KREATIVITAS SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT
|
|
- Sonny Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 111 KREATIVITAS SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT Oleh: Fanny Adibah IKIP Widya Darma Surabaya Abstrak: Ini jenis penelitian pendekatan kualitatif eksploratif yang bertujuan untuk menggambarkan gaya siswa bidang kreativitas tergantung kognitif dan bidang independen dalam memecahkan kreativitas dengan tiga indikator yaitu kelancaran, fleksibilitas, dan kebaruan masalah matematika. Subyek terdiri dari dua siswa kelas X SMK PAL teknik Surabaya dalam dua jenis yang berbeda dari gaya kognitif yang tergantung bidang dan lapangan independen. Dua jenis gaya kognitif dapat diidentifikasi dengan menggunakan uji GEFT. Prosedur dimulai dengan pemberian tes penelitian GEFT, kriteria seleksi untuk mata pelajaran dengan kesediaan untuk menjadi subjek penelitian serta keterampilan komunikasi lisan dan tertulis yang baik, memberikan tes tertulis dan wawancara. Pengujian validitas data dilakukan dengan menggunakan triangulasi waktu, teknik pengujian validitas data dengan membandingkan data dalam waktu yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan subjek gaya kognitif bergantung lapangan memenuhi aspek kreativitas kelancaran dan tunduk pada bidang gaya kognitif independen untuk memenuhi tiga aspek kreativitas yaitu kelancaran, fleksibilitas, dan kebaruan. Kata Kunci: kreativitas, pemecahan masalah, gaya kognitif. PENDAHULUAN Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah terasa. Dalam hidup, setiap individu semakin dihadapkan pada bermacam-macam tantangan, baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik, maupun dalam budaya dan sosial. Kemajuan teknologi yang meningkat di satu pihak dan ledakan penduduk disertai berkurangnya persediaan sumber-sumber alami di lain pihak, sangat menuntut seorang individu yang mampu beradaptasi dan menjadi pemecah masalah yang kreatif. Salah satu upaya meningkatkan kreativitas sebagai bekal hidup menghadapi berbagai tantangan, tuntutan, perubahan, dan perkembangan zaman adalah melalui pendidikan yang berkualitas, tanpa terkecuali dengan pendidikan matematika. Permendiknas No.22 (Depdiknas, 2006) menjelaskan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep/algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Hal ini 111
2 112 mengisyaratkan bahwa orientasi pembelajaran matematika bukan hanya pada peningkatan prestasi belajar, tetapi juga berorientasi pada peningkatan kreativitas, terutama dalam pemecahan masalah. Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa, walaupun dengan kadar yang berbeda-beda. Munandar (2009) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru; kreativitas adalah kemampuan membuat kombinasi-kombinasi baru. Solso (2008) mengartikan kreativitas sebagai suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan yang tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang menurut kegunaannya). Jadi kreativitas dapat diartikan sebagai aktivitas yang menekankan pada pembuatan sesuatu atau komposisi yang baru dan berbeda, tanpa membatasi tindakan-tindakan pragmatis dalam prosesnya. Sesuatu/produk yang baru yang dihasilkan dari suatu kreativitas bukan hanya dari yang tidak ada menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada. Kemampuan berpikir kreatif sebagai proses untuk menghasilkan kreativitas perlu dibekalkan kepada siswa agar siswa tersebut dapat mengelola dan memanfaatkan berbagai informasi di lingkungan sekitarnya Selain itu kemampuan berpikir kreatif juga diperlukan siswa untuk dapat mengemukakan berbagai ide atau menciptakan berbagai hal baru yang berguna bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Kemampuan kreatif siswa di sekolah menurut Krutetskii (dalam Siswono, 2008) dipengaruhi oleh kreativitas matematikanya. Seperti diungkapkan dalam kutipan berikut:... creative school abilities related to an independent creative mastery of mathematics under the condition of school instruction, to the independent formulation of uncomplicated mathematical problems, to finding ways and means of solving these proplems, to invention of proofs of theorems, to independent deduction of formulas and to finding original methods of solving nonstandard problems. All of this undoubtedly is also a manifestation of mathematical creativity. Artinya kemampuan-kemampuan kreatif sekolah berhubungan pada suatu penguasaan kreatif mandiri (independent) matematika di bawah pengajaran matematika, formulasi mandiri masalah-masalah matematika yang tidak rumit (uncomplicated), penemuan cara-cara dan sarana dari penyelesaian masalah, penemuan bukti-bukti teorema, pendeduksian mandiri
3 113 rumus-rumus dan penemuan metode-metode asli penyelesaian masalah non standar. Semua itu adalah suatu manifestasi dari kreativitas matematis. Pendapat Krutetskii di atas juga mengisyaratkan bahwa kreativitas dalam pembelajaran matematika lebih ditekankan pada kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Pemecahan masalah berarti proses mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Siswono (2008) menyebutkan bahwa pemecahan masalah berarti suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Suatu situasi atau pertanyaan menjadi suatu masalah jika seseorang bermaksud mencari jawaban dari pertanyaan itu, namun tidak mempunyai cara/algoritma yang segera dapat digunakan untuk menyelesaian pertanyaan tersebut. Olson (dalam Siswono, 2008) mengungkapkan bahwa kreativitas terdiri atas dua unsur, yaitu kefasihan dan keluwesan (fleksibilitas). Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan secara lancar dan cepat. Sedangkan keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah. Lebih lanjut, Torrance (dalam Filsaime, 2008) mengklasifikasikan karakteristik individu terlah berpikir kreatif dalam empat kategori, yakni orisinalitas/kebaruan, kelancaran, fleksibilitas, dan elaborasi. Kategori orisinalitas mengacu pada keunikan pada respon apa pun yang diberikan. Orisinalitas yang ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa, unik, dan jarang terjadi. Kategori kelancaran mengacu pada kemampuan untuk menciptakan segudang ide. Kategori ini merupakan salah satu indikator yang paling kuat dari berpikir kreatif, karena semakin banyak ide, maka semakin besar kemungkinan untuk memperoleh sebuah ide yang signifikan. Kategori flesibilitas mengacu pada kemampuan seorang individu untuk mengubah perangkat mentalnya ketika keadaan memerlukan untuk itu, atau kecenderungan untuk memandang sebuah masalah secara instan dari berbagai perspektif. Fleksibilitas merupakan kemampuan untuk mengatasi rintangan-rintangan mental, mengubah pendekatan untuk sebuah masalah. Dan terakhir kategori elaborasi mengacu pada kemampuan untuk menguraikan sebuah obyek tertentu. Elaborasi merupakan jembatan yang harus dilewati oleh seseorang untuk mengkomunikasikan ide kreatifnya kepada masrarakat. Kategori inilah yang menentukan nilai dari ide apa pun yang diberkan kepada orang lain di luar dirinya.
4 114 Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa ciri utama individu dikatakan kreatif adalah apabila mampu menghasilkan sesuatu yang baru dan unik, mampu menciptakan segudang ide, dan mampu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif. Sehingga kreativitas juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan menghasilkan produk berpikir siswa dalam bentuk tulisan atau lisan yang ditinjau dari tiga aspek yaitu 1.) kebaruan 2.) kefasihan, 3.) fleksibilitas dalam pemecahan masalah. Kebaruan Kebaruan berarti kemampuan untuk berpikir dengan cara baru yang sebelumnya tidak dikenal pembuatnya, berbeda, unik, mungkin tidak terduga, asli, dan mungkin merupakan penemuan dan harus sesuai tujuan/bernilai, efektif, berguna, praktis, layak/mungkin bermakna sosial. Kefasihan Kefasihan berarti kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam jumlah yang sangat banyak dan lancar. Fleksibilitas Fleksibilitas berarti kemampuan untuk menghasilkan banyak pemikiran dari berbagai sudut pandang. Individu tersebut mampu berpindah dari satu jenis pemikiran tertentu ke jenis pemikiran yang lain dari sudut pandang yang berbeda. Definisi tersebut sesuai dengan pendapat Silver (1997) yang mengungkapkan bahwa terdapat tiga komponen yang dapat digunakan sebagai indikator siswa telah berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah, yaitu kefasihan (fluency), fleksibilitas, dan kebaruan (novelty) dalam pemecahan masalah. Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa memberi jawaban masalah yang beragam dan benar. Fleksibilitas pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa memecahkan masalah dengan berbagai sudut pandang (cara) yang berbeda. Sedangkan kebaruan pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa memberikan jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh siswa pada tingkat pengetahuannya. Dalam matematika, masalah diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu masalah tertutup (closed problem) dan masalah terbuka (open-ended problem). Pelfrey (2000) mendefinisikan masalah terbuka sebagai pertanyaan atau masalah yang memiliki lebih dari satu jawaban yang
5 115 benar dan lebih dari satu strategi untuk mendapatkan jawabannya. Sedangkan masalah tertutup didefinisikan sebagai pertanyaan atau masalah yang mungkin hanya memiliki satu jawaban benar atau salah satu strategi untuk mendapatkan jawabannya. Jadi masalah tertutup (closed problem) adalah masalah yang sudah terstruktur dengan baik, memiliki satu jawaban benar, jawaban tersebut selalu dapat ditentukan dengan cara yang pasti dari data-data yang diberikan pada soal. Sedangkan masalah terbuka (open-ended problem) adalah masalah yang memiliki lebih dari satu solusi dan tidak ada prosedur yang pasti untuk mendapat solusi yang tepat. Adapun jenis masalah yang mempunyai hubungan dekat dengan kreativitas adalah masalah terbuka (open ended ). Masalah terbuka (open ended) menuntut siswa untuk menemukan lebih dari satu jawaban dan cara yang benar untuk menyelesaikannya. Dalam hal ini diperlukan kreativitas dalam pemecahannya, sehingga masalah terbuka (open ended) merupakan salah satu masalah dalam matematika yang dapat mengakomodasi potensi kreatif siswa. Sternberg (2006) mengemukakan terdapat enam aspek penyusun kreativitas, yaitu: 1.) Kemampuan intelektual, meliputi kemampuan sintetik untuk melihat permasalahan dengan cara yang baru, kemampuan analisis untuk menentukan ide mana yang pantas diikuti dan yang tidak, serta kemampuan untuk meyakinkan orang lain bahwa ide mereka berharga; 2.) Pengetahuan, karena di satu sisi seseorang perlu mengetahui hal terbaru dari suatu bidang pengetahuan untuk dapat memajukannya. Selain itu pengetahuan yang besar dari sebagian bidang pengetahuan dapat membimbing menuju sebuah perspektif yang mendekati dan kuat serta mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak melampaui sebuah cara dimana seorang pria/wanita menunjukkan masalah yang telah lampau; 3.) Gaya kognitif, yakni kecenderungan untuk menciptakan aturan sendiri, melakukan hal-hal dengan caranya sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu tersruktur, senang menulis, merancang, dan lebih tertarik pada jabatan yang kreatif; 4.) Kepribadian, yakni kemauan untuk mengatasi hambatan, kemauan untuk mengambil resiko yang masuk akal, kemampuan untuk mentolerir ambiguitas, serta efektivitas diri; 5.) Motivasi, terutama motivasi intrinsik, karena sebuah penelitian mengemukakan bahwa seseorang jarang bekerja secara kreatif kecuali mereka benar-benar mencintai apa yang mereka kerjakan dan fokus pada pekerjaan tersebut dan bukan pada imbalannya; 6.) Lingkungan, karena tanpa lingkungan yang mendukung, kreativitas yang dimiliki seseorang di dalam dirinya tidak akan mungkin terlihat.
6 116 Pada aspek gaya kognitif, menurut Stenberg, setiap individu cenderung memiliki gaya kognitif untuk berpikir dan membuat keputusan dengan cara yang baru. Untuk menjadi pemikir kreatif sejati, seseorang harus mampu berpikir secara global sebaik ia berpikir secara lokal, ibarat seseorangmampu membedakan antara hutan dari pohon-pohonnya, dengan demikian ia mampu membedakan pertanyaan-pertanyaan yang penting dan yang tidak. Kogan (dalam Rahman, 2008) mendefinisikan gaya kognitif sebagai variasi cara individu dalam memandang, mengingat, dan berpikir atau sebagai cara tersendiri dalam hal memahami, menyimpan, mentransformasi dan menggunakan informasi. Gaya kognitif cenderung stabil dalam memproses, menyimpan maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau berbagai jenis situasi lingkungannya. Keberagaman gaya kognitif pada siswa berpengaruh pada perbedaan cara masing-masing siswa dalam menanggapi masalah yang diterimanya. Witkin (dalam Mujiono, 2011) menggolongkan gaya kognitif menjadi dua, yaitu gaya kognitif field dependent dan field independent. Field dependent adalah gaya kognitif individu yang menerima sesuatu secara global dan mengalami kesulitan untuk memisahkan diri dari keadaan sekitar atau lebih dipengaruhi oleh latar belakang keadaan sekitar. Sedangkan field independent adalah gaya kognitif seseorang yang cenderung menyatakan sesuatu gambaran lepas dari latar belakang gambaran tersebut, serta mampu membedakan objek-objek dari konteks sekitarnya dan memandang konteks sekitarnya lebih secara analitis. Seorang individu yang memiliki gaya kogitif field dependent memiliki kecenderungan kerja lebih baik dalam kelompok, memiliki daya ingat yang baik untuk informasi sosial dan lebih menyenangi bidang seperti bahasa dan sejarah. Sedangkan individu dengan gaya kognitif field independent tidak terbiasa dengan hubungan sosial, dapat bekerja dengan baik dalam lingkup matematika dan ilmu pengetahuan alam. Secara psikologis, karakter orang yang memiliki gaya kognitif field independent dapat memilih stimulus berdasarkan situasi, sehingga persepsinya hanya sebagian kecil terpengaruh ketika ada perubahan situasi. Sedangkan orang yang memiliki gaya kognitif field dependent mengalami kesulitan dalam membedakan stimulus melalui situasi yang dimilikinya sehingga persepsinya mudah dipengaruhi oleh manipulasi dari situasi sekelilingnya. Penelitian Rahman (2008) pada siswa SMA tentang hubungan antara perbedaan gaya kognitif field dependent dan field independent dengan hasil belajar siswa mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang bergaya
7 117 kognitif field dependent dengan hasil belajar matematika siswa yang bergaya kognitif field independent. Siswa yang bergaya kognitif field independent cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent. Sebuah penelitian lain dilakukan oleh Miller (2007) yaitu tentang hubungan antara gaya kognitif field dependent dan field independent dengan kreativitas. Penelitian ini mengungkapkan bahwa individu-individu yang memiliki gaya kognitif field independent memiliki skor kreativitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu-individu yang memiliki gaya kognitif field dependent. Temuan-temuan tersebut seakan-akan memperlihatkan keunggulan individu yang bergaya kognitif field independent dengan individu yang bergaya kognitif field dependent khususnya dalam hal kreativitas. Dengan demikian menarik untuk diteliti bagaimana kreativitas siswa yang bergaya kognitif field dependent dan field independent dalam pemecahan masalah matematika. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Eksplorasi dimaksudkan untuk mengungkap kreativitas dalam memecahkan masalah matematika yang terjadi pada subjek penelitian jika ditinjau dari perbedaan gaya kognitif field dependent dan field independent. Sedangkan pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku dari subjek yang dapat diamati. Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X SMK Teknik PAL Surabaya. Pengambilan subjek dalam penelitian adalah 2 (dua) subjek, yang dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu satu subjek yang memiliki gaya kognitif field dependent dan satu subjek bergaya kognitif field independent. Pemilihan subjek didasarkan pada tiga kriteria yakni (1) hasil tes GEFT yang terbagi dalam dua kelompok, yakni field dependent dan field independent, (2) informasi guru matematika tentang kemampuan komunikasi siswa, (3) kesediaan siswa untuk menjadi subjek penelitian. Instrumen Penelitian
8 118 Istrumen dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu instrumen utama dan instrumen bantu (pendukung). Instrumen Utama Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri karena alat pengumpul data utama adalah peneliti. Instrumen Bantu Adapun instrumen bantu dalam penelitian ini adalah: Lembar Indikator Kreativitas Instrumen ini berisi petunjuk atau keterangan tentang indikator kreativitas yang diperoleh dari kajian teori kreativitas dari para ahli. Dalam penelitian ini kreativitas dilihat dari aspek proses kreatif dan produk kreatif yakni kefasihan/kelancaran (fluency), keluwesan (flexibilty), dan kebaruan (novelty). Lembar Tugas GEFT Group Embedded Figurest Test (GEFT) adalah tes yang digunakan untuk mengetahui gaya kogntif seseorang secara psikologis yaitu gaya kognitif field dependent atau field independent. Tes ini dikembangkan oleh Witkin et al (1971) dan telah diadaptasi oleh Andong (2007). Dalam tes ini, peserta tes diminta menemukan bentuk sederhana yang tersembunyi pada gambar yang rumit. Proses pengadaptasian yang dilakukan Andong (2007) tersebut meliputi penerjemahan dan penyesuaian bahasa maupun gambar. Dilakukan pula uji validitas dan reliabilitas dengan hasil bahwa tes GEFT yang dikembangkan adalah valid dan reliabel. Materi dari tes GEFT terbagi dalam tiga bagian, bagian pertama disiapkan untuk latihan peserta tes yang terdiri atas 7 (tujuh) item soal, sedangkan bagian kedua dan ketiga merupakan bagian inti tes, yang masing-masing terdiri atas 9 (sembilan) item soal. Dalam penelitian ini, hasil adaptasi tes GEFT Witkin yang dikembangkan oleh Andong (2007) tersebut digunakan sebagai salah satu dasar pemilihan subjek penelitian. Data yang diperoleh dari tes GEFT digunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan gaya kognitif yang dimiliknya yakni field dependent atau field independent. Siswa yang mendapatkan skor tes kurang dari atau sama dengan 9 (50% dari skor maksimal) akan dikelompokkan dalam gaya kognitif field dependent, sedangkan siswa yang mendapatkan skor tes lebih dari 9 (50% dari skor maksimal) akan dikelompokkan dalam gaya kognitif field independent.
9 119 Lembar Tugas Pemecahan Masalah Matematika Dalam penelitian ini, lembar tugas pemecahan masalah matematika berupa soal/masalah matematika yang harus diselesaikan oleh subjek. Lembar tugas pemecahan masalah terdiri atas dua buah soal matematika yang digunakan untuk mengetahui bagaimana kreativitas siswa dalam memecahkan masalah, berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Kedua soal tersebut mempunyai tingkat kompleksitas yang sama dengan materi aljabar. Sebelum digunakan dalam peneltian, soal tes terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan divalidasi oleh beberapa ahli. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan yang akan diajukan peneliti pada subjek penelitian dengan tujuan untuk mengungkap kreativitas subjek dalam pemecahan masalah matematika. Pedoman wawancara dibuat berdasarkan penjelasan dari tiap tahapan dalam proses berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah serta disesuaikan dengan pokok-pokok pertanyaan pada setiap tipe masalah. Sebelum digunakan, pedoman wawancara ini terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan divalidasi oleh beberapa ahli Metode Pengumpulan Data Metode Tes Dalam penelitian ini digunakan tes GEFT dan tes pemecahan masalah. Tes GEFT digunakan untuk pengelompokan dan pemilihan subjek penelitian sedangkan tes pemecahan masalah digunakan untuk mendapatkan data tentang kreativitas siswa. Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi lebih detail tentang kreativitas siswa dalam memecahkan masalah matematika. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur, dengan ketentuan sebagai berikut: 1.) Pertanyaan wawancara yang diajukan disesuaikan dengan kondisi pemecahan masalah yang dilakukan siswa (tulisan maupun penjelasannya; 2.) Pertanyaan yang diajukan tidak harus sama dengan yang tertulis pada pedoman ini, tetapi memuat inti permasalahan yang sama; 3.) Wawancara dapat dilakukan lebih mendalam tergantung pada situasi dan kondisi responden. Artinya, apabila siswa mengalami kesulitan dengan pertanyaan tertentu, mereka akan didorong merefleksi atau diberikan pertanyaan yang lebih sederhana tanpa menghilangkan inti permasalahan
10 120 Teknik Analisis Data Analisis Hasil Tugas Pemecahan Masalah Matematika Analisis data hasil tugas pemecahan masalah matematika dilakukan berdasarkan kebenaran pemecahan masalah yang dilakukan subjek penelitian. Jawaban subjek tersebut kemudian dianalisis kreativitasnya berdasarkan indikator yang ditetapkan. Kefasihan pemecahan masalah mengacu padakemampuan siswa memberi banyak penyelesaian benar.fleksibilitas pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa memberi penyelesaian masalah dengan cara berbeda yang benar.sedangkan kebaruan pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa memberi penyelesaian yang tidak biasa yang dibuat pada tingkat pengetahuan sebayanya. Analisis Hasil Wawancara Analisis hasil wawancara dilakukan bertujuan untuk menggali informasi dari subjek yang tidak terungkap pada jawaban penyelesaian pemecahan masalahnya. Analisis hasil wawancara dibagi dalam 3 (tiga) tahap yaitu: Tahap reduksi Tahap reduksi dimaksudkan untuk pengurangan data yang tidak perlu. Dalam tahap ini dilakukan proses seleksi dan penyederhanaan data, atau pengidentifikasian adanya satuan yakni bagian terkecil yang ditemukan dalam data dan berkaitan dengan masalah penelitian. Tahap penyajian Dalam tahap ini, kumpulan data diorganisasikan dan dikategorikan sehingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini, pengorganisasian dilakukan berdasarkan subjek penelitian. Tahap pengambilan kesimpulan Dalam tahap ini, dilakukan penarikan kesimpulan pada setiap hasil wawancara dengan subjek penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tugas Pemecahan Masalah (TPM) yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan materi aljabar dengan sub materi fungsi kuadrat. Deskripsi TPM yang dikembangkan adalah subjek disajikan sebuah fungsi kuadrat f yang diketahui memotong sumbu-x di dua titik. Kemudian subjek diminta untuk membuat fungsi kuadrat lain (berbeda dengan fungsi f) yang memotong sumbu x di titik yang sama dengan titik potong sumbu x fungsi f. Subjek dikatakan
11 121 memenuhi aspek kefasihan jika mampu membuat paling sedikit dua fungsi kuadrat berbeda dengan fungsi f yang memotong sumbu x di titik yang sama dengan titik potong sumbu x fungsi f. Subjek dikatakan memenuhi aspek fleksibilitas jika mampu membuat dua buah fungsi kuadrat berbeda dengan fungsi f yang memotong sumbu x di titik yang sama dengan titik potong sumbu x fungsi f, dengan paling sedikit dua cara yang berbeda. Dan subjek dikatakan memenuhi aspek kebaruan jika mampu membuat fungsi kuadrat berbeda dengan fungsi f yang memotong sumbu x di titik yang sama dengan titik potong sumbu x fungsi f dengan cara atau jawaban yang baru dan tidak biasa dibuat pada tingkat pengetahuannya, Masing-masing subjek menyelesaikan dua tipe TPM (setara) yang diberikan. Pemberian dua tipe TPM tersebut dilakukan untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh. Setelah diperoleh data yang valid (kredibel) didapatkan deskripsi kreativitas subjek FD dan FI menurut aspek-aspek kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Berikut adalah rangkuman kreativitas subjek field dependent dan field independent yang dimaksud. Tabel 1. Rangkuman Kreativitas Subjek Field Dependent dan Field Independent Subjek Aspek Keterangan Deskripsi Kefasihan Memenuhi Subjek FD mampu membuat dua fungsi kuadrat yang diminta dengan benar. Subjek FD mampu membuat dua fungsi Tidak Fleksibilitas kuadrat tersebut hanya dalam satu cara Memenuhi dengan benar Field Dependent Field Independent Kebaruan Kefasihan Tidak Memenuhi Memenuhi Fleksibilitas Memenuhi Kebaruan Memenuhi Subjek FD tidak mampu membuat fungsi kuadrat yang diminta dengan bentuk dan cara yang tidak biasa dibuat pada tingkat pengetahuannya. Subjek FI mampu membuat enam fungsi kuadrat yang diminta dengan benar. Subjek FI mampu membuat enam fungsi kuadrat yang diminta tersebut dalam tiga cara berbeda dan benar Subjek FI membuat fungsi kuadrat yang diminta dengan bentuk dan cara yang tidak biasa dibuat pada tingkat pengetahuannya. Siswa yang Bergaya Kognitif Field Independent Berdasarkan analisis data yang dilakukan sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa subjek FI memenuhi ketiga indikator kreativitas yang ditetapkan, yakni kefasihan, fleksibilitas, dan
12 122 kebaruan. Pada tugas pemecahan masalah yang diberikan, subjek FI fasih membuat fungsi kuadrat yang diminta. Subjek FI juga fleksibel dalam melakukan pemecahan masalah, karena mampu memecahkan masalah tersebut dengan lebih dari satu cara. Selain itu, subjek FI mampu membuat bentuk dan cara yang baru dalam membuat fungsi kuadrat yang diminta. Hal ini sesuai dengan karakteristik individu dengan gaya kognitif field independent yang diungkapkan Witkin. Menurut Witkin, individu yang memiliki gaya field independent lebih suka memisahkan bagian-bagian dari pola dan menganalisis pola berdasarkan komponenkomponennya. Hal inilah yang menjadi alasan subjek FI tidak mengalami kesulitan ketika memecahkan masalah yang menuntut dia untuk menggunakan beberapa cara yang berbeda. Kemampuan individu field independent dalam menganalisis pola berdasarkan komponenkomponen inilah juga yang menjadi alasan subjek FI mampu menemukan cara dan bentuk baru dalam membuat fungsi kuadrat yang diminta. Secara teoritik, individu yang memiliki gaya kognitif field independent lebih bersifat kritis serta mempunyai kemampuan mengorganisasikan objek-objek yang belum terorganisir dan mereorganisir objek-objek yang sudah terorganisir. Kemampuan inilah yang membuat subjek FI memenuhi tiga indikator kreativitas yang ditetapkan, yakni kemampuan berpikir kritis dalam membuat beragam fungsi kuadrat yang diminta dengan beberapa cara dan benar, serta kemampuan mereorganisir objek-objek untuk membuat suatu fungsi kuadrat dengan cara yang baru dan tidak biasa dibuat untuk tingkat usia sebayanya. Siswa yang Bergaya Kognitif Field Dependent Berdasarkan analisis data yang dilakukan sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa subjek FD memenuhi hanya satu indikator kreativitas yang ditetapkan, yakni kefasihan. Pada tugas pemecahan masalah yang diberikan, subjek FD fasih membuat fungsi kuadrat yang diminta. Namun karena kurang memahami materi fungsi kuadrat dengan baik, subjek FD tidak mampu memberikan beberapa cara berbeda dalam memperoleh fungsi kuadrat yang diminta tersebut dengan benar. Selain itu, kecenderungan subjek FD selalu terpaku pada pola (rumus) yang ada membuat subjek FD sulit mengembangkan kreativitasnya dengan menemukan bentuk atau cara yang baru dalam membuat fungsi kuadrat tersebut. Secara teoritik, salah satu karakteristik individu yang bergaya kognitif field dependent dalam menerima informasi adalah melihat syarat lingkungan sebagai petunjuk di dalam merespons suatu stimulus. Hal inilah yang dialami subjek FD ketika memecahkan masalah
13 123 matematika yang diberikan. Subjek FD selalu terpaku pada pola (rumus) yang ada, sehingga ketika peneliti meminta subjek FD mencoba cara baru yang berbeda dengan rumus yang ada, subjek FD menolaknya dengan alasan tidak sesuai dengan rumus. Bagi subjek FD, memecahkan masalah matematika di luar rumus yang ada beresiko melakukan kesalahan, dan subjek FD sangat menghindarinya. Pada saat wawancara juga terungkap bahwa terdapat beberapa konsep penting dalam materi fungsi kuadrat yang tidak dikuasai oleh subjek FD, termasuk kemampuan untuk mensketsa grafik fungsi kuadrat. Hal ini menunjukkan bahwa Subjek FD kurang memahami materi fungsi kuadrat dengan baik. Witkin mengungkapkan bahwa individu yang memiliki gaya field dependent cenderung memandang pola sebagai suatu keseluruhan, tidak memisahkan ke dalam bagian-bagiannya. Hal inilah yang membuat subjek FD tidak terbiasa melakukan analisis terhadap materi yang telah dipelajarinya, sehingga kurang menguasai konsep-konsep dalam materi tersebut dan mudah terkecoh. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan analisis data kreativitas siswa dalam pemecahan masalah matematika ditinjau dari perbedaan gaya kognitif field dependent dan field independent, diambil simpulan sebagai berikut : 1.) Dalam pemecahan masalah matematika yang diberikan, subjek yang bergaya kognitif field dependent fasih membuat fungsi kuadrat yang diminta. Namun karena kurang memahami materi fungsi kuadrat dengan baik, subjek field dependent tidak mampu memberikan cara berbeda dalam memperoleh fungsi kuadrat yang diminta tersebut dengan benar. Selain itu, kecenderungan subjek field dependent selalu terpaku pada pola (rumus) yang ada membuat subjek field dependent tidak mampu menemukan bentuk atau cara yang baru (tidak biasa) dalam membuat fungsi kuadrat tersebut. Jadi subjek field dependent memenuhi hanya satu indikator kreativitas yang ditetapkan, yaitu kefasihan; 2.) Dalam pemecahan masalah matematika yang diberikan, subjek field independent fasih membuat fungsi kuadrat yang diminta. Subjek field independent juga fleksibel dalam melakukan pemecahan masalah, karena mampu memecahkan masalah tersebut dengan lebih dari satu cara. Selain itu, subjek field independent mampu membuat bentuk dan cara baru dalam memggbuat fungsi kuadrat yang diminta. Jadi, subjek field independent memenuhi tiga indikator kreativitas yang ditetapkan, yakni kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan.
14 124 DAFTAR PUSTAKA Andong, Andi Proses Berpikir Siswa yang Memiliki Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Indepnendent dalam Memecahkan Masalah Matematika Divergen. Disertasi tidak dipublikasi: Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Depdiknas Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas Filsaime, Dennis Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Miller, Angie. L Creativity And Cognitive Style: The Relationship Between Field Dependence-Field Independence, Expected Evaluation, And Creative Performance, Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts,Vol. 1, No.4. Mujiono, Profil Penalaran Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika yang Ditinjau dari Perbedaan Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent. Tesis tidak dipublikasikan: Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Munandar, S.C. Utami Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta Pelfrey, Ron Open-Ended Questions For Mathematics. Appalachian Rural Systemic Initiative: Lexington Rahman, Abdul Analisis Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Perbedaan Gaya Kognitif Secara Psikologis dan Konseptuap Tempo pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Makassar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 14, No. 2. Silver, Edward A Fostering Creativity Through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. ZDM, Vol. 29, No. 3. Siswono, Tatag Yuli Eko Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press Solso, Robert. L Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga Sternberg, Robert. J Creating A Vision On Creativity: The First 25 Years. Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts, Vol. 5, No. 1.
KREATIVITAS SISWA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD-INDEPENDENT (FI) DAN FIELD-DEPENDENT (FD)
KREATIVITAS SISWA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD-INDEPENDENT (FI) DAN FIELD-DEPENDENT (FD) Dimas Femy Sasongko 1, Tatag Yuli Eko Siswono 2 Jurusan Matematika, FMIPA,
Lebih terperinciAmira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27
PROSES BERPIKIR LATERAL SISWA SMA NEGERI 1 PAMEKASAN DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihadapi manusia. Kemampuan berpikir kreatif merupakan hasil dari interaksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan kemampuan berpikir kreatif menjadi sebuah tuntutan seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan kehidupan yang harus dihadapi manusia. Kemampuan berpikir
Lebih terperinciPROSIDING ISSN:
PM-33 PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI-AP4 SMK NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Maya Kristina Ningsih 1), Imam Sujadi 2),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi, salah satunya adalah kemampuan dalam bidang matematika.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi, salah satunya adalah kemampuan
Lebih terperinciKey Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41
TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 JEMBER, SMP AL FURQAN 1, SMP NEGERI 1 RAMBIPUJI, DAN SMP PGRI 1 RAMBIPUJI Nurul Hidayati Arifani 40, Sunardi 41, Susi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. standar isi menyatakan bahwa, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN ENDED
IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN ENDED PADA MATERI PECAHAN KELAS V DI SDN TEGALREJO 02 SALATIGA Ricka Ristiani, Novisita Ratu, Erlina
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP
IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP Vivin Septiana Riyadi Putri 1, Pradnyo Wijayanti 2 Jurusan Matematika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS UNTUK SISWA SMP
PENGEMBNGN INSTRUMEN BERPIKIR KRETIF MTEMTIS UNTUK SISW SMP Nuni Fitriarosah Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI nuni.frose@gmail.com BSTRK. Seiring dengan diberlakukannya ME (Masyarakat Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pada kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini yang menyebabkan matematika
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI WHAT S ANOTHER WAY? PADA MATA KULIAH ILMU BILANGAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI WHAT S ANOTHER WAY? PADA MATA KULIAH ILMU BILANGAN Dwi Erna Novianti* Penelitian ini dilakukan pada mata kuliah Ilmu Bilangan pada mahasiswa Program
Lebih terperinciGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP LIMIT MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA
GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP LIMIT MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA Nurafni Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA avnie_cute20@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian
Lebih terperinciMenilai Kreativitas Siswa dalam Matematika 1
Menilai Kreativitas Siswa dalam Matematika 1 Tatag Yuli Eko Siswono Abdul Haris Rosyidi Universitas Negeri Surabaya Pendahuluan Abstrak Kurikulum 2004 matapelajaran matematika mengisyaratkan pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan akan diiringi dengan perkembangan teknologi, hal serupa juga ditemukan jika teknologi berkembang dengan baik maka akan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif deskriptif
Lebih terperinciNoor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 24 BANJARMASIN MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2),
Lebih terperinciDiniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.
ISBN:98-602-1980-9-6 Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa yang Diberi Pendekatan Problem Posing dengan Siswa yang Diberi Pendekatan Creative Problem Solving Diniatul Hidayani Sipahutar
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci: berpikir kreatif, gaya kognitif field independent, gaya kognitif field dependent, pemechan masalah. Abstract
9 Profil Kreativitas dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent (FI) dan Field Dependent (FD) Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 12 Jember Profile of Creativity in Mathematics
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Berkaitan dengan tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan
Lebih terperinciP 1 Proses Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar (SD) Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Pemecahan Masalah Matematika Terbuka
P 1 Proses Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar (SD) Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Pemecahan Masalah Matematika Terbuka Abdul Aziz Saefudin Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN Latifah Kurnia, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika
Lebih terperinciProses Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Geometri Dimas Danar Septiadi
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Proses Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Geometri Dimas Danar Septiadi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI)
Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI) Akramunnisa 1, Andi Indra Sulestry
Lebih terperinciP 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH
P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH Karim FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya karim_unlam@hotmail.com
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Satori
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Satori dan Komariah (2014:22) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
Lebih terperinciDESKRKIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
DESKRKIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT Murtafiah Universitas Sulawesi Barat murtafiah@unsulbar.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciPENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU
PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU P-30 Risnanosanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Bengkulu Email:
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:
BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASAR MASALAH MATEMATIKA (STUDENT S CREATIVE THINKING IN THE APPLICATION OF MATHEMATICAL PROBLEMS BASED LEARNING) Anton David Prasetiyo Lailatul
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Matematika 1. Definisi Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
Lebih terperinciPROFIL KREATIVITAS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF
PROFIL KREATIVITAS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Ana Rahmawati (1), Dian Novita Rohmatin (2) Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (Unipdu)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi saat sekarang ini berkembang sangat pesat. Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Karena peneliti ingin memperoleh data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, tidak terlepas dari peran matematika sebagai salah ilmu dasar. Perkembangan yang sangat cepat itu sebanding
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir adalah kecakapan menggunakan akal menjalankan proses pemikiran/kemahiran berfikir.
Lebih terperinciKETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP
KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP Fransiskus Gatot Iman Santoso Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRAK.Tujuan matematika diajarkan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF Emilda Mustapa. 1, Sri Hastuti Noer 2, Rini Asnawati 2 emildamustapa@gmail.com 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini, akan dideskripsikan dan dianalisis data proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan terbuka (openended) dibedakan dari gaya kognitif field dependent
Lebih terperinciKEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh: NURHIDAYATI NIM F04209007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PMIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa
Lebih terperinciYaumil Sitta Achir, Budi Usodo, Rubono Setiawan* Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta
DOI:10.20961/paedagogia.v20i1.16600 Hal. 78-87 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 20 No. 1,Februari Tahun 2017 http://jurnal.uns.ac.id/paedagogia p-issn 0126-4109; e-issn 2549-6670 ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI
Lebih terperinciMATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :
MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN : 2301-9085 PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED DENGAN TAHAP CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Proses berpikir kreatif berhubungan erat dengan kreativitas. Setiap manusia pada dasarnya memiliki kreativitas, namun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PEMECAHAN MASALAH TIPE WHAT S ANOTHER WAY Tatag Yuli Eko Siswono 1 Whidia Novitasari 2
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PEMECAHAN MASALAH TIPE WHAT S ANOTHER WAY Tatag Yuli Eko Siswono 1 Whidia Novitasari 2 Kurikulum 2006, mengamanatkan pentingnya mengembangkan kreativitas
Lebih terperinciAlvi Chusna Zahara 1), Ratri Candra Hastari 2), HM. Farid Ma ruf 3)
ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI LINGKARAN DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POGALAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Alvi Chusna Zahara 1), Ratri
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF
Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Firdha Razak 1, Ahmad Budi Sutrisno 2, A.Zam Immawan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Berpikir Kreatif Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi Mapel. Kreatif pada Tingkat 4 (Sangat Kreatif)
BAB V PEMBAHASAN A. Berpikir Kreatif Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi Mapel Lingkaran 1. Siswa dengan Kemampuan Matematika Tinggi Memiliki Tingkat Berpikir Kreatif pada Tingkat 4 (Sangat Kreatif) Dalam
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP Lisliana, Agung Hartoyo, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak Email: lisliana05@yahoo.com
Lebih terperinciPROFIL KREATIVITAS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PLOSO BERKEMAMPUAN MATEMATIKA TINGGI DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER
PROFIL KREATIVITAS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PLOSO BERKEMAMPUAN MATEMATIKA TINGGI DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER Syarifatul Maf ulah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA BERDASARKAN GAYA KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH BERBASIS PEMODELAN MATEMATIKA
ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA BERDASARKAN GAYA KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH BERBASIS PEMODELAN MATEMATIKA Oleh: RIRI HARISA NIM RSA1C213004 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal
Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN 2615-1421 FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal. 06-10 ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED PADA MATERI BANGUN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Karena dalam penelitian ini, peneliti bertujuan mendeskripsikan profil literasi
Lebih terperinciPROFIL PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP BERDASARKAN GAYA KOGNITIF
PROFIL PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP BERDASARKAN GAYA KOGNITIF Dian Septi Nur Afifah STKIP PGRI Tulungagung email: matematika.dian@gmail.com Abstrak: Penelitian bertujuan mendeskripisikan profil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang ditetapkan, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian digolongkan
Lebih terperinciPengembangan Soal-Soal Open-Ended pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX A SMP Negeri 2 Tolitoli
Pengembangan Soal-Soal Open-Ended pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX A SMP Negeri 2 Tolitoli Saniah Djahuno SMP Negeri 2 Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL WALLAS UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN INFORMASI BERUPA GAMBAR 1
PENERAPAN MODEL WALLAS UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN INFORMASI BERUPA GAMBAR 1 Tatag Yuli Eko Siswono Yeva Kurniawati ABSTRAK Abstract:
Lebih terperinciABSTRAK. Prodi Pend. Mat. FKIP UNPATTI Ambon. ISSN: Buletin Pendidikan Matematika Volume 6 Nomor 2, Oktober 2004.
Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika Berpandu dengan Model Wallas dan Creative Problem Solving (CPS) 1 Tatag Yuli Eko Siswono Jurusan Matematika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utama, 2008), hlm Bumi Aksara, 2008), hlm. 37
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penalaran adalah cara atau perihal menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis, proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika memegang peran penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Menurut Subandar belajar matematika berkaitan erat dengan aktivitas dan proses belajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali baru atau kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual dalam bidang
Lebih terperinciJURNAL IMPLEMENTASI TEORI TENTANG TINGKAT BERFIKIR KREATIF DALAM MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTS MA ARIF BAKUNG UDANAWU BLITAR
JURNAL IMPLEMENTASI TEORI TENTANG TINGKAT BERFIKIR KREATIF DALAM MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTS MA ARIF BAKUNG UDANAWU BLITAR IMPLEMENTATION OF THE THEORIES ABOUT THE LEVEL OF CREATIVE THINGKING IN MATHEMATICS
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI POLA BARISAN BILANGAN
Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN 2615-1421 FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal. 34-41 ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI POLA BARISAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Surakarta yang beralamatkan di Jalan Kolonel Sutarto
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Tuntutan dalam dunia pendidikan telah mengalami banyak perubahan.
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam dunia pendidikan telah mengalami banyak perubahan. Paradigma baru pendidikan lebih menekankan kepada peserta didik sebagai manusia aktif dan kreatif
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan temuan penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan temuan penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau jawaban rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya yaitu tentang bagaimana tingkat berpikir kreatif siswa dalam
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Tomi Tridaya Putra 1), Irwan 2), Dodi Vionanda 3) 1) FMIPA Universitas Negeri Padang E-mail: tomi_tridaya@ymail.com 2,3)
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED Dian Nopitasari Universitas Muhammadiyah Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan 1/33, d_novietasari@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan tentang tipe berpikir siswa fielddependet
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban
Lebih terperinciDESKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) PADA MATERI SEGIEMPAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PABELAN KABUPATEN SEMARANG
Satya Widya, Vol. 30, No.2. Desember 2014: 82-95 DESKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) PADA MATERI SEGIEMPAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PABELAN KABUPATEN SEMARANG Helarius Ryan Wahyu Santoso
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihafal dan juga tidak diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan perwujudan individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang sudah dibekali kemampuan untuk berfikir oleh Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu kita seharusnya mengasah kemampuan tersebut untuk lebih baik. Ahmadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetap relevan dengan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, kerena pendidikan merupakan salah satu wahana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini berguna untuk menghasilkan ide-ide baru yang kreatif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada manusia yang hidup tanpa mengalami masalah dan rintangan yang harus dicari jalan keluarnya. Sama halnya dalam dunia pendidikan yang selalu berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mendasari pada ilmu-ilmu yang lain. Cabang ilmu matematika seperti teori peluang, matematika diskrit,
Lebih terperinciPENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING BAGI SISWA KELAS XI SEMESTER GASAL SMK HARAPAN
PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING BAGI SISWA KELAS XI SEMESTER GASAL SMK HARAPAN KARTASURA TAHUN 2013/2014 Naskah Publikasi NOVA DWI JAYANTI A
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak berbanding lurus dengan lembaga pendidikan baik pendidikan dasar,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya bukanlah suatu kesalahan, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja sangat terbatas dan tidak berbanding
Lebih terperinciEfektivitas Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) terhadap Kreativitas Mahasiswa pada Matakuliah Metodologi Penelitian
Efektivitas Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) terhadap Kreativitas Mahasiswa pada Matakuliah Metodologi Penelitian M. Zainudin Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bojonegoro Jl.
Lebih terperinciEfektivitas Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) terhadap Kreativitas Mahasiswa pada Matakuliah Metodologi Penelitian
Efektivitas Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) terhadap Kreativitas Mahasiswa pada Matakuliah Metodologi Penelitian M. Zainudin Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bojonegoro Jl. Panglima
Lebih terperinciKemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar
PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar Amidi Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES
Lebih terperinciDAFTAR ISI. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Persetujuan... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman Pernyataan... iv Motto... v Halaman Persembahan... vi Abstrak... vii Kata Pengantar... viii Daftar Isi... x Daftar
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SOAL-SOAL OPEN-ENDED
PENGEMBANGAN SOAL-SOAL OPEN-ENDED MATERI LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1O PALEMBANG Devi Emilya Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Lebih terperinciKREATIVITAS PENGAJUAN SOAL DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI BANGUN SEGI EMPAT KELAS VII SMP
KREATIVITAS PENGAJUAN SOAL DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI BANGUN SEGI EMPAT KELAS VII SMP Marsela, Yulis Jamiah, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email: marsela_sela404@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS Sulistiyawati 1, Susanah 2 Jurusan Matematika, FMIPA, Unesa 1 email: sulistiyawati34@gmail.com 1, susanah.alfian@gmail.com 2 ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki
Lebih terperinciJurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No
OPTIMALISASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH OPEN-ENDED PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Oleh: Dermalince Sitinjak *) *) Widyaiswara LPMP Sumatera Utara Mobile phone:
Lebih terperinciHUBUNGAN HASIL BELAJAR DAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016 STKIP PGRI Banjarmasin HUBUNGAN HASIL BELAJAR DAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia
Lebih terperinciPEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH
PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika
Lebih terperinciUpaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Problem Based Learning Berpendekatan Scientific pada Materi Trigonometri
Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Problem Based Learning Berpendekatan Scientific pada Materi Trigonometri Ahmad Sultoni, M. Pd. 1), Arief Agoestanto 2) 1) MAN Parakan Temanggung Jl.
Lebih terperinci