ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE BRAND LOYALTY: STUDY IN CONSUMER BRAND SOAP Rinso IN YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE BRAND LOYALTY: STUDY IN CONSUMER BRAND SOAP Rinso IN YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE BRAND LOYALTY: STUDY IN CONSUMER BRAND SOAP Rinso IN YOGYAKARTA Ari Muriani, Siwi Lastari, SE, MM. Dra. Sri Darini, M. Si ABSTRACT Abstraction is a brief description of research. This study investigates the influence of brand predictability (predictability brand), brand liking (favorite brand), brand competence (competence brand), brand reputation (brand reputation), and trust in the company (trust company) of soap brand loyalty Rinso. This study will look at brand loyalty Rinso in two shopping centers in the DI Yogyakarta is Gardena and Alfa Gudang Rabat. The population of this research is all Rinso detergent soap users who live in Yogyakarta Special Region. The samples in this study carried out by non-probability sampling is convenience sampling (most easily found) and purposive sampling (who buy Rinso) in shopping malls and supermarkets: Gardena and Alfa Gudang Rabat. Methods of data analysis used is regression analysis. The results found that the five variables, namely brand predictability (predictability brand), brand liking (favorite brand), brand competence (competence brand), brand reputation (brand reputation), and trust in the company (trust in the company) has significant positive influence to brand loyalty. Key words: brand loyalty, predictability brand, brand preferences, brand competence, reputation, brand, confidence in the company.

2 ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS MEREK: STUDI PADA KONSUMEN SABUN MEREK RINSO DI YOGYAKARTA Ari Muriani, Siwi Lastari, SE, MM. Dra. Sri Darini, M.Si ABSTRAKSI Abstraksi adalah gambaran ringkas penelitian. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh brand predictability (prediktibilitas merek), brand liking (kesukaan merek), brand competence (kompetensi merek), brand reputation (reputasi merek), dan trust in the company (kepercayaan terhadap perusahaan) terhadap loyalitas sabun merek Rinso. Penelitian ini akan melihat loyalitas merek rinso di dua pusat perbelanjaan yang ada di D.I. Yogyakarta yaitu Gardena dan Alfa Gudang Rabat. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pengguna sabun deterjen Rinso yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan non probability sampling yaitu convenience sampling (paling mudah ditemui) dan purposive sampling (yang membeli rinso) di pusat-pusat perbelanjaan dan supermarket: Gardena dan Alfa Gudang Rabat. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil penelitian diketemukan bahwa kelima variabel yaitu brand predictability (prediktibilitas merek), brand liking (kesukaan merek), brand competence (kompetensi merek), brand reputation (reputasi merek), dan trust in the company (kepercayaan terhadap perusahaan) tersebut berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas merek. Kata kunci: loyalitas merek, prediktibilitas merek, kesukaan merek, kompetensi merek, reputasi merek, kepercayaan terhadap perusahaan.

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus tetap mampu bertahan hidup bahkan berkembang. Salah satu tindakan penting yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah mempertahankan pelanggan yang ada jangan sampai mereka meninggalkan perusahaan dan menjadi pelanggan perusahaan lain (pesaing). Dengan kata lain, perusahaan harus mampu mempertahankan loyalitas pelanggannya. Peter dan Olson (2000: 160) secara tegas mengatakan bahwa, loyalitas pelanggan terhadap merek produk (loyalitas merek) merupakan konsep yang sangat penting, khususnya pada kondisi tingkat persaingan yang sangat ketat dengan pertumbuhan yang rendah. Pada kondisi demikian, loyalitas pada merek sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan hidup dan upaya mempertahankan loyalitas merek ini merupakan upaya strategik yang lebih efektif dibanding upaya menarik pelanggan baru. Hal ini dapat dipahami mengingat laba yang diperoleh perusahaan yang sangat diperlukan untuk mempertahankan hidup dan berkembang berasal dari pelanggan. Penurunan loyalitas pelanggan terhadap merek dapat berakibat pada menurunnya perolehan laba karena pelanggan membeli produk lain atau mengurangi pemakaian produk, yang berarti akan mengganggu kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan.

4 Beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan yang memiliki pelanggan dengan loyalitas merek yang kuat adalah (Kotler, 1997: 65): 1. Perusahaan akan mengeluarkan biaya pemasaran yang relatif lebih kecil karena tingkat kesadaran dan kesetiaan merek pelanggan yang tinggi. 2. Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkan mendapatkan merek tersebut. 3. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi dari pesaingnya karena merek tersebut memiliki kualitas yang diyakini lebih tinggi. 4. Perusahaan dapat lebih mudah untuk melakukan perluasan merek karena merek tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi. 5. Merek itu memberikan pertahanan terhadap persaingan harga yang ketat. Jika dikaitkan dengan biaya, Peter dan Olson (2000:161) berpendapat, diperkirakan biaya ratarata untuk menarik pelanggan baru enam kali lebih besar ketimbang jika mempertahankan pelanggan yang telah ada. Pendapat ini memperkuat argumentasi bahwa, upaya strategik perusahaan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan merupakan salah satu alternatif strategik yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Selanjutnya, pertanyaan yang perlu mendapat jawaban secara empirik dalam kaitannya dengan loyalitas merek adalah, faktor-faktor apa yang mempengaruhi loyalitas merek pelanggan? Penelitian empirik yang telah dilakukan oleh Geok Theng Lau terhadap pasar produk konsumen di Singapura tentang loyalitas merek (brand loyalty) menunjukkan bahwa, loyalitas merek pelanggan dipengaruhi oleh karakteristik merek, karakteristik perusahaan dan karakteristik merek-konsumen. Lebih jelasnya faktor-faktor tersebut adalah brand predictability (prediktibilitas merek), brand liking (kesukaan merek), brand competence (kompetensi merek),

5 brand reputation (reputasi merek), dan trust in the company (kepercayaan terhadap perusahaan). Penelitian yang akan penulis lakukan merupakan penelitian replikasi penelitian Geok Theng Lau tersebut. Penelitian ini akan dilakukan terhadap sabun deterjen Rinso, hal ini dengan pertimbangan bahwa Rinso merupakan sabun deterjen yang telah lama dikenal masyarakat. Oleh karena itu topik penelitian ini adalah Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Merek: Studi Pada Konsumen Sabun Merek Rinso di Yogyakarta Perumusan Masalah Mengacu pada latar belakang yang telah disampaikan di muka, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: a. Apakah brand predictability (prediktibilitas merek) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek? b. Apakah brand liking (kesukaan merek) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek? c. Apakah brand competence (kompetensi merek) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek? d. Apakah brand reputation (reputasi merek) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek? e. Apakah trust in the company (kepercayaan terhadap perusahaan) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek? 1.3. Batasan Masalah Adapun batasan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini akan dilakukan di dua pusat pembelanjaan/supermarket yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Gardena dan Alfa Gudang Rabat.

6 b. Penelitian yang dilakukan di Gardena adalah tanggal November 2004, sedangkan penelitian di Alfa Gudang Rabat dilakukan pada tanggal 30 Nopember 3 Desember Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh brand predictability (prediktibilitas merek), brand liking (kesukaan merek), brand competence (kompetensi merek), brand reputation (reputasi merek), dan trust in the company (kepercayaan terhadap perusahaan) terhadap loyalitas merek Rinso Manfaat Penelitian Bebarapa manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan ini antara lain: a. Bagi llmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuwan yang sifatnya empiris mengenai loyalitas merek kepada manajemen pemasaran khususnya perilaku konsumen. b. Bagi Penulis Bagi penulis penelitian ini diharapkan menjadi wahana untuk memperoleh pengetahuan praktis dan empiris di lapangan, di samping pengetahuan teoritikal dan konseptual yang telah penulis miliki saat ini Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini akan digunakan sistematika sebagai berikut:

7 Bab I Pendahuluan. Bab ini akan berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang dilakukan. Bab II Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi teori-teori yang diperlukan dalam menjelaskan variabel yang diteliti dan hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi metode penelitian, dimana dalam bab ini dijelaskan tentang populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional, metode pengujian instrumen, model penelitian, metode analisis data. Bab IV Analisis Data. Bab ini merupakan bab yang berisi analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis deskriptif dan analisis statistika. Analisis statistika digunakan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini merupakan bagian penutup dari tesis ini. Dalam bab ini akan disajikan kesimpulan-kesimpulan serta saran-saran yang relevan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Pemasaran Pemasaran bermula dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan keinginan tersebut menciptakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam diri seseorang, yang harus dipecahkan melalui pemilikan produk untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut. Karena beberapa produk dapat memuaskan kebutuhan tertentu, maka pemilihan atas produk dituntun oleh konsep nilai dan kepuasan yang diharapkan. Produk-produk tersebut dapat diperoleh melalui berbagai cara yaitu, membuat sendiri, merampas, meminta-minta, dan pertukaran. Sebagian besar masyarakat bekerja atas dasar prinsip pertukaran, yang berarti seseorang mengkhususkan diri dalam memproduksi produk tertentu dan mempertukarkan dengan produk lain untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Pemasaran mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan pasar, yakni mencoba untuk mewujudkan pertukaran. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan sesuatu yang bernilai satu sama lain (Kotler: 1997, 8). Pengertian tersebut bertumpu pada konsep pokok tentang kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk, nilai, pertukaran dan transaksi pasar, pemasaran dan pemasar Kebutuhan Kebutuhan manusia adalah sesuatu yang dirasa kurang. Jadi kebutuhan manusia itu sudah

9 ada dari dalam diri manusia. Kebutuhan ini tidak dapat diciptakan oleh masyarakat atau oleh para pemasar. Oleh karena itu kebutuhan tidak dapat dipaksakan oleh para pemasar agar orang menjadi membutuhkan Keinginan. Keinginan adalah suatu yang dirasa kurang yang timbul karena faktor lingkungan. Keinginan manusia sangat beraneka ragam bahkan tidak terbatas, tetapi alat pemuas kebutuhan manusia tersebut sangat terbatas, sehingga timbul masalah. Tugas para pemasar adalah memecahkan masalah yang dihadapi konsumen tersebut, agar keinginannya menjadi kenyataan. Oleh karena itu, para pemasar harus mampu menciptakan keinginan konsumen Permintaan Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan daya beli, atau keinginan akan berubah menjadi permintaan jika permintaan tersebut didukung oleh daya beli. Jadi perusahaan harus mampu mengukur bukan saja beberapa banyak orang yang menginginkan produk tersebut, tetapi lebih penting lagi berapa banyak yang secara nyata bersedia dan mampu membeli. Kebutuhan dan keinginan manusia sulit diukur karena kedua hal itu terlalu abstrak. Agar kebutuhan dan keinginan dapat diukur, maka harus diwujudkan dalam bentuk permintaan. Ukuran tersebut dilihat baik dari segi jumlah yang diminta maupun harga yang diinginkan. Oleh karena itu, tugas bagi para pemasar adalah bagaimana caranya menciptakan permintaan konsumen Produk Produk adalah suatu yang dapat ditawarkan guna memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Menurut Kotler (1997, 9), inti suatu produk adalah pelayanan dan manfaat. Manfaat adalah taksiran konsumen mengenai kapasitas keseluruhan suatu produk untuk memuaskan

10 kebutuhan. Manfaat masing-masing produk aktual tergantung pada seberapa dekat produk tersebut dengan produk idealnya. Jadi semakin kecil perbedaan antara produk ideal dengan produk aktual, maka akan semakin tinggi manfaatnya bagi konsumen Nilai Nilai adalah kemampuan produk untuk memberikan kepuasan. Konsumen hanya mau membeli produk yang bernilai, karena mereka memandang bahwa produk tersebut mempunyai nilai dan manfaat yang lebih tinggi dibanding harganya Pertukaran Pertukaran adalah tindakan seseorang untuk memperoleh produk yang diinginkan dengan menawarkan sesuatu sebagai ganti. Di sinilah awal mula pemasaran terbentuk, dengan kata lain pemasaran terjadi bilamana orang memutuskan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Melalui pertukaran, produk akan mempunyai nilai yang lebih tinggi lagi. Ada lima syarat pertukaran sukarela dapat berlangsung (Kotler: 1997, 11). a. Setidak-tidaknya ada dua pihak. b. Tiap pihak mempunyai sesuatu yang dapat bernilai bagi pihak yang lain. c. Tiap pihak mampu berkomunikasi dan menyerahkan. d. Tiap pihak bebas menerima ataupun menolak tawaran pihak lain. e. Tiap pihak yakin bahwa berhubungan dengan pihak lain adalah tepat dan diperlukan sekali. Jika kelima syarat tersebut dipenuhi, maka kemungkinan akan terjadi proses pertukaran. Terjadi atau tidaknya pertukaran tergantung apakah kedua belah pihak dapat menyetujui syarat pertukaran yang saling menguntungkan (atau minimal tidak merugikan). Proses pertukaran ini sering disebut dengan "penciptaan nilai", karena masing-masing pihak biasanya memperoleh keuntungan daripada sebelum pertukaran.

11 Transaksi Transaksi ini merupakan tolok ukur dari proses pertukaran. Dua pihak dikatakan terlibat dalam pertukaran jika mereka melakukan negosiasi dan bergerak ke arah kesepakatan. Jika kesepakatan tercapai maka transaksi terjadi. Transaksi merupakan perdagangan nilai-nilai antar kedua belah pihak. Adapun syaratsyarat terjadinya transaksi adalah: - Minimal ada dua produk yang bernilai, - Syarat yang disepakati, dan - Waktu berlakunya perjanjian, dan tempat perjanjian berlangsung Pasar Konsep transaksi mengarah pada konsep pasar. Pasar adalah himpunan pembeli aktual dan pembeli potensial suatu produk. Pasar dapat timbul di sekitar produk yang bernilai. Dengan kata lain, pasar adalah bertemunya penjual dan pembeli potensial untuk mengadakan transaksi atas produk yang bernilai dan dapat memuaskan kebutuhan serta keinginan Manajemen Pemasaran Proses pertukaran seperti yang penyusun sebutkan di muka, memerlukan banyak tenaga dan ketrampilan. Manajemen pemasaran terjadi bila setidaknya satu pihak dalam pertukaran potensial memikirkan sasaran dan cara mendapatkan tanggapan yang dia kehendaki dari pihak lain. American Marketing Association pada tahun 1985 telah mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai berikut (Kotler: 1997, 15): "Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan dari perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari barang-barang, jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi" Jadi pemasaran menurut definisi AMA di muka adalah semua kegiatan manusia yang diarahkan

12 untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya melalui proses pertukaran. Proses pertukaran melibatkan kerja. Penjual harus mencari pembeli, menemukan dan memenuhi kebutuhan mereka, merancang produk yang tepat, menentukan harga yang tepat, menyimpan dan mengangkutnya, mempromosikan produk tersebut, menegosiasikan dan sebagainya. Manajemen pemasaran mempunyai tugas untuk mempengaruhi tingkat permintaan dan komposisi permintaan dengan menggunakan suatu cara tertentu, sehingga membantu perusahaan mencapai tujuannya. Manajemen pemasaran merupakan kegiatan analisis, perencanaan, penerapan dan pengendalian terhadap program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran dan hubungan yang menguntungkan dengan pasar sasaran, dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dalam pemasaran, terdapat lima konsep dasar yang umumnya mendasari kegiatan-kegiatan pemasaran suatu perusahaan. Adapun kelima konsep tersebut adalah (Kotler: 1997, 17): Konsep berwawasan produksi Konsep ini merupakan konsep yang paling tua. Konsep ini berpendapat bahwa; konsumen akan memilih produk yang mudah didapat dan murah harganya. Pimpinan perusahaan yang menganut konsep ini akan selalu berusaha untuk meningkatkan efisiensi produksi yang tinggi serta cakupan distribusi yang luas. Anggapan konsumen akan memilih produk yang mudah didapat dan murah harganya dapat benar dalam situasi-situasi tertentu. Pertama, situasi dimana permintaan barang melebihi jumlah barang yang ditawarkan. Kedua, situasi dimana biaya produksi tinggi dan harus diturunkan dengan peningkatan produktivitas untuk memperluas pasar Konsep berwawasan produk

13 Konsep berwawasan produk berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja terbaik, atau hal-hal inovatif lainnya. Manajer dalam organisasi berwawasan produk memusatkan perhatiannya untuk membuat produk yang lebih baik dan terus menyempurnakannya. Manajer-manajer yang menganut konsep ini beranggapan bahwa konsumen menyukai produk yang buatannya baik dan konsumen dapat menilai mutu serta kinerja produk Konsep berwawasan menjual Menurut pendapat konsep ini, jika konsumen dibiarkan saja, konsumen tidak akan membeli produk perusahaan dalam jumlah yang cukup. Perusahaan harus melakukan kegiatan penjualan dan promosi yang agresif. Umumnya perusahaan-perusahaan yang mengalami kelebihan produksi akan menganut konsep ini. Tujuan mereka adalah menjual apa yang mereka buat, dan bukan membuat apa yang diinginkan pasar. Dalam pasar industri modern seperti saat ini, kapasitas produksi telah berkembang sedemikian rupa sehingga sebagian besar pasar adalah pasar pembeli (pembeli yang lebih berkuasa), dan penjual harus berusaha keras untuk mendapat pelanggan. Calon konsumen dihujani dengan iklan melalui televisi, koran, surat serta penjualan langsung. Akibatnya, masyarakat mengidentifikasikan pemasaran dengan penjualan dan periklanan yang agresif Konsep berwawasan pemasaran Konsep ini merupakan konsep yang menentang konsep-konsep sebelumnya. Menurut konsep ini, kunci untuk mencapai tujuan perusahaan terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada saingannya. Konsep ini bersandar pada empat pilar utama yaitu, pasar sasaran, kebutuhan pelanggan,

14 pemasaran yang terkoordinir, dan keuntungan. Tidak seperti pada konsep berwawasan penjualan, yang memandang dari dalam (perusahaan) ke luar (konsumen), konsep ini justru memandang dari luar (konsumen) ke dalam (perusahaan). Konsep ini dimulai dengan menetapkan pasar dengan baik, memusatkan perhatian pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinir semua kegiatan yang berhubungan dengan konsumen dan menghasilkan keuntungan melalui kepuasan pelanggan. Menurut konsep ini, perusahaan harus dapat memuaskan para pelanggannya dibandingkan perusahaan lain. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa, penjualan perusahaan berasal dari dua kelompok: pelanggan baru dan pelanggan ulang. Mendapatkan pelanggan baru akan lebih mahal dibandingkan dengan mempertahankan pelanggan yang telah ada, jadi mempertahankan pelanggan lebih penting danipada menarik pelanggan. Kunci mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Seorang pelanggan yang puas akan: (Kotler: 1997, 25) 1. Membeli lebih banyak dan setia lebih lama. 2. Membeli jenis produk baru atau produk yang disempurnakan dari perusahaan. 3. Memuji-muji perusahaan dan produknya kepada orang lain. 4. Kurang memperhatikan merek dan iklan pesaing, dan kurang memperhatikan harga. 5. Menawarkan gagasan tentang barang dan jasa kepada perusahaan. 6. Lebih murah biaya pelayanannya daripada pelanggan baru, karena transaksinya sudah rutin.

15 7. Konsep pemasaran berwawasan sosial Menurut konsep ini, tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran dan mernberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada pesaing dengan mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat, serta menjaga kelestarian lingkungan (Kotler, 1997: 24). Di antara kelima konsep pemasaran di atas, konsep berwawasan pemasaran atau konsep pemasaran sosial merupakan konsep-konsep yang patut diterapkan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan kedua konsep tersebut akan cenderung mengutamakan kepuasan pelanggan, yang selanjutnya akan menghasilkan pelanggan-pelanggan yang loyal. Konsep-konsep tersebut diatas tidak menjamin keberhasilan perusahaan mencapai tujuannya, karena bagaimanapun yang menentukan adalah keberhasilan penerapannya dalam kenyataan pasar yang dihadapi perusahaan. Untuk itu diperlukan perumusan strategi yang transparan yang mendukung penjabarannya dalam pasar sasaran sehingga perusahaan dapat mencapai target volume penjualannya serta menghasilkan profit. Perumusan strategi untuk memasuki pasar mutlak diperlukan agar dapat tercapai kepuasan pasar. Untuk itu konsep yang diambil perlu disesuaikan dengan keadaan lingkungan bisnis yang ada serta faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, agar penerapannya tepat dan sesuai kondisi yang ada. Konsep-konsep pemasaran dan manajemen strategi yang ada dalam perusahaan sangat terkait dengan nyata. Konsep pemasaran berfungsi sebagai dasar pijakan perusahaan dalam mengidentifikasi pasar yang ada, sedangkan manajemen strategi berguna sebagai pijakan langkah perusahaan dalam memasuki pasar tersebut serta pada langkah strategis selanjutnya.

16 Dalam kegiatan pemasaran, perusahaan mencoba untuk menciptakan nilai lebih dibandingkan pesaingnya. Biasanya perusahaan mengkombinasikan variabel-variabel dalam bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan kegiatan promosi. Sedangkan pengertian bauran pemasaran adalah bagian dari kegiatan yang terintegrasi dari kepuasan konsumen. Penetapan komposisi yang tepat dari kombinasi keempat variabel pemasaran tersebut dapat menunjang keberhasilan strategi perusahaan dalam menciptakan image produk yang diinginkan oleh perusahaan. Marketing Mix adalah kombinasi dari empat variabel/kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran yaitu produk, harga, saluran distribusi, dan kegiatan promosi. (Kottler, 1999) Keempat unsur yang terdapat dalam perangkat variabel tersebut satu sama lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Variabel tersebut dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para konsumen. Sehingga manajemen harus memilih kombinasi terbaik yang dapat disesuaikan dengan lingkungan. Adapun uraian bauran pemasaran dari tiap variabel sebagai berikut :

17 Produk Merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan kepada pasar sasaran. Pengelolaan aspek produk baik barang maupun jasa yang tepat ditujukan pada pasar sasaran. Masalah yang timbul pada variabel produk ini adalah bagaimana untuk mengembangkan sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen yang dilayani. Elemen-elemen yang terdapat dalam variabel produk adalah kualitas, ciri khas, pilihan merk, model pengemasan, ukuran pelayanan, jaminan dan pengembalian barang. a. Harga Harga adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk memperoleh produk. Dalam penetapan harga, perusahaan perlu menentukan dasar harga yang tepat untuk produknya dengan pertimbangan keadaan persaingan dalam pasar sasaran serta reaksi konsumen terhadap pilihan harga yang ada di pasat tersebut. Beberapa aspek yang harus diperhatikan didalam penetapan harga yaitu daftar harga, potongan, periode pembayaran, syarat pembayaran, dan sebagainya. b. Promosi Kegiatan promosi merupakan berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk membujuk konsumen yang dilayaninya agar mau membeli hasil produksi perusahaan. Kegiatan promosi adalah : 1) Periklanan 2) Personal selling 3) Publisitas 4) Promosi

18 Dalam kegiatan promosi, perusahaan bisa menggunakan salah satu dari variabel tersebut atau kombinasinya, yang dikoordinasikan dengan strategi produk, harga, dan distribusi. c. Place/Distribusi Distribusi (Place) merupakan berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan agar produk dapat dicapai oleh konsumen sasaran. Sebagian tugas distribusi adalah memilih perantara yang akan digunakan dalam saluran distribusi serta mengembangkan sistem distribusi secara fisik dalam menangani dan menyangkut produk melalui saluran tersebut sehingga produk tersebut dapat tepat waktunya sampai ketangan konsumen sasaran Pengertian Merek Menurut American Marketing Association (Kotler, 1997: 63), merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Mengacu pada definisi tersebut, keberadaan merek produk dimaksudkan sebagai pengenal dan pembeda produk dari produk lain yang sejenis atau produk pesaing. Selanjutnya Kotler (1997: 63) menyatakan bahwa, merek pada dasarnya tidak hanya sekedar simbol, merek dapat memiliki enam tingkat pengertian yaitu: a. Merek menyatakan atribut. Merek mengingatkan konsumen pada atribut-atribut tertentu. Sebagai contoh: Mercedez menyatakan sesuatu yang mahal, dibuat dengan baik, terancang baik, tahan lama, bergengsi tinggi, nilai jual kembali yang tinggi, dan lain-lain. b. Merek menyatakan manfaat. Bagi konsumen, kadang sebuah merek tidak sekedar menyatakan atribut tetapi menyatakan manfaat. Mereka membeli produk tidak membeli

19 atribut tetapi membeli manfaat. Atibut yang dimiliki suatu produk dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan atau emosional. Sebagai contoh, atribut "tahan lama" diterjemahkan menjadi manfaat fungsional "tidak perlu cepat beli lagi", atribut "mahal" diterjemahkan menjadi manfaat emosional "bergengsi", dan lain-lain. c. Merek menyataka nilai. Merek produk dapat diartikan sebagai nilai produk, sebagai contoh: Mercedez, mempunyai nilai: kinerja tinggi, terjamin keamanan, bergengsi, dan lain-lain. d. Merek berarti budaya. Merek dapat diartikan atau diintepretasikan sebagai budaya tertentu. Sebagai contoh, Mercedez mewakili budaya Jerman: terorganisasi, efisien, kualitas tinggi. e. Merek berarti kepribadian. Merek produk juga dapat menggambarkan keribadian tertentu, sebagai contoh: Mercedez, menggambarkan kepribadian seorang pemimpin yang rasional. f. Merek berarti pemakai. Merek produk dapat berarti pemakai tertentu, sebagai contoh: Mercedez, menggambarkan pemakainya seorang diplomat atau executive Loyalitas Merek Loyalitas merek (brand equity) merupakan suatu konsep yang sangat penting di dalam strategi pemasaran; khususnya dalam kondisi pasar dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tetapi tingkat persaingannya ketat. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Loyalitas merek dapat dipandang sebagai komitmen internal dalam diri konsumen untuk membeli dan membeli ulang suatu merek tertentu. Selain itu, loyalitas merek dapat pula dipandang hanya sekedar pembelian ulang (Peter dan Olson, 2000: 162). Berdasarkan dari dua pandangan tersebut maka loyalitas merek didefinisikan sebagai: keinginan konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Loyalitas merek dapat dipandang sebagai suatu garis kontinum

20 (tidak terputus) dari loyalitas merek tak terbagi (undivided brand loyalty) hingga pengabaian merek (brand indefference). a. Loyalitas merek tak terbagi (undivided brand loyalty). Loyalitas merek tak terbagi merupakan suatu kondisi ideal. Dalam beberapa kasus, karena alasan-alasan tertentu, konsumen benar-benar hanya bersedia membeli satu macam merek saja dan membatalkan pembelian jika merek tersebut tidak tersedia. b. Loyalitas merek berpindah sesekali (brand loyalty with an occasional switch). Loyalitas merek berpindah sesekali merupakan fenomena yang paling sering terjadi. Konsumen kadang-kadang berpindah merek untuk berbagai macam alasan tertentu, seperti, merek yang biasa dibeli mungkin sedang habis, adanya merek baru dan konsumen mencoba untuk memakainya, merek pesaing ditawarkan dengan harga khusus (rendah), atau merek yang berbeda dibeli untuk peristiwaperistiwa tertentu saja. c. Loyalitas merek berpindah (brand loyalty switches) Loyalitas merek berpindah adalah loyalitas yang dimiliki konsumen terhadap suatu merek dalam kondisi tidak stabil, artinya, setiap saat konsumen membeli produk yang sama tetapi dengan merek yang berganti-ganti. Kelompok konsumen yang termasuk dalam kategori loyalitas merek berpindah merupakan sasaran bersaing dalam pasar yang pertumbuhannya lamban atau sedang menurun. d. Loyalitas merek terbagi (divided brand loyalty) Loyalitas merek terbagi adalah loyalitas konsumen terhadap lebih dari satu merek secara konsisten. e. Pengabaian merek (brand indefference) Pengabaian merek adalah pembelian yang tidak memiliki pola ulang yang jelas.

21 Guest dan Jacoby (dalam Lau dan Lee, 1999:34 1) menyatakan bahwa loyalitas merek (brand loyalty) mempunyai dua komponen yaitu: perilaku loyal merek (brand loyal behavior) dan sikap loyal merek (brand loyal attitudes). Sikap yang mendasari pembelian merupakan hal yang penting, karena sikap inilah yang mendorong konsumen untuk berperilaku. Sementara itu, perilaku loyal merek sebagian ditentukan oleh faktor-faktor situasional, sedangkan sikap lebih stabil. Menurut O'Shaughnessy (1992, dalam Lau dan Lee 1999: 342) loyalitas selalu didasari oleh kepercayaan, suatu keberanian untuk bertindak tanpa memperhitungkan untung rugi yang akan terjadi. Oleh karena itu, loyalitas terhadap suatu merek mencakup kepercayaan terhadap merek tersebut. Day, Lutz dan Winn (dalam Lau dan Lee, 1999: 343) mengenalkan indeks loyalitas yang didasarkan pada sejumlah ukuran perilaku dan sikap. Jacaby dan Kyner (1973) menyatakan bahwa loyalitas merek sebagai suatu konstruk multi demensional yang mencakup komponenkomponen sikap dan sekumpulan perilaku pembelian ulang. Dick dan Basu (1997) mengkonseptualisasikan loyalitas merek sebagai kekuatan hubungan antara sikap relatif terhadap suatu merek dan perilaku yang terpola Kepercayaan terhadap Merek Pemahaman yang lengkap tentang loyalitas merek tidak dapat diperoleh tanpa suatu penjelasan mengenai kepercayaan terhadap merek dan bagaimana hubungannya dengan loyalitas merek. Dalam pemasaran industrial, para peneliti telah menemukan bahwa kepercayaan terhadap sales dan supplier merupakan sumber loyalitas (Doney dan Cannon, 1997; dalam Lau dan Lee, 1999: 343).

22 Dalam konteks kepercayaan terhadap merek, entitas yang dipercayai bukan orang, tetapi simbol. Kepercayaan terhadap merek sebagai kesediaan atau kemauan konsumen dalam menghadapi risiko yang berhubungan dengan merek yang dibeli, karena konsumen berharap bahwa merek yang dibeli akan memberikan hasil yang positif atau menguntungkan. Menurut Lau dan Lee (1999: 344), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor ini berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan konsumen. Adapun ketiga faktor tersebut adalah: merek itu sendiri, perusahaan pembuat merek, dan konsumen. Selanjutnya Lau dan Lee memproposisikan bahwa kepercayaan terhadap merek akan menimbulkan loyalitas merek. Karakteristik merek (brand characteristic) memainkan peran penting dalam memutuskan apakah konsumen mempercayai merek tersebut atau tidak. Konsumen mempercayai merek didasarkan pada reputasi merek, predictability merek dan kompetensi merek. Reputasi merek adalah opini orang lain terhadap suatu merek, baik atau buruk. Reputasi merek dapat dibangun melalui periklanan dan hubungan masyarakat, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh kualitas produk dan kinerja produk. Bila seorang konsumen mempersepsikan bahwa orang lain memberikan opini yang baik terhadap suatu merek, maka konsumen akan percaya terhadap merek tersebut dan bersedia membelinya. Setelah pemakaian, jika merek yang dibeli dapat memenuhi harapannya maka akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut. Karakteristik perusahaan pembuat merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek. Pengetahuan konsumen terhadap perusahaan pembuat merek akan mempengaruhi penerimaan merek. Selain itu, karakteristik hubungan antara merek dengan konsumen dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen terhadap merek. Karakteristik tersebut

23 mencakup kemiripan antara konsep diri konsumen dan citra merek, kecintaan konsumen terhadap merek, pengalaman konsumen dengan merek, dan kepuasan konsumen terhadap merek. Loyalitas merek (brand loyalty) dapat dikonseptualisasikan sebagai pola perilaku pembelian aktual terhadap suatu merek (Brown, 1952 dalam Lau dan Lee, 1999: 351), atau minat berperilaku terhadap merek. Dalam penelitian ini, loyalitas merek dikonseptualisasikan sebagai minat berperilaku untuk membeli suatu merek dan menganjurkan orang lain untuk membeli merek tersebut. Banks (1968, dalam Lau dan Lee, 1999: 351) telah membuktikan adanya hubungan yang kuat antara minat berperilaku terhadap suatu merek dengan perilaku pembelian aktual Definisi Operasional Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian adalah: Loyalitas Merek (Brand Loyalty) yang bertindak sebagai variabel terikat. Sedangkan variabel bebasnya adalah brand predictability (prediktibilitas merek), brand liking (kesukaan merek), brand competence (kompetensi merek), brand reputation (reputasi merek), dan trust in the company (kepercayaan terhadap perusahaan). Agar proses pengukuran dapat dilakukan terhadap variabel-variabel tersebut, maka variabel tersebut terlebih dahulu akan dioperasionalkan Brand Loyalty (Loyalitas Merek) Brand loyalty atau loyalitas merek oleh Lau dan Lee (1999: 354) dimaksudkan sebagai perilaku perhatian untuk membeli suatu produk merek tertentu, dan menganjurkan pihak lain untuk merek tersebut. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur brand loyalty menurut Lau dan Lee (1999) adalah:

24 1) Selalu bermaksud membeli merek yang diinginkan. 2) Tidak berganti membeli produk merek lain untuk menggantikan produk yang diinginkan. 3) Jika produk yang diinginkan tidak dijual di suatu tempat, maka akan mencari di tempat lain. 4) Jika ada berita buruk atau negatif terhadap merek yang diinginkan, maka akan diabaikan Brand Predictability (Prediktivilitas Merek) Brand Predictability adalah kemampuan sebagian orang untuk mengantisipasi dan meramalkan tentang kinerja produk. Dalam penelitian ini brand predictability diukur dengan menggunakan indikator yang digunakan oleh Lau dan Lee, adapun indikator-indikator tersebut adalah: 1) Ketika pelanggan melakukan pembelian produk, mereka mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi. 2) Pelanggan dapat mengantisipasi secara benar tentang kinerja produk. 3) Pelanggan mengetahui bahwa merek yang dibeli konsisten dengan kualitasnya. 4) Pelanggan mengetahui bahwa produk mempunyai kinerja yang konsisten. 5) Pelanggan mengetahui bahwa kineija produk seperti apa yang diharapkan.

25 Brand Liking (Kesukaan Merek) Brand Liking adalah intensitas kecintaan pelanggan terhadap merek yang dibeli. Dalam penelitian ini brand liking diukur dengan menggunakan indikator yang digunakan oleh Lau dan Lee, adapun indikator-indikator tersebut adalah: 1) Pelanggan menyukai merek yang dibeli. 2) Pelanggan berharap bahwa produk lain tidak seperti produk yang dibeli. 3) Merek yang dibeli merupakan merek favorit pelanggan Brand Competence (Kompetensi Merek) Brand competence adalah kemampuan merek dalam menjalankan fungsinya dibanding produk-produk sejenis lainnya. Dalam penelitian ini brand competence diukur dengan menggunakan indikator yang digunakan oleh Lau dan Lee, adapun indikator-indikator tersebut adalah: 1) Pelanggan yakin bahwa kinerja merek yang dibeli paling baik dibanding kinerja merek lain. 2) Pelanggan yakin bahwa merek yang dibeli paling efektif dibanding merek lain. 3) Pelanggan yakin bahwa merek yang dibeli paling dapat memenuhi kebutuhannya dibanding merek lain Brand Reputation (Reputasi Merek) Brand reputation adalah reputasi merek yang dibeli pelanggan. Dalam penelitian ini brand reputation diukur dengan menggunakan indikator yang digunakan oleh Lau dan Lee, adapun indikator-indikator tersebut adalah: 1) Pelanggan yakin bahwa merek yang dibeli mempunyai reputasi baik.

26 2) Pelanggan yakin bahwa merek yang dibeli mempunyai reputasi yang handal. 3) Pernyataan dari pihak lain kepada pelanggan bahwa merek yang dibeli adalah baik. 4) Pernyataan dari pihak lain kepada pelanggan bahwa merek yang dibeli adalah handal. 5) Pelanggan tidak pernah mendengar berita negatif atau buruk tentang merek yang dibeli Trust in the company (Kepercayaan Terhadap Perusahaan) Trust in the company (kepercayaan terhadap perusahaan) adalah kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan yang memproduksi produk yang dibeli. Dalam penelitian ini trust in the company diukur dengan menggunakan indikator yang digunakan oleh Lau dan Lee, adapun indikator-indikator tersebut adalah: 1) Pelanggan percaya kepada perusahaan pembuat produk yang dibeli. 2) Pelanggan percaya bahwa perusahaan pembuat produk yang dibeli tidak menipu. 3) Pelanggan merasa aman ketika membeli produk perusahaan karena pelanggan yakin bahwa perusahaan tidak akan merugikan pelanggan. 4) Pelanggan yakin bahwa mereka mengandalkan perusahaan dalam membuat produk yang dibeli Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah: a. Brand predictability (prediktibilitas merek) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek. b. Brank liking (kesukaan merek) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek. c. Brand competence (kompetensi merek) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek.

27 d. Brand reputation (reputasi merek) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek. e. Trust in the company (kepercayaan terhadap perusahaan) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek.

28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pengguna sabun deterjen Rinso yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan non probability sampling. Menurut Aaker (1998: 389), penggunaan non probability sampling dapat digunakan jika peneliti kekurangan informasi statistik yang berkaitan dengan populasi. Dalam penelitian ini ukuran populasi atau jumlah pengguna Rinso di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak diketahui. Non probability sampling yang digunakan adalah convenience sampling (paling mudah ditemui) dan purposive sampling (yang membeli rinso) di pusat-pusat perbelanjaan dan supermarket: Gardena dan Alfa Gudang Rabat. Pengguna Rinso pengunjung supermarket sebagai calon responden yang ditemui di lokasi-lokasi tersebut ditawari atas kesediannya untuk menjadi responden/sampel Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metoda survei dengan menggunakan kuesioner. Metoda yang digunakan adalah metoda langsung yaitu peneliti langsung menyebarkan sendiri kuesioner kepada responden di supermarket tersebut diatas Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November dan Desember Adapun pelaksanaan penyebaran kuesioner di Gardena adalah tanggal November 2004, sedangkan

29 pelaksanaan penyebaran kuesioner di Alfa Gudang Rabat dilakukan pada tanggal 30 Nopember 3 Desember Metode Pengujian Instrumen a. Pengujian Validitas Sebelum kuesioner dianalisis, maka kuesioner tersebut harus diuji validitasnya. Validitas disini merupakan suatu taraf dimana alat ukur ini layak untuk dipakai. Semakin tinggi validitas alat ukur, maka hasilnya akan semakin baik. Pengujian ini memakai bantuan program SPSS for Windows release 10, yaitu dengan metode Product Moment Correlation, dengan melihat hasil perhitungan corrected item for total correlation, yaitu angka yang menyatakan korelasi antara distribusi skor instrumen. Rumusnya adalah sebagai berikut: r xy = NΣXY ( ΣX )( ΣY ) 2 2 { NΣX 2 2 ( ΣX ) }{ NΣY ( ΣY ) } Keterangan : r xy : Koefisien korelasi sederhana antara skor butir (X) dengan skor variabel (Y) N : jumlah responden uji coba ΣX : jumlah skor butir (X) ΣY : jumlah skor variabel (Y) Skor butir X adalah skor butir untuk tiap pertanyaan dalam kuesioner., sedangkan skor Y adalah skor total tiap butir pertanyaan dalam satu variabel. Adapun nilai arti dari nilai r xy adalah sebagai berikut: (Azwar, 1997) Jika r xy = 0,0-0,2 = hubungan skor butir dan skor total antar variabel sangat lemah Jika r xy = 0,2-0,4 = hubungan skor butir dan skor total antar variabel lemah

30 Jika r xy = 0,4-0,6 = hubungan skor butir dan skor total antar variabel agak kuat Jika r xy = 0,6-0,8 = hubungan skor butir dan skor total antar variabel kuat Jika r xy = 0.8-1,0 = hubungan skor butir dan skor total antar variabel sangat kuat b. Uji reliabilitas Uji ini dilakukan setelah pengujian validitas untuk mengetahui tingkat kestabilan dari suatu alat ukur dengan mengukur suatu gejala dengan pendekatan konsistensi internal, yaitu teknik belah dua. Sehingga pengukuran hanya memakai satu kali tes (single trial administration). Uji reliabilitas ini memakai bantuan perangkat lunak SPSS for Windows 10, yaitu Alpha Cronbach, dengan cara melihat hasil standardize item alpha-nya. Jika hasilnya semakin mendekati nilai 1.00, berarti semakin baik, yang artinya perbedaan variasi yang tampak mampu menjelaskan 100% variasi yang terjadi pada skor murni dalam sibjek tersebut. (Azwar, 1997). Besarnya koefisien keandalan/realibilitas Alfa Cronbach (r 1 ) dihitung dengan persamaan sebagai berikut : k S r1 = 1 2 ( k 1) St Keterangan : k : Mean kuadrat antara subyek St 2 : Mean kuadrat kesalahan 2 t S t 2 : Jumlah Kuadrat interaksi, JK t -JK s -JK b

31 3.4. Model Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian akan digunakan model regresi linear berganda sebagai berikut: (Lau dan Lee, 1999): Y= bo + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 Dimana: Y = Loyalitas Merek X1 = Brand Predictability (Prediktibilitas Merek) X2 = Brand Liking (Kesukaan Merek) X3 = Brand Competence (Kompetensi Merek) X4 = Brand Reputation (Reputasi Merek) X5 = Trust in the Company (Kepercayaan terhadap Perusahaan) 3.5. Metode Analisis Uji Penelitian Analisis Regresi linear berganda digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Adapun uji yang akan dilakukan adalah uji F, dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows. Uji F digunakan untuk menguji pengaruh bersama-sama keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen (Santosa, 2000). Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut: - Bila p-value (signifikansi) < 0,05 tabel maka dikatakan pengaruhnya signifikan. - Bila p-value (signifikansi) > 0,05 tabel maka dikatakan pengaruhnya tidak signifikan.

32 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis dan pembahasan mengenai Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Merek: Studi Pada Konsumen Sabun Merek Rinso di Yogyakarta. Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang konsumen Rinso yang berbelanja di Gardena dan Alfa Gudang Rabat Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelum dianalisis dan dibahas akan ditampilkan karakteristik responden menurut jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan, dan lama menggunakan produk sebagai berikut: 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin berikut: Berdasarkan jenis kelamin, maka responden dapat dikarakteristikkan sebagai TABEL 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase Pria 55 55% Wanita 45 45% Total % Sumber: Data primer, 2004 Dari tabel diatas terlihat responden yang terbanyak adalah pria yaitu sebesar 55%. Diikuti responden wanita yaitu sebesar 45%.

33 Berdasarkan Usia Berdasarkan usia, maka responden dapat dikarakteristikkan sebagai berikut: TABEL 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia Usia Jumlah Persentase < 21 tahun 7 7% tahun 57 57% tahun 15 15% > 41 tahun 21 21% Total % Sumber: Data primer, 2004 Dari tabel diatas terlihat responden yang terbanyak adalah berusia antara tahun yaitu sebesar 57%. Diikuti responden berusia diatas 41 tahun yaitu sebesar 21%, antara tahun sebesar 15%, dan dibawah 21 tahun sebesar 7% Berdasarkan Pendidikan berikut: Berdasarkan pendidikan terakhir, maka responden dapat dikarakteristikkan sebagai TABEL 4.3. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Persentase SMP 4 4% SMA 48 48% Diploma/Akademi 16 16% Sarjana 32 32% Total % Sumber: Data primer, 2004 Dari tabel diatas terlihat responden yang terbanyak berpendidikan terakhir SMA sebesar 48%, diikuti sarjana sebesar 32%, diploma/akademi sebesar 16%, dan terakhir SMP sebesar 4% Berdasarkan Pekerjaan

34 Berdasarkan pekerjaan, maka responden dapat dikarakteristikkan sebagai berikut: TABEL 4.4. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Persentase Pelajar 4 4% Mahasiswa 55 55% Pegawai Swasta 19 19% Pegawai Negeri 14 14% Wiraswasta 8 8% Total % Sumber: Data primer, 2004 Dari tabel diatas terlihat responden yang terbanyak adalah mahasiswa sebesar 55%, diikuti pegawai swasta sebesar 19%, pegawai negeri sebesar 14%, wiraswasta sebesar 8%, dan pelajar sebesar 4% Berdasarkan Lama Menggunakan Produk Rinso Berdasarkan pekerjaan, maka responden dapat dikarakteristikkan sebagai berikut: TABEL 4.5. Karakteristik Responden berdasarkan Lama Menggunakan Rinso Pekerjaan Jumlah Persentase < 1 tahun 24 24% 1-2 tahun 15 15% 3-4 tahun 22 22% > 4 tahun 39 39% Total % Sumber: Data primer, 2004 Dari tabel diatas terlihat responden yang terbesar menggunakan Rinso adalah lebih dari 4 tahun sebesar 39%, diikuti yang telah menggunakan selama kurang dari 1 tahun sebesar 24%, yang menggunakan antara 3-4 tahun sebesar 22%, dan yang menggunakan 1-2 tahun sebesar 15%.

35 4.2. Uji Validitas Dan Reliabilitas Untuk keakuratan dan kekonsistenan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini maka akan diuji validitas dan reliabilitasnya. Pada penelitian ini uji validitas dan reliabilitas dilakukan dua kali. Pertama peneliti menyebarkan 30 kuesioner kepada responden dan kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya. Dengan jumlah responden sebesar 30 orang tersebut diperoleh hasil kuesioner valid dan reliabel, sehingga pertanyaan dalam kuesioner sudah akurat dan konsisten. Oleh karena itu dapat disebarkan lagi ke responden yang lebih banyak. Kemudian peneliti menyebarkan 70 kuesioner sisanya kepada responden yang lain. Kemudian diuji kembali validitas dan reliabilitas kuesioner dengan jumlah responden sebesar 100 orang. Adapun uji Validitas dan Reliabilitas per variabel penelitian adalah sebagai berikut: Uji Validitas Loyalitas Merek Uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan yang didapat melalui alat ukur mencerminkan perbedaan sesungguhnya diantara responden yang diteliti. Pengujian ini memakai bantuan program SPSS for Windows release 10, yaitu dengan metode Product Moment Correlation, dengan melihat hasil perhitungan corrected item for total correlation, yaitu angka yang menyatakan korelasi antara distribusi skor instrumen. Rumusnya adalah sebagai berikut: (Azwar,1997: 19) r xy = NΣXY ( ΣX )( ΣY ) 2 2 { NΣX 2 2 ( ΣX ) }{ NΣY ( ΣY ) } Keterangan : r xy : Koefisien korelasi sederhana antara skor butir (X) dengan skor butir (Y) N : jumlah responden uji coba

36 ΣX : jumlah skor butir (X) ΣY : jumlah skor variabel (Y) Semakin tinggi koefisien korelasi maka pertanyaan tersebut akan semakin akurat. Jika kurang dari 0,3 maka dianggap pertanyaan tersebut tidak memuaskan (Azwar, 1997: 158). Untuk menilai apakah suatu butir pertanyaan valid atau tidak maka akan diperbandingan dengan tabel r (tabel product moment). Untuk jumlah responden N= 30 dan tingkat signifikansi 5% diperoleh nilai r tabel sebesar 0,361. Untuk jumlah responden N= 100 dan tingkat signifikansi 5% diperoleh nilai r tabel sebesar 0,195. Untuk dapat dikatakan valid maka r-statistik (Corrected Item-Total Corelation) yang diperoleh dari program SPSS harus lebih besar dari tabel r (product moment table) Dari hasil uji validitas diperoleh nilai r statistik sebagai berikut: Tabel 4.6. Uji Validitas Variabel Loyalitas Merek Atribut N=30 N=100 r statistik R tabel R statistik r tabel Kesimpulan Loyal Sahih/valid Loyal Sahih/valid Loyal Sahih/valid Loyal Sahih/valid Sumber: Data primer, 2004 Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsinya. Uji validitas disini dimaksudkan untuk menguji apakah alat ukur tersebut menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuan pengukuran/penelitian. Dari uji validitas pada 4 butir pertanyaan yang diajukan untuk mngukur loyalitas merek, diperoleh hasil bahwa 4 butir pertanyaan tersebut sahih/valid. Hal ini terlihat dari semua 4

37 butir tersebut nilai r statistiknya berada diatas nilai tabel r product moment. Untuk N=30 lebih besar dari 0,361 dan untuk N=100 lebih besar dari 0, Uji Validitas Prediktibilitas Merek Untuk pertanyaan dalam variabel prediktibilitas merek hasil uji validitasnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.7. Uji Validitas Variabel Prediktibilitas Merek Atribut N=30 N=100 r statistik R tabel r statistik r tabel Kesimpulan Predik Sahih/valid Predik Sahih/valid Predik Sahih/valid Predik Sahih/valid Predik Sahih/valid Sumber: Data primer, 2004 Dari uji validitas pada 5 butir pertanyaan yang diajukan, diperoleh hasil bahwa 5 butir pertanyaan tersebut sahih/valid. Hal ini terlihat dari semua 5 butir tersebut nilai r statistiknya berada diatas nilai tabel r product moment. Untuk N=30 lebih besar dari 0,361 dan untuk N=100 lebih besar dari 0, Uji Validitas Kesukaan Merek Untuk pertanyaan dalam variabel kesukaan merek hasil uji validitasnya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi setiap saat, baik pada diri pelanggan seperti selera maupun

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi setiap saat, baik pada diri pelanggan seperti selera maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasar pada umumnya menginginkan bahwa pelanggan yang diciptakannya dapat dipertahankan selamanya. Ini bukan tugas yang mudah mengingat perubahanperubahan dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek yang digunakan adalah kartu pra bayar IM3 Indosat. Subyek yang digunakan adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang beralamat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, menuntut setiap perusahaan untuk selalu inovatif dalam mengembangkan usahanya.

Lebih terperinci

MINUMAN RINGAN TEH BOTOL SOSRO

MINUMAN RINGAN TEH BOTOL SOSRO PENGARUH BRAND TRUST PADA BRAND LOYALTY MINUMAN RINGAN TEH BOTOL SOSRO Wika Jayanti email: wikajayanti15@yahoo.co.id Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh brand characteristic, company characteristic,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Penelitian Kepustakaan 1. Study literatur atau studi kepustakaan, yaitu dengan mendapatkan berbagai literatur dan referensi tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. munculnya berbagai usaha retail di Indonesia tidaklah menjadi suatu fenomena yang

BAB I PENDAHULUAN. munculnya berbagai usaha retail di Indonesia tidaklah menjadi suatu fenomena yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini persaingan diantara perusahaan semakin hebat, munculnya berbagai usaha retail di Indonesia tidaklah menjadi suatu fenomena yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Jenis dan Metode Tujuan Penelitian Unit Analisis Time Horison T 1 Kausalitas Survei Individu Responden Cross Section T 2 Kausalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan tentang merek, merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau

BAB I PENDAHULUAN. keputusan tentang merek, merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu keputusan pemasaran yang penting dalam strategi produk adalah keputusan tentang merek, merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR TRUST IN A BRAND TERHADAP BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN AIR MINUM AQUA DI KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR TRUST IN A BRAND TERHADAP BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN AIR MINUM AQUA DI KOTA YOGYAKARTA ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR TRUST IN A BRAND TERHADAP BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN AIR MINUM AQUA DI KOTA YOGYAKARTA Sarjita Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang Loyalitas Merek ( Brand Loyalty) 2.1.1 Pengertian Merek (Brand) Merek adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi mempertahankan pelanggan merupakan strategi yang harus dilakukan oleh perusahaan saat ini, banyak perusahaan yang ingin mempertahankan pelanggan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti harus menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat dewasa ini dan seiring dengan semakin banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan khususnya di bidang jasa boga, maka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang digunakan untuk mengetahui nilai variabel X yakni keunggulan asosiasi merek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan suatu produk dengan keunggulan berbeda-beda. Situasi ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan suatu produk dengan keunggulan berbeda-beda. Situasi ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan akan mendorong perusahaan untuk menciptakan suatu produk dengan keunggulan berbeda-beda. Situasi ini menuntut adanya persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap konsisten dipasar, oleh karenanya dituntut untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. tetap konsisten dipasar, oleh karenanya dituntut untuk dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era persaingan, semua pelaku bisnis yang ingin tetap konsisten dipasar, oleh karenanya dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2015) objek penelitian merupakan suatu atribut atau penilaian orang, subjek atau kegiatan yang mempunyai variasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keputusan pemasaran yang penting dalam strategi produk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keputusan pemasaran yang penting dalam strategi produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu keputusan pemasaran yang penting dalam strategi produk adalah keputusan tentang merek. Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tuntutan akan produk yang beragam dan terus-menerus berkembang membuat pasar

I PENDAHULUAN. Tuntutan akan produk yang beragam dan terus-menerus berkembang membuat pasar 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan akan produk yang beragam dan terus-menerus berkembang membuat pasar industri pada saat ini semakin dipenuhi produk-produk yang dibutuhkan konsumen. Konsumen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek dan Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah smartphone Samsung. Samsung merupakan salah satu produk smartphone

Lebih terperinci

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN SEPEDA MOTOR HONDA DI KABUPATEN PURWOREJO

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN SEPEDA MOTOR HONDA DI KABUPATEN PURWOREJO PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN SEPEDA MOTOR HONDA DI KABUPATEN PURWOREJO Henry Cahya Pudyastowo punk_limaperang@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris, dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris, dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2005;01), Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, dan penelitian

Lebih terperinci

MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN. Rindyah Hanafi

MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN. Rindyah Hanafi MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN Rindyah Hanafi Abstract : The purpuse of this study is to examine motivation shopping in traditional market and supermarket

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey/sample, yaitu

III. METODE PENELITIAN. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey/sample, yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey/sample, yaitu mengambil hanya sebagian unit populasi guna dijadikan unit observasi. 3.2 Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha saat ini, persaingan antar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha saat ini, persaingan antar perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia usaha saat ini, persaingan antar perusahaan telah menjadi semakin ketat sehingga menyebabkan setiap perusahaan harus memperbaiki kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan tidak boleh menganggap hal ini menjadi ketakutan, tetapi akan lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan tidak boleh menganggap hal ini menjadi ketakutan, tetapi akan lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan merupakan suatu hal yang biasa terjadi di dalam dunia bisnis. Perusahaan tidak boleh menganggap hal ini menjadi ketakutan, tetapi akan lebih baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan responden (sampel)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan responden (sampel) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pengumpulan data pada penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner seluruh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Wilayah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya tempat transaksi jual beli antara konsumen dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya tempat transaksi jual beli antara konsumen dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awalnya tempat transaksi jual beli antara konsumen dengan pedagang lebih terfokus pada pasar tradisional. Dalam pasar tradisional tersebut, metode belanja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Lokasi Penelitian Penulis akan melakukan penelitian di Laboratorium Klinik Prodia Cepu. Ada beberapa pertimbangan yaitu terkait dengan waktu, akses informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak perusahaan mengelola secara terus menerus intangible assets

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak perusahaan mengelola secara terus menerus intangible assets BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak perusahaan mengelola secara terus menerus intangible assets mereka, seperti brand equity, agar dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, dan permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek penelitian 1. Obyek Objek penelitian menurut Sugiyono (2008) sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1. Variabel Penelitian (00:61) Definisi variabel menurut Indriantoro dan Supomo Variabel adalah segala sesuatu yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/ Subyek Penelitian Menurut Sugiyono (2015) obyek penelitian adalah suatu atribut atau penilaian orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemikiran dalam penelitian ini terkait dengan faktor-faktor yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. pemikiran dalam penelitian ini terkait dengan faktor-faktor yang dapat 29 Kerangka penilitan tersebut didasarkan dengan logika loyalitas merek akan tercipta apabila dipengaruh oleh faktor-faktor yang menjadi variabel independen yaitu pengalaman merek, kepuasan merek dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah Brand Image sedangkan variabel dependen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk mempertahankan daya saing. Dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kerja dan target yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kerja dan target yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perusahaan akan selalu berusaha agar tujuannya dapat tercapai secara maksimal serta dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Tuntutan kerja dan target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mulai berlomba-lomba menarik perhatian konsumen dengan berusaha

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mulai berlomba-lomba menarik perhatian konsumen dengan berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan di Indonesia di dalam dunia bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan mulai berlomba-lomba menarik perhatian konsumen dengan berusaha mengelola produknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen apa yang akan dimiliki oleh suatu entitas. (Patricia, 2007:5). Keahlian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen apa yang akan dimiliki oleh suatu entitas. (Patricia, 2007:5). Keahlian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. URAIAN TEORITIS 2.1.1. Brand Loyalty 2.1.1.1 Merek (Brand) Branding adalah keseluruhan proses bisnis dalam memilih janji, nilai, dan komponen apa yang akan dimiliki oleh suatu

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan usaha saat ini semakin ketat, setiap perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan usaha saat ini semakin ketat, setiap perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi persaingan usaha saat ini semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar industri sejenis maupun tidak sejenis semakin ketat sehingga untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar industri sejenis maupun tidak sejenis semakin ketat sehingga untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan antar industri sejenis maupun tidak sejenis semakin ketat sehingga untuk dapat memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. daripada biaya untuk mempertahankan pelanggan (Peter dan Olson, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. daripada biaya untuk mempertahankan pelanggan (Peter dan Olson, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan industri farmasi yang cukup pesat menimbulkan persaingan yang ketat antar perusahaan. Hal ini mendorong perusahaan farmasi untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Bauran Pemasaran 2.1.1. Pengertian Bauran Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut ada empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terlebih dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Manajemen Pemasaran Definisi pemasaran menurut Kotler di dalam buku Subagyo marketing in business (2010:2) Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian. Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang. Kuesioner dibagikan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian. Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang. Kuesioner dibagikan BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif 1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian Penelitian ini menggunakan data hasil penyebaran koesioner kepada 100 orang responden calon konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif lebih bebas akibat dikuranginya proteksi dalam perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. relatif lebih bebas akibat dikuranginya proteksi dalam perdagangan internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Saat ini perkembangan ekonomi dunia ditandai dengan proses globalisasi menuju ke arah pasar bebas. Persaingan bisnis dalam pasar bebas akan menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri khususnya dalam bidang telekomunikasi akhir-akhir ini marak diperbincangkan. Bukan hanya fokus pada alat-alat komunikasi seperti : satelit,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, biasa juga ditambahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, dunia ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, dunia ilmu pengetahuan dan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era globalisasi, dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang semakin pesat. Globalisasi mempunyai dampak yang luas tidak hanya pada sektor

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko tinggi, oleh karena itu diperlukan informasi yang lengkap, akurat, dan up to date untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kelurahaan Ipilo dan Heledulaa Utara selama 2 bulan yaitu bulan Mei sampai Juni tahun

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis harus dilakukan secara profesional. (Kotler, 1994:2). Untuk itu, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis harus dilakukan secara profesional. (Kotler, 1994:2). Untuk itu, kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menghadapi persaingan global yang semakin kuat, pengelolaan kegiatan bisnis harus dilakukan secara profesional. (Kotler, 1994:2). Untuk itu, kegiatan bisnis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini mendukung ide dan tujuan untuk mengidentifikasi apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara brand predictability, Brand Reputation, Brand

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seluler As pada mahasiswa Universitas Muria Kudus yang dijadikan penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. seluler As pada mahasiswa Universitas Muria Kudus yang dijadikan penelitian, 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Yang menjadi obyek penelitian adalah para konsumen yang membeli produk seluler As pada mahasiswa Universitas Muria Kudus yang dijadikan penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran adalah mengatur hubungan konsumen yang menguntungkan. Dua tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran adalah mengatur hubungan konsumen yang menguntungkan. Dua tujuan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran. Pemasaran merupakan sebuah aktivitas bisnis yang berhubungan dengan konsumen yang lebih dari sekedar fungsi dari bisnis. Mungkin, pengertian paling sederhana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pemasaran tidak diragukan lagi telah menduduki posisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pemasaran tidak diragukan lagi telah menduduki posisi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pemasaran tidak diragukan lagi telah menduduki posisi yang paling menonjol dalam dunia bisnis. Pemasaran pada masa ini ditandai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Menurut American Marketing Association, definisi pemasaran adalah proses perencanaan dan melaksanakan pemikiran, penetapan harga, promosi, dan distribusi ide,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah smartphone Samsung, sedangkan subyeknya adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Jenis Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terstandarlisasi namun sesuai dengan kemampuan. Merek itu sendiri adalah sebuah. dan seterusnya (Tjiptono, Chandra, Adriana, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. terstandarlisasi namun sesuai dengan kemampuan. Merek itu sendiri adalah sebuah. dan seterusnya (Tjiptono, Chandra, Adriana, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi kebanyakan orang, menentukan merek pada produk yang akan dibeli adalah suatu hal yang alami karena setiap orang ingin mendapatkan yang terbaik, terstandarlisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini akan

BAB III METODE PENELITIAN. Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini akan 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan lokasi penelitian Adapun lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory), 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory), dengan verifikatif, yang mana tujuan dari penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Riduwan, 2012).

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

PENGARUH STRATEGI BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PENGARUH STRATEGI BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN Heru Hermawan email : Heruhermawan1990@gmail.com ABSTRAK Heru Hermawan. Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Kepuasan Konsumen.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan peningkatan teknologi informasi dalam kondisi bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan geografis sehingga informasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LANDASAN BERFIKIR Persaingan antar perusahaan untuk mendapatkan konsumen semakin ketat. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus menempatkan kepuasan sebagai tujuan utama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian berlokasi di lingkungan Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar dan obyek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Diskripsi responden digunakan untuk mengidentifikasi karakteristikkarakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan lama

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar 27 BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Lingkup Penelitian Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar daerah operasi perusahaan yakni di daerah kampung Sakarum, Nasef, Malabam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pada era globalisasi ini, perkembangan dunia usaha di Indonesia yang semakin ketat membuat perusahaan perlu meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian dilaksanakan melalui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian dilaksanakan melalui BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap karyawan khususnya PT. Utama Jaya Perkasa Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian dilaksanakan melalui pengumpulan

Lebih terperinci

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA MELALUI VARIABEL INTERVENING KEPERCAYAAN MEREK ( Studi Kasus Pada JNE Cabang Semarang)

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA MELALUI VARIABEL INTERVENING KEPERCAYAAN MEREK ( Studi Kasus Pada JNE Cabang Semarang) PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA MELALUI VARIABEL INTERVENING KEPERCAYAAN MEREK ( Studi Kasus Pada JNE Cabang Semarang) Windy Ramadhani Saputri 1, Apriatni EP 2 & Wahyu Hidayat 3

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah konsumen yang pernah

METODE PENELITIAN. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah konsumen yang pernah III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah konsumen yang pernah membeli atau menggunakan jasa PT JNE di kota Bandar Lampung. 3.2 Jenis Penelitian Jenis

Lebih terperinci

Pengaruh Harga, Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Toko Buku Gramedia Pandanaran Semarang

Pengaruh Harga, Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Toko Buku Gramedia Pandanaran Semarang Pengaruh Harga, Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Toko Buku Gramedia Pandanaran Semarang Deddy Setiawan Dra. Sri Suryoko, M.Si Sari Listyorini, M.Sos, M.AB Jurusan Administrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sedangkan obyek dari penelitian ini adalah produk Eiger. Data yang digunakann dalam penelitian ini adalah data primer,

BAB III METODE PENELITIAN. sedangkan obyek dari penelitian ini adalah produk Eiger. Data yang digunakann dalam penelitian ini adalah data primer, BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian Subyek dari penelitian ini adalah pengguna produk Eiger, sedangkan obyek dari penelitian ini adalah produk Eiger B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan munculnya perusahaan-perusahaan modern yang menghasilkan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan munculnya perusahaan-perusahaan modern yang menghasilkan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia usaha semakin meningkat karena didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin canggih, hal ini dapat dilihat dengan munculnya perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi maka dapat menimbulkan perubahan juga pada. masyarakatnya dimana mereka menuntut kelancaran transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi maka dapat menimbulkan perubahan juga pada. masyarakatnya dimana mereka menuntut kelancaran transportasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era perkembangan sekarang ini pemasaran merupakan faktor penting dalam menentukan maju berkembangnya suatu perusahaan. Pemasaran adalah suatu kegiatan dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia akhir-akhir ini telah berkembang dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin banyak berdirinya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha baru baik usaha besar, menengah maupun kecil sehingga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. usaha baru baik usaha besar, menengah maupun kecil sehingga cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian menyebabkan semakin banyak bermunculan bentukbentuk usaha baru baik usaha besar, menengah maupun kecil sehingga cenderung mengarah kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi berdasarkan pada perilaku masa lalunya. Pembelajaran (learning)

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi berdasarkan pada perilaku masa lalunya. Pembelajaran (learning) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumen belajar dari pengalaman masa lalunya dan perilaku di masa akan datang diprediksi berdasarkan pada perilaku masa lalunya. Pembelajaran (learning) didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk yang semakin tinggi, konsumen yang semakin smart, dan munculnya. kelangsungan hidup dalam dunia bisnis (Kotler, 2003:135).

BAB I PENDAHULUAN. produk yang semakin tinggi, konsumen yang semakin smart, dan munculnya. kelangsungan hidup dalam dunia bisnis (Kotler, 2003:135). BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dihadapkan pada lingkungan bisnis yang terus berfluktuasi. Siklus hidup produk yang semakin pendek, tuntutan standard kualitas dan desain

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada skripsi ini informasi yang diperoleh dari penelitian dikelola dengan

III. METODE PENELITIAN. Pada skripsi ini informasi yang diperoleh dari penelitian dikelola dengan III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Pada skripsi ini informasi yang diperoleh dari penelitian dikelola dengan penelitian kuantitatif. Menurut Kountur (2007) penelitian kuantitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan menjawab hipotesis penelitian yang diajukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan menjawab hipotesis penelitian yang diajukan. 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan disajikan gambaran data penelitian yang didapat dari hasil jawaban responden, proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data tersebut.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kausalitas. Menurut Umar (2005,p105) berguna untuk menganalisis hubungan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah pengguna sepatu Converse, dan lokasi dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KESEDIAAN KONSUMEN MEMBAYAR HARGA PREMIUM Margareta Wijaya Setiawan J. Ellyawati

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KESEDIAAN KONSUMEN MEMBAYAR HARGA PREMIUM Margareta Wijaya Setiawan J. Ellyawati PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KESEDIAAN KONSUMEN MEMBAYAR HARGA PREMIUM Margareta Wijaya Setiawan J. Ellyawati Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui keinginan konsumen akan minuman kesehatan, kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terika BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Riana (2008)

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BISNIS RETAIL DI LOTTEMART SURAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BISNIS RETAIL DI LOTTEMART SURAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BISNIS RETAIL DI LOTTEMART SURAKARTA Dra. Hj. Istiatin, SE. MM istiatinumi@gmail.com Hj. Sudarwati, SE. MM sudarwatiuniba@gmail.com (Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen UNIBA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan baik dalam dunia persaingan, baik dalam negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan baik dalam dunia persaingan, baik dalam negeri maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak perusahaan bersaing untuk mengatasi pasar agar memperoleh keuntungan semaksimal mungkin, serta mengadakan berbagai efisiensi-efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang

BAB I PENDAHULUAN. produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perekonomian makin maju dan berkembang dengan pesat, banyak produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang sejenis dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori

BAB III METODE PENELITIAN. eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan jenis data, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori merupakan

Lebih terperinci