(i:, :q k . J.. A,I ... ;,..,.' 1 L 'I- ,:,-: ;.!-; -.;..: ; i.. .,., y-;,,, "' ,:.P:;..?:;.!.! ,, <<. : &: -y L :'.,. - ' _,I,-.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(i:, :q k . J.. A,I ... ;,..,.' 1 L 'I- ,:,-: ;.!-; -.;..: ; i.. .,., y-;,,, "' ,:.P:;..?:;.!.! ,, <<. : &: -y L :'.,. - ' _,I,-."

Transkripsi

1 I..-.. J.. A,I.,., y-;,,, "' L;..7- i _,.:,~-i l p - 2.; =,:,I *-! - '.4.,,,, - 7..,:.P:;..?:;.!.! I ' " :.... ;,..,.' 1 L 'I- +.'.. I.,.. r..':. I :.$, ;?'.,,.. _.,:,-: ;.!-; -.;..: ; i (i:,.:,,,-. :,; ;:, :I %<,#, - '1. _.'I... _,I,-. -, L :'.,. - '... -,... hd!,, <<. : &: -y :q k

2 TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT No PT : KDL 3.12 BUKU PETUNJUK TEKNIK tentang GELADI MEDAN DISAHKAN DENGAN SURAT KEPUTUSAN KASAD NOMOR SKEP / 425 / XI / 2004 TANGGAL 22 NOPEMBER 2004

3 DAFTAR ISI Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 425 / XI / 2004 tanggal 22 Nopember 2004 tentang Pengesahan Berlakunya Buku Petunjuk Teknik tentang Geladi Medan... 1 LAMPIRAN Halaman BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup dan Tata Urut Landasan Pengertian (Terlampir). 5 BAB II KETENTUAN UMUM 6. Umum Tujuan Sasaran Bentuk, Tingkat dan Sifat Waktu, Tempat, Peserta dan Sarana Pengorganisasian Tugas dan Tanggung jawab BAB III KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN 13. Umum Urut-urutan Pentahapan Geladi BAB IV HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 15. Umum Ketentuan Umum i

4 17. Ketentuan untuk Pelatih Ketentuan untuk Pelaku Ketentuan Pendistribusian Naskah Latihan.. 30 BAB V KOMANDO DAN PENGENDALIAN 20. Umum Komando Pengendalian.. 32 BAB VI PENUTUP 23. Keberhasilan Penyempurnaan Sub Lampiran A : Pengertian Sub Lampiran B : Skema Aliran Sub Lampiran C : Struktur Organisasi Sub Lampiran D : Daftar Contoh Naskah Surat Perintah Dankodiklat TNI AD ii

5 TENTARA NASIONAL INDONESIA ltrlqrzcas BESAR ANGKATAN DARAT ' SURAT KEPUTUSAN Nomor Skepl XI tentang PENGESAHAN BERLAKUNYA BUKU PETUNJUK TEKNIK TENTANG GELADI MEDAN KEPALA STAF ANGKATAN DARAT Bahwa kebutuhan peranti lunak berupa Buku Petunjuk untuk digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas bagi satuan dan sumber bahan ajaran bagi Lembaga Pendidikan dilingkungan TNI AD. 2. Bahwa dalam ha1 ini, untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dikeluarkan Surat Keputusan mengenai Buku Petunjuk Teknik tentang Geladi Medan. Mengingat 1. Surat Keputusan Kasad Nomor Skepll 1 1 I I 2004 tanggal 28 Januari 2004, mengenai Pengesahan berlakunya Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyelenggaraan Latihan.

6 Surat Keputusan Kasad Nomor Skepl4251 Xl / 2004 Tanggal 22 Nopember Surat Kasaa NOmOr B/ 793 / VII / 2003 tanggal 27 Juli 2001, tentang Stratifikasi DoktrinBujuk Angkatan Darat. 3. Surat Kasad Nomor BI 857 / VIII / 2003 tanggal 13 Agustus 200 1, tentang Tataran Kewenangan penandatanganan dan pengesahan DoktrinBujuk Angkatan Darat. Memperhatikan 1. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep N12002 tanggal 3 1 Mei 2002 mengenai Pengesahan berlakunya Buku Petunjuk Pembinaan tentang Doktrin. 2 Surat Keputusan Dankodiklat TNI AD Nomor Skep 11 39Nl 2004 tanggal 19 Mei 2004 mengenai Pengesahan berlakunya Naskah Sementara Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyusunan dan Penerbitan Buku Petunjuk TNI AD. 3. Surat Keputusan Dirajenad Nomor Skep135-A/Xn/2003 tanggal 24 Desember 2003 mengenai Pengesahan berlakunya Naskah Sementara Buku Petunjuk Administrasi tentang Tulisan Dinas. '.] I - riuh&j wfw3 1 A Hasil perumusan kelompok kerja penyusunan Buku Petunjuk 1 eknik tentang Geladi Medan. Menetapkan 1. Mengesahkan berlakunya Buku Petunjuk Teknik tentang Geladi Medan dengan Kode PT : KDL Buku Petunjuk Teknik ini berklasifikasi. 3. Dirlat Kodiklat TNI AD sebagai pembina materi Buku Petunjuk Teknik tentang Geladi Medan ini. / 4. Ketentuan...

7 Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/ 425/ XI / 2004 Tanggal 22 Nopember Ketentuan lain yang masih ada tetapi bertentangan dengan materi Buku Petuniuk Teknik tentang Geladi Medan ini dinyatakan tidak berlaku. 5. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Bandung Pada tanggal 22 Nopember. - /. ~ ~ S T JANGKATAN W DARAT B Angkatan Darat. - WAI JENDERAL TNI Tembusan : Kasum TNI 2. Irjen TNI 3. Asrenum Panglima TNI Di jenrensishan Dephan

8 TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 425 / XI / 2004 Tanggal 22 Nompember 2004 BUKU PETUNJUK TEKNIK tentang GELADI MEDAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Setiap Komandan satuan bertanggung jawab terhadap kesiapan satuannya sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Pimpinan TNI AD. Salah satu tanggung jawab untuk mencapai kesiapan satuan yaitu melalui latihan. Dengan latihan diharapkan kemampuan perorangan maupun satuan akan terwujud sehingga dapat melaksanakan tugas pokoknya. b. Geladi Medan merupakan salah satu metoda latihan taktis tanpa pasukan, dengan tujuan guna meningkatkan kemampuan perorangan baik sebagai unsur pimpinan maupun pembantu pimpinan dalam melaksanakan tugas perencanaan dan pelaksanaan komando dan pengendalian satuan. c. Penyelenggaraan Geladi Medan dapat dilaksanakan secara sederhana khususnya bagi satuan tingkat Kompi ke bawah, hal tersebut sangat memungkinkan karena penggunaan metoda Geladi Medan di satuan sudah merupakan kegiatan yang harus selalu dilakukan di satuan. Untuk satuan yang lebih besar yaitu setingkat Batalyon ke atas penggunaan metoda Geladi Medan dalam latihan tentunya memerlukan pengorganisasian penyelenggara yang lebih luas lingkupnya. d. Agar penyelenggaraan latihan dengan menggunakan metoda Geladi Medan dapat mencapai tujuan dan sasaran latihan yang diharapkan, maka diperlukan suatu buku petunjuk yang mengatur tentang ketentuan dan pelaksanaan kegiatan yang dituangkan dalam Buku Petunjuk Teknik tentang Geladi Medan.

9 5 2. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Memberikan gambaran kepada setiap pembina latihan tentang teknik penyelenggaraan latihan dengan menggunakan metoda Geladi Medan. b. Tujuan. Sebagai pedoman bagi penyelenggara latihan dalam menyelenggarakan latihan dengan menggunakan metoda Geladi Medan sehingga hasilnya akan dapat mencapai tujuan dan sasaran latihan yang ditetapkan. 3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. a. Ruang Lingkup. Pembahasan dalam buku petunjuk ini meliputi ketentuan umum, kegiatan yang dilaksanakan, hal yang perlu diperhatikan serta komando dan pengendalian penyelenggaraan latihan dengan metoda Geladi Medan. b. Tata Urut. Buku Petunjuk Teknik tentang Geladi Medan ini disusun dengan tata urut sebagai berikut : 1) Bab I Pendahuluan. 2) Bab II Ketentuan umum. 3) Bab III Kegiatan yang dilaksanakan. 4) Bab IV Hal-hal yang perlu diperhatikan. 5) Bab V Komando dan pengendalian. 6) Bab VI Penutup. 4. Landasan. a. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/311/IX/2002 tanggal 12 September 2002, tentang Buku Petunjuk Induk tentang Latihan. b. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 10 / I / 2003 tanggal 28 Januari 2003, tentang Buku Petunjuk Pembinaan tentang Pembinaan Latihan. c. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 11 / I /2003 tanggal 28 Januari 2003, tentang Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyelenggaraan Latihan. 5. Pengertian. ( Sub Lampiran A)

10 6 BAB II KETENTUAN UMUM 6. Umum. Penyelenggaraan latihan dengan menggunakan metoda Geladi Medan akan dapat berjalan dengan lancar apabila penyelenggara dan pelaku menguasai tugas dan peran masing-masing. Untuk mendukung kelancaran penyelenggaraan Geladi Medan maka perlu adanya ketentuan umum yang mengatur tentang Bujuknik Geladi Medan. 7. Tujuan. Meningkatkan kemampuan perorangan dalam mengembangkan kemampuan dibidang teknik dan taktik sebagai Komandan maupun Perwira Staf melalui medan yang dipersiapkan untuk meningkatkan penguasaan bidang taktik dan dinas staf. 8. Sasaran. a. Tercapainya kemampuan Kodal unsur Pimpinan satuan dalam pelaksanaan operasi di medan sebenarnya. b. Tercapainya kemampuan perorangan dalam menerapkan teknik dan taktik di medan sebenarnya baik satuan kecil maupun satuan besar dalam Operasi Militer untuk Perang dan Operasi Militer selain Perang. c. Tercapainya kemampuan satuan dalam menerapkan prosedur pelaksanaan operasi di medan sebenarnya. 9. Bentuk, Tingkat dan Sifat. a. Bentuk. 1) Geladi Medan dilaksanakan dalam bentuk paralel, yaitu memainkan satuan pada waktu yang bersamaan dan daerah operasi yang dipraanggapkan serta persoalan yang ditanyakan sama. 2) Penggunaan bentuk seri tidak dapat dilaksanakan, mengingat pengorganisasian pelaku disusun dalam jabatan suatu Markas Komando Satuan yang sama.

11 7 b. Tingkat. 1) Satu tingkat. Geladi Medan hanya dapat dilaksanakan oleh satu tingkat satuan. 2) Penggunaan tingkat geladi lebih dari satu tingkat tidak dapat dilaksanakan, mengingat latihan tersebut hanya ditujukan untuk melatih perorangan dan tidak diorganisir menjadi satu tingkat satuan tertentu. Kebutuhan mengorganisir pelaku hanya untuk melaksanakan diskusi antar kelompok pelaku. c. Sifat. 1) Satu pihak dikendalikan. Pelaku terdiri dari satu pihak sedangkan kegiatan musuh digambarkan melalui informasi yang disampaikan oleh pelatih. Tindakan pelaku diarahkan kepada rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu. 2) Geladi Medan tidak dapat dilaksanakan dengan sifat pelaku dua pihak dikendalikan atau satu pihak tidak dikendalikan. 10. Waktu, Tempat, Peserta dan Sarana. a. Waktu. 1) Tahap perencanaan dan persiapan disesuaikan dengan waktu yang tersedia untuk merencanakan dan mempersiapkan suatu geladi. 2) Tahap pelaksanaan disesuaikan dengan waktu yang ditentukan dalam Direktif Latihan. b. Tempat. 1) Menggunakan medan latihan dengan bentuk menyerupai medan pertempuran sebenarnya dan telah disiapkan sebelumnya. 2) Luas dan variasi bentuk medan latihan tergantung pada tingkat satuan yang dilatih dan kompleksitas persoalan yang akan diberikan.

12 8 c. Peserta. 1) Penyelenggara. Komando satu tingkat diatas satuan pelaku atau Komando yang ditunjuk. 2) Pelaku. Perorangan dengan jabatan yang sama di satuan baik para Komandan, Perwira Staf Koordinasi dan Perwira Staf Khusus atau para siswa dalam suatu lembaga pendidikan. d. Sarana. 1) Sarana Pokok. Digunakan untuk mengembangkan materi geladi, berupa medan latihan dengan berbagai bentuk medan dan variasinya sesuai kebutuhan. 2) Sarana Pendukung. Merupakan sarana untuk memperlancar mekanisme diskusi dalam setiap tahap pelaksanaan geladi. Sarana tersebut dapat berupa perlengkapan peta, kompas, teropong, alat tulis, papan tulis atau white board, bendera dan megaphone. 11. Pengorganisasian. Penyusunan organisasi penyelenggaraan latihan dengan menggunakan metoda Geladi Medan pada dasarnya sama dengan pengorganisasian penyelenggaraan latihan taktis tanpa pasukan lainnya dengan lingkup yang lebih sederhana. (Struktur Organisasi terlampir). 12. Tugas dan Tanggung Jawab. a. Pimpinan Umum Latihan (Pimumlat). 1) Bertanggung jawab terhadap terselenggaranya latihan yang dilaksanakan oleh Komandan latihan. 2) Menetapkan kebijaksanaan, petunjuk-petunjuk serta rencana garis besar sesuai program latihan dari pimpinan TNI AD.

13 b. Wakil Pimpinan Umum Latihan (Wapimumlat). 9 1) Bertanggung jawab kepada Pimumlat. 2) Melaksanakan tugas-tugasnya sesuai kebijakan dan kewenangan yang diberikan serta bertindak atas nama Pimumlat apabila Pimumlat berhalangan. c. Tim Pengawas/Evaluasi (Tim Was/Ev). 1) Bertanggung jawab kepada Pimumlat 2) Mengkoordinir, meneliti dan mengoreksi pekerjaan penyelenggara latihan. 3) Mengkoordinir semua penilaian, tanggapan terhadap pekerjaan penyelenggara guna menjamin kelancaran latihan. d. Penasehat Latihan (Hatlat). 1) Bertanggung jawab kepada Pimumlat 2) Dibentuk apabila geladi dilaksanakan dengan materi yang cukup luas. Anggota Hatlat terdiri dari Perwira yang ahli sesuai kebutuhan latihan. 3) Melaksanakan sidang bila timbul permasalahan yang menyangkut kebijaksanaan pokok di dalam pelaksanaan latihan 4) Memberi saran-saran, pertimbangan-pertimbangan dan nasehat-nasehat baik diminta maupun tidak kepada Komandan Latihan. 5) Mendengarkan laporan-laporan jalannya latihan dari Komandan Latihan. e. Komandan Latihan ( Danlat ). 1) Bertanggung jawab kepada Pimumlat yang memerintahkan diselenggarakannya latihan.

14 10 2) Menentukan ruang lingkup latihan dan mengeluarkan petunjukpetunjuk umum tentang penyelenggaraan latihan. 3) Menentukan skenario latihan. 4) Memberi petunjuk secara umum kepada Staf latihan dalam menyusun perencanaan latihan. f. Wakil Komandan Latihan ( Wadanlat ). 1) Bertanggung jawab kepada Komandan Latihan. 2) Mengkoordinir pekerjaan Staf latihan. 3) Mewakili Komandan Latihan apabila Komandan Latihan berhalangan. 4) Apabila personel terbatas dapat merangkap sebagai Koordinator Materi/Pelatih. g. Sekretaris Latihan (Setlat). 1) Bertanggung jawab kepada Komandan Latihan. 2) Memberikan pelayanan yang berhubungan tentang administrasi kepada seluruh penyelenggara latihan. 3) Mengatur lalu lintas surat menyurat dan pengiriman naskah latihan kepada yang berhak menerimanya. h. Perwira Seksi Pengamanan Latihan (Pasipamlat). 1) Mengkoordinir, memelihara dan menjaga keamanan selama latihan berlangsung. 2) Memberi data-data yang berhubungan dengan bidang pengamanan. 3) Mengkoordinasikan kegiatan latihan dengan unsur-unsuer terkait dalam hal keamanan.

15 11 4) Mengecek kondisi tempat latihan, sarana dan prasarana latihan serta dukungan latihan lainnya agar dapat digunakan secara aman selama penyelenggaraan latihan. 5) Merumuskan rencana pengamanan yang tertuang dalam Renlat. i. Perwira Seksi Operasi Latihan (Pasiopslat). 1) Menyusun dan mengajukan konsep Rencana Latihan dan Skenario latihan atas dasar pengkajian dan petunjuk-petunjuk dari Komandan Latihan. 2) Menyusun dan menyempurnakan kelengkapan naskah latihan antara lain petunjuk umum latihan, keadaan umum, keadaan khusus, rencana waktu latihan, persoalan bagi pelaku dan rencana kodal. 3) Mengecek kesiapan peta latihan, sarana dan prasarana latihan serta dukungan latihan lainnya agar dapat digunakan untuk penyelenggaraan latihan. 4) Mengkoordinasikan dengan instansi yang terkait tentang kesiapan fasilitas latihan. j. Perwira Seksi Administrasi dan Logistik Latihan ( Pasiminloglat). 1) Menyiapkan personel yang diperlukan untuk penyelenggaraan latihan. 2) Menyusun konsep naskah latihan yang meliputi susunan personel, urusan dalam, protokoler, peralatan, perbekalan dan angkutan, pemeliharaan serta kesehatan. 3) Menyiapkan dukungan logistik yang diperlukan untuk latihan. 4) Memberikan pelayanan administrasi surat menyurat. k. Detasemen/Kompi/Seksi Markas Latihan (Den/Ki/Simalat). 1) Bertanggung jawab kepada Komandan Latihan.

16 12 2) Memberikan dukungan terhadap kegiatan urusan dalam, pelayanan logistik, pelayanan dan perawatan kesehatan serta keamanan dan ketertiban latihan. 3) Mengatur kegiatan personel pendukung latihan dalam membantu terselenggaranya latihan. 4) Menyiapkan sarana dan prasarana di bidang kemarkasan. l. Koordinator Materi/Pelatih. 1) Bertanggung jawab kepada Komandan Latihan. 2) Menyusun rencana lapangan dan lampirannya. 3) Mengkoordinasikan jalannya latihan antara pelaku dan pelatih (Pengendali). 4) Memberikan materi latihan, sesuai tanggung jawabnya. 5) Bertanggung jawab terhadap materi yang dilatihkan. 6) Mengendalikan jalannya latihan dan melemparkan persoalan sesuai RDP. 7) Memberikan koreksi-koreksi terhadap jalannya latihan. 8) Menyampaikan resume tentang hasil latihan (Diskusi). 9) Melaksanakan penilaian membuat laporan hasil penilaian terhadap pelaku. m. Pelaku. 1) Melaksanakan latihan sesuai instruksi/perintah yang dikeluarkan oleh Koordinator Materi/Pelatih/Pengendali. 2) Melaksanakan latihan dengan bersikap tanggap terhadap setiap permasalahan yang ditimbulkan oleh pelatih. 3) Melaksanakan semua ketentuan yang diberlakukan oleh Komando Latihan selama latihan berlangsung.

17 13 4) Melaksanakan kegiatan antara lain : a) Mempelajari Kaum dan Kasus. b) Menjawab persoalan sesuai dengan Kasusla dan persoalan yang diberikan oleh pelatih/pengendali. c) Melaksanakan diskusi membahas persoalan yang diberikan.

18 14 BAB III KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN 13. Umum. Penyelenggaraan Geladi Medan akan dapat mencapai tujuan dan sasaran latihan yang ditetapkan apabila pelaksanaannya dilakukan melalui tahap perencanaan, tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengakhiran. Setiap tahapan dalam penyelenggaraan latihan dengan metoda Geladi Medan diperlukan kemampuan pengetahuan dan ketrampilan dari personel penyelenggara maupun pelaku disamping tersedianya sarana dan prasarana latihan yang mendukung. 14. Urut-urutan Pentahapan Geladi Medan. Urut-urutan penyelenggaraan Geladi Medan terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran. a. Tahap Perencanaan. 1) Setelah menerima direktif latihan dari Penanggung Jawab/Pimpinan Umum Latihan maka Komandan Latihan melaksanakan kegiatan : a) Mempelajari direktif latihan. (1) Tujuan dan Sasaran latihan. (2) Tema dan Materi latihan. (3) Macam, Metoda, Sifat dan Tingkat latihan. (4) Waktu dan Tempat latihan. (5) Peserta latihan. (6) Dukungan latihan. b) Memberikan petunjuk perencanaan kepada Staf latihan. (1) Dasar diselenggarakannya latihan. (2) Pokok-pokok penyelenggaraan latihan. (3) Ringkasan cerita latihan yang perlu dikembangkan. c) Membuat Rencana Garis Besar. Komandan Latihan dibantu Staf Perancang Latihan membuat Rencana Garis Besar (RGB) yang berisi tentang hal-hal sebagai berikut :

19 15 (1) Untuk latihan tingkat Batalion. (a) Dasar diselenggarakannya latihan. i. Latar belakang diselenggarakan latihan. ii. Urgensi latihan. iii. Tema latihan. iv. Pokok-pokok hasil latihan yang lalu. (b) Pokok-pokok penyelenggaraan latihan. i. Tujuan dan Sasaran latihan. ii. Pelajaran yang ingin dikembangkan. iii. Macam, Metoda, Sifat dan Tingkat latihan. iv. Waktu dan Tempat latihan. v. Organisasi latihan. vi. Dukungan latihan. vii. Referensi yang digunakan. viii. Keharusan dan pembatasan selama latihan. (c) Ringkasan cerita latihan. i. Keadaan Umum. ii. Keadaan Khusus. iii. Keadaan Khusus Lanjutan. (2) Untuk latihan tingkat Kompi kebawah. (a) Pokok-pokok penyelenggaraan latihan. i. Tujuan latihan. ii. iii. Sasaran latihan. Materi latihan. iv. Macam, Metoda, Sifat dan Tingkat latihan.

20 16 (b) Rencana Penyelenggaraan latihan. i. Organisasi latihan. ii. iii. iv. Pelaksanaan latihan. Tempat dan Waktu. Referensi. v. Dukungan latihan. d) Paparan Rencana Garis Besar. Komandan latihan memaparkan Rencana Garis Besar (RGB) kepada Pimpinan Umum Latihan (Pimumlat) guna mendapatkan persetujuan atau perubahan-perubahan seperlunya sesuai keinginan Pimumlat. e) Menyempurnakan Rencana Garis Besar. Setelah Rencana Garis Besar dipaparkan kepada Pimumlat, maka Komandan Latihan beserta Staf latihan menyempurnakan Rencana Garis Besar guna membuat Naskah Latihan (Rencana Latihan). f) Menyusun Rencana Latihan. Komandan dibantu Staf latihan menyusun Rencana Latihan disertai dengan kegiatan peninjauan medan latihan, dengan tujuan agar rencana latihan yang dibuat dapat sesuai dengan medan latihan yang sebenarnya. g) Menyusun Rencana Lapangan. (1) Rencana Lapangan dibuat oleh Koordinator Materi/Pelatih sebagai penjabaran secara rinci dari Rencana Latihan. (2) Lampiran Rencana Lapangan berupa Lembar Penugasan yang berisikan : (a) Keadaan Umum. Merupakan penjabaran dari setting strategis yang terdapat dalam skenario latihan, berisi antara lain:

21 17 i. Keterangan tentang kekuatan, identifikasi, gerakan, disposisi dan rencana musuh yang dihadapi oleh satuan dua tingkat diatas satuan pelaku. ii. Keadaan tentang pasukan sendiri dua tingkat diatas satuan pelaku meliputi kekuatan, disposisi, tugas dan rencananya. Keadaan pasukan tetangga dapat juga dimasukkan. iii. Keadaan cuaca, medan dan kondisi sosial daerah operasi dalam jangka waktu operasi. (b) Keadaan Khusus. Merupakan suatu cerita lanjutan yang dikembangkan secara terperinci dari setting taktis yang menyangkut langsung tugas komando satu tingkat lebih tinggi diatas satuan pelaku, hal tersebut dimaksudkan memberikan data untuk perkiraan dan atau perencanaan operasi, berisi antara lain: i. Keterangan terperinci mengenai musuh di daerah operasi Komando Atasan satu tingkat diatas pelaku. ii. Keterangan tentang pasukan sendiri satu tingkat lebih tinggi diatas pelaku, termasuk tugas maupun rencana operasinya. iii. Keadaan medan, cuaca dan kondisi sosial di daerah operasi. (c) Keadaan Khusus Lanjutan. Koordinator materi membuat keadaan khusus lanjutan berisi uraian rinci tentang lanjutan cerita keadaan khusus, berupa kegiatan kedua belah pihak secara rinci dan bertahap sesuai dengan Rencana Latihan yang dibuat sebagai persoalan yang harus didiskusikan oleh pelaku.

22 18 h) Paparan Komandan Latihan kepada Pimumlat tentang Naskah Latihan yang telah disusun (Rencana Latihan, Rencana Lapangan dan seluruh lampirannya). i) Distribusi Naskah Latihan. Pendistribusian naskah yang telah disempurnakan sesuai dengan tingkat kerahasiaan kepada semua peserta latihan, sekurang-kurangnya satu minggu sebelum latihan, para pelatih sudah harus menerima naskah latihan, sedangkan untuk pelaku menerima lembar penugasan yang berisikan Keadaan Umum, Keadaan Khusus dan Keadaan Khusus Lanjutan tiga hari sebelum latihan dimulai. b. Tahap Persiapan. 1) Persiapan Penyelenggara. a) Penyiapan tempat, sarana dan prasarana untuk Komando Latihan. b) Pemberian penataran/briefing kepada Pelatih/Perwira Pengendali dan pendukung latihan tentang mekanisme latihan, jadwal pelaksanaan latihan, tugas dan tanggung jawab setiap personel penyelenggara latihan, Rencana Distribusi Persoalan (RDP) dan Rencana Operasi Latihan. c) Pemberian briefing kepada pelaku tentang keadaan umum, keadaan khusus, mekanisme latihan dan petunjuk tata tertib. d) Melaksanakan latihan pendahuluan bagi Pelatih/Perwira Pengendali untuk menghindari adanya penyimpangan dari Rencana Latihan yang telah disusun. e) Pengecekan akhir terhadap kesiapan personel, materiil, bekal, sarana dan prasarana pendukung latihan yang akan terlibat dalam pelaksanaan latihan. f) Pergeseran pasukan menuju daerah latihan.

23 19 2) Persiapan pelaku. a) Menyiapkan personel, materiil dan bekal yang akan digunakan untuk latihan. b) Mengikuti briefing pelaku. c) Mempelajari lembar penugasan yang diberikan kepada pelaku. d) Pengecekan akhir terhadap seluruh kesiapan pelaku untuk melaksanakan latihan. e) Pergeseran pasukan menuju daerah latihan. c. Tahap Pelaksanaan. 1) Pembukaan latihan oleh Komandan Latihan dilanjutkan penyampaian pokok-pokok penyelenggaraan latihan dan mekanisme latihan secara umum. 2) Mekanisme latihan. Pelemparan persoalan pertama sampai dengan selesainya latihan diuraikan lebih rinci yaitu tentang teknik penyajian. Teknik penyajian dalam Geladi Medan yang dapat digunakan adalah : a) Teknik I. Diskusi dilakukan oleh pelaku (perorangan), dimana setiap pelaku sebagai pejabat dengan peran yang sama. (1) Pelaku siap di daerah latihan, maka Koordinator Materi/Pelatih/Pengendali dapat memulai kegiatan dengan menyampaikan mekanisme jalannya latihan, penyampaian kembali tentang Keadaan Umum dan Keadaan Khusus serta menjelaskan tentang keadaan daerah latihan dan Petunjuk tata tertib latihan. Selanjutnya Koordinator Materi/Pelatih/ Pengendali penyampaian kembali Kaum dan Kasus atau memerintahkan pelaku untuk menyampaikan tentang Kaum dan Kasus yang diberikan minimal 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan geladi dimulai, hal ini sangat penting untuk mengetahui kesiapan Pelaku serta menyamakan persepsi terhadap materi geladi yang akan dilaksanakan.

24 20 Untuk kepentingan suatu pendidikan tertentu ada kalanya naskah tentang Kaum dan Kasus diberikan pada saat geladi dimulai, tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan tiap siswa dalam menyerap suatu materi tertentu dengan waktu yang terbatas. Untuk efisiensi waktu lembar penugasan (persoalan yang ditanyakan) dapat dibagikan bersama Kaum dan Kasus. (2) Setelah Keadaan Umum dan Keadaan Khusus dapat dipahami oleh pelaku, selanjutnya Koordinator Materi/ Pelatih/Pengendali memberikan Lembaran Keadaan Khusus Lanjutan disertai dengan persoalan sesuai alokasi waktu yang disediakan dalam RDP. (3) Setiap penyampaian Kasusla agar diuraikan perkembangan situasi secara lengkap tentang cuaca, medan, musuh dan keadaan pasukan sendiri dengan segala lampiran yang diperlukan. Dengan kelengkapan bahan tersebut diharapkan analisa, saran tindakan serta keputusan dari para pelaku sudah ditinjau dari berbagai aspek yang berpengaruh berdasarkan Medan. Kelengkapan data sebaiknya tidak langsung diberikan pada saat persoalan muncul, tetapi diberikan jauh sebelum pertanyaan dimunculkan. Dengan demikian para pelaku akan dituntut untuk selalu mengingat atau selalu menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi. (4) Pemberian persoalan kepada pelaku perorangan dilakukan di suatu tempat yang memungkinkan untuk dapat dengan jelas melihat medan secara umum. Dalam satu persoalan yang diberikan minimal memiliki dua alternatif jawaban yang akan didiskusikan oleh pelaku dan jumlah persoalan tersebut harus disesuaikan dengan alokasi waktu latihan yang tersedia.

25 21 (5) Berdasarkan persoalan yang diberikan tersebut, setiap pelaku melaksanakan peninjauan medan dan diawasi oleh Pelatih/Perwira Pengendali, dari setiap persoalan yang diberikan diharapkan setiap pelaku dapat memberikan alternatif jawaban untuk dapat dijadikan bahan diskusi dengan pelaku lainnya. (6) Pelaksanaan peninjauan medan dan diskusi dapat dilaksanakan dengan dua cara antara lain : (a) Peninjauan medan untuk mengerjakan satu persoalan dilanjutkan diskusi. Kerugian cara ini, waktu pelaksanaan geladi relatif lebih lama. Keuntungan cara ini adalah pelaku dalam menyampaikan argumen selama diskusi lebih obyektif dan realistis menilai medan yang ditinjaunya. dan cara ini biasanya dilakukan di satuan. (b) Peninjauan medan untuk mengerjakan beberapa atau seluruh persoalan dilanjutkan dengan diskusi membahas semua persoalan. Kerugian cara ini, pelaku dalam menyampaikan argumen selama diskusi cenderung kurang obyektif dan realistis menilai medan yang ditinjaunya. Keuntungan cara ini adalah waktu pelaksanaan geladi relatif lebih cepat dan cara ini biasanya dilakukan untuk pelaksanaan geladi medan di lembaga pendidikan. (7) Setelah selesai meninjau medan dan setiap pelaku telah memperoleh data/keterangan hasil peninjauan medannya yang merupakan alternatif jawaban dari persoalan yang diberikan, maka kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan diskusi. Dalam pelaksanaan diskusi ditunjuk penyaji dari pelaku yang akan ditanggapi oleh pelaku lainnya dengan dikendalikan oleh Pelatih/Perwira Pengendali.

26 22 (8) Penyampaian jawaban persoalan oleh pelaku dilakukan dengan cara menyajikan jawaban yang dibuatnya dihadapan pelaku lainnya, selanjutnya ditanggapi oleh seluruh peserta diskusi dan dikendalikan oleh Koordinator Materi/Pelatih/ Pengendali. Bila hasil diskusi tidak mencapai kesepakatan atau kesepakatan yang diperoleh tidak memiliki alasan yang tepat dan kuat maka Koordinator Materi/Pelatih/Pengendali akan menyampaikan jawaban alternatif disertai alasannya. Bila kesepakatan yang diperoleh memiliki alasan yang kuat maka Koordinator Materi/Pelatih/Pengendali hanya menyimpulkan hasil diskusi sebagai jawaban alternatif untuk digunakan sebagai pedoman dalam menjawab persoalan berikutnya. Dengan cara ini maka jalannya Geladi Medan diharapkan akan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Pengendalian waktu harus selalu diperhatikan oleh Koordinator Materi/Pelatih/ Pengendali dalam setiap diskusi. (9) Begitu seterusnya pelaksanaan cara penyajian dari Teknik I sampai persoalan terakhir selesai sesuai dengan Renlap yang dibuat. b) Teknik II. Diskusi dilakukan oleh pelaku yang diorganisir menjadi beberapa kelompok yang sama, dimana setiap kelompok merupakan bentuk suatu Markas Komando Satuan tertentu. (1) Pelaku dibentuk dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok merupakan suatu Markas Komando Satuan tertentu, misalnya Pokko Brigif, Pokko Yonif dan sebagainya, apabila pelaksanaannya di Lemdik tergantung dari tujuan dan sasaran geladi yang diinginkan serta tingkat pendidikan pelaku. (2) Tiap Perorangan dalam satu kelompok ditunjuk untuk menjabat sebagai Komandan, Pa Staf atau Pa Staf Khusus sesuai dengan jabatan yang ada dalam suatu Markas Komando Satuan tertentu.

27 23 (3) Pelaku siap di daerah latihan, maka Koordinator Materi/Pelatih dapat memulai kegiatan dengan menyampaikan mekanisme jalannya latihan, penyampaian kembali tentang Keadaan Umum dan Keadaan Khusus serta menjelaskan tentang keadaan daerah latihan dan Petunjuk tata tertib latihan. Selanjutnya Koordinator Materi / Pelatih / Pengendali penyampaian kembali Kaum dan Kasus atau memerintahkan pelaku untuk menyampaikan tentang Kaum dan Kasus yang diberikan minimal 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan geladi dimulai, hal ini sangat penting untuk mengetahui kesiapan Pelaku serta menyamakan persepsi terhadap materi geladi yang akan dilaksanakan. Untuk kepentingan suatu pendidikan tertentu ada kalanya naskah tentang Kaum dan Kasus diberikan pada saat geladi dimulai, tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan tiap siswa dalam menyerap suatu materi tertentu dengan waktu yang terbatas. Untuk efisiensi waktu lembar penugasan (persoalan yang ditanyakan) dapat dibagikan bersama Kaum dan Kasus. (4) Setelah Keadaan Umum dan Keadaan Khusus dapat dipahami oleh pelaku, selanjutnya Koordinator Materi/Pelatih/ Pengendali memberikan Lembaran Keadaan Khusus Lanjutan disertai dengan persoalan sesuai alokasi waktu yang disediakan dalam RDP. (5) Setiap penyampaian Kasusla agar diuraikan perkembangan situasi secara lengkap tentang cuaca, medan, musuh dan keadaan pasukan sendiri dengan segala lampiran yang diperlukan. Dengan kelengkapan bahan tersebut diharapkan analisa, saran tindakan serta keputusan dari para pelaku sudah ditinjau dari berbagai aspek yang berpengaruh berdasarkan Medan.

28 24 Kelengkapan data sebaiknya tidak langsung diberikan pada saat persoalan muncul, tetapi diberikan jauh sebelum pertanyaan dimunculkan. Dengan demikian para pelaku akan dituntut untuk selalu mengingat atau selalu menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi. (6) Pemberian persoalan kepada pelaku Pokko dilakukan di suatu tempat yang memungkinkan untuk dapat dengan jelas melihat medan secara umum. Dalam satu persoalan yang diberikan minimal memiliki dua alternatif jawaban yang akan didiskusikan oleh pelaku Pokko dan jumlah persoalan tersebut harus disesuaikan dengan alokasi waktu latihan yang tersedia. (7) Berdasarkan persoalan yang diberikan tersebut, setiap pelaku Pokko melaksanakan peninjauan medan dan diawasi oleh Pelatih/Perwira Pengendali, dari setiap persoalan yang diberikan diharapkan setiap pelaku Pokko dapat memberikan alternatif jawaban untuk dapat dijadikan bahan diskusi dengan pelaku Pokko lainnya (8) Pelaksanaan peninjauan medan dan diskusi dapat dilaksanakan dengan dua cara antara lain : (a) Peninjauan medan untuk mengerjakan satu persoalan dilanjutkan diskusi. Kerugian cara ini, waktu pelaksanaan geladi relatif lebih lama. Keuntungan cara ini adalah pelaku dalam menyampaikan argumen selama diskusi lebih obyektif dan realistis menilai medan yang ditinjaunya. dan cara ini biasanya dilakukan di satuan. (b) Peninjauan medan untuk mengerjakan beberapa atau seluruh persoalan dilanjutkan dengan diskusi membahas semua persoalan.

29 25 Kerugian cara ini, pelaku dalam menyampaikan argumen selama diskusi cenderung kurang obyektif dan realistis menilai medan yang ditinjaunya. Keuntungan cara ini adalah waktu pelaksanaan geladi relatif lebih cepat dan cara ini biasanya dilakukan untuk pelaksanaan geladi medan di lembaga pendidikan. (9) Setelah selesai meninjau medan dan setiap pelaku Pokko telah memperoleh data/keterangan hasil peninjauan medannya yang merupakan alternatif jawaban dari persoalan yang diberikan, maka kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan diskusi. (10) Kegiatan awal pelaksanaan diskusi, untuk memecahkan suatu persoalan dilaksanakan terlebih dahulu oleh intern kelompok pelaku dengan dipimpin oleh pelaku yang menjabat sebagai Komandan, sedangkan pelaku lainnya melaksanakan pekerjaan sebagai Staf sesuai dengan jabatan yang diatur dalam kelompok tersebut. Dari hasil diskusi intern kelompok tersebut akan menghasilkan suatu kesimpulan yang merupakan jawaban persoalan dari satu Pokko satuan tertentu yang siap untuk didiskusikan dengan kelompok pelaku lainnya. Selama pelaksanaan diskusi intern kelompok Pelatih/Perwira Pengendali hanya mengawasi jalannya diskusi dan tidak boleh mempengaruhi pelaku untuk diarahkan pada jawaban persoalan alternatif yang dikehendaki. (11) Dalam pelaksanaan diskusi ditunjuk penyaji dari pelaku Pokko yang akan ditanggapi oleh pelaku Pokko lainnya dengan dikendalikan oleh Pelatih/Perwira Pengendali. Penyampaian jawaban persoalan oleh pelaku dilakukan dengan cara menyajikan jawaban yang dibuatnya dihadapan pelaku lainnya, selanjutnya ditanggapi oleh seluruh peserta diskusi dan dikendalikan oleh Koordinator Materi/Pelatih/Pengendali.

30 26 Bila hasil diskusi tidak mencapai kesepakatan atau kesepakatan yang diperoleh tidak memiliki alasan yang tepat dan kuat maka Koordinator Materi/Pelatih/Pengendali akan menyampaikan jawaban alternatif disertai alasannya. Bila kesepakatan yang diperoleh memiliki alasan yang kuat maka Koordinator Materi / Pelatih / Pengendali hanya menyimpulkan hasil diskusi sebagai jawaban alternatif untuk digunakan sebagai pedoman dalam menjawab persoalan berikutnya. Dengan cara ini maka jalannya Geladi Medan diharapkan akan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Pengendalian waktu harus selalu diperhatikan oleh Koordinator Materi / Pelatih / Pengendali dalam setiap diskusi. (12) Begitu seterusnya pelaksanaan cara penyajian dari Teknik II sampai persoalan terakhir selesai sesuai dengan Renlap yang dibuat. 3) Debriefing. Setelah pelaksanaan latihan dalam setiap diskusi. selesai dilaksanakan, dimana semua materi latihan yang dituangkan dalam persoalanpersoalan latihan dapat dijawab oleh pelaku dengan berbagai alternatif jawaban dan disimpulkan Pelatih / Perwira Pengendali, maka Koordinator Materi / Pelatih menyampaikan berbagai hal kebaikan dan koreksi kepada pelaku tentang materi latihan yang telah dilaksanakan. 4) Penutupan latihan oleh Komandan Latihan. Setelah seluruh rangkaian kegiatan telah dilaksanakan maka Komandan Latihan menutup palaksanaan latihan. d. Tahap Pengakhiran. 1) Rapat pelatih dipimpin oleh Koordinator Materi/Pelatih. Koordinator Materi/Pelatih memimpin rapat pelatih membahas tentang kekurangan, kendala dan hasil penilaian serta evaluasi latihan sebagai bahan laporan kepada Komandan Latihan guna perbaikan latihan yang akan datang.

31 27 2) Pengecekan sarana dan prasarana latihan. Seluruh sarana dan prasarana latihan yang digunakan selama latihan diperiksa sebelum dikembalikan atau disimpan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk pengamanan dan pendataan terhadap kelengkapan sarpras latihan, sehingga dapat digunakan untuk pelaksanaan latihan berikutnya. 3) Perhitungan ganti rugi. Untuk mengganti kerusakan-kerusakan milik rakyat di daerah latihan yang diakibatkan oleh pelaksanaan latihan. 4) Kaji ulang. Komandan Latihan memimpin pelaksanaan kaji ulang setelah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan latihan berakhir. Hal-hal yang dibahas dalam pelaksanaan kaji ulang adalah tanggapan dari seluruh peserta latihan baik oleh pelaku dan Koordinator Materi/Pelatih tentang jalannya penyelenggaraan latihan. Tanggapan yang diberikan menyangkut aspek organisasi penyelenggara latihan, materi latihan, mekanisme penyelenggaraan latihan dan dukungan latihan. Kaji Ulang bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan latihan secara keseluruhan guna perbaikan pada latihan berikutnya dan untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelaku latihan. 5) Laporan pelaksanaan latihan. Komandan Latihan dibantu Staf latihan membuat laporan hasil pelaksanaan latihan ke Komando Atas.

32 28 BAB IV HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 15. Umum. Untuk dapat memperbesar hasil dalam pencapaian tujuan dan sasaran latihan yang ditetapkan dalam penyelenggaraan latihan dengan menggunakan metoda Geladi Medan, maka perlu diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan baik berupa ketentuan yang bersifat umum untuk seluruh penyelenggaraan latihan maupun yang bersifat khusus bagi peletih, pelaku dan ketentuan pendistribusian naskah latihan. 16. Ketentuan Umum. a. Pelaksanaan latihan dengan metoda Geladi Medan dilaksanakan setelah Geladi Model. b. Peserta Geladi Medan harus memahami terhadap tugas dan tanggung jawabnya selama pelaksanaan latihan. c. Melaksanakan latihan pendahuluan sebelum pelaksanaan geladi, seperti latihan diskusi dan latihan menilai medan. d. Hindari tempat diskusi yang dekat dengan keramaian, sehingga akan dapat mengganggu pelaksanaan diskusi itu sendiri. e. Tanggapan yang tidak sependapat terhadap jawaban persoalan dalam pelaksanaan diskusi harus bersifat membangun. f. Sikap dan tindakan serta perlengkapan yang digunakan peserta geladi selama pelaksanaan latihan harus dapat menyerupai keadaan di daerah operasi yang sebenarnya. g. Hindari diskusi yang tidak berdasar, sehingga terkesan bertele-tele dan debat kusir. h. Kesimpulan sebagai alternatif jawaban pemecahan persoalan yang disampaikan Pelatih/Perwira Pengendali harus dapat diberikan di medan latihan saat itu juga.

33 29 i. Dalam menyampaikan argumentasi atau alasan untuk menjawab persoalan tidak diperbolehkan berdasarkan peta. 17. Ketentuan untuk Pelatih. a. Harus memahami materi latihan yang dituangkan dalam Rencana Latihan, Rencana Lapangan beserta lampirannya. b. Menguasai teknik pelaksanaan diskusi terutama saat menjadi Pelatih/Perwira Pengendali disamping berperan sebagai moderator juga harus mampu sebagai nara sumber terhadap berbagai persoalan yang harus dipecahkan oleh pelaku. c. Menguasai berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan materi latihan, terutama tentang teknik, taktik dan prosedur pelaksanaan operasi matra darat maupun matra lainnya. d. Menguasai Rencana Latihan, Rencana Lapangan beserta lampirannya yang dibuat oleh penyelenggara latihan, sehingga dalam pelaksanaan latihan tidak terjadi keraguan dalam melatih. e. Dalam memberikan penjelasan tentang Keadaan Khusus Lanjutan beserta persoalannya, diupayakan dalam bentuk lembar formulir yang dibagikan kepada pelaku. f. Harus dapat mengatur setiap tahap kegiatan dengan waktu yang tersedia, sehingga tidak terjadi kesan seolah-olah waktu menjadi kendala dalam pelaksanaan latihan. g. Harus dapat membangkitkan inisiatif, kreatif serta dedikatif pelaku sehingga setiap pelaksanaan diskusi akan menjadi dinamis dan bersemangat untuk mengembangkan alternatif-alternatif jawaban dari persoalan yang diberikan. h. Hindari perbedaan pendapat antar Pelatih/Perwira Pengendali selama pelaksanaan latihan. Apabila terjadi perbedaan pendapat, hal tersebut biasanya terjadi sebelum pelaksanaan latihan dan harus dapat diselasaikan untuk mendapatkan satu kesepakatan.

34 30 i. Sebelum latihan dimulai pelatih/pengendali wajib mengecek kepada pelaku tentang pemahaman Kaum, Kasus apabila pelaku belum memahami maka pelatih/pengendali harus menyampaikan ulang sebelum latihan dimulai. 18. Ketentuan untuk Pelaku. a. Mempelajari referensi yang berhubungan dengan materi latihan. b. Mempelajari Naskah latihan yang diberikan oleh Pelatih khususnya Keadaan Umum dan Keadaan Khusus dan siap menyajikan apabila ditunjuk. c. Mengerjakan semua persoalan yang diberikan oleh Pelatuh/Perwira Pengendali dengan selalu memperhatikan jadwal waktu yang telah ditetapkan. d. Melaksanakan diskusi dengan mematuhi semua ketentuan pelaksanaan diskusi. e. Menyerahkan hasil pekerjaan yang diberikan dalam persoalan kepada pelatih menurut prosedur yang telah ditentukan. f. Selama pelaksanaan diskusi diharapkan setiap pelaku menyampaikan gagasangagasan yang diperoleh dari hasil peninjauan medan dengan membiasakan berbicara efektif. g. Dalam menyampaikan pendapat atau sanggahan senantiasa berdasarkan aspek akademis. 19. Ketentuan Pendistribusian Naskah Latihan. a. Diharapkan 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan latihan, naskah latihan (Rencana Latihan dan Rencana Lapangan beserta lampirannya) sudah dapat dibagikan kepada Pelatih dan personel Kolat lainnya yang berkepentingan. b. Keadaan Umum dan Keadan Khusus serta Petunjuk-petunjuk latihan yang perlu 3 (tiga) hari sebelum latihan dimulai telah dibagikan kepada para pelaku.

35 31 c. Pendistribusian naskah latihan dan lembaran khusus dari buku-buku tersebut harus ditentukan berdasarkan daftar distribusi dan penerimaan oleh yang berhak, baik mengenai jumlah, macam maupun waktunya. d. Ketentuan waktu dan macam dokumen yang harus didistribusikan kepada peserta latihan tidak mengikat, tergantung dari kebutuhan, tingkat kerahasiaan dan ketentuan dari Komando latihan yang memerintahkan.

36 32 BAB V KOMANDO DAN PENGENDALIAN 20. Umum. Dalam pelaksanaan latihan dengan metoda Geladi Medan perlu adanya satu kesatuan komando dan pengendalian agar dalam pelaksanaan latihan dapat berjalan sesuai tujuan dan sasaran latihan yang ingin dicapai. 21. Komando. a. Pimumlat. Bertanggung jawab terhadap seluruh rangkaian kegiatan penyelenggaraan latihan untuk mencapai tujuan dan sasaran latihan yang telah ditetapkan. b. Komandan Latihan. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penyelenggaraan latihan dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran. Dengan demikian Komandan Latihan mempunyai kewenangan dalam mengatur penyelenggara latihan yang ada dibawahnya, yaitu terhadap unsur Staf latihan, Koordinator Materi/Pelatih dan unsur Pendukung latihan. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan latihan Komandan Latihan bertanggung jawab lansung kepada Pimpinan Umum Latihan. c. Koordinator Materi/Pelatih. Dalam pelaksanaan latihan bertanggung jawab kepada Komandan Latihan dalam melatih, menilai dan melaksanakan debriefing terhadap pelaku sesuai dengan materi yang dilatihkan. 22. Pengendalian. Pengendalian Geladi Medan merupakan suatu proses tindakan/usaha untuk mempengaruhi jalannya latihan dengan metoda dan perangkat tertentu sehingga latihan dapat berlangsung sesuai dengan Rencana Latihan. a. Pengendalian Administrasi. Pengendalian pelaksanaan latihan dengan metoda Geladi Medan dihadapkan dengan hal-hal yang menyangkut masalah administrasi dan pelaksanaan program dikaitkan dengan anggaran.

37 33 b. Pengendalian Operasional. Pengendalian pelaksanaan latihan dengan metoda Geladi Medan yang dilaksanakan saat kegiatan latihan sedang berjalan, apabila terdapat hal-hal yang keluar dari rencana latihan maka pihak yang berwenang dapat segera menghentikan jalannya latihan selanjutnya mengambil tindakan korektif. c. Wewenang Pengendalian. Dalam pelaksanaan yang mempunyai kewenangan mengendalikan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan pengakhiran adalah : 1) Pimpinan Umum Latihan (Pimumlat). a) Pengendalian administrasi. (1) Mengeluarkan Direktif Latihan. (2) Menetapkan Rencana Garis Besar yang diajukan Komandan Latihan. (3) Membuat laporan dan evaluasi pelaksanaan latihan kepada Komando atas sesuai dengan waktu yang ditetapkan. b) Pengendalian operasional. (1) Memberikan penekanan tentang tujuan dan sasaran latihan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan latihan. (2) Mengambil keputusan berhasil dan tidaknya pelaksanaan latihan pada saat kaji ulang. 2) Komandan Latihan (Komandan Latihan). a) Pengendalian administrasi. (1) Atas dasar rencana garis besar yang telah disetujui Pimumlat maka Komandan Latihan beserta Staf latihan menyusun naskah latihan (Renlat) secara rinci.

38 34 (2) Mengesahkan rencana lapangan (Renlap) yang diajukan oleh Koordinator Materi/Pelatih. (3) Mengendalikan kegiatan Staf latihan. (4) Membuat laporan dan evaluasi pelaksanaan latihan kepada Pimumlat sesuai dengan waktu yang ditetapkan. b) Pengendalian operasional. (1) Memberikan penataran pelatih dan briefing pelaku sebelum pelaksanaan latihan. (2) Menyampaikan tujuan dan sasaran latihan yang ingin dicapai serta ketentuan dan aturan yang harus ditaati selama pelaksanaan latihan. (3) Mengendalikan Koordinator Materi/Pelatih pada saat melatihkan materi yang diberikan kepada pelaku. 3) Koordinator Materi / Pelatih. a) Pengendalian administrasi. (1) Mengatur pendistribusian naskah latihan sesuai dengan alamat pejabat yang berhak menerima. (2) Mengatur pemberian persoalan Keadaan Umum (Kaum) dan Keadaan Khusus (Kasus) serta Keadaan Khusus Lanjutan (Kasusla) kepada pelaku sehingga pelaksanaan latihan dapat berjalan sesuai rencana. (3) Membuat hasil penilaian latihan sebagai bahan laporan kepada Komandan Latihan.

39 35 b) Pengendalian operasional. (1) Teknik I. (a) Memberikan materi persoalan sesuai alokasi waktu yang tersedia. (b) Mengendalikan waktu diskusi dan materi pokok agar tidak terjadi penyimpangan dan meluruskan apa bila terjadi penyimpangan. (2) Teknik II. (a) Memimpin diskusi antar kelompok pelaku serta menyimpulkan dan menjelaskan jawaban alternatif sebagai bahan diskusi selanjutnya. (b) Mengatur pemberian dan pembahasan sesuai dengan waktu yang dipersiapkan. (3) Memberikan debriefing terhadap pelaku tentang pelaksanaan kegiatan sesuai dengan materi latihan.

40 36 Lampiran Swat Keputusan Kasad Nomor Skep XI Tanggal 22 Nopember 2004 BAB VI PENUTUP t 23. Keberhasilan. Disiplin yang dilaksanakan oleh para pembina lath clan pengguna dalam mempedomani ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam Buku Petunjuk Teknik tentang Geladi Medan akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembinaan lath TNI AD. 24. Penyempurnaan. Hal-ha1 yang dirasakan perlu untuk penyempurnaan Buku Petunjuk ini, akibat adanya perkembangan agar disarankan kepada Kasad melalui Komandan Kodiklat TNI AD. A.n. KEPALA STAF ANGKATAN DARAT KOMANDAN KODMLAT U.b. D ~ A T SIHAR E. k. SAGALA BRIGA$IR JENDERAL TNI

41 37 TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT, - +.> ' Sub Lampiran A. Lampiran Surat Keputusan Kasad Nomr Skep / XI / 2004 Tanggal 22 Nopember 2004 PENGERTIAN-PENGERTIAN 1. Bujuknik Adalah buku pedoman sebagai j a b dari Buku Petunjuk Adrninistrasi yang memuat penjelasan tentang tatacara teknik alat padatan atau pelaksanaan dari wtu kegiatan atau pekerjaan, seem terinci dalam ran& peinbinaan salab satu fhgsi TNI AD. Geladi. Adalah bentuk latihan untuk memberikan pennetahuan dan kexmmpuan mlakukan kegiatan yang telah dipelajari atau dilatihkan sebelunmya. 3. Geladi Peta. Adalah metoda latihan taktis diatas Peta dimana ditetapkan semgkah situasi yang saling berhubungan yang membutuhkan pemecahan persoalan secara perorangan maupun kelompok. 4. Pelatih. Adalah seseorang atau kelomrpok personel yang ditunjuk untuk mengatur, mengarahkan dan menuntun dalam batas-batas tertentu terhadap pelaku sehingga mekanisme pelaksanaan geladi dapt dipelihara, 5. Sarma. dipakai sebagai alat dalam pencapaian. \. J,, -? ,-. K J- -.. i 6. Teknlk Adalah cara tindahn khususnya secara terperinci dilakukan oleh pasulran atau pa& ~0~~ pelalrsansan tugas Militer. 7. PembinaLatihan. Adalah seseorang yang mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan, menyusun, membmgun, mengembangkan, mengerahkan, menggunakan serta mengendalikan segala sumber daya latihan dengan baik, tertib, teratur menurut program pelaksanaan guna mencapai tujuan dan sasaran latihan.

42 8. Rencana Latihan ( Renlat ). ~dalah bentuk tulisan yang dbuat oleh Komandan latihan pada saat perencanaan, rnernuat petunjuk tentang garis besar penyelenggaraan latihan dan penjelasan tentang materi latihan yang akan dikembmgkan oleh Koordinator materi latihan dalam membuat Rencana Lapangan ( Renlap ). 9. Rencana Lapangan ( Renlap ). Adalah bentuk tulisan yang dibuat Koordinator materi latihan, memuat tentang rencana kegiatan suatu materi beserta dukungannya secara rinci yang akan dioperasikan oleh Pelatik 10. Keadaan Umum ( Kaum). Amah suatu cerita perurnpamaan dalam rangka skenario latihan yang memberikan gmbaran mengenai keadaan dm kondisi mum, kegiatan dan kelcuatan kedua belah pihak yang berhadapan dari satuan yang dimainkan terrnasuk medan dan cuaca 'agar para Komandan dan Staf yang dilatih memulai bekerja dalam konteks setting strategis yang di inginkan agar tujuan latihan tercapai. 11. Keadaan khnsus ( Kasus). Adalah cerita perumpm lanjutan yang lebm terperinci dan langsung menyangkut tugas Komando satu tingkat lebih tinggi dari satuan yang dilatih dengan maksud mernberikan data untuk perkiraan dan perencanaan operasi satuan yang dilatih. PALA STAF ANGKATAN DARAT -< LLL # E.E. SAGALA ~~,m~~ JENDERAL

43 TENTAaA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ANGAKATAN DARAT Sub Lampiran. B Lampiran Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 425 / XI / 2004 Tanggal 22 Nopember 2004 SKEMA ALIRAN BUJUKNIK GELADI MEDAN BUJUKMIN Tentang PENYELENGGARAAN LATIHAN I BUJUKNIK Tentang GELADI MEDAN AF ANGKATAN D ARAT -

44 TENTARA NASIONAL INDONESIA M A W BESAR ANGKATAN DARAT Sub Lampiran C Lampiran Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 425 / XI / 2004 Tanggal 22 Nopember 2004 STRUKTUR ORGANISASI LATIHAN GELADI MEDAN I PIMUMLAT I WAPIMUM LAT L-r' piigiizt WADAN LAT STAF LAT A SET LAT DENIKIISI MALAT I TIM PELATM KWmMATER1' : GarisKomando : Garis Staf : Garis Pelatih : Garis Koordainasi 4 STAF ANGKATAN DARAT AN KODIKLAT

45 . '.f 4 1 TENTARA NASIONAL 'INDONESIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Sub Lampiran D Lampiran Surat Keputusan Kasad Nomor Skepl 425 I XI Tanggal 22 Nopember 2004 DAFTAR CONTOH FORMATI BENTUK NASKAH GELADI MEDAN Naskah Latihan Naskah Latihan encana Distribusi persoalan KATAN DARAT, -...: 2L- Fa--

46 42 KLASIFIKASI (LATIHAN) CONTOH-1 KOPSTUK RENCANA LATIHAN Penunjukan : Peta : Cantumkan peta yang akan digunakan Kedar : Cantumkan kedar peta yang akan digunakan. Tahun : Cantumkan tahun pembuatan peta. Lembaran : Cantumkan lembar/lembaran peta yang akan digunakan 1. Dasar. Yang mendasari Rencana Latihan diambil dari Program Kerja Satuan, Surat Perintah dan lainnya. 2. Tujuan Latihan. Menjelaskan tujuan latihan. 3. Sasaran Latihan. Sasaran yang ingin dicapai dalam latihan. 4. Materi Latihan. Materi latihan yang akan dilaksanakan. 5. Macam, Sifat dan Metoda Latihan. Sesuai dengan Macam, Sifat dan Metoda yang akan digunakan. 6. Waktu dan Tempat Latihan. Diisi waktu dan tempat/daerah yang akan digunakan. KLASIFIKASI (LATIHAN)

47 43 KLASIFIKASI (LATIHAN) 7. Organisasi Latihan. Berisi organisasi latihan yang akan digunakan. 8. Pelaksanaan. Memuat garis besar tahapan penyelenggaraan latihan yang akan dikembangkan, meliputi : a. Tahap Perencanaan. b. Tahap Persiapan. c. Tahap Pelaksanaan. d. Tahap Pengakhiran. 9. Administrasi dan Logistik. a. Personel. Dibuat pengelompokan tugas peserta latihan sesuai organisasi disertai kekuatannya. b. Logistik. Dibuat rencana kebutuhan dukungan latihan berupa dukungan operasional latihan dan dukungan logistik latihan. 10. Komando dan Perhubungan. a. Perhubungan. b. Komando Pengendalian. KLASIFIKASI (LATIHAN)

TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. Seorang Pelatih harus menguasai tentang Pembinaan latihan disatuaannya sehingga mutu

Lebih terperinci

RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL NIKGARLAT SATSIKMIL BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL NIKGARLAT SATSIKMIL BAB I PENDAHULUAN RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 NIKGARLAT SATSIKMIL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Setiap komandan

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK TEKNIK. tentang GELADI POSKO II

BUKU PETUNJUK TEKNIK. tentang GELADI POSKO II KONFIDENSIAL TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT No. 203.21-121912 PT : KDL 3.14 BUKU PETUNJUK TEKNIK tentang GELADI POSKO II DISAHKAN DENGAN SURAT KEPUTUSAN KASAD NOMOR SKEP/ / / 2004

Lebih terperinci

RAHASIA 1 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA 1 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN RAHASIA 1 PUSAT KESENJATAAN INFANTER PUSAT PENDIDIKAN INFANTERI Lampiran III Keputusan Danpusdikif Nomor : Kep/ 55 / XII / 2011 Tanggal : 18 Desember 2011 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RAHASIA SISTEM PEMBINAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA SISTEM PEMBINAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN RAHASIA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT KODIKLAT Lampiran III Keputusan Dankodiklat TNI AD Nomor : Kep / 106 / III / 2010 Tanggal : 10 Maret 2010 SISTEM PEMBINAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR)

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR) PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.322, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pengawasan. Pemeriksaaan. Pengendalian Intern. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan dasar kecabangan Ajen.

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan dasar kecabangan Ajen. RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 LAPORAN KEKUATAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Tata cara laporan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI Sesuai surat keputusan nomor Skep / 89 / IX / 2001 tanggal 10 September 2001 tentang pemberlakuan buku petunjuk teknis ( Bujuknis)

Lebih terperinci

TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK TNI DI LINGKUNGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.423, 2016 KEMHAN. Telekomunikasi Khusus. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1988 Tentang : Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal Di Daerah

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1988 Tentang : Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal Di Daerah Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1988 Tentang : Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal Di Daerah Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 6 TAHUN 1988 (6/1988) Tanggal : 3 JUNI 1988 (JAKARTA) Sumber :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. No.110, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KOMUNIKASI DAN ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PENULISAN, PENCETAKAN DAN PENDISTRIBUSIAN BUKU SEJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN

PROSEDUR TETAP PENULISAN, PENCETAKAN DAN PENDISTRIBUSIAN BUKU SEJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA PUSAT SEJARAH Lampiran XI Keputusan Kapusjarah TNI Nomor Kep/19/ V/2014 Tanggal 8 Mei 2014 PROSEDUR TETAP PENULISAN, PENCETAKAN DAN PENDISTRIBUSIAN BUKU SEJARAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu segera melaksanakan ketentuan-ketentuan mengenai koordinasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa perlu segera koordinasi di antara melaksanakan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960 PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa perlu diadakan Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PERTAHANAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa proses penataan perangkat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1959 TENTANG MILITERISASI KEPOLISIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1959 TENTANG MILITERISASI KEPOLISIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1959 TENTANG MILITERISASI KEPOLISIAN NEGARA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan penyelenggaraan ketertiban, keamanan umum serta pertahanan dianggap perlu

Lebih terperinci

Staf 3 / Personil. Kapten Kav Nasrokin FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 3 / PERS

Staf 3 / Personil. Kapten Kav Nasrokin FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 3 / PERS Staf 3 / Personil Kapten Kav Nasrokin FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 3 / PERS Fungsi Umum. 1. Mengumpulkan keterangan yang diperlukan tentang personel. 2. Membuat perkiraan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN PEMELIHARAAN MATERIIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN I PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN I PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN POKOK-POKOK ORGANISASI DAN PROSEDUR STAF UMUM TENTARA NASIONAL INDONESIA (POP SUM TNI) POKOK-POKOK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 41 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Komoditi Militer. Standardisasi. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 9 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88,2012 PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA TIM KONSULTASI PENCEGAHAN PENYIMPANGAN PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA UNIT PERBEKALAN ALAT KESEHATAN DAN FARMASI PADA DINAS

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PERTAHANAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI

Lebih terperinci

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003 BAB I UMUM Pasal 1 (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003 (2) Anggaran Rumah Tangga ini merupakan penjabaran dan

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 N

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 N No.637, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penanggulangan Krisis Kesehatan. Pedoman Teknis PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1949/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA UNIT PERPARKIRAN PADA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERHUBUNGAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA UNIT PASAR PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1952 TENTANG PERATURAN DEWAN KEHORMATAN MILITER. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1952 TENTANG PERATURAN DEWAN KEHORMATAN MILITER. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1952 TENTANG PERATURAN DEWAN KEHORMATAN MILITER Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa, untuk menjaga kehormatan Angkatan Perang pada umumnya

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.587, 2015 BPH MIGAS. Komite BPH Migas. Tugas. Wewenang. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional,

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1957 TENTANG SUSUNAN KEMENTERIAN PERTAHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1957 TENTANG SUSUNAN KEMENTERIAN PERTAHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1957 TENTANG SUSUNAN KEMENTERIAN PERTAHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu mengadakan peraturan baru tentang susunan Kementerian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI KHUSUS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1960 TENTANG PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1960 TENTANG PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1960 TENTANG PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa perlu diadakan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR / 116 / /2010 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR / 116 / /2010 TENTANG WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 188.45/ 116 /436.1.2/2010 TENTANG MAJELIS PERTIMBANGAN DAN SEKRETARIAT MAJELIS PERTIMBANGAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI WALIKOTA

Lebih terperinci

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf No.1393, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Hukuman Disiplin. Penjatuhan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 42 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, TATA RUANG DAN PENGAWASAN BANGUNAN KOTA BANJARBARU

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA BALAI LATIHAN KERJA PADA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

BERITA NEGARA. No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 14

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 14 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 14 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN KOTA SAMARINDA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang

Lebih terperinci

TATA TERTIB ADMINISTRASI SURAT MENYURAT DALAM KESATUAN

TATA TERTIB ADMINISTRASI SURAT MENYURAT DALAM KESATUAN TATA TERTIB ADMINISTRASI SURAT MENYURAT DALAM KESATUAN Yang dimaksudkan dengan Tata Tertib Administrasi dalam satu Kesatuan : 1) Organisasi adalah suatu badan yang terdiri dari kumpulan manusia dan alat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR)

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR) KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR : 44 TAHUN TENTANG URAIAN TUGAS UNIT BADAN PENGAWASAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR : 44 TAHUN TENTANG URAIAN TUGAS UNIT BADAN PENGAWASAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA B U PATI TASIKMALY A KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR : 44 TAHUN 2004. TENTANG URAIAN TUGAS UNIT BADAN PENGAWASAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH KOTA DUMAI KOTA DUMAI PEMERINTAH KOTA DUMAI PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1978 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYELENGGARAAN TRANSMIGRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1978 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYELENGGARAAN TRANSMIGRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1978 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYELENGGARAAN TRANSMIGRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa penyelenggaraan Transmigrasi sebagai salah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan kenikmatan bagi Bangsa Indonesia dalam kandungan bumi pertiwi Indonesia berupa sumber daya alam

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA.

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA. BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2011, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba No.872, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pembentukan. Pembiayaan. Pokja. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.461, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Standar Militer. Alat. Komunikasi. Elektronik. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR MILITER INDONESIA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan. No.121, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1961 TENTANG PANITYA PENYELESAIAN MASALAH PEMBERONTAKAN DAN GEROMBOLAN YANG MENYERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1961 TENTANG PANITYA PENYELESAIAN MASALAH PEMBERONTAKAN DAN GEROMBOLAN YANG MENYERAH PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1961 TENTANG PANITYA PENYELESAIAN MASALAH PEMBERONTAKAN DAN GEROMBOLAN YANG MENYERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa penyelesaian masalah

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 121 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN KABUPATEN BANTUL DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, STRUKTUR ORGANISASI, DAN TATA KERJA DINAS PASAR,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 6 TAHUN 1988 TENTANG KOORDINASI KEGIATAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 6 TAHUN 1988 TENTANG KOORDINASI KEGIATAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1988 TENTANG KOORDINASI KEGIATAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1957 TENTANG SUSUNAN KEMENTERIAN PERTAHANAN. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1957 TENTANG SUSUNAN KEMENTERIAN PERTAHANAN. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1957 TENTANG SUSUNAN KEMENTERIAN PERTAHANAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa perlu Kementerian mengadakan Pertahanan peraturan baru

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DAN PRODUK HUKUM DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

RAHASIA POSMIL BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA POSMIL BAB I PENDAHULUAN RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep / / / 2010 Tanggal 2010 POSMIL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pembinaan administrasi umum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi dan eksploitasi sumber daya

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/12.2014 TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PENGURUS BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa perbedaan pendapat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1975 TENTANG PENYEMPURNAAN SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1975 TENTANG PENYEMPURNAAN SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1975 TENTANG PENYEMPURNAAN SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk kelancaran

Lebih terperinci