TABLE OF CONTENTS. Pasal / Article

Transkripsi

1 PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 28 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA JASA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA REGULATION OF THE MINISTER OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES NUMBER: 28 OF 2009 CONCERNING THE CONDUCT OF MINERAL AND COAL MINING SERVICES BUSINESS TABLE OF CONTENTS Pasal / Article BAB I KETENTUAN UMUM 1 2 CH. I GENERAL PROVISIONS BAB II BENTUK, JENIS DAN BIDANG 3 4 BAB III PENGGUNAAN DAN KEGIATAN JASA PERTAMBANGAN 5 11 BAB IV TATA CARA PENYELENGGARAAN CH. II CH. III FORMS, TYPES AND FIELDS/LINES ENGAGEMENT AND ACTIVITIES OF MINING SERVICES CH. IV PROCEDURES FOR THE CONDUCT OF MINING SERVICES BUSINESS BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN CH. V DIRECTIONS AND SUPERVISION BAB VI SANKSI ADMINISTRATIF CH. VI ADMINISTRATIVE SANCTIONS BAB VII KETENTUAN PERALIHAN 36 CH. VII TRANSITIONAL PROVISIONS BAB VIII KETENTUAN PENUTUP CH. VIII CONCLUDING PROVISIONS Formulir Forms Translated by: Wishnu Basuki (ABNR) wbasuki@abnrlaw.com 1

2 PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 28 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA JASA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA REGULATION OF THE MINISTER OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES NUMBER: 28 OF 2009 CONCERNING THE CONDUCT OF MINERAL AND COAL MINING SERVICES BUSINESS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, WITH THE BLESSING OF GOD ALMIGHTY THE MINISTER OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES, Considering: That to implement the provisions of Article 127 of Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining, it is necessary to issue a Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources concerning the Conduct of Coal and Mineral Mining Services Business; Bearing in Mind: 1. Law Number 5 of 1999 concerning Bans on Monopolistic and Unfair Business Competition Practices (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 33 of 1999, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 3817); 2. Law Number 13 of 2000 concerning Labor (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 39 of 2000, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4279); 3. Law Number 32 of 2004 concerning The Regional Governments (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 125 of 2004, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4437); 4. Law Number 25 of 2007 concerning Investments (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 67 of 2007, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4724); 5. Law Number 40 of 2007 concerning Limited Liability Companies (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 106 of 2007, 2

3 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tanggal 20 Oktober 2004 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 77/P Tahun 2007 tanggal 28 Agustus 2007; 10. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA JASA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4756); 6. Law Number 20 of 2008 concerning Micro, Small, and Medium Enterprises (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 93 of 2008, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4866); 7. Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4 of 2009, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4959); 8. Government Regulation Number 38 of 2007 concerning Division of Affairs Amongst the Government, the Provincial Governments, the District/City Governments (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 82 of 2007, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4737); 9. Decision of the President Number 187/M of 2004 dated October 20, 2004, as amended several times and most recently amended by Decision of the President Number 77/P of 2007 dated August 28, 2007; 10. Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources Number 0030 of 2005 dated July 20, 2005 concerning The Organization and Working System of the Department of Energy and Mineral Resources; HAS DECIDED: To issue: REGULATION OF THE MINISTER OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES CONCERNING THE CONDUCT OF MINERAL AND COAL MINING SERVICES BUSINESS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Jasa Pertambangan adalah jasa penunjang yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertambangan. CHAPTER 1 GENERAL PROVISIONS Article 1 In this Regulation of the Minister: 1. Mining Service means any support service that is associated with mining business activities. 2. Usaha Jasa Pertambangan adalah usaha 2. Mining Services Business means any 3

4 jasa yang kegiatannya berkaitan dengan tahapan dan/atau bagian kegiatan usaha pertambangan. 3. Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti adalah usaha jasa selain usaha jasa pertambangan yang memberikan pelayanan jasa dalam mendukung kegiatan usaha pertambangan. 4. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta pascatambang. 5. Penyelidikan Umum adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi. 6. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. 7. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang. 8. Konstruksi Pertambangan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan. 9. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya. 10. Pengolahan dan Pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan. services business, of which the activities are associated with the stages and/or parts of mining business activities. 3. Noncore Mining Services Business means any services business other than mining services business that provides services in support of mining business activities. 4. Mining Business means any mineral or coal business activity that includes the stages of general surveys, explorations, feasibility studies, construction, mines, processing and refining/smelting, hauling and sale as well as postmining. 5. General Survey means a stage in mining activities to know regional geological condition and indications of mineralization. 6. Exploration means a stage in mining business activities to find specific and accurate information about locations, shapes, dimensions, distribution, quality and quantified resources of excavated materials as well as information on social environment and the environment. 7. Feasibility Study means a stage in mining business activities to find specific information about all of the relevant aspects, whereby economic and technical feasibility of mining business, including environmental impact assessment as well as postmining plans may be determined. 8. Mining Construction means a mining business activity to build all of the production operation facilities, including control of environmental impacts. 9. Mine means a part of mining business activities to produce minerals and/or coal and their associated minerals. 10. Processing and Refining/Smelting means a mining business activity to improve the quality of minerals and/or coal and to utilize and find associated minerals. 11. Pengangkutan adalah kegiatan usaha 11. Hauling means a mining business activity 4

5 pertambangan untuk memindahkan mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan. 12. Pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan. 13. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. 14. Lingkungan Pertambangan adalah lindungan lingkungan pertambangan yang merupakan instrumen untuk memproteksi lingkungan hidup yang terkena dampak kegiatan usaha pertambangan pada wilayah sesuai dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. 15. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja, dan bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). 16. Izin Usaha Jasa Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUJP, adalah izin yang diberikan kepada pelaku usaha jasa pertambangan untuk melakukan kegiatan usaha jasa pertambangan. 17. Surat Keterangan Terdaftar, yang selanjutnya disebut SKT, adalah surat keterangan tanda terdaftar yang diberikan kepada Perusahaan Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti. 18. Klasifikasi adalah penggolongan bidang usaha jasa pertambangan berdasarkan kategori konsultan, perencana, pelaksana dan pengujian peralatan. 19. Kualifikasi adalah penggolongan usaha jasa pertambangan berdasarkan kemampuan jenis usaha jasa pertambangan yang dapat to transport minerals and/or coal from a mine and/or processing and refining/smelting sites to points of delivery. 12. Postmining means a planned, systematic and sustainable activity after partial or total completion of mining business activities to restore the natural environmental functions and social functions to conform to the local condition throughout the mining areas. 13. Reclamation means an activity that is performed throughout the stages in the mining business to organize, restore and repair the quality of the environment and ecosystem to enable them to return to their original functions of zoning. 14. Mining Environment means environmental conservation that constitutes an instrument to protect the environment of an area that is affected by the impact of mining business activities through an Environmental Impact Assessment or an environmental management effort and an environmental monitoring effort. 15. Occupational Safety and Health means an instrument to protect workers, companies, the environment, and surrounding communities from danger arising from occupational accidents, and that aims to prevent, minimize, and even achieve zero risk of occupational incidents (zero accident). 16 Mining Services License, hereinafter called an IUJP, means a license that is issued to a mining services business actor, under which mining services business is conducted 17. Certificate of Registration, hereinafter called SKT, means a statement of registration that is issued to a Noncore Mining Services Business Company. 18. Classification means the grouping of mining services business areas into the categories of consultant, planner, operator and equipment tester. 19. Qualification means the grouping of mining services business based upon the capacity with respect to the type of mining 5

6 dikerjakan. 20. Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang bergerak di bidang pertambangan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 21. Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal adalah perusahaan jasa yang berbadan hukum Indonesia atau bukan berbadan hukum, yang didirikan di kabupaten/kota atau provinsi, yang seluruh modalnya berasal dari dalam negeri dan beroperasi dalam wilayah kabupaten/kota atau provinsi yang bersangkutan. 22. Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional adalah perusahaan yang didirikan dan berbadan hukum Indonesia yang seluruh modalnya berasal dari dalam negeri dan beroperasi di wilayah Republik Indonesia atau di luar wilayah Republik Indonesia. 23. Perusahaan Jasa Pertambangan Lain adalah perusahaan yang didirikan dan berbadan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. 24. Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan. 25. Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut IUPK adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah izin usaha pertambangan khusus. 26. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan batubara. 27. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi kegiatan pertambangan mineral dan batubara. services business. 20. Entity means any legal entity that engages in the field of mining, established under the laws of Indonesia and domiciled in the territory of the Republic of Indonesia 21 Local Mining Services Company means any services company that is an Indonesian legal entity or nonlegal entity and that is established in districts/cities or provinces, of which all of the capital is domestically owned, and provides services within the territory of the relevant districts/cities or provinces. 22 National Mining Services Company means any company that is established and incorporated (legal entity) under the laws of Indonesia, of which all of the capital is domestically owned, and provides services within the territory of the Republic of Indonesia or outside the territory of the Republic of Indonesia. 23 Other Mining Services Company means any company that is established and incorporated (legal entity) under the laws of Indonesia, of which a part or all of the capital is foreign owned. 24 Mining Permit, hereinafter called an IUP, means a permit under which mining business is conducted. 25. Special Mining Permit, hereinafter called an IUPK, means a permit under which mining business in a special mining permit area is conducted. 26. Minister means the minister administering governmental affairs in the field of mineral and coal mining. 27. Director General means the Director General whose duties and responsibility include mineral and coal mining activities. Pasal 2 Article 2 (1) Penyelenggaraan usaha jasa pertambangan bertujuan untuk: a. menunjang kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan; 6 (1) The conduct of mining services business shall have the purposes to: a. support the workable performance of mining business activities;

7 b. mewujudkan tertib penyelenggaraan usaha jasa pertambangan dan meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan; c. mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi lokal dalam usaha pertambangan melalui usaha jasa pertambangan dengan mewujudkan kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi rill. (2) Penyelenggaraan usaha jasa pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan mineral dan batubara yang meliputi teknis pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan, lindungan lingkungan pertambangan, serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait lainnya. b. maintain the orderly conduct of mining services business and enhance compliance with laws and regulations. c. to promote local economic growth and development in the mining business through mining services business and to realize potential economic strength in the real economy. (2) The conduct of mining services business as intended by section (1) shall be implemented with due regard to the provisions of laws and regulations in the field of mineral and coal mining that includes mining techniques, mining occupational safety and health, mining environmental conservation as well as other relevant laws and regulations. BAB II BENTUK, JENIS DAN BIDANG Bagian Kesatu Bentuk Pasal 3 (1) Pelaku usaha jasa pertambangan dapat berbentuk: CHAPTER II FORMS, TYPES AND FIELDS/LINES Part One Forms Article 3 (1) Mining services business actors may be in the form of: a. badan usaha, yang terdiri atas: a. business entity that includes: 1) Badan Usaha Milik Negara; 1) State-Owned Entity; 2) Badan Usaha Milik Daerah; 2) Region-Owned Entity; 3) badan usaha swasta yang berbentuk 3) private limited liability company. Perseroan Terbatas. b. koperasi; atau b. cooperative; or c. perseorangan yang terdiri atas: c. proprietorship that includes: 1) orang perseorangan; 1) sole proprietorship; 2) perusahaan komanditer; 2) limited liability partnership; 3) perusahaan firma. 3) general partnership. (2) Berdasarkan wilayah kerjanya pelaku usaha jasa pertambangan dikelompokkan dalam: (2) With respect to working area, mining services business actors shall be classified as: a. Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal; a. Local Mining Services Company; b. Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional; b. National Mining Services Company; c. Perusahaan Jasa Pertambangan Lain. c. Other Mining Services Company; (3) Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal (3) Local Mining Services Companies as 7

8 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, intended by section (2) item (a) shall include: meliputi: a. Badan Usaha Milik Daerah; a. Region-Owned Entities; b. badan usaha swasta yang berbentuk b. private limited liability company; Perseroan Terbatas; c. koperasi; c. cooperatives; d. perusahaan komanditer; d. limited liability partnerships; e. perusahaan firma; e. general partnerships; f. orang perseorangan, f. sole proprietorships, yang beroperasi terbatas di wilayah kabupaten/ kota atau provinsi tersebut. (4) Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: that are in limited operation in the territory of the relevant districts/cities or provinces. (4) National Mining Services Companies as intended by section (2) item (b) shall include: a. Badan Usaha Milik Negara; a. State-Owned Entities; b. badan usaha swasta berbentuk Perseroan Terbatas; c. orang perseorangan. c. cooperatives. Bagian Kedua Jenis dan Bidang Pasal 4 (1) Pengusahaan Jasa Pertambangan dikelompokkan atas: b. private business entities in Limited Liability Company form; Part Two Types and Fields/Lines Article 4 (1) Mining Services Business Operations shall be classified as: a. Usaha Jasa Pertambangan; dan a. Mining Services Business; and b. Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti. b. Noncore Mining Services Business. (2) Jenis Usaha Jasa Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. Konsultasi, perencanaan, pelaksanaan dan pengujian peralatan di bidang: (2) Types of Mining Services Business as intended by section (1) item (a) shall include: a. consultancy, planning, operation and equipment testing in the fields/lines of: 1. penyelidikan umum; 1. general survey; 2. eksplorasi; 2. exploration; 3. studi kelayakan; 3. feasibility study; 4. konstruksi pertambangan; 4. mining construction; 5. pengangkutan; 5. hauling; 6. lingkungan pertambangan; 6. mining environment; 7. pascatambang dan reklamasi; dan/atau 7. postmining and/or reclamation; and/or 8. keselamatan dan kesehatan kerja. 8. occupational safety and health. b. Konsultasi, perencanaan, dan pengujian peralatan di bidang: 1. penambangan; atau 1. mine; or b. Consultancy, planning, and equipment testing in the fields/lines of: 8

9 2. pengolahan dan pemurnian. 2. processing and refining/smelting. (3) Bidang Usaha Jasa Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas sub-bidang sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini. (4) Bidang Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti adalah bidang usaha selain bidang usaha jasa pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3). BAB III PENGGUNAAN DAN KEGIATAN JASA PERTAMBANGAN Pasal 5 (1) Pemegang IUP atau IUPK dalam melakukan kegiatan usahanya dapat menggunakan jasa pertambangan setelah rencana kerja kegiatannya mendapat persetujuan dari Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (2) Pemegang IUP atau IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menggunakan Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal dan/atau Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional. (3) Dalam hal tidak terdapat Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal dan/atau Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pemegang IUP atau IUPK dapat menggunakan Perusahaan Jasa Pertambangan Lain. (4) Pemegang IUP atau IUPK dapat menggunakan Perusahaan Jasa Pertambangan Lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) setelah melakukan pengumuman ke media massa lokal dan/atau nasional tetapi tidak ada Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal dan/atau Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional yang mampu secara finansial dan/atau teknis. (5) Dalam hal Perusahaan Jasa Pertambangan Lain mendapatkan pekerjaan di bidang jasa pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Perusahaan Jasa Pertambangan Lain harus memberikan sebagian pekerjaan yang didapatkannya kepada Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal sebagai sub-kontraktor sesuai dengan kompetensinya. (3) Fields/Lines of Business of Mining Services as intended by section (2) shall include subfields/sub-lines as listed down in Attachment I of this Regulation of the Minister. (4) Fields/Lines of Business of Noncore Mining Services shall be the fields/lines of business other than the lines of business of mining services as intended by section (2) and section (3). CHAPTER III ENGAGEMENT AND ACTIVITIES OF MINING SERVICES Article 5 (1) In the performance of their business activities, Mining Permit holders or Special Mining Permit holders may engage in mining services upon obtaining approval of their working plans from the competent Minister, governors or districts/mayors. (2) Mining Permit holders or Special Mining Permit holders as intended by section (1) must engage Local Mining Services Companies and/or National Mining Services Companies. (3) Where no Local Mining Services Companies and/or National Mining Services Companies as intended by section (2) are available, Mining Permit holders or Special Mining Permit holders may engage Other Mining Services Companies. (4) Mining Permit holders or Special Mining Permit holders may engage Other Mining Services Companies as intended by section (3) upon announcement in the local and/or national mass media where no Local Mining Services Companies and/or National Mining Services Companies are financially and/or technically capable. (5) Where Other Mining Services Companies take on work of mining services as intended by section (4), such Other Mining Services Companies must share the work with competent Local Mining Services Companies as sub-contractors. 9

10 (6) Pemegang IUP atau IUPK dalam menggunakan Perusahaan Jasa Pertambangan Lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib menerapkan asas kepatutan, transparan dan kewajaran. (6) Mining Permit holders or Special Mining Permit holders in the engagement of Other Mining Services Companies as intended by section (4) must comply with the principles of propriety, transparency and fairness. Pasal 6 Article 6 Dalam hal pemegang IUP atau IUPK menggunakan jasa pertambangan berbentuk orang perseorangan hanya dapat melakukan kegiatan jasa pertambangan sebagai berikut: a. Jenis usaha jasa pertambangan konsultasi atau perencanaan; dan/atau Mining Permit holders or Special Mining Permit holders in the engagement of mining services with a sole proprietorship may only entrust the sole proprietorship to perform the following mining services activities: a. mining services business in the fields/lines of consultancy or planning; and/or b. Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti. b. Noncore Mining Services Business. Pasal 7 Article 7 (1) Setiap pemegang IUP atau IUPK yang akan memberikan pekerjaan kepada perusahaan jasa pertambangan didasarkan atas kontrak kerja yang berasaskan kepatutan, transparan dan kewajaran. (2) Pemegang IUP atau IUPK dilarang menerima imbalan (fee) dari hasil pekerjaan yang dilakukan oleh pelaku usaha jasa pertambangan. (1) Provision of work by any Mining Permit holders or Special Mining Permit holders to mining services companies shall be undertaken by a work contract under the principles of propriety, transparency and fairness. (2) At no time shall any Mining Permit holders or Special Mining holders collect fees from work performed by mining services business actors. Pasal 8 Article 8 (1) Pemegang IUP atau IUPK dilarang melibatkan anak perusahaan dan/atau afiliasinya dalam bidang usaha jasa pertambangan di wilayah usaha pertambangan yang diusahakannya, kecuali dengan persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri. (2) Anak perusahaan dan/atau afiliasinya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan badan usaha, yang mempunyai kepemilikan saham langsung dengan pemegang IUP atau IUPK. (3) Persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila: a. tidak terdapat perusahaan jasa pertambangan sejenis di wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi (1) At no time shall any Mining Permit holders or Special Mining holders involve their subsidiaries and/or affiliates in the fields/lines of mining services business in mining areas they commercialize, unless granted approval of the Director General on behalf of the Minister. (2) Subsidiaries and/or affiliates as intended by section (1) shall be business entities having direct ownership of shares of Mining Permit holders or Special Mining holders. (3) Approval of the Director General on behalf of the Minister as intended by section (1) shall be granted if: a. no mining services companies of the same type are in existence in the territory of the relevant districts/cities; or 10

11 tersebut; atau b. tidak ada perusahaan jasa pertambangan yang berminat atau mampu, berdasarkan kriteria: b. no mining services companies that express interest or are capable under the following criteria: 1) memiliki investasi yang cukup; 1) have adequate investments; 2) memiliki modal kerja yang cukup; 2) have adequate working capital; and dan 3) memiliki tenaga kerja yang kompeten di bidang pertambangan, sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh pemegang IUP atau IUPK, (4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan setelah pemegang IUP atau IUPK: a. melakukan pengumuman lelang jasa pertambangan ke media massa lokal dan/atau nasional tetapi tidak ada yang berrninat atau mampu secara finansial dan teknis; b. menjamin tidak adanya transfer pricing atau transfer profit dan telah dilaporkan kepada Direktur Jenderal. 3) have competent workers in the field of mines, as required by Mining Permit holders or Special Mining holders; (4) Approval as intended by section (3) shall be granted upon Mining Permit holders or Special Mining holders: a. making announcements for the auction of the mining services in the local and/or national mass media, and no one expresses interest or is financially and technically capable; b. guaranteeing that no transfer pricing or transfer of profits that has not been reported to the Director General. Pasal 9 Article 9 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan permohonan persetujuan keikutsertaan anak perusahaan dan/atau afiliasinya dalam usaha jasa pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal. Ancillary provisions for procedures and requirements for participation of subsidiaries and/or affiliates in mining services business as intended by Article 8 shall be governed by Regulation of the Director General. Pasal 10 Article 10 (1) Pemegang IUP atau IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan sendiri kegiatan penambangan, pengolahan dan pemurnian. (2) Pemegang IUP atau IUPK Operasi Produksi dapat menyerahkan kegiatan penambangan kepada usaha jasa pertambangan terbatas pada kegiatan: a. pengupasan lapisan (stripping) batuan penutup; dan (1) Production Operation Mining Permit holders or Special Mining holders must perform its own mine activities, processing and refining/smelting. (2) Production Operation Mining Permit holders or Special Mining holders may refer mine activities to mining services business, the activities of which are limited to: a. stripping of overburden; and b. pengangkutan mineral atau batubara. b. hauling of minerals and coal. (3) Pengupasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri dari kegiatan penggalian, pemuatan dan pemindahan lapisan (stripping) batuan penutup dengan dan/atau didahului (3) Stripping as intended by section (2) item (a) shall include activities of excavation, loading, overburden removal with and/or preceded by explosions. 11

12 peledakan. Pasal 11 Article 11 (1) Penggunaan Jasa Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemegang IUP atau IUPK. (2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek teknis pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan, dan lindungan lingkungan pertambangan. (1) Engagement of Mining Services as intended by Article 5 and Article 6 shall fully be the responsibility of the Mining Permit holders or Special Mining holders. (2) Responsibility as intended by section (1) shall include mining technical aspects, mining occupational safety and health, and mining environmental conservation. BAB IV TATA CARA PENYELENGGARAAN Bagian Kesatu Klasifikasi dan Kualiflkasi Pasal 12 (1) Pelaku usaha jasa pertambangan harus mendapatkan klasifikasi dan kualifikasi dari lembaga independen yang dinyatakan dengan sertifikat. (2) Dalam hal lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk maka klasifikasi dan kualifikasi dilakukan oleh Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. CHAPTER IV PROCEDURES FOR THE CONDUCT OF MINING SERVICES BUSINESS Part One Classification and Qualification Article 12 (1) Mining services business actors must obtain classification and qualification as declared by certification from an independent institution. (2) Where an independent institution as intended by section (1) is not yet formed, classification and qualification shall be undertaken by the competent Minister, governors or regents/mayors. Pasal 13 Article 13 (1) Klasifikasi Usaha Jasa Pertambangan terdiri atas: (1) The classification of Mining Services Business shall include: a. konsultan; a. consultant; b. perencana; b. planner; c. pelaksana; dan c. operator; and d. penguji peralatan, d. equipment tester, pada bidang jasa pertambangan sebagaimana of mining services as intended by Article 4. dimaksud dalam Pasal 4. (2) Klasifikasi usaha jasa pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dalam pelaksanaan kegiatannya disesuaikan dengan ketentuan dalam Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3). (2) The performance of activities within the classification of mining services business as intended by section (1) item (c) shall be subject to adjustment by Article 10 section (2) and section (3). Pasal 14 Article 14 (1) Kualifikasi usaha jasa pertambangan terdiri (1) The qualification of mining services business 12

13 atas: shall include: a. besar; dan a. large qualification; and b. kecil. b. small qualification. (2) Kualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan sebagai berikut: a. kualifikasi besar apabila memiliki kekayaan bersih di atas Rp ,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan b. kualifikasi kecil apabila memiliki kekayaan bersih paling besar sampai dengan Rp ,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. (2) The qualification as intended by section (1) shall be determined as follows: a. large qualification, if a mining services business has net assets of more than Rp5,000,000, (five billion rupiah), not including land and buildings of the place of business; and b. small qualification, if a mining services business has net assets of not exceeding Rp5,000,000, (five billion rupiah), not including land and buildings of the place of business; and Bagian Kedua Perizinan Pasal 15 (1) Pelaku usaha jasa pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dapat melakukan kegiatannya setelah mendapatkan IUJP dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (2) IUJP diberikan oleh Menteri kepada pelaku usaha jasa pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b dan huruf c, dan ayat (4) untuk melakukan kegiatan usaha jasa pertambangan di seluruh wilayah Indonesia. (3) IUJP diberikan oleh gubernur kepada pelaku usaha jasa pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dan huruf c, dan ayat (3) untuk melakukan kegiatan usaha jasa pertambangan dalam wilayah provinsi yang bersangkutan. (4) IUJP diberikan oleh bupati/walikota kepada pelaku usaha jasa pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dan huruf c, dan ayat (3) untuk melakukan kegiatan usaha jasa pertambangan dalam wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan. Part Two Licensing Article 15 (1) Mining services business actors as intended by Article 3 may perform their activities upon obtaining a Mining Services License from the competent Minister, governors, or regents/mayors. (2) A Mining Services License shall be issued by the Minister to a mining services business actor as intended by Article 3 section (2) item (b) and item (c), and section (4) to perform mining services business activities throughout the territory of Indonesia. (3) A Mining Services License shall be issued by the governors to a mining services business actor as intended by Article 3 section (2) item (a) and item (c), and section (3) to perform mining services business activities within the territory of the relevant province. (4) A Mining Services License shall be issued by the regent/mayor to a mining services business actor as intended by Article 3 section (2) item (a) and item (c), and section (3) to perform mining services business activities within the territory of the relevant district/city. Pasal 16 Article 16 (1) Pelaku Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b dapat melakukan kegiatannya setelah (1) Noncore Mining Services Business actors as intended by Article 4 section (1) item (b) may perform their activities upon obtaining a 13

14 mendapatkan SKT dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (2) SKT diberikan oleh Menteri kepada pelaku Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk melakukan kegiatan Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti di seluruh wilayah Indonesia. (3) SKT diberikan oleh gubernur kepada pelaku Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk melakukan kegiatan Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti dalam wilayah provinsi yang bersangkutan. (4) SKT diberikan oleh bupati/walikota kepada pelaku Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk melakukan kegiatan Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti dalam wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan. Certificate of Registration from the competent Minister, governors, or regents/mayors. (2) A Certificate of Registration shall be issued by the Minister to Noncore Mining Services Business Actors as intended by section (1) to perform Noncore Mining Services Business activities throughout the territory of Indonesia. (3) A Certificate of Registration shall be issued by the governors to Noncore Mining Services Business Actors as intended by section (1) to perform Noncore Mining Services Business activities within the territory of the relevant province. (4) A Certificate of Registration shall be issued by the regents/mayors to Noncore Mining Services Business Actors as intended by section (1) to perform Noncore Mining Services Business activities within the territory of the relevant district/city. Pasal 17 Article 17 (1) IUJP atau SKT diberikan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan atas permohonan yang bersangkutan dapat diperpanjang. (2) Permohonan perpanjangan IUJP atau SKT harus diajukan dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan sebelum IUJP atau SKT berakhir. (3) IUJP atau SKT yang telah diberikan kepada pelaku usaha jasa pertambangan dilarang dipindahtangankan kepada pihak lain. (4) IUJP atau SKT diberikan berdasarkan permohonan: 14 (1) A Mining Services License or Certificate of Registration shall be issued for a period of not exceeding 3 (three) years and upon application by the holder may be extended. (2) An application for extension of a Mining Services License or Certificate of Registration shall be submitted at the latest 1 (one) month prior to expiration of the Mining Services License or Certificate of Registration. (3) A Mining Services License or Certificate of Registration that has been issued to a mining services business actor shall not be assigned to another party. (4) A Mining Services License or Certificate of Registration shall be issued upon application for: a. baru; a. a new application; b. perpanjangan; atau b. extension; or c. perubahan. c. revision. (5) Permohonan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c diajukan apabila terjadi perubahan: (5) An application for revision as intended by section (4) item (c) shall be submitted if there are any revisions with respect to: a. klasifikasi; dan/atau a. classification; and/or b. Kualifikasi. b. qualification.

15 Pasal 18 Article 18 Permohonan IUJP sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (4) diajukan secara tertulis kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan format dan persyaratan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II A, Lampiran II B, Lampiran II C, dan Lampiran II D Peraturan Menteri ini. An application for a Mining Services License as intended by Article 17 section (4) shall be submitted in writing to the competent Minister, governors, or regents/mayors in the the formats and requirements stipulated in Attachment II A, Attachment II B, Attachment II C, and Attachment II D of this Regulation of the Minister. Pasal 19 Article 19 Permohonan SKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4) diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan format dan persyaratan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III A, Lampiran III B, Lampiran III C, dan Lampiran III D Peraturan Menteri ini. An application for a Certificate of Registration as intended by Article 17 section (4) shall be submitted in writing to the competent Minister, governors, or regents/mayors in the formats and requirements stipulated in Attachment III A, Attachment III B, Attachment III C, and Attachment III D of this Regulation of the Minister. Pasal 20 Article 20 (1) Dalam hal permohonan IUJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 atau permohonan SKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 telah lengkap dan benar, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan evaluasi sebelum memberikan persetujuan atau penolakan IUJP atau SKT. (2) Proses pemberian persetujuan atau penolakan IUJP atau SKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pasal 18 dan Pasal 19 ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak permohonan dan persyaratan diterima dengan lengkap dan benar. (1) Where an application for a Mining Services License as intended by Article 18 or an application for a Certificate of Registration as intended by Article 19 is already complete and correct, the competent Minister, governors, or regents/mayors shall make evaluations prior to granting approval or rejection of Mining Services Licenses or Certificates of Registration. (2) The granting of approval or rejection of Mining Services Licenses or Certificates of Registration as intended by section (1), Article 18 and Article 19 shall be processed in a period not exceeding 14 (fourteen) working days counted from when the application and documentation are received completely and correctly. Pasal 21 Article 21 (1) Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, ternyata diperlukan klarifikasi lebih lanjut, khusus untuk permohonan usaha jasa pertambangan dengan klasifikasi Pelaksana dan Penguji peralatan dapat dilakukan verifikasi. (1) Where upon the results of evaluation as intended by Article 20, it is found that further clarification is required, only applications for mining services business with the classification of Operator and equipment Tester will be verified. (2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Verification as intended by section (1) shall 15

16 (1) dilaksanakan oleh Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. be made by the competent Minister, governors or regents/mayors. Pasal 22 Article 22 IUJP atau SKT berakhir apabila: Mining Services Licenses or Certificates of Registration shall expire if: a. jangka waktu berlakunya telah berakhir dan tidak diajukan permohonan perpanjangan; b. diserahkan kembali oleh pemegang IUJP atau SKT dengan pernyataan tertulis sebelum Jangka waktu IUJP atau SKT berakhir; a. the validity period has expired and no application for extension thereof has been submitted; b. reverted by Mining Services License holders or Certificates of Registration holders with a written statement prior to expiration of the respective validity period of the Mining Services License or Certificates of Registration. c. dicabut oleh pemberi IUJP atau SKT. c. revoked by the issuer of the Mining Services Licenses or Certificates of Registration. Bagian Ketiga Kewajiban Pasal 23 Pemegang IUJP atau SKT dalam melaksanakan kegiatan usahanya wajib: Part Three Obligations Article 23 In the performance of their business activities, Mining Services License holders or Certificates of Registration holders must: a. menggunakan produk dalam negeri; a. use domestic products; b. menggunakan subkontraktor lokal; b. engage local subcontractors; c. menggunakan tenaga kerja lokal; c. employ local workers; d. melakukan kegiatan sesuai dengan jenis dan bidang usahanya; e. menyampaikan setiap dokumen kontrak jasa pertambangan dengan pemegang IUP atau IUPK; f. melakukan upaya pengelolaan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; g. mengoptimalkan pembelanjaan lokal baik barang maupun jasa pertambangan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha jasanya; h. melaksanakan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; i. membantu program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat meliputi peningkatan pendidikan dan pelatihan, d. perform activities within their types and field/lines of business; e. submit any documents of mining services contract with Mining Permit holders or Special Mining Permit holders. f. use efforts to manage the environment under provisions of laws and regulations. g. optimize local expenditures on either mining goods or services as required in the performance of their services business activities; h. implement the requirements of occupational safety and health under provisions of laws and regulations; i. assist the community development and empowerment program that includes enhancement of education and training, 16

17 kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi lokal; dan j. menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan kepada pemberi IUJP atau SKT. health, and local economic growth; and j. prepare and submit a report on activities to the issuer of Mining Services Licenses or Certificates of Registration. Pasal 24 Article 24 (1) Kewajiban penyusunan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf j berupa laporan pelaksanaan kegiatan: (1) Obligations of preparation of a report as intended by section Article 23 item (j) shall be a report on the implementation of activities: a. triwulan; dan a. on a quarterly basis; and b. tahunan. b. on an annual basis. (2) Laporan triwulan dan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: (2) A quarterly and annual report as intended by section (1) shall include: a. investasi; a. investments; b. nilai kontrak; b. contract value; c. realisasi kontrak; c. contract realization; d. pemberi kontrak; d. award of contract; e. tenaga kerja; e. labor; f. peralatan (masterlist); f. equipment (master-list); g. penerimaan negara; g. state s receipts; h. penerimaan daerah; h. region s receipts; i. pembelanjaan lokal, nasional dan/atau impor; dan j. pengembangan masyarakat (Community Development). (3) Bentuk dan tata cara laporan triwulan dan tahunan IUJP disusun berdasarkan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV A dan Lampiran IV B Peraturan Menteri ini. (4) Bentuk dan tata cara laporan triwulan dan tahunan SKT disusun berdasarkan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV C Peraturan Menteri ini. i. local, national and/or import expenditures; and j. community development. (3) The form and procedures for quarterly and annual reporting of Mining Services Licenses shall be made in the format as stipulated in Attachment IV A and Attachment IV B of this Regulation of the Minister. (4) The form and procedures for quarterly and annual reporting of Certificates of Registration shall be made in the format as stipulated in Attachment IV C of this Regulation of the Minister. Pasal 25 Article 25 (1) Pelaku Usaha Jasa Pertambangan atau Usaha Jasa Pertambangan Non-Inti wajib mempunyai penanggung jawab operasional di lapangan untuk menjamin aspek teknis pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan, lindungan lingkungan (1) Mining Services Business actors or Noncore Mining Services Business actors must assume operating responsibility on site to guarantee mining technical aspects, mining occupational safety and health, mining environmental conservation under provisions of laws and 17

18 pertambangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Penanggung jawab operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang. regulations. (2) An operating responsibility person as intended by section (1) shall be responsible to the Head of Mine Technical Affairs. Pasal 26 Article 26 (1) Pemegang IUJP atau SKT yang diterbitkan oleh Menteri wajib melaporkan IUJP atau SKTnya kepada gubernur atau bupati/walikota tempat kegiatan usahanya. (2) Pemegang IUJP atau SKI yang diterbitkan oleh gubernur wajib melaporkan IUJP atau SKTnya kepada bupati/walikota tempat kegiatan usahanya. (1) Minister-issued Mining Services License holders or Minister-issued Certificate of Registration holders must report their Mining Services Licenses or Certificates of Registration to the governors or the regents/mayors with jurisdiction over their place of business. (2) Governor-issued Mining Services License holders or governor-issued Certificate of Registration holders must report their Mining Services Licenses or Certificates of Registration to the regent/mayor with jurisdiction over their place of business. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 27 (1) Menteri melakukan pembinaan kepada gubernur dan bupati/walikota dalam menyelenggarakan usaha jasa pertambangan. (2) Menteri dapat melimpahkan kepada gubernur untuk melakukan pembinaan kepada bupati/walikota dalam menyelenggarakan usaha jasa pertambangan. (3) Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan kepada pemegang IUJP dan SKT. (4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan dengan cara: a. memberikan penyuluhan tentang ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang jasa pertambangan; b. memberikan informasi, pelatihan dan bimbingan tentang ketentuan teknis pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan serta lindungan lingkungan pertambangan; CHAPTER V DIRECTIONS AND SUPERVISION Part One Directions Article 27 (1) The Minister shall set directions for the governors and the regents/mayors in the conduct of mining services business. (2) The Minister may assign the governors to set directions for the regents/mayors in the conduct of mining services business. (3) The competent Minister, governors or regents/mayors shall set directions for Mining Services License holders or Certificate of Registration holders. (4) Directions as intended by section (3) shall be conducted through: a. provision of counseling concerning the provisions of laws and regulations in the field of mining services; b. provision of information, training and guidance concerning mining technical requirements, mining occupational safety and health as well as mining environmental conservation; 18