Abstrak. Kata kunci: terapi kelompok terapeutik, kemampuan ibu, stimulasi perkembangan, perkembangan inisiatif
|
|
- Fanny Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EFEKTIVITAS TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK DAN PSIKOEDUKASI KELUARGA PADA ANAK DAN ORANG TUA TERHADAP PENINGKATAN PERKEMBANGAN INISIATIF ANAK USIA PRASEKOLAH DI KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR TAHUN 2012 Tri Setyaningsih 1, Budi Anna Keliat 2, Tantri W.U 3, Lindawati 4, Mustikasari 5, Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan, Kampus UI Depok, Jakarta 10430, Indonesia trisetya_762@yahoo.co.id Abstrak Masalah kesehatan jiwa di dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius, sehingga perlu upaya peningkatan kesehatan sepanjang rentang kehidupan manusia. Diantara rentang usia tersebut terdapat masa kritis yang memerlukan stimulasi untuk mencapai perkembangan yang optimal yaitu usia pra sekolah. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang Efektivitas Terapi Kelompok Terapeutik dan Psikoedukasi Keluaraga pada anak dan orang tua terhadap kemampuan Inisiatif Anak Usia Pra Sekolah di Kelurahan Baranang Siang Bogor Timur Tahun Karya ilmiah akhir ini menggunakan pendekatan manjemen model Health Promotion dan CMHN (Community Mental Health Nursing), Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan anak prasekolah dan peningkatan kemampuan inisiatif anak usia prasekolah. Terapi Kelompok Terapeutik direkomendasikan untuk dilakukan pada tatanan pelayanan kesehatan di masyarakat sebagai bentuk pelayanan kesehatan jiwa bagi kelompok ibu yang memiliki anak usia pra sekolah dengan mengikut sertakan langsung anak usia prasekoah, dan untuk membantu individu keluarga menyelesaikan masalah kecemasan dalam keluarga terutama masalah perkembangan anak usia prasekolah, untuk itu perlu ditambanhkan psikoedukasi keluarga. Kata kunci: terapi kelompok terapeutik, kemampuan ibu, stimulasi perkembangan, perkembangan inisiatif Abstract Mental health problem is becoming seriously problem in the world, it is necessary to increase mental health effort throughout human development. Preschool is critical period with the result that need stimulation. The aim of this research was to get comprehensive infomation about the influence therapetic group therapy and Family Psycho Education to children and parents of preschools ability initiative in Kelurahan Baranang Siang Bogor East Year 2012.Scientific Work Curently Uses a Model Approach to Health Promotion and Community Mental Health Nursing.The results showed an increase in the mather ability to stimulate ability preschoolers and increased versatility initiative preschoolers. therapeutic group therapy is recommended to be done in the framework of health care in the community as a form of mental health service for the mothers of preschool children directly with the participation of preschool children, individual families and to help solve the problem of anxiety in the family, especially preschool child development issues that need to be added to the family psychoeducation. Keyword : therapeutic group therapy, ability families and child, development stimulation, inisiative development 1. Latar Belakang Kesehatan menurut Undang-undang no 39 tahun 2009 pasal 1 ayat 1 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Berdasarkan definisi tersebut maka manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh atau secara holistik yaitu dari unsur badan atau organobiologiknya, jiwa atau psiko-edukatifnya dan sosial atau sosio-kulturalnya, yang dititik beratkan pada kualitas hidup yang terdiri dari kesejahteraan dan 1
2 2 produktivitas sosial ekonomi. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan atau terintegrasi dari kesehatan dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang seutuhnya. Upaya pelayanan kesehatan jiwa yang dilakukan tidak hanya terbatas pada mengatasi kasus gangguan jiwa saja tetapi sepanjang rentang kehidupan manusia. Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan dalam The Stuart Stress Adaptation Model of Psychiatric Nursing Care bahwa proses stress adaptasi terjadi sepanjang daur kehidupan manusia sehingga perlu upaya yang komprehensif dan berkelanjutan sepanjang hidup manusia dimanapun berada untuk memperkuat koping individu untuk senantiasa bisa berada pada rentang yang adaptif. Stuart dan Laraia (2005), mengenalkan upaya pencegahan gangguan jiwa melalui tiga level yaitu primer, sekunder dan tersier yang diuraikan dalam empat tingkat tindakan psikatirik yaitu krisis, akut, pertahanan dan promosi kesehatan. Upaya promosi dilakukan sebagai upaya meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup dan kesejahteraan. Upaya promosi dilakukan sepanjang hayat, sejak masa konsepsi bahkan sebelum terjadinya pernikahan sampai pada usia lansia, dilakukan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan manusia dari bayi sampai dengan lansia. Tahapan perkembangan terdapat masa kritis yang memerlukan rangsangan/ stimulasi yang berguna agar potensi dapat berkembang sehingga perlu mendapat perhatian. Usia lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek dan tidak dapat diulang lagi, sehingga masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period), jendela kesempatan (window of opportunity) dan masa kritis (critical period). Setiap kelainan/ penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari. (Depkes, 2007) Ada dua faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, yakni faktor genetik (keturunan) dan stimulasi lingkungan. Kedua faktor ini sangat berpengaruh dan saling mendukung terhadap pencapaian potensi anak yang optimal. Tetapi pada umumnya faktor genetik akan mempengaruhi perkembangan seseorang sebesar 20% saja, sedangkan lingkungan akan mempengaruhi perkembangan mencapai 80%. Pengaruh lingkungan akan membentuk diri individu dan sebagai stimulus (rangsangan) untuk memunculkan perkembangannya (Baradja, 2005). Sehingga orang tua perlu memberikan stimulasi kepada anak dengan bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk mendorong anak mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Departemen Kesehatan (2007) menjelaskan bahwa stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin sejak dalam kandungan dan terus menerus pada setiap kesempatan dan sangat besar pengaruhnya bila dilanjutkan pada usia satu hingga lima tahun atau yang biasa dikenal dengan "golden age" karena pada masa ini tidak kurang dari miliar sel otak siap untuk distimulasi agar kecerdasan seseorang dapat berkembang secara optimal di kemudian hari. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak. Proses pemberian stimulasi juga tidak bisa sembarangan karena otak mempunyai sifat yang sangat khas. Hanya empat macam stimulus yang akan disimpan oleh otak anak, yaitu yang lebih dulu direkamnya, yang lebih dipercaya, yang lebih menyenangkan dan yang berlangsung terus-menerus. Dalam konteks inilah keluarga (terutama orangtua) berperan dominan karena orangtua merupakan orang pertama yang dikenal anak. Ia berpeluang menjadi orang pertama yang memasukkan "rekaman" stimulus. Orang tua juga merupakan sosok yang paling dipercaya oleh anak dan paling sering bersama anak. Oleh karena itu ia berpeluang untuk memberikan stimulus secara terus-menerus. Suasana rumah juga semestinya lebih santai daripada suasana sekolah, sehingga orangtualah yang bisa memberikan stimulus dengan lebih menyenangkan. (Adiningsih, 2009) Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk membantu peningkatan kualitas tumbuh kembang balita melalui program pelayanan pendidikan anak usia dini. Menurut pemerintah, secara statistik pelayanan pendidikan anak usia dini diberikan oleh 6 pelayanan, yaitu Taman Kanak-Kanak (TK), Raudathul Athfal (RA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelas 1 Sekolah Dasar (SD). Direktorat Bina Kesehatan Anak Departemen Kesehatan Republik Indonesia mencanangkan program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita, BKKBN tahun 2012 membuat program baru yaitu BKB (Bina Keluarga Balita), berupa konsultasi mengenai tumbuh kembang balita. Perawat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan turut andil membantu mewujudkan program peningkatan kualitas perkembangan anak melalui upaya pelayanan kesehatan jiwa. Untuk melaksanakan upaya-upaya kesehatan jiwa tersebut program kesehatan jiwa harus bergeser dari hospital base menjadi community base. Pendekatan perawatan kesehatan jiwa berbasis masyarakat menjadi hal yang prioritas untuk mencapai kondisi sehat mental dan harmonis. Fenomena
3 3 perawatan kesehatan jiwa berbasis masyarakat ini harus menjadi perhatian karena fokus kesehatan jiwa bukan lagi hanya menangani orang sakit melainkan pada Quality of Life (QOL) (WHO, 2001) Keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan jiwa masyarakat sudah mengembangkan Community Mental Health Nursing (CMHN). CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik dan paripurna berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stress dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan. (CMHN, 2006). Dengan demikian pelaksanaan keperawatan kesehatan jiwa komunitas dapat dilakukan pada kondisi sehat, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa. Peran perawat jiwa di komunitas adalah membantu klien untuk mempertahankan fungsinya pada tingkat yang tertinggi dan memandirikan pasien di komunitas (Fortinash, 2004). Anak-anak usia prasekolah di Rw. 09 yang terdeteksi sebanyak 142 orang dan yang tertangani baru orang, dari 4 Rt yaitu Rt. 02 dan Rt. 04 sebanyak 12 orang sedangkan dari Rt. 03 dan Rt. 05 sebanyak 13 orang, semuanya anak sehat, diberikan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga. Beberapa terapi telah dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga di komunitas dalam memberikan stimulasi perkembangan anak, diantaranya dengan pendidikan kesehatan, terapi individu, keluarga dan kelompok. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan keluarga terhadap kebutuhan kesehatan perkembangan anggota keluarga adalah dengan melakukan Terapi Kelompok Terapeutik. Menurut Townsend (2009), Terapi Kelompok Terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stres. Selama ini terapi kelompok baru diberikan pada kelompok klien dan keluarga dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa sedangkan untuk keluarga yang sehat belum ada sehingga perlu adanya upaya untuk membentuk suatu kelompok terapeutik pada kelompok usia tertentu sebagai salah satu upaya mental health promotion untuk mengoptimalkan kondisi kesehatan jiwa pada tiap tahap perkembangan. Terapi kelompok terapeutik membantu anggotanya mencegah masalah kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok dan meningkatan kualitas antar anggota kelompok untuk mengatasi masalah dalam kehidupan (Keliat & Akemat, 2004). Artinya terapi kelompok terapeutik merupakan satu pendekatan untuk mempertemukan kebutuhan keluarga dan sumber penting untuk keluarga dengan anggota keluarga yang sama. Tujuan dari terapi kelompok terapeutik adalah untuk mempertahankan homeostasis terhadap adanya perubahan yang tidak diperkirakan sebelumnya maupun kejadian yang terjadi secara bertahap (Montgomery, 2002, dalam Trihadi, 2008). Terapi kelompok terapeutik pada keluarga yang mempunyai anak usia pra sekolah (3-6 tahun) dilakukan untuk membantu keluarga mengatasi permasalahan yang dialami terkait pertumbuhan dan perkembangan, sharing pengalaman dalam memberikan stimulasi perkembangan anak serta belajar bagaimana memberikan stimulasi sesuai perkembangan anak untuk membantu anak mengembangkan inisiatif. Hasil penelitian yang dilakukan Trihadi (2009) yang berjudul Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik terhadap Kemampuan Keluarga dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Dini Usia Kanak-Kanak di Kelurahan Bubulak Kota Bogor, menunjukkan peningkatan yang bermakna kemampuan kognitif keluarga sebelum dan sesudah dilakukan Terapi Kelompok Terapeutik (p-value <0,05), selisih rata-rata nilai kognitif antara sebelum dan sesudah TKT sebesar 8,64 poin, dengan standar deviasi sebelum dan sesudah intervensi pada kognitif 2,55 dan 3,48. Begitu juga dengan kemampuan psikomotor, hasil penelitian Trihadi menunjukkan peningkatan yang bermakna pada kemampuan psikomotor keluarga sebelum dan sesudah dilakukan Terapi sebesar 3,76 poin, dengan standar deviasi 2,2 dan 1,57. Terapi Kelompok Terapeutik berpeluang meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor sebesar 45,5% dan 38,5% setelah dikontrol faktor lain. Tetapi penelitian ini baru mengukur kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga, belum mengukur kemampuan kognitif dan psikomotor anak setelah pemberian terapi Hasil penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2010), Kemampuan psikomotor ibu sebelum pemberian terapi rata-rata sebesar 70% dari total kemampuan psikomotor yang harus dikuasai ibu. Hasil uji statistik menunjukkan rata-rata kemampuan pskomotor ibu yang mendapatkan Terapi Kelompok Terapeutik meningkat secara bermakna dengan peningkatan rata-rata sebesar 12,2 poin (dari 67,5% menjadi 77%). Terapi Kelompok Terapeutik untuk kelompok keluarga dengan anak usia pra sekolah dan psikoedukasi keluarga dilaksanakan di Kelurahan Baranang Siang Bogor Timur. Perkembangan inisiatif anak prasekolah sebelum diberikan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga sebagian besar masih rendah dan yang perlu perhatian khusus saat pelaksanaan tindakan adalah ; anak mau mandi sendiri 12 orang (48 %), anak mau mengambil sendiri pakaian yang akan dipakai 16 orang
4 4 anak (64 %), anak menentukan sendiri gambar yang akan dibuat sebanyak 13 orang (52 %), anak menentukan sendiri warna yang akan dugunakan saat mewarnai sebanyak 13 orang (53 %), anak berusaha untuk mencoba lagi jika gagal melakukan sesuatu sebanyak 14 orang (56%), anak mau minta maaf jika melakukan kesalahan sebanyak 8 orang ( 32%) dan anak berani mengungkapkan pendapatnya jika tidak menyukai sesuatu sebanyak 15 orang (60 %). Latar belakang di atas menunjukkan perlunya dilakukan penerapan Terapi Kelompok Terapeutik untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan anak usia pra sekolah (3-6 tahun) di Kelurahan Baranang Siang Bogor Timur. Tujuan Umum : Dapat diperoleh gambaran tentang efektivitas Terapi Kelompok Terapeutik dan psikoedukasi keluarga pada anak dan orang tua terhadap perkembangan inisiatif anak prasekolah di Rw.09 Keluarahan Baranang Siang Bogor Pelaksanaan TKT dan Psikoedukasi keluarga Seluruh anak usia prasekolah menerima Terapi Kelompok Terapeutik yang dilakukan berdasarkan kelompok I dan II. Sebelum pelaksanaan TKT, terlebih dahulu diberikan penjelasan pada anak usia prasekolah dan orang tuanya bahwa pelaksanaan TKT ini akan berlangsung selama 5 kali pertemuan, dan diharapka semua datang pada setiap pertemuan supaya pelaksanaan stimulasi berkesinambungan, selanjutnya semua oarang tua anak prasekolah diberikan buku raport atau catatan harian masing-masing untuk penilaian aspek-aspek perkembangan anak usia prasekolah dalam mencapai perkembangan rasa inisiatifnya. Tahap pelaksanaan diawali dengan kegiatan pengkajian untuk mengumpulkan data perkembangan anak usia prasekolah, identitas diri, karakteristik demografi, pola asuh keluarga dan hubungan sosial anak usia prasekolah pada kelompok I dan II. Pengkajian dilakukan sendiri oleh perawat CMHN sebelum pelaksanaan terapi Kemampuan inisiatif anak setelah diberikan terapi aktivitas kelompok dan psikoedukasi keluarga adalah ; pada kemampuan anak mau mandi sendiri sebanyak 12 orang (48 %) menjadi ( %), berarti naik sebanyak 11 orang (44 %) anak memilih sendiri pakain yang akan dipakai sebanyak 16 orang (64 %) menjadi orang ( %) berarti naik 9 orang (36 %), anak menentukan sendiri gambar yang akan dibuat dari 13 orang (52 %) naik menjadi orang (%), berarti naik 10 orang (40%), kemampuan anak menentukan sendiri warna yang akan digunakan saat mewarnai 13 orang (52 %), naik manjadi orang ( %), berarti naik sebanyak 9 orang (36 %), kemampuan anak kelompok terapeutik dan didampingi oleh Kader. Kelompok I didampingi oleh 3 orang kader, dan kelompok II didampingi 5 orang kader. Pelaksanaan terapi secara keseluruhan dilakukan selama kurang lebih lima minggu. Kegiatan terapi kelompok terapeutik dilakukan sesuai jadwal yang telah disepakati dan seluruhnya dilaksanakan pada siang hari atau sore antara jam , atau jam TKT dilakukan sebanyak 5 pertemuan yang dilakukan 1 kali setiap minggunya, lama kegiatan rata-rata berlangsung 60 menit/pertemuan. keberhasilan dari tindakan bisa dinilai dari peningkatan kemampuan anak setelah diberikan tindakan, dari keseluruhan kemampuan anak menunjukkan peningkatan kemamampuan seperti; motorik kasar kemampuan melompat tali dari 16 orang (64%) naik menjadi orang ( %), berarti naik 7 poin (28%), kemampuan motorik halus menggambar menggunakan cat air dari 12 orang (48 %), naik menjadi orang ( %), berarti naik 12 orang (50 %). Perkembangan kognitif anak mampu menggambar bentuk orang dengan enam anggota tubuh dari 13 orang (52 %), naik menjadi orang ( %), berarti naik 10 orang (40 %), kemampuan bercerita dengan fantasi dari 10 orang (40 %) menjadi 21 orang (%), naik sebanyak 11 orang (44 %). Perkembangan bahasa pada kemampuan anak menjelaskan /memberikan alasan bilamelakukan sesuatu dari 9 orang (36 %), naik menjadi 21 orang ( %), naik sebanyak 12 orang (48 %), anak mampu bercerita dengan kalimat lengkap (3-5 kata) dari 10 orang (52 %) menjadi orang ( %), naik sebanyak 14 orang (56 %). Perkembangan emosi pada kemampuan anak menunda keinginan/tidak memaksa keinginannya dari 14 orang (54%), menjadi orang ( %) atau naik sebanyak 9 orang (36 %). Perkembangan kepribadian anak mempunyai keberanian tampil di depan umum dari 12 orang ( 48 %) menjadi orang ( %). psikososial pada anak biasa makan bersama keluarga 13 orang (52 %), naik menjadi 19 orang (76 %) naik sebanyak 6 orang ( %). berusaha untuk mencoba gagal melakukan sesuatu dari 14 orang (56 %), menjadi 21 orang ( %) atau naik sebanyak 7 orang (28 %), keberanian anak mengungkapkan pendapatnya jika tidak menyukai sesuatu sebanyak 15 orang (60 %), naik menjadi 21 orang ( %), atau naik sebanyak 6 orang ( %)., anak memiliki inisiatif minta maaf bila bersalah 8 orang (32%) naik menjadi orang (%) naik 16 orang (64%0. Walaupun semuanya menunjukkan kenaikan namun masih banyak kemampuan yang harus terus di stimulasi lebih intensif, berhubung anak prasekolah sebagian besar masih berumur 5 tahun maka masih punya waktu 1 tahun lagi untuk mempersiapkan anak masuk sekolah.
5 5 Tabel 1 Analisis Kemampuan Anak Usia Pra Sekolah Sebelum Dan Sesudah mendapat Intervensi Terapi Kelompok Terapeutik dan psikoedukasi keluarga di Rw.09 Keluarahan Baranang Siang Bogor Timur Tahun 2012 No Variabel Jumlah Sebelum 1 Motorik Motorik kasar Melompat dengan satu kaki Berjalan mengikuti garis Anak bermain lompat tali Berjalan jinjit Motorik Halus Menulis angka dan huruf Menggambar menggunakan cat air Membuat gambar tempel Melengkapi gambar Mencocokkan dan menghitung angka Menggambar dengan berbagai sudut pandang Prosen Tase (%) Jumlah sesudah 20 Presen tase (%) Rata-rata 16 64,9 91,6 2 Kognitif Anak mampu mengelompokkan benda berdasarkan bentuk dan warna Anak mampu menggambar bentuk orang dengan enam anggota tubuh Bercerita dengan fantasi Rata-rata 11,66 46,66,66 90,66 3 Bahasa Bercerita dengan kalimat lengkap (3-5 kata) Anak mampu menjelaskan /memberikan alasan bila melakukan sesuatu Mampu menyebutkan nama hari dan nama bulan Rata-rata 9,66 38,66,66 90,66 4 Emosi Anak mengenal dan mengekspresikan perasaan yang sedang dialami (gembira, sedih, takut, bangga) Anak mampu menunda keinginan /tidak memaksa keinginannya Kepribadian Mengucapkan terimakasih bila mendapat sesuatu dari orang lain Mampu menyebutkan nama lengkap, panggilan dan jenis kelamin Anak memiliki keberanian tampil di depan umum 6 Moral Anak mengikuti peraturan keluarga yang telah disepakati bersama Anak mampu mengikuti aturan main dalam kelompok sebaya 7 Spiritual Anak mempu berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan Anak bisa beribadah bersama keluarga Anak mampu mengikuti kegiatan keagamaan 8 Psikososial Anak mampu membantu pekerjaan sederhana di rumah Anak bermain berjual-jualan Anak bermain dengan permainan sesuai dengan jeniskelamin Anak biasa makan bersama keluarga Anak mempu bermain peran Anak senang diberi pujian bola berhasil melakukan kegiatan. 80 Rata-rata 16,5 66, Rata-rata 17,66 70, Rata -rata 20,33 81,33,66 98,
6 6 Rata -rata 17,83 71,33 Tabel 2 Perkembangan inisiatif anak usia prasekolah setelah pelaksanaan TKT dan psikoedukasi keluarga di RW 09 Kelurahan Baranang Siang Bogor Timur Periode Februari April 2012 (n=) Variabel Jumlah Prosen Jumlah Prosen No sebelum tase (%) sesudah tase (%) 1 Perkembangan inisiatif Anak mau mandi sendiri Anak memilih pakaiannya sendiri Anak memakai pakaiannya sendiri Anak semangat untuk mencoba permainan baru Anak mudah berinteraksi dengan teman seusianya Anak mau mengajak perkenalan dengan teman baru Anak menentukan sendiri gambar yang akan dibuat Anak menentukan sendiri warna yang akan digunakan saat mewarnai Bila dibacakan cerita atau melihat sesuatu yang baru anak aktif bertanya Anak berusaha untuk mencoba jika gagal melakukan sesuatu Anak bersemangat untuk mengikuti kegiatan perlombaan Anak aktif mencari kegiatan jika ada waktu luang Anak berani mengungkapkan pendapatnya jika tidak menyukai sesuatu Anak memiliki inisiatif untuk meminta maaf bila bersalah Anak bersegera ingin menolong bila melihat teman/orang lain yang membutuhkan pertolongan. Rata-rata 16,53 66,13,33 93,33 Kemampuan inisiatif anak setelah diberikan terapi aktivitas kelompok dan psikoedukasi keluarga adalah ; pada kemampuan anak mau mandi sendiri sebanyak 12 orang (48 %) menjadi ( %), berarti naik sebanyak 11 orang (44 %) anak memilih sendiri pakain yang akan dipakai sebanyak 16 orang (64 %) menjadi orang ( %) berarti naik 9 orang (36 %), anak menentukan sendiri gambar yang akan dibuat dari 13 orang (52 %) naik menjadi orang (%), berarti naik 10 orang (40%), kemampuan anak menentukan sendiri warna yang akan digunakan saat mewarnai 13 orang (52 %), naik manjadi orang ( %), berarti naik sebanyak 9 orang (36 %), kemampuan anak berusaha untuk mencoba gagal melakukan sesuatu dari 14 orang (56 %), menjadi 21 orang ( %) atau naik sebanyak 7 orang (28 %), keberanian anak mengungkapkan pendapatnya jika tidak menyukai sesuatu sebanyak 15 orang (60 %), naik menjadi 21 orang ( %), atau naik sebanyak 6 orang ( %)., anak memiliki inisiatif minta maaf bila bersalah 8 orang (32%) naik menjadi orang (%) naik 16 orang (64%0. Walaupun semuanya menunjukkan kenaikan namun masih banyak kemampuan yang harus terus di stimulasi lebih intensif, berhubung anak prasekolah sebagian besar masih berumur 5 tahun maka masih punya waktu 1 tahun lagi untuk mempersiapkan anak masuk sekolah. 4. Pembahasan Peningkatan kemampuan kognitif pada kelompok intervensi dapat disimpulkan sebagai proses belajar diantara peserta melalui Terapi Kelompok Terapeutik dengan difasilitasi oleh terapis. Menurut Locke (dalam Notoatmodjo, 2007) pada proses belajar terjadi pengambilan tanggapan yang diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan. Makin banyak dan sering diberikan stimulus, maka makin memperkaya tanggapan pada subjek belajar. Pada proses belajar ini bukan hanya terjadi proses
7 7 penambahan informasi tetapi juga penyamaan persepsi. Metode terapi yang diberikan melalui diskusi dan simulasi juga sangat cocok untuk proses pendidikan orang dewasa (Notoatmodjo, 2007) Penelitian yang dilakukan Damayanti (2010), menunjukkan Terapi Kelompok Terapeutik meningkatkan kemampuan kognitif ibu dalam melakukan stimulasi perkembangan anak usia prasekolah secara bermakna. Menurut Townsend (2009) Terapi Kelompok Terapeutik merupakan salah satu terapi kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stres. Sebelum diberikan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga secara keseluruhan dari orang tua dan anak prasekolah, diberikan penjelasan mengenai tumbuh kembang anak prasekolah, dan kemampuan inisiatif anak, kemampuan anak setekah tindakan adalah sebagai berikut; motorik kasar kemampuan melompat tali naik 7 orang (28%), kemampuan motorik halus menggambar menggunakan cat air naik 12 orang (50 %). Perkembangan kognitif anak mampu menggambar bentuk orang dengan enam anggota tubuh 10 orang (40 %), kemampuan bercerita dengan fantasi naik sebanyak 11 orang (44 %). Perkembangan bahasa pada kemampuan anak menjelaskan /memberikan alasan bilamelakukan sesuatu naik sebanyak 12 orang (48 %), anak mampu bercerita dengan kalimat lengkap (3-5 kata) naik sebanyak 14 orang (56 %). Perkembangan emosi pada kemampuan anak menunda keinginan/tidak memaksa keinginannya naik sebanyak 9 orang (36 %). Perkembangan kepribadian anak mempunyai keberanian tampil di depan umum naik sebanyak 13 orang (52 %). Perkembangan psikososial anak mampu membantu pekerjaan sederhana di rumah naik sebanyak 10 orang (40 %), anak makan bersamam keluarga naik sebanyak 6 orang ( %) Pada perkembangan kepribadian, perkembangan moral dan spiritual tidak tampak kenaikan yang signifikan karena memang dari sebelum diberikan tindakan sudah tinggi artinya sudah bagus dari awalnya. Kemampuan inisiatif anak prasekolah yang telah mengikuti terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga dapat dilihat kemampuan keluarga memberikan stimulasi dan kemampuan menilai kemampuan anak dari limabelas pertanyaan ada empat kemampuan sebelum tindakan rendah dan setelah diberikan tindakan meningkat namun masih belum optimal antara lain sebagai berikut; anak menentukan sendiri gambar yang akan dibuatnya yang awalnya hanya 13 orang setelah tindakan menjadi orang atau naik 10 poin ( 40 %), kemampuan anak menentukan sendiri yang akan digunakan saat mewarnai dari 13 orang menjadi orang atau naik 9 poin (36 %), kemampuan anak berusaha untuk mencoba jika gagal melakukan sesuatu dari 14 orang menjadi orang atau naik 8 poin (32 %), keberanian anak mengungkapkan pendapatnya jika tidak menyukai sesuatu dari 15 orang menjadi 21 orang atau naik 6 poin atau ( %), walaupu semua kemampuan naik namun masih belum optimal jadi anak usia prasekolah masih harus terus distimulasi terus menerus. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sehingga peningkatan kemampuan kognitif pada kelompok intervensi diasumsikan menjadi salah satu penyebab meningkatnya keterampilan psikomotor pada kelompok intervensi. Namun dalam penelitian ini, peningkatan kemampuan psikomotor sangat sedikit dipengaruhi oleh kemampuan kognitif. Peningkatan kemampuan psikomotor bisa terjadi karena dalam terapi yang merupakan bagian dari upaya mental health promotion terjadi proses belajar yang dalam pelaksanaannya kelompok ibu mengalami proses latihan dan memperoleh tingkah laku baru selama 7 sesi yang dilakukan dalam 5 kali pertemuan, namun demikian tidak mengurangi keseluruhan sesi dengan lima kali pertemuan tidak membuat anak maupun orang tua terbeban dengan seringnya pertemuan, dan hasilnya, semua kemampuan anak maupun ibu meningkat semua. Menurut Notoatmodjo (2007), proses latihan yaitu proses penyempurnaan potensi dengan mengulangulang aktivitas tertentu dan merupakan kegiatan pokok dalam belajar, baik latihan maupun pembiasaan terutama terjadi dalam taraf biologis, tetapi apabila selanjutnya berkembang dalam taraf psikis, maka kedua gejala itu akan menjadikan proses kesadaran sebagai proses ketidaksadaran yang bersifat biologis yang disebut proses otomatisme, yang akan menghasilkan tindakan yang tanpa disadari, cepat dan tepat. Sedangkan penelitian Rogers (1974, dalam Notoatmodjo, 2007) bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni (1) awareness, (2) interest, (3) evaluation, (4) trial, (5) adoption, Asumsi peneliti. Kebutuhan perkembangan anak usia prasekolah dilakukan TKT dan dilanjutkan dengan memberikan contoh (demonstrasi) kepada keluarga tentang cara memberikan stimulasi perkembangan inisiatif usia pra sekolah dan memberikan kesempatan ibu untuk melakukan kembali (role play) cara memberikan stimulasi perkembangan pada anaknya. Pelaksanaan
8 8 Terapi Kelompok Terapeutik pada ibu mempengaruhi kemampuan psikomotor ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan usia pra sekolah. Perilaku yang didasari pengetahuan akan mampu bertahan dalam waktu yang lebih lama. Terapi Kelompok Terapeutik yang menekankan pada kemampuan ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan pada anaknya. Kelompok ibu diberi pengetahuan dan latihan yang terstruktur dan konsisten sesuai dengan modul Terapi Kelompok Terapeutik. Kelompok ibu diberikan contoh bagaimana memberikan stimulasi perkembangan dari aspek motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepibadian, moral, spiritual dan psikososial, dan saling berbagi pengalaman setelah melakukan stimulasi perkembangan yang telah didapatkan selama terapi kelompok terapeutik. Kelompok ibu juga diminta membuat komitmen untuk melakukan kegiatan stimulasi setiap hari sesuai tahapan yang telah diajarkan dan mengisi buku kerja yang telah dibagikan, kemudian dilanjutkan psikoedukasi keluarga, jadi ibu atau keluarga yang lain merasa lebih bebas mengungkapka permasalahan yang terjadi pada keluarganya terutama yang berhubungan dengan masalah menstimulasi anak prasekolah. Peningkatan kemampuan ibu dalam memotivasi anak mencoba berbagai aspek keterampilan yang belum mereka kuasai sebelumnya. Menurut Erikson (13, dalam Feist., J & Feist, J.G., 2008), keberhasilan anak melakukan keterampilan baru akan meningkatkan perkembangan inisiatif anak, dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini orang tua terutama ibu dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Peningkatan kemampuan psikomotor juga dapat semakin menyempurnakan peran keluarga dalam bidang kesehatan seperti yang dijelaskan Pratt (1991, dalam Friedman, 1998). Bila kemampuan keluarga hanya sampai pada kemampuan kognitif keluarga tidak bisa menjalankan peran secara optimal tetapi bila peningkatan kemampuan kogntif disempurnakan dengan kemampuan psikomotor keluarga dapat berbagi tugas dengan seimbang dalam menjalankan setiap peran yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan tahap tumbuh kembang usia pra sekolah, keluarga juga dapat mendorong interaksi anak usia pra sekolah dengan anggota keluarga dan masyarakat serta keluarga dapat meningkatkan dan mendukung aspek positif pola hidup anak usia pra sekolah. Terlaksanya peran tersebut mendukung terpenuhinya kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak. Setiap anak mendapat kesempatan untuk mendapat stimulasi dari masing-masing ibunya melalui Terapi Kelompok Terapeutik. Proses pemberian stimulasi yang dilakukan oleh ibunya sendiri akan membuat anak lebih merasa nyaman, hal ini sejalan dengan penjelasan yang disampaikan oleh Adiningsih (2009) bahwa proses pemberian stimulasi tidak bisa dilakukan sembarangan karena otak mempunyai sifat yang sangat khas. Hanya empat macam stimulus yang akan disimpan oleh otak anak, yaitu yang lebih dulu direkamnya, yang lebih dipercaya, yang lebih menyenangkan dan yang berlangsung terus-menerus. Dalam konteks inilah Terapi Kelompok Terapeutik melibatkan keluarga (terutama ibu) secara langsung dalam pemberian stimulasi pada anaknya, jadi stimulasi tidak dilakukan oleh guru maupun petugas kesehatan karena ibu berperan dominan dalam melakukan stimulasi. Ibu merupakan orang pertama yang dikenal anak, sehingga ibu berpeluang menjadi orang pertama yang memasukkan "rekaman" stimulus pada anak. Ibu juga merupakan sosok yang paling dipercaya oleh anak dan paling sering bersama anak. Oleh karena itu ibu berpeluang untuk memberikan stimulus secara terus-menerus. Suasana rumah juga semestinya lebih santai daripada suasana sekolah, sehingga ibulah yang bisa memberikan stimulus dengan lebih menyenangkan. Tahap inisiatif disebut juga sebagai tahap kelaminlokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Masa-masa bermain merupakan masa dimana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru, juga merasa memiliki tujuan. Meskipun anak senang bermain, keluarga tetap menjadi fokus kehidupan sosial. Menurut observasi peneliti selama memimpin pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik, peningkatan inisiatif anak sangat berkaitan erat dengan pemberian reinforcement yang diberikan berupa tepuk pandu positif yang mampu meningkatkan kepercayaan diri anak dan menstimulasi motivasi anak. Beberapa anak yang pada awalnya menolak melakukan kegiatan karena masih malu pada akhirnya mau melakukan kegiatan karena ingin mendapatkan reinforcement berupa tepuk pandu positif. Pemberian penguat atau reinforcer menurut Skinner (1938, dalam Notoatmodjo, 2007) merupakan prosedur yang efektif dalam pembentukan perilaku Berdasarkan hasil wawancara ditemukan 17 anak usia pra sekolah sudah bersekolah di PAUD dan TK, sehingga peningkatan perkembangan inisiatif bisa disebabkan karena stimulasi yang diperoleh dari sekolah Kesimpulan akhir bahwa pemberian Terapi Kelompok Terapeutik dan psikoedukasi keluarga efektif
9 9 meningkatan kemampuan ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan serta kemampuan inisiatif anak usia pra sekolah setelah ibu mendapat Terapi Kelompok Terapeutik dan psikoedukasi keluarga di kelurahan Baranang Siang Bogor Timur Februari - Mei Simpulan dan saran Karakteristik anak usia pra sekolah yang mengikuti KT dan psikoedukasi keluarga yaitu usia termuda 4 tahun dan tertua 6 tahun yang terbanyak usia 5 tahun sebanyak 10 orang ( 40 %), umur 6 tahun sebanyak 9 orang (36 %) dan umur 4 tahun 6 orang ( %), anak laki-laki dan perempuan seimbang, anak laki-laki 13 orang anak perempuan 12 orang, sudah sekolah PAUD/TK 17 orang. Kemampuan ibu/keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan usia pra sekolah serta perkembangan inisiatif anak usia pra sekolah setelah pelaksanaan TKT dan psikoedukasi keluarga mengalami peningkatan bermakna. Kemampuan psikomotor ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan anak usia pra sekolah setelah dilakukan Terapi Kelompok Terapeutik dan psikoedukasi keluarga, mengalami peningkatan secara bermakna dari rata-rata (54, 66% menjadi 90%). Kemampuan menstimulasi kognitif dan bahasa mengalami peningkatan yang bermakna dari rata-rata (47,33% menjadi 80 %). Kemampuan menstimulasi emosi dan kepribadian meningkat dari rata-rata (73,6 % menjadi 93,6%). Kemampuan menstimulasi Moral dan spiritual dari rata-rata (78,4 % menjadi %). Kemampuan menstimulasi psikososial dari rata-rata ( 74,6 % menjadi 95,2 %) Kemampuan ibu/keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan terhadap perkembangan inisiatif anak usia pra sekolah terdapat hubungan yang bermakna. Karakteristik anak yang meliputi usia,jenis kelamin, pendidikan, urutan kelahiran, jumlah saudara kandung, status ekonomi keluarga dan suku tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kemampuan inisiatif anak usia prasekolah. Saran Terkait dengan simpulan hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat disarankan demi keperluan pengembangan dari hasil penelitian efektivitas terapi Kelompok Terapeutik dan Psikoedukasi Keluarga terhadap anak dan orang tua dalam memberikan stimulasi perkembangan anak usia pra sekolah yaitu Dinas Kesehatan Kota Bogor hendaknya meningkatkan upaya promosi kesehatan pada kelompok sehat yang berbasis komunitas termasuk upaya mental health promotion melalui peningkatan fungsi Posyandu sebagai pusat pelayanan dan pusat belajar bagi ibu-ibu untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah penyakit fisik maupun mental sesuai tahap tumbuh kembang. Perawat spesialis jiwa hendaknya menjadikan Terapi Kelompok Terapeutik sebagai salah satu kompetensi yang harus dilakukan pada pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat (berbasis komunitas). Perlu tindak lanjut pemantauan stimulasi perkembangan oleh Puskesmas sehingga hasil yang telah dicapai oleh ibu maupun anak usia prasekolah bisa mencapai hasil yang optimal Pihak pendidikan tinggi keperawatan hendaknya mengembangkan terapi pada kelompok sehat dalam upaya meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan sesuai dengan tahapan usia. Pihak pendidikan tinggi keperawatan hendaknya menggunakan evidence based dalam mengembangkan teknik pemberian asuhan keperawatan jiwa pada semua tatanan pelayanan kesehatan dalam penerapan Terapi Kelompok Terapeutik bagi keluarga yang mempunyai anak usia pra sekolah Perlunya dilakukan penelitian lanjutan pada tatanan masyarakat yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda sehingga diketahui keefektifan penggunaan Terapi Kelompok Terapeutik dalam meningkatkan kemampuan keluarga memberikan stimulasi perkembangan usia pra sekolah. Perlu dilakukan penelitian kualitatif untuk melengkapi informasi tentang sejauhmana pengalaman ibu yang mendapatkan Terapi Kelompok Terapeutik dalam meningkatkan kemampuan perkembangan inisiatif anak usia pra sekolah Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada anak yang ibunya telah diberikan Terapi Kelompok Terapeutik untuk melihat sejauhmana anak mampu melewati tahap tumbuh kembang anak sesuai dengan tahapan usianya melalui penelitian longitudinal Daftar pustaka Adiningsih, N.U. (2009). PAUD berbasis keluarga. February 2, index.php?option=com_content&task=view&i d=666&itemid=6 Baradja, A. (2005). Psikologi perkembangan, tahapantahapan dan aspek-aspeknya dari 0 tahun sampai akhil baliq. Jakarta : Studia press Boyd, M.A., & Nihart, M.A. (1998). Psychiatric nursing contemporary practice. Philadelphia: Lippincott
10 10 Clunn, (1991). Child psychiatric nursing. Philadelphia : Mosby Years Book Inc CMHN.(2006). Modul basic course community mental health nursing. Jakarta : WHO.FIK UI Damayanti, R. (2010). Pengaruh terapi kelompok terapeutik terhadap perkembangan inisiatif kanak usia prasekolah di kelurahan Kedaung Bandar Lampung 2010 (tesis). Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan UI Depdiknas. (2005). Laporan review kebijakan : pendidikan dan perawatan anak usia dini di Indonesia Depdiknas. (2009). PAUD holistik terpadu. January, Depdiknas. (2009). PAUD berbasis keluarga. February, lh=wvagugnqb1oh Depkes. (2003). Buku pedoman kesehatan jiwa. Jakarta : Depkes Depkes RI. (2007) Stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta Feist, J & Feist, J.G. (2008). Theories of personality (6 th ed). The McGraw Hill Companies, Inc., 11 Aveneu of the Americas, New York. Friedman. (2003) Family of nursing : theory and practice. Cnecticut: Appleton & Lange. Friedman, M.M. (1998). Family nursing : research, theory and practice. (fourth edition), Connecticut: Appleton & Lange. Fortinash, K.M. & Holoday, P.A. (2004). Psychiatric mental health nursing. Third edition,, St. Louis Missouri: Mosby Year Book Inc. Hamid, A.Y.S. (2009) Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC Ibung, D. (2009). Mengembangkan nilai moral pada anak. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Johnson, B.S. (1995). Child, adolescent, and family psychiatric nursing. Philadelphia : J.B. Lippincott Company Keliat & Akemat (2005). Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2008). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Papalia, DE dkk. (2008). Human development (psikologi perkembangan) Jakarta: Prenada Media Group Potter, P.A. & Perry,A.G. (2005). Fundamental of nursing : concept, process, and practice, Philadelphia : Mosby Years Book Inc. Santrock, J.W (2007). Child development (perkembangan anak). Jakarta : Erlangga Somantri, T.S. (2007) Psikologi anak luar biasa. Bandung : PT Refika Aditama Sundeen, J. (2005). Psychiatric rehabilitation and recovery, dalam Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. (8 th ed), (hlm. 9-5). Philadelphia: Elsevier Mosby. Stuart, G.W & Laraia, M.T (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. (7th edition). St Louis: Mosby Soetjjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC (tesis). Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan UI Trihadi, D (2009), Pengarut Terapi Kelompok terapeutik terhadap Kemampuan keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan dini usia kanak-kanak di Kelurahan Bubulak kota Bogor. (tesis). Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan UI Townsend, C.M. (2005). Essentials of psychiatric mental health nursing. (3th Ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company Videbeck, S.L. (2006). Psychiatric mental health nursing. (3 rd edition). Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins. WHO. (2001). Mental health : new understanding, new hope. France : WHO Wilson, H (2007). Pediatric nursing. Texas: Mosby Year Book Inc Wong, D.L. (2004). Nursing care of infant and children. Texas: Mosby Year Book Inc Yusuf, S. (2007). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
11 11 Yalom, I. D. (1995). The Theory and Practice of Group Psychotherapy. 4th edition. Basic Books: New York. March 18, Tri Setyanaingsih, M.Kep: Staf Pengajar AKPER Husada Jakarta 2 Prof. Dr. Budi Anna Keliat, SKp., M. App.Sc: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Jakarta. 3 Drg. Lindawati, M.KM : Kepala Puskesmas Kecamatan Bogor Timur. 4 Novy Helena, CD, S.Kp, M.Sc : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Jakarta. 5 Mustikasari S.Kp. MARS : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Jakarta. 6 Ns. Tantri Widyartri U, M.Kep. Sp.KepJ. : Staf Pengajar Poltekes Kemenkes Bandung Prodi Keperawatan Bogor.
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH PADA ANAK- ORANG TUA DAN ANAK-GURU MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MENTAL ANAK USIA SEKOLAH
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH PADA ANAK- ORANG TUA DAN ANAK-GURU MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MENTAL ANAK USIA SEKOLAH (School Aged Therapeutic Group Therapy in Children- Parents and Children-
Lebih terperinciKonseli: Jurnal Bimbingan dan Konseling 01 (2) (2014) https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli
p-issn 2089-9955 e-issn 2355-8539 Desember 2014 Konseli: Jurnal Bimbingan dan Konseling 01 (2) (2014) 77-86 https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli PENGARUH TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK TERHADAP
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK TERHADAP PERKEMBANGAN INDUSTRI ANAK USIA SEKOLAH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK KOTA BANDUNG TAHUN 2010
PENGARUH TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK TERHADAP PERKEMBANGAN INDUSTRI ANAK USIA SEKOLAH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK KOTA BANDUNG TAHUN 2010 Walter 1, Budi Anna Keliat 2, Sutanto Priyo Hastono 3, Herni Susanti,
Lebih terperinciRPKPS Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa
RPKPS Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa Koordinator : Ns. Atih Rahayuningsih, M.Kep, Sp.Kep.J Pengajar dan Pembimbing : Prof. Achir Yani, D. N.Sc Prof. Dr. Budi Anna Keliat, SKp, M.App.Sc Dr. Helmi
Lebih terperinciPELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO
PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO 1 Nurul Mawaddah, 2 Dwi Helynarti S., 3 Aih Media Y., 4 Arief Fardiansyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM
Lebih terperinciPENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN
PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten ABSTRAK
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Abstract: Growth, Development. This study aims to determine
Lebih terperinciPENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DI KABUPATEN MAGELANG
PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DI KABUPATEN MAGELANG Muhammad Khoirul Amin 1) *, Sambodo Sriadi Pinilih 1), Ana Yulaikah 2) 1) 2) Staf Pengajar Fakultas Ilmu
Lebih terperinciPengaruh TKT Terhadap Kemampuan Orang Tua Tunggal Dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Di Kabupaten Blitar
Pengaruh TKT Terhadap Kemampuan Orang Tua Tunggal Dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah di Kabupaten Blitar Endang Mei Yunalia 1, Achir Yani S.Hamid 2, Mustikasari 3 Program Magister
Lebih terperinciJurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
19 PENGARUH TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMBERIKAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH Endang Mei Yunalia Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan harapan masa depan bangsa yang perlu dipersiapkan agar menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun sehat mental dan sosial
Lebih terperinciPENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Ni Made Dian Sulistiowati*, Budi Anna Keliat **, Ice Yulia Wardani** * Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah lebih setengah abad Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI
Lebih terperinciTahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk
Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk Tahun ajaran baru selalu membuat orang tua menjadi sibuk. Selain mencari sekolah yang dianggap baik, juga biaya yang semakin mahal dan anak juga harus disiapkan
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012
46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan upaya mengusahakan
Lebih terperinciPEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa
PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH Sri Wahyuni Dosen PSIK Universitas Riau Jl Pattimura No.9 Pekanbaru Riau Hp +62837882/+6287893390999 uyun_wahyuni2@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0-18 bulan), toddler (1,5 3 tahun), anakanak
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA
PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA Agrina, Junaiti Sahar, Rr Tutik Sri Haryati Staf dosen keperawatan komunitas PSIK Universitas Riau Email: ayang_shr@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Ni Made Dian Sulistiowati*, Budi Anna Keliat **, Ice Yulia Wardani** * Program Studi Ilmu
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL DISTRES SPIRITUAL DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL DISTRES SPIRITUAL DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2015 PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH Ni Made Dian Sulistiowati, Kadek Eka
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI
Lebih terperincipenting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan secara etimologis berasal dari kata kembang yang artinya maju, menjadi lebih baik. Perkembangan secara termitologis adalah proses kualitatif yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan. Salah satu hal yang harus diperhatikan secara khusus adalah
Lebih terperinciPENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG
PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA Nurlaila*, Nurchairina* Masa balita adalah Masa Keemasan (golden age) dimana peranan ibu sangat diperlukan untuk tumbuh kembang yang optimal.
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA TELENURSING UNTUK PSIKOEDUKASI PADA KELUARGA KLIEN GANGGUAN JIWA. Disusun oleh: DENI SUWARDIMAN NPM.
1 UNIVERSITAS INDONESIA TELENURSING UNTUK PSIKOEDUKASI PADA KELUARGA KLIEN GANGGUAN JIWA Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Sistem Informasi Manajemen (SIM) dengan Dosen Pengampu dan Koordinator
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU
PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden
Lebih terperinciTERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA
TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA Pendahuluan Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab
Lebih terperinciPENGARUH HOME VISIT TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA
PENGARUH HOME VISIT TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA Mamnu'ah STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta Email: nutriatma@yahoo.co.id Abstract: The purpose
Lebih terperinciPENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA
PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA (The Application of Nursing Interventions: Generalist Therapy to Against Hopelessness on Elderly) Ike Mardiati Agustin*,
Lebih terperinciPINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG
IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) TAMAN PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Dera Alfiyanti 1), Mariyam 2), Desi Ariyana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran seorang anak atau bayi merupakan dambaan setiap keluarga. Setiap keluarga menginginkan anak yang dilahirkannya mampu tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
Lebih terperinciHUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG
HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG Nunung Nurjanah * Tiara Dewi Septiani** Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN
PENELITIAN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN Rohayati *, Purwati * Gangguan tumbuh kembang pada anak batita di Indonesia tahun 2010 adalah 53,3%, tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami perubahan dari fase kehidupan sebelumnya. Masa anak prasekolah sering disebut dengan golden age atau
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN FAKTOR POSTNATAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI WILAYAH LAMPUNG UTARA Ricca Dini Lestari*, Nora Isa Tri Novadela* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang e-mail
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara membutuhkan sumber daya manusia sebagai pelaksananya. Dalam era globalisasi diperlukan sumber
Lebih terperinciPENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI I. Pengertian Dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai macam upaya, antara lain diselenggarakan
Lebih terperinciGAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN
GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN Rosliana Daud 1, Faisal Asdar 2, Rusly 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin
Lebih terperinciTim Riset : Budi Anna Keliat Ni Made Riasmini Novy Helena C.D.
Efektifitas Penerapan Model Community Mental Health Nursing (CMHN) terhadap Kemampuan Hidup Pasien Gangguan Jiwa dan Keluarganya di Wilayah DKI Jakarta Tim Riset : Budi Anna Keliat Ni Made Riasmini Novy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan sebagaimana yang tersebut dalam Undangundang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBUKU PEDOMAN KERJA MAHASISWA MATA AJAR KEPERAWATAN KOMUNITAS II TAHUN AKADEMIK
BUKU PEDOMAN KERJA MAHASISWA MATA AJAR KEPERAWATAN KOMUNITAS II TAHUN AKADEMIK 2012 2013 KOORDINATOR : Ns.Nurhayati,S.Kep PROGRAM D III KEPERAWATAN AKADEMI PERAWATAN RS. ISLAM JAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu perhatian yang serius yaitu mendapatkan gizi yang baik, stimulasi yang memadahi,
Lebih terperinciJakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA
1 SAMBUTAN Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan SDM seutuhnya dimana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai sejak usia dini. Berbagai studi menunjukkan bahwa periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dibidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi dan peningkatan masyarakat yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan akan meningkatkan usia harapan hidup.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan terus berkembangnya lembaga PAUD, seperti Taman Kanak- kanak (TK),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya dari seorang anak,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciGAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT
GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT Fiktina Vifri Ismiriyam 1), Anggun Trisnasari 2), Desti Endang Kartikasari 3) Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh manusia mengalami kemajuan melalui fase petumbuhan dan perkembangan yang pasti tetapi tahapan dan perilaku kemajuan ini sifatnya sangat individual (Potter
Lebih terperinciMenuju Desa Siaga Sehat Jiwa
Artikel Pengabdian Masyarakat Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa Desa Karya Mukti Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo Ns. Rhein R. Djunaid, M.Kes* dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes** dr. Vivien N.A Kasim, M.Kes***
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa kanak-kanak, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang sangat pesat. Hurlock (1997) mengatakan bahwa masa golden age atau masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciPERBANDINGAN TINGKAT KEMAMPUAN MEKANISME KOPING SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN BIMBINGAN INDIVIDU PADA MAHASISWA PROFESI DI RUMAH SAKIT JIWA*
48 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 10, No.2, September 2006; hal 48-53 PENELITIAN PERBANDINGAN TINGKAT KEMAMPUAN MEKANISME KOPING SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN BIMBINGAN INDIVIDU PADA MAHASISWA PROFESI
Lebih terperinciKARAKTERISTIK IBU BALITA KAITANNYA DENGAN PELAKSANAAN STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA
KARAKTERISTIK IBU BALITA KAITANNYA DENGAN PELAKSANAAN STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA Siti Rahayu, Ilham Setyo Budi, Satino Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan
Lebih terperinciProgram Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya
Lebih terperinciPENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti
PENDIDIKAN TPA & KB Martha Christianti Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS Tentang
Lebih terperinciPendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C
Pendidikan TPA/ KB Eka Sapti C Anak Usia Dini? Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) PAUD? UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS
Lebih terperinciMakalah By UNKNOWN. March 26. Edit Ms Word by Zahrotun Nisa PTIK_
Makalah By UNKNOWN March 26 2014 Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang Edit Ms Word by Zahrotun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age)
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rendahnya kemampuan anak disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan
Lebih terperinciKey words: social skills training therapy, social isolated, behavioral system model
Penerapan Terapi Social Skills Training Pada Klien Isolasi Sosial dengan Pendekatan Teori Dorothy E. Johnson Behavioral System Model di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Sutejo
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI IBU MENGELOLA EMOSI ANAK USIA SEKOLAH MELALUI TERAPI KELOMPOK ASSERTIVENESS TRAINING
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI IBU MENGELOLA EMOSI ANAK USIA SEKOLAH MELALUI TERAPI KELOMPOK ASSERTIVENESS TRAINING Evin Novianti 1,2*, Budi Anna Keliat 3, Tuti Nuraini 3, Herni Susanti 3 1. FIKes PSIK
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI
1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek
Lebih terperinciPENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.
PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Muhammad Nur Firman 1, Abdul Wakhid 2, Wulansari 3 123
Lebih terperinciPengaruh Terapi Family Psychoeducation (FPE) Terhadap Kemampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Dengan Gangguan Jiwa
Pengaruh Terapi Family Psychoeducation (FPE) Terhadap Kemampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Dengan Gangguan Jiwa Ni Made Dian Sulistiowati madedian.21@gmail.com Program Studi Ilmu Keperawatan Univ.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga PAUD yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN STIMULASI OLEH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD ASPARAGA MALANG ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI OLEH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD ASPARAGA MALANG Asyrofi Yudia Putra 1), Atti Yudiemawati 2), Neni Maemunah 3) 1) Mahasiswa Program
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk kegiatan belajar dan mengajar untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui jenjang pendidikan yang dasar sampai jenjang
Lebih terperinciKONSEP HOLISTIK DALAM KEPERAWATAN MELALUI PENDEKATAN MODEL ADAPTASI SISTER CALLISTA ROY
TINJAUAN PUSTAKA KONSEP HOLISTIK DALAM KEPERAWATAN MELALUI PENDEKATAN MODEL ADAPTASI SISTER CALLISTA ROY Salbiah* ABSTRAK Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa-masa yang rentan dari kehidupan seseorang berada pada lima tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan pondasi bagi perkembangan selanjutnya. Lingkungan keluarga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia 2-3 tahun juga disebut dengan anak usia bermain dan merupakan periode yang penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal
Lebih terperinciPERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)
PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : ANIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep-konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karenanya kognitif seringkali menjadi sinonim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia dini anak melakukan kegiatan dengan bermain, mulai dari bayi, balita hingga masa kanak-kanak.
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH
GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu usaha dalam menjawab permasalahan serta berbagai tantangan yang selalu hadir dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara
Lebih terperinciTangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18
Mempersiapkan generasi emas Indonesia adalah kebijakan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Semua komponen diharapkan terlibat dan bekerja sama menyukseskan gerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekurangan stimulasi pada usia ini akan membawa dampak negatif yang menetap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak mengalami periode kritis pada usia perkembangan di bawah 5 tahun, berbagai bentuk penyakit, kekurangan gizi, serta kekurangan kasih sayang maupun kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek
Lebih terperinciRenidayati, N.Rachmadanur (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) Abstrak
APLIKASI MODEL FAMILY CENTER NURSING DENGAN PENDEKATAN PSIKOEDUKASI KELUARGA GANGGUAN JIWA DI KELURAHAN BUBULAK KECAMATAN BOGOR BARAT Renidayati, N.Rachmadanur (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) Abstrak
Lebih terperinci