BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa Subbab ini menguraikan tiga hal pokok, yaitu pengertian kesalahan berbahasa, klasifikasi kesalahan berbahasa, dan pengertian analisis kesalahan berbahasa. Penjelasan masing-masing hal pokok yang berhubungan dengan teori analisis kesalahan berbahasa adalah sebagai berikut. a. Pengertian Kesalahan Berbahasa Kegiatan komunikasi baik secara lisan maupun tertulis tidak lepas dari kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa adalah terjadinya penyimpangan kaidah dalam tindak bahasa, baik secara lisan maupun tertulis (Suwandi, 2008: 165). Seperti pendapat Suwandi, Setyawati (2010: 13) menjelaskan bahwa Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia. Pranowo (2014: 118) menjelaskan pengertian kesalahan berbahasa secara singkat, Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan kaidah dalam pemakaian bahasa. Tarigan dan Tarigan (1988: 145) menjelaskan bahwa ada empat taksonomi atau pengklasifikasian kesalahan berbahasa, yaitu taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif, dan taksonomi efek komunikatif. Taksonomi kategori linguistik adalah klasifikasi kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan. Taksonomi siasat permukaan adalah klasifikasi kesalahan berbahasa berdasarkan cara-cara struktur permukaan berubah. Taksonomi komparatif adalah klasifikasi kesalahan berbahasa berdasarkan perbandingan antara struktur kesalahan B2 dan tipe konstruksi tertentu lainnya. Taksonomi efek komunikatif adalah klasifikasi kesalahan berbahasa berdasarkan efek kesalahan terhadap penyimak atau pembaca. 7

2 8 Setyawati (2010: 13-14) mengemukakan bahwa ada tiga kemungkinan penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa, yaitu terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasai, kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, dan pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Berikut ini merupakan uraian masing-masing penyebab kesalahan berbahasa berdasarkan pandangan Setyawati (2010: 13-14). 1) Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Penyebab pertama ini dapat diartikan bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pembelajar (siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2. 2) Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya. Pemakai bahasa yang kurang memahami kaidah bahasa dapat menimbulkan kesalahan berbahasa. Pemakai bahasa salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa karena ia tidak paham mengenai kaidah tersebut. Kesalahan berbahasa karena kekurangpahaman kaidah bahasa misalnya kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa secara tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan semacam itu sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan tersebut disebabkan oleh: (a) penyamaran berlebihan, (b) ketidaktahuan pembatasan kaidah, (c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan konsep. 3) Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh pengajaran bahasa yang kurang tepat. Hal tersebut berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau yang dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan, pengurutan, dan penekanan. Sementara itu, cara pengajaran menyangkut masalah

3 9 pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran. Selain tiga kemungkinan penyebab kesalahan berbahasa yang diungkapkan oleh Setyawati tersebut, kesalahan berbahasa dapat pula terjadi karena penghilangan salah satu atau beberapa unsur bahasa. Menurut Slamet (2014: 34), faktor penyebab penghilangan unsur bahasa oleh penutur dapat bermacam-macam, misalnya penutur malas menggunakan bentuk kata atau kalimat yang panjang, penutur tidak menguasai struktur bahasa, penutur meniru bahasa yang digunakan orang lain (pejabat), dan penutur terpengaruh struktur bahasa daerah. Bahasa yang mengandung kesalahan dapat dikatakan sebagai bahasa yang tidak baku karena kesalahan berbahasa berkaitan dengan pelanggaran kaidah berbahasa. Penggunaan bahasa tidak baku tidak dibenarkan dalam situasi resmi. Bahasa yang seharusnya digunakan dalam situasi resmi adalah bahasa baku yang tidak mengandung kesalahan berbahasa. Bahasa baku ialah suatu bentuk pemakaian bahasa yang menjadi model yang dapat dicontoh oleh setiap pemakai bahasa yang hendak berbahasa secara benar (Moeljono, 1989: 23). Sementara itu, Moeliono (1989: 43) berpendapat bahwa Bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu ragam bahasa yang berkekuatan sanksi sosial dan yang diterima oleh masyarakat bahasa sebagai acuan atau model. Sabariyanto (2001: 3) merangkum beberapa pendapat ahli mengenai pengertian bahasa baku, yaitu (1) bahasa baku merupakan sebuah ragam bahasa, (2) dalam ragam itu harus tercermin penggunaan kaidah yang benar, (3) bahasa yang benar akan dijadikan acuan atau model oleh masyarakat pemakai bahasa, dan (4) ragam baku itu digunakan dalam situasi resmi. Kesalahan berbahasa harus dikaji dan diperbaiki untuk menegakkan penggunaan bahasa Indonesia baku. Siswa atau pelajar sebagai generasi muda harus dibiasakan menggunakan bahasa baku,

4 10 terutama dalam situasi resmi, mengingat fungsi bahasa baku yang cukup beragam. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003: 14-15) menjelaskan bahwa Bahasa baku mendukung empat fungsi, tiga di antaranya bersifat pelambang atau simbolik, sedangkan yang satu lagi bersifat objektif: (1) fungsi pemersatu, (2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawa kewibawaan, dan (4) fungsi sebagai kerangka acuan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi (2014: 16) menyatakan bahwa Bahasa baku menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa, fungsi mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh masyarakat. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa adalah penyimpangan kaidah atau tata bahasa dalam tindak bahasa, baik secara lisan maupun tertulis. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan berbahasa, di antaranya pengaruh bahasa pertama, kekurangpahaman terhadap strukrur bahasa yang dipakai, pengajaran bahasa yang kurang sempurna, penghilangan unsur bahasa, dan kemalasan si penutur. Kesalahan berbahasa Indonesia harus diatasi untuk menegakkan penggunaan bahasa Indonesia baku. Hal tersebut perlu dilakukan karena fungsi bahasa baku sangat banyak dan penting. b. Klasifikasi Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa dibedakan menjadi dua, yaitu mistake dan error. Mistake adalah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor-faktor performance seperti keterbatasan ingatan, mengeja dalam lafal, keseleo, kelelahan, tekanan emosional, dan sebagainya (Parera, 1986: 50). Kesalahan semacam itu mudah diperbaiki karena kesalahan terjadi akibat suatu keadaan yang mudah diubah. Kesalahan seperti itu tidak akan terjadi berulang-ulang dan terus-menerus. Kesalahan kategori mistake dapat diperbaiki dengan cara mengingatkan si penutur. Error adalah penyimpangan-penyimpangan yang sistematik dan konsisten dan menjadi ciri khas dari sistem bahasa siswa yang belajar bahasa pada tingkat tertentu

5 11 (Parera, 1986: 50). Pranowo (2014: 124) menjelaskan bahwa error merupakan penyimpangan bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa. Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam berbagai tataran linguistik dan berbagai jenis kegiatan berbahasa. Jenis kesalahan berbahasa sangat beragam dan bervariasi karena banyak hal yang membedakan jenis kesalahan berbahasa. Menurut Tarigan (1987: 48-49), kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu berdasarkan tataran linguistik, berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa, berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan, berdasarkan penyebab kesalahan berbahasa, dan berdasarkan frekuensi kesalahan berbahasa. 1) Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana. 2) Berdasarkan kegiatan atau keterampilan berbahasa, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. 3) Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan, kesalahan berbahasa dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis. 4) Berdasarkan penyebab kesalahan, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi. 5) Berdasarkan frekuensi terjadinya kesalahan, kesalahan berbahasa dapat dibagi menjadi kesalahan yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi. Penelitian ini difokuskan pada kesalahan berbahasa dalam kegiatan menulis pada tataran sintaksis. Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis dapat dibagi lagi menjadi jenis-jenis kesalahan berbahasa yang

6 12 lebih spesifik. Berkaitan dengan hal tersebut, Slamet (2014: 159) mengemukakan bahwa di dalam berbahasa kita sering menemukan berbagai kesalahan penggunaan bahasa di antaranya: (1) ketidakefektifan kalimat, (2) pemilihan kata (diksi), (3) kesalahan pemakaian tanda baca, (4) ketidaktepatan penulisan kata jadian, dan (5) gejala kontaminasi kata dan kalimat. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa jenis kesalahan berbahasa dapat dibedakan oleh beberapa hal, yaitu berdasarkan tataran linguistik, keterampilan berbahasa, sarana bahasa yang digunakan, penyebab kesalahan, dan frekuensi terjadinya kesalahan. Berdasar pada berbagai pertimbangan, penelitian ini difokuskan pada kesalahan berbahasa dalam karangan siswa. Jenis kesalahan yang diteliti adalah kesalahan berbahasa tataran sintaksis. Kesalahan berbahasa tataran sintaksis dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Namun, penelitian ini dikerucutkan pada kesalahan berbahasa bidang kalimat karena pada dasarnya bahasa adalah kesatuan kalimat. c. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Analisis kesalahan sering disingkat Anakes. Analisis kesalahan adalah metode dalam memberikan dan menjelaskan kesalahan berbahasa siswa (Parera, 1986: 48). Sementara itu, Suwandi (2008: 166) menjelaskan bahwa Analisis kesalahan adalah suatu kegiatan mengidentifikasi kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan, menentukan tingkat keseriusan kesalahan, dan menjelaskan penyebab kesalahan itu terjadi. Dalam penelitian ini, analisis kesalahan yang dimaksud adalah analisis kesalahan berbahasa. Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu (Tarigan dan Sulistyaningsih, 1997: 25).

7 13 Analisis kesalahan berbahasa sangat bermanfaat dalam bidang pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suwandi (2008: 169), Analisis kesalahan berbahasa memberikan banyak keuntungan, terutama yang bertalian dengan kegiatan pengajaran bahasa dan juga pelatihan yang bertalian dengan pembinaan bahasa. Manfaat yang diperoleh dari analisis kesalahan berbahasa dapat berupa manfaat praktis dan teoretis. Manfaat praktis analisis kesalahan adalah untuk memperbaiki kesalahan bahasa siswa pelajar bahasa dan mungkin bagi guru sebagai alat penjelas tentang kesalahan itu. Sedangkan manfaat teoretis ialah usaha untuk memberikan landasan yang lebih kuat tentang bahasa anak atau bahasa perolehan dalam menguasai bahasa ibunya sendiri (Parera, 1986: 48). Selain itu, analisis kesalahan berbahasa sangat bermanfaat bagi keberhasilan pembelajaran bahasa. Hal tersebut ditegaskan oleh Pranowo (2014: 134) bahwa Analisis kesalahan dapat diterapkan untuk meningkatkan keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Tarigan dan Tarigan (1988: 142) menjelakan bahwa analisis kesalahan berbahasa mengandung beberapa keuntungan. Keuntungan analisis kesalahan berbahasa menurut Tarigan dan Tarigan (1988: 142) antara lain: (1) untuk mengetahui penyebab terjadinya kesalahan; (2) untuk memahami latar belakang kesalahan; (3) untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh para pelajar; dan (4) untuk mencegah atau menghindari kesalahan yang sejenis pada waktu yang akan datang, agar para pelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Parera (1986: 53) menyebutkan langkah-langkah pelaksanaan atau metodologi analisis kesalahan, yaitu sebagai berikut. Pertama, pengumpulan data dari karangan-karangan siswa bahasa ajaran atau dari hasil-hasil ujian. Kedua, identifikasi kesalahan baik yang mendapat perhatian khusus dengan tujuan tertentu maupun penyimpangan yang umum. Ketiga, klasifikasi atau pengelompokan kesalahan. Keempat, pernyataan tentang frekuensi tipe kesalahan. Kelima, identifikasi lingkup kesalahan dalam bahasa ajaran. Keenam, usaha perbaikan.

8 14 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah kegiatan pengumpulan sampel dan identifikasi kesalahan berbahasa untuk menentukan solusi perbaikan yang tepat. Analisis kesalahan berbahasa sangat bermanfaat dalam bidang pendidikan. Secara garis besar, analisis kesalahan berbahasa berfungsi sebagai usaha pemecahan masalah kesalahan berbahasa dan landasan untuk memperbaiki kualitas pengajaran selanjutnya. Penelitian yang serupa dengan penelitian ini pernah dilakukan Praptiningsih (2007) dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Selogiri Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2006/2007). Dalam penelitian tersebut, Praptiningsih (2007) menganalisis empat jenis kesalahan berbahasa, yaitu kesalahan dalam bidang ejaan, kesalahan dalam bidang morfologi, kesalahan dalam bidang sintaksis, dan kesalahan dalam bidang leksikon. Dalam penelitian Praptiningsih (2007), kesalahan berbahasa bidang sintaksis terdiri dari tiga jenis kesalahan, yaitu penggunaan preposisi dan konjungsi, kalimat tidak efektif, dan struktur kalimat. Kesalahan berbahasa yang dianalisis dalam penelitian tersebut beragam dan dengan cakupan yang luas, tidak difokuskan pada satu jenis kesalahan. Penelitian berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Teks Berita Tulisan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang dilakukan oleh Fitriyani (2015) juga relevan dengan penelitian ini. Dalam penelitian tersebut, Fitriyani (2015) menyimpulkan bahwa bentuk kesalahan berbahasa aspek kalimat efektif dalam tulisan berita siswa terdiri dari lima jenis kesalahan, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, kehematan kata, kecermatan dan kesantunan, serta kepaduan makna. Selain relevan dengan penelitian Praptiningsih dan Fitriyani, penelitian ini juga relevan dengan penelitian Loka (2014) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Tulisan

9 15 Argumentasi Siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran 2 di SMK Negeri 1 Banyudono Tahun Pelajaran 2013/2014. Ia menganalisis beberapa aspek kesalahan berbahasa, yaitu kesalahan morfologi, sintaksis, semantik, wacana, dan ejaan. Penelitian ini mengkaji kesalahan berbahasa seperti penelitianpenelitian tersebut. Namun, penelitian ini difokuskan pada kesalahan berbahasa bidang kalimat. Jenis kesalahan berbahasa yang dianalisis dalam penelitian ini hanya berupa penggunaan kalimat. Peneliti fokus pada kesalahan berbahasa bidang kalimat karena masih jarang ditemui penelitian analisis kesalahan berbahasa Indonesia yang difokuskan pada bidang kalimat. Penelitian-penelitian sebelumnya kebanyakan seperti penelitian Praptiningsih, Fitriyani, dan Loka yang menganalisis berbagai jenis kesalahan berbahasa. Penelitian yang demikian ternyata lebih banyak mengulas kesalahan berbahasa bidang ejaan, sehingga analisis kesalahan berbahasa bidang kalimat masih minim. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada kesalahan berbahasa bidang kalimat. 2. Hakikat Kalimat Subbab hakikat kalimat membahas tentang pengertian kalimat efektif, jenis-jenis kalimat, unsur-unsur pembentuk kalimat, dan kesalahan berbahasa dalam bidang kalimat. a. Pengertian Kalimat Efektif Pada hakikatnya, bahasa merupakan kesatuan kalimat. Kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 2001: 23). Lazimnya, kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan ataupun tulis, yang mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh (Rahardi, 2009: 127). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam karangan siswa. Dalam menyusun karangan, siswa seharusnya menggunakan kalimat efektif.

10 16 Analisis kesalahan berbahasa yang peneliti lakukan secara umum akan mencari kalimat-kalimat yang tidak efektif di dalam karangan siswa. Sebelum berlanjut ke teori-teori selanjutnya, perlu disampaikan terlebih dahulu teori mengenai kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran dan benak pembicara atau penulisnya. Jadi dengan kalimat efektif, ide atau gagasan penulis atau pembicara itu akan dapat diterima secara utuh (Rahardi, 2009: 129). Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi (2014: 24) menjelaskan bahwa kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Selain mampu menyampaikan pesan, Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi juga menjelaskan pengertian kalimat efektif dari segi kelengkapan struktur kalimat. Kalimat dapat dikatakan efektif apabila memenuhi kelengkapan struktur kalimat. Kalimat efektif terdiri atas S + P yang disusun hendaknya memiliki kelengkapan struktur (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi, 2014: 23). Kalimat efektif sangat bermanfaat dalam kegiatan menulis, terutama menulis karangan deskripsi yang bertujuan untuk menggambarkan objek dengan sejelas mungkin. Pembaca mudah memahami maksud penulis apabila kalimat yang digunakan adalah kalimat efektif dan jelas. Termasuk dalam karangan deskripsi, pembaca akan kesulitan mengimajinasikan objek yang dideskripsikan apabila kalimat dalam karangan tersebut bertele-tele, tidak lengkap, dan bermakna ganda. Jadi, agar makna dalam karangan deskripsi mudah dipahami pembaca, penulis hendaknya menggunakan kalimat efektif. Seperti halnya disampaikan oleh Razak (1990: 3), Kalimat yang efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan.

11 17 Analisis kesalahan berbahasa memerlukan suatu acuan untuk menentukan letak kesalahan berbahasa. Terdapat ciri-ciri kalimat efektif yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai keefektifan sebuah kalimat. Berkaitan dengan hal tersebut, Rahardi (2009: ) menjelaskan ciri-ciri kalimat efektif, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan dan kesantunan, kepaduan makna, dan kelogisan makna. 1) Kesepadanan Struktur Kesepadanan struktur adalah keseimbangan antara gagasan atau pikiran dan struktur bahasa yang digunakan. Kesepadanan pikiran ditunjukkan oleh keutuhan dan kepaduan ide atau gagasan pada kalimat itu. Adapun kesepadanan struktur ditunjukkan oleh kejelasan kehadiran subjek dan predikat, tidak adanya subjek yang ganda, tidak adanya konjungsi intrakalimat yang digunakan dalam kalimat tunggal, dan tidak adanya kata yang di depan predikat. 2) Keparalelan Bentuk Keparalelan bentuk adalah kesamaan atau kepararelan bentuk kata atau frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat. Artinya, jika dalam konstruksi yang beruntun pada kalimat, bentuk yang pertama menggunakan nomina, bentuk yang kedua dan seterusnya juga pasti menggunakan nomina. Demikian juga kalau bentuk yang pertama menggunakan ajektif, bentuk yang kedua, ketiga, dan seterusnya juga harus menggunakan ajektif. 3) Ketegasan Makna Ciri ketiga kalimat efektif dalam bahasa Indonesia adalah adanya ketegasan makna. Adapun yang dimaksud dengan ciri ketegasan makna itu adalah bahwa perlakuan penonjolan pada gagasan pokok kalimat tersebut. Dengan perkataan lain, gagasan yang hendak ditonjolkan itu harus diletakkan pada posisi depan pada sebuah kalimat. Dengan pengedepanan gagasan atau ide yang hendak ditonjolkan itu, ketegasan makna dapat diperoleh dalam kalimat itu.

12 18 Informasi yang harus diketahui dan diperoleh terlebih dahulu oleh para pembaca, akan mudah diketemukan secara langsung oleh pembaca, yakni dengan mengidentifikasi bentuk kebahasaannya yang ditonjolkan itu. 4) Kehematan Kata Ciri kalimat efektif yang keempat adalah kehematan kata. Akan tetapi, juga harus diingat di sini bahwa tidak selalu yang hemat katakata, yang pendek bentuknya, pasti bersifat efektif. Jadi, prinsip ketercukupan dalam pemakaian bentuk-bentuk kebahasaan saya rasa sangat penting ditekankan di sini. Dalam kaitannya dengan rumusan kalimat yang berciri hemat dan efektif demikian ini, lazimnya didapatkan pula bahwa di dalam kalimat itu harus ada: 1) penghilangan pengulangan subjek; 2) penghilangan superordinat; 3) penghilangan kesinoniman. 5) Kecermatan dan Kesantunan Kecermatan bahasa adalah kehati-hatian dalam menyusun kalimat dan bentuk-bentuk kebahasaan yang lain sehingga hasilnya tidak akan menimbulkan tafsir ganda. Bentuk-bentuk kebahasaan yang memiliki tafsir ganda itu biasanya adalah bentuk-bentuk kebahasaan yang memiliki makna ambigu, atau makna yang lebih dari satu. Bahasa yang cermat pertimbangan dimensi-dimensi konteksnya, biasanya juga adalah bahasa yang cenderung bersifat santun. 6) Kepaduan Makna Kalimat efektif dalam bahasa Indonesia juga harus memiliki ciri kepaduan makna. Adapun yang dimaksud dengan padu adalah bersatu. Dengan demikian, dapat dikatakan pula bahwa bentuk kebahasaan yang padu adalah bentuk kebahasaan yang tidak terpecah-pecah, atau bentuk kebahasaan yang bersatu. Kebersatuan atau kepaduan bentuk-bentuk kebahasaan demikian itu jelas sekali akan sangat berpengaruh terhadap makna atau maksud sebuah bentuk

13 19 kebahasaan. Bentuk kebahasaan yang padu, juga dipastikan akan dapat menjadikan makna kebahasaan tersebut padu. 7) Kelogisan Makna Kelogisan makna sangat berkaitan dengan nalar, maka sesungguhnya dapat dikatakan pula bahwa kalimat yang logis itu sesungguhnya adalah kalimat yang bernalar. Secara lebih khusus lagi dapat dikatakan bahwa kalimat yang logis atau kalimat yang bernalar itu adalah kalimat yang ide atau gagasannya sejalan dengan akal dan nalar yang benar dan berlaku universal. Kalimat efektif erat kaitannya dengan bahasa baku. Agar sebuah kalimat dapat dikatakan efektif, tentu harus mengikuti kaidah-kaidah berbahasa Indonesia, sehingga kalimat efektif sudah pasti merupakan bahasa baku. Rahardi (2009: 136) menjelaskan bahwa Bahasa baku merupakan salah satu ragam di dalam bahasa Indonesia. Kalimat baku pada hakikatnya adalah kalimat yang benar. Kalimat yang benar adalah kalimat yang susunannya sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku. Kalimat yang benar sedikit dibedakan dengan kalimat yang baik karena keduanya tidak sama dalam hal kaidah penentunya. Kaidah penentu untuk kalimat yang benar adalah kaidah-kaidah kebahasaan, sedangkan kaidah penentu untuk kalimat yang baik adalah kaidah-kaidah kemasyarakatan yang berlaku. Selanjutnya, berkaitan dengan kebakuan dan kebenaran sebuah kalimat, Rahardi (2009: 136) menyebutkan ciri-ciri kalimat baku atau kalimat benar. Adapun ciri-ciri kalimat baku atau kalimat benar adalah ejaan benar, fungsi-fungsi kalimat eksplisit, struktur dan urutan kata benar, struktur tidak rancu, kata-kata baku, bentuk-bentuk tepat, verba ditulis lengkap, posisi konjungsi tepat, tidak berkonstruksi partisip, tidak mereduksi bentuk idiomatis, penggunaan bentuk korelatif tepat, dan tidak berkonjungsi ganda. Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pesan, gagasan,

14 20 perasaan, dan pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Kalimat efektif berkaitan dengan bahasa baku. Kosakata dalam kalimat efektif harus baku. Struktur kalimat harus tepat agar kalimat menjadi efektif dan tidak rancu. Bahasa baku harus senantiasa diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar siswa terbiasa menggunakan bahasa baku. Kesalahan berbahasa khususnya penggunaan kalimat efektif harus dianalisis untuk mencari tahu penyebabnya dan menentukan solusi yang tepat agar tidak berlanjut menjadi masalah kebahasaan yang semakin serius. b. Jenis-jenis Kalimat Kalimat dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi beberapa macam. Rahardi ( 2005: 71) menyatakan bahwa Kalimat dapat dibedakan dengan dua macam cara. Cara yang pertama adalah pembedaan berdasarkan bentuknya, sedangkan cara yang kedua adalah pembedaan berdasarkan nilai komunikatifnya. Pembedaan berdasarkan bentuk adalah pembagian jenis kalimat secara gramatik. Sementara itu, pembedaan berdasarkan nilai komunikatif dapat diartikan pembagian jenis kalimat berdasarkan fungsinya. Rahardi (2009: 128) menjelaskan bahwa Secara gramatik, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat dibedakan lebih lanjut menjadi kalimat majemuk setara dan tidak setara. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Adapun kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari lebih satu subjek dan satu predikat. Pendapat Rahardi mengenai jenis-jeis kalimat sesuai dengan pembagian jenis kalimat menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003: 39-40) menjelaskan bahwa Jika ditinjau dari jumlah klausanya, kalimat dapat berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang proposisinya satu dan karena itu predikatnya pun satu, atau dianggap satu karena merupakan predikat majemuk. Sementara itu,

15 21 kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat dijadikan suatu kesatuan. Lebih lanjut, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003: 40) menjelaskan bahwa Jika hubungan antara klausa yang satu dengan klausa yang lain dalam satu kalimat itu menyatakan hubungan koordinatif, maka kalimat macam itu dinamakan kalimat majemuk setara. Jika hubungan subordinatif, yakni yang satu merupakan induk, sedangkan yang lain merupakan keterangan tambahan, maka kalimat macam itu dinamakan kalimat majemuk bertingkat (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 40). Selain secara gramatik, Rahardi membagi kalimat berdasarkan fungsinya. Rahardi (2009: 129) membagi kalimat berdasarkan fungsinya menjadi empat, yakni; (1) kalimat pernyataan/deklaratif; (2) kalimat pertanyaan/interogatif; (3) kalimat perintah/imperatif; (4) kalimat seruan/eksklamatif. Kalimat pernyataan atau kalimat deklaratif difungsikan ketika orang hendak menyatakan sesuatu secara lengkap kepada orang lain. Adapun kalimat pertanyaan atau interogatif digunakan apabila orang hendak mendapatkan reaksi jawaban yang diharapkan kepada orang lain. Dengan perkataan lain, kalimat pertanyaan atau interogatif difungsikan ketika orang hendak mendapatkan informasi atau respon dari orang lain yang menjadi mitra wicaranya. Kalimat perintah atau imperatif digunakan jika orang ingin menyuruh atau melarang orang lain untuk melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu. Adapun yang terakhir, kalimat seruan atau kalimat eksklamatif adalah kalimat yang digunakan jika seseorang ingin mengungkapkan perasaan yang kuat atau perasaan yang sifatnya spontan atau mendadak. Teori-teori di atas dapat dipersingkat agar lebih mudah dipahami. Kalimat dapat dibedakan dengan dua cara, yaitu berdasarkan bentuknya dan berdasarkan fungsinya. Berdasarkan bentuknya, kalimat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Sedangkan berdasarkan fungsinya, kalimat dapat dibedakan menjadi

16 22 empat, yaitu kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. c. Unsur-unsur Pembentuk Kalimat Kalimat terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki kedudukan dan fungsi masing-masing. Sebelumnya telah dipaparkan teori mengenai kalimat efektif. Kalimat efektif harus mengandung kelengkapan struktur kalimat atau unsur-unsur pembentuk kalimat. Berkaitan dengan hal tersebut, Razak (1990: 11-14) menyebutkan beberapa unsur kalimat, yaitu subjek, predikat, pelengkap, kata perangkai, kata penghubung, kata modalitas, frase, klausa, dan bentuk absolut. 1) Subjek Subjek adalah unsur yang diperkatakan atau dibicarakan dalam sebuah kalimat. Subjek dapat diikuti oleh kata-kata yang membuat subjek itu lebih jelas (mempertegas kedudukan subjek). Kata-kata demikian disebut keterangan subjek. 2) Predikat Predikat adalah kata yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subjek. Seperti halnya subjek, predikat juga sering didampingi oleh kata atau kelompok kata lain yang berfungsi sebagai keterangan predikat. Keterangan predikat dapat membuat predikat menjadi terang dan jelas. 3) Pelengkap Pelengkap adalah unsur lain yang melengkapi sebuah predikat dalam kalimat sehingga terjadilah suatu pernyataan yang lengkap. 4) Kata Perangkai Kata perangkai adalah unsur yang berfungsi merangkaikan dua unsur subjek, dua unsur predikat, atau dua unsur pelengkap di dalam sebuah kalimat.

17 23 5) Kata Penghubung Kata penghubung adalah unsur yang berfungsi menghubungkan (jika perlu) dua buah informasi di dalam satu kalimat. Kata penghubung dapat berupa kata atau kelompok kata. 6) Kata Modalitas Unsur ini sering juga disebut kata warna, berfungsi untuk mengubah keseluruhan arti sebuah kalimat. Contoh kata modalitas adalah sebetulnya, memang, sungguh, dan sering. Apabila kata modalitas dimasukkan ke dalam sebuah kalimat, kalimat itu mungkin berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas, yang ragu-ragu, yang lembut, yang pasti, dan lain sebagainya. 7) Frase Frase merupakan sebuah kelompok kata dan sering berfungsi sebagai keterangan pedikat untuk keperluan-keperluan tertentu. Misalnya, untuk menyatakan keterangan waktu, keterangan sebab, keterangan tempat, dan lain sebagainya. 8) Klausa Sama dengan sebuah frase, klausa juga berbentuk sebuah kelompok kata. Bedanya, klausa mempunyai unsur subjek dan predikat, sedangkan frase tidak mempunyai unsur subjek dan predikat. 9) Bentuk Absolut Selain unsur-unsur yang dikemukakan di atas, ada lagi sejenis unsur lain yang sering muncul di dalam sebuah kalimat. Unsur ini dinamakan bentuk absolut, sebab secara gramatikal tidak mempunyai hubungan dengan unsur yang lain di dalam sebuah kalimat. Seperti halnya pendapat Razak, Rahardi (2010: 77) juga menyebutkan unsur-unsur pembangun kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Unsur pembangun kalimat yang wajib ada di dalam kalimat adalah subjek dan predikat. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam bahasa resmi, baik itu dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis, harus memiliki unsur pokok yang lazim disebut dengan

18 24 subjek dan predikat. Kalau tidak memiliki dua unsur pokok itu, bentuk kebahasaan tersebut bukanlah sebuah kalimat, tetapi hanyalah frasa atau kelompok kata (Rahardi, 2009: 127). Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum unsur pembentuk kalimat adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan kata keterangan. Masing-masing unsur memiliki kedudukan dan fungsi tertentu di dalam kalimat. Namun, unsur yang wajib ada di dalam sebuah kalimat adalah subjek dan predikat. Dengan kata lain, kelompok kata yang tidak memiliki subjek dan predikat tidak dapat disebut kalimat. d. Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Kalimat Penelitian ini difokuskan pada kesalahan berbahasa dalam bidang kalimat. Oleh karena itu, paparan teori mengenai kesalahan berbahasa dalam bidang kalimat perlu disampaikan. Setyawati (2010: 76-91) menyebutkan macam-macam kesalahan berbahasa dalam bidang kalimat sebagai berikut. 1) Kalimat Tidak Bersubjek Kalimat itu paling sedikit harus terdiri atas subjek dan predikat, kecuali kalimat perintah atau ujaran yang merupakan jawaban pertanyaan. Biasanya kalimat yang subjeknya tidak jelas terdapat dalam kalimat rancu, yaitu kalimat yang berpredikat verba aktif transitif di depan subjek terdapat preposisi, misalnya dari, untuk, di, dan di dalam. Kalimat yang rancu akibat diawali oleh preposisi dapat diperbaiki dengan dua cara, yaitu: (a) jika ingin tetap mempertahankan preposisi yang mendahului subjek, maka predikat diubah menjadi bentuk pasif; dan (b) jika menghendaki predikat tetap dalam bentuk aktif, maka preposisi yang mendahului subjek harus dihilangkan. Contoh: Untuk kegiatan itu memerlukan biaya yang cukup banyak.

19 25 Kalimat tersebut diawali dengan preposisi yang mengaburkan subjek. Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi kalimat-kalimat berikut. (a) Untuk kegiatan itu diperlukan biaya yang cukup banyak. (b) Kegiatan itu memerlukan biaya yang cukup banyak. 2) Kalimat Tidak Berpedikat Kalimat yang tidak memiliki predikat disebabkan oleh adanya keterangan subjek yang beruntun atau terlalu panjang, keterangan itu diberi keterangan lagi, sehingga penulis atau pembicaranya terlena dan lupa bahwa kalimat yang dibuatnya itu belum lengkap atau belum terdapat predikatnya. Kalimat yang terlalu panjang dan tidak memiliki predikat yang jelas dapat diperbaiki dengan cara memecah kalimat tersebut menjadi dua kalimat. Contoh: Bandar Udara Soekarno-Hatta yang dibangun dengan menggunakan teknik cakar ayam yang belum pernah digunakan di mana pun di dunia sebelum ini karena teknik itu memang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini oleh pakar rekayasa Indonesia. Kalimat tersebut belum selesai karena belum berpredikat. Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan cara menghilangkan kata yang agar dapat menghasilkan kalimat lengkap yang mengandung subjek dan predikat. Agar kalimat tidak terlalu panjang, penulis dapat memecah kalimat tersebut menjadi dua kalimat sebagai berikut. Bandar Udara Soekarno-Hatta dibangun dengan menggunakan teknik cakar ayam yang belum pernah digunakan di mana pun di dunia sebelum ini. Teknik cakar ayam itu memang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini oleh para pakar rekayasa Indonesia. 3) Kalimat Tidak Bersubjek dan Tidak Berpredikat (Kalimat Buntung) Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, kalimat tunggal tidak boleh diawali oleh kata-kata karena, sehingga, apabila, agar, seperti, kalau,

20 26 walaupun, jika, dan konjungsi yang lain. Konjungsi seperti itu dapat mengawali kalimat jika yang diawali oleh kata itu merupakan anak kalimat yang mendahului induk kalimat. Contoh: Seperti seekor belalang ia melompat menyerang begitu cepat. Kemudian seakan-akan menggeliat di udara. Contoh di atas adalah susunan kalimat yang dipenggal-penggal. Kalimat yang dipenggal itu masih mempunyai hubungan gantung dengan kalimat lain (sebelumnya). Kalimat yang memiliki hubungan gantung itu disebut anak kalimat, sedangkan kalimat tempat bergantung anak kalimat tadi disebut induk kalimat. Kalimat kedua pada contoh di atas adalah kalimat buntung yang tidak bersubjek dan tidak berpredikat. Kalimat tersebut hanya merupakan keterangan kalimat sebelumnya. Contoh di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat yang efektif, yaitu sebagai berikut. Seperti seekor belalang ia melompat menyerang begitu cepat, kemudian seakan-akan menggeliat di udara. 4) Penggandaan Subjek Penggandaan subjek dalam sebuah kalimat membuat bagian yang mendapat tekanan menjadi tidak jelas. Perbaikan kalimat yang bersubjek ganda dapat dilakukan dengan cara: (a) diubah menjadi kalimat pasif bentuk diri, atau (b) diubah menjadi kalimat aktif yang normatif, dan (c) salah satu di antara kedua subjek dijadikan keterangan. Contoh: Persoalan itu kami sudah membicarakannya dengan Bapak Direktur. Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan cara mengubah menjadi kalimat-kalimat berikut. (a) Persoalan itu sudah kami bicarakan dengan Bapak Direktur. (kalimat pasif bentuk diri)

21 27 (b) Kami sudah membicarakan persoalan itu dengan Bapak Direktur. (kalimat aktif) 5) Antara Predikat dan Objek yang Tersisipi Dalam kalimat aktif transitif, yaitu kalimat yang memiliki objek; verba transitif tidak perlu diikuti oleh preposisi sebagai pengantar objek. Dengan kata lain, antara predikat dan objek tidak perlu disisipi preposisi, seperti atas, tentang, atau akan. Contoh: Banyak anggota masyarakat belum menyadari akan pentingnya kesehatan lingkungan. Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan cara mengubah menjadi kalimat berikut. Banyak anggota masyarakat belum menyadari pentingnya kesehatan lingkungan. 6) Kalimat yang Tidak Logis Kalimat tidak logis adalah kalimat yang tidak masuk akal. Hal itu terjadi karena pembicara atau penulis kurang berhati-hati dalam memilih kata. Contoh: Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan acara ini. Ketidaklogisan kalimat tersebut terletak pada makna kata mempersingkat waktu. Kata mempersingkat memiliki makna leksikal sama dengan memperpendek. Jadi, tidak mungkin kalau waktu sampai diperpendek karena sampai kapanpun waktu adalah hal yang tetap, sehari semalam tetap 24 jam. Kata yang tepat untuk menyatakan maksud tersebut adalah kata menghemat. Kalimat di atas harus diubah menjadi kalimat berikut agar menjadi kalimat logis. Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini. 7) Kalimat yang Ambiguitas Ambiguitas adalah kegandaan arti kalimat, sehingga meragukan atau sama sekali tidak dipahami orang lain. Ambiguitas dapat disebabkan

22 28 beberapa hal, di antaranya intonasi yang tidak tepat, pemakaian kata yang bersifat polisemi, struktur kalimat yang tidak tepat. Contoh: Pintu gerbang istana yang indah terbuat dari emas. Kalimat di atas bermakna ganda, kita dapat menafsirkan bahwa yang indah adalah pintu gerbang atau istana. Agar kalimat tersebut tidak bermakna ganda atau agar maknanya jelas, kalimat tersebut harus diubah menjadi kalimat-kalimat berikut. (a) Pintu gerbang yang indah di istana itu terbuat dari emas. (b) Pintu gerbang yang ada di istana yang indah itu terbuat dari emas. 8) Penghilangan Konjungsi Penghilangan konjungsi pada anak kalimat justru menjadikan kalimat tersebut tidak efektif (tidak baku). Konjungsi jika, apabila, setelah, sesudah, ketika, karena, dan sebagainya sebagai penanda anak kalimat sering ditanggalkan. Hal tersebut dikarenakan penulisnya terpengaruh oleh bentuk partisif bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia konjungsi pada anak kalimat harus digunakan. Contoh: Sering digunakan untuk kejahatan, komputer ini kini dilengkapi pula dengan alat pengaman. Penghilangan konjungsi pada kalimat tersebut membuat kalimat tersebut menjadi tidak efektif. Agar kalimat tersebut efektif, perlu diubah menjadi kalimat berikut. Karena sering digunakan untuk kejahatan, komputer ini kini dilengkapi pula dengan alat pengaman. 9) Penggunaan Konjungsi yang Berlebihan Kekurangcermatan pemakai bahasa dapat mengakibatkan penggunaan konjungsi yang berlebihan. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang dan bergabung dalam sebuah kalimat. Contoh:

23 29 Walaupun dia belum istirahat seharian, tetapi dia datang juga di pertemuan RT. Kalimat tersebut tidak efektif karena menggunakan dua konjungsi sekaligus. Seharusnya konjungsi yang digunakan salah satu saja. Perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai berikut. (a) Walaupun dia belum istirahat seharian, dia datang juga di pertemuan RT. (b) Dia belum istirahat seharian, tetapi dia datang juga di pertemuan RT. 10) Urutan yang Tidak Paralel Jika dalam sebuah kalimat terdapat beberapa unsur yang dirinci, rinciannya itu harus diusahakan paralel. Jika unsur pertama berupa nomina, unsur berikutnya juga berupa nomina; jika unsur pertama berupa adjektiva, unsur berikutnya juga berupa adjektiva; unsur pertama bentuk di- -kan, unsur berikutnya juga berbentuk di- -kan, dan sebagainya. Contoh: Tahap terakhir penyelesaian rumah itu adalah pengaturan tata ruang, memasang penerangan, dan pengecatan tembok. Kata-kata yang dicetak miring pada kalimat di atas merupakan unsur yang dirinci. Kalimat tersebut tidak baku karena rincian unsur pada kalimat tersebut tidak paralel, maka perlu diubah menjadi kalimat berikut. Tahap terakhir penyelesaian rumah itu adalah pengaturan tata ruang, pemasangan penerangan, dan pengecatan tembok. 11) Penggunaan Istilah Asing Pengguna bahasa Indonesia yang memiliki kemahiran menggunakan bahasa asing tertentu sering menyelipkan istilah asing dalam pembicaraan atau tulisannya. Kemungkinannya adalah pemakai bahasa itu ingin memperagakan kebolehannya atau bahkan ingin memperlihatkan kesarjanaannya atau keintelektualannya pada

24 30 khalayak. Padahal kita tidak boleh mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Contoh: Kita segera menyusun project proposal dan sekaligus budgeting-nya. Kalimat di atas tidak baku karena mengandung istilah asing yang sebenarnya memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kalimat di atas harus diubah menjadi kalimat berikut. Kita segera menyusun rancangan kegiatan dan sekaligus rancangan biayanya. 12) Penggunaam Kata Tanya yang Tidak Perlu Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai penggunaan bentuk-bentuk di mana, yang mana, hal mana, dari mana, dan kata-kata tanya yang lain sebagai penghubung atau terdapat dalam kalimat berita (bukan kalimat tanya). Penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Contoh: Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan. Kalimat di atas tidak baku karena mengandung bentuk yang mana sebagai penghubung. Kalimat tersebut seharusnya diubah menjadi kalimat berikut. Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang kompleks karena terdiri dari unsur-unsur yang harus disusun dengan tepat agar dapat menyampaikan makna dengan jelas. Permasalahan kalimat yang ada di dalam bahasa Indonesia cukup kompleks, ada yang kacau susunan kalimatnya, ada yang salah satu klausanya dihilangkan karena memiliki fungsi yang sama, ada kalimat lanjutan yang belum selesai itu tidak dituliskan langsung di belakang kalimat yang tidak selesai tadi, tetapi

25 31 dituliskan sebagai kalimat yang memulai paragraf baru, dan sebagainya (Slamet, 2014: 135). Lebih lanjut, Slamet (2014: ) menyebutkan beberapa problematika dalam bidang kalimat, yaitu kalimat rancu (kacau), problem kalimat majemuk, problem kalimat tidak tuntas, dan problem fungsi keterangan dalam kalimat. Uraian problematika dalam bidang kalimat menurut pandangan Slamet (2014: ) adalah sebagai berikut. 1) Kalimat Rancu (Kacau) Kalimat rancu (kacau) ialah kalimat yang kacau susunannya, namun kekacauan susunan kata dalam kalimat itu sifatnya khusus (khas). Umumnya kalimat rancu itu terdiri atas dua bagian yang tidak cocok hubungannya. Hal tersebut disebabkan oleh hasil penggabungan kalimat itu kurang sesuai. Jadi, susunan kalimat yang digabungkan dari dua bagian kurang benar (sesuai) sehingga hasilnya menjadi rancu atau kacau. 2) Problem Kalimat Majemuk Sebuah kalimat yang memiliki dua klausa lebih dinamakan kalimat majemuk. Salah satu kalimat majemuk tersebut; kalimat majemuk rapatan (meminjam istilah S. Takdir Alisjahbana) ialah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih yang memiliki kata dengan fungsi yang sama pada kedua klausa itu. Kemudian, kata yang sama fungsinya itu pada salah satu klausanya dihilangkan. Karena dihilangkan, maka salah satu bertumpu pada kata yang tiggal dalam klausa yang satu lagi. 3) Problem Kalimat Tidak Tuntas Kebiasaan seseorang dalam membuat kalimat sering memberi titik pada akhir kalimat. Namun, ada kalimat yang diberi titik itu belum selesai, bahkan ada kalimat lanjutan yang belum selesai tersebut tidak dituliskan langsung di belakang kalimatnya, tetapi dituliskan sebagai kalimat yang memulai paragraf baru.

26 32 4) Problem Fungsi Keterangan dalam Kalimat Di dalam tata bahasa Indonesia kita mengenal istiah subjek, predikat, objek, dan keterangan sebagai unsur pembentuk kalimat atau disingkat SPOK. Dari keempat unsur SPOK tersebut unsur terpenting yang harus ada dalam kalimat ialah S dan P. Unsur yang lain merupakan unsur tambahan yang memberi keterangan kepada P tersebut. Dengan kata lain, unsur POK itu sebenarnya adalah P dalam arti luas. Letak unsur K di dalam kalimat, ada K yang ditempatkan di awal kalimat, di tengah, atau di akhir kalimat. Misalnya keterangan tempat atau keterangan waktu. Di dalam kenyataannya ada juga unsur K, terutama yang berupa atribut baik sepatah ataupun frasa, yang harus ditempatkan langsung di belakang kata atau frasa yang diterangkannya itu. Bila tempatnya jauh dari kata atau frasa yang diterangkannya, maka kalimat secara keseluruhan menjadi kabur. Sebelumnya telah dipaparkan teori mengenai kalimat efektif. Kalimat yang tepat untuk digunakan dalam menulis karangan deskripsi adalah kalimat yang efektif. Kesalahan berbahasa yang menyebabkan suatu kalimat menjadi tidak efektif dapat diketahui dengan melihat unsurunsur yang membentuk kalimat tersebut. Slamet (2014: 160) menyebutkan beberapa problem ketidakefektifan kalimat, antara lain tampak pada subjek berkata depan, konstruksi yang subjeknya kosong, objek yang mempunyai kata depan, pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, dan yang mana, konstruksi adalah/ialah vs yaitu/yakni, konjungsi, struktur paralel, dan konstruksi yang berjejalan. Kesalahan berbahasa bidang kalimat juga bisa terjadi karena kesalahan penggunaan kata. Hal tersebut ditegaskan oleh Sugono (2009: 221) bahwa Di dalam kenyataan tidak sedikit ditemukan kalimat tidak gramatikal yang disebabkan oleh penggunaan kata secara tidak tepat. Lebih lanjut, Sugono (2009: ) menjelaskan bahwa Di dalam penyusunan kalimat diperlukan kecermatan dalam memilih kata supaya kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik.

27 33 Kalimat bisa menjadi tidak efektif apabila kata-kata yang digunakan tidak baku, tidak tepat, dan berlebihan (mubazir). Bertolak dari pendapat-pendapat ahli di atas, dapat ditarik garis besar bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang kalimat cukup kompleks. Kesalahan berbahasa yang sering dijumpai dalam kalimat adalah kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak berpredikat, kalimat tidak bersubjek dan tidak berpredikat, kalimat dengan penggandaan subjek, kalimat tidak logis, kalimat ambigu, kalimat dengan penghilangan konjungsi, kalimat dengan penggunaan konjungsi yang berlebihan, kalimat dengan urutan yang tidak paralel, kalimat dengan penggunaan istilah asing, kalimat dengan penggunaan kata tanya yang tidak perlu, kalimat dengan penggunaan katakata tidak baku, kalimat dengan penggunaan kata-kata tidak tepat, dan kalimat mubazir. Perlu diketahui jenis kesalahan yang paling sering terjadi dalam penulisan karangan deskripsi. Dengan demikian, peneliti dapat menentukan materi kebahasaan yang harus ditekankan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kemudian hari. 3. Hakikat Karangan Deskripsi Subbab ini menjelaskan tentang pengertian karangan deskripsi, ciriciri karangan deskripsi, langkah-langkah menyusun karangan deskripsi, dan penilaian karangan deskripsi. Penjelasan serta teori masing-masing pokok bahasan adalah sebagai berikut. a. Pengertian Karangan Deskripsi Kusmana (2014: 83) menyatakan bahwa Paragraf deskripsi adalah paragraf yang isinya menyajikan sesuatu berdasarkan hasil penginderaan penulis. Lebih lanjut, Kusmana (2014: 83) menyatakan bahwa Penyajiannya dapat dilakukan dengan cara melukiskan, menggambarkan, memerikan tentang objek atau sesuatu hal itu, sehingga pembaca dapat membayangkan seolah-olah ia menyaksikan atau mengalaminya.

28 34 Sejalan dengan pendapat Kusmana, Dalman (2014: 94) menjelaskan bahwa Karangan deskripsi merupakan karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolaholah turut merasakan atau mengalami langsung apa yang dideskripsikan si penulisnya. Rahardi (2009: 166) menjelaskan bahwa Paragraf deskripsi disebut juga paragraf lukisan, yakni melukiskan atau menggambarkan apa saja yang dilihat di depan mata penulisnya. Jadi, paragraf deskriptif ini bersifat loyal terhadap tata ruang atau tata letak objek yang dituliskan itu. Jadi, pelukisan untuk paragraf deskripsi ini berkaitan dengan segala sesuatu yang ditangkap atau diserap oleh pancaindera. Sedangkan menurut Holisoh (1996: 333), Karangan deskripsi adalah karagan yang pokok gagasannya terdapat pada seluruh paragraf karangan tersebut. Adapun pendapat Supriyadi (1993: 270), Karangan deskriptif adalah karangan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penulisnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh tulisan ini adalah tercapainya penghayatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pembaca merasa seolah-olah ia sendiri mengalami atau mengetahuinya secara langsung. Supriyadi (1993: 270) lebih lanjut menyatakan bahwa Karangan deskripsi memiliki dua jenis, yaitu karangan deskripsi yang objektif dan karangan yang imajinatif. Karangan deskripsi objektif adalah karangan yang menginformasikan sesuatu sebagaimana adanya, sedangkan karangan imajinatif ada penambahan daya hayal. Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi (2014: 53) menjelaskan bahwa Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan memberikan kesan atau impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis.

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Perlinda Br Bangun (perlinda.bangun94@gmail.com) Dr. Malan Lubis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bisa berlangsung secara efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Untuk STIKOM Bandung Tahun 2011-2012 Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jadi, bila tidak

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting dimiliki seseorang. Menulis sendiri bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel, esai, laporan,

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA oleh I Gede Tunas Adiyasa, NIM 0812011039 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Eltita Natalia Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki peran sangat penting untuk diajarkan dalam kehidupan manusia. Dengan keterampilan

Lebih terperinci

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan KALIMAT EFEKTIF Kalimat Efektif Kalimat Efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Kalimat efektif memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin interaksi dengan orang lain, manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kajian teori, penulis mendeskripsikan teori-teori yang berkaitan

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kajian teori, penulis mendeskripsikan teori-teori yang berkaitan BAB II KAJIAN TEORI Dalam kajian teori, penulis mendeskripsikan teori-teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Judul penelitian ini adalah Analisis Kesalahan Sintaksis pada Karangan Narasi Siswa Kelas

Lebih terperinci

Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi

Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi Bahasa Indonesia UMB Modul ke: Kalimat Efektif Fakultas Ilmu Komunikasi Kundari, S.Pd, M.Pd. Program Studi Sistem Komunikasi www.mercubuana.ac.id Standar Kompetensi : Pembaca dapat memahami dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

Buku ini memuat kumpulan tulisan penulis dalam rangka

Buku ini memuat kumpulan tulisan penulis dalam rangka Problematika Berbahasa Indonesia dan Pembelajarannya Edisi 2, oleh Prof. Dr. St. Y. Slamet Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135; 0274-882262; 0274-882368

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian, analisis kelas XI SMK Negeri 1 Sawit disimpulkan sebagai berikut. 1. Bentuk kesalahan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA. Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA. Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran 1. Pengantar Makalah ini merupakan salah satu upaya untuk membantu pemahaman mengenai kalimat dalam bahasa Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia baik lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem lambang bunyi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KALIMAT PADA SKRIPSI MAHASISWA PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

ANALISIS KESALAHAN KALIMAT PADA SKRIPSI MAHASISWA PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. ANALISIS KESALAHAN KALIMAT PADA SKRIPSI MAHASISWA PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Lebih terperinci

Mencermati Kata, Kalimat dan Paragraf dalam Penulisan Ilmiah (part 2) By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep

Mencermati Kata, Kalimat dan Paragraf dalam Penulisan Ilmiah (part 2) By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Mencermati Kata, Kalimat dan Paragraf dalam Penulisan Ilmiah (part 2) By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Kalimat???? Kalimat Efektif??? KALIMAT EFEKTIF Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa adanya bahasa.

Lebih terperinci

Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek

Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek Bahasa yg efisien: bhs yg mengikuti kaidah yg dibakukan atau yg dianggap baku, dg mempertimbangkan kehematan kata dan ungkapan. Bahasa yg efektif: bhs yg mencapai

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam mengkomunikasikan ilmunya. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun

Lebih terperinci

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF KALIMAT EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif Ciri-ciri Kalimat Efektif Penggunaan Kalimat Efektif Syaratsyarat Kalimat Efektif Penerapan Kalimat Efektif PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF Kalimat efektif ialah kalimat

Lebih terperinci

Pengertian Kalimat Efektif

Pengertian Kalimat Efektif MENULIS EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif Kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. 1 Syarat-syarat secara tepat mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan 18 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa. Kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

TERTIB BERBAHASA INDONESIA. Yeti Mulyati UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TERTIB BERBAHASA INDONESIA. Yeti Mulyati UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TERTIB BERBAHASA INDONESIA Yeti Mulyati UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BERBAHASA INDONESIA DENGAN BAIK DAN BENAR BAIK KAIDAH SOSIAL - SOSIOLINGUISTIK - PRAGMATIK BENAR KAIDAH KEBAHASAAN -FONOLOGI - MORFOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini diangkat karena adanya berbagai aspek kesalahan terutama terdapat

BAB I PENDAHULUAN. ini diangkat karena adanya berbagai aspek kesalahan terutama terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kegiatan saling berinteraksi antara penutur dan mitra tutur, komunikasi mempunyai pengaruh penting dalam kehidupan manusia. Seperti halnya dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KONJUNGSI DALAM WACANA DESKRIPSI SISWA KELAS V SD NEGERI 51 BANDA ACEH. RahmiArianti, Adnan, M.Yamin.

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KONJUNGSI DALAM WACANA DESKRIPSI SISWA KELAS V SD NEGERI 51 BANDA ACEH. RahmiArianti, Adnan, M.Yamin. KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KONJUNGSI DALAM WACANA DESKRIPSI SISWA KELAS V SD NEGERI 51 BANDA ACEH RahmiArianti, Adnan, M.Yamin Rahmiarianti24@gmail.com ABSTRAK Pengajaran konjungsi diperlukan oleh siswa guna

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih

KALIMAT EFEKTIF. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih KALIMAT EFEKTIF Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih Disusun Oleh : Mukoyimah (1601016060) Laila Shoimatu N. R. (1601016061) Laeli Uzlifa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis karya ilmiah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Hampir semua mata kuliah memberikan tugas besar berupa karya ilmiah, seperti

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf,

Lebih terperinci

KESANTUNAN KALIMAT DAN PARAGRAF

KESANTUNAN KALIMAT DAN PARAGRAF B A B KESANTUNAN KALIMAT DAN PARAGRAF Kemampuan menyusun kalimat dan paragraf secara santun diharapkan dapat dikuasai mahasiswa setelah mempelajarai bagian ini. KESANTUNAN KALIMAT Sebuah kalimat dapat

Lebih terperinci

Masmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia

Masmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia Menulis adalah merekonstruksi fakta, dan alat untuk merekonstruksi itu adalah bahasa. Kata atau pilihan kata menjadi sangat menentukan dalam hal mengungkapkan makna atau pengertian yang hendak kita nyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu bidang studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, manusia menggunakan bahasa baik bahasa lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bahasa Indonesia merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan pada siswa di sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen keterampilan

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA Eti Ramaniyar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Pontianak, Jalan

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Abstrak KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Trismanto 1) Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jalan Pemuda No. 70 Semarang 50132 Email : trismanto_tris@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga memiliki peranan yang penting

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, ide, dan keinginan kepada orang lain. Bahasa juga merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG HERI INDRA GUNAWAN 1, SAPTINA RETNAWATI 2 Dosen Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : Bahasa Indonesia Kode Mata : DU 23111 Jurusan / Jenjang : D3 TEKNIK KOMPUTER Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana (S-1) Pada Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arifin dan Hadi (2009: 1) menjelaskan bahwa bahasa Indonesia sudah ditetapkan sebagai bahasa negara, seperti tercantum dalam Pasal 36, Undang- Undang Dasar 1945.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa adanya bahasa. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengungkapkan pesan kepada orang lain. Dengan bahasa itu, kita dapat menyampaikan dan menerima informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian, analisis kesalahan berbahasa Indonesia

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian, analisis kesalahan berbahasa Indonesia BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian, analisis kesalahan berbahasa Indonesia dalam karangan berita siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata

BAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa baku bahasa yang mempunyai pengaruh dalam segi bahasa di Indonesia. Tidak memandang siapapun yang memakai bahasa Indonesia, menggunakan dua macam bahasa yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai kebutuhan utama yang harus dipelajari dan dikembangkan karena bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Chaer (2009: 3) berpendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

STMIK CIC CIREBON Nurul Bahiyah, M. Kom.

STMIK CIC CIREBON Nurul Bahiyah, M. Kom. STMIK CIC CIREBON - 2016 Nurul Bahiyah, M. Kom. PENGERTIAN Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata, melambangkan suatu konsep. Bahasa juga alat untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Linguistik merupakan suatu ilmu yang mempelajari bahasa. Bahasa memiliki peranan sangat besar karena mampu mengungkapkan keinginan, gagasan, kehendak, kemauan,

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis)

I. PENDAHULUAN. dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci