Penyeimbang Beban Pada Gardu Distribusi Dengan Metode Seimbang Beban Seharian Di PT. PLN Area Bukittinggi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penyeimbang Beban Pada Gardu Distribusi Dengan Metode Seimbang Beban Seharian Di PT. PLN Area Bukittinggi"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Penyeimbang Beban Pada Gardu Distribusi Dengan Metode Seimbang Beban Seharian Di PT. PLN Area Bukittinggi Fazari Abdillah, Margo Pujiantara, Soedibjo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya fazari.abdillah11@mhs.ee.its.ac.id, margo@ee.its.ac.id, soedieb@ee.its.ac.id Abstrak Penyeimbangan beban merupakan suatu rutinitas yang dilakukan oleh PLN dalam rangka manajemen sebuah trafo distribusi. Selama ini, penyeimbangan beban dilakukan pada Waktu Beban Puncak (WBP) saja. Sehingga kegiatan penyeimbangan beban pada suatu trafo belum menjamin tercapainya keseimbangan beban di titik Luar Waktu Beban Puncak (LWBP). Penyeimbangan juga dilakukan dengan trial and error. Tentunya hal ini tidak efektif dan efisien baik dari segi hasil yang diinginkan dan waktu yang digunakan. Berkaca dari hal tersebut, perlu dilakukan penyeimbangan beban WBP dan LWBP disertai besaran beban terukur sebagai dasar penyeimbangan. Penyeimbangan dilakukan dengan metode SBS (seimbang beban seharian) melalui proses simulasi. Dengan menggunakan simulasi terlebih dahulu, dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari kegiatan penyeimbangan beban ini. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran awal beban dan data beban pada sebuah trafo distribusi yang akan diseimbangkan sebagai input software simulasi. Penyeimbangan dilakukan merujuk pada hasil simulasi. Sehingga keseimbangan antar fasanya tercapai disemua titik waktu kurva beban. Secara keseluruhan setelah dilakukan penyeimbangan beban didapatkan hasil dengan menurunnya nilai arus maksimum dari 101 ampere menjadi 95 ampere. Kemudian nilai arus netral rata rata juga berhasil berkurang dari 51 ampere menjadi 0 ampere. Bukan hanya 2 parameter tersebut, untuk rata rata ketidakseimbangan dalam sehari juga menurut dari 14% persen menjadi 6%. Kata Kunci Luar Beban Puncak, Penyeimbangan, Seimbang Beban Seharian, Software simulasi, Waktu Beban Puncak. K I. PENDAHULUAN egiatan penyeimbangan beban trafo distribusi merupakan kegiatan rutin yang dilakukan PLN. Hal ini dikarenakan selalu terjadi ketidakseimbangan beban antar fasa seiring dengan terus meningkatnya jumlah pelanggan. Jumlah pertumbuhan pelanggan PLN tidak sama disetiap fasanya. Begitu juga jika terjadi putus langganan pengguna energi listrik PLN, maka akan berbeda setiap fasa. Karena keadaan beban yang terus berubah, maka perlu dilakukan penyeimbangan beban secara berkala. Jumlah gardu distribusi dalam wilayah kerja PLN Ranting/Rayon/Cabang lebih banyak dibanding dengan jumlah petugas pemeliharaan. Sehingga jika penyeimbangan tetap dilakukan dengan cara konvensional maka akan memakan waktu lama untuk proses penyeimbangan beban. Karena cara konvensional memungkinkan untuk dilakukan penyeimbangan lebih dari sekali sehingga tidak efektif dan efisien dalam biaya, tenaga, dan waktu [1]. Penyeimbangan beban dengan cara konvensional hanya berdasarkan WBP. Sedangkan saat LWBP yang waktunya lebih panjang tidak diseimbangkan. Maka perlu dilakukan penyeimbangan beban dengan metode Seimbang Beban Seharian. Melalui penggunaan software, dapat dilakukan simulasi terlebih dahulu. Data untuk simulasi merupakan data primer beban trafo selama 24 jam dengan pengukuran setiap 1 jam. Datanya berupa nilai arus beban tanpa sudut fasa (dianggap ideal). Trafo yang akan diseimbangkan dipilih berdasarkan data pengukuran trafo tidak seimbang semester II tahun Trafo dikatakan tidak seimbang jika tingkat ketidakseimbangan lebih dari 20%. Setelah dilakukan simulasi penyeimbangan kemudian dilakukan proses penyeimbangan beban pada trafo. Dengan dilakukannya penyeimbangan berdasarkan data selama sehari, maka dapat menurunkan besarnya arus netral yang ada serta meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan penyeimbangan beban. II. JARINGAN DISTRIBUSI DAN KESEIMBANGAN BEBAN A. Transformator dan Pembebanannya Transformator merupakan peralatan kelistrikan yang dapat memindahkan energi listrik dari suatu rangkaian listrik kerangkaian listrik lainnya melalui belitan dan inti besi dengan memanfaatkan induksi elektromagnetik. Prinsip kerjanya berdasarkan hukum ampere dan hukum faraday, dimana arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan kemudian medan magnet menimbulkan arus listrik. Jika salah satu kumparan diberi arus AC maka jumlah garis gaya magnet berubah ubah. Sehingga pada sisi primer akan terjadi induksi. Disisi sekunder menerima garis gaya magnet dari sisi primer yang jumlahnya berubah-ubah pula. Maka disisi sekunder juga timbul induksi yang akibatnya antara dua ujung sekunder terdapat beda tegangan. Pada umumnya trafo di indonesia memiliki sistem pendinginan ONAN yang dibebani dengan tipe siklus. Secara umum dengan suhu rata-rata indonesia sekitar 0ºC maka suatu trafo dapat dibebani kontinu sebesar 80% kapasitasnya. Namun trafo juga mampu dibebani hingga 110% kapasitasnya tetapi hanya untuk waktu kurang dari 4 jam.

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) B. Sistem Fasa Seimbang dan Tak Seimbang Sistem fasa merupakan suatu metoda dalam penyaluran energi listrik yang umum digunakan. Dengan metoda ini ada yang disertai jalur netral dan ada yang tanpa jalur netral. Sistem fasa yang menggunakan jalur netral disebut fasa 4 kawat. Sistem ini yang umum digunakan di indonesia. Persamaannya adalah sebagai berikut: I R = I R cos θ 1 + j I R sin θ 1 ( 2.1 ) I S = I S cos θ 2 + j I S sin θ 2 ( 2.2 ) I T = I T cos θ + j I T sin θ ( 2. ) I N = I R + I S + I T ( 2.4 ) C. Arus Netral Fenomena arus netral terjadi pada semua gardu distribusi. Salah satu penyebab munculnya arus netral adalah ketidakseimbangan beban pada sistem fasa. Semakin tinggi tingkat ketidakseimbangan maka arus netral yang ada juga semakin tinggi. Arus netral dapat mengakibatkan menurunnya kualitas tegangan dan arus menurun. Efek lainnya yaitu efisiensi trafo berkurang, rugi rugi energi dan penurunan kualitas peralatan distribusi. Berikut merupakan akibat tingginnya arus netral berupa penurunan kualitas tegangan dan arus : Pada sistem fasa diharapkan jumlah beban tiap fasa seimbang. Sistem dikatakan seimbang jika besar arus yang mengalir disetiap fasanya sama dan beda sudut fasa adalah 120º. Sehingga persamaan arus netralnya adalah sebagai berikut : I N = (I cos 0 + I cos I cos 240 ) + j(i sin 0 + I sin 120 +I sin 240 ) I N = ( I 1 I I N = 0 I ) + j ( 2 I + 2 I) Dengan diagram fasor sebagai berikut: Gambar.1. Diagram fasor sistem fasa beban seimbang [1] Sedangkan pada keadaan tidak seimbang terdapat beberapa kriteria dimana ketiga vektor sama besar dan sudut fasa tidak beda 120º. Kemudian kondisi kedua seperti yang digunakan pada penelitian ini dimana ketiga vektor tidak sama besar tetapi sudut fasa beda 120º. Dan kondisi terakhir adalah ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º antar fasanya. Dengan diagram fasor seperti berikut : Gambar.. Pembebanan seimbang [6] Pada gambar diatas terdapat bentuk gelombang arus primer trafo I R, I S, I T serta gelombang arus sekunder trafo Ib R, Ib S, Ib T. Gelombang arus sekunder memiliki tinggi gelombang yang sama setiap fasanya. Keadaan ini terjadi ketika besarnya beban setiap fasa sama. Sedangkan pada gambar dibawah merupakan keadaan dimana besarnya beban tidak seimbang. Tinggi gelombang keluaran setiap fasanya berbeda. Pada gambar. arus netral (I 0) bernilai nol sedangkan pada gambar.4 arus netral tidak bernilai nol. Gambar.4. Pembebanan tak seimbang [6] Gambar.2. Diagram fasor sistem fasa beban tidak seimbang [1] Besarnya arus netral dapat diatasi dengan melakukan pemerataan beban, memperbaiki sambungan netral, menurunkan kapasitas trafo, dan minimisator arus netral.

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 Untuk akibat dari arus netral terjadi penurunan efisiensi trafo berupa rugi rugi tambahan arus eddy yang mengalir di lapisan inti besi, kemudian tambahan arus bocor pada isolasi dan akan menghasilkan skin effect pada penghantar di trafo. D. Karakteristik Beban Tenaga Listrik Pada sistem distribusi terdapat berbagai macam kelompok beban. Secara umum diantaranya adalah sektor perumahan, sektor industri, sektor komersial dan sektor usaha. Masing masing sektor memiliki peralatan dan waktu penggunaan energi yang berbeda beda. Beban rumah tangga dengan beban lampu penerangan, kipas angin, lemari es, penyejuk udara, peralatan dapur, motor pompa air dan sebagainya. waktu puncak penggunaan energinya menjelang malam hingga pagi hari. Untuk beban komersial biasanya terdiri dari penerangan reklame, kipas angin, penyejuk udara, BTS dan lainnya. Hotel dan perkantoran juga merupakan kelompok konsumen komersial. Penggunaan daya listrik akan meningkat mulai pagi hingga puncak di siang hari dan menurun di sore hari. Berikutnya adalah beban industri, industri skala besar pada umumnya beroperasi selama 24 jam. Sedangkan skala kecil hanya beroperasi di siang hari. Dan terakhir beban fasilitas umum seperti lampu jalan. Pengklasifikasian penting dilakukan untuk melakukan analisa karakteristik beban pada suatu sistem yang besar dan beragam. Empat jenis beban diatas sangat berpengaruh karena memiliki jenis dan waktu beban puncak yang berbeda beda. Penghantarnya berupa kabel jenis LVTC ( Low Voltage Twisted Cable ). Ukuran LVTC adalah 2 x 10mm 2, 2 x 16mm 2, 4 x 25mm 2, x 5mm 2, x 50mm 2, x 70mm 2. Setiap Ukuran berbeda kegunaan, sehingga perlu dilakukan pemilihan sesuai kebutuhan. Dimana akan berpengaruh pada rugi daya yang dirubah menjadi panas. Hal ini karena adanya tahanan pada kawat itu sendiri. Besarnya rugi daya adalah sebesar arus dikuadratkan dikalikan dengan hambatan. Penggunaan ukuran kawat yang lebih besar akan mengakibatkan kecilnya rugi rugi karena tahanan juga mengecil. Selanjutnya pemilihan ukuran kawat akan berpengaruh pada kerugian tegangan dan batasan kuat arus. Berbeda jenis dan ukuran kawat akan menyebabkan perbedaan besar hambatan sebuah kabel. III. SIMULASI PENYEIMBANGAN BEBAN DENGAN METODA SBS A. Persiapan dan Langkah Simulasi Penelitian penyeimbangan beban ini dilakukan dengan bebarapa langkah kerja seperti pada diagram alur seperti dibawah ini. Pengumpulan Data trafo Masukan ke sheet TRAFO JTR START Penentuan gardu yang akan diseimbangkan Ukur beban gardu sebelum diseimbangkan Masukkan ke sheet DATA - PLG Print Sheet PEMINDAHAN Pemindahan Beban Simulasi Total Pengukuran gardu setelah penyeimbangan SimulasiSaluran Sekunder Gambar.5. Kurva / profil beban [1] Tidak Kotak Kontrol total dan saluran sekunder Input Data BEBAN - SSDH E. Kabel Jaringan Tegangan Rendah Kabel merupakan penghantar listrik yang terbungkus bahan isolasi terpisah satu dengan yang lainnya, kemudian bersama sama terbungkus isolasi utama. Jaringan tegangan rendah ( JTR ) adalah jaringan tenaga listrik dengan tegangan rendah yang mencakup seluruh bagian jaringan tersebut beserta perlengkapannya [8]. JTR berhubungan langsung dengan konsumen tenaga listrik. Pada JTR tegangan 20/11kV jaringan tegangan menengah diturunkan menggunakan trafo distribusi menjadi 80/220V. Sistem penyaluran listrik JTM ataupun JTR dibedakan menjadi 2 macam. Pertama saluran udara tegangan rendah ( SUTR ). Pada jenis ini digunakan kabel telanjang tanpa isolasi seperti AAAC, kabel ACSR. Kedua saluran kabel udara tegangan rendah ( SKUTR ). Tidak Ya Hasi simulasi memuaskan Gambar.6. Diagram alur penyeimbangan beban metode SBS Ya Evaluasi pada sheet GRAFIK Berdasarkan gambar.6. diatas, tindakan yang paling pertama dilakukan adalah penentuan gardu yang akan diseimbangkan berdasarkan data ketidakseimbangan trafo di PLN. Pada penelitian ini, trafo yang dipilih adalah gardu 009 Yudi Plastik di wilayah kerja PLN rayon bukittinggi area END

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) bukittinggi. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data trafo. Trafo 009 ini memiliki kapasitas 100 kva dengan I maks adalah 144 ampere. Gardu memiliki 2 saluran sekunder yang menuju ke pelanggan. Masing masing penghantar saluran sekunder berjenis LVTC Al dengan luas penampang 70mm 2 KHA 185 ampere. Untuk saluran sekunder 1 wilayah penyebarannya ke daerah simpang taluak kurang lebih sepanjang 1,2 km dan saluran sekunder 2 ke daerah kapeh panji sejauh 1,5 km terlihat pada gambar.7. Data trafo ini diinput ke program simulasi. Selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pengukuran beban pada gardu. Pengukuran dilakukan secara manual selama 24 jam dengan interval 1 jam. Pengukuran untuk mendapatkan nilai arus fasa dan netral pada pangkal saluran sekunder dan pembagiannya. Setelah proses simulasi pada program dilakukan, hasil simulasi akan di evaluasi. Mulai dari data yang diinput, ketersedian jumlah dan jenis pelanggan yang akan dipindah fasakan, keefektifan pemindahan beban dari suatu fasa ke fasa lain, tingkat keseimbangan maksimal yang dicapai dan terakhir adalah pengecekan silang sheet pemindahan dengan hasil simulasi pada sheet saluran sekunder dan total. B. Perhitungan Simulasi Secara garis besar terdapat 2 kelompok nilai pada program simulasi. Pertama merupakan nilai hasil pengukuran sebelum penyeimbangan beban dan yang kedua adalah nilai asumsi setelah dilakukan penyeimbangan beban. Nilai asumsi didapat dengan persamaan berikut: I = I awal + (Perubahan I perbeban rasio beban) (.1 ) Kemudian terdapat jam WBP pada saluran sekunder tersebut beserta besarnya arus yang mengalir pada WBP. Selanjutnya adalah perhintungan nilai arus netral rata rata yang terjadi selama 1 hari: I ni = (R i 1 2 S i 1 2 T i) 2 + ( 1 2 S i 1 2 T i ) 2 (.2 ) Gambar.7. Peta penataan data pelanggan dan jaringan Pengukuran seharusnya dilakukan dengan menggunakan alat Power Logger. Alat ini dapat mengukur perubahan arus dengan interval setengah jam. Karena pada PLN bukittinggi tidak memiliki alat ini, sehingga pengukuran dilakukan manual. Setelah data arus selama 24 jam didapat, data selanjutnya dimasukkan ke program simulasi pada sheet data pelanggan. Proses selanjutnya adalah melakukan simulasi penyeimbangan beban pada program. Simulasi dilakukan pada masing masing saluran sekunder dan pada sheet total. Keadaan seimbang bukan hanya dilihat dari grafik yang muncul tetapi juga pada kotak hasil simulasi. Pengenalan profil beban akan membantu dalam melakukan simulasi pemindahan beban. Saat suatu fasa memiliki kelebihan beban pada suatu waktu, dengan mengetahui profil beban dapat ditentukan jenis beban apa yang dikurangi agar kelebihan beban dapat ditekan. Gambar.8. Sheet penyeimbangan Dengan nilai arus netral perjam seperti (.2 ), maka nilai rata rata sehari adalah: I n = I n 00+ I n 01 + I n I n 2 Jumlah Data ( jam ) (. ) Berikutnya adalah persamaan perhitungan ketidakseimbangan saat WBP Avg = R WBP+S WBP +T WBP (.4 ) % Ketidakseimbangan WBP = % R WBP + % S WBP + % T WBP (.5 ) Untuk nilai rata rata ketidakseimbangan dalam sehari dihitung menggunakan persamaan : Avg i = R i+s i +T i (.6 ) % Ketidakseimbangan jam ke-i = % i R i + % i S i i + % i T i i i. (.7 ) %rata rata ketidakseimbangan sehari = ketidakseimbangan Ketidakseimbangan 2 (.8 ) Jumlah Data Jam Dengan program simulasi juga dapat diketahui keadaan cadangan kapasitas arus dan jaringan pada trafo dan saluran sekunder. Beberapa indikatornya adalah keadaan cukup dimana nilai arus WBP lebih kecil dari nilai arus maksimum trafo dikali kemudian keadaan kritis dimana arus WBP

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) lebih kecil dari arus maksimum trafo dan keadaan overload ketika nilai arus WBP melebihi nilai arus maksimum trafo. Program simulasi juga dapat menghitung losses energi yang terjadi pada trafo dan pada saluran sekunder 1 maupun 2. Dimana untuk losses energi pada trafo didapat dengan persamaan berikut : Looses Energi = susut perjurusan + susut belitan trafo (.9 ) Sedangkan untuk losses energi pada saluran sekunder didapat dengan persamaan (.9 ) tetapi tanpa parameter susut belitan trafo. Selanjutnya dapat diperkirakan besarnya daya saving dalam kw dan dalam rupiah. Dan terakhir merupakan perkiraan kondisi keseimbangan hingga penyeimbangan periode berikutnya dilakukan. Kondisi diperkirakan menurun 50% dari keadaan setelah diseimbangkan kemudian akan ditampilkan dalam berntuk saving daya dan dalam rupiah. Biaya produksi diasumsikan sebesar Rp per kwh. saving KKAT = saving 1 %KKAT saving (.10 ) 2 saving KKAT(Rp) = Saving KKAT(KWH) BiayaProduksi (.11 ) IV. HASIL SIMULASI, IMPLEMENTASI DAN ANALISA A. Hasil Simulasi Setelah dilakukan simulasi penyeimbangan beban, dapat dihitung nilai nilai yang dijadikan acuan atas kondisi keseimbangan yang akan terjadi setelah penyeimbangan beban. Perhitungan terbagi menjadi bagian total atau pangkal, saluran sekunder 1 dan 2. Nilai nilai didapat dengan menggunakan persamaan seperti yang telah dipaparkan pada BAB III. Nilai pertama yang didapat adalah nilai arus fasa dan arus netral hasil simulasi. Nilai ini dipergunakan untuk membuat perbandingan beberapa parameter keseimbangan beban antara sebelum dan sesudah simulasi. Dimana pada simulasi saluran sekunder 1, arus WBP akan menurun dari 85 ampere menjadi 72 ampere dengan WBP bergeser dari jam menjadi Arus netral rata rata akan mengalami penurunn dari sebelumnya 27 ampere menjadi 9 ampere. Kemudian ketidakseimbangan saat WBP membaik dari sebelumnya 20.5% menjadi 14.9%. Untuk rata rata ketidakseimbangan dalam 1 hari terjadi perbaikan dari 24.8% menjadi 7.52% dan cadangan kapasitas jaringan masih dalam kondisi cukup. Diperkirakan akan dapat menekan rugi rugi hingga 420 kwh atau setara dengan 4.1 juta rupiah. Kemudian untuk simulasi pada saluran sekunder 2, WBP kemungkinan terjadi tetap pada jam 21.00, dengan arus yang meningkat dari 5 ampere menjadi 7 ampere. Sedangkan arus netral rata rata menurun dari 12 ampere menjadi 5 ampere. Selanjutnya adalah tingkat ketidakseimbangan saat terjadi WBP membaik dari 26.2% menjadi 20.6%. Dan bagian yang paling penting yaitu rata rata ketidakseimbangan dalam sehari yang membaik dari 5.6% menjadi 12.68% dengan cadangan kapasitas jaringan yang dalam kondisi cukup. Jika dilakukan penyeimbangan beban berdasarkan hasil simulasi ini, maka diperkirakan akan menghemat daya sebesar 716 kwh atau setara dengan 900 ribu rupiah. Sehingga jika dilihat hasil secara keseluruhan atau pada pangkal saluran sekunder maka WBP akan tetap pada jam dengan besarnya arus yang turun dari 101 ampere menjadi 97 ampere. Disertai dengan turunnya arus netral rata rata dari 19 ampere menjadi 9 ampere. Berikutnya ketidakseimbangan saat WBP menbaik dari 6.% menjadi.5%. kondisi rata rata ketidakseimbangan dalam seharipun membaik dari 1.75% menjadi 6.4% dengan cadangan kapasitas arus belitan masih mencukupi. Kondisi keseimbangan hasil simulasi ini dapat menghemat energi sebesar 4217 kwh dimana setara dengan 5.1 juta rupiah. Dan kondisi keseimbangan hingga kegiatan penyeimbangan berikutnya dilakukan jika diperkirakan kondisi menurun 50% maka daya yang dihemat sekitar 162 kwh atau setara dengan.8 juta rupiah. B. Implementasi Penyeimbangan Dari hasil simulasi yang telah ada, maka dilakukan implementasi terhadap trafo yang diteliti. Idealnya penyeimbangan hanya sekali dilakukan. Sebelum dilakukan penyeimbangan beban harus disiapkan terlebih dahulu lembar penyeimbangan beban mulai dari saluran sekunder 1, 2 dan total. Selanjutnya ditentukan pelanggan mana yang akan dipindah dengan posisi pelanggan pada peta penataan data pelanggan dan jaringan ( PDPJ ). Untuk kategori beban kantor, bisnis, terpusat disekitar simpang jambu air. Sedangkan untuk kategori rumah tangga tersebar disemua wilayah beban gardu 009. Selanjutnya adalah validasi pelanggan yang akan dipindah fasakan dengan melihat nomor pengenal pelanggan pada meteran pelanggan. Kemudian dilakukan proses penyeimbangan beban oleh operator sesuai lembar pemindahan beban. Dan proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran beban hasil penyeimbangan selama 24 jam dengan interval waktu pengukuran 1 jam. C. Analisa Hasil Penyeimbangan Setelah dilakukan pengukuran beban sesudah proses penyeimbangan, nilai hasil pengukuran dimasukkan kedalam program simulasi untuk analisa hasil penyeimbangan beban. Akan diketahui apakah keadaan setelah penyeimbangan semakin baik atau malah sebaliknya. Data pengukuran dimasukkan kedalam sheet beban sesudah. Maka akan muncul grafik dan tabel perbandingan sebelum dan sesudah penyeimbangan dilakukan.

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Gambar.9. Grafik total sebelum diseimbangkan Gambar.10. Grafik total setelah diseimbangkan Tabel 1. Perbandingan hasil penyeimbangan total Dari grafik perbandingan sebelum dan sesudah penyeimbangan terlihat bahwasanya sebelum penyeimbangan pada siang hari beban di fasa R cukup tinggi lebih dari 80 ampere. Sedangkan fasa S disekitaran 40 ampere. Setelah diseimbangkan, beban fasa R, S, dan T disiang hari berada dikisaran 60 ampere. Kemudian secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel hasil penyeimbangan. Terlihat bahwa nilai arus maksimum mengalami penurunan dari 101 ampere menjadi 95 ampere. Kemudian arus netral rata rata menurun dari 51 ampere menjadi 0 ampere. Selanjutnya rata rata ketidakseimbangan dalam sehari membaik dari 14% menjadi 6% serta cadangan kapasitas arus belitan dalam kondisi cukup. V. KESIMPULAN Setelah dilakukan penyeimbangan beban berdasarkan hasil simulasi maka dapat disimpukan bahwasanya : 1. Sebuah konfigurasi fase 4 kawat dapat dikatakan tidak seimbang jika arus netral tidak bernilai nol. 2. Ketidakseimbangan beban dapat mengakibatkan penurunan kualitas arus fasa dengan munculnya arus netral, kemudian efisiensi trafo yang rendah, dan rugi - rugi kabel netral.. Pembaharuan parameter parameter simulasi membuat hasil penyeimbangan akan semakin akurat. 4. Dengan menggunakan program simulasi serta metoda SBS, hasil penyeimbangan akan lebih akurat serta efektif dan efisien dalam tenaga dan waktu penyeimbangan. 5. Penyeimbangan beban berdasarkan data selama sehari dapat menurunkan tingkat ketidakseimbangan beban seharian. 6. Penyeimbangan yang dilakukan juga dapat menekan besarnya arus netral yang terlihat dari nilai arus rata rata menurun dari 51 ampere menjadi 0 ampere. 7. Perbedaan besarnya arus tiap fasa bukan satu satunya penyebab munculnya arus netral. DAFTAR PUSTAKA [1]. Santoso, Sri Budi, Penyeimbang Beban Gardu Distribusi Metode SBS ( Seimbang Beban Seharian ), Sulawesi. [2]. PT PLN ( Persero ), Penyeimbang Beban Gardu Distribusi Metode SBS ( Seimbang Beban Seharian ), Padang, Maret, 201. []. Suswanto, Daman, Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Univesitas Negeri Padang, Padang, Bab. 11, [4]. Wibowo, Ratno.dkk, Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu Hubung Tenaga Listrik, PT PLN (Persero), Jakarta, [5]. Sukmadi, Tejo, Perhitungan Dan Analisis Keseimbangan Beban Pada Sistem Distribusi 20 Kv Terhadap Rugi-Rugi Daya, Jurusan Teknik Elektro UNDIP, Semarang, [6]. Micronet It Solutions, Upaya Mengurangi Arus Netral Sekunder Trafo Distribusi, Micronet It Solutions. [7]. Dahlan, Moh, Akibat Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral Dan Losses Pada Transformator Distribusi. [8]. Suartika, Made.I Wayan AW, Rekonfigurasi Jaringan Tegangan Rendah (JTR) Untuk Memperbaiki Drop Tegangan Di Daerah Banjar Tulangnyuh Klungkung, Univ.Udayana, Bali. [9]. Trisno, Bambang, Kabel dan Teknik Penyambungan. [10]. Panitia Revisi PUIL, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta, 2000.

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

AKIBAT KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

AKIBAT KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI AKIBAT KETIDAKEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARU NETRAL DAN LOE PADA TRANFORMATOR DITRIBUI Moh. Dahlan 1 email : dahlan_kds@yahoo.com surat_dahlan@yahoo.com IN : 1979-6870 ABTRAK Ketidakseimbangan beban pada

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA Bayu Pradana Putra Purba, Eddy Warman Konsentrasi

Lebih terperinci

ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP

ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6.0 Fani Istiana Handayani * ), Yuningtyastuti, and Agung Nugroho Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP

ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6.0 Fani Istiana Handayani * ), Yuningtyastuti, Agung Nugroho Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK Beban tidak seimbang pada jaringan distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB III. Transformator

BAB III. Transformator BAB III Transformator Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsipprinsip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

Kata Kunci : Transformator Distribusi, Ketidakseimbangan Beban, Arus Netral, Rugi-rugi, Efisiensi

Kata Kunci : Transformator Distribusi, Ketidakseimbangan Beban, Arus Netral, Rugi-rugi, Efisiensi Rizky Syahputra Srg., Raja Harahap, Perhitungan Arus... SSN : 59 1099 (Online) SSN : 50 3 (Cetak) Perhitungan Arus Netral, Rugi-Rugi, dan Efisiensi Transformator Distribusi 3 Fasa 0 KV/00V Di PT. PLN (Persero)

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO Muhammad Ade Nugroho, 1410017211121 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) CABANG PONTIANAK

STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) CABANG PONTIANAK STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) CABANG PONTIANAK Edy Julianto D0110707 Fakultas teknik, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura Email

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK...

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI 4.1 UMUM Proses distribusi adalah kegiatan penyaluran dan membagi energi listrik dari pembangkit ke tingkat konsumen. Jika proses distribusi buruk

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) PADA GARDU DISTRIBUSI DT-1 DAERAH KERJA PT.PLN (Persero) RAYON DELITUA

ANALISIS BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) PADA GARDU DISTRIBUSI DT-1 DAERAH KERJA PT.PLN (Persero) RAYON DELITUA ANALISIS BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) PADA GARDU DISTRIBUSI DT-1 DAERAH KERJA PT.PLN (Persero) RAYON DELITUA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI Koes Indrakoesoema, Yayan Andryanto, M Taufiq Pusat Reaktor Serba Guna GA Siwabessy, Puspiptek,

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRAFO DISTRIBUSI

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRAFO DISTRIBUSI PENGARUH KETDAKEMBANGAN BEBAN TERHADAP ARU NETRAL DAN LOE PADA TRAFO DTRBU Arief Budi Laksono 1 1) Dosen Fakultas Teknik Prodi Elektro Universitas slam Lamongan Abstrak Ketidakseimbangan beban pada suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Transformator distribusi Transformator distribusi yang sering digunakan adalah jenis transformator step up down 20/0,4 kv dengan tegangan fasa sistem JTR adalah 380 Volt karena

Lebih terperinci

PEMERATAAN BEBAN UNTUK MENGURANGI RUGI RUGI DAYA PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MT 232 DI PT PLN (PERSERO) RAYON MEDAN TIMUR

PEMERATAAN BEBAN UNTUK MENGURANGI RUGI RUGI DAYA PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MT 232 DI PT PLN (PERSERO) RAYON MEDAN TIMUR PEMERATAAN BEBAN UNTUK MENGURANGI RUGI RUGI DAYA PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MT 232 DI PT PLN (PERSERO) RAYON MEDAN TIMUR LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 17-26 PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Di PT PLN (PERSERO) AREA BANGKA Lisma [1], Yusro Hakimah [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP RUGI DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER HASBULAH

ANALISA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP RUGI DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER HASBULAH ANALISA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP RUGI DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER HASBULAH Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya Email: hasbulahhasan@gmail.com

Lebih terperinci

Agung Warsito, Bambang Winardi, and Dinda Hapsari Kusumastuti

Agung Warsito, Bambang Winardi, and Dinda Hapsari Kusumastuti PERBAIKAN JTR PENYULANG SRL001 DI DAERAH TANJUNGSARI GUNA MENGURANGI DROP TEGANGAN DI PT PLN (PERSERO) RAYON SEMARANG SELATAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP Agung Warsito, Bambang Winardi, and Dinda Hapsari

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro ISSN

Jurnal Teknik Elektro ISSN STUDI ANALISIS PERBANDINGAN RUGI DAYA PADA TITIK SAMBUNG PIERCHING CONNECTOR DENGAN LINE TAP CONNECTOR PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH 220 V DI PT. PLN (PERSERO) RAYON LAMONGAN Ulul Ilmi *), Arief Budi Laksono

Lebih terperinci

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh ANALISAA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PADA JARIGAN DISTRIBUSI DAERAH KERJA PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN BARU LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

REKONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) UNTUK MEMPERBAIKI DROP TEGANGAN DI DAERAH BANJAR TULANGNYUH KLUNGKUNG

REKONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) UNTUK MEMPERBAIKI DROP TEGANGAN DI DAERAH BANJAR TULANGNYUH KLUNGKUNG REKONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR UNTUK MEMPERBAIKI DROP TEGANGAN DI DAERAH BANJAR TULANGNYUH KLUNGKUNG Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali,

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TRANSFORMATOR BANK PADA JARINGAN DISTRIBUSI GUNA MENGURANGI SUSUT TEKNIS ENERGI LISTRIK

ANALISIS KINERJA TRANSFORMATOR BANK PADA JARINGAN DISTRIBUSI GUNA MENGURANGI SUSUT TEKNIS ENERGI LISTRIK ANALISIS KINERJA TRANSFORMATOR BANK PADA JARINGAN DISTRIBUSI GUNA MENGURANGI SUSUT TEKNIS ENERGI LISTRIK Iman Setiono, 1 Galuh Prastyani 2 Jurusan Teknik Elektro Program Diploma III Sekolah Vokasi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan papan. Hampir seluruh peralatan-peralatan yang digunakan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. dan papan. Hampir seluruh peralatan-peralatan yang digunakan untuk membantu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari energi listrik, energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok disamping sandang, pangan, dan

Lebih terperinci

TEORI LISTRIK TERAPAN

TEORI LISTRIK TERAPAN TEORI LISTRIK TERAPAN 1. RUGI TEGANGAN 1.1. PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder TRANSFORMATOR PENGERTIAN TRANSFORMATOR : Suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik (lewat mutual induktansi) Bagian-bagian

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGUKURAN PARAMETER TRAFO DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN EMT (ELECTRICAL MEASUREMENT & DATA TRANSMIT)

STUDI TENTANG PENGUKURAN PARAMETER TRAFO DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN EMT (ELECTRICAL MEASUREMENT & DATA TRANSMIT) STUDI TENTANG PENGUKURAN PARAMETER TRAFO DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN EMT (ELECTRICAL MEASUREMENT & DATA TRANSMIT) Rolly Elmondo Sinaga, Panusur S.M.L. Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 1, JANUARI

JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 1, JANUARI JURNAL TEKNIK ELEKTRO IT, Vol. 6, No. 1, JANUARI 2017 112 Optimalisasi enyeimbangan Beban Transformator dengan Metode Seimbang Beban Seharian (SBS) pada Gardu Depan Kantor Rayon T. LN (ersero) Rayon Kayu

Lebih terperinci

Jurnal Elektum Vol. 14 No. 1 ISSN : DOI: https://doi.org/ /elektum e-issn :

Jurnal Elektum Vol. 14 No. 1 ISSN : DOI: https://doi.org/ /elektum e-issn : DOI: https://doi.org/10.2485/elektum.14.1.1-8 e-issn : 2550-0678 STUDI VERIFIKASI SISTEM KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN ADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN ALAT HB SR (ERALATAN HUBUNG BAGI SAMBUNGAN RUMAH)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH (Aplikasi pada PLTU Labuhan Angin, Sibolga) Yohannes Anugrah, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS NETRAL TERHADAP RUGI-RUGI BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PLN RAYON JOHOR MEDAN

PENGARUH ARUS NETRAL TERHADAP RUGI-RUGI BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PLN RAYON JOHOR MEDAN PENGARUH ARUS NETRAL TERHADAP RUGI-RUGI BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PLN RAYON JOHOR MEDAN Rendy F Sibarani, Ir. Syamsul Amien, MS Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber energi untuk memperoleh kerja yang berguna adalah kunci dari kemajuan industri yang penting untuk peningkatan taraf hidup yang berkesinambungan bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Suatu sistem tenaga listrik pada dasarnya dapat dikelompokan atas tiga bagian utama, yaitu: sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH Yoakim Simamora, Panusur

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II 10 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 10,. 1, April 2012 Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II Evtaleny R. Mauboy dan Wellem F. Galla Jurusan Teknik Elektro, Universitas Nusa Cendana

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 TUGAS AKHIR STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN DENGAN REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI SEBAGAI PARAMETER (Aplikasi Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota) Diajukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERSENTASE PEMBEBANAN DAN DROP TEGANGAN JARINGAN TEGANGAN RENDAH PADA GARDU DISTRIBUSI GA 0032 PENYULANG WIBRATA

ANALISIS PERSENTASE PEMBEBANAN DAN DROP TEGANGAN JARINGAN TEGANGAN RENDAH PADA GARDU DISTRIBUSI GA 0032 PENYULANG WIBRATA TA: ANALISIS PERSENTASE PEMBEBANAN 42 ANALISIS PERSENTASE PEMBEBANAN DAN DROP TEGANGAN JARINGAN TEGANGAN RENDAH PADA GARDU DISTRIBUSI GA 0032 PENYULANG WIBRATA I Ketut Ta 1, I Gede Nyoman Sangka 2, I Wayan

Lebih terperinci

PERBAIKAN JATUH TEGANGAN PADA FEEDER B KB 31P SETIABUDI JAKARTA DENGAN METODE PECAH BEBAN

PERBAIKAN JATUH TEGANGAN PADA FEEDER B KB 31P SETIABUDI JAKARTA DENGAN METODE PECAH BEBAN PERBAIKAN JATUH TEGANGAN PADA FEEDER B KB 31P SETIABUDI JAKARTA DENGAN METODE PECAH BEBAN Ishak Kasim*, Chairul Gagarin Irianto** & Fachrizal*** (*) & (**) Dosen Jurusan Teknik Elektro, FTI Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL Analisis Teoritis Penempatan Transformator Distribusi Menurut Jatuh Tegangan Di Penyulang Bagong ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA

STUDI PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA STUDI PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA Titiek Suheta,Abdullah Farid Jurusan Teknik Elektro,Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB 1 PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan modern dewasa ini. Dimana energi listrik mempunyai suatu fungsi yang dapat memberikan suatu kebutuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN I... ii. HALAMAN PENGESAHAN II... iii. HALAMAN PERNYATAAN... iv. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN I... ii. HALAMAN PENGESAHAN II... iii. HALAMAN PERNYATAAN... iv. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN I... ii HALAMAN PENGESAHAN II... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR SINGKATAN... xv HALAMAN PERSEMBAHAN...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 0 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI Erhaneli (1), Aldi Riski () (1) Dosen Jurusan Teknik Elektro () Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Jaringan tegangan rendah, Rugi rugi energi, Konektor Tap, Konektor Pres.

ABSTRAK. Kata Kunci : Jaringan tegangan rendah, Rugi rugi energi, Konektor Tap, Konektor Pres. ABSTRAK Rugi rugi energi adalah suatu kondisi atau keadaan dimana jumlah energi yang disalurkan tidak sama dengan energi yang diterima. Rugi energi merupakan salah satu parameter kualitas jaringan listrik.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana ( S-1 ) pada Departemen Teknik Elektro.

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana ( S-1 ) pada Departemen Teknik Elektro. TUGAS AKHIR PENGARUH PEMERATAAN BEBAN TERHADAP RUGI-RUGI JARINGAN TEGANGAN RENDAH TRANSFORMATOR DISTRIBUSI (Aplikasi Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

STUDI PENANGGULANGAN TRANSFORMATOR BERBEBAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH DAERAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON MEDAN TIMUR

STUDI PENANGGULANGAN TRANSFORMATOR BERBEBAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH DAERAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON MEDAN TIMUR STUDI PENANGGULANGAN TRANSFORMATOR BERBEBAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH DAERAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON MEDAN TIMUR LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern ini tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh umat manusia saat ini memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan energi listrik. Listrik sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator (trafo ) merupakan piranti yang mengubah energi listrik dari suatu level tegangan AC lain melalui gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi

Lebih terperinci

waktu. Gaya gerak listrik (ggl) lawan akan dibangkitkan sesuai persamaan: N p dt Substitute Φ = N p i p /R into the above equation, then

waktu. Gaya gerak listrik (ggl) lawan akan dibangkitkan sesuai persamaan: N p dt Substitute Φ = N p i p /R into the above equation, then TRASFORMATOR Φ C i p v p p P Transformator terdiri dari sebuah inti terbuat dari laminasi-laminasi besi yang terisolasi dan kumparan dengan p lilitan yang membungkus inti. Kumparan ini disuplay tegangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan infrastruktur dasar untuk perkembangan ekonomi suatu negara. Jika suplai energi berkurang atau bahkan berhenti, maka dapat berakibat buruk pada sektor-sektor

Lebih terperinci

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r. Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi (R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisa ketidakseimbangan beban pada jaringan distribusi sekunder dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisa ketidakseimbangan beban pada jaringan distribusi sekunder dan 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam proses penelitian ini penulis melakukan penelitian kuantitatif yang menganalisa ketidakseimbangan beban pada jaringan distribusi sekunder dan

Lebih terperinci

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO Primanda Arief Yuntyansyah 1, Ir. Unggul Wibawa, M.Sc., Ir. Teguh Utomo, MT. 3 1 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Telah disebutkan sebelumnya bahwa motor induksi identik dengan sebuah transformator, tentu saja dengan demikian

Lebih terperinci

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral dan Losses pada Trafo Distribusi

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral dan Losses pada Trafo Distribusi Jurnal Teknik Elektro Vol. 6, No. 1, Maret 2006: 68-7 engaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral dan Losses pada Trafo Distribusi Julius entosa etiadji 1, Tabrani Machmudsyah 2, Yanuar snanto

Lebih terperinci

KOKO SURYONO D

KOKO SURYONO D ANALISIS DROP TEGANGAN SALURAN DISTRIBUSI 20 KV PADA PENYULANG WONOGIRI 8 TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA. Parlindungan Doloksaribu.

PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA. Parlindungan Doloksaribu. PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA Parlindungan Doloksaribu Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih Abstrak Jatuh

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRAFO 1 GI SRONDOL TERHADAP RUGI-RUGI AKIBAT ARUS NETRAL DAN SUHU TRAFO MENGGUNAKAN ETAP

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRAFO 1 GI SRONDOL TERHADAP RUGI-RUGI AKIBAT ARUS NETRAL DAN SUHU TRAFO MENGGUNAKAN ETAP ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRAFO 1 GI SRONDOL TERHADAP RUGI-RUGI AKIBAT ARUS NETRAL DAN SUHU TRAFO MENGGUNAKAN ETAP 12.6.0 Dennis Satria Wahyu Jayabadi *), Bambang Winardi, and Mochammad Facta Departemen

Lebih terperinci

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DENGAN PENYEIMBANGAN BEBAN

OPTIMALISASI PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DENGAN PENYEIMBANGAN BEBAN PROSIDING 0 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK OPTIMALISASI PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DENGAN PENYEIMBANGAN BEBAN Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tri Fani, 2014 Studi Pengaturan Tegangan Pada Sistem Distribusi 20 KV Menggunakan ETAP 7.0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tri Fani, 2014 Studi Pengaturan Tegangan Pada Sistem Distribusi 20 KV Menggunakan ETAP 7.0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, energi listrik menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Kebutuhan energi listrik semakin meningkat dari tahun ke tahun untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA

ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA Agus Hayadi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura agushayadi@yahoo.com Abstrak-

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

PENYEIMBANGAN BEBAN TRAFO GARDU DISTRIBUSI DENGAN METODE ALL RECONNECTING. Nomor : 180 /120/PR/ April 2009 Surat Sdr. No.

PENYEIMBANGAN BEBAN TRAFO GARDU DISTRIBUSI DENGAN METODE ALL RECONNECTING. Nomor : 180 /120/PR/ April 2009 Surat Sdr. No. PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL, SULTRA & SULBAR CABANG PAREPARE Certificate No. QEC24931 Alamat : Jl. Veteran No.32 Parepare 91114 Telp : 0421-25544 Facsimile : 0421-21697 Nomor : 180 /120/PR/2009 21

Lebih terperinci

Pemerataan atau penyeimbangan beban merupakan salah satu cara untuk menekan losses teknik. Penekanan losses terjadi dengan prinsip mengurangi arus yan

Pemerataan atau penyeimbangan beban merupakan salah satu cara untuk menekan losses teknik. Penekanan losses terjadi dengan prinsip mengurangi arus yan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu sistem energi listrik, permasalahan rugi-rugi atau losses, merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan dan pasti terjadi karena daya yang dibangkitkan selalu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Kondisi tanpa Harmonisa, Kondisi dengan Harmonisa, Harmonic Analysis Load Flow, Rugi Daya, Sistem Tegangan Rendah.

ABSTRAK. Kata kunci : Kondisi tanpa Harmonisa, Kondisi dengan Harmonisa, Harmonic Analysis Load Flow, Rugi Daya, Sistem Tegangan Rendah. ABSTRAK Penyulang Menjangan merupakan sistem jaringan tegangan menengah 20 kv yang melayani daerah Gilimanuk dan sebagian Buleleng. Penyulang Menjangan memiliki total gardu terpasang sebanyak 69 Gardu,

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: ANALISIS VECTOR GROUP PADA HUBUNGAN PARALEL TRANSFORMATOR UNIT GARDU BERGERAK

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: ANALISIS VECTOR GROUP PADA HUBUNGAN PARALEL TRANSFORMATOR UNIT GARDU BERGERAK ANALISIS VECTOR GROUP PADA HUBUNGAN PARALEL TRANSFORMATOR UNIT GARDU BERGERAK Budi Yanto Husodo ¹, Firmansyah² Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan

Lebih terperinci

47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971

47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971 47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971 ANALISIS PENGARUH REKONFIGURASI GROUNDING KABEL POWER 20 kv TERHADAP ERROR RATIO CURRENT TRANSFORMERS PELANGGAN TEGANGAN MENENGAH DI HOTEL GOLDEN TULIP SEMINYAK

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA. PARLINDUNGAN DOLOKSARIBU

PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA. PARLINDUNGAN DOLOKSARIBU PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA. PARLINDUNGAN DOLOKSARIBU Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013 ISSN 2088-8031 PERHITUNGAN JATUH

Lebih terperinci

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH Wahyudi Budi Pramono 1*, Warindi 2, Achmad Hidayat 1 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk 6 BAB II DASAR TEORI 2.1. AUDIT ENERGI Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk penghematan. Tujuan suatu audit

Lebih terperinci

Mesin Arus Bolak Balik

Mesin Arus Bolak Balik 1 Mesin Arus Bolak balik TE091403 Part 0 : PENDAHULUAN Institut Teknologi Sepuluh Nopember August, 2012 Informasi dan Letak mata Kuliah 2 TE091403 : Mesin Arus Bolak balik TE091403 : Alternating Current

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II & PRAKTIKUM

FISIKA DASAR II & PRAKTIKUM FISIKA DASAR II & PRAKTIKUM Kode MK: 15WP03102 ( 2 sks Teori + 1 sks praktikum) GGL Induksi dan Induktansi Dept. of Mechanical Enginering Faculty of Engineering Muhammadiyah University of Surabaya Ahmad

Lebih terperinci

FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6

FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6 FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6 SMA NEGERI 2 BOGOR Jl. Keranji Ujung No.1 Budi Agung, Bogor 16165; No Telp: (0251)

Lebih terperinci