fungsi ideologi, dan (6) adanya perkembangan lembaga lokal. Keenam gejala perubahan itu didekati lewat telaah terhadap isu-isu yang muncul di lokasilokasi penelitian P2PL (yaitu di wilayah pedesaan di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara, Kabupaten Mamasa Sulewesi Selatan, dan Kabupaten Sumba Timur, NTT). Pemahaman yang diperoleh dari kegiatan penelitian mengungkapkan antara lain, teridentifikasikannya gejala-gejala perubahan dalam politik lokal baik dalam kelembagaan formal maupun dalam dinamika di kalangan masyarakat, terungkapkannya kerangka acuan kultural dalam dinamika politik lokal, dan peranan dari kelompok-kelompok agama dalam kehidupan masyarakat desa. Selain itu untuk menopang kegiatan penelitian, P2PL menyelenggarakan seminar tentang metodologi penelitian, seminar tentang temuan penelitian, dan seminar oleh para tamu (sosiolog, antropolog, dan ahli ilmu politik) yang memberikan seminar datang baik dari dalam negeri (UGM, UNDIP, UNAIR, LIPI) maupun luar negeri (VU-Amsterdam). Untuk mengembangkan jaringan peminat studi politik lokal, P2PL menyelenggarakan Seminar Internasional Dinamika Politik Lokal di Indonesia. Seminar ini diselenggarakan setiap tahun, pada tahun 2006 ini sudah memasuki tahun ketujuh. Selain itu P2PL juga melakukan pembentukan basis pemerhati politik lokal melalui training yang mencakup pemahaman teroritis dan latihan ketrampilan penelitian, serta pemberian beasiswa kepada peneliti (yang berasal dari kalangan perguruan tinggi dan LSM) yang melakukan studi politk lokal. Dalam pengembangan kelembagaan tercakup upaya pengembangan sarana pendukung bagi kegiatan-kegiatan P2PL, seperti (1) pengembangan koleksi kepustakaan dalam bidang politik lokal, (2) penerbitan berkala jurnal Politik Lokal- Humaniora Renai, (3) penerbitan seri monografi tentang politik lokal, (4) kerjasama pelatihan metodologi (antara lain dengan FISIPOL-UGM, dan CCSS Yogyakarta), dan (5) kerjasama penelitian (dengan Menristek, CRWRC, dsb). Termasuk ke dalam jenis kegiatan ini adalah pemberian bimbingan penelitian bagi berbagai pihak (misalnya peserta training tersebut di atas, penerima dana RUKK-Menristek) dan penyediaan fasilitas station (pangkalan) penelitian. Selama kurun waktu sejumlah peneliti tamu, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, telah memanfaatkan fasilitas station penelitian P2PL.
2 P2PL mendorong upaya masyarakat sendiri untuk mengembangkan kemampuan setempat dengan turut memperhitungkan hasil penelitian di lokasi studi. Realisasi kegiatan ini (lewat FBB dan PDR) telah menunjukkan antara lain perkembangan benih-benih demokrasi pada aras pedesaan. Kembali ke Awal Pusat Studi Transformasi Praktek-Praktek Keagamaan Lokal Disamping Pusat Penelitian Politik Lokal, Percik mengambangkan Pusat Studi dan Penelitian Transformasi Praktek- Praktek Keagamaan Lokal. Pengembangan pusat studi dan penelitian ini dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa kajian praktek-praktek keagamaan lokal sangat diperlukan untuk memahami sifat perubahan politik pada aras lokal. Kajian praktek-praktek keagamaan lokal dapat membantu mencermati berbagai bentuk 'keagenan' lokal dalam arti luas; 'akar dan rute' perubahan yang bermula sebagai proses lokal. Studi agama lokal sering diabaikan karena dianggap kurang relevan bagi pemahaman terhadap perubahan politik dan ekonomi. Pada hal praktek-praktek keagamaan membantu mengungkapkan cara-cara pemegang peran lokal memahami situasi setempat dan berupaya mengatasi hambatan yang mereka hadapi. Dalam praktek keagamaan, masyarakat setempat merenungkan dan menanggapi isu-isu penting serta hambatan yang mereka hadapi. Praktek keagamaan dapat dipandang sebagai cara-cara mengatasi isu-isu serta hambatan konkret yang menantang para pemegang peran lokal. Pemahaman tentang agama-agama setempat dapat menjadi kunci untuk memahami transformasi politik dalam arti yang lebih luas. Kegiatan dari Pusat Studi Transformasi Praktek-praktek Keagamaan Lokal meliputi kegiatan penelitian mengenai berbagai topik yang diminati oleh anggota tim peneliti (lihat uraian mengenai Penelitian tentang Sejarah Praktek Keagamaan Lokal), training metodologi dalam rangka penyiapan penelitian lapang dari kegiatan Percik sendiri, training metodologi atas permintaan dari pihak luar (Lingkungan Universitas, Lembaga Research, Lembaga Keagamaan, dsb), seminar dan diskusi mengenai topik-topik khusus, serta publikasi. Sejak dikembangkannya kedua pusat penelitian itu, kegiatan-kegiatan penelitian lembaga Percik di koordinasikan dibawah keduanya.kembali ke Awal Contoh Kegiatan Penelitian yang Dilakukan oleh Lembaga Percik Sejak tahun 1996 Percik telah melaksanakan beberapa kegiatan penelitian yaitu: 1. Penelitian tentang Pelaksanaan Hak-Hak Sipil Para Penganut Khong Hu Cu di Beberapa Kota di Jawa Tengah (1996) Kebijakan Orde Baru yang secara resmi hanya mengakui lima agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha menimbulkan berbagai kesulitan bagi para penganut Khong Hu Cu untuk memperoleh hak-hak sipil mereka. Salah satunya adalah dalam hal pencatatan perkawinan mereka. Penelitian singkat di Beberapa kota di Jawa Tengah mencoba mengungkap persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi oleh para penganut Kong Hu Cu dalam memperoleh hak-hak sipil mereka beserta cara-cara pengatasannya. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka persiapan penyelenggaraan sebuah seminar nasional untuk ikut memperjuangkan pengakuan pemerintah terhadap eksistensi Kong Hu Cu di Indonesia. 2. Penelitian tentang Gejala Kekerasan Massal di Pekalongan (1998) Pada pertengahan dekade 90an di beberapa wilayah di Indonesia marak terjadinya tindak kekerasan, kerusuhan dan amuk massal. Kota Pekalongan sebagai kota industri batik mengalami beberapa kali kerusuhan massal yang disertai dengan pengrusakan toko-toko Cina beserta beberapa tempat ibadah. Penelitian mengenai kerusuhan massal di Pekalongan ini dilaksanakan oleh Percik dalam kerjasama dengan Dr. Arief Budiman dari Melbourne University. Penelitian lapang dilaksanakan pada pertengahan tahun Penelitian tentang pelaksanaan Pemilu tahun 1999 di sekitar Salatiga (1999). Penelitian ini berusaha untuk mengamati perubahan-perubahan sosial politik yang terjadi di tiga desa penelitian pada masa menjelang dan saat dilaksanakannya Pemilu Gejala politik yang diamati antara lain menyangkut kinerja partai politik, perilaku para pemilih (khususnya pemilih pemula), peran birokrasi pemerintah dan strategi para kontestan dalam memenangkan partainya. Penelitian mengenai pelaksanaan Pemilu pertama pasca tumbangnya rejim Suharto ini dilaksanakan di tiga desa di sekitar Salatiga, yang masing-masing berbeda dalam latar belakang sumber-sumber ekonomin, jauh dekatnya dari perkotaan (akses terhadap berita), serta dominasi afiliasi keagamaan penduduknya. 4. Studi Longitudinal pelaksanaan JPS-BK di Jawa Tengah.(1999) Sebagai akibat dari krisis multidimensional yang dialami masyarakat Indonesia, maka diterapkanlah implementasi program-program Jaringan Pengaman Sosial (JPS). Salah satu program JPS adalah program di bidang kesehatan yang khusus diperuntukkan bagi warga masyarakat keluarga miskin. Menelaah pelaksanaan program itu, maka Percik dan FKM - Undip, Semarang, melakukan pemantauan di dua kabupaten dan di dua kota dengan menggunakan pendekatan Process Documentation Research. Pelajaran yang dapat dipetik dari kegiatan pemantauan itu adalah antara lain: (1) Penetapan keluarga miskin yang menjadi tujuan program itu tidak dapat begitu saja menggunakan kriteria BKKBN. Percik mengintroduksikan identifikasi keluarga miskin dengan memanfaatkan pengetahuan warga masyarakat lokal (pimpinan RT dan tokoh masyarakat) yang dirasa lebih sesuai dengan persepsi masyarakat setempat tentang lapisan keluarga miskin.
3 (2) Forum PDR yang mempartisipasikan pihak - pihak policy makers, pegawai pelaksana, dan wakil masyarakat keluarga miskin dalam membahas laporan-laporan PDR secara periodik menjadi forum belajar bagi semua pihak, termasuk belajar dari apa yang diutarakan oleh keluarga miskin. (3) Keputusan yang disepakati dalam forum PDR belum tentu direalisasikan antara lain karena policy makers tidak lagi hadir pada pertemuan forum berikut (4) Berhentinya ketersediaan dana untuk program yang bercorak darurat ini membatasi keberlanjutan realisasi kesepakatan-kesepakatan yang menuntut masa yang lebih panjang. 5. Penelitian tentang Dinamika Politik Lokal di Kecamatan Suruh (1999-sekarang). Mundurnya Soeharto sebagai Presiden RI ke-2 pada pertengah 1998 membawa perubahan besar dalam langgam, sistem dan struktur politik secara nasional. Perubahan kondisi perpolitikan yang merebak sejak awal era reformasi itu menggugah dorongan untuk menelaah dinamika politik pada aras lokal, baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten. Yang ingin ditelaah bukan hanya aspek pertarungan kekuatan politik pada aras lokal melainkan juga kebijakan-kebijakan politik yang masuk ke aras lokal. Mengingat desa masih merupakan basis massa serta basis dari berbagai usaha pengembangan sosial - ekonomi dan sosial politik, maka menarik untuk mempelajari bagaimana dampak perkembangan politik di aras nasional terhadap masyarakat pedesaan. Penelitian tentang dinamika politik lokal di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang dimulai sejak Juni 1999 dan memfokuskan pada "aspek-aspek dari gejala perubahan politik di aras lokal terutama di pedesaan". Ada enam gejala perubahan yang ditelaah yaitu: (1) adanya perubahan atau pergeseran pusat-pusat kekuasaan, (2) adanya perubahan basis relasi politik, (3) meluasnya gejala faksionalisme, (4) adanya perubahan pola kepemimpinan, (5) perubahan fungsi ideologi, dan 6) adanya perkembangan lembaga lokal. Keenam gejala perubahan itu didekati lewat telaah terhadap isu-isu yang muncul di desa-desa studi. Hasil awal dari penelitian ini telah dipublikasikan dalam bentuk artikel, makalah seminar dan seri monografi. 6. Penelitian tentang Dimensi Etis dalam Pengembangan Ilmu dan Pelayanan Dunia Profesi ( 2000 s/d 2004) Penelitian ini adalah penelitian yang diminta oleh Kantor Menristek, khusus Deputi II Menristek, kepada Percik. Permintaan itu muncul sesudah Deputi II Menristek menghadiri dan berpartisipasi dalam Seminar Internasional I yang diselenggarakan Percik di Yogyakarta, Juli Permintaan itu direspons positif oleh Percik dalam kerangka pengembangan hubungan Percik dengan Kantor Menristek. Landasan pemikiran yang diacu oleh Percik untuk menyambut permintaan itu adalah bahwa pengembangan ilmu apa lagi pelayanan profesional tidaklah bebas nilai. Pilihan acuan nilai oleh ilmuwan dan organisasi profesi adalah perwujudan tanggungjawab etis dalam upaya pengembangan keilmuan maupun dalam pelaksanaan pelayanan profesional. Dari rangkaian penelitian ini telah dikemukakan paradigma Percik tentang konsep pemapanan etika profesi, yaitu bahwa proses pemapanan itu tidak dapat diupayakan oleh pihak luar organisasi profesi (termasuk oleh pemerintah) karena kode etik bagi suatu organisasi profesi adalah keputusan internal yang harus terus menerus dihayati oleh para pendukung profesi yang bersangkutan dan sanksi terhadap pelanggar kode etik suatu profesi diperlakukan oleh mereka di dalam organisasi profesi yang bersangkutan. 7. Penelitian mengenai Proses Desentralisasi di Kota Semarang, Jawa Tengah dan Kota Waengapu, Sumba Timur dalam Rangka Program IRDA. IRDA atau dikenal dengan nama Indonesia Rapid Decentralization Appraisal adalah sebuah proses penelitian dalam bentuk monitoring terhadap pelaksanaan desentralisasi untuik kota/kabupaten di Indonesia. Irda dilaksanakan oleh The Asia Foundation dibantu oleh sejumlah mitra lokal, baik lembaga penelitian, NGO, maupun perguruan tinggi yang berjumlah 27 lembaga. IRDA dilaksanakan dalam lima tahapan mulai April 2002 sampai dengan Jumlah kota/kabupaten yang dimonitoring pada akhir tahapan kelima adalah 39. Percik menjadi salah satu mitra peneliti dalam IRDA. Percik menaruh perhatian pada penelitian ini karena terkait dengan fokus kajian Percik dalam pengkajian dinamika politik lokal. Penelitian ini telah dilaksanakan dalam lima tahapan untuk kota Semarang, mulai April 2002 hingga Khusus untuk tahapan pertama, Percik juga mendapatkan wilayah monitoring di Waingapu, Sumba Timur. Dalam setiap tahap terdapat beberapa aspek dari gejala desentralisasi yang memperoleh penekanan. Pada semua tahapan tersebut harus diakui bahwa IRDA dengan menggunakan the technological of participation berbasis PRA (participoatory rural appraisal) lebih mengutamakan aspek penelitian, ketimbang sekaligus tindak lanjut dengan pemberian technical assistance (TA) kepada pemerintah kota/kabupaten. 8. Penelitian tentang Sejarah Praktek Keagamaan di Tingkat Lokal (2001-sekarang) Penelitian mengenai sejarah praktek-praktek keagamaan lokal meliputi beberapa topik yang dikembangkan berdasarkan minat individual dari anggota tim peneliti. Topik-topik tersebut antara lain meliputi:
4 a. Penelitian sejarah agama lokal di Dusun Nalen, Desa Watu Agung, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang ( ) b. Penelitian sejarah agama lokal di Dusun Celengan, Desa Lopaid; keduanya di wilayah Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang ( ) c. Penelitian mengenai relasi diantara dua gereja lokal (GKJ dan GKJTU) di Desa Kaliceret, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan ( ) d. Penelitian mengenai upaya mencari identitas dan sumber legitimasi dari sebuah gereja lokal di Dagen Palur, Kabupaten Karanganyar ( ) e. Penelitian jejak langkah Kyai Sadrach di Desa Karangjoso, Kecamatan Langenrejo, Kabupaten Purworejo (2003) f. Penelitian peran politik tokoh-tokoh keagamaan lokal di daerah Muria (2004) g. Penelitian Tesis oleh Singgih Nugroho untuk Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul, Baptisan Massal Pasca Peristiwa 30 September 1965: Studi Kasus Perpindahan Ke Agama Kristen Pada Tahun-tahun Sesudah 1965 di Salatiga dan sekitarnya. Hasil studi ini telah diujikan pada tanggal 28 Agustus 2006 di depan Sidang Penguji yang terdiri: Dr. St. Sunardi, Dr. Budiawan, Dr. G. Budi Subanar, SJ; dan Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan. h. Penelitian tentang Praktek Kekristenan di Kalangan Jemaat GKJ Sambirejo (2006). Hasil dari penelitian ini dipublikasikan dalam bentuk artikel-artikel lepas, seri monografi (dalam proses), dan buku (dalam proses). 9. Penelitian tentang Pemilu 2004 di Pedesaan Kecamatan Suruh dan di Kota Salatiga (2004). Penelitian mengenai pelaksanaan Pemilu 2004 berfokus pada beberapa topik yang menjadi minat dari para peneliti yang bergabung dalam penelitian di kedua daearah tersebut. Topik-topik tersebut adalah: a. Perbandingan Kinerja Organisasi-organisasi Penyelenggara Pemilu 2004 di Kecamatan Suruh yang menelaah tentang kinerja lembaga-lembaga penyelenggra penyelenggara pemilu di aras lokal dalam kaitannya dengan pembentukan organsiasi, personalia, cakupan tugas dan realisasi tugas organisasi b. Pasang Surutnya Elite Parpol di Kecamatan Suruh: Telaah Perkembangan Menjelang dan Selama Pemilu 2004 yang menelaah tentang kontinuitas elite parpol di aras lokal seiring dengan adanya periodisasi perubahan situasi politik c. Pilihan Pemilih di Kecamatan Suruh Terhadap Parpol dan Caleg dalam pemilu 2004 yang menelaah tentang orientasi dan pandangan pemilih terhadap parpol dan caleg, serta pola interaksi antara pemilih dan parpol/caleg d. Perbandingan Strategi Bakal Caleg dan Caleg Parpol dalam Pemilu 2004 di Kota Salatiga yang menelaah tentang pola-pola dan penerapan strategi bakal caleg dan caleg dalam proses pertarungan politik e. Pertarungan Makna tentang Sosialisasi dan Tentang Kampanye Pemilu 2004 di Kalangan Parpol, Penyelenggara Pemilu, dan Kelompok Civil Society di Salatiga. Sebagian dari hasil penelitian ini telah disajikan dalam bentuk makalah. 10. Penelitian Local Governance Support Program ( sekarang) Local Governance Support Program (LGSP) merupakan program yang dilaksanakan oleh RTI International dengan dukungan dana dari USAID. Dalam melaksanakan program-programnya LGSP berupaya memfasilitasi terwujudnya good governance di lebih dari 100 kabupaten/kota di tujuh provinsi utama di seluruh Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Selain ketujuh provinsi utama tersebut LGSP juga bekerja di tiga provinsi khusus yaitu Aceh, Kalimantan Timur, dan Papua. Bersama dengan beberapa lembaga lain Percik ikut menjadi partner lokal untuk melaksanakan program ini di beberapa kabupaten di Jawa Tengah. Sasaran yang hendak dicapai dengan program ini adalah: (1) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pemerintah di 80 persen kabupaten/ kota yang difasilitasi oleh LGSP; (2) Dewan dan pemerintah lebih responsif dalam menyediakan prioritas layanan kebutuhan masyarakat; (3) Meningkatnya kapasitas dalam perencanaan dan pengelolaan pelayanan publik dan keuangan di 80 persen kabupaten/ kota yang difasilitasi oleh LGSP; (4) Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas di legislatif dan pemerintah; dan (5) Meningkatnya kapasitas SP (service providers) di daerah dalam memberikan layanan kepada pemerintah daerah dan masyarakat. LGSP ini baru dimulai pada bulan Mei 2005 dan sampai bulan Juni 2005 ini baru selesai dilaksanakan fase I. Lembaga Percik, sebagai salah satu mitra LGSP, dipercaya untuk melakukan kegiatan fase I di dua kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Pati dan Kabupaten Klaten. Setelah fase I (penentuan kota/kabupaten yang siap untuk memperoleh bantuan teknis), dilanjutkan dengan fase II untuk melakukan assessment terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota untuk diberikan bantuan teknis. Dalam kegiatan fase I LGSP yang dinamakan LG-RAM, terdapat beberapa kriteria yang menjadi indikator penilaian layak-tidaknya pemerintah kabupaten/kota memperoleh bantuan teknis. Indikator-indikator tersebut adalah: kemauan politik untuk melaksanakan
5 reformasi, prioritas pelayanan publik, keterlibatan organisasi masyarakat sipil, transparansi dan akuntabilitas, hubungan antara bupati dengan DPRD, dan komitmen sumber daya. Pada kegiatan fase II disebut dengan LG-AMP merupakan suatu kegiatan yang mencoba mengidentifikasikan bantuan teknis riil apa yang dibutuhkan oleh suatu daerah dalam kegiatan LGSP. Percik pada tahapan LG-AMP kembali dipercaya untuk melakukan survey tersebut di Kabupaten Kebumen. Bantuan teknis yang ditawarkan dalam kegiatan LG- AMP tersebut diantaranya adalah untuk: (1) Planning, (2) Finance & Budgeting, (3) Management pemerintahan, (4) Legislative, dan (5) CSO serta Media. Kegiatan ini berlangsung dari Juli September Kegiatan selanjutnya dalam LGSP adalah CSO (Civil Society Orgnitation) Diagnostic and Visioning Workshop yang berlangsung pada bulan Mei Juni Pada fase ini Percik melakukan identifikasi CSO yang berada di Kabupaten Jepara serta mencoba menggali permasalahan atau kendala yang menghambat proses partisipsi dalam tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance ). Kegiatan ini berlangsung secara bersamaan dengan daerah-daerah lain di Jawa Tengah diantaranya: Kabupaten Semarang, Kudus, Boyolali, Klaten. Kembali ke Awal
PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciKeterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif
Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif Gender menjadi aspek dominan dalam politik, dalam relasi kelas, golongan usia maupun etnisitas, gender juga terlibat di dalamnya. Hubungan gender dengan politik
Lebih terperinciLAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012
LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012 Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat pada awal Tahun 2012 telah melaksanakan pertemuan internal membahas rencana strategis (Renstra) 2011-2015 dan
Lebih terperinciMENGENAL KPMM SUMATERA BARAT
MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT Oleh Lusi Herlina Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia(Hamid Abidin & Mimin Rukmini) Halaman: 194-201
Lebih terperinciSINERGI ANGGOTA PARLEMEN, MEDIA DAN OMS UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERFIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN
SINERGI ANGGOTA PARLEMEN, MEDIA DAN OMS UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERFIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN LENA MARYANA MUKTI Anggota DPR/MPR RI 2004-2009 Jakarta, 21 Mei 2015 1 PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMBUAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan politik demokratik berjalan semenjak reformasi tahun 1998. Perkembangan tersebut dapat dilihat melalui sejumlah agenda; penyelenggaraan
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU
ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Persyaratan Menjadi Anggota 1. Persyaratan menjadi Anggota Partai Jariibu adalah sebagai berikut : a. Setiap Warga Negara Indonesia yang ingin
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok
Lebih terperinciMEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1
Tinjauan Buku MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS Djoko Walujo 1 Penulis : Muis, A. Judul Buku : Indonesia di Era Dunia Maya Teknologi Informasi dalam Dunia Tanpa Batas Penerbit : Remaja Rosdakarya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntabilitas (accountability) merupakan salah satu prinsip atau asas dari paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain
Lebih terperinciTIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal
LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik
Lebih terperinciSeminar-seminar. Kontribusi Dari Administrator Wednesday, 17 October 2007 Pemutakhiran Terakhir Wednesday, 17 October 2007.
Seminar-seminar Kontribusi Dari Administrator Wednesday, 17 October 2007 Pemutakhiran Terakhir Wednesday, 17 October 2007 Kegiatan seminar, diskusi, dan loka karya diselenggarakan oleh Percik sebagai wahana
Lebih terperinciMengapa Kemiskinan di Indonesia Menjadi Masalah Berkelanjutan?
1 P age Mengapa Kemiskinan di Indonesia Menjadi Masalah Berkelanjutan? SEJAK awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KOMPETENSI APARATUR DALAM PENYELENGGARAN PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR
Lebih terperinciPERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS
PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS R. Siti Zuhro, PhD (Peneliti Utama LIPI) Materi ini disampaikan dalam acara diskusi Penguatan Organisasi Penyelenggara Pemilu, yang dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-115.1-/217 DS887-83-754-948 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciMODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE
MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE 2014-2019 Tesis Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara dan Gereja dalam hal subjeknya mempunyai kesamaan yakni warganegara (Sulasmono, 2010:17). Hal ini sejalan dengan pendapat Darmaputera (1994:16) yang menyatakan
Lebih terperinciyang dianggap menguasai permasalahan yang diteliti. Dalam FGD peserta dipilih dari para pejabat politik maupun karier di lingkungan birokrasi, para
Executive Summary Perdebatan tentang hubungan antara politik dan birokrasi telah mempunyai sejarah panjang dan kembali menghangat terjadinya reformasi politik pada akhir tahun 90 an yang telah merubah
Lebih terperinciINDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014
No. 15/08/53/Th. XVIII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI NTT TAHUN 2014 SEBESAR 68,81 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI TURUN DIBANDINGKAN
Lebih terperinciSAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013
SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013 Solo, 20 November 2013 Yth. Menteri Komunikasi dan Informatika
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciINDEKS TATAKELOLA PEMERINTAHAN PROVINSI RIAU
INDEKS TATAKELOLA PEMERINTAHAN PROVINSI RIAU Nurhamlin, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau ABSTRAKS Indonesia Governance Index (IGI) merupakan pengukuran kinerja tatakelola
Lebih terperinciDESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages
DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan lapangan, terdapat beberapa persoalan mendasar yang secara teoritis maupun praksis dapat disimpulkan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-
Lebih terperinciL A P O R A N K I N E R J A
L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a
Lebih terperinciSistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1
S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan mendasar pada sistem pemerintahan yang ada. Salah satu perubahan mendasar yang dimaksud
Lebih terperinciKEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKOHARJO T E S I S
KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKOHARJO T E S I S Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciSTRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1
STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 Handoko Soetomo 2 Peran organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia tak dapat dilepaskan dari konteks dan tantangan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang
Lebih terperinciKekerasan dan Konstruksi Keagamaan
Kekerasan dan Konstruksi Keagamaan Pasca-Peristiwa 1965 Peristiwa perpindahan agama merupakan salah satu strategi bertahan hidup di kalangan korban, terutama berkaitan dengan tuntutan kejelasan identitas
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperincikonsil lsm indonesia
Penulis: Lily Pulu, Lusi Herlina, Catherine Nielson Penerbit: konsil lsm indonesia Jl Kerinci XII No 11, Kebayoran Baru Jakarta 12120. Email : sekretariat@konsillsm.or.id http://konsillsm.or.id ISBN :
Lebih terperinciPOLITICS AND GOVERNANCE IN INDONESIA:
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN BEDAH BUKU POLITICS AND GOVERNANCE IN INDONESIA: THE POLICE IN THE ERA OF REFORMASI (RETHINKING
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
SALINAN MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke
IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciDemokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka
Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. secara damai dan sarana pertanggungjawaban politik. membuka kesempatan partisipasi politik rakyat seluas-luasnya.
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Umum (pemilu) merupakan sarana politik untuk mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang demokratis. Penyelenggaraan pemilu secara reguler merupakan sarana untuk
Lebih terperinciBAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI
BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPartisipasi LSM..., Firsty Husbani, FISIP UI, 2009 Universitas Indonesia. Mundurnya Demokrasi di Indonesia. Demos.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah hasil penelitian menyebutkan bahwa setelah jatuhnya rejim Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998, Indonesia kemudian menjadi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor
BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH PADA FORUM DISKUSI EVALUASI PILKADA SERENTAK 2015 Jakarta, 4 Mei 2016
KEYNOTE SPEECH PADA FORUM DISKUSI EVALUASI PILKADA SERENTAK 2015 Jakarta, 4 Mei 2016 Yang kami hormati Ibu Linda Amaliasari Gumelar, Ketua Umum Yayasan Gerakan Suara Perempuan Indonesia. Para Pejabat Eselon
Lebih terperinciOleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan
PROMOSI JABATAN MELALUI SELEKSI TERBUKA PADA JABATAN ADMINISTRATOR; TATA CARA PELAKSANAAN DAN KEMUNGKINAN PENERAPANNYA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KAB. KOLAKA Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945) menyebutkan bahwa tujuan dari dibentuknya negara Indonesia adalah:
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan
Lebih terperinciDAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Oleh : Novy Purnama N*) Abstraksi Komunikasi politik merupakan proses penyampaian informasi mengenai
Lebih terperinciPANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK
PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK I. PENGANTAR Pemilihan Umum adalah mekanisme demokratis untuk memilih anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD), dan Eksekutif (Presiden-Wakil Presiden, serta kepala daerah). Pemilu
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,
Lebih terperinciSAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.
Lebih terperinciSEJUTA RELAWAN GERAKAN PENGAWAS PEMILU POKJANAS GERAKAN SEJUTA RELAWAN PENGAWAS PEMILU BADAN PENGAWAS PEMILU REPUBLIK INDONESIA
BH IN N E K A TUNG G A L IK A GERAKAN SEJUTA RELAWAN PENGAWAS PEMILU website : www.bawaslu.go.id www.awaslupadu.com facebook : facebook.com/awaslupadu twitter : twitter.com/awaslupadu Dari Bawaslu Kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desa memasuki babak baru ketika pelaksanaan UU No. 6 tahun 2014 akan segera
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa memasuki babak baru ketika pelaksanaan UU No. 6 tahun 2014 akan segera terealisasi. Dana APBN sebesar 20,7 triliun akan segera dikucurkan. Penyusunan APBDes merupakan
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya era reformasi, pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar bertanggungjawab penuh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang berdasarkan kepada kedaulatan rakyat. Hal ini berarti bahwa dalam setiap pembuatan keputusan/ kebijakan harus berdasarkan
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1609, 2016 KEMENPAN-RB. Pelayanan Publik. Inovasi. Kompetisi. Tahun 2017. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciINDEKS DEMOKRASI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.46/08/61/Th. XIX, 05 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2015 INDEKS DEMOKRASI (ID) PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2015 TURUN DIBANDINGKAN DENGAN ID KALIMANTAN
Lebih terperinciPelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan salah. dukungan dan kesiapan para aparat pemerintah yang memiliki kemampaun
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan salah satu tujuan dari penerapan otonomi daerah. Kondisi ini memerlukan dukungan dan kesiapan para aparat
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA
POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA, DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)
IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Lebih terperinciTINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA
TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih
Lebih terperinciINDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015
INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 No. 47/8/ 13/Th. XIX, 03 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA BARAT 2015 SEBESAR 67,46 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 3,47 POIN DIBANDINGKAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciINDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015
B P S P R O V I N S I A C E H No. 39/08/Th. XIX, 5 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI ACEH TAHUN 2015 SEBESAR 67,78 Indeks Demokrasi Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan reformasi, istilah Good Governance begitu popular. Salah satu yang cukup penting dalam proses perubahan
Lebih terperincikinerja DPR-GR mengalami perubahan, manakala ada keberanian dari lembaga legislatif untuk kritis terhadap kinerja eksekutif. Pada masa Orde Baru,
i K Tinjauan Mata Kuliah onsep perwakilan di Indonesia telah terejawantahkan dalam berbagai model lembaga perwakilan yang ada. Indonesia pernah mengalami masa dalam pemerintahan parlementer meski dinyatakan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Simpulan
167 BAB VI PENUTUP A. Simpulan Pemberitaan politik di media cetak nasional, yaitu Kompas, Jawa Pos, Republika dan Media Indonesia, memiliki peran yang cukup penting bagi proses demokratisasi. Tidak dipungkiri
Lebih terperinciINDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016
No. 53/09/82/Th.XVI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI MALUKU UTARA
Lebih terperinciKODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA
KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA MUKADIMAH Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 792 TAHUN : 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik
BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan
Lebih terperinciSungai Raya, 25 Maret 2008
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (MUSRENBANG - RKPD) KABUPATEN KUBU RAYA Yang saya hormati: Sungai Raya, 25 Maret 2008
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih
Lebih terperinciMAKALAH. Pengembangan Praktek dan Pola Pengasuhan AKPOL Menuju Democratic Learning
WORKSHOP DAN SEMINAR TENAGA PENGASUH AKPOL Democratic Policing: Penerapan Nilai-Nilai Hak Asasi Manusia Dalam Pengasuhan Taruna Hotel Santika Premiere Semarang, 16-18 Oktober 2013 MAKALAH Pengembangan
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga
Karya Tulis PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciUU 28 Tahun 1999 : Pelembagaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan bebas KKN
UU 28 Tahun 1999 : Pelembagaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan bebas KKN Oleh : Slamet Luwihono U ERGULIRNYA arus reformasi di Indonesia telah menghadirkan harapan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Meskipun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciINDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016
No. 14/09/62/Th. XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 SEBESAR 74,77 IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan
Lebih terperinciEVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH
EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci