BAB II PENGUASAAN KONSEP SISWA ANTARA PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN CD TUTORIAL DAN KOMIK PADA MATERI SISTEM SARAF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENGUASAAN KONSEP SISWA ANTARA PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN CD TUTORIAL DAN KOMIK PADA MATERI SISTEM SARAF"

Transkripsi

1 BAB II PENGUASAAN KONSEP SISWA ANTARA PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN CD TUTORIAL DAN KOMIK PADA MATERI SISTEM SARAF A. Penguasaan Konsep Gagne (Sagala, 2003) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia. Menurut Gagne (Sagala, 2003), belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam cara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal serta proses kognitif siswa dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelektual, dan keterampilan motorik sikap. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kemampuan yang disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Clark (Angkowo & Kosasih, 2007) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Sementara itu, menurut Sudjana & Rivai (2005) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar yang dapat diukur dengan tes hasil belajar. 10

2 11 Perolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya (Arsyad, 2010). Menurut Bruner (Arsyad, 2010) ada tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Tingkatan pengalaman perolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale (Arsyad, 2010) sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa sehingga dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima pesan (decoding). Cara pengolahan pesan oleh guru dan siswa dapat digambarkan pada Tabel 2.1 (Arsyad, 2010). Tabel 2.1 Pesan Dalam Komunikasi Pesan yang diproduksi dengan: Bebicara, menyanyi, memainkan alat musik,dsb. Memvisualisasikan melalui film, foto, lukisan, gambar, model, patung, kartun, gerakan non verbal. Menulis dan mengarang. Pesan dicerna dan diinterpretasi dengan: Mendengarkan Mengamati Membaca Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale`s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale). Kerucut ini (Gambar 2.1) merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret),

3 12 kenyataan yang ada dalam kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak) (Arsyad, 2010). Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) Edgar Dale Abstrak Lamb ang Kata lamba ng visual Gambaran Diam, Rekaman Radio Gambaran Hidup Pameran Televisi Karyawisata Dramatisasi Benda Tiruan/Pangamatan Pengalaman Langsung Kongkret Dasar pengembangan kerucut Dale di atas bukanlah menunjukkan tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan sampai dengan jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan ke dalam lambanglambang seperti bagan, grafik, atau kata. Jika pesan terkandung dalam lambang-

4 13 lambang seperti itu, indera yang dilibatkan untuk menafsirkannya semakin terbatas, yakni indera penglihatan atau indera pendengaran. Meskipun tingkat partisipasi fisik berkurang, namun keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan berkembang. Sesungguhnya pengalaman kongkret dan pengalaman abstrak silih berganti, kemampuan interpretasi lambang kata membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang di dalamnya ia dapat terlibat langsung (Arsyad, 2010). Dalam proses pembelajaran, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa sangat penting untuk diketahui oleh guru, agar guru pada tahap selanjutnya dapat mendesain pembelajaran secara tepat dan penuh makna. Setiap proses pembelajaran hendaknya tingkat keberhasilannya dapat diukur, disamping dapat diukur dari segi prosesnya. Selain itu, tipe hasil belajar yang dimaksud perlu nampak dalam perumusan tujuan pembelajaran. Benyamin Bloom (Angkowo & Kosasih, 2007) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan yang hendak tercapai dapat diklasifikasikan menjadi tiga bidang, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik, yang masing-masing ranah dibagi lagi menjadi beberapa kategori. Kategori ini disusun sehingga menjadi taraf-taraf yang semakin kompleks. Salah satu hasil belajar adalah penguasaan konsep. Pada penguasaan konsep, dikenal suatu teori dari Benjamin Bloom yang disebut Taxonomy of Educational Objectives atau lebih umum biasa disebut Taksonomi Bloom. Pada taksonomi ini, terdapat suatu urutan atau tingkatan yang menandakan level kemampuan siswa

5 14 dalam menerima dan memproses konsep tersebut. Berikut merupakan Taxonomy of Educational Objectives menurut Benjamin Blomm (Ginnis, 2008). Tabel 2.2 Taxonomy of Educational Objectives Evaluasi Memeriksa, menilai, memberi bobot, mempersingkat, menentukan, merangking, menguji mutu, mengambil keputusan, menengahi konflik, menyortir, menaksir, mengelompokkan. Sintesis Menggabung, membentuk, mencipta, mengelompokkan ulang, mengkonsepsi, meramu, menyusun, mencampur, menyertakan, menstruktur, menghasilkan, memadukan. Analisis Menggabung, membentuk, mencipta, mengelompokkan ulang, mengkonsepsi, meramu, menyusun, mencampur, menyertakan, menstruktur, menghasilkan, memadukan. Aplikasi Menerapkan, mengadaptasi, mentransfer, mengadopsi, menerjemahkan, menyelesaikan, menggunakan, mengubah, memanipulasi, memanfaatkan, mentransplantasi, mengaitkan, mengkonversi. Pemahaman Menyusun ulang kata, mengubah, merangkum, menjelaskan, mendefinisikan, menafsirkan, menyusun ulang kalimat, memparaphrase, mengubah urutan, memahami, mengkonsep, menghitung. Pengetahuan Apa, siapa, kapan, dimana, mengingat, menempatkan, mengulang, menyebutkan, melafalkan, mendaftar, mencari, mengidientifikasi, melabeli. (Sumber : Ginnis, 2008) Menurut Purwanto (1997), penguasaan konsep siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Raw Input, yaitu karakteristik khusus siswa, baik karakteristik fisiologi maupun psikologi. Faktor-faktor yang termasuk karakteristik fisiologi terdiri atas kondisi fisik dan panca indera. Sedangkan, yang termasuk ke dalam karakteristik psikologi terdiri atas minat, bakat, motivasi, tingkat kecerdasan, dan kemampuan kognitif siswa.

6 15 2. Instrumental Input, yaitu faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi. Instrumental Input dalam pembelajaran terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru yang mengajar, dan fasilitas pembelajaran seperti kelas, komputer/laptop, Infocus dan sebagainya. 3. Environmental Input, yaitu faktor lingkungan dan faktor sosial. Sementara itu, Carrol (Angkowo & Kosasih, 2007) juga mengungkapkan secara singkat faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu: 1) Faktor bakat belajar; 2) Faktor waktu yang tersedia untuk belajar; 3) Faktor kemampuan individu; 4) Faktor kualitas pengajaran; dan 5) Faktor lingkungan. Dari kelima faktor tersebut, faktor pertama sampai keempat berkenaan dengan kemauan individu, sedangkan faktor terakhir merupakan faktor yang datangnya dari luar diri siswa yaitu faktor lingkungan. Sejalan dengan pendapat di atas, Angkowo & Kosasih (2007) menyatakan bahwa salah satu faktor lingkungan yang paling dominan adalah kualitas pengajaran. Ginnis (2008) mengungkapkan tujuh hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, yaitu: 1) berpikir, siswa memproses data secara aktif, logis, lateral, imajinatif, deduktif, dsb; 2) kecerdasan emosional, belajar mengendalikan emosi dan menghubungkan dengan lainnya secara terampil; 3) kemandirian, siswa menguasai sikap dan kecakapan yang membuat mereka mampu memulai mempertahankan belajar tanpa guru; 4) saling ketergantungan, siswa terlibat dalam mutualitas, yang merupakan inti dari kerja sama dan basis dari demokrasi; 5) sensasi ganda, siswa mendapat pengalaman melalui sejumlah indera bersama-sama dari efek melihat, mendengar, dan

7 16 melakukan; 6) fun, kesenangan yang nyata; 7) artikulasi, siswa membicarakan atau menulis pikiran sebagai suatu bagian penting dari proses penciptaan pemahaman personal. Selain itu, Mills (Ginnis,2008) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang humoris, guru tersenyum hangat, suasana yang menyenangkan dan sungguh-sungguh gembira menyebabkan siswa lebih baik dalam bekerja. B. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa Latin medius yang mengandung arti perantara atau pengantar (Arsyad, 2010). Media dapat diartikan segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara atau sarana atau alat untuk proses komunikasi. Sementara itu, pengertian media pembelajaran menurut Rohani (1997) adalah media yang dipergunakan dalam proses instruksional (belajar-mengajar) untuk mencapai tujuan instruksional yang lebih efektif dan memiliki sifat yang mendidik. Media pembelajaran juga memungkinkan siswa untuk belajar lebih banyak dan meningkatkan kinerja sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai ( Rustaman et al, 2005). 2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Levie & Lents (Arsyad, 2010) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi; (b) fungsi afektif; (c) fungsi kognitif; dan (d) fungsi kompensatoris. a. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan

8 17 makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Media gambar, khususnya yang diproyeksikan melalui overhead projector dapat memenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar. b. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. c. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. d. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Sudjana & Rivai (2007) mengungkapkan bahwa kedudukan media pengajaran ada dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dan siswa serta interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu, fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar, yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru. Melalui penggunaan media pengajaran diharapkan

9 18 dapat mempertinggi kualitas proses belajar-mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Pernyataan diatas sejalan dengan pendapat Hamalik (Arsyad, 2010) yang mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, menurut Arsyad (2010) media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sudjana & Rivai (2007) mengemukakan lebih lanjut mengenai manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu : 1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; 3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

10 19 4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Media dikatakan sebagai alat dan sumber pengajaran, namun kenyataannya media tidak bisa menggantikan peran guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal yang mustahil dapat meningkatkan kualitas pengajaran. Peranan guru masih tetap diperlukan sekalipun media telah merangkum semua bahan pengajaran yang diperlukan oleh siswa (Sudjana & Rivai, 2007). Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Sardiman (2010) bahwa hubungan guru dengan siswa di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan gurusiswa menunjukkan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan. Sardiman (2010) juga mengungkapkan secara singkat peranan penting guru dalam belajar adalah sebagai berikut: 1) informator, sebagai pelaksana cara mengajar informatif; 2) organisator, sebagai pengelola kegiatan akademik; 3) motivator, sebagai pemacu dari kegairahan dan merangsang kemauan belajar siswa; 4) pengarah/director, sebagai pembimbing yang mengarahkan kegiatan belajar siswa; 5) inisiator, sebagai pencetus ide-ide kreatif yang dapat dicontoh siswanya; 6) transmitter, sebagai penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan; 7) fasilitator, sebagai pemberi fasilitas atau kemudahan dalam

11 20 belajar; 8) mediator, sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa; dan 9) evaluator, sebagai orang yang memiliki otoritas untuk menilai prestasi. 3. Pengelompokkan Media Pembelajaran Konsep media pembelajaran mempunyai dua segi yang satu sama lain saling menunjang, yaitu perangkat keras (hardware) dan materi atau bahan yang disebut perangkat lunak (software) (Anitah, 2010). Berdasarkan jenisnya, menurut Soegito Atmohoetomo (Rohani, 1997) media dikelompokkan menjadi media audio (media dengar), media visual (indra penglihatan), dan media audio visual (media pandang dengar). Media audio mengandung unsur objek yang hanya dapat didengar seperti: radio, telepon, casette recorder, piringan hitam dan sebagainya. Media visual mengandung unsur yang hanya dapat dilihat seperti: gambar, bagan, grafik, poster, komik, foto, lukisan, film bisu, Overhead Projector (OHP), slide dan sebagainya. Media audio visual mengandung objek selain dapat dilihat juga dapat didengar, seperti film, televisi, video casette,video Compact Disk (VCD), dan sebagainya. Menurut Anitah (2010) media visual juga disebut media pandang karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui penglihatannya. Media ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Media visual yang tidak diproyeksikan Merupakan media sederhana yang tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk memproyeksikan perangkat lunak. Termasuk dalam jenis ini adalah gambar mati atau gambar diam. Manfaat gambar sebagai media visual, antara lain:

12 21 1) Menimbulkan daya tarik bagi pebelajar. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian pebelajar. 2) Mempermudah pengertian pebelajar. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga pebelajar lebih mudah memahami apa yang dimaksud. 3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapat diperbesar bagain-bagain yang penting atau yang kecil sehingga dapat diamati lebih jelas. 4) Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja. Jenis media visual lain yang tidak diproyeksikan adalah media grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu, melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar untuk menyampaikan informasi dalam bentuk rangkuman yang dipadatkan. Media grafis yang baik hendaknya mengembangkan daya imajinasi atau citra anak didik. Daya imanjinasi dapat ditimbulkan dengan menata dan menyusun unsur-unsur visual dalam materi pengajaran (Sudjana & Rivai, 2007). Media grafis yang digunakan dalam penelitian ini adalah media komik. b. Media visual yang diproyeksikan Merupakan media yang diproyeksikan pada layar melalui suatu pesawat proyektor. Oleh karena itu, media ini terdiri dari dua unsur yang tak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Misalnya Overhead Projector (OHP), slide projector, filmstrip, dan opaque projector.

13 22 C. Multimedia Pembelajaran 1. Pengertian Multimedia Multimedia diartikan sebagai penggunaan berbagai jenis media secara berurutan maupun simultan untuk menyajikan suatu informasi (Anitah, 2010). Sementara itu, menurut Ariani & Haryanto (2010), multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video, dan animasi secara terintegrasi. Sejalan dengan hal itu, menurut Helzafah (Anitah, 2010), multimedia digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan berbagai media secara terpadu dalam menyajikan atau mengajarkan suatu topik mata pelajaran. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu multimedia linear dan multimedia interaktif. Multimedia linear adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan berurutan. Sedangkan, multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih yang dikehendaki untuk proses selanjutnya (Ariani & Haryanto, 2010). Namun, berbeda dengan pendapat Anitah (2010) sistem multimedia terdiri dari kombinasi media tradisional yang dihubungkan dengan komputer untuk menyajikan teks, grafis, gambar, suara, dan video. Multimedia melibatkan lebih dari sekedar pengintegrasian bentuk-bentuk tersebut ke dalam suatu program terstruktur yang terdiri dari unsur-unsur-unsur yang saling melengkapi satu sama lain.

14 23 2. Karakteristik dan Manfaat Multimedia dalam Pembelajaran Menurut Ariani & Haryanto (2010), karakteristik multimedia dalam pembelajaran antara lain: a. Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual. b. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan mengakomodasi respons pengguna. c. Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain. Selain memenuhi ketiga karakteristik tersebut, multimedia pembelajaran sebaiknya memenuhi fungsi sebagai berikut: a. Mampu memperkuat respons pengguna secepatnya dan sesering mungkin. b. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri. c. Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang koheren dan terkendalikan. d. Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna dalam bentuk respons, baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan, percobaan, dan lainlain. Apabila multimedia dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik,

15 24 lebih interaktif, jumlah waktu mengajar (ceramah) dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan praktik belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan (Ariani & Haryanto, 2010). Selain itu, multimedia mengajak siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan memilih dan mengendalikan layar di antara jendela informasi dalam penyajian media. Dengan multimedia, berbagai gaya belajar siswa terakomodasi seperti siswa yang belajar secara auditori, visual, maupun kinestetik, sehingga siswa dapat memilih media yang sesuai dengan gaya belajar masing-masing (Anitah, 2010). 3. Format Multimedia Pembelajaran Format sajian multimedia pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok sebagai berikut (Ariani & Haryanto, 2010): a. Tutorial Format sajian ini merupakan multimedia pembelajaran yang dalam penyampaian materinya dilakukan secara tutorial, sebagaimana layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi yang berisi suatu konsep disajikan degan teks, gambar, baik diam atau gerak dan grafik. b. Drill dan Practise Format ini dimaksudkan untuk melatih siswa sehingga memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep. Program menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan yang biasanya ditampilkan secara acak, sehingga setiap kali digunakan, maka soal atau pertanyaan yang tampil selalu berbeda, atau paling tidak dalam kombinasi yang berbeda.

16 25 c. Simulasi Pada dasarnya format ini mencoba memberikan pengalaman masalah dunia nyata yang biasanya berhubungan dengan suatu resiko, misalnya simulasi pesawat yang akan jatuh atau menabrak. d. Percobaan dan eksperimen Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di laboratorium IPA, Biologi, atau Kimia. Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai petunjuk untuk selanjutnya mengembangkan eksperimeneksperimen lain berdasarkan petunjuk tersebut. e. Permainan Bentuk permainan yang disajikan disini tetap mengacu pada proses pembelajaran dan dengan program multimedia berformat ini diharapkan terjadi aktivitas belajar sambil bermain. Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar. 4. CD Tutorial sebagai Media Pembelajaran Compact disc adalah sistem penyimpanan dan rekaman dimana signal audiovisual direkam pada disket plastik, bukan pada pita magnetik (Arsyad, 2010). Sementara menurut Sadiman (2003), CD merupakan sistem penyimpanan informasi gambar dan suara pada piringan atau disc. CD pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah CD pembelajaran yang merupakan bagian

17 26 dari multimedia linear. CD pembelajaran yang ditampilkan berupa gabungan dua media, yaitu antara gambar dan teks narasi, yang disajikan secara tutorial. Format tutorial disajikan dalam bentuk informasi yang berisi suatu konsep berupa teks dan gambar. Pada saat yang tepat, yaitu ketika dianggap bahwa siswa telah membaca, menginterpretasikan dan menyerap konsep, selanjutnya akan diajukan serangkaian pertanyaan (Sadiman, 2003). Sejalan dengan pendapat di atas, Usman (1995) menyatakan bahwa terdapat beberapa dampak positif dari pertanyaan pengarah diantaranya: 1) meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar; 2) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan; 3) mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa, karena berpikir itu sendiri adalah bertanya; 4) menuntun proses berpikir siswa karena pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menemukan jawaban yang baik; 5) memusatkan perhatian siswa terhadap permasalahan yang sedang dibahas. Winastwan (2007), menyatakan beberapa alasan CD banyak digunakan dalam pembelajaran yaitu : a. Mendukung buku teks yang sudah ada. b. Belajar lebih menyenangkan. c. Meningkatkan daya saing buku serta institusi yang memproduksi. d. Terdapat interaksi dua arah. e. Interaktif untuk proses evaluasi. f. Menyediakan penyampaian, penerimaan yang konsisten, dan penilaian. g. Pembelajaran sendiri.

18 27 h. Mengatasi ketiadaan bahan ajar. i. Mengatasi masalah penyampaian pembelajaran. j. Pembelajaran berlanjutan dan bertahap. D. Komik Sebagai Media Pembelajaran 1. Definisi dan Karakteristik Komik Komik diartikan sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan gambar-gambar yang berhubungan erat dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Apabila kartun sangat bergantung kepada dampak penglihatan tunggal, maka komik terdiri atas berbagai situasi cerita bersambung. Perbedaan lain menyatakan bahwa komik sifatnya humor dan memusatkan perhatian di sekitar lingkungan sehari-hari. Cerita-ceritanya mengenai diri pribadi sehingga pembaca dapat segera mengidentifikasikan dirinya melalui perasaan serta tindakan dari perwatakanperwatakan tokoh utamanya. Selain itu, ceritanya ringkas dan menarik perhatian, dilengkapi dengan aksi (Sudjana & Rivai, 2007). Sementara itu, menurut Rohani (1997) komik adalah suatu kartun yang mengungkapkan suatu karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat, dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca, selain itu komik adalah suatu bentuk berita bergambar, terdiri atas berbagai situasi cerita bersambung, kadang bersifat humor. Perwatakan lain dari komik adalah harus dikenal agar kekuatan medium bisa dihayati.

19 28 Menurut Rohani (1997) komik sebagai media instruksional edukatif, komik memiliki sifat yang sederhana, jelas, mudah, dan bersifat personal sehingga berfungsi informatif dan edukatif. Komik diterbitkan dalam rangka tujuan komersial dan edukatif. Ada beberapa nilai yang dimiliki oleh komik (Rohani, 1997), antara lain: 1. Sederhana, jelas, mudah dalam menggambarkan rentetan peristiwa. 2. Ceritanya ringkas dan menarik perhatian. 3. Mudah dipahami karena untuk membacanya siswa tidak perlu dibujuk. 4. Merupakan jembatan untuk menumbuhkan minat baca. 2. Penggunaan Komik dalam Pembelajaran Buku-buku komik menjadi terkemuka pada pertengahan tahun 1930-an. Penelitian terhadap sejumlah peredarannya telah menunjukkan bahwa buku-buku komik dibaca oleh anak-anak di tingkat menengah dan hampir setengahnya dari siswa SMA dan dibaca oleh kira-kira 1/3 dari penduduk Amerika, antara umur 18 dan 30 tahun. Penyelidikan ini membuktikan bahwa komik telah memberi pengaruh yang besar dalam kehidupan para remaja dan para orangtua (Sudjana & Rivai, 2007). Luasnya popularitas komik telah mendorong banyak guru bereksperimen dengan medium ini untuk maksud pembelajaran. Sebagai contoh, guru harus menggunkan motivasi potensial dari buku komik. Peranan pokok dari buku komik dalam pembelajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik dalam pembelajaran sebaiknya dipadu dengan metode

20 29 mengajar, sehingga komik akan menjadi alat pengajaran yang efektif. Selain itu, melalui bimbingan dari guru, komik juga dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca (Sudjana & Rivai, 2007). Dari beberapa pernyataan di atas, diharapkan penggunaan komik dalam pembelajaran dapat memberikan motivasi bagi siswa, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sistem saraf. E. Sistem Saraf Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan yang termuat dalam peraturan menteri pendidikan nasional (2006:453) telah ditentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa mengenai konsep sistem saraf. Standar kompetensi yang harus dicapai adalah menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan / atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas. Berdasarkan standar kompetensi tersebut, jelas dikatakan bahwa selain siswa harus menguasai konsep sistem saraf, siswa juga harus dapat menjelaskan kembali apa yang telah mereka pelajari selama pembelajaran. Selain itu, siswa dituntut untuk dapat mengidentifikasi kelainan atau penyakit yang dapat terjadi pada sistem saraf. Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa adalah menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, hormon, dan penginderaan). Berdasarkan

21 30 kompetensi dasar tersebut, siswa dituntut untuk dapat mengaitkan struktur, fungsi, proses serta kelainan dan/atau penyakit yang dapat terjadi, sehingga pada akhirnya siswa dapat menyimpulkan keterkaitan dari konsep yang satu dengan konsep yang lain. 1. Sel Saraf (Neuron) Saraf adalah jaringan komunikasi tubuh. Saraf-saraf membawa pesan-pesan ke dan dari, memberi tahu, dan melakukan koordinasi sistem saraf yang dibangun oleh sel-sel saraf (neuron), dimana bentuk dan fungsinya berbeda-beda. Setiap sel saraf terdiri atas badan sel saraf yang berisi inti sel, neurit (akson), yaitu serabut yang keluar dari badan sel dengan panjang yang berbeda. Neurit berfungsi sebagai tempat merambatnya impuls dari badan sel. Selain badan sel dan neurit, sel saraf memiliki dendrit, serabut tempat masuknya rangsang dan merambatnya impuls ke badan sel (Suwarno, 2009). Berdasarkan struktur dan fungsinya, neuron dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron. Neuron sensorik merupakan neuron yang memiliki badan sel bergerombol membentuk ganglion (jamak = ganglia), dendritnya berhubungan dengan neurit neuron lain, sedangkan neuritnya berkaitan dengan dendrit neuron lain. Fungsi neuron sensorik yakni meneruskan impuls (rangsangan) dari reseptor menuju sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Oleh karena itu, neuron sensorik disebut pula neuron indera. Sementara itu, neuron motorik merupakan neuron yang berperan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar yang akan melakukan respon tubuh. Karena perannya ini, neuron motorik disebut pula neuron penggerak. Dendrit neuron motorik berhubungan

22 31 dengan neurit neuron lain, adapun neuritnya berkaitan dengan efektor (otot dan kelenjar). Antara neuron sensorik dan neuron motorik dihubungkan oleh interneuron dengan letak yang berada pada otak dan sumsum tulang belakang. Interneuron merupakan neuron yang membawa impuls dari neuron sensorik atau interneuron lain, karena itu interneuron disebut pula neuron konektor (Rochmah, 2009). 2. Mekanisme Penghantaran Impuls Saraf Seperti halnya jaringan komputer, sistem saraf mengirimkan sinyal-sinyal listrik yang sangat kecil secara bolak-balik, dengan membawa informasi dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Sinyal listrik tersebut dinamakan impuls (rangsangan). Ada dua cara yang dilakukan neuron sensorik untuk menghantarkan impuls tersebut, yakni melalui membran sel atau membran plasma dan sinapsis (Rochmah, 2009). a. Penghantaran Impuls Saraf melalui Membran Plasma Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan istirahat, sitoplasma di dalam membran plasma bermuatan listrik negatif, sedangkan cairan di luar membran bermuatan positif. Keadaan yang demikian dinamakan polarisasi atau potensial istirahat. Perbedaan muatan ini terjadi karena adanya mekanisme transpor aktif yakni pompa natrium-kalium. Konsentrasi ion natrium (Na+) di luar membran plasma dari suatu akson neuron lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di dalamnya. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium (K+) di dalamnya lebih besar daripada di luar. Akibatnya, mekanisme transpor aktif terjadi pada membran plasma. Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas

23 32 membran plasma terhadap ion Na+ berubah meningkat. Peningkatan permeabilitas membran ini menjadikan ion Na+ berdifusi ke dalam membran, sehingga muatan sitoplasma berubah menjadi positif. Fase seperti ini dinamakan depolarisasi atau potensial aksi. Sementara itu, ion K+ akan segera berdifusi keluar melewati membran plasma. Fase ini dinamakan repolarisasi. Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik (Rochmah, 2009). b. Penghantaran Impuls Saraf melalui Sinapsis Selain melalui membran plasma, impuls juga dihantarkan melalui sinapsis. Sinapsis merupakan persambungan unik yang mengendalikan komunikasi antar satu neuron dengan sel-sel lain. Sinapsis dapat ditemukan antara dua neuron, antara reseptor sensorik dan neuron sensoris, antara neuron motoris dan sel otot yang dikontrolnya, selain itu sinapsis dapat ditemukan antara neuron dengan sel kelenjar (Rochmah, 2009). 1) Struktur Sinapsis Pada setiap neuron, terminal aksonnya membengkak membentuk suatu tonjolan kecil yang disebut tombol sinapsis. Permukaan membran bonggol sinapsis ini dinamakan membran prasinapsis yang menghantarkan impuls dari terminal sinapsis menuju dendrit atau badan sel berikutnya. Impuls tersebut akan diterima oleh permukaan membran dendrit atau badan sel yang dituju. Membran yang demikian dinamakan membran pascasinapsis. Di antara kedua membran ini dipisahkan oleh suatu celah yang disebut celah sinapsis. Di dalam tombol sinapsis terdapat suatu zat kimia yang dapat menghantarkan impuls ke neuron berikutnya.

24 33 Zat yang demikian dinamakan neurotransmiter. Saat menghantarkan impuls, dalam sitoplasma neurotransmiter dibawa oleh banyak kantung dalam sitoplasma, yang disebut vesikula sinapsis. Ada berbagai macam jenis neurotransmiter, contohnya asetilkolin, dopamine, noradrenalin, dan serotonin. Asetilkolin berada pada seluruh sistem saraf, sementara noradrenalin berada pada sistem saraf simpatik, sedangkan dopamine dan serotonin terdapat pada otak (Rochmah, 2009). 2) Mekanisme Kerja Sinapsis Apabila impuls sampai pada bonggol sinapsis, segera neuron mengirimkan neurotransmiter. Selanjutnya, neurotransmiter dibawa oleh vesikula sinapsis menuju membran prasinapsis. Kedatangan impuls tersebut membuat permeabilitas membran prasinapsis terhadap ion Ca2+ meningkat (terjadi depolarisasi). Sehingga, ion Ca2+ masuk dan merangsang vesikula sinapsis untuk menyatu dengan membran prasinapsis. Bersama kejadian tersebut, neurotransmiter dilepaskan ke dalam celah sinapsis melalui eksositosis. Dari celah sinapsis, neurotransmiter ini berdifusi menuju membran pascasinapsis. Setelah impuls dikirim, membran pascasinapsis akan mengeluarkan enzim untuk menghidrolisis neurotransmiter. Enzim tersebut misalnya senzim asetilkolineterase yang menghidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asam etanoat. Oleh vesikula sinapsis, hasil hidrolisis (kolin dan asam etanoat) akan disimpan sehingga sewaktu-waktu bisa digunakan kembali (Rochmah, 2009).

25 34 3. Mekanisme Terjadinya Gerak Refleks Gerak refleks adalah gerak yang tanpa disadari dan berlangsung sangat cepat. Bersin, batuk, menguap, menggaruk bila gatal, kaget merupakan suatu aksi yang disebut refleks. Kita melakukan kegiatan tersebut tanpa melalui proses pada otak terlebih dahulu. Refleks merupakan cara tubuh kita untuk menjaga dan melindungi diri dengan cepat dan aman. Gerak ini terjadi pada bagian tubuh yang terlibat, sehingga bagian tubuh tersebut bergerak secara otomatis. Gambar 2.2 Gerak Refleks pada Lutut saat Dipukul (Campbell et al., 2004) Perhatikan Gambar 2.2, refleks sentakan lutut misalnya, merupakan respons sederhana. Satu ketukan pada lutut akan menyebabkan tarikan pada tendon yang berkaitan dengan otot paha (otot kuadrisep). Akibatnya, kaki bagian bawah ikut tertarik. Reseptor regangan yang merupakan reseptor sensorik menerima tarikan

26 35 itu, selanjutnya reseptor sensorik mengirimkan informasi ke sinapsis dengan motorik mengirimkan impuls/sinyal menuju otot kuadrisep untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan kaki bagian bawah tersentak ke arah depan. Sebenarnya, sentakan lutut hanya melibatkan dua neuron, yakni neuron sensorik dan neuron motorik. Namun, neuron sensorik pada kuadrisep berkomunikasi pula dengan interneuron pada sumsum tulang belakang. Interneuron ini menghambat neuron motorik yang mengirimkan sinyal ke otot fleksor (otot kaki yang berbeda), sehingga otot tersebut tidak berkontraksi. Secara sederhana, mekanisme penghantaran sinyal atau impuls pada gerak refleks dapat kalian lihat pada skema berikut: Rangsangan reseptor neuron sensorik sumsum tulang belakang neuron motorik efektor 4. Sistem Saraf Sistem saraf manusia terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (Kurnadi, 2001). a. Saraf Pusat Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang (Kurnadi, 2001). Otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Pembagian ini tampak nyata hanya pada fase embrio.

27 36 Gambar 2.3 Penampang Bagian-Bagian Otak (Sumber : Pustekom Diknas) Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang belakang, yaitu lanjutan dari medulla oblongata memanjang sampai tulang punggung tepatnya sampai ruas tulang pinggang kedua (Kurnadi, 2001). Berikut merupakan penampang melintang sumsum tulang belakang: Gambar 2.4 Penampang Melintang Sumsum Tulang Belakang (Sumber : Pustekom Diknas)

28 37 b. Saraf Tepi Sistem saraf tepi dinamakan pula sistem saraf perifer. Sistem saraf tepi merupakan bagian dari sistem saraf tubuh yang meneruskan rangsangan (impuls) menuju dan dari sistem saraf pusat, karena itu di dalamnya terdapat serabut saraf sensorik (saraf aferen) dan serabut saraf motorik (saraf eferen). Berdasarkan asalnya, sistem saraf tepi terbagi atas saraf kranial dan saraf spinal yang masingmasing berpasangan. Saraf kranial merupakan semua saraf yang keluar dari permukaan dorsal otak. Saraf spinal ialah semua saraf yang keluar dari kedua sisi tulang belakang. Masing-masing saraf ini mempunyai karakteristik fungsi dan jumlah saraf yang berbeda (Rochmah, 2009). (Sumber : Pustekom Diknas) Gambar 2.5 Pembagian Sistem Saraf Berdasarkan Asalnya Sedangkan berdasarkan karakteristik kerjanya, sistem saraf terbagi atas dua saraf, meliputi saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Masing-masing saraf ini dapat bekerja pada organ yang sama, namun kerja yang dilakukan saling berlawanan (antagonis). Sebagai contoh, saat saraf simpatik mempengaruhi sebuah organ untuk meningkatkan aktivitas organ tertentu, sementara itu saraf

29 38 parasimpatik menurunkannya. Perbedaan ini terjadi karena neurotransmiter yang dihasilkan kedua saraf tersebut berbeda. Noradrenalian merupakan neurotransmiter pada saraf simpatik, sedangkan asetilkolin merupakan neurotransmiter pada saraf parasimpatik (Rochmah, 2009). Tabel 2.3 Fungsi Saraf Simpatik dan Parasimpatik Beberapa Organ Tubuh Organ Tubuh Fungsi Saraf Simpatik Saraf Parasimpatik Pupil Membesarkan pupil Mengecilkan pupil Arteri Memperkecil diameter pembuluh Memperbesar diameter pembuluh Bronkus Memperluas bronkus Mempersempit bronkus Jantung Mempercepat detak jantung Memperlambat detak jantung Pencernakan makanan Memperlambat pencernaan makanan Mempercepat pencernaan makanan Kandung kemih Mengembangkan kandung kemih Mengkerutkan kandung kemih 5. Gangguan atau Kelainan pada Sistem Saraf Menurut Rochmah (2009) ada beberapa gangguan atau kelainan sistem saraf yang dapat dialami oleh manusia. Berbagai gangguan itu antara lain: a. Stroke, merupakan penyakit yang timbul karena pembuluh darah di otak tersumbat atau pecah sehingga otak menjadi rusak. Penyebab penyumbatan ini ialah adanya penyempitan pembuluh darah (arteriosklerosis). Selain itu, bisa juga karena penyumbatan oleh suatu emboli. Ciri yang tampak dari penderita stroke misalnya wajah yang tak simetris. b. Amnesia, merupakan gangguan yang terjadi pada otak karena disebabkan goncangan batin atau cidera. Ciri gangguan ini yakni hilangnya kemampuan

30 39 seseorang mengenali dan mengingat kejadian masa lampau dalam kurun waktu tertentu. c. Parkinson, merupakan penyakit yang terjadi karena kekurangan neurotransmiter dopamin pada ganglion basalis. Secara fisik, penderita ini memiliki ciri tangan gemetaran saat istirahat, gerak susah, mata sulit berkedip, dan otot kaku sehingga salah satu cirinya adalah langkah kaki menjadi kaku. d. Epilepsi, merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya luka, infeksi, tumor, atau lainnya terutama pada jaringan-jaringan otak, sehingga terjadi letusanletusan listrik (impuls) pada neuron-neuron di otak. F. Penelitian Yang Relevan 1. Hasil penelitian Rizky (2008) Rizky melakukan penelitian mengenai efektifitas software multimedia interaktif dan charta dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sistem saraf. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa untuk konsep sistem saraf, software multimedia interaktif lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa dibandingkan dengan media charta. 2. Hasil penelitian Cucun Yuniawati (2007) Penelitian Cucun Yuniawati yang berjudul respons dan peningkatan hasil belajar siswa kelas XI dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan media animasi pada subkonsep sistem saraf manusia, memperoleh hasil penelitian yang signifikan dari penggunaan media animasi terhadap peningkatan hasil belajar

31 40 siswa dalam subkonsep sistem saraf pada manusia dengan tingkat kepercayaan 95%. 3. Hasil penelitian Fanny Prina (2004) Penelitian Fanny Prina yang berjudul Perbandingan Hasil Belajar antara Siswa yang Menggunakan Buku Paket dengan Siswa yang Menggunakan Buku Komik Pada Konsep Hormon bertujuan untuk memperoleh informasi tentang perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar menggunakan buku paket dengan siswa yang belajar menggunakan buku komik pada konsep hormon. Dalam penelitian ini, keefektifan media komik dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas kontrol (media buku paket) sebesar 67,00 dan nilai rata-rata kelas eksperimen (media komik) sebesar 72,29. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan komik sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan buku paket. 4. Hasil penelitian Yakti (2003) Penelitian Yakti membuktikan bahwa penggunaan komik ilmiah dalam pembelajaran pencemaran lingkungan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan media gambar biasa. Keefektifan media komik dalam pembelajaran lingkungan tampak pada persentase siswa yang belajar tuntas pada kelas komik sebesar 84%, sedangkan pada kelas media biasa (kelas yang menggunakan media gambar biasa) sebesar 78,2%. Hal ini membuktikan penggunaan komik dalam pembelajaran lingkungan menunjukkan hasil yang lebih baik.

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Saraf Manusia ; neuron Sistem saraf PENGATUR fungsi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pera Agustiyani Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pera Agustiyani Rahayu, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui

Lebih terperinci

SISTEM SARAF. Sel Saraf

SISTEM SARAF. Sel Saraf SISTEM SARAF Sel Saraf Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistemn ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

Sistem Saraf pada Manusia

Sistem Saraf pada Manusia Sistem Saraf pada Manusia Apa yang dimaksud dengn sistem saraf? Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf

Lebih terperinci

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN : TUJUAN PENDIDIKAN: Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH PENGERTIAN MEDIA Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Media

Lebih terperinci

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Hasruddin Abstrak Perkembangan biologi sebagai sains murni dan aplikasinya dalam teknologi yang semakin pesat mendorong upaya-upaya inovasi pemanfaatan hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA A. Definisi Belajar dan Pembelajaran Menurut Arsyad (2007: 1) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

SISTEM SARAF MANUSIA

SISTEM SARAF MANUSIA SISTEM SARAF MANUSIA skema sistem saraf manusia m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti SEL SARAF Struktur sel saraf neuron: Badan sel, Dendrit Akson Struktur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas : (a) media pendidikan, dan (b) minat belajar. Adapun penjelasannya sebagai berikut : A. Media Pendidikan Menurut Arsyad (2003), dalam kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung) 17 KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung) Abstrak Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan

Lebih terperinci

Pengertian Media adalah. segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan menstimulasi proses belajar.

Pengertian Media adalah. segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan menstimulasi proses belajar. MEDIA PEMBELAJARAN Anak Berkebutuhan Khusus Pengertian Media Pembelajaran Media Pembelajaran Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Mengapa Media Penting bagi ABK? Kegunaan media Kontribusi media pembelajaran

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH Makalah ini disampaikan dihadapan peserta pelatihan Media Pembelajaran kerjasama antara Dinkes DIY dengan FIP UNY O L E H Drs. Mulyo Prabowo, M.Pd NIP. 131656350

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau, pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah sebuah perantara atau

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan BAB V PEMBAHASAN A. Keterampilan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Media Pembelajaran Audio untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Media Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Oleh Sadiman dikemukakan bahwa media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam pembelajaran. Arsyad (2011:2-3) mengatakan bahwa media adalah bagian yang tidak

Lebih terperinci

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 PENGERTIAN SISTEM SARAF Merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh Merupan

Lebih terperinci

MODUL TEORI BELAJAR, PRINSIP-PRINSIP BELAJAR, DAN MEDIA PEMBELAJARAN

MODUL TEORI BELAJAR, PRINSIP-PRINSIP BELAJAR, DAN MEDIA PEMBELAJARAN MODUL TEORI BELAJAR, PRINSIP-PRINSIP BELAJAR, DAN MEDIA PEMBELAJARAN Oleh : Annisa Ratna Sari, M.S.Ed FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 DAFTAR ISI Kata Pengantar...2

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan 5 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang dan mengartikan

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang dalam bertindak atau beraktifitas menuju pembenaran, dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

Lebih terperinci

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF Sistem syaraf bertanggung jawab dalam mempertahankan homeostasis tubuh (kesetimbangan tubuh, lingkungan internal tubuh stabil) Fungsi utamanya adalah untuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini perkembangan teknologi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan yang memiliki

Lebih terperinci

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF 17 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 17 SISTEM SARAF Segala aktivitas tubuh manusia dikoordinasi oleh sistem saraf dan sistem hormon (endokrin). Sistem saraf bekerja atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dalam penelitian yang dilakukan. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan

Lebih terperinci

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Mata kuliah : Pengembangan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Dosen Pengampu : Tabah Subekti, M.Pd Nama Kelompok : 1. Dodo Prastyoko 2. Anggi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI

PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai

Lebih terperinci

dari proses maupun hasil pendidikan (Trianto, 2010:7-8).

dari proses maupun hasil pendidikan (Trianto, 2010:7-8). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ABK Oleh, Asep Saripudin, S.Pd.

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ABK Oleh, Asep Saripudin, S.Pd. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ABK Oleh, Asep Saripudin, S.Pd. Schramm mendefinisikan media pembelajaran sebagai teknologi pembawa informasi yang dapat dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar Pengertian matematika pada dasarnya tidak dapat ditentukan secara pasti, hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

Teknologi & Media Pembelajaran

Teknologi & Media Pembelajaran Teknologi & Media Pembelajaran Oleh: Khairul Umam dkk 1.1 Pengertian Secara etimologi, kata "media" merupakan bentuk jamak dari "medium", yang berasal dan Bahasa Latin "medius" yang berarti tengah. Sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Arsyad, 2000:3). Secara lebih jelas Gerald dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi

Lebih terperinci

Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran

Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara penyajian, dapat diklasifikasikan menjadi: a. Kelompok ke-satu Dalam kelompok pertama ini berisikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan kualitas pendidikan sampai saat ini masih menjadi kendala utama dalam upaya pembaharuan sistem pendidikan nasional. Untuk itu pemerintah telah melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah banyak memberi pengaruh pada dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari Bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari Bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Komik Pembelajaran Kata media berasal dari Bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medium adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pendidikan Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang menerima pesan.

Lebih terperinci

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar. di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar. di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto (Studi Eksperimen) Resume Tesis Oleh : M.Saiful Bahri

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP Rustanti Hari Wismadi Guru mata pelajaran IPA Fisika di SMPN I Piyungan Kab. Bantul DIY ABSTRAK Salah satu unsur penting dalam kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam

Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Belajar Matematika Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku yang baru berkat

Lebih terperinci

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Proses belajar mengajar dapat diartikan juga sebagai proses komunikasi. Dalam proses komunikasi ini terjadi urutan pemindahan informasi (pesan) dari sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu (knowing) ataupun menghafal (memorizing) tetapi dituntut untuk memahami konsep biologi. Untuk kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Media Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut: kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu 93 BAB V PEMBAHASAN Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu adanya analisis hasil penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang dihasilkan tersebut dapat dilakukan interprestasi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1 1. Perhatikan gambar berikut! Sel yang ditunjukkan gambar diatas adalah... neuron nefron neurit nucleus Kunci Jawaban : A

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Media Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti tengah, perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran IPA Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa hakikat sains adalah produk, proses, dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang pesat. Seiring dengan kebutuhan masyarakat atas informasi yang aktual. Peran teknologi semakin dilibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Matematika Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari. Mungkin juga kata itu erat hubungannya dengan kata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Media Media adalah suatu sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA

LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA Nela Rofisian Abstrak: Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bagi sebagian siswa masih dirasakan sulit untuk dipahami. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TANAH LIAT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENGENALAN BENTUK DASAR TIGA DIMENSI BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENGGUNAAN TANAH LIAT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENGENALAN BENTUK DASAR TIGA DIMENSI BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PENGGUNAAN TANAH LIAT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENGENALAN BENTUK DASAR TIGA DIMENSI BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Milla Anggamala Supriatna 1 ABSTRAK Alat permainan yang edukatif dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin ABSTRAK Media dalam pengertian umum merupakan sarana komunikasi. Sedangkan dalam pendidikan media dapat diartikan sebagai alat bantu yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang 11 TINJAUAN PUSTAKA A. Media maket Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA SEL SARAF, terdiri dari 1. Dendrit 2. Badan Sel 3. Neurit (Akson) Menerima dan mengantarkan impuls dari dan ke sumsum tulang belakang atau otak ORGAN PENYUSUN SISTEM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran seni di sekolah, merupakan suatu proses belajar mengajar yang membuat siswa mampu menginterpretasikan pengalamannya, serta mengembangkan kreativitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada era globalisasi sekarang ini selain keahlian dalam teknologi, keahlian dalam berbahasa juga sangat penting, terutama bahasa Inggris. Dalam komunikasi sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB II PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DAN KARTU DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PERILAKU TERPUJI DI SEKOLAH DASAR

BAB II PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DAN KARTU DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PERILAKU TERPUJI DI SEKOLAH DASAR BAB II PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DAN KARTU DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PERILAKU TERPUJI DI SEKOLAH DASAR A. Karakteristik Pembelajaran Siswa SD Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang

Lebih terperinci

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi yang sudah direncanakan. Jenis metode pembelajaran : Ceramah : penyajian melalui penuturan secara lisan/penjelasan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL Artikel Oleh RIYANTO NIM. 08503242008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET

Lebih terperinci

TINGKAT KONTROL SISTEM SARAF OTONOM

TINGKAT KONTROL SISTEM SARAF OTONOM TINGKAT KONTROL SISTEM SARAF OTONOM Sistem Saraf manusia Tubuh manusia dapat dilihat sebagai suatu sistem saraf yang dapat berubah-ubah kinerjanya bergantung antara lain pada perubahan rangsangan dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

Oleh: Fitta Ummaya Santi

Oleh: Fitta Ummaya Santi Oleh: Fitta Ummaya Santi APA ITU MEDIA Sadiman, dkk 2002:6 Media: segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengiriman pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PKn

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PKn PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PKn Mukhamad Murdiono, M. Pd. Jurusan PKn dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Yang saya dengar, saya lupa Yang saya lihat, saya ingat

Lebih terperinci

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah 1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah A. Selaput mielin B. Sel schwann C. Nodus ranvier D. Inti sel Schwann E. Tidak ada jawaban yang benar Jawaban : A Selaput

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji

Lebih terperinci