Oleh Fahrian Marga ABSTRAK
|
|
- Ari Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROSPEK PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENYELENGGARA KEJUARAAN SEPAKBOLA YANG TIDAK MEMENUHI KEWAJIBAN SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL PASAL 5 AYAT (1) DAN (2) Oleh Fahrian Marga ABSTRAK Sepakbola merupakan olahraga yang sangat disukai oleh semua lapisan masyarakat di dunia sebab dalam sepakbola banyak keindahan-keindahan dan seni yang dilakukan di dalam lapangan sepakbola. Orang-orang rela membayar mahal demi menonton sebuah pertandingan sepakbola. Tetapi dalam sebuah kejuaraan khususnya di Indonesia, banyak terjadi kesalan dalam pengaturan kejuaraan sepakbola. Hal ini terjadi biasanya di pelosok-pelosok desa yang tidak memahami prosedur yang baik atau standarisasi membuat sebuah kejuaraan sepakbola. kejuaraan sepakbola yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu dari segi teknis, keamanan, kesehatan dan wilayah setempat. Di dalam pelaksanaanya kadang itu tidak terjadi, sehingga tidak adanya rasa aman bagi para pihak yang terlibat di dalam kejuaraan tersebut. Kejuaraan sepakbola tersebut merupakan kejuaraan yang tidak memenuhi kewajiban sesuai perundang-undangan yang berlaku, biasanya penyelenggara kejuaraan sepakbola tersebut hanya mencari keuntungan pribadi dari hasil kejuaraan yang dibuatnya. kejuaraan sepakbola yang legal itu hanya dibuat oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan pengurus dibawahnya, di luar daripada itu tidak legal, tetapi setiap orang bisa membuat sebuah kejuaraan sepakbola asalkan ada rekomendasi dari Pengurus Cabang setempat atau Pengurus Provinsi apabila mengadakanya di wilayah provinsi. Kurangnya koordinasi penyelenggara dengan pengurus sepakbola setempat dalam membuat rekomendasi penyelenggaraan kejuaraan sepakbola 1
2 dikarenakan takut dimintanya royalti atau sejumlah uang untuk membuat rekomendasi tersebut, padahal pengurus sepakbola setempat senang membantu apabila ada yang ingin membuat kejuaraan sepakbola sebab hal tersebut membantu pengurus dalam mencari pemain yang berkualitas. Penyelenggara kejuaraan sepakbola harus berkerja sama dengan pengurus cabang agar diberitahu bagaimana kejuaraan sepakbola yang baik dan pihak Kepolisian harus membantu mengamankan jalannya sebuah kejuaraan sepakbola agar timbulnya rasa aman yang menjadikan kejuaraan sepakbola menjadi berkualitas demi menciptakan pemai-pemain yang berkualitas pula dimana pemai-pemain yang berkualitas tadi akan membawa harum nama Indonesia dalam berbagai kejuaraan internasional. Latar belakang Di Indonesia saat ini banyak orang yang mengadakan kejuaraan-kejuaraan sepakbola dimana dalam tujuan pembentukan kejuaraan sepakbola tersebut untuk mempersatukan seluruh lapisan masayarat melalui olahraga khususnya dalam olahraga sepakbola. Dalam penulisan hukum ini penulis akan membahas tentang prospek sanksi yang dapat diterapkan oleh Undang-Undang terhadap para penyelenggara kejuaraan yang tidak memenuhi kewajibannya dalam membuat kejuaraan. Penyelenggara kejuaraan sepakbola yang dilaksanakan di Indonesia oleh panitia seringkali mengalami kegagalan atau perubahan waktu bahkan pembatalan oleh sepihak dimana alasan yang sering muncul adalah dari segi keamanan, belum matangnya persiapan dan lain sebagainya. Tentu saja apabila suatu kejuaraan berhenti di tengah-tengah waktu maka akan sangat merugikan bagi peserta yang sudah jauh-jauh hari mempersiapkan tim nya untuk berlaga dalam sebuah kejuaraan. Banyak biaya, waktu, dan tenaga yang terbuang sia-sia apabila sebuah kejuaraan sepakbola dihentikan begitu saja. Seperti yang terjadi di Kota Bogor, sebuah kejuaraan sepakbola terhenti penyelenggaraannya di tengah-tengah jalan dengan alasan biaya yang besar dalam 2
3 menyelenggarakan turnamen tersebut. Pengurus Cabang Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Kota Bogor, segera memanggil ketua pelaksana turnamen tersebut untuk meminta keterangan kenapa turnamen tersebut bisa berhenti di tengah-tengah jalan. Menguat alasan karena disebabkan pendanaan yang besar, sebenarnya para tim yag ikut dalam turnamen tersebut membayar sejumlah uang pendaftaran yang cukup besar dan pendanaan tersebut sebenarnya bisa di dapat dari 1 : a. Masyarakat melalui berbagai kegiatan berdasarkan ketentuan yang berlaku. b. Kerja sama yang saling menguntungkan. c. Bantuan luar negeri yang tidak mengikat. d. Hasil usaha industri olahraga. e. Hibah yang berasal dari pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. f. Sumber lainnya yang sah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan. Seharusnya penyelenggara dalam membuat sebuah kejuaraan harus mempunyai tujuan agar dalam penyelenggaraan kejuaraan sepakbola tersebut kental dengan persaingan sportifitas dan kebersamaan. Tujuan yang harus dicapai antara lain 2 : a. Memasyarakatkan olahraga. b. Menjaring bibit atlet potensial. c. Meningkatkan kesehatan dan kebugaran. d. Meningkatkan prestasi olahraga. 1 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 33ayat (2). 2 Indonesia, Undang-undang Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005, Pasal 45. 3
4 e. Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. f. Meningkatkan ketahanan nasional. Dari tujuan inilah sebenarnya sepakbola merupakan suatu olahraga yang menarik untuk diikuti tetapi salah satu peserta turnamen menyayangkan turnamen tersebut terhenti ditengah-tengah jalan, sebab turnamen tersebut merupakan turnamen yang sudah ditunggu-tunggu di kawasan Kota Bogor. Selain di tunggutunggu, turnamen tersebut merupakan wadah untuk menunjukkan kemampuan bagi setiap tim dalam melakukan pertandingan dan ajang silahturahmi antara tim yang satu dengan yang lainnya. Dari sinilah penulis mencoba melihat dari sisi hukum sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku sebagai sanksi dan pertanggung jawaban apabila pihak penyelenggara melakukan kelalaian dalam menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara kejuaraan, sebab selama ini sanksi itu hanya berlaku bagi para peserta atau tim yang melakukan kesalahan. Penulisan ini bertujuan untuk menyadarkan atau mengantisipasi apabila ada lembaga hukum, orang dan/atau perikatan yang ingin membuat sebuah penyelenggaraan kejuraaan sepakbola. Rasanya tidak adil apabila dalam penyelenggaraan kejuaraan sepakbola, para perserta diwajibkan mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh panitia penyelenggara sedangkan selama ini panitia penyelenggara tidak mengikuti aturan yang ada, oleh karena itu penyelenggara juga harus mematuhi peraturan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 51 ayat (1) dan (2). Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi bagaimana sanksi dan pertanggung jawaban panitia penyelenggara kejuaraan sepakbola jika tidak menjalankan kewajibannya. Maka dari itu, pengkajian tersebut akan dilakukan dan dibahas melalui bab per bab dalam penulisan ini. 4
5 Penyelenggaraan Kejuaraan Sesuai Undang-undang Sekarang ini banyak orang yang tidak memahami tentang apa artinya penyelenggaraan kejuaraan sepakbola. Banyak orang yang membuat kejuaraan sepakbola tetapi tidak memahami bagaimana prosedur dan prinsip penyelenggaraan sepakbola tersebut, maka dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan Peraturan Umum Pertandingan memberitahu bagaimana prosedur sebuah penyelenggaraan kejuaraan sepakbola dan siapa saja yang boleh mengadakan sebuah kejuaraan sepakbola tersebut. Dalam membuat suatu penyelenggaran kejuaraan haruslah mengandung prinsip keolahragaan yaitu 3 : 1. Demokratis, tidak diskriminatif dan menjunjung tinggi nilai keagamaan, nilai budaya, dan kemajemukan bangsa. 2. Keadilan sosial dan nilai kemanusiaan yang beradab. 3. Sportifitas dan menjunjung tinggi nilai etika dan estetika. 4. Pemberdayaan dan keterbukaan. 5. Pengembangan kebiasaan hidup sehat dan aktif bagi masyarakat. 6. Pemberdayaan peran serta masyarakat. 7. Keselamatan dan keamanan. 8. Keutuhan jasmani dan rohani. Penyelenggaraan kejuaraan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional itu mencakup semua cabang olahraga tetapi perinsip penyelenggaraan itu semuanya sama, karena dalam hal ini membahas tentang penyelenggaran kejuaraan sepakbola yang tentu saja selain mengacu pada Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional tetapi juga mengacu kepada Peraturan Umum Pertandingan dan Statuta Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) agar 3 Indonesia, Undang-undang Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Op. Cit, Pasal 5. 5
6 sebuah penyelenggaraa kejuaraan sepakbola berjalan sesuai prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggaraan kejuaraan sepakbola selain mempunyai prinsip penyelenggaraan haruslah juga mengetahui terlebih dahulu siapa saja yang boleh membuat sebuah kejuaraan sepakbola yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan Peraturan Umum Pertandingan yaitu agar mendapatkan sebuah legalitas penyelenggaraan tersebut. Dalam Peraturan Umum Pertandingan Persatuan Sepakbola Indonesia (PSSI) dalam Pasal 10 Tentang Wewenang Penyelengaraan menyatakan : Wewenang menyelenggarakan pertandingan ditetapkan sebagai berikut 4 : 1. Pengurus Pusat PSSI berwenang menyelenggarakan pertandingan : a. Kompetisi Tingkat Nasional. b. Turnamen/Pertandingan Persahabatan. c. Pertandingan Internasional. 2. Pengurus Daerah PSSI/Pengprov berwenang menyelenggarakan pertandingan: a. Kompetisi dalam wilayahnya. b. Kompetisi Antar wilayah. c. Turnamen/Pertandingan Persahabatan. 3. Pengurus Cabang/Pengcab menyelenggarakan pertandingan : a. Kompetisi Antar Perkumpulan Anggota Perserikatan. b. Turnamen/Pertandingan Persahabatan. 4. KIub Sepakbola Utama dan Perkumpulan berwenang menyelenggarakan Turnamen/Pertandingan Persahabatan. 5. Instansi di luar PSSI dapat menyelnggarakan turnamen/pertandingan persahabatan setelah mendapat ijin dari PSSI. Selain daripada itu dalam membuat sebuah kejuaraan sepakbola ada beberapa persyaratan yang harus ditaati oleh setiap penyelenggara kejuaraan sepakbola. Persyaratan tersebut yaitu 5 : 4 Indonesia, Peraturan Umum Pertandingan, Pasal Ibid, Pasal 10 6
7 1. Menaati peraturan-peraturan PSSI dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. 2. Memiliki atau dapat meminjam/menyewa Stadion yang memenuhi standar. 3. Mampu menyiapkan Petugas Keamanan di dalam dan di luar stadion dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan serta menunjuk penanggungjawab keamanan pada setiap pertandingan. 4. Melaksanakan Pedoman Pengamanan Stadion seperti yang ditetapkan oleh Pengurus PSSI dan melakukan kerjasama dengan para coordinator supporter masing-masing kesebelasan untuk menciptakan Susana tertib di dalam maupun di luar lingkungan stadion. 5. Tidak diperkenankan menjual karcis melebihi kapasitas yang tersedia untuk penonton, melakukan pengawasan penjualan karcis serta memisahkan rombongan/pendukung kesebelasan masing-masing. 6. Di kota penyelenggara terdapat sarana hotel/penginapan/asrama yang memenuhi persyaratan kesehatan. 7. Ikut menjaga mutu perwasitan dan turut mendorong semangat fair play di antara pemain, ofisial dan penonton serta larangan menyampaikan pernyatan-pernyataan yang menjurus pada fanatisme kedaerahan. 8. Penyelenggara pertandingan harus menyiapkan ruangan dan melaksanakan konferensi pers di stadion di setiap kali pertandingan, dengan menghadirkan kedua manajer tim, pelatih dan kapten kesebelasan. Melakukan wawancara terhadap kedua tim di pinggir lapangan seusai pertandingan tidak diperkenankan. 9. Penyelenggara pertandingan bertanggung jawab dan menyampaikan laporan kegiatannya kepada pengurus PSSI menurut tingkat dan wewenangnya. 10. Pihak di luar PSSI dapat menjadi mitra kerja dalam penyelenggaraan pertandingan/turnamen dengan syarat-syarat sebagai berikut: a. Mengajukan permohonan sebagai mitra kerja untuk menyelenggarakan pertandingan kepada Pengurus PSSI menurut tingkat dan 7
8 wewenangnya selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan pertandingan dengan menyampaikan pula maksud dan tujuannya. b. Memberitahukan waktu dan tempat penyelenggaraan c. Memberitahu kesebelasan-kesebelasan yang akan diikutsertakan (baik dalam negeri maupun luar negeri) d.dalam penyelenggaraan pertandingan tersebut, harus mengikutsertakan unsur-unsur bidang teknis Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) menurut tingkat dan wewenangnya, seperti dalam pembuatan peraturan pertandingan khusus, penguasaan aparat pertandingan, penetapan system dan jadwal pertandingan, serta hal-hal teknis lainnya yang berkenaan dengan pertandingan dimaksud. e. Kesanggupan melaksanakan pengamanan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat PersatuanSepakbola Seluruh Indonesia. f. Kesanggupan untuk menanggung atau mengganti kerugian akibat terjadinya kericuhan dan/atau oleh penonton/pendukung kesebelasan yang mengakibatkan kerusakan. Pengurus Persatuan sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) membuat penyelenggaraan kejuaraan sepakbola ini menjadi 2 bagian yaitu 6 : 1. Kompetisi Yaitu sebuah penyelenggaraan turnamen yang diadakan untuk tim yang sudah menjadi anggota Persatuan Sepakbola Indonesia (PSSI) dan penyelenggarannya tersebut sudah menjadi agenda rutin setiap tahunnya, adapun yang berhak menyelenggarakan kompetisi adalah sebagai berikut : 6 Mursid, Wawancara penulis dengan Wakil Sekretaris Jendral Persatuan Sepakbola Seluruh Indoneisa, 20 Juni
9 a. Pengurus Pusat Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. Pengurus pusat berhak mengadakan penyelenggaraan kejuaraan sepakbola baik dari usia dini sampai usia senior tetapi yang boleh mengikuti kompetisi tersebut ialah daerah-daerah atau tim-tim yang sudah terdaftar di Pengrus Pusat Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. b. Pengurus Daerah / Pengurus Provinsi / Pengprov. Pengurus daerah atau Pengurus provinsi hanyalah membuat atau dapat menyelenggarakan kompetisi sepakbola hanya di wilayah provinsinya saja, misalnya kejuaraan sepakbola antar Kota/Kabupaten se Jawa Barat. Di luar dari wilayah Provinsi tersebut harus meminta izin ke Pengurus Pusat Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. c. Pengurus Cabang / Pengcab Pengcab atau Pengurus Cabang hanya boleh mengadakan kejuaraan sepakbola antar perikatan atau perkumpulan atau tim yang sudah terdaftar di Pengurus Cabang Kota/Kabupaten setempat karena wilayah hukum Pengurus Cabang hanyalah Kota/Kabupaten saja dan tidak lebih. 2. Non Kompetisi 7 Sekarang ini banyak yang tidak tahu dan membedakan sebuah kompetisi dan non kompetisi karena hampir tidak adanya perbedaan, sebenarnya keduanya sangatlah berbeda karena non kompetisi adalah sebuah sebuah kejuaraan yang bersifat sewaktu. Waktu non kompetisi dapat dibuat oleh siapa saja yang ingin membuat sebuah penyelenggaraan kejuaraan olahraga baik di tingkat Kota/Kabupaten, Pengurus Cabang dan bahkan nasional asalkan ada rekomendasi dari Pengurus Cabang Setempat kalau mengadakannya hanya di tingkat Kota/Kabupaten, rekomendasi dari 7 Ibid. 9
10 Pengurus Provinsi kalau mengadakannya di sebuah Provinsi dan rekomendasi dari Pengurus Pusat Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) kalau melebihi batas wilayah Kota/Kabupaten/Provinsi. Penyelenggaraan Kejuaraan Sepakbola Yang Tidak Sesuai Undang-undang Sepakbola adalah olahraga yang bisa dibilang permainan yang sempurna tetapi dalam mendekati sempurna itu haruslah dilihat bagaimana proses membuat sebuah kejuaraan sepakbola yang baik dan benar sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Apabila membahas tentang sebuah kejuaraan sepakbola, tentu saja tidak lepas dari panitia penyelenggara kejuaraan itu sendiri. Panitia penyelenggara kejuaraan sepakbola harus mengetahui bagaimana prosedur yang berlaku untuk membuat sebuah kejuaraan sepakbola sesuai dengan undangundang yang berlaku. Kejuaraan sepakbola banyak dinodai dengan adanya penyelenggaraan yang tidak memenuhi kewajiban seperti yang ditegaskan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 51 Ayat (1) dan (2). Suatu penyelenggaraan kejuaraan sepakbola yang tidak memenuhi kewajiban karena adanya beberapa aspek yang tidak dipenuhi yaitu 8 : 1. Tidak memenuhi teknis kecabangan 2. Tidak adanya atau belum siap tim kesehatan dalam setiap pertandingan. 3. Tidak memenuhi standar keselamatan. 4. Tidak memenuhi ketentuan daerah setempat. 5. Tidak mendapatkan rekomendasi dari induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan dan memenuhi peraturan perundang-undangan. 8 Indonesia, Undang-undang Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Op. Cit, Pasal 5. 10
11 Sanksi Yang Diberikan Hukum pidana menentukan sanksi terhadap setiap pelanggaran hukum yang dilakukan. Sanksi itu pada prinsipnya merupakan penambahan penderitaan dengan sengaja. Penambahan penderitaan dengan sengaja ini pula yang menjadi pembeda terpenting antara hukum pidana dengan hukum yang lainnya. 9 Menurut Satochid Kartanegara, bahwa hukuman (pidana) itu bersifat siksaan atau penderitaan, yang oleh undang-undang hukum pidana diberikan kepada seseorang yang melanggar sesuatu norma yang ditentukan oleh undangundang hukum pidana, dan siksaan atau penderitaan itu dengan keputusan hakim dijatuhkan terhadap diri orang yang dipersalahkan itu. Sifat yang berupa siksaan atau penderitaan itu harus diberikan kepada hukuman (pidana), karena pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang terhadap norma yang ditentukan oleh undang-undang hukum pidana itu merupakan pelanggaran atau perkosaan kepentingan hukum yang akan dilindungi oleh undang-undang hukum pidana. Kepentingan hukum yang akan dilindungi itu adalah sebagai berikut: a. Jiwa manusia (leven). b. Keutuhan tubuh manusia (lyf). c. Kehormatan seseorang (eer). d. Kesusilaan (zede). e. Kemerdekaan pribadi (persoonlyke vryheid). f. Harta benda/kekayaan (vermogen). Dalam hal ini tentu saja sanksi pidana yang diberikan yaitu untuk para penyelenggara kejuaraan sepakbola yang tidak menjalankan kewajibannya. Sanksi yang diberikan tentu saja harus sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Sanksi yang diberikan kepada penyelenggara yang tidak memenuhi kewajibannya adalah Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, yaitu setiap orang yang menyelenggarakan kejuaraan 9 J.M. van Bemmelen, Hukum Pidana 1 Hukum Pidana Material Bagian Umum, (Bandung: Binacipta, 1987), hal
12 olahraga tidak memenuhi kewajiaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,- (satu miliar rupiah). Sanksi tersebut bisa diberikan oleh Pengurus Cabang daerah tersebut karena biasanya penyelenggara kejuaraan yang tidak memenuhi kewajiban tersebut terdapat di pelosok-pelosok desa yang orang-orang disekitar tidak paham terhadap suatu penyelenggaraan kejuaraan sepakbola. Setiap masyarakat dalam bidangnya selalu memperlihatkan adanya ketidakcocokan dan konflik sosial artinya dalam masyarakat pecinta sepakbola, sebuah kejuaraan yang dibuat atau diselenggarakan oleh golonganya atau kelompoknya merupakan hal yang baik karena telah menciptakan suatu hiburan bagi masyarakat banyak, tetapi dalam kontek hukum, apabila seseorang membuat pelanggaran maka dapat dikenakan sanksi 10. Tetapi dalam proses penerapan sanksi pidana yang diberikan kepada pihak penyelenggara kejuaraan sepakbola di Indonesia belum terjadi karena tidak ada pihak yang melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila ada suatu kejuaraan sepakbola yang penyelenggaranya tidak menjalankan kewajibannya dengan baik. Sanksi pidana yang diberikan sebenarnya cukup baik apabila dijalankan dengan benar sebab tidak akan ada lagi suatu kejuaraan sepakbola yang tidak sesuai prosedur proses penyelenggaraannya. Penyelenggaraan yang tidak mengikuti prosedurlah yang mengakibatkan rusaknya suatu kejuaraan sepakbola. Pemerintah dan pemerintah daerah harus membantu dalam penangan sepakbola di Indonesia ini, sebab tanpa dukungan tersebut sangatlah sulit dijalani demi menciptakan suatu kejuaraan sepakbola yang berkualitas. Bahkan semua pihak baik dari lapisan masayarakat maupun kepolisian membantu jalannya suatu kejuaraan sepakbola demi menciptakan rasa aman kepada para pihak yang mengikuti sebuah kejuaan sepakbola tersebut : diakses tanggal 27 Juli
13 Penutup Kejuaraan sepakbola yang baik dan berkualitas ialah suatu penyelenggaraan yang mengikuti prosedur yang baik. Prosedur tersebut harus diikuti dari awal hingga akhir demi menciptakan sebuah kejuaraan sepakbola yang berkualitas. Semua pihak baik dari lapisan masyarakat, Pengurus Sepakbola daerah, anggota Kepolisian bahkan pemerintah baik pusat maupun daerah harus membantu jalannya sebuah penyelenggaraan kejuaraan sepakbola. penyelenggaraan kejuaraan sepakbola yang legal hanya dibuat oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan seluruh anggota dibawahnya, tetapi setiap orang juga bisa membuat sebuah kejuaraan sepakbola asalkan ada rekomendasi dari Pengurus Sepakbola. Apabila tidak ada rekomendasi tersebut maka sudah dipastikan panitia penyelenggara tersebut tidak menjalankan kewajiban dengan baik. Membuat rekomendasi tidak perlu mengeluarkan royalti 11 sebab Pengurus Cabang Sepakbola Kabupaten Bogor sangat senang dan ingin membantu karena dengan adanya kejuaraan-kejuaran sepakbola membantu tugas Pengurus Sepakbola Daerah juga. 11 Julian Sembiring, Wawancara penulis dengan Anggota Komisi Disiplin Pengurus Cabang Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Kabupaten Bogor, 4 Juli
14 Daftar Pustaka Indonesia. Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional. UU No. 3 Tahun Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga. PP No. 17 Tahun Peraturan Umum Pertandingan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. Bemmelen, J.M van. Hukum Pidana 1 Hukum Pidana material bagian umum. Bandung: Binacipta, Bapak Julian Sembiring, Hasil Wawancara, Tanggal 4 Juli, Bapak Mursit W. K, Hasil Wawancara, Tanggal 20 Juni, tanggal 27 Juli
Landasan Hukum Alasan PT Liga Indonesia Membatalkan Turnamen. Isu Hukum:
Landasan Hukum ----------------------- Alasan PT Liga Indonesia Membatalkan Turnamen Isu Hukum: Berdasarkan surat BOPI Nomor 059/BOPI/KU/V/2015 tentang jawaban surat permohonan Turnamen Pra Musim 2015
Lebih terperinciPTUN, Undang-Undang dan BOPI
PTUN, Undang-Undang dan BOPI I. Putusan PTUN Seperti diketahui, Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) telah menerbitkan Surat Keputusan Nomor 01307 Tahun 2015 tanggal 17 April 2015,
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN OLAHRAGA TERPADU MELALUI SPORT TRAINING CENTER KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciUntuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut:
Regulasi Status dan Transfer Pemain Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia("PSSI") Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut: 1) Asosiasi terdahulu: asosiasi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 89, 2005 Keolahragaan. Standar Nasional. Pembinaan. Pengembangan. Induk Organisasi Keolahragaan (Penjelasan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang
Lebih terperinciDRS. HERWIN, M.PD.
DRS. HERWIN, M.PD. herwin@uny.ac.id PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 Materi disampaikan pada Pelatihan dan Coaching Clinics Sepakbola
Lebih terperinciBUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN
BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN
Lebih terperinciPERATURAN UMUM PERTANDINGAN PSSI
PERATURAN UMUM PERTANDINGAN PSSI BAB I Ketentuan Umum BAB II Jenis Pertandingan dan Kompetisi BAB III Peserta, Kewajiban & Pengunduran Diri BAB IV Wewenang & Hak Pengurus PSSI BAB V Penyelenggaraan Pertandingan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan 1. Pengertian Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
Lebih terperinciPENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM
PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM 1 (satu) Hari Kerja ~ waktu paling lama, Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan sebagaimana
Lebih terperinciRespect For The Rules dalam Permainan Sepak Bola
Respect For The Rules dalam Permainan Sepak Bola Husnul Hadi, S.Pd ajohusnul@gmail.com Abstrak Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat berkembang pesat di dunia. Sepak bola melalui
Lebih terperinci* Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan yang harus ditaati dalam melakukan mogok kerja. (Pasal 139 dan Pasal 140 UUK)
* *mogok kerja sebenarnya adalah hak dasar dari pekerja yang dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan, (Pasal 137 UUK). * Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena olahraga merupakan alat pendidikan agar terjadi keseimbangan antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga di Indonesia merupakan suatu kegiatan yang banyak penggemarnya baik di kalangan masyarakat maupun sekolah. Pemerintah telah mencanangkan tekad, yaitu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEOLAHRAGAAN Dl KOTA BANJARMASIN
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEOLAHRAGAAN Dl KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. b. c. d.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAN KETENTUAN PERTANDINGAN CABOR FUTSAL
6 PERATURAN DAN KETENTUAN PERTANDINGAN CABOR FUTSAL A. UMUM 1. Pelaksanaan Pertandingan Tanggal : 14 20 November 2015 Tempat : Lapangan Fair Play Seutui, Banda Aceh 2. Technical Meeting Umum Tanggal :
Lebih terperinciBAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai
BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PENCEMARAN AIR YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI TAHU A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C
LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 5 TAHUN 2002 (5/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2013 HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pendirian-Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5430)
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DAFTAR ISI Hal Menimbang... 1 Mengingat... 1 BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB VII KETENTUAN UMUM Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal menjadi salah satu cabang olahraga permainan yang cukup populer dan banyak diminati oleh berbagai kalangan di dunia. Hal ini terlihat dari antusiasme
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran Komisi Kejaksaan Republik Indonesia, perlu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN Menimbang : a bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENDAMPING DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,
BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENDAMPING DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan pemerintahan dan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan
Lebih terperinciBUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN 1 BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN GANGGUAN DI KABUPATEN PIDIE BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa pramuwisata merupakan salah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB)
ANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB) PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka Bangsa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,
Lebih terperinci1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2. Apakah dapat dilakukan upaya hukum terhadap putusan kasasi yang telah dikeluarkan Mahkamah Agung?
FAQ Putusan Kasasi 1. Apakah dampak dari putusan kasasi yang menyatakan menolak kasasi KEMENPORA kepada PSSI? Putusan Kasasi ini telah berkekuatan hukum tetap sehingga putusan ini bisa dengan segera dilaksanakan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Perkara Nomor 4/PUU-V/2007
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Perkara Nomor 4/PUU-V/2007 I. PEMOHON dr. Anny Isfandyarie Sarwono, Sp.An., S.H. KUASA HUKUM Sumali, S.H. dkk II. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN - sebanyak 11 (sebelas) norma
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal menjadi salah satu cabang olahraga permainan yang cukup populer dan banyak diminati oleh berbagai kalangan di dunia. Hal ini terlihat dari antusiasme
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In
No.1421, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kode Etik Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN MANAJER INVESTASI INDONESIA
ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN MANAJER INVESTASI INDONESIA atau dikenal dengan ASOSIASI MANAJER INVESTASI INDONESIA (AMII) 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN MANAJER INVESTASI INDONESIA atau dikenal
Lebih terperinciNOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Penerbitan Izin Lingkungan; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA IMPRESARIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK
PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA IMPRESARIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 22
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH
BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN Nomor : SKEP/34/0.3/III/2009. Tentang, PEDOMAN KEABSAHAN ATLET BULUTANGKIS INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN Nomor : SKEP/34/0.3/III/2009 Tentang, PEDOMAN KEABSAHAN ATLET BULUTANGKIS INDONESIA PENGURUS BESAR PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan,
Lebih terperinciPERATURAN ORGANISASI AEROMODELLING INDONESIA PB FASI NOMOR : 02/AMI-PBFASI-ORG/2011 TENTANG KEABSAHAN ATLET BAB I UMUM. Pasal 1 Pendahuluan
PERATURAN ORGANISASI AEROMODELLING INDONESIA PB FASI NOMOR : 02/AMI-PBFASI-ORG/2011 TENTANG KEABSAHAN ATLET BAB I UMUM Pasal 1 Pendahuluan 1. Peraturan Organisasi (PO) merupakan tindak lanjut dari ketentuan
Lebih terperinciRANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara
Lebih terperinciKompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001
Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI
BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE UTARA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai
Lebih terperinciPENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)
PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom. *) ABSTRAK Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai karunia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG
11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciPANDUAN WAWANCARA. 1. Bagaimanakah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dalam penyampaian
LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA Informan : Aparat Pelaksana Program Fokus : Komunikasi 1. Bagaimanakah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dalam penyampaian kepada pelaksana dalam Program Pembinaan Olahraga
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka memelihara
Lebih terperinciBUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA
BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciBUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai
Lebih terperinciK O M I S I I N F O R M A S I
K O M I S I I N F O R M A S I PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN TATA TERTIB KOMISI INFORMASI PROVINSI KEPULAUAN RIAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Komisi Informasi
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1
ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah
Lebih terperinciPENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai
Lebih terperinci