INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Kaaruyan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Kaaruyan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo)"

Transkripsi

1 1

2 2 INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Kaaruyan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo) Pembimbing : Drs. Darwin Une, M.Pd * Sutrisno Mohamad, S.Pd, M.Pd ** Chairunnisyah Arief Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Chairunnisyah Arief, Nim Interaksi Sosial Masyarakat (Studi Kasus di Desa Kaaruyan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo) Tahun Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui. Pertama, Proses interaksi sosial masyarakat desa kaaruyan. Kedua Bentuk bentuk interaksi sosial masyarakat di desa Kaaruyan. Ketiga, Faktor faktor yang mendorong dan menghambat interaksi sosial masyarakat di desa Kaaruyan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang kajian fenomenologis dan di ungkapkan secara deskriptif analisis kritis. Teknik analisis interaktif ini memiliki empat komponen analisis yaitu: Pertama, pengumpulan data. Kedua, reduksi data. Ketiga, sajian data. Keempat verifikasi /penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan : (1) proses interaksi sosial masyarakat di desa Kaaruyan berlangsung dengan baik, tidak ada perpecahan walaupun memiliki perbedaan etnis maupun perbedaan keyakinan karena selalu mengedepankan persaudaraan antar sesama dan tidak selalu menonjolkan perbedaan. (2) Bentuk-bentuk Interaksi sosial masyarakat di desa Kaaruyan yakni terjalin kerja sama yang baik antara sesama masyarakat dimana di desa Kaaruyan terlihat bahwa rasa tolong menolong dan saling gotong royang dibudayakan seperti pada pembuatan rumah dan ketika bertani. Dimana masyarakat Kaaruyan saling membantu ketika ada yang bertani sehingga terjadi interaksi sosial di tempat tersebut. (3) Faktor yang mendorong interaksi sosial masyarakat di desa Kaaruyan antara lain, faktor ekonomi, sosial budaya, politik, pendidikan. Faktor yang menghambat interaksi sosial di desa Kaaruyan, faktor keragaman etnis dan agama. Kata Kunci : Interaksi, Masyarakat, Agama.

3 3 PENDAHULUAN Pembauran dan kesatuan bangsa adalah suatu usaha jangka panjang untuk menyelaraskan tata nilai menuju ke suatu keserasian sosial yang tertib antar golongan etnik yang ada di Indonesia yang masyarakatnya bersifat majemuk. Dalam kehidupan masyarakat majemuk sering terjadi kesenjangan sosial dalam hubungan berinteraksi, karena diantara masyarakat mempunyai kebiasaan dan tabiat yang berbeda-beda serta kerja sama yang akrab akan terjadi apabila diantara masyarakat saling membutuhkan, tolong menolong, dan mampu menyatuhkan persepsi, sebaliknya akan terjadi kesalahpahaman jika mereka tidak mampu dalam menyatukan persepsi. Masyarakat majemuk terdiri dari kelompok-kelompok kelembagaan yang otonom dan secara struktural terpisah satu sama lain, baik dari segi sosial maupun budaya. Karekteristik masyarakat majemuk atau kelompok etnik, kadangkala tidak menunjukkan adanya dominasi suatu etnik tertentu, namun dilihat dari kapasitas suatu wilayah yang didiami oleh kelompok etnik akan melakukan adaptasi terhadap lingkungan sosial dan fisik yang baru. Mereka menyesuaikan diri mengorganisir adat istiadat dan tradisi, atau mengembangkan adat istiadat baru, tetapi dengan menggunakan simbol lama. Dengan kata lain, mereka berusaha mempergunakan norma dan ideologi tradisional untuk membedakan kelompok mereka dengan jiwa lain dalam situasi kontemporer. Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, dan antara individu dengan kelompok. Ragam tingkah laku individu atau kelompok masyarakat akan mempunyai akibat yang positif apabila diwujudkan dalam posisi yang serasi. Ketidakserasian akan menimbulkan akibat negatif dalam pergaulan hidup, yang tidak mustahil dapat terjadi apabila ada keganjalan dalam penyesuain diri di dalam proses hubungan sosial tersebut. Masyarakat desa Kaaruyan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo yang masyarakatnya sangat berbeda dengan masyarakat desa-desa pada umumnya yang ada di kecamatan Mananggu. Desa Kaaruyan dibuka sekitar tahun 1920-an. Saat itu masih hutan belukar dan sering disebut hutan Mananggu, pada saat itu ada

4 4 seorang petugas penjaga kawat telefon bernama Niklas Pandeirot melihat bahwa daerah tersebut subur, tumbuhan yang menghijau, tanahnya luas dan datar ditumbuhi pohon dan semak cocok untuk dijadikan lahan pertanian, perkebunan, bahkan perkampungan. Hal ini diceritakan kepada teman-temannya yang pada waktu itu merantau di daerah Gorontalo (sekarang kota Gorontalo) sehingga terjadilah kesepakatan bersama untuk mengunjungi sekaligus membuka hutan belukar tersebut menjadi areal perkebunan. (sumber: Data tertulis yang ada di sekertariat kantor desa Kaaruyan) Setelah mereka bercocok tanam di daerah tersebut mereka kembali kedaerah Minahasa dengan tujuan memanggil/mengajak sanak saudara dan teman-teman sehingga mulai pada saat itu terjadilah perpindahan penduduk secara bergelombang. Dan sejak saat itu Kaaruyan telah memenuhi syarat menjadi satu Dusun bergabung dengan Desa tetangga (Desa Tabulo) seiring dengan berjalannya waktu maka pada tahun 1948 Dusun Kaaruyan yang dipimpin oleh Jairus Walukow resmi menjadi Desa definitiv Desa Kaaruyan. Nama Kaaruyan berasal dari bahasa Minahasa Aruyyang artinya senang, bahagia. (sumber: Data tertulis yang ada di sekertariat kantor desa Kaaruyan) Berdasarkan uraian diatas, nampaklah dalam interaksi mereka dalam segala aspek kehidupan, pada umumnya telah mengalami perkembangan adanya kerja sama yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan bersama. Kehidupan masyarakat tersebut pada hakekatnya mempunyai dinamika tersendiri dari berbagai suku, sebagaimana desa Kaaruyan terdapat suatu masyarakat yang terdiri dari berbagai macam suku diantaranya suku Minahasa, Gorontalo, Toraja, dan Dayak, yang sekarang ini memperlihatkan kehidupan yang bersifat penuh kerukunan antara suku satu dengan yang lainnya. Fragmentasi sosial yang ditandai oleh adanya perkembangan serta alur dinamika dalam suatu kelompok masyarakat tidak dapat dilepaskan dengan proses historis, perkembangan sikap mental manusia yang senantiasa melakukan inovasi. Realisasi keadaan ini memungkinkan manusia melahirkan berbagai budaya sebagai hasil karya dan karsa manusia.

5 5 Pada dasarnya hubungan timbal balik di antara masyarakat yang berbeda etnis merupakan manifestasi dalam wujud kegiatan maupun aktivitas yang pada umumnya bermakna keakraban di antara masyarakat sebab melalui hubungan baik yang akrab di antara masyarakat tersebut, akan lebih menciptakan nilai sosial serta ikatan hubungan sosial yang baik antara satu golongan dengan golongan yang lainnya. METODE PENELITIAN Untuk penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. untuk dapat menggambarkan sifat-sifat individu, kelompok, dan keadaan atau situasi kehidupan sosial budaya. Pendekatan kualitatif berguna untuk menggambarkan suatu realita kondisi sosial budaya dalam masyarakat. Menurut Judistira K, (2007: 23) tujuan penelitian kualitatif adalah berupaya memahami gejala-gejala sedemikian rupa dan tidak memerlukan kuantitatif, atau karena gejala-gejala tersebut tidak memungkinkan diukur secara tepat. Untuk memahami gejala-gejala tersebut, maka perlu memahami konteks budaya dan kondisi sosial masyarakat setempat. Pendekatan ini digunakan karena Pertama, yang akan diteliti berkaitan dengan pemahaman gejala-gejala sosial budaya masyarakat. Kedua, penelitian ini berupaya untuk memahami konteks sosial budaya masyarakat tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Interaksi Sosial Masyarakat Di Desa Kaaruyan Penduduk asli Kaaruyan adalah warga dari Minahasa yang selanjutnya berkembang menjadi sebuah tatanan masyarakat yang bersifat multietnik. Keragaman etnis yang ada di desa Kaaruyan tidak dipandang sebagai suatu perbedaan yang mengarah pada ketidakharmonisan hubungan sosial antar masyarakat, akan tetapi dipandang sebagai suatu kekayaan budaya yang selalu dijaga keberadaanya.

6 6 Masyarakat yang hidup dalam berbagai latar belakang yang beragam, masyarakat Kaaruyan mencoba untuk mempertahankan tradisi serta kebiasaan mereka masing-masing tanpa mengganggu tradisi dari masyarakat etnis lainnya. Masing-masing etnis berupaya semaksimal mungkin untuk tidak melakukan intervensi terhadap budaya dari etnis lain sehingga masing-masing lapisan masyarakat menjalani kehidupan sosialnya berdasarkan kepercayaan dan keyakinan yang dianutnya. Wujud nyata interaksi sosial pada masyarakat tersebut misalnya terlihat dalam hal saling menghormati antara satu suku dengan yang lainnya, memberikan bantuan pada orang yang mengalami musibah, memperhatikan orang lain yang mengalami kesulitan dan masih banyak hal-hal yang dilakukan dalam usaha membina hubungan diantara sesama anggota masyarakat. Sifat masyarakat Gorontalo pada umumnya yang lebih suka mengedepankan rasa saling kerja sama, sebagai warga yang hidup berdampingan meskipun memiliki keragaman etnis dan latar belakang agama yang berbeda, masyarakat Kaaruyan tetap masih menjalin hubungan sosial yang harmonis melalui kerja sama diberbagai bentuk seperti bergotong royong dalam melaksanakan pekerjaan sosial. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Masyarakat Di Desa Kaaruyan Sehubungan dengan bentuk-bentuk interaksi yang dikemukakan oleh Elly M. Setiadi pada bab sebelumnya yakni interaksi sosial terjadi dari kerja sama, persaingan, pertikaian, serta akomodasi. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial masyarakat desa Kaaruyan yakni: pertama, kerja sama di desa Kaaruyan terlihat bahwa rasa tolong menolong dan saling gotong royong dibudayakan seperti pada pembuatan rumah dan ketika bertani. Dimana masyarakat Kaaruyan saling membantu ketika ada yang bertani sehingga terjadi interaksi sosial di tempat tersebut. Kemudian yang kedua, pertikaian merupakan salah satu bentuk interaksi, akan tetapi proses tersebut jelas menimbulkan unsur-unsur yang negatif dalam kehidupan masyarakat. Di desa Kaaruyan tidak terjadi pertikaain yang menimbulkan perpecahan, namun

7 7 walaupun seperti itu tetap ada pertikaian walaupun hanya terjadi perbedaan pendapat sehingga terjadi pertikaian akan tetapi tidak menimbulkan pertikaian antar sesama masyarakat. Ketiga, persaingan atau cooveration dapat diartikan sebagai proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi perhatian umum baik perseorangan maupun kelompok manusia dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan. Di desa Kaaruyan terjadi persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan persaingan ras. Persaingan di bidang ekonomi terjadi apabila terbatasnya jumlah produksi bila dibandingkan dengan jumlah konsumennya atau sebaliknya. Kemudian persaingan dibidang kebudayaan terjadi dimana adanya perbedaan pola pikir dari masing-masing penganut kebudayaan tersebut misalnya menyangkut persaingan dalam keagamaan, lembaga masyarakat seperti pendidikan dan sebagainya. Persaingan kedudukan terjadi di desa Kaaruyan dimana ada beberapa kelompok tertentu terdapat keinginan-keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan yang terpandang. Selain itu juga terjadi persaingan ras dimana terjadi perbedaan ras, dan warna kulit maupun corak lainnya menyebabkan perbedaan ciri-ciri badaniah. Akibat upaya anggota ras untuk menunjukkan kelebihan atau keunggulan dari ras tersebut sehingga terjadi persaingan antara sesama masyarakat lainnya. Faktor-Faktor Yang Mendorong Interaksi Sosial Masyarakat Di Desa Kaaruyan Selain Keragaman agama, Kaaruyan juga merupakan daerah yang memiliki keragaman etnis/suku diantaranya suku Minahasa sebagai suku mayoritas, suku Gorontalo, suku Toraja, dan suku Dayak. Berbagai keragaman suku tersebut selalu berbaur dalam melakukan interaksi sosial. Adapun faktorfaktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial budaya antar etnis di desa Kaaruyan dapat dikemukakan sebagai berikut.

8 8 a. Faktor Ekonomi Kebijakan sektoral pembangunan di Kabupaten Boalemo diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat di segala lapisan secara merata, serta meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan selanjutnya, sehingga kedepan pelaksanaan pembangunan di desa Kaaruyan dapat benar-benar mencerminkan keterpaduan dan keserasian antar program-program sektoral, dengan demikian sumber-sumber potensi daerah dapat di optimalkan pemanfaatannya dan dapat dikembangkan secara merata. Pelaksanaan pembangunan tentunya tidak terlepas dari upaya meningkatan kesejahteraan masyarakat, hal ini berkaitan dengan kondisi ekonomi dan kemakmuran masyarakatnya, dilihat dari tingkat ekonomi masyarakat, maka pertumbuhan dan perkembangan kecamatan akan sangat perpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan desa yang ada disekitarnya. Kerjasama dibidang ekonomi merupakan salah satu bentuk kerja sama yang terdapat dalam suatu kelompok manusia. Hal tersebut merupakan suatu kewajaran yang ditemui dalam sekelompok manusia. Kerjasama muncul akibat dari kesadaran manusia sebagai individu yang memiliki keterbatasan baik secara fisik maupun nonfisik sementara ia harus memenuhi segala kebutuhan guna menjamin kelangsungan hidupnya. Memenuhi kebutuhan hidupnya, seseorang manusia membutuhkan manusia lain dalam upaya untuk menutup keterbatasan yang dilikinya. Kerjasama bidang ekonomi lebih dititikberatkan pada upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Sebagai contoh seorang produsen tidak dapat berbuat banyak tanpa ada konsumen yang membutuhkan produknya, sebaliknya istilah konsumen mungkin tidak akan ada tanpa ada produsen yang memproduksi sesuatu yang dibutuhkannya. Oleh sebab itu hubungan baik antara keduanya perlu dibina sehingga prinsip saling menguntungkan akan dapat tercapai. Kenyataan inilah yang turut disadari oleh masyarakat desa Kaaruyan sehingga mendorong mereka untuk menjalin hubungan baik antar sesama dalam bidang ekonomi. Kondisi pedesaan yang belum terlalu banyak tersentuh oleh suasana perkotaan menyebabkan kerjasama di bidang ekonomi lebih bersifat

9 9 tradisional dan sederhana namun tetap memperhatikan untung rugi dari kerjasama tersebut. Kenyataannya masyarakat yang hidup di desa Kaaruyan rata-rata masih tergolong sebagai masyarakat berekonomi menengah ke bawah sehingga pertimbangan bisnis tidak terlalu diperhatikan. Penghasilan yang pas-pasan cukup disadari oleh setiap individu sehingga jalinan kerjasama dipupuk berdasarkan ikatan persaudaraan dan kesederhanaan guna mencukupi kebutuhan hidup bersama. a. Faktor Sosial Budaya Telah menjadi pengetahuan umum bahwa manusia merupakan makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia selalu berusaha memenuhi kepentingan pribadinya. Sebagai makhluk sosial manusiapun berusaha untuk mengadakan hubungan sosial dengan sesamanya demi pemenuhan hasrat hidupnya. Konsep tersebut menunjukkan bahwa manusia tak dapat berkembang dengan sempurna tanpa adanya interaksi sosial dengan sesamanya. Hubungan interaksi sosial sebagai manifestasi bahwa manusia tak dapat bertahan hidup tanpa sesamanya. Khusus untuk lokasi yang menjadi objek penelitian ini, berdasarkan pengamatan yang di lakukan di temukan berbagai aktivitas kerjasama sosial yang masih ditemukan di desa Kaaruyan walaupun mulai jarang dilakukan namun masih tetap dipertahankan diantaranya. (a) tolong menolong dalam hal pembersihan kebun, (b) gotong royong upaya menjalankan kepentingan bersama misalnya dalam membangun tempat ibadah, bakti sosial dan sebagainya. Kegiatan tersebut di atas menunjukkan adanya ikatan kerjasama yang cukup baik dalam upaya menjalin hubungan sosial yang harmonis guna kepentingan bersama sehingga berbagai perbedaan dapat diminimalisir. Data yang diperoleh menunjukan bahwa masyarakat Kaaruyan lebih mengedepankan rasa saling kerjasama, sebagai warga yang hidup berdampingan meskipun memiliki keragaman etnis dan latar belakang agama yang berbeda, mereka masih tetap menjalin hubungan sosial yang harmonis melalui kerjasama-

10 10 kerjasama dalam berbagai bentuk seperti bergotong royong dalam melaksanakan suatu pekerjaan sosial, kerjasama dalam hal bertani dan lain sebagainya. b. Faktor Politik Di dalam diri seseorang maupun kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan yang terpandang. Keinginan tersebut dapat terarah pada suatu persamaan derajat dengan kedudukan serta peranan pihak lain, atau lebih tinggi. Mencapai tujuan tersebut seseorang harus berupaya untuk meyakinkan orang lain. Berbagai macam kepentingan menyangkut kedudukan sosial inilah yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan adanya interaksi sosial bahkan budaya antara seseorang dengan orang lain atau sekelompok orang dengan kelompok yang lain. Kenyataan yang ditemukan mengungkapkan bahwa faktor politik di desa Kaaruyan merupakan faktor penting dalam menciptakan kondusif atau tidaknya kondisi sosial. Di satu sisi faktor politik membawa dampak positif bagi kelangsungan hidup di daerah tersebut. Namun di sisi lain latar belakang masyarakat yang beragam di desa Kaaruyan mengindikasikan adanya kondisi yang rentan dengan konflik jika tidak diberikan pendidikan politik yang sehat dan memadai. Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut di atas, berbagai elemen yang terkait misalnya pemerintah baik desa hingga pemerintah daerah telah melakukan upaya-upaya berupa penjelasan-penjelasan, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang positif hingga memberikan jaminan keamanan dan ketertiban. Hal ini dimaksudkan agar supaya masyarakat Kaaruyan dapat hidup dalam keadaan yang tentram tanpa terinterfensi oleh hal-hal yang menimbulkan potensi politik. c. Faktor pendidikan Pendidikan merupakan sebuah kunci dalam pembangunan suatu daerah, oleh sebab itu pendidikan dituntut menghasilkan sumber daya manusia yang mempunyai kesanggupan dalam mengelolah aset-aset bangsa atau sumber daya

11 11 alam, mampu menciptakan lapangan kerja yang nantinya akan mensejahterakan bangsa. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah yang memiliki kemampuan dan keterampilan tidak hanya yang bersifat teknik saja tetapi juga yang bersifat keahlian dan kemampuan mengorganisir. Lebih jelasnya, data penduduk desa Kaaruyan dari segi pendidikan dapat dilihat pada tabel. (dalam lampiran 3). Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat desa Kaaruyan jika dipresentasikan tingkat pendidikannya maka sekitar 98% yang sudah mengenyam pendidikan formal walaupun baru 6% yang perguruan tinggi hingga memperoleh gelar sarjana, dan sekitar 2% yang belum mengenyam pendidikan formal. Di Desa Kaaruyan tidak ada yang buta huruf dan yang belum mengenyam pendidikan tersebut yaitu yang masih bayi. Sehingga dilihat secara keseluruhan untuk pemahaman masyarakat tentang pendidikan dapatlah dikatakan telah menunjukan cukup berarti. Kenyataan tersebut menunjukan bahwa faktor pendidikan memainkan peranan cukup penting dalam proses interaksi sosial budaya di desa Kaaruyan. Dengan mengenyam dunia pendidikan, masyarakat (pendidik maupun peserta didik) dapat menjalin hubungan sosial yang positif. Selain itu, pendidikan juga turut berperan penting dalam proses transfer budaya yang disertai dengan penjelasan-penjelasan yang memadai hingga peserta didik dapat mengenal lebih jauh tentang keragaman budaya kompleks di desa Kaaruyan. Faktor-faktor Yang Menghambat Interaksi Sosial Masyarakat Di Desa Kaaruyan a. Faktor Keragaman Etnis/Ras Young (dalam Ismail, 2010: 45) mengemukakan bahwa ada beberapa atribut yang terkait dengan pengelompokkan etnis antara lain bahasa, daerah, wilayah (territory) tempat asal usul pemukiman, unit politik/pemerintahan lokal atau nilai dan simbol budaya bersama. Boleh saja salah satu atribut tersebut tidak dimiliki oleh salah satu kelompok etnis tertentu, tetapi penggunaan bahasa daerah (etnis) dapat dikatakan sebagai identitas umum.

12 12 Desa Kaaruyan yang memiliki latar belakang etnis yang beragam sangatlah membuka peluang dalam hal mencari perbedaan budaya. Apabila masing-masing etnis yang notabennya memiliki latar belakang budaya yang berbeda dan berupaya untuk mempertahankan budaya mereka masing-masing bahkan saling mempengaruhi, maka kemungkinan akan terjadi benturan antar budaya. Data yang diperoleh menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat desa Kaaruyan menganut suku Minahasa. Lebih jelasnya, data penduduk desa kaaruyan menurut etnis dapat dilihat dalam table. (lampiran 3). Data pada tabel tersebut menunjukan bahwa penduduk desa Kaaruyan didominasi oleh etnis Minahasa dengan jumlah 456 jiwa (70, 70%), sedangkan etnis lain merupakan etnis minoritas seperti etnis Gorontalo 163 jiwa (25,27%), etnis Toraja 16 jiwa (2,48%) dan etnis Dayak 10 jiwa (1,55%). Hal tersebut juga merupakan bagian dari persaingan dibidang kebudayaan. Perbedaan ras, baik perbedaan warna kulit, maupun corak lainnya hanya merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan. Hal ini pada umumnya disebabkan perbedaan ciri-ciri badaniah yang lebih terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya. Keragaman etnis di desa Kaaruyan sangat rentan dengan potensi konflik.namun dengan adanya kesadaran dan penuh dengan kehati-hatian dalam melakukan interaksi sosial budaya maka tidak terjadi konflik yang dapat merugikan masing-masing etnis. b. Faktor Agama/Religius Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam menghambat jalannya interaksi sosial budaya di desa Kaaruyan adalah faktor agama. Meskipun telah lama hidup berdampingan dalam melaksanakan aktivitas hubungan sosial namun hal ini bukan berarti bahwa masyarakat Kaaruyan tidak mengalami kendala. Keragaman agama dan latar belakang budaya menjadi hal yang paling mempengaruhi dalam menghambat hubungan sosial antar masyarakat.

13 13 Data yang diperoleh menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat desa Kaaruyan menganut agama Kristen Protestan. Lebih jelasnya, data penduduk desa Kaaruyan dari segi agama dapat dilihat pada tabel. (lampiran 3). Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa penduduk desa Kaaruyan didominasi oleh agama Kristen Protestan dengan jumlah 588 jiwa (91,163%), agama Kristen Katolik berjumlah 48 jiwa (7,442%) sedangkan Agama Islam berjumlah 9 jiwa (1,395%). Perbedaan dasar keyakinan yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain diyakini sebagai jembatan yang membatasi hubungan pola interaksi antar sesama warga masyarakat desa Kaaruyan. Masing-masing penganut kepercayaan tertentu memiliki pantangan-pantangan yang membatasi ruang gerak mereka dalam melakukan interaksi sosial. Meskipun demikian kesadaran yang tinggi masyarakat Kaaruyan mencoba untuk membendung permasalahan tersebut dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan tanpa mengenal agama serta masing-masing individu mencoba untuk tidak perlu mencampuri urusan yang menyangkut perihal keagamaan dari individu lain. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Proses interaksi sosial masyarakat di desa Kaaruyan berlangsung dengan baik, tidak ada perpecahan walaupun memiliki perbedaan etnis maupun perbedaan keyakinan karena selalu mengedepankan persaudaraan antar sesama dan tidak selalu menonjolkan perbedaan. 2. Bentuk-bentuk interaksi sosial masyarakat di desa kaaruyan yakni terjalin kerja sama yang baik antara sesama masyarakat dimana di desa Kaaruyan terlihat bahwa rasa tolong menolong dan saling gotong royong dibudayakan seperti pada pembuatan rumah dan ketika bertani. Dimana masyarakat Kaaruyan saling membantu ketika ada yang bertani sehingga terjadi interaksi sosial di tempat tersebut. Tidak terjadi pertikaian antar masyarakat yang

14 14 menimbulkan perpecahan, selain itu masyarakat Kaaruyan juga mengalami persaingan yakni persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persangan kedudukan, serta persaingan ras. 3. Faktor-faktor yang mendorong interaksi sosial masyarakat di desa Kaaruyan antara lain: Faktor ekonomi Faktor yang paling utama yaitu ekonomi karena yang sangat potensial di desa Kaaruyan adalah pertanian misalnya melalui kegiatan bertani maka terjalinlah hubungan komunikasi yang baik antara sesama umat atau sesama etnis Faktor sosial Di desa Kaaruyan hubungan antar etnis maupun agama agama sangat baik karena masyarakatnya terutama pribumi sangat ramah menerima para pendatang.kehidupan keseharian mereka telah mencerminkan adanya suatu bentuk interaksi di antara mereka yang berlatar belakang etnis budaya maupun agama yang berbeda. Hubungan yang berlangsung diantara para etnis dapat berjalan dengan baik dan mencerminkan adanya suatu hubungan yang damai Faktor politik Faktor politik ini terjadi hubungan masyarakat sangat baik yakni dalam struktur dan kebebasan berkiprah sama-sama di partai politik manapun.hal ini dimaksudkan agar diantara masyarakat yang berbeda tidak saling mencurigai anatar sesama. Faktor pendidikan Faktor pendidikan ini merupakan faktor terpenting dalam kehidupan masyarakat. Sebab, dengan adanya kualitas pendidikan maka kemampuan, kreativitas, keuletan, dan daya kritis akan mewujudkan suatu kemajuan. Usaha peningkatan mutu pendidikan tersebut. Nampak dalam kehidupan masyarakat desa Kaaruyan yang mana antar etnis tersebut saling memperhatikan sehingga mengalami perkembangan dan saling bantu

15 15 membantu maka nampaklah keseragaman serta keakraban dalam masyarakat 4. Faktor-faktor yang menghambat interaksi sosial masyarakat di desa Kaaruyan anatara lain sebagai berikut. Faktor keragaman etnis/ras Pada faktor keragaman etnis di desa kaaruyan yang memiliki berbagai etnis dan mempunyai beragam budaya. Apabila masing-masing mempertahankan budaya mereka, maka kemungkinan akan terjadi benturan antar budaya tidak dapat di hindari. Namun sejauh ini belum ada perpecahan yang terjadi pada masyarakat desa Kaaruyan Faktor agama Faktor agama di desa Kaaruyan sangat berpengaruh serta dapat menghambat jalannya interaksi antar budaya. Meskipun telah lama hidup bersama dalam menjalankan aktifitas hubungan sosial masih mengalami banyak kendala. Hal ini dikarenakan keragaman agama dan latar belakang budaya yang ada di desa Kaaruyan Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada pemerintah supaya lebih mengintensifkan fungsi kontrol dan sosialisasi terhadap kondisi sosial agar potensi konflik tidak akan terjadi di desa Kaaruyan 2. Diharapkan kepada tokoh masyarakat/agama agar lebih memperhatikan perbedaan antara agama agar tidak terjadi sumber konflik yang berakibat dapat mengganggu hubungan antar etnis yang telah lama dibina. Sehingga hubungan yang harmonis antara masyarakat desa Kaaruyan tetap terjaga. 3. Kepada generasi muda diharapkan dapat selalu menjaga stabilitas sosial serta turut membantu dalam hal memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

16 16 DAFTAR RUJUKAN Elly, M. Setiadi Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Pernada Media Group Garna, Judistira K Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif. Bandung : CV.Primaco Akademika. Ismail, Asma Skripsi Interaksi Sosial budaya Antar Etnis. Gorontalo: Tidak Di Terbitkan Johnson, Poyle Paul Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid I, alih bahasa Robert M.Z. lawang Jakarta : PT. Gramedia. Joko Tri Prasety dkk Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta Koentjaraningrat Sejarah Teori Antropologi, Jakarta : Universitas Indonesia Press Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Milles Matthew B & Huberman Michael A Analaisis Data Kualitatif.Jakarta: Universitas Indonesia M. Zani Hasan Pengantar Ilmu Sosial.Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Pengajar Akademik Soerjono, Soekanto Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo Persada Supartono Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Ghalia Indonesia

Interaksi Sosial Antar Etnis. (Studi Kasus Di Desa Kaaruyan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo)

Interaksi Sosial Antar Etnis. (Studi Kasus Di Desa Kaaruyan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo) Interaksi Sosial Antar Etnis (Studi Kasus Di Desa Kaaruyan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo) Leni B. Amiri, Ridwan Ibrahim S.Pd., M.Si, Sainudin Latare S.Pd., M.Si Program Studi Sosiologi Abstrak Leni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk telah diakui sejak merdeka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk telah diakui sejak merdeka 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Proses Interaksi Sosial Kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk telah diakui sejak merdeka bahkan sebelum merdeka sudah diakui sebagai bangsa yang banyak memiliki perbedaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi itu terjadi kalau satu individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa,

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi itu terjadi kalau satu individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan suatu kesatuan individu yang dipandang dalam keseluruhannya satu dengan yang lain, berada dalam interaksi yang berulang tetap. Interaksi itu terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang plural atau beraneka ragam baik warna kulit, suku, bahasa, kebudayaan dan agama. Dari komposisi masyarakat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 178 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh beberapa temuan penelitian yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Berikut

Lebih terperinci

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT Dedi Mardia Fitri 1 Erianjoni, M.Si 2 Elvawati, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi

INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA (Suatu penelitian di Desa Argakencana Kecamatan Toili Kabupaten Banggai) Skripsi Diajukan sebagai Persyaratan Ujian Sarjana Jurusan Sejarah Prodi Pendidikan S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan sukubangsa saling berdekatan dengan perbedaan ras, maka ciri-ciri ras yang sebenarnya adalah ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Didalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain,

Lebih terperinci

INTERAKSI MASYARAKAT YANG BERBEDA ETNIS DI KECAMATAN MASAMA SKRIPSI

INTERAKSI MASYARAKAT YANG BERBEDA ETNIS DI KECAMATAN MASAMA SKRIPSI INTERAKSI MASYARAKAT YANG BERBEDA ETNIS DI KECAMATAN MASAMA SKRIPSI Di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti ujian sarjana di jurusan sejarah Oleh SANDI JUNIANSYAH Nim : 231 409

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) multikulturalitas bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berdiri dalam sebuah kemajemukan komunitas. Beranekaragam suku bangsa, ras, agama, dan budaya yang masingmasing mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana.

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang multikultur, yakni bangsa yang memiliki aneka ragam budaya yang dapat memperkaya budaya nasional sekaligus sebagai ciri khas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solidaritas sosial menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat di Indonesia sangat beragam, mulai dari keberagaman suku, ras, agama, pekerjaan, jenis kelamin, dan warna kulit, hal tersebut tidak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA Nama : AGUNG NOLIANDHI PUTRA NIM : 11.11.5170 Kelompok : E Jurusan : 11 S1 TI 08 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Konflik adalah sesuatu yang hampir

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika 44 BAB IV ANALISIS A. Kualitas Tingkat Toleransi Pada Masyarakat Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Toleransi antar umat beragama, khususnya di Indonesia bertujuan untuk menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial Interaksi Sosial dalam masyarakat merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Dalam bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini peneliti akan menyajikan hal yang terkait dengan latar belakang masalah yang ada di lapangan yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU Pluralisme adalah sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin memungkirinya, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan manusia lainnya. Artinya dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Sosiologi Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan kata Yunani logos yang berarti kata atau berbicara, jadi sosiologi adalah berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR. Manusia, Keragaman, dan Kesederajatan

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR. Manusia, Keragaman, dan Kesederajatan ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Manusia, Keragaman, dan Kesederajatan DISUSUN OLEH: PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2016 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan hasil penelitian pada BAB IV peneliti dapat merumuskan kesimpulan dan rekomendasi untuk berbagai pihak. A. Simpulan 1. Simpulan Umum Masyarakat Dusun Kalibago merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun. masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang ikut berperan dalam

BAB IV ANALISIS. A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun. masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang ikut berperan dalam BAB IV ANALISIS A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun Mojokerep Dalam menanamkan nilai-nilai multikultural, tidak lepas dari peran masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehidupan Masyarakat Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun bahasa sehari-hari adalah masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Desa merupakan kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga, yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa). 1 Koentjaraningrat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Drs. Ermansyah, M.Hum. 2013 MANUSIA DAN MASYARAKAT Selain sebagai individu, manusia juga sebagai makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena: 1. Butuh orang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar  4.2 Sistem Sosial BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat

Lebih terperinci

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik KONFLIK SOSIAL 1. Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah BAB IV ANALISA DATA A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat Keadaan kerukunan di Desa Balonggarut antara Islam dan Hindu masuk dalam kategori damai tanpa konflik. Meskipun dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PANCASILA BUKAN AGAMA

TUGAS AKHIR PANCASILA BUKAN AGAMA TUGAS AKHIR PANCASILA BUKAN AGAMA DISUSUN OLEH : Nama : HERWIN PIONER NIM : 11.11.4954 Kelompok : D Program Studi : STRATA 1 Jurusan : Teknik Informatika DOSEN PEMBIMBING : TAHAJUDIN SUDIBYO Drs. UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya, BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang lain. Perbedaan suku bangsa yang

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan ISSN Vol. 1, No. 1, Juni 2017

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan ISSN Vol. 1, No. 1, Juni 2017 Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan ISSN 2337-8891 Vol. 1, No. 1, Juni 2017 PERAN ORGANISASI MAHASISWA EKSTRA UNIVERSITER DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA FETY NOVIANTY Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ketua/Anggota Peneliti: Dra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang

Lebih terperinci

ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN

ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri, Analisis Konflik Antara Masyarakat Dengan Perhutani ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri 1, Bunyamin Maftuh 2,Elly Malihah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penduduk merupakan potensi sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak

BAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak 302 BAB VII KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Kemajemukan (pluralitas) etnis, bahasa, budaya dan agama yang tumbuh dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak terbantahkan dalam

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Karakteristik Etnis Arab dan Etnis Sunda Kata Arab sering dikaitkan dengan wilayah Timur Tengah atau dunia Islam. Negara yang berada di wilayah Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan hasil cipta manusia dan juga merupakan suatu kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap dan sifat manusia.

Lebih terperinci

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota Geografi Pengertian Desa Kota Potensi Desa Kota Unsur - unsur potensi Fisik desa Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota Sekian... Pengertian Desa... Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rosania Mega Fibriana, 2014 Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rosania Mega Fibriana, 2014 Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia selalu memiliki keinginan untuk hidup bersama, meskipun mereka berbeda. Mengutip pendapat Aristoteles manusia merupakan makhluk sosial atau sering disebut zoon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang memliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural.

Lebih terperinci

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN by. EVY SOPHIA A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia. B. Kemajemukkan Dalam Dinamika Sosial Budaya. C. Keragaman & Kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya. D.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT NAMA : AZKA FAZA AULIARAHMA NIM : 11.11.5215 KELOMPOK JURUSAN DOSEN : E : S1-TI : Dr. Abidarin Rosidi, M.Ma Tugas Akhir Mata Kuliah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berdiri di atas empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, dan Bhinneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional. Pendidikan formal, informal dan non-formal merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. tradisional. Pendidikan formal, informal dan non-formal merupakan bagian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam masyarakat modern dewasa ini telah menjadi wacana publik. Tidak demikian dengan masyarakat yang masih sederhana atau tradisional. Pendidikan

Lebih terperinci

MOBILITAS SOSIAL. 1. Pengertian Mobilitas Sosial

MOBILITAS SOSIAL. 1. Pengertian Mobilitas Sosial MOBILITAS SOSIAL 1. Pengertian Mobilitas Sosial Semua orang pasti menginginkan untuk dapat memperoleh status dan penghasilan yang lebih tinggi dari pada apa yang pernah dicapai oleh orang tuanya. Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang 63 BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor yang Melahirkan Konflik Berdasarkan pemaparan landasan teoritis tentang konflik antar agama di atas. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

Lebih terperinci