BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh peneliti lain sebagai tinjauan studi, yaitu sebagai berikut: a. Analyzing Video Streaming Quality over Different Routing Protocols on Mobile Ad-hoc Network (Joshi et al, 2013) Dalam Penelitian ini dilakukan perbandingan performa protokol routing ZRP, AODV, AOMDV, DDIFF pada MANET. Penelitian dilakukan dengan simulasi menggunakan NS2, parameter yang diuji adalah video streaming dengan node sebanyak 25 dan 75, pergerakan node random, dengan luas wilayah 1000 m X 750 m, traffic type TCP dan lama simulasi selama 100 detik. Masing-masing protokol ditinjau dari sisi throughput, average end to end delay, dan packet delivery fraction. Dari penelitian tersebut, didapatkan hasil secara umum protokol DDIFF menunjukkan performa yang paling baik apabila dibandingkan protokol lainnya. b. Performance Analysis of the Routing Protocol for Video Streaming Over Mobile Ad-hoc Network (Islam et al, 2012) Dalam Penelitian ini dilakukan perbandingan performa protokol routing ZRP, DSR, AODV, TORA, OLSR, GRP pada MANET. Pada penelitian ini parameter yang diuji adalah video streaming dengan low dan high, skenario pergerakan node masing-masing dengan node sebanyak 25 dan 85 dengan pergerakan lanjutan maximum dan minimum speed 5m/s dan 10m/s, pergerakan node random, dengan luas wilayah 800m X 800m dan 1600m X 1600m, ama simulasi selama 600 detik. Masing-masing protokol ditinjau dari sisi throughput, packet end to end delay, dan wiresless LAN delay, packet delivery variation. Dari penelitian tersebut, didapatkan hasil secara umum protokol TORA menunjukkan performa yang paling baik apabila dibandingkan protokol lainnya. 8

2 9 c. A Survey on Routing Protocols for Mobile Ad-hoc Network (MANETs) (Kumar and Tanmay, 2013) Dalam paper ini berisi review mengenai protokol routing yang digunakan pada MANET. Adapun protokol routing yang dibahas diantaranya; pada protokol routing proactive ialah DSDV, WRP, CGSR, GSR, FSR, HSR, ZHLS, LANMAR, dan OLSR. Pada protokol routing reactive ialah DSR, AODV, ABR, SSA, TORA, CBRP. Dan terakhir pada protokol routing hybrid diantaranya ZRP, SHARP, DHAR, ADV,NAMP. d. Routing Protocols for MANETs: A Literature Survey (Muralishankar and George, 2014) Dalam paper ini dilakukan survey mengenai protokol routing reactive, proactive dan hybrids, adapun perbedaan ketiga jenis protokol routing tersebut diantaranya ditinjau parameternya diantaranya filosofi routing, skema routing, routing over head, latensi, tingkat skalabilitas, ketersediaan informasi routing, periodic update, kapasitas penyimpanan informasinya, dukungan mobilitas, seta kelebihan dan kekurangan dari ketiga jenis protokol routing tersebut. e. Performance Analysis of AODV and OLSR Routing Protocol with Different Topologies (Mitesh, 2013) Pada penelitian ini dilakukan perbandingan terhadap performa dari protokol routing AODV dan OLSR di berbagai topologi. Parameter simulasi yang digunakan diantaranya luas wilayah 1000m X 1000m, jumlah node sebanyak 36, rentang transmisi 250ms, lama simulasi 500 detik. Hasil yang dibandingkan diantaranya paket delivery ratio, end to end delay dan routing overhead. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada AODV flooding overhead terjadi pada jaringan yang mobilitas jaringannya tinggi, sedangkan pada OLSR ukuran dari routing table dan pesan topological update dan performanya tergantung dari lingkungan suatu jaringan.

3 Tinjauan Teoritis Mobile Ad-Hoc Network Mobile Adhoc Network (MANET) merupakan jaringan yang terorganisir secara mandiri tanpa adanya dukungan infrastruktur. Dalam MANET, setiap node bergerak secara bebas, sehingga jaringan dapat mengalami perubahan topologi dengan cepat. Karena node dalam MANET memiliki jarak transmisi yang terbatas, beberapa node tidak bisa berkomunikasi secara langsung dengan node lainnya. Oleh karena itu, jalur routing didalam jaringan MANET mengandung beberapa hop dan setiap node berfungsi sebagai router untuk menentukan ke arah mana tujuan atau rute yang akan mereka pilih (Muralishankar and George, 2014). Gambar 2.1 Contoh MANET (Sumber: Aarti dkk., 2013) Karakteristik MANET Berikut beberapa karakteristik MANET (Chitkara and Waseem, 2014): 1. Autonomous and infrastructure-less: MANET tidak bergantung pada infrastruktur yang sudah ada atau administrasi terpusat. Setiap node beroperasi secara peer to peer, bertindak sebagai router yang bertindak secara independen. 2. Multi-hop Routing: tidak ada default router yang tersedia. Setiap hop bertindak sebagai router dan meneruskan paket satu sama lainnya agar bisa berbagi informasi diantara mobile host. 3. Dynamic topology: dikarenakan sifat node yang mobile, maka topologi

4 11 jaringannya dapat berubah secara random/acak. Sebagai akibatnya routing protokol mempunyai masalah yang lebih kompleks dibandingkan dengan jaringan wired dengan node yang tetap. 4. Variation in link and node capabilities: Setiap node bisa saja dilengkapi dengan satu atau lebih radio interface yang memiliki berbagai kemampuan transmisi atau penerima dan beroperasi di frekuensi yang berbeda. 5. Limited resources: seperti jaringan wireless lainnya, jaringan Ad Hoc dibatasi oleh masalah daya dan kapasitas memori.kompleks dalam perilaku dari protokol routing reaktif murni maupun protokol routing proaktif Keuntungan MANET Beberapa Keunggulan dari MANET yaitu (Aarti and Tyagi. 2013): 1. Menyediakan akses informasi dan layanan terlepas dari posisi geografis. 2. Administrasi jaringan yang independen. Self-configuring network, node yang bertindak sebagai router. 3. Biaya yang dibutuhkan lebih murah dibandingkan dengan jaringan kabel. 4. Mengakomodasi penambahan node (Scalable). 5. Meningkatkan Fleksibilitas. 6. Jaringan dapat diatur kapanpun dan dimanapun Protokol Routing MANET Dalam menentukan setiap jalur routing pada MANET terdapat tiga jenis protokol routing yang diklasifikasikan menjadi tiga diantaranya protokol routing proactive, reactive dan hybrid.

5 12 Gambar 2.2 Klasifikasi Adhoc Routing Protocol (Sumber: Kumar and Tanmay, 2013) OLSR (Optimized Link State Routing Protocol) OLSR (Optimized Link State Protocol) merupakan salah satu jenis dari proactive routing protocol yang biasa digunakan dalam jaringan ad hoc. Protokol ini melakukan pertukaran pesan secara periodik dalam rangka menjaga informasi topologi jaringan yang ada pada setiap node. Protokol OLSR mewarisi sifat kestabilan dari link state algorithm. Berdasarkan sifat proaktifnya, protokol ini dapat menyediakan rute dengan segera apabila dibutuhkan. Dalam sebuah link state protocol yang murni, setiap node tetangga akan dideklarasikan dan dibanjiri dengan paket informasi yang akan memenuhi seluruh jaringan. OLSR merupakan sebuah optimasi dari link state protocol yang biasa digunakan dalam mobile adhoc network (MANET). Langkah pertama dari optimasi tersebut adalah mengurangi ukuran dari paket kontrol, daripada membanjiri paket kontrol tersebut pada setiap jalur, OLSR lebih memilih sejumlah jalur dengan node tetangga yang disebut dengan multipoint relay selector. Langkah kedua, OLSR meminimalisir pembanjiran paket kontrol pada jaringan dengan menggunakan MPR untuk menghantarkan paket-paket tersebut. Teknik ini akan mengurangi secara signifikan jumlah dari transmisi ulang yang akan membanjiri jaringan dengan prosedur broadcast (Mardani, 2008). Protokol OLSR dirancang untuk dapat bekerja pada kondisi yang terdistibusi atau selalu bergerak serta tidak memerlukan adanya pengaturan secara terpusat. Selain itu OLSR juga tidak memerlukan transmisi yang bagus dalam mengirimkan paket-paket kontrolnya. Setiap node mengirimkan paket kontrolnya

6 13 masing-masing secara periodik sehingga dapat mentoleransi terjadinya loss dari beberapa paket pada saat-saat tertentu akibat dari tubrukan data ataupun akibat gangguan transmisi lainnya. Setiap paket kontrol yang dikirimkan akan diberikan sequence number (nomor urut) yang dapat menandakan tingkat baru tidak paket tersebut. OLSR menggunakan multihop routing dimana setiap node menggunakan informasi routing terbaru yang ada pada node tersebut dalam mengantarkan sebuah paket informasi. Sehingga, walaupun sebuah node bergerak ataupun berpindah tempat maka pesan yang dikirimkan padanya akan tetap dapat diterima (Clausen and Jaqcuet, 2003). Secara umum langkah-langka kerja dalam OLSR dapat diurutkan sebagai berikut (Clausen and Jaqcuet, 2003): 1. Link Sensing (Pendeteksian hubungan). Link Sensing dilakukan dengan mengirimkan pesan HELLO secara periodik dan berkesinambungan. Hasil dari link sensing adalah local link set yang menyimpan informasi hubungan antara interface yang ada pada node tersebut dengan node-node tetangga. 2. Neighbour detection (pendeteksian node tetangga). Node pengirim pesan HELLO akan menerima informasi alamat-alamat dari node-node tetangganya beserta link status-nya. 3. MPR selection (pemilihan MPR). Melalui pesan HELLO node utama akan menentukan sejumlah node tetangga untuk dipilih sebagai multipoint relay (MPR) yang bertugas meneruskan paket-paket kontrol ke dalam jaringan. 4. Pengiriman TC (Topology Control) Messages. TC Messages dikirimkan untuk memberikan informasi routing kepada setiap node yang ada pada jaringan yang akan digunakan untuk penentuan jalur. 5. Route calculation (penghitungan jalur). Berdasarkan informasi rute yang didapat dari paket-paket kontrol seperti HELLO dan TC maka setiap node akan memiliki routing table yang berisi

7 14 informasi rute yang dapat dilalui untuk dipakai mengirimkan data ke node lainnya yang ada pada jaringan. a. Link Sensing Setiap node pada jaringan dengan protokol OLSR harus mengetahui jenis hubungan yang dimiliki dengan node-node tetangganya. Jenis-jenis hubungan inilah yang kemudian digunakan untuk menentukan kedudukan node-node tetangga terhadap node tersebut. Proses pendeteksian hubungan dengan node-node tetangga tersebut dinamakan Link Sensing. Link sensing (pendeteksian hubungan) dikerjakan dengan pengiriman pesan HELLO secara periodik melalui wireless interface yang digunakan dalam node tersebut. Bila node tersebut menggunakan lebih dari satu interface, maka setiap interface akan mengirimkan HELLO message yang berbeda-beda (Clausen and Jaqcuet, 2003). b. Neighbour Sensing Hasil pemrosesan data yang didapat dari HELLO message yang diterima oleh setiap node akan menghasilkan local link set yang berisi informasi tentang hubungan antara local interface (interface pada node tersebut) dengan remote interface (interface pada node tetangga). Setiap node pada jaringan juga harus mendeteksi node-node tetangga yang ada pada daerah jangkauannya. Untuk melakukan hal tersebut, setiap node akan mengirimkan paket pesan HELLO secara broadcast dalam periode waktu tertentu. Paket HELLO berisi informasi tentang node-node tetangga serta link status. Dalam setiap node akan menyimpan informasi tentang nodenode tetangga tersebut dalam neighbor set (Clausen and Jaqcuet, 2003). c. MPR Selection Tujuan dari penggunaan Multipoint Relay (MPR) adalah meminimalisir penggunaan overhead yang pesan broadcast pada jaringan dengan cara mengurangi retransmisi (pentransmisian ulang) pada daerah yang sama. Setiap node pada jaringan akan memilih sejumlah node tetangga 1-hop nya yang bersifat simetris yang akan melakukan transmisi ulang pesan-pesannya. Sejumlah node tetangga tersebutlah yang disebut dengan

8 15 MPR. Setiap node tetangga yang tidak terpilih menjadi MPR tetap akan menerima dan memproses pesan broadcast namun tidak akan meneruskan atau mengirimkan kembali pesan-pesan tersebut. Pemilihan node-node untuk dijadikan MPR selain harus bersifat simetris juga harus sedemikian rupa dapat menjangkau sejumlah node tetangga 2-hop. Makin sedikit jumlah MPR maka makin sedikit penggunaan control traffic overhead yang digunakan dalam routing protocol (Clausen and Jaqcuet, 2003). Perbandingan kinerja pengiriman paket untuk OLSR dan link state protocol pada umumnya digambarkan pada gambar dibawah. Gambar 2.3 Perbandingan Sistem Broadcast (a) General Broadcasting (b) MPR Broadcasting (Sumber: Tonnesen, 2014) Setiap node akan menyimpan informasi tentang node-node tetangga yang telah dipilihnya sebagi MPR dalam sebuah MPR set yang berisi alamat-alamat node MPR tersebut. Selain itu setiap node juga akan menyimpan informasi tentang siapa-siapa saja yang telah memilihnya sebagai MPR (Clausen and Jaqcuet, 2003).

9 16 d. Topology Control (TC) Messages Diffusion Pendeteksian hubungan serta pendeteksian node-node tetangga dari protokol OLSR pada dasarnya menyediakan informasi daftar tetangga yang dapat berkomunikasi secara langsung, dan dikombinasikan dengan mekanisme broadcast dengan menggunakan MPR informasi topologi dapat dikirimkan ke seluruh jaringan. Rute dibentuk dari advertised link dan hubungan dengan setip node tetangga. Setiap node setidaknya harus mempunyai informasi tentang hubungan antara dirinya sendiri dengan setiap node yang ada pada MPR-selector set nya dalam rangka mendapatkan mendapatkan informasi routing yang baik. Pesan TC (Topology Control) dikirimkan untuk menyediakan informasi link-state bagi setiap node pada jaringan yang dapat digunakan untuk penentuan jalur yang dapat digunakan (Clausen and Jaqcuet, 2003). e. Routing Calculation Dengan menggunakan informasi link state yang didapatkan dari pertukaran pesan secara periodik dan juga disertai dengan konfigurasi interface dari setiap node maka routing table dari setiap node dapat dikalkulasi. Setiap node memiliki routing table yang dapat dipakai untuk jalur data menuju setiap node lain dalam jaringan. Routing tersebut dibuat berdasarkan informasi dalam local link information base (local link set, neighbour set, 2-hop neighbour set, MPR set), serta informasi pada topology set. Oleh karena itu, apabila terjadi perubahan pada setiap set tersebut maka routing table akan dikalkulasi ulang untuk meng-update informasi tentang setiap tujuan dalam jaringan (Clausen and Jaqcuet, 2003) AODV (Adhoc On Demand Distance Vector) AODV adalah protokol routing yang didisain untuk mobile ad-hoc networks. AODV memiliki kemampuan routing unicast dan multicast. Algoritma routing ini berdasarkan permintaan (on-demand) artinya rute dibentuk hanya saat terjadinya permintaan dari node yang membutuhkannya. AODV dikembangkan oleh C.E.Perkins, E.M. Belding-Royer dan S.Das pada RFC 3561.

10 17 AODV sangat simpel, efisien, dan protokol routing yang efektif untuk Modile Adhoc network (MANET). AODV menggunakan sequence number untuk menjamin rute terbaik. AODV membangun rute menggunakan route request dan route reply. Saat node sumber melakukan permintaan rute dimana node tersebut tidak memiliki rute, ia akan melakukan broadcast RREQ ke seluruh jaringan yang terhubung dengannya. AODV memiliki route discovery dan route maintenance. Route discovery berupa route request (RREQ) dan route reply (RREP). Route maintenance berupa data dan Route Error (RRER). RREQ berjalan dari satu node ke node yang lain, secara otomatis membentuk jalur untuk kembali dari semua node yang di lalui ke sumber node yang meminta RREQ. Setiap node yang menerima paket RREQ mencatat alamat node yang akan menerima RREQ (destination), ini biasa disebut Reverse Path Setup. Node menjaga info selama beberapa saat, untuk RREQ melintasi network sampai membuat balasan (reply) ke pengirim tergantung dari besarnya network (Gorantala, 2006). a. Route Request Message Pada AODV jalur rute yang dibentuk hanya saat dibutuhkan saja. Protokol AODV mengirimkan sebuah Route Request (RREQ) paket menyebar ke seluruh jaringan. Untuk menguji format pesan dari RREQ menggunakan sequence number. Sequence number dibuat untuk mengetahui jalur dan informasi rute yang akan dikirim ke node tujuan. Jika node terdapat dua jalur maka yang dipilih adalah yang memiliki sequence number tertinggi atau jalur terpendek. Sequence number tertinggi menyatakan sebuah rute terbaru. Untuk melakukan mekanisme pemilihan rute. Ketika terdapat dua kemungkinan, sequence number memungkinkan AODV untuk menghindari routing loop yaitu paket dikirimkan berulang melalui jalur yang sama, sequence number selalu di-update pada saat AODV melakukan broadcast RREQ. Setiap node yang menerima pesan RREQ memeriksa IP address tujuan, jika node tersebut bukan alamat yang dituju maka node tersebut segara melakukan broadcast ulang pesan RREQ ke node terdekatnya sekaligus mengupdate routing table yang meliputi reverse pointer ke asal pesan. Proses ini terus berjalan hingga menemukan alamat node yang dituju atau IP datagram mencapai hop maksimum Dalam mengirimkan RREQ (Budiawan, 2008).

11 18 b. Route Reply Message Saat pesan RREQ telah sampai ke node tujuan maka akan dibentuk rute baru ke node asal. AODV mengadopsi mekanisme yang sangat berbeda untuk menjaga informasi routing. AODV menggunakan tabel routing dengan satu entry untuk setiap tujuan. Tanpa menggunakan routing sumber AODV menggunakan tabel routing untuk menyebarkan RREP kembali ke sumber dan secara sequensial akan mengarahkan paket data ketujuan. AODV juga menggunakan sequence number untuk menjaga setiap tujuan agar didapat informasi routing terbaru dan untuk menghindari routing loops. Semua paket yang dikirim membawa sequence number ini. Saat membuat RREP sebuah node meng-copy IP address tujuan dan Originator Sequence Number dari RREQ ke field yang sesuai pada RREP. RREP bersifat unicast ke arah hop yang membuat RREQ, field Hop count selalu bertambah saat melewati setiap node. Ketika RREP mencapai tujuan, hop count merepresentasikan jarak dari tujuan (destination) ke sumber (originator) (Budiawan, 2008). c. Route Discovery Route discovery dimulai dengan melakukan broadcast pesan RREQ yang berisi alamat tujuan dan destination sequence number yang menjamin bebas dari loop, keseluruh jaringan. Ketika RREQ masuk ke jaringan setiap intermediate node membentuk rute kembali ke sumber (originator). Jika sebuah node menerima RREQ maka node tersebut akan mengirimkan RREQ lagi ke node Penentuan jalur dibentuk dengan mengirimkan route reply, ketika route reply. masuk kesetiap node ia akan secara otomatis melakukan setup jalur. Jika sebuah node menerima RREP, maka node tersebut akan meneruskan RREP lagi ke node tujuan atau destination sequence number. Pada proses ini, awalnya node memeriksa destination sequence number pada tabel routing, apakah lebih besar dari satu pada RREQ jika benar maka node akan mengirimkan RREP. Saat RREP berjalan kembali ke sumber melalui path yang telah disetup, ia akan mensetup jalur ke depan dan mengupdate time-out. Terdapat kemungkinan pada node yang mengirimkan RREQ (originator) menerima pesan RREP lebih dari satu node. Pada kasus ini originator akan mengupdate routing table dengan informasi routing yang terakhir didapat, dan yang akan

12 19 digunakan adalah yang memiliki destination sequence number tertinggi (Budiawan, 2008). Gambar 2.4 Mekanisme RREQ dan RREP pada AODV (Sumber: Budiawan, 2008) d. Karakterisitik AODV Adapun karakteristik AODV diantaranya (Budiawan, 2008): 1. Minimal space complexity: Hanya node tertentu yang menjaga informasi rute, Node yang tidak aktif (bukan jalur yang dilalui) tidak menjaga informasi rute. Setelah menerima RREQ dan membentuk jalur kembali dalam routing table dan menyebarkan kembali ke tetangga terdekatnya, jika tidak menerima RREP node akan menghapus informasi routing yang telah dicatat. 2. Memiliki bandwidth yang besar: Semua intermediate node pada jalur yang aktif mengupdate routing table dan memaksimalkan penggunaan bandwidth, walaupun routing tabel digunakan berulang, dan intermediate node menerima RREQ dari sumber yang lain untuk tujuan yang sama. 3. Simple: Setiap node bertindak sebagai router dan, menjaga routing table. 4. Informasi routing yang efektif: Setelah mengirimkan RREP, jika node menerima RREP dengan hop-count yang lebih kecil, node akan mengupdate informasi routing dengan jalur yang terbaik dan mengirimkannya. 5. Loop-free routes: Algoritma menjaga agar tidak terjadi loop, dengan cara membuang jalur yang buruk dari broadcast-id yang sama.

13 20 6. Topologi dinamis: Saat node yang berada didalam network bergerak atau terjadi kerusakan, topologi jaringan akan berubah, intermediate node yang mengetahui terjadinya kerusakan (link breakage) mengirimkan paket RERR. e. Kekurangan AODV Adapun kekurangan dari AODV diantaranya (Budiawan, 2008): 1. Overhead pada bandwidth: Overhead pada bandwidth akan terjadi saat RREQ melintasi dari node satu ke node yang lain dalam proses menemukan informasi rute terbaik dan mengirimkan jalur untuk kembali, node yang dilewati akan membawa semua informasi dalam perjalananya. 2. Informasi routing hanya dapat dipakai sekali: AODV kurang efisien dalam melakukan routing, informasi rute diperoleh berdasarkan permintaan (ondemand). 3. Pencarian rute yang cukup lama, latency yang tinggi. 4. Ukuran routing tabel yang besar Video Streaming Terdapat dua metode penyampaian konten multimedia (video, audio atau media lainnya) ke klien yaitu melalui streaming dan download. Dalam metode download, konten diletakkan pada sebuah server dan dapat di download oleh klien seluruh file dan disimpan pada tempat penyimpanan lokal. Untuk menampilkan file tersebut dapat digunakan aplikasi yang sesuai dengan jenis kompresinya. Pada metode streaming, klien merepresentasikan konten yang datang dari jaringan secara langsung tanpa mendownload seluruh konten terlebih dahulu. Konten streaming biasanya tidak pernah di download. Paket-paket konten direpresentasikan ketika datang dan kemudian dibuang. Media streaming memiliki kemampuan melakukan pengiriman secara simultan dan melakukan playback pada video. Pada umumnya video streaming terdiri dari tiga hal (Rispandrio, 2009): 1. Mempartisi video yang telah dikomporesi menjadi beberapa paket. 2. Mengirimkan paket-paket tersebut.

14 21 3. Mendekode dan melakukan playback pada sisi penerima sementara video masih dalam proses pengiriman. Gambar 2.5 Proses Video Streaming (Sumber: Wijayanto, 2009) Beberapa protokol yang digunakan untuk melakukan data streaming adalah sebagai berikut: 1. User Datagram Protocol (UDP) Merupakan salah satu protokol yang digunakan dalam jaringan yang digunakan untuk mengalirkan data secara terus menerus, digunakan UDP karena dengan protokol ini tidak memerlukan mekanisme reliabilitas, dalam arti banyaknya data yang dikirimkan tidak perlu diperhatikan jumlah paket yang hilang, hal ini bertujuan agar paket data yang dikirimkan dapat lebih cepat, dan didalam UDP ini tidak ada mekanisme pengiriman ulang sehingga protokol ini banyak digunakan pada jaringan local ataupun private network. 2. Real Time Protocol (RTP) Merupakan suatu standard untuk mengirimkan data multimedia secara real-time yang terjadi dalam jaringan, Protokol RTP ini bergantung pada protokol Transport, penggunaan RTP biasa banyak terjadi di UDP tetapi juga dapat terjadi pada protokol yang lain seperti DCCP, SCTP, TCP.

15 22 Gambar 2.6 Video Streaming Client Server (Sumber: Wijayanto, 2009) Karakteristik dari aplikkasi streaming adalah sebagai berikut: 1. Distribusi berupa audio, video dan multimedia pada jaringan secara real time live casting atau Video on Demand. 2. Transfer media digital oleh server dan diterima oleh client sebagai real time simultan. 3. Client tidak perlu menunggu keseluruhan data di download karena server mengirimkan data yang diperlukan setiap waktu berselang. 4. Terdapat komponen tambahan yang digunakan untuk melakukan encoding dan decoding terhadap aplikasi streaming. 5. Pada aplikasi stream melibatkan jaringan, dan interaksi client dan server Standar H.263 Standar H.263 di publikasikan oleh International Telecommunications Union (ITU) sekitar tahun 1995/1996, untuk mendukung aplikasi konferensi video maupun video telephone. Secara umum pola kerja H.263 adalah sebagai berikut. Video frame akan ditangkap di sumber atau pengirim dan di encode (dikompress) dengan video

16 23 encoder. Aliran video yang terkompres kemudian dikirimkan melalui jaringan atau saluran telekomunikasi. Setelah sampai pada penerima dilanjutkan dengan proses decode (dekompresi) menggunakan video decoder. Frame yang di decode ini yang kemudian akan di tampilkan. H.263 diarahkan untuk pengkodean video kecepatan rendah. Draft awalnya bahkan menspesifikasikan kecepatan komunikasi data kurang dari 64Kbps, akan tetapi batasan ini telah dibuang. Oleh karena itu, diharapkan standar H.263 dapat digunakan untuk berbagai kecepatan, tidak hanya aplikasi dengan kecepatan rendah. Standar H.263 menentukan kebutuhan untuk encoder dan decoder video. H.263 tidak menjelaskan tentang encoder atau decoder itu sendiri, akan tetapi H.263 menspesifikasikan format dan isi dari aliran data yang di encode (Primadasa, 2011) Network Simulator 2 Network Simulator 2 (NS 2) adalah sebuah network simulator yang berbasis Object-Oriented, kejadian diskrit yang dijalankan network simulator serta ditulis dalam bahasa C++ dan Otcl (Rispandrio, 2009). NAM berguna untuk menampilkan gambar simulasi secara visual. Selain itu, nam juga berfungsi: 1. Menampilkan topologi yang kita buat secara keseluruhan dengan node dan link. 2. Pentransmisian paket, antrian dan kapan paket dibuang. 3. Bisa memantau node, link dan paket secara individu. 4. Dapat menampilkan hasil grafis dengan xgraph hanya di sistem operasi linux Komponen Pembangun Network Simulator 2 (NS 2) Pengetahuan mengenai komponen pembangun NS 2 dan letaknya sangat berguna dalam membangun simulasi. Komponen pembangun NS 2 antara lain ditunjukkan seperti gambar 2.7.

17 24 Gambar 2.7 Komponen NS 2 (Sumber: Meeneghan and Declan, 2004) Keterangan: Tcl : Tool command language Otcl : Object Tcl TK : Tool Kit Tclcl : Tcl/C++ Interface NS2 : NS versi 2 Nam : Network animator Hasil dari NS2 merupakan file berbentuk log data berekstensi.tr. File log ni dapat dihitung ataupun dianalisa menggunakan cara manual maupun menggunakan file lain yang disebut awk script.

18 25 Gambar 2.8 Trace Format (Sumber : akses Oktober 2015) NS2 memiliki dua bagian trace format yaitu : 1. Basic Trace String : bagian ini mirip dengan trace packet normal. Bagian ini berlabel nomor dari 1 sampai 12 ($1 sampai $12). 2. Additional Trace String : string khusus NS2. Sebagai contohm string jejak untuk IP trace dan format jejak AODV-RREQ. Ketika NS2 tidak melacak informasi ini. Garis-garis aini tidak akan muncul sebagai bagian dari jejak string (Sugianto, 2013) MDI (Media Delivery Index) MDI (Media Delivery Index) merupakan suatu perhitungan yang memantau pengiriman video pada jaringan, MDI memberikan indikator relatif terhadap kebutuhan buffer pada sisi client sesuai dengan packet jitter dan packet loss. Hal ini dilakukan dengan mengukur jaringan IP yang digunakan dan memberikan suatu beban tertentu terhadap sistem. MDI memerlukan dua parameter utama, yaitu Delay Factor (DF) dan Media Loss Rate (MLR) (Welch and Clark, 2006).

19 MDI- DF (Media delivery Index- Delay Faktor) Untuk memahami Delay Factor (DF), diperlukan pembahasan mengenai hubungan antara jitter dan buffer yang diperlukan. Jitter merupakan perubahan endto-end latency terhadap waktu. Saat client menerima data dalam laju konstan, maka jitter bernilai nol, sedangkan saat laju data berubah-ubah, maka nilai jitter tidak nol. Buffer merupakan jumlah data yang diperlukan untuk disimpan di sisi client untuk mengatasi jitter. DF sebagai salah satu komponen MDI (Media Delivery Index) dimana merupakan suatu nilai waktu yang mengindikasikan jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan buffering data dalam mengeliminasi jitter. DF dihitung dari jumlah paket data yang datang dan ditampilkan dalam satuan waktu (Lestariningati, dkk., 2011). Berikut cara perhitungannya: 1. Setiap kedatangan paket, hitung perbedaan antara jumlah data yang diterima (bytes_receive) dan jumlah data yang digunakan (bytes_drained). Nilai ini dikenal sebagai MDI virtual buffer depth (Δ). Δ = bytes_received bytes_drained Dalam suatu interval waktu tertentu, hitung perbedaan nilai maksimal dan minimal dan bagi dengan bitrate (media_rate) DF = (max(δ) min(δ)) media_rate Nilai DF yang direkomendasikan adalah berkisar antara 9 ms sampai 50 ms (Agilent Technologies, 2008) MDI-MLR (Media Delivery Index- Media Loss Rate) Media Loss Rate (MLR) didefinisikan jumlah paket data yang hilang tiap detik. Setiap paket yang hilang dapat menyebabkan gangguan pada tampilan konten yang terkirim. Nilai maksimum MLR yang diharapkan adalah 0 (Lestariningati dkk., 2011). MLR dihitung dengan mengurangkan jumlah paket media yang diterima selama selang dari jumlah paket media yang diharapkan selama interval itu dan skala nilai dengan periode waktu yang dipilih (dalam satu detik). Cara perhitungannya yaitu: MLR = packet _expected packet _received interval_time_in_second 2.3

20 27 Beberapa jenis layanan mensyaratkan nilai MLR yang berbeda. Misalnya untuk layanan SDTV (Standard Definition Telivision) dan VOD (Video on Demand) mensyaratkan nilai MLR Sementara itu, layanan HDTV (High Definition Television) mensyaratkan nilai MLR sebesar (Agilent Technologies, 2008) Pemrograman AWK Awk adalah Bahasa pemrograman operasi dasar yang berguna untuk mencari satu set file pola, dan untuk melakukan tindakan tersebut awk membuat seleksi data tertentu dan tranformasi operasi yang mudah diungkapkan. Awk juga merupakan bahasa pemrograman yang dirancang untuk membuat banyak pencarian informasi umum dan teks tugas manipulasi satu set baris input dalam rangka, mencari baris yang cocok salah satu set pola yang pengguna telah tentukan. Untuk masing-masing pola, suatu tindakan dapat tentukan, inilah tindakan yang akan dilakukan pada setiap baris yang tepat dengan pola yang ditentukan. Awk biasanya dipakai untuk analisis log yang panjang atau grab text lalu di-modify. Awk merupakan Bahasa pemrograman yang digunakan sebagai ekstrasi data (Sugianto, 2013).

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC SONY CANDRA D. NRP 5104 100 008 Dosen Pembimbing Ir. Muchammad Husni, M.Kom. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi berkembang dengan pesatnya, kebutuhan masyarakat akan komunikasi dan mengakses informasi pun semakin mudah. Perangkat mobile

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC Sony Candra Dirganto, Ir. Muchammad Husni, M.Kom # Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology 1.1 Latar belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Jaringan hybrid wireless ad hoc adalah gabungan antara jaringan infrastruktur dengan MANET yang memungkinkan adanya node yang bergerak bebas/mobile yang dapat

Lebih terperinci

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV Sunario Megawan STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH Bayu Nugroho, Noor Akhmad Setiawan, dan Silmi Fauziati Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Aletheia Anggelia Tonoro 1, Hartanto Kusuma Wardana 2, Saptadi Nugroho 3 Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) sangat penting sejak kebanyakan aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk area yang tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Nirkabel Jaringan nirkabel atau dikenal dengan jaringan wireless adalah jaringan komunikasi yang tidak memerlukan kabel sebagai media transmisinya. Pada jaringan nirkabel

Lebih terperinci

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) A652 Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) Bima Bahteradi Putra dan Radityo Anggoro Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed Eri Sugiantoro Laboratory for Telecommunication Networks Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111 Tel

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Komunikasi VMeS

Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Komunikasi VMeS Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Komunikasi VMeS Kamal Syarif 1, Achmad Affandi 1, Djoko Suprajitno R 1 Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro-Institut

Lebih terperinci

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Oleh : DICKY RACHMAD PAMBUDI Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired)

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired) BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 ANALISA PERANCANGAN MODE GATEWAY Mode Gateway pada penelitian ini terdiri dari satu buah gateway yang terhubung dengan satu buah host dan satu buah router dengan media

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES Kamal Syarif 2208100642 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Djoko Suprajitno R, MT Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET Didik Imawan Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Januari 29

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN ULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia untuk melakukan komunikasi semakin besar dari waktu ke waktu. Saat ini, komunikasi bergerak menjadi kebutuhan komunikasi yang sudah tidak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK MANET (Mobile Ad Hoc Network) merupakan jaringan nirkabel yang terdiri dari beberapa mobile node yang saling menghubungkan antar mobile node. Jaringan MANET merupakan jaringan yang bergerak atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi nirkabel terus berkembang lebih maju, dan peluang penggunaanya semakin menyebar secara luas. Dengan mudahnya kita bisa menemukan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi komputer membantu semua aspek kehidupan manusia. Contoh nyata dari kemajuan teknologi komputer adalah perkembangan teknologi nirkabel (wireless)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Studi Pada penelitian ini menggunakan bebrapa jurnal yang digunakan sebagai tinjuan studi sebagai berikut: Routing Protocol for MANET: A Literature Survey (Muralishankar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2)

IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2) IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2) Abdul Kadir, ST Program Studi Teknik Komputer AMIK INTeL

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad Hoc Network

Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad Hoc Network Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 7, Juli 2018, hlm. 2626-2636 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector ()

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI DAN SIMULASI PROTOKOL AODV DENGAN PROTOKOL DSDV PADA MANET DENGAN MENGGUNAKAN NS-2 PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI DAN SIMULASI PROTOKOL AODV DENGAN PROTOKOL DSDV PADA MANET DENGAN MENGGUNAKAN NS-2 PROPOSAL TUGAS AKHIR Telekomunikasi ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI DAN SIMULASI PROTOKOL AODV DENGAN PROTOKOL DSDV PADA MANET DENGAN MENGGUNAKAN NS-2 PROPOSAL TUGAS AKHIR Oleh Muhammad Arif Bayu Aji 21060111140153 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wibling et al. (2004) menyatakan bahwa Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah jaringan komputer bersifat spontan, yang berkomunikasi melalui suatu media nirkabel. Setiap

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS VIDEO STREAMING DENGAN PROTOKOL ROUTING OLSR DAN AODV PADA MOBILE ADHOC NETWORK SKRIPSI ANGGARDA SANJAYA NIM.

ANALISIS KUALITAS VIDEO STREAMING DENGAN PROTOKOL ROUTING OLSR DAN AODV PADA MOBILE ADHOC NETWORK SKRIPSI ANGGARDA SANJAYA NIM. ANALISIS KUALITAS VIDEO STREAMING DENGAN PROTOKOL ROUTING OLSR DAN AODV PADA MOBILE ADHOC NETWORK SKRIPSI ANGGARDA SANJAYA NIM. 1108605034 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Conference merupakan pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam jarak jauh atau lokasi yang berbeda. Confrerence menggunakan telekomunikasi audio dan

Lebih terperinci

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Dicky Rachmad P, Achmad Affandi Laboratorium Jaringan Telekomunikasi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran perkembangan teknologi dimulai dari teknologi bersifat tetap dan sekarang mulai bergeser menuju teknologi bersifat mobile. Untuk teknologi mobile tidak terlepas

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan tanpa kabel (wireless) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN (Wireless Local Area Network) menggunakan wireless

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad-hoc Network (VANET) merupakan perkembangan dari Mobile Adhoc Network (MANET). Perbedaan utama antara kedua sistem tersebut dimana VANET adalah jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad hoc Network (VANET) termasuk dalam jaringan komunikasi nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan dasar VANET adalah untuk

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Reactive Routing Protocol dalam Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Menggunakan NS-2 (Network Simulator)

Analisis Kinerja Reactive Routing Protocol dalam Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Menggunakan NS-2 (Network Simulator) JNTETI, Vol. 1, No. 1, Mei 212 1 Analisis Kinerja Reactive Routing Protocol dalam Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Menggunakan NS-2 (Network Simulator) Olivia Kembuan 1, Widyawan 2, Sri Suning Kusumawardani

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Content Delivery Network (CDN) CDN adalah sekumpulan server yang saling berhubungan dari komputer di internet yang menyediakan konten web dengan cepat ke banyak pengguna

Lebih terperinci

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami A396 Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami Hasbi As Shiddi Qi, Radityo Anggoro, Muchammad Husni Departemen Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan komputer saat ini semakin banyak digunakan oleh orang, terlebih kebutuhan akan akses jaringan nirkabel. Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah salah

Lebih terperinci

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Jaringan Wireless Mesh Arsitektur Jaringan

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Jaringan Wireless Mesh Arsitektur Jaringan BAB 2 Teori Dasar 2.1 Jaringan Wireless Mesh 2.1.1 Arsitektur Jaringan Dikembangkannya Wireless Mesh Network (WMN) sebenarnya bertujuan untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang ada pada jaringan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan BAB 3 ANALISIS 3.1 Pendahuluan Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan menggunakan teknologi Mobile Ad Hoc Network. Simulasi akan dilakukan berdasarkan beberapa skenario

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI 4.1 Implementasi Simulasi Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam program yang harus diperhatikan, antara lain : 1. sizemobile

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi. ABSTRACT... ix. INTISARI... x. DAFTAR ISI... xi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi. ABSTRACT... ix. INTISARI... x. DAFTAR ISI... xi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi ABSTRACT... ix INTISARI... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV Nurhayati Jiatmiko Jurusan Teknik Informatika FTI UII Yogyakarta nurhayati_jiatmiko@yahoo.com Yudi Prayudi

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK Didik Purwanto 1, Dr.Rendy Munadi, Ir, MT. 2, Yudha Purwanto,S.T. 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (217) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A-49 Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami Hasbi As Shiddi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS

Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS Widya Cahyadi cahyadi@unej.ac.id Universitas Jember Abstrak Dalam makalah ini diusulkan sebuah

Lebih terperinci

OPTIMASI OLSR ROUTING PROTOCOL PADA JARINGAN WIRELESS MESH DENGAN ADAPTIVE REFRESHING TIME INTERVAL DAN ENHANCE MULTI POINT RELAY SELECTING ALGORITHM

OPTIMASI OLSR ROUTING PROTOCOL PADA JARINGAN WIRELESS MESH DENGAN ADAPTIVE REFRESHING TIME INTERVAL DAN ENHANCE MULTI POINT RELAY SELECTING ALGORITHM OPTIMASI OLSR ROUTING PROTOCOL PADA JARINGAN WIRELESS MESH DENGAN ADAPTIVE REFRESHING TIME INTERVAL DAN ENHANCE MULTI POINT RELAY SELECTING ALGORITHM Faosan Mapa, Supeno Djanali, Ary Mazharuddin S. Fakultas

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANALISIS WAKTU KONVERGENSI PROTOKOL ROUTING OLSR PADA JARINGAN MANET DENGAN NS-3 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh:

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA ZONE ROUTING PROTOCOL PADA MOBILE AD-HOC NETWORK

EVALUASI KINERJA ZONE ROUTING PROTOCOL PADA MOBILE AD-HOC NETWORK Jeffrey Anthoni, Veronica W. Mahyastuty, Evaluasi Kinerja Zone Routing Protocol 1 EVALUASI KINERJA ZONE ROUTING PROTOCOL PADA MOBILE AD-HOC NETWORK Jeffrey Anthoni 1, Veronica Windha Mahyastuty 2 Program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Content Delivery Network (CDN) Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai client pengirim konten yang ada pada suatu web kepada client pengguna. CDN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini penulis menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah dari penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian, metodologi yang dipakai dalam melakukan

Lebih terperinci

Bab 3 Parameter Simulasi

Bab 3 Parameter Simulasi Bab 3 Parameter Simulasi 3.1 Parameter Simulasi Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini memakai varian jaringan wireless mesh yaitu client mesh. Dalam hal ini akan digunakan client mesh dengan jumlah

Lebih terperinci

Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS

Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS Widya Cahyadi cahyadi@unej.ac.id Universitas Jember Abstrak Dalam makalah ini diusulkan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) adalah sebuah teknologi interdisipliner yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. Secara umum

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0Alamat IP berbasis kepada host dan network. 0Alamat IP berisi informasi tentang alamat network dan juga alamat host

Pendahuluan. 0Alamat IP berbasis kepada host dan network. 0Alamat IP berisi informasi tentang alamat network dan juga alamat host Pendahuluan 0Alamat IP berbasis kepada host dan network 0Host: apa saja yang dapat menerima dan mengirim paket. Misal router, workstation 0 Host terhubung oleh satu (atau beberapa) network 0Alamat IP berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya pada teknologi jaringan saat ini sangatlah pesat terutama dari sisi jangkauan, kemudahan akses dan penggunaaannya. Penggunaan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah sekumpulan wireless mobile yang terhubung satu sama lain secara dinamis tanpa membutuhkan infrastruktur jaringan yang tetap (Corson

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI 5.1 Implementasi Simulasi Kinerja jaringan Adhoc sebagian besar dipengaruhi oleh letak geografis wilayah, banyaknya faktor yang mempengaruhi membuat pengiriman data

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET Vina Rifiani 1, M. Zen Samsono Hadi 2, Haryadi Amran Darwito 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 protokol jaringan Menurut Mulyanta (2005, p. 5), apabila dua buah sistem saling berkomunikasi, hal yang pertama dibutuhkan adalah kesamaan bahasa yang digunakan, sehingga dapat

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Performansi Protokol Ad Hoc On- Demand Distance Vector dan Zone Routing Protocol Pada Mobile Ad Hoc Network

Analisis Perbandingan Performansi Protokol Ad Hoc On- Demand Distance Vector dan Zone Routing Protocol Pada Mobile Ad Hoc Network KINETIK, Vol. 2, No. 3, Agustus 2017, Hal. 165-174 ISSN : 2503-2259 E-ISSN : 2503-22677 165 Analisis Perbandingan Performansi Protokol Ad Hoc On- Demand Distance Vector dan Zone Routing Protocol Pada Mobile

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI ROUTING HYBRID WIRELESS MESH PROTOCOL (HWMP) PADA WIRELESS MESH NETWORK (WMN) BERDASARKAN STANDAR IEEE 802.

ANALISIS PERFORMANSI ROUTING HYBRID WIRELESS MESH PROTOCOL (HWMP) PADA WIRELESS MESH NETWORK (WMN) BERDASARKAN STANDAR IEEE 802. ANALISIS PERFORMANSI ROUTING HYBRID WIRELESS MESH PROTOCOL (HWMP) PADA WIRELESS MESH NETWORK (WMN) BERDASARKAN STANDAR IEEE 802.11S Fenmelin Muhardafen Manullang, Niken Dwi Wahyu Cahyani, Vera Suryani

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MANET (Mobile Ad Hoc Network) PADA LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN RESOLUSI YANG BERBEDA

ANALISA KINERJA MANET (Mobile Ad Hoc Network) PADA LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN RESOLUSI YANG BERBEDA ANALISA KINERJA MANET (Mobile Ad Hoc Network) PADA LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN RESOLUSI YANG BERBEDA I Gede Nengah Semara Putra 1, I GAK. Diafari Djuni H 2, Pande Ketut Sudiarta 3 Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Performasi Protokol Routing AODV Dan DSR Pada Mobile Ad-Hoc Network (MANET)

Analisis Perbandingan Performasi Protokol Routing AODV Dan DSR Pada Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Analisis Perbandingan Performasi Protokol Routing AODV Dan DSR Pada Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Sarah Devi Anggraini 1, Kukuh Nugroho 2*), Eko Fajar Cahyadi 3 1,2,3 Jurusan Teknik Telekomounikasi, Sekolah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. komunikasi dan hiburan. Awal mulanya video berbentuk analog, sesuai

BAB II DASAR TEORI. komunikasi dan hiburan. Awal mulanya video berbentuk analog, sesuai BAB II DASAR TEORI 2.1 Video Video adalah teknologi pemrosesan urutan banyak gambar bergerak yang dihasilkan oleh kamera. Video pada saat ini telah menjadi media informasi, komunikasi dan hiburan. Awal

Lebih terperinci

Teknologi Streaming Streaming

Teknologi Streaming Streaming Teknologi Streaming Teknologi Streaming Streaming adalah sebuah teknologi untuk memainkan file video atau audio yang terletak pada sebuah server dapat secara langsung dijalankan pada User Equipment (UE)

Lebih terperinci

Evaluasi Unjuk Kerja Jaringan Ad Hoc Berbasis Protokol AODV

Evaluasi Unjuk Kerja Jaringan Ad Hoc Berbasis Protokol AODV Evaluasi Unjuk Kerja Jaringan Ad Hoc Berbasis Protokol AODV Wardi*, Intan Sari Areni*, Andani Achmad*, Irma Pratiwi Sayuti * Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM Pada bab ini membahas mengenai hasil dan kinerja sistem yang telah dirancang sebelumnya yaitu meliputi delay, jitter, packet loss, Throughput dari masing masing

Lebih terperinci

dalam bentuk analog. Munculnya digital IC (Integrated Circuit) dan membutuhkan. Pengguna atau user memerlukan player, yaitu aplikasi khusus

dalam bentuk analog. Munculnya digital IC (Integrated Circuit) dan membutuhkan. Pengguna atau user memerlukan player, yaitu aplikasi khusus Video telah menjadi media yang sangat penting untuk komunikasi dan hiburan selama puluhan tahun. Pertama kali video diolah dan ditransmisikan dalam bentuk analog. Munculnya digital IC (Integrated Circuit)

Lebih terperinci

Implementasi Kolaborasi Node Pada Sistem Komunikasi Ad Hoc Multihop Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel

Implementasi Kolaborasi Node Pada Sistem Komunikasi Ad Hoc Multihop Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel Implementasi Kolaborasi Node Pada Sistem Komunikasi Ad Hoc Multihop Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel Angga Galuh Pradana 2204100005 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MODE GATEWAY PROTOKOL ROUTING AODV-UU PADA JARINGAN AD HOC HIBRIDA FUAD ZULFIAN

ANALISA KINERJA MODE GATEWAY PROTOKOL ROUTING AODV-UU PADA JARINGAN AD HOC HIBRIDA FUAD ZULFIAN ANALISA KINERJA MODE GATEWAY PROTOKOL ROUTING AODV-UU PADA JARINGAN AD HOC HIBRIDA FUAD ZULFIAN 41508110211 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2012

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOKOL OLSR (Proaktif) DAN AODV (Reaktif) pada MANET

ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOKOL OLSR (Proaktif) DAN AODV (Reaktif) pada MANET ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOKOL OLSR (Proaktif) DAN AODV (Reaktif) pada MANET SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI 4.1 Skenario Simulasi Skenario simulasi yang digunakan untuk menganalisa kinerja dari protokol routing AODV, AODV+ dan AODV-UU pada sebuah jaringan ad hoc. Pada bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 EIGRP 2.1.1 Pengertian EIGRP EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol) adalah routing protocol yang hanya bisa digunakan pada router CISCO atau disebut juga CISCO propietary,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini ditampilkan hasil dari simulasi yang telah dilakukan pada tahap penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Protokol Jaringan Menurut Mulyanta (2005, p. 5), Apabila dua buah sistem saling berkomunikasi, hal yang pertama dibutuhkan adalah kesamaan bahasa yang digunakan, sehingga dapat

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Routing Protocol AODV OLSR dan TORA Terhadap Stabilitas Jaringan Pada Mobile Ad hoc Network (MANET) Berbasis IPv6

Analisis Kinerja Routing Protocol AODV OLSR dan TORA Terhadap Stabilitas Jaringan Pada Mobile Ad hoc Network (MANET) Berbasis IPv6 Analisis Kinerja Routing Protocol AODV OLSR dan TORA Terhadap Stabilitas Jaringan Pada Mobile Ad hoc Network (MANET) Berbasis IPv6 Shinta Widyaningrum, Muhammad Salman Departemen Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

AS IR O R U O TI U N TI G P AD

AS IR O R U O TI U N TI G P AD Tesis OPTIMASI ROUTING PADA JARING DATA MULTI JALUR MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) Nama : Agus Kurniwanto NIM : 2209206803 PROGRAM STUDI MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TELEMATIKA JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Analisis Routing EIGRP dalam Menentukan Router yang dilalui pada WAN

Analisis Routing EIGRP dalam Menentukan Router yang dilalui pada WAN Analisis Routing EIGRP dalam Menentukan Router yang dilalui pada WAN Aidil Halim Lubis halimlubis.aidil@gmail.com Erma Julita zidanefdzikri@yahoo.co.id Muhammad Zarlis m.zarlis@yahoo.com Abstrak Lalu lintas

Lebih terperinci

ROUTING. Melwin Syafrizal Daulay, S.Kom.,., M.Eng.

ROUTING. Melwin Syafrizal Daulay, S.Kom.,., M.Eng. ROUTING Melwin Syafrizal Daulay, S.Kom.,., M.Eng. Apa itu Routing? Proses pengambilan keputusan melalui gateway yang mana paket harus dilewatkan Routing dilakukan untuk setiap paket yang dikirimkan dari

Lebih terperinci

DYNAMIC ROUTING. Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost. Contohnya adalah algoritma link state.

DYNAMIC ROUTING. Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost. Contohnya adalah algoritma link state. DYNAMIC ROUTING Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang sama maka perlu digunakan dynamic routing. Sebuah dynamic routing dibangun berdasarkan informasi yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Abad informasi menuntut manusia saling terhubung untuk mendapatkan segala bentuk informasi demi kebutuhan hidup dan upaya itu membutuhkan sumber daya dan teknologi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA SIMULASI DAN EVALUASI PROTOKOL ROUTING AODV,AOMDV, DAN OLSR PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET) MENGGUNAKAN NS2 DAN SUMO DI SEKITAR JALAN HR RASUNA SAID JAKARTA TUGAS AKHIR Syahrul Hidayat NIM: 1102001027

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Proses Simulasi. Analisis Hasil. Gambar 11 Metode penelitian.

METODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Proses Simulasi. Analisis Hasil. Gambar 11 Metode penelitian. unicast, multicast, atau anycast yang oleh sumber diberi label sebagai traffic flow (RFC-3697 2004). Hop Count: banyaknya node yang harus dilewati oleh suatu paket dari node asal ke node tujuan (Altman

Lebih terperinci

Studi Perbandingan antara Dynamic Routing dan Greedy Routing Pada Pengiriman Data Jaringan Sensor Nirkabel

Studi Perbandingan antara Dynamic Routing dan Greedy Routing Pada Pengiriman Data Jaringan Sensor Nirkabel Studi Perbandingan antara Dynamic Routing dan Greedy Routing Pada Pengiriman Data Jaringan Sensor Nirkabel Dani Priambodo 2207 100 538 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL PADA TOPOLOGI MESH

ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL PADA TOPOLOGI MESH ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL PADA TOPOLOGI MESH Debora Br Sinaga (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 38 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dibahas mengenai pengujian dan analisis hasil implementasi yang telah dilakukan. Pengujian dan analisis ini bertujuan untuk mengetahui performansi pada jaringan

Lebih terperinci

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.1 Tujuan : Memahami konsep dasar routing Mengaplikasikan routing dalam jaringan lokal Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.2 Teori Dasar Routing Internet adalah inter-network dari banyak

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 1 DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang analisis dan perancangan sistem. Pembahasan yang dianalisis terbagi menjadi 2 yaitu analisis masalah dan analisis

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI VIDEO ON DEMAND PADA JARINGAN LOKAL

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI VIDEO ON DEMAND PADA JARINGAN LOKAL Bidang REKAYASA PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI VIDEO ON DEMAND PADA JARINGAN LOKAL SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, WENDI ZARMAN, DIAN PERDANA Jurusan Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Teknologi

Lebih terperinci

EVALUASI PERFORMANSI OLSR (OPTIMIZED LINK STATE ROUTING) PADA MOBILE AD-HOC NETWORK

EVALUASI PERFORMANSI OLSR (OPTIMIZED LINK STATE ROUTING) PADA MOBILE AD-HOC NETWORK EVALUASI PERFORMANSI OLSR (OPTIMIZED LINK STATE ROUTING) PADA MOBILE AD-HOC NETWORK Valentino Lord Sing, S.N.M.P. Simamora, Simon Siregar Program Studi Teknik Komputer Politeknik TELKOM Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Protokol Jaringan Menurut Steinke (2003, p. 3), agar dapat saling berkomunikasi satu sama lain, komputer-komputer yang terhubung dalam suatu jaringan harus mempunyai satu set

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi sangatlah cepat demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Perkembangan di bidang teknologi

Lebih terperinci

Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages

Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages Pendahuluan Tidak ada mekanisme untuk menjamin bahwa data yang dikirim melalui jaringan berhasil. Data mungkin gagal mencapai tujuan dengan berbagai macam

Lebih terperinci

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV Nurhayati Jiatmiko 1, Yudi Prayudi 2 Pusat Studi Forensika Digital - Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Dampak Serangan Black Hole pada Peformansi Protokol Routing OLSR dan AODV di Jaringan Wireless Mesh Network

Analisis Perbandingan Dampak Serangan Black Hole pada Peformansi Protokol Routing OLSR dan AODV di Jaringan Wireless Mesh Network Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 3, Maret 2018, hlm. 1017-1026 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Perbandingan Dampak Black Hole pada Peformansi Protokol

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI ROUTING PROTOCOL AODV & DSR PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET)

SIMULASI DAN ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI ROUTING PROTOCOL AODV & DSR PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET) SIMULASI DAN ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI ROUTING PROTOCOL AODV & DSR PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET) SIMULATION AND ANALYSIS COMPARISON OF PERFORMANCE BY ROUTING PROTOCOL AODV & DSR IN VEHICULAR

Lebih terperinci

SEMINAR TESIS OPTIMASI PENENTUAN HELLO INTERVAL PADA PROTOKOL ROUTING AD HOC ON- DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY

SEMINAR TESIS OPTIMASI PENENTUAN HELLO INTERVAL PADA PROTOKOL ROUTING AD HOC ON- DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY SEMINAR TESIS OPTIMASI PENENTUAN HELLO INTERVAL PADA PROTOKOL ROUTING AD HOC ON- DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY Pembimbing : Prof. Ir. Supeno Djanali, M.Sc, Ph.D Co-Pembimbing

Lebih terperinci