DESENTRALISASI. KONSEP TEORI ILMU ADMINISTRASI K-5 PROGRAM S2 STIA-LAN BANDUNG Endang Wirjatmi. K-5-KTIA/S2 STIA LAN Endang wirjatmi 1
|
|
- Sri Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DESENTRALISASI KONSEP TEORI ILMU ADMINISTRASI K-5 PROGRAM S2 STIA-LAN BANDUNG Endang Wirjatmi LAN Endang wirjatmi 1
2 PENGERTIAN DESENTRALISASI Pustaka Inggris: mencakup konsep: devolution, deconcentration. Mengembalikan konsentrasi administrasi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Fenomena politik dalam administrasi dan pemerintahan, dimana desentralisasi diartikan sebagai pendelegasian wewenang ke tingkat hirarkhi teritorial yang lebih rendah. Pengertian desentralisasi perlu dibedakan dengan pengertian tentang pemencaran ke tingkat cabangcabang dan pendelegasian dalam arti seorang atasan mempercayakan bawahannya untuk tanggung jawab terhadap dirinya. LAN Endang wirjatmi 2
3 PENGERTIAN DESENTRALISASI (LANJUTAN) Dalam studi politik diartikan bahwa desentralisasi akan merujuk pada distribusi kekuasaan teritorial, sejauh mana kekuasaan dan wewenang disebarkan melalui hirarkhi geografis, institusi dan proses. Fokus perhatian desentralisasi adalah subdivisi negara kesatuan atau federalisme, dimana masing-masing mempunyai sistem pemerintah daerah internalnya sendirisendiri. Desentralisasi dalam lembaga nasional dimana kementerian/perusahaan publik mendelegasikan otoritas kepada pejabat yang menanggung jawab kegiatan tersebut, sehingga dapat diartikan bahwa desentralisasi akan melibatkan bentuk hirarkhi yang berbeda yang mengkombinasikan institusi dan fungsi yang berbeda. LAN Endang wirjatmi 3
4 KARAKTERISITK DESENTRALISASI (Cheema dan Rondinelli: 1983) First local units of government are autonomous, independent, and clearly perceived as separate level of government over which central authorities exercise little or not direct control. Second, the local governments have clear and legally recognized geographical boundaries within which they exercise authority and perform public functions. Third, local governments have corporate status and power to secure resources to perform their functions. Fourth, devolution implies the need to develop local government as institution in the sense they have some influence. Finally, devolution is an arrangement in which there are reciprocal, mutually beneficial, and coordinate relationships between central and local governments; that is, the local government has ability to interact reciprocal with other units in the system of government of which it is a part LAN Endang wirjatmi 4
5 TYPE DESENTRALISASI SECONCENTRATION: handling over some amount of administrative authority or responsibility to lower levels within the government ministries or agencies DELEGATION: transferring responsibility for specifically defined functions to organizations that are outside the regular bureaucratic structure and are only indirectly controlled by the central government DEVOLUTION: i.e., creation and strengthening of sub-national units of the government, activities of which are substantially outside the direct control of the central government; and PRIVATIZATION: i.e., passing all responsibility for functions to non governmental organizations of privete enterprises independent of the government. LAN Endang wirjatmi 5
6 PERTIMBANGAN DESENTRALISASI Efisiensi & calupan Lokal, memperluas cakupan pilihan konsumen EKONOMI SOSIAL Mengurangi kendala struktural demi kemajuan sosial dan ekonomi. POLITIK akuntabilitas, skill politik, integrasi nas, mendekatkan pemt & masy, layanan lebih baik, mempromosikan kemerdekaan, persamaan dan kesejahteraan LAN Endang wirjatmi 6
7 KONSEP DESENTRALISASI DI INDONESIA Dalam kaitannya dengan bangun negara, 2 nilai telah dicapai konsensus nasional oleh the founding fathers, yaitu Negara Kesatuan dan desentralisasi. Hal ini berarti penyelenggaraan negara bangsa dianut pemikiran sentralisasi dan desentralisasi merupakan kontinum dan tidak dikotomi. Asas sentralisasi dan dekonsentrasi untuk mencirikan negara bangsa. Desentralisasi yang dianut mengakomodasikan aspirasi kemajemukan masyarakat dan daerah serta pendemokrasian. LAN Endang wirjatmi 7
8 TUJUAN DESENTRALISASI MERUPAKAN NILAI-NILAI DARI KOMUNITAS POLITIK YANG DAPAT BERUPA KESATUAN BANGSA (NATIONAL UNITY), PEMERINTAHAN DEMOKRASI (DEMOCRATIS GOVERNMENT) KEMANDIRIAN SEBAGAI PENJELMAAN DARI OTONOMI, EFISIENSI ADMINISTRASI, DAN PEMBANGUNAN SOSIAL EKONOMI. LAN Endang wirjatmi 8
9 Hubungan daerah Otonom Hubungan daerah otonom dan Pemerintah merupakan hubungan antar organsasi dan bukan hubungan intra organisasi. Pola hubungan terdapat ciri keterpisahan (separateness) dan kemajemukan struktur dalam sistem pemerintahan secara keseluruhan sesuai dengan karakteristik masyarakatnya. Dearah otonom subordinate dan dependent terhadap Pemerintah. LAN Endang wirjatmi 9
10 EVOLUSI DARI KONSEP DESENTRALISASI LAN Endang wirjatmi 10
11 Perumusan dan Penerapkan Program-program Desentralisasi. 1960a: fokus pada penggunaan intervensi untuk membantu suatu koloni memulai transisi menuju kemerdekaan, kesamaan politik, dan merespon meningkatnya permintaan barang dan jasa : Para ahli pemerintah negara maju maupun negara berkembang meningkatkan tujuan dan perkembangan seperti memperbaiki bidang manajemen dan mendukung pendanaan program serta proyek, distribusi pertumbuhan ekonomi yang merata, dan memfasilitasi partisipasi rakyat dalam proses perkembangan. Pertengahan 1980an:penambahan kondisionalitas struktural untuk menekan pemerintah dalam penggunaan programprogram desentralisasi administratif. Meningkatkan kemunculan masyarakat sipil, mendukung pertumbuhan lembaga demokrasi, juga memberikan respon pada permintaan masyarakat mengenai otonomi yang lebih besar LAN Endang wirjatmi 11
12 PERTIMBANGAN DESENTRALISASI Pertimbangan diberikan untuk menyelesaikan tugas-tugas pemerintah pusat dan harus diajukan dalam proses pengembangan. Penilaian diberikan untuk keempat bentuk desentralisasi: politik, spatial, administratif, dan pasar. Perhatian diberikan pada tipe-tipe desentralisasi administratif, yaitu dekonsentrasi, devolusi dan delegasi. Pedoman dibuat untuk membantu mereka yang mendesain dan menerapkan tipe-tipe desentralisasi administratif. LAN Endang wirjatmi 12
13 Agen/ORGANISASI bantuan: menekan pemerintah dan memaksa negara-negara menerima bantuan mereka dalam: (1) Meningkatkan proses dan desentralisasi demokratis; (2) Mengkhususkan tanggung jawab pemerintah ke dalam unit-unit pemerintahan yang lebih kecil; (3) Membangun Unit Pelaksanaan Proyek yang mandiri; (4) Menyerahkan sebagian proyek dan program pada LSM-LSM. LAN Endang wirjatmi 13
14 Elemen-elemen Desentralisasi Desentralisasi mengharuskan adanya pembatasan daerah, yang didasarkan pada prinsip-prinsip nilai administratif dan politik tertentu, dimana guna memenuhi kebutuhan atau kehendak komunitas dan pembatasan daerah harus mencerminkan pola pemukiman dan distribusi spasial. Pengalihan kekuasaan kepada pemerintah daerah untuk kekuatan politik harus dibuat peta politik yang memisahkan suatu komunitas dengan komunitas lain dan dapat dihubungkan dengan banyak faktor lain seperti sejarah, bahasa, kebudayaan dan tradisi. LAN Endang wirjatmi 14
15 Elemen-elemen Desentralisasi (LANJUTAN) Prinsip efisiensi dapat diberlakukan dalam pembagian daerah kekuasaan, sehingga pembatasan daerah mengandung gagasan tentang ukuran dan bentuk optimal yang ditetapkan secara teknis. LAN Endang wirjatmi 15
16 Desentralisasi melibatkan pendelegasian wewenang yang bersifat politis maupun birokratis: Otoritas politik didelegasikan bila kekuasaan dialihkan melalui ketentuan Legislatif kepada pemerintah daerah atau dialokasikan antara pemerintah nasional danpemerintahdaerahmelaluikonstitusi. Disini keleluasaan pemerintah daerah terbatas karena pengaruh dan kontrol dari pemerintah nasional. Otoritas birokrasi berasal dari pendelegasian tanggung jawab dari kantor pusat sebuah organisasi kepada unit lapangan. Keleluasaan unit lapangan bergantung pada keputusan-keputusan yang siap untuk didelegasikan oleh atasannya, yang pelaksanaannya dari otoritasnya tunduk pada kontrol dan pengaruh organisasional. LAN Endang wirjatmi 16
17 Desentralisasi bukan : pemencaran cabang-cabang kantor pusat dari ibukota, mis. bagian sebuah kementerian nasional dipindahkan ke sebuah kota propinsi pendelegasian, mis. atasan mempercayakan bawahan dengan tanggungjawab yang dipikul pendahulunya, Tapi Desentralisasi: mencakup pendelegasian bila bawahan (individu birokrat atau perkumpulan yang dipilih) memikul sebagian tanggungjawab atau suatu daerah tertentu didalam batas wewenang organisasi atau negara bersangkutan. LAN Endang wirjatmi 17
18 FEDERAL-BASED SYSTEMS Definisi: terdesentralisasi hanya minimal pada satu tingkat, dengan masing-masing tingkat memiliki beberapa kedaulatan terhadap tugas-tugas sektor publik dalam yurisdiksi teritorial tertentu. Federalisme dapat dipandang sebagai suatu bentuk pemerintahan yang sangat terdesentralisasi, karena seperti devolusi, daerah kekuasaan utama pemerintah diterima bukan dari pemerintah nasional melainkan dari konstitusi yang menetapkan wilayah yuridiksi dari pemerintah pusat atau pemerintah federal, sehingga kedua tingkat itu bersifat koordinatif dan independen. LAN Endang wirjatmi 18
19 UNITARY SYSTEMS Definisi: tidak harus terdesentralisasi secara legal, namun melalui hierarki unitunit yang levelnya lebih rendah memiliki yurisdiksi geografi tertentu. Dalam sistem ini, kedaulatan terhadap sektor publik dijaga dengan mendesentralisasikannya terhadap unit-unit yang levelnya lebih rendah. LAN Endang wirjatmi 19
20 6 PENDEKATAN mengidentifikasikan bentuk-bentuk desentralisasi: Mengklasifikasikan bentuk berdasarkan asal sejarahnya. 1. Membedakan bentuk-bentuk desentralisasi berdasarkan hierarki dan fungsinya. 2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk desentralisasi berdasarkan masalah yang akan diselesaikan. 3. Delapan bentuk desentralisasi: (1) devolusi; (2) devolusi fungsional; (3) organisasi interest; (4) dekonsentrasi prefektoral; (5) dekonsentrasi kementrian; (6) delegasi pada agen-agen otonomi; (7) philanthropy; (8) marketization. (Berkeley) 4. Memfokuskan pada pola struktur administratif dan fungsi yang bertanggung jawab untuk menghasilkan barang dan jasa. 5. Berdasarkan pada pengalaman suatu negara, hal ini mengambil definisi sempit dari desentralisasi. 6. Pola desentralisasi yang didasarkan pada klasifikasi tujuan politik, spasial, pasar dan administratif. LAN Endang wirjatmi 20
21 Syarat Desentralisasi Desentralisasi hanya muncul ketika unit pemerintah lokal: 1. Dibangun oleh legislasi 2. Berada dalam batasan yurisdiksi yang jelas 3. Dipimpin oleh perwakilan dan petugas terpilih 4. Diberi kewenangan untuk membuat dan mondorong selesainya tugas-tugas sektor publik 5. Diberi kewenangan untuk mengumpulkan pajak 6. Diberi kuasa untuk mengatur anggaran mereka sendiri LAN Endang wirjatmi 21
22 Dekonsentrasi Deconsentrasi adalah pengalihan kewenangan untuk pembuatan keputusan, keuangan dan fungsi manajemen dari arti administrasif pada tingkat yang berbeda dibawah tanggung jawab jurikdiksi dari pemerintah pusat. LAN Endang wirjatmi 22
23 Penyelenggaraan Deconsentrasi selama ini ada kecenderungan dianutnya model integrated field administration, yang berbeda dengan fragmented field administration ( menyeragamkan batas-batas wilayah kerja yurisdiksi- instansi vertikal dari berbagai Departemen sesuai dengan batas-batas wilayah kerja. Penyelenggaraan di Indonesia berhimpitan: Kepala Wilayah di Propinsi, Kabupaten/Kotamadya, Kotip dan Kecamatan, dsb (UU 5/74) LAN Endang wirjatmi 23
24 Devolusi Muncul ketika kewenangan dialihkan dari pemerintah pusat pada unit pemerintahan lokal. Devolusi tidak berarti pembagian kekuatan dalam sistem pemerintahan federal atau konfederal. LAN Endang wirjatmi 24
25 Syarat Devolusi Devolusi membutuhkan aturan yang : 1. Membentuk status unit lokal tertentu. 2. Membangun yuridiksi dan batasan fungsional yang jelas untuk unit tsb. 3. Menggunakan kekuatan untuk merencanakan, membuat keputusan, dan mengatur tugas-tugas publik thd unit tsb. 4. Memberikan kewenangan pada unti tersebut untuk merekrut staf mereka sendiri 5. Membangun aturan untuk interaksi unit tsb dgn unit lain dalam sistem pemerintahan. 6. Membolehkan unit tsb meningkatkan pajak 7. Memberi kewenangan unit-unit tsb untuk membangun dan mengatur anggaran mereka sendiri. LAN Endang wirjatmi 25
26 Delegasi Merupakan transfer dari pengambilan keputusan pemerintah dan kewenangan administratif untuk mendefinisikan tugas dengan jelas pada organisasi baik yang berada dalam kontrol tidak langsung maupun yang mandiri LAN Endang wirjatmi 26
27 Fungsi-fungsi kinerja Fokus fungsional dimulai membedakan keputusankeputusan yang harus dibuat dalam tugas-tugas sektor publik. Tipe-tipe keputusan: 1. Jenis jenis barang dan jasa yg harus dihasilkan. 2. Keuangan dari barang dan jasa tertentu 3. Kualitas, kuantitas, lokasi dan distribusi barang dan jasa. 4. Proyek dan program yang dilakukan untuk menghasilkan barang dan jasa. 5. Aturan yang harus diterapkan jika ketentuan mengenai barang dan jasa tidak berlaku lagi. 6. Pengawasan aturan barang dan jasa. LAN Endang wirjatmi 27
28 Lima fungsi menurut Silverman Silverman mengidentifikasi lima fungsi dari ketentuan barang dan jasa yang efektif dan efisien: 1.Perencanaan. 2.Perumusan kebijakan keuangan dan pajak. 3.Pemrograman dan pengaturan pengeluaran 4.Perekrutan 5.Pelaksanaan dan pemeliharaan Fungsi tambahan dari studi lain: 1.Pelaksanaan proyek dan program 2.Informasi manajemen LAN Endang wirjatmi 28
29 Kemajuan dalam pembentukan kerangka kerja teoretis dalam desentralisasi administratif 1. Mengidentifikasi yang membedakan keempat bentuk desentralisasi. 2. Mendefinisikan dan menganalisis ketiga tipe desentralisasi administratif 3. Mengkhususkan tugas-tugas operasional dari lembaga dan organisasi sentral, non sentral dan private yang harus dilaksanakan. 4. Merumuskan tabel-tabel yang memasangkan tipe desentralisasi LAN Endang wirjatmi 29 administratif dengan tujuan-tujuan fungsional
30 Paradigma Desentralisasi Desentralisasi dan Sentralisasi tidak dapat dipisahkan dalam suatu negara. Kecuali dalam negara yang menyerupai kota (polis, city state), misalnya Singapore. Bila dipilih desentralisasi, maka lenyaplah negara dan bangsa. Bila dipilih sentralisasi, maka membahayakan kemampuan negara dalam melaksanakan fungsifungsinya.(fesler: 1972) Keberhasilan agenda desentralisasi memerlukan pemerintahan yang kuat dan absah (Rondeneli, Nellis dan Cheema, 1983). Sentralisasi berfungsi terciptanya keseragaman, sedangkan desentralisasi berfungsi menciptakan keberagaman dalam penyelenggaraan pemerintahan. LAN Endang wirjatmi 30
31 KESEIMBANGAN DESENTRALISASI DAN SENTRALISASI Centralization and decentralization are not mutually exclusive or dichotomous arrangement for governments is to find the proper balance between centralized and decentralized arrangement and link them in ways that promote development most effectively. The optimal mix is not easily determined. It shifts as social, economic, and political condition change. (Rondeneli, Nellis dan Cheema, LAN Endang wirjatmi ).
32 PEMERINTAH PEMERINTAH DAERAH LAN Endang wirjatmi 32
DEKONSENTRASI & TIPOLOGI PEMERINTAHAN DAERAH
DEKONSENTRASI & TIPOLOGI PEMERINTAHAN DAERAH Bahan Kuliah 3 Pemerintahan Daerah DIA FISIP UI Senin & Selasa, 10 & 11 September 2007 Teguh Kurniawan, M.Sc http://teguh-kurniawan.web.ugm.ac.id Dekonsentrasi
Lebih terperinciSISTEM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (RUANG LINGKUP, TUGAS DAN PERAN PEMERINTAH DAERAH) UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
SISTEM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (RUANG LINGKUP, TUGAS DAN PERAN PEMERINTAH DAERAH) UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA Yang dibina oleh Ibu Shinta Happy Yustiari,
Lebih terperinciPEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN
PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN DALY ERNI http://dalyerni.multiply.com daly972001@yahoo.com daly97@ui.edu daly.erni@ui.edu Kontribusi Bahan dari: Dian Puji Simatupang,
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL TERKAIT IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014 SEKTOR LHK
PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL TERKAIT IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014 SEKTOR LHK Oleh Kedeputian Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam BAPPENAS Disampaikan pada RAKORNAS Kementerian Lingkungan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.
Modul ke: 11 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Otonomi Daerah Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Otonomi Daerah 2. Latar Belakang Otonomi
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas EKONOMI. Program Studi MANAJEMEN. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.
Modul ke: 11 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Otonomi Daerah Fakultas EKONOMI Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Otonomi Daerah 2. Latar Belakang
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA OTONOMI DAERAH D.I. JOGJAKARTA. Pengantar Diskusi
INDIKATOR KINERJA OTONOMI DAERAH D.I. JOGJAKARTA Pengantar Diskusi Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP www.kumoro.staff.ugm.ac.id kumoro@map.ugm.ac.id KONSEP DASAR DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Devolution
Lebih terperinciKekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan
KMA Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Proses Pembuatan Kebijakan
Lebih terperinciOtonomi Daerah : Formulasi. 3/11/2016 Marlan Hutahaean
Otonomi Daerah : Formulasi 1 Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dekonsentrasi : Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
Lebih terperinciTATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto
TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Hendra Wijayanto PERTANYAAN Apa yang dimaksud government? Apa yang dimaksud governance? SEJARAH IDE GOVERNANCE Tahap 1 Transformasi government sepanjang
Lebih terperinciModul ke: OTONOMI DAERAH. 12Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU
Modul ke: OTONOMI DAERAH Fakultas 12Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan pengertian otonomi daerah 2. Menjelaskan latar belakang otonomi daerah
Lebih terperinciKonsep Dasar Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah
Modul 1 Konsep Dasar Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah Prof. Eko Prasojo, S.IP., Mag.rer.publ., Dr.rer.publ. D PENDAHULUAN esentralisasi telah menjadi asas penyelenggaraan pemerintahan yang diterima
Lebih terperinciPendidikan Kewarganegaraan
Modul ke: 14 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Good Governance : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciMAKALAH CIVIC EDUCATION. Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI
MAKALAH CIVIC EDUCATION Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI Di susun oleh: 1. Nessri Meryani 2. Rismanto Dosen Pembimbing: Dr. H. Sirajudin, M., M.Ag., M.H Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Bengkulu (STAIN)
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. GEOPOLITIK INDONESIA (Otonomi Daerah) Modul 13. Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah GEOPOLITIK INDONESIA (Otonomi Daerah) Modul 13 Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/08124446335 93 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah proses pembelajaran
Lebih terperinciAji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK
Modul ke: Otonomi Daerah Pada Modul ini kita akan mempelajari tentang pengertian otonomi daerah pemahaman tentang alasan, tujuan, dan prinsip otonomi, penerapan otonomi daerah dan membedakan pembagian
Lebih terperinciREVIEW BUKU. Sudarwanto s Files 1
REVIEW BUKU Judul Buku : Decentralization of Education : Legal Issues Penyusun : Ketleen Florestal dan Robb Cooper Penerbit : Worldbank Tahun : 1997 Rewiewer : Sudarwanto A. Pendahuluan Tulisan ini merupakan
Lebih terperinciAPA ITU DAERAH OTONOM?
APA OTONOMI DAERAH? OTONOMI DAERAH ADALAH HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKATNYA SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciREFORMASI ADMINISTRASI
REFORMASI ADMINISTRASI Prof. Dr. Sofian Effendi Ceramah Pada Re-entry Workshop Strategic Management of Local Authorities Diselenggarakan oleh Badan Diklat Depdagri 21 Juli 2000 Why Reformasi Administrasi?
Lebih terperinciPenyelenggaraan Kewenangan dalam Konteks Otonomi Daerah
Deddy Supriady Bratakusumah * Penyelenggaraan Kewenangan dalam Konteks Otonomi Daerah I. Pendahuluan Sejak beberapa dekade yang lalu beberapa negara telah dan sedang melakukan desentralisasi, motivasi
Lebih terperinciAsas pemerintahan umum adalah asas yang diterima dimana saja dan dapat terjadi kapan saja, terdiri dari : 1. Asas Vrij Bestuur : pengisian kekosongan
Asas pemerintahan umum adalah asas yang diterima dimana saja dan dapat terjadi kapan saja, terdiri dari : 1. Asas Vrij Bestuur : pengisian kekosongan pemerintahan Ex : di pusat masih kita temui pos dan
Lebih terperinciHUBUNGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF DI ERA OTONOMI DAERAH
RUANG UTAMA HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF DI ERA OTONOMI DAERAH Siti Nuraini Abstrak Perubahan sistem politik pasca tumbangnya rezim Orde Baru berdampak pada semua sendi perpolitikan di Indonesia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dimana satu orang atau lebih (principal) terlibat dengan orang lain (agent) untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen et al (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) terlibat
Lebih terperinciPELAYANAN PUBLIK OLEH PEMERINTAH DAERAH MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN PUBLIK
PELAYANAN PUBLIK OLEH PEMERINTAH DAERAH MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN PUBLIK , Apa itu otonomi daerah? APA ITU DAERAH OTONOM? kesatuan masyarakat hukum dalam wilayah tertentu kesatuan budaya dan
Lebih terperinciOLEH: Dr. AL MUKTALBAR, MSc TAHUN 2016
SCENARIO PLANNING IMPLEMENTASI PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH OLEH: Dr. AL MUKTALBAR, MSc TAHUN 2016 1 MANDAT UUD 1945 UU 5/2014 ASN UU 23/2014 PEMDA PERPU 2/2014 PEMDA Pasal 69, Ayat (1,2) PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan publik merupakan unsur yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup sosial di dalam masyarakat manapun(saragih,2005). Dewasa ini kualitas pelayanan menjadi
Lebih terperinci3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, sedang Daerah Provinsi merupakan Otonomi yang
Pengertian Otonomi Daerah adalah hak dan kewajiban Daerah Otonomi, untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang
Lebih terperinciALASAN ALASAN PERLUNYA BAGI HASIL ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM BIDANG USAHA PERTAMBANGAN
BAB II ALASAN ALASAN PERLUNYA BAGI HASIL ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM BIDANG USAHA PERTAMBANGAN A. Penguasaan Negara Atas Kekayaan Alam yang Terkandung di Bawah Tanah 1. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah dengan menerapkan kebijakan desentralisasi (Smith, 1985).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara teoritis, salah satu cara untuk mendekatkan pemerintahan kepada masyarakat adalah dengan menerapkan kebijakan desentralisasi (Smith, 1985). Berangkat dari pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian yang serius. Orientasi pembangunan lebih banyak diarahkan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia sebelum era reformasi dapat dinilai kurang pesat. Pada waktu itu, akuntansi sektor publik kurang mendapat perhatian
Lebih terperinciPendidikan Kewarganegaraan
Modul ke: 12 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Otonomi Daerah : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat A. Pengertian Otonomi Daerah
Lebih terperinciModul ke: Otonomi Daerah. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.
Modul ke: Otonomi Daerah Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian Otonomi Daerah Otonomi secara sempit diartikan sebagai mandiri, sedangkan dalam arti luas adalah berdaya.
Lebih terperinciPerekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia Modul ke: Membahas Sistem Otonomi Daerah - DAU Fakultas Ekonomi & Bisnis Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Definisi Definisi Pemerintahan Daerah (Pasal
Lebih terperinciGood Governance. Etika Bisnis
Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintahan Daerah
Lebih terperincicommit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan tentang Pemerintah Daerah a. Pengertian Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.Pernyataan ini
Lebih terperinciOTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7
OTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7 A. Ancaman Disintegrasi 1. Ancaman bermula dari kesenjangan antar daerah Adanya arus globalisasi, batas-batas negara kian tipis, mobilitas faktor produksi semakin tinggi, tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era reformasi ini tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia yang menyebabkan adanya aspek akuntabilitas dan transparansi
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH I. UMUM Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciDesentralisasi dan Otonomi Daerah:
Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Teori, Permasalahan, dan Rekomendasi Kebijakan Drs. Dadang Solihin, MA www.dadangsolihin.com 1 Pendahuluan Diundangkannya UU 22/1999 dan UU 25/1999 merupakan momentum
Lebih terperinciDESENTRALISASI. aris subagiyo
DESENTRALISASI aris subagiyo PENGERTIAN DESENTRALISASI : Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kpd daerah otonom utk mengatur & mengurus urusan pemerintahan dlm sistem NKRI. OTONOMI DAERAH :
Lebih terperinciASPEK YURIDIS PENYERAHAN WEWENANG DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH DALAM HAL PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
ASPEK YURIDIS PENYERAHAN WEWENANG DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH DALAM HAL PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH I Gede Sidi Purnama I Gusti Ayu Agung Ariani Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum
Lebih terperinciPELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BERDASARKAN U.U. NO. 32 TAHUN SANTOSO BUDI N, SH.MH. Dosen Fakultas Hukum UNISRI
PELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BERDASARKAN U.U. NO. 32 TAHUN 2004 SANTOSO BUDI N, SH.MH. Dosen Fakultas Hukum UNISRI Abstract:In order to establish the local autonomy government, the integration
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekad pemerintah pusat untuk meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi. dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi daerah. Kedua undang-undang ini mengatur tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diserahkan kepadanya. Dengan demikian, pemerintah daerah tidak sekedar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
Lebih terperinciLIPI PANDANGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TENTANG RUU PEMERINTAHAN ACEH DISAMPAIKAN DALAM RAPAT DENGAR PENDAPAT DENGAN PANSUS RUU PA DPR RI
LIPI PANDANGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TENTANG RUU PEMERINTAHAN ACEH DISAMPAIKAN DALAM RAPAT DENGAR PENDAPAT DENGAN PANSUS RUU PA DPR RI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Jakarta, 6 Maret 2006
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam
KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam waktu tujuh tahun sejak tumbangnya rezim orde baru, bangsa Indonesia terus berupaya memperbaiki sistem pemerintahannya. Bahkan upaya-upaya perubahan yang
Lebih terperinciDesentralisasi dan Devolusi Pengelolaan Sumber Daya Alam. Kuliah Pengelolaan Kolabora/f Sumberdaya Alam Soeryo Adiwibowo
ì Desentralisasi dan Devolusi Pengelolaan Sumber Daya Alam Kuliah Pengelolaan Kolabora/f Sumberdaya Alam Soeryo Adiwibowo Pemerintah Pusat Dekonsentrasi, Desentralisasi & Devolusi Dekonsentrasi Instansi
Lebih terperinciKEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH KECAMATAN DI KOTA DENPASAR MENURUT UNDANG UNDANG NO.32 TAHUN 2004 DAN PERDA NO.9 TAHUN 2008
KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH KECAMATAN DI KOTA DENPASAR MENURUT UNDANG UNDANG NO.32 TAHUN 2004 DAN PERDA NO.9 TAHUN 2008 Oleh I Made Sudarmayasa I Gusti Ayu Puspawati Bagian Hukum Administrasi Negara
Lebih terperinciOtonomi Daerah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MODUL PERKULIAHAN 10. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PERKULIAHAN 10 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Otonomi Daerah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat 11 Abstract Pembahasan Otonomi Daerah melingkupi:
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Modul ke: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Otonomi Daerah (Otda) Program Studi Managemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN Otonomi derah adalah hak,wewenang, dan kewajiban daerah otonom
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN DESAIN ORGANISASI IKA RUHANA
STRUKTUR DAN DESAIN ORGANISASI IKA RUHANA STRUKTUR ORGANISASI Terry (1986) menyatakan: Pengorganisasian adalah proses mengusahakan hubungan-hubungan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI
STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI Elemen struktur organisasi Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak mendesain struktur, antara lain: 1. Spesialisasi pekerjaan. Sejauh
Lebih terperinciKeywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration
1 KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Oleh : Ni Luh Putu Arianti A.A Ariani Program Kekhususan : Hukum Pemerintahan, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak;
Lebih terperinciLatar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan yang sifatnya memberikan kemudahan bagi warga masyarakat, dibentuklah Kabupaten Bengkayang yang merupakan daerah pemekaran
Lebih terperinciBANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya
BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan
Lebih terperinciARTI PENTING OTODA - DESENTRALISASI
OTONOMI DAERAH PENDAHULUAN - 1 1. Pada masa reformasi dicanangkan suatu kebijakan restrukturisasi sistem pemerintahan : otoda & pengaturan perimbangan keuangan antara pusat & daerah. 2. Paradigma lama
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPanduan diskusi kelompok
Panduan diskusi kelompok Mahasiswa duduk perkelompok (5 orang perkelompok) Mahasiswa mengambil dan membaca (DUA KASUS) yang akan di angkat sebagai bahan diskusi. Mahasiswa mendiskusikan dan menganalisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN DEMOKRATISASI DESA. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
MENGEMBANGKAN DEMOKRATISASI DESA Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Potret Desa URBANISASI 14.107 Desa Sangat Tertinggal (18.87%) 33.948 Desa Tertinggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Hal ini dapat dilihat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Hal ini dapat dilihat pada pembagian wilayah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan otonomi daerah mulai dilaksanakan secara penuh pada Januari 2001. Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Hal ini terjadi
Lebih terperinciOleh: Bambang Supriyono
Disajikan dalam Administrative Science Discussion Forum (ASDF) oleh IKA FIA Universitas Brawijaya Jakarta, 19 Mei 2017 KEBIJAKAN KEWILAYAHAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN (Perspektif Administrasi Publik)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan mendasar pada sistem pemerintahan yang ada. Salah satu perubahan mendasar yang dimaksud
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Bahan Diklat Teknis Manajemen Kepala Sekolah SMP di Lingkungan Provinsi Jawa Barat Oleh: Cicih Sutarsih, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Desember 2006 KONSEP DASAR MANAJEMEN
Lebih terperinciPersamaan Manajemen Publik dan Privat
Persamaan Manajemen Publik dan Privat Graham T. Allison : Manajemen publik dan manajemen privat samasama melaksanakan fungsi manajemen umum POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham demokrasi, sehinggga semua kewenangan adalah dimiliki oleh rakyat. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciKAJIAN KEMAMPUAN KABUPATEN DATI II LEBAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
KAJIAN KEMAMPUAN KABUPATEN DATI II LEBAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH T 352.2 SIT ABSTRAK KAJIAN KEMAMPUAN KABUPATEN DATI II LEBAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Salah satu prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor publik merupakan entitas yang aktivitasnya memberikan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2). Dalam menyelenggarakan
Lebih terperinciB. Maksud dan Tujuan Maksud
RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat
Lebih terperinciA. Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dengan Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dengan Pemerintahan Daerah. Urusan pemerintahan terdiri dari
Lebih terperinciLina Miftahul Jannah.
Lina Miftahul Jannah miftahul@ui.ac.id http://linamjannah.wordpress.com Sub Pokok Bahasan Administrasi Kepegawaian Negara Kegiatan penyelenggaraan negara Pegawai dalam kegiatan penyelenggaraan negara Administrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah mulai berlangsung. Setidaknya hal tersebut diindikasikan dengan terbentuknya pemerintahan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah berimplikasi pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap perubahan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran Pada dasarnya negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya
Lebih terperinciDAN DAERAH. Oleh Miftah Thoha,Ph.D Guru Besar UGM
PEMBAGIAN KEWENANGAN PUSAT DAN DAERAH Oleh Miftah Thoha,Ph.D Guru Besar UGM Disampaikan pada Pelatihan Ombudsman Daerah, diselenggarakan oleh Pusham UII, bekerjasama dengan Partnership for Government Reform
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Menurut Governmental
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan dana merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manajemen organisasi. Oleh karena itu, anggaran memiliki posisi yang penting sebagai tindakan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan kerja finansial Pemerintah Daerah kepada pihak pihak yang berkepentingan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah Semenjak era orde baru, orientasi pada penguasa masih sangat kuat dalam kehidupan birokrasi publik. Menurut Bintoro Tjokroaminoto (1984) menyebutkan birokrasi
Lebih terperinciSEJARAH PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA
SEJARAH PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA Sani Safitri Universitas Sriwijaya Abstrak: Dengan diberlakukanya undang-undang otonomi tersebut memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintah daerah
Lebih terperinciKonsep Dasar Pemerintahan Daerah
Modul 1 Konsep Dasar Pemerintahan Daerah Drs. Hanif Nurcholis, M.Si. N PENDAHULUAN egara kita adalah negara kesatuan. Sebagai negara kesatuan maka kedaulatan negara adalah tunggal, tidak tersebar pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Lebih terperinciKOORDINASI PEMERINTAHAN DI DAERAH
KOORDINASI PEMERINTAHAN DI DAERAH OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS A. PENDAHULUAN Makin maju suatu masyarakat, maka makin beraneka ragam kegiatannya disertai dengan spesialisasi bidang pekerjaan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia salah satu institusi yang menunjukkan pelaksanaan sistem demokrasi tidak langsung adalah DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru, yaitu dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan kesejahteraan dan demokrasi di tingkat daerah yang dilaksanakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebijakan desentralisasi merupakan tata cara penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan kesejahteraan dan demokrasi di tingkat daerah yang dilaksanakan
Lebih terperinci