BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Sosial Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan serta senantiasa berada dalam proses perubahan tersebut, dengan kata lain perubahan merupakan gejala yang melekat di setiap kehidupan masyarakat. Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur budaya dan sistem-sistem sosial yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat meliputi: pola pikir, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat dapat diketahui dengan membandingkan keadaan pada dua atau lebih rentang waktu yang berbeda. Untuk dapat melakukan studi perubahan sosial, kita harus melihat adanya perbedaan dan perubahan kondisi objek yang menjadi fokus studi. Studi perubahan harus dilihat dalam konteks waktu yang berbeda atau melibatkan studi komparatif dalam dimensi waktu yang berbeda tetapi objek yang menjadi fokusnya haruslah sama. Dimensi ruang menunjukkan pada wilayah terjadinya perubahan sosial serta kondisi yang melingkupinya, dimensi ini mencakup pula konteks historis yang terjadi. Sedangkan dimensi waktu melingkupi konteks masa lalu, sekarang bahkan yang akan datang, sehingga sosiolog akan mampu menggambarkan kondisi perubahan yang dialami oleh masyarakat seperti dari aspek ekonomi (Martono, 2012 :3). 14

2 Alfred menyebutkan bahwa, masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap tetapi sebagai proses, bukan objek semu yang kaku tetapi sebagai aliaran peristiwa terus menerus yang tiada henti. Pada dasarnya keadaan suatu perubahan yang dialami anggota masyarakat berubah ke arah yang positif namun, pada waktu tertentu kehidupan masyarakat dapat berubah ke arah yang sebaliknya pula. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi pada tingkat-tingkat makro yaitu, terjadi perubahan sistem internasional, ekonomi, politik. Ditingkat mezo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat mikro sendiri terjadi perubahan interaksi, dan perilaku individual (Sztompka, 2004 : 6). Perubahan sosial menyangkut pada 3 (tiga) aspek menurut Bungin dalam Rini (2011 : 48) yaitu: 1. Perubahan pola pikir masyarakat, perubahan pola pikir dan sikap masyarakat menyangkut sikap masyarakat terhadap berbagai persoalan sosial dan budaya di sekitarnya yang berakibat terhadap pemerataan pola-pola pikir baru masyarakat sebagai sebuah sikap yang modern. 2. Perubahan perilaku masyarakat, menyangkut persoalan-persoalan sistem-sistem sosial, dimana masyarakat meninggalkan sistem sosial lama dan menjalankan sistem sosial baru. 3. Perubahan budaya materi, menyangkut perubahan artefak budaya yang digunakan oleh masyarakat seperti model pakaian. Menurut J.L Gillin dan J.P Gillin, perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi 15

3 ataupun penemuan baru dalam masyarakat. Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Menganalisis fenomena perubahan sosial dapat dilakukan apabila sejauh mana fenomena itu bisa diamati ataupun diukur seperti, mobilitas sosial (tenaga kerja), komposisi penduduk, perubahan sistem pemerintahan dan seterusnya. Perubahan-perubahan yang terjadi bisa merupakan kemajuan atau mungkin justru suatu kemunduran. Unsur-unsur yang mengalami perubahan biasanya adalah mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan, stratifikasi sosial, kekuasaan, tanggung jawab, kepemimpinan dan sebagainya. Perubahan sosial dari aspek ekonomi merupakan proses berubahnya sistem di masyarakat yang meliputi perubahan kehidupan perekonomian masyarakat. Hal tersebut meliputi perubahan mata pencaharian, perubahan penghasilan, bahkan sampai peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik lagi. Para ahli sosiologi mempercayai bahwa, masyarakat manapun pasti mengalami perubahan berlangsung puluhan atau bahkan ratusan tahun yang lalu. Perbedaannya dengan yang terjadi di masa yang lalu adalah dalam hal kecepatannya, intensitasnya, dan sumber-sumbernya. Biersted dalam Mansyurdin (1994 : 146) mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan dalam organisasi sosial yaitu perubahan dalam status dan 16

4 peranan, hubungan sosial kelompok dan lembaga. Perubahan sosial bisa terjadi dengan cara direncanakan (planed) atau tidak direncanakan (unplaned). Menuju kearah kemajuan (progressive) atau kemunduran (regressive), mengarah pada suatu kemajuan atau kemunduran, bersifat tetap - sementara atau umum - terbuka, spontan ataupun terencana, hanya satu arah atau majemuk, menunjukkan suatu keuntungan ataupun kerugian. Hal serupa juga terjadi pada masyarakat kota Pangkalan Brandan dimana arah perubahan sosial yang berlangsung sekarang adalah sebuah kemunduran walaupun kota ini merupakan penghasil minyak akan tetapi jika dibandingkan dengan keadaan di masa lampau sangat jelas terlihat bahwa semakin lama pola kehidupan serta aktifitasnya tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah yang progress padahal kita tahu sewajarnya dalam perkembangan zaman yang semakin lama semakin berkembang masyarakat kota harus disertai dengan perubahan sosial masyarakatnya kearah progresif serta pada pekembangan kotanya itu sendiri Mobilitas Sosial Membahas mobilitas sosial tidak hanya mengacu pada perpindahan status seseorang dari suatu tingkat yang rendah ketingkat yang lebih tinggi. Sesungguhnya, mobilitas sosial dapat berlangsung dalam dua arah. Sebagian orang mencapai status yang lebih tinggi, sebagian orang lagi mengalami kegagalan atau mengalami mobilitas menurun dan ada juga individu yang tetap tinggal pada status yang dimiliki atau tidak mengalami mobilitas. 17

5 Mobilitas sosial mempunyai dua tipe, yaitu mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. Mobilitas sosial vertikal merupakan perpindahan individu dari suatu kedudukan sosial kepada kedudukan sosial lainya tetapi tidak sederajat, sedangkan mobilitas sosial horizontal merupakan peralihan individu dari satu kelompok sosial yang kedudukanya sederajat. Dalam mobilitas horizontal tidak terjadi perubahan dalam derajat status seseorang atau objek sosial lainnya. Gerak sosial vertikal terbagi lagi dalam dua macam, yaitu: a. Gerak sosial meningkat ( social climbing ), mempunyai dua bentuk yaitu peralihan kedudukan individu dari kedudukan rendah pada kedudukan yang lebih tinggi. Pada kelompok yang sama dan terbentuknya kelompok baru kemudian mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan pada kelompok pembentukan. b. Gerak sosial yang menurun ( sosial slinking ), juga mempunyai dua bentuk, yaitu peralihan individu pada kedudukan yang lebih rendah dan turunya derajat kelompok karena ada disintergrasi dalam diri kelompok tersebut (Soerjono Soekanto, 2009: 220). Menurut Horton dan Hunt, mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerakan perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial juga dapat berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan biasanya termasuk pula dari segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau keseluruhan anggota kelompok (Narwoko, 2007 : 208). 18

6 Horton dan Hunt, menerangkan ada 2 faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas pada masyarakat modern, yaitu: a. Faktor struktural, yaitu jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. b. Faktor individu, yaitu kualitas orang per orang, baik ditinjau dari segi tingkat pendidikannya, penampilanya, keterampilan pribadi, dan termasuk faktor kesempatan yang menentukan siapa yang akan berhasil mencapai kedudukan itu (Narwoko, 2007 : 211). Menurut Kimbal Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial termasuk perubahan pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya (Soerjono Soekanto, 2007: 141). Ada beberapa faktor yang memepengaruhi terjadinya mobilitas sosial, yaitu: a. Perubahan kondisi sosial Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya, misalnya karena masyarakat berubah pandangan terbuka. Selain itu perubahan kondisi sosial ekonomi suatu daerah apakah itu mengalami peningkatan atau penurunan. b. Ekspansi teritorial dan gerak populasi Ekspansi territorial akibat perkembangan kota dapat mendorong terjadinya mobilitas sosial. Gerak populasi pada suatu daerah, apakah gerak populasinya didominasi pada penurunan jumlah penduduk atau peningkatan jumlah penduduk sehingga terjadinya mobilitas sosial 19

7 c. Pembagian kerja Besarnya kemungkinan terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Pembagian kerja berhubungan dengan spesifikasi jenis pekerjaan yang menuntut keahlian khusus. Jadi semakin spesifik kerjaan yang ada di masyarakat maka semakin sedikit pula kemungkinan untuk berpindah atau mendapatkan kerja. d. Situasi politik Kondisi politik yang tidak stabil memungkinkan terjadinya mobilitas sosial. Gerak sosial atau social mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antar individu dengan kelompoknya, sehingga masyarakat dalam melakukan mobilitas sosial khususnya secara vertikal dapat dilakukann lewat beberapa saluran penting salah satunya di bidang organisasi ekonomi. Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahaan maupun jasa pada umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang ataupun sekelompok orang untuk mencapai mobilitas sosial karena sifatnya relatif terbuka. Seperti halnya pada kota Pangkalan Brandan yang merupakan kota tambangdengan adanya unit pengolahan minyak yaitu sebesar Pertamina. Sehingga dapat di lihat bagaimana gerak mobilitas sosial masyarakat kota pangkalan dari aspek ekonomi pasca ditutupnya perusahan tambang tersebut. 20

8 2.3. Kota Pengertian kota sebagaimana yang diterapkan di Indonesia mencakup pengertian town dan city dalam bahasa Inggris. Selain itu, terdapat pula kapitonim kota yang merupakan satuan administrasi negara di bawah provinsi. Pada hakekatnya kota itu lahir dan berkembang dari suatu wilayah pedesaan yang sebelumnya merupakan panorama alamiah berupa sawahan, kebun atau daerah perbukitan dengan kesejukan udara dan keindahan alamnya. Dalam masyarakat yang modern seperti sekarang ini tampilan kota terus berkembang karena telah diubah oleh manusia yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang kehidupan menjadi bangunanbangunan perkantoran, perumahan, pasar, pusat-pusat pertokoan dan tempattempat fasilitas lainnya. Kota juga merupakan wilayah pusat-pusat dari kegiatan manusia seperti pusat industri, perdagangan, sektor jasa, dan pelayanan masyarakat, pendidikan, pemerintahan, yang sudah merupakan bagian dari aktifitas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kota-kota di Indonesia telah berkembang sejak zaman dahulu, sebagian besar kota-kota yang tumbuh dengan cepat adalah kota-kota yang terletak di dekat pelabuhan. Pemilihan lokasi didasarkan pada potensi-potensi yang dapat dikembangkan terutama potensi sumber daya alam dan letak yang strategis. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 4/1980, kota adalah wadah yang memiliki batasan administratif wilayah seperti kotamadya dan kota administrasi. Mayer, melihat kota sebagai tempat bermukimnya penduduk, baginya yang penting bukanlah rumah, jalan raya, rumah ibadat, kantor, taman, kanal dan sebaginya melainkan penghuni yang menciptakan segalanya. Max 21

9 Weber, memandang suatu tempat itu kota jika penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar setempat (Daldjoeni, 2003 : 37). Dari sudut Sosiologis, kota haruslah mencakup stuktur sosial dan pola-pola psikologis dan prilaku dengan pemahaman bahwa masyarakat kota berbeda dari masyarakat desa. Menurut Bintarto, kota adalah sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistik dibanding dengan daerah belakangnya. Dalam hal ini yang menjadi klasifikasi kota berdasarkan fungsinya yaitu, kota sebagai pusat industri, perdagangan, pemerintahan, kebudayaan, pendidikan, kesehatan. Sedangkan yang menjadi klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduknya adalah sebagai berikut: 1. Megapolitan, yaitu kota yang berpenduduk di atas 5 juta orang. 2. Metropolitan (kota raya), yaitu kota yang berpenduduk antara 1 5 juta orang. 3. Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara juta orang. 4. Kota sedang, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara orang. 5. Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara orang.( EMBANGAN-KOTA(STUDY-KASUS-KOTA-SEMARANG).html/ diakses 4 februari 2014) 22

10 Menurut Mumford, kota dilihat sebagai suatu tempat yang berkiblat keluar. Di sini, kota seperti magnet yang semakin kuat tarikannya baik bagi perekonomian maupun keagamaan. Sedangkan Marx dan Engels memandang kota sebagai perserikatan yang dibentuk guna melindungi hak milik dan memperbanyak alat produksi untuk mempertahankan diri para penduduknya. Dalam memberikan defenisi dari kota, para ahli mengajukan beberapa aspek yang akan mendasarinya menurut perhatian mereka masing-masing yaitu: 1. Morfologi, bentuk fisik kota dengan gedung-gedung besar dan tinggi. 2. Jumlah Penduduk, kota diukur berdasarkan jumlah penduduknya 3. Hukum, pengertian kota di sini dikaitkan dengan adanya hak-hak hukum tersendiri bagi penghuni kota. 4. Ekonomi, hidup yang non-agraris; kota fungsi khasnya lebih kultural, industry, dan perdagangan. 5. Sosial, masyarakat kota hidup seperti terkotak-kotak oleh kepentingan yang berbeda-beda dan manusia bebas memilih hubungannya dengan siapa yang diinginkannya (Naldjoeni, 2003 : 40). Dalam kaitannya, kota Pangkalan Berandan dahulunya memiliki ciri-ciri sebagai kota yang sangat berkembang walaupun dari segi luas wilayah kota Pangkalan Brandan sangat berbeda jauh dengan kota lainnya seperti kota Medan. Penjelasan diatas dapat kita kaitkan dari sektor ekonominya dan sosialnya dimana kota ini menjadi pusat penghasil minyak, jumlah penduduk yang banyak serta pola pemukiman yang berbentuk perumahan. Namun, kota Pangkalan Brandan 23

11 seiring berkembangnya zaman mengalami perubahan dan bila kita lihat tampilan kota Pangkalan Brandan berbeda jauh jika dibandingkan dengan kondisi yang dulu Perkembangan Kota Sejalan dengan peradaban maka kota-kota di dunia telah mengalami perkembangan. Dahulu kota hampir seperti desa yang masih bersifat tradisional dan sederhana, masyarakat kota masih homogen dengan latar belakang historis yang sama. Seiring dengan waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka kotapun berkembang menjadi lebih maju. Kota mengalami sejarah pertumbuhan, perkembangan, mekar menjadi kota besar dan kemudian kita lihat kota yang hilang, yang tinggal namanya saja dalam sejarah, kotapun menunjukkan dinamika masyarakat manusia. Bila kita membicarakan tentang perkembangan kota, maka berarti kita dihadapkan pada dua aspek. Pertama aspek yang menyangkut perubahan perubahan yang dikehendaki dan yang dialami oleh warga kota. Kedua aspek yang menyangkut perluasan atau pemekaran kota. Mengikuti tahap tahap perkembangan kota sejak sebelum masehi sampai zaman modern perkembangannya tidak hanya dalam arti kuantitatif seperti jumlah penduduk, bertambahnya bangunan dan jalur jalur transportasi, tetapi juga dalam arti kualitatif yaitu terjadinya atau terbentuknya berbagai organisasi dan kelembagaan yang ikut menghidupkan kota. Kota sebagai perubahan mengubah masyarakat mulai dari lapisan terbawah hingga yang teratas. Perubahan yang didorong oleh kota secara sosiologis, ada yang menyangkut tentang penyebaran kebudayaan dan mental penduduk serta menyangkut perubahan status masyarakat antar lapisan, 24

12 perubahan dibidang ekonomi, politik, pendidikan dan sebagainya (Naldjoeni, 2003 : 102). Lewis Mumford dalam bukunya yang terkenal berjudul The Culture of Cities (1938) menyimpulkan adanya enam tahap perkembangan kota, mulai dari munculnya sampai runtuhnya. Enam tahap perkembangan kota tersebut adalah sebagai berikut: 1. Neopolis, yaitu tahap perkembangan daerah kota yang sudah diatur ketahap kehidupan kota (kota kecamatan). kota ini menempati suatu pusat dari daerah pertanian dengan adat istiadat yang bercorak kesederhanaan 2. Polis, yaitu tahap perkembangan kota yang masih ada pengaruh kehidupan agraris (kota kabupaten). kota ini merupakan pusat dari kehidupan keagamaan dan pemerintahan. 3. Metropolis, yaitu tahap perkembangan kota sudah mengarah ke sektor industri. Merupakan kota besar tempat bertemunya orang dari berbagai bangsa untuk berdagang dan tukar-menukar harta budaya rohani juga terdapat percampuran perkawinan antara bangsa dan ras dengan akibat munculnya filsafat dan kepercayaan baru. Selain keagungan kota, secara fisik kota menjanjikan kontras yang menonjol antara golongan kaum kaya dan kaum miskin. 4. Megapolis, yaitu tahap perkembangan kota yang telah mencapai tingkat tertinggi diantaranya dengan dengan pemekaran atau perluasan kota. Dalam hal ini ada kekayaan dan birokrasi yang amat 25

13 menonjol, sedangkan dipihak lain meluaslah kemiskinan dan berontaklah kaum proletar. 5. Tyranopolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya sudah sulit dikendalikan baik masalah lalu-lintas, pelayanan maupun kriminalitas. Tahap ini merupakan tahap kota besar yang dilanda kepincangan berupa degenerasi dan korupsi moral dan pada penduduknya merosot karena adanya relasi erat antara politik ekonomi dan kriminalitas, disamping itu kaum proletar menjadi kekuatan yang tidak diremehkan. 6. Nekropolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya mulai sepi bahkan mengarah pada kota mati. Artinya peradaban kota runtuh dan kota menjadi bangkai (Hadi, 2006 : 22). Tidak semua kota mengikuti jaur lengkap, banyak kota yang belum sampai mencapai tingkat metropolis sudah menurun kualitasnya. Hal tersebut dapat terjadi akibat politik atau pemindahan jalur-jalur ekonomi. Pada umumnya kota berfungsi ganda (multifungsional), baik sebagai pusat administrasi, pusat perdagangan, pusat industri, tempat tinggal, dan lain-lainnya. Akan tetapi ada juga kota yang memiliki fungsi tertentu, seperti Tembagapura yang secara khusus merupakan kota tambang tembaga, ataupun Pangkalan Brandan yang secara khusus merupakan kota tambang minyak. 26

GEOGRAFI. Sesi DESA - KOTA : 2. A. PENGERTIAN KOTA a. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun b. R. Bintarto B.

GEOGRAFI. Sesi DESA - KOTA : 2. A. PENGERTIAN KOTA a. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun b. R. Bintarto B. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 17 Sesi NGAN DESA - KOTA : 2 A. PENGERTIAN KOTA a. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun 1980 Kota terdiri atas dua bagian. Pertama, kota sebagai suatu

Lebih terperinci

PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL

PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL Mobilitas Sosial PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL Mobilitas social dapat diartikan juga sebagai gerak social atau dalam katagori lain dapat disebut sebagai perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat transisi dan menuju masyarakat modern. Perubahan itu mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda, dan perubahan ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Transmigrasi Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil keputusan, guna tercapainya keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR. Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat heterogenitas artinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR. Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat heterogenitas artinya BAB II KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Kajian Masyarakat a. Karakteristik Masyarakat Kota 1) Heterogenitas Sosial Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat

Lebih terperinci

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL BAB V STRATIFIKASI SOSIAL 6.1 Pengantar Stratifikasi merupakan karakteristik universal masyarakat manusia. Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat diferensiasi sosial dalam arti, bahwa dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan perekonomian. bajak, pemilik anggrek membutuhkan pot-pot anggrek, pemilik hotel

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan perekonomian. bajak, pemilik anggrek membutuhkan pot-pot anggrek, pemilik hotel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri modern merupakan gejala yang erat hubungannya dengan perkembangan masyarakat, sekaligus merupakan sebab dan akibat berbagai perkembangan

Lebih terperinci

MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA 1. Hakekat Perubahan Sosial yang Terjadi di Masyarakat Perubahan sosial merupakan sebuah proses yang tidak dapat dihindari dalam sebuah masyarakat, baik perubahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1992:78). Dalam pengertian lain industrialisasi merupakan transformasi proses

BAB I PENDAHULUAN. 1992:78). Dalam pengertian lain industrialisasi merupakan transformasi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi adalah proses segala hal yang berkaitan dengan teknologi, ekonomi, perusahaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya (SR. Parker, 1992:78).

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORETIS

BAB II PENDEKATAN TEORETIS 7 BAB II PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Perubahan Sosial Menurut Sztompka (2004) masyarakat senantiasa mengalami perubahan di semua tingkat kompleksitas internalnya. Dalam kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. 1

BAB II KAJIAN TEORI. divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. 1 2.1 Manusia Sebagai Makhluk Sosial BAB II KAJIAN TEORI Manusia sebagai makhluk individu. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individuum, artinya yang tak terbagi. Dalam bahasa inggris individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Pengertian desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering diistilahkan dengan kampung, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari

Lebih terperinci

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2 KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN Pertemuan 2 BERBAGAI KESATUAN HIDUP 1. Individu 2. Keluarga 3. Golongan/ kelompok 4. Masyarakat INDIVIDU Sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, satuan terkecil dan

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memacu pertumbuhan di berbagai sendi kehidupan seperti bidang ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. memacu pertumbuhan di berbagai sendi kehidupan seperti bidang ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan di berbagai daerah di Indonesia telah berhasil memacu pertumbuhan di berbagai sendi kehidupan seperti bidang ekonomi, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Yang disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Yang disebut dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap masyarakat pasti mengalami perubahanperubahan. Tidak ada sekelompok masyarakat pun yang tidak berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi

Lebih terperinci

Perubahan social. Menurut Kingsley Davis, bahwa perubahan social ini merupakan bagian dari perubahanperubahan

Perubahan social. Menurut Kingsley Davis, bahwa perubahan social ini merupakan bagian dari perubahanperubahan Perubahan social Menurut Gillin dan Gillin perubahan social adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena peeubahan-perubahan kondisi geografis, kebuadayaan

Lebih terperinci

Perencanaan Kota-2. Tetty Harahap, ST. M.Eng. Univ. Indo Global Mandiri 2016

Perencanaan Kota-2. Tetty Harahap, ST. M.Eng. Univ. Indo Global Mandiri 2016 Perencanaan Kota-2 Tetty Harahap, ST. M.Eng. Univ. Indo Global Mandiri 2016 Pengertian Wilayah, Daerah, Kota, Perkotaan, Perencanaan Wilayah : Suatu bagian dari permukaan bumi yang teritorialnya ditentukan

Lebih terperinci

Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang

Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang Hilman Nugraha 1, Dasim Budimansyah 2, Mirna Nur Alia A 3 ¹Mahasiswa Program Magister Pendidikan Sosiologi, Sekolah Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosial Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga

Lebih terperinci

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah Permalahan : Persebaran (distribusi) dan kesenjangan (disparitas) penduduk yang terlalu besar antara desa dengan kota dapat menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan

Lebih terperinci

Perubahan Regional (Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah)

Perubahan Regional (Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah) Perubahan Regional (Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah) Permalahan : Persebaran (distribusi) dan kesenjangan (disparitas) penduduk yang terlalu besar antara desa dengan kota dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB 14: GEOGRAFI POLA KERUANGAN DESA KOTA

BAB 14: GEOGRAFI POLA KERUANGAN DESA KOTA www.bimbinganalumniui.com 1. Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintah sendiri, adalah definisi desa menurut a. R. Bintarto b. S. D.

Lebih terperinci

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah 02/04/2013 7:59

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah 02/04/2013 7:59 Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah Urbanisasi Urban : perkotaaan Rural : perdesaan Urbanisasi secara umum diartikan sebagai perubahan perdesaan menjadi perkotaan karena adanya perpindahan penduduk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota sebagai salah satu kenampakan di permukaan bumi, menurut sejarahnya kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga timbullah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara tradisional hubungan masyarakat dan hutan meliputi multi aspek yaitu sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan masyrakat sekitar hutan memiliki

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 08 Komunikasi dan Perubahan Sosial Fakultas ILMU KOMUNIKASI Program Studi PUBLIK RELATIONS http://mercubuana.ac.id Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Perubahan Sosial Gillin

Lebih terperinci

MOBILITAS SOSIAL. Pertemuan Kesembilan

MOBILITAS SOSIAL. Pertemuan Kesembilan MOBILITAS SOSIAL Pertemuan Kesembilan TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: 1. Agar mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan mobilitas sosial 2. Agar mahasiswa mengetahui bentuk-bentuk perubahan sosial TUJUAN

Lebih terperinci

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota Geografi Pengertian Desa Kota Potensi Desa Kota Unsur - unsur potensi Fisik desa Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota Sekian... Pengertian Desa... Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari Stratifikasi sosial muncul karena adanya sesuatu yang dianggap berharga dalam masyarakat. Pitirim Sorokin Sistem stratifikasi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ). BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 65% jumlah penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan, sisanya 35% jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia mencapai sekitar

Lebih terperinci

Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial

Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Modul ke: Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Media massa berlaku sebagai agen pembawa perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun bertambah dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya keberadaannya relatif tetap. Pemaanfaatan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2 KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN Pertemuan 2 BERBAGAI KESATUAN HIDUP 1. Keluarga 2. Golongan/ kelompok 3. Masyarakat INDIVIDU Sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, satuan terkecil dan terbatas Individu

Lebih terperinci

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya, BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang lain. Perbedaan suku bangsa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Budaya Feodalisme Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu berorientasi pada atasan, senior, dan pejabat untuk menjalankan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Sosiologi Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan kata Yunani logos yang berarti kata atau berbicara, jadi sosiologi adalah berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu wilayah tertentu, ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial Setiap masyarakat selama hidup pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan antara golongan satu dengan golongan yang lain. Adanya golongan yang berlapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan suatu daerah terkait dengan interaksi yang terjadi dengan daerah-daerah sekitarnya. Interaksi tersebut membentuk tatanan yang utuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi dapat menjadi masalah yang cukup serius bagi kita apabila pemerintah tidak dapat mengatur

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI Oleh : UMI NURROISAH NIM. 10413244010 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Latar Belakang Lahirnya Sosiologi Hukum

Latar Belakang Lahirnya Sosiologi Hukum Sosiologi Hukum Latar Belakang Lahirnya Sosiologi Hukum Anzilotti (1882) Sosiologi Hukum Dipopulerkan oleh Roscoe Pound, Emile Durkheim, Eugene Ehrlich, Mark Weber, Karl Llewellyn Merupakan derivatif dari

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 1213 Psikologi Dakwah

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 1213 Psikologi Dakwah DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 1213 Psikologi Dakwah Hubungan Psikologi dakwah Sosiologi Hubungan Psikologi dakwah dengan Psikologi Sosial Minggu 4 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kawasan Gunung Jati sebagai suatu tempat terjadinya interaksi dalam masyarakat suku Muna, memiliki karakteristik yang khas dari masing-masing masyarakat yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. pendapatan atas tenaga kerja dan lahan.di tingkat rumah tangga,

BAB II. Tinjauan Pustaka. pendapatan atas tenaga kerja dan lahan.di tingkat rumah tangga, BAB II Tinjauan Pustaka 2.1.Diversifikasi Pekerjaan Pembahasan mengenai Diversifikasi pekerjaan sering dikaitkan dengan uapaya penanggulangan risiko, kesempatan atau ketidakpastian pendapatan atas tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan

Lebih terperinci

Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI Pengantar o Manusia adalah mahluk dinamis yang setiap saat selalu mengalami perubahan o Perubahan nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku,

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL, BUDAYA MASSA, & BUDAYA POPULER

PERUBAHAN SOSIAL, BUDAYA MASSA, & BUDAYA POPULER PERUBAHAN SOSIAL, BUDAYA MASSA, & BUDAYA POPULER Part 4 Edy Prihantoro Universitas Gunadarma A. Perubahan Sosial Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur

Lebih terperinci

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan WAWASAN SOSIAL BUDAYA Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan Disusun Oleh : Nur Fazheera Al Gadri (D0217023) Hendra Lesmana (D0217515) Asmirah (D0217024) Abdillah Resky Amiruddin (D0217514) FAKULTAS TEKNIK PRODI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan kawasan yang mempunyai kenampakan dan masalah. yang komplek. Kota tidak hanya berfungsi sebagai wadah dimana tempat

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan kawasan yang mempunyai kenampakan dan masalah. yang komplek. Kota tidak hanya berfungsi sebagai wadah dimana tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan yang mempunyai kenampakan dan masalah yang komplek. Kota tidak hanya berfungsi sebagai wadah dimana tempat beraglomerasinya penduduk

Lebih terperinci

A. Pilihlah satu jawaban yang tepat!

A. Pilihlah satu jawaban yang tepat! A. Pilihlah satu jawaban yang tepat! 1. Susunan status dan peran yang terdapat didalam satuan sosial, ditambah nilainilai dan norma-norma yang mengatur interaksi antar status dan peran sosial. Pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki batasan wilayah administrasi yang sifatnya non agraris, orang-orang didalamnya bersifat individualis.

Lebih terperinci

Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi. Oleh: Nabiela Rizki Alifa I

Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi. Oleh: Nabiela Rizki Alifa I Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi Oleh: Nabiela Rizki Alifa I34110099 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua, masyarakat tradisional dan masyarakat yang sudah modern. Masyarakat tradisional adalah masyarakat

Lebih terperinci

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan 18 Desember 2013 STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 18 Desember 2013 Peran Jakarta

Lebih terperinci

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN PERGESERAN BAHASA (LANGUAGE SHIFTING) DALAM KELUARGA BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN KETUA : ANGGOTA: SITI JAMZAROH, S.S., M.HUM. DRS. SAEFUDDIN, M.PD AGUS YULIANTO,S,S., M.PD DRS. SUMADI, M.HUM. TEGUH

Lebih terperinci

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi PENGANTAR SOSIOLOGI 1. Pengertian Dasar Sosiologi berasal dari kata latin socius dan kata yunani yaitu logos. Socius berarti kawan atau teman; Logos berarti pengetahuan. Maka sosiologi berarti pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses yang menunjukan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Strategi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) untuk mempercepat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial di Pedesaan Setiap individu atau masyarakat tentunya mengalami suatu perubahan. Lambat atau cepat perubahan itu terjadi tergantung kepada banyaknya faktor di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan terbentuk akibat adanya aktifitas yang dilakukan bukan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan terbentuk akibat adanya aktifitas yang dilakukan bukan di BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Karakteristik Pola Pergerakan Pergerakan terbentuk akibat adanya aktifitas yang dilakukan bukan di tempat tinggalnya. Artinya keterkaitan antar wilayah ruang sangatlah berperan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam bahan galian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam bahan galian BAB 1 PENDAHULUAN A. latar Belakang Masalah Indonesia di kenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam bahan galian mineral, Seperti bahan galian (C) jika sumber daya alam ini dapat di kelola dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai sosial, norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai sosial, norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti akan mengalami perubahan-perubahan walaupun ruang lingkup perubahan tersebut tidak terlalu luas. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

Nama :Rayendra Pratama NPM : 1A Kelas : 1 KA 39. Tugas ISB Bab 7

Nama :Rayendra Pratama NPM : 1A Kelas : 1 KA 39. Tugas ISB Bab 7 Nama :Rayendra Pratama NPM : 1A112084 Kelas : 1 KA 39 Tugas ISB Bab 7 Perkotaan,Aspekaspek positif dan negatif Pengertian. Linton : adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari aspek demografisnya, karena negara ini merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak terjadi perubahan dalam kehidupan, kehidupan yang berlangsung di dunia bersifat dinamis. Namun, kita dapat mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA S O S I O L O G I PROGRAM STUDI IPS PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

Nilai dan Norma Sosial

Nilai dan Norma Sosial Nilai dan Norma Sosial Manusia tercipta sebagai mahluk pribadi sekaligus sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk pribadi, manusia berjuang untuk memenuhi kebutuhannya agar dapat bertahan hidup. Dalam memenuhi

Lebih terperinci

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 1. Pengertian Perubahan Sosial Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya perbedaan

Lebih terperinci

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN 5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami struktur sosial di perdesaan 2. Mahasiswa mampu menganalisa struktur sosial perdesaan KONSEP DASAR STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DAPAT

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB VII KEPEMIMPINAN

BAB VII KEPEMIMPINAN BAB VII KEPEMIMPINAN 7.1 Pengantar Secara umum konsep kekuasan, wewenang, dan kepemimpinan senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat yang masih sederhana maupun yang telah kompleks, jadi menarik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pariwisata telah dianggaap sebagai salah satu sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pariwisata telah dianggaap sebagai salah satu sektor ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pariwisata telah dianggaap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Sektor pariwisata dapat dikatakan menjadi salah satu motor penggerak perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang modern ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa sebagai komunitas kecil yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal dan juga dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat desa bergantung kepada

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI BAB IX INTERAKSI DESA-KOTA Drs. Daryono, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci