Sosiologi Kesehatan. Husni Abdul Gani Dewi Rokhmah. Anggota IKAPI No. 127/JTI/2011 Anggota APPTI No. 036/KTA/APPTI/X/2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sosiologi Kesehatan. Husni Abdul Gani Dewi Rokhmah. Anggota IKAPI No. 127/JTI/2011 Anggota APPTI No. 036/KTA/APPTI/X/2012"

Transkripsi

1 Husni Abdul Gani Dewi Rokhmah Sosiologi Kesehatan Anggota IKAPI No. 127/JTI/2011 Anggota APPTI No. 036/KTA/APPTI/X/2012 UNIVE R TY R BE SI Jember University Press Jl. Kalimantan 37 Jember Telp , psw. 319, upt-penerbitan@unej.ac.id JEM ISBN ISBN: Membangun Generasi Menuju Insan Berprestasi

2 Buku Ajar SOSIOLOGI KESEHATAN Oleh: Drs. Husni Abdul Gani, M.S. Dewi Rokhmah, S.K.M., M.Kes.

3 SOSIOLOGI KESEHATAN Diterbitkan oleh UPT Penerbitan UNEJ Jl. Kalimantan 37 Jember Telp , Voip. 0319, Fax Hak 2014 Cover/Layout: Noerkoentjoro W.D. Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan 614 H s Husni Abdul Gani, dkk Sosiologi Kesehatan/oleh Husni Abdul Gani, dkk.--jember: Jember University Press, 2014 xii, 156 hlm. ; 23 cm. ISBN: KESEHATAN MASYARAKAT I. Judul Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak tanpa ijin tertulis dari penerbit, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, photoprint, maupun microfilm.

4 KATA PENGANTAR Mata Kuliah Sosiologi Kesehatan merupakan mata kuliah dasar yang menjadi prasyarat dalam peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) Fakultas Kesehatan Masyarakat, dimana didalamnya terdapat teori dasar sosiologi dan pengembangan aplikasinya dalam bidang kesehatan masyarakat. Mata kuliah ini akan menjadi rujukan dasar dalam pengembangan perkuliahan di bagian PKIP serta menjadi rujukan awal dalam mengembangkan penelitian dalam bidang promosi kesehatan dan ilmu perilaku terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, hadirnya sebuah buku ajar untuk mata kuliah Sosiologi Kesehatan sangat diperlukan. Buku ajar Sosiologi Kesehatan ini adalah buku ajar yang cukup istimewa karena merupakan buku ajar pertama yang memadukan dua keilmuan dasar yaitu sosiologi dan kesehatan masyarakat, dimana penulis berharap dapat membantu mahasiswa dan praktisi kesehatan masyarakat dalam memahami paradigma sehat dalam kacamata ilmu sosial, serta konsep sosiologi dalam konteks kesehatan masyarakat. Semoga buku ajar Sosiologi Kesehatan ini dapat memperkaya khasanah referensi dalam bidang kesehatan masayarakat bagi mahasiswa dan seluruh pembaca. Segala bentuk saran dan kritik sangat kami harapkan dalam perbaikan buku ini ke depan. Terima Kasih dan Kami ucapkan selamat membaca dan menikmati buku ini. Jember, Februari 2015 Ketua Bagian PKIP FKM Universitas Jember iii

5 PRAKATA Bismillahirahmanirahim Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-nya sehingga Buku Ajar Sosiologi Kesehatan ini dapat diterbitkan. Buku ini disusun oleh penulis atas pertimbangan minimnya buku pegangan mata kuliah Sosiologi Kesehatan terutama bagi mahasiswa kesehatan khususnya pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat. Buku ini terdiri dari beberapa bab yang membahas teori sosiologi dan penerapannya pada bidang kesehatan masyarakat (Kependudukan dan Kesehatan, Kemiskinan dan Kesehatan, Keseimbangan Lingkungan dan Kesehatan, Bencana dan Kesehatan serta Gender dan Kesehatan). Buku Sosiologi Kesehatan ini sangat sesuai digunakan oleh mahasiswa kesehatan dari berbagai jurusan (Kesehatan masyarakat, Kedokteran, Keperawatan, Kebidanan, Farmasi) maupun para praktisi yang sudah bekerja di Institusi pemerintah (pegawai Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit, BKKBN) maupun bagi masyarakat yang consernt di bidang public health. Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kemampuan seluruh pembaca dalam memahami konsep sosialogi dalam konteks kesehatan masyarakat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan buku ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membanguan sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Wassalamualaikum Wr. Wb. Jember, Februari 2015 Penulis iv

6 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... iii Prakata... iv Daftar Isi... v Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi BAB 1 PENGERTIAN DAN METODE-METODE SOSIOLOGI Definisi Sosiologi dan Sifat Hakikatnya Definisi Sosiologi Hakikat Sosiologi Obyek Sosiologi Metode-Metode Dalam Sosiologi... 5 Bahan Diskusi... 7 Rangkuman... 7 Soal Latihan... 8 Tindak Lanjut... 8 Daftar Bacaan... 8 BAB 2 INTERAKSI SOSIAL Pengertian Interaksi Sosial Jenis Tindakan Sosial Pengambilan Peranan Dalam Interaksi Sosial Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Bentuk Interaksi Sosial Proses-proses yang Asosiatif Proses-proses yang Disosiatif Bahan Diskusi Rangkuman Soal Latihan Tindak Lanjut Daftar Bacaan BAB 3 STRATIFIKASI SOSIAL Definisi Stratifikasi Sosial Terjadinya Lapisan Masyarakat Sifat Sistem Lapisan Masyarakat Kelas-Kelas dalam Masyarakat (Sosial Clases) v

7 3.5 Perspektif Tentang Stratifikasi Sosial Dasar Stratifikasi Sosial Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial Mobilitas Sosial (Sosial Mobility) Bahan Diskusi Rangkuman Soal Latihan Tindak Lanjut Daftar Bacaan BAB 4 KELOMPOK DAN KELEMBAGAAN SOSIAL Kelompok-Kelompok Sosial Tipe-Tipe Kelompok Sosial Kelompok-Kelompok Sosial yang Tidak Teratur Lembaga Kemasyarakatan (Lembaga Sosial) Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan Ciri-Ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan Tipe-Tipe Lembaga Kemasyarakatan Cara-Cara Mempelajari Lembaga Kemasyarakatan Confirmity dan Deviation Bahan Diskusi Rangkuman Soal Latihan Tindak Lanjut Daftar Bacaan BAB 5 PENGENDALIAN SOSIAL ATAU KONTROL SOSIAL Pentingnya Kontrol Sosial Sarana Kontrol Sosial yang Utama Efektif Tidaknya Kontrol Sosial Bentuk Kontrol Sosial Bahan Diskusi Rangkuman Soal Latihan Tindak Lanjut Daftar Bacaan vi

8 BAB 6 PERUBAHAN SOSIAL Definisi Perubahan Sosial Teori Perubahan Sosial Teori Evolusi Sosial Teori Neo-Evolusi Personian Perspektif Tentang Perubahan Sosial Arah Perubahan Sosial Modernisasi Pengertian Modernisasi Disorganisasi, Transformasi dan Proses Dalam Modernisasi Beberapa Syarat Modernisasi Bahan Diskusi Rangkuman Soal Latihan Tindak Lanjut Daftar Bacaan BAB 7 MASALAH SOSIAL Definisi Masalah Sosial Klasifikasi Masalah Sosial dan Sebab-sebabnya Ukuran-Ukuran Sosiologis Terhadap Masalah Sosial Beberapa Masalah Sosial Penting Kemiskinan Masalah Generasi Muda Dalam Masyarakat Modern Pemecahan Masalah Sosial Perencanaan Sosial Bahan Diskusi Rangkuman Soal Latihan Tindak Lanjut Daftar Bacaan BAB 8 KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN Masalah Kependudukan yang Berhubungan Dengan Kesehatan Pernikahan di Usia Dini Tingkat Pendidikan Rendah Tingkat Kesehatan Penduduk Masih Rendah Kemiskinan vii

9 8.6 Kriminalitas Dampak Migrasi Bahan Diskusi Rangkuman Soal Latihan Tindak Lanjut Daftar Bacaan BAB 9 KEMISKINAN DAN KESEHATAN Kemiskinan Ukuran-Ukuran Kemiskinan Kriteria Masyarakat Miskin Garis Kemiskinan (GK) Strategi Pengembangan Masyarakat (Community Development) Kekeliruan Paradigmatik Penanggulangan Kemiskinan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kemiskinan dan MDGs Bahan Diskusi Rangkuman Soal Latihan Tindak Lanjut Daftar Bacaan BAB 10 KESEIMBANGAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN Keseimbangan Lingkungan Kesehatan Hubungan Keseimbangan Lingkungan Dengan Kesehatan Contoh Lain Masalah Lingkungan Terhadap Kesehatan Bahan Diskusi Rangkuman Soal Latihan Tindak Lanjut Daftar Bacaan viii

10 BAB 11 BENCANA DAN KESEHATAN Pengertian Bencana Jenis Bencana Dampak Bencana Penanggulangan Bencana Peran Kesehatan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana Bahan Diskusi Rangkuman Soal Latihan Tindak Lanjut Daftar Bacaan BAB 12 GENDER DAN KESEHATAN Gender Perspektif Gender Gender Dalam Kesehatan Gender dan Penyakit HIV dan AIDS Gender dan Penyakit TBC Bahan Diskusi Rangkuman Soal Latihan Tindak Lanjut Daftar Bacaan INDEKS ix

11 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 10.1 Faktor-faktor Pengaruh Derajat Kesehatan Menurut Hendrik L.Blum Gambar 10.2 Pengungkit Seimbang atau Keadaan Gambar 12.1 Perbedaan Gender Total Pasien TB Berdasarkan Kategori Umur di RS Paru Jember Tahun Gambar 12.2 Perbedaan Gender dalam Diagnosis Pasien TB di RS Paru Jember Tahun Gambar 12.3 Perbedaan Gender dalam Hasil Pengobatan Pasien TB Lama atau Pengobatan Ulang di RS Paru Jember Tahun x

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Sistematika Kelompok-Kelompok Terpenting dalam Struktur Sosial Tabel 4.2 Sistematika Kelompok-Kelompok Berdasarkan Faktor-Faktornya xi

13 xii

14 BAB I. PENGERTIAN DAN METODE-METODE SOSIOLOGI Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan metode-metode sosiologi. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang definisi sosiologi dan sifat hakikatnya, metode-metode dalam sosiologi, dan obyek sosiologi. Uraian: Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama. Sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban, masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perhatian. Beberapa pertanyaan tentang sosiologi: apakah sosiologi benar-benar merupakan suatu ilmu pengetahuan? Mengapa dianggap demikian? Dan lain sebagainya. Untuk menjawab apakah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, maka terlebih dahulu mengetahui apakah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. Unsur-unsur (elements) yang merupakan bagian-bagian yang tergabung dalam suatu kesatuan adalah (Soekanto, 2012): a. Pengetahuan (knowledge); b. Tersusun secara sistematis; c. Menggunakan pemikiran; d. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (obyektif). Ilmu pengetahuan berkembang pada taraf yang tinggi, yaitu bila sampai pada (Soekanto, 2012):

15 2 S O S I O L O G I K E S E H A T A N a. Metode percobaan dan kesalahan; b. Mempelajari atau mempergunakan efek dari metode pertama terhadap situasi yang biasa dihadapi; c. Persepsi dan investigasi visual terhadap alternatif aksi potensial; d. Mempelajari dengan pengamatan, didasarkan pada pengamatan terhadap usaha dan hasil aksi pihak-pihak lain; e. Imitasi, pengamatan dan peniruan terhadap perilaku pihak-pihak lain; f. Instruksi verbal dan penerimaan informasi verbal dari pihak-pihak lain; g. Pemikiran dan konfrontasi simbolis dari perilaku potensial dengan model realitas yang diadopsi; h. Pengambilan keputusan secara kolektif atas dasar pengamatan terhadap kenyataan yang dilakukan oleh orang banyak dalam kondisikondisi yang sama. Menurut Soekanto (2012), sosiologi merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat. Banyak usaha-usaha, baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat non-ilmiah yang membentuk sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi unsur-unsur ilmu pengetahuan, yang ciri-ciri utamanya adalah: a. Sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif; b. Sosiologi bersifat teoritis yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubunganhubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori; c. Sosiologi bersifat kumulatif yang berarti bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori yang lama; d. Bersifat non-etis berarti bahwa yang dipersoalkan bukanlah burukbaiknya fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis. 1.1 Definisi Sosiologi dan Sifat Hakikatnya Definisi Sosiologi Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara

16 P e n g e r t i a n d a n M e t o d e - m e t o d e K e s e h a t a n 3 untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi (Horton dan Hunt, 1987:41). Sederhananya, sosiologi (sociology) adalah studi ilmiah mengenai perilaku sosial dan kelompok manusia. Sosiologi terfokus pada hubungan sosial; bagaimana hubungan tersebut mempengaruhi perilaku orangorang; serta bagaimana masyarakat (jumlah total dari keseluruhan hubungan tersebut) berkembang dan berubah (Schaefer, 2012). Subjek kajian sosiologi paling sulit dimengerti dan diramalkan karena perilaku manusia merupakan persilangan antara individualitas dan sosialitas. Sedangkan fokus bahasan sosiologi adalah interaksi manusia, yaitu pada pengaruh timbal balik di antara dua orang atau lebih dalam perasaan, sikap, dan tindakan. Sosiologi tidak begitu menitik beratkan pada apa yang terjadi di dalam diri maanusia melainkan pada apa yang berlangsung di antara manusia. Sangat sukar untuk merumuskan suatu definisi (batasan makna) yang dapat mengemukakan keseluruhan pengertian, sifat dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa kata dan kalimat. Penyelidikan berjalan terus dan ilmu pengetahuan berjalan terus ke arah pelbagai kemungkinan dan masih diperlukan pengertian yang pokok dan menyeluruh. Adapun beberapa definisi lain tentang sosiologi sebagai berikut (Soekanto, 2012): a. Pittirin Sorikin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari: 1. Hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka mcam gejalagejala sosial; 2. Hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejal sosial dengan gejala-gejala non-sosial; 3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. b. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. c. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial. d. J. A. A. Van Doorn dan C. J. Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil. e. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sedangkan struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsurunsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma

17 4 S O S I O L O G I K E S E H A T A N sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisanlapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan bersama Hakikat Sosiologi Apabila sosiologi ditelaah dari sudut sifat hakikatnya, meliputi (Soekanto, 2012): a. Sosiologi adalah suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian. Pembedaan tersebut menyangkut pembedaan isi, yang gunanya untuk membedakan ilmu-ilmu pengetahuan yang bersangkut-paut dengan gejala-gejala alam dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gejala-gejala kemasyarakatan. b. Sosiologi adalah suatu disiplin ilmu yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi. Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Artinya sosiologi tidak menetapkan ke arah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberikan petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut. c. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (applied scince). Tujuan dari sosiologi adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat dan bukan untuk mempergunakan pengetahuan tersebut terhadap masyarakat. d. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang kongkrit. Artinya bahwa yang diperhatikannya adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat tetapi bukan wujudnya yang kongkrit. e. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dan interaksi antar manusia dan juga perihal sifat hakikat, bentuk, isi dan struktur masyarakat manusia. f. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Ciri tersebut menyangkut soal metode yang dipergunakannya. g. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya sosiologi mempelajari gejala yang umum ada pada setiap interaksi antar manusia.

18 P e n g e r t i a n d a n M e t o d e - m e t o d e K e s e h a t a n Obyek Sosiologi Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Beberapa definisi masyarakat (society) sebagai berikut (Soekanto, 2012): a. Maclever dan Page yang mengatakan bahwa: masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawsan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. b. Ralph Linton; masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. c. Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang mengahailkan kebudayaan. 1.3 Metode-Metode dalam Sosiologi Cara-cara sosiologi mempelajari obyeknya yaitu masyarakat. Untuk kepentingan itu sosiologi mempunyai cara kerja atau metode (method) yang juga dipergunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif (Soekanto, 2012). a. Metode kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Metode kualitatif dibagi menjadi: 1. Metode historis Metode historis menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Seseorang sosiologi yang ingin menyelidiki akibat-akibat revolusi (secara umum) akan mempergunakan bahan-bahan sejarah untuk meneliti revolusi-revolusi penting yang terjadi dalam masa silam. 2. Metode komparatif Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacammacam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan tersebut bertujuan untuk mendaptkan petunjuk-petunjuk mengenai perilaku masyarakat pada masa silam dan masa sekarang. Dan juga mengenai masyarakat-masyarakat yang mempunyai tingkat

19 6 S O S I O L O G I K E S E H A T A N peradaban yang berbeda atau yang sama. Dalam metode komparatif dibagi lagi menjadi beberapa metode, antara lain: Metode studi kasus (case study) bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah-satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat. Metode ini dapat digunakan untuk menelah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat (community), lembagalembaga maupun individu-individu. Dasarnya adalah penelaahan suatu persoalan khusus yang merupakan gejal umum dari persoalan-persoalan lainnya dapat menghasilkan dalil-dalil umum. Alat-alat yang dipergunakan oleh metode ini sebagai berikut: a) Wawancara (interview). Wawancara seringkali dipakai apabila diperlukan data penting dari mesyarakat lain. Teknik ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) Tidak tersusun (2) Tersusun Langkah yang pertama pada teknik ini, penyelidik atau pewawancara menyerahkan pembicaraan kepada orang yang diajak wawancara, kemudian pewawancara yang memimpin pembicaraan. Dalam teknik tersebut pewawancara harus sadar bahwa apa yang dikemukakan kepada orang yang diajak wawancara, sedikit banyak terpengaruh. b) Pertanyaan-pertanyaan (questionnaires). Teknik ini terlebih dahulu dibuat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. c) Dari daftar pertanyaan-pertanyaan (schedules). Teknik ini dilakukan wawancara melalui daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. d) Participant observer technique. Pada teknik ini penyelidik ikut serta dalam kehidupan sehari-hari dari kelompok sosial yang sedang diselidikinya. Dalam hal ini penyelidik akan berusaha sedapat-dapatnya untuk tidak mempengaruh pola-pola kehidupan masyarakat yang sedang diselidikinya. 3. Metode historis-komparatif Metode yang menggabungan antara metode historis dan metode komparatif sekaligus. b. Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan mempergunakan skala-skala, indeks, tabel dan formula-formula yang semuanya mempergunakan ilmu pasti atau matematika. Akhir-akhir ini diperoleh teknik yang dinamakan sociometry yang berusaha meneliti masyarakat secara kuantitatif.

20 P e n g e r t i a n d a n M e t o d e - m e t o d e K e s e h a t a n 7 Di samping metode-metode di atas, metode-metode sosiologi berdasarkan jenisnya dibagi menjadi: a. Metode induktif adalah metode yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang lebih luas. b. Metode deduktif adalah metode yang mempergunakan proses yaitu mulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang khusus. Selain itu metode sosiologi dibagi menjadi: a. Metode empiris yang mengutamakan pada keadaan-keadaan yang nyata didapat dalam masyarakat. Dalam ilmu sosiologi modern diwujudkan dengan research atau penelitian, yaitu dengan cara mempelajari suatu masalah secara sistematis dan intensif untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak mengenai masalah tersebut. Research dapat dibagi menjadi: 1. Basic research adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dari ilmu pengetahuan; 2. Applied research ditujukan pada penggunaan ilmu pengetahuan secara praktis. b. Metode rasionalitas yang mengutamakan pemikiran dengan logika dan pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan. Metode ini banyak dipergunakan dahulu, sekarang masih ada fungsionalisme. Bahan Diskusi Bagaimana peran masyarakat dalam suatu ilmu sosiologi? Jelaskan? Rangkuman Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi (Horton dan Hunt, 1987:41). Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Cara-cara sosiologi mempelajari obyeknya yaitu masyarakat,

21 8 S O S I O L O G I K E S E H A T A N sosiologi mempunyai cara kerja atau metode (method) yang juga dipergunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode-metode sosiologi berdasarkan jenisnya dibagi menjadi metode induktif dan metode deduktif. Soal-Soal Latihan 1. Jelaskan sosiologi apabila ditelaah dari sudut sifat hakikatnya? 2. Sebutkan dan jelaskan dua jenis cara kerja atau metode sosiologi? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 1 (satu) dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 2 (dua). Daftar Bacaan Horton, PB & Hunt, CL 1984, Sosiologi Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga Schaefer, RT Sosiologi. Jakarta: Salemba Humanika Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Veeger, KJ Realitas Sosial. Jakarta: PT Gramedia

22 BAB 2. INTERAKSI SOSIAL Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan interaksi sosial. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang pengertian interaksi sosial, jenis tindakan sosial, pengambilan peranan dalam interaksi sosial, syarat terjadinya interaksi sosial, dan bentuk interaksi sosial. Uraian: 2.1 Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Gillin, 1954). Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Interaksi sosial antara kelompokkelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Faktor-faktor itu antara lain (Soekanto, 2012): a. Faktor imitasi Faktor imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidahkaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif. Imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.

23 10 S O S I O L O G I K E S E H A T A N b. Faktor sugesti Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima terkena oleh emosi, di mana menghambat daya berpikir secara rasional. Mungkin juga sugesti terjadi oleh sebab yang memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar dari kelompok yang bersangkutan atau masyarakat. c. Faktor identifikasi Faktor identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja oleh karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya. Proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan di mana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain, sehingga pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat melembaga dan bahkan menjiwainya. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam dari pada proses imitasi dan sugesti, walaupun ada kemungkinan bahwa pada mulanya proses identifikasi diawali oleh imitasi dan atau sugesti d. Proses simpati Proses simpati merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Proses simpati akan dapat berkembang di dalam suatu keadaan di mana faktor saling mengerti terjamin. Hal-hal tersebut di atas merupakan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun di dalam kenyataannya proses tadi memang sangat kompleks. Sehingga kadang-kadang sulit mengadakan pembedaan tegas antara faktor-faktor tersebut. 2.2 Jenis Tindakan Sosial Tidak selalu semua perilaku dapat dimengerti sebagai suatu manifestasi rasionalitas. Menurut Max Weber, metode yang bisa dipergunakan untuk memahami arti-arti subjektif tindakan sosial seseorang adalah dengan verstehen. Verstehen adalah kemampuan untuk berempati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka

24 I n t e r a k s i S o s i a l 11 berpikir orang lain yang perilakunya ingin dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya ingin dilihat menurut perspektif itu (Johnson, 1986:216). Max Weber mengklasifikasikan ada empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi sistem struktur sosial masyarakat. Keempat jenis tindakan sosial itu adalah: a. Rasionalitas instrumental. Di sini tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. b. Rasionalitas yang berorientasi nilai. Sifat rasionalitas tindakan sejenis ini adalah alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. c. Tindakan tradisional. Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenk moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. d. Tindakan afektif. Tipe tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perancanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional dan merupakan ekspresi emosional dari individu. 2.3 Pengambilan Peranan Dalam Interaksi Sosial Banyak ahli sosiologi sepakat bahwa interaksi sosial adalah syarat utama bagi terjadinya aktivitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial. Max Weber melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial (Johnson, 1986: ). Menurut George Herbert Mead, agar interaksi sosial bisa berjalan dengan tertib dan teratur dan agar anggota masyarakat bisa berfungsi secara normal, maka yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya. Tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku kita sendiri dari sudut pandang orang lain. Menurut Erving Goffman teknik-teknik yang dipakai seseorang untuk mengendalikan kesan-kesan di mata orang lain disebut seni pengaturan pesan. Menurut Goffman, masalah utama yang dihadapi setiap individu dalam berbagai hubungan sosialnya adalah bagaimana mengkontrol kesan-kesan yang diberikan kepada orang lain. Salah satu konsep Goffman yang terkenal adalah apa yang disebut model dramaturgi. Goffman membedakan dua macam pernyataan, yaitu:

25 12 S O S I O L O G I K E S E H A T A N a. Pernyataan yang diberikan (expression given), yaitu sarana-sarana tanda yang dengan sengaja dipergunakan untuk menyampaikan informasi tertentu kepada orang lain. b. Pernyataan lepas (expression given off), yaitu informasi yang disampaikan tanpa sengaja. Ketika berinteraksi dengan orang, berarti seseorang tampil di panggung depan (fronstage). Maka yang akan ditampilkan adalah pernyataan yang diberikan sesuai dengan identitas seperti apa yang diberikan si pembicara. Sedangkan, bila seseorang berada di panggung belakang (backstage), pernyataan dan perilaku apapun yang ditampilkan si pembicara tidaklah menjadi persoalan. Menurut George Herbert Mead seseorang atau kelompok yang telah mampu berempati dan manilai diri sendiri sesuai dengan pandangan orang lain disebut diri (the self). Diri dibentuk dan diubah melalui interaksi dengan orang lain, seseornag tidak dilahirkan dengan identitas dan karakteristik diri yang telah jadi. Melainkan dia akan dibentuk oleh lingkungannya melalui simbol-simbol dan sosialisasi. Mead menyebutkan kemampuan untuk menyesuaikan perilaku seseorang sebagai tanggapan terhadap situasi-situasi sosial tertentu sebagai pengambil peranan (roletaking). Menurut Sunarto (1985:108), setiap tindakan pengambilan peranan pada dasarnya harus memperhatikan dua faktor, yaitu: a. Faktor pertama: dugaan orang sebelumnya terhadap tanggapan yang akan diberikan oleh orang lain kepada mereka; b. Faktor kedua: pemikiran atau pandangan orang mengenai perilaku mereka sendiri dengan mengingat tafsiran mereka terhadap tanggapan orang lain. 2.4 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu (Soekanto, 2012): a. Adanya kontak sosial Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (artinya bersamasama) dan tango (artinya menyentuh). Secara harfiah adalah bersamasama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah. Oleh karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: 1. Antara orang perorangan. Proses yang terjadi melalui sosialisasi (sosialization), yaitu suatu proses di mana anggota masyarakat

26 I n t e r a k s i S o s i a l 13 yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota. 2. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. 3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Perlu dicatat bahwa terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial tersebut dapat bersifat positif atau negatif. Yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada sautu perentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sedangkan kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Suatu kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung, pada yang pertama dan pihak ke tiga bersikap pasif sedangkan yang terakhir pihak ke tiga sebagai perantara mempunyai peranan yang aktif dalam kontak tersebut. b. Adanya komunikasi Komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerakgerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Suatu kontak dapat terjadi tanpa komunikasi. Sehingga interaksi sosial tidak terjadi. Dengan demikian apabila dihubungkan dengan interaksi sosial, kontak tanpa komunikasi tidak mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antara orang perorang atau antara kelompok-kelompok manusia dan memang komunkasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masingmasing tidak ingin mengalah. 2.5 Bentuk Interaksi Sosial Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Gillin dan Gillin (1954), pernah mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu:

27 14 S O S I O L O G I K E S E H A T A N a. Proses yang asosiatif (processes of association) yang terbagi ke dalam tiga bentuk khusus lagi, yakni: 1. Akomodasi; 2. Asimilasi dan akulturasi. b. Proses yang disosiatif (processes of dissociation) yang mencakup: 1. Persaingan; 2. Persaingan yang meliputi kontravensi dan pertentangan atau pertikaian (conflict). Sistematika yang lain dikemukakan oleh Kimball Young, bahwa bentuk-bentuk proses sosial adalah: a. Oposisi (opposition) yang mencakup persaingan (competition) dan pertentangan atau pertikaian (conflict); b. Kerjasama (cooperation) yang menghasilkan akomodasi (accomodation); c. Diferensiasi (differentiation) yang merupakan suatu proses di mana orang perorangan di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berbeda dengan orang-orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan. Diferensiasi tersebut menghasilkan system lapisan-lapisan dalam masyarakat. Tamotsu Shibutani mengedepankan beberapa pola interaksi, yaitu: a. Akomodasi dalam situasi-situasi rutin; b. Ekspresi pertemuan dan anjuran; c. Interaksi strategis dalam pertentangan-perentangan; d. Pengembangan perilaku massa Proses-proses yang Asosiatif a. Kerja sama (cooperation) Kerja sama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya (in group) dan kelompok lain (out group). Fungsi kerja sama oleh Charles H. Cooley sebagai berikut: Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan adanya kepeentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna. Dalam teori-teori sosiologi ada beberapa bentuk kerja sama yang biasa diberi nama kerja sama dan dibedakan menjadi:

28 I n t e r a k s i S o s i a l Kerja sama spontan (spontaneous cooperation), merupakan kerja sama serta merta; 2. Kerja sama langsung (directed cooperation) merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa; 3. Kerja sama kontrak (contractual cooperation) merupakan kerja sama atas dasar tertentu; 4. Kerja sama tradisional (traditional cooperation) merupakan bentuk kerja sama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial. Dalam pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu: 1. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong-menolong; 2. Berganing yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih; 3. Kooptasi (cooptation) yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan; 4. Koalisi (coalition) yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebh yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama; 5. Joint venture yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. b. Akomodasi (acomodation) Istilah akomodasi menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada: 1. Suatu keadaan berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilainilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat; 2. Suatu proses berarti akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Menurut Gillin dan Gillin (Soekanto, 2012), akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu: 1. Untuk mengurangi pertentangan orang-perorangan atau kelompokkelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham; 2. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer;

29 16 S O S I O L O G I K E S E H A T A N 3. Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompokkelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktorfaktor sosial, psikologis dan kebudayaan; 4. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang telah terpisah. Akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu: 1. Coercion adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan, di mana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah dibandingkan dengan pihak lawan; 2. Compromise adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada; 3. Arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ke tiga yang dipilih oleh ke dua belah pihak; 4. Meditation hampir menyerupai arbitration, di mana diundanglah pihak ke tiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Pihak ke tiga tersebut tugas utamanya mengusahakan suatu penyelesaian secara damai; 5. Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginankeinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama; 6. Toleration merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya; 7. Stalemate merupakan suatu akomodasi, di mana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya; 8. Adjudication yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan. Gillin dan Gillin menguraikan hasil-hasil akomodasi sebagai berikut: 1. Akomodasi dan integrasi masyarakat telah berbuat banyak untuk menghindarkan masyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang akan melahirkan pertentangan baru; 2. Menekan oposisi; 3. Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda; 4. Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah;

30 I n t e r a k s i S o s i a l Perubahan-perubahan dalam kedudukan; 6. Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi. c. Asimilasi (asimilation) Asimilasi merupakan usaha-usaha mengurangi perbedaanperbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompokkelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan tujuan-tujuan bersama. Proses asimilasi timbul bila ada: 1. Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya; 2. Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama; 3. Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok menusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi antara lain: 1. Toleransi; 2. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi; 3. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya; 4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat; 5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan; 6. Perkawinan campuran (amalgamation); 7. Adanya musuh dari luar. Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi antara lain: 1. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat (biasanya golongan minoritas); 2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi; 3. Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi; 4. Perasaan bahwa sautu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya; 5. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi; 6. In group felling berarti adanya sautu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yan bersangkutan; 7. Apabila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa;

31 18 S O S I O L O G I K E S E H A T A N 8. Faktor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan pribadi Proses-proses yang Disosiatif Proses-proses disosiatif sering disebut sebagai appositional processes. Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Oposisi dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu: a. Persaingan (competition) Persaingan adalah sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Tipe-tipe tersebut menghasilkan beberapa bentuk persaingan, yaitu antara lain: 1. Persaingan ekonomi; 2. Persaingan kebudayaan; 3. Persaingan kedudukan dan peranan; 4. Persaingan ras;. Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi, yaitu antara lain: 1. Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif; 2. Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta niali-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing; 3. Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial; 4. Persaingan dapat juga berfungsi sebagai alat untuk menyaring para warga golongan karya (fungsional) yang akhirnya akan menghasilkan pembagian kerja yang efektif; Hasil suatu persaingan terkait erat dengan berbagai faktor, antara lain dengan: 1. Kepribadian seseorang; 2. Kemajuan; 3. Solidaritas kelompok; 4. Disorganisasi;

32 I n t e r a k s i S o s i a l 19 b. Kontravensi (contravention) Kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Dalam bentuknya yang murni, kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Bentuk kontravensi menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker ada lima, yaitu: 1. Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan dan mengacaukan rencana pihak lain; 2. Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat-surat lembaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan sebagainya; 3. Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain, dan sebagainya; 4. Yang rahasia seperti mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat dan sebagainya; 5. Yang taktis seperti mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain. Menurut Von Wiese dan Becker terdapat tiga tipe umum kontravensi, yaitu: 1. Kontravensi generasi-generasi yang terdapat dalam masyarakat; 2. Kontravensi seksual, terutama menyangkut hubungan suami dengan istri dan keluarga; 3. Kontravensi parlementer berkaitan dengan hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas dalam masyarakat, baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembagalembaga legeslatif, keagamaan, pendidikan dan sebagainya. Kecuali tipe-tipe umum tersebut, ada pula beberapa tipe kontravens. Tipe-tipe tersebut dimasukkan, karena umumnya tidak menggunakan ancaman atau kekerasan. Tipe-tipe tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Kontravensi antar masyarakat; 2. Antagonisme keagamaan; 3. Kontravensi intelektual; 4. Oposisi moral.

33 20 S O S I O L O G I K E S E H A T A N c. Pertentangan atau pertikaian (conflict) Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Sebab pertentangan antara lain adalah: 1. Perbedaan antara individu-ndividu; 2. Perbedaan kebudayaan; 3. Perbedaan kepentingan; 4. Perubahan sosial. Salah satu faktor yang dapat membatasi akibat negatif dari suatu pertentangan adalah sikap toleransi yang sudah institutionalized. Pertentangan dalam kelompok mungkin membantu menghidupkan kembali norma-norma sosial atau sebaliknya menimbulkan normanorma sosial yang baru. Masyarakat biasanya mempunyai sarana-sarana untuk menyalurkan benih-benih permusuhan, alat-alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-valve institutuions. Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu: 1. Pertentangan pribadi. Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulai berkenalan sudah saling tidak menyukai; 2. Pertentangan rasial. Dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan-perbedaan antara mereka yang seringkali menimbulkan pertentangan; 3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial. Pada umumnya disebabkan oleh perbedaan kepentingan; 4. Pertentangan politik. Biasanya pertentangan ini menyangkut baik antara golongan-golongan dalam suatu masyarakat maupun antara negara-negara berdaulat; 5. Pertentangan yang bersifat internasional. Ini disebabkan karena perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara. Akibat-akibat bentuk pertentangan adalah: 1. Tambahnya solidaritas in group; 2. Goyah dan retaknya persatuan kelompok; 3. Perubahan kepribadian para individu; 4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia; 5. Akomodasi, dominasi dan takluknya salah satu pihak. Bahan Diskusi Bagaimana interaksi sosial yang harus dilakukan seorang petugas kesehatan yang akan melakukan penyuluhan tentang imunisasi di sebuah

34 I n t e r a k s i S o s i a l 21 desa pedalaman dimana masyarakatnya tidak mau untuk melakukan imunisasi? Jelaskan? Rangkuman Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Menurut Erving Goffman teknik-teknik yang dipakai seseorang untuk mengendalikan kesan-kesan di mata orang lain disebut seni pengaturan pesan. Menurut Goffman, masalah utama yang dihadapi setiap individu dalam berbagai hubungan sosialnya adalah bagaimana mengkontrol kesan-kesan yang diberikan kepada orang lain. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Soal-Soal Latihan 1. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial? 2. Sebutkan bentuk-bentuk kerjasama dalam pelaksanaan kerjasama? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 2 (dua) dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 3 (tiga). Daftar Bacaan Sunarto, K Penyunting dan Alih bahasa, Pengantar Sosiologi: Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

35 22 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Gillin, John. Lewis dan John Philip Gillin Cultural Sociology. New York: The Macmillan Company. Johnson, DP Teori Sosiologi Klasik,. Jakarta: Gramedia.

36 BAB 3. STRATIFIKASI SOSIAL Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan stratifikasi sosial. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang definisi stratifikasi sosial, terjadinya lapisan masyarakat, sifat sistem lapisan masyarakat, kelas-kelas dalam masyarakat (sosial clases), perspektif tentang stratifikasi sosial, dasar stratifikasi sosial, unsur-unsur stratifikasi sosial, dan mobilitas sosial (sosial mobility). Uraian : 3.1 Definisi Stratifikasi Sosial Sosiolog melihat stratitifikasi dalam pelbagai tingkatan, mulai dari dampaknya terhadap individu sampai pola ketimpangan di seluruh dunia. Dalam sosiologi stratifikasi sosial sering disebut juga pelapisan sosial. Kata stratification berasal dari stratum (jamaknya: strata yang berarti lapisan). Menurut Pitirin Sorokin (dalam Soekanto, 2012), stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota. Bentuk konkret lapisan dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu: a. Kelas yang didasarkan pada faktor ekonomis; b. Kelas yang didasarkan pada faktor politis;

37 24 S O S I O L O G I K E S E H A T A N c. Kelas yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. 3.2 Terjadinya Lapisan Masyarakat Terjadinya stratifikasi sosial atau sistem pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1) Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya, (2) sistem pelapisan dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan terbentuknya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, jenis kelamin, sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat. Sistem pelapisan dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal. Menurut Soekanto (2012), sistem kedudukan dalam organisasi formal timbul karena perbedaan-perbedaan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan individual yang mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Perbedaan kemampuan individu, kemampuan khusus yang dimiliki seseorang dan diakui oleh masyarakat menyebabkan yang bersangkutan memiliki kedudukan tertentu; b. Perbedaan-perbedaan yang menyangkut kesukaran-kesukaran untuk melakukan bermacam-macam jenis pekerjaan; c. Perbedaan kepentingan masing-masing jenis pekerjaan; d. Keinginan pada kedudukan yang formal sebagai alat sosial atau alat organisasi; e. Kebutuhan akan perlindungan bagi seseorang. Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial tidaklah demikian. Sebagai pedoman untuk meneliti terjadinya stratifikasi sosial sebagai berikut: a. Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat. b. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai berikut: 1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti penghasilan, kekeyaan, keselamatan, wewenang dan sebagainya; 2. Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (presetise dan penghargaan);

38 S t r a t i f i k a s i S o s i a l Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan; 4. Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah-laku hidup, cara berpakaian, keanggotaan pada suatu organisasi; 5. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan; 6. Solidaritas di antara individu-invidu atau kelompok-kelompok yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat: a) Pola-pola interaksi-interaksi (struktur klik, keanggotaan organisasi, perkawinan dan sebagainya); b) Kesamaan atau ketidaksamaan sistem kepercayaan, sikap dan nilai-nilai; c) Kesadaran akan kedudukan masing-masing; d) Aktivitas sebagai organ kolektif. 3.3 Sifat Sistem Lapisan Masyarakat Sifat sistem lapisan di dalam suatu masyarakat dapat dibagi menjadi berikut (Soekanto, 2012): a. Bersifat tertutup (closed sosial stratification). Sistem pelapisan ini membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisanlapisan yang lain. Baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Suatu sistem tertutup sama sekali manakala setiap anggota masyarakat tetap berada dalam status yang sama dengan orang tuanya. Misalnya kasta atau gelar-gelar yang diwariskan menurut garis keturunan laki-laki yang sepihak (patrilineal). Menurut Yinger (1966:34), untuk melihat sejauh mana keterbukaan sebuah seseorang yang mempunyai status tertentu memperoleh status dalam lapisan yang lebih tinggi. b. Bersifat terbuka (open sosial stratification). Pada sistem ini, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan bagi mereka yang beruntung dan bagi mereka yang tidak beruntung maka jatuh kelapisan yang bawah. Pada umumnya sistem ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat dari pada sistem tertutup. 3.4 Kelas-Kelas dalam Masyarakat (Sosial Clases) Joseph Schumpeter mengatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata (Soekanto, 2012).

39 26 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class sistem, artinya semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Maka pengertian kelas tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan atau dasar lainnya. Pengertian kelas lainnya adalah kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur ekonomis. Sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan (status group). Max Weber mengadakan pembedaan yaitu (1) adanya kelas yang bersifat ekonomis dibagi menjadi sub kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Di samping itu, adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dinamakan stand (Soekanto, 2012). Apabila pengertian kelas ditinjau secara lebih mendalam, maka terdapat kriteria, yaitu: a. Besar jumlah anggota-anggotanya; b. Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajibankewajiban warganya; c. Kelanggengan; d. Tanda atau lambang yang merupakan ciri khas; e. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain); f. Antagonisme tertentu. Sehubungan dengan kriteria di atas, kelas memberikan fasilitasfasilitas hidup yang tertentu (life chances) bagi anggotanya. Kelas juga mempengaruhi gaya dan tingkah laku hidup masing-masing warganya (life style). Karena kelas-kelas yang ada dalam masyarakat mempunyai perbedaan dalam kesempatan-kesempatan. 3.5 Perspektif tentang Stratifikasi Sosial Perlu tidaknya stratifikasi ke dalam berbagai kelas sosial, tergantung dari mana sudut kita melihatnya dan pendekatan macam apa yang kita jadikan sebagai titik acuan. Para penganut pendekatan fungsional biasanya akan menjawab bahwa pelapisan sosial adalah sesuatu yang inheren dan diperlukan demi kelangsungan sistem. Sedangkan penganut pendekatan konflik akan menjawab bahwa timbulnya pelapisan sosial sesunguhnya hanyalah ulah kelompokkelompok elite masyarakat yang berkuasa untuk mempertahankan dominasinya. Penjelasan tentang pendekatan dalam sosiologi sebagai berikut:

40 S t r a t i f i k a s i S o s i a l 27 a. Pendekatan fungsional Pelopor pendekatan fungsionalis adalah Kingsley Davis dan Wilbert Moore. Menurut ke dua pakar ini stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup masyarakat yang membutuhkan berbagai macam jenis pekerjaan. Tanpa adanya stratifikasi sosial, masyarakat tidak akan terangsang untuk menekuni pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan proses belajar yang lama dan mahal. Menurut Sunarto ( ), sekurang-kurangnya ada hal yang harus dilakukan masyarakat agar stratifikasi sosial dapat berfungsi optimal: 1. Masyarakat harus menanamkan keinginan untuk mengisi posisiposisi tertentu pada individu-individu yang sesuai untuk itu; 2. Setelah orang-orang merasa pada posisi-posisi itu, masyarakat harus menanamkan keinginan untuk menjalankan peranan yang sesuai dengan posisi tersebut. Davis dan Moore lebih lanjut menyatakan agar kelangsungan hidup masyarakat bisa berfungsi normal, oleh sebab itu diperlukan imbalan yang lebih besar bagi orang-orang kelas sosial guna merangsang mereka agar mau menerima tanggung jawab dan mengikuti latihan pendidikan yang dibutuhkan bagi kedudukan penting. Di dalam semua masyarakat, posisi yang memperoleh imbalan tinggi pada umumnya terdiri dari posisi yang: 1. Secara fungsional bersifat sangat penting (permintaan); 2. Diduduki oleh orang yang paling berbakat atau paling memenuhi syarat (penawaran). Tidak selalu posisi yang penting akan memperoleh imbalan yang tinggi, karena disisi lain penentuan besar imbalan sebenarnya juga dipengaruhi oleh mudah tidaknya sebuah kedudukan atau posisi itu diisi oleh anggota masyarakat. b. Pendekatan konflik Pendekatan ini dipelopori oleh Karl Marx, pendekatan konflik berpandangan bahwa bukan kegunaan fungsional yang menciptakan stratifikasi sosial. Melainkan dominasi kekuasaan. Adanya pelapisan sosial bukan dipandang sebagai hasil konsensus, karena semua angota masyarakat menyetujui dan membutuhkan hal itu. Tetapi lebih dikarenakan anggota masyarakat terpaksa harus menerima adanya perbedaan itu sebab mereka tidak memiliki kemampuan untuk menentangnya. Bagi penganut pendekatan konflik, pemberian kesempatan yang tidak sama dan semua bentuk diskriminasi dinilai menghambat orang-

41 28 S O S I O L O G I K E S E H A T A N orang dari strata rendah untuk mengembangkan bakat dan potensi mereka semaksimal mungkin. 3.6 Dasar Stratifikasi Sosial Di antara lapisan atas dengan yang rendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atas, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi kedudukannya yang tinggi bersifat kumulatif. Kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan sebagai berikut (Soekanto, 2012): a. Ukuran kekayaan. Di mana yang mempunyaia kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan atas. Misalnya dapat dilihat pada bentuk rumah, mobil pribadinya dan sebagainya; b. Ukuran kekuasaan. Di mana yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar mempunyai lapisan atas; c. Ukuran kehormatan. Di mana orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran seperti ini banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa. d. Ukuran ilmu pengetahuan. Di mana dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadangkadang menyebabkan terjadinya akibat-kibat yang negatif. Karena bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar sarjananya. Hal tersebut mengacu segala macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal. Ukuran di atas tidaklah bersifat limitatif, karena masih ada ukuranukuran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi ukuran-ukuran di atas sangat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan dalam masyarakat tertentu. 3.7 Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial Dalam teori sosiologi, unsur-unsur sistem pelapisan sosial dalam masyarakat adalah (Soekanto, 2012): a. Kedudukan (status); b. Peran (role). Kedudukan dan peran di samping unsur pokok dalam sistem berlapis-lapis dalam masyarakat, juga mempunyai arti yang sangat penting bagi sistem sosial masyarakat. Status menunjukkan tempat atau posisi seseorang dalam masyarakat, sedangkan peranan menunjukkan

42 S t r a t i f i k a s i S o s i a l 29 aspek dinamis dari status yang merupakan suatu tingkah laku yang diharapkan dari seorang individu tertentu yang menduduki status tertentu. a. Kedudukan (status) Status sering kali dibedakan dengan kedudukan sosial (sosial status). Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompokkelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisnya, hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Kedudukan sering diartikan sebagai tempat seseorang dalam suatu pola atau kelompok sosial, maka seseorang dapat pula mempunyai beberapa kedudukan sekaligus. Hal ini disebabkan seseorang biasanya ikut dalam beberapa atau menjadi anggota dalam berbagai kelompok sosial. Untuk mengukur status seseorang menurut Pittirim Sorikin secara rinci dapat dilihat dari: 1. Jabatan atau pekerjaan; 2. Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan; 3. Kekayaan; 4. Politis; 5. Keturunan; 6. Agama. Status pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu: 1. Status bersifat obyektif yaitu dengan hak dan kewajiban yang terlepas dari individu; 2. Status bersifat subyektif yaitu status yang menunjukkan hasil dari penilaian orang lain, di mana sumber status yang berhubungan dengan penilaian orang lain tidak selamanya konsisten untuk seseorang. Dalam masyarakat sering kali kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu (Soekanto, 2012): 1. Aascribed status yaitu sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Kebanyakan status ini dijumpai pada masyarakat dengan pelapisan terutup. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa dalam masyarakat dengan sistem pelapisan sosial terbuka tidak ditemui adanya ascribed status. 2. Achived status yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja

43 30 S O S I O L O G I K E S E H A T A N tergantung dari kemampuan masing-masing orang dalam mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya. Di samping kedua kedudukan tersebut, sering kali dibedakan lagi satu macam kedudukan yaitu Assigned status. Yaitu kedudukan yang diberikan. Status ini sangat erat dengan acchived status, artinya suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang karena telah berjasa kepada masyarakat. Dalam masyarakat dapat memiliki beberapa kedudukan sekaligus, akan tetapi biasanya salah satu kedudukan menonjol itulah yang merupakan kedudukan yang utama. Akan tetapi dengan adanya berbagai kedudukan yang dimiliki oleh seseorang, tidak jarang terjadi pertentangan-pertentangan atau konflik antara kedudukan yang satu dengan kedudukan yang lain, dalam sosiologi dikenal dengan istilah status conflict. Konflik antara kedudukan-kedudukan yang dimiliki seseorang tersebut sering sulit dihindari karena kepentingan individu tidak selalu sesuai dengan kepentingan masyarakat. b. Peran (role) Peran merupakan aspek yang dinamis dari status atau kedudukan. Peran adalah seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peran. Peran sangat penting karena dapat mengatur perilaku seseorang, di samping itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu. Sehingga seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-orang kelompoknya. Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat (sosial status) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Sedangkan peran lebih banyak menunjukkan pada fungsi. Suatu peran paling sedikit mencakup 3 hal, yaitu: 1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat; 2. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat; 3. Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Dalam peran terdapat konflik peran (conflict of role) dan pemisahan antara individu dengan peran yang sesungguhnya harus dilaksanakan (role distance). Role distance terjadi apabila si individu merasakan dirinya tertekan, karena merasa dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan peran yang diberikan masyarakat padanya. Sehingga

44 S t r a t i f i k a s i S o s i a l 31 tidak dapat melaksanakan perannya dengan sempurna atau bahkan menyembunyikan diri. Peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran sendiri adalah sebagai berikut: 1. Memberi arah pada proses sosialisasi; 2. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan; 3. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat; 4. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat. Berdasarkan pelaksanaannya peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Peranan yang diharapkan (expected roles): yaitu cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan yang diharapkan dilaksanakan secermatcermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan. 2. Peranan yang disesuaikan (actual roles): yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu. Peranan yang disesuaikan mungkin tidak cocok dengan situasi setempat, tetapi kekurangannya yang muncul dapat dianggap wajar oleh masyarakat. Berdasarkan cara memperolehnya, peranan bisa dibedakan menjadi: 1. Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha. 2. Peranan pilihan (achives roles), yaitu peranan yang diperoleh atas dasar keputusannya sendiri. 3.8 Mobilitas Sosial (Sosial Mobility) a. Pengertian Umum dan Jenis-jenis Gerak Sosial Gerak sosial (sosial mobility) adalah suatu gerak dalam struktur sosial (sosial structure). Sedangkan struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial dan mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok serta hubungan antara individu dengan kelompoknya. Tipe-tipe gerak sosial prinsipnya ada dua macam, yaitu (Sorokin dalam Soekanto, 2012): 1. Gerak sosial horizontal merupakan peralihan individu atau obyekobyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial

45 32 S O S I O L O G I K E S E H A T A N lainnya yang sederajat. Dengan adanya gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu obyek sosial; 2. Gerak sosial vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau obyek sosial dari suatu kedudukan sosial ke dudukan lainnya yang tidak sederajat. Terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu: a) Gerak sosial vertikal yang naik ( sosial climbing), di mana mempunyai dua bentuk utama, yaitu: (1) Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan yang rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, kedudukan mana telah ada; (2) Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut. b) Gerak sosial vertikal yang menurun, di mana mempunyai dua bentuk utama, yaitu: (1) Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya; (2) Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintregasi kelompok sebagai kesatuan. b. Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial yang Vertikal Prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerak sosial vertikal adalah sebagai berikut: 1. Hampir tidak ada masyarakat yang sifat sitem lapisannya mutlak tertutup, di mana sama sekali tidak ada gerak sosial yang vertikal; 2. Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tidak mungkin gerak sosial yang vertikal dilakukan dengan sebebas-bebasnya, sedikit banyak akan ada hambatan-hambatan; 3. Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tidak ada, setiap masyarakat mempunyai ciri-ciri sendiri bagi gerak sosialnya yang vertikal; 4. Laju gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik serta pekerjaan yang berbeda; 5. Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang disebabkan faktor-faktor ekonomis, politik dan pekerjaan, tidak ada kecenderungan yang kontinyu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial.

46 S t r a t i f i k a s i S o s i a l 33 c. Saluran Gerak Vertikal Sosial Menurut Pittirin A Sorokin, gerak saluran sosial vertikal mempunyai saluran-saluran dalam masyarakat yang disebut sosial circulation. Saluran yang terpenting adalah: 1. Lembaga keagamaan merupakan salah satu saluran penting dalam gerak sosial vertikal; 2. Lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran konkrit gerak sosial yang vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat dianggap sebagai sosial elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi; 3. Organisasi politik seperti partai politik, dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya untuk naik dalam pertanggaan kedudukan. Apalagi bila ia mempunyai kemampuan beragitasi, berorganisasi dan sebagainya; 4. Organisasi ekonomi, di mana ukuran-ukuran yang menjadi dasar sistem lapisan dalam masyarakat biasanya ornag-orang kayalah yang menduduki lapisan tinggi; 5. Organisasi-organisasi keahlian merupakan wadah yang dapat menampung individu-individu dengan masing-masing keahliannya untuk diperkenalkan kepada masyarakat; 6. Saluran-saluran lain dalam masyarakat misalnya perkawinan. Bahan Diskusi Bagaimana kondisi stratifikasi sosial terutama di bidang pelayanan kesehatan yang terjadi di masyarakat Indonesia saat ini? Jelaskan? Rangkuman Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Terjadinya stratifikasi sosial atau sistem pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1) Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya, (2) sistem pelapisan dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sifat sistem lapisan di dalam suatu masyarakat dapat dibagi menjadi bersifat tertutup (closed sosial stratification) dan bersifat terbuka (open sosial stratification). Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class sistem, artinya semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-

47 34 S O S I O L O G I K E S E H A T A N anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. Dalam teori sosiologi, unsur-unsur sistem pelapisan sosial dalam masyarakat adalah kedudukan (status) dan peran (role). Gerak sosial (sosial mobility) adalah suatu gerak dalam struktur sosial (sosial structure). Sedangkan struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial dan mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok serta hubungan antara individu dengan kelompoknya. Soal-Soal Latihan 1. Jelaskan pedoman untuk meneliti terjadinya stratifikasi sosial? 2. Sebutkan dan jelaskan kriteria yang biasa dipakai untuk menggolonggolongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan? 3. Sebutkan prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerak sosial vertikal? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 3 (tiga) dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 4 (empat). Daftar Bacaan Sunarto, K Penyunting dan Alih bahasa, Pengantar Sosiologi: Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Yinger, JM A Minority Group in American Society. Student Edition. New York: Berkley Medallion

48 BAB 4. KELOMPOK DAN KELEMBAGAAN SOSIAL Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar : Mahasiswa dapat menjelaskan kelompok dan kelembagaan sosial. Ruang Lingkup Materi : Bab ini berisi uraian tentang kelompokkelompok sosial yang terdiri dari tipe-tipe kelompok sosial dan kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur, lembaga kemasyarakatan (lembaga sosial) yang terdiri dari proses pertumbuhan lembaga kemasyarakatan, ciri-ciri umum lembaga kemasyarakatan, tipe-tipe lembaga kemasyarakatan, cara-cara mempelajari lembaga kemasyarakatan, dan confirmity dan deviation. Uraian : 4.1 Kelompok-Kelompok Sosial Kelompok (group) dianrtikan sebagai sejumlah manusia dengan norma, nilai, dan harapan yang sama yang saling berinteraksi secara teratur (Scahefer, 2012). Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama yang menyangkut kaitan timbal-balik yang saling pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong (Soekanto, 2012). Beberapa persyaratan kelompok sosial antara lain: a. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan; b. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya; c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat; d. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku; e. Bersistem dan berproses.

49 36 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Tipe-Tipe Kelompok Sosial a. Klasifikasi Tipe-Tipe Kelompok Sosial Tipe-tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut atau dasar berbagai kriteria ukuran. George Simmel mengambil ukuran besar kecilnya jumlah anggota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi kelompoknya serta interaksi sosial dalam kelompok tersebut. Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial tersebut. Beberapa sosiolog memperhatikan pembagian atas dasar kelompok-kelompok di mana anggota-anggotanya saling mengenal (face o face grouping). Ukuran tersebut kemudian oleh sosiolog lainnya F. Stuart Chapin, dikembangkan lebih lanjut dengan memperhatikan tinggi rendahnya derajat kelekatan hubungan antara anggota-anggota kelompok sosial tersebut. Ukuran lainnya adalah kepentingan dan wilayah. Dasar yang akan diambil sebagai salah satu alternatif untuk mengadakan klasifikasi tipetipe kelompok sosial adalah ukuran jumlah atau derajat interaksi sosial atau kepentingan-kepentingan kelompok atau organisasinya atau kombinasi dari ukuran-ukuran di atas. Sistematika di bawah ini didasarkan pada struktur sosial dan merupakan hasil analisis secara struktural (Soekanto, 2012). Tabel 4.1 Sistematika Kelompok-Kelompok Terpenting dalam Struktur Sosial No Kategori Organisasi atau Kriteria Organisasi atau Kelompok Kelompok 1 Kategori utama: kesatuan wilayah Tipe umum: komuniti Kriteria utama: a. Kepentingan; Tipe khusus: suku, bangsa, daerah, b. bertempat tingga di suatu kota, desa, rukun tetangga. wilayah tertentu. 2 Kategori utama: kesatuan-kesatuan atas dasar kepentingan yang sama, tanpa organisasi yang tetap a. tipe umum: kelas tipe khusus: kasta, elit, kelas dasar persaingan, kelas atas dasar kerja sama Kriteria umum: a. sikap yang sama dari anggotaanggota kelompok yang bersangkutan; b. organisasi sosial yang tidak tetap (temporer) Kriteria tambahan untuk tipe-tipe khusus: a. kemampuan untuk berpindah dari satu kelompok ke kelompok lain (mobilitas);

50 K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l 37 No Kategori Organisasi atau Kelompok b. Tipe umum: kelompok etnis dan ras Tipe khusus: kelompok atas dasar perbedaan warna kulit, kelompok-kelompok imigran, kelompok-kelompok nasional. c. Tipe umum: kerumunan Tipe khusus: kerumunan dengan kepentingan yang sama dan dengan kepentingan umum 3 Kategori utama: kesatuan-kesatuan atas dasar kepentingan yang sama dengan organisasi yang tetap, asosiasi a. Tipe umum: kelompok primer(primary group) Tipe khusus: keluarga, kelompok permainan, klik (clique), club b. Tipe umum: asosiasi besar Tipe khusus: negara, gereja, perkumpulan atas dasar ekonomi, persatuan buruh dan sebagainya Kriteria Organisasi atau Kelompok b. perbedaan dalam kedudukan, prestise, kesempatan dan tingkat ekonomis. Kriteria tambahan untuk tipe-tipe khusus: asal kelompok, golongan (stock), luas wilayah tempat tinggal, ciri-ciri badaniah. Kriteria tambahan untuk tipe-tipe khusus: a. Kepentingan-kepentingan yang sementara; b. Sifat kelompok sementara. Kriteria utama: a. Kepentingan-kepentingan yang terbatas; b. Organisasi sosial yang tertentu. Kriteria tambahan untuk tipe-tipe khusus: a. Jumlah keanggotaan terbatas; b. Organisasi sosial yang formal; c. Penyingnya hubungan-hubungan yang tidak bersifat pribadi; d. Jenis kepentingan yang dikejar. Kriteria tambahan untuk tipe-tipe khusus: a. Jumlah anggota secara relatif terbatas; b. Organisasi sosial yang formal; c. Pentingnya hubungan-hubungan tidak bersifat pribadi; d. Jenis kepentingan yang dikejar. Adakalanya dasar untuk membedakan kelompok-kelompok sosial dapat dlihat pada tabel berikut:

51 38 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Tabel 4.2 Sistematika Kelompok-Kelompok Berdasarkan Faktor- Faktornya No Adanya Orientasi pada Kategori Kesadaran akan hubungan tujuan yang sudah Organisasi jenis yang sama sosial ditentukan 1 Kategori statistik Kategori sosial Kelompok sosial Kelompok tidak teratur ± ± - 5 Organisasi formal Penjelasan: tanda (+) berarti ada faktor, sedangkan tanda (-) berarti tidak ada. Penjelasan tabel di atas, sebagai berikut: 1. Kategori statistik adalah pengelompokkan atas dasar ciri tertentu yang sama seperti kelompok umur; 2. Kategori sosial merupakan kelompok individu yang sadar akan ciriciri yang dimiliki bersama, contohnya: Ikatan Dokter Indonesia; 3. Kelompok sosial, misalnya keluarga batih; 4. Kelompok tidak teratur adalah berkumpulnya orang-orang di satu tempat pada waktu yang sama, karena pusat perhatian yang sama. Contohnya: orang-orang antri karcis kereta api; 5. Organisasi formal adalah setiap kelompok yang sengaja ditentukan terlebih dahulu. Contohnya: birokrasi. b. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu Seorang warga masyarakat yang masih naik susunannya, secara relatif menjadi anggota pula dari kelompok-kelompok kecil lain secara teratur. Kelompok sosial tersebut biasanya adalah atas dasar kekerabatan, usia, seks dan kadang-kadang atas dasar perbedaan pekerjaan atau kedudukan. Keanggotaan masing-masing kelompok sosial tadi, memberikan kedudukan atau prestise tertentu yang sesuai dengan adatistiadat dan lembaga kemasyarakatan di dalam masyarakat. Namun yang penting adalah bahwa keanggotaan pada kelompok sosial tidak bersifat sukarela. Dengan demikian maka terdapat derajat tertentu serta arti tertentu bagi individu-individu tadi, sehubungan dengan keanggotaan

52 K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l 39 kelompok sosial yang tertentu. Sehingga bagi individu terdapat dorongandorongan tertentu pula sebagai anggota suatu kelompok sosial. c. In Group dan Out Group Kelompok sosial di mana individu mengidentifikasikan dirinya, merupakan in groupnya. Jelas, bahwa apabila suatu kelompok sosial merupakan in group atau tidak. Bersifat relatif dan tergantung pada situasi-situasi sosial yang tertentu. Out group diartikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in groupnya. Sikap-sikap in group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok. Sikap out group selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Perasaan in group dan out group merupakan dasar suatu kelompok sosial tertentu, sedikit banyak akan mempunyai kecenderungan untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang terbaik. Apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok lainnya. Kecenderungan tadi disebut etnosentrisme, yaitu suatu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Sikap etnosentris disosialisasikan atau diajarkan kepada anggota kelompok sosial, secara sadar atau tidak sadar dan serentak dengan nilainilai kebudayaan yang lain. Di dalam proses tersebut seringkali digunakan stereotip adalah gambaran atau anggapan-anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu obyek tertentu. Keadaan demikian seringkali dijumpai dalam sikap suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lainnya. Konsep in group dan out group dapat diterapkan baik terhadap kelompok-kelompok sosial yang relative kecil sampai terbesar, selama para anggotanya mengadakan identifikasi dengan kelompoknya. d. Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (secondary Group) Pembedaan antara kelompok-kelompok kecil di mana hubungan antara anggota-anggotanya rapat sekali di satu pihak, dengan kelompokkelompok yang lebih besar di pihak lain. Charles Horton Cooley mengemukakan perbedaan antara kelompok primer dengan kelompok sekunder yang ditulis dalam Sosial Organization pada Menurut Cooley, kelompok primer adalah kelompok-kelompok yan ditandai cirriciri kenal-mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu hasilnya adalah peleburan individuindividu ke dalam kelompok-kelompok, sehingga tujuan individu menjadi

53 40 S O S I O L O G I K E S E H A T A N juga tujuan kelompok. Dari apa yang dikemukakan, ada dua hal penting, yaitu: 1. Bahwa untuk menunjuk pada suatu kelas yang terdiri dari kelompokkelompok yang kongkrit; 2. Istilah saling kenal-mengenal terutama menekankan pada sifat hubungan antar individu seperti simpati dan kerjasama yang spontan. Kelompok primer adalah kelompok-kelompok kecil yang agak langgeng (permanen) dan berdasarkan kenal-mengenal secara pribadi antara sesama anggotanya. Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai teori Cooley tersebut, akan dibicarakan hal-hal sebagai berikut: 1. Kondisi-kondisi fisik dari kelompok primer Syarat-syarat yang penting, pertama-tama bahwa anggota kelompok tersebut secara fisik berdekatan satu dengan lainnya. Ke dua bahwa kelompok tersebut adalah kecil dan ketiganya adalah adanya suatu kelanggengan hubungan antar anggota yang bersangkutan. Keakraban hubungan antar individu, tergantung dari seringnya individu-individu bersangkutan berhubungan dan mendalami hubungan tadi. Semakin lama mereka berhubungan satu sama lain, semakin akrab pula hubungan tersebut. 2. Sifat hubungan-hubungan primer Sifat hubungannya adalah kesamaan tujuan dari individu-individu yang tergabung di dalam kelompok tadi. Hubungan bukan merupakan alat untuk mencapai tujuan, akan tetapi bahkan merupakan salah satu tujuan utama. Hubungan tersebut bersifat pribadi, spontan, sentimental dan inklusif. Persamaan tujuan mempunyai dua arti, yaitu: a) Individu yang bersangkutan mempunyai keinginan dan sikap yang sama, sehingga mereka berusaha untuk mencapai tujuan yang sama pula; b) Salah satu pihak bersedia untuk berkorban demi kepentingan pihak lain. Hubungan primer dianggap sebagai tujuan atau sebagai suatu nilai sosial yang harus dicapai. Hubungan tersebut harus bersifat sukarela, di mana pihak-pihak yang bersangkutan benar-benar merasakan adanya suatu kebebasan dalam pelaksanaannya. Hubungan primer bersifat pribadi dalam arti bahwa hubungan tersebut melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat diganti oleh orang lain. Hubungan primer bersifat inklusif artinya apabila seseorang mengadakan hubungan primer dengan orang lain, maka orang tersebut dengan segala sesuatu yang menyangkut orang lain.

54 K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l Kelompok-kelompok yang kongkrit dan hubungan-hubungan primer Banyak yang dapat dicapai kelompok primer secara kolektif, apabila dibandingkan dengan usaha-usaha individual. Kelompok tersebut mempengaruhi kepentingan-kepentingan indivdu yang tergabung di dalamnya serta cara-cara untuk mencapai kepentingan yang bersangkutan. Kehidupan kolektif tersebut juga mengubah kualitas kelompok itu sendiri secara tidak sadar. Menurut Cooley, kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang. Hubungannya tidak perlu berdasarkan kenal-mengenal secara pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng. Syarat-syarat dan sifat-sifat kelompok primer dan kelompok sekunder saling mengisi dan dalam kenyataan tidak dapat dipisahpisahkan secara mutlak. e. Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft) Paguyuban dan patembayan dikemukakan oleh Ferdinand Tonnie. Menurut Ferdinand, paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggota diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Sedangkan patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis. Bentuk patembayan terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal-balik. Tonnies menyesuaikan ke dua bentuk kehidupan bersama manusia disebut wesenwille dan kurwille. Wesenwille adalah bentuk kemauan yang dikodratkan, yang timbul dari keseluruhan kehidupan alami. Di dalamnya, perasaan dan akal merupakan kesatuan dan keduanya terikat pada kesatuan hidup yang alamiah dan organis. Kurwille adalah bentuk kemauan yang dipimpin oleh cara berpikir yang didasarkan pada akal. Kemauan yang ditujukan pada tujuan-tujuan tertentu dan asional sifatnya. Wesenwille selalu menimbulkan paguyuban, sedangkan kurwille selalu menimbulkan patembayan. Orang menjadi anggota suatu patembayan karena dia mempunyai kepentingan-kepentingan rasional. Di mana kepentingan individu di atas kepentingan hidup bersama. Ahli sosiolog lain, yaitu Emile Durkheim yang mengambil sebagian dasar pembagian kerja dalam masyarakat. Dari sudut pembagian kerja, apabila ada seorang anggota yan dikeluarkan, maka hal itu tidak akan begitu terasakan. Masyarakat secara keseluruhan mempunyai kedudukan yang lebih penting dari pada individu. Hal tersebut dinamakan

55 42 S O S I O L O G I K E S E H A T A N struktur yang mekanis. Sedangkan keadaan dalam masyarakat yang kompleks, di mana telah diadakan spesialisasi bagi anggotanya masingmasing. Timbullah keahlian, sehingga setiap golongan tidak akan dapat hidup secara sendiri. Hal tersebut dinamakan struktur yang organis. Menurut Tonnies (dalam Soekanto, 2012), paguyuban mempunyai beberapa ciri pokok: 1. Intimate, hubungan menyeluruh yang mesra; 2. Private, hubungan ynag bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja; 3. Exclusive, hubungan tersebut hanyalah untuk kita saja dan tidak untuk orang-orang lain di luar kita. Di dalam paguyuban terdapat suatu kemauan bersama (common will), ada suatu pengertian serta kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi pertentangan antara anggota suatu paguyuban, maka pertentangan tersebut tidak dapat diatasi dalam suatu hal saja. Hal itu disebabkan karena adanya hubungan yang menyeluruh antara anggota-anggotanya. Tidak mungkin suatu pertentangan yang kecil diatasi, oleh karena pertentangan tersebut akan menjalar ke bidang-bidang lainnya. Pada patembayan terdapat public life artinya bahwa hubungannya bersifat untuk semua orang, batas antara kami dengan bukan kami kabur. Pertentangan-pertentangan yang terjadi antara anggota dapat dibatasi pada bidang-bidang tertentu, sehingga suatu persoalan dapat dilokalisasi. Menurut Tonnies, di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban, yaitu: 1. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan; 2. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yan berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong; 3. Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggal yang tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jwa dan pikiran yang sama dan ideologi yang sama. Paguyuban semacam ini biasanya ikatannya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan. Buah pikiran Tonnies oleh Max Weber dinamakan ideal typus, oleh karena dalam kenyataan sehari-hari masyarakat selalu memperhatikan bentuk campuran antara paguyuban dan patembayan, yang disebut burgerlieche gesellcshaft. Ditinjau dari sudut sejarah, paguyuban timbul

56 K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l 43 labih dahulu daripada patembayan. Walaupun dalam perkembangan lanjut di dalam patembayan, mungkin saja timbul lagi persamaan pemikiran dan persamaan batin yang menimbulkan paguyuban. f. Formal Group dan Informal Group Kriteria organisasi formal merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan mengkoordinasikan usaha-usaha, yang mencapi tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat spesialisasi. Apabila hubungan-hubungan antar anggota-anggota organisasi formal dan semua kegiatan didasarkan pada aturan-aturan yang sebelumnya sudah ditentukan, maka tidak semua masalah dapat ditanggulangi. Proses interaksi sosial dan kegiatan-kegiatan dalam organisasi tidak mungkin semua dapat ditegakkan. Menurut Max Weber, organisasi-organisasi yang dibentuk menurut cara-cara birokrasi, mempunyai ciri sebagai berikut: 1. Tugas-tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa posisi yang merupakan tugas-tugas jabatan. Secara implisit terjadi pembagian kerja, sehingga terjadi spesialisasi. Spesialisasi meningkatkan keahlian staf dan organisasi akan mampu mengembangkan struktur kepegawaian berdasarkan kualifikasi teknis. 2. Posisi-posisi dalam organisasi terdiri dari hirarki struktur wewenang. Hiraraki berwujud sabagai piramida, di mana setiap jabatan bertanggung jawab terhadap bawahan mengenai keputusannya dan pelaksanaan. 3. Suatu sistem peraturan menguasai keputusan-keputusan dan pelaksanaan. Organisasi juga menyelenggarakan kesinambungan operasi yang dikaitkan dengan perubahan personalia. Dengan demikian terjadi stabilitas, kelemahan atau kekurangan tipe-tipe kelompok atau kolektiva dapat diatasi seperti gerak sosial. 4. Unsur staf yang merupakan pejabat bertugas memelihara organisasi dan khususnyaa keteraturan komunikasi. 5. Pejabat akan mampu menetralisasi unsur subjektif dan kepentingan pribadi. Jarak jauh antara pejabat dengan bawahan harus mengembangkan formalitas. 6. Penyelenggara kepegawaian didasarkan pada karir. Kepegawaian ditekankan pada kualifikasi teknis. Taraf kualifikasi teknis didasarkan pada pola pengujian yang dikaitkan dengan taraf pendidikan formal. Organisasi formal adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya. Organisasi tidak formal tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya

57 44 S O S I O L O G I K E S E H A T A N terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali dan itu menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama. g. Membership Group dan Reference Group Pembedaan antara membership group dan reference group berasal dari Robert K. Merton. Membership group merupakan kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Untuk membedakan secara tegas keanggotaan atas dasar derajat interaksi tersebut, maka dikemukakan istilah nominal group member dan peripheral group member. Nominal group dianggap oleh anggotaanggota lain sebagai seseorang yang masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangkutan, akan tetapi interaksinya tidak intens. Seorang anggota peripheral group seolah-olah sudah tidak berhubungan lagi dengan kelompok yang bersangkutan sehingga kelompok tersebut tidak mempunyai kekuasaan apapun atas anggota tadi. Ukuran utama bagi keanggotaan seseorang adalah interaksinya dengan kelompok sosial tersebut, termasuk para anggotanya. Kelompok bukan anggota dapat dibagi menjadi (Merton, 1967): 1. Memenuhi syarat, tetapi tidak berafiliasi dengan kelompok yang bersangkut Hal tersebut penting untuk mengetahui persyaratan apa yang diperlukan supaya orang-orang bukan anggota tadi berorientasi pada norma-norma yang berlaku dalam kelompok sosial itu. 2. Sikap terhadap keanggotaan kelompok Orang-orang bukan anggota juga dapat dibedakan menurut sikap mereka terhadap keanggotaan kelompok tadi. 3. Kelompok terbuka dan tertutup Faktor ini berkaitan dengan persoalan apakah suatu kelompok ingin memperluas keanggotaannya atau ingin mempertahankan bentuknya yang sudah ada. Kelompok-kelompok yang tertutup biasanya ingin mempertahankan pola-pola interaksi yang telah ada, sehingga keanggotaannya terbatas. Sedangkan kelompok terbuka, kebalikan dari kelompok tertutup. 4. Ukuran waktu bagi bukan anggota Ukuran waktu menyangkut orang yang pernah menjadi anggota dan orang-orang yang secara formal tidak ingin menjadi anggota. Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Di mana seorang yang bukan anggota kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasi

58 K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l 45 dirinya dengan kelompok tadi. Merton mengemukakan adanya dua tipe umum reference group, yaitu: 1. Tipe normatif yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang. Merupakan sumber nilai bagi individu baik yang menjadi anggota maupun buka anggota kelompok; 2. Tipe perbandingan merupakan pegangan bagi individu di dalam nilai kepribadiannya. Dipakai sebagai perbandingan untuk menentukan kedudukan seseorang. Apabila teori reference group dihubungkan dengan non membership, dapat ditarik kesimpulan: 1. Bukan angota yang memenuhi syarat (disebut pula sebagai calon anggota) mempunyai kecenderungan untuk mengidentifikasi dirinya dengan kelompok, yang kemudian dia menjadi anggota; 2. Bukan anggota yang bersikap masa bodoh, tidak menganggap kelompok sebagai reference groupnya; 3. Bukan anggota yang tetap tidak ingin menjadi anggota, tetap menganggap suatu kelompok sebagai reference groupnya; 4. Perbedaan antara bekas anggota dengan mereka yang bukan anggota adalah penting karena kenyataan bahwa pada umumnya bekas-bekas anggota tidak akan ingin menganggap bekas kelompoknya sebagai reference groupnya. h. Kelompok Okupasional dan Volunter Kelompok okupasional merupakan kelompok yang terdiri dari orang-orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok-kelompok semacam ini kemudian sangat besar peranannya di dalam mengarahkan kepribadian seseorang (terutama yang menjadi anggotanya). Sedangkan kelompok volonter mencakup orang-orang yan mempunyai kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas daya jangkaunya tadi. Kelompok-kelompok volonter dilandaskan pada kepentingan-kepentingan primer. Kepentingan itu mencakup: 1. Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan; 2. Kebutuahan akan keselamatan jiwa dan harta benda; 3. Kabutuhan akan harga diri; 4. Kebutuhan untuk dapat mengembnagkan potensi diri; 5. Kebutuhan akan kasih sayang. Sedangkan kepentingan-kepentingan sekunder dilandaskan, karena timbul aneka macam kelompok volunter, yang mungkin berkembang menjadi kelompok-kelompok yang mantap, akrena diakui oleh masyarakat umum.

59 46 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Kelompok-Kelompok Sosial yang Tidak Teratur Bentuk kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur, pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu (Soekanto, 2012): a. Kerumunan (crowds) Ukuran utama kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Batas kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telinga dapat mendengarnya. Kerumunan tersebut segera mati, setelah orang-orang bubar dan karena itu kerumunan merupakan suatu eklompok sosial yang bersifat sementara atau temporer. Kerumunan tidak terorganisasi, dapat mempunyai pemimpin tetapi tidak mempunya sistem pembagian kerja maupun sistem pelapisan sosial. Interaksi di dalamnya bersifat spontan dan tidak terduga, serta orangorang yang hadir dan berkumpul mempunyai kedudukan yang sama dan identitas sosial seseorang biasanya tenggelam. Bentuk-bentuk umum kerumunan, sebagai berikut (Kingsley dalam Soekanto, 2012): 1. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial: a) Khalayak penonton atau pendengar formal (formal audiances) merupakan kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, akan tetapi sifatnya pasif. Contohnya: penonton film, orang-orang yang menghadiri khotbah keagamaan; b) Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expresive) adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, akan tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Contohnya: orang berpesta, berdanda dan sebagainya. 2. Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowds): a) Kumpulan yang menyenangkan (iconvenient aggregations). Dalam kerumunan ini kehadiran orang-orang lain merupakan penghalang terhadap tercapinya maksud seseorang. Contohnya: orang antri karcis. b) Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds) yaitu orang-orang yang bersama-sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya. c) Kerumunan penonton (spectator crowds) merupakan kerumunan penonton yang tidak direncanakan dan kegiatan-kegiatan pada umumnya tidak dikendalikan. 3. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (lawless crowds):

60 K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l 47 a) Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs), bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. b) Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds) kerumunan yang bertentangan denan norma-norma masyarakat. Contohnya: orang mabuk. b. Publik Publik merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, tidak ada pusat perhatian yang tajam dan karena itu kesatuan juga tidak ada. Setiap aksi publik diprakarsai oleh keinginan individual. Individuindividu dalam suatu publik masih mempunyai kesadaran akan kedudukan sosial yang sesungguhnya dan juga masih lebih mementingkan kepentingan-kepentingan pribadi dari pada mereka yang tergabung dalam kerumunan. 4.2 Lembaga Kemasyarakatan (Lembaga Sosial) Lembaga kemasyarakatan atau sosial institution atau sama dengan pranata sosial. Tetapi sosial institution menunjuk pada adanya unsurunsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Menurut Koentjaraningrat bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Istilah lain dari lembaga kemasyarakatan adalah bangunan sosial (dari bahasa Jerman Soziale Gebilde) menggambarkan bentuk dan susunan sosial institution. Disini istilah yang digunakan adalah lembaga kemasyarakatan, karena lembaga lebih menunju pada sesuatu bentuk, sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga tersebut. Lembaga kemasyarakatan terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan bersahaja atau modern. Lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Robert Maclever dan Charles H. Page mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakan asosiasi. Sedangkan Leopold Von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut fungsinya, yang berarti

61 48 S O S I O L O G I K E S E H A T A N sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubunganhubungan tersebut serta pola-polanya sesuai dengan kepentingankepentingan manusia dan kelompoknya. Sumner melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan, yang berarti sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan masyarakat. Fungsi lembaga kemasyarakatan sebagai berikut: a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah-laku atau bersikap di dalam menghadapi masalahmasalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhankebutuhan; b. Menjaga keutuhan masyarakat; c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (sosial control) Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan a. Norma-Norma Masyarakat Norma-norma masyarakat dibentuk bertujuan agar hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana mestinya. Mula-mula norma terbentuk secara tidak sengaja, namun lama-kelamaan dibuat secara sadar. Norma-norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Agar dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis dikenal dengan adanya empat pengertian (Soekanto, 2012), yaitu: 1. Cara (usage) Cara menunjuk pada suatu bentuk perbuatan. Norma ini mempunyai kekuatan yang sangat lemah dibandingkan dengan kebiasaan. Cara lebih menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat. 2. Kebiasaan (folkways) Kebiasaan menunjuk pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar dari pada cara. Kebiasaan merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. 3. Tata kelakuan (mores) Menurut Maclever dan Page, mores atau tata-kelakuan adalah kebiasaan yang tidak semata-mata dianggap sebagai cara perilaku saja akan tetapi bahkan diterima sebagai tata-kelakuan. Tata-kelakuan sangat penting, karena:

62 K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l 49 a) Tata kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku individu. Tata kelakuan juga merupakan alat yang memerintahkan dan sekaligus melarang seorang anggota masyarakat melakukan suatu perbuatan; b) Tata kelakuan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya. Di satu pihak tata kelakuan memaksa orang agar menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuan kemasyarakatan yang berlaku. Di lain pihak mengusahakan agar masyarakat menerima seseorang oleh karena kesanggupannya untuk menyesuaikan diri; c) Tata kelakuan menjaga solidaritas antar anggota masyarakat. 4. Adat istiadat (custom) Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat, dapat meningkat kekuatan mengikatnya menjadi custom atau adat istiadat. Norma-norma yang ada dalam masyarakat setelah mengalami suatu proses pada akhirnya akan menjadi bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Proses pelembagaan yaitu proses yang dilewatkan oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan. Adanya proses di atas, dibedakan antara lembaga kemasayarakatan sebagai peraturan (operative sosial institutions) dan yang sungguh-sungguh berlaku (operative sosial institutions). Lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai peraturan apabila norma-norma tersebut membatasi serta mengatur perilaku orang-orang. Lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai yang sungguh-sungguh berlaku, apabila norma-normanya sepenuhnya membantu pelaksanaan pola-pola kemasyarakatan. Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga (institutionalized), apabila norma tersebut: 1. Diketahui; 2. Dipahami atau dimengerti; 3. Ditaati dan; 4. Dihargai. Antara norma atau kaidah-kaidah yang mengatur pribadi manusia dan hubungan antar pribadi. Kaidah-kaidah pribadi mencakup: 1. Norma kepecayaan yang bertujuan agar manusia beriman; 2. Norma kesusilaan yang bertujuan agar manusia mempunyai hati nurani yang bersih. Sedangkan kaidah antar pribadi mencakup: 1. Kaidah kesopanan bertujuan agar manusia bertingkahlaku dengan baik di dalam pergaulan hidup; 2. Norma hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman.

63 50 S O S I O L O G I K E S E H A T A N b. Sistem Pengendalian Sosial (Sosial Control) Pengendalian Sosial diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan, khususnya pemerintah beserta aparaturnya. Pengendalian Sosial adalah segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga-warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku. Pengendalian Sosial dapat dilakukan oleh individu terhadap individu lainnya atau mungkin dilakukan oleh individu terhadap suatu kelompok sosial dan dapat dilkukan oleh suatu kelompok lainnya atau suatu kelompok terhadap individu. Pengendalian Sosial terutama bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat atau bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan atau kesebandingan. Pengendalian sosial dapat bersifat: 1. Bersifat prenventif dalam arti merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan. Usaha-usaha preventif misalnya: dijalankan melalui sosialosasi, pendidikan formal dan informal. 2. Sedangkan usaha-usaha yang represif bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah mengalami gangguan. Wujud dari usaha represif adalah menjatuhkan sanksi terhadap para warga masyarakat yang melanggar atau menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Pengendalian sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai cara yaitu tanpa kekerasan (persuasif) ataupun dengan paksaan (cooercive). Pengendalian sosial itu sendiri berfungsi untuk membentuk kaidah-kaidah baru yang menggantikan kaidah-kaidah lama yang telah goyah. Dalam pengendalian sosial juga dikenal teknik-teknik, sebagai berikut: 1. Compultion, diciptakan situasi sedemikian rupa, sehingga seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya. Yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung. 2. Pervation, norma atau nilai yang ada diulang-ulang penyampaiannya sedemikian rupa dengan harapan bahwa hal tersebut masuk dalam aspek bawah sadar seseorang. Perwujudan pengendalian sosial sebagai berikut: 1. Pemidanaan Pemidanaan adalah suatu larangan yang apabila dilanggar, akan mengakibatkan penderitaan (sanksi negatif) bagi pelanggarnya. 2. Kompensasi Pada kompensasi standar atau patokannya adalah kewajiban, di mana inisiatif untuk memprosesnya ada pada pihak yang dirugikan.

64 K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l Terapi Terapi maupun konsiliasi sifatnya remidial. Artinya bertujuan mengembalikan situasi pada keadaan semula (yaitu sebelum terjadinya perkara atau snegketa) Ciri-Ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan Gillin dan Gillin, menguraikan beberapa ciri umum lembaga kemasyarakatan sebagai berikut: a. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasinya; b. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan baru akan menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama; c. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu; d. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga bersangkutan; e. Lembaga-lembaga biasanya juga merupakan ciri khas dari lembaga kemasyarakatan; f. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis ataupun yang tidak tertulis, yang merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku dan lain-lain Tipe-Tipe Lembaga Kemasyarakatan Menurut Gillin dan Gillin, lembaga-lembaga kemasyarakatan diklasifikasikan sebagai berikut: a. Dari sudut perkembangannya, dibagi menjadi: 1. Cresive institution atau lembaga-lembaga primer, merupakan lembaga-lembaga yang secara tidak disengaja tumbuh dari adatistiadat masyarakat; 2. Enacted institution merupakan lembaga-lembaga dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu. b. Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, dibagi menjadi: 1. Basic institution merupakan lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata-tertib dalam masyarakat; 2. Subsidiary institution merupakan lembaga kembaga kemasyarakatan yang sangat penting.

65 52 S O S I O L O G I K E S E H A T A N c. Dari sudut penerimaan masyarakat dapat dibedakan: 1. Approved atau sosial sanctioned institution adalah lembagalembaga yang diterima masyarakat; 2. Unsanctioned institution adalah lembaga-lembaga yang ditolak masyarakat. d. Dari sudut faktor penyebarannya, dibagi menjadi: 1. General instiution merupakan lembaga-lembaga karena dikenal oleh hampir semua masyarakat dunia; 2. Restricted institution merupakan lembaga-lembaga karena dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu di dunia ini. e. Dari sudut fungsinya, dapat dibedakan menjadi: 1) Operative institution berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau cara-cara yang diperlukan untuk mencapi tujuan lembaga yang bersangkutan; 2) Regulative institution bertujuan untuk mengawasi adat-istiadat atau tata-kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri Cara-Cara Mempelajari Lembaga Kemasyarakatan Pendekatan untuk mempelajari lembaga kemasyarakatan sebagai berikut: a. Analisis secara historis, bertujuan menelit sejarah timbul dan perkembangan suatu lembaga kemasyarakatan tertentu; b. Analisis komparatif, bertujuan menelaah suatu lembaga kemasyarakatan tertentu dalam berbagai masyarakat berlainan ataupun berbagai lapisan sosial masyarakat tersebut; c. Analisis fungsional, bertujuan untuk menyelidiki dengan jalan menganalisis hubungan antara lembaga-lembaga tersebut di dalam suatu masyarakat tertentu Confirmity dan Deviation Masalah confirmity dan deviation, berhubungan erat dengan pengendalian sosial. Confirmity adalah proses penyesuaian diri dengan masyarakat, dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sedangkan deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat. Diadakannya kaidah serta peraturanperaturan lain-lain di dalam masyarakat adalah dengan maksud supaya ada comformity warga masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan.

66 K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l 53 Robert K. Merton meninjau penyimpangan (deviasi) dari sudut struktur sosial dan budaya. Menurut Merton, di antara seluruh unsur sosial budaya terdapat dua unsur terpenting yaitu kerangka aspirasi dan unsur-unsur yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai aspirasi tersbeut. Apabila tidak ada keserasian antara aspirasi dengan saluransaluran yang tujuannya untuk mencapai cita-cita, maka terjadilah perilaku menyimpang atau deviation behavior. Berpudarnya pegangan pada kaidah-kaidah, menimbulkan keadaan yang tidak stabil dan keadaan tanpa kaidah oleh Emile Durkheim dinamakan anomie. Pola-pola penyerasian menurut Merton tergambar dalam skema berikut: No Cara-Cara (Norma) Bentuk-Bentuk Nilai Sosial yang Telah Usaha Penyelarasan Budaya Melembaga 1 Conformity Innovation Ritualism Retreatism Rebellion ± ± Catatan: tanda (+) berarti terjadi penyelarasan dalam arti bahwa warga masyarakat menerima nilai-nilai sosial-budaya atau normanorma yang ada, sedangkan tanda (-) berarti menolak. Tanda ± menunjuk pada pola-pola perilakuan yang menolak dan menghendaki nilai-nilai dan norma-norma yang baru. Conformity terdapat pada masyarakat-masyarakat yang secara relatif stabil. Cara-cara yang telah melembaga memberikan peluang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk mencapai nilai-nilai sosial budaya yang menjadi cita-citanya. Pada innovaion tekanan terlampau diletakkan pada nilai-nilai sosial budaya yang pada suatu saat berlaku, sedankan warga masyarakat merasakan bahwa cara atau kaidah-kaidah untuk mencapai tujuan tersebut kurang memadai. Ritualism terjadi pada warga masyarakat yang berpegang teguh pada kaidah-kaidah yang berlaku walaupun harus mengorbankan nilainilai sosial budaya yang berlaku. Sedangkan retratism terjadi apabila nilai-nilai sosial budaya yang berlaku tidak dapat tercapai melalui caracara yang telah melembaga. Tetapi para warga masyarakat mempunyai kepecayaan yang demikian dalamnya sehingga mereka tidak ingin menyimpang dari norma-norma yang telah melembaga. Pada rebillion

67 54 S O S I O L O G I K E S E H A T A N semua nilai-nilai sosial budaya maupun kaidah-kaidah yang berlaku ingin diubah semua untuk diganti dengan hal-hal yang sama sekali baru. Bahan Diskusi Identifikasi permasalahan yang ada di kelompok anak jalanan dan geng motor serta berikan solusi permasalahannya? Rangkuman Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuankesatuan manusia yang hidup bersama yang menyangkut kaitan timbalbalik yang saling pengarug-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. Tipe-tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut atau dasar berbagai kriteria ukuran. Klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial adalah kelompok sosial dipandang dari sudut individu, in group dan out group, kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group), paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft), formal group dan informal group, membership group dan reference group, dan kelompok okupasional dan volonter. Lembaga kemasyarakatan atau sosial institution atau sama dengan pranata sosial. Lembaga kemasyarakatan terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan bersahaja atau modern. Lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Soal-Soal Latihan 1. Sebutkan persyaratan kelompok sosial? 2. Jelaskan in group dan out group dalam tipe-tipe kelompok sosial? 3. Sebutkan fungsi lembaga kemasyarakatan? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 4 (empat) dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 5 (lima).

68 Daftar Bacaan K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l 55 Merton, Robert K Social Theory and Social Structure. New York: The Free Press. Schaefer, Ricard T Sociology. Jakarta: Salemba Humanika. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

69 56 S O S I O L O G I K E S E H A T A N

70 BAB 5. PENGENDALIAN SOSIAL ATAU KONTROL SOSIAL Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan pengendalian sosial atau kontrol sosial. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang pentingnya kontrol sosial, sarana kontrol sosial yang utama, efektif tidaknya kontrol sosial, dan bentuk kontrol sosial. Uraian : Istilah kontrol sosial (social control) merujuk pada teknik dan strategi yang mencegah perilaku manusia untuk menyimpang dalam semua masyarakat (Schaefer, 2012). Kontrol sosial terjadi di semua level masyarakat. Kontrol untuk mengatur perilaku masyarakat ini disertai dengan sanksi atau hukuman dan penghargaan karena melakukan sesuatu yang terkait dengan sebuah norma sosial. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (2012), kontrol sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku. 5.1 Pentingnya Kontrol Sosial Salah satu faktor yang mempertimbangkan alasan mengapa warga masyarakat perlu dikontrol atau diberi rambu-rambu di dalam berperilaku sehari-hari ada kaitannya dengan efektifitas dan tidaknya proses sosialisasi. Proses sosialisasi secara normatif tidak hanya mendatangkan manfaat bagi masyarakat, dalam arti memungkinkan terwujudnya tertib

71 58 S O S I O L O G I K E S E H A T A N sosial. Akan tetapi juga mendatangkan manfaat bagi warga masyarakat secara individual. Tanpa paksaan dan tanpa kekerasan apapun juga dari masyarakat, para warga masyarakat cenderung untuk selalu taat bertingkah pekerti conform (sesuai /beradaptasi) dengan norma-norma sosial. Para warga masyarakat akan selalu cenderung bertingkah pekerti sesuai dengan apa yang telah diharuskan. Dapat dikatakan bahwa di dalam hal ini norma-norma sosial itu telah dapat terlaksana atas kekuatannya sendiri (self enforcing). Namun pada individu-individu tertentu atau pada waktu-waktu dan keadaan-keadaan tertentu, daya self-enforcing dari norma-norma itu sering kali melemah atau bahkan hilang sama sekali. Menurut Soekanto (2012) beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku menyimpang dari norma yang berlaku adalah sebagai berikut: a. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidak memenuhi kebutuhan dasarnya; b. Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan; c. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang warga masyarakat, dan; d. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat secara merata. Kontrol sosial yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran atau dalam versi mengancam sanksi disebut kontrol sosial yang bersifat preventif. Sedangkan kontrol sosial yang dilakukan setelah terjadi pelanggaran dengan maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa berjalan seperti semula disebut kontrol sosial yang bersifat represif. Kerja kontrol sosial dengan cara mengancamkan dan membebankan sanksi kepada pelanggar-pelanggar norma mempunyai efek psikologik yang kuat terhadap para pelanggar norma untuk tidak lagi melanggar norma itu. Kontrol sosial ini mempunyai efek membendung atau mengembalikan para warga masyarakat dari niatnya melanggar norma. 5.2 Sarana Kontrol Sosial yang Utama Kontrol sosial di dalam arti mengendalikan tingkah pekerti warga masyarakat agar selalu tetap sesuai dengan keharusan norma, hampir selalu dijalankan dengan kekuatan sanksi. Sanksi adalah sesuatu bentuk penderitaan yang secara sengaja dibebankan oleh masyarakat kepada masyarakat kepada seorang warga masyarakat yang terbukti melanggar atau menyimpangi keharusan norma sosial. Hal tersebut dengan tujuan agar warga masyarakat ini kelak tidak lagi melakukan pelanggaran dan

72 P e n g e n d a l i a n S o s i a l 59 penyimpangan terhadap norma tersebut. Ada tiga jenis sanksi yang digunakan di dalam pelaksanaan kontrol sosial, yaitu: a. Sanksi yang bersifat fisik Sanksi fisik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan fisik pada mereka yang dibebani sanksi tersebut. Contohnya didera, dipenjara dan lainnya. b. Sanksi yang bersifat psikologik Sanksi psikologik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan yang dikenakan pada si pelanggar norma itu bersifat kejiwaan dan mengenai perasaan. Contohnya hukuman dipermalukan di muka umum, diumumkannya segala kejahatan yang telah diperbuat dan sebagainya. c. Sanksi yang bersifat ekonomik Sanksi ekonomik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan yang dikenakan pada si pelanggar norma itu berupa pengurangan kekayaan atau potensi ekonominya. Contohnya pengenaan denda, penyitaan harta dan lainnya. Pada prakteknya, ketiga jenis sanksi tersebut di atas itu sering kali diterapkan secara bersamaan tanpa bisa dipisah-pisahkan. Untuk mengusahakan terjadinya konformitas, kontrol sosial sesungguhnya juga dilaksanakan dengan menggunakan insentif-insentif positif. Insentif adalah dorongan positif yang akan membantu individu-individu untuk segera meninggalkan perilaku-perilaku yang salah. Jenis insentif bisa dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: a. Insentif yang bersifat fisik Insentif fisik tidaklah begitu banyak ragamnya, serta tidak begitu mudah diadakan. Rasa nikmat jasmaniah yang diperolah tidaklah akan sampai seekstrim rasa derita yan dirasakan di dalam sanksi fisik. Misalnya jabatan tangan, usapan tangan di kepala dan lainnya. Insentf ini hanya sekedar simbol saja. Kebanyakan insentif fisik lebih tepat dirasakan sebagai insentif psikologik. b. Insentif yang bersifat psikologik c. Insentif yang bersifat ekonomik Insentif ekonomik kebanyakan berwujud hadiah-hadiah barang atau ke arah penghasilan uang yang lebih banyak. 5.3 Efektif Tidaknya Kontrol Sosial Apakah kontrol sosial itu selalu cukup efektif untuk mendorong atau memaksa warga-warga masyarakat agar selalu menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial? Untuk menjawab pertanyaan itu, ada lima faktor yang ikut menentukan sampai seberapa jauhkah sesungguhnya sesuatu usaha kontrol sosial oleh kelompok masyarakat.

73 60 S O S I O L O G I K E S E H A T A N a. Menarik-tidaknya kelompok masyarakat itu bagi warga yang bersangkutan Pada kelompok yang disukai oleh warganya, kuatlah kecenderungan pada pihak warga-warga itu untuk berusaha sebaik-baiknya agar tidak melanggar norma kelompok. Norma-norma pun menjadi selfenforcing. Apabila terjadi pelanggaran, dengan mudah si pelanggar itu dikontrol dan dikembalikan menaati keharusan norma, begitu juga sebaliknya. b. Otonom-tidaknya kelompok masyarakat itu Makin otonom suatu kelompok, makin efektiflah kontrol sosialnya dan semakin sedikitlah jumlah penyimpangan-penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di atas norma-norma kelompok. Dari penelitian Marsh menemukan bahwa semakin otonom suatu kelompok itu (ditandai oleh semakin tidak adanya kesadaran pada kelompok yang bersangkutan bahwa di luar kelompoknya itu hanyalah bagian saja dari kelompok lain yang lebih besar), maka semakin sedikitnya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di dalamnya. c. Beragam-tidaknya norma-norma yang berlaku di dalam kelompok itu Makin beragam macam norma yang berlaku dalam suatu kelompok, maka antara norma itu tidak ada kesesuaian. Atau apabila bertentangan, maka semakin berkuranglah efektifitas kontrol sosial yang berfungsi menegakkannya, hal ini dikemukakan oleh Mayers. Menurut Meyers, bahwa apabila seseorang dibebani norma oleh dua orang, sedangkan norma itu saling bertentangan (yang satu mengharuskan dilaksanakannya sesuatu tugas tertentu, sedangkan yang lainnya melarang dilaksanakannya sesuatu tugas tertentu, sedangkan yang lainnya melarang dilaksanakannya tugas itu) maka akibat akan timbul pekerti yang serba ragu-ragu dan tidak konstruktif pada pihak yang menerima perintah norma itu. Maka berkuranglah kemampuan kontrol sosial untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan tugas tersebut dengan tegas, segera dan benar. Masyarakat modern, khususnya masyarakat kota. Oleh adanya normanorma yang amat beragam. Sekian banyak gugus norma sosial yang bersifat heterogen berlaku pada saat bersamaan di dalam masyarakat modern yang amat kompleks itu. Norma-norma tersebut, seringkali bertentangan, sehingga ndividu-individu sering kali dibandingkan dalam menentukan norma-norma manakah yang seharusnya diturut. Hidup di tengah-tengah sekian banyak macam norma yang saling berlainan dan bertentangan, seseorang bisa saja melanggar sesuatu norma tertent dengan sengaja. Namun dengan tetap mendapatkan pembenaran dari norma yang lain.

74 P e n g e n d a l i a n S o s i a l 61 d. Besar-kecilnya dan bersifat anomie-tidaknya kelompok masyarakat yang bersangkutan Semakin besar suatu kelompok masyarakat, semakin sukarlah orang saling mengindentifikasikan dan saling mengenali sesama warga kelompok. Sehingga, dengan bersembunyi di balik kesamaan anomie (keadaan tidak bisa saling mengenal), semakin bebaslah individuindividu untuk berbuat semaunya. Dan kontrol sosial pun akan lumpuh tanpa daya. Masyarakat primitif yang kecil-kecil, di mana segala interaksi sosial lebih bersifat langsung dan face to face. Tanpa bisa bersembunyi di balik sesuatu anomie dan tanpa bisa sedikitpun memanipulasi situasi keterogenitas norma. Maka warga masyarakat primitif yang kecil hampir tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari kontrol sosial. Maka kontrol sosial di masyarakat primitif itu selalu terasa amat kuatnya, sampai suatu kontrol sosial yang informal sifatnya, sudah cukup kuat untuk menekan individu-individu agar tetap memperhatikan apa yang telah terlazim dan diharuskan. Beda halnya dengan masyarakat modern yang besar, anomie, kompleks dan heterogen. Melemahnya kekuatan kontrol sosial (yang informal) d masyarakat modern menyebabkan diintroduksikannya di dalam masyarakat modern itu sejumlah badan-badan kontrol sosial yang berstatus formal, seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Badan-badan pelaksana kontrol sosial yang terorganisir, berfungsi mengatasi kelemahan-kelemahan kontrol sosial yang ada. Penambahan kontrol sosial formal di dalam masyarakat modern ini sering kali belum bisa menandingi efektifitas kontrol sosial informal di masyarakat-masyarakat primitif. e. Toleran-tidaknya sikap petugas kontrol sosial terhadap pelanggaran yang terjadi Sering kali kontrol sosial tidak dapat terlaksana secara penuh dan konsekuan, bukan kondisi-kondisi objektif yang tidak memungkinkan, melainkan karena sikap toleran (menegang) agen-agen kontrol sosial terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Adapun toleransi pelaksana-pelaksana kontrol sosial terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi umumnya tergantung pada faktor-faktor tersebut: 1. Ekstrim tidaknya pelanggaran norma itu Apabila pelanggaran itu bersifat kecil dan tidak seberapa berarti, maka biasanya para petugas kontrol sosial akan bersikap toleran saja. Kalau pelanggaran-pelanggaran itu ringan-ringan saja, para petugas kontrol sosial akan berpura-pura tidak melihatnya atau tidak akan mengacuhkannya. Jika pelanggaran-pelanggaran itu terjadi cukup keterlaluan dan atau berulang, maka di dalam hal ini

75 62 S O S I O L O G I K E S E H A T A N kontrol sosial akan membiarkan saja. Kriteria yang dipakai untuk menetapkan apakah suatu pelanggaran norma tertentu itu masih tidak apa-apa atau sudah keterlaluan, didasarkan pada ukuran tradisi sosial setempat. 2. Keadaan situasi sosial pada ketika pelanggaran norma itu terjadi Di dalam situasi krisis, batas toleransi kontrol sosial terhadap pelanggaan-pelanggaran norma sosial mungkin berubah. Apa yang semula normaliter dianggap sebagai sesuatu pelanggaran yang amat keji, pada situasi-situasi krisis mungkin sekali bisa dimengerti sebagai perbuatan-perbuatan yang selayaknya dimaafkan. Dan kontrol sosial akan menjadi keras dan tegas kembali sesegera suasana krisis hilang dan suasana damai pulih kembali. Dengan kata lain, di dalam suasana-suasana krisis yang dilakukan di dalam daerah damai yang masih berjalan normal. Situasi sebaliknya dalam keadaan krisis mungkin pula bisa terjadi kontrol sosial tidak semakin melunak, melainkan semakin mengeras. 3. Status dan reputasi yang ternyata melakukan pelanggaran Status dan reputasi individu yang melanggar norma sering kali pula merupakan faktor yang mempengaruhi sikap subjektif para petugas kontrol sosial di dalam melaksanakan kontrol sosialnya itu. Seseorang yang mempunyai status superior (kaliber, kakap) atau memiliki popularitas, lazim mendapatkan perlakuan-perlakuan khusus dari masyarakat sekelilingnya, antara lain juga dari para pelaksana kontrol sosial. Para pelaksana kontrol sosial cenderung untuk menganggap bahwa pelanggaran-pelanggaran borma yang dilakukan oleh orang-orang berstatus dan bereputasi tinggi itu terjadi secara tidak sengaja atau setidak-tidaknya tidak mengandung motif jahat dan karenanya tidak perlu dikontrol secara terlampau keras. Di samping memberikan perlakuan lunak di dalam hal-hal tertentu kepada warga masyarakat yang berstatus tinggi, kontrol sosial di dalam hal-hal yang lain malahan berlaku sebaliknya, tidak bersikap toleran, akan tetapi justru malahan menurut adanya konformitas yang penuh. Tanpa membolehkan adanya penyimpangan atau kelunakan sedikit pun. 4. Asasi tidaknya nilai moral yang terkandung di dalam norma yang terlanggar Norma yang dilanggar, dalam arti mengandung nilai yang berasasi atau tidakkah norma itu, ternyata ikut pula mempengaruhi sampai sejauh manakah petugas kontrol sosial mungkin bisa bersikap toleran. Kontrol sosial akan lebih diterapkan secara lunak apabila

76 P e n g e n d a l i a n S o s i a l 63 menghadapi persoalan-persoalan yang tidak seberapa lazim daripada kalau menghadapi persoalan-persoalan yang dinilai amat prinsipil serta menyangkut kesejahteraan rohani masyarakat. Batas penentu manakah nilai yang asasi dan mana pula yang tidak asasi selalu bisa saja berubah. 5.4 Bentuk Kontrol Sosial Kontrol atau pengendalian sosial mengacu kepada berbagai alat yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk mengembalikan anggotaanggota yang keras kepala ke dalam jalannya. Tidak ada masyarakat yang bisa berjalan tanpa adanya kontrol sosial. Bentuk kontrol sosial atau caracara pemaksaan konformitas relatif beragam. Cara pengendalian masyarakat dapat dijalankan dengan cara persusif atau dengan cara koersif. Cara persuasif terjadi apabila pengendalian sosial ditekankan pada usaha untuk mengajak atau membimbing, sedangkan cara koersif tekanan diletakkan pada kekerasan atau ancaman dengan mempergunakan atau mengandalkan kekuatan fisik. Menurut Soekanto (2012) cara mana yang lebih baik senantiasa tergantung pada situasi yang dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai, maupun jangka waktu yang dikehendaki. Metode kontrol sosial bervariasi menurut tujuan dan sifat kelompok yang bersangkutan. Di samping berbagai mekanisme seperti desas-desus, mengolok-olok, mengucilkan, menyakiti, bentuk kontrol sosial juga bisa dilakukan mellaui ideologi, bahasa, seni, kreasi, organisasi rahasia, caracara tanpa kekerasan, kekerasan dan teror, pengendalian ekonomi, perencanaan ekonomi dan sosial. Bahan Diskusi Bagaimana cara melakukan kontrol sosial yang efektif untuk menangani permasalahan kenakalan remaja seperti seks bebas dan narkoba? Jelaskan? Rangkuman Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (2012), kontrol sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku. Salah satu faktor yang mempertimbangkan alasan mengapa warga masyarakat perlu dikontrol atau diberi rambu-rambu di dalam berperilaku sehari-hari ada kaitannya dengan efektifitas dan tidaknya proses sosialisasi.

77 64 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Kontrol sosial yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran atau dalam versi mengancam sanksi disebut kontrol sosial yang bersifat preventif. Sedangkan kontrol sosial yang dilakukan setelah terjadi pelanggaran dengan maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa berjalan seperti semula disebut kontrol sosial yang bersifat represif. Bentuk kontrol sosial atau cara-cara pemaksaan konformitas relatif beragam. Cara pengendalian masyarakat dapat dijalankan dengan cara persusif atau dengan cara koersif. Soal-Soal Latihan 1. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku menyimpang dari norma yang berlaku? 2. Sebutkan dan jelaskan jenis sanksi yang digunakan di dalam pelaksanaan kontrol sosial? 3. Jelaskan faktor yang ikut menentukan sampai seberapa jauhkah sesungguhnya sesuatu usaha kontrol sosial oleh kelompok masyarakat? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 5 (lima) dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 6 (enam). Daftar Bacaan Schaefer, Richard Sosiology. Jakarta: Salemba Humanika. Soekanto, Soejono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

78 BAB 6. PERUBAHAN SOSIAL Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan sosial. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang definisi perubahan sosial, teori perubahan sosial, perspektif tentang perubahan sosial, arah perubahan sosial, dan modernisasi. Uraian : 6.1 Definisi Perubahan Sosial Menurut Wilbert Moore mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial. Moore mendefinisikan perubahan sosial berbagai ekspresi mengenai struktur seperti norma, nilai dan fenomena kultural. Definisi lain menyebutkan bahwa perubahan sosial didefinisikan sebagai variasi atau modifikasi dalam setiap aspek proses sosial, pola sosial dan bentuk-bentuk sosial serta setiap modifikasi pola antar hubungan yang mapan dan standar perilaku. Definisi itu mencakup seluruh aspek kehidupan sosial, hal tersebut sebenarnya karena keseluruhan aspek kehidupan sosial terusmenerus berubah. Yang berbeda hanyalah tingkat perubahannya. Perubahan di setiap tingkat kehidupan sosial mungkin lebih tepat dianggap sebagai perubahan sosial. Dengan dibedakannya antar tingkattingkat itu tidak berarti bahwa perubahan pada satu tingkat-tingkat itu tidak berarti bahwa perubahan pada satu tingkat tertentu terlepas dari perubahan pada tingkat yang lain. Gillin dan Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena

79 66 S O S I O L O G I K E S E H A T A N perubahan-perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuanpenemuan baru dalam masyarakat. Menurut Samuel Koenig mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi mana terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern. Definisi lain dari Selo Soemardjan bahwa segala perubahanperubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. 6.2 Teori Perubahan Sosial Teori Evolusi Sosial Comte menyatakan bahwa masyarakat merupakan sebuah organisme yang terintegrasi berkat adanya konsensus. Kondisi ini memungkinkan masyarakat selalu dalam kondisi harmonis yang diperolehnya berkat spontanitas hubungan fungsional antar subsistemnya. Inilah yang oleh Comte disebut sebagai sosiologi statis, dengan kajian aspek utama pada struktur sosial. Selain itu juga mengajukan konsep sosiologi dinamis dengan mengajukan preposisi bahwa setiap masyarakat akan mengalami urutan perkembangan dan perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh perkembangan sebelumnya. Dengan mempelajari sifat keumuman perkembangan, akan diperoleh hukum atau pola-pola perkembangan yang terjadi sehingga dengan demikian akan bisa membantu menyediakan dasar rasional untuk memudahkan tingkat kemajuan masyarakat. Penjelasan Comte terhadap evolusi sosial didasarkan pada konsep 3 tahap, dari masyarakat primitif sampai ke peradaban Perancis abad 19 yang menurutnya sangat maju. Hukum urutan perkembangan masyarakat dimaksud adalah hukum fundamental perkembangan pemikiran manusia, yaitu: a. Tingkat teologis (khayalan); b. Tingkat metafisika (abstrak); c. Tingkat ilmiah (positifis). Pikiran manusia dalam perkembangannya mendasarkan pada tiga metode yang mempunyai karakteristik berbeda. Yang pertama merupakan fondasi dan karenanya memang harus ada, yang kedua sebagai paralihan dan yang ketiga adalah pemahaman dalam keadaannya yang pasti dan tidak tergoyahkan. Pada fase pertama (teologis), semua yang ada adalah

80 P e r u b a h a n S o s i a l 67 hasil tindakan kekuatan supernatural, termasuk akal budi manusia. Pengetahuan adalah absolut dan kodrati. Ada tiga tingkatan dalam tahapan berpikir teologis, yaitu: a. Tingkat pertama, fetisisme (fetihim) merupakan bentuk kepercayaan awal manusia sehingga kepercayaan kepada kekuatan ini mendominasi kehidupan masyarakat. Manusia mengakui bahwa semua benda memiliki kelengkapan hidupnya sendiri. Fetisisme ini dalam prosesnya akan digantikan dengan kepercayaan supernatural yang meskipun berbeda dari dan antar benda-benda alam, namun terus mengontrol semua gejala alam. Dan seiring dengan kemajuan cara berpikir masyarakat kepercayaan tersebut kemudian akan diganti dengan adanya sesuatu yang tertinggi disebut monoteisme. Perkembangan masyarakat di tingkat seperti ini mempengaruhi pola tatanan masyarakatnya. Masyarakat yang masih mengandalkan kepada kekuatan jimat akan menempatkan sosok seorang pendeta (scerdotal) sebagai figur sentral dan karenanya akan mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Struktur sosial yang diilhami oleh sistem kepercayaan demikian, menurut Comte mengakibatkan berkembangannya pola perilaku yang penuh kepura-puraan dan karenanya tidak rasional. b. Tingkat kedua, politeisme merupakan suatu periode perkembangan masyarakat di mana telah mulai tumbuh institusi-institusi sosial. c. Tingkat ketiga, monoteisme merupakan modifikasi-modifikasi konsep teologis mulai dikembangkan. Gereja dan negara mulai dipisahkan. Motivasi perang menjadi bergeser dari tindakan agresif menjadi defensif. Semua periode perkembangan di tingkat teologis di atas masih menunjukkan adanya anggapan bahwa semua fenomena alam termasuk manusia diciptakan oleh Zat Adikodrati. Pada tingkat abstrak (metafisika) modifikasi-modifikasi dari tingkatan teologis telah banyak dilakukan. Pikiran manusia bukan sematamata ciptaan Zat Adikodrati, melainkan dari kekuatan abstrak. Kekuatan abstrak selain dinilai benar-benar ada, juga melekat pada setiap manusia dan yang terpenting mampu menciptakan semua fenomena. Ketika tingkat perkembangan masyarakat sudah sampai pada tahap akhir (positif), konsep-konsep yang bersifat absolut tentang fenomenal alam semesta sudah ditinggalkan, sebab hal itu dinilainya sebagai hal yang sia-sia. Sebagai penggantinya, pencarian (research) terhadap hukum-hukum perkembangan alam banyak dilakukan dan digalakkan. Terutama hukum tentang hubungan-hubungan urutan dan persamaan, karena itu penalran dan observasi harusnya digabungkannya secara tepat sehingga bisa berfungsi sebagai sarana pengetahuan ilmiah dalam rangka

81 68 S O S I O L O G I K E S E H A T A N pencarian hukum tersebut. Itulah gagasan singkat tentang evolusi perkembangan yang dikemukakan Comte. Dari hal tersebut Comte menempatkan peran intelektual sebagai motor utama perkembangan masyarakat. Salain itu, cara berpikir tertentu begiru penting dalam mengatur tertib sosial sesuai dengan tahap perkembangannya. Artinya, walau cara berpikir tahap primitif lebih rendah daripada tahap positif, namun tetap sangat penting dalam menegakkan tertib sosial di zamannya dan ini sekaligus dinilai sangat strategis untuk dasar munculnya pola berpikir tahap berikutnya Teori Neo-Evolusi Personian Dasar teori neo-evolusi yang dikembangkan Parson bermula dari smeinar yang diselenggarakan di Havard University tahun 1963 yang dihadiri beberapa ilmuwan sosial terkemuka, seperti Eisenstadt dan Bellah. Telaah Singkat Teori Parson Tentang Tindakan Sosial Parson dikenal sebagai a biologist, di mana manusia tidak lain organisme biologis dan karya-karyanya banyak dikenal sebagai paradigma ini. Teori Parson yang terkenal adalah teori tentang tindakan manusia. Tentang hal ini Parson membedakan menjadi 4 subsistem: a. Organisme; b. Kepribadian; c. Sistem sosial; d. Sistem kultural. Keempat unsur ini tersusun dalam urutan sibernetika (cybernetic order) dan mngendalikan tindakan manusia. Dengan skema di bawah ini: a. General system of action: b. Ultimate reality 1. Cultural sub system of action; 2. Sosial sub system of action; 3. Personality sub system of action; 4. Behavioral organisme sub system of action. c. Physico-organic word Semua tindakan manusia ditentukan oleh keempat subsistem. Sistem kultural merupakan sumber ide, nilai, kepercayaan dan simbolsimbol. Sistem ini penuh dengan gagasan dan ide. Karena itu, kaya akan informasi tetapi lemah dalam energi dan aksi. Aplikasi dari sistem kultural yang kaya informasi tersebut ada pada sistem di bawahnya. Sistem kultural memberikan arahan, bimbingan dan pemaknaan terhadap tindakan manusia dalam sistem sosial. Untuk sampai pada bentuk

82 P e r u b a h a n S o s i a l 69 tindakan nyata, kepribadian, sistem sosial berfungsi sebagai moderator terhadap sistem kultural. Artinya simbol-simbol budaya diterjemahkan begitu rupa dalam sistem sosial yang kemudian disampaikan kepada individu-individu warga sistem sosial individu-individu melalui proses sosialisasi dan internalisasi. Pesan kultural, jika sudah diketahui dan dipahami oleh setiap individu, maka akan menjadi pedoman dalam bertindak. Dalam konteks ini, pesan kultural tersebut mewujud dalam bentuk norma sosial yang sudah tentu mengikat semua warga sistem sosial. Kemudian, jika semua pesan kultural telah internalized dalam diri setiap orang, maka itu berarti norma osial telah self-enforcing. Artinya, norma-norma sosial itu telah menjadi bagian integral ke dalam organisme dirinya sendiri. Bila mekanisme hubungan sibernatika keempat unsur tersebut di atas diamati secara seksama dan meski sistem sosial bukan berada pada posisi puncak tingkatan sibernetika. Namun posisinya sangatlah subsistem lainnya dalam hubungannya dengan sistem sosial (sistem bermasyarakat) tidak lebih sebagai lingkungan utama. Dengan demikian, sistem sosial berfungsi mengintegrsikan ketiga subsistem lingkungannya ke dalam dirinya sendiri. Parson menformulasikan konsep functional imperatives terutama kaitannya dengan masalah kelangsungan hidup sistem sosial. Maksudnya, masyarakat harus memenuhi keempat fungsi utama berikut, jika tidak ingin punah: a. Adaptation to the environment-performed by the economy b. Goal attainment-performed by the government; c. Integration (linking the institutions together)-performed by the legal institutions and religion; d. Latency (pattern maintenance of value from generation to generation)- performed by the family and education. Fungsi adaptasi berkaitan positif dengan teknologi dan tingkat kelangsungan serta kemandirian (otonomi). Ini menyangkut hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dan subsistem organisme tindakan serta dengan alam fisio-organik. Fungsi kedua, pencapaian tujuan, berkaitan dengan dimensi kepemerintahan. Artinya, bagaimana pemerintah bisa mengorganisasikan sumber-sumber yang ada, terutama sumber dari subsistem kepribadian. Dengan kata lain, bagaimana prioritas tujuan ditentukan dan akan dicapai dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada. Fungsi kedua ini berkaitan dengan dimensi subsistem kepribadian. Fungsi ketiga, integrasi, berkaitan dengan institusi-institusi non agama dan agama. Maksudnya, bagaimana agar berbagai institusi yang ada dalam sistem sosial itu bisa seimbang dan terkoordinasi dengan

83 70 S O S I O L O G I K E S E H A T A N baik. Sedangkan fungsi keempat, latency-pemeliharaan pola, berfungsi menjaga dan sejauh mungkin memberdayakan agar unsur-unsur yang ada dalam sistem sosial bisa berfungsi sebagaimana seharusnya sehingga tidak sampai mengarah pada disequilibrium system. Karena itu fungsi keempat bekaitan erat dengan sistem kultural yang di dalamnya berperan sistem kekerabatan dan pendidikan. Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Tidak seperti prinsip teori evolusi sosial yang membagi perkembangan masyarakat secar dikotomis, Parson, seperti halnya teorisi neo-evolusi lainnya, menunjukkan adanya perkembangan masyarakat transisional. Menurut Parson, masyarakat akan berkembang melalui tiga tingkatan utama: a. Primitif; b. Intermediat; c. Modern. Dari tiga tahapan ini, oleh Parson dikembangkan lagi ke dalam subklasifikasi evolusi sosial lagi, sehingga menjadi 5 tahapan: a. Primitif; b. Advance primitif and arcchatic; c. Historic intermediate; d. Seedbed society; e. Modern societies. Parson meyakini bahwa perkembangan masyarakat berkaitan erat dengan perkembangan keempat unsur subsistem utama: a. Kultural (pendidikan); b. Kehakiman (integrasi); c. Pemerintahan (pencapaian tujuan); d. Ekonomi (adaptasi). Masing-masing subsistem secara otonom, subkolektif-subkolektif. Dalam konteks ini, kemampuan adaptasi terhadap lingkungan merupakan tolok ukur dari tingkat otonominya. Semakin adaptif bearti semakin tinggi otonominya. Konkritnya semakin tinggi otonomi masing-masing subkolektif dalam melakukan fungsi utamanya, dalam rangka fungsi interdependency sistem secara keseluruhan. Semakin besar pula kemampuannya menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan ini berarti semakin maju masyarakat yang bersangkutan. Konsep Parson yang melihat masyarakat sebagai sistem interaksi kolektif dan tingkat perilaku, merujuk pada persekutuan hidup (sosial community) dan ini dinilai sebagai intisari struktur sosial yang fungsi

84 P e r u b a h a n S o s i a l 71 utamanya adalah mengintregasikan. Fungsi inegratif ini setidaknya bisa ditunjukkan dalam 2 hal: a. Memberikan kriteria dan atau identitas kenggotaan dalam sistem sosial; b. Menciptakan norma sosial yang mengatur hubungan baik antar individu maupun antar subkolektif dalam sistem sosial. Masyarakat sebagai sistem sosial tertinggi di dalam nilai-nilai kultural. Dan nilai-nilai kultural, pada gilirannya berperan sebagai tiang penyangga tata kehidupan bermasyarakat dan sebagai pedoman yang mengarahkan tingkahlaku anggota masyarakat di alam fisik yang nyata. 6.3 Perspektif Tentang Perubahan Sosial Masyarakat, boleh jadi memang tidak pernah diam. Masyarakat selalu bergerak, berkembang dan berubah. Dinamika masyarakat ini terjadi bisa karena faktor internal yang inheren melekat dalam diri masyarakat itu sendiri dan bisa juga karena faktor lingkungan eksternal. Ada banyak perspektif teori yang menjelaskan tentang perubahan sosial, misalnya perspektif teori sosiohistoris, struktural-fungsional, strukturalkonflik dan psikologi-sosial. Teori sosiohistoris menempatkan variabel latar belakang sejarah dengan menekankan proses evolusi sebagai faktor penting terjadinya perubahan sosial. Perspektif ini melihat perubahan dalam dua dimensi yang saling berbeda asumsi: a. Perubahan sebagai suatu siklus; b. Perubahan sebagai suatu perkembangan (linier). Berlawanan dengan perspektif konflik, teori fungsionalisme struktural melihat perubahan sosial sebagai dinamika adaptif menuju keseimbangan baru, akibat perubahan lingkungan eksternal. Upaya menjelaskan lebih lanjut teori perubahan sosial Parson telah dilakukan oleh Nail Smelser. Penjelasan paling penting yang dimaksud Smelser adalah perlunya menentukan variabel tergantung (dependency variables) dalam menganalisis setiap perubahan sosial (Soekanto, 2012). Berbeda dari itu semua adalah teori Psikologi Sosial yang memandang perubahan sosial sebagai akibat dari peran aktor individual untuk berkreasi dan berkembang. Teori konflik menjelaskan fenomena perubahan sosial karena adanya proses sosial disosiatif dalam masyarakat. Berbeda dengan pendekatan fungsionalisme-struktural, teori konflik secara eksplisit banyak berbicara tentang perubahan masyarakat. Tokoh sentral pendekatan konflik yaitu Karl Marx. Marxian mendasarkan diri pada asumsi berpikir dialetika dan matrealisme. Dialetika mengisyaratkan

85 72 S O S I O L O G I K E S E H A T A N adanya kontradiksi sebagai substansi segala sesuatu (baik alam maupun manusia) dan sekaligus merupakan fakta sentral segala sesuatu. Dengan demikian maka perubahan masyarakat itu inhenren dengan adanya kehidupan itu sendiri.. Sebagai negoteated order, artinya proses tawar-menawar antara beberapa kekuatan menuju bentuk tertib sosial baru. Setiap masyarakat, kata Strauss akan selalu mengalami proses seperti itu. Mekanisme Perubahan Secara implisit mekanisme perubahan bisa ditelusuri melalui teoriteori antara lain dipaparkan di depan. Untuk menjelaskan mekanisme perubahan dengan baik, paling tidak harus memperhatikan 3 perspektif penting, yaitu: a. Perspektif materialis Perspektif ini menempatkan budaya material sebagai pendorong utama mekanisme perubahan. Teknologi sangat determinan dalam perubahan sosial. Tokoh teknokratis ini adalah Thorstein Veblen ( ). Veblen melihat teknologilah yang mewarnai tatanan sistem sosial. Karena itu, ia mengajukan preposisi bahwa perilaku manusia mencerminkan perkembangan teknologi dan ekonominya (Lauer, 1989: ). Veblen ini secara implisit mengisyaratkan kemampuan teknologi dalam mempengaruhi perilaku manusia. Jika demikian, maka teknologi itu membawa nilai-nilai tertentu dan karenanya tidak bebas nilai dalam kehidupan sosial. Teknologi akan berkembang dengan sangat cepat karena basic culture memungkinkan untuk itu. Bila demikian, maka tingkat percepatan perkembangannya akan jauh meninggalkan kebudayaan manusia. Maka, seiring dengan kecenderungan seperti itu muncullah konsep yang dikemukakan Veblen dan Ougburn-culture lag atau ketertinggalan budaya. Setiap teknologi, menurut McLuhan, secara bertahap menciptakan lingkungan kehidupan manusia yang sama sekali baru. Teknologi merupakan kekuatan dahsyat dan tidak terbendung dalam mempengaruhi kehidupan manusia. Namun demikian menurut McLuhan, mestilah dibedakan antara perubahan yang benar-benar diakibatkan teknologi dan perubahan yang seharusnya diakibatkan teknologi. Ini berarti, ada perubahan yang dipaksakan dan dimungkinkan (McLuhan, 1964;Lauer, 1989:212). Berdasarkan pernyataan McLuhan barangkali juga bisa didiskusikan lebih jauh tentang pembedaan perubahan yang diperlukan teknologi dan perubahan yang ditimbulkan teknologi sebagai alternatif baru.

86 P e r u b a h a n S o s i a l 73 Bagaimana cara teknologi mempengaruhi perubahan, menurut Lauer (1989: ) ada 3 cara yaitu: 1. Teknologi meningkatkan alternatif-alternatif baru bagi manusia; 2. Teknologi mempengaruhi dan kemudian mengubah pola interaksi 3. Introduksi teknologi yang tidak bebas menilai, cenderung menimbulkan konflik-konflik dan karenanya membawa permasalahan baru dalam masyarakat. b. Perspektif idealis Perspektif ini menempatkan ide dalam mekanisme perubahan. Perubahan sosial bermula dari ide. Ide umum selalu mengecam tatanan yang ada, demikian kata Whithead. Tesis Whitehead itu, bila ditelaah dari kacamata sejarah manusia, ada benarnya. Misalnya bagaimana agama telah mengubah total masyarakat yang ada sebelumnya. c. Perspektif mekanisme interaksional Perspektif ini meyakini bahwa mekanisme perubahan oleh kekuatan material dan ideologi, tetapi bersumber dalam proses sosial itu sendiri. Mekanisme perubahan sosial sebagai hasil dinamisasi proses osial dalam masyarakat. Barangkali ini yang menarik untuk didiskusikan. Dalam proses sosial, paling tidak menurut Simnel ada proses sosial disosiatif dan asosiatif. Dissosiative process mengisyaratkan adanya kompetisi dan konflik. 6.4 Arah Perubahan Sosial Perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu, mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk yang sama sekali baru. Namun mungkin pula bergerak ke arah suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang lampau. Sebagaimana telah dikatakan, suatu perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Salah satu jenis perubahan dapat dilakukan dengan mengadakan modernisasi. 6.5 Modernisasi Secara hitoris, moderniasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17 sampai abad ke-19. sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar ke negaranegara Eropa lainnya serta juga ke negara-negara Amerika Serikat, Asia dan Afrika pada abad ke-19 dan 20 ini. Negara-negara atau masyarakatmasyarakat modern pun yang sedang menjalani proses tersebut, telah

87 74 S O S I O L O G I K E S E H A T A N berkembang dari aneka warna masyarakat tradisional ataupun masyarakat-masyarakat pra modern Pengertian Modernisasi Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas. Kadangkadang batas-batasnya tidak dapat ditetapkan secara mutlak. Pengertian modernisasi menurut Wilbert mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil (Soekanto, 2012). Karakteristik umum modernisasi yang menyangkut aspek-aspek sosiodemografis masyarakat dan aspek-aspek sosio-demografis digambarkan dengan istilah gerak sosial (sosial mobility). Artinya, suatu proses unsurunsur sosial ekonomis dan psikologis mulai menunjukkan peluangpeluang ke arah-arah pola-pola baru melalui sosialisasi dan pola-pola perilaku. Perwujudannya adalah aspek-aspek kehidupan modern seperti mekanisasi, media massa yang tertaur, urbanisasi, peningkatan pendapatan per kapita dan sebagainya. Aspek-aspek struktural organisasi sosial diartikan sebagai unsur-unsur dan norma-norma kemasyarakatan yang terwujud apabila manusia mengadakan hubungan dengan sesamanya di dalam kehidupan bermasyarakat. Perubahan struktural dapat menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan, norma-norma kemasyarakatan, lapisan sosial, hubungan-hubungan dan setrusnya. Soekanto (2012) dalam bukunya menyatakan bahwa modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah (dircted change) yang didasarkan pada perencanaan (juga merupakan intended atau planed-change) yang bisa dinamakan sosial planning. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat yang bersangkutan, oleh karena prosesnya meliputi bidang-bidang yang sangat luas, menyangkut proses disorganisasi, problem-problem sosial, konflik antar kelompok, hambatan-hambatan terhadap perubahan dan sebagainya Disorganisasi, Transformasi dan Proses Dalam Modernisasi Disorganisasi adalah proses berpudarnya atau melemahnya normanorma dan nilai-nilai dalam masyarakat karena adanya perubahan (Soekanto, 2012). Perwujudan disorganisasi yang nyata adalah timbulnya masalah-maslah sosial. Masalah sosial dapat dirumuskan sebagai penyimpangan (deviation) terhadap norma-norma kemasyarakatan yang merupakan persoalan bagi masyarakat pada umumnya. Suatu masalah

88 P e r u b a h a n S o s i a l 75 sosial adalah peranan-peranan sosial khusus yang dimiliki oleh individu di dalam masyarakat atas dasar tradisi atau kelahiran dan juga peranan atas dasar perbedaan kelamin, yang dalam suatu proses perubahan mengalami kegoyahan. Proses modernisasi juga dapat menimbulkan persoalan-persoalan demikian. Misalnya persoalan-persoalan yang berhubungan erat dengan community organization, pembagian kerja, aktivitas untuk mengisi waktu-waktu senggang dan selanjutnya. Pada awal proses modernisasi yang biasanya berupa industrialisasi, pengangguran merupakan persoalan yang meminta perhatian mendalam. Di satu pihak, inovasi di bidang teknologi menyebabkan persoalan pengangguran di negara-negara yang baru mulai dengan modernisasi, tetapi di pihak lain, di negara-negara yang relatif sudah maju teknologinya, problem sosial menyangkut pengisisan waktu senggang. Aktivitas-aktivitas untuk mengisi waktu senggang yang biasanya berhubungan erat dengan upacara dan tradisi, menjadi pudar dengan perkembangan teknologi tersebut. Sebenarnya masalah tersebut juga menimpa masyarakat-masyarakat yang baru menginjak tahap pertama modernisasi. Kesemuanya itu mungkin menimbulkan disorganisasi dala masyarakat yang seringkali menyebabkan orang-perorangan menarik diri dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dengan cara langsung maupun tidak langsung. Di samping itu tentu akan dapat dijumpai perlawanan terhadap transformasi sebagai akibat adanya modernisasi. Keyakinan yang kuat terhadap kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran terhadap penyimpangan-penyimpangan, pendidikan dan perkembangan ilmiah yang tertinggal, merupakan beberapa faktor yang menghambat proses modernisasi. Justru pendidikan dan perkembangan ilmiah adalah penting untuk mengimbangi perkembangan teknologi dalam modernisasi, hal tersebut justru akan mencegah terjadinya ketertinggallan budaya. Akan tetapi, modernisasi yang terlampau cepat juga tidak dikehendaki, karena dengan demikian masyarakat tidak akan sempat mengadakan reorganisasi. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa yang sangat berpengaruh pada peneriman atau penolakan modernisasi, terutama adalah sikap dan nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur yang baru serta kesepadanannya dengan unsur-unsur kebudayaan yang ada atau memerlukan pola-pola yang belum ada. Kecuali itu, ada kemungkinan bahwa unsur-unsur tertentu dari modernisasi menggantikan unsur-unsur yang lama (sehingga bukan merupakan tambahan).

89 76 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Beberapa Syarat Modernisasi Modernisasi hampir pasti ada awalnya akan mengakibatkan disorganisasi dalam masyarakat. Apalagi modernisasi mulai menyangkut nilai-nilai masyarakat dan norma-norma masyarakat. Proses yang terlalu cepat serta tidak mengenal istirahat hanya akan mengakibatkan disorganisasi yang terus-menerus, karena masyarakat tidak perna sempat untuk mengadakan reorganisasi. Modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada faktor-faktor rehabilitasi. Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif dan agar proses tersebut tidak mengarah pada angan-angan, sebaliknya modernisasi harus dapat memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat ke arah waktu-waktu mendatang. Syarat-syarat suatu modernisasi adalah (Ogburn dan Nimkoff dalam Soekanto, 2012): a. Cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking) yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat. Hal ini menghendaki suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dan baik. b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi. c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik, teratur dan terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. Hal ini memerlukan penelitian yang kontinu, agar data tidak tertinggal. d. Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi tahap, karena banyak sangkut-pautnya dengan sistem kepercayaan masyarakat (belief system). e. Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak berati displin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan. f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (sosial planning). Apabila itu tidak dilakukan, maka perencanaan akan terpengaruh oleh kekuaran-kekuatan dari kepentingan-kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam masyarakat. Bahan Diskusi Di era modern saat ini banyak terjadi perubahan sosial terutama pada remaja, bagaimana pendapat Anda tentang perubahan sosial yang terjadi pada remaja saat ini? Jelaskan?

90 Rangkuman P e r u b a h a n S o s i a l 77 Menurut Wilbert Moore mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial. Gillin dan Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari caracara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Teori perubahan sosial terdiri dari teori evolusi sosial dan teori neoevolusi personian.dinamika masyarakat ini terjadi bisa karena faktor internal yang inheren melekat dalam diri masyarakat itu sendiri dan bisa juga karena faktor lingkungan eksternal. Ada banyak perspektif teori yang menjelaskan tentang perubahan sosial, misalnya perspektif teori sosiohistoris, struktural-fungsional, struktural-konflik dan psikologisosial. Perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Suatu perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Salah satu jenis perubahan dapat dilakukan dengan mengadakan modernisasi. Soal-Soal Latihan 1. Sebutkan dan jelaskan tingkatan dalam tahapan berpikir teologis? 2. Mekanisme perubahan dengan baik, paling tidak harus memperhatikan 3 perspektif penting, jelaskan? 3. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat suatu modernisasi? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 6 (enam) dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 7 (tujuh). Daftar Bacaan Lauer, HR Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Bina Aksara. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

91 78 S O S I O L O G I K E S E H A T A N

92 BAB 7. MASALAH SOSIAL Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan masalah sosial. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang definisi masalah sosial, klasifikasi masalah sosial dan sebab-sebabnya, ukuran-ukuran sosiologis terhadap masalah sosial, beberapa masalah sosial penting, pemecahan masalah sosial, dan perencanaan sosial. Uraian : 7.1 Definisi Masalah Sosial Samuel Koening dalam buku Soekanto (2012) menyebutkan bahwa masalah sosial seringkali dibedakan antara dua macam persoalan, yaitu: a. Masalah masyarakat (scientific or society problems) yaitu menyangkut analisis tentang macam-macam gejala kehidupan masyarakat. b. Problema sosial (ameliorative or sosial problems) yaitu meneliti gejala-gejala abnormal masyarakat dengan maksud untuk memperbaiki atau bahkan untuk menghilangkannya. Sosiologi berusaha untuk menyelidiki persoalan-persoalan umum dalam masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan-kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Sedangkan usaha-usaha perbaikannya merupakan bagian dari pekerjaan sosial (sosial work). Sosiologi berusaha untuk memahami kekuatan-kekuatan dasar yang berada di belakang tata kelakuan sosial. Pekerjaan sosial berusaha untuk menanggulangi gejala-gejala abnormal dalam masyarakat atau untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat. Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Sebab itu

93 80 S O S I O L O G I K E S E H A T A N masalah-masalah sosial tidak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Sosiologi menyangkut teori yang hanya dalam batas tertentu menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, yang terpokok adalah aspek ilmiahnya (Soekanto, 2012). Sosiologi bertujuan untuk menemukan sebab-sebab terjadinya masalah sosiologi tidak terlalu menekankan pada pemecahan atau jalan ke luar dari masalah-masalah tersebut. Karena usaha-usaha untuk mengatasi masalah sosial hanya mungkin berhasil apabila didasarkan pada kenyataan serta latarbelakangnya, maka sosiologi dapat pula ikut serta membantu mencari jalan ke luar yang mungkin dapat dianggap efektif. Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut, sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Dalam keadaan normal terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat. Untuk merumuskan apa yang dinamakan dengan masalah sosial tidak begitu sukar, daripada usaha-usaha untuk membuat suatu indeks yang memberi petunjuk akan adanya masalah sosial tersebut. Para sosiolog telah banyak mengusahakan adanya indeks-indeks tersebut, misalnya indeks simple rates yaitu angk laju gejala-gejala abnormal dalam masyarakat, angka-angka bunuh diri, perceraian, kejahatan anakanak dan seterusnya. Seringkali juga diusahakan sistem composite indices yaitu gabungan indeks-indeks dari bermacam-macam aspek yang mempunyai kaitan satu dengan lainnya. Para sosiolog lainnya melihat pada komposisi penduduk dalam arti proporsi penduduk dalam lapisan masyarakat, tidak adanya keseimbangan dalam hubungan sosial dan sebagainya. Emory bogardus mencoba untuk melihat indeks sosial distances (jarak sosial). Karena apabila individu merasa dirinya jauh dari individu-individu lainnya, maka terdapat tanda akan goyahnya hubungan-hubungan sosial yang ahrmonis. Queen dan Greener membahasnya melalui sudut ikut sertanya warga masyarakat dalam kehiatan-kegiatan. 7.2 Klasifikasi Masalah Sosial dan Sebab-sebabnya Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan. Setiap masyarakat mempunyai norma yang bersangkut-paut dengan kesejahteraan

94 M a s a l a h S o s i a l 81 kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan mental, serta penyesuaian diri individu atau kelompok sosial. Penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma tersebut merupakan gejala abnormal yang merupakan masalah sosial. Sesuai dengan sumber-sumbernya tersebut, maka masalah sosial dapat diklasifikasikan dalam empat kategori seperti di atas misalnya (Soekanto, 2012): a. Faktor ekonomis, antara lain kemiskinan, pengangguran dan sebagainya; b. Faktor biologis, misalnya penyakit; c. Faktor psikologis, misalnya timbul persoalan (penyakit syaraf (neurosis), bunuh diri, disorganisasi jiwa danseterusnya; d. Faktor kebudayaan, misalkan menyangkut perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik rasial dan keagamaan. Seringkali suatu masalah dapat digolongkan ke dalam lebih dari satu kategori. Misalnya, kemiskinan mungkin merupakan akibat berjangkitnya penyakit paru-paru yang merupakan faktor biologis atau sebagai akibat sakit jiwa yang bersumber pada faktor psikologis. Atau dapat pula bersumber pada faktor kebudayaan, yaitu karena tidak adanya lapangan pekerjaan dan seterusnya. Klasifikasi yang berbeda, mengadakan pengolahan atas dasar kepincangan-kepincangan yaitu: a. Warisan fisik (physical beritage). Hal ini dapat dimasukkan ke dalam masalah sosial yang disebabkan adanya pengurangan atau pembatasanpembatasan sumber alam. b. Warisan biologis, mencakup persoalan-persolan penduduk, misalnya bertambah atau berkurangnya penduduk, pembatasan kelahiran, migrsi dan sebagainya. c. Warisan sosial, mencakup persoalan-persolan depresi, pengangguran, hubungan minoritas dengan mayoritas, pendidikan, politik, pelaksanaan hukum, agama, pengisian waktu-waktu terluang, kesehatan masyarakat dan seterusnya termasuk. d. Kebijaksanaan sosial, dapat dimasukkan hal-hal seperti perencanaan ekonomi, perencanaan sosial dan sebagainya. 7.3 Ukuran-Ukuran Sosiologis Terhadap Masalah Sosial Di dalam menentukan apakah suatu masalah-masalah problem sosial atau tidak, sosiologi mengunakan beberapa pokok persoalan sebagai ukuran (Soekanto, 2012), yaitu: a. Kriteria utama suatu masalah sosial, yaitu tidak adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyataankenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Unsur-unsur yang pertama

95 82 S O S I O L O G I K E S E H A T A N dan pokok dari masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai dengan kondisi-kondisi nyata kehidupan. Artinya, adanya kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi, dengan apa yang terjadi dalam kenyataan pergaulan hidup. Ada bermacam-macam derajat perbedaan tersebut juga menyebabkan terjadinya bermacam-macam masalah sosial, hal mana tergantung pula dari nilai-nilai sosial masyarakat yang bersangkutan dan juga berhubungan erat dengan unsur waktu. b. Sumber-sumber sosial masalah sosial. Secara sempit, masalah sosial merupakan persoalan-persoalan yang timbul secara langsung dari atau bersumber langsung pada kondisi-kondisi maupun proses-proses sosial. Jadi sebab-sebab terpenting masalah sosial haruslah bersifat sosial. Ukurannya tidaklah semata-mata pada perwujudannya yang bersifat sosial, akan tetapi juga pada sumbernya. Berdasarkan jalan pikiran yang demikian, maka kejadian-kejadian yang tidak bersumber pada perbuatan manusia, bukanlah merupakan masalah sosial. Yang pokok di sini adalah bahwa akibat dari gejala-gejala tersebut, baik gejala sosial maupun gejala bukan sosial menyebabkan masalah sosial. Inilah yang antara lain menjadi ukuran bagi sosiologi. c. Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah sosial atau tidak. Ukuran tersebut bersifat relatif sekali. Dalam masyarakat merupakan gejala yang wajar jika sekelompok warga masyarakat menjadi pimpinan masyarakat tersebut. Golongan kecil tersebut mempunyai kekuasaan dan wewenang yang lebih besar dari ornag-orang lain untuk membuat serta menentukan kebijaksanaan sosial. d. Manifest sosial problems and latent sosial problems. Manifest sosial problems merupakan masalah sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Kepincangan mana dikarenakan tidak sesuainya tindakan dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Masyarakat pada umumnya tidak menyukai tindakan-tindakan yang menyimpang. Latent sosial problems juga menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat, akan tetapi tidak diakui demikian halnya. Di sini sosiologi tidaklah bertujuan untuk membentuk manusia-manusia yang bijaksana dan selalu baik dalam tindakan-tindakannya. Akan tetapi untuk membuka mata agar mereka memperhitungkan akibat segala tindakannya. e. Perhatian masyarakat dan masalah sosial. Suatu kejadian yang merupakan masalah sosial belum tentu mendapat perhatian yang

96 M a s a l a h S o s i a l 83 sepenuhnya dari masyarakat. Sebaliknya, suatu kejadian yang mendapat sorotan masyarakat, belum tentu merupakan masalah sosial. Suatu problema yang merupakan manifest sosial problem adalah kepincangan-kepincangan yang menurut keyakinan masyarakat dapat diperbaiki, dibatasi atau bahkan dihilangkan. Lain halnya dengan latent sosial problem yang sulit diatasi, karena walaupun masyarakat tidak menyukainya, tetapi masyarakat tidak berdaya untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi problem tersebut, sosiologi seharusnya berpegang pada perbedaan kedua macam problema tersebut, sosiologi seharusnya berpegang pada perbedaan kedua problema tersebut yang didasarkan pada sistem nilai-nilai masyarakat, sosiologi seharusnya mendorong masyarakat untuk memperbaiki kepincangan-kepincangan yang diterimanya sebagai gejala abnormal yang mungkin dihilangkan (atau dibatasi). 7.4 Beberapa Masalah Sosial Penting Kemiskinan Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengaan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Pada masyarakat yang bersahaja susunan dan organisasinya, mungkin kemiskinan bukan merupakan masalah sosial. Karena mereka menganggap bahwa semuanya telah ditakdirkan, sehingga tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya. Mereka tidak akan terlalu memperhatikan keadaan tersebut, kecuali apabila mereka betul-betul menderita karenanya. Faktor-faktor yang menyebabkan mereka membenci kemiskinan adalah kesadaran bahwa mereka telah gagal untuk memperoleh lebih daripada apa yang telah dimilikinya dan perasaan akan adanya ketidakadilan (Soekanto, 2012). Pada masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu problema sosial karena sikap yang membenci kemiskinan tadi. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan, pakaian atau perumahan. Tetapi karena harta miliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf kehidupan yang ada. Hal ini terlihat di kota-kota besar Indonesia (seperti Jakarta), seseorang dianggap miskin karena tidak memiliki radio, televisi atau mobil. Sehingga lama-kelamaan benda-benda sekunder tersebut dijadikan ukuran bagi keadaan sosial-ekonomi seseorang, yatu apakah dia miskin atau kaya. Dengan demikian persoalannya mungkin menjadi lain yaitu tidak adanya pembagian kekayaan yang merata.

97 84 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Masalah Generasi Muda Dalam Masyarakat Modern Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan. Yakni, keinginan untuk melawan (misalnya dalam bentuk radikalisme, delinkuensi dan sebagainya) dan sikap yang apatis (misalnya penyesuiaian yang membabi buta terhadap ukuran moral generasi tua). Sikap melawan mungkin disertai dengan suatu rasa takut bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang. Sedangkan sikap apatis biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap masyarakat. Generasi muda biasanya menghadapi masalah sosial dan biologis. Apabila seseorang mencapai usia remaja, secara fisik dia telah matang, tetapi untuk dapat dikatakan dewasa dalam arti sosial masih diperlukan faktor-faktor lainnya. Dia perlu belajar banyak mengenai nilai dan norma-norma masyarakatnya. Kondisi saat ini ternyata remaja lebih senang, nyaman dan terbuka apabila mendiskusikan permasalahan yang berhubungan dengan perilaku seksual atau kesehatan reproduksi dengan sesama teman sebayanya dari pada dengan orang tua.kelompok sebaya dianggap memiliki kesetaraan pengetahuan dan lebih egaliter (Imron, 2012). Survey yang dilakukan oleh DKT Indonesia menunjukkan bahwa 81% dari 487 responden menyatakan lebih nyaman mendiskusikan masalah seksualitas dengan teman, 25% merasa nyaman membahas pacar, dan hanya 8% yang merasa nyaman membicarakan masalah seksualitas dengan orang tua (ibu) (BKKBN, 2008). Dengan kondisi empiris yang demilian, maka cara yang efektif untuk mencegah perilaku berisiko pada remaja sejak awal yang berdampak pada Kehamilan Tidak diinginkan (KTD) dan penularan IMS dan HIV/AIDS adalah dengan memanfaatkan nilai-nilai yang berlaku di kalangan remaja, yaitu melalui pembentukan peer educator (pendidik sebaya). Lain halnya dengan masyarakat yang sudah rumit, terdapat pembagian kerja dan pengkontakan fungsional bidang-bidang kehidupan. Kecuali terhadap pekerjaan fisik, maka masyarakat tidaklah semata-mata menuntut adanya kemampuan-kemampuan. Tetapi juga kemampuan di bidang ilmiah. Maka, kemungkinan timbul ketidakseimbangan antara kedewasaan secara biologis terutama di dalam proses modernisasi. Dalam situasi demikian, seorang pemuda merasa dirinya telah dewasa secara biologis, tetapi secara sosial belum. Memang, di dalam masyarakat sederhana meningkatnya usia berarti meningkatnya kebijaksanaan seseorang, hal mana merupakan ukuran bagi pengalaman-pengalamannya. Karena itu kedudukan-kedudukan penting diduduki oleh orang-orang yang telah berusia. Dalam masyarakat yang sudah kompleks, kemajuan seseorang ditentukan oleh kemampuan, bukan oleh senioritas.

98 M a s a l a h S o s i a l 85 Demonstration effect yang sangat kuat dan seterusnya merupakan masalah-masalah yang terjadi secara sosiologis, masalah tersebut antara lain dapat diurut-urutkan sebagai berikut: a. Persoalan sense of value yang kurang ditanamkan oleh orang tua, terutama yang menjadi warga lapisan yang tinggi dalam masyarakat. Anak-anak dari orang-orang yang menduduki lapisan yang tinggi dalam masyarakat biasanya menjadi pusat sorotan dan sumber bagi imitasi untuk anak-anak yang berasal dari lapisan yang lebih rendah. b. Timbulnya organisasi-organisasi pemuda juga pemudi informal, yang tingkah-lakunya tidak disukai oleh masyarakat pada umumnya. c. Timbulnya usaha-usaha generasi muda yang bertujuan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat, yang disesuaikan dengan nilai-nilai kaum muda. Usaha-usaha tersebut kemudian ditampung di dalam organisasiorganisasi formal di mana dinamika sosial generasi muda mewujudkan dri dengan penuh. Ikut sertanya generasi muda dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat merupakan bagian dari suatu gejala (yang lebih luas lagi) perasaan tidak puas. Di dalam organisasi-organisasi itulah terwujud cita-cita dan pola kehidupan baru, cita-cita tentang kebebasan dan spontanitas, aspirasi terhadap kepribadian dan lain sebagainya. 7.5 Pemecahan Masalah Sosial Dewasa ini diketemukan cara-cara analisis yang lebih efektif, walaupun metode-metode lama yang terbukti tidak efektif, belum dapat dihilangkan begitu saja. Hal ini disebabkan ilmu sosial pada umumnya belum sanggup untuk menetapkan secara mutlak dan pasti apa yang merupakan masalah sosial yang pokok. Lagi pula pengaruh pemecahan masalah sosial tidak dirasakan dengan segera, tetapi setelah jangka waktu yang cukup lama. Akhirnya perlu dicatat bahwa pasti ada reaksi terhadap metode-metode yang baru, karena masalah sosial menyangkut nilai-nilai dan perasaan sosial. Akan tetapi walaupun ada kekurangan-kekurangan, namun penelitian terhadap masalah sosial terus berkembang. Metodemetode yang digunakan antara lain (Soekanto, 2012): a. Metode preventif. Metode yang lebih sulit dilaksanakan, karena harus didasarkan pada penelitian yang mendalam terhadap sebab-sebab terjadinya masalah sosial. b. Metode represif. Metode yang banyak digunakan, karena setelah suatu gejala dapat dipastikan sebagai masalah sosial, bar diambil tindakantindakan untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi masalah sosial tidaklah semata-mata melihat aspek sosiologis, tetapi juga aspek-aspek lainnya. Sehingga, diperlukan

99 86 S O S I O L O G I K E S E H A T A N suatu kerja sama antara ilmu pengetahuan kemasyarakatan pada khususnya untuk memecahkan masalah sosial yang dihadapi tadi (secara interdisipliner). 7.6 Perencanaan Sosial Sebenarnya perencanaan sosial yang bertujuan untuk melihat jauh ke muka telah ada sejak dahulu dan telah pula dipikirkan oleh para sosiolog. Aguste Comte misalnya, berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk melihat jauh ke muka serta untuk mengendalikan tujuannya. Ward dengan menggunakan istilah social telesis untuk menunjukkan pada arah yang dituju suatu masyarakat. Menurut sosiologi, suatu perencanaan sosial harus didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana kebudayaan berkembang dari taraf yang rendah ke taraf yang modern dan komplek di mana dikenal industri, peradaban kota dan selanjutnya. Selain itu harus pula ada pengertian terhadap hubungan manusia dengan alam sekitar, hubungan antara golongan-golongan dalam masyarakat dan pengaruh-pengaruh penemuan-penemuan baru terhadap masyarakat dan kebudayaan. Suatu perencanaan sosial haruslah didasarkan pada spekulasi pada keadaan yang sempurna. Perencanaan sosial dari sudut sosiologi merupakan alat untuk mendapatkan perkembangan sosial. Yaitu dengan jalan menguasai serta memanfaatkan kekuatan alam dan sosial serta menciptakan tata tertib sosial, melalui perkembangan masyarakat terjamin kelangsungannya. Kecuali itu perencanaan sosial bertujuan pula untuk menghilangkan atau membatasi keterbelakangan unsur-unsur kebudayaan material atau teknologi. Dewasa ini timbulnya masalah sosial disebabkan oleh keterbelakangan di atas. Penyalahgunaan sumber-sumber alam, demoralisasi kehidupan keluarga, angka-angka kejahatan yang tinggi, sakit jiwa, merupakan akibat keterbelakangan tadi. Jalan pertama yang harus ditempuh adalah dengan menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan kondisi-kondisi kemajuan serta perkembangan teknologi yang ada. Setelah hal itu diatasi, barulah dapat diatasi persoalan-persoalan yang menggangu masyarakat. Menurut George A. Lunberg (Soekanto, 2012), ketidaksanggupan untuk memecahkan masalah sosial disebabkan: a. Kurangnya pengertian terhadap sifat hakikat masyarakat dan kekuatankekuatan kekuatan yang membentuk hubungan antar manusia; b. Kepercayaan bahwa masalah sosial dapat diatasi dengan semata-mata mendasarkannya pada suatu keinginan untuk memecahkan persolan tadi, tanpa mengadakan penelitian-penelitian yang mendalam dan objektif.

100 M a s a l a h S o s i a l 87 Menurut George A. Lunberg, kesukaran yang utama terletak pada kepercayaan umum bahwa hubungan-hubungan sosial tidak tunduk pada penelitian ilmiah. Dan juga karena masyarakat percaya bahwa pemecahan-pemecahan masalah sosial telah diketahui dan tinggal diterapkan saja. Kepercayaan tersebut keliru sekali, karena setiap masalah sosial harus diteliti agar diketahui faktor-faktornya supaya diketemukan cara-cara untuk mengatasinya. Sedangkan menurut Ogburn dan Nimkoff, prasyarat suatu perencanaan sosial yang efektif adalah: a. Adanya unsur modern dalam masyarakat yang mencakup suatu sistem ekonomi di mana telah dipergunakan uang, urbanisasi yang teratur, intelegensia di bidang teknik dan ilmu pengetahuan dan suatu sistem administrasi yang baik; b. Adanya sistem pengumpulan keterangan dan analisis yang baik; c. Terdapatnya sikap publik yang baik terhadap usaha-usaha perencanaan sosial tersebut; d. Adanya pimpinan ekonomis dan politik yang progresif. Selanjutnya, untuk melaksanakan perencanaan sosial dengan baik, diperlukan organisasi yang baik. Yang berarti adanya disiplin di satu pihak serta hilangnya kemerdekaan di pihak lainnya. Suatu konsentrasi wewenang juga diperlukan untuk merumuskan dan menjalankan perencanaan agar perencaan tidak terseret oleh perubahan-perubahan tekanan atau kepentingan-kepentingan dari golongan yang sudah mapan. Bahan Diskusi Sebutkan dan jelaskan penyebab ketidaksanggupan untuk memecahkan masalah sosial? Rangkuman Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Sebab itu masalahmasalah sosial tidak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktorfaktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan. Sosiologi mengunakan beberapa pokok persoalan sebagai ukuran, yaitu kriteria utama suatu masalah sosial, sumber-sumber sosial masalah sosial, pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah sosial atau tidak, manifest sosial problems and latent

101 88 S O S I O L O G I K E S E H A T A N sosial problems, perhatian masyarakat dan masalah sosial. Untuk melaksanakan perencanaan sosial dengan baik, diperlukan organisasi yang baik. Yang berarti adanya disiplin di satu pihak serta hilangnya kemerdekaan di pihak lainnya. Soal-Soal Latihan 1. Sebutkan dan jelaskan beberapa pokok persoalan yang digunakan sosiologi sebagai ukuran? 2. Sebutkan prasyarat suatu perencanaan sosial yang efektif? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 7 (tujuh) dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 8 (delapan). Daftar Bacaan BKKBN Kurikulum dan Modul Pelatihan Pemberian Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja oleh Pendidik Sebaya. Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan hak-hak Reproduksi BKKBN. Imron, A Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja: Peer Educator dan Efektifitas Program PIK-KRR di Sekolah. Jogjakarta: Arr-Ruzz Media. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

102 BAB 8. KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan kependudukan dan kesehatan. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang masalah kependudukan yang berhubungan dengan kesehatan, pernikahan di usia dini, tingkat pendidikan rendah, tingkat kesehatan penduduk masih rendah, kemiskinan, kriminalitas, dan dampak migrasi. Uraian: Pengertian Penduduk secara umum adalah masyarakat yang tinggal atau mendiami suatu wilayah tertentu. Dalam sosiologi sendiri, penduduk merupakan kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Jadi, masalah kependudukan dapat diartikan sebagai berbagai persoalan yang menyangkut masyarakat dalam ruang lingkup yang luas. Masalah kependudukan bisa disebut juga sebagai masalah sosial, karena masalah itu terjadi di lingkungan sosial atau masyakarat. Masalah tersebut bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, baik di negara maju maupun negara Indonesia yang sedang berkembang ini. Masalah-maslah tersebut dapat berupa masalah sosial, moral, politik, ekonomi, agama dll. 8.1 Masalah Kependudukan Yang Berhubungan Dengan Kesehatan a. Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk yang besar dan ditambah dengan angka pertumbuhan penduduk yang pesat membuat banyak Negara khususnya Negara berkembang di dunia mengalami kepadatan penduduk yang berlebihan. Kepadatan penduduk atau Density adalah jumlah rata-rata

103 90 S O S I O L O G I K E S E H A T A N penduduk yang mendiami suatu wilayah administrative tertentu biasanya dinyatakan dalam jiwa/km 2. Kepadatan penduduk ini terjadi karena tidak seimbangnya jumlah penduduk yang mendiami wilayah tertentu dengan wilayah yang didiami. Jumlah penduduk yang terus menunjukkan peningkatan tidak dibarengi dengan luas wilayah suatu tempat yang tetap. Sehingga ini menyebabkan jumlah penduduk yang ada di wilayah tertentu melebihi jumlah ideal penduduk yang seharusnya tinggal di wilayah tersebut. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk pada khususnya. Contoh: Salah satu contohnya adalah bagaimana orang yang tinggal di daerah padat penduduk tersebut dapat menjaga kebersihan lingkungannya. Pada umumnya, penduduk yang berada pada kawasan padat penduduk sangat sulit untuk bisa mengatur kebersihan pada lingkungannya. Contoh kecil yang dapat kita ambil adalah mengenai sampah. Bagi yang tinggal di daerah padat penduduk, membuang sampah pada tempatnya saja merupakan hal yang sulit. Sehingga kebanyakan dari mereka yang tinggal di daerah padat penduduk sering kali membuang sampah ke sungai. Akibat dari hal tersebut aliran sungai menjadi mampet, bila musim hujan akan terjadi banjir, dan dari banjir tersebut akan menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti diare, muntaber, DBD dan lain sebagainya. Upaya pemecahan masalah: 1. Pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk : Dilakukan dengan cara menekan angka kelahiran melalui pembatasan jumlah kelahiran, menunda usia perkawinan muda, dan meningkatkan pendidikan. 2. Pemerataan Persebaran Penduduk : Dilakukan dengan cara transmigrasi dan pembangunan industri di wilayah yang jarang penduduknya. Untuk mencegah migrasi penduduk dari desa ke kota, pemerintah mengupayakan berbagai program berupa pemerataan pembangunan hingga ke pelosok, perbaikan sarana dan prasarana pedesaan, dan pemberdayaan ekonomi di pedesaan. 8.2 Pernikahan di Usia Dini Pernikahan dini merupakan awal dari masalah kesehatan perempuan dan pengendalian penduduk. Di Indonesia, pernikahan dini terbilang tinggi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010), pernikahan pada usia tahun mencapai 41,9 persen. Masih

104 K e p e n d u d u k a n d a n K e s e h a t a n 91 terdapat pula pernikahan pada usia sangat muda yakni usia tahun sebes ar 4,8 persen. Pernikahan pada usia sangat muda cenderung lebih tinggi di pedesaan, kelompok perempuan yang tidak bersekolah, kelompok petani, nelayan, buruh, serta masyarakat berstatus ekonomi terendah. Dampak Pada masa remaja ini, alat reproduksinya belum matang untuk melakukan fungsinya. Rahim (uterus) baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun karena pada masa ini fungsi hormonal melewati masa yang maksimal. Pada usia tahun, perkembangan otot-otot rahim belum cukup baik kekuatan dan kontraksinya sehingga jika terjadi kehamilan rahim dapat rupture (robek). Pada usia tahun, system hormonal belum stabil, kehamilan menjadi tak stabil mudah terjadi pendarahan dan terjadilah abortus atau kematian janin. Usia kehamilan terlalu dini dari persalinan memperpanjang rentang usia reproduksi aktif. Hal ini dapat mengakibatkan resiko kanker leher rahim di kemudian hari. Seorang yang menikah pada usia remaja secara mental belum siap menghadapi perubahan yang terjadi saat kehamilan, belum siap menjalankan peran sebagai ibu dan belum siap menghadapi masalah berumah tangga yang sering kali melanda kalangan keluarga yang baru menikah karena masih dalam proses penyesuaian. Remaja yang menikah di usia muda umumnya belum memiliki kematangan jiwa dalam arti kemantapan berpikir dan berbuat, mau menang sendiri (egois) muda putus asa, tidak bertanggung jawab, hal ini terjadi karena mereka masih berada pada tahap peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Beberapa resiko yang bisa timbul dari kehamilan di usia dini yaitu: 1. Kelahiran prematur Kehamilan yang normal berlangsung selama minggu,sehingga jika lahir sebelum usia tersebut disebut kelahiran premature.jika ibu yg hamil tdk mendapatkan perawatan yg cukup atau mengalami kondisi tertentu. Bisa memicu, kelahiran pre-mature yg beresiko pd bayinya seperti gangguan pernafasan,system pencernaannya belum sempurna atau gangguan organ lainnya. 2. BBLR Jika kelahiran secara premature atau tidak mendapat kan gizi yg cukup selama hamil, ada kemungkinan bayi yang lahir memiliki berat badan bayi yang rendah.bayi yang memiliki BBLR biasanya sekitar gr,sedangkan jika dibawah gr maka tergolong Berat badan sangat rendah. Hal ini menimbulkan berbagai komplikasi yang dapat membahayakan sang bayi.

105 92 S O S I O L O G I K E S E H A T A N 3. Depresi paska melahirkan Kehamilan yang terjadi pada saat remaja bisa beresiko tinggi mengalami depresi pasca melahirkan, Para gadis ini akan merasa down dan sedih setelah melahirkan bayinya. Depresi bisa menganggu pertumbuhan bayi yg baru lahir dan juga perkembagan remaja tersebut karena itu remaja harus berbicara secara terbuka dengan dokter atau orang lain yang dipercayai. Solusi Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah angka pernikahan dini yaitu dengan menegasan UU terkait larangan melakukan menikah di usia dini. Selain itu, diperlukan sosialisasi UU tersebut kepada masyarakat dengan tujuan masyarakat bisa memahami dan ikut andil dalam mensukseskan peraturan UU tersebut. Selain itu, sosialisasi tentang dampak bahaya pernikahan dini bagi kesehatan harus tetap dilakukan untuk mencegah angka kematian ibu dan anak akibat menikah di usia dini. Program Kesehatan Reproduksi Remaja Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif para remaja tentang kesehatan reproduksi dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga guna mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Sasarannya adalah: a. Menurunnya jumlah penduduk yang melangsungkan pernikahan pada usia remaja (di bawah 19 tahun) b. Meningkatnya penahanan dan upaya masyarakat, keluarga dan remaja terhadap kesehatan reproduksi remaja c. Menurunnya jumlah kehamilan di usia remaja d. Menurunnya kehamilan pranikah 8.3 Tingkat Pendidikan Rendah Tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi menganggur. Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang menganggur menjadi beban bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan

106 K e p e n d u d u k a n d a n K e s e h a t a n 93 yang dilakukan oleh pemerintah membawa dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan penduduk. Pendidikan yang rendah juga memberikan dampak terhadap rendahnya pengetahuan terhadap kesehatan. Terbukti dengan adanya kasus malnutrisi di Indonesia ini selain karena faktor ekonomi, rendahnya pendidikan juga menjadi faktor penyebab tidak langsung. Ibu rumah tangga dengan pendidikan rendah kurang memahami bagaimana memberikan MPASI (Makanan Pendamping ASI) dan PASI yang tepat kepada bayinya. Solusi a. Penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di Indonesia (gedung, laboratorium dll) b. Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja c. Peningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik pemerintah d. Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja e. Mempelopori riset dan penemuan baru dalam bidang IPTEK di lembaga- lembaga pemerintah f. Mencanangan wajib belajar 9 tahun. g. Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas Terbuka. h. Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi. 8.4 Tingkat Kesehatan Penduduk Masih Rendah Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu karena pertumbuhan penduduk yang pesat, namun tidak diimbangi oleh pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Sehingga menimbulkan masalah kemiskinan, dan Kemiskinan akan berdampak pada kesehatan, karena penduduk miskin cenderung memiliki pola hidup kurang bersih dan tidak sehat. Serta ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pangan secara sehat dan bergizi berdampak pada rendahnya gizi masyarakat terutama pada anak-anak. Solusi a. Peningkatan gizi masyarakat b. Pelaksanaan imunisasi c. Penambahan fasilitas kesehatan d. Penyediaan pelayanan kesehatan gratis

107 94 S O S I O L O G I K E S E H A T A N e. Pengadaan obat generik sehingga dapat terjangkau oleh kalangan bawah. f. Penambahan jumlah tenaga medis g. Melakukan penyuluhan tentang arti pentingnya kebersihan dan pola hidup sehat h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. i. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan. j. Mengadakan program pengadaan dan pengawasan obat dan makanan. k. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gizi dan kebersihan lingkungan l. Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin Upaya pemerintah dalam penanganan masalah kesehatan Ibu dan anak a. Safe Motherhood (gerakan sayang ibu) Pemerintah indonesia dan UNICEF telah membuat kesepakatan untuk menurunkan tingkat kematian ibu di Indonesia yang merupakan prioritas nomer satu dalam persetujuan kerjasamanya. Aus AID mendanai program Safe Motherhood di empat provinsi dengan tingkat kematian ibu yang tinggi dan tidak dapet ditolerir, yaitu Jawa Barat, Banten, Maluku, dan Papua. Menaggapi tingginya tingkat kematian ibu melahirkan di provinsiprovinsi tersebut, program safe motherhood ditujukan untuk memperkuat kapasitas masyarakat dan dinas- dinas pemerintah di tingkat kabupaten dan yang lebih rendah, sehingga dapat mengurangi tingkat kematian ibu, bayi dan balita. Program safe motherhood bertujuan untuk mengurangi tingkat kematian ibu melahirkan di empat provinsi diatas dengan cara: 1. meningkatkan mutu dari, dan akses ke pelayanan perawatan kesehatan ibu dan bayi. 2. Mendukung jangkauan dan kapasitas bidan di desa dan dukun bayi. 3. Memberdayakan masyarakat untuk mengenali kesulitan- kesulitan selama masa kehamilan dan persalinan agar dapat mengambil tindakan tepat guna membantu ibu dan bayi. 4. Memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam merencanakan, melaksanakan, mengelola dan mengawasi program persalinan yang aman. b. Making Pregnancy Saver (MPS) MPS bertujuan untuk menjamin agar Safe Motherhood tetap merupakan prioritas dalam agenda kesehatan dan pembangunan. Secara luas tujuan pragram safe motherhood sama dengan making pregnancy

108 K e p e n d u d u k a n d a n K e s e h a t a n 95 saver, yaitu melindungi dan mempromosikan hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban global dari kesakitan, kecatatan dan kematian sebagai akibat dari kehamilan, persalinan dan nifas. Namun making pregnancy safer WHO mengutamakan upaya sektor kesehatan, dengan memfokus pada intervensi yang efektif berdasarkan bukti- bukti ilmiah. Making pregnancy safer merupakan program pemerintah dalam peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, persiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran yang semuanya itu bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu (AKI) dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. Peningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia adalah salah satu komitmen Departemen Kesehatan melalui penerapan Rencana Pengurangan Angka Kematian dan Kesakitan Ibu dan Bayi. 8.5 Kemiskinan Dampak dari kepadatan penduduk, tidak hanya berhenti disitu. Dari dampak yang ada, dampak yang baru akan kembali dihasilkan. Para urban yang tidak mendapat lahan tempat tinggal dan juga lahan pekerjaan seperti yang mereka harapkan, mulai mempertahankan hidup mereka di kota dengan segala kemampuan mereka seperti memanfaatkan lahan terlarang untuk mendirikan rumah-rumah kumuh sebagai tempat mereka tinggal. Dengan tidak adanya pekerjaan mereka bekerja serabutan seperti mengamen, meminta-minta dijalan dan sebagainya hingga timbullah kemiskinan. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll. Kemiskinan akibat faktor ekonomi ini mempunyai dampak yang besar terhadap kesehatan. Mereka lebih fokus untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan pangan dan tidak jarang dari mereka yang acuh terhadap kesehatannya. Banyak juga dari mereka yang tidak mempedulikan kesehatannya meskipun sebenarnya dalam kondisi sakit.

109 96 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Dan ketika kondisi sakit yang sudah parah, baru akan memeriksakan diri ke pelayanan terdekat. Selain itu, faktor ekonomi juga membatasi mereka untuk dapat membeli makanan yang bergizi. Mereka makan hanya seadanya yang disesuaikan dengan uang yang dimiliki. Padahal, konsumsi makanan bergizi sangat dibutuhkan oleh tubuh. Oeh karena itu, banyaknya kasus manutrisi faktor dasarnya adalah kondisi ekonomi. 8.6 Kriminalitas Kemiskinan yang terjadi di kota dan terus meningkatnya taraf hidup di kota, membuat setiap orang berusaha mempertahankan hidupnya walaupun hanya sekedar untuk makan. Berbagai kebutuhan hidup yang terus menekan dan keadaan financial mereka yang tidak seimbang mulai memaksa mereka untuk melakukan hal apa saja demi mendapatkan rupiah hinggal lahirlah tindak kriminalitas. Kriminalitas merupakan segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris. Walaupun begitu kategori terakhir, teroris, agak berbeda dari kriminal karena melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau paham. Tindak kriminalitas memang sudah merajalela di kota-kota besar. Sebagian besar dari mereka berasal dari masyarakat yang kurang mampu dan tidak mempunyai pekerjaan. Adanya tindak kriminalitas menandakan bahwa memang sebenarnya dampak yang dihasilkan merupakan dampak yang serius yang harus segera ditindaklanjuti oleh pemerintah. Karena sudah membahayakan masyarakat luas serta keamanan negara. 8.7 Dampak Migrasi Faktor daya tarik desa : a. Upah tenaga kerja di kota lebih tinggi daripada desa. b. Lapangan pekerjaan formal maupun informal di kota lebih banyak daripada di desa. c. Lebih banyak hiburan dan fasilitas di perkotaan. Faktor daya dorong desa : a. Sempitnya lahan pertanian di desa, karena telah banyak yang dibangun sebagai perumahan. b. Sempitnya lapangan pekerjaan di luar bidang pertanian. c. Kurangnya fasilitas hiburan dan kehidupan.

110 K e p e n d u d u k a n d a n K e s e h a t a n 97 d. Adanya keinginan penduduk untuk meningkatkan taraf hidup. e. Rendahnya upah tenaga kerja. Kegiatan migrasi juga memberikan dampak positif, antara lain: a. Meningkatkan kesejahteraan penduduk secara umum. b. Menambah pengalaman hidup dan pengetahuan c. Membantu kesempatan kerja dan usaha. d. Membantu program pemerataan pembangunan di daerah-daerah. e. Meninggkatkan persatuan dan kesatuan serta memperkukuh pertahanan dan ketahanan negara. Selain dampak positif, migrasi juga menimbulkan beberapa dampak negatif, diantaranya sebagai berikut: a. Akan terjadi pertikaian didalam suatu kota yang banyaknya imigrasi dikarenakan banyaknya orang yang bersuku tidak sama, perbedaan sosial budaya, pola pikiran yang tidak sepaham, adab tutur kata yang tidak sama, dan memandang suatu nilai orang. b. Akan cepatnya terjadi bencana alam, karena apabila imigran datang tentu saja mereka mencari tempat tinggal, maka lahan penghijauan pun menjadi sasaran untuk dibuatnya perumahan sehingga untuk resapan air pun berkurang sehingga akan terjadi bencana alam banjir dan juga wabah penyakit. c. Kesehatan menjadi harga yang lebih mahal di dalam kota migrasi karena, makin banyak imigran yang datang dengan membawa alat kendaraannya dan juga elektronik yang mempunyai radiasi dan polusi pun dimana-mana. d. Area perkuburan yang makin sempit dikarenakan lahan yang letaknya seharusnya menjadi area pemakaman justru dibuat mall, jalan raya besar, dan juga fasilitas prasarana lainnya. e. Lahan pekerjaan yang sempit karena banyaknya orang yang mau menetap di kota migrasi dengan mencari uang tetapi sudah banyaknya lahan pekerjaan yang diambil orang dan juga peluang bisnis yang area penjualannya sangat sempit. f. Kurangnya perlindungan bagi para migran, terutama bagi TKI yang bekerja diluar negeri sehingga menimbulkan permasalahan bagi negara. g. Menimbulkan masalah di daerah tujuan, terutama bagi mereka yang tidak berbekal keterampilan. Usaha yang telah ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat migrasi, antara lain: a. Mengidentifikasi program transmigrasi agar tidak terjadi pemusatan kepadatan penduduk. b. Menggalakkan program modernisasi desa.

111 98 S O S I O L O G I K E S E H A T A N c. Menempatkan lokasi lokasi industri yang ada kepedesaan atau pinggiran kota. d. Menggiatkan pembangunan perdesaan sehingga tidak terlalu jauh dengan keadaan kota. e. Menciptakan peluang kerja dan berusaha di desa. f. Disentralisasi pembangunan ke daerah-daerah melalui otonomi daerah. g. Mengintensifkan usaha-usaha pertanian. h. Meningkatkan keterampilan masyarakat desa. Migrasi Nasional a. Urbanisasi Dampak positif urbanisasi : Terjadinya hubungan kekeluargaan yang lebih erat antara orang desa dengan orang kota, Mengurangi pengangguran dan kepadatan penduduk di desa, Terjadinya percampran antara budaya desa dan kota sehingga antara orang desa dan orang kota akan saling menyerap kebudayaan yang baik di antara keduanya. Dampak negatif urbanisasi bagi desa yang ditinggalkan : Masuknya budaya kota yang kurang baik ke desa, seperti mabukmabukan, pergaulan bebas, dan lain-lain, Terhambatnya pembangunan desa karena desa kekurangan tenaga kerja. Dampak negatif urbanisasi bagi kota yang didatangi : Semakin meningkatnya penganguran di kota dan semakin tingginya tingkat kepadatan di kota, Meningkatnya permasalahan lingkungan karena banyaknya gubuk-gubuk liar dan daerah pemukiman kumuh yang sangat menganggu keindahan, kenyamanan, dan kebersihan kota. b. Transmigrasi Dampak positif transmigrasi : Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa karena akan terjadi pembauran antara transmigran dengan penduduk, Meningkatkan kegiatan pembangunan di daerah tujuan para transmigran karena bertambahnya tenaga kerja untuk pembangunan. Dampak negatif transmigrasi : Buruknya citra transmigrasi yang di sebabkan oleh beberapa orang dari transmigran tidak betah di tempat tingal yang baru dan kembali lagi ketempat asalnya, Dan yang di perlukan untuk transmigrasi sangat besar sehingga banyak menghasilkan keuangan Negara. c. Ruralisasi Dampak positif ruralisasi : Pendudduk kota yang telah memiliki modal, apabila pindah ke desa dapat mengembangkan

112 K e p e n d u d u k a n d a n K e s e h a t a n 99 usahanya di desa sehingga akan mendorong kemajuan perekonomian di desa, Berkurangnya tingkat pengangguran di kota. Dampak negatif ruralisasi : Masuknya budaya kota yang kurang baik ke desa, tingkat kepadatan penduduk desa bisa bertambah sehingga semakin mempersempit kepemilikan lahan pertanian. Padahal, sampai saat ini pertanian masih menjadi sumber kehidupan terbesar penduduk desa. Bahan Diskusi Bagaimana cara yang efektif untuk menyelesaikan beberapa masalah kependudukan yang berhubungan dengan kesehatan? Jelaskan! Rangkuman Masalah kependudukan bisa disebut juga sebagai masalah sosial, karena masalah itu terjadi di lingkungan sosial atau masyakarat. Masalah tersebut bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, baik di negara maju maupun negara Indonesia yang sedang berkembang ini. Masalah-masalah tersebut dapat berupa masalah sosial, moral, politik, ekonomi, agama dll. Masalah kependudukan yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari pertumbuhan penduduk, pernikahan di usia dini, tingkat pendidikan rendah, tingkat kesehatan penduduk masih rendah, kemiskinan, kriminalitas, dan dampak migrasi. Soal-Soal Latihan 1. Sebutkan sasaran program kesehatan reproduksi remaja? 2. Jelaskan dampak dari kepadatan penduduk? 3. Jelaskan keterkaitan antara kemiskinan dan kriminalitas? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 8 (delapan) dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 9 (sembilan). Daftar Bacaan Lembaga Demografi Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI Manuaba et al Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

113 100 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Remi dan Tjiptoherijanto Kemiskinan Dan Ketidakmerataan Di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Soeroso Mengarusutamakan Pembangunan Berwawasan kependudukan Di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Wignjosoebroto Kemiskinan Dan Kesenjangan Sosial. Surabaya: Airlangga University Press

114 BAB 9. KEMISKINAN DAN KESEHATAN Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan kemiskinan dan kesehatan. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang kemiskinan, ukuran-ukuran kemiskinan, kriteria masyarakat miskin, garis kemiskinan, kekeliruan paradigmatik penanggulangan kemiskinan, kemiskinan dan MDGS. Uraian: Masalah kemiskinan dan masalah kelaparan dalam manifestasinya yang ekstrem, merupakan masalah pelik bagi manusia sejak dahulu kala. Di masa lalu tercatat wabah penyakit dan bahaya kelaparan yang mengakibatkan banyak kematian di berbagai kawasan dunia. Walford membuat daftar sebanyak 3250 bahaya kelaparan di Inggris dari tahun 10 sesudah Masehi sampai tahun 1846, di dalam daftarnya terdapat 70 bahaya kelaparan di tempat-tempat lainnya di Eropa, 31 kali terjadi di India antara tahun 1769 dan 1878 dan 17 terjadi di sekitar Laut Mediterania (Thompson dan Lewis, 1970:389-90). Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang, keluarga atau anggota masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar sebagaimana anggotamasyarakat lain pada umumnya. Menurut Emil Salim (1984), bahwa kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Mereka dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhanh idup yang paling pokok, seperti pangan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lainnya.

115 102 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Kemiskinan masih menjadi isu sentral di Indonesia. Meskipun kemiskinan pernah menurun drastis pada kurun waktu , 40,1% menjadi 11,3% dari total penduduk Indonesia, orang miskin meningkat kembali pada periode Akibat krisis multidimensional yang menerpa Indonesia, jumlah penduduk miskin pada periode , meningkat tajam dari 22,5 jutajiwa (11,3%) menjadi 49,5 jutajiwa (24,2%) atau bertambah sebanyak 27,0 juta jiwa (BPS, 1999). Hasil pendataan BPS yang baru-baru ini dilakukan menunjukan penduduk miskin pada tahun 2004 sebanyak 36,1 juta jiwa atau setara dengan 9 juta rumah tangga miskin. BPS memperkirakan rumah tangga miskin secara nasional tahun 2005 mencapai 15,5 juta jiwa atau sama dengan 62 juta jiwa penduduk miskin (Pikiran Rakyat, 17 September 2005). Kemiskinan yang sekarang merajalela di pedesaan kita dapat ditelaah dengan latar belakang persediaan sumber-sumber daya alam yang dikandung oleh lingkungan. Berbagai kegiatan manusia untuk mempertahankan hidupnya ternyata telah menjurus ke tindakan-tindakan over-eksploitasi lingkungan sehingga hal ini akan merugikan bagi dirinya sendiri dan generasi yang akan datang. Dengan rusaknya lingkungan sebagai ekosistem, proses daur ulang (recycling) yaitu pemulihan sumber daya terganggu atau menjadi macet sama sekali (John P. Holdren and paul R. Ehrlich Global Ecology : readings towards a rational strategy for man. Harcourt Brace Jovanovivh. Inc., New York, 1971, p ). 9.1 Kemiskinan a. Pengertian Kemiskinan Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang, keluarga atau anggota masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar sebagaimana anggota masyarakat lain pada umumnya. Menurut Emil Salim (1984), bahwa kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Mereka dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti pangan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lainnya. BAPPENAS (1993) mendefisnisikan keimiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak. Faturchman dan

116 K e m i s k i n a n d a n K e s e h a t a n 103 Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah ketidak mampuan individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Menurut Ellis (1994) kemiskinan merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial politik. Menurut Suparlan (1993) kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Reitsma dan Kleinpenning (1994) mendefisnisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non material. Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna. Dengan beberapa pengertian tersebut dapat diambil satu pengertian bahwa kemiskinan adalah suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya. 9.2 Ukuran-ukuran Kemiskinan Saat ini terdapat banyak cara pengukuran kemiskinan dengan standar-standar yang berbeda-beda. Ada dua kategori tingkat kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana tingkat pendapatan seseorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan. Kemiskinan relatif adalah perhitungan kemiskinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan suatu daerah. Kemiskinan jenis ini dikatakan relatif karena lebih berkaitan dengan distribusi pendapatan antara lapisan sosial. Misalnya, membandingkan proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok sosial tertentu dengan kelompok-kelompok sosial lainnya. Namun, yang menjadi alat utama ukuran kemiskinan saat ini adalah ukuran kemiskinan jenis pertama (kemiskinan absolut). Operasionalisasi dari pengukuran kemiskinan absolut juga masih dalam perdebatan. Bank dunia menetapkan garis batas kemiskinan adalah

117 104 S O S I O L O G I K E S E H A T A N US $ 50 dan US $ 75 per kapita per tahun, masing-masing untuk daerah pedesaan dan perkotaan. Perbedaan tingkat biaya hidup diantar kedua wilayah itu. Pada tahun 1971, Sajogyo mengusulkan cara mengukur kemiskinan degan pendekatan kemiskinan absolut. Cara yang dikembangkan adalah menghitung standar kebutuhan pokok berdasarkan atas kebutuhan beras dan gizi. Sedangkan, Biro Pusat Statistik (Badan Pusat Statistik / BPS) juga memberi alternatif untuk mengukur garis kemiskinan dengan cara menentukan berapa besar kalori minimum yang harus dipenuhi oleh setiap orang dalam sehari-hari. Oleh karena ukuran-ukuran obyektif kemiskinan itu sangat bervariasi, perlu berhati-hati dan juga bersifat kritis terhadap penggunaan atau banyak pilihan alat ukur tersebut. Selain ukuran-ukuran yang diajukan itu banyak mendapat kritik tajam karena hanya bersifat ekonomi semata-mata. Pada kenyatannya kebutuhan manusia sangat bervariasi sehingga setiap upaya penentuan garis kemiskinan yang direduksi dalam soal-soal ekonomi tidak akan mewakili persoalan kemiskinan yang sebenarnya. Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam yang juga berkaitan dengan dimensi-dimensi politis, kebudayaan dan sosial. Dengan demikian, setiap upaya menentukan garis batas kemiskinan obyektif seyogyanya juga mengacu pada multi dimensionalitas tersebut. 9.3 Kriteria Masyarakat Miskin BPS telah menetapkan 14 (empatbelas) kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005), rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang. 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah /tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung /sungai/ air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

118 K e m i s k i n a n d a n K e s e h a t a n Hanya sanggup makan sebanyak atau/dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp , seperti: sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. 9.4 Garis Kemiskinan (GK) Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll) Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan. Rumus Penghitungan : GK = GKM + GKNM GK= Garis Kemiskinan GKM= Garis Kemiskinan Makanan GKNM= Garis Kemiskinan Non Makan Teknik penghitungan GKM a. Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (reference populaion) yaitu 20 persen penduduk yang berada diatas Garis Kemiskinan Sementara (GKS). Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marginal. GKS dihitung berdasar GK periode sebelumnya yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari

119 106 S O S I O L O G I K E S E H A T A N penduduk referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). b. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam menghitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah : Dimana : GKM j = Garis Kemiskinan Makanan daerah j (sebelum disetarakan menjadi 2100 kilokalori). P jk = Harga komoditi k di daerah j. Q jk = Rata-rata kuantitas komoditi k yang dikonsumsi di daerah j. V jk = Nilai pengeluaran untuk konsumsi komoditi k di daerah j. j = Daerah (perkotaan atau pedesaan) Selanjutnya GKM j tersebut disetarakan dengan 2100 kilokalori dengan mengalikan 2100 terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga : Dimana : K jk HK j = Kalori dari komoditi k di daerah j = Harga rata-rata kalori di daerah j Dimana : Fj = Kebutuhan minimum makanan di daerah j, yaitu yang menghasilkan energi setara dengan 2100 kilokalori/kapita/hari. c. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-makanan

120 K e m i s k i n a n d a n K e s e h a t a n 107 terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan dsan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan jasa non makanan mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi penduduk. Pada periode sebelum tahun 1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 12 komoditi di pedesaan. Sejak tahun 1998 terdiri dari 27 sub kelompok (51 jenis komoditi) di perkotaan dan 25 sub kelompok (47 jenis komoditi) di pedesaan. Nilai kebutuhan minimum perkomoditi /sub-kelompok nonmakanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok tersebut terhadap total pengeluaran komoditi/sub-kelompok yang tercatat dalam data Susenas modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKP 2004), yang dilakukan untuk mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non-makanan yang lebih rinci dibanding data Susenas Modul Konsumsi. Nilai kebutuhan minimum non makanan secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut : Dimana: NF p = Pengeluaran minimun non-makanan atau garis kemiskinan non makanan daerah p (GKNM p ). V i = Nilai pengeluaran per komoditi/sub-kelompok non-makanan daerah p (dari Susenas modul konsumsi). r i = Rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok non-makanan menurut daerah (hasil SPPKD 2004). i = Jenis komoditi non-makanan terpilih di daerah p. p = Daerah (perkotaan atau pedesaan). 9.5 Strategi Pengembangan Masyarakat (Community Development) Dalam persepktif profesi pekerjaan sosial, orang miskin adalah orang yang mengalami disfungsi sosial. Karena ia tidak mampu melakukan tugas pokoknya dengan baik, yaitu tugas dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, seperti : pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi yang mencukupi, seperti : tanah, modal, atau keterampilan hidup ( life skills). Tingkat pendidikan mereka juga rendah, hanya taatan sekolah dasar, bahkan tidak sedikit pula yang tidak tamat sekolah dasar.

121 108 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Selain mempunyai keterbatasan dalam faktor kepemilikan tersebut, orang miskin juga lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatasi akses ekonominya, sehingga semakin tertinggal jauh dari kelompok masyarakat lain yang mempunyai potensi tinggi. Dalam konteks itu, Sadi Rusli dkk (1995: 61-62) menjelaskan, upaya mengenal dan mengidentifikasi golongan miskin dapat dikaitkan dengan permasalahan berikut : a. Kekuranganmampuan meraih peluang ekonomi. b. Penguasaan aset produksi yang rendah. c. Kondisi kurang gizi dan sulit memenuhi kebutuhan pangan dan sandang. d. Mempunyai anak balita yang kurang gizi dan kesehatan yang rendah. e. Kondisi perumahan tak layak huni dan kumuh. f. Kekurangmampuan menyekolahkan anak. g. Kekuranganmapuan meraih pelayanan kesehatan, air bersih dan keserasian lingkungan. h. Tingkat partisipasi yang rendah pada kegiatan kemasyarakatan dan organisasi sosial didesa/kelurahan. Strategi yang digunakan dalam metode community development, sebagai upaya peningkatan dan pengembangan kapasitas masyarakat miskin tersebut adalah sebagai berikut : a. Strategi pemecahan masalah, dimaksudkan untuk mengajak warga masyarakat miskin melihat dan menyadari permasalahan yang dihadapi, kemudian mendiskusikan bersama bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. b. Konfrontasi, merupakan strategi mengonfrontasikan masyarakat miskin dengan permasalahan yang dihadapi. c. Membangun kelembagaan baru, yaitu membangun lembaga-lembaga dalam masyarakat dengan menggunakan sumber daya masyarakat setempat, dimana masyarakat miskin diintegrasikan ke dalam lembaga tersebut. d. Pengembangan dan peningkatan keterampilan hidup (life skills). e. Terapi pendidikan, yaitu strategi untuk mengikutsertakan masyarakat miskin dalam suatu program penanggulangan kemiskinan. Permasalahan kemiskinan adalah permasalahan yang sangat kompleks. Dalam pemahaman yang paling sederhana, kemiskinan bisa dilihat dari dua sudut, yaitu material dan kultural. Kedua sudut pandang tersebut mempunyai asumsi yang berbeda tentang cara penanganan kemiskinan. Namun, dalam batas-batas tertentu, kerap sebuah strategi penanganan kemiskinan mempunyai nuansa material yang kental, tetapi pada konteks yang lain strategi itu justru menggagas perubahan kultural.

122 K e m i s k i n a n d a n K e s e h a t a n 109 Strategi yang mempunyai dua muka tersebut, satu diantaranya adalah stategi penanganan kemiskinan melalui pengembangan masyarakat/ pengorganisasian masyarakat. 9.6 Kekeliruan Paradigmatik Penanggulangan Kemiskinan Penanggulangan kemiskinan yang selama ini terjadi memperlihatkan beberapa kekeliruan paradigmatik, antara lain : a. Masih berorientasi pada aspek ekonomi daripada aspek multidimensional. b. Lebih bernuansa karatif ketimbang produktivitas. c. Memposisikan masyarakat miskin sebagai obyek daripada subjek. d. Pemerintah masih sebagai penguasa daripada fasilitator. 9.7 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Strategi yang harus dilakukan untuk mengatasi kemiskinan tersebut adalah sebagai berikut : a. Karena kemiskinan bersifat multidimensional, program pengentasan kemiskinan seyogyanya juga tidak hanya memprioritaskan aspek ekonomi tetapi memperhatikan dimensi lainnya. b. Untuk meningkatkan kemampuan dan menggiring produktivitas. c. Melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan. d. Strategi pemberdayaan. 9.8 Kemiskinan dan MDGs Millenium Development Goals (MDGs) yang akan berakhir pada Rumusan pembangunan dunia berisikan delapan target yang salah satu diantaranya adalah pengentasan kemiskinan ekstrem (extreme poverty) di seluruh dunia. Dalam laporan PBB, pada 2010, proporsi penduduk dunia yang hidup di bawah US$ 1,25 telah berkurang setengah dibandingkan dengan tahun Program pengentasan kemiskinan ekstrem telah mendapatkan kemajuan di sejumlah kawasan seperti Afrika, Asia Tengah, China dan India. Menjelang 2015, inistiatif untuk melakukan akselerasi pengentasan kemiskinan ekstrem dan kelaparan di dunia sedang dilakukan oleh banyak negara. Kemiskinan di Indonesia saat ini telah berkurang secara signifikan semenjak era reformasi. Menurut data Susenas BPS, tingkat kemiskinan di Indonesia baik secara kuantitas maupun proporsi telah berkurang secara signifikan pada periode Pada Februari 2004, terdapat 36,10 juta atau 16,66% penduduk Indonesia yang masih miskin. Jumlah

123 110 S O S I O L O G I K E S E H A T A N ini berkurang dan pada Maret 2011 menjadi 30,02 juta atau 12,49% dari total populasi Indonesia. Data BPS terakhir per September 2013 menunjukkan terdapat 28,59 juta atau 11,66% dari total penduduk di Indonesia. Selain target pada MDGs, Indonesia memiliki target pada RPJMN dimana pada akhir 2012 berada pada kisaran 10,5%-11,5%. Program percepatan penanggulangan kemiskinan di Indonesia dilakukan dengan sinergisitas program kerjabaik di tingkat pusat maupun daerah. Di tingkat nasional, terdapat program pro-rakyat 4 kluster yang akan terus diefektifkan implementasi di lapangan. Kluster pertama terdiri dari program beras miskin (Raskin), program keluarga harapan (PKH), dan pendidikan gratis berupa bantuan operasional sekolah (BOS). Selain itu juga di sektor pendidikan terdapat pemberian beasiswa siswa miskin (BSM). Pada kluster kedua terdapat PNPM dan kluster ketiga ada program financial-inclusion melalui kredit usaha rakyat (KUR). Kluster keempat terdiri dari program rumah murah dan sangat murah, angkutan murah, listrik murah, dan peningkatan kehidupan nelayan. Tantangan Indonesia dalam persoalan kemiskinan tidak hanya terbatas pada upaya membuat mereka yang tergolong kelompok miskin dapat naik kelas saja, tetapi pada saat yang bersamaan mencegah turunnya kelompok hamper miskin (rentan) jatuh ke dalam kelompok miskin. Pada APBN 2013, pemerintah bersama DPR telah menyepakati anggaran pengentasan kemiskinan sebesarrp. 115,5 triliun. Jumlah ini meningkat lebih dari 200% dibandingkan pada 2007 sebesar Rp. 53,1 triliun. Target pemerintah untuk terus menurunkan angka kemiskinan yang pada 2013 ditargetkan dapat diturunkan menjadi sekitar 9,5%-10,5%. Target penurunan angka kemiskinan telah menjadi agenda pembangunan dunia. Bahkan dapat dipastikan agenda pembangunan ini masih akan diteruskan dalam agenda pembangunan Post-MDGs Sekjen PBB Ban Ki-Moon menunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama PM Inggris David Cameron dan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf untuk merumuskan agenda pembangunan Post- MDGs Dari serangkaian pertemuan baik yang dilakukan di New York, London, Monrovia dan Bali, rumusan agenda pembangunan dunia pasca MDGs masih akan mempertahankan agenda penghapusan kemiskinan ekstrem dan kelaparan di dunia. Bahan Diskusi Bagaimana cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah kemiskinan di Indonesia agar derajat kesehatan masyarakat juga meningkat? Jelaskan pendapat Anda!

124 Rangkuman K e m i s k i n a n d a n K e s e h a t a n 111 Kemiskinan adalah suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya. Ada dua kategori tingkat kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Tantangan Indonesia dalam persoalan kemiskinan tidak hanya terbatas pada upaya membuat mereka yang tergolong kelompok miskin dapat naik kelas saja, tetapi pada saat yang bersamaan mencegah turunnya kelompok hamper miskin (rentan) jatuh ke dalam kelompok miskin Soal-Soal Latihan 1. Sebutkan kriteria masyarakat miskin? 2. Sebutkan dan jelaskan strategi yang digunakan dalam metode community development? 3. Jelaskan strategi yang harus dilakukan untuk mengatasi kemiskinan? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 9 (sembilan) dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 10 (sepuluh). Daftar Bacaan Abdulsyani Sosiologi: Skematika, Teori, danterapan. Jakarta: Bumi Aksara. Singarimbun, Masri Penduduk dan Perbuahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offside. Daldjoeni Masalah Penduduk Dalam Fakta dan Angka. Bandung: Alumnu. Huraerah, James M Sosiologi Dengan Membumi.. Jakarta: Erlangga.

125 112 S O S I O L O G I K E S E H A T A N

126 BAB 10. KESEIMBANGAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan keseimbangan lingkungan dan kesehatan. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang keseimbangan lingkungan, kesehatan, hubungan keseimbangan lingkungan dengan kesehatan, dan contoh lain masalah lingkungan terhadap kesehatan. Uraian : Lingkungan memiliki hubungan dengan manusia. Lingkungan memengaruhi sikap dan perilaku manusia, demikian pula kehidupan manusia akan memengaruhi lingkungan tempat hidupnya. Hubungan antara lingkungan dan kehidupan manusia sudah diakui para pemikir dan tokoh dunia sejak dahulu. Aristoteles mengatakan manusia dipengaruhi oleh aspek geografi dan lembaga politik. Montesquieu menyatakan bahwa iklim memengaruhi perilaku politik dan semangat manusia. Arnold Toynbee menyatakan peradaban manusia akan tumbuh pada lingkungan yang sukar dan penuh tantangan sehingga melahirkan elan vital. Henry Thomas Bucle menyatakan bahwa iklim, tanaman, dan tanah saling berkaitan dalam memengaruhi karakter dan sifat manusia (Herimanto dan Winarno, 2010). Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor lingkungan (tanah, iklim, topografi, sumber daya alam) dapat menjadi prakondisi bagi sifat dan perilaku manusia. Manusia pun dapat memengaruhi lingkungan demi kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.

127 114 S O S I O L O G I K E S E H A T A N 10.1 Keseimbangan Lingkungan a. Pengertian Keseimbangan Lingkungan Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Unsur-unsur lingkungan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, unsur biotik (manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan), unsur sosial budaya (sitem nilai, gagasan, dan keyakinan), unsur abiotik (tanah, air, udara, iklim). Lingkungan bisa terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan. Lingkungan alam adalah keadaan yang diciptakan Tuhan untuk manusia. Lingkungan alam terbentuk karena kejadian alam. Jenis lingkungan alam antara lain air, tanah, pohon, udara, sungai, dan lain-lain. Lingkungan buatan dibuat oleh manusia. Misalnya jembatan, jalan, bangunan rumah, taman kota, dan lain-lain. Ada pula lingkungan alam, tetapi sudah merupakan hasil peradaban manusia. Artinya, lingkungan alam itu sudah mendapat sentuhan tangan manusia. Contohnya, persawahan yang berundak-undak, pegunungan di California yang dipahat menjadi beberapa tokoh presiden (Herimanto dan Winarno, 2010). Kesehatan lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara kelompok penduduk atau masyarakat dan segala macam perubahan komponen lingkungan hidup seperti berbagai spesies kehidupan, bahan, zat, atau kekuatan di sekitar manusia, yang menimbulkan ancaman, atau berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat, serta bagaimana mencari upaya-upaya pencegahannya (Mukono, 2006). Keseimbangan lingkungan merupakan keseimbangan yang dinamis, artinya keseimbangan yang dapat mengalami perubahan. Tetapi perubahan ini bersifat menjaga keseimbangan komponen lain, bukan berarti menghilangkan komponen yang lainnya. Karena perubahan komponen yang bersifat drastis akan mempengaruhi perubahan komponen lainnya. Sebagai contoh hilangnya/musnahnya salah satu komponen (tingkatan trofi) pada piramida ekologi atau rantai makanan maka menyebabkan dampak perubahan pada komponen sebelumnya maupun sesudahnya. Hal inilah yang mengakibatkan lingkungan tersebut menjadi tidak stabil (Soemarwoto, 2001). b. Masalah-Masalah yang Berhubungan dengan Lingkungan Lingkungan fisik, biologis, maupun sosial senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Agar dapat mempertahankan hidup, manusia

128 K e s e i m b a n g a n L i n g k u n g a n d a n K e s e h a t a n 115 melakukan penyesuaian-penyesuaian atau adaptasi. Biasanya adaptasi dibedakan sebagai berikut (Soekanto,2012) : 1. Adaptasi genetik Setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik, yang bersifat turuntemurun dan permanen (Soekanto, 2012). Misalnya manusia memiliki banyak ciri-ciri genetika yang spesifik dibanding makhluk hidup lainnya, yaitu seperti 3. mempunyai struktur badan yang lengkap, termasuk susunan syaraf yang menjadikan manusia sebagai makhluk hidup berakal. Keadaan sifat-sifat genetika tersebut membuat manusia mempunyai toleransi yang besar terhadap lingkungan hidupnya. 2. Adaptasi Somatis Adaptasi somatis adalah adaptasi yang berbentuk perubahan struktural ataupun fungsional, bersifat sementara serta tidak diturunkan kepada keturunannya (Soekanto, 2012). Apabila terjadi perubahan lingkungan yang baru, maka struktur atau fungsinya bisa berbeda pula sesuai dengan perubahan yang terjadi. Misalnya, pada daerah panas kulit manusia akan berubah menjadi lebih gelap, sedangkan daerah yang dingin menjadi lebih terang. Di daerah pegunungan dengan kadar oksigen yang lebih rendah dari daerah pantai, maka bentuk jantung dan paru-paru juga akan menyesuaikan menjadi lebih besar. Kalau memperhatikan kehidupan lingkungan, mungkin akan dirasakan atau akan tampak adanya lingkungan yang berbeda-beda di dalam kehidupan manusia. Misalnya, lingkungan perkotaan dan pedesaan, lingkungan tempat tinggal pertanian, dan lain-lain. Sudah tentu lingkungan-lingkungan tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Lingkungan terjadi karena adanya hubungan timbal balik anatara organism-orgenisme hidup tertentu, yang membentuk suatu keserasian atau kesimbangan tertentu. Apabila pada suatu saat terjadi gangguan pada keserasian tersebut, pada saat lain terjadi proses penyerasian kembali. Pada lingkungan yang stabil, secara ekologis adanya gangguan dalam lingkungan dapat dinetralisir melalui proses-proses dalam ekosistem. Misalnya : arus energi, daur materi, rantai makanan, siklus biogeokimia. Adanya perubahan pada salah satu komponen dalam lingkungan menyebabkan segala proses dalam ekosistem terganggu. Hal ini menyebabkan terputusnya rantai makanan, sehingga menyebabkan meningkatnya populasi jenis lainnya. Dampak selanjutnya adalah terjadinya gangguan bagi semua organisme dalam ekosistem. Perubahan lingkungan dapat disebabkan oleh :

129 116 S O S I O L O G I K E S E H A T A N 1. Faktor Alami, yaitu perubahan yang disebabkan oleh kejadian alam (proses alami). Misal: gempa bumi, gunung meletus, gelombang tsunami, erosi, banjir, angin topan, dan sebagainya. 2. Faktor Buatan (manusia), yaitu perubahan yang disebabkan karena pengaruh aktivitas manusia. Misal: Penebangan hutan, kegiatan industri, pertanian monokultur, penggunaan insektisida, dan sebagainya. Suatu ekosistem mungkin mengalami perubahan-perubahan lantaran bekerjanya faktor-faktor fisik-alamiah, dan pengaruhnya besar terhadap manusia (Soekanto, 2012). Pengaruh-pengaruh tersebut, misalnya: 1. Pengaruh sinar matahari, misalnya terkait sinar matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan manusia dalam proses pembuatan makanan pada tumbuhan yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh manusia, hewan sebagai sumber energi yang dapat menghsilkan karbohidrat. Yang nantinya manusia menyesuiakan diri terhadap lingkungan pengaruh sinar matahri yang berbeda menurut zonasinya. Perbedaan ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, misalnya dapat menimbulkan time zone syndrome. 2. Pengaruh iklim, iklim juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Misalnya pada musim hujan dapat mencemari air dengan cara memindahkan kotoran manusia dan hewan ke air tanah. Organisme yang ditemukan antara lain Criptosporodium, Giardia, dan E.coli yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare. Penularan penyakit saluran cerna seperti diare bukan hanya melalui kontaminasi air, tetapi juga dapat meningkat akibat suhu tinggi, melalui efek langsung pada pertumbuhan organisme di lingkungan. 3. Pengaruh panas-dingin, misalnya terkait perubahan suhu tubuh sangat erat kaitannya dengan produksi panas yang berlebihan, yaitu demam. Ekologi berurusan dengan masalah-masalah lingkungan dan sosial yang penting seperti misalnya polusi, kepadatan penduduk, menipisnya sumber-sumber kekayaan alam, perburuan binatang liar dan perusakan tanah. Para ekolog senantiasa berusaha mengatasi masalah-masalah ini dengan menyadarkan orang-orang tentang sumber-sumber alam yang harus dilestarikan dan memberlakukan peraturan-peraturan mengenai bidang-bidang vital ini. Penduduk yang berkembang dengan cepat akan dapat segera menghabiskan sumber-sumber kekayaan alam yang dapat menimbulkan limbah yang tidak bisa diserap oleh lingkungan (John, 2008).

130 K e s e i m b a n g a n L i n g k u n g a n d a n K e s e h a t a n 117 c. Peranan Manusia Dalam Menjaga Kesimbangan Lingkungan Peranan manusia dalam lingkungan ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Peranan manusia yang bersifat negatif adalah peranan yang merugikan lingkungan. Kerugian ini secara langsung atau pun tidak langsung timbul akibat kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Peranan manusia yang bersifat positif adalah peranan yang berakibat menguntungkan lingkungan karena dapat menjaga dan melestarikan daya dukung lingkungan (Setiadi, 2006). Misalnya yang bersifat negatif, masuknya energi bahan atau senyawa tertentu ke dalam lingkungan yang menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah. Hal ini berakibat menurunnya kualitas lingkungan hidup. Pencemaran dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan terhadap manusia itu sendiri. Misalnya yang bersifat positif, mengadakan penghijauan dan reboisasi untuk menjaga kelestarian keaneka jenis flora serta untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir 10.2 Kesehatan a. Pengertian Kesehatan Definisi Kesehatan berdasarkan UU No.23 Th 1992 mengacu pada definisi dari WHO, Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan pengertian kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), adalah adalah ilmu dan kiat untuk : (1) mencegah penyakit, (2) memperpanjang harapan hidup, dan (3) meningkatkan kesehatan dan efisiensi masyarakat, melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk : (1) sanitasi lingkungan, (2) pengendalian penyakit menular, (3) pendidikan hygiene perseorangan (personal hygiene), (4) mengorganisir pelayanan medis dan perawatan agar dapat dilakukan diagnosis dini dan pengobatan pencegahan, dan (5) membangun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati standar kehidupan yang cukup baik untuk dapat memelihara kesehatan. Menurut Hendrik L. Blum (1974), terdapat empat faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu : lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain, yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat (Gumilar, 2004).

131 118 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Gambar 10.1 Faktor-faktor Pengaruh Derajat Kesehatan Menurut Hendrik L.Blum 10.3 Hubungan Keseimbangan Lingkungan Dengan Kesehatan Perkembangan epidemologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah. Bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit sudah sejak lama diperkirakan orang (Fox, 1960) yang dikutip oleh Soemirat dalam bukunya. Misalnya dapat diambil contoh pada daerah lembab dan banyak genangan air di sekitar kita pasti ada tempat berkembang biak nyamuk baik itu berpotensi menyebabkan penyakit malaria maupun demam berdarah, disitulah letak penyakit bisa muncul karena lingkungannya tidak baik dan tidak bersih. Dalam konteks makanan yang kita makan banyak pedagang kaki lima yang berjualan tidak mengkondisikan dengan lingkungannya sehingga tak jarang pula setelah memakan di tempat yang seperti itu bisa menimbulkan sakit perut. Seorang tokoh kedokteran, Hippocrates ( ), adalah tokoh pertama-tama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubungan dengan fenomena alam dan lingkungannya. Dilihat dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu yang mempelajari proses interakasi in disebut Ekologi dan secara khusus Ekologi Manusia, apabila perhatian studi itu adalah manusia (Boughey, 1973). Interaksi antara manusia dan lingkungannya sangatlah wajar mengingat bahwa manusia hidup berada dalam ekosistem yang mengharuskannya berinteraksi dengan lingkungan sampai meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya pendukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Unsur udara, air, makanan, dan sandang yang diambil dari lingkungan hidupnya, namun proses interaksi itu tidak selalu medapatkan keuntungan, bahkan kadangkadang bisa mendapatkan kerugian, sebagai contoh jka manusia makan dan minum untuk menghilangkan rasa haus dan lapar namun jika terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menimbulkan kelainan nutrisi, begitu

132 K e s e i m b a n g a n L i n g k u n g a n d a n K e s e h a t a n 119 juga jika makan tersebut mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Zat-zat tersebut dapat berupa racu asli ataupun akibat kontaminasi makanan tersebut dengan zat kimia yang berbahaya sehingga dapat terjadi keracunan atau penyakit. a. Proses Terjadinya Penyakit Pada dasarnya penyakit terjadi karena adanya interaksi antara berbagai elemen yang saling mempengaruhi. Seorang dokter, John Gordon, menggambarkan terjadinya penyakit pada masyarakat dalam sebuah model yang pada akhirnya dinamakan sesuai dengan nama pencetusnya, yaitu Model Gordon. Menurutnya, penyakit itu ditentukan oleh tiga faktor pengaruh, yaitu (Fox,1970): A = Agent/penyebab penyakit Agent adalah faktor esensial yang harus ada agar penyakit dapat terjadi. Agent dapat berupa benda hidup, tidak hidup, energi, dan lain sebagainya, yang dalam jumlah berlebih atau kurang merupakan sebab utama dalam terjadinya penyakit. Agent hidup atau agent yang terdiri atas benda hidup seperti metazoa, fungi, protozoa, bakteri, rickettsia, dan virus menyebabkan penyakit yang bersifat menular. Agent tak hidup dapat berupa zat kimia, zat fisis, kekuatan mekanis, faktor fisiologis, faktor psikologis, dan faktor turunan. H = Host/pejamu Host adalah populasi atau organisme yang memiliki resiko untuk sakit. Element host ini sangat penting dalam proses terjadinya penyakit ataupun dalam pengendaliannya, karena ia sangat bervariasi keadaannya bila dilihat dari aspek sosial ekonomi budaya, keturunan, lokasi geografis, dan lainnya. Host juga akan sangat menentukan kualitas lingkungan yang ada dengan cara-cara perlakuan yang berbeda-beda sesuai dengan taraf pengetahuan, sikap, dan budaya hidupnya. Faktor penentu pada host dapat berupa faktor-faktor yang dibawa atau sudah ada sejak lahir (usia, jenis kelamin, bangsa, keluarga, daya tahan natural) juga faktor-faktor yang didapat setelah dilahirkan (status kesehatan umum, status fisiologis, status gizi, pengalaman sakit, stress/tekanan hidup, kekebalan, perilaku host, dan perilaku lingkungan). L = Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host, baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen tersebut, termasuk host yang lain. Lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi

133 120 S O S I O L O G I K E S E H A T A N lingkungan udara (atmosfer), lingkungan air (hidrosfer), lingkungan padat (litosfer), lingkungan flora dan fauna (biosfer), dan lingkungan sosial (sosiosfer). Dalam Model Gordon, A, H, dan L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi yang menentukan keadaan sehat atau sakit. Ia menggambarkan/memodelkan terjadinya penyakit sebagai batang pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya. Gambar 10.2 Pengungkit Seimbang atau Keadaan Sehat Gambar 10.3 Empat Kemungkinan Keadaan Sakit Model pada Gambar 2 merupakan model di mana pengungkit berada dalam kondisi seimbang. Ini artinya, bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat. Sebaliknya, apabila resultan dari interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan yang tidak

134 K e s e i m b a n g a n L i n g k u n g a n d a n K e s e h a t a n 121 seimbang, maka diperoleh keadaan yang tidak sehat atau sakit seperti yang digambarkan pada Gambar 3. Keadaan ke-1 : A memberatkan keseimbangan sehingga batang pengungkit miring ke arah A. Pemberatan A terhadap keseimbangan diartikan sebagai agent/penyebab penyakit mendapat kemudahan menimbulkan penyakit pada host, misalnya terjadinya mutasi pada virus influenza. Keadaan ke-2 : H memberatkan keseimbangan, sehingga batang pengungkit miring ke arah H. Keadaan seperti itu dimungkinkan apabila H menjadi lebih peka terhadap suatu penyakit. Misalnya apabila proporsi jumlah penduduk balita bertambah besar, maka sebagian besar populasi menjadi lebih peka terhadap penyakit anak. Keadaan ke-3 : Ketidakseimbangan disebabkan oleh bergesernya titik tumpu. Hal ini menggambarkan terjadinya pergeseran kualitas lingkungan sehingga A memberatkan keseimbangan. Keadaan seperti ini berarti bahwa pergeseran kualitas lingkungan memudahkan A memasuki tubuh H dan menimbulkan penyakit. Contohnya, terjadinya banjir menyebabkan air kotor yang mengandung A berkontak dengan masyarakat (H), sehingga A lebih mudah memasuki H yang kebanjiran. Keadaan ke-4 : Ketidakseimbangan terjadi karena pergeseran kualitas lingkungan sedemikian rupa sehingga H memberatkan keseimbangan atau H menjadi sangat peka terhadap A. Contohnya, terjadinya pencemaran udara. Model Gordon ini selain memberikan gambaran umum tentang terjadinya penyakit pada masyarakat, dapat pula digunakan untuk melakukan analisis dan mencari solusi terhadap permasalahan kesehatan Contoh Lain Masalah Lingkungan Terhadap Kesehatan Salah satu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Pada tahun 2002, persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap air yang layak untuk dikonsumsi baru mencapai 55,2% (BPS, 2002), dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar 63, %.

135 122 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Jelas lingkungan mempengaruhi kesehatan sesorang, orang yang tinggal ditempat bersih, aman, dan nyaman akan mendapat kesehatan yang lebih baik dibanding orang yang bertempat tinggal di daerah kumuh seperti bantaran kali, kolong jembatan, dan kawasan Industri. Masih banyak masyarakat indonesia yang bertempat di lingkungan kurang baik, pelosok-pelosok. Khususnya masyarakat jakarta. Misalnya: a. Banyak bangunan bertingkat yang di beton = dengan banyaknya bangunan bertingkat maka fungsi tanah yang seharusnya menyerap air kini digantikan fungsinya oleh sistem penyerapan buatan yang kurang efektif, dapat berakibat banjir dan mewabahnya penyakit b. Pembuatan produk-produk yang lama hancur = bahan baku yang lama hancur akan mempercepat penumpukan sampah karena sampah dihasilkan setiap hari. c. Kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya = sehingga membuang sampah sembarang, membangun rumah dibantaran kali, dan lain-lain. d. Banyak kendaraan dan pabrik-pabrik = kendaraan yang sudah lama akan mengalami pembakaran yang tidak sempurna sehingga lebih banyak menghasilkan Co2 dan Pb begitupun dengan pabrik-pabrik. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah, penggusuran rumah-rumah yang berada dibantaran kali, kolong jembatan dan taman-taman lalu menempatkannya kembali ditempat yang layak karena ketika kali yang seharusnya menjadi saluran pembuangan menjadi berkurang fungsinya karena adanya rumah-rumah di bantaran kali. Kemudian, memanfaatkan sampah dengan cara mendaur ulangnya, pengurangan produk-produk yang lama hancur sperti plastik dan kaca. Bahan Diskusi Analisis permasalahan kerusakan lingkungan yang mengganggu keseimbangan lingkungan di Kabupaten Jember yang bisa mengakibatkan permasalahan kesehatan di masyarakat Jember? Jelaskan! Rangkuman Keseimbangan lingkungan merupakan keseimbangan yang dinamis, artinya keseimbangan yang dapat mengalami perubahan. Tetapi perubahan ini bersifat menjaga keseimbangan komponen lain, bukan berarti menghilangkan komponen yang lainnya. Lingkungan memiliki hubungan dengan manusia. Lingkungan memengaruhi sikap dan perilaku manusia, demikian pula kehidupan manusia akan memengaruhi lingkungan tempat hidupnya.

136 K e s e i m b a n g a n L i n g k u n g a n d a n K e s e h a t a n 123 Soal-Soal Latihan 1. Jelaskan peranan manusia dalam menjaga keseimbangan lingkungan? 2. Jelaskan hubungan keseimbangan lingkungan dengan kesehatan? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 10 (sepuluh) dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 11 (sebelas). Daftar Bacaan Elly M, Setiadi Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media. Fox, Jhon P. Hall, Carrie E,. Elvebeck, Lila R Epidemology, Man and Diseases. London: Macmillan Pub.Co. Boughey, Arthur, S Readings in Man, The Environment, and Human Ecology. New York: Mcmillin Pub. Co. Herimanto dan Winarno Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Gumilar Teori Belajar Sosial dari Albert Bandura. Jakarta: Grafindo. John, Bruce Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka Cipta. Mukono, H.J., Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press Soekanto, Soerjono Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soemarwoto, Otto Ekologi, Lingkungan Hidup dan pembangunan. Jakarta: Djambatan.

137 124 S O S I O L O G I K E S E H A T A N

138 BAB 11. BENCANA DAN KESEHATAN Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan bencana dan kesehatan. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang pengertian bencana, jenis bencana, dampak bencana, penanggulangan bencana, dan peran kesehatan masyarakat dalam penanggulangan bencana. Uraian: 11.1 Pengertian Bencana Bencana merupakan suatu peristiwa alam atau lingkungan buatan manusia yang berpotensial merugikan kehidupan manusia, harta, benda atau aktivitas manusia. Bencana adalah peristiwa/ rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis dan di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya (Harta, 2009). Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi dalam satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengalami penurunan kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan mengalami penurunan kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Resiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun wantu tertentu yang dapat berupa

139 126 S O S I O L O G I K E S E H A T A N kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat Jenis Bencana Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Pada dasarnya bencana dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror Dampak Bencana Dampak adalah benturan, pengaruh, kerugian yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Dampak bencana alam adalah kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (Kementerian Sosial, 2008). Bencana dapat memberikan dampak positif dan negatif. Adapun dampak dari bencana tersebut antar lain: a. Dampak Positif Bencana 1. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Terkadang manusia akan ingat kepada Tuhan setelah mereka mendapat cobaan atau bencana. 2. Semangat gotong-royong Suatu sikap ataupun kegiatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat secara kerjasama dan tolong menolong dalam menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan sukarela tanpa adanya imbalan.

140 B e n c a n a d a n K e s e h a t a n Peningkatan kepedulian Kepedulian adalah minat atau ketertarikan untuk membantu orang lain. Bencana bisa menjadi sarana penyadaran kepada manusia untuk saling membantu satu sama lain. 4. Adanya wujud solidaritas atau bentuk kepedulian sesama disaat adanya bencana yang menimpa merupakan perilaku sosial yang berkembang di masyarakat pada umumnya. 5. Dampak ekonomi misal, adanya disribusi keadilan ekonomi dengan banyaknya sumbangan dari para dermawan dan juga dapat bantuan dari luar negeri atas terjadi bencana-bencana tersebut. b. Dampak Negatif Bencana 1. Dampak Negatif Fisik a) Pencemaran lingkungan, seperti Pencemaran air terjadi seiring dengan pencemaran limbah pertanian, industri, rumah rangga yang menimbulkan berbagai macam bibit penyakit sehingga tidak aman untuk dikonsumsi, pencemaran udara, dan sebagainya. b) Kerusakan bangunan atau tempat tinggal masyarakat serta hilangnya harta benda. c) Timbul penyakit atau penularan penyakit pada masyarakat di daerah bencana dan pengungsian. d) Adanya luka pada fisik dan hilangnya nyawa akibat bencana. 2. Dampak Negatif Psikis Pada umumnya permasalahan psikologis, terdapat perbedaan antara individu dan antar kelompok individu. Secara umum, faktor-faktor berikut ini berpengaruh antara lain pertama, semakin tinggi skala bencana yang dialami, semakin besar tingkat pengalaman traumatik. Kedua, komplikasi bencana yaitu sejumlah bencana yang terjadi secara bersamaan atau secara beruntun. Misal: gempa bumi diikuti tsunami. Ketiga, faktor cuaca misalnya musim penghujan yang lebat beserta angin ribut. Keempat, pada umumnya bencana sosial (misal konflik antar kelompok masyarakat, peperangan, terorisme) menimbulkan dampak trauma yang lebih mendalam daripada bencana alam. Kelima, kelompok rentan terdiri dari wanita (terutama ibu hamil), anak-anak orang lanjut usia, mereka yang memiliki kecatatan atau panyakit kronis (Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial, 2010). a) Gangguan perilaku sedih Korban hidup mengemukakan keluhan-keluhan tentang sakit kepala, nyeri punggung, susah tidur, sering terbangun tiba-tiba, tidak nafsu makan, capek/ letih, atau gairah seksual menurun. Di sisi perilaku, korban hidup terlihat atau mengungkapkan

141 128 S O S I O L O G I K E S E H A T A N perasaan seperti menghindar untuk bergaul dengan orang lain, tidak mau bicara, sering lupa, putus asa, bosan, merasa tidak berharga, merasa gagal menyelamatkan diri sendiri atau keluarga, tidak peduli pada lingkungan sekitar, menunjukkan gejala ingin bunuh diri. b) Gangguan amarah Gejala yang tampak korban hidup tidak mau berhubungan dengan orang lain, menyalahkan orang lain, menyerang orang lain, menyerang lingkungan, perilaku kasar, dan menyalahkan Tuhan. c) Gangguan perilaku panik Ketika mendengar suara keras sedikit saja orang sudah lari dan ketika ada goyangan sedikit saja langsung lompat. Nafas tersengal-sengal setelah itu. d) Gangguan perilaku trauma Anak-anak berpegang terus pada orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Mereka tidak berani ditinggal sendiri. Orang dewasa merasa ketakutan dan waspada terus menerus sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. e) Gangguan perilaku kacau Orang mulai berteriak-teriak tanpa ada penyulut, termasuk juga meracau atau orang itu lari ke sana kemari tanpa tujuan. Ia mulai menangis tanpa kendali meskipun sudah ditenangkan. Atau ia marah-marah tanpa sebab dan ketika diajak bicara tidak mau mendengar. f) Kecemburuan sosial Perasaan cemburu yang timbul terhadap orang lain yang status sosialnya berbeda dengan kita. Misalnya, kecemburuan mengapa bencana terjadi di daerah X bukan di daerah Y (Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial, 2010) Penanggulangan Bencana Bencana alam merupakan peristiwa luar biasa yang dapat menimbulkan penderitaan luar biasa bagi yang mengalaminya. Bahkan, bencana alam tertentu menimbulkan banyak korban cedera maupun meninggal dunia. Bencana alam juga tidak hanya menimbulkan luka atau cedera fisik, tetapi juga menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan. Hilangnya harta benda dan nyawa dari orang-orang yang dicintainya, membuat sebagian korban mengalami stress atau gangguan kejiwaan. Hal tersebut akan sangat berbahaya terutama bagi ana-anak yang dapat terganggu perkembangan jiwanya.

142 B e n c a n a d a n K e s e h a t a n 129 Mengingat dampak yang luar biasa tersebut, maka penanggulangan bencana alam harus dilakukan dengan menggunakan prinsip dan cara yang tepat. Selain itu, penanggulangan bencana alam harus dilakukan dengan menggunakan prinsip dan cara yang tepat. Selain itu, penanggulangan bencana alam juga harus menyeluruh tidak hanya pada saat terjadinya bencana tetapi pencegahan sebelum terjadi bencana dan rehabilitasi serta rekrontruksi setelah terjadi bencana. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar bencana alam tidak terlalu banyak menimbulkan dampak buruk bagi korban. a. Prinsip Penanggulangan Bencana Penanggulangan bencana alam bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bencana alam dan dampak yang ditimbulkannya. Karena itu, dalam penanggulangannya harus memperhatikan prinsipprinsip penanggulangan bencana alam. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, disebutkan sejumlah prinsip penggulangan yaitu: 1. Cepat dan tepat Prinsip cepat dan tepat adalah bahwa dalam penaggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penaggulangan akan berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa. 2. Prioritas Prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan penaggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia. 3. Koordinasi dan keterpaduan Prinsip koordinasi adalah bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan yang dimaksud prinsip keterpaduan adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung. 4. Berdaya guna dan berhasil guna Prinsip berdaya guna adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan mayarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan. Prinsip berhasil guna adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

143 130 S O S I O L O G I K E S E H A T A N 5. Transparansi dan akuntabilitas Prinsip transparansi adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan prinsip akuntabilitas adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum. 6. Kemitraan Kemitraan dalam penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat secara luas, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun organisasi kemasyarakatan lainnya. Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau lembaga di luar negeri termasuk dengan pemerintahannya. 7. Pemberdayaan Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengetahui, memahami, dan melakukan langkah-langkah antisipasi, penyelamatan, dan pemulihan bencana. 8. Nondikriminatif Prinsip nondiskriminasi adalah bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun. 9. Nonproletisi Nonproletisi adalah bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana. b. Tahap Penanggulangan Bencana Penanggulangan bencana adalah segala upaya kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan (mitigasi), penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat maupun setelah bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi. Berdasarkan pengertian tersebut, penangggulangan bencana tidak hanya pada saat dan setelah terjadinya bencana tetapi upaya pencegahan juga termasuk ke dalam kegiatan penanggulangan bencana. Karena itu, penanggulangan bencana dilakukan melalui beberapa tahapan. 1. Tahap Pencegahan Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk dari bencana alam. Contoh-contoh kegiatan pada tahap ini adalah: a) Pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya banjir dan kekeringan.

144 B e n c a n a d a n K e s e h a t a n 131 b) Penanaman pohon bakau/ mangrove di sepanjang pantai untuk menghambat gelombang tsunami. c) Pembuatan tanggul untuk menghindari banjir. d) Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak masuk ke wilayah permukiman. e) Reboisasi untuk mencegah terjadinya kekeringan dan banjir, dan sebagainya. 2. Tahap Tanggap Darurat Pada tahap tanggap darurat, hal paling pokok yang sebaiknya dilakukan adalah penyelamatan korban bencana. Inilah sasaran utama dari tahapan tanggap darurat. Selain itu, tahap tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal. Para korban juga perlu dibawa ke tempat sementara yang dianggap aman dan ditampung di tempat penampungan sementara yang layak. Pada tahap ini dilakukan pula pengaturan dan pembagian logistik atau bahan makanan yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana. Secara operasional, pada tahap tanggap darurat ini diarahkan pada kegiatan: a) Penanganan korban bencana termasuk mengubur korban meninggal dan menangani korban yang luka-luka. b) Penanganan pengungsi. c) Pemberian bantuan darurat, pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih. d) Penyiapan penampungan sementara. e) Pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara serta memperbaiki sarana dan prasarana dasar agar mampu memberikan pelayanan yang memadai untuk para korban. 3. Tahap Rehabilitasi Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah perbaikan fisik dan non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban. Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rehabilitasi bangunan ibadah, bangunan sekolah, infrastruktur sosial dasar, serta prasarana dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan. Sasaran utama dari tahap rehabilitasi adalah untuk memperbaiki pelayanan masyarakat atau publik sampai pada tingkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini juga

145 132 S O S I O L O G I K E S E H A T A N diupayakan penyelesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek kejiwaan/ psikologis melalui penanganan trauma korban bencana. 4. Tahap Rekonstruksi Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruksi adalah pembangunan kembali sarana, prasarana serta fasilitas umum yang rusak dengan tujuan agar kehidupan masyarakat kembali berjalan normal. Biasanya melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran utama dari tahap ini adalah terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap ini sedapat mungkin juga melibatkan masyarakat dalam setiap proses. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana ada beberapa tahap yaitu: a. Pra bencana Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi: 1. Dalam situasi tidak terjadi bencana a) Pengurangan risiko bencana; b) Pencegahan; c) Pemaduan dalam perencanaan pembangunan; d) Persyaratan analisis risiko bencana; e) Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; f) Pendidikan dan pelatihan; dan g) Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana. 2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana a) Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana. b) Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat. c) Mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. b. Saat bencana Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi: 1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; 2. Penentuan status keadaan darurat bencana; 3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;

146 B e n c a n a d a n K e s e h a t a n Pemenuhan kebutuhan dasar; 5. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. c. Paska bencana 1. Rehabilitasi Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan: a) Perbaikan lingkungan daerah bencana; b) Perbaikan prasarana dan sarana umum; c) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; d) Pemulihan sosial psikologis; e) Pelayanan kesehatan; f) Rekonsiliasi dan resolusi konflik; g) Pemulihan sosial ekonomi budaya; h) Pemulihan keamanan dan ketertiban; i) Pemulihan fungsi pemerintahan; dan pemulihan fungsi pelayanan publik. 2. Rekonstruksi Rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi: a) Pembangunan kembali prasarana dan sarana; b) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; c) Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; d) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana; e) Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat; f) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; g) Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat Peran Kesehatan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana Bencana alam dapat memperbesar risiko penyakit akibat perubahan yang merugikan pada bidang-bidang berikut: a. Kepadatan penduduk Kontak yang dekat antar manusia berpotensi meningkatkan penyebaran penyakit bawaan udara (airborne disease). Kondisi tersebut ikut menyebabkan sebagian peningkatan kasus infeksi pernapasan akut yang dilaporkan pasca bencana.

147 134 S O S I O L O G I K E S E H A T A N b. Perpindahan penduduk Pemindahan korban bencana dapat menyebabkan masuknya penyakit menular baik pada penduduk migran maupun pada penduduk asli yang rentan. c. Kerusakan dan pencemaran layanan sanitasi dan penyediaan air Air minum sangat rentan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh kebocoran saluran air kotor dan adanya bangkai binatang di sumber air. d. Terganggunya program kesehatan masyarakat Setelah bencana, tenaga dan dana biasanya dialihkan untuk kegiatan pemulihan. Jika program kesehatan masyarakat (misalnya program pengendalian vektor atau program vaksinasi) tidak dipelihara atau dipulihkan sesegera mungkin, penyebaran penyakit menular dapat meningkat pada populasi yang tidak terlindung. e. Perubahan ekologi yang mendukung perkembangbiakan vektor Musim hujan yang disertai atau yang tidak disertai banjir, kemungkinan dapat memengaruhi kepadatan populasi vektor. Salah satu dampaknya adalah pertambahan tempat perkembangbiakan nyamuk atau masuknya hewan pengerat di daerah banjir. f. Perpindahan hewan peliharaan dan hewan liar Seperti halnya populasi manusia, populasi hewan sering berpindah akibat bencana alam, sehingga zoonoses yang ada pada tubuh hewan tersebut dapat ditularkan pada manusia dan juga pada hewan lain. g. Persediaan makanan, air dan penampungan darurat dalam situasi bencana Kebutuhan dasar penduduk sering disediakan dari sumber baru atau sumber yang berbeda. Sangat penting untuk memastikan bahwa makanan dari sumber baru tersebut tidak merupakan sumber penyakit menular. Peran kesehatan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan akibat bencana alam, antara lain: a. Surveilans Bencana Menurut WHO adalah kegiatan pemantauan secara cermat dan terus menerus terhadap berbagai faktor yang menentukan kejadian dan penyebaran penyakit atau gangguan kesehatan, yang meliputi pengumpulan, analisis, interpretasi dan penyebarluasan data sebagai bahan untuk penganggulangan dan pencegahan. Surveilans bencana meliputi : 1. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular.

148 B e n c a n a d a n K e s e h a t a n 135 Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit tersebut. 2. Surveilans data pengungsi. Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di tempat pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin. Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan. 3. Surveilans kematian. Dalam data kematian tercantum nama, tempat atau barak, umur, jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor. 4. Surveilans rawat jalan. Mengatasi masalah korban bencana yang mengalami cedera dan bekerjasama dengan pihak tenaga kesehatan lain seperti dokter, perawat, dan sebagainya. Serta mendata secara lengkap seluruh korban bencana. b. Mengatasi masalah air dan sanitasi lingkungan Saat bencana terjadi, kelangkaan air bersih tentunya menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Pada kondisi ini banyak sumber air yang mengalami pencemaran. Adapun cara yang dapat dilakukan yaitu: 1. Pemurnian air yang banyak dilakukan ada tiga tahap, yaitu penyimpanan, filtrasi dan klorinasi. Tapi sepertinya tiga tahap ini belum cukup untuk benar-benar memurnikan air yang tercemar. Arang aktif menghilangkan air dari kotoran organik yang berwarna, bau, bebas klorin dan lainnya. Sedangkan berkas sinar UV berfungsi untuk menghilangkan bakteri dan virus. 2. SODIS (Solar water deisinfectan) adalah cara mudah memasak air dengan menjemurnya disinar matahari, cocok utk keadaan darurat. 3. Menyediakan fasilitas sanitasi separti: MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang layak untuk masyarakat korban bencana. 4. Pengelolaan penampungan dan perencanaan tempat tinggal. c. Mengatasi masalah gizi pada korban bencana dapat dilakukan dengan (Kementrian Kesehatan RI, 2010): 1. Melakukan penilaian awal dan re-evaluasi guna mengetahui struktur masyarakat korban bencana misalnya, didaerah bencana banyak terdapat balita dan bayi. 2. Pengelolaan gizi dan pangan. 3. Menyediakan obat-obatan. 4. Imunisasi & skrining.

149 136 S O S I O L O G I K E S E H A T A N 5. Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya. 6. Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan. 7. Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban bencana dari dampak buruk akibat bantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan dan lain-lain. d. Menyediakan layanan kesehatan yang memadai, terjangkau dan bekerjasama dengan petugas kesehatan yang lain. Layanan kesehatan yang disediakan tidak hanya untuk mengobati luka atau cedera fisik korban bencana, tetapi juga untuk membantu pemulihan kondisi gangguan psikis akibat bencana, yaitu dengan (Kementerian Sosial, 2011) : 1. Layanan konseling Konseling merupakan suatu proses antara pribadi dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menentukan masalahnya. Dalam hal ini konseling adalah suatu hubungan profesional antara seorang konselor (pendamping) yang terlatih dengan klien yaitu korban bencana alam. 2. Bimbingan Psikososial Penyelesaian masalah yang dihadapi individu dalam situasi darurat juga tidak terlepas dari aspek psikologisnya dan aspek sosial yang saling memberi pengaruh satu sama lain. Atas dasar itu maka bimbingan psikososial dalam situasi darurat sangat diperlukan. 3. Pemulihan Kondisi Sosial Kegiatan pemulihan kondisi sosial dimaksudkan agar masyarakat korban bencana tetap tidak kehilangan relasi sosialnya baik dengan sesama maupun dengan masyarakatnya. Beberapa teknik yang digunakan dalam bimbingan sosial dalam situasi darurat meliputi pertama, pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab. Kedua, pengumpulan informasi seperti wawancara, studi dokumentasi, diskusi, observasi curah pendapat. Ketiga, bermain peran, simulasi. Keempat, tutorial seperti mengerahkan. Kelima, konseling termasuk didalamnya konseling individu, konseling kelompok, dan konseling keluarga. 4. Intervensi Kritis Intervensi kritis pada situasi darurat bertujuan untuk memberikan sebanyak mungkin dukungan dan bantuan kepada korban bencana dan keluarganya, dalam rangka memungkinkan orang yang ditolong mendapatkan kembali keseimbangan psikologisnya secepat mungkin. Komponen intervensi kritis meliputi fokus

150 B e n c a n a d a n K e s e h a t a n 137 penyembuhan spesifik dan dibatasi waktu dan perhatian pada mereduksi ketegangan dan memecahkan masalah adaptasinya, klarifikasi dan asessment akurat terhadap sumber stres dan makna stres bagi korban bencana alam dan diikuti dengan restukturisasi kognitif secara langsung. Bahan Diskusi Untuk melakukan pemberdayaan kepada warga korban bencana alam, sebutkan dan jelaskan strategi yang dilakukan melalui pendekatan pengurangan risiko berbasis masyarakat? Rangkuman Bencana merupakan suatu peristiwa alam atau lingkungan buatan manusia yang berpotensial merugikan kehidupan manusia, harta, benda atau aktivitas manusia. Dampak bencana alam adalah kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (Kementerian Sosial, 2008). Prinsip penanggulangan bencana yaitu cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna, transparasi dan akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan, nondikriminatif, dan nonproletisi. Soal-Soal Latihan 1. Sebutkan dan jelaskan dampak positif dan negatif dari bencana alam? 2. Sebutkan dan jelaskan peran kesehatan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan akibat bencana alam? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 11 (sebelas) dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 12 (dua belas). Daftar Bacaan Harta, M. Sri Pemintakatan Resiko Bencana Banjir di Wilayah Gresik Utara. [Tugas akhir]. Surabaya: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember SurabayaTidak dipublikasikan.

151 138 S O S I O L O G I K E S E H A T A N Hydro Meningkatnya Kebutuhan Air Bersih saat Terjadi Bencana. [Artikel Online]: meningkatnya-kebutuhan-air-bersih-saat-terjadi-bencana/. [30 Juli 2013]. Kementrian Kesehatan RI Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta: Direktorat Jendral Bantuan dan Jaminan Sosial. Kementrian Kesehatan RI Pedoman Pelaksanaan Penanganan Gizi dalam Situasi Darurat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial Pengelolaan Kesehatan Masyarakat dalm Kondisi Bencana. [Serial Online]: johana.staff.ugm.ac.id [30 Juli 2013]. Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta. Schaefer, Ricard T Sociology. Jakarta: Salemba Humanika. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sudarma, Momon Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

152 BAB 12. GENDER DAN KESEHATAN Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan gender dan kesehatan. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang gender, perspektif gender, dan gender dalam kesehatan. Uraian: Lebih dari separuh penduduk miskin di negara berkembang adalah perempuan. Kondisi di atas bisa terjadi akibat dari kemiskinan yang menimpa beberapa keluarga di Indonesia. Perempuan adalah pihak pertama yang merasakan dampak ketika kebutuhan -kebutuhan rumah tangga tidak tercukupi. Perempuan sebagai ibu rumah tangga biasanya bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga baik menyangkut kesehatan gizi keluarga, pendidikan anak, dan pengaturan pengeluaran biaya hidup keluarga (Adib, 2011). Penting untuk dipahami bahwa kemiskinan bukan hanya terjadi akibat struktur yang tidak memihak, namun juga rendahnya perlindungan komunitas atas kepemilikan dan pengelolaan aset oleh perempuan. Rendahnya kontrol perempuan terhadap aset keluarga dan sumberdaya adalah pendorong terjebaknya perempuan dalam lingkaran kemiskinan (Subiyantoro dkk, 2005). Hal ini mengindikasikan bahwa faktor ekonomi membawa pengaruh kerentanan dari sisi kesehatan pada perempuan.

153 140 S O S I O L O G I K E S E H A T A N 12.1 Gender Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (John M. Echols dan Hassan Sadhily, 1983:256). Menurut Nasaruddin Umar, dengan mengutip Webster s New World Dictionary (2001:33) mengatakan bahwa gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Priyono (1996:203) menegaskan konsep ini merujuk pada pemahaman bahwa identitas, peran, fungsi, pola perilaku, kegiatan, dan persepsi baik tentang perempuan maupun laki-laki ditentukan oleh masyarakat dan kebudayaan dimana mereka dilahirkan dan dibesarkan. Dengan demikian, penggambaran perempuan dan laki-laki berakar dalam kebudayaan dan bukan berdasarkan aspek biologis saja. Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa. Perubahan sosial gender yang tersosialisasikan secara evolusional dan perlahan-lahan mempengaruhi biologis masingmasing jenis kelamin. Misalnya, karena kontruksi sosial gender, kaum laki-laki harus bersifat kuat dan agresif maka kaum laki-laki terlatih dan tersosialisasikan serta termotivasi untuk menjadi atau menuju ke sifat gender yang ditentukan oleh suatu masyarakat, yakni secara fisik lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya, karena kaum perempuan harus lemah lembut, maka sejak bayi proses sosialisasi tersebut tidak hanya berpengaruh pada pekembangan emosi dan visi serta ideologi kaum perempuan, tetapi juga mempengaruhi perkembangan fisik dan biologis selanjutnya. Namun, dengan menggunakan pedoman bahwa setiap sifat biasanya melekat pada jenis kelamin tertentu dan sepanjang sifat-sifat tersebut bisa dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah hasil kontruksi masyarakat, dan sama sekali bukanlah kodrat (Mansur Fakih, 1996 : 9-10).

154 B e n c a n a d a n K e s e h a t a n 141 Berdasarkan teori nurture bahwa sifat maskulin dan feminin bukan disebabkan adanya perbedann biologis antara pria-wanita, tetapi karena adanyua sosialisasi dan kulturalisasi ( culturally oriented contestans ). Perbedaan esensial menurut teori nature antara pria dan wanita yang secara umum dikenal dan tidak dapat dipertukarkan (biologically oriented contestans) hanyalah menyangkut aspek 3M (Menstruasi, Melahirkan, dan Menyusui). Untuk sekedar contoh, selama ini yang dicitrakan sebagai orang yang cocok jadi perawat adalah perempuan dan layanan kesehaan lebih diidentikkaan sebagai pekerjaan perempuan. Namun, dalam beberapa dekade terakhir sudah mulai banyak mahasiswa akper dari kalangan pria. Inilah pergeseran nilai mengenai citra pekerjaan dan kepatutan pekerjaan yang dikait-kaitkan dengan gender Perspektif Gender Lebih dari seabad feminisme telah menjadi pergerakkan, secara konstan berubah dan mengubah bentuknya sendiri, untuk merespon perubahan pada lingkungan dan pergerakkan lainnya yang berinteraksi di dalamnya. Pergerakkan modern juga mempengaruhi dengan karakter internasionalnya. Gagasan dan praktik gencar dikomunikasikan, tetapi perbedaan pada konteks sosial dan politik menghasilkan berbagai macam feminisme yang berbeda. Teori fungsionalisme struktural atau dikenal sebagai teori fungsional, menurut Mansur Fakih (1996 : 80) tidak secara langsung menyinggung masalah perempuan dalam teorinya. Dalam keyakinan mereka, masyarakat adalah sebuah sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan masing-masing bagian secara terus menerus mencari keseimbangan (equilibrium) dan harmoni, dapat menjelaskan tentang posisi perempuan. Nasaruddin Umar (2001 : 52) mengatakan bahwa harmoni dan stabilitas masyarakat dalam pandangan fungsionalisme ditentukan olek efektivitas konsensus nilai-nilai. Sistem nilai senantiasa bekerja dan berfungsi untuk menciptakan keseimbangan dalam masyarakat. Kedua, yaitu teori konflik. Dalam soal gender, teori konflik terkadang diidentikkan dengan teori Marx, karena begitu kuat pengaruh Karl Marx di dalamnya. Teori ini berangkat dari asumsi

155 142 S O S I O L O G I K E S E H A T A N bahwa dalam susunan di dalam suatu masyarakat terdapat beberapa kelas yang saling memperebutkan pengaruh dan kekuasaan. Siapa yang memiliki dan menguasai sumber-sumber produksi dan distribusi, merekalah yang memiliki peluang untuk memainkan peran utama di dalamnya. Menurut perspektif teori konflik, perempuan merupakan kelas sosial tersendiri karena pekerjaan yang mereka lakukan, apakah perempuan sebagai istri, anak perempuan, keponakan perempuan, adik perempuan dari kelas sosial borjuis, ataukah mereka itu dalah perempuan sebagai istri, anak perempuan, keponakan perempuan, adik perepuan dari kelas sosial proletariat adalah sama sebagai kelas manusia yang bekerja pada sektor domestik yaitu sebagai ibu rumah tangga. Bertolak dari konsep Marxis tentang hakikat manusia (human nature) dan teori Marxis tentang masyarakat, ekonomi dan politik, serta teori Engels tentang keluarga, perspektif ini mencoba untuk memahami mengapa perempuan tidak pernah memperoleh kesempatan yang sama dengan pria, dengan menganalisis hubungan antara status pekerjaan perempuan dengan citra diri perempuan. Dengan kata lain, dalam pandangan teori konflik ini, ketimpangan gender bukanlah sesuatu hal yang bersifat alamiah melainkan sebagai hasil kontruksi sosial itu sendiri. Ketiga, yaitu teori psikoanalisis. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud ( ). Teori ini mengungkapkan bahwa perilaku dan kepribadian laki-laki dan perempuan sejak awal ditentukan oleh perkembangan seksualitas. Dalam uraian yang lebih rinci, Freud menjelaskan kepribadian seseorang tersusun di atas tiga struktur, yaitu id, ego, dan superego. Tingkah laku seseorang menurut freud ditentukan oleh interaksi ketiga struktru tersebut. Umar(2002 : 46) mengatakan : Pertama, id, sebagai pembawaan sifat-sifat fisik-biologis seseorang sejak lahir, termasuk nafsu seksualitas dan insting yang cenderung agresif. Id bagaikan sumber energi yang memberikan kekuatan terhadap kedua struktur berikutnya. Id bekerja di luar sistem rasional dan senantiasa memberikan dorongan untuk mencari kesenangan dan kepuasan biologis. Kedua, ego, bekerja dalm lingkup rasional dan berupaya menjinakkan keinginan agresi dari id. Ego berusaha mengatur

156 B e n c a n a d a n K e s e h a t a n 143 antara keinginan subjektif individu dan tuntutan objektif realitas sosial. Ego membantu seseorang keluar dari berbagai problem subjektif individual dan memelihara agar bertahan hidup dalam dunia realitas. Ketiga, superego, berfungsi sebagai aspek moral dalam kepribadian berupaya mewujudkan kesempurnaan hidup lebih dari sekedar mencari kesenangan dan kepuasan, superego juga selalu mengingatkan ego agar senantiasa menjalankan fungsinya mengontrol id Gender Dalam Kesehatan Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, gender adalah sebuah kontruksi sosial atau tafsir sosial terhadap peran gender. Sayangnya, terhadap masalah ini, masih banyak penafsiran yang berkembang secara tidak adil, sehingga memberikan tafsiran yang kurang pada tempatnya terhadap masalah-masalah perempuan. a. Menurut estimasi PBB di tahun 2025 atau 2050, baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara, kelompok penduduk usia tua akan lebih banyak dialami oleh kalangan perempuan. Pertumbuhan dan/atau peningkatan jumlah kaum perempuan yang menjadi penduduk lanjut usia ini merupakan salah satu masalah perempuan yang perlu diperhatikan dengan saksama, baik oleh dunia kesehatan maupun pemerintah, sehingga kebutuhan perempuan usia lanjut ini dapat terpenuhi secara maksimal. b. Dua dari tiga wanita di dunia saat ini menderita suatu penyakit yang melemahkan manusia. Gejala-gejala umum penyakit yang mudah menyebar ini mencakup anemia kronik, malnutrisi, dan kondisi yang sangat lemah. Para penderita menunjukkan kerentanan yang tinggi terhadap infeksi saluran pernapasan dan produktif, yang sering kali mengakibatkan kematian dini (premeture death). Tanpa intervensi langsung, penyakit ini dapat menular dari ibu ke anak, dengan angka penularan yang sangat tinggi pada wanita dibanding pria. Meskipun penelitian telah menunjukkan efikasi berbagai strategi pencegahan dan pengobatan, namun hingga kini sangat sedikit strategi yang dilaksanakan secara matang.

157 144 S O S I O L O G I K E S E H A T A N c. Wanita juga menghadapi ancaman kesehatan reproduktif yang unik. Tinginya angka penyakit yang dapat dicegah, kematian akibat komplikasi pada kehamilan dan persalinan, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual dan kanker pada alat reproduksi sering dijumpai pada wanita yang miskin dan yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang komperhensif. d. Di lain pihak, peran reproduktif wanita hanya mendapat perhatian apabila angka fertilitas cukup tinggi. Akibatnya, satusatunya pelayanan kesehatan yang sering diperoleh wanita adalah keluarga berencana, meskipun pelayanan ini lebih menekankan pada kontrol fertilitas bukan pada peningkatan kesehatan wanita. Dalam kesehatan reproduksi pun, pertimbangan agama dan politik telah mengalahkan pertimbangan kesehatan masyarakat, dimana wanita semakin sulit memperoleh hak untuk pelayanan aborsi yang aman. e. Dalam praktek layanan kesehatan, masih ada pandangan bahwa ada pekerjaan perempuan dan pekerjaan laki-laki. Menjadi perawat dan bidan adalah pekerjaan perempuan, sedangkan menjadi dokter adalah pekerjaan laki-laki.pandangan ini mungkin benar bila disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan objek yang dikerjakannya. Namun pembagian kerja seperti ini merupakan contoh nyata dari kontruksi sosial dalam pembagian tugas dalam bidang kesehatan. f. Kemudian dalam penanganan kasus HIV dan AIDS merupakan satu misteri kesehatan yang belum terpecahkan. Penyebab terjangkitnya HIV dan AIDS ini sudah begitu banyak diulas dan dikupas. Namun demikian, dalam kenyataannya, masih banyak anggota masyarakat yang menyalahkan posisi perempuan sebagai penyebab utama berkembangnya virus AIDS ini. Penanganan masalah AIDS ini disudutkan pada masalah maraknya prostitusi. Kelompok orang yang paling tersudutkan dengan isu prostitusi ini yaitu kalangan perempuan. Sedangkan kaum laki-laki, kurang mendapatkan perhatian yang seimbang dengan penilaiannya terhadap kaum perempuan. g. Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan menunjukkan adanya perbedaan. Misalnya penyaklit kardiovaskular ditemukan pada usia yang lebih tua pada

158 B e n c a n a d a n K e s e h a t a n 145 perempuan dibandingkan pada laki-laki. Bebrepa penyakit misalnya anemia, gangguan makan, dan gangguan pada otot serta tulang lebih banyak ditemukan pada perempuan Gender dan Penyakit HIV dan AIDS Masalah HIV dan AIDS di Indonesia sudah sampai tahap yang menghawatirkan. Tidak hanya masalah jumlah kasus yang terus meningkat secara signifikan setiap tahunnya, dimana selama ini Indonesia diyakini berada pada kondisi epidemi rendah (low epidemic) dengan prevalensi di bawah 1%, namun sejak tahun 2000 status ini meningkat menjadi epidemi terkonsentrasi (concentrated epidemic). Status ini ditandai dengan peningkatan prevalensi menjadi 5% pada kelompok risiko tinggi (PSK, pelanggan PSK, pecandu narkotika melalui jarum suntik dan pasangan seksualnya). Masalah lain adalah mengenai polulasi penderitanya yang tidak hanya pada mereka yang selama ini telah terstigma atau dianggap pantas diberi cap buruk tetapi juga pada mereka yang tergolong jauh dari perilaku berisiko seperti ibu rumah tangga dan anak-anak. Perilaku suami yang meningkatkan risiko penularan virus HIV pada istrinya, meskipun mereka berada pada pernikahan yang sah. Sehingga istri yang terinfeksi HIV juga menularkan virusnya pada bayi yang dikandungnya. Beberapa faktor yang menyebabkan perempuan relatif lebih rentan terhadap HIV dan AIDS maupun IMS (Infeksi Menular Seksual) lainnya menurut (Aditya, 2005) adalah sebagai berikut : a) Kerentanan biologis. Organ reproduksi perempuan tersembunyi sehingga tidak mudah terdeteksi bila ada keluhan. Selain itu, organ reproduksi perempuan memiliki salaput mukosa yang luas, mudah luka (iritasi) sehingga bila terjadi penetrasi penis (dengan IMS) akan lebih mudah terjadinya penularan. b) Kerentanan karena ketidakadilan gender. Posisi tawar tidak setara, perempuan dikonstruksikan untuk bersikap penurut, pasif, sabar dan setia. Sementara laki-laki dikonstruksikan untuk berperan sebaliknya, yaitu agresif, mengambil inisiatif dalam hubungan seksual dan dianggap wajar bila mempunyai lebih dari satu pasangan, baik sebelum menikah, di dalam pernikahan maupun di luar pernikahan.

159 146 S O S I O L O G I K E S E H A T A N c) Kerentanan Sosial. Kerentanan sosial yang dimaksudkan di sini bisa berupa : adanya pelecehan dan keserasan seksual, kurangnya akses pendidikan dan pelayanan kesehatan, menjadi korban traficking(perdangan perempuan), menjadi korban perkosaan dan incest, serta tuntutan perempuan untuk menjadi perawat ketika pacar, suami, anak dan orang tua ketika sakit. Tetapi ketika merejka sakit dan butuh perawatan, sering terabaikan. d) Kerentanan ekonomi. Perempuan seringkali tidak memiliki penghasuilan sendiri, sehingga sangat tergantung pada suami atau pasangannya. Kalaupun bekerja, upahnya lebih rendah dari laki-laki. Di sisi lain, perempuan juga sulit mendapatkan modal atau kredit usaha. e) Kerentanan kultural. Perempuan sulit untuk menentukan keinginan dan keselamatan dirinya sendiri. Adanya tradisi yang merugikan perempuan seperti dijodohkan, dipaksa menikah, dipaksa jadi PSK atau jadi janda dalam usia muda agar harganya meningkat sebagai PSK, seperti yang terjadi di beberapa daerah penghasil pekerja seks (Koentjoro, 2004). Sedangkan menurut Makarou (2009), perempuan menghadapi risiko lebih besar tertular virus HIV melalui hubungan seksual karena beberapa alasan sebagai berikut : a) Alasan biologis 1) Sperma berada di dalam saluran vagina lebih lama, sehingga peluang bagi wanita tertular virus lebih besar dibandingkan laki-laki. 2) Permukaan vagina lebih lebar dibandingkan dengan penis, sehinggan peluang perempuan terinfeksi juga lebih besar. 3) Seorang gadis yang berumur dibawah 18 tahun akan lebih rentan, sebab selaput mukosa vagina belum cukup matang untuk melawan virus. 4) Pasca menopause bagi wanita juga sangat rentan karena selaput mukosa vagina menjadi lebih tipis dan lemah. b) Alasan Gender 1) Menikah di usia muda. Seringkali keputusan menikah di usia muda merupakan keputusan keluarga. Di beberapa daerah yang merupakan kantung-kantung kemiskinan, menikahkan anak gadis merupakan upaya untuk

160 B e n c a n a d a n K e s e h a t a n 147 membebaskan orang tua dari beban ekonomi untuk merawat anaknya. 2) Pendidikan yang rendah. Pendidikan yang rendah dapat mempersulit perempuan untuk memahami secara benar selu beluk HIV dan AIDS. Bagaimana penularan virus, bagaimana melindungi diri dari penyebaran virus, apa saja gejala dan bagaimana jika ada indikasi terinfeksi virus HIV. 3) Buta Huruf. Jumlah perempuan yang tidak bisa membaca dan menulis lebih tinggi daripada laki-laki, sehingga kebanyakan kaum perempuan tidak bisa memahami informasi mengenai HIV dan AIDS, meskipun hal ini sudah banyak tersebar di masyarakat. 4) Perempuan tidak bisa mengontrol perilaku seksual suaminya di luar rumah. Jika seorang suami sering berganti pasangan seksual termasuk dengan PSK, maka menjadikan istri dan perempuan patner seksnya menjadi berisiko terkena IMS termasuk HIV dan AIDS. 5) Perempuan tidak berdaya untuk menuntut suami atau pasangan seksualnya untuk memakai kondom sebagai pelindung. Hal ini disebabkan oleh lemahnya posisi tawar perempuan dalam pengambilan keputusan. 6) Kandungan gizi yang lemah. Perempuan seringkali mengkonsumsi makanan sisa dari suami dan anakanaknya. Pada saat dia membutuhkan nutrisi yang lebih (pada saat menstruasi, hamil, menyusui) sering tidak diperbolehkan untuk makan makanan tertentu karena dilarang atau lasan lainnya. Sehingga hal ini menyebabkan kebutuhan gizinya tidak terpenuhi. 7) Kesehatan reproduksi perempuan tidak hanya tergantung perilakunya sendiri tetapi juga dari perilaku suaminya. Perempuan tidak bisa menentukan sendiri kapan melakukan hubungan seksual, apakah perlu memakai alat kontrasepsi dan sebagainya. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa perempuan dalam kondisi yang lebih miskin daripada laki-laki ditinjau dari perspektif ekonomi dan politik. Hal ini berdampak pada perempuan lebih rentan terkena HIV dan AIDS dari pada laki-laki yang

161 148 S O S I O L O G I K E S E H A T A N disebabkan oleh faktor biologis, gender, sosial, ekonomi dan kultural. Oleh sebab itu diperlukan upaya yang komprehensif dari berbagai pihak untuk mengurangi angka HIV dan AIDS pada perempuan yang meliputi : (1) Upaya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, (2) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas pada perempuan, serta (3) melakukan pendampingan pada PSK untuk mencegah penularan HIV dan AIDS Gender dan Penyakit TBC Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), dimana sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Departemen Kesehatan, RI, 2011). TB paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit TB paru banyak menyerang kelompok usia produktif dan berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah dan tingkat pendidikan yang rendah. WHO (World Health Organization) melaporkan perkiraan insiden TB paru setiap tahun sebanyak kasus dengan angka mortality sekitar kasus. TB paru merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, serta merupakan penyebab kematian nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi. TB paru adalah penyakit yang erat kaitannya dengan ekonomi lemah dan diperkirakan 95% dari jumlah kasus TB paru terjadi di negara berkembang yang relatif miskin. Sejak tahun 1995, Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia mulai menerapkan strategi Direcly Observed Treatment, Short Course (DOTS) dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) terutama Puskesmas yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar (Departemen Kesehatan RI, 2007). Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demkian

162 B e n c a n a d a n K e s e h a t a n 149 menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB. Namun demikian angka DO (Droup Out) sebutan bagi kegagalan dalam pengobatan TB di Indonesia masih tetap tinggi. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh belum terpecahkan seluruh faktor penyebab DO yang tidak hanya terbatas pada masalah rendahnya status perekonomian, gizi, keterjangkauan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas, tingkat pendidikan, serta masalah sosial budaya yang termasuk di dalamnya ketimpangan gender dalam masyarakat kita. Padahal perbedaan sosial termasuk di dalamnya identitas gender antara laki-laki dan perempuan merupakan penyebab utama mencuatnya kesenjangan antara mereka, sehingga pada akhirnya mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat pada umumnya. Perbedaan pencapaian program penanggulangan TB antara laki-laki dan perempuan dapat menggambarkan perbedaan biologis (berdasarkan jenis kelamin) dalam epidemologi penyakit TB. Namun di sisi lain, perbedaan peran sosial antara laki-laki dan perempuan (fungsi gender) dapat berpengaruh pula pada faktor risiko dan dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan (Departement of Gender and Women s Health of WHO, 2002). Perbedaan gender berdampak pada angka kejadian TB baik pada proses penemuan kasus, diagnosis dan pengobatan (lihat salah satu studi oleh Rokhmah di Rumah Sakit Paru Kabuapten Jember Tahun 2010 pada gambar 12.1, 12.2, dan 12.3) berikut ini:

163 Jumlah Kasus Jumlah kasus 150 S O S I O L O G I K E S E H A T A N L P Umur Gambar 12.1 Perbedaan Gender Total Pasien TB Berdasarkan Kategori Umur di RS Paru Jember Tahun 2010 L P Diagnosa Gambar 12.2 Perbedaan Gender dalam Diagnosis Pasien TB di RS Paru Jember Tahun 2010

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL Proses sosial adalah cara-cara berhubungan/komunikasi apabila individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L

PROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L PROSES SOSIAL EKO NUGROHO, S.PT, M.SC FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL 2013/2014 Pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama Perubahan-perubahan dalam struktur

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL. Slamet Widodo

PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL. Slamet Widodo DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS TRUNOJOYO PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL Slamet Widodo 1 PROSES SOSIAL Cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan saling bertemu dan menentukan

Lebih terperinci

BAB V INTERAKSI SOSIAL

BAB V INTERAKSI SOSIAL BAB V INTERAKSI SOSIAL 5.1. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL OLEH : LIA AULIA FACHRIAL, M.SI Definisi & Ruang Lingkup Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL 1. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling

INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling bertindak. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial Interaksi Sosial dalam masyarakat merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Dalam bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya. Annisa Nurhalisa

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya. Annisa Nurhalisa Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya Annisa Nurhalisa Interaksi Sosial Asosiatif -> adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT Makna Individu Manusia adalah makhluk individu. Makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisahpisahkan antara jiwa dan raganya.

Lebih terperinci

Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia.

Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia. 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia. 2. Proses Interaksi Sosial

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial 1. Proses yang Asosiatif a. Kerjasama 1) Kerukunan Tolong Menolong dan Gotongroyong 2) Bargaining : Pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa antara

Lebih terperinci

BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL

BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL 1. Kimbal Young (1948) == a. Oposisi b. Kerja Sama c. Difrensiasi 2. Gillin (1951) == Proses Asosiatif dan Disosiatif 3. Tamotsu S.(1986) == Akomodasi, Ekspresi, Interaksi

Lebih terperinci

II PROSES-PROSES SOSIAL

II PROSES-PROSES SOSIAL II PROSES-PROSES SOSIAL Tindakan Sosial Tindakan manusia adalah perbuatan, perilaku atau aksi yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu Macam-macam tindakan manusia; 1. tindakan yang terorgnisir,

Lebih terperinci

Interaksi Sosial. Lolytasari, M.Hum

Interaksi Sosial. Lolytasari, M.Hum Interaksi Sosial Lolytasari, M.Hum Interaksi sosial meruapakan suatu kajian mikro sosiologi yang mempelajari kehidupan seharihari Maksud dari mikro sosiologi adalah dimana manusia sebagai individu berinteraksi

Lebih terperinci

Komunikasi sosial...?????

Komunikasi sosial...????? PROSES SOSIAL Komunikasi sosial...????? Pengantar Sosiologi mempelajari struktur-struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahanperubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL

BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL Jenis-jenis Hubungan Sosial Hubungan antar individu Contoh: 2 orang siswa saling bertegur sapa Hubungan individu dengan kelompok Contoh: Seorang pendeta memberikan kotbah

Lebih terperinci

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial oleh : Ir. Agus Hasbi Noor, M.M.Pd. STKIP Siliwangi Bandung 2014 1 Manusia sebagai makhluk Individu Individu berasal dari kata in dan divided (tidak

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan Instruksional Khusus Sosiologi Tujuan Instruksional Khusus Agar mahasiswa mengenal, mengerti, dan dapat menerapkan konsep-konsep sosiologi dalam hubungannya dengan psikologi SUMBER ACUAN : Soekanto, S. Pengantar Sosiologi.

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. A. Pendahuluan

SOSIOLOGI KOMUNIKASI PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. A. Pendahuluan SOSIOLOGI KOMUNIKASI PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL A. Pendahuluan Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan

Lebih terperinci

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Psikologi Sosial Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, istilah

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL. 1 P a g e

INTERAKSI SOSIAL. 1 P a g e INTERAKSI SOSIAL A. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan sesamanya. Hubungan dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap

Lebih terperinci

MAKALAH PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

MAKALAH PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL MAKALAH PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS]

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS] ILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS] Oleh : Jaeni Supratman Contact Person : E-mail : supratjay@gmail.com ; jaenisupratman@yahoo.com Facebook : http://www.facebook.com/jaenisupratman Follow me : @jaenisupratman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai.

BAB II KAJIAN TEORI. berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai. BAB II KAJIAN TEORI A. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan membutuhkan individu lain atau makhluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat,

Lebih terperinci

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi PENGANTAR SOSIOLOGI 1. Pengertian Dasar Sosiologi berasal dari kata latin socius dan kata yunani yaitu logos. Socius berarti kawan atau teman; Logos berarti pengetahuan. Maka sosiologi berarti pengetahuan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Interaksi sosial Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial, sebab tanpa adanya interaksi tidak mungkin kehidupan bersama akan terjalin.

Lebih terperinci

Pengantar Sosiologi. Yesi Marince.S.IP., M.Si

Pengantar Sosiologi. Yesi Marince.S.IP., M.Si Pengantar Sosiologi Yesi Marince.S.IP., M.Si PROSES TERBENTUKNYA PEMIKIRAN SOSIOLOGI Dahulu semua ilmu pernah menjadi bagian dari filsafat yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan. Sosiologi

Lebih terperinci

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB ) a. Nama Mata Pelajaran : Sosiologi X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar :

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB ) a. Nama Mata Pelajaran : Sosiologi X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar : UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB 1-02.6) 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Sosiologi X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar : 3.2 Mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, kelompok, dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Amin PENYUSUN

KATA PENGANTAR. Amin PENYUSUN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikantugas makalah sosiologi yang berjudul

Lebih terperinci

BAB II PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

BAB II PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL BAB II PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL 2.1 Pengantar Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama ( Selo Soemarjan, 1964). Khusus dalam mata kuliah Pengantar

Lebih terperinci

BAB IV PROSES-PROSES SOSIAL

BAB IV PROSES-PROSES SOSIAL SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB IV PROSES-PROSES SOSIAL ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

Sifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan

Sifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan Sifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan Mengapa manusia, memerlukan interaksi dengan manusia lain? 1. Sifat-sifat Interaksi Sosial Budaya dalam Kehidupan Masyarakat Interaksi adalah

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 1213 Psikologi Dakwah

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 1213 Psikologi Dakwah DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 1213 Psikologi Dakwah Hubungan Psikologi dakwah Sosiologi Hubungan Psikologi dakwah dengan Psikologi Sosial Minggu 4 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD

Lebih terperinci

Perubahan social. Menurut Kingsley Davis, bahwa perubahan social ini merupakan bagian dari perubahanperubahan

Perubahan social. Menurut Kingsley Davis, bahwa perubahan social ini merupakan bagian dari perubahanperubahan Perubahan social Menurut Gillin dan Gillin perubahan social adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena peeubahan-perubahan kondisi geografis, kebuadayaan

Lebih terperinci

SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: SOSIOLOGI (KODE: S05)

SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: SOSIOLOGI (KODE: S05) SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: SOSIOLOGI (KODE: S05) 1. Jawaban: C Fungsi sosiologi diantaranya: Penelitian/menyediakan data Pembangunan/pengembangan Solusi pemecahan masalah 2. Jawaban: C Objek kajian sosiologi

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL Pengertian Konflik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik diartikan sebagai percekcokan,

Lebih terperinci

Pengertian Sistem, Proses Sosial dan Interaksi sosial

Pengertian Sistem, Proses Sosial dan Interaksi sosial Pengertian Sistem, Proses Sosial dan Interaksi sosial Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-1 Apakah SISTEM..????? Secr etimologis berasal dr

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. IR. HJ. KHODIJAH, M.Si

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. IR. HJ. KHODIJAH, M.Si PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL IR. HJ. KHODIJAH, M.Si Proses Sosial Adalah cara2 berhubungan yg dapt dilihat apabila orang perorangan dan kelompok2 manusia saling bertemu dan menentukan sistem,aturan,norma,dan

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 7 II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A.Tinjauan Pustaka 1.Konsep Perubahan Sosial Menurut Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahanperubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi

Lebih terperinci

PROBLEM SOSIOLOGI SET SUPERINTENSIF SBMPTN 2016 PEMBAHASAN

PROBLEM SOSIOLOGI SET SUPERINTENSIF SBMPTN 2016 PEMBAHASAN PEMBAHASAN PROBLEM SET SOSIOLOGI SUPERINTENSIF SBMPTN 2016 1. Jawaban: D Tindakan sosial (Max Weber): Masyarakat adalah produk dari tindakan individu-individu yang berbuat dalam kerangka fungsi nilai,

Lebih terperinci

MAKALAH INTERAKSI SOSIAL

MAKALAH INTERAKSI SOSIAL MAKALAH INTERAKSI SOSIAL Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Sosiologi Disusun : SUCI SARTIKA 153121017 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PRAMITA INDONESIA TANGERANG

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik Kompetensi Dasar Konflik Sosial Judul : Konflik Sosial Standar Kompetensi : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik Kompetensi Dasar : Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL Interaksi

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT DEFINISI SOSIOLOGI: Studi sistematis tentang: Perilaku social individu-individu Cara kerja kelompok social,

Lebih terperinci

SOSIOLOGI POLITIK. YESI MARINCE, M.Si #2

SOSIOLOGI POLITIK. YESI MARINCE, M.Si #2 SOSIOLOGI POLITIK YESI MARINCE, M.Si #2 Definisi Sosiologi Dan Sifat Hakekatnya Sosiologi menurut Pitirim Sorokim (Rusia) ilmu yang mempelajari : a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam

Lebih terperinci

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL BAB V STRATIFIKASI SOSIAL 6.1 Pengantar Stratifikasi merupakan karakteristik universal masyarakat manusia. Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat diferensiasi sosial dalam arti, bahwa dalam masyarakat

Lebih terperinci

INDONESIA DALAM SOSIAL MODERN

INDONESIA DALAM SOSIAL MODERN INDONESIA DALAM SOSIAL MODERN Oleh: Moh Ali Dalam ilmu pengetahuan banyak sekali cabangcabang ilmu yang membahas tentang berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah ilmu sosiologi. Ilmu sosiologi ini

Lebih terperinci

BUDAYA OLAHRAGA DAYUNG TERHADAP INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DESA KLIDANG LOR KABUPATEN BATANG

BUDAYA OLAHRAGA DAYUNG TERHADAP INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DESA KLIDANG LOR KABUPATEN BATANG BUDAYA OLAHRAGA DAYUNG TERHADAP INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DESA KLIDANG LOR KABUPATEN BATANG Dian Kusumawati¹, Dwi Agung Kurniawan² diankusumawati22@gmail.com, Agungmpd092@gmail.com Universitas Selamat

Lebih terperinci

MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL

MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL Part 3 Edy Prihantoro Universitas Gunadarma A. Struktur Masyarakat Seperti di jelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sosiologi mengkaji masyarakat dari sisi struktur sosial (social

Lebih terperinci

KEHIDUPAN SOSIAL MANUSIA

KEHIDUPAN SOSIAL MANUSIA KEHIDUPAN SOSIAL MANUSIA Oleh: Poerwanti Hadi Pratiwi 1 Dalam standar isi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), khususnya Standar Kompetensi (SK) memahami kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Definisi Dampak Pengertian dampak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, adalah pengaruh sesuatu yang menimbulkan akibat; benturan; benturan

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Manusia Sebagai Makhluk Sosial Makhluk Spiritual Manusia Makhluk individual Makhluk Sosial Manusia

Lebih terperinci

BAB VII KEPEMIMPINAN

BAB VII KEPEMIMPINAN BAB VII KEPEMIMPINAN 7.1 Pengantar Secara umum konsep kekuasan, wewenang, dan kepemimpinan senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat yang masih sederhana maupun yang telah kompleks, jadi menarik untuk

Lebih terperinci

SOSIOLOGI. Oleh: Anton Budiarto, S.H., M.H.

SOSIOLOGI. Oleh: Anton Budiarto, S.H., M.H. SOSIOLOGI Oleh: Anton Budiarto, S.H., M.H. Bacaan a.l. : 1. J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto Sosiologi ; Teks Pengantar & terapan (2004) 2. Soeryono Soekanto Sosiologi ; Suatu Pengantar ( 2006) 3. Kamanto

Lebih terperinci

Interaksi Pustakawan Dan Pemustaka

Interaksi Pustakawan Dan Pemustaka Interaksi Pustakawan Dan Pemustaka Abstrak : Selain menguasai bidang ilmu perpustakaan, pustakawan diharapkan mampu memahami kondisi pemustaka melalui interaksi sosial. Dalam berinteraksi dengan pemustaka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

HAKIKAT ILMU SOSIAL. Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan:

HAKIKAT ILMU SOSIAL. Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan: PENGANTAR SISTEM SOSIAL TKW 121 2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. KULIAH KE 2 HAKIKAT ILMU SOSIAL Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan: a. Sosiologi merupakan ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial dalam suatu masyarakat pada dasarnya

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial dalam suatu masyarakat pada dasarnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dalam suatu masyarakat pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan hidupnya membutuhkan manusia lain di sekelilingnya,

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PERKEMBANGAN SOSIOLOGI

BAB I PERKEMBANGAN SOSIOLOGI BAB I PERKEMBANGAN SOSIOLOGI A. Manusia Sebagai Makhluk Sosial Manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki akal, senantiasa berusaha mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Pada mulanya, semua

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk telah diakui sejak merdeka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk telah diakui sejak merdeka 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Proses Interaksi Sosial Kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk telah diakui sejak merdeka bahkan sebelum merdeka sudah diakui sebagai bangsa yang banyak memiliki perbedaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. mereka memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. untuk berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi

Lebih terperinci

BENTUK KERJASAMA (COOPERATION) PADA INTERAKSI SOSIAL WARIA. Bunga Fajar Sari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

BENTUK KERJASAMA (COOPERATION) PADA INTERAKSI SOSIAL WARIA. Bunga Fajar Sari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 1 BENTUK KERJASAMA (COOPERATION) PADA INTERAKSI SOSIAL WARIA Bunga Fajar Sari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kerjasama (cooperation) pada interaksi

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 5 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 5 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 5 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang bentuk-bentuk interaksi sosial, aturan-aturan dalam

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER. Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER. Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER A.Kajian Teori Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan dengan temapembahasan dalam penelitian ini dengan menggunakan teori tindakan sosial

Lebih terperinci

TEORI-TEORISOSIOLOGI OLEH. GUMGUM GUMILAR, M.SI

TEORI-TEORISOSIOLOGI OLEH. GUMGUM GUMILAR, M.SI TEORI-TEORISOSIOLOGI OLEH. GUMGUM GUMILAR, M.SI PendekatanTeoriSosial 1. Dimensikognitif. Dalam dimensi ini, ilmuwan sosial akan selalu berbicara mengenai teori sosial sebagai cara untuk membangun pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan manusia lainnya. Artinya dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Menurut Young dan Mack (dalam Walgito 2003:57) interaksi sosial adalah hubunganhubungan sosial yang dinamis dan menyangkut

Lebih terperinci

Berikut beberapa pengertian sosiologi hukum menurut para ahli:

Berikut beberapa pengertian sosiologi hukum menurut para ahli: Berikut beberapa pengertian sosiologi hukum menurut para ahli: 1. Soerjono Soekanto : sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris yang menganalisis atau mempelajari

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

BAB VI INTERAKSI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH

BAB VI INTERAKSI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH 84 BAB VI INTERAKSI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH Interaksi sosial disebut juga sebagai proses sosial yang terjadi apabila terdapat kontak sosial dan komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan Desa a. Pengertian Desa Pada umumnya pengertian desa dikaitkan dengan pertanian, yang sebenarnya masih bisa didefinisikan lagi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok (Soekanto,

Lebih terperinci

BAB I. PENGERTIAN SOSIOLOGI SOSIOLOGI. Sosiologi merupakan Ilmu Sosial yang objeknya adalah masyarakat. (Berdiri Sendiri)

BAB I. PENGERTIAN SOSIOLOGI SOSIOLOGI. Sosiologi merupakan Ilmu Sosial yang objeknya adalah masyarakat. (Berdiri Sendiri) BAB I. PENGERTIAN SOSIOLOGI SOSIOLOGI Sosiologi merupakan Ilmu Sosial yang objeknya adalah masyarakat. (Berdiri Sendiri) Memenuhi Unsur-unsur IlmuPengetahuan Ciri-ciri Utamanya : a. Sosiologi bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. BAB I PENDAHULUAN G. Latar Belakang Karyawan kontrak pertama kali muncul dalam peraturan perundangundangan yaitu dalam UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Ketentuan ini misalnya dijumpai dalam

Lebih terperinci

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 5 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 5 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Proses dan Interaksi Sosial DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang struktur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori Sesuai dengan tema penelitian ini, maka berikut ini penelitian mengemukakan halhal yang berkaitan dengan penelitian, khususnya mengenai pengaruh keberadaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. antara orang peroarang dan kelompok manusia. 1 Proses sosial pada hakikatnya

BAB II KAJIAN TEORI. antara orang peroarang dan kelompok manusia. 1 Proses sosial pada hakikatnya BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang perorang, antarkelompok manusia, serta antara orang peroarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara 7 BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Interaksi Sosial A. Interaksi Sosial Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI Ruang Lingkup Sosiologi komunikasi Fakultas Komunikasi Program Studi Hubungan Masyaraakt TatapMuka Kode MK DisusunOleh 01 85005 Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan,

Lebih terperinci

1 & 2. Modul Perkuliahan I dan II Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm.

1 & 2. Modul Perkuliahan I dan II Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm. Modul ke: 1 & 2 Modul Perkuliahan I dan II Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar hak-hak anak dalam kelima keluarga dalam penelitian ini memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak untuk hidup dan hak anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Tindakan Sosial Max Weber Dalam hal ini kaitanya antara teori tindakan sosial dengan persepsi masyarakat tentang calon bupati mantan koruptor adalah termasuk relevan. Yang mana

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Interaksi Sosial Priyatna (2013: 70) menyatakan bahwa interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Tunanetra b. Pengertian Tunanetra Kata tunanetra itu sendiri tidak asing bagi kebanyakan orang, tetapi masih banyak yang belum memahaminya. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya itu maka manusia berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi yang terjalin semata-mata tidak hanya satu arah, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi yang terjalin semata-mata tidak hanya satu arah, tetapi juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. Interaksi Sosial Manusia sebagai individu hidup dalam sebuah lingkungan sosial, dimana diantara individu saling berkomunikasi dengan sesamanya baik itu secara

Lebih terperinci

Pertentangan-Pertentangan Sosial & Integrasi Sosial Nasional

Pertentangan-Pertentangan Sosial & Integrasi Sosial Nasional Pertentangan-Pertentangan Sosial & Integrasi Sosial Nasional 9 Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat memahami dan menghayati kenyataan-kenyataan yang disebabkan oleh adanya pertentangan sosial, mengetahui

Lebih terperinci

PENGAMBIL KEPUTUSAN YANG RASIONIL MERUPAKAN TOLOK UKUR EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN Oleh : Drs. Djoko Suyono, M.Si

PENGAMBIL KEPUTUSAN YANG RASIONIL MERUPAKAN TOLOK UKUR EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN Oleh : Drs. Djoko Suyono, M.Si 1 PENGAMBIL KEPUTUSAN YANG RASIONIL MERUPAKAN TOLOK UKUR EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN Oleh : Drs. Djoko Suyono, M.Si PENDAHULUAN Pengambilan keputusan dalam manajemen memegang peranan yang sangat penting,

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Drs. Ermansyah, M.Hum. 2013 MANUSIA DAN MASYARAKAT Selain sebagai individu, manusia juga sebagai makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena: 1. Butuh orang

Lebih terperinci

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk

Lebih terperinci