BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Unit Perawatan Intensif Neonatus (NICU) dengan staf khusus dan perlengkapan khusus. Perawatan intensif ditujukan untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Unit Perawatan Intensif Neonatus (NICU) dengan staf khusus dan perlengkapan khusus. Perawatan intensif ditujukan untuk"

Transkripsi

1 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Unit Perawatan Intensif Neonatus (NICU) Unit perawatan intensif merupakan bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf khusus dan perlengkapan khusus. Perawatan intensif ditujukan untuk observasi, perawatan, dan terapi pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa. Unit tersebut menyediakan kemampuan, sarana, dan peralatan khusus untuk menunjang fungsi vital, serta keterampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut (White dkk., 2005). Unit perawatan intensif pertama kali muncul dan berkembang tahun an di Amerika Serikat. Perkembangan unit perawatan intensif berawal dari kejadian epidemic poliomyelitis di Eropa dan Amerika Utara pada tahun , banyak pasien meninggal karena paralisis otot pernapasan (Luce dan White, 2009). Penggunaan pipa napas endotrakeal (endotracheal tube) dan alat bantu napas baik secara manual atau mekanis adalah cara optimal untuk mengamankan pernapasan. Hal ini mengubah konsep hidup dan mati, serta membuka lembaran baru dalam sejarah ilmu kedokteran dan pasien yang mengalami henti napas dapat dipertahankan hidup (Luce dan White, 2009; White dkk., 2005). Unit perawatan intensif neonatus merupakan ruang perawatan intensif neonatus dengan kegawatan/sakit kritis di rumah sakit. Unit perawatan intensif diperlukan untuk perawatan neonatus yang memerlukan penanganan khusus dan neonatus dengan risiko tinggi mengalami kematian. Penanganan pasien neonatus

2 8 pada dasarnya tidak bisa disamakan atau disatukan dengan pasien dengan keluhan dan penyakit lain. Neonatus memerlukan penanganan dan perlakuan khusus karena memiliki risiko kematian yang tinggi (Powers dan Lund, 2005). Ruang perawatan khusus neonatus terdiri dari tiga tingkat berdasarkan derajat kesakitan, risiko masalah, dan kebutuhan pengawasan. Tingkat pertama adalah untuk neonatus dengan risiko rendah, yaitu: bayi sehat, bayi berat lahir lebih dari 2000 gram, dan bayi rawat gabung (perawatan bersama ibu). Tingkat kedua adalah untuk neonatus dengan risiko tinggi tetapi belum memerlukan pengawasan intensif, yaitu bayi dengan berat lahir kurang dari 2000 gram, bayi dengan persalinan bermasalah, bayi yang menderita sakit seperti diare, infeksi, dan bayi kuning yang memerlukan terapi sinar. Tingkat ketiga merupakan unit perawatan intensif neonatus untuk neonatus dengan risiko tinggi dan memerlukan pengawasan ketat (White dkk., 2005). Unit perawatan intensif neonatus dilengkapi dengan peralatan khusus sehingga dapat dilakukan observasi ketat. Peralatan di NICU pada masing-masing rumah sakit tidak sama tetapi umumnya beberapa peralatan yang umum ada yaitu: (1) Feeding tube; merupakan selang kecil yang dimasukkan melalui mulut sampai lambung untuk memasukkan air susu ibu (ASI) atau susu formula. (2) Infant warmer; merupakan tempat tidur dengan penghangat di atasnya. (3) Inkubator; merupakan tempat tidur kecil yang tertutup plastik keras transparan, dengan lubang pada samping untuk jalan memeriksa bayi dan suhu dapat diatur sesuai kondisi bayi. (4) Jalur infus; sebuah kateter kecil fleksibel yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena umumnya pada lengan dan kaki, atau kateter yang dimasukkan ke umbilikus. Jalur infus diperlukan untuk kebutuhan cairan dan

3 9 obat-obatan. (5) Monitor; bayi disambungkan ke monitor melalui elektrode dan dapat terekam tanda-tanda vital antara lain laju jantung, pernapasan, tekanan darah, suhu dan kandungan (saturasi) oksigen dalam darah. (6) Alat terapi sinar; digunakan untuk bayi-bayi yang kadar bilirubinnya di atas normal dan memerlukan terapi sinar. (7) Bubble CPAP (Continuous Positive Airway Pressure); merupakan alat yang mempertahankan tekanan positip pada saluran napas bayi dengan pernapasan spontan. (8) Ventilator; merupakan suatu alat (mesin) yang memompa dan mengatur aliran udara ke dalam saluran pernapasan bayi melalui pipa (pipa endotrakea) (White dkk., 2005). 2.2 Kegawatan pada Neonatus Kegawatan pada neonatus merupakan keadaan yang berdampak pada kematian atau kecacatan neonatus. Kegawatan terjadi akibat kegagalan adaptasi neonatus pada keadaan ekstra uterin terutama pada bayi kurang bulan atau pada bayi cukup bulan dengan adanya banyak faktor risiko infeksi atau kegawatan (Kim dkk., 2008). Neonatus dengan faktor risiko tinggi mengalami kegawatan akan membutuhkan ruang perawatan intensif. Faktor risiko tersebut berhubungan dengan kondisi ibu, proses persalinan, dan faktor dari neonatus itu sendiri. Faktor ibu yang memengaruhi yaitu: umur ibu kurang dari 16 tahun atau lebih dari 40 tahun, diabetes, hipertensi, perdarahan, ibu dengan penyakit menular seksual, kehamilan ganda, cairan amnion yang kurang atau berlebihan, dan ketuban pecah dini. Proses persalinan yang bisa memengaruhi kondisi neonatus adalah fetal distress/asfiksia, aspirasi mekoneum, belitan tali pusat, persalinan forsep, dan

4 10 presentasi bokong atau presentasi abnormal lainnya. Neonatus dengan risiko tinggi yaitu: umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau lebih dari 42 minggu, berat lahir kurang dari 2500 gram, kecil masa kehamilan, resusitasi saat persalinan, kelainan kongenital, gawat napas, infeksi, kejang, hipoglikemia, dan memerlukan tunjangan suportif cairan, oksigen, tansfusi darah atau yang lainnya (Suradi, 2008). Penggunaan sarana pelayanan intensif diharapkan mampu mengurangi angka kematian neonatus, meskipun demikian tidak selalu neonatus yang dirawat di NICU terhindar dari kematian. Beberapa kelainan atau kondisi neonatus yang sering dirawat di NICU yaitu: anemia, apneu, bradikardia, hidrosefalus, perdarahan intrakranial, hiperbilirubinemia, enterokolitis nekrotikan, patent ductus arteriosus (PDA), gawat napas, sepsis, transient tachypnea of the newborn, dan kondisi klinis lainnya (Butsashvili dkk., 2009). Perawatan neonatus di ruang intensif diindikasikan untuk neonatus dengan: asfiksia, kegawatan pada pernapasan, prematuritas dan berat lahir sangat rendah, kejang, perdarahan intrakranial, syok, hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi tukar, enterokolitis nekrotikan dan sepsis (Meadow dkk., 2008; White dkk., 2005) Asfiksia Asfiksia merupakan keadaan neonatus lahir tidak bernapas secara spontan, teratur dan adekuat. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: lanjutan asfiksia intra partum; aspirasi cairan amnion, darah, mekonium, dan muntahan; imaturitas paru; kelainan jantung bawaan dan paru; anemia pada fetus; retardasi pertumbuhan intra uterin; kehamilan lewat waktu; infeksi fetus. Asfiksia dapat

5 11 terjadi pada hipoksia ibu karena anemia berat, penyakit paru kronis; menurunnya aliran darah dari ibu ke fetus pada hipotensi karena perdarahan, preeklamsia, eklamsia, diabetes melitus; obat anastesi yang berlebihan pada ibu; serta infark dan perdarahan plasenta (Dharmasetiawani, 2008). Pada neonatus dengan asfiksia akan terjadi penurunan kadar tekanan oksigen (PaO2) tubuh, peningkatan tekanan karbondioksida (PCO2), penurunan keasaman (ph) darah, dan gangguan sirkulasi darah (Dharmasetiawani, 2008). Adanya asfiksia pada neonatus ditentukan dengan nilai APGAR (Tabel 2.1) pada menit ke-1, 5, 10, dan 15. APGAR Tanda Tabel 2.1 Nilai APGAR Nilai Appearance Warna kulit Biru/pucat Tubuh merah, ekstremitas biru Pulse Laju Jantung Merah seluruh tubuh Tidak ada < 100 x/mnt > 100 x/mnt Grimace Refleks Tidak ada Menyeringai/gerakan sedikit Activity Tonus otot Lunglai Fleksi ekstremitas lemah Respiration Laju Nafas Tidak ada Tidak teratur, dangkal Batuk, bersin, menangis kuat Gerakan aktif Menangis kuat, teratur Sumber: American Academy of Pediatrics, Committee on Fetus and Newborn, American College of Obstetricians and Gynecologists and Committee on Obstetric Practice, 2006.

6 Gawat napas Berbagai kondisi dapat menyebabkan gawat napas pada neonatus seperti penyakit membran hialin, pneumonia neonatal, transient tachypnea of the newborn, sindrom aspirasi mekoneum, sepsis, serta kelainan atau gagal jantung (Kosim, 2008a). Penyakit membran hialin biasanya terjadi pada neonatus kurang bulan yang timbul segera atau beberapa saat setelah lahir akibat kekurangan surfaktan. Pneumonia neonatal merupakan infeksi pada paru yang terjadi perinatal atau pascanatal. Gawat napas pada transient tachypnea of the newborn terjadi segera setelah lahir akibat penyerapan cairan paru-paru janin terlambat pada sistem limfatik atau akibat kekurangan surfaktan ringan. Pada neonatus dengan cairan amnion yang terkontaminasi mekoneum bisa mengakibatkan sindrom aspirasi mekoneum akibat janin menghirup cairan amnion tersebut. Pada sepsis terjadinya gawat napas akibat respon sistemik dan atau kegagalan multiorgan terutama pada paru akibat infeksi, sedangkan pada gagal jantung akan terjadi bendungan pada paru (Kosim, 2008a). Umumnya gawat napas ditandai dengan napas cepat, napas cuping hidung, grunting, letargi, tidak mau minum, retraksi dinding dada, distensi abdomen, perfusi perifir kurang, dan atau sianosis. Pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan hipoksemia sampai asidosis. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk menunjang diagnosis gawat napas dan gambarannya sesuai dengan kelainan atau penyebab gawat napas (Kosim, 2008a).

7 Neonatus kurang bulan Neonatus kurang bulan atau neonatus prematur adalah neonatus yang dilahirkan ibu pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari). Neonatus kurang bulan umumnya mempunyai berat lahir rendah dengan variasi berat lahir yaitu: kecil untuk masa kehamilan, sesuai untuk masa kehamilan atau besar untuk masa kehamilan (Damanik, 2008). Insiden bayi berat lahir rendah (BBLR) sekitar 19% atau kurang lebih 24 juta pertahun dari seluruh neonatus, dan merupakan salah satu faktor penyebab yang penting dalam kematian neonatal (Almeida dkk., 2008). Kegawatan pada neonatus kurang bulan berkaitan dengan prematuritas, infeksi, asfiksia pada waktu lahir, hipotermia dan gangguan pemberian minum. Sebagian besar dari neonatus tersebut lahir dari usia kehamilan ibu sangat prematur dengan berat lahir sangat rendah. Masalah yang ditemukan pada neonatus kurang bulan adalah kegagalan adaptasi kehidupan di luar rahim, disebabkan kurang matangnya sistem organ. Pernapasan neonatus kurang bulan kurang dapat beradaptasi dengan pergantian gas dan terjadi depresi perinatal di ruang bersalin. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebabkan defisiensi surfaktan. Apneu disebabkan kurang matangnya mekanisme pengaturan napas. Neonatus kurang bulan juga mempunyai risiko terjadi Bronchopulmonary dysplasia (BPD), dan chronic pulmonary insufficiency (Damanik, 2008; Kosim, 2006). Neonatus dengan berat lahir rendah berisiko mengalami asfiksia karena faktor paru yang belum matang (prematur), atau karena distres pernapasan (gangguan napas) pada neonatus yang kecil untuk masa kehamilannya (Wang

8 14 dkk.,2012). Neonatus dengan berat lahir rendah mempunyai dua risiko yang mengancam kehidupannya yaitu prematuritas dengan berat lahir rendah dan asfiksia. Insiden asfiksia pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu adalah 9%, sedang lebih dari 36 minggu sekitar 0,5% dan menyebabkan kematian 20% kasus (Kosim, 2006). Gangguan atau masalah neurologi sering menjadi masalah pada neonatus kurang bulan. Penyebab utama kelainan atau gangguan neurologis pada bayi baru lahir kurang bulan adalah ensefalopati iskemik hipoksik (EIH), perdarahan periventrikular, dan intraventrikular (Damanik, 2008). Pada neonatus kurang bulan insidens EIH, kematian dan cacat secara bermakna lebih tinggi dibanding bayi cukup bulan. Kelainan neurologis pada neonatus kurang bulan sebagai penyebab utama kematian, gangguan neurologis berat, dan terjadi dampaknya dalam jangka panjang (Kosim, 2006). Neonatus kurang bulan berisiko mengalami gangguan kardiovaskular seperti hipotensi dan patent ductus arteriosus (PDA). Hipotensi pada neonatus kurang bulan terjadi akibat hipovolemia, seperti kehilangan volume karena memang volumenya yang relatip kecil atau gangguan fungsi jantung dan vasodilatasi akibat sepsis. Pada neonatus kurang bulan kejadian PDA cukup sering dan dapat mengakibatkan terjadinya gagal jantung kongestif (Damanik, 2008; Kosim, 2006). Berbagai risiko lainnya pada neonatus kurang bulan yaitu: (1) Gangguan hematologi seperti anemia dan hiperbilirubinemia. Anemia sering terjadi pada neonatus kurang bulan akibat berbagai macam penyebab termasuk imaturitas sistem hematopoitik atau akibat hipoksia oleh berbagai sebab. (2) Gangguan

9 15 metabolik; terjadi gangguan metabolisme glukosa dan kalsium, terutama pada neonatus kurang bulan dengan gangguan nutrisi, sakit berat atau gangguan intrauterin. (3) Masalah nutrisi; pada neonatus kurang bulan memerlukan perhatian khusus tentang jenis, jumlah dan cara pemberiannya. (4) Gangguan gastrointestinal; prematuritas merupakan risiko terbesar terjadinya enterokolitis nekrotikans. (5) Masalah imaturitas ginjal; ditandai dengan kecepatan filtrasi glomerulus yang rendah dan ketidak mampuan untuk mengatasi beban air, kepekatan dan keasaman. Neonatus kurang bulan perlu perhatian khusus karena bisa terjadi kesulitan dalam manajemen cairan dan elektrolit akibat imaturitas ginjal. (6) Gangguan pengaturan suhu; pada neonatus kurang bulan cenderung terjadi hipotermi dan hipertermi. (7) Imaturitas sistem imun; pada neonatus kurang bulan terjadi defisiensi respons imun seluler dan humoral, neonatus kurang bulan mempunyai risiko terjadinya infeksi lebih besar dibanding bayi cukup bulan. (8) Masalah oftalmologik; dapat terjadi retinopathy of prematurity ( ROP) pada neonatus kurang bulan karena retina imatur (Kosim, 2006; Damanik, 2008; Filho dkk., 2009) Kejang pada neonatus Neonatus yang mengalami kejang merupakan indikasi untuk perawatan intensif. Kejang dapat mengakibatkan hipoksia otak yang mengancam kelangsungan hidup neonatus atau dapat mengakibatkan sekuele. Manifestasi kejang pada neonatus mulai dari kejang fokal sampai kejang umum termasuk mioklonik dan gerakan motor automatism (subtle) (Sarosa, 2008).

10 16 Umumnya kejang yang dialami neonatus adalah kejang fokal berupa kontraksi ritmis otot-otot tungkai, muka, dan batang tubuh yang simultan pada dua sisi tubuh. Serangan kejang yang terjadi pada masa neonatus disebabkan ensefalopati iskemik hipoksik (EIH) (50-60%), perdarahan intrakranial (10%), infeksi intrakranial (5-10%), defek perkembangan (5-10%), gangguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hipernatremia, gangguan metabolisme asam amino dan asam organik), dan lain-lain (Sarosa, 2008; Ismael, 1999) Perdarahan intrakranial Perdarahan intrakranial pada neonatus sering menyebabkan kematian, dan merupakan indikasi untuk perawatan intensif. Perdarahan terjadi karena robekan pembuluh darah akibat proses persalinan, trauma, asfiksia, atau pada neonatus kurang bulan (Sarosa, 2008). Perdarahan yang sering terjadi adalah perdarahan subarachnoid, subdural, dan perdarahan periventrikular/intraventrikular. Manifestasi klinis yang umum dijumpai adalah kejang, apneu, sianosis, letargi, jitterness, muntah, ubun-ubun besar menonjol, tangis melengking dan perubahan tonus otot (Sarosa, 2008) Syok pada neonatus Syok merupakan sindrom klinis akibat kegagalan sistem sirkulasi sehingga pasokan oksigen dan substrat metabolik ke jaringan tidak memadai. Syok pada neonatus merupakan kedaruratan karena berisiko tinggi mengalami kematian (Kosim, 2008b).

11 17 Penurunan volume sirkulasi darah adalah penyebab utama syok pada neonatus dan dapat diakibatkan oleh berbagai hal: perdarahan plasenta, transfusi feto maternal, donor fetus pada transfuse feto-fetal, trauma persalinan yang mengakibatkan perdarahan, perdarahan intrakranial, perdarahan intraabdomial, perdarahan paru yang hebat, pembekuan intravaskular menyeluruh (PIM) atau DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) atau gangguan koagulasi lain, keluarnya plasma ke kompartemen ekstravaskular pada keadaan sepsis dan hipoproteinemia, serta kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan terjadi pada keadaan dehidrasi (Kosim, 2008b) Hiperbilirubinemia Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar bilirubin indirek plasma dua standar deviasi atau lebih dari kadar normal berdasarkan umur bayi. Efek toksis bilirubin pada sistem saraf pusat dapat menimbulkan bilirubin ensefalopati atau kern ikterus yang bisa menyebabkan kematian. Bilirubin ensefalopati timbul pada kadar bilirubin yang tinggi dan memerlukan transfusi tukar. Neonatus dengan kondisi ini memerlukan ruang perawatan intensif untuk pemantauan terjadinya bilirubin ensefalopati dan tindakan transfusi tukar (Sukadi, 2008) Enterokolitis nekrotikan Enterokolitis nekrotikan (EKN) neonatal merupakan penyakit kerusakan usus yang berat terutama pada usus yang imatur yang disebabkan oleh kerusakan vaskular, kerusakan mukosa usus dan kelainan metabolik, serta terjadi iskemia, inflamasi, dan nekrosis pada usus. Insiden enterokolitis nekrotikan sekitar 2 kasus setiap 1000 kelahiran hidup. Pada neonatus yang dirawat di unit perawatan

12 18 intensif neonatal 2%-5% mengalami EKN. Pada bayi berat lahir sangat rendah insidennya berkisar antara 5%-10% (Kosim, 2006). Manifestasi klinis EKN ada dua tipe berdasarkan saat timbulnya, yaitu EKN dini dan EKN lambat. Tipe dini terjadi pada minggu pertama dan seringkali jam sesudah lahir. Tipe lambat terjadi lebih dari umur satu minggu, terjadi terutama pada neonatus kurang bulan. Gejala klinis dapat berupa manifestasi sistemik seperti apnea berulang, bradikardi, letargi, hipotonia, pengisian kapiler (capillary refill time/crt) lebih dari tiga detik, suhu yang tidak stabil, asidosis metabolik. Manifestasi gastrointestinal antara lain perut kembung, residu dalam lambung, muntah mengandung empedu atau darah, dan adanya darah dalam feses. Pada neonatus dengan EKN memerlukan perawatan intensif karena risiko kematian akibat manifestasi sistemik yang berat (Kosim, 2006) Sepsis neonatorum Sepsis Neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah neonatus selama bulan pertama kehidupan (Stoll, 2007). Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan (usia 0 sampai 28 hari). Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, systemic inflammatory response syndrome (SIRS), sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian (Aminullah, 2008). Sebagian besar neonatus yang dirawat di ruang intensif dicurigai mengalami sepsis neonatorum karena memiliki gambaran klinis yang luas.

13 19 Sepsis neonatus dapat menimbulkan kerusakan otak yang disebabkan oleh meningitis, syok septik atau hipoksemia, dan juga kerusakan organ-organ lainnya seperti gangguan fungsi jantung, paru-paru, hati, dan lain-lain. Sepsis neonatorum ini sering tidak terdeteksi dan menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat (Kardana, 2011; Rohsiswatmo, 2005). Gambaran klinis pasien sepsis neonatorum tidak spesifik. Gambaran klinis sepsis neonatorum dikelompokkan menjadi empat variabel, yaitu variabel klinik, variabel hemodinamik, variabel perfusi jaringan, dan variabel inflamasi (Tabel 2.2) (Haque, 2005). Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Sepsis pada Neonatus Variabel Klinis - Suhu tubuh yang tidak stabil - Laju nadi > 180 x/menit atau < 100 x/menit - Laju nafas > 60 x/menit dengan retraksi/desaturasi oksigen - Letargi - Intoleransi glukosa (plasma glukosa > 10 mmol/l) - Intoleransi minum Variabel Hemodinamik - Tekanan darah < 2SD menurut usia bayi - Tekanan darah sistolik < 50 mmhg (bayi usia 1 hari) - Tekanan darah sistolik < 65 mmhg (bayi usia < 1 bulan) Variabel perfusi jaringan - Pengisian kembali kapiler/capillary refill > 3 detik - Asam laktat plasma > 3 mmol/l Variabel inflamasi - Leukositosis (> /ml 3 ) - Leukopenia (< 5000/ml 3 ) - Netrofil muda > 10% - Imatur neotrofil : total neutrofil (I:T ratio) > 0,2 - Trombositopenia < /ml - CRP > 10 mg/dl atau > 2 SD atas nilai normal - Procalcitonin > 8,1 mg/dl atau > 2SD dari nilai normal - IL -6 atau IL -8 > 70 pg/ml - 16 S rrna gene PCR : positif Sumber: Haque, 2005.

14 Sistem Skoring sebagai Alat Duga Kematian Neonatus Perkembangan sistem skoring Penilaian derajat keparahan penyakit diperlukan untuk mengetahui kemungkinan prognosis mengenai perjalanan penyakit, mekanisme fisiologi spesifik suatu penyakit serta penatalaksanaannya. Penilaian ini akan memberikan informasi yang sesuai sehingga antara rumah sakit dan pasien (orangtua pasien) mempunyai persepsi yang sama (Ricardson dkk., 1993b). Sistem skoring diharapkan mempertimbangkan kondisi fisiologis, klinis neonatus, dan tempat demografis. Sistem skoring untuk menentukan derajat keparahan penyakit dikembangkan secara luas. Beberapa sifat sistem skoring keparahan penyakit neonatal yang baik yaitu: (1) Kemudahan penggunaan; (2) Kemampuan untuk diterapkan pada awal pemeriksaan atau rawat inap; (3) Kemampuan untuk menduga kematian, morbiditas, atau biaya untuk neonatus; (4) Kegunaan untuk semua kelompok neonatus. Secara umum kemungkinan masingmasing sistem skoring sulit untuk memenuhi semua sifat. Berbagai pendekatan digunakan untuk menyusun beberapa kondisi yang dipakai dan diberikan skor/penilaian (Richardson dkk., 2001). Beberapa skor alat duga kematian neonatus dirancang untuk neonatus. Pilihan variabel yang dimasukkan dalam skor tersebut benar-benar dapat mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas neonatus. Beberapa sistem skoring diantaranya: Clinical Risk Index of Babies (CRIB), CRIB II, Neonatal Therapeutic Intervention Scoring System (NTISS), Score for Neonatal Acute Physiology (SNAP) dan Score for Neonatal Acute Physiology Perinatal Extension (SNAPPE), dan Score for Neonatal Acute Physiology II (SNAP II) dan

15 21 Score for Neonatal Acute Physiology Perinatal Extension II (SNAPPE II) (Dorling dkk., 2005). Clinical Risk Index of Babies (CRIB) digunakan untuk memprediksi kematian untuk bayi lahir pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu. Penilaian ini dikembangkan di Inggris pada empat NICU dari tahun 1988 sampai 1990 melibatkan 812 neonatus dengan berat lahir sangat rendah. Clinical Risk Index of Babies II (CRIB II) merupakan revisi dari CRIB, dengan variabel penilaian berdasarkan usia kehamilan dan berat lahir, suhu tubuh saat masuk, jenis kelamin, dan kehilangan basa untuk memprediksi kematian. Penilaian NTISS merupakan modifikasi dari skor perawatan intensif dewasa, didasarkan pada perlakuan atau tindakan yang diberikan kepada neonatus (Dorling dkk., 2005; Richardson dkk., 1993b) Score for Neonatal Acute Physiology Perinatal Extension II Score for Neonatal Acute Physiology Perinatal Extension II merupakan sistem skoring hasil revisi dari SNAP/SNAPPE. Score for Neonatal Acute Physiology dikembangkan di Boston Amerika Serikat pada tahun 1990 menggunakan data dari tiga unit perawatan neonatus. Penilaian derajat keparahan sakit neonatus berdasarkan ketidakstabilan fisiologi neonatus yang diperoleh dari skor parameter klinis dan laboratorium dalam 24 jam pertama (Dorling dkk., 2005; Richardson dkk., 1993b). Score for Neonatal Acute Physiology mempunyai 27 parameter penilaian (Tabel 2.3), tiap parameter dinilai berdasarkan skor tingkat ketidakstabilan fisiologi yang terburuk. Score for Neonatal Acute Physiology didesain untuk

16 22 menilai secara objektif kuantitas derajat berat sakit neonatus (Richardson dkk., 1993b). Penentuan skala dan variabel SNAP ditentukan oleh para ahli dengan pertimbangan variabel tersebut berhubungan dengan kondisi neonatus. Penilaian SNAP terdiri dari skor 1, 3, dan 5. Skor 1 menunjukkan adanya keadaan fisiologis abnormal dan memerlukan pemantauan lebih lanjut. Skor 3 merupakan keadaan atau gangguan fisiologis yang memerlukan alternatif perubahan terapi. Skor 5 menunjukkan suatu keadaan akut yang dapat mengancam jiwa (Richardson dkk., 1993b). Penelitian sistem skoring (SNAP) oleh Richardson dkk. (1993b) mendapatkan hubungan yang bermakna skor SNAP dengan kematian neonatus. Tidak ada pengaruh terhadap perbedaan jenis kelamin dan ras (kulit putih/ kulit hitam). Score for Neonatal Acute Physiology berkorelasi dengan NTISS dan derajat berat sakit berhubungan dengan kebutuhan pengobatan di ruang intensif dan peningkatan penggunaan peralatan NICU. Penilaian dengan SNAP berhubungan secara bermakna terhadap perkiraan kematian neonatus oleh ahli berdasarkan keahlian dan pengalaman perawatan neonatus, dan terdapat hubungan yang bermakna antara SNAP dengan lama perawatan (Richardson dkk., 1993b). Setelah terbentuk SNAP beberapa penelitian telah dilakukan untuk menilai sensitivitas SNAP sebagai alat duga kematian neonatus. Penelitian Escobar dkk. (1995) di California Amerika Serikat pada tiga NICU, mendapatkan SNAP memiliki validitas yang baik sebagai alat duga kematian neonatus (Escobar dkk., 1995).

17 23 Tabel 2.3 Score for Neonatal Acute Physiology Parameter Rentang Skor Tekanan darah (rerata), mmhg Hi >100 Lo <20 Laju jantung Hi >250 Lo <40 Laju napas > Suhu tubuh F <92 PaO2, mmhg <30 Rasio PaO2/FiO2 2,5-3,5 0,3-2,49 <0,3 PCO2, mmhg >90 Indeks oksigenasi 0,07-0,20 0,21-0,40 >0,40 Hematokrit, % Hi >70 -- Lo <20 Jumlah lekosit (K/uL) 2,0-5,0 <2,0 -- Rasio immature/total >0, Jumlah netrofil absolut (/ul) < Jumlah trombosit (K/uL) Nitrogen urea darah, md/dl >80 -- Kreatinin, mg/dl 1,2-2,4 2,5-4,0 >4,0 Keluaran urin, ml/kg/jam 0,5-0,9 0,1-0,49 <0,1 Bilirubin indirek (sesuai berat lahir), mg/dl >2 kg > kg 5-10 >10 -- Bilirubin direk, mg/dl 2, Natrium, meq/l Hi >180 Lo < Kalium, meq/l Hi 6,6-7,5 7,6-9,0 >9,0 Lo 2,0-2,9 <2,0 -- Kalsium terionisasi, mg/dl Hi 1, Lo 0,8-1,0 <0,8 -- Kalsium total, mg/dl Hi Lo 5,0-6,9 <5,0 -- Gula darah, mg/dl Hi > Lo <30 -- Serum bikarbonat, meq/l Hi Lo ph serum 7,20-7,30 7,10-7,19 <7,10 Kejang Tunggal Multipel -- Apneu Respon dengan stimulus Tidak respon dengan stimulus Henti napas Perdarahan saluran cerna Ada Sumber: Richardson dkk., 1993b. Hi: nilai tertinggi; Lo: nilai terendah Penelitian oleh Mohkam dkk. (2011) yang membandingkan SNAP dengan CRIB sebagai alat duga kematian neonatus, mendapatkan bahwa sensitivitas SNAP (94,4%) lebih tinggi dibandingkan CRIB (87,9%). Penelitian lanjutan oleh

18 24 Richardson dkk. (1993a) untuk pengembangan SNAP dengan memperhitungkan berat lahir, usia kehamilan, dan nilai APGAR. Penelitian tersebut menghasilkan Score for Neonatal Acute Physiology Perinatal Extension (SNAPPE) (Tabel 2.4). Para ahli meyakini bahwa berat lahir neonatus yang sangat rendah merupakan faktor yang bermakna menimbulkan kematian. Risiko kematian meningkat pada neonatus dengan berat lahir amat sangat rendah. Dengan peningkatan dan perawatan ruang intensif risiko kematian tersebut menjadi sangat bervariasi untuk tiap negara maupun tiap ruang perawatan intensif pada satu negara (Richardson dkk., 1993a). Tabel 2.4 Score for Neonatal Acute Physiology Perinatal Extension Skor SNAP ditambah: Berat lahir <749 gram 30 Berat lahir gram 10 Nilai Apgar <7 pada menit ke-5 10 Kecil masa kehamilan (< persentil 5) 5 Sumber: Richardson dkk., 1993a. SNAP: Score for Neonatal Acute Physiology Penelitian Escobar dkk. (1995) meneliti validitas SNAPPE mendapatkan bahwa SNAPPE memiliki nilai diskriminasi yang sangat baik dengan Area Under the Curve (AUC) sebesar 95%. Penelitian oleh Mohkam dkk. (2011) juga mendapatkan nilai diskriminasi yang sangat baik untuk SNAPPE yaitu Area Under the Curve (AUC) sebesar 91,8% dengan sensitivitas 89,8%. Sistem skoring yang dikembangkan oleh Richardson dkk. yaitu SNAP dan SNAPPE merupakan alat duga yang baik untuk mengetahui luaran neonatus

19 25 yang dirawat di ruang intensif. Keterbatasan SNAP dan SNAPPE adalah kesulitan pengumpulan data untuk 30 parameter dan kadang-kadang tidak lengkap sehingga nilai total skor sulit diperoleh. Richardson dkk. melakukan penyederhanaan variabel pada SNAP/SNAPPE sehingga menjadi 9 variabel dan versi terbaru ini dinamakan SNAPPE II (Tabel 2.5) (Richardson dkk., 2001). Tabel 2.5 Score for Neonatal Acute Physiology Perinatal Extension II Variabel Pengukuran Skor Tekanan arteri rata-rata >29 mmhg mmhg 9 <20 mmhg 19 Suhu tubuh >35,6 C ,5 C 8 <35 C 15 Rasio PaO2/FiO2 >2,49 0 1,0-2,49 5 0,3-0,99 16 <0,3 28 ph serum >7,19 0 7,10-7,19 7 <7,10 16 Kejang Tidak ada 0 Multipel 5 Keluaran urin >0,9 ml/kg/jam 0 0,1-0,9 ml/kg/jam 5 <0,1 ml/kg/jam 18 Berat lahir >999 gram gram 10 <750 gram 17 Kecil masa kehamilan persentil 3 0 <persentil 3 12 Nilai Apgar pada menit ke <7 18 Sumber: Richardson dkk., Penyederhanaan variabel SNAP/SNAPPE dilakukan dengan melakukan analisis univariat dan analisis multivariat terhadap semua variabel

20 26 SNAP/SNAPPE. Variabel yang tidak bermakna secara statistik tidak dipakai lagi dalam penilaian SNAPPE II. Skor masing-masing variabel yang bermakna secara statistik memengaruhi kematian neonatus ditetapkan berdasarkan koefisien regresinya. Penelitian ini mendapatkan bahwa SNAPPE II memiliki nilai diskriminasi yang sangat baik dengan Area Under the Curve sebesar 91% sebagai alat duga kematian neonatus (Richardson dkk., 2001). Penelitian SNAPPE II di Iran oleh Kadivar dkk. (2007) mendapatkan bahwa skor SNAPPE II bermakna secara statistik berhubungan dengan kematian neonatus (P=0,04). Pada penelitian tersebut didapatkan skor rata-rata SNAPPE II adalah 21,6 dengan simpangan deviasi 1,1. Penelitian oleh Zardo dan Procianoy (2003) mendapatkan nilai diskriminasi yang sangat baik untuk SNAPPE II yaitu Area Under the Curve sebesar 94 %. Penelitian yang dilakukan oleh Mia dkk. (2005) di Surabaya juga mendapatkan bahwa SNAPPE II memiliki diskriminasi yang baik yaitu AUC sebesar 86,3 %. Hal ini sejalan dengan penelitian SNAPPE II di Bandung oleh Thimoty dkk. (2009) yang mendapatkan AUC 93,3%. Komponen SNAPPE II terdiri dari sembilan variabel yaitu: tekanan arteri rata-rata, suhu tubuh, rasio tekanan parsial oksigen berbanding fraksi oksigen (PaO2/FiO2), ph serum, adanya kejang, keluaran urin, berat lahir, kecil masa kehamilan, dan nilai Apgar pada menit ke lima (Richardson dkk., 2001). Tekanan darah berhubungan dengan sirkulasi dan perfusi pada neonatus. Tekanan darah yang rendah dapat mengakibatkan syok pada neonatus. Keadaan hipoperfusi atau syok akan mengakibatkan metabolisme menurun yang berakibat suhu tubuh menurun, dan keluaran urin juga menurun (Kosim, 2008b).

21 27 Risiko kematian neonatus meningkat pada keadaan ph serum yang rendah (asidosis). Neonatus kurang bulan dengan berat lahir sangat rendah, kecil masa kehamilan, dan asfiksia neonatorum akan meningkatkan risiko gawat napas dan terjadinya hipoksia jaringan. Keadaan ini akan mengakibatkan sindrom gawat napas yang ditandai dengan penurunan rasio tekanan parsial oksigen berbanding fraksi oksigen dan penurunan ph serum. Hipoksia pada otak akan menimbulkan kejang dan sering bersifat multipel apabila hipoksia berlangsung lama (Sarosa, 2008; Kosim, 2006). Score for Neonatal Acute Physiology Perinatal Extension II secara empiris menentukan derajat berat sakit neonatus dari penilaian sembilan parameter fisiologis neonatus yang dirawat di NICU. Sistem skoring pada SNAPPE II lebih sederhana, akurat, dan mudah diterapkan (Richardson dkk., 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam komitmen internasional yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs terdapat

Lebih terperinci

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI GANGGUAN NAPAS PADA BAYI Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch) Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi BATASAN Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Berat lahir rendah dapat terjadi karena kurang bulan, IUGR (intrauterine growth

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Berat lahir rendah dapat terjadi karena kurang bulan, IUGR (intrauterine growth BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Berat lahir rendah didefinisikan sebagai berat lahir kurang dari 2500 gram. Berat lahir rendah dapat terjadi karena kurang bulan, IUGR (intrauterine growth

Lebih terperinci

GAWAT DARURAT NEONATUS PADA PERSALINAN KURANG BULAN

GAWAT DARURAT NEONATUS PADA PERSALINAN KURANG BULAN GAWAT DARURAT NEONATUS PADA PERSALINAN KURANG BULAN M.Sholeh Kosim Sub Bagian Perinatologi Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/RS.Dr RS.Dr. Kariadi Semarang PENDAHULUAN Neonatus makhluk unik Hidup, Intact survival

Lebih terperinci

Tanda Bahaya Gawat napas

Tanda Bahaya Gawat napas DIVISI PERINATOLOGI Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSHAM 1 Tanda Bahaya Gawat napas Sianosis Apnea Stridor Kesulitan bernapas (gasping) Retraksi dada yang berat Perfusi buruk (syok) 2 1 Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010) BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asfiksia neonatal merupakan masalah global yang berperan dalam meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Insidensi asfiksia di negara maju 1,1 2,4 kasus

Lebih terperinci

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14 BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14 1. PENGERTIAN Bayi dari ibu diabetes Bayi yang lahir dari ibu penderita diabetes. Ibu penderita diabetes termasuk ibu yang berisiko tinggi pada saat kehamilan

Lebih terperinci

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g ASUHAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH By. Farida Linda Sari Siregar, M.Kep PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ketuban Pecah Dini 2.1.1 Definisi Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban pada saat pembukaan kurang dari 3-4 cm. Ketuban pecah disebut sebagai Ketuban Pecah

Lebih terperinci

DIVISI PERINATOLOGI Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan

DIVISI PERINATOLOGI Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan Guslihan Dasa Tjipta Emil Azlin Pertin Sianturi Bugis Mardina Lubis 1 DIVISI PERINATOLOGI Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan Tanda Bahaya Gawat Napas Sianosis Apnea Stridor Kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium Development Goals/MDGs

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN PENDAHULUAN Bayi muda : - mudah sekali menjadi sakit - cepat jadi berat dan serius / meninggal - utama 1 minggu pertama kehidupan cara memberi pelayanan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum merupakan kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa gagal nafas secara spontan dan teratur beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Konsep Dasar Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Lahir asfiksia merupakan penyebab terbesar kelima kematian anak balita (8,5%) setelah pneumonia, diare, infeksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asfiksia Neonatorum 2.1.1. Definisi Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai

Lebih terperinci

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi Syok Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.

Lebih terperinci

LBM 1 Bayiku Lahir Kecil

LBM 1 Bayiku Lahir Kecil LBM 1 Bayiku Lahir Kecil STEP 1 1. Skor Ballard dan Dubowitz : penilaian dilakukan sebelum perawatan bayi, yang dinilai neurologisnya dan aktivitas fisik 2. Kurva lubschenko dan Nellhause : 3. Hyaline

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP dr. Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR Mei Vita Cahya Ningsih D e f e n I s i Sejak tahun1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi berat lahir

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan pertama kehidupan merupakan masa paling kritis dalam kelangsungan kehidupan anak. Dari enam juta anak yang meninggal sebelum ulang tahunnya yang ke lima di tahun

Lebih terperinci

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A.

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A. ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A. BATASAN Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan matur (cukup bulan) adalah kehamilan yang berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari) (Manuaba, 2007). Maturitas kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia adalah sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel (Angsar, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko mengalami permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian (Keilmuan) Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Ruang Lingkup Tempat Tempat

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah. Catatan untuk fasilitator.

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah. Catatan untuk fasilitator. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah Catatan untuk fasilitator Rangkuman kasus Maya, 19 tahun yang hamil pertama kali (primi gravida), dibawa ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus BAB VI PEMBAHASAN Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus yang lahir dan dirawat di bangsal NICU dan PBRT RSUP Dr Kariadi yang memenuhi kriteria penelitian dan telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai adalah obstetri dan ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan, merupakan penyakit saluran cerna pada neonatus, ditandai

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan, merupakan penyakit saluran cerna pada neonatus, ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enterokolitis nekrotikans (EKN) adalah penyakit yang umum sekaligus membahayakan, merupakan penyakit saluran cerna pada neonatus, ditandai dengan kematian jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Rawat inap ulang merupakan masalah kesehatan yang penting. Hal ini disebabkan karena morbiditas yang bermakna dan mempengaruhi pembiayaan kesehatan yang meningkat.

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan Definisi Emboli Cairan Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah jumlah besar cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode neonatus merupakan waktu yang paling rawan untuk kelangsungan hidup anak. Pada tahun 2015, 2,7 juta neonatus meninggal, merepresentasikan 45% dari kematian anak

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana

Lebih terperinci

BAYI DARI IBU DIABETES

BAYI DARI IBU DIABETES BAYI DARI IBU DIABETES DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FK USU/RSHAM Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA 1 IBU DIABETES DENGAN KONTROL METABOLIK TIDAK ADEKUAT HIPERGLIKEMIA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibatnya sering terjadi komplikasi yang berakhir dengan kematian. Bulan Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB-SMK).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibatnya sering terjadi komplikasi yang berakhir dengan kematian. Bulan Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB-SMK). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kematian Bayi BBLR Menurut Departemen Kesehatan (1999) bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, sehingga

Lebih terperinci

Mei Vita Cahya Ningsih

Mei Vita Cahya Ningsih Mei Vita Cahya Ningsih ASKEP BBLR PENGERTIAN BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan < 2500 gr. Gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ. Kematian PEMBAGIAN BBLR 1. Bayi kurang bulan

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sepsis Neonatorum Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru mengenai definisi sepsis. Salah satunya menurut The International Sepsis Definition

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang penting di seluruh dunia khususnya pada negara berkembang terutama di Afrika dan Asia Selatan serta

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sepsis dan Gagal Sistem Organ Multipel Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome / SIRS) yang disebabkan oleh infeksi,

Lebih terperinci

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI DiajukanOleh: DENTA ADITYA EPISANA J 500 060

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2 Asfiksia merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hipertensi dalam kehamilan Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik pada dua kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bayi yang dilahirkan sebelum masa gestasi 38 minggu dianggap sebagai bayi prematur. Ada banyak alasan yang menyebabkan kelahiran prematur, beberapa faktor seperti

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Perinatologi dan Sub Bagian Neurologi. 4.2 Waktu dan tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

EMBOLI CAIRAN KETUBAN EMBOLI CAIRAN KETUBAN DEFINISI Sindroma akut, ditandai dyspnea dan hipotensi, diikuti renjatan, edema paru-paru dan henti jantung scr cepat pd wanita dlm proses persalinan atau segera stlh melahirkan sbg

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asfiksia A.1. Definisi Asfiksia Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi gawat napas pada bayi baru lahir atau beberapa saat setelah lahir berupa kegagalan bernapas yang terjadi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FK UNPAD/RSHS BANDUNG Sari Kepustakaan

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FK UNPAD/RSHS BANDUNG Sari Kepustakaan DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FK UNPAD/RSHS BANDUNG Sari Kepustakaan Divisi : Perinatologi Pembimbing : Prof. Dr. H. Abdurachman S, dr. SpA(K) Prof. Dr. H. Sjarif Hidajat Effendi, dr. SpA(K) Aris Primadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari atau satu bulan,dimana pada masa ini terjadi proses pematangan organ, penyesuaian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana bilirubin berasal dari penguraian protein dan heme. 13 Kadar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan BAB V PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti mengukur hubungan asfiksia neonatorum dengan daya reflek sucking bayi baru lahir umur 0 hari di RSUD Karanganyar menggunakan instrumen data rekam medis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2 sampai 68 per 1000 kelahiran hidup dimana negara Kamboja dan Myanmar memiliki angka kematian bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tujuan dari terapi cairan perioperatif adalah menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk mempertahankan volume intravaskular yang adekuat agar sistem kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui

Lebih terperinci

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014 1 Zahra Nabila Latama, 2 Suganda Tanuwidjaja, 3 Arief Budi

Lebih terperinci

PERANAN SCORE FOR NEONATAL ACUTE PHYSIOLOGY PERINATAL EXTENSION II (SNAPPE II) SEBAGAI ALAT DUGA KEMATIAN NEONATUS

PERANAN SCORE FOR NEONATAL ACUTE PHYSIOLOGY PERINATAL EXTENSION II (SNAPPE II) SEBAGAI ALAT DUGA KEMATIAN NEONATUS TESIS PERANAN SCORE FOR NEONATAL ACUTE PHYSIOLOGY PERINATAL EXTENSION II (SNAPPE II) SEBAGAI ALAT DUGA KEMATIAN NEONATUS I GEDE KETUT ARYANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2 sampai 68 per 1000 kelahiran hidup dimana negara Kamboja dan Myanmar memiliki angka kematian bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, menyebutkan angka kematian bayi di Indonesia sebesar 32 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012.

Lebih terperinci

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur Asfiksia Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur 1 Tujuan Menjelaskan pengertian asfiksia bayi baru lahir dan gawat janin Menjelaskan persiapan resusitasi bayi baru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur atau bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah nilai. normal, bila terjadi berlarut-larut dan berulang dapat

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah nilai. normal, bila terjadi berlarut-larut dan berulang dapat BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah nilai normal, bila terjadi berlarut-larut dan berulang dapat menyebabkan gangguan perkembangan dan fungsi otak. Sekuele

Lebih terperinci

Pemeriksaan Fisis Neonatus

Pemeriksaan Fisis Neonatus Pemeriksaan Fisis Neonatus DIVISI PERINATOLOGI Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSHAM 1 Pedoman Penilaian Fisis Penilaian fisis lengkap harus dilakukan pada saat pertama kali bayi dirawat. Pastikan

Lebih terperinci

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter? Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter? Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU 1 Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB

Lebih terperinci

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Berat badan 2500-4000 gram. Panjang badan lahir 48-52 cm. Lingkar dada 30-35 cm. Lingkar kepala 33-35 cm. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO ( World Health Organization)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum mengalami

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian didapatkan subjek penelitian sebesar 37 penderita kritis yang mengalami hiperbilirubinemia terkonjugasi pada hari ketiga atau lebih (kasus) dan 37 penderita

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hormon tirod Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid ini diregulasi oleh hipotalamus dan hipofisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia merupakan yang tertinggi ASEAN dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematian Bayi Baru Lahir dengan Penyakit Membran Hialin yang diberi CPAP 2.1.1 Penyakit Membran Hialin 2.1.1.1 Definisi Penyakit membran hialin atau sindroma gawat napas bayi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang/FK Universitas Diponegoro, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering mengganggu pertukaran gas. Bronkopneumonia melibatkan jalan nafas distal dan alveoli, pneumonia lobular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit yang tergolong dalam non-communicable disease atau penyakit tidak menular (PTM) yang kini angka kejadiannya makin

Lebih terperinci

MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH

MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH ADAPTASI NEONATUS Semester 3 KEGIATAN BELAJAR I PRODI D- III KEBIDANAN MEDAN PRODI D- III KEBIDANAN MEDAN JURUSAN KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN

SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN A. Pengertian Sindrom Gangguan Pernapasan Sindrom gangguan napas ataupun sering disebut sindrom gawat napas (Respiratory Distress Syndrome/RDS) adalah istilah yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) rentan terhadap masalah kesehatan. BBLR adalah bayi yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram pada waktu lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan masalah terbanyak pada neonatus (50%-80% neonatus mengalami ikterus neonatorum) dan menjadi penyebab dirawat kembali dalam 2 minggu pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189 Negara, yang bertujuan membangun manusia menjadi paradigma landasan pembangunan Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus. Ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh terhadap suatu infeksi. 1 Ini terjadi ketika tubuh kita memberi respon imun yang berlebihan untuk infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian neonatus masih cukup tinggi dan tidak ada perubahan selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga 2012 sebesar 3,4%,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih Lampiran 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prematuritas merupakan persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu atau berat badan lahir antara 500 2499 gram. Kejadiannya masih tinggi dan merupakan penyebab

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian ekperimental dengan pendekatan uji klinis kelompok kontrol dan intervensi secara acak. Subjek yang diteliti diberikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persalinan Normal Persalinan atau yang disebut juga partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah serius di dunia kesehatan. Stroke merupakan penyakit pembunuh nomor dua di dunia,

Lebih terperinci