PENDAHULUAN BAB 1. Penelitian akan kokoh jika dibangun di atas fondasi integritas dan penelitian hanya bermanfaat jika secara ilmiah terpercaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN BAB 1. Penelitian akan kokoh jika dibangun di atas fondasi integritas dan penelitian hanya bermanfaat jika secara ilmiah terpercaya"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian akan kokoh jika dibangun di atas fondasi integritas dan penelitian hanya bermanfaat jika secara ilmiah terpercaya 1.1. Latar Belakang Kualitas hasil penelitian tidak hanya ditentukan oleh kapasitas akademik pelaku penelitian yang tak perlu diragukan, canggihnya peralatan dan ketersediaan bahan yang dibutuhkan, dukungan pembiayaan yang tak terbatas, lingkungan kerja yang nyaman, dukungan teknisi yang terampil, dan akses ke sumber informasi ilmiah yang super lancar; tetapi juga akan ditentukan oleh etika para pelaku yang terlibat langsung maupun yang mendukung kegiatan penelitian tersebut. Ralph J. Cicerone, President US National Academy of Sciences bersama dua koleganya 1, mengingatkan bahwa the scientific enterprise is built on a foundation of trust. Reputasi ilmiah dibangun berasaskan rasa percaya kepada para ilmuwan. Publik harus percaya bahwa hasil penelitian ilmiah merupakan refleksi dari kegiatan pelaku penelitian yang jujur dan akurat. Apabila rasa percaya ini memudar karena standar profesionalitas ilmiah dilanggar, maka para pelaku penelitian tidak hanya secara pribadi menanggung aib, tetapi juga fondasi profesi penelitian secara keseluruhan juga hancur. Kondisi ini jelas akan berdampak pada keharmonisan antara dunia ilmu pengetahuan dan masyarakat. Ilustrasi di atas sangat jelas menunjukkan betapa pentingnya kejujuran dalam dunia penelitian. Isu penegakan asas kejujuran ini sampai saat ini masih menjadi perhatian, selain di negaranegara yang sedang berkembang, juga masih menjadi isu serius di negara-negara maju dengan tradisi ilmiah yang sudah berlangsung berabad-abad. Hasil survei yang dilakukan dengan tanpa mengungkap identitas respondennya, membuktikan bahwa banyak pelaku penelitian mengaku pernah terlibat dalam praktek-praktek yang secara ilmiah kurang terpuji, atau menyaksikan 1 Preface yang ditulis bersama oleh R. J. Cicerone, C. M. Vest, and H. V. Fineberg untuk buku On Being A Scientist: a guide to responsible conduct in research. Third edition (2009). The National Academies Press, Washington DC. Pedoman Penyusunan KEPP 1

2 pelaku penelitian lain melakukannya. Hasil survei Martinson dan rekan ini dipublikasikan pada tahun 2005 di Nature, salah satu jurnal ilmiah paling bergengsi di dunia. 2 Isu yang sama, tentu juga sangat mungkin terjadi dalam komunitas pelaku penelitian di Indonesia. Beberapa tindakan kecurangan ilmiah tersebut telah terungkap, termasuk di institusi pendidikan tinggi yang selama ini menjadi panutan nasional. Ironisnya, dari beberapa kasus yang sudah terungkap, kecurangan tersebut dilakukan oleh para pelaku yang telah pada posisi atau sedang diusulkan untuk menduduki jabatan fungsional tertinggi. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian semua pihak. Keberhasilan yang diperoleh melalui kecurangan ilmiah hanyalah bersifat semu dan sangat mungkin pada akhirnya akan menghancurkan karir seorang peneliti atau akademisi, seperti pada contoh kasus di atas. Sebaliknya, kejujuran dalam penelitian walaupun awalnya dianggap sebegai sebuah kegagalan, malah dapat membawa berkah tidak hanya bagi peneliti yang bersangkutan tetapi juga bagi umat manusia. Sebagai contoh, Alexander Fleming yang secara tidak sengaja menemukan pinisilin sebagai bahan antibiotik. Beberapa kali media yang digunakan dalam penelitian Alexander Fleming terkontaminasi oleh jamur akibat proses steriliasi tidak berlangsung dengan benar. Media yang terkontaminasi oleh jamur ini tidak dapat ditumbuhi oleh bakteri akibat adanya antibiotik yang dihasilkan oleh jamur tersebut. 3 Kisah temuan antibiotik yang dapat menyelamatkan sangat banyak nyawa manusia dari infeksi bakteri ini membuktikan bahwa menjunjung tinggi kebenaran akan bermanfaat jauh lebih besar. Upaya untuk meminimalisir kecurangan dalam penelitian membutuhkan instrumen yang tepat. Instrumen yang dimaksud adalah Kode Etik Pelaku penelitian. Namun demikian, belum banyak institusi penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia yang telah membuat dan memberlakukan Kode Etik Pelaku Penelitian (KEPP) atau kode etik yang sejenis di lingkungannya masing-masing. Jikapun ada, umumnya dilakukan dengan mengadopsi atau mengadaptasi dokumen Kode Etik Pelaku Penelitian yang telah ada di institusi penelitian atau perguruan tinggi lainnya, domestik maupun asing. Sebagai contoh, ITB menerbitkan Panduan Kode Etik untuk Integritas Riset 4 yang mengadaptasi kode etik dari University of California San Diego dan National University of Singapore. 2 Martinson, B.C., Anderson, M.S., and de Vries, R Scientists Behaving Badly. Nature 435: Maret Keputusan Rektor Institut Teknologi Bandung Nomor 024/Sk/K01/Pl/2011 tentang Panduan Kode etik untuk Integritas Riset Pedoman Penyusunan KEPP 2

3 Salah satu KEPP yang dikembangkan sendiri oleh institusinya adalah Kode Etik Peneliti di Lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang disusun oleh Majelis Profesor Riset LIPI. 5 Kode etik ini diberlakukan sebagai acuan moral bagi pelaku penelitian di lingkungan LIPI dalam melaksanakan kegiatan ilmiah dan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), sesuai dengan pemahaman bahwa pelaku penelitian memiliki empat tanggung jawab, yaitu: (1) terhadap proses penelitian yang memenuhi baku ilmiah; (2) terhadap hasil penelitiannya yang memajukan ilmu pengetahuan sebagai landasan kesejahteraan manusia; (3) kepada masyarakat ilmiah yang memberi pengakuan di bidang keilmuan penelitian tersebut itu sebagai bagian dari peningkatan peradaban manusia; dan (4) bagi kehormatan lembaga yang mendukung pelaksanaan penelitiannya. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) juga telah menerbitkan kode etik untuk peneliti di lingkungan kementerian dan pemerintah daerah. 6 Kode Etik di lingkungan Kemendagri ini mengadaptasi Kode etik LIPI, diarahkan untuk acuan bagi Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) kementerian dan BPP daerah provinsi, kabupaten, dan kota. Mengingat masih belum banyak institusi yang memayungi para pelaku kegiatan penelitian, pengembangan iptek, dan inovasi yang telah menyusun KEPP; serta memandang bahwa kode etik merupakan instrumen yang strategis untuk meningkatkan integritas pelaku penelitian, kualitas hasil penelitian, dan kontribusi hasil penelitian terhadap upaya memajukan peradaban dan kesejahteraan umat manusia (terutama rakyat Indonesia); maka dirasakan sangat perlu untuk menyiapkan pedoman penyusunan KEPP sebagai panduan bagi institusi-institusi tersebut dalam menyusun kode etiknya di lingkungan masing-masing. Institusi yang memayungi pelaku kegiatan penelitian, pengembangan iptek, dan inovasi dimaksud termasuk perguruan tinggi negeri dan swasta; lembaga litbang pemerintah, baik yang berada dalam stuktur organisasi kementerian, pemerintah daerah, maupun yang berdiri sendiri; serta lembaga litbang non-pemerintah, baik yang berada dalam struktur badan usaha maupun yang mandiri. Pelaku kegiatan penelitian, pengembangan iptek, dan inovasi dimaksud mencakup semua pelaku kegiatan dimaksud tanpa diskriminatif, baik yang resmi sebagai tenaga fungsional peneliti, perekayasa, dan akademik; maupun yang tidak berstatus formal tetapi secara nyata melakukan kegiatan dimaksud. 5 Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 823/E/2011 tentang Pengesahan Kode Etik Peneliti di Lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 6 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2011 tentang Pokok-Pokok Kode Etik Peneliti di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Selain itu juga sudah ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2012 tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri Pedoman Penyusunan KEPP 3

4 Para pelaku penelitian harus memenuhi tiga jenis kewajibannya untuk dapat dianggap sebagai tenaga professional yang beretika, yakni: Pertama, pelaku penelitian wajib memegang teguh prinsip integritas dalam melaksanakan penelitian dan sekaligus berupaya maksimal untuk mendapatkan hasil penelitian yang berkualitas; kedua, pelaku penelitian wajib menjalankan aktivitasnya dengan niat utama untuk berkontribusi terhadap upaya menyejahterakan rakyat dan memajukan peradaban bangsa, serta meningkatkan mutu layanan kepada publik; dan ketiga, pelaku penelitian wajib mempertanggungjawabkan kepada publik terkait pengelolaan sumber pembiayaan penelitian yang berasal dari negara dan masyarakat, serta dampak hasil penelitian terhadap masyarakat (social) dan lingkungan (environmental) Tujuan dan Sasaran Panduan Penyusunan KEPP ini dibuat dengan tujuan praktis dan langsung untuk: Meningkatkan kesadaran komunitas iptek tentang perlunya KEPP sebagai acuan moral dalam pelaksanaan aktivitas penelitian, pengembangan iptek, dan inovasi; Menyediakan pedoman bagi institusi pelaksana aktivitas penelitian, pengembangan iptek, dan inovasi, atau profesi lainnya yang terkait dengan kegiatan penelitian dalam menyusun KEPP di lingkungan masing-masing; dan Menyamakan standar dan presepsi dalam penyusunan dan aplikasi KEPP. Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah sebegai berikut: Meningkatkan jumlah institusi iptek dan inovasi yang secara legal/formal memiliki KEPP; Mencegah dan mengurangi terjadinya pelangggaran dan kecurangan ilmiah; Meningkatkan kepercayaan pengguna dan sesama pelaku peneliti terhadap kegiatan dan hasil penelitian; Merwujudkan budaya pelaku penelitian di Indonesia yang berasaskan kejujuran dan profesional, sehingga pelaksanaan aktivitas penelitian dapat dilakukan secara efektif, efisien, dan produktif; dan Menghasilkan iptek dan inovasi yang bermanfaat dan secara nyata berkontribusi terhadap upaya memajukan peradaban dan meningkatkan kesejahteraan umat sebagaimana yang diamanahkan oleh konstitusi Undang-Undang Dasar Tahun Pasal 31 ayat (5) UUD 1945 berbunyi: Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradapan kesejahteraan umat manusia Pedoman Penyusunan KEPP 4

5 1.3. Dasar Hukum Walaupun KEPP pada dasarnya merupakan acuan moral untuk pelaksanaan dan publikasi hasil penelitian, namun ada beberapa peraturan perundang-undangan yang dapat menjadi landasan hukum untuk pemberlakuan KEPP, yakni: [1] Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan (Pasal 4 ayat 1), dimana salah satu urusan tersebut adalah dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah (Pasal 4 ayat 1 huruf c), termasuk dalam jenis urusan ini adalah urusan ilmu pengetahuan dan urusan teknologi (Pasal 5 ayat 3). Selanjutnya, sesuai Pasal 8 ayat (3) Kementerian yang melaksanakan urusan ini menyelenggarakan fungsi: (a) perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya; (b) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya; (c) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; dan (d) pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya. [2] Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Untuk menjamin tanggung jawab dan akuntabilitas profesionalisme, organisasi profesi wajib menentukan standar, persyaratan, dan sertifikasi keahlian, serta kode etik profesi (Pasal 12 ayat 2); serta wajib membentuk dewan kehormatan kode etik (Pasal 25 ayat 3). Selanjutnya disebutkan pula bahwa masyarakat ilmu pengetahuan dan teknologi bertanggung jawab untuk berperan serta mengembangkan profesionalisme dan etika profesi melalui organisasi profesi (Pasal 25 ayat 2). Dengan demikian, maka imperatif sifatnya bagi organisasi profesi untuk mempunyai kode etik profesi; dan masyarakat iptek ikut bertanggung jawab dan berperan serta dalam mengembangkan etika profesi. [3] Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Pasal 3). Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Pasal 20 ayat 2) dan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas antara lain melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (Pasal 39 Pedoman Penyusunan KEPP 5

6 ayat 2), serta memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya (Pasal 40 ayat (2) huruf c). [4] Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi Pendidikan Tinggi berasaskan (a) kebenaran ilmiah; (b) penalaran; (c) kejujuran; (d) keadilan; (e) manfaat; (f) kebajikan; (g) tanggung jawab; (h) kebhinnekaan; dan (i) keterjangkauan (Pasal 3). Pendidikan Tinggi berfungsi antara lain mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Pasal 4 huruf a). Penelitian di Perguruan Tinggi diarahkan untuk mengembangkan Ilmu pengetahuan dan Teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa (Pasal 45 ayat 1) dan dilakukan oleh Sivitas Akademika sesuai dengan otonomi keilmuan dan budaya akademik (Pasal 45 ayat 2). [5] Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Kementerian Riset dan Teknologi dibentuk berdasarkan Perpres ini (Pasal 1) dan termasuk dalam kelompok Kementerian yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah (Pasal 47 ayat 1); mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara (Pasal 49) dan menyelenggarakan fungsi (Pasal 50): (a) perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya; (b) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya; (c) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; dan (d) pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya. [6] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi Pimpinan Perguruan Tinggi mengawasi pelaksanaan kode etik mahasiswa/dosen/ peneliti/tenaga kependidikan yang ditetapkan oleh senat perguruan tinggi/organ lain yang sejenis, yang antara lain berisi kaidah pencegahan dan penanggulangan plagiat(pasal 6 ayat 1); menetapkan dan mengawasi pelaksanaan gaya selingkung untuk setiap bidang ilmu, teknologi, dan seni yang dikembangkan oleh perguruan tinggi (Pasal 6 ayat 2); dan secara berkala mendiseminasikan kode etik mahasiswa/dosen/peneliti/tenaga kependidikan dan gaya selingkung yang sesuai agar tercipta budaya anti plagiat (Pasal 6 ayat 3). Pedoman Penyusunan KEPP 6

7 1.4. Pengertian Istilah Penting yang Digunakan Agar dapat menginterpretasikan pedoman penyusunan KEPP ini, maka dirasakan perlu untuk mempertegas tentang pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam dokumen ini. Istilahistilah dimaksud adalah: No. Istilah Pengertian 1. Etika Nilai, konsepsi dan prinsip yang menjadi pedoman moral bagi masyarakat atau individu untuk dapat membedakan perilaku yang baik (memberikan dampak positif bagi manusia, makhluk hidup lain, dan/atau lingkungan) dengan yang buruk (menyebabkan dampak negatif bagi manusia, makhluk hidup lain, dan/atau lingkungan). 2. Kode Etik Pedoman yang digunakan oleh suatu organisasi (profesi, pemerintah, bisnis, politik, dan masyarakat) dalam memandu setiap individu yang bernaung di dalamnya untuk berperilaku baik dan dijadikan landasan keputusan dalam memberikan sanksi bagi individu yang berperilaku buruk. 3. Penelitian Secara umum, diartikan sebagai aktivitas investigasi atau kajian yang dilakukan secara sistematis dengan berpedoman pada metodologi ilmiah untuk mendapatkan fakta baru yang digunakan dalam penarikan kesimpulan dan/atau memformulasikan rekomendasi. Subyek peneltian dapat berupa material fisik atau fenomena sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Dengan memahami bahwa aktivitas penelitian, pengembangan, dan inovasi merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan, maka pengertian penelitian dalam pedoman penyusunan KEPP ini tidak dapat dipisahkan dari berbagai aktivitas lanjutannya. 4. Pelaku Penelitian Semua individu yang melakukan aktivitas penelitian tanpa diskriminatif, baik yang formal ditetapkan sebagai tenaga fungsional peneliti, perekayasa, dan akademik; maupun yang tidak berstatus formal tetapi secara nyata melakukan aktivitas penelitian. 5. Institusi Penelitian Institusi pemerintah dan institusi/organisasi nonpemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan aktivitas penelitian; baik sebagai institusi Pedoman Penyusunan KEPP 7

8 yang berfungsi penuh atau fokus hanya melakukan penelitian, maupun sebagai institusi yang salah satu fungsinya adalah melakukan kegiatan penelitian. 6. Kode Etik Pelaku Penelitian Pedoman yang digunakan oleh institusi penelitian dalam memandu setiap pelaku penelitian yang bernaung di dalamnya untuk berperilaku baik dan dijadikan landasan keputusan dalam memberikan sanksi bagi pelaku penelitian yang berperilaku buruk. 6. Pelaksanaan Penelitian Serangkaian aktivitas penelitian mulai dari pemunculan ide, penelusuran referensi, perancangan/desain /perencanaan, pengumpulan data, analisis dan sintesis data, penyusunan laporan, sampai pada diseminasi hasil penelitan. Penelusuran referensi dilakukan dengan dua tujuan, yakni untuk memastikan bahwa isu yang akan diteliti belum dilakukan oleh peneliti lain dan untuk meningkatkan pemahaman tentang substansi yang akan diteliti. 7. Integritas Pelaku Penelitian Sikap pelaku penelitian yang berpegang teguh pada prinsip kejujuran dan profesionalitas dalam melaksanakan semua tahap aktivitas penelitian, termasuk dalam mempublikasikan dan mendayagunakan hasil penelitiannya. 8. Malalaku* Penelitian Pelanggaran berat terhadap prinsip integritas dalam pelaksanaan penelitian, diseminasi dan pendayagunaan hasil penelitian; baik yang berkaitan langsung maupun tidak berkaitan dengan pelanggaran secara sengaja terhadap hak intelektual orang lain. Pelanggaran ini termasuk fabrikasi dan falsifikasi data, serta berbagai bentuk plagiarism. 9. Hasil Penelitian Sesuatu yang dihasilkan melalui aktivitas penelitian yang dilaksanakan berasaskan kejujuran dan profesionalisme, dapat berupa benda (produk fisik) maupun pengetahuan (produk non-fisik). 10. Kualitas Hasil Penelitian Secara hakiki, merupakan ukuran derajat integritas dalam pelaksanaan penelitian; sedangkan secara fungsional merupakan ukuran derajat kemanfaatannya. 11. Penelitian yang Bermanfaat Penelitian yang berkualitas dan bermanfaat untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Pedoman Penyusunan KEPP 8

9 (iptek) dalam rangka memajukan peradaban bangsa dan/atau meningkatkan kesejahteraan umat. 12. Pertemuan Ilmiah Forum untuk mendiseminasikan hasil penelitian, pengembangan teknologi, dan peragaan inovasi, serta untuk pertukaran pengetahuan antara sesama ilmuwan (termasuk pelaku penelitian); maupun antara ilmuwan dengan para pengguna hasil penelitian, pembuat kebijakan publik, dan/atau masyarakat. 13. Publikasi Ilmiah Berbagai jenis media yang digunakan dalam rangka diseminasi hasil penelitian, termasuk jurnal ilmiah, prosiding seminar, buku referensi, poster, dan abstrak. Semua bentuk publikasi ini dapat disajikan dalam bentuk bahan cetakan maupun melalui media elektronik. 14. Plagiarisme Penjiplakan ide, proses, hasil penelitian, atau tulisan orang lain dengan tanpa menyebutkan sumbernya. Plagiarisme dapat bervariasi tingkat keparahannya, mulai dari yang paling parah, yakni menjiplak kata demi kata secara utuh dan tidak menyebutkan sumbernya (literal copying); mengutip substansi yang terkandung dalam karya ilmiah orang lain dan tidak menyebutkan sumbernya (substantial copying); dan menulis ulang bagian dari karya tulis sendiri dan mengirimkannya ke jurnal yang berbeda sebagai karya tulis baru (text recycling). 15. Hak atas Kekayaan Intelektual Hak yang berkekuatan hukum (legal right) untuk mendayagunakan hasil penelitian, termasuk untuk kepentingan komersialisasi (melalui patent), atau agar tidak direproduksi atau dipublikasi ulang oleh pihak lain (melalui copyright). Keterangan: *) Istilah malalaku merupakan padanan kata misconduct, diadopsi dari istilah yang digunakan dalam Ketetapan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Nomor 007/TAP/MWA-UI/2005 tentang Etika Penelitian Bagi Setiap Anggota Sivitas Akademika Universitas Indonesia. Pedoman Penyusunan KEPP 9

10 BAB 2 KARAKTERISTIK DOKUMEN KODE ETIK Kode etik perlu dibuat secara tertulis agar dapat diimplementasikan secara efektif dan objektif Kode Etik sebagai Hasil Kesepakatan Internal Komunitas Setiap komunitas yang dibentuk secara formal maupun yang secara alami terbentuk (nonformal) sesungguhnya telah memiliki kode etik masing-masing. Setiap komunitas tentu telah memiliki nilai-nilai (values) dan standar kepatutan dalam berperilaku. Jika tidak, maka suatu komunitas tersebut tidak akan pernah terbentuk. Hanya saja tidak semua komunitas telah memiliki kode etik dalam bentuk tertulis. Dalam komunitas masyarakat tradisional yang terdiri dari individu-individu dengan latar belakang budaya, etnis, dan kepercayaan yang relatif homogen; kode etik yang tidak tertulis tetap akan berfungsi secara efektif karena potensi konfliknya juga tidak terlalu besar. Apalagi jika komunitas tersebut dipimpin oleh tokoh yang sangat memahami dan menghayati nilai dan standar yang berlaku dalam komunitas yang bersangkutan. Namun demikian, untuk masyarakat modern dengan kompleksitas persoalan dan latar belakang individunya lebih heterogen, maka kode etik perlu dibuat secara tertulis agar dapat diimplementasikan secara efektif dan objektif. Secara substansial, baik pada masyarakat tradisional maupun modern, kode etik merupakan hasil kesepakatan bersama antara individuindividu dalam komunitas yang bersangkutan. Dalam masyarakat modern, upaya mewujudkan kesepakatan menjadi tidak selalu mudah karena heterogenitas masyarakatnya dan juga perbedaan kepentingan yang mungkin terjadi. Oleh sebab itu, kode etik untuk komunitas dalam masyarakat modern akan lebih baik jika didokumentasikan secara tertulis. Walaupun pada hakekatnya, kode etik merupakan suatu produk yang dibuat dan juga diberlakukan sendiri oleh suatu komunitas; namun dengan mempertimbangkan dinamika kepentingan dan perubahan yang aktif terjadi dalam masyarakat modern, maka dokumen tertulis kode etik masih perlu diformalisasikan dalam bentuk dokumen legal. Legalisasi kode Pedoman Penyusunan KEPP 10

11 etik ini menjadi sangat relevan untuk kondisi dimana komunitas terkait memang sudah berada dalam suatu institusi formal, misalnya komunitas pelaku penelitian yang berada dalam naungan institusi pendidikan tinggi, institusi penelitian dan pengembangan pemerintah, atau institusi non-pemerintah. Formalisasi kode etik ini diharapkan tidak menghilangkan ruhnya sebagai suatu hasil kesepakatan internal komunitas dan untuk diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen dalam komunitas itu sendiri. Untuk mengawal kepatuhan terhadap kode etik yang telah disepakati, maka dapat dibentuk komisi etik Kode Etik Harus Mudah Dipahami dan Relevan Sesungguhnya tidak ada standar baku untuk penyusunan dan sistematika kode etik, termasuk juga untuk Kode Etik Pelaku Penelitian (KEPP). Setiap komunitas atau organisasi perlu mengembangkan sendiri kode etiknya, sesuai dengan kebutuhan organisasi, jenis kegiatan utama yang dilakukan, dan kesepakatan anggota dalam mendeskripsikan perilaku yang secara kolektif diyakini patut; serta resiko, tantangan, dan kebiasaan yang berlaku di lokasi organisasi melakukan aktivitasnya. Beberapa rambu yang perlu selalu diingat dalam menyusun kode etik, yakni: Tujuan yang hendak dicapai melalui kode etik yang akan disusun harus diekspresikan dengan jelas agar mudah dipahami oleh semua individu, sehingga dapat menjadi perekat dalam membangun semangat kebersamaan dalam organisasi; Bahasa yang digunakan kode etik haruslah sederhana, ringkas (concise), dan mudah dipahami oleh semua lapisan anggota organisasi. Penulisan kode etik harus sejelas dan sesederhana mungkin, sehingga mudah dipahami dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Istilah hukum dan jargon ilmiah yang sulit dipahami publik perlu dihindari; Kode etik haruslah tidak bersifat atau terkesan terlalu kaku (rigid). Kode etik harus bersifat bersahabat dengan komunitas, organisasi, atau institusi yang diharapkan akan mempedomaninya, karena sebuah kode etik akan dikategorikan berhasil atau gagal dalam implementasinya tergantung pada apakah kode etik tersebut digunakan (dipedomani) oleh komunitas atau entitas yang menjadi sasarannya; Kode etik haruslah berlaku untuk semua individu pelaku penelitian dan mencakup seluruh aspek yang relevan dengan profesi penelitian. Kode etik perlu mendapat masukan dari semua jenjang/eselon dalam organisasi pada saat penyusunannya dan Pedoman Penyusunan KEPP 11

12 dukungan semua individu pada saat implementasinya. Derajat keterlibatan representasi dari semua level dalam organisasi pada saat merancang dokumen kode etik akan memengaruhi derajat dukungan masing-masing individu dalam implementasinya, karena tumbuhnya rasa memiliki dari mayoritas individu terhadap kode etik yang dibuat organisasi; Kode etik harusnya ditulis, ditelaah, dan disunting oleh tim dengan latar belakang kepakaran yang beragam. Substansi yang dimasukkan dalam dokumen kode etik harus mencakup berbagai respon terhadap persoalan nyata dan mutakhir, termasuk hal-hal yang kecenderungannya relatif dapat diprediksi dan diyakini akan dapat menjadi persoalan di masa depan. Sebagai bandingan, banyak nilai-nilai kearifan lokal yang dipatuhi oleh masyarakat tradisional ternyata merupakan langkah antisipatif untuk mencegah terjadinya resiko besar yang dapat terjadi jika nilai-nilai kearifan lokal tersebut tidak dipatuhi; dan Kode etik merupakan dokumen yang dinamis, sehingga dapat secara berkala direvisi agar selalu berkesesuaian dengan dinamika perubahan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan regulasi. Namun demikian, jika substansi yang terkandung dalam kode etik sudah dengan baik dan komprehensif mengantisipasi dinamika perubahan, maka frekuensi revisi menjadi lebih jarang dilakukan. Pemahaman substansial sebagaimana diuraikan di atas adalah mutlak dibutuhkan dalam memformulasikan kode etik, tetapi hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah gaya bahasa (Writing Style) dari dokumen kode etik tersebut. Dokumen kode etik selayaknya ditulis dengan bahasa yang sederhana, ringkas, dan langsung (tidak bertele-tele). Struktur kalimat yang kompleks perlu dihindari. Prinsipnya, dokumen kode etik harus mudah dipahami oleh semua individu walaupun mereka memiliki latar belakang yang beragam, baik berdasarkan jenjang pendidikannya maupun dari latar belakang bidang keilmuannya. Tata bahasa, gaya bahasa, dan sistematika dokumen kode etik yang terstruktur dengan baik, akan mempengaruhi derajat kemudahannya untuk dicerna dan dipahami oleh individu dalam komunitas, anggota organisasi, dan karyawan institusi. Selanjutnya, pemahaman substansial tentang kode etik akan berkorelasi langsung dengan tingkat kepatuhan untuk mempedomaninya. Pedoman Penyusunan KEPP 12

13 2.3. Kode Etik Harus Berkesesuaian dengan Regulasi Setiap upaya yang terkait pengaturan, tentu harus didukung atau berkesesuaian dan tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Perlu diingat bahwa komunitas yang menjadi subyek kode etik juga merupakan bagian dari masyarakat umum. Pelaku penelitian yang disasar sebagai subyek pengaturan KEPP juga tentunya merupakan bagian dari masyarakat umum. Dengan demikian, maka dalam penyusunan KEPP perlu peka terhadap perkembangan mutakhir regulasi dan kebijakan publik, sehingga KEPP yang disusun tidak bertentangan dengan dokumen legal formal yang berlaku, maupun kebijakan organisasi/institusi dan kebijakan teknis lainnya. Kode etik perlu selaras dan padu dengan substansi yang diatur secara formal oleh pemerintah. Secara teknis, semua regulasi yang terkait perlu dijadikan konsideran dalam penyusunan KEPP. Kementerian Riset dan Teknologi mempunyai fungsi perumusan dan penetapan kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan, dan pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang iptek dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah (Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara). Fungsi Kementerian Riset dan Teknologi dengan demikian mencakup perumusan dan penetapan kebijakan tentang kode etik pelaku penelitian (KEPP). Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (UU 18/2002) secara eksplisit mengatur bahwa untuk menjamin tanggung jawab dan akuntabilitas profesionalisme, organisasi profesi wajib menentukan standar, persyaratan, dan sertifikasi keahlian, serta kode etik profesi (Pasal 12 ayat 2); serta wajib membentuk dewan kehormatan kode etik (Pasal 25 ayat 3). Selanjutnya disebutkan pula bahwa masyarakat ilmu pengetahuan dan teknologi bertanggung jawab untuk berperan serta mengembangkan profesionalisme dan etika profesi melalui organisasi profesi (Pasal 25 ayat 2). Dengan demikian, maka imperatif sifatnya bagi organisasi profesi untuk mempunyai kode etik profesi; sedangkan masyarakat iptek ikut bertanggung jawab dan berperan serta dalam mengembangkan etika profesi. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU 20/2003) menegaskan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas antara lain melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (Pasal 39 ayat 2), serta memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya (Pasal 40 ayat (2) huruf c). Pedoman Penyusunan KEPP 13

14 Pada dasarnya semua individu yang mengemban jabatan fungsional akademik, peneliti, dan perekayasa merupakan bagian dari masyarakat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana yang dimaksud pada pasal 25 ayat (2) UU 18/2002. Karyawan yang tugas pokoknya melakukan kegiatan penelitian di industri dan organisasi non-pemerintah lainnya, serta individu yang secara mandiri melakukan kegiatan penelitian juga merupakan bagian dari masyarakat atau komunitas iptek. Dengan demikian, maka institusi tempat komunitas iptek ini bernaung wajib membuat dan memberlakukan KEPP. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi (UU 12/2012) menyatakan bahwa pendidikan tinggi berasaskan kebenaran ilmiah, penalaran, kejujuran, keadilan, manfaat, kebajikan, tanggung jawab, kebhinnekaan dan keterjangkauan (Pasal 3). Penelitian yang selenggarakan di Perguruan Tinggi diarahkan untuk mengembangkan iptek, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa (Pasal 45 ayat 1) dan dilakukan oleh Sivitas Akademika sesuai dengan otonomi keilmuan dan budaya akademik (Pasal 45 ayat 2). Budaya akademik tentu harus dibangun dengan etika. Dengan demikian, maka kode etik pelaksanaan dan publikasi hasil penelitian sangat dibutuhkan sebagai acuan moral. Namun demikian pada saat ini baru sedikit perguruan tinggi, Lembaga Pemerintah Non- Kementerian (LPNK), dan kementerian (atau unit kerja dalam kementerian yang melaksanakan penelitian dan pengembangan) yang telah membuat dan memberlakukan KEPP atau kode etik yang setara. Sebagai upaya untuk mengantisipasi makin maraknya pelanggaran atau perilaku tak terpuji yang ditunjukkan oleh komunitas pelaku penelitian, maka pemerintah perlu untuk lebih proaktif mendorong pembentukan, pemberlakuan, dan penegakkan KEPP, dimulai dengan institusi penelitian pemerintah. Kedudukan hukum peraturan perundang-undangan yang mengatur secara legal-formal, berbeda dengan KEPP yang lebih merupakan acuan moral, sehingga antara keduanya tidak bersifat komplementer, tetapi posisi KEPP adalah mengisi ruang yang karena sifatnya tidak dapat tersentuh oleh aturan legal. Selain itu, KEPP lebih luwes/fleksibel dan tidak kaku sebagaimana halnya dengan peraturan perundang-undangan. KEPP dapat diposisikan sebagai acuan moral bagi Komisi Etik atau Dewan Kehormatan Kode Etik 8 dalam mempertimbangkan sanksi kepada pelaku penelitian yang melakukan kecurangan atau berbagai perilaku tak terpuji, termasuk plagiarism dalam penulisan ilmiah, fabrikasi dan falsifikasi data penelitian. Sejalan dengan ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberlakukan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Peraturan menteri ini secara jelas mengamanahkan agar pimpinan 8 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menggunakan sebutan Dewan Kehormatan Kode Etik, namun sebagian besar organisasi profesi menggunakan sebutan Komisi Etik. Pedoman Penyusunan KEPP 14

15 perguruan tinggi mengawasi pelaksanaan dan secara berkala mendiseminasikan kode etik mahasiswa/dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang ditetapkan oleh senat perguruan tinggi/organ lain yang sejenis, yang antara lain berisi kaidah pencegahan dan penanggulangan plagiat(pasal 6 ayat 1 dan 3). KEPP yang akan ditetapkan pada masing-masing perguruan tinggi dan lembaga litbang ini tidak hanya mengatur tentang masalah plagiarism, tetapi juga mencakup seluruh aspek terkait pelaksanaan dan publikasi hasil penelitian. Pedoman Penyusunan KEPP 15

16 BAB 3 RUANG LINGKUP PENGATURAN Dua persoalan serius yang menjadi tantangan, yakni manipulasi data (fabrikasi dan falsifikasi) dan plagiarisme. Kode etik pelaku penelitian perlu mencakup berbagai isu penting yang relevan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing institusi penelitian, upaya menjaga integritas, dan partisipasi dalam meningkatkan kepercayaan publik terhadap hasil penelitian. Isu yang dicakup mulai dari isu terkait nilai-nilai dasar yang perlu dimiliki pelaku penelitian sebagai insan sosial, sampai ke etika yang perlu ditegakkan dalam kegiatan penelitian yang sangat spesifik, misalnya untuk penelitian yang melibatkan manusia. Mulai dari isu-isu etika penelitian yang sangat populer, misalnya isu plagiarisme; sampai ke isu rutin yang dihadapi setiap hari, misalnya terkait hubungan dosen dan mahasiswa bimbingannya dalam mempublikasi hasil penelitian skripsi, tesis, atau disertasi. Keragaman isu etika yang perlu dicakup mencerminkan kompleksitas kegiatan penelitian. Namun ada nilai universal yang sangat penting dan menjadi landasan semua kegiatan penelitian, yakni integritas. Terlepas dari sederhana atau super canggihnya suatu penelitian, publik dan para calon pengguna potensial dari hasil penelitian akan lebih percaya jika penelitian tersebut dilakukan oleh pelaku penelitian yang dikenal mempunyai integritas tinggi, bekerja pada institusi penelitian atau perguruan tinggi yang mempunyai reputasi positif tentang penegakan etika penelitian, dimana salah satu indikatornya adalah institusi tersebut memiliki kode etik pelaku penelitian yang diimplementasikan secara utuh dan konsisten Prinsip Dasar Etik Pelaku Penelitian Pelaku penelitian adalah manusia, makhluk sosial, yang juga memiliki kehidupan lain selain melaksanakan pekerjaannya melakukan penelitian. Dari perspektif sebaliknya, pelaku penelitian juga harus memiliki kecerdasan sosial agar dapat berinteraksi dengan mitra kerjanya, baik dengan sesama pelaku penelitian maupun dengan komunitas bisnis atau masyarakat Pedoman Penyusunan KEPP 16

17 umum. Dalam konteks ini, maka nilai-nilai etika yang berlaku umum juga perlu diadopsi dalam komunitas pelaku penelitian. Kegiatan penelitian pada prinsipnya juga dibangun berasaskan nilai-nilai etika yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, termasuk kejujuran, kesetaraan, keadilan, objektivitas, keterbukaan, amanah, dan saling menghargai. Standar ilmiah merupakan aplikasi dari nilai-nilai dasar ini mulai dari perencanaan, pelaksanaan, publikasi, dan pemanfaatan hasil penelitian; termasuk keterbukaan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian, objektif dalam proses evaluasi proposal penelitian, menghargai mitra kerja, dan jujur dalam pelaporan hasil penelitian. Oleh sebab itu, nilai-nilai kebajikan ini perlu menjadi bagian dari etika pelaku penelitian. Seluruh institusi yang melakukan kegiatan penelitian; termasuk perguruan tinggi, Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang melaksanakan fungsi penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPD), dan lembaga penelitian non-pemerintah perlu menjunjung tinggi nilai-nilai etika pelaku penelitian. Seluruh institusi penelitian ini perlu mempunyai kode etik yang disepakati bersama untuk dipedomani dan dijadikan dasar untuk melakukan tindakan jika ada pelaku penelitiannya yang melakukan pelanggaran. Pelanggaran terhadap nilai-nilai kebajikan ini dalam kegiatan penelitian dikategorikan sebagai perilaku tak terpuji (scientific misconduct). Perilaku tak terpuji ini termasuk fabrikasi, falsifikasi, dan plagiarisme (umum disingkat menjadi FFP) yang dapat terjadi selama tahap pengusulan, pelaksanaan, atau pelaporan hasil penelitian. Selain perilaku tak terpuji FFP, ada beberapa praktek penelitian yang patut dipertanyakan (Questionable Research Practices, disingkat menjadi QRP). FFP secara universal dianggap sebagai pelanggaran nilai-nilai etika pelaku penelitian, sementara QRP dapat saja dianggap sebagai tindakan tak terpuji untuk bidang penelitian atau untuk lingkungan tertentu Pelaksanaan Penelitian Pengelolaan Data Data yang tidak akurat, tidak lengkap, atau keliru/menyesatkan dapat mengakibatkan dampak yang sangat serius, meluas, dan mungkin tak terbayangkan sebelumnya; terutama pada era teknologi komunikasi dan informasi yang sudah sangat maju saat ini. Data yang menyesatkan tersebut dapat terjadi secara tidak sengaja, misalnya akibat kesalahan desain penelitian, instrumen penelitian yang tidak berfungsi baik, kesalahan atau kecerobohan dalam analisis data, atau akibat kecerobohan lainnya. Akan tetapi yang lebih parah dan melanggar etika jika Pedoman Penyusunan KEPP 17

18 data menyesatkan tersebut terjadi akibat sengaja dimanipulasi oleh pelaku penelitian untuk tujuan atau kepentingan tertentu. Untuk mencegah manipulasi data, maka beberapa lembaga penelitian mewajibkan pelaku penelitian menggunakan buku catatan data (data notebook atau log book) yang ditandatangani dan diberi tanggal pengukuran/pengumpulan data oleh seorang saksi. Buku catatan data ini perlu disimpan dengan rapih, karena harus selalu tersedia sebagai dasar dalam melakukan verifikasi, termasuk setelah hasil penelitian tersebut dipublikasikan. Manipulasi data (fabrikasi dan falsifikasi) merupakan pelanggaran etika yang tergolong berat dan merusak reputasi seorang pelaku penelitian serta pantas untuk menerima sanksi berat. Oleh sebab itu, dengan pertimbangan ini, maka pengaturan terkait tindakan fabrikasi dan falsifikasi data (atau unsur penelitian lainnya) wajib dicantumkan dalam setiap kode etik pelaku penelitian Tindakan Tidak Terpuji dalam Penelitian Fabrikasi, falsifikasi, dan plagiarisme merupakan tindakan tidak terpuji yang secara universal dikutuk. Fabrikasi merupakan tindakan membuat data dengan tanpa melakukan kegiatan penelitian atau membuat data yang tidak berhubungan sama sekali dengan kegiatan penelitian yang dilakukan. Kemudian berdasarkan data yang direkayasa tersebut dibuat suatu kesimpulan penelitian. Hasil yang direkayasa ini kemudian didokumentasikan dalam bentuk laporan atau publikasi. Falsifikasi merupakan tindakan memanipulasi bahan, peralatan, atau proses penelitian; atau mengubah atau menghapus sebagian data atau hasil penelitian; sehingga penelitian menjadi tidak merepresentasikan secara akurat sesuai dengan data asli yang tercatat. Falsifikasi data sering dilakukan agar hasil, kesimpulan, atau rekomendasi dari penelitian menjadi sesuai dengan yang diharapkan, misalnya sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Falsifikasi dapat saja dilakukan oleh pelaku penelitian pemula yang tidak memahami makna hipotesis dan tidak menyadari tentang konsekuensi serius dari melakukan falsifikasi data. Fabrikasi dan falsifikasi dapat dikategorikan sebagai pelanggaran berat, terutama karena tindakan ini menyebabkan terekamnya data dan hasil penelitian yang menyesatkan, karena tidak berkesesuaian dengan fakta sesungguhnya. Para pelaku penelitian yang melakukan tindakan tak terpuji ini selayaknya tidak diberi kepercayaan untuk menangani penelitian strategis yang berdampak luas bagi masyarakat dan negara. Sebagai contoh betapa seriusnya sanksi dan dampak dari manipulasi data dapat dilihat dari kasus yang dilaporkan oleh Margot O Toole, seorang post doktoral di Whitehead Institute, yang mencurigai data publikasi koleganya di jurnal Cell pada tahun Setelah dilakukan Pedoman Penyusunan KEPP 18

19 investigasi terbukti data tersebut telah dimanipulasi. Akibatnya salah seorang penulis pembantu dari artikel tersebut yaitu David Baltimore, seorang penerima Hadiah Nobel, mengundurkan diri sebagai Rektor Universitas Rockefeller, walaupun hasil investigasi menyimpulkan bahwa dia tidak bersalah dalam kasus ini. 9 Indikasi kecurangan dalam melakukan penelitian kadang dengan mudah dapat dideteksi. Misalnya jika institusi tempat pelaku melaksanakan kegiatan penelitiannya tidak mempunyai fasilitas peralatan yang memungkinkan untuk mendapatkan data sebagaimana yang bersangkutan laporkan. Data yang terlalu konsisten dengan hipotesis atau terlalu beraturan pada penelitian yang berkaitan dengan makhluk hidup yang aktif berinteraksi dengan lingkungannya dapat mengundang kecurigaan. Sentuhan penyempurnaan pada citra digital dapat dilakukan untuk memperjelas data atau informasi yang ingin disampaikan, tetapi harus tetap dijaga agar tampilan gambar tersebut tetap merepresentasikan realita sebenarnya. Bagaimana dengan kesalahan yang terjadi secara tidak sengaja dalam proses pelaksanaan penelitian? Kesalahan yang terjadi walaupun pelaku penelitian telah berupaya keras untuk mematuhi etika (honest error) atau perbedaan opini tentang suatu fakta yang didapatkan dalam penelitian tidak dikategorikan sebagai tindakan tak terpuji berdasarkan the U.S. Office of Research Integrity. Plagiarisme merupakan penjiplakan ide, proses, hasil penelitian, atau tulisan orang lain dengan tanpa menyebutkan sumbernya. Plagiarisme dapat bervariasi tingkat keparahannya, mulai dari yang paling parah, yakni menjiplak kata demi kata secara utuh dan tidak menyebutkan sumbernya (literal copying); mengutip substansi yang terkandung dalam karya ilmiah orang lain dan tidak menyebutkan sumbernya (substantial copying); menjiplak ide orang lain yang dijelaskan dengan cara pengungkapan sendiri dan tidak menyebut pihak yang pertama mengemukakan tentang ide tersebut (paraphrasing); dan menulis ulang bagian dari karya tulis sendiri dan mengirimkannya ke jurnal yang berbeda sebagai karya tulis baru (text recycling). Beberapa institusi penelitian memperluas cakupan yang dikategorikan sebagai tindakan tak terpuji ini sesuai dengan kepentingan institusi dan/atau kesepakatan komunitas pelaku penelitian yang bekerja pada institusi tersebut. Namun demikian, yang terpenting adalah setiap institusi penelitian perlu membuat daftar dan diskripsi yang jelas tentang tindakantindakan yang dikategorikan sebagai tindakan tak terpuji dalam pelaksanaan penelitian, yang dituangkan dalam kode etik yang wajib dipedomani di lingkungan institusi tersebut. 9 Diunduh 12 Maret Pedoman Penyusunan KEPP 19

20 Kesalahan dan Kelalaian Pada dasarnya kegiatan penelitian juga tidak bebas dari kesalahan. Banyak faktor yang dapat menjadi sumber kesalahan; tidak hanya karena faktor teknis, tetapi juga karena keterbatasan kemampuan pelaku penelitiannya dalam mempersepsikan data dan informasi. Perlu diingat bahwa semua pelaku penelitian adalah manusia. Sebagai manusia, pelaku penelitian tidak mempunyai waktu yang tak terbatas, dan tidak mempunyai akses ke semua sumberdaya penelitian yang dibutuhkan. Sehingga kadang-kadang pelaku penelitian yang punya dedikasi tinggipun membuat kesalahan dalam merancang desain penelitian, akibat lalai melakukan kalibrasi instrumen penelitian, khilaf dalam pencatatan data, keliru dalam interpretasi hasil, atau aspek penelitian lainnya. Kekeliruan seperti ini sering dikategorikan sebagai kekeliruan yang manusiawi (honest error), tetapi yang paling penting adalah peneliti tetap harus jujur dalam melaporkan hasilnya. Kasus penemuan pinisilin oleh Alexander Fleming merupakan contoh kejujuran dalam menyikapi kelalaian dalam penelitian yang berbuah positif. Walaupun demikian, setiap pelaku penelitian mempunyai kewajiban kepada publik, kepada profesinya, dan kepada dirinya sendiri untuk melakukan setiap tahapan kegiatan penelitian seakurat dan secermat mungkin. Setelah upaya maksimal dilakukan, maka jika masih terjadi kesalahan, maka hal tersebut tidak dikategorikan sebagai tindakan tak terpuji. Walaupun demikian, tindakan terburu-buru, kecerobahan, dan kekurangcermatan dapat mengakibatkan kesalahan yang bermuara pada hasil penelitian yang tidak memenuhi standar keilmiahan. Tidak hanya pelaku penelitian yang secara sengaja melakukan kesalahan dan melanggar etika penelitian, tetapi juga pelaku penelitian yang lalai dan ceroboh juga dapat merusak reputasinya sendiri, rekan kerjanya, institusi tempatnya bekerja, dan juga dapat berdampak lebih luas, yakni menurunkan kepercayaan publik terhadap hasil-hasil penelitian secara umum. Oleh sebab itu, selain penelitian perlu dilakukan secara beretika, juga tetap perlu dilaksanakan dengan penuh keseriusan Konflik Kepentingan dalam Diri Pelaku penelitian Konflik kepentingan yang dimaksud disini adalah konflik kepentingan yang mungkin terjadi dalam diri pelaku penelitian. Sebagai individu, pelaku penelitian dapat saja memiliki berbagai kepentingan, termasuk kepentingan personal, intelektual, finansial, dan profesional. Berbagai jenis kepentingan yang bergejolak dalam diri pelaku penelitian ini dapat mempengaruhi perspektif dan sikap perilaku atau professional judgment pelaku penelitian yang bersangkutan. Konflik kepentingan ini bisa dipicu oleh berbagai faktor dan terekspresi dalam berbagai bentuk. Konflik kepentingan yang paling sering terpantau, umumnya terkait dengan aspek finansial, dimana konflik terjadi antara nurani untuk menegakkan kaidah ilmiah dengan godaan untuk mendapatkan keuntungan finansial. Penelitian yang disponsori oleh pihak yang memiliki Pedoman Penyusunan KEPP 20

21 kepentingan tertentu, atau menggunakan produk komersial tertentu akan berpotensi menyebabkan bias dalam pelaksanaan dan/atau pelaporan hasil penelitiannya. Hubungan personal antara pelaku penelitian dengan subyek penelitian dapat pula menyebabkan bias terhadap hasil dan rekomendasi penelitian. Sangat jelas bahwa berbagai nilai dasar yang mempengaruhi perilaku manusia tak dapat dipisahkan dari kegiatan penelitian. Keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik merupakan nilai universal yang berlaku dalam semua profesi, termasuk penelitian. Demikian pula, semua pelaku penelitian setuju untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan objektivitas dalam pelaksanaan penelitian. Sebaliknya, upaya untuk mengorbankan nilai objektivitas dan upaya yang mungkin menyebabkan bias perlu dihindari. Isu-isu terkait dengan konflik kepentingan dalam diri pelaku penelitian ini perlu mendapat perhatian dalam membangun etika pelaku penelitian. Berdasarkan pandangan U.S. Office of Research Integrity, adanya konflik kepentingan tidaklah secara otomatis berarti telah melakukan pelanggaran etika, karena dalam beberapa kasus konflik kepentingan tersebut tak dapat dielakkan. Jika hal ini terjadi, maka tindakan yang paling bijak adalah mengungkapkan hal ini secara transparan agar publik dapat memahami dan dapat memberikan pendapatnya sendiri Keamanan Pelaksanaan Penelitian di Laboratorium dan Isu Lainnya Penggunaan bahan berbahaya dan keamanan dalam melaksanakan penelitian di laboratorium perlu mendapat perhatian agar tidak membahayakan bagi pelaku penelitiannya sendiri, maupun pekerja lain di laboratorium yang bersangkutan atau masyarakat umum. Masalah keamanan pelaksanaan penelitian ini kadang kurang mendapat perhatian dan kadang juga tidak disadari atau dipahami dapat membahayakan masyarakat luas, sehingga sering tidak dicakup dalam kode etik pelaku penelitian. Kenyataannya kemungkinan kecelakaan di laboratorium dapat terjadi, walaupun tentu tidak diharapkan. Oleh sebab itu, para pelaku penelitian perlu secara berkala diingatkan tentang informasi dan prosedur keamanan di masing-masing laboratorium tempatnya berkarya. Informasi dan prosedur keamanan tersebut mencakup beberapa isu, termasuk: penggunaan pakaian dan peralatan pelindung kerja, penanganan bahan-bahan penelitian secara aman, penggunaan peralatan secara aman, pembuangan sisa bahan atau limbah penelitian, cara bertindak saat darurat, dan regulasi yang berlaku. Untuk penelitian yang melibatkan manusia atau hewan, perlu memperhatikan regulasi yang berlaku secara nasional maupun lokal, serta kode etik yang telah diberlakukan oleh organisasi profesi yang terkait. Asas kepatutan yang berlaku pada masyarakat setempat juga perlu Pedoman Penyusunan KEPP 21

22 diperhatikan. Jika subyek penelitiannya adalah manusia, maka asas kerahasiaan untuk hal-hal tertentu perlu dipatuhi. Hasil penelitian yang menggunakan atau tentang produk yang beredar di masyarakat; atau berkaitan langsung dengan budaya, etnis, dan agama, serta isu sensitif lainnya di masyarakat; perlu dikelola dengan kehati-hatian agar tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, menimbulkan kesan rasialis, atau memperuncing sentimen keagamaan. Isu-isu yang disebutkan disini dan mungkin juga banyak isu lain yang belum disebutkan perlu dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam penyusunan kode etik pelaku penelitian Penulisan Karya Ilmiah Publikasi karya tulis ilmiah sangat perlu dilakukan oleh para pelaku penelitian saat ini, karena akan menentukan perkembangan karirnya. Selain itu, hak atas suatu temuan lebih ditentukan oleh siapa yang mempublikasikannya terlebih dahulu, bukan berdasarkan siapa yang sesungguhnya menemukannya terlebih dahulu. Sayangnya, kebiasaan mempublikasikan hasil penelitian belum menjadi unsur budaya akademik penting dalam komunitas pelaku penelitian di Indonesia. Terbukti dengan rendahnya produktivitas publikasi pelaku penelitian Indonesia dibandingkan dengan pelaku penelitian dari negara lain. Produktivitas karya tulis ilmiah pelaku penelitian Indonesia perlu ditingkatkan, tetapi tentunya dengan tetap mengutamakan etika dalam penulisan dan upaya mempublikasikannya. Karya tulis ilmiah yang dicakup dalam panduan ini meliputi: (a) artikel yang dipublikasi pada jurnal ilmiah, mulai dari yang sirkulasinya terbatas sampai pada jurnal internasional; (b) buku yang diterbitkan oleh penerbit komersial atau lembaga resmi, maupun yang dicetak untuk kalangan terbatas; (c) makalah yang ditulis untuk berbagai ragam pertemuan ilmiah, baik yang kemudian diterbitkan dalam bentuk prosiding maupun hanya dalam bentuk makalah lepas; (d) poster yang ditampilkan pada pertemuan ilmiah maupun yang digunakan untuk bahan sosialisasi; dan (e) semua bahan cetakan lainnya. Penulis (author) yang namanya dicantumkan dalam karya tulis ilmiah adalah individu yang ikut (a) memberikan kontribusi intelektual secara langsung dalam pemilihan dan/atau perancangan desain/metodologi penelitian; (b) melakukan interpretasi data (lebih dari sekedar terlibat dalam proses pengumpulan dan analisis data); atau (c) melakukan penulisan draft dan/atau memberikan masukan/koreksi yang signifikan terhadap draft sehingga menjadi karya tulis ilmiah yang lebih baik. Mereka yang hanya membantu proses pengumpulan dan analisis data, membantu pekerjaan di lapangan dan laboratorium, atau membantu pengelolaan administrasi penelitian tidak tepat untuk dicantumkan sebagai penulis (author) ataupun sebagai penulis pembantu (co-author) Pedoman Penyusunan KEPP 22

http://benyaminlakitan.com UNIVERSITAS NEGERI JEMBER 16 APRIL 2014 Pedoman ini dirancang sebagai panduan dasar bagi setiap institusi yang melakukan kegiatan penelitian di Indonesia. Setiap institusi diberi

Lebih terperinci

Etika (Pelaku) Penelitian. Benyamin Lakitan

Etika (Pelaku) Penelitian. Benyamin Lakitan Etika (Pelaku) Penelitian Benyamin Lakitan Etika Penelitian merupakan nilai dan prinsip hakiki yang perlu dipatuhi dalam merencanakan, melaksanakan, mempublikasikan, dan mengelola hasil penelitian. Sebagaimana

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 151/IT Del/Rek/SK/XII/17 Tentang KODE ETIK PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH INSTITUT TEKNOLOGI DEL

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 151/IT Del/Rek/SK/XII/17 Tentang KODE ETIK PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH INSTITUT TEKNOLOGI DEL SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 151/IT Del/Rek/SK/XII/17 Tentang KODE ETIK PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH INSTITUT TEKNOLOGI DEL REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL Menimbang : a. bahwa Institut

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS SRIWIJAYA Nomor: 0187/UN9/KP/Tahun 2013 TENTANG

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS SRIWIJAYA Nomor: 0187/UN9/KP/Tahun 2013 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA Jalan Palembang-Prabumulih, KM. 32 Inderalaya (OI) 30662 Telp. (0711) 580069, 580225, 580169, 580275 Fax (0711) 580644 Website: www.unsri.ac.id

Lebih terperinci

Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN

Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN Memperhatikan: Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN REKTOR TENTANG KODE ETIK PELAKU PENELITIAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Lebih terperinci

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 007/TAP/MWA-UI/2005 TENTANG : ETIKA PENELITIAN BAGI SETIAP ANGGOTA SIVITAS AKADEMIKA

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 007/TAP/MWA-UI/2005 TENTANG : ETIKA PENELITIAN BAGI SETIAP ANGGOTA SIVITAS AKADEMIKA Menimbang Mengingat KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 007/TAP/MWA-UI/2005 TENTANG ETIKA PENELITIAN BAGI SETIAP ANGGOTA SIVITAS AKADEMIKA UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Rahmat Tuhan

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PERJUANGAN NOMOR 01TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENELITIAN UNIVERSITAS PERJUANGAN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PERJUANGAN NOMOR 01TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENELITIAN UNIVERSITAS PERJUANGAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PERJUANGAN NOMOR 01TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENELITIAN UNIVERSITAS PERJUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS PERJUANGAN Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penguasaan, pemanfaatan,

Lebih terperinci

BUKU ETIKA PENELITIAN TAHUN 2014

BUKU ETIKA PENELITIAN TAHUN 2014 BUKU ETIKA PENELITIAN POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG TAHUN 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG JL. PIET A TALLO, LILIBA KUPANG Buku Etika Penelitian Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini.

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini. MUKADIMAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA didirikan untuk ikut berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dibidang manajemen, teknologi, dan kewirausahaan, yang akhirnya bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Lampiran : SURAT KEPUTUSAN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YASA ANGGANA GARUT Nomor : 001.A / STIE-YA.K/I/2007 Tentang Kode Etik Dosen STIE Yasa Anggana Garut KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH STIE Yasa Anggana Garut

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG KODE ETIK DOSEN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN NOMOR 34/PP/2012 TENTANG KODE ETIK DOSEN FAKULTAS PETERNAKAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SRIWIJAYA No. 152a/H9/DT/2009. Tentang ETIKA AKADEMIK SIVITAS AKADEMIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SRIWIJAYA No. 152a/H9/DT/2009. Tentang ETIKA AKADEMIK SIVITAS AKADEMIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SRIWIJAYA No. 152a/H9/DT/2009 Tentang ETIKA AKADEMIK SIVITAS AKADEMIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA REKTOR UNIVERSITAS SRIWIJAYA Menimbang : a. bahwa kebebasan akademik dilandasi

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BIRO HUKUM DAN ORGANISASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO HUKUM DAN ORGANISASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL PLAGIARISME ditinjau dari aspek hukum dan latar belakangnya BIRO HUKUM DAN ORGANISASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 20 Sistem Pendidikan Nasional; Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER (STIKOM) DINAMIKA BANGSA Nomor :104/ SK/ STIKOM-DB/ VII/ 2007

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER (STIKOM) DINAMIKA BANGSA Nomor :104/ SK/ STIKOM-DB/ VII/ 2007 KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER (STIKOM) DINAMIKA BANGSA Nomor :104/ SK/ STIKOM-DB/ VII/ 2007 TENTANG KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KETUA STIKOM DINAMIKA BANGSA Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PLAGIAT DI PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PLAGIAT DI PERGURUAN TINGGI SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PLAGIAT DI PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DITETAPKAN DI REULEUT- ACEH UTARA PADA TANGGAL 11 APRIL 2016 REKTOR, PROF. DR. APRIDAR, SE., M.Si NIP

DITETAPKAN DI REULEUT- ACEH UTARA PADA TANGGAL 11 APRIL 2016 REKTOR, PROF. DR. APRIDAR, SE., M.Si NIP KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS MALIKUSSALEH NOMOR 1523/UN45/DT/2016 TENTANG ETIKA AKADEMIK SIVITAS AKADEMIKA UNIVERSITAS MALIKUSSALEH REKTOR UNIVERSITAS MALIKUSSALEH, Menimbang : a. bahwa kebebasan akademik

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PLAGIASI AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2017

PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PLAGIASI AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2017 PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PLAGIASI AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2017 BAGIAN RISET, PENGABDIAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI JL. KI AGENG SELO NO. 15

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007 tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Rektor Universitas Dian Nuswantoro Menimbang : bahwa untuk menjamin penyelenggaraan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.61, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5520) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS MALIKUSSALEH NOMOR 1527/UN45/DT/2016 TENTANG STANDAR AKADEMIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS MALIKUSSALEH NOMOR 1527/UN45/DT/2016 TENTANG STANDAR AKADEMIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH UNIVERSITAS MALIKUSSALEH KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS MALIKUSSALEH NOMOR 1527/UN45/DT/2016 TENTANG STANDAR AKADEMIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH UNIVERSITAS MALIKUSSALEH REKTOR UNIVERSITAS MALIKUSSALEH, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha No.1775, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DJSN. Kode Etik. Majelis Kehormatan. PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK DAN MAJELIS KEHORMATAN DEWAN JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Pasal 7 11 BAB III KEWAJIBAN DOSEN TERHADAP UNIVERSITAS Pasal 10 12

DAFTAR ISI. Pasal 7 11 BAB III KEWAJIBAN DOSEN TERHADAP UNIVERSITAS Pasal 10 12 i DAFTAR ISI DAFTAR ISI. i KEPUTUSAN REKTOR TENTANG KODE ETIK DOSEN. ii MUKADIMAH.. 1 BAB I KETENTUAN UMUM 3 Pasal 1... 3 BAB II KEWAJIBAN DOSEN TERHADAP DIRI SENDIRI.. 7 Pasal 2 7 Pasal 3 8 Pasal 4 9

Lebih terperinci

Plagiarisme dan Upaya. Akademik di Indonesia

Plagiarisme dan Upaya. Akademik di Indonesia Plagiarisme dan Upaya Pencegahannya di Lingkungan Akademik di Indonesia Wasmen Manalu Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor wasmenmanalu@ymail.com

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 246/P/SK/HT/2004 TENTANG KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 246/P/SK/HT/2004 TENTANG KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 246/P/SK/HT/2004 TENTANG KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang Mengingat : a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

REGULATIONS AND POLICIES ON CLINICAL RESEARCH IN INDONESIA

REGULATIONS AND POLICIES ON CLINICAL RESEARCH IN INDONESIA REGULATIONS AND POLICIES ON CLINICAL RESEARCH IN INDONESIA Dr. Siswanto, MHP, DTM Director for Center for Applied Health Technology and Clinical Epidemiology/NIHRD Peraturan dalam Riset Klinik UUD 1945

Lebih terperinci

MEMBANGUN DAYA NALAR DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH. Jongga Manullang. Abstrak

MEMBANGUN DAYA NALAR DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH. Jongga Manullang. Abstrak MEMBANGUN DAYA NALAR DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Jongga Manullang Abstrak Kegiatan-kegiatan pengembangan, penyebarluasan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan sangat menentukan kualitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING LIA

KODE ETIK DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING LIA 1 Lampiran Keputusan Ketua STBA LIA tentang Kode Etik Dosen dan Tenaga Kependidikan STBA LIA SK No. 048/K/STBA-LIA/XI/2016 KODE ETIK DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING LIA BAB 1

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara

Lebih terperinci

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1507, 2017 KEMENKUMHAM. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG KODE

Lebih terperinci

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2 Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 1 2

Lebih terperinci

2017, No diatur secara komprehensif sehingga perlu pengaturan perbukuan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, h

2017, No diatur secara komprehensif sehingga perlu pengaturan perbukuan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, h No.102, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Perbukuan. Sistem. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6053) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara No.1352, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Kode Etik Pegawai. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA IKA STAR BPKP, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN, Menimbang

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN, KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN NOMOR : /IJ-DAG/KEP/01/2017 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PLAGIARISME: PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA

PLAGIARISME: PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA PLAGIARISME: PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA Disampaikan oleh: Prof. Dr.rer.nat. H. Rayandra Asyhar, M.Si. Wakil Rektor Bid. Akademik, Kemhswaan & Kerjasama PENGANTAR 1. UU RI No.12 Tahun 2012 tentang

Lebih terperinci

PENTINGNYA MENULIS ARTIKEL ILMIAH PADA JURNAL ILMIAH INTERNASIONAL DAN NASIONAL

PENTINGNYA MENULIS ARTIKEL ILMIAH PADA JURNAL ILMIAH INTERNASIONAL DAN NASIONAL PENTINGNYA MENULIS ARTIKEL ILMIAH PADA JURNAL ILMIAH INTERNASIONAL DAN NASIONAL WASMEN MANALU FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR wasmenmanalu@ymail.com Tugas Peneliti Peneliti membaktikan

Lebih terperinci

Bagian Tiga Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5

Bagian Tiga Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5 PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd.

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd. KODE ETIK GURU INDONESIA Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd. MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

KODE ETIK PENELITIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

KODE ETIK PENELITIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA KODE ETIK PENELITIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA Diterbitkan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UPN VETERAN JAKARTA Jl. RS. Fatmawati Pondok, Labu Jakarta Selatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor 003/SK/MWA-UI/2008 TENTANG KEBIJAKAN RISET UNIVERSITAS INDONESIA

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor 003/SK/MWA-UI/2008 TENTANG KEBIJAKAN RISET UNIVERSITAS INDONESIA KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor 003/SK/MWA-UI/2008 TENTANG KEBIJAKAN RISET UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi)

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (ABET) Kode Etik Insinyur ATAS DASAR PRINSIP Insinyur menegakkan dan memajukan integritas, kehormatan dan martabat profesi engineering

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I. UMUM Institut Teknologi Bandung, pertama kali dideklarasikan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R No.546, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Litbang. Pedoman. Peencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Negara

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU KODE ETIK DOSEN VISI : Terdepan dalam dharma, widya dan budaya MISI : 1. Meningkatkan Kualitas dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hindu melalui Pendidikan Tinggi Hindu; 2. Mengembangkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010 ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010 Bahasan 1. Pengantar 2. Pengertian Etika 3. Pengertian Profesi 4. Kode Etik Profesi Pengantar

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesadaran Pegawai

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA www.unduhsaja.com SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI KEMENTERIAN DALAM

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan,

Lebih terperinci

Tantangan & Peluang Peningkatan Kontibusi Teknologi di Bidang Pertanian

Tantangan & Peluang Peningkatan Kontibusi Teknologi di Bidang Pertanian Tantangan & Peluang Peningkatan Kontibusi Teknologi di Bidang Pertanian Benyamin Lakitan WORKSHOP KERJASAMA PENELITIAN APLIKASI NUKLIR DI BIDANG PERTANIAN BALITBANG KEMTAN, 16 OKTOBER 2013 Persoalan Simptomatik

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In No.1421, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kode Etik Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

KKNI : LEVEL 8 (MAGISTER)

KKNI : LEVEL 8 (MAGISTER) METODOLOGI PENELITIAN KETEKNIKAN pendahuluan KKNI : LEVEL 8 (MAGISTER) Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN KODE ETIK DOSEN DAN PEGAWAI

PEDOMAN KODE ETIK DOSEN DAN PEGAWAI PEDOMAN KODE ETIK DOSEN DAN PEGAWAI DI SUSUN OLEH: TIM PENYUSUN FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT PESANTREN SUNAN DRAJAT LAMONGAN JAWA TIMUR 2015 1 P a g e KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6108 ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 179) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA Jl. Semolowaru 45 Surabaya 60118 STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 711/P/SK/HT/2013 TENTANG TATA PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 711/P/SK/HT/2013 TENTANG TATA PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 711/P/SK/HT/2013 TENTANG TATA PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA Menimbang Mengingat REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, : a. bahwa dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur No.104, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIKBUD. Kebudayaan. Pemajuan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6055) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Kode Etik. PNS. Pembinaan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Buku Kode Etik dan Tata tertib dosen Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:

Lebih terperinci

KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA

KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA MUKADIMAH Profesional SDM Indonesia yang berada dibawah naungan Perhimpunan Manajemen Sumberdaya Manusia Indonesia (PMSM) menjunjung tinggi nilai-nilai yang diemban

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN

PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai etika penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 10.1.Menjelaskan etika penelitian. 10.2.Menjelaskan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan menulis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan menulis merupakan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menerangkan bahwa mata kuliah bahasa Indonesia adalah mata kuliah wajib

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 800-376 Tahun 2011 TENTANG KODE ETIK KHUSUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DITJEN KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM

Lebih terperinci

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

Tri Winarni Agustini Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat-UNDIP

Tri Winarni Agustini Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat-UNDIP Tri Winarni Agustini Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat-UNDIP *Beberapa materi diambil dari materi TOT Reviewer Ditlitabmas DIKTI dan LPDP Disampaikan pada acara Workshop Etika Reviewer,

Lebih terperinci

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1423. 2015 KEMENLU. Kode Etik. Pegawai. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN

Lebih terperinci

ETIKA AKADEMIK. Program Studi D3 Keperawatan

ETIKA AKADEMIK. Program Studi D3 Keperawatan ETIKA AKADEMIK Program Studi D3 Keperawatan AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKPER HKBP BALIGE NOMOR :60.d/akperhkbp/D/VI/2012 TENTANG KODE ETIK AKADEMIK AKPER HKBP BALIGE DIREKTUR

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN TENAGA

Lebih terperinci

BUKU ETIKA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2014

BUKU ETIKA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2014 BUKU ETIKA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG TAHUN 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG JL. PIET A TALLO, LILIBA KUPANG Tlp. (080) 881880, 881881

Lebih terperinci