PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 REFERENDUM DAN KEMERDEKAAN TIMOR TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: Maria Antonia Cunino NIM : PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

2 REFERENDUM DAN KEMERDEKAAN TIMOR TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: Maria Antonia Cunino NIM : PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

3 ii

4 iii

5 PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Bapak Alfonsus Aluman dan Mama Yokina Kabuar, 2. Kakak Asun, Yos, Lian, Ita, Erna, adik Yanti, dan keponakan Silvy, Prita, Vany, Viola, 3. Buat seseorang yang bilang sederhana tapi istimewa. iv

6 MOTTO Jangan sekali-sekali melupakan sejarah (Jas Merah). (Soekarno) Dengan memiliki impian, Apalagi mengaksarakannya, Orang muda sejatinya membulatkan kemauan untuk mewujudkannya dalam hidup (Mutiara Andalas) Orang boleh pandai setinggi langit, Tapi selama ia tidak menulis, Ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer) v

7 vi

8 vii

9 ABSTRAK REFERENDUM DAN KEMERDEKAAN TIMOR-TIMUR Oleh: Maria Antonia Cunino Universitas Sanata Dharma 2015 Penulisan ini bertujuan untuk: 1) Menjelaskan latar belakang referendum di Timor Timur, 2) Mendeskripsikan jalannya referendum tahun 1999 dan dinamika yang mengikuti sampai merdekanya Timor Timur tahun 2002, 3) Mendeskripsikan dampak referendum dan kemerdekaan Timor Timur. Penulisan ini menggunakan metode penelitian sejarah melalui tahap-tahap pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), interpretasi, dan penulisan (historiografi). Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan politik, sosial, dan ekonomi. Model penulisannya deskriptif analitis. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa: 1) Latar belakang referendum di Timor Timur adalah konflik antara Indonesia dan Timor Timur, perilaku aparataparat pendatang di Timor Timur, rakyat Timor Timur menuntut referendum, hubungan rakyat Timor Timur dengan pihak lain, tanggapan internasional terhadap Indonesia dan Timor Timur, serta sikap pemerintah Indonesia terhadap masalah Timor Timur. 2) Referendum dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus Hasilnya rakyat memilih merdeka, maka dibuat pemerintahan transisi di Timor Timur dan mulai dirancang pemerintahan Timor Leste. Kemerdekaan Timor Leste diproklamasikan pada tanggal 20 Mei ) Dampak dari referendum dan kemerdekaan Timor Leste sangat banyak, baik itu dampak bagi Indonesia, dampak bagi Timor Timur, serta dampak bagi hubungan antara Indonesia dan Timor Timur. viii

10 ABSTRACT REFERENDUM AND INDEPENDENCE OF EAST TIMOR By: Maria Antonia Cunino Sanata Dharma University 2015 This study aimed to: 1) Explain the background of referendum in East Timor, 2) Describe the referendum 1999 and the dynamics that followed until the independence of East Timor 2002, 3) Describe the impact of East Timor's referendum and independence. This study used historical research method through steps of source collection (heuristic), source critic (verification), interpretation, and the process of writing (historiography). The approaches used were political, social, and economical approach. The writing model was analytical descriptive. The results of this study showed that: 1) The background of referendum and independence in East Timor was the conflict between Indonesia and East Timor, the improper mannerism of some government officials, East Timorese demands for referendum, the relationship of East Timorese with other parties, the international community s reaction to Indonesia and East Timor, and the Indonesian government reaction to East Timor. 2) The referendum was held on 30 th August The result was that the people chose to be independent, hence formation of the transition government in East Timor by the authority of Timor Leste. Timor Leste's independence was declared on 20 th May ) The referendum and the independence of Timor Leste brought about impacts on Indonesia, on East Timor, and on the relation between Indonesia and East Timor. ix

11 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Referendum dan Kemerdekaan Timor Timur dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan saran dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Anton Haryono, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah sabar membimbing dan memberikan banyak arahan serta masukan bagi saya untuk menulis skripsi ini. 4. Drs. A.K. Wiharyanto, M.M., selaku dosen pembimbing II yang telah sabar membimbing dan memberikan banyak arahan serta masukan selama penyusunan skripsi ini. x

12 5. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. 6. Keluargaku, Bapak Alfonsus Aluman, Mama Yokina Kabuar, saudarasaudariku terimakasih atas doa, semangat, dan dukungan yang diberikan kepada saya. 7. Seluruh teman-teman terutama teman dari Pendidikan Sejarah angkatan 2010, terimakasih atas doa dan dukungannya. 8. Teman-teman kost Bromo 3, atas dukungannya. 9. Teman-teman mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, atas motivasi dan dukungannya. 10. Seluruh karyawan Perpustakaan USD yang telah menyediakan buku-buku yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini. 11. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu-persatu oleh penulis dalam skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis akan menerima segala tanggapan, saran, kritik dari pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak. Yogyakarta, 23 Februari 2015 Penulis Maria Antonia Cunino xi

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Permasalahan... 6 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Manfaat Penelitian Bagi Penulis Bagi Universitas Sanata Dharma Bagi Prodi Pendidikan Sejarah... 8 E. Tinjauan Pustaka Timor Timur The Untold Story Timor Target Eurico Guterres Melintas Badai Politik Indonesia Pembantaian Timor Timur, Horor Masyarakat Internasional Timor Timur Satu Menit Terakhir: Catatan Seorang Wartawan xii

14 F. Landasan Teori G. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode Penelitian a. Pengumpulan Sumber (Heuristik) b. Kritik Sumber (Verifikasi) c. Interpretasi d. Penulisan (Historiografi) Pendekatan Penelitian H. Sistematika Penulisan BAB II LATAR BELAKANG REFERENDUM DI TIMOR TIMUR A. Konflik antara Indonesia dan Timor Timur B. Perilaku Aparat-Aparat Pendatang di Timor Timur C. Rakyat Timor Timur Menuntut Referendum D. Hubungan Rakyat Timor Timur dengan Pihak Lain Relasi dengan Gereja Katolik dan Uskup Belo Hubungan dengan Media E. Tanggapan Internasional Terhadap Konflik Indonesia dan Timor Timur Amerika Australia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) F. Sikap Pemerintah Indonesia Terhadap Timor Timur BAB III PROSES REFERENDUM DAN KEMERDEKAAN TIMOR TIMUR A. Persiapan Referendum B. Jalannya Referendum dan Hasil Referendum C. Pemerintahan Transisi di Timor Leste Masuknya Pasukan INTERFET Menghadapi Kelompok Pro Kemerdekaan xiii

15 3. UNTAET Mempersiapkan Pemerintahan Timor Leste D. Kemerdekaan Definitif Timor Leste Persiapan Rakyat untuk Menyambut Proklamasi Kemerdekaan Jalannya Proklamasi Kemerdekaan BAB IV DAMPAK REFERENDUM DAN KEMERDEKAAN TIMOR TIMUR A. Dampak Referendum Timor Timur Bagi Timor Timur Bagi Indonesia a. Gugurnya Personil Brimob b. Gugurnya Wartawan dan Orang-Orang Sipil c. Para Pengungsi Dampak bagi Hubungan antara Indonesia dan Timor Timur 66 B. Dampak Kemerdekaan Timor Timur Bagi Timor Timur Bagi Indonesia Dampak bagi Hubungan antara Indonesia dan Timor Timur 74 BAB IV KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Sumber Internet Sumber Majalah Sumber Surat Kabar LAMPIRAN: 1. Silabus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran xiv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi tahun 1974 di Portugal mengakhiri penjajahan Portugal yang hampir jatuh. Tiga partai politik bermunculan di Timor Timur. Pertama Uniao Democratica Timorense (UDT) atau Persatuan Demokratik Rakyat Timor yang ingin merdeka secara bertahap, didirikan pada tanggal 11 Mei Partai yang kedua adalah Associacao Social Democratica de Timor (ASDT) atau Asosiasi Sosial Demokratik Timor, didirikan sehari setelah UDT didirikan yaitu pada tanggal 12 Mei Pada tahun yang sama, tanggal 12 September 1974 ASDT diubah menjadi Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente (Fretilin) atau Fron Revolusioner untuk Kemerdekaan Timor Timur yang radikal dan segera ingin merdeka. Partai yang ketiga adalah Associacao Popular Democratica Timorense (Apodeti) atau Asosiasi Demokrasi Popular Rakyat Timor didirikan pada tanggal 27 Mei Apodeti adalah partai terkecil dari ketiga partai itu dan ingin bergabung dengan Indonesia. Pada pertengahan 1975, Fretilin menguasai jabatan-jabatan penting di Timor Timur. Pada bulan Agustus 1975 perang saudara pecah ketika UDT melakukan usaha kudeta yang dilawan Fretilin dengan dukungan militer Portugal yang ada di wilayah tersebut. 1 1 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern , Jakarta, Serambi Ilmu Semesta, 2009, hlm , lihat juga John G. Taylor, Perang Tersembunyi: Sejarah Timor Timur yang 1

17 2 Setelah terjadi konflik, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengirim tentara ke Timor Timur. Dengan masuknya TNI, UDT dan Apodeti berhasil mendesak Fretilin. Sejak itu, keinginan rakyat Timor Timur bergabung dengan NKRI semakin besar. Pada tanggal 17 Juli 1976, Presiden Soeharto mengesahkan Undang-Undang No. 7 tahun 1976 tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam (NKRI) dan Pembentukan Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur, sebagai propinsi Indonesia yang ke Undang-Undang tersebut disusul lahirnya TAP MPR No. VI/MPR/1978 tentang Pengukuhan Penyatuan Wilayah Timor Timur ke dalam NKRI. Dengan demikian Timor Timur yang dikuasai oleh Portugis selama 400 tahun lebih semakin kukuh berintegrasi dengan Indonesia. 3 Setelah Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia, ketiga partai tersebut masih tetap eksis dalam kancah politik Timor Timur. Tetapi karena tujuan dari ketiga partai tersebut berbeda, UDT dan Fretilin yang menghendaki kemerdekaan, dan Apodeti yang mau bergabung dengan Indonesia maka sering terjadi konflik yang menelan banyak korban. Karena kehadiran militer Indonesia ke Timor Timur, maka sering terjadi konflik antara militer dengan para anggota Fretilin yang menghendaki kemerdekaan. Sebagai akibat dari konflik tersebut, maka banyak orang meninggal. Pada akhir Oktober 1978, Asisten Pertahanan dan Keamanan di Timor 2 3 Dilupakan terjemahan Putri, Jakarta, Penerbit Forum Solidaritas untuk Rakyat Timor Timur, 1998, hlm John G. Taylor, op.cit., hlm. 355, lihat juga Khairul Jasmi, Eurico Guterres Melintas Badai Politik Indonesia, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2002, hlm. 25. Khairul Jasmi, op.cit., hlm. 25.

18 3 Timur mengadakan sensus. Hasil dari sensus menyatakan bahwa jumlah penduduk Timor Timur pada waktu itu adalah jiwa. Tetapi sensus terakhir yang dilaksanakan di bawah pemerintahan Portugis mencatat bahwa jumlah penduduk Timor Timur pada tahun 1974 (sebelum invasi) sebesar jiwa. Jika dilihat perbandingan hasil sensus tersebut, diperkirakan paling sedikit penduduk telah terbunuh selama tahun-tahun pemerintah Indonesia masuk ke Timor Timur, maka dapat diperkirakan bahwa sekitar penduduk tinggal di daerah-daerah di luar kontrol Indonesia. 4 Regulasi 2001/10 meminta agar Komisi mempersiapkan dan membuat laporan lengkap dan rinci serta bersifat publik tentang semua peristiwa, temuan, dan rekomendasi tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dalam konteks konflik politik selama hampir 25 tahun ( ). Oleh karena itu diharapkan Komisi CAVR 5 mencatat pelanggaran HAM yang terjadi sejak secara lengkap dan rinci. Hal tersebut dilaksanakan dengan sukses di tengah kepekaan hubungan antara Indonesia dan Timor Timur. Di satu pihak, laporan tersebut memaparkan sisi gelap kehadiran Indonesia, dan di sisi lain disertai cerita sepak terjang kelompok perjuangan pembebasan atau Gerakan Pengacau Keamanan (GPK). 6 Selama 25 tahun, ABRI dan para Pejuang Pembebasan (GPK) dengan porsi yang berbeda dan argumentasi menurut persepsi masing-masing telah melakukan John G. Taylor, op.cit., hlm Commisao de Achimento Verdade e Reconsiliacao (CAVR) adalah sebuah Komisi Penerimaan, Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dibentuk berdasarkan regulasi United Nations Transitional Administration in East Timor (UNTAET); diadopsi dari Kristio Wahyono, Timor Target, Banda Aceh, Kreung Aceh, 2009, hlm. 29. Kristio Wahyono, op.cit., hlm. 30.

19 4 tindak kekerasan dalam bentuk eksekusi mati, pembunuhan warga sipil, perkosaan dan hukuman asusila, penggalian lubang kubur sendiri sebelum dilakukan eksekusi, pemukulan, hukuman sengatan listrik, pencabutan kuku, hukum cambuk, pemenggalan kepala di depan umum, mutilasi, pameran kepala manusia dan potongan tubuh lainnya, diseret dengan kendaraan sampai mati, serta penculikan dan penghilangan paksa. 7 Salah satu contohnya adalah insiden Santa Cruz 8 tanggal 12 November 1991 yang membantu Timor Timur untuk mematahkan isolasi internasionalnya. Pastor Ricardo menyelenggarakan misa untuk Sebastiao Gomes, seorang aktifis pro kemerdekaan yang dibunuh oleh tentara Indonesia dua minggu sebelumnya di Gereja Motael. Dua minggu setelah misa peringatan, para hadirin berjalan ke pekuburan Santa Cruz, tempat Sebastiao dikubur. Ketika orang banyak itu membanjiri jalan-jalan Dili, mereka membentang berbagai spanduk dan meneriakkan semboyan pro kemerdekaan. Banyak orang meninggalkan tempat kerja dan rumah mereka untuk bergabung dengan rombongan yang berubah menjadi demonstrasi massa melawan kekuasaan Indonesia yang pertama sejak invasi Ketika kerumunan demonstran mulai berpencar, militer Indonesia tiba dan menghadang di sebuah ujung jalan. Menurut saksi mata, tanpa peringatan dan tanpa provokasi, para tentara berbaris menuju kerumunan orang tersebut dan Loc.cit. Santa Cruz adalah nama sebuah kampung di Dili dan terdapat sebuah pekuburan; diadopsi dari Joseph Nevins, Pembantaian Timor Timur, Horor Masyarakat Internasional terjemahan Nugroho Kacasungkono, Yogyakarta, Galangpress, 2008, hlm. 42. Joseph Nevins, op.cit., hlm. 43.

20 5 menembak dengan senapan M-16 buatan Amerika Serikat. Akibatnya lebih dari 250 orang meninggal. 10 Tidak hanya pelanggaran HAM, pengejaran Fretilin oleh aparat keamanan Indonesia adalah pertempuran hidup mati. Tidak hanya hal negatif tersebut, Indonesia juga telah melakukan banyak hal positif untuk Timor Timur seperti pembangunan besar-besaran yang dilakukan Indonesia selama kurang lebih 25 tahun, termasuk memberantas kebodohan dan meniadakan diskriminasi pendidikan yang dilakukan sejak tahun Selama sepuluh tahun sejak integrasi tahun 1976, Timor Timur diberikan dana pembangunan sebanyak Rp 278 miliar lebih. Dana tersebut merupakan dana terbesar apabila dibandingkan dengan propinsi Indonesia lainnya, jika ditinjau dari perhitungan perkapita. 12 Permasalahan-permasalahan di Timor Timur terus terjadi. Ironisnya, pelanggaran HAM juga terus terjadi. Hal ini mengundang perhatian dunia internasional terhadap pendudukan Indonesia atas Timor Timur. Pada tanggal 21 Mei 1998 ketika kepemimpinan negara beralih dari Presiden Soeharto ke Habibie, 13 presiden Habibie menyatakan persoalan Timor Timur harus diselesaikan secara menyeluruh pada tanggal 27 Januari Habibie menawarkan dua opsi kepada rakyat Timor Timur, pertama memberikan otonomi khusus dan kedua memisahkan diri dari Indonesia Loc.cit. Kristio Wahyono, op.cit., hlm. 32. Khairul Jasmi, op.cit., hlm. 69. M.C. Ricklefs, op.cit., hlm Khairul Jasmi, op.cit., hlm. 78.

21 6 Akibatnya pada tanggal 30 Agustus 1999 diadakan referendum atau jajak pendapat di Timor Timur. Hasil referendum diumumkan pada tanggal 4 September Hasilnya rakyat menginginkan kemerdekaan. Dari suara sah, suara atau 78,5% memilih merdeka, dan suara atau 21,5% memilih tetap berintegrasi dengan Indonesia. 15 Akhirnya kemerdekaan Timor Timur diperoleh tanggal 20 Mei Dampak dari referendum dan kemerdekaan Timor Timur sangat besar, baik bagi Timor Timur sendiri maupun bagi Indonesia yang terakhir menduduki Timor Timur. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahmasalah sebagai berikut: 1. Apa latar belakang referendum di Timor Timur? 2. Bagaimana jalannya referendum tahun 1999 dan dinamika yang mengikuti sampai tercapainya kemerdekaan definitif Timor Timur pada tahun 2002? 3. Bagaimana dampak referendum dan kemerdekaan Timor Timur? Pada permasalahan pertama akan dijelaskan mengenai latar belakang referendum di Timor Timur. Pada permasalahan kedua akan dijelaskan bagaimana jalannya referendum di Timor Timur tahun 1999 dan dinamika yang mengikuti sampai tercapainya kemerdekaan Timor Timur pada tanggal 20 Mei Akan dibicarakan pula keterlibatan berbagai pihak (Indonesia dan negara-negara M.C. Ricklefs, op.cit., hlm Kristio Wahyono, op.cit., hlm. 43.

22 7 lainnya) dalam referendum dan kemerdekaan Timor Timur. Pada permasalahan ketiga akan dijelaskan mengenai dampak referendum dan kemerdekaan Timor Timur dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi bagi Timor Timur dan Indonesia, serta bagi hubungan antara Indonesia dan Timor Timur. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah: 1. Untuk menjelaskan latar belakang referendum di Timor Timur. 2. Untuk mendeskripsikan jalannya referendum tahun 1999 dan dinamika yang mengikuti sampai merdekanya Timor Timur tahun Untuk mendeskripsikan dampak referendum dan kemerdekaan Timor Timur. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Penelitian ini menjadi sesuatu yang berharga bagi penulis dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Timor Timur. Hal tersebut sangat berguna sebagai pembelajaran dan wawasan penulis supaya mampu menjelaskan Timor Timur kepada peserta didik dengan lebih baik. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma Penulisan skripsi ini merupakan usaha untuk melaksanakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi, yakni dharma bidang penelitian. Skripsi ini

23 8 diharapkan dapat menambah kekayaan khasanah pustaka sejarah sebagai bahan bacaan yang berguna bagi pembelajaran sejarah, khususnya mengenai sejarah referendum dan kemerdekaan Timor Timur Bagi Prodi Pendidikan Sejarah Skripsi ini diharapkan mampu menarik minat mahasiswa Pendidikan Sejarah untuk mempelajari lebih dalam mengenai sejarah referendum dan kemerdekaan Timor Timur Hal tersebut dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa. E. Tinjauan Pustaka Sejarawan membagi sumber sejarah menjadi dua, yaitu sumber pertama dan sumber kedua. Sumber pertama atau sumber asli (primary sources) adalah evidensi (bukti) yang kontemporer (sezaman) dengan suatu peristiwa yang terjadi. 17 Sumber-sumber pertama adalah kronik, otobiografi, memoir, surat kabar, publikasi umum, surat-surat pribadi, catatan harian, notulen rapat, sastra. Sumbersumber pertama di atas dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber cetakan (published), ada yang dipublikasikan oleh pemerintah dan ada pula yang dipublikasikan oleh non pemerintah (swasta atau individu-individu); dan sumber tidak dicetak (unpublished) atau sumber manuskrip yang dihasilkan oleh pemerintah maupun non pemerintah (organisasi swasta atau individu) Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, Yogyakarta, Ombak, 2012, hlm Ibid., hlm. 86.

24 9 Sedangkan sumber kedua (secondary sources) adalah apa yang telah ditulis oleh sejarawan sekarang atau sebelumnya berdasarkan sumber-sumber pertama. 19 Beberapa sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah berupa sumber tertulis yang diperoleh melalui buku-buku. Buku-buku yang dimaksudkan adalah: 1. Timor Timur The Untold Story Buku karangan Kiki Syahnakri yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas di Jakarta pada tahun 2013 ini menguraikan secara rinci tentang perilaku aparat-aparat pendatang di Timor Timur, hubungan rakyat Timor Timur dengan Gereja Katolik dan media sebelum referendum. Kiki juga menguraikan keadaan di Timor Timur pasca referendum. Aparat-aparat pendatang di Timor Timur cenderung arogan, memperlihatkan superioritas atas warga setempat, dan tidak menghargai sesepuh masyarakat putra daerah sehingga menumbuhkan sikap antipati masyarakat setempat. Kehadiran TNI di Timor Timur kadang memicu kekecewaan, antipati, dan kritik dari gereja. Sebuah surat kabar di Timor Timur, Suara Timor Timur juga cenderung memihak gereja. Setelah hasil referendum diumumkan, pemerintah Indonesia meminta pasukan INTERFET mengambil alih tanggung jawab di Timor Timur. Sedangkan keadaan fisik Timor Timur sendiri luluh-lantak, banyak rumah yang dibakar. Buku ini digunakan untuk membahas bab II, III, dan IV. 19 Ibid., hlm. 83.

25 10 2. Timor Target Buku karangan Kristio Wahyono yang diterbitkan oleh penerbit Kreung Aceh di Banda Aceh pada tahun 2009 ini menguraikan mengenai lepasnya Timor Timur, mulai dari referendum tahun 1999 sampai dengan kemerdekaan Timor Timur pada tahun Penulis menguraikan bagaimana keadaan di Timor Timur pasca referendum, kemerdekaan Timor Timur, dan Timor Timur setelah merdeka. Berdasarkan buku ini, setelah referendum suasana di Timor Timur masih mencekam. ABRI masih melakukan operasi militer, dan masyarakat Timor Timur yang pro kemerdekaan masih merasa takut. Setelah hasil referendum diumumkan, Timor Timur diduduki oleh pemerintahan transisi (UNTAET, United Nations Transitional Administration in East Timor atau Pemerintah Peralihan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Timur). Selama masa peralihan, rakyat Timor Timur mulai menyusun struktur pemerintahan Timor Timur dan menjalin kerjasama dengan negara-negara lain supaya roda perekonomian Timor Timur bisa berjalan. Perayaan atau deklarasi kemerdekaan Timor Timur yang pertama diselenggarakan pada tanggal 20 Mei 2002 dihadiri oleh pejabat-pejabat dari negara lain, termasuk presiden Indonesia Megawati Soekarnoputri. Setelah deklarasi kemerdekaan Timor Timur, presiden Timor Leste Kay Rala Xanana Gusmao juga mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada tanggal 2 sampai 4 Juni Setelah Timor Timur merdeka, hubungan Indonesia dan

26 11 Timor Timur tetap terjalin dengan baik. Buku ini digunakan untuk membahas bab III dan IV. 3. Eurico Guterres Melintas Badai Politik Indonesia Buku karangan Khairul Jasmi yang diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan di Jakarta pada tahun 2002 ini menguraikan tentang keadaan di Timor Timur sebelum referendum, opsi yang diberikan oleh Presiden Habibie kepada Timor Timur, referendum, dan keadaan di Timor Timur pasca referendum. Sebelum referendum, keadaan di Timor Timur tidak stabil. Terjadi perang saudara antara partai UDT dan Fretilin pada tahun 1975 dan konflik antara rakyat pro kemerdekaan dan pro integrasi. Karena terjadi konflik terus menerus di Timor Timur, maka Presiden Habibie memberikan dua opsi kepada Timor Timur, yaitu memberikan otonomi khusus dan memisahkan diri dari Indonesia. Menanggapi dua opsi yang diberikan tersebut, maka diadakan referendum atau jajak pendapat pada tanggal 30 Agustus Hasil referendum diumumkan pada tanggal 4 September 1999, dan hasilnya kebanyakan rakyat memilih untuk merdeka. Setelah pengumuman hasil referendum, rakyat yang pro integrasi mengungsi ke Timor Barat. Buku ini digunakan untuk membahas bab II, III, dan IV. 4. Pembantaian Timor Timur, Horor Masyarakat Internasional Buku karangan Joseph Nevins yang diterbitkan oleh Galangpress di Yogyakarta pada tahun 2008 ini menguraikan tentang keadaan Timor Timur dan rakyat Timor Timur yang ingin merdeka. Nevins mengupas tentang usaha

27 12 rakyat Timor Timur untuk merdeka, kedudukan TNI di Timor Timur, tanggapan internasional terhadap permasalahan di Timor Timur, dan dampak dari referendum dan kemerdekaan Timor Timur. Menanggapi masalah Timor Timur, ada beberapa negara yang ikut campur tangan. Negara-negara tersebut adalah Amerika, Australia, dan PBB. Amerika mendesak Indonesia untuk mematuhi resolusi PBB supaya mundur dari Timor Timur dan membiarkan penyelenggaraan referendum mengenai penentuan nasib sendiri. Setelah referendum, Amerika juga mengirim pasukan keamanan internasional ke Timor Timur. Dalam proses peralihan (setelah referendum atau jajak pendapat tahun 1999 sampai kemerdekaan Timor Timur tahun 2002), PBB memberikan akomodasi yang besar. PBB menjadi pemerintah transisi di Timor Timur. Sama seperti Amerika, Australia membantu memperkuat dukungan internasional untuk tindakan penentuan nasib sendiri. Buku ini digunakan untuk membahas bab II. 5. Timor Timur Satu Menit Terakhir: Catatan Seorang Wartawan Buku yang ditulis oleh seorang wartawan Harian Kompas Jakarta, Cordula Maria Rien Kuntari yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan di Bandung pada tahun 2008 ini menguraikan peristiwa-peristiwa menjelang, selama, dan setelah referendum atau jajak pendapat di Timor Timur Rien Kuntari berusaha memaparkan keadaan yang sebenarnya terjadi di Timor Timur karena tuntutan profesinya, yaitu meliput secara adil. Seperti yang ditulis oleh penulis dalam pengantarnya dalam buku ini, ia harus menerapkan diktum dasar kewartawanan, cover both sides, secara nyata di lapangan. Artinya ia

28 13 tidak hanya harus berada di kedua pihak, yaitu pro-otonomi dan prokemerdekaan, tetapi harus pula memberi porsi seimbang dalam pemberitaan. Selain keinginan rakyat Timor Timur untuk menentukan nasib sendiri, berdasarkan buku ini, kebijakan Presiden Habibie mengenai Timor Timur juga mempunyai peran yang besar. Habibie menginginkan masalah Timor Timur segera berakhir. Karena Habibie yang selalu melihat banyak persoalan dari segi kuantitatif dan juga untuk menanggapi surat Perdana Menteri Australia, John Howard. Dalam pertemuan Presiden Habibie dengan para menterinya pada tanggal 27 Januari 1999, Habibie memutuskan akan melepas Timor Timur jika Timor Timur menolak tawaran status khusus dengan otonomi yang sangat diperluas. Kebijakan Habibie tersebut didukung oleh banyak menteri. Kemudian ditetapkan tanggal referendum dan persiapan untuk referendum. Pada tanggal 30 Agustus 1999 diadakan referendum di Timor Timur. Pelaksanaan referendum berlangsung dengan relatif aman dan diikuti hampir seluruh warga Timor Timur. Tetapi sehari setelah referendum, keadaan di Timor Timur mulai mencekam. Terjadi kerusuhan di mana-mana. Milisi menghadang dan mengepung sekitar 150 staf UNAMET untuk wilayah Ermere yang akan menuju Dili. Warga Timor Timur melakukan eksodus besar-besaran. Pada tanggal 3 September 1999, sekjen PBB menyampaikan hasil referendum kepada Dewan Keamanan PBB. Sehari kemudian, hasil referendum diumumkan secara resmi di Dili. Setelah hasil referendum

29 14 diumumkan, terjadi konflik-konflik yang menewaskan warga Timor Timur dan orang-orang yang ditugaskan di Timor Timur. Pada tanggal 2 Oktober 1999, Dewan Keamanan PBB mengesahkan Misi PBB untuk pemerintah transisi Timor Timur, United Nations Transitional Administration in East Timor (UNTAET). Pada tanggal 26 Oktober, Presiden RI Abdurrahman Wahid menandatangani surat keputusan pembentukan Misi PBB untuk pemerintahan transisi Timor Timur, UNTAET. Lima hari kemudian, 31 Oktober 1999 seluruh prajurit dan perwira TNI meninggalkan perairan Dili. Secara resmi Timor Timur telah lepas dari Indonesia. Buku ini digunakan untuk membahas bab II, III, dan IV. F. Landasan Teori Referendum berasal dari bahasa Latin, yaitu re yang artinya kembali dan ferre yang artinya menyerahkan. 20 Menurut Kansil, ada tiga unsur referendum, yaitu: 1) menyerahkan kembali, 2) kepada rakyat sebagai pemilik/sumber kedaulatan yang semula diserahkan kepada lembaga tertentu, parlemen, MPR, 3) untuk memutuskan sesuatu UU baik yang diusulkan maupun yang sedang berlaku. 21 Dalam Kamus Istilah Politik Kontemporer, referendum atau jajak pendapat adalah pemungutan suara untuk mengambil sebuah keputusan atau politik. Pada S.A. Kodhi, Referendum dalam Negara Demokrasi Pancasila: Suatu Tinjauan Kefilsafatan dan Yuridis Konstitusional, Yogyakarta, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1989, hlm. 39, lihat juga C.S.T. Kansil, Referendum: Sarana Hukum Pemantapan dan Pengamanan UUD 1945, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1986, hlm. 94. C.S.T. Kansil, Referendum: Sarana Hukum Pemantapan dan Pengamanan UUD 1945, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1986, hlm

30 15 sebuah referendum, biasanya orang-orang yang memiliki hak pilih diminta pendapatnya. Hasil referendum bisa dianggap mengikat atau tidak mengikat. Jika mengikat, maka para anggota eksekutif wajib menjalankan hasil jajak pendapat tersebut. 22 Menurut Kodhi, referendum berarti cara penyerahan sesuatu hal kepada keputusan rakyat untuk secara langsung diterima atau ditolak. Hal tersebut dapat menyangkut perundang-undangan baik yang sudah ada atau yang berbentuk pengusulan baru; dapat pula berbentuk suatu amandemen terhadap suatu sistem perundang-undangan, termasuk undang-undang dasar, ataupun soal-soal lain yang diajukan pemerintah atau oleh sejumlah warga masyarakat yang pengaturannya telah ditentukan atau telah disepakati lebih dahulu. 23 Menurut Tolchah, referendum merupakan pemungutan suara rakyat yang diselenggarakan untuk menentukan apakah sesuatu tindakan pemerintah atau suatu peraturan yang dibuat oleh pemerintah (keduanya sudah diperlakukan atau belum diperlakukan) disetujui ataukah tidak. Apabila disetujui boleh diperlakukan, dan apabila tidak, tidak boleh diperlakukan. Jumlah yang setuju atau tidak setuju itu ditentukan. Biasanya rakyat yang pendapatnya diminta dibatasi dengan umur, mungkin militer tidak disertakan dan lain-lain Akbar Kaelola, Kamus Istilah Politik Kontemporer, Yogyakarta, Cakrawala, 2009, hlm S.A. Kodhi, op.cit., hlm. 40. SF. Marbun (Ed.), Masalah Referendum, Yogyakarta, Penerbit Jurusan htn/htp Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 1984, hlm. 32.

31 Tujuan referendum adalah untuk menanyakan kepada rakyat secara 16 langsung mengenai sebuah keputusan yang akan diambil. 25 Referendum diselenggarakan dengan mengadakan pemungutan pendapat rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia, didahului dengan penerangan yang seluasluasnya mengenai maksud dan tujuan diadakan referendum serta hal-hal teknis pelaksanaannya. 26 Pemungutan pendapat rakyat dilakukan dengan menggunakan surat pendapat rakyat. Pemilihan umum diselenggarakan dengan mengadakan pemungutan suara yang dilakukan dengan menggunakan surat suara. 27 Contohnya menanyakan kepada rakyat secara langsung mengenai setuju atau tidak terhadap kehendak Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk mengubah Undang-Undang Dasar (UUD) Yang dimaksud dengan penyelenggaraan referendum secara langsung adalah warga Negara Republik Indonesia yang mempunyai hak memberikan pendapat rakyat dapat menggunakan haknya secara langsung tanpa melalui pihak lain dan tanpa perantara maupun tingkatan; umum berarti warga Negara Republik Indonesia yang pada waktu diadakan referendum telah berusia 17 tahun atau sudah/pernah menikah berhak memberikan pendapat rakyat; bebas artinya warga Negara Republik Indonesia dalam menggunakan hak memberikan pendapat rakyat dijamin keamanannya untuk tidak mendapat tekanan, paksaan, gangguan, atau pengaruh dari siapapun C.S.T. Kansil, Referendum: Sarana Hukum Pemantapan dan Pengamanan UUD 1945, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1986, hlm C.S.T. Kansil, Memahami Pemilihan Umum dan Referendum (Sarana Demokrasi Pancasila), Jakarta, Penerbit IND. HILL-CO, 1986, hlm. 211, lihat juga C.S.T. Kansil, Referendum: Sarana Hukum Pemantapan dan Pengamanan UUD 1945, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1986, hlm C.S.T. Kansil, Memahami Pemilihan Umum dan Referendum (Sarana Demokrasi Pancasila), Jakarta, Penerbit IND. HILL-CO, 1986, hlm. 211.

32 17 dan dengan cara apapun juga; rahasia artinya untuk dapat menggunakan hak memberikan pendapat rakyat secara bebas, setiap warga Negara Republik Indonesia dijamin menggunakan haknya secara rahasia dalam arti tidak akan diketahui oleh siapapun dan dengan cara bagaimanapun mengenai isi pendapat rakyat yang diberikannya sesuai dengan hati nuraninya. 28 Kemerdekaan merupakan kekuasaan untuk menentukan diri sendiri untuk berbuat atau tidak berbuat. Jadi subyek yang merdeka itu mempunyai kekuasaan, di mana ia menguasai diri sendiri dan perbuatannya. Contohnya manusia yang berhadapan dengan suatu perbuatan yang tertentu dalam keadaan yang tertentu dan konkrit pula. Kemerdekaan terhadap setiap perbuatan sama dengan kemerdekaan terhadap setiap obyek yang konkrit. 29 Kemerdekaan berarti menguasai diri sendiri, menguasai perbuatannya. Jika manusia sudah memeluk kebahagiaannya yang penuh, di situ pula kemerdekaannya berkembang. 30 Manusia itu merdeka, akan tetapi kemerdekaan itu berdasarkan ikatan kodratnya. Dia merdeka dalam keterikatan dan terikat dalam kemerdekaannya. Konkritnya ia merdeka terhadap suatu perbuatan, artinya ia dapat melakukan atau tidak melakukan. Akan tetapi menurut ikatan tujuannya dan menurut ikatan kodratnya, ia boleh jadi tidak boleh atau wajib melakukan. Sebenarnya yang menjiwai kemerdekaan itu adalah kehausan akan kebahagiaan, atau dengan kata lain kehausan dan keharusan akan kesempurnaan manusia yang sejati C.S.T. Kansil, Referendum: Sarana Hukum Pemantapan dan Pengamanan UUD 1945, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1986, hlm Driyarkara tentang Manusia, Yogyakarta, Penerbitan Yayasan Kanisius, 1980, hlm Ibid., hlm Ibid., hlm. 63.

33 18 Kemerdekaan merupakan dambaan bagi seluruh masyarakat yang merasa dijajah oleh bangsa lain. Ada dua sifat kemerdekaan, yaitu kemerdekaan substantif dan kemerdekaan simbolis. Kemerdekaan tidak hanya dimonopoli oleh suatu bangsa karena itu adalah sesuatu yang melekat pada diri individu sejak ia dilahirkan sebagai manusia. Kemerdekaan mengandung nilai kebebasan sehingga orang mengartikan kemerdekaan yang hakiki adalah kemerdekaan yang mengandung kebebasan. 32 Dalam pidato Mohammad Hatta pada rapat umum di Medan pada tanggal 21 November 1950, Mohammad Hatta mengatakan bahwa kemerdekaan hanyalah satu cara supaya kita bisa menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan. Kemerdekaan berarti mempunyai kekuasaan sendiri, dan dengan kekuasaan itu kita bisa menyelenggarakan apa yang selama ini menjadi cita-cita dari rakyat. Contohnya Indonesia yang merdeka dan berdaulat telah diselenggarakan. Pekerjaan yang berat adalah mewujudkan tujuan negara, yaitu mencapai Indonesia yang adil dan makmur. 33 Pidato Muhammad Yamin dalam sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945, mengartikan tujuan kemerdekaan sama artinya dengan dasar kemanusiaan yang berupa kedaulatan rakyat atau kedaulatan negara. 34 Dalam pidato Mohammad Hatta untuk memperingati dua tahun RI di Bukittinggi pada tanggal 18 Agustus 1947, Mohammad Hatta mengatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan sebuah bangsa, tidaklah mudah. Pertama, Megandaru W. Kawuryan, Kamus Politik Modern, Yogyakarta, Pura Pustaka, 2008, hlm I Wangsa Widjaja & Meutia F. Swasono, Mohammad Hatta: Kumpulan Pidato III, Jakarta, Inti Idayu Press, 1985, hlm. 48. Sudaryanto, Filsafat Politik Pancasila: Refleksi atas Teks Perumusan Pancasila, Yogyakarta, Kepel Press, 2007, hlm. 123.

34 19 kemerdekaan harus diperjuangkan. Telah menjadi hukum sejarah bahwa kelahiran setiap bangsa diiringi dengan cucuran darah dan air mata. Contohnya adalah lahirnya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, tidak sedikit darah yang tertumpah, darah orang-orang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk mencapai kemerdekaan bangsa. 35 Untuk mencapai kemerdekaan, dibutuhkan suatu panitia yang mempelajari tentang kemerdekaan dari segi politik, ekonomi, tata pemerintahan. 36 Selain itu, juga dibutuhkan bendera, lagu kebangsaaan, dan pembentukan negara. 37 Setelah mengalami penjajahan, maka timbul keinginan rakyat yang dijajah untuk merdeka. 38 Pada umumnya, keinginan untuk meretakkan belenggu penjajahan asing dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern (sebab-sebab dari dalam) dan faktor ekstern (sebab-sebab dari luar). Sebab-sebab intern adalah sebab-sebab yang berasal dari sistem kolonial sendiri. Dalam sistem ini, rakyat jajahan diperlakukan secara tidak adil, diperas demi kepentingan sistem merkantilisme ekonomi. Rakyat harus bekerja keras, pajak dipungut terlalu tinggi, hak-hak asasi diinjak-injak, rakyat dibiarkan tidak terdidik. Sedangkan sebabsebab ekstern adalah sebab-sebab yang berasal dari luar sistem kolonialisme sendiri. Komunikasi rakyat di daerah jajahan secara langsung maupun tidak langsung dengan dunia luar merupakan inspirasi yang terbesar bagi tumbuhnya I Wangsa Widjaja & Meutia F. Swasono, op.cit., hlm. 23. Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoened Poesponegoro, & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975, hlm. 16. Bernhard Dahm, Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan terjemahan Hasan Basari, Jakarta, LP3ES, 1987, hlm Hidayat Mukmin, Pergolakan di Amerika Latin dalam Dasawarsa ini, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981, hlm. 26.

35 20 gagasan-gagasan baru dalam menemukan cara-cara memperjuangkan kemerdekaan. 39 Pada umumnya kondisi di negara-negara yang baru saja merebut kemerdekaan dari penjajah sangat memprihatinkan. Contohnya keadaan Indonesia dalam tahun Rakyat belum dibekali pengetahuan berpolitik dan menyusun organisasi-organisasi politik dan belum bisa membuat program yang jelas dalam partai politik. Pengalaman berparlemen juga sangat minim. Pendidikan dan kesehatan tidak mendapat banyak perhatian. Pengalaman dalam bidang ekonomi juga masih kurang. 40 Negara yang merdeka adalah negara nasional yang bersatu dan tidak terpisah-pisah, bebas dari penjajahan asing dalam bentuk apapun juga, politik maupun ideologi. 41 Kemerdekaan akan lemah jika setiap kekuasaan diberi wewenang yang luas dan tidak terperinci. 42 Tercapainya kemerdekaan bukan merupakan akhir perjuangan, karena tujuan perjuangan bukan hanya kemerdekaan politik atau bebas dari penjajahan saja, tetapi pemerintahan dijalankan berdasarkan pola kepribadian sendiri untuk mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera Ibid., hlm. 27. Ibid., hlm. 44. Mohammad Hatta, Masyarakat Kolonial dan Cita-cita Demokrasi Sosial (1956) dalam Herbert Feith & Lance Castles, eds. Pemikiran Politik Indonesia, Jakarta, LP3ES, 1988, hlm. 10. George H. Sabine, Teori-teori Politik: Sedjarah Pertumbuhan dan Perkembangannya terjemahan Soewarno Hadiatmodjo, Bandung, Penerbit Dhiwantara, 1954, hlm Hidayat Mukmin, op.cit., hlm. 43.

36 21 G. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah melalui tahap-tahap berikut: a. Pengumpulan Sumber (Heuristik) Heuristik (heuristic) berasal dari bahasa Yunani heuristiken, artinya mengumpulkan atau menemukan sumber. Yang dimaksud dengan sumber atau sumber sejarah (historical sources) adalah sejumlah materi sejarah yang tersebar dan terdifersifikasi. 44 b. Kritik Sumber (Verifikasi) Kritik sumber sejarah adalah upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber. Yang dimaksud dengan kritik adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah untuk mendapatkan objektivitas suatu kejadian. 45 Dalam usaha mencari kebenaran, sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar atau palsu, apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil. Supaya memperoleh sumber yang benar, sejarawan harus menggabungkan antara pengetahuan, sikap ragu (skeptis), percaya begitu saja, menggunakan akal sehat, dan melakukan tebakan inteligen. Jadi, fungsi dari kritik sumber adalah supaya karya sejarah merupakan produk dari suatu proses ilmiah Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010, hlm. 29. Ibid., hlm. 35.

37 22 yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan hasil dari suatu fantasi, manipulasi atau fabrikasi sejarawan. 46 Umumnya kritik sumber dilakukan terhadap sumber-sumber pertama. Kritik ini meliputi verifikasi sumber, yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber itu. Dalam metode sejarah ada dua jenis kritik sumber, yaitu kritik eksternal (otentisitas dan integritas) dan kritik internal. 47 c. Interpretasi Fakta yang sudah dikumpulkan harus diinterpretasikan untuk menghasilkan cerita sejarah. Sebenarnya interpretasi atau tafsir sangat individual, artinya siapa saja dapat menafsirkan. Walaupun datanya sama, tetapi interpretasinya bisa berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya. Perbedaan interpretasi terjadi karena perbedaan latar belakang, pengaruh, motivasi, pola pikir. Jadi interpretasi sangat subjektif, tergantung masing-masing pribadi. 48 Dalam melakukan interpretasi, sejarawan tetap berada di bawah bimbingan metodologi sejarah, sehingga subjektivitas dapat dieliminasi. Metodologi mengharuskan sejarawan mencantumkan sumber datanya supaya pembaca dapat mengecek kebenaran data dan konsisten dengan interpretasinya Helius Sjamsuddin, op.cit., hlm Ibid., hlm Suhartono W. Pranoto, op.cit., hlm. 55. Loc.cit.

38 23 Interpretasi dapat dilakukan dengan analisis dan sintesis. Menganalisis sama dengan menguraikan. Dari data yang bervariasi dapat dianalisis setelah ditarik secara induktif sehingga dapat disimpulkan. Sedangkan sintesis berlawanan dengan analisis. Sintesis sama dengan penyatuan. Data-data yang dikelompokkan menjadi satu kemudian disimpulkan. 50 d. Penulisan (Historiografi) Tahap penulisan mencakup interpretasi sejarah, eksplanasi sejarah, sampai presentasi atau pemaparan sejarah sebenarnya. Ketika seorang sejarawan memasuki tahap menulis, ia harus menggunakan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena ia harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi (penulisan sejarah) Pendekatan Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan politik, sosial, dan ekonomi. Pendekatan politik digunakan untuk menjelaskan latar belakang referendum di Timor Timur pada tahun Faktor-faktor politik di Indonesia maupun di Timor Timur membuat kelompok-kelompok yang berbeda pendapat baik di Indonesia maupun di Timor Timur semakin memanas sehingga diadakan referendum pada tahun Selain itu, pendekatan politik juga akan membantu penulis dalam mendeskripsikan proses atau jalannya referendum di Timor Timur tahun Ibid., hlm. 56. Helius Sjamsuddin, op.cit., hlm

39 24 sampai merdekanya Timor Timur tahun Tidak hanya dilihat dari sudut pandang politik, jalannya referendum di Timor Timur sampai merdekanya Timor Timur akan dideskripsikan pula dari segi sosial. Terdapat banyak dampak dari referendum sampai merdekanya Timor Timur, baik dampak bagi Timor Timur sendiri maupun bagi Indonesia. Tetapi penulis hanya akan membahasnya dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan politik, sosial, dan ekonomi. Dengan pendekatan politik, penulis berusaha mendeskripsikan mengenai politik dalam negeri Timor Timur dan Indonesia maupun politik luar negeri Timor Timur dan Indonesia (hubungan Timor Timur dan Indonesia dengan negara-negara lain). Sedangkan pendekatan sosial akan digunakan untuk mendeskripsikan keadaan sosial di Timor Timur dan Indonesia ketika terjadi referendum tahun 1999 sampai merdekanya Timor Timur tahun Setelah referendum, kebanyakan warga Timor Timur yang memilih ikut Indonesia mengungsi ke daerah Indonesia, khususnya Timor Barat yaitu Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Kupang. Hadirnya para pengungsi dari Timor-Timor di daerah-daerah Indonesia membawa dampak atau purubahan sosial yang drastis. Tidak hanya politik dan sosial, referendum dan kemerdekaan Timor Timur juga turut mempengaruhi perekonomian Timor Timur.

40 25 H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi yang berjudul Referendum dan Kemerdekaan Timor Timur adalah: Bab I : berisi pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan pendekatan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Bab III : menjelaskan latar belakang referendum di Timor Timur. : mendeskripsikan proses referendum tahun 1999 sampai merdekanya Timor Timur tahun Bab IV : mendeskripsikan dampak referendum dan kemerdekaan Timor Timur dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi. Bab V : berupa kesimpulan dari penulisan permasalahan yang diuraikan pada bab II, III, dan IV.

41 BAB II LATAR BELAKANG REFERENDUM DI TIMOR TIMUR A. Konflik antara Indonesia dan Timor Timur Pada tanggal 12 November 1991 terjadi insiden Santa Cruz yang membantu Timor Timur untuk mematahkan isolasi internasionalnya. 1 Ratusan pemuda berkumpul di Gereja St. Antonio Motael Dili, untuk mengikuti misa mengenang almarhum Sebastiao Gomes Rangel. Sebastiao adalah seorang aktifis pro kemerdekaan. Ia meninggal pada tanggal 28 Oktober 1991 dalam sebuah bentrokan antara para pemuda pro integrasi dengan pro kemerdekaan. Menurut rencana yang disepakati dengan aparat keamanan setempat, para pemuda akan melakukan ziarah kubur secara damai menuju pekuburan Santa Cruz untuk meletakkan karangan bunga di makam Sebastiao. 2 Pastor Ricardo menyelenggarakan misa untuk Sebastiao Gomes yang meninggal dua minggu sebelumnya di Gereja Motael. Dua minggu setelah misa peringatan, para hadirin berjalan ke pekuburan Santa Cruz, tempat Sebastiao dikubur. Ketika orang banyak itu membanjiri jalan-jalan Dili, mereka membentang berbagai spanduk dan meneriakkan semboyan pro kemerdekaan. Banyak orang meninggalkan tempat kerja dan rumah mereka untuk bergabung dengan rombongan yang berubah menjadi demonstrasi massa melawan kekuasaan 1 2 Joseph Nevins, Pembantaian Timor Timur, Horor Masyarakat Internasional terjemahan Nugroho Kacasungkono, Yogyakarta, Galangpress, 2008, hlm. 43. Kristio Wahyono, Timor Target, Banda Aceh, Kreung Aceh, 2009, hlm , lihat juga Khairul Jasmi, Eurico Guterres Melintas Badai Politik Indonesia, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2002, hlm

42 27 Indonesia yang pertama sejak invasi Hal ini terjadi karena ada perbedaan pendapat di antara orang-orang Timor Timur. Ada yang menginginkan kemerdekaan dan ada yang mau tetap bergabung dengan Indonesia. Ketika kerumunan demonstran mulai berpencar, militer Indonesia tiba dan menghadang di sebuah ujung jalan. Menurut saksi mata, tanpa peringatan dan tanpa provokasi, para tentara berbaris menuju kerumunan orang tersebut dan menembak dengan senapan M-16 buatan Amerika Serikat. Penembakan tersebut menewaskan lebih dari 250 orang. 4 B. Perilaku Aparat-Aparat Pendatang di Timor Timur Menurut Kiki Syahnakri, sikap para pendatang terutama aparat pemerintah, TNI, dan Polri cenderung arogan. Mereka memperlihatkan superioritas atas warga setempat dan bersikap seperti penakluk atau kaum kolonial yang berhasil menduduki sebuah koloni baru. Selain itu, mereka merasa layak untuk menjalankan peran pemerintah dan menganggap warga Timor Timur sebagai lapisan kelas dua dalam tatanan sosial masyarakat di Timor Timur. Sebagai contoh dalam acara-acara atau pesta-pesta publik, para pejabat publik (bahkan bupati) putra daerah sering ditempatkan di deretan kursi belakang. Sedangkan para pejabat pendatang yang secara hierarkis pemerintahan statusnya di bawah bupati menempati kursi paling depan. Seringkali tidak ada kesadaran akan kondisi tersebut. Perilaku pejabat pendatang mengabaikan tata norma 3 4 Joseph Nevins, op.cit., hlm Ibid., hlm. 43.

43 28 kearifan lokal untuk menghargai sesepuh masyarakat putra daerah seperti itu menumbuhkan sikap antipati masyarakat setempat. Sikap superior seperti itu melahirkan perilaku negatif lainnya, terutama korupsi. Banyak pejabat pendatang yang mengelola keuangan daerah dengan sewenang-wenang. Dalam perkembangannya, perilaku korup yang awalnya hanya dilakukan oleh pejabat pendatang mulai menular kepada para pejabat pemda putra daerah. Ketika Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia, Timor Timur mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat dan mendapat aliran dana yang sangat besar. 5 Dari sisi militer atau TNI, ada juga sikap yang memancing ketidaksenangan dan kemarahan di pihak rakyat Timor Timur. Hal tersebut terlihat dari berbagai kasus kekerasan yang terjadi dan oknum TNI sebagai aktor utamanya. Dalam bukunya, Kiki Syahnakri menyatakan bahwa ia sama sekali tidak membantah terjadinya kasus-kasus kekerasan oleh oknum TNI-Polri atau ABRI pada saat itu, karena kenyataan di lapangan membuktikan memang ada anggota-anggota ABRI yang terjebak dalam perilaku yang jauh dari sikap teritorial dan melakukan tindakan kekerasan. 6 Sebagai contoh pernah terjadi kasus pemukulan terhadap seorang pastor, Romo Dominggus. Walaupun kemudian pelaku pemukulan, oknum TNI mengaku tidak mengetahui bahwa orang yang ia pukul adalah seorang pastor. Tetapi hal tersebut tetap memicu kemarahan dan kebencian umat dan rakyat Timor Timur terhadap TNI Kiki Syahnakri, Timor Timur The Untold Story, Jakarta, Penerbit Buku Kompas, 2013, hlm Ibid., hlm Ibid., hlm. 351.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur telah terpecah belah akibat politik devide at impera. Pada 1910 terjadi pemberontakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan melalui UU No. 7 Th. 1976 (LN. 1976-36) tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara

Lebih terperinci

KEMERDEKAAN TIMOR LESTE TAHUN 1999

KEMERDEKAAN TIMOR LESTE TAHUN 1999 KEMERDEKAAN TIMOR LESTE TAHUN 1999 Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memnuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Sejarah (S1) dan mencapai gelar Sarjana Sastra. SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik Demokratik de Timor Leste (juga disebut Timor Lorosa e) adalah sebuah negara di Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak deklarasi Integrasi di Balibo pada 30 November 1975, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak deklarasi Integrasi di Balibo pada 30 November 1975, Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak deklarasi Integrasi di Balibo pada 30 November 1975, Indonesia menganggap Timor Timur sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp Pendahuluan Timor Timur berada di bawah penjajahan Portugal selama lebih dari empat abad sebelum akhirnya Revolusi Anyelir di tahun 1974 membuka jalan bagi kemerdekaan negaranegara koloninya. Setelah keluarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA ORDE BARU: STUDI KASUS OPERASI SEROJA / INTEGRASI TIMOR-TIMUR KE WILAYAH NKRI TINGKAT ANALISIS SISTEM GLOBAL Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam peneltian ini peneliti dapat melihat bahwa, Menteri Luar Negeri Ali Alatas melihat Timor Timur sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum dan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme. Selama 24 (dua puluh empat) tahun rakyat Timor Leste berjuang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER 145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik

Lebih terperinci

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

MATERI UUD NRI TAHUN 1945 B A B VIII MATERI UUD NRI TAHUN 1945 A. Pengertian dan Pembagian UUD 1945 Hukum dasar ialah peraturan hukum yang menjadi dasar berlakunya seluruh peraturan perundangan dalam suatu Negara. Hukum dasar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERTEMUAN DENGAN VETERAN DAN PEJUANG PERANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal

BAB I PENDAHULUAN. Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Timor Timur merupakan salah satu negara yang pernah dijajah oleh Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal berlangsung begitu

Lebih terperinci

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000) AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000) Perubahan kedua terhadap pasal-pasal UUD 1945 ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000. Perubahan tahap kedua ini ini dilakukan terhadap beberapa

Lebih terperinci

2016 PERISTIWA SANTA CRUZ 12 NOVEMBER 1991: DINAMIKA SEJARAH TIMOR TIMUR PASCA INTEGRASI KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

2016 PERISTIWA SANTA CRUZ 12 NOVEMBER 1991: DINAMIKA SEJARAH TIMOR TIMUR PASCA INTEGRASI KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Timor Timur atau yang sekarang dikenal dengan Negara Demokratic Republic Timur-Leste merupakan daerah bekas jajahan Portugis. Selain itu daerah tersebut pernah menjadi

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dengan judul skripsi Peranan Polisi Pengawas Aliran Masyarakat Ditengah

Lebih terperinci

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) JURNAL MAJELIS MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) Oleh: Dr. BRA. Mooryati Sudibyo Wakil Ketua MPR RI n Vol. 1 No.1. Agustus 2009 Pengantar Tepat pada ulang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penting. Dalam periode ini Partai Fretilin tumbuh menjadi kekuatan utama di

BAB V KESIMPULAN. penting. Dalam periode ini Partai Fretilin tumbuh menjadi kekuatan utama di BAB V KESIMPULAN Antara April 1974 dan Desember 1975 rakyat Timor Timur mengalami perubahan sosial dan politik yang sangat besar dan pergolakan militer yang sangat penting. Dalam periode ini Partai Fretilin

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya didasari oleh keinginan untuk hidup berbangsa dan bernegara secara demokratis. Terdapat alasan lain

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERANAN AUSTRALIA DALAM PROSES LEPASNYA TIMOR TIMUR DARI NKRI PADA TAHUN 1999 SKRIPSI

PERANAN AUSTRALIA DALAM PROSES LEPASNYA TIMOR TIMUR DARI NKRI PADA TAHUN 1999 SKRIPSI PERANAN AUSTRALIA DALAM PROSES LEPASNYA TIMOR TIMUR DARI NKRI PADA TAHUN 1999 SKRIPSI NOVI HARIANI 090906026 DOSEN PEMBIMBING : Drs. Heri Kusmanto, M.A, Ph.D DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

FORMAT POLITIK ORDE BARU DAN KEBIJAKAN FUSI PARTAI POLITIK TAHUN 1973 SKRIPSI. Oleh: M. Iqbal Ibrahim Hamdani NIM

FORMAT POLITIK ORDE BARU DAN KEBIJAKAN FUSI PARTAI POLITIK TAHUN 1973 SKRIPSI. Oleh: M. Iqbal Ibrahim Hamdani NIM FORMAT POLITIK ORDE BARU DAN KEBIJAKAN FUSI PARTAI POLITIK TAHUN 1973 SKRIPSI Oleh: M. Iqbal Ibrahim Hamdani NIM 060210302244 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDONESIA-AUSTRALIA PADA MASA PEMERINTAHAN JOHN HOWARD TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN INDONESIA-AUSTRALIA PADA MASA PEMERINTAHAN JOHN HOWARD TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN INDONESIA-AUSTRALIA PADA MASA PEMERINTAHAN JOHN HOWARD TAHUN 1996-2007 SKRIPSI OLEH: GARGARISNA DIPUTRA NIM. 050210302029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini penulis akan memaparkan metodologi penelitian dalam mengkaji berbagai permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul DAMPAK REVOLUSI BUNGA DI PORTUGAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak Asasi Manusia (HAM) menurut pasal 1 ayat 1 UU. No. 39 tahun 1999 yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dengan keberadaan manusia sebagai

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TANGGAL 11 MEI 2004 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2004 2009 I. Mukadimah 1. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT 37 BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT A. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia Demokrasi adalah bentuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PEMBERHENTIAN PRESIDEN SEBELUM DAN SESUDAH PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS PEMBERHENTIAN PRESIDEN SEBELUM DAN SESUDAH PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS PEMBERHENTIAN PRESIDEN SEBELUM DAN SESUDAH PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA DOSEN PENGAMPU : HARI SUDIBYO S.KOM UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA NAMA: HERI SANTOSO NIM: 11.11.5151

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 BAB II ISI... 4 2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan... 2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d.1949...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia Demokrasi Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945 BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD 1945 A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Dalam UUD 1945, pengaturan tentang pemerintah daerah diatur dalam Bab VI pasal

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi Undang Undang yang berkaitan dengan Demokrasi a. Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (sebelum

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Posted by KuliahGratisIndonesia Materi soal Undang-undang merupakan salah satu komposisi dari Tes Kompetensi Dasar(TKD) yang mana merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya korban pembunuhan melalui cara penembakan yang dikenal dengan nama penembakan misterius.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Kelompok 3 Nama Anggota Kelompok : 1. Dewi nurfitri 2. Fatih 3. Fadri Wijaya 4. Moh. Akmal 5. Rahman Suwito PRODI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ganda, sementara itu terdapat juga negara-negara yang menerapkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. ganda, sementara itu terdapat juga negara-negara yang menerapkan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keanggotaan seseorang dari suatu komunitas bangsa biasanya berhubungan dengan hukum terkait kelahirannya, karena adanya hubungan darah ataupun karena imigrasi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam Pasal UUD 1945 dan Kebijakan Negara Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA JURNAL STATUS KEWARGANEGARAAN MASYARAKAT YANG BERDOMISILI DI KAWASAN PERBATASAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR LESTE KHUSUSNYA YANG BERDOMISILI DI WILAYAH KABUPATEN BELU ( Studi

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP

Lebih terperinci

Negara Hukum. Manusia

Negara Hukum. Manusia Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia Negara hukum / Rule of Law / Rechtsstaat yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa Negara demokrasi adalah negara hukum, namun negara hukum belum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA EsA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA EsA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA EsA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL

JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL NPM : 100510366 Diajukan Oleh: ARCANJO JUVIANO SAVIO Program Studi Program Kekhususan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT

PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT TUNTUTAN KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN UNTUK MANTAN MENTERI PERTAHANAN INDONESIA, KOMANDAN MILITER TERTINGGI INDONESIA DAN GUBERNUR TIMOR LESTE Resolusi

Lebih terperinci

PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM

PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM 080210302030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

DATA PELANGGARAN HAM DI INDONESIA 1. Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum

DATA PELANGGARAN HAM DI INDONESIA 1. Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum DATA PELANGGARAN HAM DI INDONESIA 1 Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum No Nama Kasus Th Jumlah Korban Keterangan 1 Pembantaian massal 1965 1965-1970 1.500.000 Korban sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN Pasal 19 s/d 37 Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan Yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani Oleh Kelompok Ihwan Firdaus Ma rifatun Nadhiroh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1985 TENTANG REFERENDUM. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1985 TENTANG REFERENDUM. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1985 TENTANG REFERENDUM Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat berketetapan untuk mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945, tidak berkehendak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Kuliah ke 13) suranto@uny.ac.id 1 A. UUD adalah Hukum Dasar Tertulis Hukum dasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Hukum dasar tertulis yaitu UUD, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci