Quality Assurance dan upaya pelaksanaan dalam pelatihan Olimpiade
|
|
- Iwan Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Quality Assurance dan upaya pelaksanaan dalam pelatihan Olimpiade Dr. Suryadi Siregar Prodi Astronomi FMIPA-ITB Jl. Ganesha 10, Bandung Pengantar Tulisan singkat ini disusun untuk Loka Karya Olimpiade Astronomi Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 12 Maret 2010 oleh Direktorat Pendidikan Nasional, bekerjasama dengan Program Studi Astronomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. Makalah ini terbatas pada ihwal pengalaman kami mengajar, sebagai tim leader kontingen Indonesia dan mengevaluasi kegiatan pelatihan dan soal-soal yang diujikan di event olimpiade internasional. IAO (International Astronomy Olympiad), APAO (Asia Pacific Astronomy Olympiad), IOAA (International Olympiad on Astronomy and Astrophysic) maupun IESO (International Earth Science Olympiad). Pada dasarnya evaluasi proses belajar mengajar terbangun dari pengalaman, selama menjadi pengajar di pelatihan olimpiade, sebagai dosen di ITB maupun diperguruan tinggi swasta. Mengajar siswa pilihan di pelatihan olimpiade, seharusnya menjadi lebih mudah lagi. Namun kenyataannya tidak selalu demikian, sebab pelatihan ini mengacu pada konsep multi input - single output. Peserta latihan walaupun merupakan juara-juara provinsi namun telah lama diketahui peringkat luar jawa dengan siswa yang berasal dari pulau jawa sangatlah timpang. Pelatihan dalam tempo 3 bulan atau kurang, memang berat bagi siswa untuk menyamakan kepahaman astronomi yang setara. Pada dasarnya ada dua teori pembelajaran yang sudah baku. Pertama Pendidikan yang berpusat pada siswa (learner centered education) dan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher centered education). Siswa alumni OSN peserta pelatihan dari luar pulau jawa maupun sekolah dengan guru yang minim pemahamannya tentang astronomi, umumnya terbiasa dengan cara belajar learner centered education, kekurangan guru yang kompetens mengharuskan mereka mencari sendiri sumber acuan, fasilitas internet memungkinkan mereka berkompetisi dengan rekannya dari daerah yang sudah mapan. Intisari ciri-ciri dari kedua model pembelajaran ini diragakan dalam table berikut. Tabel 1 Kriteria Learner Centered Education dan Teacher Centered Education Aspek Learner Centered Education Teacher Centered Education Sasaran pembelajaran Penguasaan bidang ilmu Penguasaan bidang ilmu, membekali kemampuan berfikir dan mengasah soft skills. Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 1
2 Struktur kurikulum Cara pandang terhadap pembelajaran siswa Susunan mata kuliah sepenuhnya terintegrasi untuk mencapai sasaran pembelajaran Siswa mengakumulasi pengetahuan. Pembelajaran bersifat individu Rangkaian mata kuliah membentuk susunan yang terintegrasi untuk mencapai sasaran pembelajaran Siswa membangun pengetahuan. Mendorong pembelajaran kelompok Peran pengajar Sumber pengetahuan dalam pembelajaran Fasilitator dan perancang lingkungan pembelajaran Fungsi kuliah bahan Sebagai tujuan akhir pemahaman siswa Dasar untuk pembelajaranlebih lanjut. Sarana mengembangkan keterampilan belajar metacognitive Metoda penyampaian Asesment Kuliah Test mingguan. Nilai memakai distribusi normal, jika jumlah siswa memadai Berbagai metode pembelajaran aktif, collaborative learning, cooperative learning, problem based learning Selain ujian juga menilai karya tulis, portofolio, karya desain. Nilai memakai kriteria yang mencerminkan penguasaan tujuan pembelajaran. Mengingat dasar-dasar astronomi yang diajarkan di sekolah masih sangat kurang. Pada pelatihan tahap pertama dan kedua diterapkan konsep Teacher Centered Education atau pendidikan berpusat pada pengajar. Pada tahap akhir menjelang keberangkatan konsep Learner Centered Education sudah dapat diterapkan (Siregar, 2008). Pembelajaran yang baik Untuk pembelajaran yang baik ada kiat yang harus diambil (Soepangkat, 2010) 1. Perlu diciptakan dan dipelihara iklim psikologis yang mendukung pembelajaran 2. Penyajian bahan ajar dan strategi pelatihan yang tepat 3. Umpan balik (feedback) yang mendukung gairah belajar. Suasana kelas yang tidak monolog. 4. Pengetahuan yang dipersyaratkan (prerequisite) untuk mengikuti suatu mata kuliah 5. Akses kepustakaan dan penguasaan bahasa Inggris 6. Administrasi penyelenggaraan pengajaran Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 2
3 Menurut taxanomi Bloom ada tiga ranah yang berbeda pada pembelajaran (Andrianto, 2008) 1. Kognitif yaitu yang berhubungan dengan kemampuan menggunakan logika, berfikir, menyimpulkan. Misalnya dalam matematika 2. Afektif ikhwal yang menyangkut kemampuan menghargai, menghayati nilai-nilai misalnya dalam kebudayaan 3. Psikomotorik berkaitan dengan kemampuan melakukan koordinasi pada gerak tubuh dan anggota tubuh seperti pada tari dan olah raga. Dalam kegiatan belajar, ketiga ranah tersebut dapat terlibat secara simultan, tetapi acap terjadi yang menonjol hanyalah salah satu aspek yang diikuti secara minor oleh ranah yang lain.perlu diperhatikan dalam pelatihan olimpiade astronomi tampak yang menonjol adalah segi kognitif, misalnya dalam mata pelajaran Mekanika Benda Langit, diikuti oleh aspek afektifdan psikomotorik pada bidang observasi misalnya.keterkaitan ketiga domain tadi terletak pada cara belajar dan mengajar. Latihan menurunkan persamaan, mencari jawab dengan menghitung, menyimpulkan solusi untuk suatu persoalan, adalah contoh pembelajaran yang sarat dengan segi kognitif. Di pihak lain untuk meningkatkan aspek afektif mungkin dibutuhkan pemaparan atau penambahan wawasan dengan pemutaran film, kunjungan ke observatorium/planetarium, diskusi dengan nara sumber dari luar astronomi misalnya. Dalam ranah kognitif terdapat pula pembagian secara vertikal kesulitannya. Antara lain adalah; menurut tingkat 1. Mengetahui; Peserta belajar hanya memperoleh informasi tentang data atau fakta. Misalnya Matahari terbit dari Timur dan terbenam di Barat setiap harinya. 2. Memahami; Ada penguasan informasi tentang seluk-beluk atau penyebab dari suatu fakta. Misalnya Matahari terbit di Timur dan terbenam ke Barat, karena Bumi berotasi pada porosnya dari Barat ke Timur. Selanjutnya dijelaskan pula dengan hukum Kepler bahwa Bumi bergerak mengelilingi Matahari dengan lebih cepat ketika berada disekitar perihelium dan bergerak lebih lambat ketika ada di aphelium. 3. Menerapkan; mampu menghitung atau menyimpulkan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang sudah dimiliki. Misalnya dapat menghitung pukul berapa Matahari terbit dan terbenam setiap harinya. Kenapa perihelium jatuh pada bulan Januari dan aphelium pada bulan Juni. 4. Sintesis; menggabungkan pemahaman dan kemampuan yang sudah dimiliki dengan informasi dari topik yang berbeda untuk membuahkan hasil belajar yang baru. Misalnya pengetahuan tentang terbit dan terbenamnya Matahari digabungkan dengan pengetahuan mengenai panel sel surya pembangkit listrik dengan konsep Luminositas dan Fluks, khusunya kepekaan terhadap sudut datang sinar Matahari sebagai fungsi bujur dan lintang geografi suatu tempat. 5. Evaluasi-kreatif; Menyorot secara kritis pengetahuan yang sudah diperoleh, mempertanyakan keberlakuannya dan memunculkan pendekatan alternatif yang lain. Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 3
4 Misalnya bagaimana mengatur orientasi panel surya satelit yang mengapung di angkasa. Tujuan pelatihan, peran pengajar dan mutu pengajaran Tata cara dalam menyelenggarakan pelatihan hendaknya mengacu secara heirarkis pada rumusan tentang profil lulusan SMA dan tujuan umum pendidikan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, sampai ke syllabus yang diacu dari statuta olimpiade. Ada dua hal yang harus dipenuhi oleh profil lulusan pelatihan Olimpiade Astronomi. 1. Lulusan mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri, secara peribadi maupun tim dalam melakukan tindak kreatif dan rasional dalam menyelesaikan soal-soal yang diujikan pada olimpiade 2. Lulusan dapat menghayati peran kebangsaan, jiwa kejuangan dan kepeloporan sebagai orang muda dewasa yang terpilih untuk mewakili bangsa dalam kompetisi olimpiade internasional. Disamping tuntutan terhadap siswa peran pengajar juga sangat penting. Mendidik anakanak cerdas tentu berbeda pendekatannya dengan siswa yang mempunyai kemampuan rerata. Pengajar hendaknya tidak memaksakan suatu metodologi tertentu kepada anak didik dalam memecahkan suatu persoalan. Peran pengajar antara lain adalah; 1. Mengantar peserta pelatihan olimpiade kealam budaya ilmiah dan praxis tentang metodologinya. Memfasilitasi pembelajaran dalam subjek yang dikaji, dengan cara memberikan presentasi yang tersusun secara sistematik, runut, taat asas dan tertib dalam berfikir serta melakukan evaluasi yang baik pada setiap hasil pembelajaran. Mendorong peserta untuk bekerja secara teratur dan meningkatkan kemampuan belajar secara periodik. Bersikap objektif, rasional egaliter, terbuka dan komunikatif. Memberikan banyak kesempatan pada siswa untuk berkonsultasi langsung, memberi motivasi untuk selalu menjadi nomer satu, bertindak secara transparan dan adil dalam semua tahap penyelenggaraan pengajaran. 2. Menjadi contoh peran perilaku yang benar yang tercermin dari sifat jujur, adil dan akuntabel. Konsisten dalam ucapan dan perbuatan, tepat waktu dan menepati janji. Menggunakan bahasa baku mengayomi dan santun. 3. Menciptakan dan memelihara iklim yang mendukung gairah belajar sehingga terselenggara pembelajaran yang baik, dengan cara berkomunikasi yang dapat menumbuhkan hubungan selaras dan saling percaya (trust) diantara semua peserta termasuk juga pengajar. Memberikan umpan balik yang teratur dan cepat mengenai hasil tugas dan ujian, serta statistik sebaran nilai yang dapat memberi petunjuk kepada siswa tentang kinerja mereka. Mutu pengajaran pada umumnya ditentukan oleh kualitas bahan ajar yang menjadi acuan pembelajaran dan kualitas penyampaian di kelas. 1. Bahan ajar, untuk acuan bahan kuliah, tugas dan ujian adalah buku teks standard yang dipergunakan setara dan sejenis dengan di manca Negara. Buku yang dipilih perlu ada dalam jangkauan kognitif dan kecanggihan bahasa peserta. Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 4
5 2. Penyajian, pembahasan di kelas diberikan dalam susunan yang sistematik, runut taat asas dan tertib dalam berfikir. Setiap bagian yang dibahas dimulai dengan pengantar mengenai lingkup bahasan dan kedudukannya dalam teori, yang disertai dengan contoh dan ilustrasi. Setiap pembahasan hendaknya diakhiri dengan resume. Presentasi disusun dalam bentuk yang memudahkan peserta membuat intisari. Pengembangan materi ajar. Pengembangan materi ajar berjalan selaras dengan perjalanan waktu dan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya pengajar untuk meningkatkan mutu. Cara yang dapat dilakukan adalah; 1. Menyimpan dalam file terpisah semua catatan yang telah dipersiapkan untuk mata kuliah, ikhtisar dan bagan, soal serta penyelesaian pekerjaan rumah, demikian juga untuk quiz dan ujian. 2. Pada pelatihan berikutnya secara bertahap file tadi disempurnakan dengan tambahan dan pandangan yang mutahir dan elegan untuk disampaikan kembali. 3. Buatlah setiap tahun soal tugas dan ujian yang dapat direka dari textbook, publikasi ataupun internet. Kompilasi tahunan dari file tersebut akan dapat membentuk bank soal yang cukup baik. Performance yang rendah dan strategi ARCS Ada beberapa fenomena yang dapat menyebabkan performance siswa rendah, indicator tersebut antara lain; 1. Belum menguasai pengetahuan/keterampilan 2. Jarang berlatih dan menggunakan keterampilan tersebut 3. Konsekuensi negatif pelaksanaan suatu tugas 4. Sifat atau struktur tugas yang sulit atau tidak menyenangkan. Setelah sebab musabab performance siswa yang rendah beberapa langkah strategis dapat dilakukan 1. Strategi untuk meningkatkan perhatian (attention) a. Gunakan metode penyampaian materi yang bervariasi (kuliah, diskusi kelompok, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, dan lain sebagainya) b. Gunakan media teknologi informasi untuk melengkapi penyampaian materi c. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh untuk memperjelas konsep yang disampaikan d. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa 2. Strategi untuk menunjukkan relevansi (relevance) a. Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pelatihan (tujuan instruksional) Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 5
6 b. Jelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari dan bagaimana hal ini dapat diterapkan dalam pekerjaan nanti, kehidupan di masyarakat c. Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu 3. Strategi untuk meningkatkan percaya diri (confidance) a. Susun perkuliahan dari materi yang mudah ke yang sukar. Tanamkan perasaan bahwa siswa akan berhasil sejak awal b. Susun perkuliahan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Siswa tidak dituntut untuk mempelajari konsep baru sekaligus c. Tingkatkan harapan untuk berhasildengan menyatakan persyaratan lulus, dengan menyampaikan tujuan perkuliahan, kriteria test atau ujian pada hari pertama kuliah d. Tingkatkan harapan untuk berhasil dengan memungkinkan control keberhasilan di tangan siswa itu sendiri. Misalnya dengan membuat kontrak perkuliahan e. Tumbuhkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan Nampaknya anda telah memahami konsep ini dengan baik Sebutkan kelemahannya dengan mengatakan Hal-hal yang perlu dikembangkan f. Berikan umpan-balik yang konstruktif selama perkuliahan agar siswa mengetahui pemahaman dan perestasi belajarnya. 4. Strategi untuk meningkatkan kepuasan(satisfication) a. Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau sejenisnya b. Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera memperaktekkan atau menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari. c. Minta kepada siswa yang telah menguasai keterampilan/pengetahuan untuk membantu teman-temannya d. Bandingkan prestasinya dengan prestasi dia dimasa lalu atau dengan suatu standard tertentu, bukan dengan mahasiswa lain Sembilan peristiwa instruksional Dalam kelas kita sering menjumpai hal yang tidak menyenangkan. Siswa acuh tak acuh, mengobrol, kurang perhatian dan sebagainya, hal ini tentu akan mempengaruhi prestasi mereka. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan misalnya: 1. Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian: Hal ini perlu dilakukan apabila siswa tidak siap dan terfokus pikirannya. Pengajar dapat menggugah minat dengan cara menceritakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau kompleks 2. Menyampaikan tujuan perkuliahan: Siswa jangan menebak-nebak apa yang diharapkan dari dirinya oleh pengajar. Pengajar menunjukkan indikasi seorang siswa telah menguasai suatu pengetahuan atau keterampilan. 3. Mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari yang merupakan prasyarat: Pengetahuan baru, umumnya merupakan kombinasi dari konsep, prinsip atau Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 6
7 informasi yang sebelumnya telah dipelajari. Siswa perlu diingatkan kembali hal-hal tersebut, agar ia dapat mempelajari materi yang baru. 4. Menyampaikan materi perkuliahan: Dalam menyampaikan materi pelatihan gunakan contoh, penekanan untuk menunjukkan perbedaan atau bagian yang penting, baik secara verbal maupun menggunakan features tertentu 5. Memberikan bimbingan belajar: Bimbingan diberikan melalui pertanyaan pertanyaan yang membimbing proses/alur berfikir. Bimbingan tidak dimaksudkan untuk memberi jawaban. Bimbingan tidak boleh secara berlebihan. 6. Memperoleh unjuk kerja: Siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari, baik untuk meyakinkan pengajar maupun dirinya sendiri 7. Memberikan umpan balik tentang kebenaran tugas yang dikerjakan: Umpan balik perlu agar siswa tahu sejauh mana kebenaran atau unjuk kerja yang dihasilkannya 8. Mengukur/mengevaluasi hasil belajar-mengajar: Pengukuran data dilakukan melalui test atau tugas (misalnya soal latihan, kerja laboratorium). Dalam hal ini masalah reabilitas dan validitas serta hasil observasi pengajar merupakan data input. 9. Memperkuat retensi dan transfer belajar: Unsur lupa, sangat mempengaruhi retensi. Retensi dapat ditingkatkan dengan berulang kali menggunakan perinsip yang telah dipelajari dalam konteks yang berbeda. Memecahkan masalah dalam suasana kelas akan berbeda dalam suasana mandiri apalagi dalam suasana ril yang mengandung resiko. Penutup Pada dasarnya evaluasi belajar mengajar merupakan tata cara standard dalam studi terpimpin yang bertujuan menyelenggarakan pengajaran secara lebih efektif dan efisien. Perhatian khusus perlu diberikan pada penciptaan dan pemeliharaan ikim psikologis yang sehat dalam ruang pembelajaran (learning space) yang dicirikan dalam bentuk presentasi yang menarik, runut, taat asas, serta penugasan yang teratur. Selain itu umpan balik perlu cepat dievaluasi demikian pula kinerja peserta dalam kegiatan belajar. Semua ini akan terlaksana bila organisasi sehat, resources cukup (staf akademik, fasilitas, siswa) dan proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Daftar Pustaka Andrianto Handoyo, Sasaran Belajar, Berita Pembelajaran ITB, N0.1 tahun 1, November 2008 Siregar,S, Laporan Singkat 2 nd International Olympiad on Astronomy and Astrphysics (IOAA), Bandung Agustus 2008, Laporan XIIIth International Astronomy Olympiad (IAO), Trieste, Oktober 2008 Soepangkat, H.P, Mengembangkan Kiat Mengajar, Catatan tentang pengalaman mengajar di Perguruan Tinggi, Berita Pembelajaran ITB, No.1 Tahun 3, Januari 2010 Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 7
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pada umumnya, pemandangan dalam kelas menunjukkan gambaran yang sangat kompleks, yang terdiri dari berbagai jenis kepribadian, potensi, latar belakang kehidupan, serta
Lebih terperinciSTANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM 04 07 SEMARANG 2O16 Standar Proses Pembelajaran Sistem Penjaminan Mutu Internal Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang terus-menerus melakukan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Salah satu yang mendapat sorotan yaitu pada sektor pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara formal. Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga sebagai tempat berkumpul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah menengah atas cenderung bersifat monoton dan tidak menghasilkan banyak kemajuan
Lebih terperinci2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan mata pelajaran dengan konsep pembelajaran alam yang mempunyai hubungan erat dan luas dengan kehidupan manusia. IPA berhubungan dengan cara mencari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL (MATEMATIKA) SMP
OLIMPIADE SAINS NASIONAL (MATEMATIKA) SMP I. SISTEM OLIMPIADE A. LATAR BELAKANG Salah satu arah kebijakan program pembangunan pendidikan nasional dalam bidang pendidikan salah satunya adalah mengembangkan
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang sedang coba diterapkan oleh pemerintah ke beberapa sekolah sasaran saat ini yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru profesional merupakan guru yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan dan mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam rangkaian peristiwa sejarah, sejarah identik dengan konsep perubahan dimana konsep ini mengindikasikan bahwa segala hal yang ada didunia ini pasti mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus dimiliki oleh manusia, karena dengan pendidikan manusia akan lebih mampu untuk mengembangkan potensi
Lebih terperinciSTANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,
Lebih terperinciyang diperoleh sebaik mungkin. Seiring dengan kemajuan zaman, proses belajar mengajar masih kurang efektif karena belum terdapat kerjasama yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia yang berkarakter dan berkarakter merupakan bekal hidup yang perlu diperjuangkan untuk mencapai kesuksesan. Pencapaian ranah karakter seringkali hanya merupakan
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 33-40 PEMANFAATAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Hasil belajar dapat dikelompokkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing. Kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia. Dalam pendidikan dilakukan suatu proses pembentukan manusia yang memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang mendorong para peserta didik untuk mendapatkan prestasi terbaik. Pendidikan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah
Lebih terperinciEvaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta
Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Sejarah Kurikulum Prodi Teknik Informatika Hingga saat ini, Program Studi Teknik Informatika
Lebih terperinciSTANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA YOGYAKARTA 2015 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif kreatif,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar yang dipelajari di Sekolah Dasar. Sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ada, pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara. Sebaliknya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan berfungsi sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi.
Lebih terperinciPenyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada
Penyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada Lima Pilar Utama RPKPS: 1. Materi lebih didekatkan pada persoalan nyata 2. Integrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan di berbagai bidang kehidupan, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan hendaknya mampu mendukung pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, pendidikan harus mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka mampu
Lebih terperinci2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berkaitan erat dengan istilah belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar (Sudjana, 2013 : 28) menunjuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian dilakukan di SMK Negeri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil penelitian Program for International Student Assesment (PISA) 2012 yang befokus pada literasi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengukuhkan peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dialami siswa dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik yang berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini berlangsung dalam jangka
Lebih terperincipercaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang besar perannya dalam pendidikan, disamping itu juga belajar biologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Lebih terperinci2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang selama ini berlangsung di Sekolah Dasar lebih menekankan pada pembelajaran yang bersifat ekspositori. Dimana siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu-ilmu dasar (basic science) yang perlu diberikan pada siswa. Hal ini tak lepas dari
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA
345 EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA Woro Sumarni, Soeprodjo, Krida Puji Rahayu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)
7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar Sejarah siswa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa adalah efektivitas pembelajaran melalui kurikulum. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata Pelajaran Mekanika Teknik pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program keahlian Teknik Gambar Bangunan (TGB) dipelajari di kelas X. Mata pelajaran Mekanika Teknik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas
Lebih terperinciPROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING
PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa. diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran merupakan dasar yang utama. Agar siswa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Hal ini sesuai dengan pendapat Joesoef (2011) yang menyatakan bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar di perguruan tinggi merupakan pilihan strategis untuk mencapai tujuan bagi mereka yang menyatakan diri untuk belajar melalui jalur formal. Namun, realitas
Lebih terperinciSTANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SPMI-UNW SM 01 02 UNGARAN Standar Proses Pembelajaran Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Ngudi Waluyo SPMI-UNW
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan agar peserta didik lebih siap bersaing dalam persaingan global nantinya. Usaha peningkatan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Pengaruhnya meluas ke berbagai bidang kehidupan termasuk bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba model, dan uji validasi model, serta pembahasan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai
Lebih terperinci2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan pendidik melalui sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (PERMENDIKBUD No 103 tahun 2015 pasal 1).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sains di sekolah sampai saat ini cenderung berpusat pada guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk menghapal
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 90012008 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PENGEMBANGAN KURIKULUM NO. POB/STK-PP/03 Disiapkan oleh Tanda Tangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Pernyataan ini bukan tanpa sebab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia lebih banyak menekankan kepada hasil belajar berupa kognitifnya saja. Hal ini terlihat dari
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa. Pembelajaran menurut Siregar dan Nara (2010) merupakan interaksi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam bab keempat, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
142 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari keseluruhan deskripsi dan pembahasan sebagaimana dipaparkan dalam bab keempat, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, berkenaan dengan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Huda (2012, hlm.3) merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,
I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Untuk memberikan arah pembahasan yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciMENUMBUHKEMBANGKAN DAN MENGELOLA KREATIVITAS PENELITIAN
MENUMBUHKEMBANGKAN DAN MENGELOLA KREATIVITAS PENELITIAN Oleh : Suhandoyo, MS *) (* Dosen FMIPA UNY, Makalah disampaikan dalam forum pembinaan karya tulis ilmiah mahasiswa Fak. Sains dan Teknologi, UIN
Lebih terperinciOrientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik profesional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikan harkat dan martabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik itu sosial, ekonomi, budaya, bisnis, bahkan pendidikan. Pengaruh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kehidupan modern saat ini. Teknologi informasi dan komunikasi
Lebih terperinci