MODUL PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN. Prof.Dr.Ir. Kurniatun Hairiah Dr.Ir.Nurul Aini,MS Dr.Ir. Toto Himawan, MS Wiwin Sumiya Dwi Y, SP.
|
|
- Irwan Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODUL PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN Prof.Dr.Ir. Kurniatun Hairiah Dr.Ir.Nurul Aini,MS Dr.Ir. Toto Himawan, MS Wiwin Sumiya Dwi Y, SP.MP UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2010
2 1. Mengapa anda belajar ekologi pertanian? Tumbuhan memerlukan sinar matahari, gas asam arang (CO 2 ) yang diserap dari udara serta air dan hara yang diserap dari dalam tanah untuk kelangsungan hidupnya. Melalui proses fotosintesis, CO 2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan keseluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan buah. Bagian-bagian tanaman tersebut akan gugur, masuk ke dalam tanah, dilapuk dan akan menjadi bagian dari tanah. Tanah akan menyediakan energi bagi organisma baik yang hidup di atas tanah dan di dalam tanah. Interaksi antar komponen penyusun kehidupan dengan lingkungannya dipelajari banyak dalam ekologi. Pengetahuan dasar dalam ekologi tersebut sangat bermanfaat untuk pemahaman lebih lanjut dalam ekologi pertanian. Apa yang dimaksud dengan ekologi pertanian? Ekologi pertanian atau Agroekologi merupakan bidang ilmu yang mengaplikasikan prinsip-prinsip ekologi untuk merancang, mengelola, dan mengevaluasi sistem pertanian yang produktif dan lestari. Anda diwajibkan mengikuti praktikum ekologi pertanian untuk mempelajari interaksi antara komponen biofisik, teknik dan sosioekonomik dalam satu sistem pertanian. Hal tersebut terutama berhubungan dengan siklus hara, transformasi energi, prosesproses biologi dan kondisi sosial ekonomi. Jadi ekologi pertanian lebih menekankan pada hubungan timbal balik antar komponen agro-ekosistem dan dinamika proses-proses ekologi Apa yang dinamakan Agroekosistem? Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan dengan lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia untuk menghasilkan pangan, pakan, serat, kayu bakar dan produk-produk lainnya yang dibutuhkan oleh manusia. Jadi fokus utama dari ekologi pertanian adalah mempertahankan produksi pertanian yang berkelanjutan dengan jalan mengoptimallkan penggunaan sumber daya lokal untuk meminimalkan dampak yang merugikan dari sistem pertanian modern. Sebelum anda mengikuti praktikum cobalah jawab beberapa pertanyaan berikut ini. Coba cari jawabannya dari pustaka yang tersedia atau dari internet (tulis pula sumber pustakanya). Apa yang dimaksud dengan: (1) Sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture), (2) Sistem pertanian modern, (3) Sistem pertanian tradisional, (4) Sistem pertanian sehat. Penggunaan lahan pertanian yang beragam berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, karena jenis tanaman yang ditanam berbeda dan jumlah serta pengaturan tanamnyapun berbeda. Kondisi tersebut akan mengubah kondisi iklim mikro, kandungan bahan organik tanah, dan kehidupan organisma tanah maupun di atas tanah. Organisma mempunyai fungsi penting di dalam ekosistem dan kehidupan. Diagram alur hubungan manusia dalam menggunakan lahan dengan tanaman dan tanah ditunjukkan pada Gambar 1.
3 Gambar 1. Diagram alur hubungan manusia dalam menggunakan lahan dengan tanaman dan tanah 2. Tempat dan waktu praktikum Lokasi praktikum yand dipilih ada pewakil dari zona ekologi pegunungan dan dataran, yaitu Kebun Percobaan UB di Cangar (pegunungan) dan kebun Jatikerto (dataran). Praktikum dimulai pada awal Bulan November Guna mengefisiensikan waktu dan biaya pelaksanaan setiap praktikum lapangan dilakukan DUA KALI PENGAMATAN LAPANG Ada dua macam sistem pertanian yang akan dipelajari : 1. Berbasis Pepohonan a. Monokultur b. Agroforestri 2. Berbasis Non Pohon (Tanaman Semusim) a. Monokultur b. Tumpangsari 3. Macam Kegiatan Praktikum Guna meningkatkan pemahaman mahasiswa akan hubungan antara organisma dengan lingkungan dalam sistem pertanian, maka ada 3 topik kegiatan yang dipilih: Topik Praktikum 1. Studi kondisi lingkungan mikro pada sistem pertanian Topik Praktikum 2. Studi asosiasi serangga, makroathropoda dan tumbuhan liar
4 Topik praktikum 1: Studi kondisi Lingkungan Mikro pada sistem pertanian Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kondisi di 3 jenis lahan yang diuji, yaitu: 1. Ada berapa jenis tanaman yang ditanam pada masing-masing lahan yang diuji? Berapa luas lahan yang akan anda amati? 2. Berapa jumlah masing-masing jenis tanaman per lahan? Dan apa manfaatnya bagi petani? 3. Berapa luasan lahan yang tertutup oleh tanaman? 4. Berapa biomasa pohon yang tumbuh pada lahan agroforestri dan perkebunan? 5. Seberapa tebal lapisan seresah yang terdapat di permukaan tanah? Coba perhatikan keragaman jenis dan ukuran seresah. Bagaimana warna, kegemburan dan kelembaban tanahnya? Mengapa kondisi tanah tersebut berbeda pada antar lahan? 6. Berapa suhu udara dan suhu tanah dari masing-masing lahan dan berapa suhu pada lahan terbuka? Pada lokasi yang manakah yang lebih panas? Jelaskan mengapa? Box 1. Alat-alat yang dibutuhkan untuk praktikum a. Pita ukur (meteran) berukuran panjang 50 m b. Tali rafia berukuran panjang 100 m dan 20 m atau 20 m dan 5 m tergantung ukuran plot yang akan dibuat c. Tongkat kayu/bambu sepanjang 2.5 m untuk mengukur lebar SUB PLOT ke sebelah kiri dan kanan dari garis tengah, atau 10 m untuk PLOT BESAR d. Tongkat kayu/bambu sepanjang 1.3 m untuk memberi tanda pada pohon yang akan diukur diameternya e. Tongkat kayu sepanjang 1 m untuk tanda apabila plot tersebut akan dijadikan plot permanen. f. Pita ukur (meteran) berukuran minimal 5 m untuk mengukur lilit batang atau atau jangka sorong untuk mengukur diameter pohon ukuran kecil. g. Parang atau gunting tanaman h. Spidol warna biru atau hitam i. Blangko pengamatan Pelaksanaan Praktikum 1. Bagilah peserta Praktikan ke dalam kelompok-kelompok kecil 2. Kunjungilah masing-masing lahan yang akan diuji 3. Siapkanlah lembar isian yang tersedia dan mulailah dengan pengukuran yang relevan dengan pertanyaan yang dibuat
5 Langkah 1 Ada berapa jenis tanaman yang ditanam pada masing-masing lahan yang diuji? Berapa jumlah masing-masing jenis tanaman per lahan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut anda harus membuat plot contoh pengukuran dengan luasan tertentu; plot tersebut akan digunakan untuk semua pengukuran. Membuat plot contoh pengukuran Buatlah plot contoh pengukuran pada setiap hektar sistem penggunaan lahan yang dipilih, dengan langkah sebagai berikut: a. Untuk lahan hutan, buatlah plot berukuran 5 m x 40 m = 200 m 2 (disebut SUB PLOT). Untuk sistem agroforestri atau perkebunan yang memiliki jarak tanam antar pohon cukup lebar, buatlah SUB PLOT BESAR ukuran 20 m x 100 m = 2000 m 2 (lihat Gambar 1). b. Perbesar ukuran SUB PLOT bila dalam lahan yang diamati terdapat pohon besar (diameter batang > 30 cm) menjadi 20 m x 100 m = 2000 m 2 (disebut PLOT BESAR). c. Pilihlah SUB PLOT pada lokasi yang kondisi vegetasinya seragam. Hindari tempat-tempat yang terlalu rapat atau terlalu jarang vegetasinya. 5 m x 40 m (SUB PLOT) 0.5 m x 0.5 m (TITIK CONTOH) 20 m x 100 m PLOT BESAR Pohon berdiameter > 30 cm Pohon berdiameter antara 5-30 cm Tumbuhan bawah ( understorey ) dan serasah Gambar 1. SUB-PLOT contoh untuk pengukuran biomasa dan nekromasa d. Buatlah SUB PLOT lebih dari satu bila kondisi lahan tidak seragam (misalnya kondisi vegetasi dan tanahnya beragam), satu SUB PLOT mewakili satu kondisi. Buatlah SUB PLOT lebih dari satu bila kondisi tanahnya berlereng, buatlah satu SUB PLOT di setiap bagian lereng (atas, tengah dan lereng bawah). Beri tanda dengan tali dan ikatkan pada patok pada keempat sudut SUB PLOT e. Amatilah ada berapa jenis pohon yang tumbuh dalam satu satu plot, dan berapa jumlahnya. Catat dalam lembar yang disediakan.
6 Langkah 2 Berapa luasan lahan yang tertutup oleh tanaman? Berapa biomasa pohon yang tumbuh pada lahan agroforestri dan perkebunan? Mengukur biomasa pohon Pengukuran biomasa pohon dilakukan dengan cara 'non destructive' (tidak merusak bagian tanaman). Tetapi untuk tanaman semusim, pengambilan contoh tanaman harus dilakukan perusakan. Cara pengukuran a. Bagilah SUB PLOT (pada Gambar 1) menjadi 2 bagian, dengan memasang tali di bagian tengah sehingga ada SUB-SUB PLOT, masing-masing berukuran 2.5 m x 40 m b. Catat nama setiap pohon, dan ukurlah diameter batang setinggi dada (dbh = diameter at breast height = 1.3 m dari permukaan tanah) semua pohon yang masuk dalam SUB-SUB PLOT sebelah kiri dan kanan. c. Lakukan pengukuran dbh hanya pada pohon besar dengan lingkar lilit >30 cm. Bawalah tongkat kayu ukuran panjang 1.3 m, letakkan tegak lurus permukaan tanah di dekat pohon yang akan diukur, berilah tanda goresan pada batang pohon. Bila permukaan tanah di lapangan dan bentuk pohon tidak rata, maka penentuan titik pengukuran dbh pohon dapat dilihat dalam Box 2. d. Lilitkan pita pengukur pada batang pohon, dengan posisi pita harus sejajar untuk semua arah (Gambar 3A), sehingga data yang diperoleh adalah lingkar/lilit batang (keliling batang = 2 π r) BUKAN diameter. Bila diameter pohon hanya berukuran antara 5-20 cm, gunakan jangka sorong (calliper) untuk mengukur dbh (Gambar 2), data yang diperoleh adalah diameter pohon. e. Perhatikan, cara melilitkan pita harus sejajar (lihat Gambar 3) f. Catatlah lilit batang atau diameter batang dari setiap pohon yang diamati pada blanko pengamatan yang telah disiapkan (Tabel 1). g. Khusus untuk pohon-pohon yang batangnya rendah dan bercabang banyak, misalnya pohon kopi yang dipangkas secara reguler, maka ukurlah semua diameter semua cabang. Bila pada SUB PLOT terdapat tanaman tidak berkeping dua (dycotile) seperti bambu dan pisang, maka ukurlah diameter dan tinggi masing-masing individu dalam setiap rumpun tanaman. Demikian pula bila terdapat pohon tidak bercabang seperti kelapa atau tanaman jenis palem lainnya. h. Kadang-kadang di lapangan dijumpai beberapa penyimpangan kondisi percabangan pohon atau permukaan batang pohon yang bergelombang atau adanya banir pohon, maka cara penentuan dbh dapat dilakukan seperti pada Box 2.
7 Gambar 2. Cara pengukuran lilit batang pohon menggunakan pita pengukur (A), tampak atas pengukuran dbh pohon menggunakan jangka sorong (B) (Weyerhaeuser dan Tennigkeit, 2000). Gambar 3. Pengukuran dbh pohon yang benar dan salah
8 Box 2. Cara penentuan titik pengukuran dbh batang pohon bergelombang atau bercabang rendah A B C D E Gambar 4. Skematis cara menentukan ketinggian pengukuran dbh batang pohon yang tidak beraturan bentuknya (Weyerhaeuser dan Tennigkeit, 2000). Keterangan A. Pohon pada lahan berlereng, letakkan ujung tongkat 1.3 m pada lereng bagian atas. B. Pohon bercabang sebelum ketinggian 1.3 m, maka ukurlah dbh semua cabang yang ada. C. Bila pada ketinggian 1.3 m terdapat benjolan, maka lakukanlah pengukuran dbh pada 0.5 m setelah benjolan. D. Bila pada ketinggian 1.3 m terdapat banir (batas akar papan) maka lakukan pengukuran dbh pada 0.5 m setelah banir. Namun bila banir tersebut mencapai ketinggian > 3 m, maka diameter batang diestimasi (lihat Box 4) E. Bila pada ketinggian 1.3 terdapat akar-akar tunjang, maka lakukan pengukuran pada 0.5 m setelah perakaran. Pengumpulan dan pengolahan data Tulis semua data yang diperoleh dari pengukuran dbh (pohon hidup) ke dalam "blanko pengamatan biomasa" (Tabel 1), buatlah tabulasi data dalam program EXCELL untuk penghitungan lebih lanjut. a. Hitunglah biomasa pohon menggunakan persamaan alometrik yang telah dikembangkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya (Tabel 1) yang pengukurannya diawali dengan penebangan dan penimbangan beberapa pohon. Persamaan alometrik untuk jenis-jenis pohon lainnya dapat dilihat dalam Tabel Lampiran 1, 2 dan 3. b. Jumlahkan biomasa semua pohon yang ada pada suatu lahan, baik yang ukuran besar maupun yang kecil, sehingga diperoleh total biomasa pohon per lahan (kg/luasan lahan).
9 CONTOH BLANKO PENGUKURAN BIOMASA: Diameter dan Tinggi Pohon-Pohon Sedang (Diameter 5-30 cm) Nama Lokasi: Umur Kebun setelah pembukaan lahan: Jenis Penggunaan Lahan: Nama Pengukur: Tanggal/Bulan/Tahun: Ukuran Plot Contoh: 5m x 40 m = 200 m 2 No Nama Pohon Bercabang/ Tidak K D T BK-biomasa, kg/pohon Catatan TOTAL BIOMASA POHON Keterangan: K=lilit batang, cm, D = dbh= K/π, cm dimana π =3.14 ; T= tinggi pohon, cm, = BJ kayu, g cm -3 Tabel 1. Estimasi biomasa pohon menggunakan persamaan allometrik Jenis pohon Estimasi Biomasa pohon, kg/pohon Sumber Pohon bercabang BK = 0.11 D 2.62 Ketterings, 2001 Pohon tidak bercabang BK = H D 2 /40 Hairiah et al, 1999
10 Kopi dipangkas BK = D 2.06 Arifin, 2001 Pisang BK = D 2.13 Arifin, 2001 Bambu BK = D 2.28 Priyadarsini, 2000 Sengon BK = D Sugiharto, 2002 Pinus BK = D Waterloo, 1995 Keterangan: BK = berat kering; D = diameter pohon, cm; H = tinggi pohon, cm; = BJ kayu, g cm -3 Contoh penghitungan Menghitung biomasa pohon ukuran sedang. Misalnya diameter pohon 1= 10 cm; pohon 2 = 25 cm; pohon 3 = 15 cm; pohon 4 = 20 cm dan pohon 5 = 29 cm. BJ kayu 0.7 g cm -3, maka lakukan penghitungan sebagai berikut: Pohon 1: BK1 = 0.11 x 0.7 x = 32.1 kg Pohon 2: BK2 = 0.11 x 0.7 x = kg Pohon 3: BK3 = 0.11 x 0.7 x = 92.9 kg Pohon 4: BK4 = 0.11 x 0.7 x = kg Pohon 5: BK5 = 0.11 x 0.7 x = kg Total biomasa pohon sedang = BK1+BK2+BK3+BK4+BK5 = kg Luas plot untuk pohon sedang = 40 m x 5 m = 200 m 2 Maka biomasa pohon sedang per luasan = kg/200 m 2 = 5.99 kg/m 2 = 59.9 ton /ha= 59.9 Mg /ha Untuk standard internasional satuan masa ditulis dalam ton = Mg = megagram.
11 Langkah 3 Seberapa tebal lapisan seresah yang terdapat di permukaan tanah? Coba perhatikan keragaman jenis dan ukuran seresah. Bagaimana warna, kegemburan dan kelembaban tanahnya? Mengapa kondisi tanah tersebut berbeda pada tutupan lahan yang berbeda? Mengukur ketebalan seresah Tentukan 10 titik contoh pada SUB-PLOT (Gambar 1) Tekan seresah yang ada, tancapkan ujung penggaris hingga menyentuh permukaan tanah. Catatlah ketebalan seresah, dan karakteristik seresahnya CONTOH BLANKO PENGUKURAN KETEBALAN SERESAH Nama Lokasi: Umur Kebun setelah pembukaan lahan: Jenis Penggunaan Lahan: Nama Pengukur: Tanggal/Bulan/Tahun: Ukuran Plot Contoh: 5m x 40 m = 200 m 2 Penngunaan Lahan Hutan 1 No contoh Ketebalan seresah, cm Macam & ukuran seresah Warna tanah Kegemb uran tanah Kelembaban tanah Agroforestri Tanaman semusim dst
12 Langkah 4 Berapa suhu udara dan suhu tanah dari masing-masing lahan dan berapa suhu pada lahan terbuka? Pada lokasi yang manakah yang lebih panas? Jelaskan mengapa? Mengukur suhu udara dan suhu tanah a. Ukurlah suhu udara di bawah tanaman sekitar pukul Ukur pula di tempat terbuka b. Ukurlah suhu tanah di setiap lahan pada kedalaman tanah 0-5 cm. Singkirkan seresah dari permukaan tanah, tancapkan ujung termometer perlahan-lahan ke dalam tanah. Lakukan pengukuran sekitar pukul Ukur pula di tempat terbuka. Catat dan bandingkan hasilnya dengan hasil pengukuran di bawah tegakan tanaman. Pembahasan a. Mengapa kondisi tanah berbeda antar lahan? b. Mengapa suhu dan kelembaban tanah berbeda antar lahan? c. Lahan yang mana yang berpotensi besar terjadi erosi, mengatasinya?
13 2. KOMPONEN EKOSISTEM 1. FAKTOR ABIOTIK 1. Pendahuluan Ekosistem ialah interaksi antara faktor biotik dan abiotik. Komponen penyusun ekosistem terdiri dari faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik terdiri dari suhu, air, kelembapan, cahaya, angin, ketinggian tempat, tanah dll, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Faktor Abiotik Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik yang mempengaruhi ekosistem antara lain sebagai berikut. a. Suhu Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. b. Sinar matahari Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. c. Air Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk. d. Tanah Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. e. Ketinggian Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda. f. Angin Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
14 2. Faktor Biotik Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. 2. Tujuan Mengetahui faktor abiotik pada 4 sistem agroekosistem. 3. Tempat Praktikum Praktikum dilaksanakan di Kebun Percobaan Canggar dan Kebun Percobaan Jatikerto. Pengamatan dilakukan pada empat sistem pertanian, yaitu: 1. Berbasis Pepohonan a. Monokultur b. Agroforestri 2. Berbasis Non Pohon (Tanaman Semusim) a. Monokultur b. Tumpangsari 4. Pelaksanaan Peralatan yang digunakan ialah lightmeter dan thermohigrograf. Praktikum dilaksanakan dengan mengamati faktor abiotik pada 2 sistem agroekosistem. Pengamatan : a. Ketinggian tempat (menggunakan GPS atau altimeter) b. Suhu udara (thermometer udara) c. Intensitas radiasi matahari (tanpa naungan dan di bawah tajuk tanaman) d. Kelembaban udara (tanpa naungan dan di bawah tajuk tanaman) 5. Pembahasan Bandingkan faktor lingkungan pada masing masing sistem? Apakah sama? Jika tidak sama apa penyebabnya?
15 3. ANALISA VEGETASI 1.1 Pendahuluan Salah satu kondisi yang berpengaruh pada suatu ekosistem adalah tutupan lahan oleh vegetasi yang merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dalam penanganan pengelolaan baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Dalam pengelolaan agroekosistem, data vegetasi meliputi tanaman budidaya maupun tumbuhan yang tumbuh di ekosistem. Peranan vegetasi dalam ekosistem tidak saja berkaitan dengan nilai ekologis kawasan namun juga sangat berhubungan dengan nilai sosial maupun nilai ekonomi masyarakat yang mendiami kawasan tersebut. Oleh karena itu, pengambilan data vegetasi kawasan ekositem harus memperhatikan faktor ekonomi, sosial dan ekologinya termasuk teknologi yang menunjang sistem budidayanya. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi ekosistem yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili ekosistem. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling) dan cara sistematik (systematic sampling). Random samping hanya mungkin digunakan jika vegetasi homogen, misalnya tanaman budidaya atau padang rumput (artinya, kita bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis berbeda tiap petak contoh relatif kecil). Sedangkan untuk penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematik sampling, karena lebih mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat representative Untuk data vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Selain tanaman di plot utama, komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi yang dapat diambil di plot pendukung umumnya terdiri dari : 1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai. 2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit. 3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun. 4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun. 5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar. 6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
16 menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras. 7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm Tujuan Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : mengenal dan memahami analisis vegetasi pada suatu agroekosistem. 1.3 Metode 1. Pelaksana praktikum Peserta praktikum adalah semua kelompok dari masing-masing kelas A-W, yaitu: setiap kelas dibagi menjadi 4 kelompok atau terdiri dari ± 10 mahasiswa 2. Alat dan Bahan Alat-alat yang diperlukan dalam praktikum ini meliputi : kertas koran/kantong kertas, tali rafia (4m), bambu 1 m, kertas tabel dan peralatan tulis. 3. Metode pelaksanaan Metode praktikum ekologi pertanian adalah pengamatan lapangan (survei lahan) 4. Pelaksanaan Untuk pelaksanaan praktikum kriteria dan indikator tutupan lahan (tumbuhan) pada agroekosistem dilakukan urutan pekerjaan sebagai berikut: 1. Lakukan pengamatan cepat apakah tapak bersifat monokultur atau polikultur. Untuk area monokultur (plot utama) ditentukan petak percontohan dengan luasan 5x5m 2, sedangkan di plot pendukung dibuat petak pengamatan berupa kotak dengan ukuran 1x1m 2. Kotak pengamatan dibuat dengan tali rafia dan kayu penahan disetiap pojokan dengan pengulangan lima kali untuk di plot pendukung (plot utama tidak ada pengulangan). 2. Identifikasi/inventarisasi vegetasi yang masuk dalam kotak pengamatan. Amati vegetasi didalam kotak pengamatan yang terdiri dari spesies, jumlah individu dan luas bidang dasar. 3. Dari setiap spesies dibuat herbarium. Bila terdapat spesies yang belum dikenali, herbarium dapat digunakan untuk membandingkan dengan sumber informasi lain seperti buku, website internet dan sumber lainnya.
17 4. Hitung besarnya kerapatan (individu/ha), frekuensi dan dominasi (m 2 /ha) dan indeks nilai penting (INP) dari masing-masing data vegetasi yang sudah diambil. 5. Buat laporan ringkas hasil temuan di lapang dengan dilengkapi foto dan gambar pendukung. Cara Menghitung SDR a. Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada setiap petak contoh. Jumlahspesiestersebut Kerapatan Mutlak (KM) = jumlahplot KM spesies tersebut Kerapatan Nisbi (KN) = 100% jumlah KM seluruh spesies b. Frekuensi menunjukkan berapa jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat jenis tumbuhan (spesies) tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi adalah Frekuensi ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu: - Luas petak contoh - Distribusi tumbuhan - Ukuran jenis tumbuhan plot yang terdapat spesies tersebut Frekuensi Mutlak (FM) = jumlah seluruh plot FM spesies tersebut Frekuensi Nisbi (FN) = 100% jumlah FM seluruh spesies c. Dominansi ialah parameter yang digunakan untuk menunjukkan luas suatu area yang ditumbuhi suatu spesies (jenis tumbuhan) atau kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya. Dominansi Mutlak (DM) = luas basal area spesies tersebut luas seluruh area contoh DMsuatuspesies Dominansi Nisbi (DN) = 100% jumlahdmseluruhspesies d1 d2 Luas basal area = 4 2 Dimana d1 = diameter terpanjang suatu spesies d2 = diameter spesies yang tegak lurus dengan d1 3. Menentukan Nilai Penting (Importance Value = IV) Merupakan jumlah nilai nisbi dari dua atau tiga parameter yang dibuat. Importance Value (IV) = KN + FN + DN
18 4. Menentukan Summed Dominance Ratio (SDR) Perbandingan Nilai Penting ("Summed Dominance Ration = SDR"), menunjukkan nilai jumlah penting dibagi jumlah besaran dan nilainya tidak pernah lebih dari 100%. IV Summed Dominance Ratio (SDR)= 3
19 4. Keragaman Arthropoda Pendahuluan Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara orgnisme dengan lingkungannya, baik lingkungan organik maupun lingkungan anorganiknya. Ekologi tumbuh secara bertahap dan sebetulnya manusia sudah sejak dahulu telah mengetahui adanya hubunan antara organism dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, dalam praktikum ekologi pertanian juga akan dibahas mengenai hubungan serangga dan peranan serangga tersebut dalam bidang pertanian. Di permukaan bumi sekian banyak spesies hewan yang ada, ternyata sekitar ¾ bagian adalah serangga. Dari jumlah tersebut, lebih dari spesies telah diketahui dan diberi nama. Jumlah tersebut merupakan kurang lebih 80% dari anggota filum arthropoda. Dalam pengamatan kita, mungkin penampilan umum serangga yang satu mempunyai kesamaan dengan serangga lainnya, akan tetapi mereka menunjukkan keragaman yang sangat besar dalam bentuknya. Dari kerajaan animalia dibagi menjadi dua subkingdom yaitu invertebrata dan vertebrata. Serangga merupakan kelas dari subkingdom invertebrata dan masuk filum arthropoda dengan struktur klasifikasi sebagai berikut: Crustacea Antrhopoda Arachnida Invertebrata mollusca Diplopoda Animalia Nematoda Chilopoda Vertebrata Chordata Hexapoda (insekta) Karena dari kelas insekta ini memiliki jenis yang paling banyak maka akan dipelajari lebih dalam lagi dalam pengelompokannya. Dalam kelas insekta terdiri dari beberapa suku yang sangat penting dan terdapat paling banyak di alam, diantaranya yaitu: 1. Coleoptera, bersayap keras (perisai) 2. Dipteral, sayap belakang dimodifikasi menjadi halter 3. Homoptera, sayap depan dan belakang tersusun sama 4. Hemptera, sayap depan sebagian membraneus 5. Hymenoptera, sayap mirip seperti selaput 6. Lepidoptera, sayap dilapisi bulu atau sisik 7. Tysanoptera, sayap berumbai 8. Othoptera, bersayap lurus 9. Isopteran, bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang sama 10. Odonata. dll
20 Peranan arthropoda dalam mempengaruhi ekosistem di alam ada 3 macam. Peranan arthropoda tersebut yaitu: 1. Hama Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang pada tingkat populasi tertentu menyerang tanaman budidaya sehingga dapat menurunkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas dan secara ekonomis merugikan. Contoh: serangga tikus pada tanaman padi yang menyebabkan gagalnya panen, serangan Crocidomolia binotalis yang menyerang pucuk tanaman kubis-kubisan. 2. Predator Predator merupakan organism yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa binatang lainnya. Contohnya: Menochilus sexmaculatus yang memangsa Aphid sp. 3. Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthropoda yang lain. Parasitoid bersifat parasitik pada fase pradewasa dan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada inangnya. Contoh: Diadegma insulare yang merupakan parasitoid telur dari Plutella xylostela. Apabila telur yang terparasit sudah menetas maka D. insulare akan muncul dan hidup bebas dengan memakan nektar. Tujuan dari praktikum ini adalah : a. Mengetahui keragaman arthropoda pada suatu areal b. Mengetahui peranan serangga di alam c. Mengetahui beberapa pengelompokan serangga Alat- alat yang dibutuhkan untuk praktikum : swept net, plastik ukuran 1 kg, fial film warna putih, gelas air mineral, cawan petri, obyek glass, kuas, mikroskop, kaca pembesar (lup). Sedangkan bahan yang dibutuhkan meliputi: detergen, alkohol 70%, tisue, klorofom. Cara kerja di lapang : 1. Pemasangan pitfall traps satu hari sebelum pelaksanaan praktikum lapang pada masing-masing lahan yang akan diamati. Pemasangan dilakukan dengan metode pengambilan contoh secara sistematis pada garis diagonal. 2. Hunting serangga dengan swept net dengan ayunan ganda. 3. Serangga yang terperangkap pada pitfall diambil dan dimasukkan pada fial film kemudian diberi alkohol 70%. Sedangkan serangga yang terperangkap pada swept net dimasukkan pada plastik dan diberi klorofom. Cara kerja di laboratorium: 1. Serangga yang telah diperoleh saat praktikum di lapang dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. 2. Serangga diambil dan fial filmdan dari plastic kemudian diletakkan pada cawan petri ataupun pada obyek glass. 3. Pengamatan serangga dilakukan dibawah mikroskop cahaya atau dengan menggunakan kaca pembesar. 4. Serangga yang diamati kemudin digambar. 5. Dari hasil pengamatan serangga kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan ordo dengan menggunakan buku identifikasi serangga dan
21 mengelompokkan serangga- serangga tersebut sesuai dengan peranannya di lapangan. Hasil Praktikum Nama Lokasi : Jenis Penggunaan Lahan/ Pola Tanam : Tanggal/Bulan/Tahun : Ukuran Plot : No. Spesies serangga Ordo Peranan dalam ekosistem Pembahasan a. Bagaimana keragaman spesies serangga di lokasi yang anda amati? b. Jelaskan pengaruh keragaman spesies serangga dalam ekosistem! c. Bandingkan hasil praktikum anda dengan kelompok lain (pilih yang pola tanaamnya berbeda). Jelaskan! Kesimpulan Apa kesimpulan anda berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan? Daftar Pustaka
22 Gambar Hasil Pengamatan Serangga Keterangan: Keterangan: Keterangan: Keterangan:
23 Keterangan: Keterangan: Keterangan: Keterangan:
3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?
3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? Mengukur jumlah C tersimpan di hutan dan lahan pertanian cukup mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri
Lebih terperinciNama :... NIM :... Program Studi :... Asisten :...
MODUL PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN Oleh : Prof.Dr.Ir. Kurniatun Hairiah Dr.Ir.Nurul Aini,MS Dr.Ir. Toto Himawan, MS Wiwin Sumiya Dwi Y, SP.MP PS. AGRIBISNIS PS AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. DAS ini memiliki panjang sungai utama sepanjang 124,1 km, dengan luas total area sebesar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya memberikan deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
Lebih terperinciESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA
ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA Oleh : AUFA IMILIYANA (1508100020) Dosen Pembimbing: Mukhammad Muryono, S.Si.,M.Si. Drs. Hery Purnobasuki,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan arteri primer
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Perlindungan Setempat RPH Wagir BKPH Kepanjen KPH Malang.
Lebih terperinciPENGUKURAN PETUNJUK PRAKTIS PENGGUNAAN LAHAN. Karbon tersimpan DI BERBAGAI MACAM KURNIATUN HAIRIAH SUBEKTI RAHAYU WORLD AGROFORESTRY CENTRE
PETUNJUK PRAKTIS PENGUKURAN Karbon tersimpan DI BERBAGAI MACAM PENGGUNAAN LAHAN KURNIATUN HAIRIAH SUBEKTI RAHAYU WORLD AGROFORESTRY CENTRE Petunjuk praktis Pengukuran 'karbon tersimpan di berbagai macam
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.
30 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pekon Gunung Kemala Krui Kabupaten Lampung Barat. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.
Lebih terperinciEKOLOGI TERESTRIAL. Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan
EKOLOGI TERESTRIAL Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).
I. PENDAHULUAN Hutan adalah masyarakat tetumbuhan dan hewan yang hidup di lapisan permukaan tanah yang terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan
23 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih (Gambar 3), bekerjasama dan di bawah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.
16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur. B. Alat dan Objek Alat yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi
16 TINJAUAN PUSTAKA Karbon Hutan Hutan merupakan penyerap karbon (sink) terbesar dan berperan penting dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi karbon (source). Hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat sebutan Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia,
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode belt transek. Metode ini sangat cocok digunakan untuk mempelajari suatu kelompok
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi
12 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel buah kopi dilakukan pada perkebunan kopi rakyat di Desa Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan
II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di
Lebih terperinciAGROFORESTRI. Panduan Praktikum Lapangan. Oleh : Kurniatun Hairiah, Syahrul Kurniawan, Rika Ratna Sari, dan Nina Dwi Lestari
AGROFORESTRI Panduan Praktikum Lapangan Oleh : Kurniatun Hairiah, Syahrul Kurniawan, Rika Ratna Sari, dan Nina Dwi Lestari Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang Semester Genap 2010/2011 Jumlah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,
16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian yaitu di RPH Jatirejo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian
METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat penelitian Tempat penelitian adalah kebun campur Sumber Tirta Senjoyo Desa Tegalwaton Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada Oktober
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutaan Institut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan suatu obyek sesuai
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi
BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni tahun 2009, pada areal hutan produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran
Lebih terperinciRUANG LINGKUP EKOLOGI
EKOLOGI TEMA 1 RUANG LINGKUP EKOLOGI Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember A. Pengertian & Ruang Lingkup Ekologi Ekologi adalah ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai dari Januari sampai April 2010, dilakukan dengan dua tahapan, yaitu : a. pengambilan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa
TINJAUAN PUSTAKA Produksi Biomassa dan Karbon Tanaman selama masa hidupnya membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa dengan
Lebih terperinciBAB III METOE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan
BAB III METOE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap
Lebih terperinciTim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya
Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban
Lebih terperinci5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya
Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Agustus sampai November 2011 yang berada di dua tempat yaitu, daerah hutan mangrove Wonorejo
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau
Lebih terperinciAGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN
AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.
4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dengan menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang kearah
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik
Prinsip-Prinsip Ekologi Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional. Berbagai jenis tanaman pangan diusahakan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung (Gambar 2) pada bulan Juli sampai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa
Lebih terperinciPengenalan perubahan penggunaan lahan oleh masyarakat pinggiran hutan. (Foto: Kurniatun Hairiah)
Pengenalan perubahan penggunaan lahan oleh masyarakat pinggiran hutan. (Foto: Kurniatun Hairiah) 4. Penghitungan dinamika karbon di tingkat bentang lahan Ekstrapolasi cadangan karbon dari tingkat lahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan
61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan data, menganalisis data dan menginterprestasikan data yang bertujuan
Lebih terperinciPENGUKURAN CADANGAN KARBON
Petunjuk praktis PENGUKURAN CADANGAN KARBON dari tingkat lahan ke bentang lahan Edisi ke 2 Kurniatun Hairiah, Andree Ekadinata, Rika Ratna Sari dan Subekti Rahayu Hairiah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan April tahun 2011 di lahan gambut yang terletak di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PE ELITIA
10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal
Lebih terperinciII. METODOLOGI. A. Metode survei
II. METODOLOGI A. Metode survei Pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan di KPHP Maria Donggomassa wilayah Donggomasa menggunakan sistem plot, dengan tahapan pelaksaan sebagai berikut : 1. Stratifikasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Mengumpulkan data kemudian mendeskripsikan keanekaragaman makrofauna tanah yang terdapat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu 2007). dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosfer.
TINJAUAN PUSTAKA Perubahan Iklim Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Keseimbangan tersebut dipengaruhi antara
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan
10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2010 di Hutan Tanaman Pelawan Desa Trubus, Hutan Kawasan Lindung Kalung Desa Namang, dan Hutan Dusun Air
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan ini mengunakan metode petak. Metode petak merupakan metode yang paling umum
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda tanah
Lebih terperinciPEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) sejak pertengahan abad ke 19 telah menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah lapisan gas yang berperan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dengan objek penelitian tumbuhan mangrove di Pantai Bama hingga Dermaga Lama, Taman Nasional Baluran, Jawa
Lebih terperinciKuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam
Kuliah ke-2 R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam Spektrum Biologi: KOMPONEN BIOTIK GEN SEL ORGAN ORGANISME POPULASI KOMUNITAS berinteraksi dengan KOMPONEN ABIOTIK menghasilkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dua kawasan pesisir di Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu kawasan yang dipengaruhi oleh Samudera Hindia atau Kawasan Pantai Barat (Aceh Barat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang dipengaruhi sifat-sifat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Wilayah pesisir menuju ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang dipengaruhi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari
Lebih terperinciEKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati
EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA Nini Rahmawati Pangan dan Gizi Manusia Zat gizi merupakan komponen pangan yang bermanfaat bagi kesehatan (Mc Collum 1957; Intel et al 2002). Secara klasik
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. angka-angka data analisis mengunakan statistik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 Januari 2016 dan pada
29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantiatif sebagaimana menurut Suryana (2010) penelitian deskriptif bertujuan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. didalamnya, manfaat hutan secara langsung yakni penghasil kayu mempunyai
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan merupakan sumber utama penyerap gas karbondioksida di atmosfer selain fitoplankton, ganggang, padang lamun, dan rumput laut di lautan. Peranan hutan sebagai penyerap karbondioksida
Lebih terperinci2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian
5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu penting dalam peradaban umat manusia saat ini. Hal ini disebabkan karena manusia sebagai aktor dalam pengendali lingkungan telah melupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.
36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap serangga
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian
Lebih terperinciPENGUKURAN CADANGAN KARBON
Petunjuk Praktis PENGUKURAN CADANGAN KARBON dari tingkat lahan ke bentang lahan Edisi ke 2 Kurniatun Hairiah, Andree Ekadinata, Rika Ratna Sari dan Subekti Rahayu World Agroforestry Centre Petunjuk praktis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel langsung dari lokasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura
12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman yang memiliki luasan 1.143 ha. Secara geografis terletak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan secara sistematik, faktual,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Pebruari 2012 di lahan agroforestri Desa Sekarwangi, Kecamatan Malangbong,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan
I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah
Lebih terperinci