Dicanangkannya eradikasi polio global pada
|
|
- Suryadi Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Sari Pediatri, Sari Pediatri, Vol. 8, Vol. No. 8, 3 No. (Suplemen), 3 (Suplemen), Januari Januari 2007: Karakteristik Kasus Akut Flaccid Paralysis (AFP) Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun Hadia Angriani, Jusli Latar belakang. Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus polio di Indonesia menunjukkan jumlah kasus polio tahun 2005 sebanyak 303 kasus dan pada tahun 2006 sebanyak 2 kasus. Hal ini menjadi sorotan publik yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan terhadap penularan kepada masyarakat. Polio merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat ditakuti karena dapat mengakibatkan kematian sel motorneuron di medulla spinalis dan batang otak dan dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen. Oleh karena itu perlu dicermati secara detail dan disusun suatu rencana pencegahan untuk memutuskan rantai penularan dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio. Tujuan. Memberikan informasi tentang karakteristik kasus AFP dan hasil pelaksanaan putaran Pekan Imunisasi Nasional (PIN) di Propinsi Sulawesi Selatan. Metoda. Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif. Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 sampai 2005 mengenai penderita AFP, umur, jenis kelamin, kabupaten / kota, status imunisasi polio rutin dan imunisasi tambahan (PIN), pemeriksaan spesimen, paralisis residual. Dari Dinas Kesehatan juga dikumpukan data pencapaian target pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) di Sulawesi Selatan selama 5 putaran dan jumlah populasi penduduk di bawah 15 tahun. Hasil. Selama kurun waktu tahun 2001 hingga 2005 telah dikumpulkan kasus AFP di Sulawesi Selatan sebanyak 204 anak dengan jumlah terbesar pada tahun 2005 sebanyak 66 kasus. Berdasarkan diagnosis, didapatkan diagnosis terbanyak adalah GBS 88 (43,1 %). Entero virus pada spesimen di dapatkan 1 kasus dengan virus polio P3 Sabin positif pada kedua spesimen di Kabupaten Sidrap dan 1 kasus dengan virus polio Sabin positif tapi negatif pada spesimen II di kabupaten Wajo. Jumlah persentase pencapaian target PIN yang melampaui target 100 % adalah PIN putaran III. Kesimpulan. Jumlah kasus AFP di Sulawesi Selatan selama kurun waktu tahun 2001 hingga 2005 sebanyak 204 anak. Berdasarkan jumlah populasi penduduk <15 tahun maka target surveilans AFP dalam satu tahun minimal ditemukan 52 kasus AFP dan dilaporkan bahwa tidak ditemukan kasus polio liar di Sulawesi Selatan. Pada pelaksanaan 5 putaran Pekan imunisasi Nasional (PIN) berhasil mencampai sasaran lebih 100%. Kata kunci: Acute Flaccid Paralysis (AFP), Pekan Imunisasi Nasional (PIN), Sulawesi Selatan. Alamat korespondensi: Dr Hadia Angriani.,SpA. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS Unit Pelayanan Anak RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Jl. Perintis Kemerdekaan KM. XI Tamalanrea Makassar Telp. (0411) , (0411) Fax. (0411) bikafkuh@yahoo.com Dicanangkannya eradikasi polio global pada tahun 1988 merupakan langkah pertama eliminasi virus polio liar di 125 negara. Pada tahun 2001, jumlah negara yang endemis polio dapat 2
2 diturunkan dari 20 menjadi 10 negara. Diakhir tahun 2002, virus polio hanya terdapat pada 7 negara; di antaranya adalah Afganistan, India, Mesir, Nigeria, Pakistan, dan Somalia. Di negara negara tersebut, virus polio diisolasi di daerah yang terbatas. 1 Pada tahun 2003, terjadi penyebaran yang cepat dari Áfrika ke Asia, dan selanjutnya pada tanggal 13 Maret 2005 ditemukan pertama kali virus polio liar di Indonesia yaitu di Cihadu, Sukabumi, Jawa Barat. Kejadian ini kemudian menjadi sorotan publik yang menimbulkan kecemasan kepada masyarakat terhadap penularan dan timbulnya kejadian luar biasa di Indonesia. Pada akhir tahun 2005 dilaporkan 303 kasus dan 2 kasus pada tahun ,2 Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio secara rutin, imunisasi polio suplemen, surveilans AFP Acute Flaccid Parálisis atau lumpuh layu akut, dan mopping up. 3-5 Lumpuh layuh akut merupakan kelumpuhan lower motor neuron (LMN) yang timbul akut <14 hari, flaksid / lemas / layu, kelompok umur <15 thn, dan tidak ada riwayat ruda paksa. 3,6 Surveilans AFP bertujuan untuk memantau adanya transmisi viruspolio liar di suatu wilayah, sehingga upaya pemberantasannya menjadi terfokus dan efisien. Pada akhirnya berdasarkan informasi yang didapat dari surveilans ini, Indonesia dapat dinyatakan bebas polio. 3 Surveilans AFP pada hakekatnya adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus kelumpuhan yang sifatnya seperti kelumpuhan pada poliomielits dan terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun dalam upaya untuk menemukan adanya transmisi virus-polio liar. 3,5 Polio merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat ditakuti karena dapat mengakibatkan kematian sel motorneuron di medulla spinalis dan batang otak, mengakibatkan kelumpuhan permanen. Oleh karena itu perlu dicermati secara detail dan disusun suatu rencana pencegahan untuk memutuskan rantai penularan dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio. 6,7 Makalah ini akan mendiskripsikan karakteristik kasus AFP dan pelaksanaan putaran Pekan Imunisasi Nasional (PIN) di Propinsi Sulawesi Selatan dengan tujuan. 1. Memberikan informasi tentang karakteristik kasus AFP di Propinsi Sulawesi Selatan, dan 2. Memberikan informasi tentang hasil pelaksanaan putaran Pekan Imunisasi Nasional ( PIN ) di Propinsi Sulawesi Selatan. Metoda Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif. Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 sampai 2005, berupa jumlah kasus AFP, umur, jenis kelamin, kabupaten / kota, status imunisasi polio rutin dan imunisasi tambahan (PIN), pemeriksaan spesimen, paralisis residual. Dari Dinas Kesehatan juga dikumpulkan data pencapaian target pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) di Sulawesi Selatan selama 5 putaran dan jumlah populasi penduduk di bawah 15 tahun. Istilah istilah yang dipergunakan dalam makalah ini adalah: Lumpuh layuh akut ( acut flaccid paralysis ) adalah kelumpuhan lower motor neuron ( LMN ) yang timbul secara akut <14 hari bersifat flaccid / layuh / lemas, terjadi pada anak <15 tahun dan bukan karena ruda paksa. 2. Imunisasi polio rutin dengan trivalent OPV yang berisi galur polio 1,2,3 minimal 4 kali dengan dosis dua tetes per imunisasi. 3. Imunisasi suplemen adalah terdiri dari PIN, subpin dan mopping up merupakan imunisasi tambahan untuk memutuskan transmisi virus polio liar. 4. Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus kelumpuhan yang sifatnya seperti kelumpuhan poliomielitis dan terjadi pada anak berusia <15 tahun dalam upaya untuk menemukan adanya transmisi virus polio liar. 5. Mopping up adalah pemberian imunisasi polio dari rumah ke rumah di dasari adanya transmisi polio liar yang terjadi pada wilayah terbatas (lokal) 6. Paralisis residual adalah suatu kelumpuhan yang masih ada setelah 60 hari atau lebih sejak kelumpuhan dideteksi. Kelumpuhan pada paralisis residual dapat berupa kelumpuhan total, bila tidak menggerakkan anggota geraknya yang lumpuh (paralisis) dan paresis bila anggota gerak yang mengalami kelumpuhan tidak berfungsi normal walaupun sudah ada perbaikan. 7. Vaksin polio oral adalah vaksin yang diberikan dengan cara meneteskan cairan ke dalam mulut yang mengandung virus hidup yang dilemahkan. Komposisi vaksin tersebut terdiri dari virus polio tipe 1, 2 dan 3. 3
3 8. Kelumpuhan secara akut (mendadak) adalah perkembangan kelumpuhan yang berlangsung cepat antara 1 14 hari sejak gejala awal lumpuh sampai lumpuhnya maksimal. 9. Sasaran utama surveilans AFP adalah kelompok yang rentan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu anak di bawah usia 15 tahun. 10. Berdasarkan kriteria klasifikasi-klinis, kasus AFP didiagnosis sebagai kasus polio apabila memenuhi salah satu dari kriteria sebagai berikut, Didapatkan virus-polio liar (virus polio yang bukan berasal dari vaksin polio) pada pemeriksaan spesimen Tidak didapatkan virus-polio liar pada pemeriksaan spesimen karena spesimen tidak adekuat tetapi terdapat paralisis residual pada kunjungan ulang 60 hari, setelah terjadinya kelumpuhan meninggal sebelum dilakukan kunjungan ulang 60 hari, residual paralisis atau tidak jelas keadaan kelumpuhannya, tidak dapat diketahui keadaan kelumpuhannya 60 hari setelah kelumpuhan (misalnya tidak dapat di-follow up karena pindah dan alamat tak diketahui). 11. Kriteria klasifikasi-virologis, kasus AFP didiagnosis sebagai kasus polio apabila didapatkan virus-polio liar pada pemeriksaan spesimen. Tabel 1. Data karakteristik kasus AFP berdasarkan umur di Propinsi Sulawesi Selatan tahun Umur (Tahun) Proporsi (n) ( % ) , , , , , , , , , , , , , ,9 Hasil Selama kurun waktu tahun telah dikumpulkan kasus AFP di Sulawesi Selatan sebanyak 204 anak, terdiri dari 128 anak laki-laki (62,7 %) dan 76 anak perempuan (37,3%) dengan jumlah terbesar (66 kasus) pada tahun Sebaran kelompok umur adalah 131 anak (64,2%) umur 1-5 tahun, 45 anak (22%) umur >5-10 tahun dan 28 anak (13,6%) umur >10-14 tahun, tertera pada Tabel 2. Enterovirus pada spesimen didapatkan pada 1 kasus dengan virus polio P3 Sabin positif pada kedua spesimen di Kabupaten Sidrap dan 1 kasus dengan virus polio Sabin positif tapi negatif pada spesimen kedua di kabupaten Wajo. Pada Tabel 1 tampak bahwa umur terbanyak kasus AFP berumur 1 tahun (19.6%), 2 tahun (18,1%), dan kelompok umur paling rendah adalah umur 14 tahun (2,9%). Tabel 2. Proporsi kasus AFP berdasarkan Kabupaten/ kota di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun No. Kabupaten / Kota Frekuensi(n) ( % ) 1 Bantaeng 6 2,9 2 Barru 5 2,5 3 Bone 9 4,4 4 Bulukumba 11 5,4 5 Enrekang 4 2,0 6 Gowa 19 9,3 7 Jeneponto 9 4,4 8 Luwu 18 8,8 9 Makassar 21 10,3 10 Mamuju 3 1,5 11 Parepare 2 1,0 12 Luwu Utara 7 3,4 13 Majene 8 3,9 14 Maros 8 3,9 15 Pangkep 6 2,9 16 Pinrang 10 4,9 17 Polmas 5 2,5 18 Selayar 2 1,0 19 Sidrap 14 6,9 20 Sinjai 4 2,0 21 Soppeng 5 2,5 22 Takalar 6 2,9 23 Tator 14 6,9 24 Wajo 14 6,9 T o t a l ,0 4
4 Tabel 3. Kasus AFP berdasarkan diagnosis di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun Diagnosis Frekuensi( Org ) ( % ) AFP 47 23,1 Arthritis 2 1,0 Hepatitis B 1 0,5 Bronkhitis Spesifik 1 0,5 Ensefalitis 1 0,5 Ensefalopati 2 1,0 GBS 88 43,1 Hemiparese 16 7,9 Mielitis 5 2,5 Miopati 2 1,0 Monoparese 4 2,0 Neuritis 5 2,5 Paraparese 13 6,4 Neuropati 4 2,0 Pasca DBD 1 0,5 Tetraparese 10 5,0 Tifoid 1 0,5 Tabel 4. Status imunisasi kasus AFP di Propinsi Sulawesi Selatan, tahun Jumlah Imunisasi Frekuensi(n) ( % ) Tidak pernah 37 18,1 Satu kali 15 7,4 Dua kali 11 5,4 Tiga kali 33 16,2 Lengkap 94 46,0 Tidak Jelas 14 6,9 Berdasarkan kabupaten/kota ditemukan kasus AFP di Makassar 21 (10,3 %), Gowa 19 (9,3 %), Luwu 18 (8,8 %), Bulukumba 11 (5,4 %), Sidrap, Tator, dan Wajo : 14 (6,0 %). Berdasarkan diagnosis terbanyak adalah GBS 88 (43,1%), diikuti berturut turut AFP 44 (23,1%), hemiparese 16 (7,9%), paraparese 13 (6,4%), tetraparese 10 (5,0%), dan tidak ada diagnosis sebanyak 3 (1,5%). Berdasarkan jumlah imunisasi rutin 94 (46,0%) mempunyai status imunisasi lengkap, yang tidak pernah di imunisasi 37 (18,1%) dan tidak jelas status imunisasi 14 (6,9 %). Berdasarkan imunisasi tambahan PIN 78 (36,3%) anak tidak pernah mendapatkan 1 kali PIN 28 (13,7%), 2 kali 39 (19,1%), 4 kali 6 (2,9%), 6 kali 7 (3,4%) dan tidak jelas mendapat imunisasi tambahan 39 (19,1 %) (Tabel 5). Berdasarkan hasil kunjungan setelah 60 hari kelumpuhan (residual paralysis) didapatkan 189 (92,6%) sembuh, GBS 6 (2,9%), paraparese 2 (1,0%), dan 1 (0,5%) masing masing mengalami ensefalopati, hemiplegia, mielitis, neuropati, plegia, AFP dan tetraparese. Berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen I didapatkan 170 (83,3%) negatif, P3-Sabin 1 (0,5 %), Sabin 1 (0,5%) dan spesimen dengan NPEV 32 (15,7%). Sedangkan pada spesimen kedua didapatkan 171 (83,8%) negatif, P3-Sabin 1 (0,5%), dan spesimen dengan NPEV 32 (15,7%). Pada Tabel 8, tampak PIN III, PIN IV, dan V mencapai target untuk anak <5 tahun di propinsi Sulawesi Selatan. Tabel 5. Imunisasi PIN kasus AFP di Propinsi Sulawesi Selatan, tahun Jumlah Imunisasi Frekuensi( n ) ( % ) Tidak pernah 74 36,3 Satu kali 28 13,7 Dua kali 39 19,1 Tiga kali 11 5,4 Empat kali 6 2,9 Tidak Jelas 39 19,1 Enam Kali 7 3,4 Tabel 6. Gejala sisa kasus AFP di Propinsi Sulawesi Selatan, tahun Gejala sisa Frekuensi( n ) ( % ) Encepalopati 1 0,5 Sindrom Guillain Barre 6 2,9 Hemiplegia 1 0,5 Mielitis 1 0,5 Neuropati 1 0,5 Paraparese 2 1,0 Plegia 1 0,5 AFP 1 0,5 Tetraparese ,6 Sembuh 1 0,5 5
5 Tabel 7. Spesimen pada kasus AFP di Propinsi Sulawesi Selatan tahun Spesimen 1 Spesimen 2 Hasil Frekuensi ( % ) Hasil Frekuensi ( % ) ( n ) ( n ) Negatif ,3 Negatif ,8 NPEV* 32 15,7 NPEV 32 15,7 P3- Sabin 1 0,5 P3 - Sabin 1 0,5 Sabin 1 0,5 * NPEV (Non polio entero virus) Tabel 8. Data sasaran pencapaian Pekan Imunisasi Nasional ( PIN ) di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun Putaran PIN Sasaran Hasil ( % ) I, Agustus ,54 II, September ,32 III, November ,67 IV, Februari , ,59 V, April ,47 Diskusi Kasus AFP (tersangka polio suspected polio case) adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang bersifat flaccid (layuh), akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh ruda paksa. Di Propinsi Sulawesi Selatan tahun didapatkan 204 kasus AFP yang terdiri atas laki-laki 128 anak (62,7%) dan perempuan 76 anak (37,3%) dengan umur terbanyak umur 1 tahun 40 orang (19,6%) dan 2 tahun 37 orang (18,1%), dengan sebaran umur 131 anak (64,2%) kelompok umur 1-5 tahun, 45 anak (22 %) umur >5-10 tahun dan 28 anak (13,6%) umur >10-14 tahun. Dari data nasional pada tahun 2001, 2002, 2003, dan 2004 jumlah kasus AFP di Indonesia adalah berturut turut 656, 840, 2004, 744, dan 782 kasus. Di Sulawesi Selatan, kira kira 10% kasus poliomielitis terjadi pada anak-anak berusia di bawah 2 tahun dan 70% di bawah umur 10 tahun, dilaporkan juga adanya kejadian infeksi pada masa neonatal. Hortmann 7 melaporkan kejadian polio paralitik pada 90% anak di bawah usia 5 tahun, kemudian terjadi pergeseran ke usia lebih tua, puncak kejadian ditemukan pada usia 5 14 tahun dan peningkatan pada usia dewasa muda. Infeksi polio lebih jarang ditemukan pada anak laki-laki daripada wanita. Penyakit AFP terdiri atas AFP oleh karena virus polio liat, AFP oleh karena vaksin polio, polio like illness, sindrom Guillain-Barre, mielitis transversa akut, dan neuritis traumatik. 6,7,9,10 Penyebab AFP oleh karena vaksin polio sangat jarang, rata rata 3 kasus per 1 juta dari vaksinasi oral, timbul 6-30 hari pasca vaksinasi oral dan bagi yang kontak erat 6-60 hari. Terutama menyerang anak-anak dengan daya tahan tubuh rendah seperti anak yang sedang menderita leukemia, limfogranuloma, AIDS. Sifat - sifat AFP pada umumnya sama seperti polio biasa, dengan teknik laboratorium yang canggih virus vaksin dapat diisolasi dari tinja dan cairan likuor. 6,7,9-11,14-17 Dari 204 kasus didapatkan 1 orang anak dengan hasil spesimen positif P3 Sabin dan 1 anak, masing masing di kabupaten Wajo dan Sidrap, namun setelah kunjungan rumah pada hari ke-60, pasien telah sembuh. 12 Pada kejadian luar biasa polio di Indonesia tahun ditemukan 305 anak dari 10 propinsi, masing-masing adalah 6 kasus di Propinsi Aceh, 10 kasus di Sumatra utara, 3 kasus di Riau, 5 kasus di Sumatra Selatan, 26 kasus di Lampung, 4 kasus di Jakarta, 161 kasus di Banten, 59 kasus di Jawa Barat, 20 kasus di Jawa Tengah, dan 11 kasus di Jawa Timur. 2 Kebijakan surveilans AFP adalah memantau penyebaran virus-polio liar melalui pengamatan pasien AFP pada anak usia <15 tahun, dalam satu tahun minimal menemukan 2 kasus AFP di antara anak usia <15 tahun, dan satu kasus AFP merupakan suatu KLB. 3,12 Di Sulawesi Selatan jumlah populasi penduduk <15 tahun adalah orang, maka target surveilans AFP dalam satu tahun minimal menemukan 52 kasus AFP. 12 Kesimpulan Jumlah kasus AFP di Sulawesi Selatan selama kurun waktu tahun 2001 hingga 2005 sebanyak 204 anak. Berdasarkan jumlah populasi penduduk <15 tahun maka target surveilans AFP dalam satu tahun minimal menemukan 52 kasus AFP dan dilaporkan bahwa tidak ditemukan kasus polio liar di Sulawesi Selatan. Pelaksanaan 5 putaran Pekan imunisasi Nasional (PIN) berhasil mencapai sasaran lebih. 6
6 Daftar Pustaka 1. UNICEF: A world without polio. polio/. Accessed on 27 th march Amari S. Dalam: Epidemiologi KLB Indonesi 2005; Subdit Surveilans Epidemiologi, Dit.SEPIM-KESMA, Ditjen.PPM&PL, Depkes. Jakarta Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman: Petunjuk teknis Surveilans Acute Flaccid Paralysis. Depkes RI,1999. h Ismoedijanto. Dalam: Kejadian luar biasa kelumpuhan akibat VDPV di Madura; Pertemuan Nasional DSA & DSS. Jakarta Pertemuan Nasional DSA & DSS. Dalam: Polio eradication update; orientation meeting for clinicians, Jakarta. April 24 th Nara P, Lumbangtobing SM. Dalam: Poliomielitis; Buku Ajar Neurologi Anak, Cetakan ke-2. Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta h Poorwo Soedarmo S, Garna H, Hadinegoro SR. Dalam: Poliomielitis ; Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak ; Infeksi dan Penyakit Tropis.Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, h Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan: Data Kasus AFP di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun Juni Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS. Protokol penatalaksanaan penyakit bagian ilmu kesehatan anak. Makassar: BIKA FK UNHAS /RSWS Behrman RE, Kliegmen RM, Arvin AM, penyunting. Dalam: Poliomyelitis. Nelson textbook of pediatrcs. Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders Co, h Schwartz MW. Dalam: Pedoman klinis pediatric. Cetakan I terjemahan Indonesia EGC, Jakarta, Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, Dalam: Data surveilans AFP dan pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional di Sulawesi Selatan Makassar Judarwanto W. Dalam: Permasalahan imunisasi polio, Accessed on August 20 th Public Health Agency of Canada. Dalam: Stool cultures for acute flaccid paralysis surveillance; file://h:?stool or Accessed on 11 th June Ostrom N. Dalam: Will the poliovirus eradication program rid the world of childhood paralysis?. file://h:/ AFP.htm. Accessed on 11 th June Kapoor A, Ayyagiri A, Dhole TN. Dalam: The role of enteroviruses in acute flaccid paralysis. File://H:/ NPEV.htm. Accessed on 11 th June National Polio Surveillance Project. Dalam: Components of AFP surveillance; case and laboratory investigation. File ://H:/National Project.htm. Accessed on 11 th June
BAB 1 PENDAHULUAN. Pencegahan dan pemberantasan penyakit merupakan prioritas pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencegahan dan pemberantasan penyakit merupakan prioritas pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Tantangan baru muncul dengan adanya potensi terjangkitnya kembali
Lebih terperinciA. Formulir Pelacakan Kasus AFP
Format 7.1 FP1 A. Formulir Pelacakan Kasus AFP Kabupaten/kota: Propinsi: Nomor EPID: Laporan dari : 1. RS:... Tanggal laporan diterima: I. Identitas Penderita 3. Dokter praktek : 2. Puskesmas:... 4. Lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polio merupakan (keluarga Picornaviridae), sering disingkat sebagai "Polio" adalah virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia yang menghasilkan permulaan program
Lebih terperinciKerangka Acuan. Acute Flacid Paralysis ( AFP )
Kerangka Acuan Acute Flacid Paralysis ( AFP ) A. Pendahuluan Dalam Sidang Majelis Kesehatan Sedunia atau World Health Assembly tahun 1998, Negara-negara anggota WHO, termasuk Indonesia, telah menyepakati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia ikut andil pembangunan kesehatan dalam rangka merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs). Salah satunya adalah Agenda ke 4 MDGs (Menurunkan
Lebih terperinciJurnal Ilmu Kesehatan Anak
Jurnal Ilmu Kesehatan Anak VOLUME 2 Desember 2013 NOMOR 1 Naskah Asli Karakteristik Acute Flaccid Paralysis Pada Anak Di Bali Kadek Hartini, I Gusti Ngurah Made Suwarba Abstrak Latar belakang. Acute flaccid
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit campak merupakan penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta orang
Lebih terperinciPROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21
BULLETIN KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Subdit Kejadian Luar Biasa Direktorat Imunisasi dan Karantina, Ditjen PP dan PL Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 156 Telp. (21)42665974, Fax. (21)4282669 e-mail:
Lebih terperinciPenyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio
Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,
Lebih terperinciBULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS
BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Minggu Epidemiologi Ke-52 Tahun 2016 (Data Sampai Dengan 6 Januari 2017) Website: skdr.surveilans.org Dikeluarkan oleh: Subdit Surveilans, Direktorat SKK, Ditjen
Lebih terperinciJUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA
TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / KODE WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA DESA + PENDUDUK (km
Lebih terperinciPenyakit Endemis di Kalbar
Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.
Lebih terperinciBuletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017
Gambar 1. Kelengkapan dan Ketepatan laporan SKDR Minggu ke 05 tahun 2017 (Pertanggal 9 Februari 2017) Minggu ke-5 2017, terdapat 13 provinsi yang memiliki ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR >= 80%.
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT(KKM) DI PROVINSI SULSEL
PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT(KKM) DI PROVINSI SULSEL Dr.dr.H.Rachmat Latief, SpPD-KPTI.,M.Kes.,FINASIM Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Meningkatkan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah analisis lanjut dengan menggunakan data sekunder Formulir
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah analisis lanjut dengan menggunakan data sekunder Formulir Pelacakan (FP1) dan Formulir Pengiriman Spesimen ke Laboratorium / Formulir
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 483/MENKES/SK/IV/2007 TENTANG PEDOMAN SURVEILANS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 483/MENKES/SK/IV/2007 TENTANG PEDOMAN SURVEILANS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok
Lebih terperinciUPAYA ERADIKASI POLIO DI INDONESIA
TTIINJJAUAN PPUSSTTAKA UPAYA ERADIKASI POLIO DI INDONESIA Oke Rina R. 1 dan Kiking Ritarwan 2 1 Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik 2 Departemen Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/RSUP H.
Lebih terperinciPERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN
rektur RS. Kab/Kota Se-Sulsel (daftar terlampir) dalam kegiatan Akreditasi Pelayanan RS dan khususnya yang Pelayanan Kesehatan, : Gedung Fajar, Graha Pena Makassar Narasumber : 1. DR. Minarto, MPS ( DPP
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan pada bayi dan anak di Indonesia dan merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan
Lebih terperinciPREVALENSI ANTIBODI POLIO ANAK BALITA PASCA PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN) IV DI DENPASAR, BALI.
PREVALENSI ANTIBODI POLIO ANAK BALITA PASCA PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN) IV DI DENPASAR, BALI. Gendrowahyuhono* Abstrak Telah dilakukan penelitian prevalensi antibodi anak balita pasca PIN IV di Denpasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian, karena racun yang dihasilkan oleh kuman
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sebelum era vaksinasi, difteri merupakan penyakit
Lebih terperinciBOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN
BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN PENDAHULUAN Dalam mendorong ekonomi kerakyatan, Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan mengembangkan Gerakan Pembangunan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Epidemiologi Penyakit Campak di Indonesia Tahun 2004-2008 5.1.1 Gambaran Penyakit Campak Berdasarkan Variabel Umur Gambaran penyakit campak berdasarkan variabel umur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK
I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) /reservoir campak hanya pada manusia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa Negara Indonesia memiliki beraneka ragam masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi adalah adanya kasus campak yang sering
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak. Imunisasi merupakan suatu cara efektif untuk memberikan kekebalan khususnya terhadap seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Campak yang dikenal sebagai Morbili atau Measles, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus, 90% anak yang tidak kebal akan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 65/1/73/Th. VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 mencapai 3.715.801
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang-Undang
Lebih terperinciKINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN. Armiati dan Yusmasari
KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN Armiati dan Yusmasari ABSTRAK Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jln. Perintis Kemerdekaan Km.17,5
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan cara meningkatkan kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar penyakit tersebut
Lebih terperinciSURVEILANS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) BERDASARKAN INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI KABUPATEN JEMBER PADA TAHUN
FKM - UNSIL 211 ISBN 978-62-96943-1-4 SURVEILANS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) BERDASARKAN INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI KABUPATEN JEMBER PADA TAHUN 25-29 Oleh : Irma Prasetyowati, Soedibyo 1, Candra
Lebih terperinciDESKRIPSI SURVEILANS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) BERDASARKAN INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI KABUPATEN JEMBER PADA TAHUN
DESKRIPSI SURVEILANS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) BERDASARKAN INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI KABUPATEN JEMBER PADA TAHUN 2005-2009 SKRIPSI Oleh SOEDIBYO NIM. 082110101110 BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIKA
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN RUANG LINGKUP TUGAS INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH I, II, III, DAN IV PADA INSPEKTORAT PROVINSI SULAWESI
Lebih terperinciPROYEK SAFE WATER DAN SWASH SULAWESI SELATAN
HWTS sebagai bagian dari program WATSAN: SWASH PROYEK SAFE WATER DAN SWASH SULAWESI SELATAN RIENEKE ROLOS Presentasi Perkenalan singkat mengenai SWASH Perkenalan singkat mengenai o SWS Pengalaman SWASH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Data World Health Organization (2012) menunjukkan bahwa dua miliar orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus Hepatitis B dan sekitar 600.000 orang meninggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis Rabies, kini menjadi tantangan bagi pencapaian target Indonesia bebas Rabies pada 2015. Guna penanggulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban masalah kesehatan masyarakat terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis. DBD banyak ditemukan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Pada tahun 2005 terdapat 345.000 kematian di
Lebih terperinciManfaat imunisasi untuk bayi dan anak
Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis VII. Gejala tampak pada wajah, jika berbicara atau berekspresi maka salah satu sudut wajah tidak ada
Lebih terperinciLaporan Akhir VM & SAM Gavi-HSS Banten, jawa barat, Sulawesi selatan, Papua barat dan Papua
614.47 Ind l Laporan Akhir VM & SAM Gavi-HSS Banten, jawa barat, Sulawesi selatan, Papua barat dan Papua KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2011 614.47 Ind l Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia.Kementerian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat secara global, nasional, dan lokal. Lebih dari 40% populasi dunia beresiko terinfeksi DBD (Nurjanah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Penularan penyakit campak terjadi dari orang ke orang melalui droplet respiration
31 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Campak merupakan penyakit infeksi yang sangat menular dan disebabkan oleh virus, pada umumnya menyerang anak anak serta merupakan penyakit endemis di banyak belahan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :
57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan pembahasan terhadap Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan : 1. Pada periode pengamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus dan 90% anak yang tidak kebal
Lebih terperinciJAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA TERKAIT KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG MAKASSAR
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA TERKAIT KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG MAKASSAR Jl. Urip Sumoharjo Km.4,5 Telp. (0411) 441581-441591 Fax. (0411) 441533 E-mail : kacab.makassar@bpjsketenagakerjaan.go.id
Lebih terperinciIINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN
IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN N O SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET (%) PENGERTIAN FORMULA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan program pemerintah yang senantiasa digalakkan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan melakukan vaksinasi
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEKAN IMUNISASI NASIONAL POLIO TINGKAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016
1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEKAN IMUNISASI NASIONAL POLIO TINGKAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 TANGGAL 8 MARET 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamualaikum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.7. LATAR BELAKANG Cakupan imunisasi secara global pada anak meningkat 5% menjadi 80% dari sekitar 130 juta anak yang lahir setiap tahun sejak penetapan The Expanded Program on Immunization
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari
Lebih terperinci13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun
13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun 1) Pengertian a) Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian
Lebih terperinciBab VIII.2 Poliomielitis
Poliomielitis Bab VIII.2 Poliomielitis Ismoedijanto, Hardiono Pusponegoro, Kusnandi Rusmil, Haryono Suyitno Poliomielitis anterior akut adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan virus polio. Kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas disebabkan oleh virus dan dapat menular pada manusia. Penyakit
Lebih terperinciBERHASILKAH GARAM BERYODIUM SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENURUNAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI INDONESIA?
BERHASILKAH GARAM BERYODIUM SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENURUNAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI INDONESIA? Atmarita (Pengamat Garam beryodium) I. PENDAHULUAN Garam beryodium sudah ada sebelum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus. Agen
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polio Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui
Lebih terperinciMetodologi Quick Count
PRESS RELEASE: QUICK COUNT dan EXIT POLL PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN 22 JANUARI 213 Jl. Lembang Terusan D57, Menteng, Jakarta Pusat Telp. (21) 3919582, Fax (21) 3919528 Website: www.lsi.or.id,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinciGambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014
872 Artikel Penelitian Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 Hans Everald 1, Nurhayati 2, Elizabeth Bahar 3 Abstrak Pengobatan malaria
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/06/73/Th. I, 15Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sulawesi Selatan Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Selatan pada tahun 2015 terus mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh
Lebih terperinciPENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DIFTERI DI KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2013
Kabupaten Bangkalan Tahun 03 PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DIFTERI DI KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 03 Siska Damayanti Sari Dinas Kesehatan kabupaten bangkalan Difteri merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi hepatitis B merupakan masalah global, diperkirakan 6% atau 387 juta dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et al., 2008).
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Sulawesi Selatan No. 31/05/Th., 24 Mei 2017 BERTA RESM STATSTK BADAN PUSAT STATSTK PROVNS SULAWES SELATAN Hasil Pendaftaran (Listing)
Lebih terperinciTINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007
TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007 SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (infant mortality rate) merupakan salah satu aspek penting dalam menggambarkan tingkat pembangungan sumber daya manusia di sebuah Negara, juga merupakan
Lebih terperinciRENCANA AKSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KB PROVINSI SULAWESI SELATAN PERIODE TAHUN ANGGARAN 2015
No TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET PROGRAM INDIKATOR PROGRAM ANGGARAN (Rp) KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN ANGGARAN TARGET 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 Meningkatnya kualitas Persentase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kini mengalami beban ganda akibat penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit infeksi menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).
Lebih terperinciChristopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked
Authors : Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Universal Child Immunization Pendahuluan Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan
Lebih terperinciDAFTAR PENERIMA SURAT KELOMPOK V
DAFTAR PENERIMA SURAT KELOMPOK V Lampiran I Surat No. B.41/S.KT.03/2018 Tanggal: 19 Februari 2018 Kementerian/Lembaga 1. Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2. Sekretaris Jenderal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit campak sangat berbahaya karena dapat menyebabkan cacat dan kematian yang diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga dapat menyebar
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 22/04/73/Th.II, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Selatan pada tahun 2016 terus
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit DBD banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk menilai kesejahteraan suatu negara dilihat dari derajat kesehatan masyarakatnya, selain indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegeypti. Penyakit ini dapat menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara kita yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah penyakit campak
Lebih terperinciAngka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang
Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini juga menjadi fokus dalam pencapaian Millenium Development Goals
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN Jalan : A. Yani Galiran ( 80811 ) (0363) 21065 Fax. (0363) 21274 AMLAPURA LAPORAN PENYELIDIKAN KLB CAMPAK DI DUSUN BELONG DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue atau disingkat DBD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit yang mendapat perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO) 2013, lebih dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang terutama menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Brunner & Suddarth,
Lebih terperinciAplikasi Surveilans Epidemiologi Penyakit Potensial Wabah Pada Anak Sekolah Menggunakan Epi Info. Abstrak
Aplikasi Surveilans Epidemiologi Penyakit Potensial Wabah Pada Anak Sekolah Menggunakan Epi Info Arief Hargono 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya 60115 arief.hargono@gmail.com
Lebih terperinci