PETUNJUK PELAKSANAAN DAK SLBM DANA ALOKASI KHUSUS SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK PELAKSANAAN DAK SLBM DANA ALOKASI KHUSUS SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT TAHUN 2014"

Transkripsi

1 PETUNJUK PELAKSANAAN DAK SLBM DANA ALOKASI KHUSUS SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT TAHUN 2014 PETUNJUK PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT PETUNJUK PELAKSANAAN DAK TAHUN SLBM i

2 ii

3 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Akses penduduk kepada prasarana dan sarana air limbah permukiman dan persampahan pada dasarnya erat kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, sosial budaya serta kemiskinan. Hasil berbagai pengamatan dan penelitian membuktikan bahwa semakin besar akses penduduk kepada fasilitas sanitasi (air limbah permukiman, persampahan dan drainase) serta pemahaman tentang hygiene, semakin kecil kemungkinan terjadinya kasus penyebaran penyakit yang ditularkan melalui media air (waterborne diseases). Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki pemerintah, baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya-upaya terobosan yang bersifat merubah paradigma dalam pengembangan sanitasi lingkungan. Beberapa upaya pengembangan sanitasi lingkungan berskala komunitas, dapat dilakukan melalui pendekatan berbasis masyarakat, hal ini ditujukan untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan, melalui penekanan perubahan perilaku dan pola hidup masayarakat untuk dapat lebih bersih dan sehat melalui keterlibatan masyarakat secara utuh sejak tahap perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai dengan pengelolaan sarana untuk menciptakan lingkungan permukiman yang sehat bagi masyarakat disekitarnya. Dana Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (DAK SLBM) merupakan salah satu sub bidang dari DAK Bidang Infrastruktur, yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional khususnya untuk membiayai kebutuhan masyarakat akan prasarana dan sarana Bidang Infrastruktur yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. DAK SLBM merupakan salah satu program pemerintah yang juga ditujukan untuk meningkatkan akses sanitasi terkait pencapaian salah satu target MDG s pada tahun 2015, yaitu menurunkan sebesar 50% dari jumlah penduduk yang belum memiliki akses pada air minum dan sanitasi dasar. Guna mencapai target tersebut, Pemerintah pusat bersama sama dengan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota melaksanakan DAK SLBM. iii

4 KATA PENGANTAR Dalam pelaksanaannya, kegiatan DAK SLBM harus mengacu pada dokumen Petunjuk Umum, Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis SLBM yang di keluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) dengan masukan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Buku Petunjuk Pelaksanaan DAK SLBM ini terdiri dari 3 bagian yaitu Petunjuk Umum, Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Teknis serta Lampiran mengenai Panduan Pengadaan Barang dan jasa, sebagai acuan bagi para pelaksana di Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota dan masyarakat dalam menyelenggarakan Program DAK SLBM, dan merupakan revisi Buku Petunjuk Pelaksanaan Program SLBM cetakan tahun Selain merupakan media pembinaan pelaksanaan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) oleh Kementerian PU, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota hingga tingkat masyarakat, kami harapkan Petunjuk Pelaksanaan DAK SLBM ini dapat menjadi pedoman bagi Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan pelaksana lapangan dalam berbagai tahapan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, penilaian kinerja, hingga tahap pemanfaatan. Kami tetap membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan DAK SLBM, untuk memberikan masukan serta saran dan kritisi atas Pedoman Revisi ini guna mengoptimalkan hasil pembangunan sanitasi melalui kegiatan DAK SLBM ini. Jakarta, Oktober 2013 Direktur Jenderal Cipta Karya Ir. Imam S. Ernawi, MCM, M.Sc NIP iv

5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PENDAHULUAN BAGIAN 1 KETENTUAN UMUM 1.1 TUJUAN PROGRAM DAK SLBM RUANG LINGKUP DAK SLBM KELUARAN PROGRAM DAK SLBM KRITERIA LOKASI KRITERIA KEGIATAN ORGANISASI PENYELENGGARA DAK SLBM PENDANAAN Sumber Pendanaan Alokasi Pendanaan MONITORING DAN EVALUASI PELAPORAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN BAGIAN 2 KETENTUAN PELAKSANAAN 2.1 TAHAP PERSIAPAN Sosialisasi Penyiapan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Pemilihan Lokasi Pemicuan Masyarakat Penetapan Lokasi Pembentukan dan Penetapan KSM v

6 DAFTAR ISI 2.2 TAHAP PERENCANAAN Persiapan Pelaksanaan Penyusunan RKM Pihak-pihak yang Menyusun RKM Waktu dan Tempat Pertemuan Penyusunan RKM Dokumen RKM SUMBER PENDANAAN DAN TAHAP PENCAIRAN DANA Sumber Pendanaan Mekanisme Pencairan Dana Verifikasi RKM Perjanjian Kerja KSM dengan SKPD PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI Pengadaan Material Pengadaan Barang dan Jasa Pelaksanaan Konstruksi PELAKSANAAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN Serah Terima Aset Infrastruktur Tujuan Operasi dan Pemeliharaan Organisasi Pengelola Operasional dan Pemeliharaan MONITORING DAN EVALUASI PELAPORAN BAGIAN 3 KETENTUAN TEKNIS 3.1 KETENTUAN TEKNIS PEMILIHAN TEKNOLOGI Sarana Air Limbah Berbasis Masyarakat Sarana Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat KETENTUAN TEKNIS OPERASI DAN PEMELIHARAAN Operasi dan Pemeliharaan Air Limbah Komunal Berbasis Masyarakat Operasi dan Pemeliharaan Sarana Pengelolaan Sampah Pola 3R KETENTUAN TEKNIS DALAM SELEKSI LOKASI Seleksi Kampung Klasifikasi Kesejahteraan (Wealth Classification) Rapid Participatory Assessment (RPA) vi

7 DAFTAR ISI PRA (Participatory Rural Appraisal) Transect Walk (Kesiapan Teknis) Venn Diagram untuk mengakaji lembaga lokal yang ada Problem Tree (Rencana Perbaikan Sanitasi) IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MASYARAKAT Identifikasi Kemampuan Masyarakat Pemetaan Sanitasi Kampung oleh Masyarakat Ladder-1 (Kesediaan Berkontribusi) Partisipasi dan kontribusi FORMAT PENDANAAN PENILAIAN KINERJA KETENTUAN TEKNIS PELAPORAN Form Data Umum, Kabupaten/Kota vii

8 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Komponen kegiatan DAK SLBM dan sumber pendanaan Tabel 3.1 Perhitungan Dimensi Bak Sedimentasi ABR (Sumber Hasil Analisa Konsultan) Tabel 3.2 Perhitungan Perbandingan Jumlah KK yang Dilayani dengan Dimensi ABR serta Parameter Analisa (Sumber Hasil Analisa Konsultan) Tabel 3.3 Perbandingan antara Jumlah Pengguna dengan Jumlah Bilik Kamar Mandi, WC dan Keran Tabel 3.4 Kelebihan dan Kekurangan Pengomposan Tabel 3.5 Kriteria Perencanaan TPS 3R Tabel 3.6 IIustrasi Perkiraan Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan Sistem MCK untuk 250 Jiwa Tabel 3.7 Ilustrasi Perkiraan Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan Sistem Komunal untuk 300 Jiwa Tabel 3.8 Jenis Informasi dan Alat RPA yang digunakan Tabel 3.9 Contoh Timeline Tabel 3.10 Pengalaman Membangun Prasarana* secara Gotong-Royong Tabel 3.11 CS3.1 Kondisi Drainase Tabel 3.12 CS3.2 Toilet/Jamban Tabel 3.13 CS3.3 Ketersediaan Air Tabel 3.14 CS3.4 Ketersediaan Lahan Tabel 3.15 Contoh Venn Diagram Tabel 3.16 CS4.1 Ketersediaan Lembaga-Lembaga Setempat* Tabel 3.17 CS5.1 Rencana Perbaikan Sanitasi* Tabel 3.18 Contoh Ladder 1* Tabel 3.19 CS2.1 Kesediaan Masyarakat Untuk Mengeluarkan Biaya viii

9 DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Bagan Sumber Pendanaan Gambar 2.1 Contoh Bagan Organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Gambar 2.2 Bagan struktur organisasi KSM Pasca Konstruksi Gambar 2.3 Mekanisme Monitoring Dan Evaluasi Gambar 2.4 Mekanisme Pelaporan Gambar 3.1 Tipikal Bangunan Anaerobic Baffled Reactor (ABR) Gambar 3.2 Tipikal Bangunan Anaerobic Upflow Filter (AUF) Gambar 3.3 Contoh Pewadahan Gambar 3.4 Contoh Alat Pengumpul Sampah Gambar 3.5 Diagram Tahapan Proses Pengomposan Gambar 3.6 Dimensi Tumpukan Lajur Terbuka Gambar 3.7 Pengomposan Sistem cetak Gambar 3.8 Pengomposan Open Bin Gambar 3.9 Contoh Pengolahan Sampah Gambar 3.10 Contoh Hanggar TPS 3R Gambar 3.11 Sistem pengolahan sampah dengan sampah tercampur Gambar 3.12 Sistem pengolahan sampah 3R Gambar 3.13 Contoh Venn Diagram Gambar 3.14 Contoh Rencana Perbaikan Sanitasi ix

10 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR SINGKATAN SLBM : Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan BABS : Buang Air Besar Sembarangan BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BANGDA : Pembangunan Daerah BOP : Biaya Operasional Proyek COD : Chemical Oxygen Demand BOD : Biological Oxygen Demand CSS : Central Sanitation Strategy Short List : Daftar Pendek Long List : Daftar Panjang DAK : Dana Alokasi Khusus DED : Detail Engineering Design DinKes : Dinas Kesehatan DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Dit. PPLP : Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman DJCK-PU : Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DRA : Demand Responsive Approach/Pendekatan Tanggap Kebutuhan IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah IPLT : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ICC : Informed Choice Catalogue/Katalog Pilihan Informasi Teknologi JUKLAK : Petunjuk Pelaksanaan KAK : Kerangka Acuan Kerja KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KSO : Kerjasama Operasional, meliputi upah kerja borongan dan/atau kontraktor specialist x

11 DAFTAR SINGKATAN KPP : Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara KPA : Kuasa Pengguna Anggaran KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat KEPPRES : Keputusan Presiden KEPMEN : Keputusan Menteri KF : Kapasitas Fiskal LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MDG s : Milenium Development Goal s MPA : Method for Participatory Assesment/Metode Pengkajian MCK : Mandi, Cuci dan Kakus MONEV : Monitoring and Evaluasi MOU : Memorandum of Understanding/Nota Kesepakatan Kerjasama O & P : Operasi dan Pemeliharaan PA : Pengguna Anggaran Panitia Pengadaan : Tim Pelaksana pengadaan barang/jasa di KSM PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum PERPRES : Peraturan Presiden PHAST : Participatory Hygiene and Sanitation Transformation PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PLP : Penyehatan Lingkungan Permukiman Pola 3R : Reduce, Reuse dan Recycle PPK : Pejabat Pembuat Komitmen RPA : Rapid Participatory Assesment/Survei Cepat Penilaian Peserta Masyarakat, Survei Kajian Cepat yang Partisipatif RKM : Rencana Kegiatan Masyarakat RUTRK : Rencana Umum Tata Ruang Kota SK : Surat Keputusan SATKER PPLP : Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah TPS : Tempat Pengolahan Sampah UPT : Unit Pelaksana Teknis xi

12 xii

13 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Akses penduduk kepada prasarana dan sarana air limbah permukiman dan persampahan pada dasarnya erat kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, sosial budaya serta kemiskinan. Hasil berbagai pengamatan dan penelitian telah membuktikan bahwa semakin besar akses penduduk kepada fasilitas prasarana dan sarana air limbah permukiman, persampahan dan drainase serta pemahaman tentang hygiene, semakin kecil kemungkinan terjadinya kasus penyebaran penyakit yang ditularkan melalui media air (waterborne diseases). Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki pemerintah, baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya-upaya terobosan yang bersifat merubah paradigma dalam pengembangan sanitasi lingkungan. Beberapa upaya bisa dilakukan terhadap pengembangan sanitasi lingkungan berskala komunitas berbasis masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan. Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana Pemerintah lebih berperan sebagai regulator dan fasilitator terkait dengan tugas-tugasnya dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasan pengembangan sanitasi lingkungan. Dana Alokasi Khusus Sanitasi (DAK SLBM) merupakan salah satu program pemerintah untuk meningkatkan akses sanitasi, yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya, untuk membiayai kebutuhan prasarana dan sarana Bidang Infrastruktur Masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan Daerah. Besaran alokasi DAK SLBM, dan DAK SLBM tambahan (untuk kabupaten/kota dengan kriteria khusus) masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis. Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah, yang dicerminkan dari penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setelah dikurangi belanja pegawai negeri sipil daerah. Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah. Kriteria teknis disusun berdasarkan kegiatan khusus yang dirumuskan oleh kementerian/lembaga, seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan PMK No 201-PMK tentang pedoman umum dan alokasi DAK Tahun Anggaran xiii

14 PENDAHULUAN Petunjuk Pelaksanaan DAK SLBM dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pemerintah Kabupaten/ Kota, dan pelaksana lapangan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, penilaian kinerja dan pemanfaatan. Pedoman ini merupakan media pembinaan pelaksanaan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) oleh Kementerian PU dan Pemerintah Provinsi. Pelaksana kegiatan DAK SLBM adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut SKPD DAK, yaitu organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota yang menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dari Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Tujuan disusunnya Petunjuk Pelaksanaan DAK SLBM ini, adalah: 1. Menjamin tertib pemanfaatan pelaksanaan dan pengelolaan Infrastruktur DAK SLBM yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota; 2. Menjamin terlaksananya koordinasi antara kementerian terkait, dinas teknis di Provinsi, dan dinas teknis di kabupaten/kota, dalam: pelaksanaan, pengelolaan, pemantauan, dan pembinaan teknis kegiatan yang dibiayai dengan DAK SLBM; 3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan DAK SLBM, serta mensinergikan kegiatan yang dibiayai dengan DAK SLBM dengan kegiatan prioritas nasional; dan 4. Meningkatkan kinerja prasarana dan sarana bidang sanitasi, dan meningkatkan cakupan pelayanan sanitasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Acuan normatif yang digunakan dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasan kegiatan DAK SLBM adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 4. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dan perubahannya Perpres No. 70 Tahun 2012, tentang Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah 5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi xiv

15 Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) PENDAHULUAN 10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP) 11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2010, tanggal 1 November 2010, tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur 12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggara Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga 14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.07/2012 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 06/PMK.07/2012 Tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah 17. SEB Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri; Nomor 0239/M. PPN/11/2008, SE 1722/MK/07/2008 dan 900/3556/SJ Tanggal 21 November 2008 perihal Petunjuk Pelaksanaan, Pemantauan, Teknis Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus Petunjuk Pelaksanaan DAK SLBM ini, terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: 1. Ketentuan Umum 2. Ketentuan Pelaksanaan; dan 3. Ketentuan Teknis xv

16 PENDAHULUAN Gambar Sistematika Juklak DAK SLBM 2014 xvi

17 BAGIAN I KETENTUAN UMUM DAK SLBM PETUNJUK PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT TAHUN 2014

18

19 KETENTUAN UMUM BAGIAN 1 KETENTUAN UMUM Ketentuan umum berisi, aturan-aturan atau ketentuan yang terkait dengan program DAK SLBM yang meliputi: Tujuan Program DAK SLBM Ruang Lingkup Program DAK SLBM Keluaran Program DAK SLBM Kriteria Lokasi Kriteria Kegiatan Organisasi Penyelenggara Pendanaan Pelaporan 1.1 TUJUAN PROGRAM DAK SLBM Tujuan program DAK SLBM adalah untuk meningkatkan cakupan dan keandalan pelayanan sanitasi, terutama dalam pengelolaan air limbah dan persampahan secara komunal/terdesentralisasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan memenuhi Standar Pelayanan Minimum penyediaan sanitasi di kawasan rawan sanitasi, termasuk daerah tertinggal. 1.2 RUANG LINGKUP DAK SLBM Ruang Lingkup dari Program DAK SLBM adalah: 1. Bidang Air Limbah: Terwujudnya stop buang air besar sembarangan (BABS), yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site), penyediaan akses dan peningkatan kualitas terhadap sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak. 2. Bidang Persampahan: terwujudnya pengurangan volume sampah dari sumbernya melalui peningkatan kinerja persampahan serta pengelolaan sampah dengan pola 3R (reduce, reuse, and recycle). 1-1

20 KETENTUAN UMUM 1.3 KELUARAN PROGRAM DAK SLBM Keluaran dari program DAK SLBM adalah terbangunnya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah komunal yang berbasis kepada masyarakat, peningkatan kinerja sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site), terbangunnya fasilitas pengurangan sampah dengan pola 3R, serta peningkatan kinerja sistem pengelolaan persampahan kota. 1.4 KRITERIA LOKASI Pemilihan Lokasi yang tepat adalah kunci keberhasilan program ini. Secara umum diluar ketentuan administratif dan teknis, lokasi terbaik adalah: 1. Kepadatan penduduk di atas 150 jiwa/ha (pemakai tetap) 2. Tersedia air bersih 3. Kawasan pemukiman padat, dan rawan sanitasi (mengacu kepada data BPS/ rekomendasi Dinas Kesehatan) atau kawasan pasar dan pemukiman di sekitarnya (pemukiman atau pasar yang legal sesuai dengan peruntukannya dalam RTRW Kabupaten/Kota) 4. Memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak (sesuai data BPS/atau dokumen PPSP) 5. Tersedia lahan yang cukup; 50 m 2 untuk 1 (satu) unit bangunan Instalasi Pengolah Air Limbah/ IPAL, 100 m 2 untuk 1 (satu) MCK Plus, atau 200 m 2 untuk infrastruktur 3R 6. Tersedia sumber listrik 7. Adanya saluran untuk menampung efluen hasil pengolahan air limbah 1.5 KRITERIA KEGIATAN Penentuan sarana dan prasarana yang akan dibangun melalui program DAK SLBM ditentukan berdasarkan skala prioritas yang meliputi: Prioritas Pertama: Penanganan air limbah rumah tangga dengan pilihan kegiatan sebagai berikut; a. IPAL komunal dengan jaringan perpipaan berbasis masyarakat b. Sambungan Rumah pada Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat Skala Kawasan berbasis masyarakat 1-2

21 KETENTUAN UMUM c. Kombinasi IPAL komunal dengan MCK plus d. MCK plus dengan pelayanan minimal 100 KK e. Septick tank komunal 10 KK (khusus untuk wilayah Indonesia bagian timur dengan kepadatan penduduk rendah) Prioritas Kedua: Prioritas kedua dapat dilaksanakan melalui pengembangan fasilitas pengurangan sampah berbasis masyarakat dengan pola 3R (Reduce, Reuse dan Recycle), apabila: a. Masyarakat di kawasan tersebut sudah menerapkan stop BABS b. Masyarakat/KSM menyampaikan surat minat yang menyatakan mampu mengelola infrastruktur 3R dan kepastian penjualan hasil produksi ke lapak/pabrik/instansi terkait c. Surat pernyataan Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan untuk membeli hasil produksi kompos TPST 3R d. Fasilitas Pengurangan sampah pola 3R dengan pembangunan Infrastruktur Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 3R 1.6 ORGANISASI PENYELENGGARA DAK SLBM Organisasi penyelenggara merupakan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan program DAK SLBM baik di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota dan masyarakat penerima. 1. Tingkat Pusat Untuk tingkat pusat, Menteri membentuk Tim Koordinasi Kementerian penyelenggaran DAK SLBM, yang terdiri dari Sekjen, Inspektorat Jenderal dan Unit Kerja Eselon I terkait 2. Tingkat Provinsi Untuk Tingkat Provinsi, Gubernur membentuk Tim Koordinasi Provinsi penyelenggara DAK SLBM 3. Tingkat Kabupaten/Kota Untuk Tingkat Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota membentuk Tim Koordinasi DAK Infrastruktur Kabupaten/Kota 4. SKPD Pelaksana DAK SLBM di tingkat Kabupaten/Kota 5. Tingkat Kelurahan/Desa 1-3

22 KETENTUAN UMUM Di tingkat kelurahan/desa sebagai pelaksana kegiatan DAK SLBM, dibentuk KSM yang merupakan perwakilan dari masyarakat di daerah pelaksana 6. Tenaga Fasilitator Lapangan bertugas melakukan pendampingan di lokasi Secara sederhana, Tim Organisasi pelaksana program DAK SLBM, dari tingkat pemerintah pusat sampai pada tingkat masyarakat adalah sebagai berikut: Tingkatan Pusat Provinsi Kabupaten/Kota Masyarakat Organisasi Penyelenggara Direktorat PPLP, Ditjen Cipta Karya Kementerian PU Satker PPLP Provinsi, Dinas terkait SKPD Teknis KSM 1.7 PENDANAAN Sumber Pendanaan Sumber pendanaan kegiatan berasal dari APBN dan APBD serta masyarakat. DAK SLBM, merupakan Dana Hibah Bantuan Sosial. Dana Pemerintah Pusat dialokasikan untuk kegiatan persiapan dan Monitoring Evaluasi, Pemerintah Kabupaten/Kota menyediakan pendamping dari APBD, dan swadaya masyarakat untuk pendampingan dan pelaksanaan. Gambar 1.1 Bagan Sumber Pendanaan 1-4

23 KETENTUAN UMUM Tabel 1.1 Komponen kegiatan DAK SLBM dan sumber pendanaan No. Komponen Kegiatan APBN DAK APBD Masyarakat I II III IV V Persiapan Workshop Regional Sosialisasi Kab/Kota Pelatihan TFL Seleksi Lokasi Longlist Shortlist Lokasi Terpilih Penugasan TFL untuk fasilitasi Penyiapan Masyarakat Pemicuan Masyarakat Pembentukan KSM Pelatihan mandor, tukang, keuangan Penugasan TFL untuk pendampingan : 1. Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) Pemetaan topografi dan permasalahan sanitasi di lokasi Penetapan lokasi IPAL dan calon pemanfaat Kesepakatan Pilihan Teknologi DED + RAB 2. Dokumentasi dan legalisasi RKM 3. Dokumen kontrak 4. Pelaksanaan konstruksi Pelaksanaan konstruksi Material Upah pekerja Lahan V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 1-5

24 KETENTUAN UMUM No. Komponen Kegiatan APBN DAK APBD Masyarakat VI Gaji dan operasional TFL: V VII Operasional KSM V VIII IX Operasional SKPD pelaksana DAK Pengoperasian & Pemeliharaan: Pelatihan OP Sosialisasi pengguna Biaya Operasional X Monitoring & Evaluasi V V V V V V V Alokasi Pendanaan Daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan DAK dalam APBD. Pelaksanaan DAK yang telah tercantum dalam APBD adalah tanggungjawab dari Pemerintah Daerah. 1.8 MONITORING DAN EVALUASI Berdasarkan Permen PU No.15 tahun 2010, indikator dalam monitoring dan evaluasi meliputi; 1. Kesesuaian dan pelaksanaan Rencana Kegiatan (RK) dengan arahan pemanfaatan DAK dan kriteria program prioritas nasional; 2. Proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa; 3. Kesesuaian hasil pelaksanaan fisik dengan kontrak/spesifikasi teknis yang ditetapkan; 4. Pencapaian sasaran, dampak dan manfaat kegiatan yang dilaksanakan; 5. Efesiensi dan efektifitas kegiatan; 6. Kepatuhan dan ketertiban pelaporan. 1.9 PELAPORAN Kegiatan pelaporan dilakukan oleh: 1. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 2. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten/Kota 3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi (CK PU) 1-6

25 1.10 OPERASI DAN PEMELIHARAAN KETENTUAN UMUM Infrastruktur DAK SLBM yang telah terbangun, harus segera diserahterimakan dari KSM kepada SKPD Pelaksana DAK SLBM dengan diketahui oleh Lurah dan Tim Koordinasi Tingkat Kabupaten/ Kota. Selanjutnya SKPD menyerahkan aset DAK SLBM kepada KSM Pengelola untuk dapat dioperasikan dan dipelihara dengan bimbingan teknis dari SKPD Teknis Kabupaten/Kota dalam rangka keberlanjutan. 1-7

26 KETENTUAN UMUM 1-8

27 BAGIAN II KETENTUAN PELAKSANAAN DAK SLBM PETUNJUK PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT TAHUN 2014

28

29 KETENTUAN PELAKSANAAN BAGIAN 2 KETENTUAN PELAKSANAAN Dalam pelaksanaan kegiatan DAK SLBM, dilakukan pengorganisasian pelaksanaan kegiatan meliputi; 2-1

30 KETENTUAN PELAKSANAAN Keterangan: Pelaporan berupa hardcopy dan elektronik melalui e-mon dilakukan untuk masingmasing tahap (Tahap persiapan, Tahap seleksi lokasi, Tahap penyiapan masyarakat, Tahap Pelaksanaan Fisik dan Tahap Operasi dan Pemeliharaan) 2.1 TAHAP PERSIAPAN Sosialisasi Sosialisasi DAK SLBM diselenggarakan kepada seluruh pemerintah Kabupaten/Kota pada akhir tahun anggaran sebelumnya yang diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Sosialisasi dilaksanakan juga oleh SKPD teknis/ Pokja Sanitasi di tingkat Kabupaten/Kota, dengan mengundang Camat/Lurah daerah rawan sanitasi. Sosialisasi ini bertujuan, agar Pemerintah Kabupaten/Kota dapat memahami lingkup kegiatan, mengalokasikan Dana Pendamping Fisik dan Operasional DAK SLBM serta gaji TFL Penyiapan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Tenaga Fasilitator Lapangan atau TFL, merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan DAK SLBM. Oleh karena itu, keberadaannya perlu diatur agar personil yang menjadi TFL merupakan orang yang tepat. Adapun urutan prosedur perekrutan dan penugasan TFL adalah sebagai berikut: 1. Penyiapan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) a. Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum mengirimkan surat, kepada masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota agar dapat mengusulkan nama calon fasilitator dalam rangka pemilihan TFL sesuai kriteria, terdiri dari 1 (satu) orang fasilitator teknis dan 1 (satu) orang fasilitator pemberdayaan masyarakat untuk 2 (dua) lokasi rencana; b. Bupati/Walikota menyampaikan nama calon TFL ke Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum untuk selanjutnya mengikuti pelatihan TFL; c. Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum menyelenggarakan pelatihan TFL; d. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib mengalokasikan dana APBD untuk gaji TFL minimal sebesar UMR setempat orang per bulan selama 8 bulan ditambah dengan operasional TFL sebesar minimal 1,5 juta per orang per bulan selama 8 bulan. 2-2

31 2. Seleksi TFL KETENTUAN PELAKSANAAN Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) terdiri dari TFL Teknis dan TFL Pemberdayaan yang ditugaskan oleh Dinas penanggung jawab tersebut diseleksi sesuai dengan kriteria sebagai berikut: a. Pendidikan minimal D3/sederajat; b. Diutamakan Penduduk asli/setempat atau mampu berkomunikasi dan menguasai bahasa serta adat setempat; c. Sehat jasmani dan rohani; d. Mengenal kondisi lingkungan calon lokasi; e. Memiliki cukup waktu untuk melaksanakan tugas TFL; f. Tidak merangkap sebagai TFL di tempat lain, bukan anggota BKM/LKM, KSM dan calon anggota legeslatif; g. Memiliki pengetahuan/pengalaman dasar tentang air limbah dan persampahan. 3. Pelatihan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Tujuan diselenggarakan pelatihan adalah menyiapkan TFL, agar: Memberi bekal pengetahuan tentang program dan tahapan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat kepada fasilitator; Dapat membantu masyarakat dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan, memutuskan dan mengelola Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); Memiliki pengetahuan dasar teknologi dan teknis disamping segi pemberdayaan masyarakat; Mampu menyusun dan menghitung Volume Pekerjaan, RAB (Rencana Anggaran Biaya); Membimbing KSM dalam menyusun Kriteria Teknis Pemanfaatan DAK, dan RK (Rencana Kegiatan) pembangunan sarana; Membimbing KSM menyusun jadwal pendanaan, baik yang berasal dari APBD, swasta, masyarakat. Termasuk juga jadwal pasokan material dan tenaga mandor, dan lain-lain. Melatih KSM agar mampu melakukan pembukuan keuangan; Mengevaluasi dan sinkronisasi terhadap perubahan yang mungkin ada, terkait kesesuaiannya dengan prioritas Nasional. 2-3

32 KETENTUAN PELAKSANAAN 4. Tugas dan Tanggung Jawab TFL Setiap TFL (Teknis & Pemberdayaan) mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Tahap Seleksi Masyarakat: Mengadakan rapat koordinasi dengan instansi terkait untuk mendapatkan daftar kampung dari dinas-dinas bersangkutan; Membantu menyiapkan daftar longlist kampung padat/kumuh/miskin sesuai form dan membuat laporan kepada Kepala Dinas; Melakukan pengecekan lapangan sesuai persyaratan teknis minimal bersama TFL- Pemberdayaan; Mengisi form shortlist kampung berdasarkan hasil pengecekan lapangan dan minta pengesahan dari Kepala Dinas; Mengundang stakeholder masyarakat (dalam shortlist) untuk menyelenggarakan pertemuan/sosialisasi Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); Mendampingi masyarakat dalam melakukan RPA (Rapid Participatory Appraisal atau penilaian cepat secara partisipatif) di kampung yang mengirim undangan dan memfasilitasi community self-selection stakeholders meeting atau pertemuan masyarakat untuk seleksi sendiri bersama dengan tim TFL pendamping; Membuat Berita Acara seleksi kampung serta menyusun laporan berkala ke dinas penanggung jawab kabupaten/kota. b. Tahap Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM). Memfasilitasi pertemuan awal masyarakat; Mengkomunikasikan kepada Pimpinan Kegiatan/Dinas terkait tentang jadwal dan agenda pertemuan untuk penyusunan RKM; Memfasilitasi pertemuan masyarakat (bersama dengan TFL-Pemberdayaan) untuk penentuan calon penerima manfaat program, pemilihan sarana teknologi sanitasi, membantu KSM dalam menyusun perencanaan teknis bangunan (DED), pembentukan dan pengesahan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat), penyusunan rencana kontribusi, dan kegiatan lain sampai tersusunnya RKM; Membantu masyarakat melakukan survey harga-harga material yang dibutuhkan; harga satuan upah, RAB (Rencana Anggaran Biaya), RP (Rencana Pendanaan), Rencana pengadaan, finalisasi pengadaan lahan sesuai jadwal pelaksanaan; Memfasilitasi Pembuatan dokumen RKM dan meminta pengesahan/legalisasi RKM kepada semua stakeholder; Memfasilitasi pertemuan koordinasi dengan dinas-dinas terkait untuk melaporkan 2-4

33 KETENTUAN PELAKSANAAN perkembangan kegiatan Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); Memfasilitasi Pembuatan Berita Acara kegiatan sesuai kebutuhan dan menyusun laporan secara berkala ke dinas penanggung jawab di Kabupaten/Kota. c. Tahap Konstruksi dan Capacity Building. Melakukan persiapan (survey dan pengukuran) dengan masyakarat untuk pembangunan sarana; Menyelenggarakan pelatihan KSM, Mandor/pengawas dan Tukang sesuai perencanaan; Membantu KSM dalam melakukan supervise dan pengarahan pada saat konstruksi; Meyakinkan bahwa semua rencana berjalan sesuai RKM, termasuk kontribusi dari berbagai pihak, tenaga kerja, tukang, material dan gudang, alat-alat pengawasan material, dan lainnya; Memfasilitasi pertemuan rutin masyarakat; Memberikan persetujuan terhadap semua pengeluaran dana KSM dan administrasi keuangannya untuk pelaporan; Ikut memberikan persetujuan keluar-masuknya material sesuai kualitas yang dipersyaratkan; Membantu penyusunan laporan keuangan dan ajuan pencairan dana sesuai perkembangan fisik; Melakukan pengawasan pekerjaan fisik dan tenaga kerja; Membuat Berita Acara pengecekan final teknis, kelembagaan, dan keuangan; Melaporkan seluruh perkembangan kegiatan dan kemajuan pekerjaan kepada Dinas penanggung jawab di kabupaten/kota. d. Tahap Evaluasi dan dukungan Operasional dan Pemeliharaan. Membantu SKPD dalam menyelenggarakan pelatihan bagi operator dan pengguna; Menyelenggarakan evaluasi kegiatan bersama dengan dinas-dinas terkait; Menyelenggarakan kegiatan evaluasi partisipatif bersama masyarakat; Membantu persiapan peresmian sarana; Melakukan pengawasan pekerjaan fisik dan tenaga kerja, serta pendampingan pada saat ujicoba pengoperasian prasarana; Membantu KSM dalam membuat Berita Acara kegiatan sesuai kebutuhan. 2-5

34 KETENTUAN PELAKSANAAN Pemilihan Lokasi Penetapan calon lokasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan melalui dua tahap seleksi: 1. Daftar panjang/longlist Pemilihan Lokasi dimulai dengan penetapan calon lokasi penerima DAK SLBM oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam bentuk daftar-panjang (longlist) Kelurahan. Sumber data longlist dapat diambil dari hasil SSK atau memorandum program bagi Kabupaten/Kota yang telah ikut Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Bagi Kabupaten/Kota yang belum mengikuti PPSP daftar longlist ditetapkan oleh SKPD pelaksana DAK. Penetapan daftar-panjang (minimal 7 lokasi) didasarkan pada wilayah yang merupakan urutan prioritas pengembangan prasarana dan sarana air limbah, persampahan komunal berbasis masyarakat. Oleh karena itu, perlu disusun pemetaan prasarana dan sarana sanitasi lingkungan, sehingga penanganan sanitasi lingkungan akan lebih tepat sasaran dan skala prioritasnya. 2. Daftar Pendek/Shortlist Daftar Pendek merupakan data primer yang ditentukan berdasarkan hasil survei dan identifikasi daftar panjang (longlist) yang dilakukan oleh TFL dan dinas penanggung jawab kegiatan DAK SLBM berdasarkan kriteria kelayakan maksimal. Daftar pendek disusun sesuai dengan persyaratan teknis minimal yang ditetapkan dan melalui pengecekan lapangan. Penentuan lokasi terpilih dilakukan dengan metode seleksisendiri atau oleh perwakilan masyarakat dengan sistem kompetisi terbuka. Pemilihan maksimal 3 (tiga) kampung yang masuk dalam Daftar Pendek (shortlist) yang dilakukan oleh TFL (Pemda dan Masyarakat) dan disahkan oleh Kepala Dinas penanggung jawab, dengan ketentuan memiliki kriteria kelayakan sebagai berikut: a. Kriteria Umum: 1) Lokasi yang berada di kawasan permukiman padat penduduk; 2) Lokasi yang rawan sanitasi; 3) Lingkungan masyarakat berpendapatan rendah. b. Kriteria lokasi kegiatan pengelolaan air limbah skala kawasan: 1) Kepadatan 150 jiwa/ha (Wilayah Jawa & Bali); 2) Terdaftar dalam administrasi pemerintahan Kabupaten/Kota (legal/proseslegal) dengan cakupan KK/ RT/RW/Lingkungan/Kampung/Distrik; 3) Memiliki masalah sanitasi yang sama (tidak terpengaruh batas RT/RW); 4) Tersedianya lahan; 5) Luas min. 50 m 2 (Simplified Sewerage System (SSS) atau komunal) dan min. 100 m 2 2-6

35 (untuk Community Sanitation Center (CSC) atau MCK plus); 6) Jarak dengan jalan poros ± 100 m; KETENTUAN PELAKSANAAN 7) Tersedia sumber air (PDAM, sumur gali, mata air), dan saluran untuk pembuangan air limbah (saluran drainase/riol kota/sungai); 8) Bersedia untuk berkontribusi (in cash + in kind); 9) Tertarik untuk mengimplementasikan kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM). c. Kriteria lokasi kegiatan pengelolaan persampahan skala kawasan: 1) Kriteria Fisik Lingkungan. a) Lahan TPST berada dalam batas administrasi yang sama dengan area pelayanan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. b) Berada didalam area yang memang direncanakan diperuntukkan sebagai lokasi TPS Sampah atau Rencana pemanfaatan rendah untuk fasilitas umum/ taman. c) Lahan yang diusulkan memang telah dimanfaatkan/difungsikan sebagai lokasi TPS Sampah. d) Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya dengan surat pernyataan bersedia digunakan untuk prasarana dan sarana pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. e) Berdampak minimal terhadap tata guna lahan. f) Ukuran lahan minimal 200 m 2. g) Permukaan air tanah di TPST >10 m. h) Bebas banjir. i) Berada di lahan datar. j) Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik dan lebar jalan yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/gerobak sampah. k) Jarak lokasi ke permukiman lebih dari 200 m. l) Terletak 500 m dari jalan poros. m) Terdapat zona penyangga dan kegiatan operasionalnya tidak terlihat dari luar. 2) Kriteria Sosial Ekonomi. a) Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat di kawasan dimaksud. b) Cakupan pelayanan mendekati 600 KK. 2-7

36 KETENTUAN PELAKSANAAN c) Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai wawasan lingkungan yang kuat. d) Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program 3R merupakan kesadaran masyarakat secara spontan. e) Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah. f) Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperti PKK, Forum-forum kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, klub jantung sehat, club manula, pengelola kebersihan/sampah, dan lain-lain Pemicuan Masyarakat Pemicuan masyarakat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi tentang perubahan perilaku pola hidup bersih dan sehat. Pemicuan dapat melibatkan tenaga sanitarian, Puskesmas, PKK, dan organisasi lainnya dengan sasaran utama masyarakat calon penerima manfaat dilokasi yang terpilih di daftar pendek (shortlist) Penetapan Lokasi Penetapan lokasi dilaksanakan melalui tahap sosialisasi berdasarkan shortlist yang dilaksanakan oleh SKPD Kabupaten/Kota pelaksana kegiatan DAK SLBM bersama dengan TFL. Sosialisasi ini berupa penjelasan kegiatan DAK SLBM kepada perwakilan dari masing-masing stakeholder lokasi terdiri dari 3-5 orang. Bagi lokasi shortlist yang berminat dapat mengikuti tahap seleksi lokasi, dengan tahapan sebagai berikut: 1. Menyampaikan surat minat dari stakeholder kepada TFL dan dinas penanggung jawab kegiatan untuk dilakukan survai cepat partisipatif (Rapid Paticipatory Assessment/RPA). 2. Bersama dengan TFL melakukan survei cepat partisipatif (RPA). RPA merupakan metode pemetaan kondisi sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi serta kebutuhan untuk memecahkan masalah sanitasi secara cepat dan dilakukan secara partisipatif/bersama masyarakat. 3. Masyarakat, TFL dan SKPD bersama-sama melakukan perhitungan hasil skoring RPA tiap lokasi secara terbuka seperti Tabel Konsolidasi Skor RPA (terlampir). 4. Setelah terpilihnya lokasi yang disepakati bersama, disusun materi berita acara seleksi lokasi terkait tenggat waktu tertentu untuk konfirmasi lahan dan sebagainya kepada pemenang ke-1. Bila pemenang ke-1 mengundurkan diri, dapat digantikan oleh pemenang berikutnya. 2-8

37 2.16. Pembentukan dan Penetapan KSM KETENTUAN PELAKSANAAN Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah kumpulan orang atau masyarakat yang menyatukan diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama, sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai. KSM merupakan wakil masyarakat calon penerima manfaat program DAK SLBM. KSM dibentuk melalui musyawarah masyarakat dengan bentuk dan susunan pengurus ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kelurahan. Untuk lokasi pemberdayaan masyarakat yang belum ada KSM yang terbentuk (seperti KSM pengelola PAMSIMAS, PNPM Mandiri, atau program pemberdayaan sejenis lainnya), maka perlu dibentuk KSM baru. Namun untuk lokasi pemberdayaan yang telah mempunyai KSM, maka pemberdayaan dapat dilakukan terhadap KSM yang telah ada. Secara umum tugas KSM adalah mensosialisasikan, merencanakan, melaksanakan, mengawasi/ memonitor, supervisi, mengelola kegiatan pembangunan, serta mengelola sarana SLBM yang telah dibangun nantinya. Pada tahap awal kegiatan KSM membentuk tim swakelola yang terdiri dari: tim perencana, tim pelaksana, tim pengawas, tim pengelola dan panitia/pejabat pengadaan. Contoh Susunan dan Tugas pengurus KSM sebagai berikut (dapat disederhanakan/dirangkap sesuai kebutuhan) : 1. Ketua Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan pembangunan. Memimpin pelaksanaan tugas tim yang telah di bentuk dan kegiatan rapat-rapat. 2. Sekretaris Menyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan kegiatan tata usaha dan dokumentasi. Melaksanakan surat-menyurat. Melaksanakan pelaporan kegiatan pembangunan secara bertahap. Mendokumentasikan seluruh laporan kegiatan. Membantu dalam penyuluhan kesehatan masyarakat. 3. Bendahara Menerima dan menyimpan uang. Mengeluarkan/membayar tagihan sesuai dengan progres fisik. Melakukan pengelolaan administrasi keuangan. Melakukan penarikan kontribusi dari masyarakat berupa uang. Menyusun realisasi pembukuan serta laporan pertanggungjawaban keuangan pada: 1) Tahap Konstruksi. Laporan keuangan mingguan untuk diumumkan (ditempel dipapan 2-9

38 KETENTUAN PELAKSANAAN pengumuman/tempat strategis) sehingga dapat dilihat dengan mudah oleh masyarakat. Laporan keuangan bulanan yaitu laporan penggunaan dana sesuai format yang ditentukan untuk kemudian diserahkan kepada PPK sanitasi. 2) Pasca Konstruksi (Tahap Operasi dan Pemeliharaan). 4. Seksi Perencanaan Laporan mingguan dan laporan bulanan yang diumumkan (ditempel dipapan pengumuman/tempat strategis) sehingga dapat dilihat dengan mudah oleh masyarakat. Seksi Perencanaan mempunyai tugas dan bertanggungjawab dalam menyusun DED, membuat gambar rencana kerja dan/atau spesifikasi teknis. Tim perencana terdiri dari seksi perencanaan, seksi konstribusi dan seksi tenaga kerja. Secara rinci tugas tim perencana adalah: a. Mensosialisakan pilihan teknologi sanitasi kepada masyarakat; b. Mengevaluasi dan menentukan pilihan teknologi sanitasi yang akan dibangun, sesuai dengan pilihan, kemampuan masyarakat serta kondisi lingkungan; c. Dengan di fasilitasi TFL menyusun analisa teknis, membuat DED lengkap dengan potongan, RAB dan menyusun analisa structural, elektrikal, arsitektural sesuai dengan teknologi sanitasi yangdipilih masyarakat; d. Menyusun jadwal rencana kegiatan konstruksi; e. Melakukan inventarisasi tenaga kerja; f. Mengorganisir kegiatan kampanye kesehatan di masyarakat. 5. Seksi Pelaksanaan Seksi Pelaksanaan mempunyai tugas dan bertanggungjawab dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan, membuat gambar pelaksanaan serta membuat laporan pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci tugas tim pelaksana adalah: a. Melakukan rekrutmen tenaga kerja; b. Mengatur tenaga kerja di lapangan; c. Mengatur dan mengkoordinir material yang diperlukan; d. Menerima dan menyetujui material/barang masuk; e. Bertanggung jawab terhadap keamanan material selama pembangunan; f. Membuat laporan tentang keadaan material; g. Mengalokasikan material sesuai dengan kebutuhan pekerjaan konstruksi; 2-10

39 h. Melakukan monitoring terhadap upaya penyehatan lingkungan; i. Membuat As built drawing setelah pekerjaan konstruksi selesai. 6. Seksi Pengawasan KETENTUAN PELAKSANAAN Tim Pengawasan mempunyai tugas dan bertanggungjawab dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelaporan, baik fisik maupun administrasi pekerjaan swakelola. Secara rinci tugas tim pengawas adalah: a. Pengawasan kepada pekerja dengan di fasilitasi oleh TFL; b. Bertangung jawab terhadap pengawasan administrasi, teknis dan keuangan; c. Di fasilitasi oleh TFL bertanggung jawab/menilai atas kualitas dan progres pekerjaan fisik; d. Menyusun laporan pekerjaan untuk diteruskan dan/atau ditindaklanjuti ke PPK. 7. Panitia/Pejabat Pengadaan Berdasarkan Perpres No 54 Tahun 2010 (dan perubahannya sesuai Perpres No 70 Tahun 2012 tentang mekanisme pengadaan barang dan jasa), Panitia/Pejabat Pengadaan diangkat oleh penanggungjawab kelompok masyarakat (KSM) untuk melakukan pengadaan barang/ jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan swakelola dan Panitia/Pejabat Pengadaan diperbolehkan bukan PNS. a. Bertangung jawab dalam melaksanakan survey harga pasar material setempat; b. Mengundang supplier (peyedia barang) untuk mendapatkan harga terendah; c. Melaksanakan kegiatan proses pengadaan barang atau pekerjaan konstruksi. 8. Seksi Operasi & Pemeliharaan a. Mengoperasikan dan memelihara sarana sanitasi yang telah dibangun; b. Mengumpulkan iuran warga; c. Melestarikan sarana sanitasi yang telah dibangun; d. Bekerjasama dengan tim perencana bila ada pengembangan sarana sanitasi. Catatan: Susunan dan Tugas pengurus KSM sebagai berikut (dapat disederhanakan/dirangkap sesuai kebutuhan). Mekanisme kerja KSM tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART) yang disepakati oleh pengurus KSM dan seluruh calon pengguna/penerima manfaat. Status pembentukan KSM disahkan dengan Surat Keputusan (SK) Lurah setempat. Untuk daerah tertentu, pembentukan KSM ini dapat ditambahkan legalitas notaris untuk kepentingan pembukaan rekening masyarakat 2-11

40 KETENTUAN PELAKSANAAN Struktur organisasi KSM, sebisa mungkin membuat warga masyarakat mudah untuk terlibat secara langsung. RAPAT ANGGOTA KETUA SEKRETARIS BENDAHARA BADAN PENASEHAT PANITIA SWAKELOLA KSM SEKSI PERENCANAAN SEKSI PELAKSANAAN SEKSI PENGAWASAN PANITIA/ PEJABAT PENGADAAN SEKSI OPERASI DAN PEMELIHARAAN ANGGOTA GARIS PENGAWASAN GARIS WEWENANG Gambar 2.1 Contoh Bagan Organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 2.2 TAHAP PERENCANAAN Penyusunan RKM dilakukan dengan pendekatan partisipatif, artinya semaksimal mungkin melibatkan masyarakat dalam semua kegiatan dan penyusunannya, baik manajemen maupun teknis. Pekerjaan yang membutuhkan keahlian teknis dibantu oleh tenaga ahli/tfl, dengan tetap melibatkan masyarakat. Dokumen RKM, merupakan dokumen resmi perencanaan DAK SLBM yang disusun oleh KSM dan difasilitasi oleh TFL, diusulkan dan disahkan dalam forum musyawarah di lokasi pelaksanaan, yang merupakan salah satu syarat untuk pencairan dana tahap awal. Dokumen RKM harus disetujui oleh SKPD (unsur pemerintah daerah terkait), Dokumen tersebut berisi tentang: 1. Profil lokasi; 2. Organisasi KSM, Struktur KSM serta tim pendukung (seksi perencanaan, seksi pelaksanaan, 2-12

41 KETENTUAN PELAKSANAAN seksi pengawasan, seksi Operasi dan Pemeliharaan serta tim pengadaaan), dengan dilengkapi Surat Keputusan (SK) pembentukan KSM maupun pembentukan tim pendukung; 3. Anggaran Dasar & Rumah Tangga (AD/ART) KSM; 4. Surat ketersediaan Lahan dan atau persetujuan warga misal : surat hibah, surat hak guna dari dinas/lembaga yang ada didaerah; 5. Dokumen dan berita acara seleksi kampung, disertai dengan dokumen pendukung dan tabel konsolidasi skor RPA; 6. Penentuan Calon Pengguna; 7. Pemilihan Teknologi Sanitasi; 8. DED dan RAB lengkap disertai dengan kurva S; 9. Rekening bank bersama (di tanda tangani oleh ketua KSM, TFL dan PPK Sanitasi Kabupaten/ Kota); 10. Sumber Pendanaan serta Mekanisme Pencairan Dana dari pemerintah; 11. Pengelolaan Keuangan DAK SLBM (Administrasi pembukuan danadak SLBM, Mekanisme pembelanjaan, dan Laporan keuangan); 12. Rencana Kerja a. Rencana pembangunan infrastruktur b. Rencana pendampingan c. Rencana pelatihan mandor, tukang, operator, dan pengguna d. Rencana pembiayaan operasi dan pemeliharaan oleh masyarakat pengguna 13. Surat Perjanjian Kerja Sama Antara SATKER/PPK Sanitasi kabupaten/kota dengan KSM, tentang pemanfaatan DAK SLBM; 14. Jaminan dari masyarakat pengguna terhadap kesediaan dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana DAK SLBM; Tujuan RKM adalah: 1. Mengumpulkan informasi sanitasi secara kuantitatif dan kualitatif diantaranya jumlah rumah/kk yang memiliki dan/atau tidak memiliki fasiltas MCK pribadi, kepemilikan maupun kondisi septictank, tempat pembuangan limbah domestik); tempat pembuangan sampah, dan kebersihan lingkungan sekitarnya; 2. Mengumpulkan informasi tentang kondisi kesehatan dan angka penyakit terkait dengan waterborn deseases (diare, kulit, kolera); 3. Mengidentifikasi indikator dan/atau mekanisme dalam hal keberlanjutan oprasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana DAK SLBM melalui proses partisipasi masyarakat. 2-13

42 KETENTUAN PELAKSANAAN Indikator berupa pengurasan bak mandi, pengambilan lumpur di manhole, kesediaan alat, pembersihan lantai, manfaat dan nilai guna iuran yang dirasakan oleh masyarakat dalam kegiatan operasional dan pemeliharaan prasarana DAK SLBM, keinginan masyarakat untuk mengunakan prasaran DAK SLBM, dan lain lain; 4. Mengidentifikasi informasi tentang kesetaraan akses (laki-laki/perempuan, anak-anak, manula/tuna daksa) pada pelayanan yang ada, partisipasi dalam pengambilan keputusan, kebutuhan dan kepuasan pengguna, kualitas pelayanan dan pengelolaan oleh masyarakat; 5. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan mandor, tukang, operator, pengguna, dan kewirausahaan untuk mengembangkan kemampuan agar pelayanan dapat berkesinambungan; 6. Mengidentifikasi kebutuhan dan rencana masyarakat untuk memecahkan masalah sanitasi Persiapan Pelaksanaan Penyusunan RKM Persiapan Tim TFL (Teknis dan Pemberdayaan/Sosial) dalam pembagian tugas: Siapa berperan sebagai apa dan kapan. Penyiapan logistik, materi dan alat-alat untuk RKM. Kontak person di masyarakat. Menentukan waktu dan tempat. Melaksanakan pertemuan sesuai jadwal dan kesepakatan. Komunikasi dan koordinasi dengan semua stakeholders. Tahapan Penyusunan RKM: 1. Klasifikasi Kesejahteraan, yaitu mengklasifikasi jumlah penduduk kampung ke dalam kategori tingkat kesejahteraan (kaya, menengah, miskin) dan manula/tuna daksa menurut kriteria khusus dan istilah setempat; 2. Pemetaan Sanitasi Kampung oleh Masyarakat, yaitu mempelajari keadaan masyarakat menyangkut sarana air bersih dan sanitasi; 3. Transect Walk, yaitu mempelajari akses masyarakat terhadap sarana sanitasi yang ada; 4. Partisipasi dan Kontribusi, yaitu menilai dan menganalisa kesetaraan dan transparansi pengguna saat dan pasca pembangunan sarana (pembangunan, operasional dan pemeliharaan); 5. Siapa Melakukan Apa, yaitu mengetahui peranan laki-laki dan perempuan pada tahap perencanaan, pembangunan, oparasional dan pemeliharaan sarana; 6. Pembagian Kerja berdasarkan Peran Gender dan kelompok rentan sanitasi, yaitu menilai dan menganalisa pembagian kerja, jenis pekerjaan, dan pekerjaan yang dibayar atau tidak. 2-14

43 KETENTUAN PELAKSANAAN Pihak-pihak yang Menyusun RKM Para pihak yang terlibat dalam penyusunan RKM, terdiri dari masyarakat yang berdomisili di kampung yang bersangkutan, baik perempuan atau laki-laki, tokoh formal maupun informal Waktu dan Tempat Pertemuan Penyusunan RKM Penyusunan RKM ini dapat diselesaikan maksimal 3 bulan, sebaiknya di laksanakan 2-3 jam dalam satu hari, Keterwakilan perempuan dalam kegiatan ini, perlu mendapat perhatian khusus karena pemanfaat utama dari sarana sanitasi adalah perempuan. Dalam menetapkan tempat pertemuan, yang perlu diperhatikan adalah tempat tersebut cukup luas, bersifat netral, dan mudah diakses oleh masyarakat Dokumen RKM Dokumen RKM, merupakan dokumen resmi perencanaan DAK SLBM yang disusun oleh KSM dan difasilitasi oleh TFL., diusulkan dan disahkan dalam forum musyawarah di lokasi pelaksanaan, yang merupakan salah satu syarat untuk pencairan dana tahap awal. Dokumen RKM harus disetujui oleh SKPD (unsur pemerintah daerah terkait), Dokumen tersebut berisi tentang: 1. Profil lokasi; 2. Organisasi KSM, Struktur KSM serta tim pendukung (seksi perencanaan, seksi pelaksanaan, seksi pengawasan, seksi Operasi dan Pemeliharaan serta tim pengadaaan), dengan dilengkapi Surat Keputusan (SK) pembentukan KSM maupun pembentukan tim pendukung; 3. Anggaran Dasar & Rumah Tangga (AD/ART) KSM; 4. Surat ketersediaan Lahan dan atau persetujuan warga misal: surat hibah, surat hak guna dari dinas/lembaga yang ada didaerah; 5. Dokumen dan berita acara seleksi kampung, disertai dengan dokumen pendukung dan tabel konsolidasi skor RPA; 6. Penentuan Calon Pengguna; 7. Pemilihan Teknologi Sanitasi; 8. DED dan RAB lengkap disertai dengan kurva S; 9. Rekening bank bersama di tanda tangani oleh ketua KSM, bendahara KSM dan satu orang penerima manfaat yang ditunjuk melalui rembug warga; 10. Sumber Pendanaan serta Mekanisme Pencairan Dana dari pemerintah; 11. Pengelolaan Keuangan DAK SLBM (Administrasi pembukuan dana DAK SLBM, Mekanisme pembelanjaan, dan Laporan keuangan); 12. Rencana Kerja; a. Rencana pembangunan infrastruktur. 2-15

44 KETENTUAN PELAKSANAAN b. Rencana pendampingan. c. Rencana pelatihan mandor, tukang, operator, dan pengguna. d. Rencana pembiayaan operasi dan pemeliharaan oleh masyarakat pengguna. 13. Jaminan dari masyarakat pengguna terhadap kesediaan dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana DAK SLBM. 2.3 SUMBER PENDANAAN DAN TAHAP PENCAIRAN DANA Sumber Pendanaan 1. Dana APBN Dana APBN sebagai dana pendukung DAK SLBM, dialokasikan melalui Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum digunakan untuk sosialisasi, pelatihan TFL, pelaporan serta monitoring evaluasi. 2. Dana DAK dan APBD a. Dana DAK SLBM hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan konstruksi fisik di lokasi. b. Dana pendamping wajib dialokasikan minimal sebesar 10 % untuk DAK SLBM Reguler dan 0-3 % untuk DAK SLBM Tambahan. c. Dana APBD diluar pendamping dialokasikan minimal 5% dari pagu DAK SLBM sebagai dana operasional yang digunakan untuk: Gaji Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) dan operasional TFL minimal diatas UMR setempat ditambah Rp /bulan dialokasikan selama 8 bulan BOP SKPD untuk mengelola kegiatan DAK SLBM BOP KSM untuk Sosialisasi, pelatihan, perencanaan, pelaksanaan Pendampingan fisik DAK SLBM Dana pendamping harus dialokasikan pada saat penyusunan anggaran di tahun sebelumnya (N-1) yang besarannya minimal sama dengan alokasi tahun sebelumnya. 3. Dana Masyarakat a. Dana masyarakat (in-cash dan/atau in-kind) dikumpulkan berdasarkan kesepakatan hasil musyawarah dan kesepakatan masyarakat calon pengguna/penerima manfaat program. b. Pengumpulan dana masyarakat dilakukan oleh KSM. c. Dana dari masyarakat dalam bentuk tunai dimasukkan ke rekening bersama atas nama 2-16

45 KETENTUAN PELAKSANAAN 3 (tiga) orang yaitu: ketua KSM, bendahara KSM dan 1 (satu) orang wakil dari Penerima manfaat yang terpilih melalui rebug warga. 4. Dana Swasta/Donor (apabila ada) a. Dana swasta/donor adalah dalam bentuk hibah sebagai bentuk kontribusi swasta dalam kegiatan perbaikan sanitasi masyarakat; b. Pencairan dana dilakukan sesuai peraturan yang berlaku di masing-masing perusahaan/ lembaga atau institusi yang bersangkutan setelah ada rencana kerja masyarakat/rkm; c. Dana dari Swasta/Donor diwujudkan dalam bentuk tunai yang ditransfer langsung ke rekening bersama. 5. Dana LSM (bila ada) Dukungan dari LSM biasanya berbentuk keahlian (expertise) sebagai bentuk kontribusi mereka terhadap kegiatan perbaikan sanitasi masyarakat Mekanisme Pencairan Dana Mekanisme pencairan dana sesuai dengan mekanisme pencairan Dana Hibah Bantuan Sosial. Penyaluran dana kepada KSM dilakukan secara bertahap: 1. Diberikan 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan dana, apabila KSM telah menyelesaikan dokumen RKM; 2. Diberikan 30% (tiga puluh persen) dari keseluruhan dana apabila pekerjaan fisik telah mencapai 30% (tiga puluh persen); dan 3. Diberikan 30% (tiga puluh persen), dari keseluruhan dana, apabila pekerjaan fisik telah mencapai 60% (enam puluh persen). Mekanisme pencairan Dana harus sesuai dengan Perpres No 54 Tahun 2010 (dan perubahannya sesuai Perpres No 70 Tahun 2012 tentang mekanisme pengadaan barang dan jasa dengan metoda penunjukan langsung kepada masyarakat) Verifikasi RKM KSM mengusulkan Dokumen RKM kepada SKPD untuk disetujui dan disahkan oleh SKPD, selanjutnya menjadi Dokumen Kelengkapan Kontrak. 2-17

46 KETENTUAN PELAKSANAAN Perjanjian Kerja KSM dengan SKPD Perjanjian kerja (kontrak) ditanda tangani oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen dari SKPD kabupaten/kota sebagai Penanggung Jawab Anggaran, dengan Ketua KSM (lihat contoh Perjanjian kerja (Kontrak) pada ketentuan teknis). Perjanjian kerja ini dapat diadakan, setelah KSM menunjukkan persiapan kegiatan berupa RKM yang sudah di verifikasi dan dilengkapi dengan DED dan RAB. Contoh standard dari Perjanjian kerja (kontrak) tersebut, dapat dilihat pada lampiran (lihat contoh Perjanjian kerja (Kontrak) pada ketentuan teknis): 1. Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK), yang memuat: (i). Definisi, (ii). Pembayaran Uang Muka, (iii) Waktu penyelesaian pekerjaan, (iv). Perpanjangan waktu penyelesaian. 2. Syarat Syarat Khusus Kontrak (SSKK) yang memuat: (i). Alamat Korespondensi para Pihak, (ii). Nomor rekening atas nama 3 (tiga) orang yaitu: ketua KSM, wakil Dinas Penanggung Jawab Pemerintah Kabupaten/Kota dan fasilitator (khusus untuk dana Bansos swakelola), (iii) Tanggal berlaku kontrak, (iv). Waktu penyelesaian, (v). Jadual pelaporan, (vi). Sumber dana, (vii). Termijn pembayaran, (viii). Batas waktu penerbitan SPP (Surat Perintah Pembayaran) oleh PPK. 3. Dokumen RKM (Rencana Kerja Masyarakat) yang telah disetujui. 4. Rencana Pembayaran: a. Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan akan dilakukan secara harian atau mingguan berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borong. b. Pembayaran gaji tenaga terampil (apabila diperlukan) dilakukan berdasarkan kontrak dengan tenaga terampil tersebut, atau tanda bukti pembayaran. c. Pembayaran bahan dan/atau peralatan/suku cadang. 5. Rencana Penyerahan Hasil Pekerjaan: Setelah pelaksanaan pekerjaan DAK SLBM ini selesai 100% (sasaran akhir pekerjaan telah tercapai), Penanggung Jawab KSM menyerahkan pekerjaan kepada PPK SKPD. (Contoh berita acara serah terima pekerjaan dapat dilihat pada Ketentuan Teknis) 2.4 PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI Pengadaan Material Pengadaan material untuk keperluan kegiatan DAK SANITASI diutamakan dengan memberdayakan masyarakat setempat baik secara perorangan maupun secara kelompok. Apabila masyarakat dilokasi tersebut tidak mampu menyediakan material yang dibutuhkan, maka KSM dapat 2-18

47 KETENTUAN PELAKSANAAN menunjuk/memilih pemasok dari luar lokasi dengan melalui survey harga yang terendah. Pelaksanaan Kegiatan Dengan Subkontraktor/Pemasok Pekerjaan yang dapat dikerjakan secara subkontrak melalui pihak ketiga adalah pekerjaan yang dianggap tidak mampu dikerjakan oleh masyarakat karena memerlukan keahlian khusus (misalnya pembuatan campuran beton mutu tinggi atau pabrikasi) atau pembelian barang (pabrikan) yang membutuhkan ketrampilan tertentu Pengadaan Barang dan Jasa Mekanisme pengadaan barang dan jasa mengacu pada Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010, serta perubahannya Peraturan Presiden 70 tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa, pasal 55. Tanda bukti pembelian terdiri atas bukti pembelian, kuitansi, Surat Perintah Kerja (SPK), dan surat perjanjian sebagai berikut: 1. Bukti Pembelian yang dimaksud, digunakan untuk pengadaan barang atau jasa yang nilainya sampai dengan Rp ,00 (sepuluh juta rupiah). 2. Kuitansi, digunakan untuk pengadaan barang dan jasa yang nilainya Rp ,00 s/d Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). 3. Surat Perintah kerja (SPK) digunakan untuk pengadaan barang atau pekerjaan konstruksi atau jasa lainnya dengan nilai Rp ,00 s/d Rp ,00 (dua ratus juta rupiah). 4. Surat Perjanjian digunakan untuk pengadaan barang atau pekerjaan konstruksi atau jasa lainnya dengan nilai diatas Rp ,00 (dua ratus juta rupiah). Untuk pengadaan barang, KSM harus membentuk panitia pengadaan yang diangkat oleh ketua KSM untuk melakukan pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan swakelola. Panitia pengadaan berjumlah 3 orang (masyarakat pemanfaat) terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota, yang dipilih melalui rembug warga. Panitia Pengadaan terdiri dari satu orang anggota KSM dan 2 (dua) orang dari masyarakat setempat Pelaksanaan Konstruksi Pelaksanaan Konstruksi secara garis besar adalah: 1. Penjelasan teknis konstruksi dilakukan oleh SKPD, kepada pelaksana pembangunan, tukang, mandor dan masyarakat pengguna; 2. Pekerjaan konstruksi dilakukan oleh tukang dan atau masyarakat yang dipekerjakan oleh KSM, didampingi oleh TFL, dengan tahapan sebagai berikut; Rembug warga: KSM melakukan pemaparan terhadap rencana pelaksanaan 2-19

48 KETENTUAN PELAKSANAAN pembangunan, penjelasan RKM, jadwal pelaksana pekerjaan, kontrak, sumber-sumber pembiayaan lainnya, rekruitmen dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan, mekanisme pembayaran, penjelasan gambar desain dan jalur perpipaan, titik lokasi IPAL terpilih, menyepakati rencana operasi dan pemeliharaan, pembentukan lembaga pengelola, jadwal evaluasi pekerjaan. Survey dan pemetaan ulang: survey dilakukan untuk mendapatkan jumlah pemanfaat sesuai dengan RKM dan rencana pengembangannya. Pemetaan ulang dilakukan untuk mengukur jalur pipa rencana, keberadaan utilitas, pemasangan patok (benchmark), lokasi bak kontrol. Pembersihan dan penyiapan lahan IPAL/MCK plus. Penyiapan peralatan K3, sign board, turap pengaman galian. Penyiapan direksi Kit, gudang, area kerja (misal untuk pembuatan precast bak kontrol). Pengadaan dan pembelian barang oleh panitia pengadaan. Pembagian grup dan area kerja. Pelaksanaan pekerjaan. Monitoring dan evaluasi. Pelaksanaan untuk pekerjaan yang dikerjakan sendiri oleh tim pelaksana KSM adalah: Sekurang-kurangnya terdapat Satu Kepala Pelaksana Kepala Pelaksana mewakili Ketua KSM dalam memberikan arahan serta mengawasi jalannya pelaksanaan di lapangan, baik dari segi teknik maupun administrasi kegiatan, dan sebagai penghubung dengan pihak luar sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Kepala Pelaksana adalah Ketua Unit Teknis KSM atau anggota KSM lain yang mampu untuk mengemban tugas tersebut. Satu orang Mandor. Mandor adalah orang yang menguasai pekerjaan lapangan sesuai dengan jenis pekerjaannya, dan berfungsi membantu Kepala Pelaksana dalam menangani satu maçam pekerjaan atau lebih. Mandor sebaiknya adalah anggota Unit Kerja Teknis atau orang lain yang terampil/menguasai jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan. 2.5 PELAKSANAAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN Serah Terima Aset Infrastruktur Setelah pembangunan prasarana/sarana sanitasi diselesaikan, maka tahapan selanjutnya adalah tahapan serah terima prasarana/sarana sanitasi yang sudah di bangun. Beberapa kegiatan pokok 2-20

49 KETENTUAN PELAKSANAAN yang harus dilakukan dalam proses penyerahan sarana sanitasi adalah sebagai berikut: Rembug Warga bertujuan untuk memberikan informasi hasil pelaksanaan kegiatan dan hasil pengelolaan dana kepada warga lokasi sasaran. Rembug dilaksanakan setelah pelaksanaan fisik selesai 100% atau pada saat batas waktu penyelesaian pekerjaan habis. Forum ini dipimpin oleh Lurah dengan mengundang PPK Sanitasi Kabupaten/Kota, Pemerintah Kecamatan, KSM, KM, PKK, LSM, Tokoh masyarakat desa, dan warga lokasi kegiatan dengan perwakilan Pengurus RT/RW. Dalam Rembug ini, KSM menjelaskan secara rinci dan transparan laporan pertanggungjawaban. Materinya antara lain Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) disertai dengan foto-foto pelaksanaan. Hasil Rembug Warga ini disampaikan kepada PPK Sanitasi kabupaten/kota. Hasil rembug warga di tuangkan dalam berita acara. Serah Terima Pekerjaan dilakukan oleh Ketua KSM kepada PPK Sanitasi Kabupaten/kota dengan sepengetahuan SKPD dan Lurah. Selanjutnya PPK Sanitasi Kabupaten/kota menyerahkan hasil pekerjaan tersebut kepada KSM untuk difungsikan. Isi laporan pertanggungjawaban terdiri dari: 1. Apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%), laporan pertanggungjawaban KSM berisi Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) dan pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K). 2. Apabila pelaksanaan kegiatan fisik tidak selesai pada waktunya (pada akhir tahun anggaran belum mencapai 100%) maka laporan pertanggungjawaban KSM berisi Laporan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB), Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK), dan Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K) Tujuan Operasi dan Pemeliharaan Kegiatan ini dimaksudkan untuk memastikan keberlanjutan pelayanan aset yang sudah dibangun melalui upaya pemeliharaan yang tepat. KSM pengelola yang telah dibentuk akan melaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana-sarana sanitasi yang telah dibangun. Tujuan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan adalah sebagai berikut: 1. Terkumpulnya iuran dari masyarakat untuk pembiayaan operasional dan pemeliharaan sarana sanitasi yang terbangun. 2. Dapat berfungsinya sarana sanitasi sesuai dengan peruntukannya. 3. Adanya tambahan jumlah masyarakat penerima manfaat. 4. Adanya perubahan perilaku PHBS di masyarakat. 2-21

50 KETENTUAN PELAKSANAAN 5. Tumbuhnya partisipasi masyarakat untuk ikut memelihara sarana 6. Memberikan peluang kepada masyarakat/kelompok masyarakat/lembaga masyarakat untuk mengoperasikan dan mengoptimalkan sarana sanitasi yang ada sebagai sumber daya serta meningkatkan kapasitas masyarakat dengan penciptaan peluang pelatihan teknis maupun non teknis. 7. Keberlanjutan sesuai dengan prinsip DAK SLBM Organisasi Pengelola Operasional dan Pemeliharaan Operasi dan Pemeliharaan dilakukan oleh organisasi yang sebelumnya sudah ada dan ditunjuk oleh masyarakat, seperti KSM, dapat juga merupakan kelembagaan baru yang sesuai dengan kebutuhan hasil musyawarah masyarakat pengguna. KSM maupun organisasi pengelola operasional dan pemeliharaan harus berasal dari Kelompok Pemanfaat. Dalam hal ini, masyarakat memperoleh fasilitasi mengenai tata cara operasi dan pemeliharaan dari aparat, tenaga pendamping, maupun pihak-pihak lain yang berkompeten. 1. Prinsip pengelolaan pada tahap pemanfaatan: a. Musyawarah. b. Transparansi. c. Akuntabilitas publik dan kontrol sosial. 2. KSM sebagai pengelola sarana harus harus memiliki: a. Aturan-aturan organisasi (AD/ART) dan petunjuk operasi dan pemeliharaan sarana, yang disusun dan diputuskan bersama-sama secara musyawarah antar anggota KSM. b. Aturan sesuai dengan kondisi setempat, yang mengatur siapa penerima manfaat, besarnya iuran yang harus dibayar, waktu pembayaran iuran, serta siapa petugas yang melakukan pemeriksaan dan perbaikan kalau terjadi kerusakan dan menentukan besarnya biaya operasi rutin seperti honor petugas, biaya listrik, dan lain-lain. c. Standar Operation Procedure/SOP pemakaian dan pemeliharaan sarana, yang harus dipatuhi oleh operator yang ditunjuk KSM. Tugas KSM Pengelola/Operasi dan Pemeliharaan: a. Iuran Pengguna: Membicarakan tentang besarnya iuran pemanfaatan sarana. Mengumpulkan iuran, membuat perencanaan belanja, membukukan dan melaporkan secara rutin. 2-22

51 b. Pengoperasian & Pemeliharaan KETENTUAN PELAKSANAAN Mengoperasikan dan memelihara sarana fisik Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM). Mengembangkan mutu pelayanan & jumlah sarana pengguna. c. Penyuluhan Kesehatan Melakukan kampanye tentang kesehatan rumah tangga dan lingkungan.gambar 2.2 Bagan Struktur Organisasi KSM Pasca Konstruksi Gambar 2.2 Bagan Struktur Organisasi KSM Pasca Konstruksi Pengelola prasarana dan sarana dilakukan oleh operator yang telah dilatih dengan memperhatikan beberapa hal: Kinerja prasarana yang dikelola. Jumlah prasarana dan sarana yang tersedia. Jumlah prasarana dan sarana yang digunakan. Target/sasaran perencanaan. Standar prosedur operasional dan pemeliharaan. Standar kriteria teknis prasarana dan sarana. Rencana pengembangan sarana di masa datang. Untuk mencapai keberhasilan pengelolaan, operator harus melakukan langkah-langkah berikut: Melakukan pemantauan rutin untuk mengetahui kondisi prasarana dan sarana Mengetahui kerusakan sedini mungkin agar dapat disusun rencana perawatan dan pemeliharaan yang baik 2-23

52 KETENTUAN PELAKSANAAN Mencatat keluhan pemanfaat Melakukan rehabilitasi tepat waktu Melakukan evaluasi kinerja pelayanan secara berkala Melakukan pengelolaan sesuai standar operasional prosedur Dalam pelaksanaan pelestarian sarana sanitasi, diharapkan pemerintah Kabupaten/Kota dapat berperan aktif memberikan dukungan teknis kepada masyarakat (penyuluhan) agar mereka mampu mengoperasikan dan memanfaatkan sarana yang ada. 3. Prosedur Operasi dan Pemeliharaan (standard operating procedure/sop). SOP yang telah tertuang dalam RKM dapat disesuaikan dengan kebutuhan operator dan pengguna. Pedoman ini disusun oleh pengurus bersama kelompok pemanfaat, dimusyawarahkan bersama dalam forum masyarakat pemanfaat, dan setelah dicapai mufakat maka disahkan oleh Lurah/ Kepala Desa. Setiap lokasi dapat mengembangkan pedoman kerjanya sendiri, sesuai dengan kondisi, kemampuan dan budaya yang ada di daerahnya masing-masing. Dalam upaya mencapai keberhasilan pengelolaan perlu didukung tim pengelola KSM yang handal: a. Mampu mengorganisasikan anggotanya untuk mendukung program kerja yang telah dibuat; b. Dapat menjamin kepentingan pemanfaat dan mencarikan alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapi; c. Mampu melakukan hubungan kerja dengan lembaga lain di luar KSM; d. Mampu menerapkan sanksi organisasi bagi anggota yang melanggar peraturan. 4. Pendanaan Operasi dan Pemeliharaan. Sumber dana berasal dari masyarakat, berupa iuran atau dana lain yang dikembangkan di lokasi, yang dihitung berdasarkan kesepakatan bersama akan kebutuhan operasional dan pemeliharaan serta rencana pengembangan sarana di masa datang. Pendanaan diperuntukkan bagi operasional dan pemeliharaan ditambah honorarium pengelola untuk melakukan operasional dan pemeliharaan serta orang yang bertugas untuk melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan. Komponen yang perlu dipertimbangkan dalam menghitung biaya pengoperasian dan pemeliharaan meliputi: a. Biaya perbaikan dan penggantian komponen yang rusak sesuai dengan sistem sarana yang dibangun; b. Biaya pengembangan sarana; c. Biaya Operasional (solar, listrik, dan lain-lain); 2-24

53 d. Honorarium pengelola; e. Depresiasi alat/sarana. 4. Dukungan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk Operasi dan Pemeliharaan. KETENTUAN PELAKSANAAN Pemerintah daerah menugaskan SKPD teknis pengelola DAK untuk melakukan pembinaan secara teknis operasional serta keuangan kepada KSM/pengelola. Dukungan Pemda juga termasuk untuk melakukan rehabilitasi sarana yang mengalami kerusakan berat (tidak dapat beroperasional). 2.6 MONITORING DAN EVALUASI Monitoring merupakan kegiatan pemantauan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan teratur untuk mengetahui: 1. Kemajuan pelaksanaan sesuai tahapan proses kegiatan, 2. Pencapaian sasaran dan hasil kegiatan yang dilaksanakan, 3. Menjamin keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur yang terbangun. Evaluasi merupakan kegiatan penilaian kemanfaatan dari pelaksanaan program melalui indikator: 1. Penilaian Kinerja Daerah dalam pelaksanaan kegiatan. 2. Kepatuhan dan ketertiban pelaporan. Kegiatan monitoring dan evaluasi dituangkan dalam satu bentuk format pelaporan pelaksanaan kegiatan. 2-25

54 KETENTUAN PELAKSANAAN Gambar 2.3 Mekanisme Monitoring Dan Evaluasi 2-26

55 2.7 PELAPORAN Kegiatan pelaporan dilakukan oleh: 1. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) KETENTUAN PELAKSANAAN KSM dengan bimbingan dari Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) menyusun laporan sebagai berikut: a. Laporan kegiatan mingguan yang berisi kemajuan pelaksanaan pembangunan dan keuangan, disampaikan kepada masyarakat. b. Bersama Fasilitator membuat laporan secara periodik (1 bulan) kepada SKPD sejak proses perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan. 2. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten/Kota Menyusun laporan triwulanan seluruh kegiatan DAK SLBM. Laporan triwulanan tersebut disampaikan paling lambat 5 hari kerja setelah triwulanan yang bersangkutan berakhir. Laporan ditujukan kepada Bupati/ Walikota melalui Kepala Bappeda Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala SKPD Provinsi (Cipta Karya/PU) dan Satuan Kerja PPLP Provinsi. 3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi (Cipta Karya/PU) Menyusun laporan triwulanan yang diperoleh dari masing-masing SKPD Kabupaten/Kota penerima DAK SLBM. Laporan triwulanan tersebut disampaikan paling lambat 10 hari kerja setelah triwulanan yang bersangkutan berakhir kepada Gubernur melalui Kepala Bappeda Provinsi dengan tembusan kepada Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum,cq Direktur PPLP. 2-27

56 KETENTUAN PELAKSANAAN MENTERI cq. Sekretaris Jenderal 14 hari kerja 14 hari kerja Direktorat Jenderal terkait GUBERNUR cq. Kepala Bappeda 10 hari kerja 10 hari kerja Tembusan 10 hari kerja Kepala SKPD Provinsi sub bidang Kepala Balai/ Satker Terkait BUPATI/WALIKOTA cq Kepala Bappeda Tembusan 5 hari kerja Kepal SKPD Kab/Kota sub bidang Gambar 2.4 Mekanisme Pelaporan 2-28

57 BAGIAN III KETENTUAN TEKNIS DAK SLBM PETUNJUK PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT TAHUN 2014

58

59 KETENTUAN TEKNIS BAGIAN 3 KETENTUAN TEKNIS 3.1 KETENTUAN TEKNIS PEMILIHAN TEKNOLOGI Sarana Air Limbah Berbasis Masyarakat. 1. Jenis Air Limbah Domestik Masyarakat Berpenghasilan Rendah. No. 1 2 JENIS LIMBAH Grey- Water Black Water BERASAL DARI MANA? Dapur, Kamar Mandi, Tempat Cuci Kakus SAAT INI DIALIRKAN KEMANA? Ke saluran depan rumah 1. Ke Tangki Septik. 2. BABS (Buang Air Besar Sembarangan) MENCEMARI APA? Saluran dan Sungai. Saluran, Sungai, Air Tanah DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN 1. Kerusakan keseimbangan ekologi di aliran sungai, 2. Masalah kesehatan penduduk. 3. Bertambah besar biaya pengobatan masyarakat. 1. Meningkatnya angka kematian akibat penyakit infeksi air. 2. Bertambahnya biaya pengolahan air minum (PAM), 3. Kerusakan ekosistem di badan air. Kegiatan SLBM akan membangun Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (On Site System), dimana fasilitas pengolahan air limbah berada di dalam persil atau batas tanah yang dimiliki baik secara individu, maupun komunal. 3-1

60 KETENTUAN TEKNIS 2. Keunggulan dan Kekurangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (On Site). No. KEUNGGULAN KEKURANGAN 1. 1) Menggunakan teknologi dan konstruksi 2) sederhana; 3) Memerlukan biaya yang rendah; 4) Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapatmerencanakan, mengerjakan, serta mengawasi sendiri proses pembangunan; 5) Pengoperasian dan pemeliharaan dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat; 6) Manfaat dapat dirasakan secara langsung. 1) Tidak dapat diterapkan pada setiap daerah, misalkan tergantung pada sifat permeabilitas tanah dan tingkat pelayanan 3. Kriteria modul sarana SLBM No. TEKNIS BIAYA 1. 1) Menggunakan teknologi sederhana; 2) Tidak mencemari air tanah dan badan air. 3) Dapat menampung semua air limbah. 4) Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi; 5) Perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan serta pengawasan dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat; 1) Memerlukan biaya yang rendah; 2) Memiliki masa guna lebih lama; BERBASIS MASYARAKAT 1) Melibatkan semua pihak untuk bekerja sama (Masyarakat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan LSM). 2) Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat menyediakan sendiri, misalnya untuk jamban sendiri bila pilihan teknologinya adalah tangki septik bersama atau perpipaan komunal; DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT 1) Menyediakanpelayanan yang terbaik; 2) Manfaat dapat merasakan secara langsung; 3-2

61 KETENTUAN TEKNIS Opsi pemilihan teknologi untuk sarana air limbah adalah sebagai berikut. IPAL Komponen instalasi pengolahan air limbah terdiri dari: Bak Inlet. Bak Pengolahan (banyak pilihan teknologi). Bak Outlet. Bangunan IPAL dengan konstruksi beton bertulang, berfungsi untuk menampung air limbah yang dialirkan dari sistem perpipaan untuk diolah agar menghasilkan air buangan (Effluent) yang aman bagi lingkungan. Pada dasarnya telah banyak pilihan teknologi maupun jenis sarana pengolahan air limbahyang umum dipakai, namun dengan beberapa pertimbangan yang dipakai sebagai contoh dalam buku Petunjuk Teknis ini adalah pengolahan dengan teknologi Anaerobik Baffled Reactor dan Anaerobic Up flow Filter. 1. Anaerobic Baffled Reactor (ABR) Terdiri dari beberapa bak, dimana bak pertama untuk menguraikan air limbah yang mudah terurai dan bak berikutnya untuk menguraikan air limbah yang lebih sulit, demikian seterusnya. ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa reaktor buffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan aliran air keatas (upflow) melalui beberapa seri reaktor selimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini memberikan waktu kontak yang lebih lama antara biomasa anaerobic dengan air limbah sehingga akan meningkatkan kinerja pengolahan. Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan memaksa air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Cocok untuk pengolahan air limbah bersama beberapa rumah (komunal) Gambar 3.1 Tipikal Bangunan Anaerobic Baffled Reactor (ABR) 3-3

62 KETENTUAN TEKNIS Kelebihan: Luas lahan yang dibutuhkan lebih sedikit karena dibangun di bawah tanah. Biaya pembangunan kecil. Biaya pengoperasian dan perawatan murah dan mudah. Efluen dapat langsung dibuang ke badan air penerima. Kekurangan: Diperlukan tenaga ahli untuk desain dan pengawasan pembangunan. Diperlukan tukang ahli untuk pekerjaan konstruksi beton kedap air. Efisiensi pengolahan rendah. Tidak boleh terkena banjir. Memerlukan sumber air yang konstan. Perlu dilakukan pengurasan berkala setiap (2-3 tahun). 2. Anaerobic Upflow Filter Komponen ini sama seperti Tanki Septik Bersusun tetapi pengolahan limbahnya dibantu oleh bakteri anaerobic yang dibiakkan pada media filter. Anaerobic upflow filter, merupakan proses pengolahan air limbah dengan metode pengaliran air limbah keatas melalui media filter anaerobic. Sistem ini memiliki waktu detensi yang panjang. Gambar 3.2 Tipikal Bangunan Anaerobic Upflow Filter (AUF) Anaerobic upflow filter cocok digunakan untuk pengolahan air limbah bersama beberapa rumah (komunal). Bisa mengolah black water dan grey water. Cocok untuk meningkatkan kualitas efluen sebelum dibuang kebadan air penerima. 3-4

63 Kelebihan: Luas lahan yang dibutuhkan sedikit karena dibangun di bawah tanah Biaya pengoperasian dan perawatan murah dan mudah Efisiensi pengolahan limbah relatif lebih tinggi Material filter dapat menggunakan bahan lokal atau pabrikan Efluen dapat langsung dibuang ke badan air penerima. Kekurangan: KETENTUAN TEKNIS Biaya konstruksi bisa menjadi besar jika bahan filter tidak ada di daerah sekitarnya. Diperlukan tenaga ahli untuk desain dan pengawasan pembangunan. Diperlukan tukang ahli untuk pekerjaan plester berkualitas tinggi. Pori-pori filter mudah tersumbatapabila masih ada padatan terbawah setelah pengolahan primer. Tidak boleh terendam banjir. Perlu dilakukan pembersihan filter secara berkala setiap (2-3 tahun). Tabel 3.1 Perhitungan Dimensi Bak Sedimentasi ABR (Sumber Hasil Analisa Konsultan) UKURAN BAK SEDIMENTASI Jumlah KK dilayani Freeboard Kedalaman Scum Kedalaman Lumpur Waktu Tinggal Volume Air Kedalaman air Lebar Panjang Total kedalaman pilih maks pilih 2-4 jam pilih pilih KK m m m Jam m 3 m m m m 50 0,5 0,5 0,6 3 2,5 0,9 1,5 1,85 2, ,5 0,5 0,6 3 5,0 0,9 1,5 3,70 2, ,5 0,5 0,6 3 7,5 0,9 2 4,17 2,50 3-5

64 KETENTUAN TEKNIS Tabel 3.2 Perhitungan Perbandingan Jumlah KK yang Dilayani dengan Dimensi ABR serta Parameter Analisa (Sumber Hasil Analisa Konsultan) UKURANBAKBAFFLEREAKTOR PARAMETER JumlahKK dilayani Kedalaman outlet Panjang kompartemen Jarakshaft Lebar kompartemen Jumlahbak KecepatanAliran ke atas COD efisiensi BOD efisiensi Aliran saat jam puncak Kecepatan Alirankeatas (actual) Volume reaktor HRT di baffle reaktor Beban Organik COD pilih maks pilih min buah (0,3-0,6) (1-2 hari) KK m m m m m/jam % % m 3 /jam m/jam m 3 hari kg/m 3 /hari ,5 0,15 1,5 3 0, ,833 0, ,35 0, ,0 0,15 1,5 5 0, ,667 0, ,50 0, ,5 0, , ,500 0, ,67 0,15 3. Sistem Perpipaan Sistem Perpipaan Komunal sesuai dengan permukiman yang masyarakatnya memiliki kakus di masing-masing rumah, tetapi belum memiliki tangki septik. Merupakan sistem yang mengalirkan air limbah dari rumah-rumah melalui jaringan perpipaan ke bangunan bawah (IPAL Komunal). Pipa yang dipergunakan adalah pipa berbahan PVC (SNI khusus air limbah), pipa AW (4-6 inch) untuk pipa utama, pipa AWD untuk sambungan rumah (3-4 inch) dan dilengkapi dengan bak kontrol: Bak penangkap lemak didalam pekarangan ukuran lubang 40 cm x 60 cm Bak kontrol dari toilet dan kamar mandi-cuci ukuran lubang diameter 40 cm atau 40 cm x 40 cm. Bak kontrol di pipa servis, lateral dan pipa utama: 1) Kedalaman dibawah 70 cm, ukuran lubang diameter 40 cm atau 40 cm x 40 cm. 2) Kedalaman 70 cm keatas, ukuran lubang diameter 60 cm atau 60 cm x 60 cm. Penempatan bak kontrol: Setiap ujung gang,belokan, cabang pipa, perubahan dimensi pipa, perubahan elevasi (drop). Dalam satu rumah minimal ada 2 bak kontrol (1 bak penangkap lemak, 1 bak penangkap greywater dan blackwater). 3-6

65 KETENTUAN TEKNIS Sistem jaringan perpipaan terdiri dari Pipa sambungan rumah, Pipa Service (Pipa Tertier), Pipa Cabang (Pipa Sekunder), Pipa Induk (Pipa Utama) yang berfungsi untuk mengumpulkan air limbah dari sumber-sumbernya dan mengalirkannya ke bangunan IPAL untuk diolah agar menghasilkan effluent air buangan yang aman bagi lingkungan. Sistem saluran ini membutuhkan bak kontrol setiap jarak maksimal 20 m untuk saluran lurus, pada titik-titik pertemuan saluran dan pada perubahan arah aliran. Kelebihan: Lebih hemat dari pada sistem pembuangan limbah konvensional Masyarakat dapat berperan dalam proses perencanaan dan konstruksi Nyaman untuk pengguna karena air limbah dijauhkan dari area permukiman dan mendekatkan akses ke pengguna. Kekurangan: Proses perencanaan lebih rumit Diperlukan perawatan secara rutin, perawatan yang tidak rutin akan menyebabkan kegagalan sistem secara total. 4. MCK plus MCK plus terdiri: a. Bangunan Atas Meliputi sejumlah pintu kamar mandi/kakus dan sarana cuci. MCK plus dapat direncanakan untuk melayani minimal 25 KK. MCK plus sesuai untuk permukiman yang masyarakatnya tidak memiliki kakus di masing-masing rumah. 3-7

66 KETENTUAN TEKNIS Perbandingan jumlah bilik kamar mandi, tempat cuci dan kakus untuk melayani 25 KK, 50 KK, dan 100 KK dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.3 Perbandingan antara Jumlah Pengguna dengan Jumlah Bilik Kamar Mandi, WC dan Keran Tipe Tipe I Untuk 25 KK Tipe I Untuk 50 KK Tipe II Untuk 100 KK Mandi dan Kakus Wanita Mandi dan Kakus Pria Banyaknya Ruangan Cuci (titik keran) Jumlah Urinoar/bilik KSM dalam merencanakan, menyusun DED dan membangun prasarana MCK, perlu mempertimbangkan keberadaan kelompok masyarakat rentan sanitasi. Misal: Pembuatan grid pada lantai atau keramik MCK untuk tuna daksa, pembuatan lantai MCK yang landai bagi manula dan anak-anak, closet duduk, pegangan tangan sekeliling MCK dan KM/WC bagi ibu hamil, orang sakit, manula dan tuna daksa. b. Bangunan Bawah Bangunan bawah MCK plus mengikuti ketentuan dalam pembangunan IPAL. 5. Sistem Gabungan MCK plus dan Sistem Perpipaan Sederhana. Sistem ini mengakomodasi masyarakat yang tidak memiliki maupun yang memiliki jamban pribadi. IPAL yang digunakan disambungkan dengan outlet MCK plus dan sistem perpipaan. Direkomendasikan agar MCK plus ditempatkan dekat dengan fasum-fasos maupun jalan lintas utama masyarakat. 6. Septictank Komunal Sarana ini terdiri dari bangunan bawah septik tank volume bersih 10 m 3 menampung aliran blackwater dan greywater dari 10 sambungan rumah dengan sistem perpipaan. Untuk ketentuan konstruksi bangunan dan perpipaan mengikuti petunjuk pelaksanaan sistem perpipaan. 3-8

67 KETENTUAN TEKNIS Sarana Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat 1. Pengolahan Sampah 3R Pengolahan sampah 3R (Reduce, Reuse,Recycle), dalam pelaksanaannya secara garis besar pengolahan sampah 3R merupakan kegiatan yang terdiri dari pewadahan, penggumpulan, dan pengolahan/pemanfaatan sampah. a. Pewadahan Sampah No. TEKNIS PERLENGKAPAN 1. a. Volume wadah dapat menampung sampah dari penghuni untuk jangka waktu minimal 3 hari untuk sampah non organik dan 1 hari untuk sampah organik. b. Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah organik, sehingga umur teknis dari pewadahan minimal dapat mencapai 6 bulan. c. Bahan wadah paling baik dapat diperoleh secara lokal. d. Setiap wadah mampu menyimpan sesuai jenis sampah. Agar perencanaan merujuk hasil penelitian lapangan komposisi sampah. a. Agar estetika yang lebih baik maka wadah dilengkapi dengan tutup. b. Warna wadah sebaiknya spesifik untuk setiap jenis sampah. OPERASIDAN PEMELIHARAAN a. Mudah dalam operasi pemasukan sampah maupun pengosongan sampah. b. Mudah dalam perawatan. Gambar 3.3 Contoh Pewadahan 3-9

68 KETENTUAN TEKNIS PERENCANAAN PENENTUAN VOLUME WADAH SAMPAH DI-SUMBERNYA: Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan timbulan sampah per orang per hari pada lokasi terpilih, (3 liter / orang / hari) Volume wadah disesuaikan dengan jenis sampah: [a].wadah sampah organik: (jumlah hunian ratarata) x timbulan sampah organik/orang/hari x 1 hr [b].wadah sampah non organik: (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampan non organik/orang/hari x 3 hr. Dari penelitian sosial, diperoleh: [1]. Jumlah hunian ratarata pada rumah tangga [2]. Kebiasaan masyarakat membuang sampah. Pemilihan warna: [a].warna gelap untuk sampah yang mudah membusuk [b].warna terang untuk sampah kering non organik (dapat lebih dari satu tergantung jenis sampah yang dipilah) [c].warna merah untuk bahan berbahaya dan beracun. 3-10

69 KETENTUAN TEKNIS 2. Pengumpulan Sampah No. METODA PERALATAN 1. a. Petugas dari rumah ke rumah. b. Masyarakat membawa sendiri sampahnya ke Wadah/Bin Komunal/ Kontainer yang sudah ditentukan. Gerobak sampah, becak sampah, motor sampah atau alat angkut lain FREKUENSI PENGUMPULAN a. Sampah non organik terpilah seperti kertas, plastik, logam/kacadilakukan seminggu sekali. b. Sampah yang masih tercampur harus dilakukan minimal seminggu 2 kali. CARA PEMILAHAN Gerobak sampah dimodifikasi dengan sekat atau dilengkapi karung-karung besar (3 unit atau sesuai dengan jenis sampah). Gambar 3.4 Contoh Alat Pengumpul Sampah Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan: Volume gerobak dengan ban angin, (umur tidak lebih dari 1 tahun) atau motor sampah 1 m 3 sehingga satu unit pengumpul dapat melayani 300 jiwa atau sekitar 60 KK untuk timbulan sampah 3 liter/orang/hari. Kondisi topografi yang berbukit hanya dapat dilayani dengan motor sampah. Kondisi topografi yang datar menggunakan gerobak atau motor sampah. Pengumpulan sampah terpilah dilakukan dengan: Gerobak atau motor 3R yang tersekat sesuai jenis sampah yang terpilah digunakan sesuai hasil pemilahan Gerobak tanpa sekat digunakan dengan jadwal tertentu 3-11

70 KETENTUAN TEKNIS PERENCANAAN PENGUMPULAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT: [1]. Pendataan jumlah warga pada lokasi terpilih [2]. Penentuan jumlah gerobak atau motor 3R yang dibutuhkan dengan cara: (jumlah warga x jumlah timbunan sampah /orang /hari) /1000 Penyusunan Jadual Pengumpulan [1]. Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri: [1]. Biaya tetap: a. Pegawai b. Asuransi c. Pemeliharaan [2]. Biaya variabel: Bahan bakar. 3. Pengolahan/Pemanfaatan sampah Pengolahan/pemanfaatan sampah terbagi 2: Pengolahan sampah organik: dengan cara pembuatan kompos. Pengolahan sampah non organik: dengan cara mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang-barang yang bisa dimanfaatkan kembali, misal membuat barang kerajinan dari sampah botol dan lain-lain. 3-12

71 KETENTUAN TEKNIS Sedangkan sampah jenis B3 (bahan buangan berbahaya dan beracun) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku (PP 18 tahun 1999 tentang pengelolaan sampah B3). Untuk proses pengomposan sampah TPS 3R dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: AREA PENERIMAAN PENCANAHAN UNTUK SAMPAH > 4 CM PEMILIHAN MANUAL SAMPAH YANG TIDAK DIKOMPOSKAN (KERTAS, PLASTIK, KALENG, DLL.) PENCAMPURAN DAN PEMBENTUKAN TUMPUKAN AIR PEMBELIAN PENYIRAMAN PENGENDALIAN TUMPUKAN, SUHU, KELEMBABAN, DSB. PEMATANGAN PROSES PENGKOMPOSAN KOMPOS KASAR PENGAYAKAN KOMPOS KOMPOS HALUS PENGEMASAN PENYIMPANAN Gambar 3.5 Diagram Tahapan Proses Pengomposan Proses pengomposan pada TPS 3R dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Penerimaan dan pembongkaran sampah. b. Pencacahan sampah organik. c. Pengomposan: 3-13

72 KETENTUAN TEKNIS 1) Penyusunan tumpukan sampah organik pada lajur yang telah ditentukan 2) Pembalikan tumpukan satu kali seminggu. 3) Penyiraman dan pengukuran suhu tumpukan. 4) Pematangan kompos. 5) Pengeringan. 6) Pengayakan. 7) Pengemasan. d. Daur ulang sampah non-organik: 1) Pemilahan komponen non-organik sesuai permintaan lapak. 2) Pengemasan per komponen non-organik terpilah. 3) Bahan ke lapak. Dasar dari teknologi pengomposan adalah pengendalian pembusukan sampah melalui kegiatan mikro-organisme/bakteri.terdapat dua jenis bakteri yang digunakan untuk proses pengomposan, yaitu; a. Bakteri yang untuk hidupnya membutuhkan oksigen (aerobik) dan b. Bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen (anaerobik). Pengomposan sampah dapat dilakukan dengan 3 cara: a. Pengomposan dengan metode lajur terbuka (open windrows) Pengomposan skala kawasan dengan metode lajur terbuka (open windrows) merupakan proses pengomposan yang terbukti paling mudah dilakukan dan mudah pengendaliannya. Metoda open windrows yang telah dikembangkan oleh BPPT dan UDPK bahkan tidak menggunakan pencacahan dengan mekanik dan tidak juga menggunakan activator. Pengendalian udara didalam tumpukan windrows dilakukan dengan memindahkan tumpukan ke sebelahnya sehingga disebutjugadengan open windrows bergulir. Proses pengkomposan memerlukan waktu sekitar 6 minggu. Pemilahan Merupakan tahap sortasi antara sampah organik dan non-organik. Pembentukan Tumpukan Sampah organik yang sudah terpilah dibawa ke area pengomposan. Sampah organik campur dan ditumpuk berbentuk trapesium yang memanjang denganukuranlebar 2,5 meter, tinggi sekitar 1,5 meter dan panjang minimal 3 meter. 3-14

73 KETENTUAN TEKNIS Gambar 3.6 Dimensi Tumpukan Lajur Terbuka Melakukan penyiraman setiap mencapai ketebalan 30 cm, agar kelembaban merata. Secara berkala, tumpukan sampah dibalik 1 atau 2 kali seminggu secara manual. Pembalikan tumpukan dapat dilakukan dengan memindahkan tumpukan ke tempat berikutnya. Waktu pembalikan dicatat dan tumpukan yang sudah dilakukan pembalikan diberi tanda tanggal pembalikan. 3-15

74 KETENTUAN TEKNIS b. Pengomposan dengan metode cetakan Proses pengomposan skala kawasan dengan metode Cetakan merupakan proses pengomposan dengan menggunakan alat cetak untuk membantuk sampah dalam bentuk kubus. Proses pengomposan sampah dengan sistem cetakan ini digunakan jika lahan yang ada tidak terlalu luas. Proses pengomposan dengan sistem cetak lebih agak rumit dibandingkan dengan metoda lajur terbuka karena membutuhkan alat cetak. Sifat tumpukan sampah juga lebih padat dibandingkan lajur terbuka sehingga udara yang terperangkap pada tumpukan sampah agak lebih sedikit. Gambar 3.7 Pengomposan Sistem cetak Pembentukan Tumpukan Diagram proses pengomposan sampah skala kawasan dengan sistem cetak tidak terlalu berbeda dengan sistem lajur terbuka (open windrows). Hal yang secara prinsip berbeda adalah pada saat membentuk tumpukan sampah untuk proses 3-16

75 KETENTUAN TEKNIS pengomposan selanjutnya. Diagram proses pengomposan sistem cetak dapat dilihat pada Gambar 3.5. Sampah organik yang sudah terpilah dibawa ke area pengomposan. Pada area pengomposan disiapkan alat pencetak yang terbuat dari papan. Ukuran baku memang belum ada akan tetapi sebagai dasar perhitungan dapat digunakan dimensi alat cetak lebar 1 meter, panjang 2 meter dan tinggi 0,5 meter. Pencetakan sampah dilakukan dengan memasukkan sampah organik kedalam kotak cetakan. Secara manual sampah dalam cetakkan dipadatkan, setelah itu kotak cetakan diangkat maka terbentuklah tumpukan sampah yang sudah tercetak. Tumpukan yang sudah terbentuk diberi tanda atau label yang berisi informasi mengenai waktu pembentukan tumpukan. Secara berkala, tumpukan sampah dibalik 1 atau 2 kali seminggu secara manual. Pembalikan tumpukan dapat dilakukan dengan memindahkan tumpukan yang sudah tercetak ke dalam kotak cetakkan berikutnya dan demikian seterusnya. Waktu pembalikan dicatat dan tumpukan yang sudah dilakukan pembalikan diberi tanda tanggal pembalikan. Proses pembalikan memang agak rumit dibandingkan sistem lajur terbuka. c. Pengomposan dengan sistem bak terbuka (open bin) Selain di rumah, pengomposan sampah dapat juga dilakukan secara terpusat pada satu kawasan kecil setingkat Rukun Warga sampai skala kota. Pengomposan skala kawasan dilakukan terpusat pada skala kapasitas antara 1 2 ton sampah sehari. Kawasan disini dapat berupa kawasan permukiman, pasar, komersial, dsb Jika pada skala permukiman, maka pengomposan skala kawasan diperuntukkan untuk mengelola sampah organik dari sekitar sampai 2000 jiwa. Gambar 3.8 Pengomposan Open Bin 3-17

76 KETENTUAN TEKNIS Proses pengomposan Proses pengomposan skala kawasan dengan sistem bak terbuka merupakan proses pengomposan dengan menggunakan bak-bak terbuka dimana sampah tidak perlu dibentuk akan tetapi cukup dimasukkan kedalam bak. Sampah organik dimasukkan pada bak terbuka sampai penuh sambil dipadatkan dan disiram. Setelah bak terisi penuh, pengisian dapat dilanjutkan ke bak berikut. Sistem ini sangat sederhana dan lokasi dapat diatur lebih bersih karena proses pengomposan dilakukan didalam bak. Pembalikan dapat dilakukan tetap didalam bak dengan alat pembalik atau sampah dipindahkan ke bak berikutnya. Sistem pengudaraan pada bak terbuka agak terbatas karena adanya dinding bak walaupun sudah diberikan lubang ventilasi. Pengkomposan dengan bak terbuka ini cenderung lebih lama, pada beberapa kasus, lama pengkomposan dapat mencapai 2 bulan atau 8 minggu. 3-18

77 KETENTUAN TEKNIS Tabel 3.4 Kelebihan dan Kekurangan Pengomposan Metoda Kelebihan Kekurangan Open Bin - Sampah tidak terlihat dari luar Open Windrow - Areal pengomposan terlihat rapih - Volume sampah terolah sama - Modal lebih ringan dari metoda - Open bin - Tumpukan sampah bisa mencapai tinggi oftimal 1,5 - Penggunaan lahan fleksibel - Proses pembalikan lebih mudah dibanding metoda open bin dan caspary - Padat modal - Tinggi kotak terbatas - Ruang gerak pekerja terbatas - Penggunaan lahan terbatas - Volume sampah tercetak tidak sama - untuk setiap tumpukan - Tumpukan sampah rentan tiupan angin - Tumpukan sampah mudah roboh Caspary - Tumpukan sampah terlihat rapih - Volume sampah tercetak lebih banyak dan seragam - Tumpukan sampah tidakmudah roboh dan tahan tiupan angin - Pengunaan lahan lebih hemat dan Fleksibel - Padat Karya - Proses pembalikan lebih rumit dari open-bin atau open windrow Gambar 3.9 Contoh Pengolahan Sampah Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisa kualitas dan pemasaran kompos: Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan parameter antara lain warna, C/N rasio, kadar N, P, K dan logam berat. Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak Koperasi dan Dinas (Kebersihan, Pertamanan, Pertanian dll). 3-19

78 KETENTUAN TEKNIS 4. Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R) Tabel 3.5 Kriteria Perencanaan TPS 3 No. Kriteria dan fasilitas TPS 3R DATA YANG DIBUTUHKAN 1. a) Mampu melayani 1500 jiwa atau setara dengan 300 KK atau setara dengan 4,5 m 3 perhari b) Luas lahan yang diperlukan 200 m 2 untuk keperluan lahan pengomposan, kantor pengendalian, dan gudang penyimpanan. c) Fasilitas bangunan/hanggar: - Areal pemilahan - Areal pengkomposan - Kantor pengendali - Gudang penyimpanan d) Peralatan pendukung: Pencacah organik Pengayak kompos e) Fasilitas penunjang, seperti drainase, air bersih, penerangan, barrier (pagar tanaman hidup),gudang penyimpan bahan, kompos biodigester (opsional) Data yang dibutuhkan: a) Jumlah warga yang terlayani b) Jumlah sampah yang akan diolah di TPS 3R. c) Data komposisi sampah. Gambar 3.10 Contoh Hanggar TPS 3R 3-20

79 KETENTUAN TEKNIS PERENCANAAN PENGOLAHAN SAMPAH TPS 3R [a].penentuan wilayah/ jumlah warga yang akan dilayani [b].dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, dapat diperkirakan jumlah sampah yang harus diolah yang terdiri dari jumlah sampah organik dan sampah non organik. 1. Menentukan layout dari TPS 3R dengan memperhatikan jumlah sampah organik yang akan dikomposkan, metode yang akan digunakan, dan bentuk lahan yang ada. 2. Menentukan organisasi pengelola 3. Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat Bersama-sama warga menentukan metoda atau teknologi yang akan diterapkan, untuk pengkomposan sampah ada beberapa pilihan: teknologi open windrows, teknologi caspary dan open bin sesuai dengan tenaga dan biaya yang ada. [1]. Penyusunan anggaran operasi [2]. Pengumpulan yang terdiri Biaya tetap: - Pegawai - Asuransi - Pemeliharaan Biaya variabel: - Bahan bakar - Listrik 3-21

80 KETENTUAN TEKNIS 3.2 KETENTUAN TEKNIS OPERASI DAN PEMELIHARAAN Operasi dan PemeliharaanAir Limbah Komunal Berbasis Masyarakat 1. SISTEM MCK Tabel 3.6 IIustrasi Perkiraan Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan Sistem MCK untuk 250 Jiwa Kebutuhan Keterangan Rp /Bulan 1. Operator & Penjaga Pekerjaan yang tidak tetap 200,000,- 2. Listrik 250 Watt (Pompa air dan lampu) 100,000,- 4. Peralatan Pembersih Sabun dan pembersih lantai, dll 3. Pengurasan IPAL Rp. 250,000,-/ 2 tahun 1,000,- 20,000,- 6. Lain-lain Serok, lampu, kran, cat dinding, dll 5. Perbaikan Pompa Rp. 100,000,- / Tahun 9,000,- 20,000,- Total biaya pengoperasian dan pemeliharaan 350,000,- II. BIAYA PENDAPATAN Fasilitas Rp. / Pakai Rata 2 per KK/hari 1. Kamar Mandi Rp. 750,- s/d Rp. 3000,- 2. WC/Jamban Rp. 750,- s/d Rp. 2000,- 3. Mencuci & ambil air Rp. 750,- s/d 2.500,- * 1 KK= 5 ORANG 3-22

81 KETENTUAN TEKNIS Petunjuk Pelaksanaaan Bagi Pengguna MCK Jangan memasukkan benda padat karena akan menyumbat saluran Buang sampah di tempat sampah yang disediakan Hindari air sabun dari air mandi maupun cuci masuk ke dalam kloset Jangan membuang bahan kimia karena akan mematikan bakteri Gunakan sabun cuci sehemat mungkin Jangan corat-coret di dinding kamar mandi, WC maupun tempat cuci Petunjuk Pelaksanaan Bagi Pengelola MCK/Operator 2 kali per hari gunakan pel untuk membersihkan teras luar (gunakan bahan pembersih jika sangat kotor saja) Setiap hari bersihkan gayung dengan sikat atau sabut 3-23

82 KETENTUAN TEKNIS Setiap hari bersihkan saringan di lantai KM/ WC dari kotoran padat/sampah Setiap hari buang sampah dalam KM/WC dan bersihkan tempat sampah Setiap hari kuras bak dengan sikat (gunakan bahan pembersih jika sangat kotor saja) Setiap hari bersihkan/sapu taman 1 kali per minggu rapikan taman (tanaman dan rumput) 1 kali per minggu kuras dan bersihkan tangki/tandon air dari lumut dan kotoran lain 1 kali per bulan bersihkan langit-langit KM/ WC dari sarang laba-laba 1 kali per minggu periksa bak kontrol, jika terdapat kotoran padat/sampah, keluarkan kemudian buang ke tempat sampah 1 kali per 6 bulan buang kotoran padat dan kotoran yang mengapung tepat di bawah manhole Mulai dari bak inlet, dilanjutkan ke bak-bak berikutnya Ambil kotoran tepat di bawah manhole 3-24

83 KETENTUAN TEKNIS Gunakan alat T untuk mengumpulkan kotoran tepat di bawah manhole Keluarkan semua kotoran yang terkumpul sampai tidak ada yang tersisa Mintalah tukang untuk memperbaiki semua kebocoran secepat mungkin dan lihat sebabnya 1 kali per 6 bulan, Test Kualitas Air Limbah Telpon dinas terkait Ambil 2 sample air limbah dari bak inlet dan bak outlet, masing-masing 2 liter dalam botol terpisah Bawa 2 botol sampel ke laboratorium yang dirujuk.minta pemeriksaan untuk: ph, BOD 5, COD, TSS, lemak 3-25

84 KETENTUAN TEKNIS Petunjuk Pelaksanaan Pengurasan IPAL MCK 1 kali per 2 tahun, pengurasan dengan truk tinja Telpon perusahaan jasa pengurasan tinja Buka semua tutup manhole pada IPAL Angkat kotoran mengapung dan buang ke tempat sampah Masukkan pipa sedot dari truk tinja sampai ke dasar bak, sedot mulai dari bak pertama Lumpur yang disedot adalah lumpur yang berwarna hitam Hentikan pengurasan jika lumpur sudah berwarna coklat 3-26

85 KETENTUAN TEKNIS 3. SISTEM KOMUNAL Tabel 3.7 Ilustrasi Perkiraan Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan Sistem Komunal untuk 300 Jiwa Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan I.Jamban II.Sambungan dari Rumah III. Pipa Utama dan IPAL Rp./Bulan Biaya pengoperasian dan perawatan menjadi tanggung jawab setiap pengguna (KK) 1. Operator Inspeksi 4x/bulan di IPAL, Pipa Utama, Pipa Rp ,- / Inspeksi 2. Pengurasan setiap 2 tahun Rp ,- 21, Lain-lain: Perbaikan pipa, bak kontrol, IPAL. 50, , Asumsi: perbaikan pipa 40 m setiap 2 tahun Total Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan / KK/Bulan 171, , Dibulatkan 2, Petunjuk Pelaksanaan Bagi Pengguna Sistem Komunal IPAL akan berfungsi dengan baik jika Anda memasukkan limbah yang benar, IPAL bukan tempat pembuangan semua jenis sampah! Jangan memasukkan limbah padat ke jamban karena akan menyumbat saluran. Jangan membuang minyak bekas ke saluran pembuangan dapur karena ketika mengering, lemaknya dapat menyumbat pipa 3-27

86 KETENTUAN TEKNIS Jangan membuang bahan kimia ke saluran karena akan mematikan bakteri di IPAL Jangan menanam pohon di dekat saluran perpipaan dan IPAL karena bisa merusak pipa Gunakan secukupnya sabun cuci dan pembersih, baik untuk sistem pengolahan dan menghemat Buanglah hanya limbah cair dari kamar mandi dan dapur dan beri saringan untuk memisahkan limbah padat Ambil kotoran mengapung dari bak penangkap lemak setiap 3 hari sekali Periksa bak kontrol di rumah setiap 3 hari sekali. Buang limbah padat, pasir/lumpur, dengansekop/serok, kumpulkan dalam tas plastik. Bawa ke tempat pembuangan sampah Bawa ke tempat pembuangan sampah 3-28

87 KETENTUAN TEKNIS Petunjuk Pelaksanaaan Bagi Operator Sistem Komunal Lakukan 1 Kali per minggu Periksa setiap bak kontrol pada sistem perpipaan Buang limbah padat dan kotoran mengapung Jika tidak ada aliran air dalam bak kontrol, mungkin pipa tersumbat atau rusakhentikan kegiatan di rumah Buka pemipaan, minta tukang untuk memperbaiki kerusakan Jika ada luapan air dari bak kontrol, mungkin pipa tersumbat.hentikan kegiatan di rumah, segera perbaiki jika ada kerusakan pipa.sogok dari bak kontrol ke bak kontrol lain Minta tukang untuk memperbaiki kerusakan secepatnya Buang limbah padat dan kotoran mengapung dari bak inlet dengan sekop 3-29

88 KETENTUAN TEKNIS Semua tutup bak kontrol dan manhole IPAL harus bisa dibuka untuk mempermudah pengoperasian dan pemeliharaan. Buang limbah padat dan kotoran mengapung dari bak inlet dengan sekop 1 kali per 2 minggu: buang kotoran padat dan kotoran yang mengapung tepat di bawah manhole Mulai dari bak inlet, dilanjutkan ke bakbak berikutnya Ambil kotoran tepat di bawah manhole Gunakan alat T untuk mengumpulkan kotoran tepat di bawah manhole Keluarkan semua kotoran yang terkumpul sampai tidak ada yang tersisa 3-30

89 KETENTUAN TEKNIS Petunjuk Pelaksanaan Pengurasan IPAL Komunal 1 kali per 2 tahun, pengurasan dengan truk tinja Telpon perusahaan jasa pengurasan tinja Buka semua tutup manhole pada IPAL Angkat kotoran mengapung dan buang ke tempat sampah Masukkan pipa sedot dari truk tinja sampai ke dasar bak, sedot mulai dari bak pertama Lumpur yang disedot adalah lumpur yang berwarna hitam Hentikan pengurasan jika lumpur sudah berwarna coklat Operasi dan Pemeliharaan Sarana Pengelolaan Sampah Pola 3R SKPD teknis pembina DAK SLBM melakukan pembinaan dalam pengelolaan infrastruktur 3R serta penyaluran hasil produksi ke lapak/pabrik maupun kerjasama dengan instansi terkait lainnya. Kepala Dinas Kebersihan-Pertamanan dapat memfasilitasi untuk pembelian hasil produksi kompos TPST 3R. Proses kegiatan pengelolaan sampah dengan menggunakan 3R dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut: 3-31

90 KETENTUAN TEKNIS Gambar 3.11 Sistem pengolahan sampah dengan sampah tercampur Gambar 3.12 Sistem pengolahan sampah 3R 3-32

91 KETENTUAN TEKNIS Sedangkan beberapa pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah No. WADAH DAN PENGANGKUT PERALATAN PROSES SAMPAH KEBERSIHAN HANGAR 1. a. Setelah digunakan, wadah/ bin sampah dibersihkan secarateratur setiap hari b. Gerobak/becak sampah harus dibersihkan setiap minggu sekali c. Jangan ada sampah yang menyangkut di roda gerobak/ becak sampah d. Segera perbaikikerusakan. e. Gerobak/becak jangan berlubang sehingga tidak ada sampah yang tercecer f. Motor sampah dilengkapi dengan manual pengoperasian dan pemeliharaan sesuai dengan manual dari fabrikan. Dan kenali lokasi penjualan suku cadang terdekat a. Alat pencacah dilengkapi dengan manual b. Penggantian oli dilakukan secara berkala sesuai dengan spesifikasi teknis/ manualnya c. Pengelola mengetahui lokasi penjualan suku cadang terdekat d. Pisau pencacah dijaga ketajamannya dengan cara diasah secara berkala e. Alat pengayak dilengkapi dengan manual f. Kebersihan alat pengayak selalu dijaga a. Kebersihan hanggar harus selalu dijaga b. Proses pemilahan kompos daur ulang sesuai dengan SOP c. Penyiraman debu dilakukan secara berkala d. Saluran drainase dijaga kebersihannya, agar tidak ada sampah yang mengganggu aliran air 3-33

92 KETENTUAN TEKNIS 3.3 KETENTUAN TEKNIS DALAM SELEKSI LOKASI Seleksi Kampung Kegiatan seleksi kampung dilakukan mengikuti arus kegiatan berikut ini: 3-34

93 KETENTUAN TEKNIS Tujuan akhirnya adalah terseleksinya masyarakat yang paling siap untuk implementasi kegiatan SLBM. Untuk menilai kesiapan masyarakat akan diukur dengan 5 (lima) variabel, yaitu: Tabel 3.8 Jenis Informasi dan Alat RPA yang digunakan No Jenis Informasi RPA Tools 1 Pengalaman membangun infrastruktur kampung Timeline 2 Kesiapan masyarakat untuk berkontribusi Ladder 1 3 Kelayakan teknis untuk infrastruktur sanitasi Transect Walk 4 Kesiapan lembaga setempat untuk mengelola Venn Diagram 5 Prioritas perbaikan sanitasi Problem Tree Klasifikasi Kesejahteraan (Wealth Classification) No. TUJUAN PROSES INFORMASI YANG DIPEROLEH 1. Klasifikasikan penduduk RT/ RW/Kelurahan dalam kategori tingkat kesejahteraan (kaya, miskin, sedang), 2. Identifikasi kelompok yang terlibat pelaksanaan forum discussion group (FGD). Membentuk diskusi kelompok masyarakat (termasuk wanita), untuk menyusun criteria kaya, miskin. Fasilitator menggali keterangan rasional atau alasan khusus di balik kriteria yang keluar. Kesepakatan kriteria klasifikasi keluarga kaya, menengah, dan miskin; Perkiraan distribusi keluarga/rumah tangga untuk setiap kategori yang muncul; 3-35

94 KETENTUAN TEKNIS No. TUJUAN PROSES INFORMASI YANG DIPEROLEH 3. Memetakan akses orang miskin dan kaya terhadap sarana, fungsi dan pekerjaan. 4. Identifikasi perbedaan tingkat partisipasi masyarakat. Membimbing kelompok untuk menunjukkan prosentase populasi pada tiap katagori, strata Menulis karakteristik dan prosentase hasil diskusi sebagai acuan pekerjaan berikutnya Rapid Participatory Assessment (RPA) No. TUJUAN PROSES 1. Melakukan pemetaan kondisi sanitasi masyarakat, 2. Masalah yang mereka hadapi, serta kebutuhan untuk memecahkan masalah sanitasi secara cepat dan dilakukan secara partisipatif 3. Memposisikan masyarakat sebagai subyek dan Memberikan ruang kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan keinginannya 4. Sebagai salah satu media pemberdayaan masyarakat pada tingkat bawah (grass root level). RPA dilakukan setelah Presentasi Konsep SLBM kepada stakeholder masyarakat. Yaitu setelah adapermintaan masyarakat setelah memahami konsep kegiatanslbm melalui presentasi Hasil RPA ini akan dipresentasikan pada sesi Seleksi Lokasi Sendiri oleh masyarakat bersama-sama dengan hasil RPA dari kampung lain dalam 1 (satu) kabupaten/ kota. Untuk menentukan lokasi terpilih SLBM. Partisipan RPA terdiri dari maksimum 20 orang berasal dari berbagai komponen masyarakat yang ada di kampung yang bersangkutan, yaitu perempuan, laki-laki, kaya-miskin, dan tokoh formal maupun informal. Setiap indikator dalam variabel akan diberi skor yang dikonversikan ke dalam nilai. Skor berkisar antara 0, 1, 2, 3, dan 4; sedangkan Nilai berkisar antara 0, 25, 50, 75, dan 100. Nilai tersebut merupakan kuantifikasi dari setiap pernyataan yang bersifat kualitatif.semakin miskin kondisi kampung dan semakin besar tingkat keswadayaan masyarakat, maka semakin tinggi skornya, dan begitu pula sebaliknya PRA (Participatory Rural Appraisal) Untuk memfasilitasi masyarakat dalam mengungkapkan keadaan wilayah di kampung mereka beserta lingkungannya. Hasil yang diharapkan adalah peta atau sketsa keadaan sumber daya umum kampung atau peta dengan topik tertentu (peta sanitasi). 3-36

95 KETENTUAN TEKNIS Tabel 3.9 Contoh Timeline No Proyek Pembangunan Tahun Pendanaan Informasi yang diharapkan dari kegiatan timeline adalah: 1. Sejarah terbentuknya pembangunan bersangkutan, asal-usul perintis pembangunan, perkembangan yang terjadi dan siapa yang terlayani. 2. Terjadinya wabah penyakit (malaria, muntaber, DB, dsb) 3. Sejarah organisasi kelurahan dan sistem pengorganisasian pada saat melaksanakan pembangunan. Indikator dan Variabel penilaian TIMELINE Tabel 3.10 Pengalaman Membangun Prasarana* secara Gotong-Royong Pilihan Skor Konversi ke Tidak ada pengalaman/belum pernah dilakukan Pernah dilakukan, berbentuk hibah/ bantuan dari luar Pernah dilakukan, masyarakat berkontribusi in-kind (tenaga+material) Pernah dilakukan, masyarakat berkontribusi uang dan in-kind (tenaga+material) Pernah dilakukan, masyarakat berkontribusi uang dan in-kind (tenaga+material), panitia pembangunan dan pengelola yang dibentuk masih ada sampai sekarang Keterangan * = untuk masing-masing kegiatan prioritas (pengelolaan air limbah skala kawasan, pengelolaan persampahan skala kawasan dan pengelolaan drainase lingkungan) 3-37

96 KETENTUAN TEKNIS Transect Walk (Kesiapan Teknis) No. TUJUAN PROSES 1. Mengenali dan mengkaji kondisi sarana sanitasi kampung yang sudah ada, 2. Menilai tingkat kepuasan masyarakat terhadap fasilitas sanitasi yang ada 3. Menilai tingkat kelayakan teknis sebagai prasyarat pembangunan infrastruktur sanitasi Diskusi dengan masyarakat, antara lain : Lokasi yang diusulkan. Sarana sanitasi yang digunakan masyarakat saat ini : jamban, sungai, kolam, dsb; Pola penggunaan sarana sanitasi; Ketersediaan lahan; muka air tanah, material local, saluran drainase. (contoh cek list teknis dapat dilihat pada lampiran) Mencatat semua sanitasi yang dibangun oleh proyek sebelumnya atau oleh pribadi. Observasi dan pencatatan kualitas konstruksi. Diskusikan dengan masyarakat yang ada di sekitar lokasi sarana sanitasi/jamban tentang pemeliharaan (keberadaan dan keteraturannya), lingkup dan pemakaian, serta konflik kepentingannya. Pilih secara acak jamban/sarana sanitasi yang dibangun sebelumnya. Jumlahkan semua jamban/sarana sanitasi pada ketiga kategori tersebut dan digambarkan persentase perbandingan masing-masing kategori. Menilai kepuasan layanan yang diterima (demand responsiveness), dengan menggunakan skala penilaian dari setiap rumah tangga yang dikunjungi selama transect. Menilai kepuasan penggunaan sarana meliputi tingkat akses layanan, desain, penggunaan untuk anak-anak, kualitas konstruksi, kemudahan penggunaan dan pemeliharaan, nilai manfaat yang dirasakan dari kontribusi untuk memperoleh layanan tersebut, laporan mengenai layanan kepada pengguna dengan catatan terpisah untuk pria dan wanita. 3-38

97 KETENTUAN TEKNIS Indikator dan Variabel penilaian Transect Walk Tabel 3.11 CS3.1 Kondisi Drainase Pilihan Skor Konversi ke Tidak ada saluran drainase 0 0 Ada saluran drainase tetapi sudah rusak 1 25 Ada saluran drainase tetapi mampet 2 50 Ada saluran drainase tetapi air mengalir lambat 3 75 Ada saluran drainase yang mengalir lancar Tabel 3.12 CS3.2 Toilet/Jamban Pilihan Skor Konversi ke Ada jamban lengkap dengan Tangki Septik dimasing-masing rumah Ada MCK yang berfungsi, digunakan sebagian kecil penduduk. ATAU. Setengah dari keseluruhan rumah telah mempunyai jamban + tangki septik sendiri Ada MCK yang berfungsi, digunakan sebagian besar penduduk. ATAU. Hanya sebagian kecil Rumah yang mempunyai jamban + tangki septik sendiri Sebagian kecil penduduk buang air besar di tempat terbuka/sungai. ATAU. Sebagian kecil Jamban disalurkan langsung ke sungai. Sebagian besar penduduk buang air besar di tempat terbuka/sungai. ATAU. Sebagian besar Jamban disalurkan langsung ke sungai

98 KETENTUAN TEKNIS Tabel 3.13 CS3.3 Ketersediaan Air Pilihan Skor Konversi ke Air tidak mencukupi meskipun untuk minum 0 0 Air hanya mencukupi untuk minum 1 25 Air hanya mencukupi untuk minum, masak, & mencuci Air hanya mencukupi untuk minum, masak, mencuci & mandi Air mencukupi untuk semua kebutuhan Tabel 3.14 CS3.4 Ketersediaan Lahan Kondisi Skor Konversi ke Tidak tersedia lahan milik perorangan/negara di dalam atau dekat kampung Ada lahan milik perorangan ( m 2 ) di dekat kampung Ada lahan milik negara ( m 2 ) di dekat kampung Tersedia lahan milik perorangan ( m 2 ) di dalam kampung Tersedia lahan milik negara ( m 2 ) di dalam kampung Venn Diagram untuk mengakaji lembaga local yang ada. Venn diagram bertujuan untuk mengenali dan mengkaji keberadaan lembaga lokal yang ada dalam masyarakat, manfaat dan tingkat kedekatan hubungannya dengan masyarakat. No. TUJUAN PROSES 1. Menilai tingkat kesiapan masyarakat untuk mengelola sanitasi secara kelembagaan lokal. 1. Meminta warga menuliskan organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di kampung mereka; 2. Diskusikan dan urutkan organisasi atau lembaga yang ada berdasarkan nilai pentingnya dalam metaplan berbeda ukuran (makin penting, ukuran kertas makin besar); 3. Diskusikan dan urutkan organisasi atau lembaga yang ada menurut kedekatannya dengan warga; 4. Buat Lingkaran atau orbit sesuai banyaknya organisasi atau lembaga; 5. Tempatkan organisasi terdekat di lingkaran pertama dan seterusnya. 3-40

99 KETENTUAN TEKNIS Tabel 3.15 Contoh Venn Diagram Organisasi/ Lembaga Tingkat kedekatan dengan masyarakat A 3 B 1 C 4 D 2 Gambar 3.13 Contoh Venn Diagram Indikator dan Variabel penilaian Venn Diagram Tabel 3.16 CS 4.1 Ketersediaan Lembaga-Lembaga Setempat Pilihan Skor Konversi ke Tidak ada lembaga lokal yang sangat penting atau bermanfaat bagi sebagian besar warga Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk sebagian besar warga, tapi tidak dekat dengan masyarakat (jarang berinteraksi dengan masyarakat) Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk sebagian besar warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, namun tidak memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk sebagian besar warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, dan memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk sebagian besar warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah, dan memiliki akses keuangan (memiliki rekening bank, memanfaatkan layanan pembukuan) Keterangan * = untuk masing-masing kegiatan prioritas (pengelolaan air limbah skala kawasan, pengelolaan persampahan skala kawasan dan pengelolaan drainase lingkungan) 3-41

100 KETENTUAN TEKNIS Problem Tree (Rencana Perbaikan Sanitasi) No. TUJUAN PROSES 1. Mengkaji dan mengenali masalahsanitasi yang ada di masyarakat. Menentukan masalahinti sanitasiserta mengkaji ide/gagasan/ rencana masyarakat untuk memecahkan masalah sanitasi 1. Jelaskan maksud, tujuan, dan proses kajian masalah sanitasi; 2. Tulis masalah secara singkat, padat dan jelas sesuai pandangan/perasaan masyarakat pada kartu-kartu dan tempelkan pada papan; 3. Mintalah kepada masyarakat untuk menentukan masalah inti; 4. Teliti kartu-kartu lainnya yang menyebabkan terjadinya masalah inti tersebut dan letakkan kartu-kartu tersebut di bawah masalah inti; 5. Minta warga menulis di kartu lain hal-hal yang menjadi akibat dari masalah inti tersebut, lalu letakkan kartukartu tersebut di atas masalah inti; 6. Lakukan analisis hubungan sebab-akibat dengan cara memberi tanda panah antara kartu satu dengan kartu lain dan tetap mengacu pada core problemnya; 7. Periksalah diagram secara keseluruhan, dan apabila diperlukan, perbaikilah untuk menjamin keabsahan dan kelengkapan analisis permasalahan sanitasi. 8. Tanyakan kepada mereka tentang ide/gagasan/ rencana/action plan perbaikan sanitasi, lalu tulislah di kertas lain. Gambar 3.14 Contoh Rencana Perbaikan Sanitasi 3-42

101 KETENTUAN TEKNIS Indikator dan Variabel penilaian problem tree Tabel 3.17 CS5.1 Rencana Perbaikan Sanitasi Pilihan Skor Konversi ke Sanitasi tidak muncul dalam analisis masyarakat Sanitasi muncul tapi tidak dibahas lebih lanjut dalam analisis Sanitasi dan beberapa pilihan pemecahannya dibahas dalam analisis Sanitasi dan pilihan pemecahannya dibahas, tetapi tidak ada rencana kerja khusus. Sanitasi dan pilihan pemecahannya dibahas, dan rencana kerja khusus telah disusun oleh masyarakat Keterangan * = untuk masing-masing kegiatan prioritas (pengelolaan air limbah skala kawasan, pengelolaan persampahan skala kawasan dan pengelolaan drainase lingkungan) 3-43

102 KETENTUAN TEKNIS 3.4 IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MASYARAKAT Identifikasi Kemampuan Masyarakat Kegiatan identifikasi, sampai dimana masyarakat berperan serta dan memiliki kemampuan dalam DAK SLBM ini, dilakukan mengikuti arus kegiatan berikut ini: 3-44

103 KETENTUAN TEKNIS Pemetaan Sanitasi Kampung oleh Masyarakat Pemetaan sanitasi kampung oleh masyarakat ini dilaksanakan pada lokasi/lingkungan yang telah terpilih melalului proses seleksi kampung. No. TUJUAN PROSES 1. a) Mempelajari kondisi sarana air bersih dan sanitasi masyarakat b) Mempelajari akses sanitasi keluarga kaya, menengah dan miskin c) Mempelajari dari keluarga kelas sosial apaanggota badan pengelola, baik laki laki atau perempuan yang bekerja dalam bidang pelayanan sarana air bersih, sanitasi dan promosi hidup sehat/bersih, serta siapa yang pernah atau akan mendapat pelatihan. 1. Minimal sehari sebelum proses pemetaan, fasilitator berdiskusi dengan wakil masyarakat (laki atau perempuan) mengenai kelurahan yang akan dipetakan (dalam beberapa kasus, gambarkan peta secara umum), sistem penyediaan air bersih baik yang tradisonal maupun yang baru (proyek), serta rumah keluarga kaya, menengah, maupun miskin berdasarkan kriteria yang telah dibuat pada saat klasifikasi kesejahteraan., Kemudian pilih satu atau dua RT/RW/ Lingkungan yang dipilih mewakili kelurahan;idealnya acara diadakan di lokasi yang mudah diakses orang banyak, cukup penerangan dan jauh dari gangguan cuaca; 2. Fasilitator menjelaskan tujuan dari kegiatan ini, serta mengembangkan legenda yang akan digunakan dalam pemetaan ini, seperti : Jalan, gang/lorong, jalan setapak; Rumah (tandai sesuai kategori kesejahteraan yang telah dibuat masyarakat); Tanda-tanda utama seperti sekolah, dll; Tempat ibadah : Masjid, Gereja, Pura, dll; Sumber air : alami atau buatan; Sarana sanitasi umum dan rumah-rumah yang memiliki jamban (bantuan atau lainnya); Rumah badan pengelola (laki-laki atau perempuan) pelayanan sarana air bersih dan program sanitasi; Rumah masyarakat yang telah menerima bantuan pelatihan dalam bentuk apapun. 3. Tandai dalam peta mengenai akses masyarakat terhadap sarana air bersih maupun Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM), baik maupun buruk. Perlu juga diketahui penyebabnya, kurang air atau jauh dsb; 3-45

104 KETENTUAN TEKNIS No. TUJUAN PROSES 4. Kelompok laki-laki dan perempuan, secara gabungan atau terpisah, tergantung hubungan gender, menggambar peta permukiman setempat di atas kertas besar, dan dapat dilakukan di atas lantai atau ditempel di papan, serta dilakukan di ruang terbuka;lakukan reproduksi (menyalin) hasil gambar peta ke dalam kertas, setelah kegiatan selesai; 5. Kelompok diskusi memberi skor/nilai mengenai keadaan akses terhadap sarana air bersih dan sanitasi; 1) Fasilitator mengisi lembar isian, jumlah titik air dan fasilitas sanitasi dalam peta; 2) Peta tersebut digunakan oleh tim untuk acuan kegiatan lanjutan, terutama untuk merencanakan jalur dan partisipan yang terlibat dalam transect walk. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pemetaan sanitasi: 1. Ada perwakilan dari masing-masing lokasi (RT, RW, Banjar, Lingkungan) baik laki-laki maupun perempuan; 2. Media yang digunakan dapat memberikan keleluasaan bagi masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan pemetaan, yakni: 3-46

105 Media cukup luas, sehingga gambar/simbol tidak berhimpitan; KETENTUAN TEKNIS Pelaksanaan kegiatan dilakukan di ruang umum sehingga tiap orang mudah untuk hadir (miskin/kaya); Ruang kegiatan terlindung dari gangguan cuaca (angin, hujan, dll). 3. Buat terlebih dulu simbol/legenda yang disepakati oleh masyarakat Ladder-1 (Kesediaan Berkontribusi) Ladder-1 bertujuan untuk mengenali dan mengkaji manfaat dan nilai guna iuran yang dirasakan oleh masyarakat dalam kegiatan pembangunan sarana sanitasi kampung; serta digunakan untuk menilai kesiapan masyarakat berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur sanitasi. No. INFORMASI YANG DIHARAPKAN PROSES Pandangan kelompok mengenai keberadaan setiap jenis manfaat yang dialami oleh mereka. 2. Urutan manfaat-manfaat dengan memperhatikan kesesuaian kontribusi (dalam bentuk uang, waktu, tenaga, harta benda, atau bentuk lainnya). 3. Manfaat-manfaat yang memperhatikan isu gender dan pelaksanaan pembagiannya. 1. Kegiatan dilakukan secara terpisah antara masyarakat laki-laki dan perempuan, dan antar masyarakat kaya dan miskin (jika memungkinkan); 2. TFL menjelaskan tujuan, maksud, dan cara penerapan teknik ini; 3. Mulai berdiskusi mengenai manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap sarana sanitasi yang ada saat ini, kemudian ditulis pada kertas flip chart (satu kartu satu manfaat) dengan tulisan, simbol, atau gambar; 4. TFL memfasilitasi dan mengarahkan peserta untuk memberikan penilaian atas manfaat yang dapat dirasakan dibandingkan dengan besarnya iuran yang telah mereka berikan terhadap pembangunan sarana sanitasi; 5. Gunakan biji-bijian untuk menghitung skor; 6. Skor untuk nilai manfaat dan nilai iuran dijumlahkan dan diisikan ke kolom total, lalu dibuat rata-ratanya; 7. Berdasarkan hasil analisis ini, TFL mengajak peserta untuk menilai kesanggupan mereka untuk berkontribusi terhadap pembangunan/perbaikan sarana sanitasi yang akan dilakukan dengan cara memilih kartu-kartu yang didalamnya sudah ada nilai yang disediakan oleh TF 3-47

106 KETENTUAN TEKNIS Tabel 3.18 Contoh Ladder 1* No 1 Proyek Pembangunan Sarana Sanitasi Manfaat (1-10) Biaya dibayarkan (1-10) Dst Total Skor = Rata-rata = Keterangan * = untuk masing-masing kegiatan prioritas (pengelolaan air limbah skala kawasan, pengelolaan persampahan skala kawasan dan pengelolaan drainase lingkungan) Indikator dan Variabel penilaian Ladder 1* Tabel 3.19 CS2.1 Kesediaan Masyarakat Untuk Mengeluarkan Biaya Pilihan Skor Konversi ke Tidak bersedia memberikan kontribusi 0 0 Bersedia memberikan kontribusi hanya untuk biaya pembanguan toilet 1 25 Bersedia memberikan kontribusi untuk pembangunan prasarana & sarana serta biaya pengoperasian & perawatan komponen terpilih lainnya Bersedia memberikan kontribusi untuk biaya pembangunan toilet, biaya pengoperasian & perawatan komponen terpilih lainnya, & sebagian dari biaya pembangunan komponen lainnya Bersedia memberikan kontribusi untuk biaya pembangunan prasarana & sarana, biaya pengoperasian & perawatan komponen terpilih lainnya, dan seluruh dari biaya pembangunan komponen lainnya Keterangan * = untuk masing-masing kegiatan prioritas (pengelolaan air limbah skala kawasan, pengelolaan persampahan skala kawasan dan pengelolaan drainase lingkungan) 3-48

107 KETENTUAN TEKNIS Partisipasi dan Kontribusi No. TUJUAN PROSES 1. Menilai dan menganalisa kesetaraan dan transparansi kontribusi pengguna saat pembangunan dan paska pembangunan Menilai dan menganalisa komposisi serta pengaruh badan pengelola masyarakat selama pembangunan, termasuk keterwakilan gender, kemiskinan maupun kontrol mereka saat pelaksanaan. 1) Pemberian nilai sejarah pembangunan pelayanan yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan yang tinggal dalam masyarakat serta mengetahui sejarah dari pengalamannya. Sebagai contoh, laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam badan pengelola setempat atau masyarakat yang terlibat dalam pembangunan; 2) Fasilitator menanyakan kepada peserta arti kontribusi oleh laki-laki dan perempuan. Apakah laki-laki dan perempuan punya pengertian yang beda tentang kontribusi; 3) Melakukan diskusi kelompok, membahas tentang siapa berkontribusi apa pada saat pembangunan. Bentuk kontribusi dapat berupa tenaga kerja, seperti menggali lubang, sumbangan berupa bahan-bahan setempat maupun uang, disamping juga dalam bentuk bahan makanan untuk para pekerja dan tukang; 4) Apabila kelompok miskin memberi kontribusi lebih sedikit, maka perlu mencari tahu bagaimana keputusan tersebut dibuat : oleh satu orang, tokoh elit setempat, atau laki-laki dan perempuan anggota masyarakat. Jika penentuan variasi kontribusi yang disesuaikan dengan kemampuan membayar hanya dilakukan oleh elit, maka ada kemungkinan mereka yang berkontribusi lebih besar akan menggunakan hal tersebut sebagai alasan untuk melakukan kontrol terhadap pelayanan; 5) Perlu diketahui sumber pendapatan dari kaum laki-laki maupun perempuan, pengelolaan pengeluaran rumah tangga, maupun pola kontribusi untuk pelayanan sarana sanitasi pada suatu lingkungan masyarakat. Contoh lembar kerja, Partisipasi Saat dan Pasca Pembangunan Sarana dapat dilihat pada Lampiran. 3-49

108 KETENTUAN TEKNIS Contoh Lembar Kerja Pemetaan Sanitasi Kampung Data Teknis Check Deskripsi Saluran air hujan/drainase Air biasa mengalir/menggenang Terjadi penyumbatan/tidak Ada bau tidak sedap/tidak Ukuran dalam lantai dasar saluran Ukuran lebar saluran Tinggi air dari lantai dasar saluran Bahan material saluran Keterangan Sumber Air Jumlah rumah yang memakai PAM Kondisi PAM : Jumlah sumur Kedalaman sumur Kedalaman air di musim hujan Kedalaman air di musim kemarau cm cm cm buah m m m Sumber air lainnya (sebutkan) Kondisi : Keterangan: Kondisi Tanah Jenis tanah : Lempung/liat/cadas/pasir/batu/ kapur/biasa Lokasi Permukiman : Bantaran sungai/bantaran rel KA/area industri/ permukiman nelayan/perumnas/kampung kota/ kampung desa. Dan lain-lain (Sebutkan) Tinggi air tanah m 3-50

109 KETENTUAN TEKNIS Data Teknis Check Deskripsi Ketersediaan Lahan : Ada lahan/tidak ada lahan Ukuran luas Kepemilikan tanah Ada/tidak ada sungai di dekatnya, jarak Ada/tidak adanya saluran/got didekatnya, jarak Ada/tidak adanya sumur didekatnya, jarak Ada/tidak adanya rumah didekatnya, jarak Ada/tidak adanya MCK didekatnya, jarak Ada/tidak adanya industri/pabrik didekatnya, jarak Ada/tidak adanya kebun/sawah didekatnya, jarak Keterangan : m 2 m m m m m m m KM/WC Septicktank/ pengolahan limbah Ada/tidak ada di tiap rumah Ada/tidak ada MCK plus Kebiasaan buang air selain di KM/WC/MCK plus, sebutkan Keterangan kondisi KM/WC/MCK plus Air limbah dari KM/WC langsung disalurkan ke sungai/danau/saluran kota/septictank Air limbah dari MCK plus langsung disalurkan ke sungai/danau/saluran/kota/septik Ada/tidak peresapan dari tangki septik Air dari peresapan disalurkan ke sungai/danau/ saluran kota/diresapkan ke tanah & kebun Ada/tidak ada bau dari septicktank/pengolahan limbah yang ada Keterangan : 3-51

110 KETENTUAN TEKNIS Data Teknis Check Deskripsi Topografi/bentuk muka tanah Ada/tidak ada kemiringan tanah Ada aliran air menggenang Ada kemiringan jalan Ada/tidak ada instalasi yang tertanam (pipa air/ listrik/telepon/gas/air limbah) Keterangan : Struktur permukiman Ada/tidak ada jarak antara rumah, jarak Ada/tidak ada jalan yang cukup untuk keluar masuk mobil angkut bahan bangunan ke lokasi pengolahan limbah. Jauh/dekat jarak angkut material dari penjual bahan bangunan ke lokasi pengolahan limbah. Ketersediaan tenaga bangunan Ketersediaan bahan bangunan Ada/tidak ada pekerja tukang Ada tidak ada bahan bangunan di tempat Air : Batu bata : Pasir : Tradisi sosial pelaksanaan pembangunan pada bulan Pengaruh kultur social terhadap pelaksanaan pembangunan Ada/tidak ada pengganti pekerja/tukang 3-52

111 KETENTUAN TEKNIS Contoh Lembar Kerja Klasifikasi Kesejahteraan (Wealth Classification) Klasifikasi Kesejahteraan 1 Nama Kelurahan RT/RW/Lingkungan 2 Kecamatan/Kab/Kota/Provinsi 3 Kegiatan 4 Tanggal 5 Nama Ketua Fasilitator 6 Anggota Fasilitator 7 JumlahPeserta yang Hadir 8 Perempuan Anak Perempuan 9 Laki Laki Anak Laki - Laki 10 Waktu Dimulai Kategori Tingkat Kesejahteraan Indikator Mampu Menengah Tidak Mampu Pola Makan Aset/Kepemilikan Komposisi Rumah Tangga* Pekerjaan Akases Terhadap Pelayanan Pendidikan Formal dan Non-Formal Rasa Aman Sosial dan Psikologis Masyarakat Lain Lain** * Termasuk Bila Kepala Rumah Tangga Adalah Perempuan. ** Periksa Kesehatan, Suku, Kelompok Agama, Kelas Sosial 3-53

112 KETENTUAN TEKNIS Contoh Lembar Kerja Partisipasi dan Kontribusi Partisipasi Saat dan Paska Pembangunan Sarana Lembar Catatan 1 Nama Kelurahan RT/RW/Lingkungan/Banjar 2 Kecamatan/Kab/Kota/ Provinsi 3 Kegiatan 4 Tanggal 5 Jumlah Peserta Perempuan 6 Posisi dalam Organisasi 7 Jumlah Peserta Laki-laki 8 Posisi dalam Organisasi Waktu Dimulai H2 Jenis dan Pembagian Kontribusi dari Sudut Pandang Gender dan Kemiskinan Tipe Kontribusi Perempuan Miskin Laki-Laki Miskin Perempuan Kaya Laki-Laki Kaya Tidak berkontribusi Satu jenis kontribusi (Uang, Bahanbahan, atau tenaga) Dua jenis kontribusi Tiga jenis kontribusi Lebih dari tiga jenis kontribusi 3-54

113 KETENTUAN TEKNIS Analisa Temuan dan Diskusi Kesetaraan dalam kontribusi, termasuk oleh perempuan dan kelompok miskin: Monitoring dan control terhadap kontribusi dari dalam (dari sumbangan rumah tangga): Monitoring dan control terhadap pengerjaan oleh pihak luar (kontraktor, instansi lain): Peranan perempuan dalam monitoring: Apa relevansinya untuk pembuatan RKM: Waktu Selesai 3-55

114 KETENTUAN TEKNIS 3.5 FORMAT PENDANAAN Format 1: Standar Kontrak KSM dengan PPK SKPD SURAT PERJANJIAN UNTUK MELAKSANAKAN PEKERJAAN DAK SLBM LOKASI : JENIS PEKERJAAN : NOMOR KONTRAK : TANGGAL : SURAT PERJANJIAN ini berikut lampirannya (selanjutnya disebut Kontrak ) dibuat dan ditanda-tangani di pada hari, tanggal bulan tahun antara Pejabat Pembuat Komitmen SKPD, yang bertindak untuk dan atas nama berkedudukan di, berdasarkan Surat Keputusan No. (selanjutnya disebut PPK), dan bertindak sebagai ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berkedudukan di berdasarkan (Akta Notaris/SK Camat/SK Lurah/SK Kades) No tangal yang dikeluarkan oleh Notaris/Camat/Lurah/Kades Di (yang selanjutnya disebut KSM ) MENGINGAT BAHWA: [a]. PPK telah meminta KSM untuk melakukan pembangunan sarana SLBM, sebagaimana diterangkan dalam Syarat Syarat Umum Kontrak yang terlampir dalam kontrak ini. [b]. KSM, sebagaimana dinyatakan kepada PPK, sudah menyusun RKM (Rencana Kerja Masyarakat) yang telah disusun dan disetujui oleh masyarakat pengguna sarana. [c]. PPK dan KSM menyatakan memiliki kewenangan untuk menanda-tangani Kontrak ini, dan yang menanda-tangani memilii kewenangan untuk mengikat pihak yang diwakili. [d]. PPK dan KSM mengakui dan menyatakan bahwa sehubungan dengan penanda-tanganan 3-56

115 KETENTUAN TEKNIS Kontrak ini masing-masing pihak: 1. Telah senantiasa diberikan kesempatan untuk didampingi oleh advokat. 2. Menanda-tangani Kontrak ini setelah meneliti secara patut. 3. Telah membaca dan memahami secara penuh ketentuan Kontrak ini. 4. Telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk memeriksa dan mengkonfirmasikan semua ketentuan dalam Kontrak ini, beserta semua fakta dan kondisi yang terkait. MAKA OLEH KARENA ITU, PPK DAN KSM dengan ini bersepakat dan menyetujui hal-hal sebagai berikut ini: [1]. Total harga Kontrak atau Nilai Kontrak adalah sebesar Rp ( ) [2]. Istilah dan ungkapan dalam Surat Perjanjian ini, memiliki arti dan makna yang sama seperti yang tercantum dalam lampiran Surat Perjanjian ini. [3]. Dokumen dokumen berikut ini merupakan satu-kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Kontrak, yaitu: [a]. Addendum Kontrak (bila ada) [b]. Pokok Perjanjian. [c]. Surat Penawaran berikut Data Penawaran Biaya [d]. Syarat-Syarat Khusus Kontrak [e]. Syarat-Syarat Umum Kontrak. [f]. RKM (Rencana Kegiatan Masyarakat) dan KAK (Kerangka Acuan Kerja) [g]. Data Teknis selain KAK [h]. Dokumen Kelengkapan seleksi, Surat Penunjukan, Berita Acara. [4]. Dokumen Kontrak dibuat untuk saling menjelaskan satu sama lain, dan jika terjadi pertentangan antara ketentuan dalam suatu dokumen dengan kentuan dalam dokumen lainnya, maka yang berlaku adalah ketentuan dalam dokumen yang lebih tinggi berdasarkan urutan hierarki pada angka 3 di atas. [5]. Hak dan kewajiban timbal-balik PPK dan KSM dalam Kontrak meliputi khususnya, [a]. KSM berkewajiban untuk melaksanakan pekerja SLBM ini sesuai dengan RKM dan KAK [b]. PPK berkewajiban untuk melakukan pembayaran kepada KSM sesuai dengan ketentuan Kontrak [6]. Kontrak ini mulai berlaku efektif terhitung sejak tanggal yang ditetapkan dengan tanggal 3-57

116 KETENTUAN TEKNIS mulai dan penyelesaian keseluruhan pekerjaan sebagaimana diatur dalam Syarat-Syarat Umum / Khusus Kontrak. Dengan demikian, PPK dan KSM bersepakat untuk menanda-tangani kontrak ini, pada tanggal tersebut diatas dan melaksanakan Kontrak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku di Republik Indonesia. Untuk dan atas nama Kelompok Swadaya Masyarakat Pejabat Pembuat Komitmen Nama : NIP Nama : Ketua. Mengetahui: Ketua SKPD Kab Kota: Nama : NIP : 3-58

117 KETENTUAN TEKNIS Format 2: SURAT PERINTAH MULAI KERJA No. : Tanggal Pekerjaan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) Kelurahan Kota Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Pejabat Pembuat Komitment Pembinaan Investasi. Alamat : Selanjutnya disebut sebagai Pejabat Pembuat Komitmen Berdasarkan Kontrak No., tanggal Bersama ini memerintahkan kepada: Nama : Jabatan :Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat. Alamat : Selanjutnya disebut sebagai Penyedia Jasa Pembangunan. Untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Macam pekerjaan: Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat. Kelurahan:, Kota: 2. Tanggal Mulai Kerja: 3. Syarat-syarat pekerjaan: sesuai dengan persyaratan dan kentuan Kontrak. 4. Waktu penyelesaian: selama ( ) bulan dan pekerjaan harus sudah selesai pada tanggal: 5. Hasil Pekerjaan: 6. Sanksi: Terhadap keterlambatan penyerahan hasil kerja, maka kontrak pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat dan pembayarannya kepada Penyedia Jasa Pembangunan ini dapat dihentikan sesuai dengan ketentuan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak. Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja Pembangunan Daerah Kelompok Swadaya Masyarakat Nama: NIP Nama: Ketua. 3-59

118 KETENTUAN TEKNIS Format 3: KSM:... Halaman:... BUKU BANK Keluarahan:... Kode KSM:... Kota/Kab:... Kode Proyek:... Bulan... Tahun:... Nama Bank:... No. Rekening:... Tgl. URAIAN Jumlah (Rp) 2/1/12 Setoran /1/12 Debit /2/12 Bunga 014 Kode Format 4: KSM:... Keluarahan:... Kota/Kab:... BUKU BANK Bulan... Tahun:... Tgl. URAIAN Account No. Halaman:... Kode KSM:... Kode Proyek:... Voucher No. Masuk (Rp) 2/1/12 Beli Alat Tulis ,- 12/1/12 Alat gali (cangkul, sekop, dll) ,- Keluar (Rp) 3-60

119 KETENTUAN TEKNIS Format 5: SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN TERMIJN Nomor File Periha : : : Pekerjaan SLBM,Kelurahan : Permohonan PembayaranTermin ke ( %) Kepada Yth. Pejabat Pembuat Komitment Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (Alamat) Dengan Hormat, Sehubungan dengan Pekerjaan SLBM, Kelurahan sesuai Kontrak No. tanggal Bersama ini, kami mengajukan permintaan Pembayaran Termijn ( %) dari nilai Kontrak Atas jumlah tersebut, mohon dapat ditransfer ke rekening kami atas nama KSM Pada: Bank : Jl. Rekening No. : Demikian permohonan kami, dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. Mengetahui TFL TeknisKSM Hormat Kami, Nama : Ketua Nama: 3-61

120 KETENTUAN TEKNIS Format 6: BERITA ACARA PEMBAYARAN No. Pada hari ini tanggal Bulan tahun Dua ribu, kami yang bertandatangan dibawah ini: 1. Nama: Pejabat Pembuat Komitmen, yang bertindak untuk dan atas nama Pejabat Pembuat Komitment Satuan Kerja Pembangunan Daerah (SKPD), berkedudukan di. Selanjutnya disebut PIHAK KESATU. 1. Nama: Jabatan : KetuaKelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Alamat : Jl Selanjutnya disebut PIHAKKEDUA. A. Berdasarkan: Nomor dan Tanggal DIPA/Dokumen: Dipersamakan Nomor dan Tanggal Kontrak: Nilai Kontrak: Uraian Pekerjaan:Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di kelurahan B. Maka PIHAKKEDUAberhak menerima Pembayaran Termijn ( %) dari PIHAK KESATU untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebesar Total Pembayaran Dengan demikian, maka pembayaran sampai dengan sekarang : Nilai Kontrak Rp. Tagihan yang lalu Rp. Sisa Kontrak Rp. Jumlahyang dibayarkan Rp. Terbilang:( ) 3-62

121 KETENTUAN TEKNIS C. PIHAK KEDUA sepakat atas pembayaran tersebut diatas dibayarkan ke rekening nomor : Bank atas nama KSM Demikian Berita Acara ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. PIHAK KEDUA Kelompok Swadaya Masyarakat PIHAK KESATU Pejabat Pembuat Komitment Nama Ketua NIP: Nama 3-63

122 KETENTUAN TEKNIS Format 8: BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN Nomor: Pada hari ini tanggal Bulan tahun Dua ribu, kami yang bertanda-tangan dibawah ini: 1. Nama: Pejabat Pembuat Komitmen, yang bertindak untuk dan atas nama Pejabat Pembuat Komitment Satuan Kerja Pembangunan Daerah (SKPD), berkedudukan di. Selanjutnya disebut PIHAK KESATU. 2. Nama: Jabatan: Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Alamat : Jl Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. Berita Acara ini dibuat oleh kedua belah pihak, berdasarkan: 1. DPA untuk DAK APBD TA 2012: Revisi DPA ke 1: Revisi DPA ke 2: 3. Surat Perjanjian/Kontrak: 4. Uraian Pekerjaan:Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat 5. Nilai Kontrak:Rp 6. Amandemen ke 1:Rp 7. Amandemen ke 2:Rp 8. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan: Tanggal Dengan ini menyatakan mengadakan serah terima pekerjaan pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat, dengan ketentuan sebagai berikut : PASAL-1 PIHAK KEDUA menyerahkankepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK PERTAMA menyatakan menerima dari PIHAK KEDUA berupa Bangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat. Hasil pekerjaan tersebut berlokasi di: 3-64

123 KETENTUAN TEKNIS Kelurahan/Desa: Kab/Kota: PASAL-2 Dengan adanya serah terima ini, maka selanjutnya tanggung jawab atas hasil pekerjaan tersebut beralih dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK KESATU. PIHAK KEDUA Kelompok Swadaya Masyarakat Kelurahan/Desa: Kab/Kota: PIHAK KESATU PejabatPembuatKomitmen Satuan Kerja Pembangunan Daerah Nama: Ketua Nama: NIP: 3-65

124 KETENTUAN TEKNIS 3.6 PENILAIAN KINERJA Aspek Penilaian Kinerja Pemanfaatan DAK No. a b c Aspek Penilaian Dukungan kegiatan terhadap Program Prioritas Nasional Kesesuaian Rencana Kegiatan dengan arahan pemanfaatan DAK Kesesuaian pelaksanaan fisik dengan Spek. Teknis / Dokumen Kontrak Bobot % Penilaian Angka Nilai Huruf 20 > 80 % kegiatan 10 Baik 60 % - 80 % kegiatan 6-8 Cukup > 60 % kegiatan < 6 Buruk 20 > 80 % sesuai 10 Baik 60 % - 80 %sesuai 6-8 Cukup > 60 %sesuai < 6 Buruk 15 > 80 %sesuai 10 Baik 60 % - 80 %sesuai 6-8 Cukup > 60 %sesuai < 6 Buruk d Pencapaian Sasaran Kegiatan 15 Progres fisik > 80 % 10 Baik e f Dampak dan Manfaat (Merata a d) Kepatuhan dan Ketertiban Pelaporan (empat triwulan) T O T A L 100 Progres fisik 60 % - 80 % 6-8 Cukup Progres fisik < 60 % < 6 Buruk 15 > 80 % 10 Baik 60 % - 80 % 6-8 Cukup > 60 % < 6 Buruk 15 4 Triwulan dan lengkap 10 Baik 2 3 Triwulan dan lengkap 0 1 Triwulan dan lengkap 6-8 Cukup < 6 Buruk Nilai Total = [ 20 % + Nilai (a) + 20 % + Nilai (b) + 15 % + Nilai (c) + 15 % + Nilai (d) + 15 % + Nilai (c) + 15 % + Nilai (f) + 10 Klasifikasi Penilaian Akhir: Nilai > 80 = Baik, Nilai 60 = 80 = Cukup, Nilai < 60 = Bu 3-66

125 KETENTUAN TEKNIS KETENTUAN TEKNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi Berbasis Masyarakat atau lebih dikenal dengan SANIMAS merupakan salah satu program untuk peningkatan kualitas di bidang sanitasi khususnya pengelolaan air

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR SUB BIDANG SANITASI

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR SUB BIDANG SANITASI SALINAN NOMOR 19/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR SUB BIDANG SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN

BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAFTAR

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG INFRASTRUKTUR AIR MINUM

BAGIAN 1 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG INFRASTRUKTUR AIR MINUM LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PRT/M/2015 TENTANG PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR BAGIAN 1 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Dana Alokasi Khusus. Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO 17 JUNI 2013 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 20 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI, TABEL, GAMBAR PENDAHULUAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI, TABEL, GAMBAR PENDAHULUAN KATA PENGANTAR Akses penduduk terhadap prasarana dan sarana air limbah permukiman dan persampahan pada dasarnya erat kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, sosial budaya serta

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Penggunaan Dana Alokasi Khusus. Tahun Anggaran 2012. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 /PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2006

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PRT/M/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DANA

Lebih terperinci

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.371, 2015 KEMENPU PR. Dana Alokasi Khusus. Insfrastuktur. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 RENCANA KEGIATAN AIR LIMBAH Salah satu tujuan utama pembangunan air limbah domestik Kabupaten Bombana yaitu Meningkatkan akses Layanan Air limbah Domestik

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.403, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. BSPS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2018 2018 TENTANG BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan Bagaimana Kegiatan Dilaksanakan? Siswa-siswi SDN Kwangsan 02 di Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar Jawa Tengah melakukan demo PHBS dalam rangkaian program Pamsimas. Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3. RENCANA KEGIATAN AIR LIMBAH Salah satu tujuan utama pembangunan air limbah domestik Kabupaten Bombana yaitu Meningkatkan akses Layanan Air limbah Domestik

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK Monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yang tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring atau pemantauan dapat mempermudah

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK 6.1 Strategi Monitoring dan Evaluasi Kabupaten Banyumas Pada Bab sebelumnya yakni Bab Strategi dan Rencana Program

Lebih terperinci

Pedoman Program Hibah Air Limbah Setempat APBN

Pedoman Program Hibah Air Limbah Setempat APBN 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 LAMPIRAN 1: Surat Pernyataan Minat Pemerintah Daerah KOP SURAT PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.669, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Bantuan Stimulan. Peningkatan Kualitas. Kumuh. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PULANG PISAU,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PULANG PISAU, SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN SWAKELOLA

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI 5 BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI 5. Strategi Monitoring dan Evaluasi Didalam Pelaksanaan Perencanaan Strategi Sanitasi kabupaten Pokja AMPL menetapkan kegiatan monitoring dan evaluasi sebagai salah

Lebih terperinci

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2018 KEMENPU-PR. Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan Rumah Susun. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2018

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 PETUNJUK TEKNIS I. UMUM

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON *s NOMOR 67 TAHUN 2016, SERI D. 16 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR : 67 Tahun 2016 TENTANG FUNGSI, TUGAS POKOK DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN SANITASI KABUPATEN MADIUN 5.1 STRATEGI SEKTOR DAN ASPEK UTAMA Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan sanitasi Kabupaten Madiun Tahun

Lebih terperinci

Pedoman Operasi & Pemeliharaan Sarana Sanitasi Komunal di Kabupaten Bandung

Pedoman Operasi & Pemeliharaan Sarana Sanitasi Komunal di Kabupaten Bandung Pedoman Operasi & Pemeliharaan Sarana Sanitasi Komunal di Kabupaten Bandung DISAJIKAN OLEH: DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN KABUPATEN BANDUNG DISAMPAIKAN DALAM ; PELATIHAN TFL SANITASI (SLBM

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT. Peningkatan. Pengawasan. Pengendalian. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor: 01/PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN GERAKAN SERIBU SARANA SANITASI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 204, 2014 KEMENPERA. Dana Alokasi Khusus. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Dana Alokasi Khusus. Tahun 2012. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2011

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN SUBBIDANG SANITASI

PETUNJUK PELAKSANAAN SUBBIDANG SANITASI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PRT/M/2015 TENTANG PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR PETUNJUK PELAKSANAAN SUBBIDANG SANITASI

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.668, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Bantuan Prasarana. Sarana. Utilitas Umum. Perumahan Tapak. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 132/KPTS/IV/2015 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 132/KPTS/IV/2015 TENTANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 132/KPTS/IV/2015 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN LINGGA TAHUN ANGGARAN 2015 BUPATI LINGGA, Membaca : Surat Edaran Menteri Dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA Hari/Tanggal : Jumat / 2 Mei2014 Tempat : Ruang Rapat Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Jl. Mayor Sugianyar No.3 Negara Pimpinan rapat : I Ketut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Program prioritas sanitasi disusun berdasarkan kesesuaian prioritas penanganan sanitasi sebagaimana terdapat pada dokumen perencanaan daerah di bidang infrastruktur

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA 11210 TELP. (021) 724-7524, FAX (021) 726-0856 Nomor : KU.01.01-SJ/695 Jakarta, 30 Desember 2005 Lampiran :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG KEPUTUSAN BUPATI BADUNG NOMOR 1193 / 03 / HK / 2013 TENTANG

BUPATI BADUNG KEPUTUSAN BUPATI BADUNG NOMOR 1193 / 03 / HK / 2013 TENTANG 1 BUPATI BADUNG KEPUTUSAN BUPATI BADUNG NOMOR 1193 / 03 / HK / 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pada

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci

BAB V. STRATEGI MONEV

BAB V. STRATEGI MONEV BAB V. STRATEGI MONEV Strategi monitoring dan evaluasi merupakan rencana pemantauan dan evaluasi kegiatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Pacitan. Kegiatan yang dipantau merupakan kegiatan yang direncanakan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING LATAR BELAKANG Permasalahan sanitasi di Kabupaten Mamasa merupakan masalah yang harus segera mendapatkan perhatian serius baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh melalui

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN ( STOP BABS ) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 7 TAHUN TENTANG KERJASAMA DAERAH

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 7 TAHUN TENTANG KERJASAMA DAERAH BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 7 TAHUN 2014. TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA IMPLEMENTASI

BAB V RENCANA IMPLEMENTASI Memorandum Program Sanitasi (MPS) 20152019 BAB V RENCANA IMPLEMENTASI Dalam ini diuraikan rencana tindak yang akan dan perlu dilakukan dalam rangka persiapan tahap implementasi, utamanya untuk program

Lebih terperinci