BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
|
|
- Hendra Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teoritis Sikap Kejujuran Secara teori semua orang mengajarkan untuk hidup jujur, akan tetapi realitanya dalam dunia justru cenderung menolak kejujuran. Ada seorang teman yang justru tersingkir dari jabatannya justru karena ia memilih untuk tetap jujur. Ia tidak mau ikut-ikutan melakukan penggelembungan dana bersama pimpinan dan rekan-rekannya, dan akibatnya ia pun disingkirkan. Devinisi Jujur berarti berkata yang benar yang bersesuaian antara lisan dan apa yang ada dalam hati. Jujur juga secara bahasa dapat berarti perkataan yang sesuai dengan realita dan hakikat sebenarnya. Kebalikan jujur itulah yang disebut dusta. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa betapa mahalnya harga kejujuran itu. Pada dasarnya kejujuran adalah merupakan nilai yang sangat bermakna bagi kelangsungan hidup di dunia dan akhirat Nilai Kejujuran di Keluarga Kejujuran merupakan salah satu bagian yang teramat penting bagi kelangsungan hidup manusia di dalam keluarga. Kejujuran di dalam Kehidupan keluarga sangatlah penting apabila diterapkan oleh masing-masing orang atau sodara yang ada di keluarga tersebut. Dengan demikian kejujuran akan tercipta kehidupan yang harmonis di dalm ruang lingkup keluarga. Penyebab anak berbohong :
2 a) Takut dimarahin atau dihukum karena berbuat salah b) Melihat kebohongan yang ada disekitarnya (Orangtua,guru,keluarga) c) Ancaman hukuman bagi kesalahan sang anak. Berbagai faktor diatas merupakan pemicu utama kebohongan seorang anak. Marilah kita orang tua bersepakat menghapuskan populasi kejahatan didunia ini dengan bersikap yang benar dan jujur. Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menghentikan kebohongan pada anak sejak dini : a) Menanamkan kesadaran untuk selalu hidup jujur dan menyadari akibat buruk kebohongan. Orang tua yang memahami arti kejujuran dan akibat buruk kebohongan yang tertulis diatas sekalipun dulunya biasa berbohong dan selalu hidup dalam ketidakjujuran akan mempunyai tekad untuk hidup jujur dan membenci adanya kebohongan. Orang tua yang demikian tdak akan pernah kompromi dengan kebohongan yang ada disekitarnya termasuk anaknya sendiri. Sikap tidak kompromi dengan kebohongan tersebut akan membantu mengubahkan kebohongan pada anak. b) Membiasakan sikap jujur sebagai budaya didalam kehidupan keluarga. Anak kecil pintar sekali meniru apa yang dilihat, dan kebohongan dari tingkah laku dan perkataan yang dilakukan orang tua juga akan menanamkan kebohongan dalam mental anak kecil tersebut. Apapun itu bentuk kebohongannya sekalipun dalam hal kecil,itu semua terekam dalam memori sang anak. Janji yang yang tidak ditepati juga menjadi penyebab yang gampang direkam. Jangan pernah menjanjikan sesuatu yang pastinya tidask ditepati. Jika janji tersebut tidak jadi
3 karena faktor lain,katakan maaf dan kasih pengertian kepada si kecil. Jangan juga menceritakan sesuatu yang mengandung kebohongan karena ketika nantinya sang anak melihat kenyataannya dia akan merekamnya. Jangan gengsi meminta maaf jika ada kesalahan kita dimata anak kita. Sikap gentle kita ini akan direkam menjadi suatu kebaikan nantinya bagi dia. c) Kesadaran jujur tidak akan dihukum. Memberi pengertian dan gambaran kepada si kecil tentang kejujuran dan keburukan dari kebohongan. Ajarkan juga si kecil untuk tidak takut mengaku kalau berbuat salah. Kasih pengertian jika dia berbuat salah dan mengaku tidak akan dihukum. Jangan selalu memberikan ancaman untuk suatu kesalahan karena itu menjadi suatu momok yang menakutkan bagi sang anak ketika dia berbuat suatu kesalahan. d) Komunikasi Yang Baik Dengan Sang Anak Orang tua harus sering berkomunikasi dengan baik dan terbuka kepada sang anak. Keterbukaan dimulai dariorang tua bisa menceritakan apa yang dia lakukan ketika dia pergi/ kerja meninggalkan sang anak. Hal ini akan membuat sang anak juga akan menceritakan apa yang terjadi pada dirinya selama dia tidak bersama dengan kita. Tunjukkan sikap yang menyimak dengan baik apa yang diceritakannya, jangan anggap remeh setiap ceritanya. Dan juga berikan apresiasi atas cerita dan kejujuran sang anak tersebut. Jangan lupa memberikan apresiasi yang baik dari orang tua atas kejujuran sang anak dibanding hukuman atas kesalahan yang dibuat. Contoh Kasus Seorang ayah yang selalu berusaha jujur dalam hidupnya, terutama kepada anak-anaknya yang masih kecil. Suatu ketika sang ayah yang menjanjikan kepada sang anak yang meminta baju baru akan tetapi sang ayah
4 hanya menjawab ia nak besok kalau kenaikan kelas ya nak tetapi sang ayah sampai kenaikan kelas tiba dan berakhir tidak kunjung di berikan juga. Sang anak menjadi kurang percaya terhadap ayahnya sehingga sering melakukan hal hal yang tidak jujur. Jangan pernah sekali pun berjanji kepada anak namun tidak menepatinya. Seringkali sebagai orang tua, kita mengumbar janji agar anak tidak merengek. Ini kebiasaan yang tidak baik. Anak-anak tidak akan selalu ingat apa yang kita katakan namun mereka hampir tidak pernah gagal meniru kita, Contoh gambar kejujuran dalam keluarga Nilai Kejujuran di Keluarga dalam Kehidupan di Sekolah Etika adalah prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku seseorang serta mengarahkannya dalam mengambil keputusan. Etika menjadikan seseorang mampu membedakan antara mana yang benar dan mana yang salah. Dengan etika, seseorang akan menjadi insan yang memiliki keluhuran budi pekerti. Di dalam etika ini terkandung unsur kejujuran, kehormatan, tanggung jawab, keadilan, kepedulian dan citizenship (berperan aktif dalam mengembangkan komunitas sekitar). Pribadi Jujur Menjadi pribadi yang tidak jujur tentu berisiko namun terkadang menjadi pribadi yang jujur justru mengandung risiko yang jauh lebih besar. Mulai dari dianggap sok idealis, tidak disukai, ditolak dalam lingkungan pergaulan dan lingkungan pekerjaan hingga disingkirkan, baik secara halus atau secara kasar. Namun dalam jangka panjang bersikap jujur tentu lebih baik daripada tidak jujur. Menjadi pribadi yang jujur tidak hanya berarti berani
5 berbicara apa adanya (terus terang), tanpa kebohongan atau bersikap manipulatif. Karakteristik pribadi jujur, meliputi : 1. Menepati janji yang telah dibuat. 2. Melaksanakan komitmen hingga tuntas. 3. Setia dalam hal-hal kecil yang dipercayakan kepada kita. Contoh Kasus Ketika siswa dalam mengikuti dan mengerjakan ujian nasional siswa menyontek dalam pengisian jawabannya. Mungkin siswa melakukan hal tersebut karena merasa tidak yakin dengan jawabannya/tidak percaya diri tehadap potensi yang dimiliki. Selain itu mungkin karena siswa pada malam sebelum dilaksanakan ujian nasional siswa cenderung malas dan enggan untuk belajar. Sehingga timbul dari dalam diri siswa untuk melakukan perbuatan mencontek tersebut. Namun pada ujian yang berikutnya ketika siswa tersebut mencontek kebetulan ia ketahuan oleh pengawas sehingga siswa tersebut mendapat sebuah sanksi yang membuat dia jera yang pada akhirnya membuat siswa tersebut menyadari bahwa mencontek tersebut merupakan suatu perbuatan yang tidak terpuji dan merupakan perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain Nilai Kejujuran di Keluarga dalam Kehidupan Bermasyarakat Yang perlu masyarakat ketahui terkait dengan kejujuran a) Ketika kita jujur, kita menjadi orang yang bisa dipercaya. Inilah yang akan membentuk nama baik atau reputasi. Nama baik akan menjadi modal yang sangat berharga bagi perjalanan dan keberhasilan hidup. b) Ketika kita jujur, kita bisa menjadi teladan
6 bagi orang-orang di sekitar kita, terutama keluarga kita. Ini merupakan sebuah warisan yang jauh lebih berharga daripada uang atau materi. c) Ketika kita jujur, kita menjadi sahabat terbaik bagi diri kita sendiri. Sebab seringkali ketidakjujuran membuat kita sulit berdamai dengan diri kita sendiri. Adapun ciri-ciri orang yang jujur : 1.Tidak bersikap pura-pura 2. Berkata apa adanya 3. Tidak berkata bohong 4. Tidak menipu diri sendiri maupun orang lain 5. Mau mengakui kelebihan dan kekurangan orang lain 6. Dapat mengemban kepercayaan atau amanah dari orang lain 7. Dapat mengemban kepercayaan dari orang tua dan keluarga 8. Tidak membohongi diri sendiri dan orang lain 9. Tidak mengambil hak milik orang lain 10. Tidak merugikan orang lain Ciri-Ciri orang yang tidak jujur : 1. Apabila berkata maka dia akan berkata bohong / dusta. 2. Jika membuat suatu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari janjinya. 3. Bila diberi kepercayaan / amanat maka dia akan mengkhianatinya. G. Kesimpulan : Kejujuran menjadi barang yang teramat langka di negeri ini. Lihat saja perilaku korup dan manipulatif yang ada di mana-mana. Secara teori semua orang mengajarkan untuk hidup jujur, akan tetapi realitanya dalam dunia justru cenderung menolak kejujuran. Ada seorang teman yang justru tersingkir dari jabatannya justru karena ia memilih untuk tetap jujur. Ia tidak mau ikut-ikutan melakukan penggelembungan dana bersama pimpinan dan rekanrekannya, dan akibatnya ia pun disingkirkan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa betapa mahalnya harga kejujuran itu. Pada dasarnya kejujuran adalah merupakan nilai yang sangat bermakna bagi kelangsungan hidup di dunia dan akhirat. Kejujuran merupakan dasar dari perilaku manusia yang harus selalu
7 di implementasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya perbuatan yang jujur apa adanya terkait dengan perilaku ataupun perbuatan yang di lakukan maka akan ada dampak positif dan negatifnya sendiri. Akan tetapi yang perlu di garis bawahi bahwa nilai kejujuran itu sangat berpengaruh baik terhadap psikis seseorang yang melakukan kejujuran secara tepat. Mungkin di dunia ini kita bisa mengalami kerugian atau bahkan malah mendapat masalah karena memutuskan untuk berlaku jujur, seringkali dunia memang memperlakukan kita dengan tidak adil, tetapi itu bukanlah masalah karena kelak dalam kehidupan selanjutnya yang abadi semua itu akan diperhitungkan sebagai kebenaran yang berkenan di hadapan Allah. Pada saat ini mungkin kita rugi akibat memutuskan untuk jujur, tetapi kelak pada saatnya kita akan bermegah dan bersyukur karena telah mengambil keputusan yang benar. : Pengertian Metode Talking Stick Pengertian Metode Talking Stick Agar lebih rinci, maka disini perlu pula diketahui pengertian dua kata kunci, yaitu metode dan talking stick, yaitu: a. Metode Dalam pengertiannya, apa yang disebut metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat atau media untuk mencapai suatu tujuan.winarno, (2007: 96). Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar) maupun kepada murid (metode belajar).
8 Karena metode merupakan cara yang dalam pendidikan bertujuan untuk tercapainya tujuan pembelajaran, maka semakin baik metode mengajar yang dipakai guru dan metode belajar yang diterapkan kepada siswa, maka semakin efektif suatu usaha mencapai tujuan-tujuan pendidikan. b. Talking Stick Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini. Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian. Talking Stick termasuk salah satu metode pembelajaran kooperatif. Menurut Suprijono, (2009:54) mengemukakan bahwa pembelajaran
9 kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru agar siswa bekerja sama. Selanjutnya menurut Isjoni, (2010:18) kolaboratif sendiri diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Siswa betanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Metode talking stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda. 4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Http.//anwarholil/ Blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html metode pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
10 Adapun metode ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, meningkatkan motivasi, kepercayaan diri dan life skill yang mana pendekatan tersebut ditujukan untuk memunculkan emosi dan sikap positif belajar dalam proses belajar mengajar yang berdampak pada peningkatan kecerdasan otak. Jadi, Metode Talking Stick ini adalah sebuah metode pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan kepada siswa untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah dan keharus paksaan sepanjang tidak merugikan bagi siswa dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri Tujuan Metode Talking Stick Dalam setiap kegiatan belajar, tidak terlepas dari suatu tujuan yang hendak dicapai. Pada dasarnya, pencapaian tujuan pendidikan ditentukan oleh kemampuan guru, karena faktor pendidik sangat besar peranannya. Sekiranya pendidik itu baik, maka hasil pendidikannya akan lebih baik pula. Dan sebaliknya, pendidik yang belum siap mengajar tidak akan berhasil di dalam pelaksanaan pengajaran dan pendidikan.mansyur, (2008:48) Dengan demikian, seorang guru pada saat melakukan proses mengajar harus memperhatikan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai oleh murid. Sebab pencapaian pembelajaran khusus erat sekali kaitannya dengan tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler, dan tujuan pendidikan nasional. Belakangan perkembangan metode pembelajaran menitik beratkan pada kemampuan murid dalam mengekspresikan seluruh potensi dan pemahamannya pada materi pelajaran. Diproyeksikan pada metode ini, dominasi guru di dalam
11 kelas tidak ada lagi. Karenanya, metode ceramah sebagaimana dilaksanakan sejak dulu ditinggalkan. Pada metode ini, partisipasi murid di nomor satukan. Tujuannya adalah untuk memandirikan murid dalam berpikir dan memperoleh pengetahuan, serta mengolahnya hingga murid benar-benar paham terhadap materi pelajaran yang diajarkan. Perkembangan tujuan pendidikan ini berupa peningkatan pada teknik dan metode yang lebih variatif dan inovatif, dan partisipatif, yang berguna bagi perkembangan hasil belajar siswa. Dan tujuan dari inovasi pendidikan menurut Fuad Ihsan adalah untuk meningkatkan efesiensi, relevansi, kualitas dan efektifitas. Ini sesuai dengan arah inovasi pendidikan Indonesia yaitu: mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah yang maju bagi warga negara. Ihsan, (2011: ). Maka kemudian dikenallah yang namanya pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Konsep inti dari Cooperative Learning adalah menempatkan pengetahuan yang dipunyai siswa merupakan hasil dari aktivitas yang dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif. Menurut Isjoni, (2010: 21) mengatakan bahwa Cooperative Learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolongmenolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar Cooperative Learning adalah agar siswa dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat
12 dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara kelompok. Menurut Suprijono, (2009:54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif didefenisikan sebagai falsafah sebagai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama dimana siswa disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang dihadapkan pada siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan para siswa agar lebih aktif dan berkolaboratif. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Trianto, (2007:42). Dengan sudut pandang di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah metode penguasaan haruslah sesuai dengan tujuan pendidikan di atas, yaitu partisipasi murid untuk membangun kemandirian dalam memahami materi pelajaran. Begitu pula dengan metode Talking Stick, bagaimanapun juga harus sesuai dengan tujuan pendidikan di atas. Adapun tujuan dari dirumuskannya metode Talking Stick bila dilihat dari rumusan konsep metode tersebut, yang di dalamnya memperhatikan partisipasi siswa dalam memperoleh dan memahami pengetahuan serta mengembangkannya, karena metode Talking Stick merupakan salah satu metode
13 dalam Cooperative Learnig, maka tujuan pada metode talking stick adalah untuk mewujudkan tujuan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) Langkah-langkah Metode Talking Stick Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam metode talking stick ini adalah sebagai berikut: a. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang. b. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm. c. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran. d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan. f. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. g. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan. h. Guru memberikan kesimpulan. i. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu. j.gurumenutuppembelajaran.
14 Keuntungan dan Kelemahan Metode Talking Stick a. Keuntungan metode Talking Stick yaitu: 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial 2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan 3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial 4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen 5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois 6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa 7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan 8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame manusia 9. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik 10. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, dan agama. 11. Menguji kesiapan siswa 12. Melatih membaca dan memahami dengan cepat 13. Agar siswa lebih giat lagi belajar.
15 b. Kelemahan metode Talking Stick 1. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat Cooperative Learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok. 2. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bias terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa. 3. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukuppanjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini. 4. Membuat senam jantung. Sugiyanto, (2010:43). 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan dan kerangka teoritis sebagaimana yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Dengan penerapan metode struktural analitik sintetik maka kemampuan siswa dalam membaca kalimat sederhana pada siswa Kelas II SDN 25 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo akan meningkat.
16 2.4 Indikator Kinerja Pada siswa kelas II SDN 25 Mustika Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo, dari 18 siswa hanya terdapat 7 siswa atau 38,88% yang mampu membaca kalimat dengan baik, sedangkan 11 siswa atau 61,11% belum mampu membaca kalimat dengan baik. Oleh karenanya yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika siswa yang mampu membaca kalimat dengan baik berkembang menjadi 85%, dari keseluruhan jumlah siswa di Kelas II SDN 25 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo, maka proses pembelajaran dianggap tuntas
BAB II MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MATERI SUMBER DAYA ALAM. 1. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick
BAB II MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MATERI SUMBER DAYA ALAM A. Model Pembelajaran Talking Stick 1. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick Talking stick (tongkat berbicara)
Lebih terperinciPENINGKATAN PEMAHAMAN PEMANFAATAN SATUAN PANJANG DAN BERAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK. Sri Handayani
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMANFAATAN SATUAN PANJANG DAN BERAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam kehidupan yang harus dijalankan sesuai dengan tata caranya masing-masing. Jika nilai-nilai itu
Lebih terperinciMeningkatkan jiwa Kebersamaan Melalui Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Talking Stick Pada Mata Pelajaran PKn.
Meningkatkan jiwa Kebersamaan Melalui Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Talking Stick Pada Mata Pelajaran PKn Oleh Meike Miyodu ABSTRAK Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran dimana siswa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Soemantri (dalam Winataputra, 2009: 21), istilah kewarganegaraan merupakan terjemahan dari Civis yang merupakan
Lebih terperinciOleh Nama : Tiskaria Lakajo Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE TALKING STIKCK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 1 AK SMK NEGERI 1 KOTA GORONTALO (Penelitian pada siswa di kelas X ak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah suatu alat yang mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Menurut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara. manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan yang lainnya.
BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan modern. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat pesat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting yakni sebagai Bahasa Negara dan Bahasa Nasional. Mengingat fungsi yang diemban oleh Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia melupakan tugasnya sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi ini.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia terlahir sebagai makhluk yang paling sempurna. Terkadang manusia melupakan tugasnya sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Sikap atau perilaku dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teoretis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi, (1). Bahasa Indonesia, (2). Metode Talking Stick, (3). Hasil belajar. 2.1.1. Bahasa Indonesia Pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model Talking Stick merupakan salah satu model yang menekankan pada keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang
I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sekaligus sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Bahasa digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua guru pasti dihadapkan pada kondisi pembelajaran dengan jumlah siswa, gender, latar belakang etnis, agama, sosio-ekonomi, budaya, tingkah laku dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situasi kelas yang termotivasi menurut Brown(1994) pengajar hendaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah interaksi antara manusia, sumber daya, dan lingkungannya. PBM merupakan proses yang tersusun secara teratur, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran. Hasil belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat. Bahasa asing sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global sekarang ini bahasa asing sangat dibutuhkan seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat. Bahasa asing sangat penting untuk
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: DIDIK PAMIRSA AJI A
USAHA MENINGKATKAN KEBERANIAN SISWA MENGERJAKAN SOAL-SOAL LATIHAN DI DEPAN KELAS MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION ) (PTK di SMP NEGERI 3 KARTASURA) SKRIPSI Untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian belajar menurut beberapa ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999 : 22) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan adalah sarana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia dalam aspek kemampuan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Sebelum proses pembelajaran guru mempesiapkan perangkat pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran pada dasarnya guru menerapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang menjadikan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks dan merupakan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, karena pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan
Lebih terperinciPenggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Dan Tipe Talking Stick Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Dan Tipe Talking Stick Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrosfer Rangers
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi
Lebih terperinciBab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?
Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan alat berupa tongkat sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979
Lebih terperinciPERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Tugas Perkembangan 1 : Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan atau mempersipkan karir serta berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. permasalahan yang akan dihadapi. Selama ini proses pembelajaran PKn di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran PKn sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting. Mata pelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk siswa yang ideal memiliki mental yang kuat,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA masih terpengaruh oleh paradigma pendidikan lama, yaitu pembelajaran berpusat pada guru, sementara siswa yang harus siap diisi sesuai kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat kemajuan pendidikannya. Apa yang dapat dihasilkan dari sebuah pendidikan itulah yang akan memberikan
Lebih terperinci#### Selamat Mengerjakan ####
Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Ya / Bukan (Lingkari Salah Satu) Apakah Anda tinggal di rumah kos / kontrak? Ya / Tidak (Lingkari Salah Satu) Apakah saat ini Anda memiliki pacar? Ya / Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi belajar merupakan dorongan dari proses belajar dengan kata lain tujuan dari belajar adalah mendapat hasil yang baik. Banyak siswa yang mengalami masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sarana pembelajaran anak usia belajar. Pembelajaran merupakan proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembentukan moral suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, kecakapan, ketelitian, keuletan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus di bentuk untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus di bentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat. Di sekolah terdapat sejumlah bidang pelayanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tolak ukur suatu Negara dikatakan berkembang atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia yang baik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Hasil Belajar Menurut Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan moral bukanlah sebuah gagasan baru. Sebetulnya, pendidikan moral sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Sejarah di negara-negara di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses mendidik yang menjadikan manusia seutuhnya untuk memiliki ilmu pengetahuan dan nilai-nilai norma dan etika. Peraturan pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun individu usaha yang dilakukan secara sadar untuk menanamkan nilai-nilai atau sikap baik bagi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa menyelesaikan berbagai masalah di dalam kehidupan. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki 4 (empat) kompetensi, yakni kompetensi membaca, menulis, menyimak, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa tiap orang dapat mengungkapkan dan mengekspresikan apa yang telah dipikirkan, dilihat, dialami, dan dirasakan. Dalam belajar berbahasa, siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa hendaknya mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam proses pembelajaran di kelas, setiap guru memiliki peran utama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam proses pembelajaran di kelas, setiap guru memiliki peran utama sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing. Sebagai pendidik yang dimaksud adalah guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menciptakan sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menciptakan sumber daya manusia yang mampu menjawab segala tantangan
Lebih terperinciDaftar Isi BAB 01 BAB 02 BAB 03 BAB 04
Buku Saku PERWIRA Daftar Isi BAB 01 Sejarah Terbentuknya Nilai dan Perilaku Budaya PERWIRA 1. Sejarah Budaya PERWIRA 2. 3 Nilai Budaya PERWIRA dan 9 Perilaku Budaya PERWIRA BAB 02 Panduan Perilaku 1.Kepercayaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Bekerja sama, berinteraksi, dan berkelompok adalah diantara beberapa kegiatan berbahasa berlangsung. Tanpa
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang
BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang baik dan bermutu dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Lebih terperincimemiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu
1 2 memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu menyimak, berbicara, membaca dan menulis dengan baik.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah proses perubahan dalam prilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi. Hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku. pengetahuan,
Lebih terperinciPERNYATAAN KEASLIAN TESIS
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Widiharto NIM : S200070130 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik
Lebih terperinciREKREASI. "Segala sesuatu ada masanya. Page 1
REKREASI "Segala sesuatu ada masanya. Page 1 Perbedaan Rekreasi & Hiburan Ada perbedaan yang nyata antara rekreasi dan hiburan. Bilamana sesuai dengan namanya, Rekreasi cenderung untuk menguatkan dan membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial, karena dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial, karena dalam kehidupannya manusia tidak dapat hidup sendiri sehingga membutuhkan bantuan orang lain demi kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS masih dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan merupakan aspek terpenting dalam usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak utama kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan
Lebih terperinci