HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 75 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Daerah penelitian mencakup dua provinsi, yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa barat. Gambaran umum tentang kondisi fisik pertanian daerah penelitian mencakup beberapa aspek, yaitu geografis, topografi, jenis tanah, demografi, batas-batas wilayah, iklim, yang terkait dengan pertanian. Kabupaten Boyolali Kabupaten Boyolali termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang meliputi 19 (Sembilan Belas) kecamatan dan terdiri dari 267 desa/kelurahan (263 desa dan empat kelurahan). berikut : Adapun 19 kecamatan di Kabupaten Boyolali tersebut adalah sebagai 1. Kecamatan Selo ( 10 desa ) 2. Kecamatan Ampel ( 20 desa ) 3. Kecamatan Cepogo ( 15 desa ) 4. Kecamatan Musuk ( 20 desa ) 5. Kecamatan Boyolali kota ( 6 desa dan 3 kelurahan ) 6. Kecamatan Mojosongo ( 13 desa ) 7. Kecamatan Teras ( 13 desa ) 8. Kecamatan Sawit ( 12 desa ) 9. Kecamatan Banyudono ( 15 desa ) 10. Kecamatan Sambi ( 16 desa ) 11. Kecamatan Ngemplak ( 12 desa ) 12. Kecamatan Nogosari ( 13 desa ) 13. Kecamatan Simo ( 13 desa ) 14. Kecamatan Klego ( 13 desa ) 15. Kecamatan Andong ( 13 desa ) 16. Kecamatan Karanggede ( 16 desa ) 17. Kecamatan Kemusu ( 13 desa ) 18. Kecamayan Wonosegoro ( 18 desa ) 19. Kecamatan Juwangi ( 9 desa dan 1 kelurahan). Secara geografis Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah lebih kurang ha atau kurang 4,5% dari luas Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Boyolali terletak antara BT BT dan LS LS dengan ketinggian antara 100 meter sampai dengan meter di permukaan laut (dpl). Secara topografi Kabupaten Boyolali sebelah timur dan selatan merupakan daerah dataran rendah, sedangkan sebelah utara dan barat merupakan daerah 75

2 76 pegunungan. Kabupaten Boyolali berdasarkan perbatasan wilayah secara administrasi pemerintahan sebelah utara: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan. Sebelah timur : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo. Sebelah selatan: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelah barat: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang. Jarak bentang Kabupaten Boyolali dari Barat ke Timur sekitar 48 km dan dari Utara ke Selatan sekitar 54 km. Struktur tanah wilayah Kabupaten Boyolali terdiri atas: 1) Bagian Timur Laut (Kecamatan Karanggede dan Simo) pada umumnya terdiri dari tanah lempung. 2) Bagian Tenggara (Kecamatan Sawit dan Bayudono) struktur tanahnya adalah tanah Galih. 3) Bagian Barat Laut (Kecamatan Musuk dan Cepogo) struktur tanahnya berpasir. 4) Bagian Utara sepanjang perbatasan Kabupaten Boyolali dengan Kabupaten Grobogan struktur tanahnya berupa tanah kapur. Menurut ketinggian di atas permukaan laut (dpl), wilayah Kabupaten Boyolali dibagi dalam kelompok sebagai berikut: 1) m dpl : Sebagai daerah dataran rendah meliputi Kecamatan Teras, Bayudono, Sawit, Sambi, Ngemplak, Simo, Nogosari, Kemusu, Karanggede, Mojosongo, Andong dan sebagian Kecamatan Boyolali kota. 2) m dpl : Sebagai daerah dataran bergelombang meliputi Kecamatan Boyolali kota, Mojosongo, Musuk, Ampel dan Karanggede. 3) m dpl : Sebagai daerah perbukitan meliputi Kecamatan Musuk, Ampel, dan Cepogo. 4) m dpl : Sebagai daerah pegunungan tinggi meliputi Kecamatan Cepogo dan Ampel. 5) m dpl : Sebagai daerah puncak pegunungan Kecamatan Selo.

3 77 Sumber air dan pembangunan irigasi pertanian di Kabupaten Boyolali berasal dari air Sungai dan sebagai sungai utama adalah: sungai Serang, Cemoro, Pepe, dan sungai Gandul. Selain itu terdapat tiga buah waduk yaitu: waduk Cengklik di Kecamatan Ngemplak, waduk Kedung Ombo di Kecamatan Kemusu dan waduk Bade di Kecamatan Klego. Sumber air dangkal yang cukup besar di Desa Tlatar Kecamatan Boyolali Kota, Desa Nepen di Kecamatan Teras dan Desa Pengging di Kecamatan Banyudono. Sumber air dan irigasi tersebut sebagai sarana dan prasarana petani mengembangkan pertanian di lahan garapannya. Kondisi tanah di Kabupaten Boyolali dengan luas wilayah Kabupaten Boyolali ,0965 ha. Terdiri atas 23 persen tanah sawah, 55 persen tanah kering, dan 21,7 persen tanah penggunaan lain. Kabupaten Boyolali secara klimatologi, berada pada daerah yang beriklim sedang, suhu harian berkisar antara o C dengan kelembaban rata-rata 85%, curah hujan antara sampai dengan mm per tahun, dengan rata-rata bulan basah lima bulan yaitu Oktober, Nopember, Desember, Januari, Pebruari dan rata-rata bulan kering empat bulan yaitu Juni, Juli, Agustus, September. Dari 19 Kecamatan di Kabupaten Boyolali ada lima kecamatan yang menjadi lokasi petani agribisnis sayuran binaan tim misi teknik Taiwan. Pertama, ada di Kecamatan Selo, meliputi Dukuh Monce dan Dukuh Tarusari Desa Tarubatang, dan Desa Lencoh. Kedua, ada di Kecamatan Teras meliputi Desa Maloan, Dukuh Penjalinan Desa Tawangsari, Desa Tanjungsari, Dukuh Gupakwarak Desa Gumukrejo, Desa Tawangsari, Dukuh Pamotan Desa Gumukrejo, Dukuh Asem Legi dan Dukuh Gatak Balangan Desa Randusari, Dukuh Tagung Desa Bangsalan, Desa Banjarsari, Dukuh Talang, Dukuh Jrakah, Dukuh Pete, Dukuh Magangan, Dukuh Dampit dan Dukuh Desa Sudimoro. Ketiga berada di Kecamatan Ampel, meliputi Dukuh Sukorejo Desa Candisari, Dukuh Sendang Desa Gladagsari. Keempat, berada di Kecamatan Banyudono meliputi Desa Bangak, Desa Trayu, Desa Plumbungan. Kelima, ada di Kecamatan Boyolali Kota meliputi Dukuh Wates Desa Kebonbimo. Keenam, ada di Kecamatan Mojosongo meliputi Dukuh Butuh Desa Butuh.

4 78 Terdapat 48 jenis komoditas pertanian sayuran yang dibudayakan meliputi brokoli, letuce, tomat besar, tomat cherry, selada keriting, bunga kol, sawi putih, labu siam, baby labu siam, sawi sendok, daun mint, kol putih, cabe merah besar, cabe merah kriting, spinak, daun bawang, kapri, cabe rawit hijau, sukini, caisim, seledri, kentang, kacang panjang, daun genjer, bunga genjer, kailan, bayam merah, bayam hijau, lobak, kucai, kangkung, asparagus, pare putih, jagung manis, sawi asin, pakchoy, terong ungu, terong lalap, kenikir, timun lokal, gambas, timun Jepang, okra, daun gingseng, jamur tiram, jagung acar, daun kacang, daun singkong. Luas lahan masing-masing petani rata-rata sekitar m 2. Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di koordinat antara 6 o o Lintang Selatan dan 106 o o Bujur Timur. Aspek fisik wilayah secara topografi terdiri dari luas daerah puncak pegunungan dengan ketinggian meter dpl sebanyak 22 persen, luas daerah pegunungan tinggi dengan ketinggian meter dpl sebanyak 8,35 persen, luas daerah perbukitan dengan ketinggian meter dpl sebanyak 19,34 persen, luas dataran bergelombang dengan ketinggian meter dpl sebanyak 42,63 persen, luas dataran rendah dengan ketinggian meter dpl sebanyak 29,28 persen. Luas wilayah daratan Kabupaten Bogor seluruhnya hektar. Batas wilayah secara administrasi pemerintahan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, Kabupaten/Kota Bekasi, Kota Depok. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak Provinsi Banten, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Karawang serta di tengahnya berbatasan dengan Kota Bogor. Adanya Gunung Salak dan Gunung Gede merupakan batas alam antara Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. Secara administratif pemerintahan Kabupaten Bogor dibagi dalam 40 Kecamatan dengan 428 desa/kelurahan Rukun Warga dan Rukun Tetangga. Sarana dan prasarana penunjang pertanian di Kabupaten Bogor di antaranya sumberdaya air dan irigasi sebagai penunjang kegiatan pertanian, dijaga kontinyuitas dan distribusi air ke lahan-lahan pertanian karena sangat

5 79 menentukan tingkat produksi pertanian. Kabupaten Bogor telah memiliki daerah irigasi sebanyak 880 unit, bendungan sebanyak unit, dan bedung sebanyak 453 unit. Sumber-sumber air lainnya berasal dari 6 (enam) daerah aliran sungai Cisadane, Ciliwung, Cidurian, Citarum, kali Bekasi, dan kali Cimanceuri dengan 94 situ, sehingga beberapa hamparan sawah telah mendapatkan pelayanan irigasi dari sumber-sumber air tersebut. Dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor yang menjadi lokasi petani agribisnis sayuran binaan tim misi teknik Taiwan berada di Kecamatan Dramaga meliputi Desa Cikarawang, Desa Dramaga, Desa Cemplang; dan Kecamatan Leuwiliang meliputi Desa Karacak, Desa Situ Daun, Desa Gunung Bunder, Desa Ciherang, Desa Cibungbulang, Desa Pamijahan, Desa Ciaruteun, Desa Ciasmara, Desa Bantarsari Cigombong perbatasan dengan Kabupaten Sukabumi. Seperti di Kabupaten Boyolali misi teknik Taiwan di Kabupaten Bogor Secara umum, juga mengembangkan setidaknya 48 jenis komoditas pertanian sayuran yang dibudayakan meliputi Brokoli, letuce, tomat besar, tomat cherry, selada keriting, bunga kol, sawi putih, labu siam, baby labu siam, sawi sendok, daun mint, kol putih, cabe merah besar, cabe merah kriting, spinak, daun bawang, kapri, cabe rawit hijau, sukini, caisim, seledri, kentang, kacang panjang, daun genjer, bunga genjer, kailan, bayam merah, bayam hijau, lobak, kucai, kangkung, asparagus, pare putih, jagung manis, sawi asin, pakchoy, terong ungu, terong lalap, kenikir, timun lokal, gambas, timun Jepang, okra, daun gingseng, jamur tiram, jagung acar, daun kacang, daun singkong. Rata-rata lahan petani di Kabupaten Bogor yang digunakan mendapatkan pendampingan misi teknik Taiwan berkisar 2000 meter persegi. Peran Misi Teknik Taiwan (ICDF) Kerjasama Tim ICDF dengan IPB dilaksanakan oleh Misi Teknik Taiwan (Taiwan Technical Mission) di Kabupaten Bogor disebut Agribisnis Development Center (ADC). Dalam mendampingi para petani sayuran misi teknik Taiwan mengajarkan kerjasama, hal ini diakui oleh para petani bahwa ADC mengajarkan aspek-aspek seperti pentingnya menjaga kepercayaan mitra karena kepercayaan merupakan dasar hubungan yang menguntungkan. Para petani juga mengakui karena ADC berasal dari Negara Asia pasti masih kental budaya timur dimana

6 80 kejujuran dan kepercayaan masih dipegang teguh. ADC juga menjelaskan bahwa kepercayaan itu bisa terjaga jika para petani dapat menjaga kualitas kerja mereka agar tetap profesional dan berpegang teguh pada kontrak yang telah dibuat. Petani juga mengatakan bahwa ADC secara tidak langsung mengajarkan petani untuk bisa lebih disiplin dalam bekerja dan pentingnya menjaga loyalitas kepada ADC. Tidak semua petani mengatakan bahwa ADC mengajarkan dasar-dasar bekerja sama. Terdapat petani yang menjelaskan bahwa ADC tidak sama sekali membahas segi-segi moralitas (seperti kejujuran dan kepercayaan), Hal tersebut diakui petani baik dan bagus, karena ADC hanya berbicara mengenai teknis masa bodoh dengan urusan moralitas karena diakui oleh petani bahwa moralitas terkadang yang dapat menghambat kerja profesional karena itu ADC hanya berbicara bagaimana meningkatkan produksi dan mendatangkan keuntungan bagi para petani. Moralitas menjadi hal yang sering sekali dibahas oleh penyuluh, sehingga diakui petani bahwa penyuluh justru lupa berbicara mengenai teknis. Perilaku penyuluh yang kurang membahas aspek teknis tersebut, dianggap petani sebagai hal yang tidak akan meningkatkan kesejahateraan petani. Hubungan Kerjasama Antar Petani dan ICDF Sistem kerjasama lainnya yang sering diterapkan antara masyarakat (petani) dengan pihak kemitraan (ADC) adalah kerjasama mengenai penyediaan pupuk dan bibit sehingga produk-produk petani dapat langsung dijual kepada penyedia pupuk dan benih (ADC). Kerjasama dengan ADC dilakukan secara tertulis ada (kontrak). Petani sebagai pihak yang memiliki lahan bekerja sama dengan ADC yang punya pasar, fasilitas, dan teknologi. Para petani mendapatkan bibit,pupuk,dan obat dari ADC, tetapi pengolahannya di lahan petani sendiri. Penentuan harga penjualan ada di tangan ADC, harga yang ditawarkan ADC kepada petani lebih tinggi dari harga pasar, tetapi produk yang dapat lolos sortasi hanya produk-produk terbaik. Selain hal tersebut, petani juga diajarkan untuk bisa lebih mandiri. Keuntungan Kerjasama dengan ADC. Diakui oleh para petani bahwa sistem kerjasama yang ditawarkan oleh pihak mitra (ADC) memberikan banyak sekali hal positif tidak hanya dari segi ekonomi tetapi juga dari segi teknis. Petani dapat menjual hasil panennya dengan harga yang relatif tinggi dibandingkan harga

7 81 pasar, sehingga secara ekonomi petani lebih untung daripada harus menjual langsung ke pasar. Keuntungan kerjasama dari segi teknis adalah petani mendapatkan cara-cara baru dalam budidaya pertanian, sehingga dapat memperoleh hasil pertanian yang baik. Hal tersebut cukup beralasan karena para petani tidak hanya memperoleh bibit atau benih begitu saja, tetapi mereka juga dilatih melalui kegiatan-kegiatan pelatihan. Sistem kerjasama ini juga diakui sebagai inovasi atau sesuatu yang baru dan mulai diadopsi, karena tidak merugikan petani. Selain menguntungkan dari segi ekonomi, petani juga merasa kapasitas budidaya pertanian juga meningkat. Sistem bagi hasil antara Petani Sayuran dan ADC. Pihak mitra (ADC) tidak menawarkan sistem bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh. Kerjasama yang ditawarkan pihak kemitraan berupa penyediaan pupuk, penyediaan bibit, dan pelatihan terkait budidaya pertanian. Dalam setiap keuntungannya petani dipotong 500 rupiah untuk pembuatan sertifikat. Adanya Empati dari ADC. Pihak kemitraan (ADC) memberikan empati terhadap petani yang mengalami musibah dengan cara datang menengok petani yang sedang mengalami musibah tersebut, biasanya ADC akan memberikan saran-saran atau motivasi agar musibah yang serupa tidak terjadi lagi pada petani. Akan tetapi ADC tidak banyak memberi bantuan konkrit berupa benih ataupun bibit tambahan karena ADC tidak bertanggung jawab akan kerugian yang diderita petani. Oleh karena itu ADC sebisa mungkin mendampingi secara rutin (satu bulan sekali) para petani untuk mengeliminir kesalahan yang sifatnya bisa fatal, ADC hanya bertanggung jawab untuk pemasaran. ADC dan Ikatan Solidaritas. Diakui oleh para petani bahwa ADC tidak mengajarkan apa-apa untuk menghadapi tengkulak dengan sistem ijonnya. ADC hanya menganjurkan bahwa sebisa mungkin petani untuk membentuk kelompok tani dan jangan tergantung kepada tengkulak karena bagaimanapun juga tengkulak akan merugikan petani. ADC juga menganjurkan para petani untuk mampu menentukan harga dasar secara kolektif agar tidak dapat dikendalikan oleh tengkulak.

8 82 ADC dan Kearifan Lokal. Kearifan lokal sudah mulai tergerus dari budaya pertanian di tempat penelitian ini dilakukan, sebagian besar wilayah pertanian sudah mulai meninggalkan kearifan yang sifatnya lokal dan terdapat juga petani yang sudah mulai tidak percaya kearifan-kearifan yang berasal dari nenek moyang mereka. Hal tersebut sangat beralasan karena dalam proses budidaya para petani tidak diajarkan oleh pihak mitra (ADC) tentang apa itu kearifan lokal. Pada dasarnya ADC memiliki metoda tersendiri dalam teknik budidaya pertanian mereka. Teknik-teknik budidaya ADC itu yang kemudian diajarkan kepada para petani, sehingga para petani tidak lagi memahami atau mengetahui kearifan lokal di wilayah mereka. Petani binaan ADC yang umumnya tidak mengetahui kearifan lokal, karena usianya tergolong relatif muda. Petanipetani yang cenderung muda, lebih mempercayakan pada pelatihan-pelatihan yang ditawarkan oleh ADC. Tidak semua petani tidak tahu atau tidak percaya dengan kearifan lokal. Masih terdapat petani yang percaya dan mengetahui bahwa di wilayah mereka terdapat kearifan lokal. Terdapat berbagai macam bentuk kearifan lokal yang tersebar di berbagai wilayah pada penelitian ini. Di antaranya terdapat kearifan lokal yang berupa pranata mangsa. Terdapat pula kearifan lokal yang berupa kepercayaan jika mau menanam, agar panennya berhasil harus menanam satu hari setelah hujan besar turun membasahi lahan para petani. Selain itu terdapat pula kearifan lokal berupa pohon penjaga jadi para petani biasanya menanam tanaman di setiap pojok-pojok lahan pertanian karena tanaman tersebut merupakan simbol penjaga tanaman pertanian yang sedang ditanam. Terdapat pula kearifan lokal yang berupa penanaman yang didasarkan atas penanggalan bulan-bulan Islam. Deskripsi Faktor Internal dan Eksternal Petani Sayuran pada Misi Teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor Untuk membahas deskripsi pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran pada misi teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor dan faktor yang mempengaruhinya, yang pada penelitian ini berupa peubah karakteristik petani sayuran, dinamika sosial, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial ekonomi setempat dijelaskan dengan hasil analisis statistis deskripsi sebagai berikut.

9 83 Deskripsi Faktor Internal: Karakteristik Petani Sayuran Hasil analisis peubah-peubah yang dipergunakan untuk menggambarkan secara ringkas karakteristik personal petani sayuran peserta bimbingan misi teknik Taiwan di Indonesia disajikan dalam Tabel 6. Sesuai dengan hipotesis sebelumnya, ada delapan peubah karakteristik yang dianalisis derajat pengaruhnya dengan peningkatan kapasitas kewirausahaan petani sayuran, yaitu tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, pendapatan, kepemilikan aset, kekosmopolitan, pengalaman berusaha, dan keberanian mengambil resiko. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan formal sebagai suatu landasan ilmu pengetahuan yang akan membantu petani dalam pengambilan keputusan serta dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Tingkat pendidikan yang baik dapat meningkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan tingkat ketepatan penilaian yang berdampak pada kecepatan dalam mengadopsi suatu inovasi dan sebaliknya (Soekartawi, 2004). Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pendidikan formal petani sayuran di Kecamatan Boyolali sebagian besar adalah kategori menengah sebesar 85,9 persen dengan kisaran tahun. Petani sayuran yang masih tergolong rendah pendidikan formalnya yaitu sebesar 10,2 persen dengan kisaran lama belajar formal 0-9 tahun dan yang berpendidikan tinggi dengan kisaran lama belajar tahun sebesar 3,9 persen. Tingkat pendidikan ini sangat mempengaruhi mudah atau tidaknya mereka dalam mengadopsi teknologi budidaya sayuran, menerapkannya serta dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi pendidikan formal petani sayuran semakin berkembang wawasan berpikirnya dan semakin baik keputusannya dalam berwirausaha tani sayuran yang lebih produktif. Dengan kata lain, tingkat pendidikan berpengaruh kuat terhadap pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran terlebih pada petani responden di Kabupaten Boyolali.

10 84 Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan karakteristik petani sayuran di Kabupaten Boyolali dan Bogor (dalam persen) Karakteristik Petani Petani Boyolali Petani Bogor Gabungan Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Pendidikan Formal - Rendah (0-9 tahun) - Menengah (10-13tahun) - Tinggi (14-21tahun) Usia - Muda (21-41 tahun) - Sedang (42-63 tahun) - Tua ( tahun) Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan Pendapatan per panen (Omset) - < Rp Rp Rp > Rp Kepemilikan aset - Tidak punya - Kurang dari Rp 500 juta - Rp 500 juta ke atas Tingkat kekosmopolitan - Rendah ( jam) - Sedang ( jam) - Tinggi ( jam) Pengalaman Bertani Sayuran - Baru (0,5-20 tahun) - Sedang (21 40 tahun) - Lama (41-62 tahun) Keberanian mengambil resiko - Rendah Skor (4-5) - Sedang Skor (5,1 6) -Tinggi Skor (6,1-8) ,2 85,9 3,9 25,6 38,5 35,9 91,1 8,9 28,2 29,5 42,3 12,8 13,7 47,5 69,2 21,9 8,9 88,5 10,3 1, ,0 21,8 15,2 41,3 28,3 30,4 89,1 10,9 43,5 36,9 19,6 65,2 23,9 10,9 91,3 8,7 0 71,7 19,6 8, ,8 62,1 8,1 31,5 34,6 33,9 90,3 9,7 33,9 32,2 33,9 32,2 33,9 33,9 77,4 16,9 5,7 82,3 13,7 4, ,9 12,8 83, ,4 13,0 82, ,0 12,9 83,1 Jumlah (Prosentase) responden 78 62, , ,0 Petani sayuran di Kabupaten Bogor yang umumnya berpendidikan formal tergolong rendah paling tinggi hanya lulus SMP sebanyak 29 orang atau sebesar 63%. Jika dibandingkan antara Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Boyolali, maka tingkat pendidikan petani sayuran Kabupaten Boyolali relatif lebih tinggi sebagian besar sampai lulus SMA dibandingkan petani sayuran Kabupaten Bogor kebanyakan hanya sampai lulus SMP. Hal ini terkait dengan biaya sekolah dan biaya hidup di Bogor yang masih lebih tinggi dibanding di Kabupaten Boyolali.

11 85 Namun pada tingkat pendidikan formal yang sampai perguruan tinggi petani sayuran Bogor lebih banyak yaitu tujuh orang atau sebesar 15,2 persen jika dibandingkan dengan di Kabupaten Boyolali hanya sebanyak tiga orang atau sebesar 3,9 persen. Hal ini tidak terlepas dari peranan Institut Pertanian Bogor sebagai perguruan tinggi pertanian yang ada di Kabupaten Bogor melalui penyuluhan dan kegiatan pengabdian masyarakat: Kuliah Kerja Nyata/Kuliah Kerja Profesi, Jumat keliling dan lain-lain telah memberikan pencerahan betapa pentingnya pendidikan untuk kemajuan petani di Kabupaten Bogor. Pendidikan Nonformal. Petani binaan pendampingan tim misi Taiwan umumnya jarang mengikuti kursus-kursus penyuluhan yang diselenggarakan pihak tim misi Taiwan maupun pemerintah, karena pendidikan nonformal berupa pelatihan-pelatihan oleh misi teknik Taiwan kebanyakan hanya diikuti oleh para ketua kelompok dan selanjutnya ketua kelompok yang memberikan penjelasan kepada para petani sayuran sebagai anggota kelompoknya. Selain itu para pendamping misi teknik Taiwan juga mempraktekkan langsung di lapangan sehingga lebih mudah ditiru oleh para petani sayuran. Metode ini ternyata berhasil karena terjadi interaksi langsung sehingga terjadi komunikasi efektif dialogik antar mereka. Usia Petani sayuran di Kabupaten Boyolali umumnya masuk kelompok berusia sedang adalah sebesar 38,5 persen dengan variasi mulai dari kisaran usia 42 tahun sampai dengan 63 tahun, Para petani sayuran kelompok tua adalah usia antara tahun sebesar 35,9 persen, sedangkan para petani sayuran kelompok muda dengan kisaran usia tahun sebesar 25,6 persen. Hal ini berarti bahwa usia petani sayuran tergolong produktif pada kisaran usia tahun yang merupakan proporsi terbesar. Di samping itu, rata-rata petani sayuran yang berusia muda jumlahnya lebih sedikit dibanding yang kelompok berumur sedang dan kelompok tua. Hal ini juga mengindikasikan bahwa telah terjadi pergeseran bidang usaha para pemuda dari bidang pertanian ke bidang lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa petani sayuran secara fisik masih sangat kuat untuk menjalankan kegiatan usahataninya secara baik. Petani sayuran kelompok usia sedang memiliki kemampuan bekerja dan berpikir yang lebih

12 86 tinggi, sehingga bisa dikatakan usia petani produktif ini mempunyai pengaruh kuat terhadap pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran Kabupaten Boyolali. Petani sayuran di Kabupaten Bogor umumnya masuk kelompok berusia muda adalah sebesar 41,3 persen dengan variasi mulai dari kisaran usia 21 tahun sampai dengan 41 tahun, para petani sayuran kelompok sedang adalah usia antara tahun sebesar 28,3 persen, sedangkan para petani sayuran kelompok tua dengan kisaran usia tahun sebesar 30,4 persen. Hal ini berarti bahwa usia petani sayuran tergolong produktif di Kabupaten Bogor pada kisaran usia tahun yang merupakan proporsi terbesar. Secara keseluruhan di dua kabupaten berada pada kategori sedang berumur tahun sebesar 34,6 persen. Berarti usia produktif petani sayuran di dominasi oleh petani berusia sedang tahun. Jenis kelamin Pada umumnya petani sayuran di Kabupaten Boyolali didominasi oleh petani laki-laki sebanyak 71 orang atau sebesar 91,1 persen dibanding perempuan sebanyak 7 orang atau sebesar 8,9 persen hal ini dikarenakan di Kabupaten Boyolali mayoritas mata pencaharian laki-laki sebagai kepala keluarga bekerja pada sektor pertanian dan perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga mengurus anak, memasak, mencuci namun sesekali membantu di lahan pertanian dengan kata lain pekerja di lahan pertanian menjadi tugas tetap laki-laki. Ada juga sebagian kecil perempuan yang bekerja tetap sebagai petani. Demikian juga petani sayuran di Kabupaten Bogor, petani laki-laki lebih mendominasi dibanding perempuan. Sebanyak 41 orang petani laki-laki atau sebesar 89,1 persen dan petani perempuan sebanyak lima orang atau sebesar 10,9 persen. Hal ini hampir sama penyebabnya jika dibandingkan dengan petani di Kabupaten Boyolali yaitu kebanyakan laki-laki sebagai kepala keluarga bekerja pada sektor pertanian dan perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga lebih bersifat hanya membantu pekerjaan suami bertani, kecuali jika perempuan tersebut sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah sehingga mereka sebagai pekerja petani tetap bukan sampingan.

13 87 Secara keseluruhan baik di Kabupaten Boyolali dan Bogor petani yang mendapat bimbingan dari misi teknik Taiwan total sebanyak 112 orang atau sebesar 90,3 persen didominasi petani laki-laki dan petani perempuan hanya 12 orang atau sebesar 9,7 persen yang mencerminkan dari analisa gender peranan petani sayuran masih kuat dipengaruhi budaya lokal yaitu laki-laki harus mempunyai peranan lebih dibanding perempuan dalam berbagai hal dengan kata lain perempuan hanya konco wingking (teman belakang) saja jadi kurang penting peranannya, tumpuan keluarga tetap berada pada laki-laki sebagai kepala keluarga. Pendapatan Tingkat pendapatan petani sayuran di Kabupaten Boyolali pada kelompok yang berpenghasilan di atas Rp ,- per panen (omset) sebesar 42,3 persen sebagai kategori tinggi atau pendapatan bersih 10 persen dari omset. Petani sayuran berpendapatan kategori sedang dengan kisaran antara Rp ,- sampai dengan Rp ,- adalah sebesar 29,5 persen, sedangkan untuk petani sayuran dengan kisaran penghasilan sebesar kurang dari Rp ,- sebesar 28,2 persen. Hal ini berarti di Kabupaten Boyolali mereka yang berpenghasilan tinggi berpengaruh kuat terhadap pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran Kabupaten Boyolali. Berbeda dengan petani sayuran Kabupaten Bogor, dimana sebagian besar 20 orang atau 43,5 persen berpendapatan rendah yaitu kurang dari Rp ,- per panen atau (omset). Hal ini dikarenakan rata-rata lahan petani sayuran Kabupaten Bogor seluas m 2 lebih sempit dibandingkan rata-rata lahan petani sayuran di Kabupaten Boyolali seluas m 2. Secara keseluruhan didominasi pada pendapatan rendah dan pendapatan tinggi. Kepemilikan Aset Petani sayuran di Kabupaten Boyolali yang mempunyai kekayaan dengan nilai kepemilikan aset Rp.500 juta ke atas ada sebesar 47,5 persen, kekayaan ratarata petani sayuran yang mempunyai aset di bawah Rp ,- sebesar 13,7 persen. Adapun kategori petani sayuran yang tidak mempunyai aset atau sebagai buruh sebesar 12,8 persen. Hal ini berarti semakin tinggi kekayaan rata-rata petani

14 88 sayuran di Kabupaten Boyolali berpengaruh kuat terhadap pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran Kabupaten Boyolali. Kekayaan petani sayuran di Kabupaten Bogor kepemilikan aset kebanyakan berada pada kategori rendah (tidak punya) yaitu sebanyak 30 orang atau sebesar 65,2 persen. Hal ini berarti petani sayuran di Kabupaten Bogor relatif lebih rendah kepemilikan asetnya dibandingkan dengan petani sayuran di Kabupaten Boyolali. Secara statistik pengaruh kepemilikan aset petani sayuran terhadap pengembangan kapasitas kewirausahaan petani tersebut, untuk di Kabupaten Boyolali lebih tinggi dibanding di Kabupaten Bogor. Secara keseluruhan didominasi pada kepemilikan aset rendah dan tinggi. Kekosmopolitan Di Kabupaten Boyolali keterbukaan terhadap dunia di luar lingkungannya rata-rata petani sayuran yang mempunyai tingkat kekosmopolitan selama tiga bulan terakhir saat penelitian dilakukan berada pada kisaran antara jam sebesar 69,2 persen kategori rendah, rata-rata petani sayuran yang mempunyai tingkat kekosmopolitan kisaran antara jam kategori sedang sebesar 21,9 persen. Rata-rata petani sayuran yang mempunyai tingkat kekosmopolitan kisaran antara jam kategori tinggi sebesar 8,9 persen. Hal ini berarti keterbukaan terhadap dunia di luar lingkungannya mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran di Kabupaten. Boyolali. Di Kabupaten Bogor keterbukaan terhadap dunia di luar lingkungannya didominasi oleh petani sayuran yang mempunyai tingkat kekosmopolitan kisaran antara jam sebanyak 42 orang atau sebesar 91,3 persen, sama dengan petani di Kabupaten Boyolali pada kategori ini. Hal ini berarti tingkat kekosmopolitan mempunyai pengaruh kuat terhadap lingkungan sosial ekonomi yang pada akhirnya berpengaruh kuat (secara tidak langsung) terhadap pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran di Kabupaten Boyolali dan Bogor. Secara keseluruhan didominasi oleh tingkat kekosmopolitan rendah dengan kisaran jam.

15 89 Pengalaman berusahatani sayuran Pengalaman berusahatani dihitung berdasarkan lamanya petani menjalankan kegiatan usahataninya. Pengalaman petani sayuran di Kabupaten Boyolali dan Bogor didominasi kategori baru sebanyak 69 orang atau 88,5 persen dan 33 orang atau 71,7 persen, yang berarti pengalaman dalam berusahatani sayuran masih tergolong baru didominasi oleh petani dengan pengalaman berwirausaha tani sayuran kisaran antara 0,5-20 tahun, yang secara gabungan ada sebesar 82,3 persen petani responden binaan ADC. Pengalaman berwirausaha tani sayuran kategori sedang sebanyak delapan orang, yang berarti pengalaman dalam berusaha tani sayuran masih tergolong sedang mempunyai kisaran antara tahun ada sebesar 10,3 persen. Hanya seorang atau sebesar 1,2 persen berpengalaman berwirausahatani sayuran kategori lama, yakni pengalaman dalam berusahatani sayuran mempunyai kisaran antara tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengalaman usahatani sayuran didominasi oleh petani sayuran pemula atau kategori belum berpengalaman yang mempunyai semangat mencoba teknologi baru dan berwirausaha tani baru. Dengan kata lain, petani di Kabupaten Boyolali dan Bogor meninggalkan kebiasaan sistem usahatani yang lama (padi, jagung dll) ke sistem berwirausaha tani sayuran. Selain berusahatani sayuran, petani juga mempunyai pekerjaan lain seperti aparat pemerintahan desa dan guru, hal ini akan mempengaruhi pengetahuan ataupun keterampilannya dalam menjalankan usahatani sayuran. Berdasarkan pengalaman yang cukup bervariasi pada kategori sedang, dengan demikian ada beberapa petani sayuran yang berpengalaman dan tetap mempertahankan sistem berwirausaha tani lama (padi, jagung dll) dan juga mencoba berwirausaha tani sayuran. Keberanian Mengambil Resiko Petani sayuran di Kabupaten Boyolali yang berani mengambil resiko untuk berwirausaha tani kategori tinggi sebanyak 65 orang atau sebesar 83,3 persen didominasi oleh kategori tinggi dengan kisaran skor antara 6,1-8. yang berani mengambil resiko untuk berwirausaha tani kategori sedang sebanyak 10 orang atau sebesar 12,8 persen yang merupakan kategori sedang dengan kisaran skor antara 5,1-6. Para petani sayuran yang berani mengambil resiko untuk

16 90 berwirausaha tani kategori rendah sebanyak tiga orang atau sebesar 3,9 persen yang merupakan kategori rendah dengan kisaran skor antara 4-5. Hal ini berarti para petani yang berani mengambil resiko berwirausaha tani sayuran didominasi oleh kategori tinggi, membuktikan bahwa berani mengambil resiko merupakan salah satu faktor yang kuat dalam pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran. Petani sayuran di Kabupaten Bogor yang berani mengambil resiko untuk berwirausaha tani kategori tinggi sebanyak 38 orang atau sebesar 82,6 persen juga sama didominasi oleh kategori tinggi dengan kisaran skor antara 6,1-8. yang berani mengambil resiko untuk berwirausaha tani kategori sedang sebanyak enam orang atau sebesar 13 persen yang merupakan kategori sedang dengan kisaran skor antara 5,1-6. Para petani sayuran yang berani mengambil resiko untuk berwirausaha tani kategori rendah sebanyak dua orang atau sebesar 4,4 persen yang merupakan kategori rendah dengan kisaran skor antara 4-5. Hal ini berarti para petani yang berani mengambil resiko berwirausaha tani sayuran didominasi oleh kategori tinggi, membuktikan bahwa berani mengambil resiko merupakan salah satu faktor yang kuat dalam pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran. Deskripsi Faktor Eksternal: Dinamika sosial Hasil penelitian tentang distribusi dinamika sosial petani sayuran di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Bogor disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Rataan skor dinamika sosial pendampingan misi teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor Indikator Rataan Skor* Kab. Boyolali Kab. Bogor Total Keanggotaan kelompok 29,98 19,84 26,22 Ekologi kelompok 71,40 62,04 67,93 Status dan kekuasaan 59,25 48,76 55,36 Kepemimpinan kelompok 49,57 49,57 49,57 Suasana kelompok 63,46 56,83 61,00 Jaringan komunikasi tradisional 23,10 18,54 21,41 Dinamika Sosial 49,46 42,59 46,91 Keterangan:*Interval skor 0-25 = Sangat Rendah; = Rendah; = Tinggi; = Sangat Tinggi Berdasarkan Tabel 7 di atas, total rataan skor dinamika sosial yang terdiri dari aspek-aspek keanggotaan kelompok, ekologi kelompok, status dan kekuasaan, kepemimpinan kelompok, suasana kelompok, dan jaringan

17 91 komunikasi tradisional di Kabupaten Boyolali lebih tinggi yaitu 49,46 dibandingkan dengan Kabupaten Bogor yaitu sebesar 42,59. Hal ini terjadi karena pendampingan misi Taiwan di Kabupaten Boyolali lebih dulu berdiri dibandingkan dengan di Kabupaten Bogor. Dari sisi dinamika sosial, Kabupaten Boyolali struktur kelompok taninya cukup mapan karena usia kelompok taninya lebih lama dibandingkan di Kabupaten Bogor. Namun demikian terdapat aspek yang menunjukkan rataan skor sama-sama berkategori rendah yaitu kepemimpinan kelompok sebesar 49,57. Untuk itu perlu ditingkatkan fungsi, tindakan, dan peran kepemimpinan kelompok di kedua lokasi penelitian dalam mempengaruhi, mengkoordinasi, memotivasi, memonitoring dan mengevaluasi orang lain di kelompoknya, agar mau bekerjasama dalam upaya mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Keanggotaan kelompok di dua kabupaten pun termasuk kategori rendah. Hal ini terjadi karena banyak anggota kelompok yang ketika sudah mulai merasa mandiri tidak lagi aktif menghadiri pertemuan-pertemuan dan diskusi yang diselenggarakan oleh pengurus kelompok dengan kata lain banyak keanggotaan kelompok yang keluar-masuk atau sering berganti. Bahkan Jaringan komunikasi tradisional di dua kabupaten termasuk kategori sangat rendah. Hal ini terjadi karena telah terjadi pergeseran fungsi jaringan komunikasi tradisional ke jaringan komunikasi modern berupa sarana komunikasi seperti telepon seluler dan internet, sehingga sangat wajar jika jaringan komunikasi tradisional tidak lagi menjadi sarana yang sering digunakan. Secara keseluruhan dinamika sosial di dua kabupaten tersebut masih tergolong rendah (skor 46,91). Hanya indikator ekologi kelompok, status dan kekuasaan, dan suasana kelompok yang berkategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika sosial perlu ditingkatkan baik dari sisi size keanggotaan kelompok, misalnya minimal 20 orang yang aktif maupun kepemimpinan kelompok yaitu melalui leadership training dan memanfaatkan jaringan komunikasi tradisional yang sudah mereka ditinggalkan. Di Boyolali, dinamika sosial untuk indikator keanggotaan, ekologi, status dan kekuasaan, kepemimpinan dan suasana kelompok, serta jaringan komunikasi tradisional lebih dominan dibanding di Bogor, kecuali indikator kepemimpinan kelompok. Artinya, dinamika sosial di Boyolali lebih kondusif dibanding Bogor.

18 92 Deskripsi Faktor Eksternal: Lingkungan Fisik Hasil penelitian tentang distribusi petani sayuran di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Bogor berdasarkan peubah lingkungan fisik disajikan dalam Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Rataan skor faktor lingkungan fisik petani pendampingan misi teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor Indikator Rataan Skor* Kab. Boyolali Kab. Bogor Total Infrastruktur/sarana komunikasi 45,71 32,23 40,71 Ciri/karakteristik teknologi 32,61 38,99 34,98 Lingkungan fisik 39,16 35,61 37,84 Keterangan:*Interval skor 0-25 = Sangat Rendah; = Rendah; = Tinggi; = Sangat Tinggi Berdasarkan Tabel 8, total rataan skor lingkungan fisik yang terdiri dari aspek-aspek infrastruktur/sarana komunikasi dan karakteristik teknologi di Kabupaten Boyolali lebih tinggi yaitu 39,16 dibandingkan dengan Kabupaten Bogor yaitu sebesar 35,61, di mana total rataan skor untuk kedua kabupaten tersebut adalah 37,84. Data ini menunjukkan, bahwa lingkungan fisik petani sayuran di dua kabupaten tergolong rendah terlihat dari sarana komunikasi yang sering digunakan untuk kebutuhan lain (sekunder) bukan untuk mencari informasi tentang berwirausaha tani sayuran. Ciri teknologi pun tergolong rendah. Fakta lain menunjukkan bahwa sarana komunikasi di Boyolali lebih baik dibandingkan di Bogor, terlihat petani sayuran di Boyolali lebih mampu membeli sarana komunikasi (hp dan komputer). Sisi lainnya adalah karena pendampingan misi Taiwan di Kabupaten Boyolali lebih dulu berdiri dibandingkan dengan di Kabupaten Bogor, sehingga sarana komunikasinya yang ada sudah lebih baik. Saat ini, infrastruktur sarana komunikasi untuk pembinaan petani responden binaan ADC dikelola oleh dinas pertanian, perkebunan, dan kehutanan Kabupaten Boyolali melalui UPT usaha pertanian yang memang menganggarkan untuk operasional sarana komunikasi Karakteristik teknologi di Bogor lebih baik dibandingkan Boyolali, karena petani sayuran di Bogor lebih cepat menerima teknologi pertanian yang sosialisasinya dilakukan tidak hanya oleh misi teknik Taiwan, tetapi juga oleh Penyuluh Swakarsa Mandiri (PSM), LSM dan mahasiswa IPB yang praktek kerja lapang, mereka langsung mengadopsi teknologi karena yakin manfaatnya.

19 93 Sarana komunikasi di Kabupaten Bogor termasuk kategori rendah, hal ini karena petani sayuran di Kabupaten Bogor kurang banyak mengakses informasi pertanian dari media cetak maupun media elektronik. Deskripsi Faktor Eksternal: Lingkungan Sosial Ekonomi Hasil penelitian tentang distribusi lingkungan sosial ekonomi petani sayuran di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Bogor disajikan dalam Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, total rataan skor lingkungan sosial ekonomi petani sayuran di dua kabupaten tergolong rendah, dan apabila dibandingkan ternyata faktor lingkungan sosial ekonomi di petani sayuran Kabupaten Bogor lebih tinggi yaitu 45,20 dibandingkan dengan Kabupaten Boyolali yaitu sebesar 45,31, dimana total rataan skor untuk kedua kabupaten tersebut adalah 45,24. Tabel 9. Rataan skor lingkungan sosial ekonomi petani sayuran pendampingan misi teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor Indikator Rataan Skor* Kab.Boyolali Kab. Bogor Total Dukungan keluarga 68,59 59,78 65,32 Dukungan kelembagaan 22,22 27,54 24,19 Dukungan sistem sosial 53,85 44,57 50,40 Dukungan mitra usaha 23,08 57,07 35,69 Iklim kewirausahaan syariah 42,74 34,78 39,78 Keberfungsian kearifan lokal 56,62 50,36 54,30 Keterbukaan pasar 48,72 52,66 50,18 Informasi media massa 45,82 35,69 42,06 Lingkungan sosial ekonomi 45,20 45,31 45,24 Keterangan: *Interval skor 0-25 = Sangat Rendah; = Rendah; = Tinggi; = Sangat Tinggi Hal ini disebabkan Kabupaten Bogor sebagai penyangga ibu kota Negara Republik Indonesia sangat wajar jika lingkungan sosial ekonominya lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Boyolali. Dari sisi pemasaran produk hasil pertanian, Kabupaten Bogor jauh lebih luas pangsa pasarnya bisa ke wilayah JABODETABEK dibandingkan dengan Kabupaten Boyolali yang pangsa pasarnya hanya ke Solo dan Yogyakarta saja. Rendahnya dukungan faktor lingkungan sosial ekonomi di dua kabupaten amatan tersebut, lebih mendetil terlihat pada indikator dukungan kelembagaan, dukungan mitra usaha, iklim kewirausahaan syariah, dan informasi media massa. Hal ini dikarenakan para petani sayuran tidak memanfaatkan kelembagaan yang sudah ada dan hanya mengandalkan pada hubungan baik dengan misi teknik Taiwan dalam

20 94 bentuk hubungan bisnis di mana misi teknik Taiwan secara kelembagaan mampu menyediakan beberapa kebutuhan pokok dari para petani sayuran, sehingga tidak memanfaatkan lembaga-lembaga pemerintah, swasta atau lembaga lain. Demikian juga untuk dukungan mitra usaha para petani sayuran menganggap mitra usaha yang paling baik adalah misi teknik Taiwan sehingga mereka tidak lagi menjalin kerjasama dengan mitra usaha lain. Dalam hal iklim kewirausahaan syariah, petani di dua kabupaten tersebut, petani tidak mendapatkan sosialisasi tentang kewirausahaan syariah, baik dari penyuluh pemerintah maupun dari fasilitator misi teknik Taiwan, pemahaman tentang kewirausahaan syariah secara umum kebanyakan hanya didapat dari televisi, para da i/ustadz pada umumnya. Di samping itu, lembaga keuangan syariah yang diharapkan memotori iklim kewirausahaan syariah belum banyak tumbuh di dua kabupaten tersebut. Informasi media massa masih rendah dikarenakan di dua kabupaten para petani sayuran kebanyakan lebih suka membaca dan menonton tayangan-tayangan hiburan, kurang memanfaatkan media massa untuk mendapatkan informasi tentang pertanian, khususnya pengembangan wirausaha tani sayuran. Lingkungan sosial ekonomi untuk dukungan keluarga, dukungan sistem sosial, iklim kewirausahaan syariah, keberfungsian kearifan lokal, dan informasi media massa di Boyolali lebih baik dibandingkan di Bogor. Karena kelima dimensi tersebut sudah mulai tumbuh diharapkan dipertahankan keberlangsungannya dan terus berkembang. Adapun untuk dukungan kelembagaan, dukungan mitra usaha, dan keterbukaan pasar di Bogor lebih baik dibandingkan Boyolali. Hal ini dikarenakan, keempat dimensi tersebut di daerah Bogor mulai berkembang seiring dengan kemajuan usaha bisnis sayuran. Bila di lihat secara parsial, terlihat bahwa, dukungan kemitraan di Kabupaten Boyolali kategori sangat rendah karena di Kabupaten Boyolali belum begitu banyak baik perusahaan daerah maupun perusahaan swasta yang berani menjalin kemitraan dengan petani sayuran mantan binaan misi teknik Taiwan tersebut. Hal ini menyebabkan petani masih ragu tentang pemasaran pascapanen dan penyediaan sarana produksi tani secara kontinyu. Berbeda dengan Kabupaten Bogor yang masuk kategori tinggi, karena hingga sekarang para petani sayuran masih mendapat pendampingan dari misi teknik Taiwan yang sekaligus menjamin membeli dan memasarkan hasil panennya. Di samping itu banyak perusahaan swasta di Kabupaten Bogor yang telah menjalin kemitraan dengan para petani

21 95 sayuran yang sebagian besar dari mereka meyakini pangsa pasar di daerah JABODETABEK yang lebih pasti dan menguntungkan. Dukungan keluarga di Kabupaten Boyolali tergolong kategori tinggi karena kebanyakan petani sayuran mengandalkan pendapatan keluarga dari berusaha tani sayuran sehingga sangat wajar jika semua anggota keluarga sangat mendukung. Sistem sosial di Kabupaten Boyolali termasuk kategori tinggi karena masyarakat setempat melalui tokoh masyarakat sangat mendukung pengembangan kewirausahaan petani sayuran, hal ini terbukti dengan diterimanya program pengembangan kewirausahaan petani sayuran yang dibimbing oleh misi teknik Taiwan. Dukungan sistem sosial di Kabupapen Bogor termasuk kategori rendah hal ini dikarenakan di Kabupaten Bogor binaan misi teknik Taiwan masih tergolong baru sangat wajar jika dukungan masyarakat baru pada kategori rendah, untuk itu perlu adanya sosialisasi yang lebih luas lagi kepada pada para tokoh masyarakat, opinion leader dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada. Iklim kewirausahaan syariah Kabupaten Boyolali dan Bogor termasuk kategori rendah, hal ini karena hukum-hukum syariah belum banyak dipraktekkan dalam kehidupan sehari hari sebagai salah satu sistem solusi berwirausaha, petani sayuran di Kabupaten Boyolali dan Bogor masih banyak yang belum memahami hukum hukum syariah sehingga sangat wajar kalau baru dalam kategori rendah karena hanya beberapa komunitas saja yang memahami sehingga iklim kewirausahaan belum berkembang pesat. Informasi media massa di Kabupaten Boyolali dan Bogor termasuk kategori rendah. Hal ini terlihat dari fakta lapangan, meskipun fasilitas media massa tersedia tetapi kebanyakan para petani sayuran kurang memanfaatkan untuk mendapatkan informasi pertanian terkait usahatani sayuran. Kebanyakan dari mereka lebih suka menonton hiburan dan kurang suka membaca koran dan majalah. Pola Komunikasi Kewirausahaan Petani Sayuran pada Misi Teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor Hasil analisis indikator yang dipergunakan untuk menggambarkan secara ringkas deskripsi peubah pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran pada

22 96 misi teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor disajikan dalam Tabel 10. Sesuai dengan operasional konsep pada bab metode penelitian sebelumnya, ada dua indikator yang diteliti pada peubah pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran, yaitu pola komunikasi linier (monologik) dan dialogik (dialogik). Tabel 10. Pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran pada misi teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor Indikator Rataan Skor* Kab. Boyolali Kab.Bogor Total Pola komunikasi monologik 35,09 39,56 37,90 Pola komunikasi dialogik 60,32 62,75 61,85 Pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran 47,71 51,15 49,88 Keterangan: *Interval skor 0-25 = Sangat Rendah; = Rendah; = Tinggi; = Sangat Tinggi Berdasarkan Tabel 10, secara keseluruhan rataan skor pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran yang terdiri dari aspek pola komunikasi monologik dan pola komunikasi dialogik di Bogor lebih tinggi yaitu 51,15 (kategori tinggi) dibandingkan dengan Kabupaten Boyolali yaitu sebesar 47,71 (kategori rendah). Hal ini disebabkan karena pada saat penelitian dilakukan, di Kabupaten Bogor sedang giat-giatnya menerima bimbingan dari pendamping misi Taiwan sehingga mutual sharing yang terjadi di antara pendamping dan para petani jauh lebih efektif dibandingkan dengan di Kabupaten Boyolali yang sudah diserahkan ke dinas pertanian, perkebunan, dan kehutanan Kab Boyolali melalui UPT usaha pertanian sehingga sangat wajar kalau ada faktor kejenuhan di dalam berkomunikasi di antara mereka. Secara keseluruhan pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran di dua kabupaten tersebut, masuk kategori cukup, terlihat dari nilai total rataan skor untuk kedua kabupaten tersebut adalah 49,88 (kategori rendah). Sehingga perlu diupayakan sesering mungkin melakukan dialog antara fasilitator dari misi teknik Taiwan dengan para petani sayuran sehingga terjadi mutual sharing informasi di antara mereka. Dengan interaksi yang sering dilakukan akan membuka sikap keterbukaan di antara mereka dan keakraban dalam menjalin hubungan bisnis secara sehat. Apabila dibandingkan antara pola komunikasi monologik dan dialogik, maka komunikasi monologik di dua kabupaten termasuk kategori rendah,

23 97 sedangkan untuk komunikasi dialogik termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pola komunikasi dialogik lebih bisa mengembangkan kapasitas kewirausahaan petani sayuran dibandingkan pola komunikasi monologik. Lebih lanjut Tabel 10 menunjukkan, bahwa pola komunikasi dialogik kewirausahaan petani sayuran di Bogor lebih baik dari pada di Boyolali. Namun keduanya berada dalam kategori tinggi, karena aktifnya para penyuluh misi teknik Taiwan. Hal ini menyebabkan terjadi sinergi yang baik antara petani sayuran dengan pendamping misi teknik Taiwan, sehingga terjadi komunikasi dua arah, transaksional dan konvergen, didapatkan mutual sharing di antara mereka. Pengembangan Kapasitas Kewirausahaan Petani Sayuran pada Misi Teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor Dari hasil analisis dimensi-dimensi peubah yang dipergunakan untuk menggambarkan secara ringkas deskripsi kapasitas kewirausahaan petani sayuran pada misi teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor disajikan dalam Tabel 11. Sesuai dengan definisi operasional pada bab metode penelitian, ada tiga indikator yang diteliti pada peubah kapasitas kewirausahaan petani sayuran, yaitu technical skill, social skill dan managerial skill. Tabel 11. Pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran di Kabupaten Boyolali dan Bogor Indikator Rataan Skor* Kab. Boyolali Kab.Bogor Total Technical skill 57,82 53,04 56,05 Social skill 53,46 52,28 53,02 Managerial skill 46,84 54,68 49,75 Kapasitas kewirausahaan petani sayuran 52,71 53,33 52,94 Keterangan: *Interval skor 0-25 = Sangat Rendah; = Rendah; = Tinggi; = Sangat Tinggi Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa kapasitas kewirausahaan petani sayuran di Boyolali untuk technical skill dan social skill lebih baik dibanding petani sayuran di Bogor, namun untuk managerial skill di Bogor lebih baik. Ini dikarenakan petani sayuran di Boyolali lebih dahulu dibimbing oleh misi teknik Taiwan dari pada petani sayuran di Bogor yang baru berumur 7 tahun. Untuk managerial skill, sebenarnya misi teknik Taiwan tidak mengajarkan secara

24 98 spesifik, tetapi banyak penyuluhan peningkatan managerial skill yang diselenggarakan oleh LSM, dan Penyuluh Swakarsa Mandiri (PSM) termasuk juga para mahasiswa IPB yang melakukan praktek kerja lapang. Dengan kata lain teknik budidaya sayuran, keterampilan bersosialisasi dan kemampuan manajerial akan lebih baik lagi jika ditingkatkan melalui tambahan training untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikhomotorik mereka. Secara keseluruhan, terlihat bahwa total rataan skor pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran di Kabupaten Bogor lebih tinggi yaitu 53,33 dibandingkan dengan Kabupaten Boyolali yaitu sebesar 52,71, di mana total rataan skor untuk kedua kabupaten tersebut adalah 52,94. Hal ini terjadi karena di Kabupaten Bogor pendampingan misi Taiwan bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor Cq University Farm melibatkan beberapa pakar di bidang pertanian dan merupakan pilot project dari institusi dalam menggalang pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk tri dharma perguruan tinggi. Diharapkan pengembangan kapasitas kewirausahaan petani ini dapat meningkatkan kemandirian petani khususnya di dua kabupaten penelitian, dan Indonesia pada umumnya. Secara keseluruhan pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran di dua kabupaten tersebut tergolong tinggi. Managerial skill petani sayuran binaan ADC di Kabupaten Boyolali tergolong kategori rendah, terjadi karena adanya penyerahan pengelolaan pembimbingan dari misi teknik Taiwan ke Dinas Pertanian, perkebunan, dan kehutanan melalui UPT usaha pertanian yang secara pendekatan budaya kerja penyuluh yang kebanyakan sebagai pegawai negeri sipil mengajarkan managerial skill-nya masih di bawah sistem manajerial ketika dibimbing oleh misi teknik dari Taiwan. Hal ini sangat berbeda seperti yang sekarang masih berlangsung di Kabupaten Bogor di mana para petani sayuran masih mendapatkan pembinaan misi teknik Taiwan yang hasil penelitian ini menunjukkan kategori tinggi. Secara umum, kapasitas kewirausahaan petani sayuran di dua kabupaten penelitian tersebut harus terus ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan yang secara kontinyu, dipantau dan dievaluasi perkembangannya.

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI No. 1/08/3309/Th.I, 11 Agustus 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KAB. BOYOLALI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) Angka Tetap (ATAP) produksi padi Kabupaten Boyolali Tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

ABSTRACT CAHYONO TRI WIBOWO

ABSTRACT CAHYONO TRI WIBOWO ABSTRACT CAHYONO TRI WIBOWO, Communication Pattern on Vegetable Farmers Entrepreneurship Capacity development (Case: Taiwan Technical Mission Assistance). Supervised by SUMARDJO as Head of Supervisory

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dua kecamatan yang dipilih di Kabupaten Indramayu, yaitu: Kecamatan Patrol dan Lelea. Batas administratif Kabupaten Indramayu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI

BAB II DESKRIPSI LOKASI BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Kecamatan Simo 1. Visi, Misi dan Motto Kecamatan Simo a. Visi: Prima dalam pelayanan menuju masyarakat yang mandiri, sejahtera, terintegrasi, lestari dan beretika. b. Misi: 1)

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & JENIS KELAMIN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & JENIS KELAMIN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016 JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & JENIS KELAMIN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 0 NO Sekretariat Daerah Asisten Pemerintahan Asisten Ekonomi, Pembangunan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Lampiran 1. Ekspor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Ekspor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volum Nilai (US$) e (Kg) Tanaman pangan

Lebih terperinci

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & GOLONGAN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & GOLONGAN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016 JUMLAH PEGAWA NEGER SPL/CALON PEGAWA NEGER SPL MENURUT SATUAN KERJA & GOLONGAN PEMERNTAH KABUPATEN BOYOLAL AUGUST 0 NO Sekretariat Daerah 0 Asisten Pemerintahan 0 8 Asisten Ekonomi, Pembangunan dan 0 Kesejahteraan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun PENGANTAR Latar Belakang Upaya peningkatan produksi susu segar dalam negeri telah dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun ke tahun. Perkembangan usaha sapi perah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia pestisida banyak digunakan baik dalam bidang pertanian maupun kesehatan. Di bidang pertanian pemakaian pestisida dimaksudkan untuk meningkatkan produksi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Cisarua adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar ±

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

I. DESKRIPSI KEGIATAN

I. DESKRIPSI KEGIATAN I. DESKRIPSI KEGIATAN 1.1 JUDUL KKN PPM Manggis. 1.2 TEMA Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Buah Manggis Sebagai Komoditas Ekspor Unggulan 1.3 LOKASI Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 96 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Dalam bab ini, akan dipaparkan secara umum tentang 14 kabupaten dan kota yang menjadi wilayah penelitian ini. Kabupaten dan kota tersebut adalah

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU 189 Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Keadaan fisik Kabupaten Sleman Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o 13 00 sampai dengan 110 o 33 00 Bujur Timur, dan mulai 7ᵒ34 51 sampai dengan 7ᵒ47 03 Lintang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang diartikan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

B U P A T I B O Y O L A L I P R O V I N S I J A W A T E N G A H

B U P A T I B O Y O L A L I P R O V I N S I J A W A T E N G A H B U P A T I B O Y O L A L I P R O V I N S I J A W A T E N G A H PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tersedianya data dan informasi yang memberi gambaran akurat tentang potensi wilayah sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan bagi Pemerintah kalangan pertanian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Boyolali. Ekstensifikasi Pajak merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah epidemi (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune. Deficiency Syndrome) HIV/AIDS dan penyebarannya yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. masalah epidemi (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune. Deficiency Syndrome) HIV/AIDS dan penyebarannya yang sangat cepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan dapat dikategorikan sebagai salah satu pembahasan utama dalam agenda Internasional, khususnya dalam membahas masalah epidemi (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci