KAJIAN PENERAPAN SISTEM PROTEKSI PASIF DESAIN SITE PLANING PADA BEBERAPA KASUS RUMAH SUSUN DI JAKARTA & BANDUNG. Ir. NURINAYAT VINKY RAHMAN MT.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PENERAPAN SISTEM PROTEKSI PASIF DESAIN SITE PLANING PADA BEBERAPA KASUS RUMAH SUSUN DI JAKARTA & BANDUNG. Ir. NURINAYAT VINKY RAHMAN MT."

Transkripsi

1 KAJIAN PENERAPAN SISTEM PROTEKSI PASIF DESAIN SITE PLANING PADA BEBERAPA KASUS RUMAH SUSUN DI JAKARTA & BANDUNG 1. Pendahuluan Ir. NURINAYAT VINKY RAHMAN MT. Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara Pembangunan Rumah Susun adalah salah satu alternatif jawaban atas tuntutan permasalahan kota besar dengan kepadatan penduduk yang relatif besar, pertumbuhan ekonomi yang cepat serta intensitas pembangunan yang tinggi. Karakteristik permasalahan yang melekat kemudian adalah! nilai ekonomi lahan yang semakin tinggi! luas lahan yang terbatas! tuntutan akan penataan wilayah yang terarah! tuntutan penyediaan pemukiman yang layak untuk masyarakat Saat ini di Jakarta ada banyak Rumah Susun yang telah terbangun dan beberapa lagi dalam perencanaan. Karena menyangkut kepentingan masyarakat banyak, dan juga bereskalasi kepada permasalahan perkotaan, umumnya pembangunan Rumah Susun diprakarsai oleh Pemerintah (Pemda), dan sebagian lagi menyertakan pihak swasta dalam pengadaannya. Yang menarik adalah bahwa beberapa Rumah Susun dibangun sebagai akibat atau setelah terjadinya musibah kebakaran di suatu lingkungan pemukiman padat penduduk. Untuk membangun kembali wilayah yang terkena musibah, maka dibangunlah Rumah Susun sebagai penggantinya, dengan maksud selain menanggulangi kebutuhan masyarakat yang terkena musibah tersebut akan hunian, sekaligus juga melindungi mereka agar musibah yang sama tidak terulang. Tentu tuntutan-tuntutan akan pemenuhan kebutuhan masalah perkotaan, turut pula menjadi bahan pertimbangan. Dari uraian di atas, yang menjadi masalah adalah apakah semua tuntutan tersebut (terhadap masalah-masalah pemukiman dan perkotaan) dapat terpenuhi dengan dibangunnya Rumah Susun. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan/ pemukiman yang murah, dengan lahan yang terbatas dan nilai ekonomi lahan yang tinggi serta juga sekaligus menciptakan perumahan yang aman terhadap bencana (kebakaran), adalah suatu hal yang tidak mudah untuk dipecahkan. 2. Latar Belakang Secara umum ada dua sistem penanggulangan kebakaran yang dikenal, yaitu sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif. Pada prinsipnya, penanggulangan kebakaran lebih diutamakan upaya proteksi pasif terlebih dahulu, lalu kemudian melakukan upaya proteksi aktif untuk menanggulangi api. Kedua sistem ini, pada saat operasionalnya menanggulangi kebakaran secara bersama-sama. Bila dilihat dari latar belakangnya, prioritas kebutuhan akan pengadaan rumah susun oleh pemerintah, yaitu memberikan fasilitas perumahan yang layak dan murah untuk penduduknya, penataan wilayah dalam usaha penataan kota, serta 1

2 upaya memproteksi daerah-daerah pemukiman akan rawannya bencana (kebakaran dan banjir). Dari latar belakang di atas, adalah wajar bila akan sulit memfasilitasi semua kebutuhan tersebut sekaligus secara maksimal. Apalagi masyarakat sendiri memmiliki bermacam tingkat sosial dan tingkat resistensi sendiri terhadap hal-hal yang baru yang ada di lingkungannya, yang bisa menghambat upaya pengadaan rumah susun tersebut. Khusus mengenai pengadaan sistem penanggulangan kebakaran, sistem penanggulangan pasif adalah sistem penanggulangan minimal yang wajib diupayakan.pengadaanya dalam bangunan. Dalam makalah ini, pengamatan lebih dikhususkan pada salah satu dari sistem penanggulangan pasif yaitu perencanaan dan disain site, yang ada pada beberapa kasus rumah susun yang telah ada (di Jakarta dan Bandung) Adapun acuan yang menjadi standar pengamatan dan pengkajian adalah standarstandar literatur yang menyajikan konsep desain site plan dalam kaitannya dengan sistem penanggulangan kebakaran, yaitu 1. Concepts in Building Fire Safety, oleh Egan. M.David, dan 2. Designing for Fire Safety, oleh EG.Butcher, dan AC. Parnell. 3. Batasan Pembahasan Mengingat permasalahan pengadaan rumah susun beserta masalah-masalah teknis yang berkaitan di dalamnya cukup luas dan kompleks, maka dalam hal ini, pembahasan dan pengamatan dibatasi hanya pada masalah sistem penanggulangan kebakaran pada bangunan rumah susun yang telah dibangun. Lebih spesifik lagi, hal utama pengamatan dan pembahasan adalah sistem proteksi pasif-nya, khususnya masalah desain site planing pada bangunan. Adapun pembahasan lebih lanjut, mencoba mengungkapkan permasalahan yang ada pada kasus yang diamati dan mencari pemecahan apa yang bisa dilakukan dalam mengatasinya, berdasarkan acuan standar yang ada dan layak diupayakan. 4. Sistem Penanggulangan Kebakaran Sebagai suatu sistem, bangunan terdiri dari sub-sub sistem yang membentuknya secara integral dalam satu kesatuan. Sub-sub sistem tersebut antara lain arsitektur, struktur, mekanikal, elektrikal, desain ruang dalam (interior), desain ruang luar (landscape), utilitas, dan sistem-sistem lain seperti manajemen / pengelolaan, maitenance /service, sistem penanggulangan kebakaran /fire safety. Sistem-sistem ini haruslah terintegrasi dengan baik dalam bangunan. Sistem Penanggulangan Kebakaran adalah sistem proteksi yang perlu disertakan di dalam bangunan. Khususnya untuk bangunan fasilitas umum dan/atau bangunan yang mewadahi orang banyak, hal ini menjadi suatu kewajiban untuk disediakan. Pada pelaksanaannya, tentunya penataan atau perencanaannya harus dilibatkan secara kontinyu pada saat proses konstruksi secara keseluruhan. Proses konstruksi yang dimaksudkan di atas adalah dari mulai tahap perencanaan, perancangan, pembangunan, pengoperasian serta perbaikan dan perawatan. Tujuan perencanaan penanggulangan kebakaran (Fire Safety) adalah untuk menyelamatkan jiwa manusia dan untuk kemudian sebisanya menghindari kerusakan seminimal mungkin. Dasar-dasar penyelamatan terhadap bahaya 2

3 kebakaran pada bangunan, dilandasi oleh sifat alamiah api yang signifikan membahayakan baik itu yang menimbulkan kerugian material ataupun keselamatan jiwa manusia.. Beberapa item yang sekaligus juga merupakan tujuan langkah penyelamatan terhadap bahaya kebakaran, antara lain - mencegah terjadinya kebakaran - mencegah berkembangnya api sehingga tidak terkendali - mendeteksi terjadinya api sedini mungkin - memadamkan api dengan cepat - memudahkan evakuasi penghuni dan barang properti - meminimalkan kerusakan yang timbul Sedangkan implementasi dari tindakan-tindakan penyelamatan di atas bisa disimpulkan menjadi empat bagian utama yaitu - menyelamatkan jiwa manusia - menyelamatkan bangunan dan isinya - menjadi acuan/pedoman proses penanggulangan dan penyelamatan - meminimalkan kerusakan pada lingkungan Klasifikasi Sistem Penanggulangan Kebakaran Ada beberapa cara yang dikenal dalam mengklasifikasikan sistem penanggulangan kebakaran pada bangunan. Beberapa di antaranya yang sering digunakan antara lain 1. Klasifikasi berdasarkan implementasi dan cara pelaksanaannya, Berdasarkan implementasi dan cara pelaksanaannya, sistem penanggulangan kebakaran diklasifikasikan dalam dua bagian, yaitu! sistem proteksi aktif, proteksi melalui sarana aktif atau secara mekanis! sistem proteksi pasif., proteksi melalui sarana pasif 2. Berdasarkan pentahapan cara pelaksanaan penanggulangan kebakaran, sistem dibagi dalam 5 tahap yaitu! Prevention (Sistem Preventif), memastikan api dan kebakaran tidak timbul, dengan mengontrol sumber api dan bahan yang terbakar! Communications (Sistem Komunikasi)! Escape System (Sistem Jalur penyelamatan)! Containment System (Sistem Pengisolasian Api)! Extinguishment System (Sistem Pemadaman) 3. Klasifikasi berdasarkan cara/teknologi penanggulangan, dibagi dalam dua kategori! Soft Teknologi (sistem proteksi melalui perangkat peraturan, standar, manajemen dan perencanaan desain)! Hard Teknologi (dengan penggunaan perangkat peralatan ) Untuk Indonesia, umumnya sistem pengklasifikasian yang biasa dipakai adalah berdasarkan implementasi dan cara pelaksanaannya yaitu dibagi dua sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif. 3

4 Sistem proteksi aktif Sistem proteksi aktif merupakan sistem perlindungan terhadap kebakaran melalui sarana aktif yang terdapat pada bangunan atau sistem perlindungan dengan menangani api/kebakaran secara langsung. Cara yang lazim digunakan adalah a. Sistem Pendeteksian Dini Sistem pendeteksian dini terhadap terjadinya kebakaran dimaksudkan untuk mengetahui serta dapat memberi refleksi cepat kepada penghuni untuk segera memadamkan api pada tahap awal. Sensor-sensor yang umum dikenal adalah - alarm kebakaran; - detektor panas, asap, nyala dan atau gas - manual call point; - panel control; - sumber daya darurat lainnya b. Sistem Pemercik (Sprinkler) Otomatis Sistem ini biasanya bersinergi langsung dengan sistem pendeteksi dini, dimana bila sistem detektor bekerja, langsung dilanjutkan dengan bekerjanya alat ini untuk pemadaman. Beberapa sistem yang biasa dikenal antara lain - alarm kebakaran; - sistem sprinkler otomatis; - sistem hidran (hidran dalam maupun halaman); hose reel; c. Sistem Pemadam dengan bahan kimia portable - alat pemadam Halon/BCP; - alat pemladam C02; - alat pemadam Dry chemicals; - alat pemadam busa/foam; d. Sistem Pemadam Khusus, yang mencakup - C0 2 componenet, - Halon extinguisher unit; - Foam systems; e. Sistem Pengendalian Asap, sistem yang umum dipakai - smoke venting; - smoke towers; - tata udara untuk pengendalian asap; dan - elevator smoke control. Sistem proteksi pasif Sistem proteksi pasif merupakan sistem perlindungan terhadap kebakaran yang bekerjanya melalui sarana pasif yang terdapat pada bangunan. Biasanya juga disebut sebagai sistem perlindungan bangunan dengan menangani api dan kebakaran secara tidak langsung. Caranya dengan meningkatkan kinerja bahan bangunan, struktur bangunan, pengontrolan dan penyediaan fasilitas pendukung penyelamatan terhadap bahaya api dan kebakaran Sistem ini adalah yang paling lazim dan maksimal yang bisa dilakukan pada kasus fasilitas pemukiman 4

5 Yang termasuk di dalam sistem protrksi pasif ini antara lain! Perencanaan dan disain site, akses dan lingkungan bangunan! Perencanaan struktur bangunan! Perencanaan material konstruksi dan interior bangunan! Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan (evakuasi) pada bangunan! Manajemen sistem penanggulangan kebakaran a. Perencanaan dan disain site, akses dan lingkungan bangunan Beberapa hal yang termasuk di dalam permasalahan site dalam kaitannya dengan penanggulangan kebakaran ini antara lain - penataan blok-blok massa hunian dan jarak antar bangunan, - kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun bangunan - tersedianya area parkir ataupun open space di lingkungan kawasan - menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan - menyediakan aliran dan kapasitas suply air untuk pemadaman b. Perencanaan Struktur dan Konstruksi Bangunan Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan sistem ini antara lain - Pemilihan material bangunan yang memperhatikan sifat material - kemampuan / daya tahan bahan struktur (fire resistance) dari komponenkomponen struktur. - penataan ruang, terutama berkaitan dengan areal yang rawan bahaya, dengan memilih material struktur yang lebih resisten c. Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan (evakuasi) pada bangunan Biasanya diperuntukkan untuk bangunan pemukimna berlantai banyak dan merupakan bangunan yang lebih kompleks. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan perencanaan sistem ini - kalkulasi jumlah penghuni/pemakai bangunan - tangga kebakaran dan jenisnya - pintu kebakaran - daerah perlindungan sementara - jalur keluar bangunan & - peralatan dan perlengkapan evakuasi d. Manajemen sistem penanggulangan kebakaran Sistem manajemen kebakaran ini mencakup lima aspek yang harus dipertimbangkan di dalam sistem penanggulangan kebakaran, yaitu - tindakan preventif / pencegahan - sistem prosedural - sistem komunikasi - perawatan / pemeliharaan - sistem pelatihan Aspek-aspek tersebut masing-masing harus selalu dievaluasi kelengkapan dan fungsinya agar dapat berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Untuk itu diperlukan sistem manajemen yang dapat mengelolanya dengan baik. 5

6 Perencanaan Site, Akses dan Lingkungan Bangunan Telah diuraikan sebelumnya, bahwa perencanaan site, akses dan lingkungan bangunan adalah termasuk salah satu sistem proteksi pasif dalam menanggulangi bahaya kebakaran. Hal-hal yang termasuk di dalam permasalahan perencanaan site dalam kaitannya dengan penanggulangan/proteksi kebakaran pada bangunan! kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun bangunan berkaitan dengan kemudahan pencapaian ke lokasi site oleh regu penolong dan secepatnya pula untuk melakukan evakuasi! penataan blok-blok massa hunian dan jarak antar bangunan, berkaitan erat dengan kemudahan pencapaian dan proteksi terhadap penyebaran api pada bangunan agar tidak berkembang lebih luas ke bangunan yang lain.! tersedianya area parkir ataupun open space di lingkungan kawasan, ini berhubungan dengan sarana evakuasi manusia dan barang serta spesifikasi tertentu dari kenderaan regu pemadam kebakaran.! menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan sebenarnya termasuk sarana proteksi aktif dan kinerjanya berkaitan erat dengan perletakannya, serta operasional pasukan pemadam kebakaran Banyak ditemukan kasus dimana kebakaran menimbulkan kerugian dan kerusakan yang lebih besar disebabkan kurangnya pertolongan yang cepat oleh para petugas pemadam kebakaran. Disain dan perencanaan bangunan (dalam hal ini disain ruang luar dan aksesibilitas bangunan) ternyata sangat berperan dalam mendukung perlindungan terhadap timbul, berkembang dan tertanggulanginya kebakaran terhadap bangunan. Beberapa hal yang termasuk di dalam permasalahan site dalam kaitannya dengan penanggulangan kebakaran ini antara lain - penataan blok-blok massa hunian dan jarak antar bangunan, - kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun bangunan - tersedianya area parkir ataupun open space di lingkungan kawasan - menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan - menyediakan aliran dan kapasitas suply air untuk pemadaman Standar Acuan Standar acuan yang digunakan sebagai pembanding dalam mengkaji dan membahas masalah perencanaan site pada bangunan dalam kaitannya terhadap sistem proteksi pasif pada bangunan, adalah 1. Desain Site Planning dalam Concepts in Building Fire Safety, oleh Egan. M.David, dan 2. Outline Design Site Planning dalam Designing for Fire Safety, oleh EG.Butcher, dan AC. Parnell. Kedua bahasan dalam buku di atas dipakai sebagai acuan karena membahas cukup banyak mengenai desain site plan dalam kaitannya dengan sistem proteksi pasif pada bangunan. Selain itu, acuan ini juga telah dipakai di beberapa negara Eropa dan Amerika sebagai acuan desain pada site plan bangunan. 6

7 Walaupun sifatnya tidak terlalu mengikat, dan masih ada unsur-unsur lokal pada pembahasannya, tetapi secara umum acuan ini masih dapat diterapkan sebagai standar pembanding untuk kasus-kasus bangunan di Indonesia. Adapun hal-hal yang termasuk dalam kajian bahasan desain site plan sebagai sarana proteksi pasif pada bangunan 1. desain jalur masuk yang mencakup ukuran, bahan dan daya dukung beban 2. daerah putaran kenderaan yang mencakup jenis putaran, dan ukuran-ukurannya. 3. jalur peralatan dan penyemprotan pemadam yang mencakup jenis kenderaan, ukuran, kinerja dan handycap-nya. 4. perbandingan sirkulasi pemadaman thd. besaran bangunan 5. fire hydrant yang mencakup perletakan, dan kinerjanya. 6. sistem proteksi bukaan Selanjutnya kutipan pembahasan tentang standar acuan dari kedua buku tersebut di atas, dilampirkan pada lampiran tulisan ini. Studi Kasus A. Rumah Susun Sarijadi Bandung Lokasi Luas tapak Luas lantai dasar Jumlah Unit hunian Type Unit Hunian Tinggi Bangunan Jl. Sarijadi, Bandung + 80 Ha + 3,60 Ha 614 Unit Hunian T - 36 A ( 11 blok 704 unit hunian ) T - 36 B ( 5 blok 160 unit hunian ) 4 lantai foto - a.1 Analisa Kasus Rumah Susun Sarijadi Bandung 7

8 7. Desain jalur masuk dan daerah putaran kenderaan a. jalur masuk ke site cukup mudah dikarenakan site dikelilingi dan ditembus oleh jalan-jalan lingkungan yang cukup besar dan dua arah ( meter ) b. jalur putaran kenderaan berat dapat dengan mudah tersedia dengan kondisi jalan site seperti di atas 8. Jalur peralatan dan penyemprotan pemadam a. Jalur peralatan dan penyemprotan alat pemadam kebakaran cukup sulit pada daerah daerah tertentu pada site, hal ini dikarenakan b. adanya bangunan parkir yang menghalangi pada sisitertentu bangunan rumah susun c. paagar pembatas antar blok-blok hunian d. jalan sekitar/sekeliling bangunan yang kecil (pedestrian) e. panjang bangunan yang telah mencapai di luar jangkauan selang pemadam kebakaran 9. Fire hydrant Persyaratan Standar a. pada setiap jarak 9 meter di jalur utama site disediakan satu unit pompa hydrant b. untuk bangunan tinggi, jarak pompa hydrant ke keran koneksi terdekat pada bangunan adalah 6 meter Pada site, tidak tersedia fasilitas pompa hydrant 10. Perbandingan sirkulasi pemadaman thd. besaran bangunan Volume per unit bangunan = ,83 m 3 Tinggi Bangunan = 10,4 m Persyaratan Standar - setiap 30 m (dari keliling bangunan) di-sediakan hydrant di lantai dasar. - disediakan ruang yang dapat dilayani mobil pemadam kebakaran yang meliputi minimal 16 % dari keliling bangunan untuk dapat masuk ke interior bangunan Kasus - tidak terdapat pompa hydrant di lantai dasar bangunan - sirkulasi kenderaan besar (mobil m ,83 8

9 pemadam kebakaran), hanya meliputi + 13 % dari keliling bangunan, sehingga kurang me-menuhi syarat untuk mengcover kebakaran. 11. Sistem proteksi bukaan Kasus - per blok hunian, unit-unit hunian dibuat salnig berhadapan (dengan bukaan besar) - antar blok, unit-unit hunian dibuat saling membelakangi dengan bukaan kecil dan jarak antar blok cukup besar bukaan entrance bukaan sisi belakang foto - a.2 foto - a.3 Kondisi di atas secara teknis cukup baik untuk menghindari perambatan api/kebakaran ke blok hunian yang bersebelahan Rangkuman Pengamatan! Secara umum, site bangunan didesain kurang protektif terhadap bahaya kebakaran. Hal ini terlihat i. jalur sirkulasi darurat aparat pemadam di site kurang mendukung (banyak penghalang kinerja aparat) ii. fasilitas fire hydrant tidak ersedia 9

10 iii. perbandingan volumetrik dengan sirkulasi darurat seputar bangunan kurang mencukupi 1. Hal-hal yang mendukung kinerja protektif terhadap kebakaran a. akses masuk ke lokasi site dan jalur manuver kenderaan pemadam kebakaran tersedia dan dapat berfungsi baik sistem susunan bukaan, bahan dan jarak antar blok hunian, dapat mengurangi efek menjalar dan membesarnya api kebakaran. B. Rumah Susun Pulo Mas, Jakarta Lokasi Luas tapak Luas lantai dasar Luas total lantai Jumlah Unit hunian Jumlah Kamar/unit Unit Type 45 (m 2 ) Unit Type 54 (m 2 ) Tinggi Bangunan Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta m m m Unit Hunian 3 RT / Unit 320 Unit ( 20 blok ) 272 Unit ( 17 blok ) 4 lantai Analisa Kasus 12. Desain jalur masuk dan daerah putaran kenderaan a. jalur masuk ke site cukup mudah karena site berbatasan langsung dengan sirkulasi utama kota 1. Jl Perintis Kemerdekaan di sisi Utara dan 2. Jl. Kayu Putih di sisi Timur. b. jalur putaran/manuver kenderaan pemadam kebakaran secara operasional mudah. c. tersedianya open space dan.ruang parkir yang cukup besar di dalam site. Kondisi eksisting desain jalur masuk dan jalur manuver kenderaan, cukup memenuhi persyaratan standar 10

11 13. Jalur peralatan dan penyemprotan pemadam a. Jalur peralatan dan penyemprotan alat pemadam kebakaran ada tersedia, walaupun tidak dibuatkan jalur khusus untuk itu dan ukurannyapun tidak mengikuti standar spesifikasi kenderaan pemadam kebakaran b. Massa yang terbentuk dari massa massa kecil, memanjang berselang seling, mungkin akan menyulitkan orientasi pemadaman, Pola Massa Bangunan 2459,6 m 3 (T- 54) 2309,3 m 3 (T- 45) 14. Perbandingan sirkulasi pemadaman thd. besaran bangunan a. Spesifikasi Bangunan Volume per unit bangunan T 54 = ,6 m 3 T 45 = ,3 m 3 Tinggi Bangunan = 10,4 m b. Persyaratan Standar ( untuk v < 7100 m 3 dan t > 9 m ) - setiap 30 m (dari keliling bangunan) disediakan hydrant di lantai dasar. - disediakan ruang yang dapat dilayani mobil pemadam kebakaran yang meliputi minimal 16 % dari keliling bangunan untuk dapat masuk ke interior bangunan c. Kasus - seputar bangunan disediakan jalur pejalan kaki, tapi bila keadaan darurat dapat digunakan untuk jalur kenderaan pemadam terdapat box hose reel di tiap lantai dasar foto - b.1 11

12 blok-blok hunian rumah susun, hanya saja tidak ada satupun yang dapat berfungsi dengan baik.. 4. Fire hydrant Persyaratan Standar a. pada setiap jarak 9 meter di jalur utama site disediakan satu unit pompa hydrant b. untuk bangunan tinggi, jarak pompa hydrant ke keran koneksi terdekat pada bangunan adalah 6 meter Pada site, rumah susun Pulo Mas, tersedia fasilitas pompa hydrant di beberapa titik di site plan. Jumlah fire hydrant disediakan tidak sesuia standar (1 buah / 9 m), karena fasilitas box hose reel telah disediakan di tiap-tiap lantai dasar blok hunian. Masalahnya, tidak satupun hose reel tersebut dapat berfungsi baik (bahkan telah hilang), sehingga secara keseluruhan kinerja proteksi pasif ini tidak layak untuk kondisi darurat. 5. Sistem proteksi bukaan Kasus - Blok-blok unit hunian disusun saling menempel membentuk blok besar unit hunian. Dalam jarak antar blok-blok besar unit-unit hunian, dibuat cukup jauh sehingga memungkinkan sirkulasi kenderaan dan taman ditempatkan di antaranya bukaan yang berhadapan foto - b.2 foto b.3 Kondisi di atas secara teknis akan memudahkan perambatan api/kebakaran di dalam stu blok-blok hunian (80 unit hunian - 5 blok massa), melalui bukaan-bukaan yang berdampingan (foto-b.3) Tetapi api dan kebakaran akan sulit untuk menyebar ke blok besar hunian yang lain yang bersebelahan dikarenakan jarak pemisah yang cukup jauh (foto-b.2). 12

13 Rangkuman Pengamatan a. Secara umum, site bangunan didesain protektif terhadap bahaya kebakaran.. Hal ini terlihat ii. Site berhubungan langsung dengan jalur sirkulasi utama kota dengan 4 pintu utama ke dalam site, sehingga memudahkan aksesibilitasnya iii. open space dan ruang parkir kenderaan tersedia iv. jalur sirkulasi darurat aparat pemadam di site tersedia (walupun di saat reguler berfungsi sebagai pedestrian dan taman) v. fasilitas box hose reel ersedia di tiap unit blok hunian (16 unit hunian) vi. space antar blok unit rumah susun cukup berjarak, sehingga kemungkinan kebakaran/api menjalar ke blok hunian yang lain sangat kecil. a. Hal-hal yang sangat mengganggu kinerja protektif terhadap kebakaran pada site rumah susun adalah fasilitas hose reel yang umumnya sudah tidak berfungsi dengan baik ataupun rusak/hilang, sehingga keuntungan-keuntungan desain yang baik di atas menjadi tidak berguna bila tidak di perbaiki.. Rumah Susun Tebet Barat, Jakarta Lokasi Luas tapak Luas lantai dasar Jumlah Unit hunian Type Unit Hunian Jl Tebet Barat, Kel. Tebet Barat, Jakarta Selatan 17,3 Ha 1,3 Ha 320 unit ( 4 blok hunian) T 21 ANALISA KASUS SITE PLAN 13

14 foto c Desain jalur masuk dan daerah putaran kenderaan Dari site, terlihat bahwa a. akses ke site cukup mudah karena site berbatasan langsung dengan sirkulasi utama kota Jl Tebet Barat b. jalur sirkulasi putaran/manuver kenderaan pemadam kebakaran secara operasional disediakan (mengelilingi blok-blok hunian ataupun berputar di ruang terbuka/parkir di entrance site. c. tersedianya open space dan.ruang parkir yang cukup besar di dalam site, sehingga sarana untuk evakuasipun cukup memenuhi syarat 16. Jalur peralatan dan penyemprotan pemadam gambar 1 (outline denah) foto c.2 Façade bangunan yang cukup rumit, ditambah dengan banyaknya kanopi-kanopi yang menonjol, mungkin akan mengganggu kinerja operasional peralatan pemadam kebakaran 14

15 17. Perbandingan jalur sirkulasi daruat thd. besaran bangunan m 3 - Volume bangunan = m 3 - Tinggi bangunan = 15 m Persyaratan Standar ( untuk v > 7100 m3 dan t > 9 m ) - disediakan ruang sirkulasi yang dapat dilalui mobil pemadam kebakaran yang mengitari minimal 16 % dari keliling bangunan untuk dapat masuk ke interior bangunan Kasus - disediakan jalur di seputar bangunan sehingga bangunan dapat dikelilingi oleh mobil pemadam kebakaran - disediakan box hose reel di tiap lantai blok-blok hunian rumah susun, sehingga membantu kinerja pemadaman bila diperlukan. foto c.3 foto c Fire hydrant Persyaratan Standar! pada setiap jarak 9 meter di jalur utama site disediakan satu unit pompa hydrant! untuk bangunan tinggi, jarak pompa hydrant ke keran koneksi terdekat pada bangunan adalah 6 meter Pada kasus Rumah Susun Tebet, tersedia fasilitas pompa hydrant pada tiap 9 m keliling bangunan (foto-c.3) di lantai dasar, dan fasilitas hose reel sebagai pendukungnya (foto-c.4) 15

16 foto c.5 foto c Sistem proteksi bukaan! Jarak antar blok hunian cukup jauh (+ 10 m) sehingga cukup aman untuk tidak menjalar ke blok rumah susun di sebelahnya bila terjadi kebakaran (foto c.5)! Jarak antar unit hunian di dalam satu blok rumah susun, di antarai oleh void dan teras hunian, space ini, ditambah penggnaan material yang resisten, cukup efektif untuk memproteksi menjalarnya api pada saat terjadinya kebakaran. (foto c.6) Tampak Depan Rangkuman Pengamatan! Secara umum, site bangunan di desain protektif terhadap bahaya kebakaran.. Hal ini terlihat i. Site berhubungan langsung dengan jalur sirkulasi utama kota dengan 2 pintu akses ke dalam site, sehingga memudahkan aksesibilitasnya ii. open space dan ruang parkir kenderaan tersedia cukup besar iii. jalur sirkulasi darurat aparat pemadam di site tersedia iv. fasilitas pompa hydrant dan box hose reel tersedia di tiap unit lantai dasar blok hunian v. space antar blok unit rumah susun cukup berjarak, sehingga kemungkinan kebakaran/api menjalar ke blok hunian yang lain sangat kecil. 16

17 Hal-hal yang menjadi kendala kinerja protektif terhadap kebakaran pada site rumah susun Tebet ini adalah fasilitas hose reel di lantai dasar yang umumnya tidak berfungsi dengan baik ataupun rusak/hilang (foto c.3) Kesimpulan 1. Tingkat sosial penghuni rumah susun berbanding lurus dengan fasilitas proteksi kebakaran yang disediakan rumah susun tersebut. Semakin tinggi tingkat sosial dan ekonomi penghuni Rumah Susun, akan semakin memperlihatkan kesiapan yang lebih baik terhadap penanggulangan kebakaran 2. Sarana proteksi pasif melalui desain site plan yang terencana adalah hal yang terbaik dan terefektif dalam hal penanggulangan pasca kebakaran. 3. Dari ketiga rumah susun yang diteliti, hanya Rumah Susun Sarijadi yang kurang dalam hal desain site sebagai proteksi kebakaran 4. Sarana Box Hose Reel yang disediakan pada site sebagai pelengkap proteksi, adalah saranayang paling sering rusak, tidak dapat beroperasi ataupun hilang dari tempatnya. Sehingga perlu diupayakan cara atau alat lain sebagai penggantinya. 5. Adanya Peraturan dan Standar mengenai Penanggulangan Kebakaran, yang berlaku dalam proses konstruksi belum menjamin terciptanya proteksi yang aman terhadap bangunan. Hal ini disebabkan kendala-kendala sebagai berikut a. penerapan peraturan dan standar yang masih belum terlaksana dengan baik, hal ini disebabkan - status legal penerapannya - informasi tentang keberadaannya belum cukup - perangkat peraturan dan standar yang ada masih perlu dilengkapi - sistem inspeksi dan kontrol yang tidak berjalan baik b. ketaatan dan kesiapan para pengguna peraturan dan standar yang ada - keterbatasan dana, mengingat biaya konstruksi yang bertambah - keterbatasan pengetahuan dan teknologi 17

18 PUSTAKA 1) Suprapto, MSc, Ir, Firesafety in Building and Housing, Masalah Bangunan, Vol. 38 No. 1-4, 1998, Jakarta 2) Suprapto, MSc, Ir, Perkembangan Sistem Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran Kaitannya Dengan Sistem Tata Udara Pada Bangunan, Seminar Tata Udara dan Refrigasi, 1992, Bandung 3) Aswito Asmuningprodjo & Suprapto, Fire Problems in Hi-Rise Building and Existing Regulation and Standards on Firesafety in Building in Indonesia, Masalah Bangunan, Vol. 37 No. 1-4, 1997, Jakarta 4) Ho, Samson, Passive Fire Protection, Seminar Teknologi & Manajemen Proteksi Kebakaran, Jakarta, 5-6 September ) Lock, Arthur Lim Beng, Fire Safety Management, Seminar Teknologi & Manajemen Proteksi Kebakaran, Jakarta, 5-6 September ) Egan. M..David, Desain Site Planning dalam Concepts in Building Fire Safety, College of Architecture Clemson Univercity, John Wiley & Sons, New York- Toronto-Chicester-Brisbane 7) Butcher,.EG,. Parnell. A.C. Outline Design Site Planning dalam Designing for Fire Safety, John Wiley & Sons, New York-Toronto-Chicester- Brisbane-Singapore,

MENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG UNTUK ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN

MENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG UNTUK ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN MENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG UNTUK ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN Walaupun tidak dikehendaki, peristiwa kebakaran pada suatu bangunan masih sering terjadi. Bahkan ada juga yang menyebabkan nyawa melayang,

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Ungkapan yang sering kita dengar tersebut menggambarkan bahwa api mempunyai manfaat yang banyak tetapi juga dapat mendatangkan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN RUMAH SUSUN (STUDI KASUS : RUSUNAWA UNDIP) Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131

EVALUASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN RUMAH SUSUN (STUDI KASUS : RUSUNAWA UNDIP) Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131 ISSN : 0853-2877 Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran MODUL vol Pada 16 No Bangunan 1 Januari Rumah Juni 2016 Susun EVALUASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN RUMAH SUSUN (STUDI KASUS : RUSUNAWA UNDIP)

Lebih terperinci

Sistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang

Sistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang Sistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang Atika Rossydina Putri Prabawati 1 dan Heru Sufianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

128 Universitas Indonesia

128 Universitas Indonesia BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan... DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

Kebakaran, Bahaya Unpredictible, Upaya Dan Kendala Penanggulangannya. N.Vinky Rahman

Kebakaran, Bahaya Unpredictible, Upaya Dan Kendala Penanggulangannya. N.Vinky Rahman Kebakaran, Bahaya Unpredictible, Upaya Dan Kendala Penanggulangannya. N.Vinky Rahman Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Bencan banjir, gempa, dan datangnya

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.

DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA. DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA Dr. Manlian Ronald Adventus Simanjuntak, MT Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa bencana kebakaran

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen Di Surabaya)

STUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen Di Surabaya) DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), Vol. 39, No. 1, July 2012, 15-22 ISSN 0126-219X STUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen

Lebih terperinci

STUDI SISTEM PROTEKSI PASIF KEBAKARAN PADA BANGUNAN HOTEL DANAU TOBA INTERNASIONAL MEDAN CHINDY

STUDI SISTEM PROTEKSI PASIF KEBAKARAN PADA BANGUNAN HOTEL DANAU TOBA INTERNASIONAL MEDAN CHINDY STUDI SISTEM PROTEKSI PASIF KEBAKARAN PADA BANGUNAN HOTEL DANAU TOBA INTERNASIONAL MEDAN SKRIPSI OLEH CHINDY 100406067 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STUDI

Lebih terperinci

MATERI PENUNJANG KULIAH MK UTILITAS: SISTEM PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN JAFT UNDIP. MK UTL BGN : Gagoek.H

MATERI PENUNJANG KULIAH MK UTILITAS: SISTEM PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN JAFT UNDIP. MK UTL BGN : Gagoek.H MATERI PENUNJANG KULIAH MK UTILITAS: SISTEM PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN JAFT UNDIP MK UTL BGN : Gagoek.H PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN Pengaturan lay out bangunan dan masa bangunan Perlengkapan untuk penyelamatan

Lebih terperinci

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur. BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Pertanyaan : 1. Apakah RSUP H Adam Malik mempunyai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA 41114110046 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Istilah dan Definisi 2.1.1 Bangunan Gedung Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015... TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN A. UMUM Kebakaran senantiasa menimbulkan hal-hal yang tidak

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Terminal Patria ini menggunakan Tema Hi-Tech Architecture, yang memiliki sifat dinamis dengan fungsinya yang mewadahi kegiatan-kegitan mobilitas tinggi. Progresif karena

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Azham Umar Abidin 1, Fahmi R. Putranto 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Departemen

Lebih terperinci

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN Yulia Setiani Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru yuliasetiani@gmail.com

Lebih terperinci

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PRAKATA ABSTRAKSI

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PRAKATA ABSTRAKSI ABSTRAKSI Kebutuhan akan rasa aman merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam setiap aspek kehidupan manusia termasuk rasa aman dari bahaya kebakaran. Egress system merupakan perencanaan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan bencana yang dapat disebabkan oleh faktor manusia, faktor teknis maupun faktor alam yang tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. Kebakaran disebabkan

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

WALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang

Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang Moch Fathoni Setiawan, Andi Purnomo, Eko Budi Santoso Lab. Struktur dan Teknologi Bangunan, Sains

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR. PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh Carolina 1301028500 08 PAR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada era globalisasi sekarang ini, semua negara berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan bersaing satu sama lain dalam hal teknologi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Tempat Istirahat KM 166 di Jalan Tol Cipoko-Palimanan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.. Penerapan Konsep Pada Rancangan 6... Konsep Rancangan Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu penyedia fasilitas yang mampu menampung kegiatan MICE

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Massa Bangunan Konsep massa bangunan di ambil dari axis terhadap site di Tapak dan lingkungan sekitar. 1. Letak site yang berdempetan dengan kawasan candi prambanan

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS Edison NRP : 0121083 Pembimbing : Ir. Johanes Lim Dwi A.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Markas Pusat Pemadam Kebakaran Pemkot Semarang 1

BAB I PENDAHULUAN. Markas Pusat Pemadam Kebakaran Pemkot Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin pesat,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. TUJUAN PERANCANGAN Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan sebuah fasilitas kesehatan berupa hunian bagi kaum lansia agar dapat terlihat lebih nyaman

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Egress System merupakan sistem evakuasi diri yang pada kajian ini dikhususkan mengenai sistem evakuasi terhadap bahaya kebakaran dengan objek studi Melinda Hospital.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API Mahaenca Cio Kaban NRP : 9721067 NIRM : 41077011970302 Pembimbing : Sonny Siti Sondari, Ir, MT.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Perancangan Asrama Mahasiswa Universitas Mercu Buana ini diharapkan dapat menjadi hunian asrama yang nyaman aman dan mudah dijangkau bagi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai penerapan emergency preparedness & response yang dapat penulis bahas sebagai berikut : A. Emergency

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan

Lebih terperinci

EVALUASI KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir) ABSTRAK

EVALUASI KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir) ABSTRAK EVALUASI KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir) 1 Ir. Rian Trikomara I, MT, 1 Drs. Mardani Sebayang, MT, 2 Rifaatul Mahmudah* 1 Dosen

Lebih terperinci

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S The Via And The Vué Apartment Surabaya Dyah Tri S 3107 100 509 Apartemen sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan hunian sebagai tempat untuk berteduh, untuk tinggal dan melakukan kegiatan harus memiliki

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dalam konsep umum adalah wilayah atau ruang terbangun yang didominasi jenis penggunaan tanah nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 160 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang di gunakan dalam perancangan ini adalah konsep yang berlandaskan pada tema sustainable building. Perancangan ini mengambil prinsip sustainable

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.

Lebih terperinci

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

Perancangan Convention and Exhibition di Malang BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis didapat berdasarkan pendekatan tentang

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN Materi 2 SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN Oleh : Agus Triyono, S.Si, M.Kes SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN a. MACAM-MACAM SISTEM 1. Alat Pemadam Api Ringan 2. Sistem Deteksi dan Alarm 3. Sistem Slang Air Hose Reel

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu, tempat atau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran di sana-sini masih banyak terjadi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti laksanakan mulai dari proses perancangan model dari sistem hingga hasil

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Filosofi Konsep Dasar BAB IV KONSEP PERANCANGAN Student Housing Kaku / Vertikal Arsitektur Hijau Humanis dan Ramah Lingkungan Interaksi dan Terpusat Berinteraksi Diagram 6. Filosof konsep dasar Kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat siaran di televisi tentang musibah kebakaran yang terjadi baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat siaran di televisi tentang musibah kebakaran yang terjadi baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebakaran merupakan salah satu musibah yang paling sering terjadi baik di beberapa kota besar maupun di pedesaan. Hampir setiap hari kita membaca di koran atau melihat

Lebih terperinci

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur 5.1. Program Dasar Kebutuhan Ruang Program dasar kebutuhan ruang pada rumah susun sederhana milik di RW 01 Johar Baru dapat diuraikan sebagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

Kajian Desain Sirkulasi Ruang Dalam sebagai Sarana Evakuasi pada Kondisi Bahaya Kebakaran di Bandung Supermal dan Trans Studio Bandung

Kajian Desain Sirkulasi Ruang Dalam sebagai Sarana Evakuasi pada Kondisi Bahaya Kebakaran di Bandung Supermal dan Trans Studio Bandung Kajian Desain Sirkulasi Ruang Dalam sebagai Sarana Evakuasi pada Kondisi Bahaya Kebakaran di Bandung Supermal dan Trans Studio Bandung Theresia Pynkyawati, Azwar Amir, La Ode Abdullah Al Syafaat Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013 ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013 Tri Kurniawan* L. Meily Kurniawidjaja** Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 101 BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Jumlah Unit Hunian Unit hunian dalam kampung nelayan vertikal tambak lorok ini akan dihuni oleh warga

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL Program dasar perencanaan dan perancangan resort hotel merupakan sebuah hasil dari kesimpulan menyeluruh dan berfungsi sebagai pemandu desain

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR Museum kereta api merupakan bangunan yang mewadahi aktivitas memajang / memamerkan lokomotif, dan menampung pengunjung museum dan aktivitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR....ii ABSTRAK...iii PRAKATA...iv DAFTAR ISI.....vi DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN.....ix DAFTAR GAMBAR....x DAFTAR

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 204 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 204 TAHUN 2015 TENTANG I SALINAN I GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 204 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA MEMPEROLEH SERTIFIKAT UJI MUTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 16 lokasi rawan bencana yang tersebar di 4 kecamatan (BPBD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 16 lokasi rawan bencana yang tersebar di 4 kecamatan (BPBD, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Denpasar sebagaimana kota - kota besar di Indonesia juga mempunyai masalah yang sama di bidang kebencanaan. Bencana yang kerap timbul di kota besar Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

FORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/

FORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/ FORM INSPEKSI Nama Pemberi Tugas : Tujuan Penilaian : Dasar Penilaian : Tanggal Penilaian : Tanggal Inspeksi : Nama Penilai/Surveyor : DAERAH SEKITAR PROPERTI YANG DINILAI 1 DATA LINGKUNGAN a. Karakteristik

Lebih terperinci

Branch Exchange) dengan Hunting System.

Branch Exchange) dengan Hunting System. JARINGAN EKSTERNAL TELEPON KAWASAN Sistem komunikasi: PABX (Private Automatic Branch Exchange) dengan Hunting System. Jaringan sambungan dari PT TELKOM masuk ke Terminal Box Telkom (TB-TEL) di Ruang Operator

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO 6506 040 032 Latar Belakang PT. Philips Indonesia merupakan pabrik lampu yang dalam proses

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

TUJUAN JENIS KEGIATAN. Latar Belakang Pemilihan OBJEK

TUJUAN JENIS KEGIATAN. Latar Belakang Pemilihan OBJEK Latar Belakang Pemilihan OBJEK OBJEK sebagai wadah pengembangan potensi dan bakat dalam bidang olahraga serta sebagai media hiburan. JENIS KEGIATAN Kegiatan Olah Raga dibagi menjadi dua, yaitu : Sepakbola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu bencana/musibah yang akibatkan oleh api dan dapat terja mana saja dan kapan saja. Kebakaran yang akibatkan oleh ledakan atau ledakan yang akibatkan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 Bagian PROTEK.KEB 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 2 Phenomena kebakaran 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 3 Lapis I Pet. Peran Kebakaran Lapis II Fire Men FIRE

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung

BAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung A III LANDASAN TEORI A. Evaluasi Sistem Proteksi ebakaran Gedung Evaluasi terhadap sistem proteksi kebakaran dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jenis pedoman. Salah satu pedoman yang bisa dipakai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan digedung sebagai preventif (pencegahan) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI KABUPATEN KENDAL

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI KABUPATEN KENDAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Tabel 5.1. Rekapitulasi program ruang GOR Kudus Wisma Atlet untuk 30 orang 1 Hall 60 2 R.Tidur Atlet

Lebih terperinci

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL 5.1. Pendekatan Perancangan 5.1.1. Kelompok Pelaku Kegiatan Pelaku yang ada di Terminal Bus Bahurekso yaitu: a) Pemimmpin

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 1. Topik dan Tema Hotel kapsul ini menggunakan pendekatan teknologi, yakni dengan menggunakan sistem struktur modular pada perencanaan dan perancangan

Lebih terperinci