Staf pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta.
|
|
- Teguh Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 The Influence of Water Cement Ratio to the Ability of Normal Concrete as Gammaray Shield Radiation PENGARUH FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON NORMAL SEBAGAI PERISAI RADIASI SINAR GAMMA Anis Rahmawati 1), Ika Setyaningsih 2) 1) Staf pengajar Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta,. Jl. A Yani No. 200 Pabelan Kartasura Surakarta, aquanize@yahoo.com 2) Staf pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta. ABSTRACT Nuclear has been used in many sciences; one of them is for medical application. To prevent from the radiation spread, they need shielding. Many materials can be used as shield materials, such as lead, iron, and normal concrete. This research was aimed to observe relationship between normal concrete quality and its ability as Gammaray shield radiation. Sample used in this research is metric of concrete with 15 cm x 15 cm dimensions and the thickness varies from 1 cm to 15 cm. It is made from normal concrete with three variations of water cement ratio, they are 0,4, 0,5, and 0,6. The source of radiation that used is the following gammarays: 152Eu with the selected energy of 121,7824 kev, 131I with the energy of 364,5 kev and 137Cs with the energy of 661,6 kev. The capability of concrete as a radiation shield is expressed in term of attenuation coefficient (µ). The results show that the compression strength of normal concrete for water cement ratio of 0,4, 0,5, and 0,6 are 51,838 MPa, 46,184 MPa, and 41,791 MPa, respectively. The specific gravity for water cement ratio of 0,4, 0,5, and 0,6 are 2290,978 Kg/m 3, 2329,768 Kg/m 3, and 2333,268 Kg/m 3, respectively. The result also shows that there is no relationship between normal concrete quality and its ability as Gammaray shield radiation. The attenuation coefficient (µ) of normal concrete yielded the equation of y = 0,5198e0,001x that can be applied only for the energy radiation 121,7824 kev up to 661,6 kev. Keywords: radiation shielding, gamma ray radiation, normal concrete, attenuation coefficient ABSTRAK Nuklir telah banyak digunakan dalam berbagai ilmu pengetahuan; salah satunya untuk kesehatan. Untuk mencegah radiaasinya dibutuhkan pelindung. Banyak bahan dapat digunakan sebagai pelindung, seperti timah, besi, dan normal concrete. Penelitian in ditujukan untuk mengetahui hubungan erat antara normal concrete dengan ukuran 15 cm x 15 cm dan variasi ketebalan dari1 cm sampai dengan 15 cm. Pelindung tersebut didibuat dari normal concrete dengan tiga variasi air semen, yaitu 0,4, 0,5, dan 0,6. Sumber radiasi yang digunakan adalaj mengikuti gammarays: 152 Eu dengan memelih energi 121,7824 kev, 131I dengan energi 364,5 kev dan 137Cs dengan energi 661,6 kev. Kemampuan beton sebai pelindung radiasi di perlihatkan dalam attenuation coefficient (µ). Hasil penelitian menunjukkan secara berurutan bahwa kekeuatan tekan normal concrete dengan air semen 0,4, 0,5, dan 0,6 adalah 51,838 MPa, 46,184 MPa, dan 41,791 MPa. Masa jenia untuk air semen 0,4, 0,5, dan 0,6 adalah 2290,978 kg/m 3, 2329,768 kg/m 3, dan 2333,268 kg/m 3. Penelitian ini juga menjukkan bahwa tidak ana hubungan erat antara qualitas normal concrete dan kemampuan peerlindungan terhadap Gammaray. Attenuation coefficient (µ) dari normal concrete dihasilkan persamaan y = 0,5198e 0,001x yang dapat digunakan hanya untuk energi radiasi 121,7824 kev sampai 661,6 kev. Katakata Kunci: perlindungan radiasi, gamma ray radiation, normal concrete, attenuation coefficient PENDAHULUAN Peraturan proteksi radiasi dan ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi didasarkan pada prinsip bahwa bekerja dengan menggunakan sumber radiasi pengion harus dilakukan dengan cara membatasi penerimaan dosis radiasi serendah mungkin. Oleh karena itu pada lokasilokasi dimana material radioaktif tersebut digunakan, misalnya pada fasilitas untuk diagnosa dan terapi penyakit dengan sinar X atau sinar Gamma di rumah sakit, perlu dibuat perisai agar paparan radiasinya tidak menyebar keluar. Material yang dapat digunakan sebagai perisai agar paparan radiasi tidak menyebar ke tempat yang tidak diinginkan antara lain adalah beton, timbal, baja, dan material berat lain. Untuk radiasi sinar X atau sinar Gamma, kemampuan material dalam menyerap radiasi terutama dipengaruhi oleh densitas material dan besarnya energi radiasi. Timbal mempunyai densitas yang besar sehingga jika digunakan sebagai dinding perisai radiasi Gamma ketebalan yang diperlukan tidak terlalu besar. Namun, harganya jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan beton. Selain itu ketersediaan bahan dan pelaksanaan pengerjaan beton lebih mudah dari pada timbal. Oleh karena itu, jika faktor tebal dinding bukan menjadi masalah, maka penggunaan beton sebagai dinding perisai radiasi menjadi pilihan yang ekonomis. Beton sebagai bahan bangunan dapat dibuat dalam berbagai variasi. Perbedaan komposisi campuran bahan penyusun beton normal akan menghasilkan beton dengan kualitas dan harga yang juga berbeda. Penggunaan beton normal dengan tingkat faktor air semen yang rendah dan kuat tekan tinggi, belum menjamin kemampuannya sebagai penahan radiasi juga tinggi. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk memperoleh hubungan antara kualitas beton normal dengan kemampuan beton sebagai perisai radiasi. Tiga proses utama yang dapat terjadi apabila radiasi elektromagnetik melewati suatu bahan penyerap adalah efek foto listrik, hamburan Chompton, dan produksi pasangan. Probabilitas terjadinya ketiga proses tersebut ditentukan oleh nomor atom bahan peresap dan energi radiasi yang diserap. Efek foto listrik terutama terjadi pada foton dengan energi antara 0,01 MeV hingga 0,5 MeV, dan pada materi dengan nomor atom besar. Pada peristiwa ini energi foton diserap seluruhnya oleh elektron yang terikat oleh atom bahan. Proses hamburan Chompton dominan pada radiasi elektromagnetik dengan energi antara 0,2 MeV hingga 5 MeV. Pada peristiwa ini, energi foton datang yang diserap oleh elektron atom bahan diubah menjadi 16 Dinamika TEKNIK SIPIL, Akreditasi BAN DIKTI No : 110/DIKTI/Kep/2009
2 energi kinetik elektron dan foton hamburan yang berenergi lebih rendah. Proses produksi pasangan lebih sering terjadi pada bahan dengan nomor atom tinggi dan hanya dapat terjadi pada energi lebih besar dari 1,02 MeV. Pada peristiwa ini foton yang berinteraksi dengan atom bahan akan lenyap dan sebagai gantinya timbul sepasang elektronpositron. Positron yang terbentuk selanjutnya berinteraksi dengan elektron dalam bahan, hingga massa dari kedua partikel berubah menjadi dua buah foton yang selanjutnya dapat berinteraksi dengan bahan melalui proses fotolistrik maupun hamburan Chompton (Akhadi M., 2000). METODE PENELITIAN Beton normal dibuat dari campuran batu pecah, pasir, semen dan air, dalam tiga variasi faktor air semen, yaitu 0,4, 0,5, dan 0,6. Sumber radiasi yang digunakan adalah Europium152 ( 152 Eu) pada tingkat energi 121,7824 kev, Iodium131 ( 131 I) yang memiliki intensitas energi 364,5 kev, dan Cesium137 ( 137 Cs) dengan intensitas energi 661,6 kev. Benda uji untuk masingmasing variasi fas terdiri dari dua macam, yaitu benda uji untuk uji teknis beton dan benda uji untuk uji koefisien attenuasi beton. Benda uji untuk uji teknis betin berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Sedangkan benda uji untuk uji koefisien attenuasi beton berbentuk kotak ukuran 15 cm x 15 cm dengan ketebalan bervariasi dari 1 cm sampai dengan 15 cm. Uji modelus Elastisitas beton dilaksanakan dengan standar pengujian berdasarkan SNI c. Uji berat jenis beton Berat jenis beton diuji dengan jalan menimbang silinder beton (A) dan mengukur dimensinya sehingga volume silinder beton dapat diketahui (V). Berat jenis beton dihitung dengan persamaan: Bj = A/V d. Pengujian beton terhadap radiasi gamma Pengujian dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu dengan Geiger Muller untuk sumber radiasi 131 I dan 137 Cs dan dengan Spektroskopi NaI(Tl) untuk sumber radiasi 152 Eu. Hasil pembacaan berupa intensitas elektromagnetik sinar setelah melewati beton perisai (Ii). Jumlah data yang akan didapatkan sebanyak jumlah penyinaran yang dilakukan pada tiap sampel, dimana pada penelitian ini dilakukan 100 kali penyinaran dengan waktu cacah 20 detik. Dari data yang tersedia disusun distribusi normal untuk menentukan nilai reratanya (I). Kemudian dihitung besarnya intensitas relatif (Io/I), dimana Io adalah intensitas radiasi elektromagnetik dari sumber sinar radiasi sebelum melalui beton perisai. Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara ketebalan dengan intensitas relatif, dimana absis menunjukkan ketebalan dan ordinat menunjukkan intensitas relatif dalam bentuk ln. Garis yang menghubungkan titiktitik pada grafik tersebut menyatakan persamaan I=I o e µx, dan besarnya kemiringan garis tersebut menunjukkan nilai koefisien atenuasi bahan perisai untuk masingmasing jenis sumber sinar radiasi Gambar 1. Benda Uji Teknis Intensitas relatif Io/I µ 15 x1 x2 x3 xn Tebal beton perisai (x) Gambar 2. Benda Uji Koefisien Attenuasi Pelaksanaan penelitian dibagi dalam tiga tahap, yaitu: 1. Persiapan bahan, terdiri dari kegiatan: pemeriksaan semen secara visual, pemeriksaan air secara visual, persiapan dan pemeriksaan agregat, dan perencanaan campuran adukan beton dilaksanakan berdasarkan SK SNI T Pembuatan benda uji, terdiri dari kegiatan: penakaran bahan susun beton, pengadukan, pemeriksaan kelacakan adukan (slump), pencetakan benda uji, dan perawatan benda uji. 3. Pengujian benda uji a. Uji kuat tekan beton Pengujian kuat tekan beton dilakukan ketika umur beton telah mencapai 28 hari. Alat uji yang digunakan adalah menggunakan Compression testing machine (CTM) dengan standar pengujian berdasarkan SK SNI b. Uji modulus elastisitas beton Gambar 3. Grafik Hubungan Intensitas Radiasi Elektromagnetik, Ketebalan Bahan, dan Koefisien Attenuasi HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian sifat teknis beton berupa data kuat tekan, berat jenis, dan modulus elastisitas beton, ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengujian Sifat Teknis Beton Fas Berat Jenis (kg/m 3 ) Kuat Tekan Ultimit (MPa) Modulus Elastisitas Beton (MPa) 0,4 2290,978 51, ,5 2329,768 46, ,33 0,6 2333,268 41, ,67 Hasil uji kuat tekan menunjukkan semakin besar Faktor Air Semen (fas) kuat tekannya semakin menurun. Fas ialah perbandingan berat antara air dan semen Portland dalam campuran adukan beton. Bila nilai slump sama,yang berarti jumlah air hampir sama, beton dengan fas lebih besar Dinamika TEKNIK SIPIL/Vol. 11/No. 1/Januari 2011/Anis Rahmawati dan Ika Setyaningsih/Halaman :
3 menunjukkan jumlah semen yang digunakan dalam campuran lebih sedikit. Sedangkan jumlah air yang pas untuk hidrasi kirakira 23% massa semen kering (Neville & Brooks, 1986), sehingga semakin sedikit semen yang digunakan akan mengakibatkan jumlah air yang tersisa dari proses hidrasi semakin banyak. Kelebihan air akan membuat pasta semen berpori semakin banyak. Selain itu, sisa air bersama dengan semen akan bergerak ke atas permukaan beton segar menyebabkan peristiwa bleeding. Terjadinya bleeding ini akan mengakibatkan terbentuknya ronggarongga di dalam beton. Poripori atau ronggarongga di dalam pasta semen maupun dalam beton keseluruhan akan mengurangi kekuatan beton yang dihasilkan. Berat jenis beton yang dihasilkan berada dalam kisaran 2200 Kg/m Kg/m 3, sehingga beton tersebut termasuk dalam kategori beton normal. Hubungan antara modulus elastisitas beton dengan tingkat fas adalah modulus elastisitas beton akan turun pada peningkatan fas. Semakin besar fas kuat tekannya semakin kecil. Pada pembebanan yang sama, benda uji yang lebih lemah akan mengalami regangan yang lebih besar sehingga modulus elastisitas beton yang diperoleh lebih rendah. Hasil pengujian beton terhadap sinar radiasi yang didapat berupa data intensitas radiasi sinar gamma baik sebelum maupun sesudah melewati perisai beton normal yang terdiri dari tiga variasi fas. Data tersebut selanjutnya diolah dengan bantuan software SPSS untuk mendapatkan satu nilai intensitas radiasi rerata dari sekumpulan data yang terdistribusi normal. Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai intensitas relatif dengan jalan membagi intensitas awal radiasi sebelum melewati perisai dengan intensitas radiasi setelah melewati perisai untuk tiap jenis sumber radiasi dan tiap ketebalan perisai beton. Contoh perhitungan ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel. 2. Tabel Hubungan Tebal Perisai ( Beton Normal Fas 0,4 ) dengan Intensitas Radiasi dari Sumber Cesium137 Bertenaga 661,6 kev Tebal (cm) I rerata (Cacah/20 detik) Io/I ln (Io/I) Gambar 4 menunjukkan grafik hubungan antara ketebalan dengan intensitas relatif. Dari grafik pada gambar 4 tampak bahwa karakteristik garis regresi yang diperoleh pada semua variabel beton adalah seragam, yaitu kemiringan garis regresi yang juga menunjukkan besarnya nilai koefisien attenuasi bahan berturutturut dari besar ke kecil adalah dari data sumber 152 Eu, 131 I, dan 137 Cs. Pada satu macam bahan perisai, sinar radiasi dengan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan koefisien attenuasi yang lebih kecil. Koefisien attenuasi adalah besaran yang menyatakan kemampuan bahan dalam menyerap sinar radiasi. Semakin kecil koefisien attenuasi berarti kemampuan serapannya terhadap sinar radiasi juga semakin rendah. Kemampuan serapan suatu perisai menjadi lebih kecil ketika digunakan pada sinar radiasi berenergi tinggi yang memiliki daya tembus besar, yang berarti koefisien attenuasi dari perisai tersebut juga akan menjadi lebih kecil. Energi sinar yang digunakan dalam penelitian ini berturutturut dari rendah ke tinggi adalah sinar 152 Eu, 131 I, dan 137 Cs, sehingga diperoleh koefisien attenuasi menurun berurutan dari sinar 152 Eu, 131 I, dan 137 Cs. Intensitas R elatif (Io/I) Intensitas Relatif (Io/I) Intensitas R elatif (Io/I) y = 0.768x R 2 = fas 0,4 y = x R 2 = y = x R 2 = Cesium137 (661,6 kev) Iodium131 (364,5 kev) Europium152 (121,7824 kev) Linear (Cesium137 (661,6 kev)) Linear (Iodium131 (364,5 kev)) Linear (Europium152 (121,7824 kev)) Tebal Perisai (cm) y = x R 2 = fas 0,5 y = x R 2 = y = x R 2 = y = x R 2 = Tebal Perisai (cm) fas 0,6 y = x R 2 = Cesium137 (661,6 kev) Iodium131 (364,5 kev) Europium152 (121,7824 kev) Linear (Cesium137 (661,6 kev)) Linear (Iodium131 (364,5 kev)) Linear (Europium152 (121,7824 kev)) y = x R 2 = Cesium137 (661,6 kev) Iodium131 (364,5 kev) Europium152 (121,7824 kev) Linear (Cesium137 (661,6 kev)) Linear (Iodium131 (364,5 kev)) Linear (Europium152 (121,7824 kev)) Tebal Perisai (cm) Gambar 4. Grafik Intensitas Relatif Vs Tebal Perisai Koefisien attenuasi adalah fungsi dari densitas bahan perisai dan energi sinar radiasi. Bahan dengan densitas lebih besar biasanya mempunyai kemampuan serapan yang juga lebih besar karena diperlukan energi sinar yang besar untuk dapat menembus bahan dengan densitas besar tersebut. Kemampuan serapan yang besar sama dengan koefisien attenuasinya juga besar. Penelitian ini menggunakan satu jenis bahan perisai yaitu beton normal, sehingga relatif berat jenis semua variasi beton adalah sama. Hasil dari penerapan tingkat fas yang berbeda dari masingmasing variasi beton tidak menghasilkan perbedaan berat jenis yang signifikan. Hubungan antara faktor air semen dengan 18 Dinamika TEKNIK SIPIL, Akreditasi BAN DIKTI No : 110/DIKTI/Kep/2009
4 koefisien attenuasi beton normal digambarkan dengan grafik pada Gambar 5. Koefisien Attenuasi (cm^1) R 2 = R 2 = R 2 = Faktor Air Semen Europium152 (121,7824 kev) Iodium131 (364,5 kev) Cesium137 (661,6 kev) Linear (Europium152 (121,7824 kev)) Linear (Iodium131 (364,5 kev)) Linear (Cesium137 (661,6 kev)) Gambar 5. Hubungan Fas dengan Koefisien Attenuasi Dari Gambar 5 tampak bahwa hasil regresi linear grafik hubungan antara faktor air semen dengan koefisien attenuasi untuk ketiga sumber radiasi diperoleh koefisien determinasi di bawah 0,5, sehingga pada penelitian ini tidak dapat ditarik suatu persamaan yang menghubungkan antara fas dengan koefisien attenuasi. Dengan demikian dari penelitian ini tidak terlihat adanya pengaruh perubahan tingkat faktor air semen terhadap koefisien attenuasi beton normal, yang berarti juga tidak terlihat adanya pengaruh perubahan tingkat faktor air semen terhadap kemampuan beton normal sebagai perisai radiasi sinar gamma. Berdasarkan hasil penelitian ini, beton sebagai material perisai radiasi tidak perlu digunakan beton kualitas tinggi dengan tingkat faktor air semen yang rendah. Beton dengan fas lebih tinggi selain lebih mudah dalam pengerjaannya karena campurannya lebih encer, juga lebih ekonomis karena harga bahannya akan lebih murah jika dibandingkan dengan beton fas yang lebih rendah. Nilai koefisien attenuasi beton normal yang diperoleh bersama dengan nilai koefisien attenuasi dari beberapa bahan lain ditampilkan pada Tabel 3. Grafik hubungan antara energi dengan koefisien attenuasi beton normal bersama dengan beberapa bahan lain ditampilkan pada Gambar 6. Nilai koefisien attenuasi yang diperoleh kemudian dinormalisasikan dengan cara dibagi dengan berat jenisnya untuk mendapatkan nilai koefisien attenuasi massa. Grafik hubungan antara energi dengan koefisien attenuasi massa beton normal bersama dengan beberapa bahan lain ditampilkan pada Gambar 7. Tabel 3. Koefisien Attenuasi No Jenis bahan Perisai Peneliti 1 Beton Normal Anis R (2010) 2 Beton Normal Akhadi (2000) 4 Beton berat ag. baritpasir besi 5 Beton berat pasir besi Sri Sumarni (2006) Arya Alhadi pot. baja (2006) 6 Besi Akhadi (2000) 7 Timbal Akhadi (2000) Bj (gr/cm^3 ) 2,318 2, ,786 7,9 11,3 Sumber radiasi Energi (kev) Kofisien attenuasi linier (cm 1 ) Kofisien attenuasi massa (cm 2 /gr) 152 Eu 121,7824 0,5129 0, I 364,5 0,2907 0, Cs 661,6 0,2876 0, ,291 0, ,204 0, ,166 0, Eu 121,7824 0,5977 0, I 364,5 0,395 0, Cs 661,6 0,3887 0, Eu 244,7 0,9678 0, I 364,5 0,6254 0, Cs 661,6 0,4633 0, ,09 0, ,655 0, ,525 0, ,640 0, ,945 0, ,579 0,05123 Koefisien Attenuasi (cm^1) y = e x y = e x y = e x y = e 0.001x Beton Normal, bj=2,318 gr/cm^3 (data primer,2006) Timbal, bj=11,3 gr/cm^3 (Akhadi,2000) Besi,bj=7,9 gr/cm^3 (Akhadi,2000) Beton baritpasir besi,bj=3,1215 gr/cm^3(sumarni,2006) Beton potongan besi,bj=5,786 gr/cm^3 (Alhadi,2006) Beton normal, bj=2,35 gr/cm^3 (Akhadi, 2000) Expon. (Beton Normal, bj=2,318 gr/cm^3 (data primer,2006)) Expon. (Timbal, bj=11,3 gr/cm^3 (Akhadi,2000)) Expon. (Besi,bj=7,9 gr/cm^3 (Akhadi,2000)) Expon. (Beton baritpasir besi,bj=3,1215 gr/cm^3(sumarni,2006)) Expon. (Beton potongan besi,bj=5,786 gr/cm^3 (Alhadi,2006)) Expon. (Beton normal, bj=2,35 gr/cm^3 (Akhadi, 2000)) R 2 = y = e x y = e 0.001x ,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000 Energi (kev) Gambar 6. Koefisien Attenuasi Linear Vs Energi Radiasi Dari Gambar 6 tampak bahwa nilai koefisien attenuasi menurun terhadap peningkatan energi sumber sinar radiasi. Koefisien ettenuasi besar menunjukkan kemampuan menyerap suatu sinar radiasi yang besar pula. Sedangkan, semakin tinggi Dinamika TEKNIK SIPIL/Vol. 11/No. 1/Januari 2011/Anis Rahmawati dan Ika Setyaningsih/Halaman :
5 energi sumber radiasi, kemampuannya menembus suatu material perisai juga semakin tinggi. Hal ini menyebabkan kemampuan serapan perisai menurun, yang berarti nilai koefisien attenuasinya menjadi lebih rendah. Karena keterbatasan ketersediaan sumber sinar, serta waktu dan biaya, pada penelitian ini hanya digunakan tiga macam sumber radiasi. Meski demikian, hasil regresi eksponensial grafik hubungan antara energi sinar dengan koefisien attenuasi diperoleh koefisien Koefisien Attenuasi Massa (cm^2/gr) y = e x y = e 0.001x y = 0.194e x y = e x y = e x determinasi diatas 0,5 sehingga persamaan regresi yang didapat cukup mewakili hubungan antara energi radiasi dengan koefisien attenuasinya. Koefisien attenuasi beton normal terkecil diantara material lain yang ditampilkan disini. Hal ini karena berat jenis beton normal juga paling kecil. Bahan dengan densitas lebih besar biasanya mempunyai kemampuan serapan yang juga lebih besar. Beton Normal, bj=2,318 gr/cm^3 (data primer,2006) Timbal, bj=11,3 gr/cm^3 (Akhadi,2000) Besi,bj=7,9 gr/cm^3 (Akhadi,2000) Beton baritpasir besi,bj=3,1215 gr/cm^3(sumarni,2006) Beton potongan besi,bj=5,786 gr/cm^3 (Alhadi,2006) Beton normal, bj=2,35 gr/cm^3 (Akhadi, 2000) Expon. (Beton Normal, bj=2,318 gr/cm^3 (data primer,2006)) Expon. (Timbal, bj=11,3 gr/cm^3 (Akhadi,2000)) Expon. (Besi,bj=7,9 gr/cm^3 (Akhadi,2000)) Expon. (Beton baritpasir besi,bj=3,1215 gr/cm^3(sumarni,2006)) Expon. (Beton potongan besi,bj=5,786 gr/cm^3 (Alhadi,2006)) Expon. (Beton normal, bj=2,35 gr/cm^3 (Akhadi, 2000)) y = e 0.001x ,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000 Energi (kev) Gambar 7. Koefisien Attenuasi Massa Berbagai Material Vs Energi Radiasi Beton normal yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang bagus sebagai material perisai radiasi ditunjukkan dengan nilai koefisien attenuasi massanya yang cukup besar. Sehingga jika dimensi dinding perisai tidak dibatasi maka penggunaan beton normal sebagai perisai akan lebih menguntungkan. Dari Gambar 6 dan 7 di atas selanjutnya dapat ditentukan besarnya koefisien attenuasi bahan sejenis jika digunakan pada tingkat energi yang berbeda. Contoh Penerapan Hasil Penelitian Direncanakan suatu tebal dinding untuk ruang diagnosa penyakit dengan sinar X dimana dalam oprasionalnya menggunakan sinar dengan tingkat energi 250 kev. Dosis tertinggi yang terjadi pada ruangan tersebut sebesar 5 rem/jam. Areal di sebelah ruang diagnosa adalah areal publik yang banyak dilalui masyarakat umum bukan pekerja radiasi. Peraturan dari BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) tahun 1989 mensyaratkan batas maksimal intensitas radiasi yang boleh diterima oleh pekerja radiasi adalah 5 rem/tahun, sedangkan untuk masyarakat umum sebesar 0,5 rem/tahun. Dari ketentuanketentuan tersebut diperoleh data: Energi = 250 kev, Io = 5 rem/jam, I pekerja radiasi = 5 rem/tahun = (5/8760) rem/jam = 0, rem/jam, I masyarakat umum = 0,5 rem/tahun = (0,5/8760) rem/jam = 0, rem/jam. Berdasarkan persamaan regresi dari grafik hubungan antara energi dengan koefisien attenuasi untuk beton normal (Gambar 6) diperoleh besarnya koefisien attenuasi untuk energi (variabel X) 250 kev adalah sebagai berikut: µ = 0,5198e 0,001x = 0,40482 cm 1 Tebal dinding perisai yang diperlukan dihitung menggunakan Persamaan Io ln µ I = x (1) Tabel 4 berikut menampilkan perbandingan tebal dinding perisai yang diperlukan berdasarkan contoh kasus di atas untuk beton normal yang dihasilkan dari penelitian ini dan beberapa material perisai lainnya. Nilai koefisien attenuasi untuk masingmasing material dicari dengan menggunakan persamaan regresi yang tercantum dalam grafik pada Gambar 6 atau Gambar 7. Tabel 4. Contoh Hasil Perhitungan Tebal Perisai pada Beberapa Jenis Material Jenis Material Bj (gr/cm 3 ) µ massa cm 2 /gr µ cm 1 Tebal perisai pembatas dengan ruang pekerja radiasi (cm) Tebal perisai pembatas dengan ruang publik (cm) Timbal 11,3 0,1660 1,876 4,84 6,07 Besi 7,9 0,1240 0,982 9,24 11,6 Beton potongan 5,786 0,1491 0,863 10,52 13,19 besi Beton Barit 3,121 0,1588 0,496 18,30 22,96 Beton normal 2,318 0,1746 0, ,42 28,12 20 Dinamika TEKNIK SIPIL, Akreditasi BAN DIKTI No : 110/DIKTI/Kep/2009
6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terlihat adanya pengaruh perubahan tingkat faktor air semen terhadap kemampuan beton sebagai perisai radiasi Gamma. Beton normal memiliki karakteristik yang bagus sebagai material perisai radiasi ditunjukkan oleh koefisien attenuasi massa yang cukup besar, hampir sama dengan koefisien attenuasi massa Timbal. Pada satu jenis material perisai, semakin tinggi tingkat energi sumber radiasi yang digunakan, semakin kecil nilai koefisien attenuasinya. Saran Jika memungkinkan perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan sumber radiasi dengan energi yang lebih tinggi, sehingga akan diperoleh grafik hubungan energi dengan koefisien attenuasi dengan kisaran energi yang lebih luas. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi pengaruh ketidakhomoginan beton adalah: a. Pengambilan data uji radiasi dilakukan dengan mengambil data dari beberapa titik pada satu bidang sampel uji. Data yang diperoleh kemudian diratarata untuk mendapatkan satu data yang mewakili keseluruhan luasan sampel uji b. Sumber radiasi ditempatkan tidak menempel pada sampel uji perisai, tetapi ditempatkan pada jarak tertentu dari perisai agar berkas sinar radiasi menyebar ke seluruh permukaan perisai. Untuk memeperhitungkan pelemahan intensitas radiasi oleh udara maka dipasang detektor radiasi di depan dan di belakang perisai. Detektor di depan perisai berfungsi untuk mengetahui besarnya intensitas radiasi yang masuk sebagai data intensitas awal (Io), sedangkan detektor di belakang radiasi berfungsi untuk mengetahui besarnya intensitas radiasi setelah melewati perisai (I). c. Perisai radiasi menggunakan material yang relatif lebih homogin, misalnya bata mortar dari berbagai jenis campuran bahan penyusun, atau potongan batu alam pejal. d. Matrik beton untuk pengujian beton sebagai perisai radiasi sebaiknya dibuat dari balok beton yang dipotong menjadi beberapa tingkat ketebalan yang diperlukan. Dengan cara ini, komposisi bagian dalam beton dapat terlihat jelas, sehingga posisi lokasi penyinaran antar sampel uji dapat ditentukan relativ sama, misalnya pada bagian agregat kasarnya. Berbeda dengan jika tiap ketebalan matrik beton dicetak menggunakan bekisting sendirisindiri yang menjadikan komposisi bagian dalam beton hasil cetakan tidak terlihat, sehingga posisi lokasi penyinaran tidak dapat ditentukan sama antar sampel uji. e. Jika memungkinkan, perlu dilakukan pemotretan sampel uji dengan sinar x sehingga akan diperoleh gambaran daerah yang memiliki kerapatan hampir sama sebagai lokasi penempatan sumber sinar radiasi dan detektor DAFTAR PUSTAKA Akhadi M. (2000). Dasardasar Proteksi Radiasi. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Alhadi Aria. (2006). Penggunaan Potongan Baja Untuk Beton Berat Sebagai Perisai Radiasi Sinar Gamma. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta Anonim. (1989). Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi (SK DIRJEN BATAN NO. PN 03/160/DJ/89). Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta. Anonim. (1990). Tatacara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI T ). Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung Anonim. (1990). Metode Pengujian Kuat Tekan Beton (SNI ). Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung Anonim. (1996). Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan Rasio Poison Beton Dengan Kompresor Ekstensometer (SNI ). Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung. Neville, A.M.dan Brooks,J.J. (1987). Concrete Technology. John Willey and Sons Inc., New York. Sumarni S. (2006). Penggunaan Pasir besi dan Barit untuk Beton Berat Sebagai Perisai Radiasi Sinar Gamma. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta. Dinamika TEKNIK SIPIL/Vol. 11/No. 1/Januari 2011/Anis Rahmawati dan Ika Setyaningsih/Halaman :
PENGGUNAAN PASIR BESI DAN BARIT SEBAGAI AGREGAT BETON BERAT UNTUK PERISAI RADIASI SINAR GAMMA
PENGGUNAAN PASIR BESI DAN BARIT SEBAGAI AGREGAT BETON BERAT UNTUK PERISAI RADIASI SINAR GAMMA Sri Sumarni Fakultas KIPProgram Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta Jln. A. Yani No. 2 Pabelan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai disetiap tempat. Pembangunan rumah tinggal, gedung bertingkat, fasilitas umum, hingga jalan raya
Lebih terperinciPEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON
PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON Agus Susanto 1, Prasetyo Agung Nugroho 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol
Lebih terperinciPENGGUNAAN PASIR BESI DARI KULON PROGO DENGAN BERAT JENIS 4,311 UNTUK MORTAR PERISAI RADIASI SINAR GAMMA
Forum Teknik Sipil No. XVIII/3-September 2008 909 PENGGUNAAN PASIR BESI DARI KULON PROGO DENGAN BERAT JENIS 4,311 UNTUK MORTAR PERISAI RADIASI SINAR GAMMA Hendra Putra 1), Iman Satyarno 2), Agus Budhie
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan dan Konstruksi, Teknik Sipil UMY meliputi: pemeriksaan
Lebih terperinciVII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi
VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok
Lebih terperinciPELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).
PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 213 (479-485) ISSN: 2337-6732 PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD Maria M. M. Pade E. J. Kumaat,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MODULUS ELASTISITAS DENGAN KUAT TEKAN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN MAUPUN SEMEN PORTLAND TIPE I
HUBUNGAN ANTARA MODULUS ELASTISITAS DENGAN KUAT TEKAN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN MAUPUN SEMEN PORTLAND TIPE I I Made Alit Karyawan Salain 1 dan Ida Bagus Rai Widiarsa
Lebih terperinciPENENTUAN KEMBALI KOMPOSISI KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA SEBAGAI PERISAI RADIASI SINAR-X SESUAI KETENTUAN BAPETEN
PENENTUAN KEMBALI KOMPOSISI KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA SEBAGAI PERISAI RADIASI SINAR-X SESUAI KETENTUAN BAPETEN Kristiyanti, Tri Harjanto, Suripto Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir - BATAN E-mail
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA
Perbandingan Tekan.. Kering Udara PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta
Lebih terperinciPEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK
PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK Basuki 1, David Nur Nugroho 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
berikut. BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada uraian 1. Agregat halus yang berupa pasir Merapi, 2. Agregat kasar yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Adapun faktor yang diteliti adalah penggunaan agregat daur ulang sebagai pengganti dari agregat
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN
PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN Arie Putra Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Tel. 076166596, Pekanbaru 28293 Riau, E-mail: Arie_200789@yahoo.co.id
Lebih terperinciMETODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA
METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA Kristiyanti, Tri Harjanto, Abdul Jalil Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Gd 71 lt 2
Lebih terperinciJurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
JURNAL PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL HALUS BUKIT PASOLO SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON dipersiapkan dan disusun oleh PRATIWI DUMBI NIM: 5114 08 051 Jurnal ini telah disetujui
Lebih terperinciPengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak
Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah : 1). Semen Portland jenis I merk Semen Gersik 2). Agregat kasar berupa krikil, berasal dari Sukoharjo
Lebih terperinciPENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan
PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON Nora Usrina 1, Rahmi Karolina 2, Johannes Tarigan 3 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Umum Menurut SNI-03-2834-993, pengertian beton adalah campuran antara semen Portland atau bahan pengikat hidrolis lain yang sejenis, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil),
Lebih terperinciStudi Lanjut Mengenai Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Beton Cara Dreux Gorrise
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 3 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2017 Studi Lanjut Mengenai Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Beton Cara Dreux Gorrise EDWAN
Lebih terperinciStudi Mengenai Keberlakuan Pengaruh Permukaan Spesifik Agregat terhadap Kuat Tekan dalam Campuran Beton
Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Studi Mengenai Keberlakuan Pengaruh Permukaan Spesifik Agregat terhadap Kuat Tekan dalam Campuran Beton
Lebih terperinciBahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek
25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON
PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SERABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN (Sahrudin - Nadia) PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON oleh: Sahrudin Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN
PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN Rofikatul Karimah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UMM Jln. Raya Tlogomas 246 Malang 65144 Email : rofikatulkarimah@gmail.com
Lebih terperinciadukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan
Lebih terperinciPENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON ABSTRACT
Pengaruh Kadar Air.. Kuat Tekan Beton Arusmalem Ginting PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON Arusmalem Ginting 1, Wawan Gunawan 2, Ismirrozi 3 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciKUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN
KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN Rosyid Kholilur Rohman Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract The composition of concrete with a mixture 1: 2: 3 (volume
Lebih terperinciBerat Tertahan (gram)
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10.
ABSTRAK ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10. Benar Bukit, Kristiyanti, Hari Nurcahyadi Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK
Media Teknik Sipil, Volume IX, Januari 2009 ISSN 1412-0976 KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK Endah Safitri, Djumari Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciSTUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG
Konferensi Nasional Teknik Sipil 2 (KoNTekS 2) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 6 7 Juni 2008 STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG Maria Asunta Hana
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)
TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciPEMANFAATAN FOAM AGENT DAN MATERIAL LOKAL DALAM PEMBUATAN BATA RINGAN
PEMANFAATAN FOAM AGENT DAN MATERIAL LOKAL DALAM PEMBUATAN BATA RINGAN Suhendro Trinugroho 1, Amir Murtono 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol
Lebih terperinciKAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo
KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 9 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo Abstraksi Bahan beton yang terdiri dari semen Portland, pasir, kerikil/batu pecah
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan
JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 143-148, November 2012 143 Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan (Effect of Using Bamboo as Split Aggregate
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN AGREGAT HALUS DENGAN AGREGAT KASAR TERHADAP WORKABILITY DAN KUAT TEKAN BETON
PENGARUH PERBANDINGAN AGREGAT HALUS DENGAN AGREGAT KASAR TERHADAP WORKABILITY DAN KUAT TEKAN BETON Arusmalem Ginting Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi
Lebih terperinciSemakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.
BAB V HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Dan Pembahasan Pengujian Bahan 5.1.1. Pengujian Agregat Halus 1. Pemeriksaan Gradasi Pemeriksaan Gradasi agregat dilakukan guna mendapatkan nilai modulus
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Irzal Agus. (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT
PENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON Irzal Agus (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT This research is to see the effect of factor variation of semen water
Lebih terperinciPEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI
PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI Suhendro Trinugroho, Mochtar Rifa i Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:
STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL Endra Pramana Asmita 1) Crisna Djaya Mungok 2) Cek Putra Handalan 2) Email: job_sipil@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum perkembangan teknologi semakin maju disegala bidang, termasuk dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan paling
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL
PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan FakultasTeknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciViscocrete Kadar 0 %
68 Viscocrete Kadar 0 % T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak Benda Uji Silinder Umur Perawatan 3 hari 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI
PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI Petrus Peter Siregar 1 dan Ade Lisantono 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl.
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Bagan Alir Penelitian Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat penelitan ini. Dimulai dari mengidentifikasi masalah yang ada sehingga dapat diangkat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN III. a. Bahan Penelitian 1). Semen Portland type I, digunakan sebagai bahan ikat hidrolis untuk pembuatan beton. Dibeli dari toko bangunan di pasaran kota Solo. 2). Agregat halus
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL
PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Lebih terperinciPENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG
PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG Denny 1,Jonathan 2 dan Handoko 3 ABSTRAK : Dalam dunia konstruksi, balok beton bertulang adalah barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Beton terbentuk dari campuran agregat halus, agregat kasar, semen dan air dengan perbandingan tertentu. Beton merupakan suatu bahan konstruksi yang banyak digunakan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I
PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I I Made Alit Karyawan Salain 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana,
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
42 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk mengetahui karateristik material yang akan digunakan pada saat penelitian.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Dalam penelitian ini yang digunakan adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas meliputi prosentase Silica fume dalam campuran beton (5%) dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton
BAB IV ANALISA DATA 4.1. Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian beton di Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton segar, pengujian
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Pembuatan Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Pendahuluan Peneletian beton ringan dengan tambahan EPS dimulai dengan pengujian pendahuluan terhadap agregat halus dan kasar yang akan digunakan dalam campuran
Lebih terperinciSifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas
Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan (Workability/Kelecakan) Sifat ini merupakan ukuran tingkat kemudahan beton segar untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan serta tidak terjadi pemisahan /segregasi.
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat dalam referensi-referensi tentang beton EPS dan filler fly ash. Penggunaan EPS pada
Lebih terperinciAugustinus NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND KOMPOSIT PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 40 MPa PADA BENDA UJI SILINDER BERDIAMETER 150 mm DAN TINGGI 300 mm Augustinus NRP : 0421024
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton merupakan material yang sangat sering digunakan dalam berbagai macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya adalah beton mempunyai
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang akan diteliti adalah penggantian sebagian semen Portland dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH CAMPURAN LIMBAH KULIT KERANG TERHADAP MUTU KUAT TEKAN BETON f c = 25 MPa DAN KETAHANANNYA TERHADAP REMBESAN AIR LAUT
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH CAMPURAN LIMBAH KULIT KERANG TERHADAP MUTU KUAT TEKAN BETON f c = 25 MPa DAN KETAHANANNYA TERHADAP REMBESAN AIR LAUT Metta Sridevi Simokar NRP: 0821004 Pembimbing: Winarni
Lebih terperinciMODEL SAMBUNGAN DINDING PANEL DENGAN AGREGAT PECAHAN GENTENG
MODEL SAMBUNGAN DINDING PANEL DENGAN AGREGAT PECAHAN GENTENG Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik sipil diajukan oleh : M. Rofiq Setyawan NIM : D 100 040
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, dan sampai dengan
Lebih terperinciBAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton
Lebih terperinciKAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum
KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR Oleh : Garnasih Tunjung Arum 09510134004 ABSTRAK Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN KAPUR PADAM DAN TANAH PADAS
TINJAUAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN KAPUR PADAM DAN TANAH PADAS (Compressive strength and modulus elasticity concrete with lime stone and trass) SKRIPSI Diajukan Sebagai
Lebih terperinci4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,
22 BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran. Bahan-bahan tersebut antara lain: 1. Agregat
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian
23 BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini, Bahan-bahan tersebut antara lain : 1. Agregat kasar kerikil yang berasal
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Dikarenakan belum adanya buku peraturan dan penetapan standard untuk beton berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil
Lebih terperinciPENGARUH METODE TWO-STAGE MIXING APPROACH (TSMA) TERHADAP KUAT TEKAN BETON POROUS DENGAN VARIASI KOMPOSISI AGREGAT KASAR DAUR ULANG (RCA)
PENGARUH METODE TWO-STAGE MIXING APPROACH (TSMA) TERHADAP KUAT TEKAN BETON POROUS DENGAN VARIASI KOMPOSISI AGREGAT KASAR DAUR ULANG (RCA) NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar
Lebih terperinciPENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON. Hanif *) ABSTRAK
PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON Hanif *) ABSTRAK Beton merupakan salah satu bahan struktur bangunan yang banyak dipakai. Beton sangat populer karena mudah diperoleh,
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENYELIMUTAN BETON DENGAN LEMKRA FIRE PROOFING TERHADAP KUAT BETON AKIBAT PEMBAKARAN
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENYELIMUTAN BETON DENGAN LEMKRA FIRE PROOFING TERHADAP KUAT BETON AKIBAT PEMBAKARAN Sri Saron Vidya Astuti NRP : 0221042 Pembimbing : Ir. Ginardy Husada, MT. FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciPERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR
PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk Indonesia yang tergolong pesat, menimbulkan berbagai masalah rumit, yang harus ditangani dengan cepat dan tepat. Dua masalah penting yang dihadapi
Lebih terperinciKonstruksi Teknik berasal dari PDAM Sleman, sehingga dapat dipakai
. BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1 Bahan-susun Beton 1. Semen. 2. Air. Semen portland yang digunakan produksi PT Semen Gresik. Pemeriksaan semen dilakukan secara visual terhadap kemasan 40 kg,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek berupa paving blok mutu rencana 400 Kg/ dan 500 Kg/ sebanyak masing-masing 64 blok. Untuk setiap percobaan kuat tekan dan tarik belah paving
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Timbal atau timah hitam, merupakan jenis logam yang banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan berbagai jenis perangkat logam, hal ini sudah diketahui oleh
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT
LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT 137 DAFTAR PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS, AGREGAT KASAR 1. Analisa Ayak Agregat Halus 2. Analisa Ayak Agregat Kasar 3. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus 4. Berat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil pemeriksaan material (bahan-bahan) pembentuk beton dan hasil pengujian beton tersebut. Tujuan dari pemeriksaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan suatu material komposit dari beberapa material, yang bahan utamanya adalah semen, agregat kasar, agregat halus, air serta bahan tambah lain. Beton banyak
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan
Lebih terperinciPEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON
PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON Hendra Purnomo Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di
26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Persen Lolos (%) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir) 1. Gradasi agregat halus (pasir) Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat halus pada gambar 5.1, pasir Merapi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pengujian Agregat Hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil yang telah diperoleh sesuai dengan tinjauan peneliti akan disajikan pada bab ini. Sedangkan
Lebih terperinciuntuk mencapai workabilitas dan nilai slump rencana terhadap kuat tekan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
BAB III METODE PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian yang mengambil topik pengaruh variasi bahan-tambah untuk mencapai workabilitas dan nilai slump rencana terhadap kuat tekan beton rencana
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi
PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : SUNANDAR
Lebih terperinciPengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan
Jurnal Fisika Unand Vol. 6, No. 4, Oktober 2017 ISSN 2302-8491 Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan Firda Yulia
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU
PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU COVER TUGAS AKHIR Oleh : Ni Made Yokiana Wati NIM: 1204105021 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciPemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)
Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat
Lebih terperinci