BAB I PENDAHULUAN. dimana aktivitas pemerintahan tidak hanya melibatkan negara (state) saja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dimana aktivitas pemerintahan tidak hanya melibatkan negara (state) saja"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paradigma klasik perencanaan pembangunan menganggap bahwa, kegiatan perencanaan pembangunan adalah merupakan suatu proses aktifitas rutin dari pemerintah di semua level. Namun seiring dengan paradigma Governance dimana aktivitas pemerintahan tidak hanya melibatkan negara (state) saja melainkan juga masyarakat (CSO) dan sektor swasta (private sector), maka dalam bidang perencanaan pembangunan juga mengalami pergeseran paradigma yaitu paradigma perencanaan partisipatif (participatory planning). Produk-produk rencana di berbagai daerah mendapat gugatan karena rencana itu dinilai tidak sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Tetapi ada juga produk-produk rencana yang dibuat dengan hanya memperhatikan aspirasi masyarakat secara murni sehingga terkesan meninggalkan kaidah-kaidah akademis. Keduanya bukan merupakan cerminan dari suatu proses perencanaan yang benar, dalam pengertian bahwa mungkin paradigma yang dianut perencana dalam proses perencanaan sudah tidak sesuai lagi dengan perubahan sosio-kultural yang terjadi di masyarakat. Seiring dengan berkembangnya iklim partisipatif dalam perencanaan, masyarakat mulai tersadarkan bahwa mereka adalah bagian terpenting dalam proses itu, dan oleh karenanya pelibatan dan partisipasi aktif mereka juga menjadi sesuatu yang esensial. Penguatan peran masyarakat, bukanlah sekedar memberikan kesempatan bagi peran serta masyarakat, akan 1

2 2 tetapi adalah bagaimana menempatkan masyarakat secara bertahap terlibat pada proses pengambilan keputusan dalam pembangunan. Sedangkan penguatan semangat good governance menuntut semua pelaku pembangunan untuk mengedepankan transparansi, akuntabilitas, meningkatkan profesionalisme, kepedulian terhadap rakyat, dan komitmen moral yang tinggi dalam segala proses pembangunan. Perencanaan tidak dapat efektif, kecuali bila dilakukan dengan pengenalan, pemahaman, dan pemanfaatan struktur kekuatan pemerintah dan non-pemerintah. Dari pernyataan tersebut, dapat kita tangkap bahwa sebenarnya hal yang utama dalam memadukan unsur-unsur pemerintah dan non-pemerintah (termasuk masyarakat) adalah proses pengenalan, pemahaman, dan pemanfaatan struktur diantara keduanya. Pembangunan komitmen diantara pemerintah dengan masyarakat, identifikasi pelaku (stakeholders), identifikasi kondisi partisipasi, dan identifikasi kapasitas pelaku menjadi prasyarat dasar sebelum perencanaan melangkah lebih jauh. 1 Untuk konteks Indonesia secara umum, pembangunan prasyarat-prasyarat itu menjadi sesuatu yang masih harus dipelajari, dikaji dan terus coba dibangun, karena pada kenyataannya tingkat ideal dari prasyarat-prasyarat itu masih tidak jelas. Artinya, paradigma partisipatif yang sedang dicoba untuk diterapkan itu menemui hambatan justru dalam hal kapan, untuk apa, dan bagaimana seharusnya masyarakat itu menyalurkan aspirasinya. 1 Branch, Melville. C, 1995, Perencanaan Kota Komprehensif : Pengantar dan Penjelasan. Terj B.H Wibisono, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

3 3 Penyebarluasan informasi-informasi dan wacana-wacana perencanaan untuk dapat diakses oleh masyarakat luas menjadi unsur penting dalam pembangunan iklim perencanaan yang partisipatif. Fenomena bahwa masyarakat lebih sering bersikap reaktif terhadap implementasi perencanaan yang cenderung kontroversial tidak menjadi hal yang aneh, mengingat informasi konsep rencana pembangunan sejak awalnya pun sangat minim diperoleh masyarakat. Kalaupun ada, usaha-usaha penyebaran informasi itu hanya dilakukan sesuai standar prosedur, tanpa memperhatikan apakah memang masyarakat sudah cukup memiliki kapasitas untuk mengkritisinya. 2 Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi segenap aspek kehidupan masyarakat. Sistem perencanaan pembangunan nasional, telah dijabarkan lebih lanjut ke dalam PP No 39 dan 40 tahun 2006 tentang tata cara penyusunan rencana pembangunan nasional serta pembiayaan dan pengendaliannya. Sistem perencanaan ini diharapkan dapat mengkoordinasikan seluruh upaya pembangunan yang dilaksanakan oleh berbagai pelaku pembangunan, sehingga menghasilkan sinergi yang optimal dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia. 3 Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah dituntut untuk aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat dan sensitif terhadap 2 Amien, Mappadjantji. A, 1997, Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah. Penerbit Universitas Hasanuddin : Makassar 3 Suzzeta, P Perencanaan Pembangunan Indonesia. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala BAPPENAS.

4 4 kebutuhan masyarakat, serta pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. 4 Dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah ditetapkan proses pelaksanaan desentralisasi, dimana Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan antar daerah tanpa mengurangi kewenangan yang diberikan. Oleh karena itu, pembangunan di daerah ditangani oleh BAPPEDA sebagai badan yang merencanakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengendalikan kegiatan penyelenggaraan perencanaan pembangunan daerah dan yang langsung berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, disamping itu juga membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang perencanaan. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 telah mengukuhkan legitimasi formal bagi institusi perencanaan di pusat (BAPPENAS) maupun di daerah (BAPPEDA), yang merupakan salah satu sarana penting untuk mewujudkan sistem perencanaan yang efektif dan bertanggung jawab. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 juga dapat dipandang sebagai instrumen bagi pelembagaan perencanaan parisipatif. Musrenbang Kecamatan semestinya dijadikan elevator permanen untuk memediasi perencanaan dari bawah ditingkat desa dengan perencanaan sektoral di tingkat Kabupaten, sehingga musrenbang Kabupaten/Kota setiap tahunnya lebih bersifat mereview/evaluasi implementasi dari perencanaan 4 Tampobulon, M Pendidikan Pola Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Sesuai Tuntutan Otoda. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan : Sumatera Utara.

5 5 tahun sebelumnya, dalam kerangka rencana jangka menengah dan membuat penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan. Musrenbang merupakan forum multipihak yang terbuka dan secara bersama mengidentifikasi dan menentukan prioritas kebijakan pembangunan masyarakat yang berfungsi sebagai proses negosiasi, rekonsiliasi dan harmonisasi perbedaan antara pemerintah dan para stakeholder (non-pemerintah), sekaligus mencapai konsensus bersama mengenai prioritas kegiatan pembangunan berikut penganggarannya. Dalam proses perencanaan pembangunan partisipatif, diperlukan strategi untuk mencapai konsensus bersama antara lain: perencanaan program harus berdasarkan fakta dan kenyataan di mkasyarakat, program harus memperhitungkan kemampuan masyarakat, partisipasi masyarakat dalam pelasanaan program, pelibatan sejauh mungkin organisasi-organisasi yang ada, dan memberi kemudahan pada masyarakat untuk evaluasi, serta program harus memperhitungkan KUWAT ( kondisi, uang, waktu, alat, dan tenaga) yang tersedia. 5 Pembangunan membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi ini penting karena akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat, sehingga kedua belah pihak mampu berperan secara optimal dan sinergis. 6 Seperti halnya dengan Pemerintah Desa Landungsari, harus mampu menangkap peluang yang ada secara maksimal sambil memperbaiki kelemahan yang teridentifikasi seperti kualitas SDM, sarana dan prasarana pembangunan yang masih belum 5 Cahyono, B. Y, 2006, Metode Pendekatan Sosial Dalam Perencanaan Partisipatif. Ippm.petra.ac.id/ppm/cop/download. 6 Suetomo, 2006, Strategi Strategi Pembangunan Masyarakat, Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

6 6 memadai karena masih baru berdiri. Dengan kontelasi seperti itu, pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan menjadi sangat penting dan diperlukan, untuk menyeimbangkan dan menyebarluaskan informasi tentang isu strategis bersama, ketersediaan sumberdaya, serta alternatif tindakan kolektif yang harus dibangun melalui kerjasama pembangunan. Kegiatan ini telah diterapkan di Desa Landungsari dan telah memiliki basis legal untuk dilaksanakan secara nasional sehingga memiliki nilai yang sangat strategis, karena jika berjalan dengan baik akan sangat signifikan meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan memperbaiki mata rantai proses perencanaan pembangunan nasional. Musrenbang merupakan forum bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam perumusan perencanaan pembangunan. Mekanisme musrenbang yang dimulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten, dan provinsi memungkinkan masyarakat untuk ikut terlibat. Penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena diantara orang-orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Menggalang peran serta semua pihak itu diperlukan terciptanya suasana yang bebas atau demokratis dan terbinanya kebersamaan. 7 Namun, kenyataan di lapangan khususnya di Desa Landungsari tidak menunjukkan hal tersebut. Kesempatan masyarakat untuk menyampaikan usulan, mengkritisi usulan, mengklarifikasi usulan sangat terbatas. Keterbatasan tersebut antara lain 7 Asngari, P. S, Peran Agen Pembaharuan / Penyuluh Dalam Usaha Pemjberdayaan SDM Pengelola Agribisnis. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian: Bogor.

7 7 disebabkan waktu pelaksanaan yang relatif singkat. Untuk musrenbang tingkat kelurahan yang merupakan ruang terbesar bagi masyarakat untuk terlibat dibandingkan dengan musrenbang di tingkat-tingkat selanjutnya, pelaksanaan musrenbang hanya ½ (setengah) hari sehingga hampir tidak mungkin masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya. Dinas/SKPD juga sudah mulai dominan dengan segala kelebihan sumber daya mampu memberikan argumentasi baik secara substansi maupun secara teknis atas program yang diusulkan. Sementara bagi masyarakat selain kurang memahami proses musrenbang juga kurang menguasai substansi dari programprogram yang diusulkan oleh dinas tersebut. Pemahaman partisipasi yang muncul dalam musrenbang adalah menempatkan masyarakat sebagai pihak yang harus mendukung kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten, dan provinsi. Dengan demikian, keterlibatan masyarakat dalam musrenbang ini masih pada tingkat penghargaan saja, dimana partisipasi masyarakat tersebut terhenti hanya sampai pada sebuah usulan, sementara keputusan tetap pada tangan pemegang kekuasaan (baik eksekutif maupun legislatif). Hal lain yang menyebabkan tidak pernah sinkronnya antara program dinas dan masyarakat adalah tidak adanya kriteria yang digunakan untuk menentukan prioritas program. Walaupun ada, kriteria yang digunakan oleh dinas dan masyarakat berbeda. Pada saat ini, proses penyusunan perencanaan di daerah tidaklah didasari kepada faktor kebutuhan, namun lebih didominasi dan dilatarbelakangi kepada faktor keinginan dan kepentingan perorangan maupun kelompok tertentu. Selain

8 8 itu juga kepentingan politis terkadang bermain dibalik penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sehingga kepentingan umum yang sangat prioritas dan mendesak menjadi dikesampingkan. Belum adanya pemahaman masyarakat dan aparatur pemerintahan, mengenai penyusunan perencanaan yang baik dan sesuai dengan kaidah-kaidah serta ketentuan yang berlaku. Hal ini diindikasikan dengan banyaknya keluhan, yang disampaikan berkaitan dengan masih sedikitnya produk perencanaan yang disusun melalui forum musrenbang di tingkat desa/kelurahan yang ditampung dalam anggaran pembangunan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka Desa Landungsari dituntut untuk melakukan terobosan-terobosan baru dalam membuka peluang bagi pengembangan daerah. Salah satunya melalui pemanfaatan dan pengelolaan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di Desa Landungsari. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang baik dari semua kalangan, baik dari Bappeda dan masyarakat Desa Landungsari agar tercipta perencanaan pembangunan yang selaras, serasi dan seimbang. 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan dasar dari sebuah penelitian. Perumusan masalah ini merupakan salah satu tahap dari sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Berdasarkan uraian permasalahan dalam latar belakang di atas, peneliti memberikan batasan permasalahan agar penelitian terarah secara sistematis dan memperoleh gambaran yang jelas. Dari berbagai permasalahan yang diuraikan dalam latar belakang

9 9 dispesifikan dalam rumusan masalah : Bagaimana Partisipasi Masayrakat dalam Kegiatan Musyawara Rencana Pembangunan Desa (Masrenbangdes) di Desa Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang? 1.3 Tujuan penelitian 1. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah. 2. Mengetahui bentuk dan level pelibatan masyarakat dalam perencanaan partisipatif pembangunan daerah di Desa Landungsari. 1.4 Manfaat penelitian Setelah mengetahui rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, tentunya peneliti mengharapkan manfaat dari hasil penelitian yang telah dilakukan baik secara akademis maupun praktis, diantaranya: Kegunaan Akademik Sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah, serta sekaligus sebagai sumbangan pemikiran di bidang perencanaan partisipatif pembangunan daerah bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Disamping itu, sebagai bahan masukan bagi mahasiswa jurusan ilmu pemerintahan khususnya dan Universitas Muhammadiyah Malang pada umumnya, yang tertarik pada permasalahan perencanaan partisipatif pembangunan daerah.

10 Kegunaan Praktis Secara praktis, dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi serta sebagai bahan rekomendasi bagi masyarakat umum, birokrat, instansi baik yang berada di dalam pemerintah dan di luar pemerintah, terlebih bagi Bappeda Desa Landungsari terutama tentang implementasi perencanaan partisipatif pembangunan daerah. 1.5 Definisi Konseptual Definisi konseptual adalah unsur atau bagian penting dalam penelitian dan merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti, untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena yang dialami. 8 Definisi konseptual ini dimaksudkan untuk memberikan penegasan, tentang makna arti dari kalimat yang ada dalam permasalahan yang disajikan. Sehingga dengan adanya penegasan arti tersebut, akan mempermudah dalam memahami maksud kalimat yang tercantum dalam penelitian. Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap. 9 Perencanaan merupakan suatu proses penyiapan seperangkat keputusan, untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang, yang diarahkan pada pencapaian sasaran tertentu. Unsur-unsur perencanaan menurut pengertian 8 Singaribuan, Masri 1982, Metode Penelitian Survey, Jakarta LP3ES Halaman 20 9 Mulyasa. E, 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Sebuah Panduan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

11 11 tersebut adalah: (1) berhubungan dengan masa depan; (2) menyusun seperangkat kegiatan secara sistematis; (3) dan dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. 10 Partisipatif adalah sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. 11 Pembangunan daerah adalah suatu proses multidimensi yang melibatkan perubahan-perubahan dalam struktur, sikap dan faktor kelembagaan, juga percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakadilan dan penghapusan absolute. 12 Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa Implementasi Perencanaan Partisipatif Pembangunan Daerah adalah suatu proses penerapan kebijkan yang berhubungan dengan masa depan, dengan menyusun seperangkat kegiatan secara sistematis dan dirancang untuk mencapai tujuan tertentu, dengan melibatkan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatankegiatan pembangunan guna mencapai perubahan yang lebih baik. 1.6 Definisi Oprasional Definisi Oprasional merupakan salah satu petunjuk yang sangat penting dalam penelitian, karena sangat membantu dalam komunikasi peneliti, bagaimana suatu variabel diobservasi dan diukur. Dengan begitu definisi operasional merupakan penetapan dari indikator-indikator yang akan dipelajari dan dianalisis, 10 Kunarjo, Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan. UI Press : Jakarta 11 Slamet, M Membentuk Pola Perilaku Manusia dalam Pembangunan. IPB Press, Bogor 12 Michael, P. Todoro & Stephan, C. Smith, 2003, Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Erlangga : Jakarta

12 12 sehingga nantinya dapat diperoleh gambaran yang jelas variable-variabel gejalanya. Oleh karena itu, berdasarkan judul penelitian Implementasi Perencanaan Partisipatif Pembangunan Daerah disusun ke dalam beberapa indikator-indikator. Adapun indikator-indikator operasioanal dalam penelitian ini meliputi: Partisipsi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah. Bentuk partisipasi masyarakat dalam Musrenbang. Level partisipasi masyarakat dalam mempengaruhi kebijakan. 1.7 Metode Penelitian Metode penelitian adalah serangkaian prosedur berupa cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. Sehingga dalam keberlanjutannya menjadi satu kesatuan yang utuh dan konsisten antara metode yang digunakan dengan teknik-teknik operasional dalam pengumpulan data, instrument penelitian, dan dalam hal analisis data. Oleh karena itu, perlu ditentukan langkah-langkah yang diambil melalui metode penelitian. Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka metode yang dipakai peneliti ini adalah metode penelitian kualitatif. Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 13 Adapun metode penelitian yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut: 13 Moeloeng, J, Lexy. 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdaya karya, Bandung

13 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara analisa, yang mengambarkan keadaan obyek berdasarkan data yang dikumpulkan dari lapangan penelitian dengan tidak menggunakan data statistic. 14 Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan alasan agar dapat menggali informasi yang mendalam mengenai objek yang diteliti. Metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti berdasarkan fakta-fakta yang ada, sehingga tujuan dari metode penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan tentang suatu masyarakat atau kelompok tertentu atau gambaran tentang gejala sosial Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan, untuk mendapatkan sumber informasi serta data-data yang diperlukan oleh peneliti guna menunjang penelitian yang dilakukan. Lokasi penelitian dalam hal ini dispesifikan pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Desa Landungsari. Hal tersebut dengan pertimbangan untuk mendapatkan data dan informasi yang valid dan akurat berkaitan dengan objek penelitian Subyek Penelitian Subyek penelitan adalah aktor pembantu peneliti untuk memperoleh data dalam suatu penelitian. Khusus dalam penelitian yang bersifat kualitatif ini, untuk menetukan subyek penelitian yang akan dijadikan sebagai sumber data, peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu peneliti memilih informan yang 14 Ibid hlm Soehartono, Irawan Metode Penelitian Sosial. Bandung, hlm 35

14 14 dianggap mengetahui dan memahami permasalahan yang akan diteliti secara mendalam dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang tepat. 16 Adapun alasan peneliti memilih subyek penelitian ini yaitu karena masing-masing memiliki jabatan, peran, fungsi yang berbeda. Sehingga subyek penelitian ini cukup untuk mewakili, dalam memberikan informasi serta data yang akurat tentang implementasi perencanaan partisipatif pembangunan daerah di Desa Landungsari. Oleh Karena itu, subyek yang dijadikan penelitian oleh peneliti adalah: a). Kepala Desa Landungsari. b). Ketua dan Sekertaris LPMD Desa Landungsari. c). Tokoh masyarakat sebanyak 3 orang (Ketua RT, Guru, Ustad). d). Masyarakat Desa Landungsari sebanyak 5 orang (Mahasiswa, Pembantu RT, Sopir, Pegawai Salon, Pedagang) Sumber Data a) Data Primer Data primer adalah salah satu sumber data yang diperoleh secara langsung dari narasumber yang dapat dipercaya dan memberikan informasi yang berkaitan dengan judul peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah seluruh unsur yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, seperti orang yang terlibat langsung di dalamnya yang dapat dipertanggungjawabkan kapabilitasnya sebagai narasumber untuk mendapatkan data yang akurat. 16 Hasan, M Tholchah, dkk. Metode Penelitian Kualitatif, Malang : Lembaga Penelitian Unisma, 2003.

15 15 Sumber data primer berupa data, kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai meliputi: Mengumpulkan informasi melalui wawancara dengan Kepala/Staf Bappeda Desa Landungsari mengenai partisipsi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah. Observasi tentang bentuk dan level partisipasi masyarakat dalam implementasi perencanaan partisipatif pembangunan daerah. b) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang digunakan dalam mendukung data primer. Data sekunder tersebut berupa buku-buku ilmiah, dokumen-dokumen resmi, koran-koran maupun dari internet atau televisi, perundang-undangan yang berhubungan dan berkaitan dengan penelitian ini, serta masyarakat umum yang juga menjadi bagian terpenting dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini dicari data-data tertulis beberapa dokumen yang diperoleh dari Bappeda Desa Landungsari, dan data berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini, serta buku-buku ilmiah untuk menjabarkan definisi konsep dalam penelitian ini Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan proses untuk menghimpun data yang diperhatikan serta dapat memberikan gambaran aspek yang akan diteliti. Pada dasarnya pengumpulan data empirik diawali dengan memahami setting. Dalam hal ini, peneliti masuk sebagai bagian dari subyak penelitian. Sehubungan

16 16 dengan penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data berupa pengamatan, wawancara (interview), dan teknik dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. 17 Teknik pengumpulan data yang dipilih tergantung pada faktor utama dan jenis data. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah: a) Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen. Dokumentasi sebagai data untuk kepentingan penelitian adalah dokumen resmi suatu lembaga pemasyarakatan tertentu yang digunakan sendiri. 18 Peneliti melakukan penelusuran dokumen-dokumen resmi dalam menjajaki sumber-sumber tertulis, dengan mencari data sekunder berupa dokumen catatan program-program strategi perencanaan partisipatif yang disusun oleh Bappeda Desa Landungsari selaku badan perencanaan pembangunan daerah. Data yang didapat dari hasil penelitian melalui dokumentasi ini adalah data pelengkap dari bahan penelitian yaitu dengan cara pencatatan atau pengutipan dari dokumen-dokumen, arsip-arsip, dan sumber lainnya, untuk melengkapi data primer yang diperoleh langsung dari responden. Adapun alasan peneliti menggunakan teknik ini, karena dokumen-dokumen resmi ini ada di Bappeda Desa Landungsari dan dokumen-dokumen ini merupakan sumber informasi yang akurat. 17 Gulo, 2002, Metode Penelitian. PT Gramedia Widiasarana : Jakarta 18 Moeloeng, Op.Cit, Hal.84

17 17 b) Wawancara Teknik pengumpulan data berikutnya yang digunakan adalah teknik wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai atau informan. 19 Dalam penelitian ini sengaja menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, di mana teknik wawancara ini lebih bebas dalam mengungkap pertanyaan kepada informan. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diwawancarai atau narasumber bisa diminta pendapat dan ide-idenya. 20 Dalam penelitian ini diperlukan informan yang dianggap memahami masalah yang diteliti. c) Observasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati obyek penelitian secara langsung meninjau lokasi-lokasi yang menjadi obyek penelitian, serta mencatat hal-hal yang ada hubungannya dengan bahan penelitian. Dalam penelitian ini mengunakan Observasi tidak berstruktur yaitu observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi, pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. 21 Dari metode observasi ini, data yang diperoleh adalah keadaan daerah, lingkungan kerja, dan pelaksanaan riil kebijakan yang ada di lapangan. Teknik observasi digunakan karena peneliti juga membutuhkan data-data yang lebih obyektif berdasarkan fakta di lapangan dan bersifat umum. Dalam hal ini, 19 Moeloeng, J, Lexy. 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdaya karya, Bandung 20 Sugiono,2005, Memahami penelitian kualitatif, Bandung, Alfabeta, hal Bungin, B Penelitian Kualitatif. Prenada Media Grup : Jakarta

18 18 peneliti mengamati secara langsung Desa Landungsari sebagai tempat penelitian, sehingga dari hasil pengamatan dapat diketahui bentuk dan level partisipasi masyarakat dalam Musrenbang Teknik Analisis Data Analisa Data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 22 Proses analisa data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, baik sumber primer maupun sumber sekunder. Pada dasarnya tujuan dari analisa data dalam suatu penelitian ialah untuk mengambarkan fakta hasil dari penelitian, sehingga menjadi data yang mempunyai makna serta mudah dipahami dan diinterpretasikan. Untuk menganalisa data yang didapat oleh peneliti, penelitian ini mengunakan metode analisis kualitatif dengan teknik deskriptif artinya peneliti berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan sedemikian rupa, secara sistematis faktual serta akurat data yang didapat di lapangan dengan analisa kualitatif. Dalam menganalisa data, peneliti melakukuan tiga tahap analisa data yaitu: a) Data yang telah terkumpul dari berbagai sumber melalui observasi, wawancara, studi dokumen dan sebaginya, dibaca dan ditelaah dengan 22 Moeloeng, J, Lexy. 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdaya karya, Bandung

19 19 seksama untuk dijadikan acuan berfikir serta mencari solusi yang tepat, dan penelitian lebih lanjut diharapkan menghasilkan data yang valid. b) Data yang telah terkumpul, direduksi sehingga tersusun secara sistematis dan akan lebih nampak pokok-pokok terpenting yang menjadi fokus penelitian, guna memberikan gambaran yang lebih tajam terhadap fenomena yang diteliti. c) Data yang direduksi, disusun dalam satuan-satuan yang berfungsi untuk menentukan atau mendefinisikan kategori dari satuan yang telah dikategorikan, dengan diberikan kode-kode tertentu untuk memudahkan pengendalian data dan penggunaannya setiap saat, sehingga pengendalian data dapat dijadikan pijakan untuk mempermudah penelitian Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk menguji keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti akan mengunakan teknik Trigulasi yaitu teknik trigulasi dengan sumber. Trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu sumber data yang lain di luar data itu, untuk keperluan pembanding atau pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian. Teknik trigulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dimana dalam metode pemeriksaan keabsahan data ini, dapat melalui perbandingan antara data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan data hasil wawancara dengan data dokumentasi, membandingkan data hasil penelitian dengan hasil penelitian lain, dan membandingkan data hasil penelitian dengan teori.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN DESA (MASRENBANGDES) DI DESA LANDUNGSARI KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG SKRIPSI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN DESA (MASRENBANGDES) DI DESA LANDUNGSARI KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN DESA (MASRENBANGDES) DI DESA LANDUNGSARI KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERENCANAAN PARTISIPATIF PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU (Studi di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batu) SKRIPSI

IMPLEMENTASI PERENCANAAN PARTISIPATIF PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU (Studi di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batu) SKRIPSI IMPLEMENTASI PERENCANAAN PARTISIPATIF PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU (Studi di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batu) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keleluasan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keleluasan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia merupakan Negara kesatuan yang menganut asas Desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasan kepada

Lebih terperinci

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR Oleh: WAHYU DYAH WIDOWATI L2D 003 378 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengedepankan sistem top down menuju pengelolaan bottom-up. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. yang mengedepankan sistem top down menuju pengelolaan bottom-up. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pergeseran paradigma pengelolaan anggaran daerah, dari pengelolaan yang mengedepankan sistem top down menuju pengelolaan bottom-up. Hal ini menggambarkan adanya keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Format baru penyelenggaraan pemerintahan telah digulirkan pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. Format baru penyelenggaraan pemerintahan telah digulirkan pada tanggal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Format baru penyelenggaraan pemerintahan telah digulirkan pada tanggal 30 September 1999, bahkan UU No.22 tahun 1999 telah direvisi dengan UU No.32 Tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data yang ada dalam ini adalah upaya guru PAI dalam pengembangan. data untuk memberi gambaran penyajian laporan.

BAB III METODE PENELITIAN. data yang ada dalam ini adalah upaya guru PAI dalam pengembangan. data untuk memberi gambaran penyajian laporan. 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan judul yang peneliti angkat, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, fenomenologis dan berbentuk diskriptif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah strategi umum yang digunakan dalam pengumpulan data dan analisis data yang digunakan untuk menjawab

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen Nasution (2004:28) pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. kegunaan dari peneliti itu sendiri. Sehingga penelitian itu bisa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. kegunaan dari peneliti itu sendiri. Sehingga penelitian itu bisa 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam melakukan sebuah penelitian banyak macam metode yang digunakan oleh peneliti, yang sesuai dengan masalah, tujuan dan kegunaan dari

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 1 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat dalam system pemerintahan Negara KesatuanRepublik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat dalam system pemerintahan Negara KesatuanRepublik BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, menjelaskan bahwa pemerintah Desa adalah pelaksanaan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam system

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk mengetahui penelitian yang berjudul analisis pengendalian internal untuk mendukung kelancaran proses produksi di UD Tri Manunggal Utama Jepara maka Jenis

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur dibutuhkan pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. makmur dibutuhkan pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya terarah dan terpadu serta berkesinambungan untuk meningkatkan pencapaian masyarakat adil dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih dalam era reformasi. Bangsa dan negara Indonesia menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Penelitian ini 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam bentuk kualitatif deskriptif dengan pendekatan case study (studi kasus). Studi kasus adalah penelitian tentang status

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip Lexy J.Moloeng, medefinisikan metodologi

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Secara etimologis, kualitatif berasal dari kata kualitas (quality). Penelitian

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DI KOTA PAYAKUMBUH TAHUN Karima Bararah Universitas Andalas (Unand), Padang

EVALUASI PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DI KOTA PAYAKUMBUH TAHUN Karima Bararah Universitas Andalas (Unand), Padang EVALUASI PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DI KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2012 Karima Bararah Universitas Andalas (Unand), Padang Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-187/Kep/Bangda/2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan seiring dengan disahkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 pada

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan seiring dengan disahkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman harus disesuaikan seiring dengan disahkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 pada tanggal 12 Januari

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian Metode adalah cara cepat untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakat yang dilaksanakan secara berencana dan. menyeluruh yang meliputi semua segi kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakat yang dilaksanakan secara berencana dan. menyeluruh yang meliputi semua segi kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya terarah dan terpadu serta berkesinambungan untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat dalam rangka menunjang

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD), RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO 1 PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN POSO TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI Paparan bab ini tidak menjelaskan tentang kegiatan pemantauan dan evaluasi sanitasi tetapi hanya memuat tentang strategi untuk melakukan pemantauan dan evaluasi dengan

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA SKPK

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA SKPK BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA SKPK Rencana Kerja Bappeda Kabupaten Aceh Selatan adalah penjabaran perencanaan tahunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara prosedur atau langkah yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengelola data serta menganalisis data dengan menggunakan teknik dan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode untuk penyusunan perencanaan partisipatif berbasis kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, yaitu suatu metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 11 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian dilakukan dalam usaha untuk memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurut Basrowi (2008:15), penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memaparkan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memaparkan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Prosedur Penelitian 1. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang tidak bisa dijelaskan dan dianalisa melalui data-data statistik sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. yang tidak bisa dijelaskan dan dianalisa melalui data-data statistik sehingga BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Salah satunya adalah terjadinya perubahan sistem pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berwenang menetapkan dokumen perencanaan. Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN 2004) yang kemudian

I. PENDAHULUAN. berwenang menetapkan dokumen perencanaan. Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN 2004) yang kemudian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pembangunan untuk Negara berkembang, termasuk Indonesia, masih mempunyai peranan yang sangat besar sebagai alat untuk mendorong dan mengendalikan proses pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting karena salah satu upaya yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi objek, sasaran suatu ilmu yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menerangkan cara-cara untuk mengadakan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. yang menerangkan cara-cara untuk mengadakan penelitian. 44 BAB III METODE PENELITIAN Dalam sebuah penelitian, metode merupakan suatu hal yang sangat penting karena dengan metode yang baik dan benar akan memungkinkan tercapainya suatu tujuan penelitian, disamping

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih penelitian ini karena penelitian kualitatif bersifat menyeluruh (holistic), dinamis dan tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti lakukan yaitu jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011 DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena-fenomena atau masalah-masalah berlandaskan

III. METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena-fenomena atau masalah-masalah berlandaskan III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, karena mengungkapkan fenomena-fenomena atau masalah-masalah berlandaskan atas logika keilmuan.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif ditujukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif ditujukan untuk 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan. Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan. Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu: BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi objek, sasaran suatu ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai

Lebih terperinci

Zakat (Studi Pada BAZNAS Kabupaten Kolaka Utara) maka peneliti akan. menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Zakat (Studi Pada BAZNAS Kabupaten Kolaka Utara) maka peneliti akan. menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. 82 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Berdasarkan judul penelitian ini yaitu Manajemen dan Pendayagunaan Zakat (Studi Pada BAZNAS Kabupaten Kolaka Utara) maka peneliti akan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Baik buruknya hasil suatu penelitian ( research) sebagian tergantung kepada metode pengumpulan data yang

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek kehidupan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam proses pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa, tetapi desa memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini termasuk dalam kategori jenis penelitian Field Research

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini termasuk dalam kategori jenis penelitian Field Research BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penentuan jenis penelitian merupakan hal yang paling dasar yang harus dilakukan sebelum melakukan sebuah penelitian, karena apabila dari pemilihan jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi langkah-langkah yang sistematis, sedangkan metodologi itu

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi langkah-langkah yang sistematis, sedangkan metodologi itu 52 BAB III METODE PENELITIAN Metode atau disebut juga dengan prosedur, cara untuk mengetahui suatu yang mempengaruhi langkah-langkah yang sistematis, sedangkan metodologi itu sendiri yaitu suatu pengkajian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah empiris dan mengunakan pendekatan kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah empiris dan mengunakan pendekatan kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah empiris dan mengunakan pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), yaitu metode yang mempelajari fenomena dalam lingkungannya yang

Lebih terperinci

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Draft 12 Desember 2004 A. PERMASALAHAN Belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah yang disebabkan oleh perbedaan persepsi para

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Bappeda Kotabaru

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Bappeda Kotabaru BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Bappeda Kotabaru Kondisi saat ini peningkatan kualitas penyelenggaraan perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan. Di sini subjek dipandang secara holistik (menyeluruh) dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan. Di sini subjek dipandang secara holistik (menyeluruh) dengan cara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena, tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan pendekatan penelitian Pada hakekatnya, penelitian dilakukan untuk mendapatkan penemuan baru atau mencari suatu kebenaran. Dalam penelitian, kita mengenal dua bentu

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Secara umum, metode an diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1 Metode yang digunakan dalam an ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa untuk menjamin pembangunan dilaksanakan secara sistematis, terarah,

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS Mesin Pemotong Rumput RENCANA KERJA 2015 iii KATA PENGANTAR Perubahan paradigma sistim perencanaan berimplikasi pada proses perencanaan yang cukup panjang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini adalah penelitian pendidikan, maka metode penelitian pendidikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, digunakan jenis penelitian lapangan (field research). Field research adalah jenis penelitian dengan melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. daerah ini masih banyak terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan

BAB III METODE PENELITIAN. daerah ini masih banyak terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sikumpul, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Peneliti memilih lokasi ini, karena di daerah ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan sebagaimana peneliti menjawab pertanyaan dalam permasalahan penelitian seperti diuraikan pada bab pertama, yakni bahwa penelitian

Lebih terperinci

Bab VII : Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Kota Bogor

Bab VII : Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Kota Bogor Bab VII : Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Kota Bogor 7.1. Gambaran Umum Struktur Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Tujuan utama strategi monitoring dan evaluasi (monev) ini adalah menetapkan kerangka kerja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dimana metode ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang faktafakta

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR TAHUN.

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR TAHUN. PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR TAHUN. TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Menentukan pendekatan penelitian yang dilakukan harus disesuaikan dengan jenis fenomena atau fakta yang terjadi di lapangan. Ada perbedaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memajukan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD Pada bagian identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi Bappeda Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN adanya. 2 Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Di tinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci