BAB II KERANGKA TEORI. digunakan untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KERANGKA TEORI. digunakan untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja"

Transkripsi

1 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Modal Kerja Pengertian Modal Kerja Menurut Kasmir (2009:250),modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aset lancar atau aset jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan dan aset lancar lainnya. Modal kerja kotor adalah semua komponen yang ada di aset lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja. Artinya mulai dari kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, dan aset lancar lainnya. Nilai total komponen aset lancar tersebut menjadi jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Sementara itu, modal kerja bersih merupakan seluruh komponen aset lancar yang dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang jangka pendek). Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank jangka pendek (satu tahun), utang gaji, utang pajak, dan utang lancar lainnya (Kasmir, 2009:252).

2 Sundjaja (2003:187) mendefenisikan modal kerja sebagai aset lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha. Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam (Kasmir, 2009:250), yaitu: 1. Konsep Kuantitatif Konsep kuantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aset lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencakupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital). Kelemahan konsep ini adalah pertama, tidak mencerminkan tingkat likuiditas perusahaan, dan kedua, konsep ini tidak mementingkan kualitas apakah modal kerja dibiayai oleh utang jangka panjang atau jangka pendek atau pemilik modal. Jumlah aset lancar yang menjamin belum menjamin margin of safety bagi perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan belum terjamin. 2. Konsep Kualitatif Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aset lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih (networking capital). Keuntungan konsep ini adalah terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aset lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukkan kepercayaan para kreditor kepada pihak perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditor.

3 3. Konsep Fungsional Konsep fungsional menekankan pada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba akan menurun Jenis-Jenis Modal Kerja Menurut Djarwanto (2004:94) Modal kerja menurut jenisnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni: 1. Modal kerja permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam: a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2. Modal kerja variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah tergantung pada perubahan keadaan.

4 Modal kerja variabel dapat dibedakan dalam: a. Modal kerja musiman, yaitu modalkerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim. b. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubahubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur. 3. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu Unsur-Unsur Modal Kerja Adapun unsur-unsur ataupun komponen modal kerja adalah sebagai berikut : 1. Kas Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu membutuhkan uang kas.kas (cash) meliputi koin, uang kertas, cek, wesel, dan uang yang disimpan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank yang bersangkutan (Warren, 2006:362). Kas dan surat-surat berharga adalah aset perusahaan yang paling likuid.setiap perusahaan selalu membutuhkan kas untuk membiayai aktivitas usahanya. Pengelolaan kas yang baik akan membuat perusahaan mampu memenuhi semua kewajibannya kepada pihak ketiga misalnya pemasok atau bank sehingga proses produksi maupun aktivitas penjualan perusahaan tidak terhambat (Sundjaja:2003). 2. Piutang

5 Piutang timbul dari aktivitas penjualan yang dilakukan perusahaan secara kredit dalam rangka memperbesar volume penjualan barang dan jasa mereka. Penjualan secara kredit tidak akan menghasilkan penerimaan kas namun menimbulkan nilai piutang yang akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek seperti 30 atau 60 hari. Pada waktu jatuh pembayaran piutang terjadi penerimaan kas.istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, maupun organisasi lainnya (Warren, 2006:404). 3. Persediaan Persediaan merupakan sejumlah barang yang disimpan oleh perusahaa dalam suatu tempat (gudang). Sediaan merupakan cadangan perusahaan untuk proses produksi atau penjualan pada saat yang dibutuhkan. Jenis sediaan dibagi dua, yaitu: untuk perusahaan dagang adalah semua barang yang diperdagangkan, sedangkan untuk perusahaan manufaktur adalah barang mentah, barang dalam proses, dan barang jadi (Kasmir, 2009:41) Pentingnya Modal Kerja yang Cukup Menurut Munawir (2007:116) modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian-kerugian dan dapat mengatasi krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan. Djarwanto (2004:89) memaparkan manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup. Diantaranya adalah:

6 1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aset lancar, misalnya adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot. 2. Memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya tepat pada waktunya. 3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang secara tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga. 4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian dan sebaginya. 5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konnsumennya. 6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para langganan. 7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan supplies yang dibutuhkan. 8. Memungkin perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi ataupun depresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja pada suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Djarwanto, 2004:91): 1. Sifat umum atau tipe perusahaan.

7 Modal kerja yang dibutuhka perusahaan jasa relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif cepat. Perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. 2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual dan harga per satuan barang tersebut. Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dubutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akam modal kerja. 3. Syarat pembelian dan penjualan. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar.disamping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat penjualan kredit. Semakin lunak kredit (jangka waktu kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan pada piutang. 4. Tingkat perputaran persediaan.

8 Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuha modal kerja yang ditanamkan untuk persediaan akan semakin rendah. Karena hal ini kana mengurangi risiko penurunan harga barang, perubahan perimntaan ataupun mode, juga meghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan. 5. Tingkat perputaran piutang. Bila piutang terkumpul dalam jangka waktu yang pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah/kecil. 6. Pengaruh konjungtur (business cycle). Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang-barang lebih banyak memanfaatkan harga yang masih rendah.ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresiasi volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangbarangnya dan menarik piutang-piutangnya. Uang yang diperoleh digunakan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi utang-utang atau untuk menutupi kerugian. 7. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aset jangka pendek. Menurunnya nilai riil dibandingkan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal-hal yang tak terduga dibutuhkan

9 modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga. 8. Pengaruh musim. Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan modal maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan. 9. Credit rating dari perusahaan. Jumlah modal kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas ini tergantung pada: (a) credit rating dari perusahaan (kemampuan meminjam uang dalam jangka pendek, (b) perputaran persediaan dan piutang, (c) kesempatan mendapatkan potongan harga dalam pembelian Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Menurut Djarwanto (2004:95), modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yakni: 1. Pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek. 2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga.

10 Surat-surat berharga dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja. 3. Penjualan aset tetap, investasi jangka panjang, dan aset tidak lancar lainnya. 4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik. 5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya. Pinjaman jangka pendek bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aset lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya. 6. Kredit dari supplier atau trade creditor. Salah satu modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier. Lebih lanjut lagi Djarwanto (2004:98) memaparkan penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aset lancar. Diantaranya adalah: a. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek (termasuk utang dividen). b. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan perseorangan ataupun persekutuan). c. Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran kas.

11 d. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai, pembayaran utang obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aset tidak lancar. e. Pembelian tambahan aset tetap, aset tak berwujud, dan investasi jangka panjang. f. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan Efisiensi Modal Kerja Pengertian efisiensi menurut Danfar yang mengutip pernyataan H. Emerson dalam Rumui (2011:34), yaitu Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumbersumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Manajemen modal kerja yang efisien sangat diperlukan dalam perusahaan sebagai syarat pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan.kesalahan dalam manajemen modal kerja dapat mengakibatkan kelebihan ataupun kekurangan modal kerja Kelebihan modal kerja menurut Djarwanto (2004:90) dapat disebabkan oleh: 1. Pengeluaran saham dan obligasi melebihi dari jumlah yang diperlukan. 2. Penjualan aset tetap yang tidak diikuti dengan penggantian kembali.

12 3. Pendapatan ataupun keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk membayar dividen, membeli aset tetap, dan sebagainya. 4. Konversi operating aset menjadi modal kerja melalui proses penyusutan, tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali. 5. Akuntansi dana sementara menunggu investasi, ekspansi dan lain sebaginya. Djarwanto juga menjelaskan kelebihan modal kerja menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan menunjukkan pemborosan pada inevestasi untuk proyek-proyek yang tidak perlu. Kekurangan modal kerja juga dapat ditimbulkan oleh berbagai hal. Diantaranya adalah: 1. Adanya kerugian usaha. 2. Adanya kerugian insidentil, sepertinya misalnya turunnya harga pasar persediaan barang, pencurian, kebakaran, dan lain-lain yang tidak dapat ditutup dengan asuransi. 3. Kegagalan mendapatkan modal kerja pada waktu melakukan perluasan usaha. 4. Menggunakan modal kerja untuk membeli aset tidak lancar. 5. Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat. 6. Kenaikan tingkat harga sehingga perusahaan harus mengeluarkan jumlah rupiah lebih banyak untuk mempertahankan volume fisik persediaan dan aset tetap dan membelanjai penjualan kredit pada volume penjualan yang sama.

13 Modal kerja selalu dalam kedaan beroperasi atau berputar dalam perusahaan itu sendiri selama perusahaan yang bersangkutan masih aktif dalam menjalankan aktivitas usahanya. Periode perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Periode perputaran modal kerja ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja tersebut. Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputaran modal kerjanya dan dalam hal ini perusahaan dapat dikatakan efisien dalam penggunaan modal kerjanya (Riyanto:2001) Kebijakan Modal kerja Menurut Syahyunan (2004:41), terdapat 3 kebijakan modal kerja yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu: 1. Kebijakan Moderat Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan aset lancar permanen dengan menggunaan sumber dana jangka panjang, baik dari hutang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) maupun modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo, perusahaan tidak dapat membayar kembali. 2. Kebijakan Konservatif Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan aset lancar permanen serta sebagian aset lancar yang berfluktuasi dengan menggunakan sumber dana hutang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) atau modal

14 sendiri. Proporsi kewajiban lancar dengan demikian akan lebih kecil dibandingkan dengan kebijakan modal kerja moderat. Keputusan ini dimaksudkan untuk memperkecil risiko meskipun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan yang terssedia untuk pemegang saham karena biaya hutang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) pada umumnya lebih besar daripada kewajiban lancar. 3. Kebijakan Agresif Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan sebagian aset lancar permanen dengan sumber dana dari hutang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) dan sebagian aset lancar permanen lainnya dan semua aset lancar variabel dengan hutang jangka pendek. Oleh karena itu, perusahaan yang menggunakan kebijakan agresif menanggunng pengembalian hutang yang lebih besar sehingga risiko fluktuasi bunga kewajiban lancar juga semakin besar tetapi dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar. 2.2 Analisis Rasio Keuangan Pengertian Rasio Keuangan Menurut Van Horne (2005:202) rasio keuangan adalah sebuah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Menurut Kasmir (2009:122) rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan

15 keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian, angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam suatu periode maupun beberapa periode. Jadi dapat juga dikatakan bahwa rasio keuangan merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja sebuah perusaahaan berupa indeks yang membandingkan angka-angka dalam laporan keuangan.setelah melakukan perbandingan dapat dilihat posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Ada dua jenis cara yang dilakukan dalam membandingkan rasio keuangan (Syamsuddin, 2007:39), yaitu: 1. Cross sectional approach Cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. 2. Time series analysis Time series analysis dilakukan dengan cara membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingan antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran Tujuan Analisis Rasio Keuangan Adapun tujuan adanya analisis rasio keuangan adalah untuk dapat mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan (Van Horne:2005). Hasil

16 rasio keuangan ini akan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah sudah mencapai target yang ditetapkan ataupun sudah memberdayakan semua sumberdaya perusahaan secara efektif. Setelah dapat melihat hasil kinerja yang dihasilkan, hal ini dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi perusahaan untuk kedepannya (Kasmir:2009). Informasi tersebut tidak hanya ditujukan bagi pihak manajemen perusahaan. Menurut Syamsuddin (2007:38) pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan terkait dengan rasio keuangan adalah para pemegang saham ataupun calon pemegang saham dan juga para kreditur. Para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan tingkat keuntungan di masa yang akan datang, karena tingkat keuntungan akan mempengaruhi harga saham-saham yang mereka miliki. Disamping tingkat keuntungan, para pemegang saham juga berkepentingan dengan tingkat likuiditas, aktivitas, serta laverage sebagai faktor lain dalam penilaian kelanjutan hidup perusahaan serta proyeksi terhadap distribusi income di masa yang akan datang. Sementara bagi para kreditur umumnya merasa berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban finansial baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kreditur yang pada saat ini sudah memberikan pinjaman pada suatu perusahaan ingin mendapatkan suatu jaminan bahwa perusahaan tempat mereka menanamkan modalnya akan mampu membayar bunga dan pinjaman pokok tepat pada waktunya. Sedangkan calon kreditur lebih menekankan pada struktur finansial dan permodalan perusahaan.

17 Menurut Syamsuddin (2007: 39), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan rasio-rasio ini, antara lain: 1. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan. 2. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan sejenis dan pada saat yang sama. 3. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat. 4. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama Kelemahan Analisis Rasio Analisis rasio juga memeliki keterbatasan yang harus diketahui dan disadari dalam penggunaannya sehingga manajer keuangan harus hati-hati dalam melakukan penafsiran terhadap rasio keuangan tersebut dalam pengambilan keputusan (Syahyunan, 2004:82). Kelemahan tersebut diantaranya adalah: 1. Kesulitan dalam mengidientifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

18 2. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutanatau metode penilaian persediaan. 3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan dapat berupa hasil manipulasi. 4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio likuiditas atau sering juga disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan (Kasmir, 2009:110). Pada prinsipnya, semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin baik kemampuan perusaahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan tepat waktu. Dengan demikian, perusahaan tersebut dapat dikatakan likuid (Warsono, 2003:34). Alat ukur rasio likuiditas terdiri dari: a. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dengan membagikan aset lancar dengan kewajiban lancar. Current ratio merupakan indikator yang sesungguhnya dari likuiditas perusahaan karena perhitungan tersebut mempertimbangkan hubungan relatif antara aset lancar dengan kewajiban

19 lancar untuk masing-masing perusahaan (Syamsuddin, 2007:45). Rumus rasio lancar adalah: AAAAAAAA llllllllllll KKKKKKKKKKKKKKKKKK LLLLLLLLLLLL Apabila rasio lancar rendah, maka perusahaan dianggap kurang likuid ataupun kurang modal dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Namun, apabila hasil pengukuran rasio lancar tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik.hal ini dapat terjadi karena adanya uang kas yang berlebihan. Current ratio yang tinggi memang baik baik dari sudut pandang kreditur, tetapi dari sudut pandang pemegang saham kurang menguntungkan karena aset lancar tidak didayagunakan dengan efektif (Djarwanto, 2004: 150). b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat hampir sama dengan rasio lancar, hanya saja jumlah persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen dari aset lancar harus dikeluarkan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan komponen aset lancar yang paling tidak likuid atau sulit untuk diuangkan dengan segera tanpa menurunkan nilainya, sementara dengan rasio cepat dimaksudkan untuk membandingkan aset yang lebih lancar dengan kewajiban lancar. Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar dengan aset paling likuid (cepat) (Syamsuddin, 2007:45). Rumus rasio cepat adalah: AAAAAAAA LLLLLLLLLLLL PPPPPPPPPPPPPPPPPPPP KKKKKKKKKKKKKKKKKK LLLLLLLLLLLL

20 Kondisi rasio cepat yang yang baik menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual persediaan bila hendak melunasikewajiban lancar, tetapi dapat menjual aset lainnya seperti surat berharga dan piutang. Demikian juga halnya jika rasio cepat perusahaan dalam keadaan tidak baik, maka perusahaan harus menjual persediannya untuk melunasi kewajiban lancar. Padahal menjual persediaan dengan harga yang normal relatif sulit, kecuali perusahaan menjualnya dibawah harga pasar yang tentunya menambah kerugian bagi perusahaan (Kasmir, 2009:138). c. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Artinya, dalam hal ini perusahaan tidak perlu menjual atau menagih utang lancar lainnya. Dapat dikatakan bahwa rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayara utang-utang jangka pendeknya (Kasmir, 2009:138). Rumus rasio kas adalah: KKKKKK dddddd ssssssssssss kkkkkk KKKKKKKKKKKKKKKKKK LLLLLLLLLLLL Menurut Kasmir (2009: 140), kondisi rasio kas yang baik akan menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan aman karena jumlah kas yang ada cukup untuk membayar kewajiban lancar. Namun, kondisi rasio kas yang terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara optimal. Hal yang sebaliknya juga terjadi yakni apabila rasio kas terlalu rendah maka kondisi perusahaan berada dalam keadaan kurang

21 baik karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aset lancar lainnya. d. Rasio Modal Kerja (Net Working Capital) Rasio ini digunakan untuk menghitung berapa kelebihan aset lancar diatas kewajiban lancar suatu perusahaan. Hal inilah yang disebut dengan modal kerja bersih.menurut Brealey, Bayers dan Marcus (2008: 78), selisih antara aset lancar dan kewajiban lancar disebut modal kerja bersih. Modal kerja bersih mengukur potensi cadangan kas perusahaan secara kasar.rumusnya cukup sederhana, yakni: AAAAAAAA LLLLLLLLLLLL HHHHHHHHHHHH LLLLLLcccccc Jumlah net working capital ini akan lebih berguna untuk kepentingan pengawasan intern di dalam perusahaan daripada digunakan sebagai angka pembanding dengan perusahaan lain. Perbandingan net working capital dari tahun ke tahun juga dapat memberikan gambaran tentang jalannya perusahaan (Syamsuddin 2007: 43) Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio ini disebut juga rasio efisiensi atau rasio perputaran dimana rasio keuangan ini bertujuan mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai asetnya ataupun sumber dananya. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat aset tertentu yang dimiliki perusahaan, apakah sudah sesuai dan beralasan, sangat tinggi, atau sangat rendah. Semakin cepat perputaran asetnya makin perusahaan akan semakin efektif dalam mengelola sumber dana mereka (Warsono, 2003:35). Rasio aktivitas meliputi:

22 1. Total Assets Turn Over (Perputaran Total Aset) Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aset suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aset dalam satu periode tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aset perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2007:19). Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan seberapa baik aset perusahaan yang digunakan. Rumusnya adalah: PPPPPPPPPPPPPPPPPP TTTTTTTTTT aaaaaaaa 2. Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja) Perputaran modal kerja atau Working Capital Turn Over merupakan salah satu rasio keuangan untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyakmodal kerja berputar selama suatu periode.untuk mengukur rasio ini adalah dengan membandingkan penjualan dengan modal kerja bersih, dimana modal kerja bersih adalah aset lancar dikurangi utang lancar (Kasmir, 2009:182). Rumusnya adalah: PPPPPPPPPPPPPPPPPP MMMMMMMMMM kkkkrrrrrr bbbbbbbbbbh Apabila perputaran modal kerja yang dihasilkan rendah, maka dapat diartikan bahwa perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang dimiliki terlalu besar. Demikian pula sebaliknya, jika perputaran modal kerja

23 tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau piutang, atau saldo kas yang dimiliki terlalu kecil (Kasmir, 2009:182). 3. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover) Inventory turnover menunjukkan berapa kali kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini dapat juga diartikan sebagai rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Cara menghitung rasio perputaran persediaan adalah dengan membandingkan nilai penjualan dengan persediaan rata-rata (Djarwanto, 2004:155). Rumusnya adalah: PPPPPPPPPPPPPPPPPP PPPPPPPPPPPPPPPPPPPP rrrrrrrr rrrrrrrr Apabila rasio yang diperoleh tinggi, hal ini menunjukkkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Hal yang sebaliknya juga apabila perputaran persediaan perusahaan rendah, berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk (overstock). Hal ini mengakibatkan tingkat investasi dalam pengendalian rendah (Kasmir, 2009:180). 4. Perputaran Piutang (Receivable Turnover) Piutang timbul karena adanya penjualan barang secara kredit. Selain melaksanakan penjualan barang secara tunai, perusahaan juga dapat melaksanakan penjualan dengan sistem pembayaran dikemudian hari untuk mempertinggi penjualan. Posisi piutang perusahaan dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutangnya. Perputaran piutang dapat menunjukkan berapa kali dana yang ditanamkan dalam piutang berputar dalam satu periode. Tingkat perputaran

24 piutang dapat dihitung dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang rata-rata. Rumusnya adalah: PPPPPPPPPPPPPPPPPP PPPPPPPPPPPPPP rrrrrrrr rrrrrrrr Perputaran piutang yang semakin tinggi akan menujukkan kondisi yang semakin baik karena berarti modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah dan hal ini menunjukkan kondisi yang baik bagi perusahaan (Djarwanto, 2004:153).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal kerja dalam melakukan kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 10 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lubis (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan pada PT. Indofarma Global Medika

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan

BAB II KERANGKA TEORI. menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Profitabilitas 2.1.1 Pengertian Profitabilitas Tujuan utama suatu usaha adalah untuk memaksimalkan nilai usaha dan menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. siklus akuntansi melalui hasil penjualan produksinya. benar-benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Dengan tersedianya modal kerja

BAB II LANDASAN TEORI. siklus akuntansi melalui hasil penjualan produksinya. benar-benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Dengan tersedianya modal kerja BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Teori 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan modal kerja untuk dapat menjalankan operasional seharihari dimana dana yang dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Modal Kerja Modal Kerja sangat dibutuhkan perusahaan untuk mengoperasikan perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses kegiatan pencatatan akuntansi yang memberikan informasi mengenai perkembangan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk membeli uang muka pada pembelian bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang terdiri atas neraca,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasi sehari-harinya, misalnya untuk membayar gaji pegawai, di mana uang atau dana yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya. A. Tinjauan Teoritis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang membahas masalah yang hampir sama dilakukan oleh Mohammad Wisnu Prabowo (2010) meneliti tentang Analisis Sumber dan Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka pada pembelian bahan baku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang hasil akhirnya sangat dibutuhkan baik bagi manajemen untuk menyusun rencana yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 Pengertian Modal Kerja Dalam aktivitas sebuah perusahaan tidak dipungkiri bahwa dibutuhkan dana untuk menjalankan operasinya, mulai dari membeli bahan baku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Wicaksono (2013) yaitu studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut IAI dalam SAK ETAP Bab 3 (2013:17) paragraf 3.12 yaitu bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Peranan, dan Jenis Modal Kerja 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar seperti definisi menurut Harahap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal kerja Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, modal kerja sangat berpengaruh dalam perusahaan. Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan dagang, jasa, maupun industri mempunyai dana dan membutuhkan modal kerja, karena itulah masalah modal kerja sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Modal Kerja Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva lancar seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Berdasarkan pengertian pokok modal kerja (Working

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rentabilitas Menurut Munawir (2004:86), rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Sebelum membahas pengertian manajemen keuangan sebaiknya kita telusuri dulu beberapa istilah pokok beserta pengertian-pengertian yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara Umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu : 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Sebelum membahas pengertian manajemen keuangan sebaiknya kita telusuri dulu beberapa istilah pokok beserta pengertian-pengertian yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti yang mengkaji tentang modal kerja sebelumnya pernah dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja Pada Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga selalu memerlukan dana. Perusahaan yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aktiva,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aktiva, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005:85) kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis 13 BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Modal Kerja Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis dewasa ini, semakin memacu dunia usaha untuk meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan efisiensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan merupakan laporan pertanggungjawaban suatu perusahaan pada satu periode tertentu mengenai kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Pada tinjauan teoritis di Bab II ini akan menjelaskan lebih dalam mengenai defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan. 2.1.1 Modal Kerja Pada bagian

Lebih terperinci

Bab 4 Manajemen Modal Kerja

Bab 4 Manajemen Modal Kerja Dasar Manajemen Keuangan 62 Bab 4 Manajemen Modal Kerja Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang konsep modal kerja, perputaran modal kerja, dan penentuan jumlah modal kerja. S etiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional sehari-hari tentunya membutuhkan dana untuk membiayainya. Dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya

II. LANDASAN TEORI. Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya II. LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari penertian modal kerja menurut beberapa ahli, antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Landasan Teori Dalam undang-undang perkoperasian No. 25 tahun 1992 pada Bab I ayat 1 UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja, perusahaan yang bergerak dibidang apapun baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan produksi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Kerja Terhadap Profitabilitas pada perusahaan rokok GO-Public di Indonesia

BAB II URAIAN TEORITIS. Kerja Terhadap Profitabilitas pada perusahaan rokok GO-Public di Indonesia 25 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Kamel (2004) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada perusahaan rokok GO-Public di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Profitabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas 2.1.1.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Munawir (2010:2) Laporan Keuangan adalah : Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang

Lebih terperinci

BAB IV MODAL KERJA A. Pengertian Modal Kerja

BAB IV MODAL KERJA A. Pengertian Modal Kerja BAB IV MODAL KERJA A. Pengertian Modal Kerja Modal kerja merupakan investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta lancar (current assets). Modal kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan operasinya sehari-hari. Menurut Jumingan (2006 : 66), definisi modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan operasinya sehari-hari. Menurut Jumingan (2006 : 66), definisi modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Modal Kerja 2.1.1.1. Pengertian Modal Kerja Modal kerja merupakan modal yang digunakan perusahaan untuk menopang kegiatan operasinya sehari-hari. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal kerja di KPRI Kota Semarang. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal kerja di KPRI Kota Semarang. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Peneliti Terdahulu Fitria 2007 melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui ada tidaknya hubungan antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas KPRI di Semarang,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. judul Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover

BAB II URAIAN TEORITIS. judul Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover 18 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Yuliafitri, Koesmawan, dan Amilin (2005) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover Terhadap

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. perkembangan perusahaan tergantung dari cara pengelolaannya. Pengelolaan

BAB II TELAAH PUSTAKA. perkembangan perusahaan tergantung dari cara pengelolaannya. Pengelolaan BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Pengertian Pengelolaan Dan Modal Kerja 2.1.1. Pengertian pengelolaan Dalam suatu perusahaan, pengelolaan mempunyai arti penting karena perkembangan perusahaan tergantung dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Modal Kerja Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konseptual Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) dengan judul Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan. Menurut Kasmir (2011) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan. Menurut Kasmir (2011) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil akhir dari proses akuntansi, yang berarti ringkasan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Modal Kerja 2.1.1.1. Pengertian Modal Kerja Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari hari. Pengertian modal kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Tujuan dan Metode Analisis Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Tujuan dan Metode Analisis Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Metode Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2015:7), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan suatu perusahaan mengenai posisi keuangan apakah keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional sehari-hari tentunya membutuhkan dana untuk membiayainya. Dana yang telah dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 ( Revisi 2009 ) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan Definisi manajemen keuangan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan jaman. Secara umum manajemen keuangan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Sebelum membahas pengertian Manajemen Keuangan sebaiknya kita telusuri dulu beberapa istilah pokok beserta pengertian-pengertian yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Denta Umar Aminudin (2007) dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada Perusahaan Shuttlecock

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 1. 2. 2.1.Pengertian Modal Kerja Mengenai pengertian modal kerja, dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya adalah (Eugene.F Brigham,Joel.F Houston, 2006:131) Modal kerja atau

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori tentang Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan tujuan (hasil akhir) dari suatu proses dan prosedur akuntansi, sebagai ringkasan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan suatu perusahaan. Oleh sebab itu masalah modal merupakan

Lebih terperinci

Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat

Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Dalam operasional kegiatan keseharian perusahaan, modal memiliki peran utama sehingga kelangsungan hidup perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Modal kerja Bersih a. Pengertian Modal kerja Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Pengertian Modal Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin banyaknya perusahaan-perusahaan menjadi besar, maka faktor produksi modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian Bab 1 Pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Jenis Modal Kerja 1. Pengertian modal kerja Burton A, Kolb (Sawir, 2005:129) menyatakan modal kerja adalah investasi perusahan dalam aktiva jangka pendek atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu a. Penelitian yang dilakukan oleh Manalu (2004) mengenai analisis tingkat efifiensi dan efektivitas penggunaan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN MODAL KERJA Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN MODAL KERJA

PENGOLAHAN MODAL KERJA PENGOLAHAN MODAL KERJA MODAL KERJA Yaitu dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasianal perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah guru, membayar hutang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen keuangan dalam banyak hal berkaitan dengan pembuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen keuangan dalam banyak hal berkaitan dengan pembuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dalam banyak hal berkaitan dengan pembuatan keputusan. Seiring dengan perkembangannya, tugas manajer

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal oleh beberapa ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal oleh beberapa ahli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Struktur Modal Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal oleh beberapa ahli diantaranya adalah: Menurut Sawir (2005:10), struktur modal adalah pendanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk memberi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pusataka 2.1.1 Rasio Profitabilitas Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN KEUANGAN

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN KEUANGAN Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Kinerja Perusahaan 2.1.1 Pengertian Kinerja Perusahaan Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAN MODAL KERJA

BAB II ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAN MODAL KERJA BAB II ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAN MODAL KERJA 1. Pengertian Modal Kerja Terdapat beberapa definisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yaitu: a. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan suatu perusahaan mengenai posisi keuangan apakah keuangan perusahaan dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Laporan Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akutansi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDSAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDSAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 15 BAB 2 LANDSAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Penelitian ini berdasarkan pada teori manajemen modal kerja yang terdiri dari periode pengumpulan piutang rata-rata, perputaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya. komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya. komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam perusahaan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan modal mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruksi, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Perputaran Modal Kerja Definisi Modal Kerja menurut Keown et al (2010) adalah : Investasi total perusahaan pada aktiva lancar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada setiap perusahaan sangat dibutuhkan, karena laporan tersebut merupakan salah satu media informasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Kerja 2.1.1. Pengertian dan Konsep Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari. Uang atau dana yang telah

Lebih terperinci

B. MASALAH YANG DIHADAPI DALAM PENENTUAN RASIO STANDAR

B. MASALAH YANG DIHADAPI DALAM PENENTUAN RASIO STANDAR ANALISIS RASIO A. RASIO STANDAR Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu (Kasmir,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian laporan keuangan lainnya yang diungkapkan oleh Munawir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian laporan keuangan lainnya yang diungkapkan oleh Munawir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUTAKA. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun

BAB II TINJAUAN PUTAKA. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Modal Kerja Setiap perusahaan yang melakukan kegiatannya selalu membutuhkan dana. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan suatu usaha perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah

Lebih terperinci