STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERIPIK NANGKA DI KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI R. ADITYO ARANNUGROHO F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERIPIK NANGKA DI KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI R. ADITYO ARANNUGROHO F"

Transkripsi

1 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERIPIK NANGKA DI KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI R. ADITYO ARANNUGROHO F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 FEASIBILITY STUDY ON ESTABLISHMENT OF JACKFRUITS CHIPS PROCESSING INDUSTRIES IN SEMARANG REGENCY R. Adityo Arannugroho Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, Bogor 16002, West Java, Indonesia. ABSTRACT Before make an investment, it would be good to make a feasibility study of that investment. The result of this research is to know the feasibility of the the establishment of the Jackfruits chips industries on Semarang regency. The result of this reserach show that market aspect have stable market demand, prospective market potential, and good market share. Analysis result of technical and technology aspect, finanncial aspect indicate that jackfruit chip industry is feasible to established. The analysis to the sensitivity on the increasing raw material prices up to 13%, increasing fuel and electricity prices up to 68%, and reduction in selling prices up to 4% is feasible to established. Keywords : feasibility study,technic aspect, financial aspect

3 R. Adityo Arannugroho. F Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang. Di bawah bimbingan Darwin Kadarisman RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai tingkat kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai (a) acuan bagi calon wirausahawan dan investor yang ingin melakukan usaha keripik nangka, (b) masukan bagi Pemerintah Kabupaten dalam melakukan pembinaan terhadap petani nangka (c) masukan bagi perbankan untuk pemberian pinjaman dana. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Analisis yang dilakukan adalah analisis pasar, analisis teknik dan teknologi, aspek finansial, serta yuridis. Proses analisis setiap aspek saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga hasil analisis tersebut menjadi terintegrasi. Hasil penelitian aspek pasar produk keripik nangka menunjukkan bahwa saat ini permintaan pasar cukup stabil, potensi pasar di masa mendatang cukup baik karena kota Semarang banyak dikunjungi wisatawan, serta memiliki pangsa pasar yang cukup baik. Ketersediaan bahan baku, teknologi pengolahan yang menunjang, serta ketersediaan lokasi industri menunjukkan bahwa industri layak dioperasikan secara teknis. Dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang menunjukkan bahwa industri layak didirikan dengan BEP : ,01, NPV : , IRR : 29,24%, Net B/C : 1,27, dan pay back period 3,65 tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga bahan baku sampai dengan 13 %, kenaikan harga bahan bakar minyak dan listrik sampai dengan 68 %, serta penurunan harga jual keripik nangka sampai dengan 4 %, maka industri pengolahan keripik nangka masih layak untuk didirikan.

4 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERIPIK NANGKA DI KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh R. ADITYO ARANNUGROHO F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Skripsi : Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang Nama : R. Adityo Arannugroho NIM : F Menyetujui, Dosen Pembimbing ( Ir. Darwin Kadarisman, M.S. ) NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.) NIP Tanggal lulus:

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, April 2011 Yang membuat pernyataan R. Adityo Arannugroho F

7 Hak cipta milik R Adityo Arannugroho, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Atas kehendak dan karunia-nya, penelitian dan skripsi yang berjudul Studi Kelayakan pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang dapat diselesaikan. Penelitian ini dilakukan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dapat diselesaikan atas sumbangan pemikiran dan masukan dari pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ir. Darwin Kadarisman, M.S. selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, masukan, saran, bantuan dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Subarna, M.S. dan Ir. Sutrisno Koswara, M.S., yang telah bersedia mengalokasikan waktu sebagai dosen penguji. 3. Keluarga besar tercinta saya di rumah, Bapak, Ibu, dan kedua kakakku tercinta. Terima kasih atas limpahan kasih sayang yang telah tercurahkan tanpa henti kepada penulis selama ini. Berkat doa dan dukungan kalian semua baik yang berupa materil maupun non materil. 4. Pak Pramono dari Dinas Perindustrian Kota Semarang, Pak Harry dan Bu Dian dari Dinas Pertanian Kabupaten Semarang 5. Teman sebimbingan saya yang telah mendahului lulus, Eveline Septiana, terima kasih atas sharing dan dorongan semangat untuk saling memberi motivasi terutama dalam menghadapi seminar. 6. Teman-teman seperjuangan di ITP 42, terima kasih atas kebersamaannya selama empat tahun lebih berjuang menuntut ilmu di IPB. 7. Teman-teman semua yang telah membantu penelitian, memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini

9 Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga Allah SWT menerima dan membalas seluruh kebaikan yang telah dilakukan. Bogor, April 2011 Penulis

10 RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 23 Maret 1987 sebagai anak ketiga dari pasangan Drs. H.Z. Amri Amno,M.Sc. dan Hj. R.r. Winarni Sunariati, S.H. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di SD Negeri Kabluk 03 Kota Semarang, SLTP Negeri 2 Semarang, dan SMA Negeri 3 Semarang. Kemudian penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Partanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2005, dan masuk pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah tergabung dalam beberapa organisasi, diantaranya adalah Rohis A02 TPB, Rohis ITP 42 Embun, IKMT (Ikatan Keluarga Muslim TPB), FBI Fateta, dan Omda PATRA ATLAS Semarang. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang, di bawah bimbingan Ir. Darwin Kadarisman, M.S.

11 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. STUDI KELAYAKAN... 2 B. ASPEK PASAR... 2 C. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI... 2 D. ASPEK FINANSIAL... 2 E. BUAH NANGKA... 3 F. KERIPIK NANGKA... 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN... 6 B. METODE KERJA... 8 C. ANALISIS DATA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ASPEK PASAR B. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI C. ASPEK FINANSIAL D. ASPEK YURIDIS E. ASPEK SOSIAL F. ASPEK EKONOMI V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 38

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Syarat mutu keripik nangka... 5 Tabel 2. Data primer... 9 Tabel 3. Data sekunder Tabel 4. Keberadaan produk keripik nangka di beberapa tempat penjualan di kota Semarang 14 Tabel 5. Hasil survei produsen keripik nangka di sekitar kabupaten Semarang Tabel 6. Volume pasar keripik nangkadi kota Semarang Tabel 7. Pangsa pasar Tabel 8. Klasifiksi mutu buah nangka Tabel 9. Alternatif lokasi industri pengolahan keripik nangka Tabel 10. Spesifikasi mesin vacuum fryer Tabel 11. Kebutuhan kerja industri keripik nangka Tabel 12. Komposisi modal tetap untuk industri keripik nangka Tabel 13. Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka Tabel 14. Harga pasar produk keripik nangka Tabel 15. Analisis sensitivitas untuk kenaikan harga bahan baku sebesar 13 % dan 14 % Tabel 16. Analisis sensitivitas untuk kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 63 %dan 64 % Tabel 17. Analisis sensitivitas untuk penurunan harga jual sebesar 4 % dan 5 %... 32

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. (a) Buah nangka, dan (b) daging buah nangka... 3 Gambar 2. Keripik nangka... 4 Gambar 3. Kerangka pemikiran pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang... 7 Gambar 4. Metode kerja... 8 Gambar 5. Grafik ketersediaan buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun Gambar 6. Tata niaga buah nangka di kabupaten Semarang Gambar 7. Grafik pergerakan harga buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun Gambar 8. Mesin vacuum fryer tipe PV Gambar 9. Neraca bahani keripik nangka DAFTAR LAMPIRAN

14 Halaman Lampiran 1. Data jumlah kunjungan wisatawan di kotasemarang Lampiran 2. Data jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang 39 Lampiran 3. Data ketinggian tempat dan curah hujan di kabupaten Semarang pada tahun 2008/ Lampiran 4. Data jumlah pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun Lampiran 5. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun Lampiran 6. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun Lampiran 7. Biaya bahan baku Lampiran 8. Mesin dan peralatan yang dibutuhkan industri pengolahan keripik nangka Lampiran 9. Biaya tenaga kerja langsung dan tak langsung Lampiran 10. Biaya input industri keripik nangka Lampiran 11. Penghitungan modal tetap industri keripik nangka Lampiran 12. Penghitungan nilai sisa dan biaya penyusutan Lampiran 13. Penghitungan biaya pemeliharaan dan asuransi Lampiran 14. Komposisi modal kerja dan total biaya investasi Lampiran 15. Struktur pembiayaan neraca pembayaran kredit Lampiran 16. Biaya operasional industri keripik nangka Lampiran 17. Penghitungan margin keuntungan keripik nangka Lampiran 18a. Proyeksi laporan laba rugi industri keripik nangka Lampiran 18b. Penghitungan pajak penghasilan Lampiran 19. Proyeksi arus kas industri keripik nangka Lampiran 20. Kriteria investasi Lampiran 21. Kriteria investasi pada saat industri dioperasikan selama 12 bulan Lampiran 22a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 13 % Lampiran 22b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 14 % Lampiran 23a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 68 % 63 Lampiran 23b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 69 % 64 Lampiran 24a. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual keripik nangka sebesar 4 % 65 Lampiran 24b. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual keripik nangka sebesar 5 % 66

15 Lampiran 25. Peta kemiringan lahan kabupaten Semarang Lampiran 26. Daftar responden... 68

16 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Semarang menyatakan bahwa buah nangka merupakan produk hortikultura unggulan yang potensial. Ditinjau dari segi produktivitas, berdasar data dari Dinas Pertanian Kabupaten Semarang pada tahun 2008, produsi buah nangka di daerah ini mencapai kwintal/tahun. Mutu buah nangka yang baik dari segi rasa, ukuran, dan ketebalan daging buah akan menjadi dukungan keunggulan bagi buah ini. Potensi buah di daerah ini dapat memberikan nilai tambah apabila diolah menjadi keripik nangka. Nilai tambah yang didapat jika buah nangka diolah menjadi keripik nangka diantaranya adalah meningkatnya harga jual serta umur simpan produk menjadi lebih lama. Keuntungan yang didapat dari usaha keripik nangka memberi peluang untuk didirikannya industri pengolahan keripik nangka. Sebelum keripik nangka dipasarkan di suatu wilayah, maka diperlukan penilaian mengenai seberapa besar permintaan konsumen yang ada serta potensinya untuk dapat berkembang di masa mendatang. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan produk yang dipasarkan. Selain aspek pasar, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan operasional industri meliputi kelayakan jumlah dan mutu bahanbahan yang dibutuhkan untuk proses produksi, teknologi pengolahan yang digunakan, serta beberapa hal yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan teknis kegiatan industri seperti lahan, bangunan, dan tenaga kerja. Dalam langkah pendirian industri pengolahan keripik nangka juga diperlukan pertimbangan yang berkaitan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan serta tingkat penerimaan yang akan didapat sehingga tingkat resiko dari biaya yang diinvestasikan dapat diukur tingkat kelayakannya. Sebuah industri tidak dapat didirikan jika tidak mendapat izin dari pemerintah atau tidak ada undang-undang yang mengatur tentang pendirian industri di suatu daerah. Maka dalam studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka juga diperlukan analisis mengenai peraturan dan perizinan mengenai pendirian industri. Untuk menilai tingkat kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang, maka dibutuhkan studi kelayakan yang dalam dan komprehensif sehingga hasil studi kelayakan dapat menggambarkan tingkat kelayakan pendirian industri dengan baik. Informasi yang didapat dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang mencakup gambaran ketersediaan pasar dan perkiraanya, kebutuhan teknis industri, kelayakan finansial, dan syarat-syarat pendirian industri. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai tingkat kelayakan pendirian industri kecil keripik nangka di Kabupaten Semarang meliputi aspek pasar, teknis dan teknologis, finansial, serta yuridis. Manfaat penelitian ini diantaranya dapat digunakan sebagai acuan bagi calon wirausahawan dan investor yang ingin melakukan usaha bisnis keripik nangka di kabupaten Semarang, masukan bagi perbankan untuk pemberian pinjaman dan masukan bagi pemerintah dalam melakukan pembinaan bagi para petani nangka di kabupaten Semarang,

17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. STUDI KELAYAKAN Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek disebut dengan studi kelayakan bisnis.,studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan (Ibrahim, 2009). Menurut Gittinger (1986), proyek adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumbersumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat. Perencanaan proyek yang baik tergantung pada tersedianya berbagai informasi mengenai adanya investasi yang potensial dan informasi mengenai pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan tujuan lainnya. Analisis proyek menyediakan informasi proyek-proyek yang dipilih untuk dilaksanakan lalu menjadi alat agar penggunaan sumber-sumber daya dapat menciptakan pendapatan. Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis, ada beberapa tahapan studi yang hendaknya dikerjakan. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah penemuan ide, tahap penelitian, dan tahap pengurutan usulan yang layak (Umar, 2003). B. ASPEK PASAR Pengertian pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian lebih luas tentang pasar adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk (Kasmir dan Jakfar, 2006). Sutojo (1993) menyatakan bahwa dalam mengkaji aspek pasar, hal yang perlu diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan permintaan produk di masa lalu dan sekarang, dan proyeksi permintaan produk di masa yang akan datang, kemunginan adanya persaingan, dan peranan pemerintah dalam menunjang perkembangan produk. Menurut (Umar,2003), kondisi pasar saat ini dapat diketahui dengan melakukan identifikasi terhadap pesaing dan mengestimasi penjualan mereka. Kegunaan dari analisis aspek pasar adalah untuk menentukan besar, sifat, dan pertumbuhan permintaan total akan produk yang bersangkutan, serta deskripsi tentang produk dan harga jualnya (Edris, 1983). C. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI Aspek teknik dan teknologi merupakan salah satu aspek penting dalam proyek dan berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan operasi setelah industri tersebut dibangun (Husnan dan Suwarsono, 1991). Analisis teknik secara spesifik mencakup analisis terhadap ketersediaan bahan baku, proses produksi, mesin, dan peralatan, jumlah mesin dan peralatan, keperluan tenaga kerja, dan penentuan luas pabrik (Husnan dan Suwarsono, 1994) Studi aspek teknik dan teknologi menurut Umar (2003) meliputi rencana pengendalian persediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi, serta proses pemilihan teknologi untuk produksi. D. ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan, baik untuk dana tetap maupun modal kerja awal. Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat (keuntungan) untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Sutojo, 1993). Studi kelayakan terhadap aspek finansial perlu menganalisis bagaimana perkiraaan aliran kas akan terjadi. Metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Break Event Point, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Payback Period (Umar, 2003). Break Event Point (BEP) adalah suatu cara untuk menetapkan tingkat produksi dimana penjualan sama dengan biaya-biaya. Untuk memperoleh keuntungan, penerimaaan dari hasil penjualan harus berada di atas titik pulang pokok (BEP) tersebut. Intisari pengkajian BEP

18 adalah penyajian kenyataan bahwa bila tingkat produksi atau penjualan tidak dapat melampaui titik ini maka proyek yang bersangkutan tidak dapat menghasilakan laba (Kadariah et. al, 1978). NPV merupakan selisih antara harga sekarang dari penerimaan dengan harga sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu (Gray et al, 1992). IRR adalah tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang di harapkan di masa datang, asalkan keuntungan yang diperoleh setiap satuan waktu di tanam kembali. (Kadariah et. al, 1978). E. NANGKA Tanaman nangka termasuk tumbuhan tahunan (perennial). Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman nangka dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 2008) : Kingdom Divisi Sub-divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledenae : Morales : Moraceae : Artocarpus : A. Heterophyllus Lamk. Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) merupakan tanaman buah yang berasal dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Di Indonesia pohon ini memiliki beberapa nama daerah antara lain nongko / nangka (Jawa, Gorontalo), langge (Gorontalo), anane (Ambon), lumasa / malasa (Lampung), nanal atau krour (Irian Jaya), nangka (Sunda). Menurut Rukmana (2008), kondisi optimum pertumbuhan nangka adalah pada kondisi ketinggian m di atas permukaan laut, curah hujan mm/tahun, serta suhu C. Di Indonesia terdapat lebih dari 30 kultivar. Di pulau Jawa terdapat lebih dari 20 kultivar. Berdasarkan sosok pohon dan ukuran buah nangka terbagi dua golongan yaitu pohon nangka buah besar dan pohon nangka buah mini. Berdasarkan kondisi daging buah nangka dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: 1) Nangka bubur: daging buah tipis, lunak agak berserat, beraroma keras mudah lepas dari buah. 2) Nangka salak: daging buah tebal, agak kering aromanya kurang keras. (nangka celeng dan nangka belulang). 3) Nangka cempedak: daging buah tipis, liat dan beraroma harum spesifik.varietasvarietas unggul nangka yang ditanam di Indonesia yaitu: nangka bilulang/nangka celeng, nangka cempedak, nangka dulang, nangka kandel. a b

19 Gambar 1. (a) Buah nangka., dan (b) Daging buah nangka Nazaruddin dan Muchlishah (1996) menyatakan nangka varietas unggul di Indonesia yang ditetapkan oleh menteri Pertanian salah satunya adalah nangka kunir. Nangka tersebut memenangi lomba buah unggulan Jawa Timur pada tahun Ciri-ciri nangka kunir adalah bobot perbuah mencapai 50 kg, diameter 40 cm, panjang cm, buah bulat, berduri jarang, dan tumpul, memiliki aroma wangi, daging buah manis, sedikit mengandung air, serta daminya tipis. Widiastuti (1995) menyatakan ketebalan daging buah mencapai 1-1,5 cm dan warnanya kuning keputihan. Nangka varietas unggul lainnya di Indonesia adalah nangkadak. Tirtawinata (2008), menyatakan bahwa nangkadak merupakan buah hasil persilangan antara buah nangka dan buah cempedak. Proses penyilangan buah dilakukan dengan menggunakan benang sari buah nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai induk jantan dan putik buah cempedak (Artocarpus integer Merr) sebagai induk betina. Djonaziansyah (2008) menyatakan bahwa rasa nangkadak mendekati rasa nangka namun dengan tingkat kemanisan yang lebih tinggi, daging buahnya tebal, berukuran kecil, dan berwarna jingga. Pohon nangkadak hanya memiliki tinggi 1-2 meter. Pohon ini tergolong cepat berbuah. Pada saat berusia 2,5 tahun, pohon ini mampu berbuah sebanyak buah. F. KERIPIK NANGKA Menurut SNI , keripik nangka adalah makanan yang dibuat dari daging buah nangka (Artocarpus integra) masak, dipotong/disayat, dan digoreng memakai minyak secara vakum dengan atau tanpa penambahan gula serta bahan tambahan makanan yang diizinkan. Gambar 2. Keripik nangka

20 Berdasar SNI syarat mutu keripik nangka adalah sebagai berikut : Tabel 1. Syarat Mutu Keripik Nangka No. Kriteria uji Satuan Persyaratan % b/b % b/b % b/b % b/b Khas Khas Normal Renyah Min. 90 Maks 5 Maks 25 Maks Keadaan Bau Rasa Warna Tekstur Keutuhan Air Lemak Abu Bahan Tambahan Makanan Pewarna Pengawet Pemanis buatan -sakarin -siklamat Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga ( Cu ) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Hg) Cemaran Arsen ( As) Cemaran mikroba Angka Lempeng Total / ALT E. Coli Kapang Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Koloni/g APM/g Koloni/g Sesuai SNI Sesuai SNI Negatif Negatif Maks 2,0 Maks 5,0 Maks 40,0 Makls 40,0 Maks 0,03 Maks 1,0 Maks 10 4 < 3 Maks 50

21 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan resiko kegagalan dalam pengambilan keputusan pendirian industri. Dalam studi kelayakan suatu industri dibutuhkan analisis dan peramalan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Analisis yang dilakukan mencakup aspek pasar, teknis dan teknologis, finansial, serta yuridis. Kerangka pemikiran pendirian industri pengolahan keripik nangka di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada gambar 3. Hasil studi kelayakan ini dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pembuatan perencanaan bisnis pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Dalam kegitan perencanaan bisinis, informasi studi kelayakan dapat membantu mempermudah proses pembuatan strategi atau rencana yang harus dilakukan agar industri keripik nangka dapat dijalankan dengan efektif dan efisien. Dengan adanya studi kelayakan diharapkan dapat menarik investor dan perbankan untuk mengikutsertakan modal mereka. Pendirian industri pengolahan keripik nangka merupakan salah satu langkah strategis untuk menggerakkan perekonomian daerah serta pengembangan dunia usaha di kabupaten Semarang. Dengan adanya industri berbasis bahan baku lokal dengan mutu serta produktivitas yang tinggi, maka diharapkan adanya hubungan timbal balik menguntungkan antara pihak industri dengan pemasok (masyarakat/petani/pengumpul bahan baku). Buah nangka yang dihasilkan masyarakat/petani akan diserap untuk bahan baku industri keripik nangka sehingga masyarakat/petani tetap terpacu untuk meningkatkan pembudidayaan. Selain itu adanya spesifikasi bahan baku yang diperlukan untuk keperluan industri, diharapkan mampu mendorong masyarakat/petani untuk melakukan seleksi varietas tanaman nangka yang menghasilkan buah dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Adanya industri pengolahan keripik nangka juga diharapkan dapat memperluas lapangan pekerjaan.

22 Aspek Teknik dan Teknologi Aspek Finansial Aspek Pasar Aspek Yuridis Produksi nangka melimpah Studi Kelayakan Pemasok Perencanaan Bisnis Industri Keripik Nangka Investor/Perbankan Pembangunan Ekonomi Daerah Pengembangan Dunia Usaha Gambar 3. Kerangka Pemikiran pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semaran

23 B. Metode Kerja 1. Tahapan Kerja Mulai Persiapan Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisis Data Penyusunan Laporan Studi Selesai Gambar 4. Metode Kerja

24 2. Persiapan Persiapan yang dilakukan pada awal penelitian diantaranya adalah penjajakan awal ke lokasi penelitian dan pengurusan perizinan untuk melakukan penelitian. 3. Pengumpulan Data Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran, dan keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan studi kelayakan, sehingga data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung survei lapangan) seperti terlihat pada tabel 2. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat data yang telah tersedia pada instansi terkait. Tabel 2. Data primer Data yang dibutuhkan Sumber Data Potensi pasar keripik nangka Rumah makan di kota Semarang, pertokoan pusat oleh-oleh kota Semarang, indomaret, DP Mall, pasar swalayan ADA, Matahari, Gelael, stasiun Tawang, bandara udara Ahmad Yani Jenis dan ketersediaan bahan baku, Harga dan sistem tata niaga bahan baku Petani nangka, pedagang, dan pengumpul buah nangka Sistem produksi keripik nangka Produsen keripik nangka Tafied Rona Chips Harga beli tanah Pemilik tanah Biaya mendirikan bangunan Kontraktor

25 Sistem kredit perbankan yang berlaku dan tingkat suku bunga BPR Kabupaten Semarang Tabel 3. Data sekunder Data yang dibutuhkan Jenis dan ketersediaan bahan baku, Harga dan sistem tata niaga bahan baku Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Semarang Sumber Data Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, Masyarakat dan pedagang di Kabupaten Semarang Bappeda Kabupaten Semarang Peraturan perizinan pendirian industri Peraturan pajak Pemerintah Kabupaten Semarang, Dinas Perindustrian Kabupaten Semarang Dinas Perindustrian Jenis dan harga peralatan Produsen peralatan pengolahan keripik nangka Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat data yang telah tersedia pada instansi terkait. C. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kuantitaif dan analisis kualitatif. Analisis yang dilakukan terdiri atas analisis pasar, analisis teknik dan teknologi, analisis aspek financial, serta analisis yuridis. Proses analisis setiap aspek saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga hasil analisis tersebut menjadi terintegrasi. 1. Analisis pasar Perkiraan jumlah pasar pada saat ini dilakukan dengan mengestimasi penjualan aktual dan pangsa pasar. Perusahaan perlu mengetahui penjualan sebenarnya dari industri keripik nangka yang terjadi di pasar dengan cara mengidentifikasi potensi pasar pada : 1.) Jaringan pemasaran (distributor dan pengecer)

26 2.) Produsen keripik nangka di daerah kabupaten Semarang dan sekitarnya Data permintaan pasar yang diidentifikasi meliputi volume penjualan, penyebaran, dan harga. Dari analisis terhadap potensi tersebut akan disimpulkan kondisi pasar di masa mendatang apakah masih bertambah, stagnan (jenuh), atau sudah menurun. 2. Analisis teknik dan teknologi a. Analisis bahan baku Analisis bahan baku dilakukan untuk memproyeksikan ketersediaan bahan baku yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan industri keripik nangka di masa mendatang. Analisis bahan baku meliputi analisis spesifikasi dan mutu bahan baku, jumlah ketersediaan bahan baku di masa yang akan datang, serta tata niaga buah nangka. Peramalan bahan baku di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan menggunakan data jumlah bahan baku di masa lalu kemudian dianalisis dengan menggunakan metode seasonal yang dijabarkan sebagai berikut (Yusuf, 2009) : b. Lokasi industri Alternatif lokasi industri ditempatkan pada ibu kota kabupaten atau kecamatan berdasarkan potensi bahan baku buah nangka. c. Kapasitas dan proses produksi Alternatif kapasitas produksi dan proses produksi ditentukan berdasarkan berbagai jenis mesin dan peralatan yang saat ini ada di pasar. Untuk dasar pada studi kelayakan ini adalah aspek mutu dan ekonomis (harga dan daya tahan). 3. Analisis Finansial Analisis aspek ini meliputi perhitungan biaya proyek keseluruhan, penentuan sumber dana, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas dan analisis finansial yang terdiri : a. BEP (Break Event Point) BEP dihitung berdasar rumus sebagai berikut ( Kadariah et al., 1978) : Q (BEP) : Biaya tetap Harga penjualan / unit biaya variabel / unit BEP Penjualan : Biaya tetap 1- ( biaya variabel/penjualan )

27 Dalam persentase : BEP penjualan Penerimaan total penjualan b. NPV (Net Present Value) NPV dihitung berdasar rumus sebagai berikut (Gray et.al 1992) : Rumus NPV : n NPV = t = 0 Bt - Ct (1 + i) t Keterangan : Bt : benefit bruto proyek pada tahun ke-t Ct : Biaya bruto proyek pada tahun ke-t n : Umur ekonomi proyek i : Social Opportunity cost of capital ( Discount Rate ) Bila NPV > 0 maka proyek dinyatakan go, jika NPV = 0 maka proyek mengembalikan sebesar opportunity cost of capital, jika NPV < 0 maka proyek ditolak. (Gray et.al 1992). c. IRR (Internal Rate of Return) IRR dihitung berdasar rumus sebagai berikut 1978) : (Kadariah et.al IRR = i1 + NPV1 x ( i2-i1 ) NPV1 NPV2 Keterangan : NPV1 : NPV negative pada tingkat bunga i1 NPV2: NPV positif pada tingkat bunga i2 Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (IRR > i) maka maka perencanaan proyek dinyatakan go, demikian sebaliknya jika IRR < i maka proyek dinyatakan no go (Kadariah et.al 1978). d. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

28 Net B/C adalah perbandingan antara present value total dari hasil keuntungan bersih terhadap present value dari biaya bersih (Kadariah et.al 1978). Jika Net B/C >1 maka proyek dinyatakan layak, Net B/C =1 berarti proyek mencapai titik impas dan jika Net B/C < 1 proyek dinyatakan tidak layak. Rumus menghitung Net B/C = n Bt - Ct ( 1 + i ) t= 0 n t= 0 Ct - Bt ( 1 + i ) e. Pay Back Period (PBP) PBP adalah suatu periode yang diperlukan proyek untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Umar, 2003). Rumus untuk menghitung PBP adalah : PBP : m Bn + 1 Cn + 1 ) Dimana : m : Nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir Bn : benefit bruto pada tahun ke-n Cn : biaya bruto pada tahun ke-n n : periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (tahun). f. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas dihitung dengan menggunakan kriteria NPV, IRR, dan Net B/C untuk perubahan parameter kenaikan harga bahan baku, kenaikan harga bahan bakar dan listrik, serta penurunan harga jual. Perubahan parameter dinyatakan layak jika NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, Net B/C > 1. Perubahan parameter dinyatakan tidak layak jika NPV < 0, IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, dan Net B/C < 1.

29 4. Analisis Yuridis Analisis yuridis dilakukan secara kualitatif dengan menganalisis faktorfaktor kemudahan/kesulitan dari undang-undang/peraturan yang berlaku. 5. Analisis Sosial dan Ekonomi Analisis sosial dan ekonomi dilakukan secara kualitatif dengan mengidentifikasi keuntungan sosial dan ekonomi yang didapat dari pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semarang. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ASPEK PASAR 1. Kondisi Pasar Penjualan keripik nangka sebenarnya telah ada di kota Semarang meskipun belum tersebar luas. Dari pengamatan ke beberapa lokasi dapat dilihat keberadaan produk keripik nangka di kota Semarang seperti terlihat pada tabel 4. Tabel 4. Keberadaan produk keripik nangka di beberapa tempat penjualan di kota Semarang Tempat Penjualan Keberadaan keripik nangka Jumlah keripik nangka yang dijual (Kw) Supermarket DP Mall Pernah menjual, sekarang tidak - Gelael supermarket Belum pernah menjual - Pasar swalayan ADA Belum pernah menjual - Supermarket Matahari Belum pernah menjual -

30 Stasiun Tawang Belum pernah menjual - Bandara udara Ahmad Yani Pernah menjual, sekarang tidak - Pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran 1. Toko Lumba-Lumba 2. Toko Bandeng Arwana 3. Toko Bandeng Bonafide 4. Toko Bandeng Presto 5.Toko Istana Buah Bandeng Djoe 6. Toko Bandeng Juwana Pernah menjual, sekarang tidak Pernah menjual, sekarang tidak Menjual Belum pernah menjual Menjual Pernah menjual, sekarang tidak Hasil pengamatan di berbagai outlet pemasaran menunjukkan bahwa keripik nangka merupakan produk yang masih jarang ditemui di kota Semarang. Dari tabel 4 terlihat bahwa di supermarket DP Mall dan bandara udara Ahmad Yani, keripik nangka pernah dijual tetapi saat ini tidak dijual lagi. Dari hasil wawancara diketahui sebabnya adalah karena tidak adanya pasokan selanjutnya dari produsen. Berbagai supermarket maupun minimarket dan stasiun Tawang bahkan belum pernah menjual keripik nangka. Hal ini diduga karena tidak adanya pasokan dari produsen. Dari tabel 4 terlihat juga bahwa keberadaan keripik nangka ada di beberapa toko di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran. Dari enam toko yang disurvei pada tahun 2010, hanya ada dua toko yang menjual keripik nangka sebagai oleh-oleh yaitu toko Istana Buah Bandeng Djoe dan Bandeng Bonafide. Menurut pedagang di toko Bandeng Bonafide, keripik nangka sudah cukup lama dijual di tempat tersebut dan selama ini cukup diminati konsumen yang pada umumnya adalah wisatawan yang datang ke Semarang dan warga Semarang sendiri yang akan berpergian ke luar kota. Hasil wawancara dengan Dinas Perindustrian kota Semarang menunjukkan bahwa selama ini pemasaran terbesar keripik nangka baru di pusat penjualan oleh-oleh jalan Pandanaran. Keripik nangka masih sangat jarang dijumpai di tempat-tempat lainnya. 2. Potensi Pasar Pasokan keripik nangka di pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran berasal dari kota Semarang, kabupaten Kendal, dan kota Malang. Menurut penjual di toko pusat oleh-oleh Istana Buah dan Bandeng Djoe, keripik nangka yang paling laku dijual adalah keripik nangka dengan merk dagang Tafied Rona Chips dari kabupaten Kendal. Hasil survei menunjukkan bahwa pada tahun 2010 telah terdapat produsen dan distributor keripik nangka di wilayah kota Semarang dan sekitarnya. Industri tersebut berskala menengah dan rumah tangga seperti yang terlihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil survei produsen dan distributor keripik nangka di sekitar kota Semarang Jumlah Produk /tahun Nama Perusahaan/distributor Tafied Rona Chips C.V. Berkah Jaya Abadi Fruit Eternity Lokasi Kabupaten Kendal Kota Semarang Kota Semarang Tahun Berdiri ,5 - Fokus Pemasaran ,8 ton Lokal ton Ekspor dan daerah lain ton Ekspor dan daerah lain Dari tabel 5 terlihat bahwa hanya ada satu industri keripik nangka yang memiliki fokus utama melayani pasar lokal yaitu perusahaan Tafied Rona Chips. Perusahaan C.V. Berkah Jaya Abadi dan distributor Fruit Eternity memasarkan produk keripik nangka dengan fokus utama pasar ekspor dan daerah lain. Jumlah permintaan pasar keripik nangka untuk kota Semarang, daerah lain, serta ekspor dari C.V Berkah Jaya Abadi dan distributor Fruit Eternity mencapai 142 ton/tahun. Jumlah permintaan pasar ekspor cukup stabil selama lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pasar keripik nangka untuk ekspor cukup baik.

31 Hasil wawancara dengan pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips menunjukkan bahwa selama sembilan tahun beroperasi, permintaan keripik nangka dari kota Semarang selalu stabil. Permintaan terbesar datang dari distributor dengan jumlah sebesar 1,62 ton/tahun. Distributor kemudian menyalurkan keripik nangka ke luar kota Semarang. Hasil wawancara dengan pedagang di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran didapat informasi bahwa jumlah rata-rata permintaan pasar keripik nangka adalah sebesar 0,35 ton/tahun. Dari jumlah tersebut, pasokan kerpik nangka yang berasal dari Tafied Rona Chips sebanyak 0,18 ton/tahun sedangkan pasokan keripik nangka sebanyak 0,17 ton/tahun berasal dari C.V. Berkah Jaya Abadi, distributor Fruit Eternity, serta produsen keripik nangka di kota Malang. Dari uraian tersebut, maka dapat dihitung total permintaan keripik nangka dari distributor dan penjual di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran rata-rata sebanyak 1,95 ton/tahun. Menurut informasi dari pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, keripik nangka masih memiliki potensi pasar yang baik untuk dikembangkan di kota Semarang mengingat masih adanya sejumlah permintaan dari distributor dan penjual di pusat oleholeh jalan Pandanaran yang saat ini belum mampu dipenuhi. Volume pasar keripik nangka yang belum dimanfaatkan untuk wilayah pemasaran kota Semarang pada tahun 2009 menurut pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips sebanyak 22 ton/tahun. Peluang pasar keripik nangka dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Volume pasar keripik nangka di kota Semarang pada tahun 2009 Jumlah permintaan Pembeli Sistem pembelian pasar (ton/tahun) Distributor kota Semarang Grosir 20 Pusat oleh-oleh jalan Pandanaran Eceran 2 Total 22 Potensi pasar keripik nangka di kota Semarang sangat besar, mengingat masih banyaknya pembeli potensial di kota Semarang yang belum mendapatkan akses untuk membeli keripik nangka. Tempat-tempat yang memiliki potensi pasar yang baik adalah tempat yang masih jarang atau belum dijumpai produk sejenis. Beberapa tempat di kota Semarang yang memiliki potensi pasar tebesar diantaranya adalah sebagai berikut : a. Pusat oleh-oleh kota Semarang Pusat oleh-oleh utama di kota semarang yang berlokasi di sepanjang jalan Pandanaran cukup potensial untuk dijadikan sebagai pusat pemasaran oleh-oleh karena tempat ini telah memiliki reputasi sebagai tempat penjualan oleh-oleh khas Semarang seperti bandeng presto, wingko babat, lumpia, dan sebagainya. Pusat oleh-oleh jalan Pandanaran diperkirakan semakin berkembang karena jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Semarang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Menurut data pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang dan Jawa Tengah, jumlah rata-rata wisatawan yang mengunjungi kota ini pada tahun 2006 hingga 2008 mencapai orang. Pertumbuhan jumlah wisatawan di Kota Semarang pada tahun 2007 dan 2008 masing-masing sebesar 56,21 % dan 20,21 %. Pada umumnya setiap wisatawan yang ingin mencari oleh-oleh khas Semarang akan datang ke pusat oleh-oleh tersebut. Keripik nangka sebenarnya bukan oleh-oleh khas Semarang karena pertama kali diperkenalkan sudah populer terlebih dahulu di kota Malang. Keripik nangka memiliki pangsa pasar yang cukup baik di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran. Keripik nangka yang memiliki harga relatif mahal tidak menghadapi hambatan pasar di

32 tempat ini, karena secara umum pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran ini telah tersegmentasi untuk kalangan menengah atas. Menurut penjual di toko Bandeng Arwana dan toko Lumba-Lumba di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran (toko yang dahulu pernah menjual keripik nangka), keripik nangka cukup prospektif untuk dijual di tempat ini. Masalah yang dihadapi mereka adalah pasokan keripik nangka yang tidak kontinu. Jumah pasokan sering mengalami fluktuasi, yang pada periode bulan April-Juni jumlahnya kecil. Masalah lain menurut pedagang di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran adalah perputaran produk (turn over) yang masih lambat karena belum terlalu populer di bandingkan produk khas Semarang seperti bandeng presto, lumpia, dan wingko babat, akan tetapi dengan upaya promosi dan mencari titik keunggulan buah nangka di Kabupaten Semarang masalah ini dapat diatasi. Dari bahan baku yang unggul akan dihasilkan pula produk keripik nangka yang unggul dalam mutu rasa, ukuran, serta warna. b. Obyek wisata Kota Semarang memiliki beberapa obyek wisata terkenal seperti Masjid Agung Jawa Tengah, pantai Marina, gedung batu, wonderia, dan lain-lain. Jumlah obyek wisata di kota Semarang pada tahun 2008 mencapai 22 buah. Banyaknya jumlah wisatawan yang datang ke tempat-tempat tersebut menunjukkan peluang pasar keripik nangka cukup terbuka. c. Hotel Hotel berfungsi bukan saja sebagai tempat menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan kegiatan bisnis, mengadakan seminar, atau sekedar untuk mendapatkan ketenangan. Menurur data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, jumlah rata-rata kamar hotel kelas berbintang dan melati yang dipesan dari tahun 2004 hingga 2008 sebanyak buah (lampiran 2). Penghuni hotel merupakan pembeli potensial produk keripik nangka, maka dari itu jika produk keripik nangka mampu dipasarkan di tempat ini, peluang penjualannya sangat besar. d. Rumah Makan Menurut data dari BPS, kota Semarang pada tahun 2006 memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa. Jumlah penduduk golongan ekonomi menengah hingga atas sebesar jiwa (78,84 % dari total populasi). Jumlah penduduk yang besar ini menunjukkan potensi kota Semarang sangat besar sebagai tempat pemasaran keripik nangka. Selama ini warga Semarang yang menjadi konsumen keripik nangka diperkirakan hanya orang-orang yang akan membeli oleh-oleh untuk dibawa pergi ke luar kota sehingga masih ada peluang besar untuk memasarkan keripik nangka kepada masyarakat Semarang yang lain. Warga lain yang sedang tidak berpergian ke luar kota, terutama golongan menengah ke atas, merupakan konsumen potensial yang jumlahnya diperkirakan lebih besar dan sampai saat ini segmen tersebut belum tergarap pasarnya. Keripik nangka berpotensi dijual di rumah makan sebagai makanan cemilan. Kota Semarang memiliki banyak rumah makan favorit untuk wisata kuliner. Jumlah rumah makan tersebut mencapai 130 buah. Banyaknya jumlah rumah makan menunjukkan potensi yang baik bagi perkembangan pasar keripik nangka. e. Supermarket Tempat lain yang memiliki potensi pasar terbesar adalah supermarket. Namun demikian, hasil wawancara dengan dinas Perindustrian kota Semarang menunjukkan bahwa produk baru yang belum memiliki nama besar biasanya agak sulit untuk dapat memasuki tempat-tempat seperti supermarket. Agar produk mampu memasuki pasar supermarket, maka diperlukan upaya-upaya yang intensif seperti

33 bantuan pembinaan dari instansi pemerintah agar tingkat dan konsistensi mutu produk dapat dicapai. f. Bandara udara Ahmad Yani Keripik nangka juga memiliki potensi besar untuk dijual di bandara udara Ahmad Yani. Pembeli potensial di tempat ini adalah para penumpang pesawat baik yang akan pergi ke luar kota Semarang ataupun yang datang ke kota Semarang. Jumlah penumpang pesawat di bandara udara Ahmad Yani mencapai hingga orang per hari. (koran.tempointeraktif, 2009). Hambatan pasar di tempat ini diperkirakan kecil karena masih jarang dijumpai produk makanan khas di tempat ini sehingga peluang pasar produk keripik nangka cukup terbuka. g. Stasiun Tawang Stasiun Tawang juga merupakan tempat pemasaran yang potensial karena wisatawan dari luar daerah yang berkunjung ke kota Semarang akan melewati tempat tersebut. Jumlah penumpang kereta api di tempat tersebut pada tahun 2003 mencapai orang. Jumlah penumpang kereta api per harinya mencapai orang. Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa permintaan pasar keripik nangka termasuk stabil. Pada masa mendatang, diperkirakan permintaan terhadap keripik nangka akan meningkat jika perusahaan mampu memanfaatkan berbagai peluang pasar yang ada. 3. Pangsa Pasar Setelah mengetahui adanaya potensi pasar untuk produk keripik nangka, maka langkah selanjutnya menganalisis besarnya pangsa pasar yang masih tersedia. Pangsa pasar yang tersedia dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran pesaing yang ada di pasar, serta jenis produk yang dipasarkan. Perkiraan pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan beberapa tingkat persaingan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Perkiraan pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan tingkat persaingan berbeda-beda Jumlah pesaing Banyak Sedikit Satu Tidak ada Ukuran pesaing L Sm L Sm L Sm Jenis produk S D S D S D S D S D S D Pangsa pasar (%) 2,5 10 2,5 50 Keterangan : L : Besar, Sm : Kecil, S : Sama, D: Berbeda Perusahaan dan distributor yang memasok keripik nangka ke kota Semarang hanya berjumlah 3 yaitu P.T. Fruit Eternity, C.V. Berkah Jaya Abadi, dan Tafied Rona Chips. Ukuran pesaing untuk pasar di kota Semarang digolongkan ke dalam ukuran pesaing yang kecil karena dari ketiga pemasok keripik nangka hanya mampu menyalurkan keripik nangka sebanyak 1,95 ton/tahun. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan volume pasar yang ada yaitu sebesar 22 ton/tahun (tabel 6). Jenis produk yang akan dipasarkan sama dengan yang sudah ada sehingga pangsa pasar yang mungkin diraih adalah sebesar 10-15% dari peluang pasar yang ada. Jumlah ini diperkirakan masih mampu berkembang menjadi dua kali lipat. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi peningkatan peluang pasar diantaranya adalah : 1. Meningkatnya permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang Menurut Vita (2010), pemilik usaha keripik nangka U.D. Barokah dari kota Malang, permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang seperti daerah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan pulau Kalimantan cenderung meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 permintaan keripik nangka dari daerah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang mencapai 5 ton/tahun. Sedangkan permintaan keripik nangka dari daerah

34 Kalimantan mencapai 15 ton/tahun. Dengan semakin meningkatnya permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang maka diperkirakan permintaan keripik nangka dari distributor yang selama ini memiliki fokus pemasaran ke luar kota Semarang juga meningkat. 2. Pengembangan areal pertokoan pusat penjualan oleh-oleh di sepanjang jalan Pandanaran. Areal pertokoan di sepanjang jalan Pandanaran pada tahun 2010 telah meningkat menjadi 12 buah. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika diasumsikan volume pasar keripik nangka di kota Semarang meningkat dua kali lipat pada masa mendatang menjadi 44 ton/tahun dan persentase pangsa pasarnya sebesar 15%, maka jumlah pangsa pasar yang mungkin dapat diraih sebanyak 6,6 ton/tahun. B. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI 1. Analisis Bahan Baku a. Mutu bahan baku Mutu bahan baku merupakan aspek penting yang harus diperhatikan karena mutu suatu produk pangan bergantung pada mutu input bahan bakunya. Mutu bahan baku yang baik akan menghasilkan produk pangan yang baik pula jika proses pengolahan dilakukan dengan baik dan benar. Mutu produk keripik nangka dipengaruhi oleh tingkat kematangan bahan baku. Pada studi kelayakan ini bahan baku yang akan digunakan adalah buah nangka (Artocarpus heterophylus Lamk) segar yang telah/menjelang matang (tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda). Pada umumnya buah nangka yang telah matang memiliki aroma yang cukup kuat dan rasa yang manis. Menurut Rukmanan (2008), buah nangka yang telah matang ditandai dengan durinya yang jarang dan bila dipukul-pukul dengan benda keras akan menimbulkan suara yang menggema serta timbul aroma khas. Menurut Taqi (1994), tingkat kematangan buah nangka dapat mempengaruhi mutu warna dan rasa keripik nangka yang dihasilkan. Nangka yang terlalu tua memiliki kadar gula yang tinggi sehingga jika digoreng akan menyebabkan warna produk akhir menjadi lebih gelap dibandingkan nangka yang masih muda. Sedangkan nangka yang terlalu muda memiliki tekstur keras dan rasanya tidak manis sehingga jika digoreng menjadi keripik nangka akan menghasilkan produk yang bermutu rendah baik dari segi cita rasa maupun tekstur. Selain itu tingkat penyerapan minyak pada proses penggorengan nangka muda lebih tinggi daripada nangka yang telah matang sehingga produk keripik nangka lebih mudah mengalami ketengikan. Hasil wawancara dengan pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, produsen keripik nangka di Kabupaten Kendal, bahwa mutu buah nangka diklasifikasikan menjadi empat golongan seperti yang tersaji pada tabel 8. Tabel 8. Klasifikasi mutu buah nangka Golongan Kriteria KW I KW II KW III KW IV Rasa Manis Manis Manis/tawar Manis/tawar Warna Kuning/kuning keputihan Kuning/kuning keputihan Kuning/kuning keputihan Kuning/kuning keputihan Ukuran Besar Sedang Kecil/sedang Kecil Ketebalan daging buah 1-1,5 cm 1-1,5 cm < 1 cm < 1 cm

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Analisis Yuridis Analisis yuridis dilakukan secara kualitatif dengan menganalisis faktorfaktor kemudahan/kesulitan dari undang-undang/peraturan yang berlaku. 5. Analisis Sosial dan Ekonomi Analisis

Lebih terperinci

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Kamar terjual

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Kamar terjual L A M P I R A N Lampiran 1. Jumlah kunjngan wisatawan di kota Semarang Tahun Jumlah wisatawan Pertumbuhan (%) 2003 807.702-2004 690.964-14,45 2005 640.316-7,33 2006 650.316 1,56 2007 1.016.177 56,26 2008

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi, salah satunya dengan menerapkan teknologi Enhanched Oil Recovery (EOR) pada lapangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN SALAK SKALA KECIL DI KABUPATEN BANJARNEGARA

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN SALAK SKALA KECIL DI KABUPATEN BANJARNEGARA STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN SALAK SKALA KECIL DI KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh: Agus Suprapto 1, Sardju Subagjo 2, dan Poppy Arsil 2 1). Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha 4.1.1 Sejarah Perusahaan UKM Flamboyan adalah salah satu usaha kecil menengah yang mengolah bahan pertanian menjadi berbagai macam produk makanan olahan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN FASILITAS PADA HOTEL LARASATI REMBANG

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN FASILITAS PADA HOTEL LARASATI REMBANG ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN FASILITAS PADA HOTEL LARASATI REMBANG Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL Gambir merupakan salah satu produk ekspor Indonesia yang prospektif, namun hingga saat ini Indonesia baru mengekspor gambir dalam bentuk gambir asalan.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menghasilkan manfaat atau keuntungan apabila dijalankan.

BAB I PENDAHULUAN. akan menghasilkan manfaat atau keuntungan apabila dijalankan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah usaha yang dijalankan tentunya memerlukan suatu perencanaan dan perhitungan yang tepat. Perencanaan dan perhitungan yang tepat diperlukan agar risiko kegagalan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGILINGAN PADI UD. KILANG PADI BERSAMA DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGILINGAN PADI UD. KILANG PADI BERSAMA DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGILINGAN PADI UD. KILANG PADI BERSAMA DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA

STUDI KELAYAKAN USAHA STUDI KELAYAKAN USAHA 1 PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN USAHA Studi kelayakan usaha ialah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil dan menguntungkan secara kontinyu.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian dilakukan di perkebunan jambu biji UD. Bumiaji Sejahtera milik Bapak Imam Ghozali. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas SWASTANISASI PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN MENGGUNAKAN ANALISA TEKNIS DAN FINANSIAL (Studi Kasus Proyek Pembangunan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kapuas) Astati Novianti, Retno Indryani,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri tepung dan biskuit dari tepung kepala ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM Financial Feasibility Study of Herbal Instan Coffee Produced by UD. Sari Alam Hilda Rosmalia Saida 1), Nurhayati Nurhayati

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Kelayakan Ekonomi Bendungan Jragung Kabupaten Demak (Kusumaningtyas dkk.) KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Ari Ayu Kusumaningtyas 1, Pratikso 2, Soedarsono 2 1 Mahasiswa Program Pasca

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram alir metode penelitian merupakan kerangka berpikir yang terdiri langkah-langkah penelitian yang disusun sebagai acuan penelitian. Diagram alir diperlukan agar penyusunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci